hubungan antara gaya hidup dan selfesteem...
Post on 22-Jul-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DANSELF ESTEEM DENGAN
KRITERIA EVALUASIMEMBEU TELEPON SELULAR
Oleh:
Intan Sturayya
NIM :103070029100
skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan
dalam memperoleh gelar sarjana (81)
FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1428 H/2007 M
HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP
DAN SELF ESTEEM DENGAN KRITERIA EVALUASI
MEMBELI TELEPON SELULAR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
INTAN STURAYYA
NIM: 103070029100
Oi Bawah Bimbingan
Abdul Rahman Shale ,M.Si
NIP. 150293224
Pembimbing II
Yunita Faela Nisa,M.PsLPsi
NIP. 150368748
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H 12007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul HliBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DAN SELF
ESTEEM DENGAN KRITERIA EVALUASI MEMBELI TELEPON SELULAR
telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2007. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Psikologi.
Jakarta, 30 Agustus 2007
Sidang Munaqosah
Sekertaris Merangkap Anggota
(2~/!~
Dra. ZahroturiNiha
Nip. 150238773
M.Si
Penguji I
~#J?,Drs. Sofiandy Zakaria, IV1 Psi1
Abdul Rahman Sh_5h,MSi
NIP. 150293224
Anggota·
Pembimbing II
Yunita Faela Nisa,MPsiPsi._--_.~
NIP. 150368748
Mempethafikan petubahan-petubahan kecH!:eiak awal akan m!!mbanfu anda
menye!:uaikan diti fethadap petubahan bMatyang akan muncul.
Caiyo UH-Unknown-
Pangkal di!:iplin adalah kefetafutandalam hidup yang bi!:a diaiatkan padabayi !:ekalipun.
Kaya Sederhana iN KuperseMbankan untuk yangTereinta, seiring Doa dan Restu..
Ayahhandaku ~. Mudaitn dan Ibundaku ~olecha !:e~ta kenang-kenangan~enuh tnakna
fot All My 8tothBtgAnt/.~i~tBtg....Achtnad Yan Muhani!:, Daan Dini Khai~unnida, ~aleh Alfan ~yu~i, t:!:thi
Nu~ Rahayu, Mochatnad ~yah~u Ridwan, Abdul Aziz, Nu~ Ai!:yahMukatotntnah, I=idelya I-fanan ~ava, Zah~an Alghifa~i.
F~PB{!iQI/y fot AhmQrfZQky
And al!:o tny lovely Mend!:.Thank you ve~y tnuch fo~ eve~ything ..
I LOVt: YOU ALL
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi(B) Agustus 2007(C) Intan Sturayya(D) Hubungan Antara Gaya Hidup dan Self Esteem dengan Kriteria Evaluasi
membeli Telepon Selular(E) xviii + 119 hCllaman + 41 Lampiran(F) Telepon selular sebagai alat komunikasi merupakan salah satu hasil dari
teknologi canggih. Keberadaannya telah menjadi kebutuhan yang sangatpenting bagi masyarakat, baik dari segi fungsinya yang dapatmempermudah akses komunikasi dalam kehidupan sehari-hari maupundari segi estetika, Produsen telepon selular seakan berlomba untukmeneari alternatif baru dalam teknologi selular untuk menjaring pasar,karena itu hanya dalam hitungan bulan saja kita sudah banyak disajikanpilihan-pilihan baru,
Konsumen disuguhkan dengan banyak pilihan, sehingga dalam membelitelepon selular dibutuhkan banyak pertimbangan, Yang menjadipertanyaan adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara gayahidup dan self esteem konsumen dalam pemilihan suatu produk selularsebelum pada keputusan membeli?
Hawkins (2001) menjelaskan bahwa gaya hidup konsumen menjadibagian yang mempengaruhi keputusan konsumen, sedangKan sefTesteem menurut Coopersmith (1967), dilihat sebagai penilaian personalterhadap dirinya sendiri yang meneerminkan seberapa besar dirinyamampu, berarti, sukses, dan dihargai yang diekspresikan melalui sikapnyasendiri. Ini berarti turut mempengaruhi perilaku konsumen,
Membeli adalah perilaku individu dalam memilih sebuah produkberdasarkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya, Prosespembelian telepon selular melibatkan beberapCl aspek, baik aspek produkmaupun dari aspek individu sebagai konsumerL Dari sisi produk yangdilihat adalal-, kriteria evaluasi sedangkan dari aspek individu meneakupkepribadian, self esteem, gaya hidup, nilai yang dianut serta daya beli.
Dalam pendekatan Islam, seseorang dengan gaya hidup dan self esteemdalam tingkatan tertentu akan menjadikan seseorang menjadi serakahdan sombon,g, Orang yang serakah dan sombong selalu bersikapberlebih-Iebihan dalam hidupnya, Sedangkan dalam surat AI-an'am 141
dijelaskan "...dan janganlah kamu berlebih-Iebihan karena sesungguhnyaAllah tidak suka pada orang yang berlabih-Iebihan",
Studi ini mengkaji apakah ada hubungan antara gaya hidup dan selfesteem konsumen dengan kriteria evaluasi terhadap telepon selular
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metodedeskriptif korelasionaL Metode pengambilan sampel denganmenggunakan metode nonprobability sampling dengan cara accidentalsampling, Sampel dalam penelitian ini berjumlah 137 orang mahasiswa,50 orang pada tryout dan 87 orang responden untuk penelitiansebenarnya, Hasil ini diperoleh berdasarkan rumus Siovin (1960) denganbatas kritis 10 %
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan 3 skala, yaitu skala gayahidup, self esteem inventory dari Coopersmith (1967)dan skala kriteriaevaluasi dengan kuesioner, Data yang diperoleh dari penelitian ini diolal'ldengan menggunakan analisis statistik yaitu multiple regression
Dari hasil anal isis regresi berganda diperoleh r hitung pada kedua variabelindependen (gaya hidup 0,083 dan self esteem 0.016) berada dibawahnilai r tabel (N = 87; a = 5%, 0,213), Selain itu diperoleh koefisiendeterminasi sebesar 0,007, Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwagaya hidup dan self esteem tidak dapat menerangkan variabel kriteriaevaluasL Gaya hidup dan self esteem dapat menerangkan variabilitassebesar 7 % dari kriteria evaluasi, selebihnya sebesar 93 % kemungkinanditerangkan oleh variabel lain.
Berdasarkan hasil hipotesis diperoleh Ha ditolak dan Ho diter'lma,maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikanantara gaya hidup dan self esteem dengan kriteria evaluasi. Secaraumum telepon selular masih dipandang sebagai produk yang sifatnyafungsional dan belum dapat dikatakan sebagai produk fashion yang dapatmenggambarkan gaya hidup dan self esteem seseorang, Hal iniasumsikan karena populasi sampel dalam peneltian masih berada padatingkat ekonomi menengah kebawah, halil'J terlihat dari gambaransubyek penelitian berdasarkan penghasilan pribadi, pengeluaran perbulandan pendapatan orang tua.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan kriteriaevaluasi membeli telepon selular. Tidak ada hubungan yang signifikanantara self esteem dengan kriteria eval'-lasi membeli telepon selular. Tidakada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dan self esteem dengan
kriteria evaluasi membeli telepon selular. Dari tiga hipotesis terakhir, dapatdiartikan bahwa dalam menentukan kriteria evaluasi telepon selularseseorang tidak mempertimbangkan aspek gaya hidup dan self esteemtetapi lebih kepada aspek dasar telepon selular sebagai alat komunikasi.
(G) Daftar Pustaka : 32 (1991-2007).
Gathering data technique with using 3 scales there are lifestyle scale, self-esteeminventory from Coopersmith (1967) and evaluation criteria scale with questioner.The data which is gained from this research is made with using statistic analysisthat is multiple regressiolls
From double regress analysis is gained by r account in second independentvariable (lifestyle 0.083 and self-esteem 0.016) refer under r value table (N=87; a= 5%, 0.213). Despite coefficient determination is gained about 0.007. From thisresult is known that lifestyle and self-esteem can not explain evaluation criteriavariable. Lifestyle and self-esteem explain variability about 7% from evaluationcriteria, other about 93~/o may be explained by other variable.
Based on hypotheses result is gained Ha rejected and Ho accepted, it can beassumed that there is no significant relation between lifestyle and self-esteemwith evaluation criteria. Generally, cellular phone is still used as functionalproduct and not as fashion product yet which can describe personal lifestyle andself-esteem. This assumption come because population of this sample still ateconomical level, that case can be seen from research subject description basedon personal result, monthly credit and parent's income.
There is no significant relation between lifestyle and self-esteem with evaluationcriteria in buying cellular phone. There is no significant relation between selt:esteem and lifestyle with evaluation criteria in buying cellular phone. There is nosignificant relation between lifestyle and s61f-esteem with evaluation criteria inbuying cellular phone. From those last three hypotheses, means that in choosingevaluation criteria cellular phone, someone does not consider lifestyle and selt:esteem aspect but they prefer to consider other basic aspect cellular phone ascommunication equipment.
KATA PENGANTAR
Assalamu'alailwm Wr. WbPuji dan syukur penu/is panjatkan kahadirat Allah SWT yang telahme/impahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penullis dapatmenye/asaikan skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Gaya Hidupdan Self Esteem dengan Kriteria Evaluasi Membeli Telepon Selular".Sha/awat serta sa/am tak /upa dihadiahkan teruntuk Nabi MuhammadSAW, yang te/ah menjadi suri tauladan terbaik bagi umat manusia, parasahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Oengan segala kerendahan hati dan keinginan untuk berbuat yang /ebihbaik, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyakkekurangan. Skripsi ini dapat terse/esaikan tidak dapat ter/epas darikontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormatperkenankan/ah penu/is untuk mengucapkan terima kasih yang menda/amkepada:
1. Ibu Ora. Hj Netty Hartati, M.Si se/aku Oekan Fakultas Psikologi UINSyarif Hidayatullah dan pembimbing akademik yang te/ahmemberikan pengarahan dan perhatian kepada penu/is ss/amamenjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Abdurrahman Saleh, M.Si se/aku dosen pembimbing Idan Ibu Yunita Faela Nisa,M.Si selaku dosen pembimbing II yangdengan sabar te/ah menyumbangkan pendapatnya, memberikanmotivasi, rasa percaya diri dan kritik yang membangun sehinggapenulis dapat mengatasi hambatan-hambatan da/am penyusunanskripsi ini.
3. /bu Ora. Zahrotun Nihayah,M.Si. Se/aku Pembantu Oekan bidangakademik yang telah memberikan pengarahan dan perhatiankepada se/uruh mahasiswa.
4. Yang teristimewa Ayahhandaku dan .bundaku yang senantiasamendoakan dan memberikan yang terbaik kepada penulis. Setiapuntaian doa yang ayah dan ibu panjatkan merupakan sumberkekuatan bagi ananda untuk menja/ani hidup. All My Brothers andMy Little Sisters, / Love You All.
5. Especially, Thanks for, Ahmad Zaky yang se/a/u sabar dan setiame,ngisi hari-hari dengan indah dan memberikan motivasi kepadapenu/is.
6. For My Best Friends, "Sweet Family" (April, Danar, Tryas, Puji,Hani) Anik, Daeng Nisa, Kiki, Isma, Bu Iryn, Jeung Ika Roz, IkaRozdi, Bule Ade yang selalu berbagi suka dan duka, selalu setiamendengar keluh kesah dan siap membantu ketika penulismenghadapi kesulitan.
7. Teman-teman Koridor "VG. Lamyuzard" (K Gade, Gus Indjoenk, KHeru, Rina, Adon, Iwil, dan yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu, K Agus, Ali S.Psi, Agung S.Psi, Rini S.Psi, Laila H.Teman-teman Cha-Chamers (Iryn, Ika, Lucky S.Psi, Dian, Suei,Neneng) yang memberikan kesan indah akan kebersamaanselama PKL di PSAA. Dan semua pihak yang tidak bisa penulissebutkan satu persatu.
8. Seluruh dosen beserta Stafnya yang penulis kagumi dan teladaniespecially to Mr. Asep, Mrs. Agustyawati, Mr. Sofyandi Zakaria,terima kasih atas ilmu, nasehat, saran, ide, serta motivasi yangtelah kalian berikan kepada penulis.
9. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh StafPerpustakaan Psikologi yang telah memberikan bantuan pinjamanbuku sebagai bahan referensi, terutama Pak Haidir.
10. Teman-teman angkatan 2003 khususnya kelas C (Ina, Wulan, Nia,Fany, Ayu, Lietha, Ajeng, Joya, Andien, Ira S.Psi, Siti N, Awink,Yoga, Nita, lis, Inonk, Mia, Novi, Don, Ipeh, Evi. Pokoknya yangada diabsen kelas C yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,yang telah mengisi keKosongan dan kebersamaan selama penulismenempuh pendidikan sampai akhirnya bisa jadi Intan SturayyaS.psi
11. Seluruh perwakilan mahasiswa Psikologi UIN yang telahberpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.
Semua bantuan dan kebijaksanaan yang telah diberikan kepada penulisyang tak ternilai harganya, semoga mendapat balasan dari Allah SWTAmin ...
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca sertapenulis sendiri.
Jakarta, 30 Agustus 2007
Penulis
2.1.1. Kriteria Evaluasi
2.1.1.1. Pengertian evaluasi 18
2.1.1.2. Kriteria evaluasi 18
2.1.1.3. Alternatif yang dipertimbangkan 21
2.1.1.4. Mengevaluasi alternatif , 22
2.1.2. Telepon Selular
2.1.2.1. Pengertian ponsel .. 23
2.1.2.2. Fungsi ponsel 24
2.1.2.3. Faktor yang mempengaruhi penilaian
karakteristik ponsel 25
2.1.3. Kriteria evaluasi ponsel 27
2.1.3.1. Faktor yang mempengaruhi penilaian
kriteria evaluasi 32
2.1.3.2. Keputusan untuk Atribute-Based Choise 36
2.1.4. Gaya Hidup
2.1.4.1. Pengertian gaya hidup 37
2.1.4.2. Pengukuran gaya hidup 40
2.1.5. Self Esteem
2.1.5.1. Pengertian self esteem 46
2.1.5.2. Faktor-faktor self esteem 49
2.1.5.3. Karakteristik self esteem 53
2.1.6. Gaya hidup dan self esteem
dalam pandangan Islam.. 55
2.2. Kerangka berpikir 59
2.3. Hipotesis penelitian 63
BAB ill METODOLOGI PENELITIAN 64-84
3.1. Jenis penelitian 64
65
66
67
69
71
71
77
77
81
82
84
3.1.1. Pendekatan penelitian 64
3.1.2. Metode penelitian 65
3.1.3. Definisi variabel dan operasional variabel
3.1.3.1. Definisi variabel.. .
3.1.3.2. Definisi operasional . .
3.2. Pengambilan sampel
3.2.1. Populasi dan sampel .
3.2.2. Teknik pengambilan sampel ,
3.3. Metode pengumpulan data .
3.3.1. Metode dan instrumen .
3.3.2. Teknik pengumpulan data .
3.3.3. Teknik uji instrumen .
3.3.4. Hasil uji coba instrumen .
3.4. Prosedur penelitian .
3.5. Teknik analisis data .
BAB IV PERSENTASI DAN ANALISA DATA 86-111
4:1. Gambaran umum subjek , .. 86
4.1.1. Berdasarkan jenis kelamin 86
4.1.2. Berdasarkan usia , , 87
4.1.3. Berdasarkan penghasilan pribadi 87
4.1.4. Berdasarkan pengeluaran 88
4.1.5. Berdasarkan status kepemilikan ponsel 90
4.1.6. Berdasarkan merek ponsel 90
4.1.7. Berdasarkan pekerjaan orang tua 90
4.1.8. Berdasarkan pendapatan orang tua 92
4.2. Persentasi data 93
4.2.1. Uji persyaratan 94
4.2.2.1. Uji normalitas 94
4.3. Hasil Utama Penelitian 97
4.3.1. Uji hipotesis . 97
4.3.1. Regresi aspek gaya hidup-kriteria evaluasi.................. 99
4.3.2. Regresi aspek self esteem-kriteria evaluasi... 101
4.3.3. Regresi variabel independen & dependen 104
4.4. Hasil tambahan 107
4.4.1. Uji beda gaya hidup .. , 107
4.4.2. Uji beda self esteem , 109
4.4.3. Uji beda kriteria evaluasi ,. 111
BAS V KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 113-119
5.1. Kesimpulan 113
5.2. Diskusi . , . , 114
5.3. Saran .. 117
5.3.1. Saran teoritis 118
5.3.2. Saran praktis 119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel2.1 Tahapan adopsi dalam pengambilan keputusan 26
Tabel2.2 Pengelompokan studi tentang gaya hidup 40
Tabel2.3 Dimensi gaya hidup AIO 45
Tabel3.1 Blue print skala AIO 74
Tabel3.2 Blue print skala Self Esteem 75
Tabel3.3 Blue print skala Kriteria Evaluasi 77
Tabel3.4 Kaidah reliabilitas Guilford 80
Tabel4.1 Subyek berdasarkan jenis kelamin 86
Tabel4.2 Subyek berdasarkan usia 87
Tabel4.3 Subyek berdasarkan penghasilan pribadi 88
Tabel4.4 Subyek berdasarkan pengeluaran per bulan 89
Tabel4.5 Subyek berdasarkan status kepemilikan telepon 90
Tabel4.6 Kategori subyek menurut merek telepon selular 91
Tabel4.6 Subyek berdasarkan pekerjaan orang tua 92
Tabel4.7 Subyek berdasarkan pendapatan orang tua 93
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Q-Q Plot Gaya Hidup
Gambar 4.2 Q-Q Plot Self Esteem
Gambar 4.3 Q-Q Plot Kriteria Evaluasi
95
96
97
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Teknologi informasi sampai saat ini berkembang pesat seiring dengan
penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang informasi
dan komunikasi sehingga mampu menciptakan alat-alat yang mendukung
perkembangan teknologi informasi, mulai dari sistem komunikasi sampai
dengan alat komunikasi yang searah maupun dua arah (interaktif).
Penemuan di bidang teknologi dapat memberikan kemudahan-Kemudahan
bagi kita. misalnya dalam melakukan pertukaran informasi, transaksi maupun
transportasi. Perkembangan teknologi juga meningkatkan standar hidup
manusia, meningkatkan mutu informasi, hiburan dan pendidikan.
Telekomunikasi merupakan salah satu hasil teknologi. Pada awalnya orang
melakukan komunikasi verbal dengan cara berteriak satu sama lain. Tapi hal
ini menghasilkan komunikasi yang buruk untuk jarak lebih dari 2 mil. Kondisi
ini lalu mendorong dikembangkannya teknologi komunikasi yaitu telepon.
Pesawat telepon telah lama dikenal sebagai salah satu sarana
2
telekomunikasi yang sangat berguna dan merupakan alat komunikasi
pertama dalam sejarah perkembangan telekomunikasi (Wahyudi, 2002).
Melalui telepon, kita dapat berbicara dengan seseorang dalam jangkauan
jarak jauh dengan bantuan sinyallistrik.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, telepon sebagai
alat komunikasi yang dulunya merupakan perangkat yang masih
menggunakan kabel, kini telepon tidak lagi menggunakan kabel sehingga
memudahkan kita untuk dibawa kemana saja dengan praktis. Telepon tanpa
menggunakan kabel ini dikenal dengan nama telepon selular (ponsel), telpon
genggam (telgam) atau handphone (HP).
Telepon genggam - disingkat telgam - atau seringnya disebut handphone
(disingkat HP) atau disebut pula sebagai telepon selular (disingkat ponsel)
adalah sebuah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai
kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line yang konvensional
namun dapat dibawa ke mana-mana (portabe~ dan tidak perlu disambungkan
dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). (wikipedia,
2007)
Telepon genggam, selain berfungsi untuk melakukan dan menerima,
panggilan telepon, umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan
3
penerimaan pesan singkat (short message service; 8M8). Telepon-telepon
yang lebih mahal juga sering menambahkan fitur kamera dan layanan
internet (WAP, GPR8, 3G). Ada pula penyedia jasa telepon genggam di
beberapa negara yang menyediakan layanan generasi ketiga (3G) yang
menambahkan jasa videophone maupun televisi online di telepon genggam
mereka (wikipedia, 2007).
Dewasa ini kehadiran telepon selular telah menjadi sebuah kebutuhan yang
sangat penting bagi masyarakat baik secara fungsional maupun estetika.
Telepon selular menghadirkan sebuah aspek fenomenal dalam kehidupan
manusia modern karena manusia seolah-olall tidak terikat lagi dengan waktu
dan tempat untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain dari belahan
dunia yang berbeda. Dengan demikian kehidupan manusia pun menjadi lebih
mudah, akses informasi menjadi gampang bahkan nilai harga diri manusia
dan gaya hidup penggunanya menjadi lebih tinggi.
. Hampir setiap bulan konsumen akan menemui model terbaru dari telepon
selular, walaupun model terbaru tidak berbeda jauh dari model sebelumnya
namun kehadirannya dapat memancing konsumen untuk selalu mengganti
ponsel yang dimilikinya dengan ponsel keluaran terbaru. Realisasi
pertumbuhan pasar industri telekomunikasi di Indonesia tahun ini sangat
tinggi, jauh di atas perkiraan awal. Jika semula, akhir tahun 2005, pasar
4
seluler diperkirakan tumbuh menjadi 38-40 juta pengguna, perkembangannya
bisa meneapai 45 juta pengguna (Novianto, 2005).
Tahun 2005 ini, sudah 2 kali Mahasiswi tingkat akhir perguruan tinggi swasta
ini membeli handphone. Sepertinya kurang afdol kalau ia tidak berganti-ganti
handphone untuk mengikuti trend handphone terbaru. Kalau saja perilaku
pengguna handphone sejenis Fitri banyak jumlahnya, tentunya pasar
handphone di Indonesia sangat mengg·lurkan bagi para produsen
handphone.
Kenyataan berdasarkan hasil survey yang dilakukan Pixel Research di
Jakarta baru-baru ini menunjukkan bahwa ada 24.6% pengguna Handphone
yang mengganti handset lebih dari 2 kali dalam 2 tahun, yang jika dirata
ratakan dalam setahun mereka membeli handphone lebih dari sekali. Selain
itu, sebanyak 32.3% pengguna handphone membeli handphone 2 kali dalam
2 tahun. Sehingga kalau ditotal ada 56,9% pengguna handphone yang ganti
Handphone minimum setahun sekali.
Memiliki handphone (HP) sepertinya telah menjadi kebutuhan nyaris primer
bagi masyarakat Indonesia. Hingga saat ini tereatat paling tidak terdapat 60
juta pengguna HP dengan angka pertumbuhan pada tahun 2005 meneapai
22,3%. Penggunaan HP ini tidak hanya oleh orang dewasa saja. Anak-anak
5
usia sekolah dasar, taman kanak-kanak bahkan balita pun saat ini telah
akrab dengan teknologi ini. Tidak hanya sekedar meminjam HP orang tua
untuk bermain game, tapi mereka sendiri juga telah memiliki HP (Wijayanti,
2006)
Manfaat yang bisa kita dapatkan dari HP memang sangat besar. Sebagai
contoh dengan adanya HP komunikasi antara orang tua dan anak akan lebih
lancar. Apalagi dengan kondisi seperti saat ini, ketika orang tua dan anak
mempunyai banyak kesibukan masing-masing sehingga waktu untuk
bersama berkurang, keberadaan alat yang mempermudah komunikasi dirasa
sangat membantu. Namun di samping memberikan manfaat, penggunaan HP
juga dapat mendatangkan berbagai pengaruh buruk. HP sebagai alat
komunikasi dapat membawa informasi negatif bagi usia yang belum pantas
untuk mengetahuinya, misalnya saja banyak banyak pesan dan gambar
"khusus orang dewasa" yang beredar bebas. Informasi negatif ini tentu saja
bisa mempengaruhi psikologis anak, sehingga membuat mereka tertarik
untuk mencoba hal-hal yang seharusnya belum boleh meraka lakukan.
Perilaku konsumtif juga mudah terpicu dalam penggunaan HP ini. Begitu
seringnya muncul jenis HP baru, yang tidak hanya menawarkan teknologi
yang mutakhir tapi juga design baru yang disesuaikan dengan selera
konsumen, sehingga menarik minat pengguna untuk gonta-ganti HP. Belum
lagi pemborosan pulsa karena adanya berbagai program yang mengundang
6
pengguna HP untuk berpartisipasi dengan pulsa premium yang biayanya 10
kali lipat putsa biasa. Selain dampak negatif di atas, penggunaan HP pada
anak juga rentan terhadap bahaya. Baik bahaya perampokan maupun
bahaya terhadap otak yang ditimbulkan oleh getombang elektromagnetik HP.
(Wijayanti, 2006)
Industri setular di Indonesia tumbuh sangat mencengangkan dari hanya
segetintir orang dan merupakan barang "wah" sekarang menjadi dagangan
yang laris manis dan kini pengguna selular Indonesia kurang lebih mencapai
60 juta nomor, selular tetah mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Hitung
saja berapa kebutuhan pokok ketuarga anda. Beras misatnya 15 ribu, tagihan
tistrik 200 ribu, air 150 ribu, bagaimana dengan pengetuaran putsa anda dan
keluarga? saya yakin di atas angka kebutuhan primer anda seperti sandang
pangan dan papan (Umi, 2007)
Dalam situasi persaingan antar merek yang begitu ketat, konsumen
mempunyai banyak atternatif pitihan akan merek yang akan dibeli sehingga
ada kecenderungan rlereka tidak terlalu gegabah pada saat memutuskan
merek handphone pitihannya. Mereka akan intens mengumputkan informasi
sebelum memutuskan membeli. Peranan informasi terkait fitur produk
sangattah penting.
7
Dalam riset ini juga terlihat masih belum bergesernya pertimbangan
konsumen dalam memilih merek handphone yang akan dibeli. Pertimbangan
sebagian besar pengguna handphone dalam memilih handset yang akan
dibeli dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu Merek, Harga dan Model (Admin,
2007)
Merek telepon selular atau handphone yang masih dianggap popular di
Indonesia masih bekisar pada tiga produsen terbesar yaitu Nokia, Motorola,
dan Sony Ericson. Penyebabnya adalah selain karena harganya yang murah,
operasionalnya pun mudah dan banyak pilihan produk yang bervariasi
disertai dengan fitur-fitur yang canggih.
Dari hasH wawancara penulis dengan beberapa mahasiswa tentang seberapa
besar pengaruh gaya hidup dan self esteem seseorang terhadap kriteria
evaluasi, mereka berpendapat bahwa gaya hidup dan self esteem seseorang
berpengaruh dalam memilih sebuah produk telepon selular yang
digunakannya. Kepentingan setiap orang dalam memilih telepon selular
berbeda-beda. Biasanya seseorang menentukan beberapa kriteria evaluasi
sebelum membeli telepon selular dan bagi sebagian orang, self esteem dan
gaya hidup merupakan salah satu aspek yang selalu ada dalam menentukan
kriteria evaluasi. Dari beberapa kriteria yang telah dibuat kemudian
seseorang mengevalusi kriteria yang sesuai dengan kemampuannya. Ketika
8
proses mengevaluasi biasanya individu dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya, niat
awal ketika memutuskan untuk membeli, kepercayaan konsumen tehadap
produk, sikap, gaya hidup, self esteem dan kemampuan mengeluarkan
budget. Sedangkan faktor eksternal misalnya pengaruh lingkungan sosial.
pengetahuan akan produk, iklan, dsb. Setelah mengevaluasi beberapa
kriteria yang ada kemudian mulai menentukan penilaian-penilaian terhadap
hasil evaluasi mana yang sesuai dengan kemampuan, dan akhirnya
sampailah pada keputusan membeli.
Pangsa pasar elektronik terbagi atas dua yakni high end dimana konsumen
selalu mengikuti perubahan dan perkembangan produk, kedua adalah low
end dimana konsumen tidak aktif mengikuti perubahan secara kontinue.
Perilaku konsumen ini selalu terkait dengan variabel seperti proses
pengambilan keputusan, motivasi, lingkungan, gaya hidup, serta konsep diri,
termasuk self esteem. Self esteem, menurut Coopersmith (1967), dillihat
sebagai penilaian personal terhadap dirinya sendiri yang mencerminkan
seberupa besar dirinya mampu, berarti, sukses, dan dihargai yang
diekspresikan melalui sikapnya sendiri
Semakin beragamnya fasilitas yang ditawarkan sebuah produk telepon
selular, handphone tidak lagi hanya dilihat dari aspek fungsional komunikatif
10
. Gaya hidup dan self esteem seseorang diasumsikan sangat berpengaruh
dalam menentukan kriteria evaluasi suatu produk. Konsumen yang memiliki
karakter sederhana tentu akan memilih produk yang lebih sederhana baik
dalam desain maupun fitur-fiturnya cukup baginya fungsi telepon selular
sebagai alat komunikasi. Berbeda halnya dengan konsumen yang memiliki
mobilitas tinggi. banyaknya fitur merupakan satu hal yang penting. Mereka
lebih memandang keberadaan telepon selular tidak hanya sebatas pada
fungsinya saja tetapi lebih kepada fitur, desain dan model terbaru yang
sesuai dengan perkembangan zaman sebagai pendukung gaya hidup dan
seff esteem.
Desain yang mutakhir menjadi sebuah pendukung performa dan gaya hidup
seseorang dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, seorang konsumen sangat
bangga pada dirinya yang sangat sederhana dan tampil apa adanya
sehingga dalam memilih suatu produk tidak memerlukan berbagai fungsi
yang menurutnya belum dapat digunakan secara optimal sementara dilain
pihak ada konsumen yang sangat membanggakan produk yang dimilikinya
dengan berbagai variasi fungsi yeng terdapat di dalamnya.
Di pandang dari dua sisi persepsi konsumen tentang suatu produk, pada
dasarnya seseorang sebelum memutuskan untuk membeli sebuah produk
telepon selular mempertimbangkan aspek gaya hidup dan self esteem,
11
sehingga apabila gaya hidup pada setiap konsumen berbeda maka kriteria
evaluasi telepon selular yang dipilih dan yang akan dibeli juga berbeda,
Sama halnya dengan self esteem dengan kriteria evaluasi telepon selular.
Kriteria evaluasi, menurut Engel, Blackwell, Miniard (1993) dalam Budianto
(1995) adalah tidak lebih dari pada dimensi atau atribut tertentu yang
digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Kriteria alternatif muncul
dalam berbagai bentuk. Dalam membeli telepon selular, konsumen mungkin
mempertimbangkan faktor-faktor seperti harga, merek, model atau estetika,
fungsi, garansi, kualitas barang, fitur-fitur yang tersedia, warna dan
kecanggihan. Konsumen mungkin pula mempertimbangkan kriteria evaluasi
yang lebih bersifat hedonik, seperti perasaan yang muncul karena memiliki
(misalnya; prestise, status) dan kesan pertama (misalnya kesan pertama saat
pertama kali melihat model barang).
Pembelian telepon selular dalam penelitian ini berhubungan dengan
pembelian telepon selular berdasarkan kebutuhan gaya hidup dan self
esteem seseorang. Seseorang dalam memilih produk selular yang akan
digunakannya berusaha menampilkan citra merek yang menunjukan status
sosial ekonomi, desain produk menunjukan citra rasa seni atau estetika
pemiliknya, sedangkan harga dan nilai jual menunjukan status sosial ekonomi
yang dapat menggambarkan gaya hidup dan self esteem seseorang.
]2
Berdasarkan uraian diatas, pene/iti menetapkan judul penelitian sebagai
berikut: "HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP dan SELF ESTEEM
DENGAN KRITERIA EVALUASI MEMBELI TELEPON SELULAR".
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam identifikasi masalah, pene/iti mengemukakan beberapa masalah
dalam penelitian ini ada/ah :
1. Apakah Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda da/am
menentukan kriteria eva/uasi membe/i telepon se/ular?
2. Apakah kriteria evaluasi setiap orang da/am memi/ih telepon selular
bersifat subyektif?
3. Apakah sebuah produk yang sama bisa dini/ai secara berbeda oleh
dua pribadi yang berbeda dipandang dari aspek yang berbeda pula?
4. Apakah ada hubungan antara gaya hidup dengan kriteria evaluasi
membeli telepon selu1ar ?
5. Apakah ada hubungan antara self esteem dengan kriteria evaluasi?
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Peneliti memberikan batasan pada masalah yang akan diteliti yaitu hubungan
antara gaya hidup dan self esteem dengan kriteria evaluasi membe/i te/epon
se/ular. Ada dua hal yang dianggap per/u untuk dije/askan. Pertama: gaya
13
hidup, kedua: self esteem, Ketiga: kriteria evaluasi membeli telepon selular.
Secara lebih rinci, ketiga variabel penelitian diberi batasan sebagai berikut:
1. Gaya hidup yang dimaksud adalah pola khas dari kehidupan
seseorang yang dinyatakan melalui kegiatan, keinginan, minat dan
pendapatnya dalam berhadapan dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Gaya hidup mempengaruhi perilaku dan akhirnya
menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.
2. Self Esteem adalah penilaian personal terhadap dirinya sendiri yang
mencerminkan seberapa besar dirinya mampu, berarti, sukses, dan
dihargai yang diekspresikan melalui sikapnya sendiri.
3. Kriteria evaluasi adalah dimensi atau atribut tertentu yang digunakan
dalam menilai alternatif-alternatif pili han. Dalam membeli telepon
selular, konsumen mungkin mempertimbangkan faktor-faktor seperti
harga, merek, model atau estetika, fungsi, garansi, kualitas barang,
fitur-fitur yang tersedia, warna dan kecanggihan. Konsumen mungkin
pula mempertimbangkan kriteria evaluasi yang lebih bersifat hedonik,
seperti perasaan yang muncul karena memiliki (misalnya; prestise,
status) dan kesan pertama (misalnya kesan pertama saat pertama kali
melihat model barang).
14
1.3.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka
permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan kriteria
evaluasi telepan selular ?
2. Apakah ada hubungan yang signiflkan antara self esteem dengan kriteria
evaluasi telepan selular ?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dan self esteem
dengan kriteria evaluasi telepan selular ?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang :
1. Hubungan antara gaya hidup dengan kriteria evaluasi membeli telepan
selular.
2. Hubungan antara self esteem dengan kriteria evaluasi membeli telepan
selular.
3. Hubungan antara gaya hidup dan self esteem dengan kriteria evaluasi
membeli telepan selular.
4. Hubungan antara aspek-aspek gaya hidup dan aspek-aspek self esteem
dengan kriteria evaluasi membeli telepan selular.
15
5. Perbedaan antara gaya hidup dan self esteem dengan kriteria evaluasi
membeli telepon selular.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah bisa dilihat
dari sudut pandang teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Praktis
b. Dapat dijadikan acuan dalam menggambarkan tentang gaya hidup
dan self esteem mahasiswa sesuai dengan tahapan perkembangan
secara psikologis dalam kaitannya dengan kriteria evaluasi membeli
telepon selular.
c. Dapat memberikan gambaran tentang strategi pemasaran telepon
selular bagi produsen dengan melakukan modifikasi promosi yang
sesuai dengan selera pasar, misalnya fungsi produk lebih ditonjolkan
untuk konsumen eksekutif sedangkan citra produk untuk konsumen
remaja yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang dianggap penting
dan sesuai dengan perkembangan psikologis remaja.
d. Bagi konsumen agar dapat lebih melihat apakah keputusar membeli
yang mereka lakukan merupakan keputusan yang selektif, efisien
dan efektif dan bukan merupakan sekedar dipengaruhi oleh faktor
psikologis seperti gaya hidup dan self esteem.,
16
2. Manfaat Teoritis
Secara teori, dapat memberikan kita tentang bagaimana gambaran gaya
hidup dan self esteem seseorang dalam mengevaluasi telepon selular
yang akan dibelinya dengan kriteria-kriteria tertentu.
Manfaat lain diharapkr.ln dapat menambah khazanah keilmuan yang
digunakan sebagai literatur tambahan khususnya bagi psikologi ekonomi
tentang perilaku konsumen (perilaku konsumtif).
Disamping itu produsen atau pihak-pihak lain yang ingin meneliti lebih
lanjut dapat melakukan segmentasi pasar telepon selular berdasarkan
aspek psikologis yang mencerminkan gaya hidup dan self esteem,
sehingga dapat terus menciptakan inovasi berdasarkan minat
perkembangan psikologis konsumen.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, akan digunakan kaidah penulisan APA style,
yaitu kaidah penelitian berdasarkan dan mengacu pada bentuk dan aturan
yang dikeluarkan oleh APA (American Psyc%gical Assocition). Adapun
sistematika penulisan dari penelitian ini terdiri dari lima bab, meliputi :
17
Bab 1 Pendahuluan
Meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
Bab 2 Kajian Pustaka
Membahas mengenai Definisi Gaya Hidup, Teori Gaya Hidup, Definisi
Self Esteem, Definisi Kriteria Evaluasi Telepon selular, Kerangka
Berpikir serta Hipotesa
Bab 3 Metodologi penelitian
Meliputi Pendekatan dan Metode Penelitian, Populasi, Sampel dan
Teknik Pengambilan Sampel, Teknik Pengumpulan Data dan Metode
Pengolahan Data.
Bab 4 Hasil Penelitian
Meliputi Gambaran Umum Subyek dan HasH pengumpulan data serta
pembahasan mengenai hasH.
Bab 5 Penutup
Berisi Kesimpulan, Diskusi dan Saran yang dapat diberikan
merupakan hasil dari pemecahan permasalahan
19
yang tersedia dalam sebuah telepon selular sedangkan contoh kriteria
subyektif adalah penampilan yang ekslusif dan modern pada sebuah
telepon selular. Jika dilihat dari fenomena yang ada sebagian besar orang
cenderung memilih telepon selular berdasarkan penampilan luar (kriteria
subyektif) namun tidak sedikit pula orang yang lebih melihat kualitas dana
aspek fungsional (kriteria obyektif) dari pada tampilan fisik dari telepon
selular.
Kriteria evaluasi ini bisa berbeda antara satu konsumen dengan
konsumen yang lainnya. Jumlah dan jenis kriteria yang dievaluasi oleh
konsumen tentunya berbeda antara satu produk dengan produk yang
lainnya. Tingkat kepentingan kriteria juga berbeda-beda, biasanya ada
satu atau dua kriteria yang determinan (pilihan yang paling penting dan
dianggap berbeda diantara alternatif-alternatif pilihan yang ada). Misalnya,
dalam pembelian sebuah telepon selular, merek, kualitas dan harga
mungkin sama pentingnya bagi seorang konsumen, namun bagi
kelompok tertentu yang menjadi faktor penentu adalah citra yang
ditampilkan oleh telepon selular Hrsebut.
Kriteria evaluasi dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan
informasi yang diterima atau pengalaman konsumen, selain itu
perkembangan teknologi yang selalu berkembang pesat juga termasuk.
20
Namun pada umumnya sangat sulit untuk mengubah kriteria yang
dievaluasi oleh konsumen. Oleh karena itu, sangat penting bagi produsen
untuk mengidentifikasi kriteria evaluasi konsumen yang menjadi target
serta menginformasikan (salah satunya melalui iklan) pada konsumen
bahwa produk/mereknya memiliki kriteria yang diinginkan oleh pasar atau
konsumen.
Kriteria evaluasi, menurut Hawkins, Best & Coney (2001) dalam
Brotoharsojo dkk (2005) adalah fungsi tipikal sebuah produk atau atribut
sebuah produk atau atribut yang ada pada produk, baik kelebihan
maupun kekurangan dari produk tersebut yang harus diantisipasi. Kriteria
evaluasi dapat terdiri dari fungsi tambahan dalam sebuah produk
sekaligus fungsi utama sehingga fungsi tambahan dapat meningkatkan
mutu sebuah produk jika dibandingkan dengan merek lain dari produk
sejenis.
Kriteria evaluasi dapat dikelompokan dalam tiga bagian utama yaitu fungsi
utama, efek (internal & eksternal) serta atribut (spesifikasi umum/fasilitas
tambahan, performa, desain dan garansi) dan harga telepon selular itu
sendiri.
21
Dalam menentukan kriteria evaluasi, menurut Hawkins et. al.,(2001)
dalam Brotoharsojo dkk (2005), dapat digunakan pengukuran langsung
dan tidak langsung terhadap pasar. Metode 'langsung' termasuk
menanyakan konsumen tentang informasi yang digunakan dalam situasi
pembelian suatu produk tertentu.
2.1.1.3 Alternatif yang Dipertimbangkan
Selama masa pencarian konsumen mengidentifikasi sejumlah alternatif
dari merek yang ada. Walaupun ada banyak merek yang tersedia dalam
satu kategori produk, konsumen cenderung tidak menyadari (aware) akan
keseluruhannya sehingga beberapa merek tidak akan dipertimbangkan
karena ketidaksadaran (unawreness) konsumen tersebut bahkan diantara
merek-merek yang disadari konsumen, ada beberapa hal yang dengan
sengaja tidak dipertimbangkan karena beberapa alasan misalnya karena
harga yang tidak terjangkau, tidak memiliki informasi tentang produk untuk
mengevaluasinya, sudah cukup puas dengan produk sebelumnya,
pengaruh dari lingkungan sosial ataupun menerima umpan balik negatif
dari iklan atau percakapan dari mulut kemulut.
Merek-merek yang disadari oleh kosumen dapat dibagi menjadi tiga
rangkaian, yaitu: (dalam Liana, 2003)
22
a. Rangkaian Timbul (Evoked Set)
Terdiri dari sejumlah keeil merek yang dievaluasi seeara positif oleh
konsumen untuk dibeli dan dikonsumsi
b. Rangkaian Lembam (Inert Set)
Terdiri dari merek-mArek yang dianggap konsumen tidak
menguntungkan untuk dibeli. Mungkin konsumen tidak memiliki eukup
informasi untuk mengevaluasinya atau sekedar tidak menganggapnya
lebih baik daripada merek-merek yang ada dalam rangkaian timbulnya
(evoked set)
e. Rangkaian tidak Layak (Inept Set)
Terdiri dari merek-merek yang telah ditolak konsumen untuk
dipertimbangkan dalam pembelian karena pengalaman yang tidak
menyenangkan atau umpan balik negatif dari orang lain.
2.1.1.4 Mengevaluasi Alternatif
Konsumen memproses informasi yang ada dalam rangkaian timbulnya
(evoked set) melalui salah satu dari pendekatan berikut:
a. Pemrosesan Merek
Oi sini pembeli menilai merek yang ada satu persatu. Misalnya,
konsumen dapat memutuskan untuk melihat pada sebuah merek
tertentu (misalnya nokia), memeriksa beberapa atribut dari merek,
tersebut (misalnya harga, waktu bieara, ukuran) kemudian menilai
23
beberapa atribut dari merek kedua dan ketiga (misalnya, Samsung,
Motorola). Pemrosesan dengan cara ini merupakan yang paling umum
digunakan konsumen.
b. Pemrosesan Atribut
Di sini konsumen memeriksa atribut tertentu (!llisalnya harga) lalu
membandingkan beberapa merek berdasarkan atribut tersebut.
Kemudian ia memilih atribut kedua (misalnya waktu bicara) untuk
dibandingkan dan seterusnya.
2.1.2 Telepon Selular
2.1.2.1 Pengertian Telepon selular
Telepon selular adalah sebuah produk teknologi untuk berkomunikasi
tanpa menggunakan kabel, sehingga dapat dibawa oleh si pengguna
produk tersebut.
Definisi lain yaitu merupakan produk komunikasi yang dikembangkan
secara wireless, untuk pertama kalinya sistem ini digunakan pada pesan
yang dikirimkan dari kapal ke daratan di San Fransisco, Amerika pada
tanggal 23 Agustus 1889 (Majalah @ha Edisi Agustus, 2001 dalam
Dharma, 2002)
Saat ini telepon selular sudah merupakan sebuah produk konsumen yang
memiliki pasar yang luas dan universal. Hal itu dapat kita lihat di Jakarta,
25
Produk selular termasuk salah satu produk yang mengalami inovasi
paling cepat karena konsumen selalu disajikan pada inovasi-inovasi baru
pada kurun waktu yang sangat singkat, baik desain, fitur, maupun
teknologinya yang semakin canggih
2.1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Karakteristik Telepon
selular
Salah satu faktor yang mempengaruhi penilaian kriteria produk yaitu
inovasi. Inovasi adalah sebuah ide, pelatihan atau produk yang diyakini
sebagai sesuatu yang baru oleh kelompok atau individual. Ada tiga
macam inovasi berdasarkan adopsi yang akan digunakan oleh konsumen,
yaitu : (Dharma, 2002)
a. Inovasi berkelanjutan, di dalamnya terdapat adopsi terhadap
perubahan-perubahan kecil yang sifatnya kontinu dan dianggap tidak
terlalu penting bagi konsumen, karena tidak membutuhkan adaptasi
yang cukup lama.
b. Inovasi berkelanjutan dinamis, adalah sebuah adaptasi terhadap
inovasi yang sifatnya menengah sehingga membutuhkan perubahan
dalam adopsi pemakaian dari konsumennya, hal ini dapat dianggap
penting atau bukan merupakan suatu hal yang penting bagi konsumen
tertentu.
26
C. Inovasi tidak berkelanjutan, adalah sebuah adopsi terhadap
perubahan yang cukup besar dan dianggap penting oleh konsumen
karena membutuhkan informasi atau pengetahuan baru terhadap
inovasi dari produk tersebut.
Inovasi di atas sering terdapat pada produk elektronik terlebih pada
inovasi jenis ke-3. Dalam membentuk sebuah adopsi terhadap perubahan
tersebut, kita harus melewati tahapan seperti dibawah ini :
Tabel2.3
Tahapan Adopsi dalam Pengambilan Keputusan
Stages in Adoption
Process
A1l'erlless
Interest
Evaluatioll
Trial
Adoptioll
Extended Decision
Making Steps
Problem Recogllitioll
Illformatioll Search
Alternative Evaluatioll
Purchase
Postpurchase Evaluation
(Wells & Prensky, 1996 dalam Dharma, 2002)
Dalam inovasi terdapat proses difusi (menghamburkan) yaitu, tingkah laku
dimana inovasi menyebar di dalam pasar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran inovasi ada 10, yaitu :
b. Tipe Group
c. Tipe Keputusan
d. Usaha Marketing
e. Pemenuhan Kebutuhan
f. Kompatibilitas-Kesesuaian
g. Keuntungan Tambahan
h. Kompleksitas
I. Kemampuan Obsevasi
J. Kemampuan untuk dicoba
k. Resiko yang Diperoleh
2.1.3 Kriteria Evaluasi Telepon Selular
Kriteria evaluasi telepon selular dibagi menjadi empat elemen dasar yang
penting, seperti fungsi dan fasilitas (Features), performance, desain, dan
layanan puma jual. Pembagian elemen dasar menjadi empat bagian
dilandasi dengan aspek-aspek yang menentukan sebuah telepon selular
dapat dinilai berbeda dari telepon selular merek lainnya.
27
28
Adapun di dalam karakteristik sebuah telepon selular, empat elemen tersebut
juga memiliki sub-elemen yang sifatnya lebih mendetail, dan akan terus
berubah sesuai dengan perkembangan teknologi yang dipakai dalam sebuah
telepon selular.
Sub elemen tersebut adalah :
a. Fungsi-Fasilitas
1. Telepon (Alat menelpon dan menerima telepon)
2. Internet (Alat untuk memasuki W@P)
3. Waktu (Alat untuk penunjuk waktu)
4. Bermain (AIat untuk mengisi waktu luang atau ketika sedang jenuh)
5. Radio (Alat untuk mendengarkan radio)
6. MP3 (AIat untuk mendengarkan musik yang telah di-download)
7. Status s0sial (JlI"1t '.'r1fi.'K menunjukan status tertentu terhadap
orang lain)
8. Voice dial (Alat untuk memanggil perintah melalui suara untuk
menelpon)
9. Voice note (Alat untuk merekam pembicaraan di dalam maupun di
luar telepon)
10. Permainan (Alat untuk melatih ketangkasan dalam bermain)
11. SMS (AIat untuk bertukar pesan secara visual dengan pihak kedua)
29
12. Luas Balldwith (Kemampuan telepon selular untuk menggunakan
jaringan sinyal yang lebih kuat, lebih luas dan lebih jernih)
13. Nada dering (Ragam nada dering sesuai dengan keinginan
pengguna telepon selular)
14. Stopwatch (A!at untuk menghitung waktu)
15. Warna layar (Kemampuan layar untuk menggunakan satu atau
lebih warna tertentu sebagai latar belakang tampi/an)
16. Pengatur jadwal / remainder-kalender (Alat untuk mengingatkan
rencana dan jadwal yang telah dibuat sebelumnya)
17. Kamera digital (Kemampuan telepon selular untuk menangkap
gambar dan menyimpannya dalam memori telepon, fungsinya
serupa dengan kamera biasa)
18. Komposer (Alat untuk membuat nada dering sesuai dengan
keinginan pengguna).
b. Kekuatan.
1. Sinyal (Kemampuan telepon selular dalam mengeluarkan kualitas
suara yang jernih berdasarkan daya tangkap sinyal yang baik)
2. Baterai (Kemampuan telepon selular dalam mempertahankan
masa pakainya dalam interval waktu tertentu, sebelum diperlukan
proses pengisian ulang baterai melalui tenaga listrik kembali)
30
3. Kapasitas memori (Kemampuan telepon selular untuk menyimpan
data-data seperti nama, keterangan telepon yang masuklkeluar,
keterangan pesan yang masuklkeluar, dsb)
4. Tahan air (Kemampuan telepon selular untuk tetap dapat
digunakan meskipun telah terkena gangguan berupa air)
5. Tahan banting (Kemampuan telepon selular untuk tetap dapat
digunakan meskipun telah terkena gangguan berupa gangguan
berupa getaran/benturan yang keras).
c. Estetika-Desain
1. Simpel (Bentuk luar dari telepon selular yang merepresentasikan
kesederhanaan)
2. Unik (Bentuk luar dari telepon selular yang merepresentasikan
keunikan seperti, bentuk boomerang atau bentuk putar misalnya)
3. Rumit (Bentuk luar dari telepon selular yang merepresentasikan
kompleksitas sebuah telepon selular)
4. Ukuran (Sebuah skala besar atau keeil yang membentuk sebuah
telepon selular, mulai dari sebesar batu bata Ilingga sebesar korek
api)
5. Warna dasar (Aspek dari telepon selular yang dapat
merepresentasikan simbol-simbol tertentu, mood, dan profesi bagi
penggunanya, seperti putih melambangkan kesueian, atau profesi
32
5. Merek (Simbol untuk menunjukan citra sebuah produk da citra
produk pemiliknya terhadap orang lain).
2.1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penilaian Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi dapat berbeda dalam jenis, jumlah dan kepentingEln.
jenis dan kriteria evaluasi yang digunakan konsumen dalam mengambil
keputusan ada berbagai macam seperti biaya yang terlihat (tangible) dan
fungsi performa hingga faktor-faktor yang tidak terlihat (intangible) seperti
gaya hidup, harga, taste, prestise, kepuasan perasaan, dan citra produk
(Brotoharsojo dkk, 2005).
Produsen harus mengenali dan mengerti kriteria yang digunakan
konsumen dalam mengevaluasi merek suatu produk demi pengembangan
produk dan promosi produk pada target pasar yang dituju serta mampu
mempengaruhi kriteria evaluasi yang digunakan konsumen agar sepadan
dengan kapasitas produk.
Sikap konsumen dalam mengevaluasi suatu produk merupakan perilaku
konsumen. Produsen berlomba menciptakan inovasi-inovasi baru yang
sesuai dengan keinginan pasar agar produknya dapat menjangkau target
pasar sehingga konsumen puas pada produk yang ditawarkan dan
produsenpun memperoleh keuntungan.
Menurut Irawan et.al.,(1997) dalam Brotoharsojo dkk (2005) Konsumen
sebelum melakukan keputusan untuk membeli telepon selular atau
handphone, memperhatikan kriteria evaluasi produk yang mencakup 8
poin, yaitu :
a) Karakterisik tambahan untuk melengkapi fungsi utama produk.
b) Penampilan, mengacu pada tingkat dimana karakteristik produk
pertama kali dioperasikan.
c) Kesesuaian, yaitu derajat dimana karakteristik desain dan
pengoperasian produk mendekati standar.
d) Daya tahan, yaitu ukuran daya hidup pengoperasian produk.
e) Keandalan, ukuran kemungkinan produk akan tidak berfungsi atau
gagaI dalam periode waktu khusus.
f) Kemudahan perbaikan, ukuran kemudahan produk untuk diperbaiki.
g) Gaya, menggambarkan seberapa baik kinerja produk dan dapat
dirasakan oleh pembeli atau konsumen.
h) Desain dan Fitur, merupakan kekuatan terintegrasi, harus tercermin
pengembangan karakteristik tambahan, penampilan, kesesuaian,
keandalan, kamudahan perbaikan, gaya dan sebagainya.
Menurut Engel, Blackwell, Miniard (1993) dalam Budiyanto (1995) kriteria
evaluasi tertentu yang digunakan oleh konsumen selama pengambilan
keputusan akan bergantung pada beberapa faktor, diantaranya :
34
a. Pengaruh situasi
b. Kesamaan alternatif-alternatif pilihan
c. Motivasi
d. Keterlibatan
e. Pengetahuan akan barang.
8elain itu dijelaskan pula bahwa pengambilan keputusan pada konsumen
dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai faktor, yang terbagi kedalam 3
kategori, yaitu :
1. Perbedaan individu (8DM, pengetahuan, sikap, motivasi,
kepribadian, nilai, gaya hidup)
2. Pengaruh lingkungan (budaya, kelas sosial, pengaruh personal,
keluarga, situasi, proses psikologis, informasi dalam proses belajar,
sikap dan perubahan tingkah laku)
3. Proses psikologis seperti emosi dan afeksi
Pengambilan keputusan adalah hal yang penting untuk aksi membeli atau
tidak membeli diantara banyak alternatif yang tersedia. Marx (1976) dalam
Nur Aulia (2004), mengatakan bahwa selain berdasarkan aspek psikologis
tanda-tanda umum dari sebuah keputusan dapat juga dipengaruhi oleh
kemampuan kognitif seseorang, seperti :
35
a. Keputusan merupakan hasil berfikir, hasil usaha intelektual.
b. Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif.
c. Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun dalam
pelaksanaanya bisa ditangguhkan atau bahkan dilupakan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan kriteria evaluasi dalam membeli telepon selular, yaitu: Nur Aulia
(2004)
1. Inovasi-inovasi yang terdapat pada produk.
2. Reference group yang dapat dijadikan acuan pilihan model atau
pasar yang akan memberikan kontribusi dalam menilai
karakteristik telepon selular.
3. Segmentasi pasar berdasarkan psikografi dan demografi
termasuk pula gaya hidup.
4. Proses pengambilan keputusan.
5. Pengetahuan terhadap produk.
Dari beberapa tanda-tanda umum di atas dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan adalah suatu proses dari pemecahan masalah
yang mengharuskan seseorang untuk memilih diantara berbagai alternatif.
36
2.1.3.2 Decision to attribute-based choice
Dalam Dharma (2002) Proses pemilihan yang dilakukan oleh konsumen
dalam memilih suatu produk terdiri atas Attributes based choice
prosesess, Attitude based choice prosesess, Affective choice.
1. Da/am Attributes based choice prosesess, proses pemilihan
berdasarkan atribut dari produk yang bersangkutan. Itu berarti
konsumen harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
produk yang akan dibelinya menyangkut perbandingan antar atribut
dari merek-merek yang sudah ada, misalnya membandingkan
antara kualitas produk, bentuk produk, kelebihan dan kekurangan
suatu poduk.
2. Attitude based choice prosesess ada/ah sebuah proses yang
melibatkan penggunaan sikap umum dari konsumen terhadap
produk, kumpulan impresi dari produk, intuisi atau heuristic (tidak
ada perbandingan antar atribut yang digunakan pada saat
pembelian atau pada saat proses pemilihan sedang berlangsung).
3. Sedangkan Affective choice adalah proses pemilihan produk yang
melibatkan emosi konsumen sebagai pengguna produk tersebut
khususnya telepon se/ular. "Bagaimana perasaan anda ketika anda
memiliki atau memakai. ..... " merupakan kalimat yang biasa
menggambarkan seseorang mempresentasikan proses ini.
37
2.104 Gaya Hidup
2.1.4.1 Pengertian Gaya Hidup
Gaya hidup didefinisikan sebagai bentuk dan cara manusia hidup, dalam
penggunaan waktu dan uang. Mereka adalah suatu fungsi motivasi
konsumen, pembelajaran, kelompok atau strata sosial, fektor-faktor
demografis dan masih banyak lagi faktor-faktor atau variabel-variabellaln
(Nugroho, 2002)
Gaya hidup lebih peka terhadap perubahan zaman dibandingkan dengan
konsep kepribadian dan sistem nilai. Pengertian gaya hidup, menurut
Loudon & Della Bitta (1993) adalah:
"A unique pattern of living which influences and is reflected by one's
consumption behavior".
Gaya hidup merupakan pola unik kehidupan individu yang diwujudkan
dalam tingkah laku, seperti kegiatan, minat dan pendapatnya.
Gaya hidup didefinisikan secara sederhana sebagai bagaimana
seseorang hidup (Hawkins, 1983; Mowen, 1998 dalam Salim, 2002).
Gaya hidup (life style) menunjukan bagaimana seseorang hidup,
bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka
38
mengalokasikan waktunya. (Anderson, 1984; Mowen, 1998 dalam Salim,
2002). Gaya hidup atau style of life atau life style adalah pola khas dari
kehidupan seseorang yang dinyatakan melalui kegiatan. keinginan. minat
dan pendapatnya dalam berhadapan dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Gaya hidup mempengaruhi perilaku dall akhirnya
menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. (Loudon & Della Billa.
1993 dalam Brotoharsojo dkk, 2005).
Konsep tersebut sejalan dengan Engel, Blackwell dan Miniard (1996)
dalam Brotoharsojo dkk (2005) yang mengatakan bahwa gaya hidup
adalah suatu konsep popular untuk memahami perilaku konsumen, gaya
hidup merefleksikan aktifitas, minat dan opini seseorang (AIO).
Studi tentang gaya hidup mempunyai tempat yang khusus dalam
penelitian pasar. Konsep gaya hidup dalam pemasaran diperkenalkan
oleh William Lazer pada tahun 1963. Konsep ini didefinisikan sebagai :
A systems concept. it refers to a distinctive mode of living in its
aggregate and broadest sense.
Lazer (1963) dalam Susianto(1993)
39
Dalam perkembangannya konsep ini dipakai untuk melakukan segmentasi
pasar. Di dalam kehidupannya manusia selalu melakukan sesuatu
dengan alasan yang berbeda. Oleh karena itu, pemasaran membutuhkan
cara untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan dan memecah populasi
ke dalam beberapa sub kelompok yang lebih homogen. Usaha :ni disebut
segmentasi. Mowen (1998) dalam Salim (2002), mengatakan segmen
diidentifikasikan dengan mengelompokan konsumen berdasarkan
kebutuhan dan keinginan yang hampir sama.
Secara umum, ada dua pendekatan dalam segmentasi pasar, yaitu
berdasarkan'produk" atau berdasarkan "orang". Dalam segmentasi
berdasarkan produk, kriteria pembeda yang digunakan berkaitan dengan
dri-ciri yang ada pada produk, seperti manfaat produk, musim
penggunaan produk, advertising appeal, sedangkan dalam segmentasi
berdasarkan orang, kriteria pembeda yang digunakan berkaitan dengan
ciri-cirl aspek demografis, kelas sosial, dan tahapan dalam life cycle.
Dalam pemasaran segmentasi gaya hidup dipakai karena dipercaya
memberi gambaran yang lebih utuh dan kaya tentang berbagai kelompok
dalam populasi. Selain itu penelitian gaya hidup dapat digunakan oleh
para pengambil keputusan dalam bidang pemasaran untuk lebih
memahami konsumen dan menetapkan kelompok konsumen yang mana
yang akan dijadikan 'target marketnya'. (Susianto, 2003)
40
2.1.4.2 Pengukuran Gaya Hidup
Menurut Susianto (1993) konsep gaya hidup tidak dipakai secara
seragam dalam literatur. Literatur mengenai gaya hidup lebih banyak
didominasi oleh penelitian empiris daripada usaha untuk merumuskan
suatu teori }'ang komprehensif. Oleh karena itu, gaya hidup
dikelompokkan menjadi dua dimensi, yaitu dasar pembuatan tipologi
dan tujuan penggunaan tipologi gaya hidup.
Tabel2.1
Pengelompokan Studi tentang Gaya Hidup
Oasar pernbuatanOengan TanpaTeori teori
Pemahaman
Tujuan
Penggunaan
Peramalan
Nas AIOdanv.d.Sande
VALS2 AIO
4. Nas dan v.d. Sande
Nas dan v.d. Sande da1am Susianto (1993) mencoba membuat teori
tentang gaya hidup, ia mendefinisikannya sebagai :
A more or less conscious constructed but transitory frame ofreference, created in relatif liberty in relation to certain structuraldeterminants tC'J strengthen the individual identity and forcecommunication, which open the possibility for interacting
41
persons to follow a particular valued pattern of behavior and toattach specific meanings to all sorts of objects and expression.
Dalam pengertian mereka, gaya hidup menunjuk pada frame of
reference (kerangka acuan) yang digunakan seseorang dalam
bertingkah laku. Dua aspek yang ditekankan disini adalah bahwa
individu berusaha membuat seluruh aspek hidupnya berhubungan
dalam suatu pola tertentu, dan mengatur strategi bagaimana ia ingin
dipersepsi oleh orang lain. Aspek yang terakhir, yaitu strategi
berkomunikasi, hal ini penting karena mencerminkan bahwa pada
dasarnya individu memiliki kebebasan untuk mengatur cara hidupnya
(Susianto, 1993)
Dalam merumuskan gaya hidup, Nas dan v.d. Sande dalam Susianto
(1993) menggunakan pendekatan analitis dan sintetis. Lewat
pendekatan yang pertama, konsep gaya hidup dirinci ke dalam lima
dimensi, yaitu :
1. Moriologi
Sebagai aspek lingkungan dan geografi dari gaya hidup, dimensi
ini melihat sejauh mana individu menggunakan kota dan
fasilitasnya. Dari dimensi ini dapat dilihat misalnya, apakah
aktivitas individu terbatas pada suatu bagian kota tertentu saja
42
ataukah aktivitasnya melibatkan segala fasilitas perkotaan yang
ada.
2. Hubungan Sosial
Dimensi ini menggali pola hubungan sosial individu. Seperti
diketahui, tiap orang memiliki beberapa Iingkaran pergaulan.
Berapa banyakkah Iingkaran pergaulan seseorang? siapa
sajakah orang-orang yang terlibat dalam lingkaran pergaulan itu ?
apakah fungsi dari tiap lingkaran pergaulan itu bagiindividu ?
3. Domain
Melalui dimensi ini diperoleh informasi mengenai aktivitas yang
ditekankan di dalam jaringan sosial, serta peran apa yang dinilai
berharga oleh individu.
4. Makna
Dimensi ini menggali bagaimana individu memberi makna pada
kegiatan-kegiatannya. Seperti diketahui, individu dapat memiliki
tingkah laku yang sama walaupun world-view yang mendasari
tingkah laku itu berbeda.
5. Style
Dimensi yang menampilkan aspek lahiriah dari gaya hidup ini
menggunakan simbol-simbol, dan memberikan nilai simbolik pada
objek-objek di sekitarnya.
43
Sedangkan lewat pendekatan yang kedua konsep gaya hidup
digunakan untuk melihat apa yang mendasari individu dalam
menganut gaya hidup tertentu.
5. VALS
Values and Lifestyle (VALS) dikembangkan oleh SRI International
pada tahun 1978. VALS itu sendiri merupakan gabungan dari dua
konsep, yaitu "nilai" dan "gaya hidup". Dalam hal ini nilai
merupakan seluruh aspek yang ada pada diri individu seperti
kepercayaan, opini, sikap, harapan, ketakutan, prasangka,
kebutuhan, dorongan, dan lain-lain yang secara bersama-sama
mempengaruhi tingkah laku. Suatu bentuk nilai tersebut sangat
kompleks, tumpang tindih dan kontradiksi yang secara menyeluruh
diekspresikan melalui "gaya hidup".
Berbeda dengan Nas dan v.d. Sande, VALS tidak memberikan
uraian teoritis mengenai konsep "gaya hidup". Dalam uraiannya:
terkesan ia menggunakan konsep "gaya hidup" yang kurang lebih
merupakan sinonim dari istilah tingkah laku. (Susianto,1993).
6. AIO
Menurut Wells dan Tigert (1971) dalam Susianto (1993), AIO,
merupakan reinkarnasi dari Motivation Research (MR). Ada
persamaan dan perbedaan yang mendasar antara AIO dan MR
Persamaannya, keduanya mempunyai tujuan menyajikan sosok
konsumen yang lebih utuh. Perbedaannya, AIO dilaksanakan
44
dengan cara yang lebih ilmiah. AIO mengukur gaya hidup melalui
bagaimana konsumen menggunakan waktunya (kegiatan),
lingkungan mana yang mereka anggap penting (minat), dan
bagaimana mereka melihat diri dan dunia sekelilingnya (pendapat),
serta melalui sejumlah ciri demografis.
Untuk mengetahui gaya hidup konsumen, para peneliti psikografis
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang disebut pernyataan
AIO (AIO statement) yang berusaha mengungkapkan aktivitas,
minat dan opini konsumen. Pertanyaan aktivitas (acivity quetions)
meminta kepada konsumen untuk mengindikasikan apa yang
mereka lakukan, apa yang mereka beli, serta bagaimana mereka
menghabiskan waktu mereka. Pertanyaan minat (interest quetions)
memfokuskan pada preferensi dan prioritas konsumen. Sedangkan
pertanyaan opini (opinion quetion) menyelidiki pandangan dan
perasaan konsumen mengenai topik-topik peristiwa dunia, lokal,
moral, ekonomi dan sosial.
45
Penggunaan AIO dalam penelitian semata mata ditentukan dengan
statistik dan dikembangkan untuk memberi pemahaman akan
konsumen dalam kaitannya dengan produk tertentu, selain itu
penggunaan AIO ini hanya untuk pemahaman, karena didasari
kayakinan bahwa deskripsi konsum8n pada sejumlah pernyataan
akan memberikan informasi tentang konsumen yang lebih kaya
daripada deskripsi demografis saja.
Tabel2.2Dimensi Gaya Hidup AIO
Aktivitas Minat Opini Demografi
Kegiatan Keluarga Diri pribadi Usia
Hobi Rumah Isu sosial Pendidikan
Keadaan sosial Pekerjaan Politik Pendapatan
Liburan Komunitas Bisnis Pekerjaan
Hiburan Rekreasi Ekonomi Jumlah keluarga
Keanggotaan Klub Mode Pendidikan Kehidupan Kota
Komunitas Makanan Produk Geografi
Belajar Media Masa depan Luas kota
Olah raga Prestasi Kebudayaan Riwayat hidup
2.1.5 Self Esteem
2.1.5.1 Pengertian Self Esteem
Coopersmith (1967) dalam Luthfiah (2002) menjelaskan self esteem
adalah:
46
The evaluation which the individual makes and customarily
maintains with regard to himself; it's expresses an attitude of
approval or disapproval and indicates the extent to which the
individual believes himself to be capable significance, successful
and worthy.
Self esteem merupakan evaluasi atau penilaian yang dibuat individu
mengenai keberhargaan dirinya, yang ditampilkan daiam sikap
penerimaan atau penolakan dan menunjukan keyakinan individu kepada
diri sendiri bahwa ia mampu, berarti, berhasil dan berharga.
Menurut Loudon & Della Bitta (1993) dalam Imam (2005) self esteem
mengacu pada perasaan adekuat seseorang terhadap kecukupan dirinya
yang memadai dan penghargaa;l peras3an berharga atau harkat terhadap
dirinya sendiri. Sela;ljutnya menempatkan self esteem sebagai bagian
dari personality trait (sikap kepribadian) disamping mood dan tipe
keyakinan yang merupakan karakteristik dari konsumen, yang harus
menjadi perhatian bagi pelaku pasar agar lebih efektif dan meyakinkan.
Secara umum, melalui penelitian telah ditemukan bahwa orang yang
memiliki self esteem yang rendah, maka akan cenderung mudah untuk
dibujuk dibandingkan dengan orang yang memiliki self esteem tinggi
(Janis, 1954; Divesta & Merivan, 1959; Loudon & Della Billa, 1993 dalam
Imam, 2005).
47
Santrock (1995) dalam Chusairi (2002) dalam bukunya yang berjudul
"Life-Span Development" menerangkan bahwa self esteem adalah
"Dimensi penilaian (evaluatif) global dari kepribadian" atau" Suatu
penilaian atau pencitraan diri yang mengacu pada suatu bidang
k8terampilan-keterampilan yang berbeda dan penilaian diri secara umum"
Sedangkan Abraham Maslow salah seorang tokoh psikologi humanistik
secara panjang lebar menjelaskan bahwa; Setiap orang memiliki dua
kategori kebutuhan akan penghargaan, yakni harga diri dan penghargaan
dari orang lain. Pertama, harga diri meliputi: kebutuhan akan kepercayaan
diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan
dan kebebasan. Kedua penghargaan dari orang lain meliputi: prestice,
pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta
penghargaan.
Dalam uraian tersebut tampak bahwa Abraham Maslow membagi harga
diri menjadi dua kategori yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain
serta memandangnya sebagai sebuah kef)utuhan, sama halnya dengan
kebutuhan-kebutuhan yang berada dibawahnya, yakni; kebutuhan akan
rasa cinta dan memiliki-dimiliki, kebutuhan akan rasa aman dan
kebutuhan fisiologis (fisik). Kemudian, selain kebutuhan tersebut terdapat,
48
pula kebutuhan yang disebut dengan kebutuhan aktualisasi diri (self
Actualization) yang berada di atas kebutuhan harga diri.
Terpuaskannya kebutuhan akan harga diri pada individu akan
menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat, mampu dan
peraan berguna. Akan tetapi sebaliknya, frustasi karena terhambatnya
pemuasan kebutuhan ini akan menimbulkan sikap rendah diri, rasa tak
pantas, rasa lemah, tak mampu, dan rasa tak berguna, sehingga
menyebabkan individu tersebut mengalami kehampaan, keputusasaan,
guilty feeling serla penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam
berinteraksi dengan orang lain. Dengan perkataan lain, self esteem
merupakan hasil usaha individu yang bersangkutan dan merupakan
bahaya psikologis yang nyata apabila seseorang lebih mengandalkan
rasa harga dirinya pada opini orang lain daripada pada kemampuan dan
prestasi nyata dirinya sendiri (Koeswara, 1991)
Dari berbagai uraian pengerlian self esteem di atas, dapat ditarik sebuah
pengerlian bahwa self esteem ada!ah sejauh mana anda punya perasaan
positif terhadap diri anda, sejauh mana anda punya sesuatu yang anda
rasakan bernilai atau berharga dari diri anda, sejauh mana anda meyakini
adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri
meliputi unsur penilaian, penghormatan dan keyakinan seseorang
49
terhadap kemampuan, kekuatan dan keberartian dirinya berdasarkan
standar yang diekspresikan dalam bentuk kata-kata (verbal) maupun
perilaku.
2.1.5.2 Faktor-faktor Self Esteem
Coopersmith (1967) dalam Imam (2005) menjelaskan bahwa
pembentukan self esteem pada diri seseorang dapat terbentuk melalui
beberapa aspek berikut ini:
a. Keberhasilan (Succsess)
Terdapat empat jellis pengalaman yang dapat menimbulkan
perasaan berhasil pada diri individu sebagaimana yang diungkapkan
oleh Coopersmith, yaitu :
Perlama, keberhasilc'll dala": 2:52 si~::jficance, yaitu keberhasilan
yang diukur melalui seberapa banyak penghargaan, perhatian dan
kasih sayang yang diterima individu dari orang lain. Ekspresi
penghargaan dan perhatian terhadap individu tersebut akan
memunculkan penerimaan (acceptence) dan popularitas bagi
individu dan sebaliknya adalah penolakan dan isolasi. Efek utama
dari perlakuan tersebut akan menumbuhkan perasaan berharga dan
berarli dalam diri individu. Makin banyak orang yang memberikan
perhatian dan kasih sayang terhadap dirinya, maka semakin besar
50
kemungkinan individu memiliki penilaian yang positif terhadap
dirinya.
Kedua, keberhasilan dalam area Power, yaitu kemampuan atau
keberhasilan dalam mengontro: tingkah laku yang akan terjadi pada
dirinya dan power tersebut muncul melalui pengakuan dan
penghargaan yang diterima individu dari orang lain dan persetujuan
orang lain terhadap pendapatnya. Efek dari perlakuan tersebut
menimbulkan perasaan penghargaan terhadap pandangannya
sendiri dan mampu memunculkan sikap asertif, energik dan
eksploratif.
Keberhasilan dalam area Virtue, yaitu keberhasilan individu untuk
dapat menyesuaikan diri dengan standar moral dan etika yang
berlaku. Seseorang yang patuh terhadap nilai-nilai dan etika yang
diterapkan dalam dirinya, diasumsikan memiliki sikap diri yang positif
dan keberhasilan dalam memenuhi tujuan-tujuannya yang lebih
tinggi.
Keberhasilan dalam area Competence, yaitu keberhasilan individu
dalam menampilkan tampilan kerja (performance) dan prestasi yang
baik sesuai dengan yang diharapkan.
51
b. Nilai (Value)
Setiap individu akan memberikan penilaian yang berbeda dalam
memberikan pemaknaan terhadap keberhasilan yang telah dicapai
dalam berbagai area pengalaman. Perbedaan ini merupakan fungsi
dari nilai-nilai yang diinternalisasikan dari orang tua dan orang lain
yang signifikan dalam hidupnya. Dari penelitian-penelitian
sebelumnya ditemukan bahwa perlakuan menerima dan menghargai
cenderung menghasilkan standar nilai yang menimbulkan self
esteem juga mendukung standar nilai stabil dan realitas. Individu
juga dapat menilai keberhargaan dirinya berdasarkan area yang
dianggapnya paling signifikan, namun pada dasarnya terhadap
kesamaan standar nilai pada setiap individu dipengaruhi oleh kondisi
sosial tempai ia berada.
c. Aspirasi (Aspiration)
Penilaian diri yang meliputi perbandingan antara performance dan
kapasitas aktual dengan aspirasi dan standar yang dimiliki individu.
Jika standar tersebut tercapai, khususnya dalam area tingkah laku
yang bernilai, maka individu menyimpulkan bahwa dirinya adalah
orang yang berharga. Individu dengan self esteem rendah dan tinggi
menentukan tingkat aspirasi yang sama, tetapi bila berkaitan dengan
tujuan yang bersifat pribadi, terdapat perbedaan yang esensial dalam
52
tingkat aspirasinya. Individu dengan self esteem tinggi menetapkan
tujuannya lebih tinggi juga dibandingkan dengan indvidu dengan self
esteem yang rendah.
d. Pertahanan (defenses)
Bentuk defense yang dianggap efektif oleh individu akan dipengaruhi
oleh situasi dan reinforcement yang ditimbulkan. Individu akan
menggunakan defense yang sama yang digunakan oleh orang lain
yang dekat secara emosional dengan dirinya,dengan kata lain model
yang menunjukan cara efektif dalam menghadapi kecemasan.
Individu yang memiliki defense mampu mengeliminir stimulus yang
mencemaskan, mampu menjaga ketenangan diri dan tingkah
lakunya yang efektif, individu dengan self esteem yang tinggi
memiliki suatu bentuk mekanisme pertahanan diri tertentu yang
menjadikan individu tersebut menjadi percaya diri pada penilaian
dan kemampuan dirinya, serta meningkatkan perasaan mampu
untuk menghadapi situasi yang menyulitkan. Melalui semua proses
tersebut akhirnya individu sampai pada penilaian tinggi atau
rendahnya self esteem
53
2.1.5.3 Karakteristik Self Esteem
Beberapa karakteristik yang disebutkan Branden pada orang dengan self
esteem yang tinggi : (dalam Fitriah, 2002).
a. Mampu menghadapi kenyataan apa adanya dan dengan kesadaran
penuh. Perilaku yang muncul antara lain, terbuka terhadap inform3si,
pengetahuan dan umpan balik; dapat bertahan dalam suatu
kegiatan; berusaha memahami dunia eksternal maupun dunia dalam
diri sendiri; dan suka berterus terang (the practice of living
consciously).
b. Mampu menerima diri apa adanya. Perilaku yang muncul adalah
berkeinginan untuk memiliki, mengalami dan bertanggung jawab atas
pikiran, perasaan, dan tindakannya, tanpa menghindar, mengingkari.
la mengizinkan dirinya untuk mengalami emosi, dan mampu melihat
tindakan tanpa harus melukai, menyetujui atau memaafkan. Dengan
demikian ia tidak akan berprilaku defensive karena tidak
menempatkan diri kita pada situasi "diadili". Kemampuan ini
memungkinkan seseorang untuk mendengar umpan balik yang
berupa kritik atau gagasan yang berbeda tanpa bersikap memusuhi
atau merugikan (practice of self-acceptence).
c. Mampu bertanggung jawab atas diri sendiri, yaitu menyadari bahwa
ia adalah penentu pilihan dan tindakannya sendiri. Hal ini
54
membantunya bekerja sama mencari ikhtiar yang diperlukan, bukan
mencari siapa yang salah (the practice of self -responsibility).
d. Dalam bersikap aserlif terhadap diri sendiri adalah bersikap apa
adanya dalam berhadapan dengan orang lain, sehingga ia
menghargai pendapatnya sendiri ta'lpa memusuhi penolakan atau
ketidaksetujuan orang lain. Dengan demikian ia bersedia
mempertahankan diri serla mempertahankan gagasan dengan cara
yang tepat dalam situasi yang tepat pula (the practice of self
assertiveness) .
e. Mampu melaksanakan hidup berlujuan, yaitu mampu
mengidentifikasikan tujuan atau maksud dan tindakan jangka pendek
serta panjang. Dengan demikian dapat mengorganisir perilaku untuk
mencapainya, memonitor agar tetap pada jalurnya, melihat akibat
dan hasilnya serla tahu kapan harus mulai dari litik awal (the practice
of living purposefully).
f. Memiliki integritas pribadi, yaitu hidup yang sejalan dengan apa yang
dilakukan atau pre:ifesinya. Berani mengatakan kebenaran,
menghormati nilai-nilai yang dimiliki dan menghadapi orang lain
dengan adil. Bila seseorang telah merasa menghianati nilai yang
dianut maka rasa hormat terhadap diri sendiri akan berkurang (the
practice of personal intergrity)
55
2.1.6. Gaya hidup dan self esteem dalam pandangan Islam
AI-Our'an sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT untuk seluruh
umat manusia banyak berisi ajaran-ajaran yang dapat membimbing kita
sepanjang zaman. Dengan AI-Our'an kita bisa berdialog dalam bidang
apapun untuk mengangkat keuniversalan konsep-konsepnya ke tataran
pemahaman umat manusia.
AI-Our'an berisikan penjelasan tidak hanya semata-mata berupa ajaran
doktrinal kelslaman tetapi juga memuat sandi-sandi atau simbol-simbol yang
menggambarkan tentang eksistensi dan gejala psikis manusia
Penghargaan akan diri atau self esteem sebagai salah satu dimensi
psikologis dibicarakan dalam AI-Our'an. Isyarat penting tentang hal ini
sebagaimana tertuang dalam surat AI-Isra ayat 70 yang berbunyi :
Artinya :
"Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak Adam. kami angkat
mereka di daratan dan di lautan. kami beri merel,a rizki dari yang baik
dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan ".
56
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah memuliakan anak Adam
(manusia) dan menyempurnakannya dengan berbagai macam keutamaan
dan potensinya, sehmgga manusia dinilai lebih sempurna bila dibandingkan
dengan makhluk Allah lainnya.
Self esteem pada dlrJ seseorang salah satunya terbentuk dari sejauh mana
seseol'ang dapat menghargai keadaan fisik dengan berbagai atribut
kesempurnaan yang dimilikinya.
Allah telah menciptakan manusia dan melengkapinya dengan perangkat yang
memungkinkan memperoleh kemudahan dan kenyamanan dalam hidupnya,
Seseorang yang bijak akan berusaha menekan dorongan-dorongan yang
bersifat keduniawian agar tidak terjebak pada perhiasan dunia, seperti yang
tecantum dalam AI-Our'an surat AI-Imran ayat 14
Artinya :
"Oijadikan indah pada (pandangan) manusia, cinta syahwati, yaitu
menginginkan kepada wanita-wanita, anak-anak, benda-benda,berharga dari emas, perak, kuda pilihan, binatang temak dan sawah
57
ladang. itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat
kembali yang baik",
Ayat di atas menjelaskan bahwa di mata manusia, dunia dengan simbol-
simbol benda berharga adalah sesuatu yang indah secara hakiki, yang oleh
karena itu mereka menginginkannya dan memandang perlu untuk
memilikinya, dorongan untuk memiliki itulah yang menggerakkan seseorang
untuk melakukan sesuatu untuk memiliki apa keinginannya, Motif ini juga
yang menyebabkan manusia berebut benda-benda yang sifatnya
kesenangan duniawi semata demi memenuhi tuntutan gaya hidupnya dimana
dalam tingkatan tertentu akan menjadikan seseorang menjadi sombong dan
serakah, ia akan terus berusaha mendapatkan perhiasan dunia yang
membuatnya lupa akan kesederhanaan. Sesungguhnya perhiasan dunia
dapat melalaikan kita sebagaimana tercantum dalam surat At-Takaatsur ayat
1 yang artinya "bermegah-megahan telah melalaikan kamu",
Allah tidak suka pada seseorang yang berlebih-Iebihan sebagaimana yang
tercantum dalam AI-Our'an surat AI-An'am ayat 141 yang berbunyi :
Artinya :
".. ,Dan janganlah kamu berlebih-Iebihan karena sesungguhnya Allah
fidak suka pada orang yang berlebih-Iebihan.. "
58
Selain itu juga tercantum dalam surat AI-Furqon ayat 67 yang berbunyi :
Artlnya :
" Dan mereka yang apabila berbelanja (haria) tidak berlebih-Iebihan
dan tidak pula kikir tapi adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah
diantara yang demikian".
Manusia dihadapkan pada pilihan yang harus diambil apakah kesenangan
duniawi yang diinginkan oleh dorongan psikologisnya tetapi dengan resiko
t1dak memperoleh sesuatu di akhirat atau menekan keinginan tersebut untuk
mendapatkan kebahagiaan di akhirat .
59
2.2 Kerangka Beriikir
Persoalan yang sering muneul dan bisa disebut sebuah fenomena sosial
ada\ah pembellan sebuah barang bukan karena kebutuhan tetapi karena
aspek lain, seperti status sosial, gaya hidup, self esteem dan sebagainya.
misalnya banyak remaja atau kelompok dewasa muda rela mengeluarkan
budget yang tidak sedikit untuk mengganti telepon selularnya dengan
keluaran terbaru meskipun fungsi dan featuresnya sama dengan produk yang
dimiliki sebelumnya Mereka selalu berusaha ingin tampil beda dan gaya di
lingkungannya dengan memiliki telepon selular terbaru yang dilengkapi
dengan fitur-fitur eanggih dan modern. Mereka eenderung melihat pada
aspek estetika dan nita; dari pada aspek fungsi dasar telepon selular sebagai
alat komunikasi, Semakin tinggi harga sebuah telepon selular akan semakin
meneerminkan self esteem yang tinggi serta gaya hidup yang "wah" bagi
pemiliknya dimata masyarakat. Oleh karena itu produsen telepon selular
seakan berlomba untuk meneari alternatif baru dalam teknologi untuk
menjaring pasar, karena itu hanya dalam hitungan bulan sudah banyak
pilihan baru.
Konsumen disajikan oleh banyak pilihan produk sehingga dalam membeli
telepon selular dibutuhkan banyak pertimbangan-pertimbangan. Dalam hal ini
60
apakah gaya hidup dan self esteem seseorang mempengaruhi konsumen
dalam pembelian dan pemilihan produk selular.
Konsumen menempatkan kriteria evaluasi sebagai pertimbangan dalam
membeli suatu produk telepon selular berdasarkan fungsi, tingkat kebutuhan,
harga, garansi selain itu aspek psikologis yang ada pada individu juga dapat
mempengaruhi kriteria evaluasi sebuah produk telepon selular yang
mencakup gaya hidup, self esteem dan proses pengambilan keputusan.
Kriteria evaluasi adalah dimensi yang beragam, fasilitas/fungsi, atau
keuntungan yang dicari oleh konsumen untuk menjawab permasalahan
spesifik yang sedang dihadapi dalam proses pemilihan sebuah produk.
Contohnya, sebelum membeli telepon selular konsumen akan
mempertimbangkan harga, memori, kualitas, model, dan garansi. Hal
tersebut adalah kriteria evaluasi. Setiap konsumen dapat membeli sebuah
produk yang sama dengan kriteria evaluasi yang berbeda-beda.
Pada proses pembelian telepon selular mencakup beberapa aspek, baik dari
sisi produk maupun dari individu itu sendiri sebagai konsumen. Dari sisi
produk yang dilihat adalah kriteria evaluasinya sedangkan dari sisi
individunya mencakup kepribadian, konsep diri termasuk di dalamya self
esteem, gaya hidup, nilai dan daya beli konsumen.
61
Gaya hidup menjadi dasar evaluasi alternatif dan pengalaman menggunakan
sebuah produk (Loudon & Della Bitta, 1993 dalam Brotoharsojo dkk, 2005).
Performa produk atau pengalaman menggunakan produk berkaitan dengan
cara, situasi, dan kondisi lingkungan ketika produk digunakan.
Manusia, dalam kehidupannya sehari-hari hampir selalu berinteraksi dengan
orang yang terdekat hingga orang yang berada pada belahan dunia lain. Hal
ini menjadikan komunikasi sebagai suatu kebutuhan yang mendasar bagi
manusia, asumsi dari penelitian ini membuat telepon selular sebagai produk
pemenuhan kebutuhan tingkat empat dalam hierarki Maslow yaitu self
esteem.
Sedangkan yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa
yang dapat dikategorikan kedalam kelompok dewasa muda yang memiliki
minat yang luas. Hurlock membaginya menjadi 3 kategori, yaitu minat pribadi,
minat sosial, dan minat sosial. Minat pribadi mencakup penampilan, pakaian,
dan perhiasan pribadi, simbol kedewasaan, simbol status, uang dan agama.
Telepon selular memiliki tempat yang khusus seperti pakaian atau perhiasan.
Eksistensi telepon selular juga mencerminkan keberhasilan, status, simbol,
keunikan pribadi, lambang status sosial (self esteem), status ekonomi (gaya
hidup) yang tercermin pada desain telepon selular. (dalam Brotoharsojo dkk,
2005)
62
Asumsi pergeseran nilai dari telepon selular yang awalnya digunakan secara
fungsional komunikatif menjadi simbol yang bersifat fashion telah menjadi
fenomena perilaku konsumtif membuat penulis ingin meneliti sebagai aspek
yang penting bagi perilaku manusia oleh karena itu bermanfaat untuk dikaji.
Dari uraian di atas peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara gaya
hidup dan self esteem dengan kriteria evaluasi dalam memutuskan untuk
membeli telepon selular.
GayaHidup
KriteriaEvaluasi
SelfEsteen1
/
~~__, .-~~._W~""-"'''''''''''''''i_.,.m'''~-'1
r P;RPUE1J)'Kt~M·) UT)r\rm~ IIUIN SVAIIIF' r!fDAYllllJlU\Il ,J.I\~JlHTI~I\~~---,._._-~------,~-"~~.,,,
63
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan linjauan leorilik dan kerangka berfikir di alas, maka dapal
dirumuskan hipolesis sebagai berikul :
1. Hipolesis alternatif (H1)
a. "Ada hubungan yang signifikcln antarA gaya hidup dengan krileria
evaluasi membeli lelepon selular".
b. "Ada hubungan yang signifikan anlara self esteem dengan kriteria
evaluasi membeli telepon selular".
c. "Ada hubungan yang signifikan anlara gaya hidup dan self esteem
dengan krileria evaluasi mernbeli lelepon selular".
2 Hipolesis nol (Ho)
a. "Tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan
kriteria evaluasi membeli telepon selular".
b. "Tidak ada hubungan yang signifikan anlara self esteem dengan
kriteria evaluasi membeli telepon selular".
c. "Tidak ada hubungan yang signifikan anlara gaya hidup dan self
esteem dengan kriteria evaluasi membeli telepon selular".
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatjf! yaitu
dengan menampilkan hasH penelitian berupa angka-angka dengan metode
deskriptif. Metode ini dipilih sesuai dengan informasi yang ingin dikumpulkan
yaitu yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang akan digambarkan
melalui penelitian terhadap hubungan gaya hidup dan self esteem dengan
kriteria evaluasi membeli telepon selular.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002), menyatakan bahwa penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang berdasarkan kejelasan unsurnya yang terdiri dari
kejelasan tujuan, pendekatan subyek, sampel, sumber data yang sudah
mantap, dan terinci sejak awal, begitupun dengan langkah penelitian dan
desain serta pengumpulan data dan analisis datanya, guna memperoleh
kesimpulan tentang apakah ada hubungan antara gaya hidup dan self
esteem dengan kriteria evaluasi membeli telepon selular.
65
3.1.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
jenis penelitian korelasional. Menurut Gay (Sevilla, et ai, 1993 dalam Tuwu,
1993) metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data
dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang
menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu
penelitian. Sedangkan penelitian korelasional adalah penelitian yang
dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang
berbeda dalam suatu populasi (Sevilla, et ai, 1993 dalam Tuwu, 1993).
Penelitian korelesional adalah penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh
mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau
lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi. Dengan penelitian
korelasional, pengukuran terhadap beberapa variabel serta hubungan antara
variabel-variabel tersebut dapat dilakukan secara serentak dalam kondisi
yang realistik. Studi korelasional memungkinkan peneliti untuk memperoleh
informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi, bukan mengenai ada
tidaknya efek variabel satu dengan variabel yang lain. (Azwar, 2003)
3.1.3 Definisi variabel dan operasional variabel
3.1.3.1 Definisi variabel
Variabel adalah satu karakteristik yang mempunyai dua atau lebih nilai,
atau sifat yang satu sama lain terpisah (Sevilla, et ai, 1993 dalam Tuwu,
67
3. Kriteria evaluasi adalah fungsi tipikal sebuah produk atau atribut
sebuah produk atau atribut yang ada pada produk, baik kelebihan
maupun kekurangan dari produk tersebut yang harus diantisipasi.
3.2. Pengambilan Sampel
3.2.1. Populasi dan Sampel
Populasi <jdalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto Suharimi, 2002).
Sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini harus memiliki eiri-eiri atau
karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain
(Azwar, 2003)
Sampel adalah jika kita meneliti sebagian dari populasi. Dengan kata lain
sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang dite!iti. Gay (Sevilla, et
81,1993 dalam Tuwu, 1993) mendefinisikan populasi sebagai kelompok
dimana peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya. Menurut
Ferguson (1976) dalam Sevila (1993), sampel adalah "beberapa bagian keeil
atau euplikan yang ditarik dari populasi".
Penggunaan sampel dalam jumlah yang semakin besar, akan semakin
mengurangi terjadinya bias yang dapat ditemui dibandingkan dengan
68
menggunakan sampel dalam jumlah yang kecil. Penggunaan sampel dalam
jumlah besar meningkatkan derajat reliabilitas dari hasil penelitian tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah yang berjumlah 660 orang, Untuk menentukan ukuran sampel
dari populasi, peneliti menggunakan rumus Siovin (1960) dalam Sevila (1993)
yaitu;
N17
I+Ne
n : Ukuran sampel
N : Ukuran Populasi
E : Nilai kritis sebesar 10 % (batas ketelitian) yang diinginkan (persen
kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
populasi),
Batas kritis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10%,
Dengan demikian dari 660 orang jumlah keseluruhan populasi yang diteliti,
maka sampel yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebesar
87 orang, seperti pada perhitungan berikut :
n = 660 = 871+ (660 x 0,01)
69
3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling,
dengan teknik accidental sampling. Yang dimaksud dengan non probability
sampling yaitu suatu metode yang artinya setiap unit sampel dipilih
berdasarkan peluang atau suatu metode pengambilan sampel dimana tidak
semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
sampel penelitian seperti yang dikatakan oleh Kidder & Judd dalam Nurjanah
(2007)
" In non probability sampling, there is no way estimate the probability
each element has of being include in the sample and no assurance
that every element has some chance of being include"
Pernyataan Kidder & Judd (dalam Nurjanah, 2007) menjelaskan bahwa
dengan metode ini, peneliti tidak dapat memperkirakan kemungkinan tiap
kelompok populasi memiliki kemungkinan untuk terwakili dalam sampel.
Metode ini memudahkan proses pengambilan sampel sehingga dapat
menghemat waktu dan biaya. Dalam metode ini tidak semua individu dalam
popuasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.
Sedangkan yang dimaksud accidental sampling, adalah cara pengambilan
sampel yang memenuhi kriteria dan yang bersedia menjadi subyek dalam
sampel yang paling mudah ditemui. Alasan peneliti menggunakan teknik ini
70
karena didasarkan pada pemakaian telepon selular sebagai salah satu media
komunikasi yang hampir semua orang menggunakannya selain itu
memudahkan mereka berhubungan dengan yang lain, terutama membangun
jaringan dan kerjasama yang diperlukan.
Dalam Simamora (2004) accidental sampling diambil karena convenience,
maksudnya yang paling mudah dihubungi, dikenal, dan mau diajak bekerja
sama. Misalnya menggunakan mahasiswa. anggota-anggota organisasi,
anggota keluarga, atau teman-teman sebagai responden. Hal tersebut
didukung oleh pernyataan Kidder & Judd dalam Nurjanah (2007)
" In incidental sampling, one simply reaches, out and take cases that
are at hand continuing the process until the sampef reaches a
designated size"
Pernyataan Kidder & Judd tersebut menjelaskan bahwa dengan teknik ini,
peneliti 'hanya' perlu ada dalam populasi dan mengambil sembarang subyek
yang ada dalam populasi tersebut untuk berpartisipasi dalam penelitian
sampai mendapatkan jumlah sampel yang diinginkan oler. peneliti. Kelebihan
dari teknik ini adalah kesederhanaan, karena sampel dapat merupakan
individu yang pertama kali ditemui dan dapat merupakan individu yang
memiliki hubungan dekat dengan peneliti. Sedangkan kekurangannya adalah,
hasil yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lebih
71
luas, karena tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dijadikan sampel penelitian.
3.3. Pengumpulan Data
3.3.1 Metode & Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala
yang berisi beberapa pernyataan tertulis yang bertujuan untuk mendapatkan
jawaban subyek tentang suatu hal. Ada tiga skala yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu skala AID untuk mengukur gaya hidup, self esteem
inventory untuk mengukur harga diri dan skala kriteria evaluasi untuk
mengukur kriteria evaluasi membeli telepon selular.
Skala yang digClnakan didesain berdasarkan skala model Likert yang berisi
sejumlah pernyataan yang menyatakan objek yang hendak diungkap.
penskoran pada skala model Likert yang digunakan dalam penelitian ini
merujuk pada empat alternatif jawaban, sebagai berikut: (Sevila, 1993 dalam
Tuwu, 1993)
• Selalu (SL) = 4
• Sering (SR) = 3
• Pernah (P) = 2
• Tidak Pernah (TP) = 1
73
a. Data kontrol
Pertanyaan terbuka dan tertutup mengenai keterangan diri subyek berisi
tentang data; jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan orang tua, tingkat
pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, tingkat ekonomi,
pengeluaran per bulan. dan status kepemilikan HP. msrek HP.
b. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Skala AIO untuk mengukur gaya hidup
Mengacu pada pengertian gaya hidup yang dikemukakan Engel.
Blackwell & Miniard (1996) dalam Susianto (1993), konstruk gaya
hidup terdiri dari unsur aktivitas, minat dan opini. Unsur A (aktifitas)
mengukur bagaimana melewati waktu dan menghabiskan uangnya.
Unsur I (minat) mengukur minat yang dianggap paling penting bagi
individu. Sedangkan unsur 0 (opini) mengukur pendapat atau
pandangan tentang topik tertentu.
Pengukuran gaya hidup dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan
dengan model Likert. Dalam skala ini terdapat 4 alternatif pilihan
jawaban, yaitu Sangat sesuai (SS). sesuai (S). tidak sesuai (TS).
Sangat tidak sesuai (STS). Kategori jawaban netral tidak diberikan
dengan tujuan untuk menghindari kecenderungan memberikan
jawaban yang netral dan meragukan. Jumlah total item alat ukur gaya
74
hidup sebanyak 50 item. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel3.1
Blue Print Skala AIO
I No ItemI 1 2 3 4 5* 6* 7*Activities I Hobi
I HiburanI : ; , ; : ,1 11 *,12*,13*,14,15,16,17,18
I Olah raga I 29,30,31,32,33,34*Interest Komunitas 1 19,20*,21,22
Rekreasi 18* 9* 10Mode 38*,39*,40*Keluarga I 35*,36*,37
Opinion IDiri Sendiri 41,42*,43*,44*,45,46,47,48*,49,50*
I Ekonomi 23,24,25,26,27,28*
I Dimensifaspek
I Total Item* Item yang Valid
150
2. Skala seff esteem inventory dari Coopersmith (1967) dalam
Perwaningsih (2004), untuk mengukur Self esteem
Alat ukur Self Esteem yang digunakan dalam peneltian ini adalah
skala yang merupakan adaptasi dari Self Esteem Inventory dari
Coopersmith. Alat ukur ini sudah pernah digunakan oleh Endah
Hastuti Purwaningsih (2004). Keuntungan dari Self Esteem Inventory
ini adclah kebanyakan itemnya dapat disesuaikan lagi dimasa yang
akan datang dan dapat dipergunakan oleh segala usia dengan
mengabaikan beberapa kalimat yang tidak sesuai. Perincian item
sebagai berikut :
75
Tabel3.2
Blue Print Skala Self Esteem
* Item yang Valid
Dimensi Favorable Unfavorabel LSelf esteem
Harga diri akademik 3,7* 47* 3Harga diri sosial 4,6,8,10,19*,39,42, 9,18,26*,28*,49* 14
46*,48Harga diri dalam 5*,34*,35*,38 29*,32*,33*,36* 8keluagaGeneral self 1*,2*,11 *, 12,13*,15*, 14*,20*,21 *,22*,23* 24
16*,17*,43,44,45* 24*,25*,27*,30*,31 *37*,40,41
Total 26 23 I~
Pada skala ini subyek, diminta untuk menentukan pilihan jawaban
yang paling sesuai dan paling mencerminkan diri . Jawaban "ya"
diberikan bila pernyataan tersebut dianggap sesuai dengan diri
subyek, sedangkan jawaban "tidak" diberikan bila pernyataan
dianggap tidak sesuai dengan dirinya. Alternatif jawaban sudah
tersedia di sebelah kanan tiap pernyataan dan subyek hanya memilih
salah satu jawaban dari dua alternatif yang tersedia. Pada self esteem
inventory, rentang skala yang digunakan adalah 1 dan 0 yang secara
berurutan masing-masing berarti 1 untuk jawaban "ya" dan 0 untuk
jawaban "tidak". Untuk beberapa item, penilaian dilakukan secara
terbalik. 1 untuk "tidak" dan 0 untuk "ya". Item-item ini disebut juga item
76
negatif (unfavorables item). Skor total diperoleh dengan menjum/ah
skor setiap itemnya.
Pene/iti sebelumnya melakukan uji validitas dan reliabilitas alat ukur
ini. Untuk validitas peneliti menggunakan uji validitas muka (face
validity) yaitu menguji mengenai apakah suatu alat ukur tersebut sahih
untuk mengukur konstruk yang hendak diukur (Anastasi, 1997 dalam
Imam, 2003). Hal itu dilakukan dengan cara meminta kepada kedua
dosen pembimbing untuk menilai sejauh mana item-item dalam alat ini
untuk mengukur self esteem. Selanjutnya peneliti sebe/umnya juga
meminta beberapa remaja untuk menilai item-item alat ukur apakah
sudah cukup jelas penulisannya dan bahasanya dapat dimengerti o/eh
mereka. Sedangkan penghitungan koefisien reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan metode Alpha Cronbach.
3. Skala untuk mengukur kriteria evaluasi membeli telepon selular.
Skala yang dipakai dalam penelitian ini yang ideal menurut Martun
(2006) merupakan modifikasi skala yang dibuat oleh Dharma (2002),
yang terdiri dari 27 item, kemudian dikembangkan /agi berdasarkan
aspek-aspek dari kriteria evaluasi sehingga total item menjadi 51 item.
Pada skala ini menggunakan 4 kategori jawaban, yaitu sangat penting,
penting, tidak penting, dan sangat tidak penting. Pada skala ini tidak
77
digunakan item yang sifatnya unfavorabel karena yang diukur adalah
sikap terhadap produk.
Tabel3.3
Blue Print Skala Kriteria Evaluasi
~~ D'me,,' I A'pek No Item ..-Fungsi & fasilitas 17*,18*,19*,20*,21 *,22*,23*,24*,25*,
Kriteria (Features) 26*,27*,28*,29*,30*,31 *,32*,33*,34*,Evaluasi 35*,36*,37"',38*,39*,40*,41 *,42*,43*,
44*,45*,46*,47*,48*,49*,50*,51 *Performance 12*3*4*5* ..-
! 1 , !
Desain 10*,11,12*,13*,14*,15,16*Layanan puma jual 6*,7*,8*,9*
Total Item 51* Item yang Valid
3.3.2 Teknik pengumpula:l data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan
langsung skala/instrumen penelitian kepada subyek yang menjadi sampel
penelitian yaitu para mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.3.3 Teknik uji instrumen penelitian
Sebelum skala digunakan sebagai alat pengumpul data untuk penelitian yang
sesungguhnya, dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas item. Hal ini
dilakukan supaya alat pengumpul data tersebut dapat menjadi akurat dan
78
dapat dipereaya. Uji instrumen penelitian dilakukan pada sampel yang
tersedia sejumlah 50 orang, yang terdiri dari 28 wanita dan 22 laki-Iaki
1. Validitas
Pengujian validitas instrumen dilakukan untuk menentukan apakah
instrumen yang telah dibuat valid untuk digunakan. Valid artinya dapat
mengukur dengan tepat gejala-gejala yang hendak diukur dan
seberapa jauh alat ukur itu memberikan sifat ketelitian sehingga dapat
menunjukkan gejala yang ukur dengan sebenarnya. (Azwar, 2003)
Validitas item berfungsi untuk mengukur masing-masing item. Cara
penentuan kesahihan item dalam teknik ini adalah dengan eara
mengkorelasikan terlebih dahulu setiap skor item dengan skor yang
diperoleh individu. Valid atau tidaknya item tergantung pada tingkat
signifikan pada koefisien korelasi butir dalam taraf signifikan 5%. Jika
dikatakan alpha 5% berarti resiko kesalahan mengambil keputusan
adalah 5%, semakin keeil dan berarti mengurangi resiko salah.
Pengujian dilakukan dengan eara menghitung korelasi antar skor item
dengan skor total tes yang diperoleh subjek dengan menggunakan
kore/asi product moment dari Pearson, dengan program "SPSS For
Windows 11.5". Penggunaan korelasi product moment Pearson ini
karena item-item skala pada penelitian ini diberi skor pada level
79
interval dan memiliki empat alternatif jawaban. Adapun rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Rumus:
NIit -(Ii)(It)
(Azwar, 2003)
Keterangan:
rit : Koefisien korelasi item dengan total item
N : Jumlah subyek penelitian
L:i : Jumlah nilai dari tiap item
L:t : Jumlah nilai konstan
L:it : Jumlah hasil perkalian nilai item dengan nilai konstan
(Li)2 : Jumlah kuadrat nilai item
(L:t)2 : Jumlah kuadrat nilai konstan
2. Reliabilitas
Reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasH suatu
pengukuran dapat dipercaya. HasH pengukuran dapat dipercaya hanya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok subyek yang sama diperoleh hasH yang relatif sama, selama,
aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah (Azwar,
80
2003). Untuk menganalisis reliabilitas dihitung dengan menggunakan
program SPSS versi 11.5. Formula statistik yang digunakan untuk
menguji reliabilitas adalah Alpha Cronbach
Rumus:
Ka=
K - I
Keterangan
a : Koefisien reliabilitas alpha
K : Jumlah item
IS2j •Varians Butir s
S2X : Jumlah skor item
Untuk mengetahui reliabilitas skala gaya hidup dan self esteem pada kriteria
evaluasi membeli telepon selular dapat dilihat pada kaidah reliabilitas
Guilford.
Tabel3.4
Kaidah Reliabilitas Guilford
Kriteria KoefisienReliabilitas
Sangat Reliabel >0.9Reliabel 0.7-0.9Cukup Reliabel 0.4-0.7Kurang Reliabel 0.2-0.4Tidak Reliabel <0.2
81
3.3.4 Hasil uji coba instrumen penelitian
a. Skala Gaya Hidup
Berdasarkan hasil uji coba terhadap 50 item dalam instrumen gaya hidup,
maka terdapat 21 item yang valid dan 29 item lainnya tidak valid. Dari uji
reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien gaya hidup sebesar 0,8237. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini reliabel untuk
digunakan, karena sesuai dengan kaidah reliabilitas Guilford, suatu skala
dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach antara 0,7-0.9.
b. Skala Self Esteem
Berdasarkan hasil uji coba terhadap 49 item dalam instrumen self esteem,
maka terdapat 33 item yang valid dan 16 item lainnya tidak valid. Dari uji
reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien self esteem sebesar 0,92. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini rel;abel Cl:-::ClI,
digunakan, karena sesuai dengan kaidah reliabilitas Guilford, suatu skala
dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach antara 0,7 - 0.9.
c. Skala Kriteria Evaluasi
Berdasarkan hasil uji coba terhadap 51 item dalam insltumen kriteria
evaiuasi, maka terdapat 48 item yang valid dan hanya 3 item yang tidak
valid. Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien kriteria evaluasi sebesar
0,95. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini,
__·"m.. .-..---..-•...•..-•.•.....•-.•"..-- - - 1f,
~
-Ji\Ki\frfl-\I,, __._.._.....__ .. . .__---_..._ ... 1
83
sebelumnya tentang kriteria evaluasi membeli telepon selular dari
literatur yang sudah ada.
• Memperlihatkan alat ukur gaya hidup kepada dosen pembimbing.
• Memperbaiki instrumen sesuai dengan saran yang diberikan oleh
dosen pembimbing.
2 Uji Coba Alat Ukur
Tahap uji coba alat ini dimaksudkan untuk menguji validitas dan
reliabilitas alat ukur. Walaupun alat ukur ini sudah pernah digunakan
dalam penelitian sebelumnya dan sudah teruji validitas dan
reliabilitasnya, namun peneliti merasa perlu untuk melakukan kembali
karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya. Tahap uji coba alat ini dilakukan kepada 50
orang pada tanggal 7 Juni 2007.
3. Pengumpulan data, meliputi, penentuan populasi dan sampel.
4. Pengolahan data, berupa pengeditan data yang masuk, skoring hasil,
tabulasi data, dan analisis data untuk menguji hipotesis.
5. Pembahasan, interpretasi dan pembahasaan hasil uji statistik
berdasarkan teori serta merumuskan kesimpulan hasil penelitian dengan
menghitung data penunjang yang diperoleh.
84
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses yang dilakukan untuk membuat data yang
dikumpulkan menjadi teratur, terstruktur, dan bermakna. Oleh karena peneliti
menggunakan data kuantitatif maka data yang diperoleh berupa angka.
Setelah mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka peneliti
melakukan analisis statistik dengan menggunakan :
1. Korelasi Produk Moment oleh Pearson (Simamora, 2004) digunakan
untuk memperoleh koefisien korelasi.
Rumus:
keterangan :
rxy : Angka indeks korelasi "r" product moment
N : Jumlah penelitian
LXY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
Lx : Jumlah skor X
Ly : Jumlah skor Y
2. Sedangkan untuk mencari besarnya sumbangan gaya hidup dan seff
esteem terhadap kriteria evaluasi membeli telepon selular digunakan
85
rumus multipel regresi (Guilford dan Fruchter,1981 dalam Rodiah,
2006).
2 ,rl2'+rI1-2rI2r1?r23R 1.2.'. ,
1-1'23'
keterangan :
r 12 = Korelasi antara kriteria evaluasi dan gaya hidup
r 13 = Korelasi antara kriteria evaluasi dan self esteem
r 23 = Korelasi antara gaya hidup dan self esteem
3. Mengetahui perbedaan berdasarkan data kontrol dengan
menggunakan uji beda one-wayanova
4. Selanjutnya pengolahan data secara keseluruhan dilakukan dengan
menggunakan SPSS 11,5
BAB4
PRESENTASI DAN ANALISA DATA
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Gambaran umum subyek penelilian yang berjumlah 87 orang akan diuraikan
secara deskriplif dan dibanlu dengan penyajian dalam benluk label dari
jumlah penelilian.
4.1.1 Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin
Dibawah ini dikemukakan gambaran subyek penelilian berdasarkan jenis
kelamin subyek.
Tabel4.1
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase %
Laki-Iaki 39 44.8%
Perempuan 48 55.2%
Tolal 87 100%
Berdasarkan label di alas, dapal dilihal bahwa secara keseluruhan jumlah
subyek wanila lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subyek laki-Iaki.
Dapat dilihat dari jumlah persentase keduanya yaitu 44,8% untuk jenis
kelamin laki-Iaki dan 55,2% untuk jenis kelamin wanita.
4.1.2 Subyek Berdasarkan Usia
Tabel berikut memberikan gambaran mengenai usia subyek penelitian.
Tabel4.2
Berdasarkan Usia
~..
Pria Wanita i Total
uSia F (~ F ~l iF (%
18 -20 7 8% 26 29,9% 133 37,8%I
21 -23 22 25,3% 26 29,9% i 48 55,2%
'2-4 - 27 5 5,7% 1 1,1% 16 6,9%I
Total 34 39% 53 60,9% i 87 100%~ I
Berdasarkan usianya, secara keseluruhan subyek penelitian ini didominasi
oleh mereka yang berada pada rentangan usia 18-20 tahun sebanyak 33
orang (37,8 %), selanjutnya usia 21-23 tahun sebanyak 48 orang (55,2 %)
dan usia 24-27 tahun sebanyak 6 orang (6,9 %).
4.1.3 Subyek Berdasarkan Penghasilan Pribadi
Tabel berikut memberikan gambaran subyek berdasarkan jumlah
penghasilan pribadi perbulannya.
87
88
Tabel4.3
Berdasarkan Penghasilan Pribadi
Penghasilan sendiri Frekuensi Persentase %
< 500 ribu 25 28 17%
500 ribu - 1 Juta 20 22,9%
1.1 juta - 3 juta 4 4,6%
Tidak berpenghasilan L. 38 43,6%
L Total--
87 100% ~
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa subyek yang tidak
memiliki penghasilan pribadi sebanyak 38 orang dengan persentase terbesar
yaitu sebesar 43,6 %, persentase terbesar kedua sebanyak 25 orang dengan
penghasilan kurang dari 500 ribu, selanjutnya 20 orang memiliki penghasilan
antara 500 ribu sampai 1 juta memiliki persentase 22,9%. Sedangkan
persentase terkecil yaitu sebesar 4,6 % sebanyak 4 orang. Persentese
terbesar berada pada posisi tidak berpenghasilan, hat ini diasumsikan karena
populasi dalam penelitian adalah golongan mahasiswa dan tidak semua
sampel dalam penelitian ini memiliki penghasilan pribadi.
4.1.4 Subyek Berdasarkan Pengeluaran Per Bulan
Tabel berikut memberikan gambaran subyek berdasarkan pengeluaran
perbulannya.
90
berada pada standar normal pengeluaran, hal ini sebanding dengan status
mahasiswa yang besar tidak memiliki pengasilan pribadi.
4.1.5 Subyek Berdasarkan Status Kepemilikan Telepon Selular
Tabel berikut memberikan gambaran subyek berdasarkan status kepemilikan
teiepon seiular
Tabel4.5
em enan "'0 I4..:5
J/"/0
Baru 25 28,7%
Bekas 24 27,6%
Total 87 100%
Berdasarkan Status Kepemilikan Telepon
I:tat:s. ~e~~ensi~ pers~~n~~~~
Berdasarkan status kepemiiikan telepon selular persentase terbesar yaitu
43,7% sebanyak 38 orang dengan status pemberian, terbesar kedua
sebanyak 25 orang dengan status baru (28,7%), selanjutnya status teiepon
selular bekas sebanyak 24 orang (27,6%).
4.1.6 Subyek Berdasarkan Merek Telepon Selular
Dari tabei 4.6 rata-rata subyek dalam peneiitian ini menunjukkan keragaman
rnerek tel8pon seiuiar dengan keragarnan tipe yang dipakai subyek. Terdapat
9]
64,37% subyek yang memakai telepon selular merek Nokia, 13,8 % subyek
yang memakai telepon selular merek Sony Ericsson, 12,64 % subyek yang
memakai telepon selular merek Motorolla, 5,75 % subyek yang memakai
telepon selular merek Samsung, 2,29 % subyek yang memakai telepon
selular merek Siemens dan 1,15 % subyek yang memakai telepon selular
merek Nexian.
Tabel4.6
Kategori Sampel Menurut Merek Telepon
i I--
Mark teJepon , Frekuensi Persentase (%)INokia I 56 64,37%I
Sonny Ericssonil 12 13,8%I
Nexian I 1 1,15%
Siemens I 2 2,29%
Motorolla I 11 12,64%
Samsung
Total
5
87
5,75%
4.1.7 Subyek Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
Tabel berikut memberikan gambaran subyek berdasarkan pekeris2.n orang
tua.
92
Tabel4.6
Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
100%[87Total
Dad Job Frekuensi Persentase %t Wiraswasta 33 37,9%
PNS 25 28,7%
Karyawan swasta
~25,3%
IPurnawirawan 3,4%--~Dosen 1 I 1,1%
Pensiunan 3 3,4%"
Berdasarkan tabel di atas diperoleh gambaran pekerjaan orang tua dalam hal
ini adalah ayah. Yang paling banyak persentasenya adalah wiraswasta
sebanyak 33 orang (37,9%), PNS sebanyak 25 orang (28,7%), karyawan
swasta sebanyak 22 orang (25,3%), purnawirawan dan pensiunan sebanyak
3 orang (3,4%) dan yang terakhir dosen sebanyak 1 orang (1,1 %).
Berdasarkan gambaran pekerjaan orang tua di atas kita dapat meprediksikan
dan membandingkannya dengan kriteria evaluasi membeli telepon selular
pada subyek penelitian.
4.1.8 Subyek Berdasarkan Pendapatan Orang Tua
Tabel berikut memberikan gambaran subyek berdasarkan pendapatan orang
tua.
93
Tabel4.7
Berdasarkan Pendapatan Orang Tua
Pendapatan l Frekuensi IPersentase %
~ , . 4~ 48 ~%< L JUla L ,.5 0
2 Juta - 4,9Juta 40 45,9%~..
5 Juta - 7Juta I 1 1,1%
> 7 Juta 4 4,6%
L Total 87 100% ~
Berdasarkan data di atas pendapatan orang tua pada rentangan < 2 juta
memiJiki persentase terbesar yaitu 48,3% sebanyak 42 orang, kemudian
pendapatan pada rentangan 2 juta - 4,9 juta sebanyak 40 orang (45,9 %),
seJanjutnya pendapatan > 7 Juta sebanyak 4 orang (4,6 %), sedangkan
persentase terkecil penghasilan pada rentangan 5 juta- 7 juta sebanyak 1
orang (1,1 %). Pendapatan orang tua pada rentangan < 2 juta dan antara 2
juta sampai 4,9 juta memiliki persentase yang tidak jauh berbeda, hal ini
dapat menggambarkan tingkat ekonomi mahasiswa UIN sebagai sampeJ
penelitian termasuk dalam kategori menengah kebawah.
4.2 Presentasi Data
SebeJum melakukan uji hipotesis, diJakukan uji persyaratan statistik. Hal ini
untuk memastikan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam
persyaratan menggunakan statistik parametrik.
94
4.2.1 Uji persyaratan
Uji persyaratan adalah syarat untuk melakukan analisis lebih lanjut dalam
mengolah data. Uji persyaratan yang digunakan disini adalah uji normalitas
dengan menggunakan SPSS 11,5
4.2.1.1 Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak
untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus dilakukan
uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Dengan demikian,
anal isis statistik yang pertama kali harus dilakukan dalam rangka analisis
data adalah anal isis statistik berupa uji normalitas.
Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai signifikansi uji
normalitas data pada skala gaya hidup sebesar 0.010. Karena nilai
signifikansi yang dihasilkan lebih keeil dari nilai signifikansi 0.05, maka
dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Berikut ini adalah
gambar diagram Q-Q plot keluaran SPSS 11.5.
Gambar4.1
Q-Q Plot Gaya Hidup
Normal Q-Q Plot of Gaya Hidup3r------------------,
95
2
./
o
ro§ -10.ZTI
2 -2o
'"0.
LD .3l-- ---~_~--~---__!_40 50 60 70 80
Observed Value
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa sebaran data variabel gaya
hidup berada disekitar garis uji yang mengarah ke kanan dengan
demikian data tersebut dapat dikatakan normal.
Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai signifikansi uji
normalitas data pada skala self esteem sebesar 0.000. Karena nilai
signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari nilai sigr,ifikansi 0.05, maka
dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Berikut ini adalah
gambar diagram Q-Q plot keluaran SPSS 11.5.
97
Gambar4.3
Q.Q Plot Kriteria Evaluasi
Normal Q-Q Plot of Kriteria Evaluasi3,-- --,
20018016014012010080
o
2
roE -1oZ"02 ·2
"(l)Cl.XW -3+-__-_--_-_-_-__----<
60
Observed Value
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa sebaran data variabel kriteria
evaluasi telepon selular berada di sekitar garis uji yang menyarah ke
kanan atas dengan demikian data tersebut dapat dikatakan normal.
4.3. Hasil Utama Penelitian
4.3.1 Uji Hipotesis
Hipotesis utama penelitian ini diuji dengan menggunakan korelasi Pearson
Product Moment. Dalam penghitungannya, peneliti menggunakan bantuan
program SPSS versi 11.5 hasil penghitungan yang dihasilkan ditampilkan
pada tabel di bawah ini :
98
Correlations
I Gaya Hldup IKriteria
Self Esteem EvaluasiGaya Hldup Pearson Correlation
1 ! -.036 .083S19. (2-talled) .743 .446N 87 87 87
Self Esteem Pearson Correlation -.036 1 .016Sig. (2-tailed) .743 .880N 87 81 87
Kriteria Evaluasi Pearson Correlation .083 016 1
S19. (2-talled) 446 880N 8d 87 !. 87
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai korelasi (r Pearson product
moment) hitung antara variabel gaya hidup dengan kriteria evaluasi adalah
sebesar 0.083. Sementara r tabel (N 87 ; alfa 5%) adalah sebesar 0.213.
dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan kriteria evaluasi
diterima.
Nilai korelasi (r Pearson product moment) hitung antara variabel self esteem
dengan kirteria evaluasi adalah sebesar 0.016. Sementara r tabel ( N 87;alfa
5%) adalah sebesar 0.213. Dengan demikian hipotesis nihil yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara self
esteem dengan kriteria evaluasi diterima.
99
4.3.2 Regression Aspek-aspek Gaya Hidup & Kriteria Evaluasi
Analisis Hubungan Aspek-aspek variabel gaya hidup dengan kriteria evaluasi
membeli telepon selular (HP). Metode regresi berganda ini dipergunakan
untuk melihat aspek-aspek variabel gaya hidup apa saja yang memiliki
hubungan signifikan terhadap variabel kriteria evaluasi. Dari hasil
penghitungan yang disajikan pada tabel berikut:
Correlations
I kriteriaevaluasi activities interest opinion
Pearson kriteria e".;aluasi 1.000 .060 .004 : 139Correlation
ac~jvjties .060 1.000 498 304interest .004 498 1000 .560opinion .139 304 .560 1.000
Sig. (Hailed) kriteria evaluasi .290 485 099activities .290 .000 .002interest 485 .000 .000opinion .099 .002 .000
N kriteria evaluasi 87 87 87 87activities 87 87 87 87interest 87 87 87 87opinion 87 87 87 87
Pada tabel matriks Correlation di atas diketahui bahwa nilai r hitung yang
dihasilkall pada aspek-aspek pada variabel gaya hidup (activities 0.060,
interest 0.004 dan opinion 0.139) berada di bawah nilai r tabel (N = 87; a =
5% & 1%) 0.213 & 0.278. Sehingga dapal disimpulkan bahwa tidak lerdapat
hubungan yang eral dan signifikan antara aspek-aspek variabel gaya hidup
dengan variabel kriteria evaluasi.
100
Pada tabel Model Summary didapat nilai koefisien determinasi R2 sebesar
0.031 (3.1 %). Ini menunjukkan bahwa ketiga aspek variabel gaya hidup di
atas memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel kriteria evaluasi sebesar
3.1 %, dan selebihnya 96.9% adalah kemungkinan terdapat aspek-aspek
gaya hidup lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel kriteria
evaluasi.
Pada tabel anal isis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat
dipergunakan untuk memprediksi kontribusi variabel gaya hidup dan self
esteem terhadap variabel kriteria evaluasi. Dari penghitungan didapat nilai F
hitung sebesar 0.889. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan df1 = 3 dan
dh = 83, didapat nilai Flabel = 2.72. Karena nilai Fhitun9 (0.889) < nilai Flabel
(2.72) maka dapat disimpulkan bahwa ketiga aspek variabel gaya hidup
sangat tidak signifikan dalam memberikan kontribusi pengaruh yang besar
terhadap variabel kriteria evaluasi.
Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
!LCoefficients Coefficients T 9i9_·_
-~. ..- ...~..
Model B I Std. Error Beta I1 (Constant) 122.518 22.354 5.481 000
activities .616 1.085 .071 .567 572interest -1.080 1.095 ·.141 ·.987 327opinion 1.634 1.082 .197 1510 135
a Dependent Vanable. krrtena evaluasl
102
Correlations
I krlteria i1
t general selfevaluasi i akademlk sasial , keluaraa esteem
Pearson Correlation kriteria evaluasi 100~ i .038 .133\ -.021, I -.031akademik .038 1000 .449 .399 555soslal .133 .449 1.000 .648 .662keluarga -.021 399 .648 1.000 .492general self esteem -.031 555 .662 .492 1.000
Sig. (1-tailed) kriteria evaluasi 362 109 .423 .387akademik .362 000 000 000soslal 109 .000 .000 000keluarga .423 .000 .000 000general self esteem 387 .000 .000 000
N kriterja evaluasi 87 87 87 87 87akademlk 87 87 87 87 87sasial 87 87 87 87 87keluarga 87 87 87 87 87general self esteem 87 i 87 87 i 87 87
Pada label malriks Correlalion di alas dikelahui bahwa nilai r hilung yang
dihasilkan pada aspek-aspek pada variabel self esteem (akademik 0.038,
sosial 0.133, keluaga -0.21 dan general self esteem -0.031) berada di bawah
nilai r label (N =87; a == 5% & 1%) 0.213 & 0.278. Sehingga dapal
disimpulkan bahwa lidak lerdapal hubungan yang eral dan signifikan anlara
aspek-aspek variabel self esleem dengan variabel krileria evaluasi.
Pada label Model Summary didapal nilai koefisien delerminasi R2 sebesar
0.062 (6.2%). Ini menunjukkan bahwa keempal aspek variabel self esteem di
alas memiliki pengaruh lerhadap perubahan variabel krileria evaluasi sebesar
6.2%, dan selebihnya 93.8% adalah kemungkinan lerdapal aspek-aspek self
103
esteem lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel krileria
evaluasi telepon selular.
Pada tabel anal isis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat
dipergunakan unluk memprediksi kontribusi variabel gaya hidup dan self
esteem terhadap variabel kriteria evaluasi. Dari penghilungan didapal nilai F
hitung sebesar 1.353. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan df1 = 3 dan
df2 = 82, didapat nilai Flabel = 2.72. Karena nilai Fhilung (1.353) < nilai Flabel
(2.72) maka dapat disimpulkan bahwa keempat aspek variabel self esteem
sangat tidak signifikan dalam memberikan kontribusi pengaruh yang besar
terhadap variabel kriteria evaluasi.
Coefficients(a)
Unstandardized I Standardized r
__Q..oefficients _~_I coefficientS!
Model B ~td. Error Beta r t Sig.
1 (Constant) 138.566 8.344 16.607 .000akademik 2.005 3.761 070 .533 .596sosial 5.759 2.601 364 2.214 .030keluarga -1.529 1.254 -.174 -1219 226general self -1.088 .747 1 -.226 -1.456 .149esteem
a Dependent Vanable. kntena evaluasl
Selanjulnya ingin diketahui dari keempat aspek variabel self esteem, aspek
manakah yang paling memiliki kontribusi paling signifikan terhadap variabel
kriteria evaluasi. Hal ini dapat dilihat dari tampilan hasil t hitung yang
104
disajikan pada tabel Coefficients di atas. Pada tabel tersebut didapat nilai t
hitung untuk masing-masing aspek adalah sebagai berikut;
- Aspek akademik didapat nilai t hitung; 0.533
- Aspek sosial didapat nilai t hitung; 2.214
- Aspek keiuarga didapat nilai t hitung; -1.219
Aspek general self esteem didapat nilai t hitung; -1.456
Dengan membandingkan nilai-nilai t hitung di atas dengan nilai t tabel pada
taraf signifikansi 5% dengan df; 83 sebesar 2.000, maka dapat disimpulkan
bahwa hanya terdapat satu aspek self esteem yang memiliki pengaruh
terhadap variabel kriteria evaluasi, yaitu aspek sosial. Sementara tiga aspek
lainnya tidak dapat menjelaskan variabel krtieria evaluasi karena nilai t hitung
ketiga aspek tersebut berada di bawah nilai t tabel.
4.3.4 Regression Variabel Independen dan Variabel Dependen
Analisis Hubungan variabel gaya hidup dan self esteem dengan kriteria
evaluasi telepon selular. Metode multiple regression ini dipergunakan untuk
melihat apakah variabel gaya hidup dan self esteem memiliki hubungan yang
signifikan terhadap koiteria evaluasi. Dari hasil penghitungan yang disajikan
pada tabel berikut:
105
Correlations
II
. IKriteria IEvaluasi I Gaya Hldup i Self EsteemPearson Correlation Kriteria Evaluasi 1.000 .083 .016
Gaya Hidup 083 1.000 -.036Self Esteem .016 -.036 1.000
Sig. (Hailed) Kriteria Evaluasi .223 440Gaya Hidup .223 .372Self Esteem 440 372
N Kriteria Evaluasi 87 87 87Gaya Hidup 87 87 87Self Esteem 87 87 87
Pada tabel matriks Correlation di atas diketahui bahwa nilai r hitung yang
dihasilkan pada kedua variabel independen (Gaya Hidup 0.083 dan Seff
Esteem 0.016) berada di bawah nilai r tabel (N = 87; a = 5% & 1%) 0.213 &
0.278. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang erat
dan signifikan antara variabel gaya hidup dan seff esteem dengan variabel
kriteria evaluasi.
Pada tabel Model Summary didapat nilai koefisien determinasi R2 sebesar
0,007( 7 %). Ini menunjukkan bahwa kedua variabel independen memiliki
pengaruh teriladap perubahan variabel kriteria evaluasi sebesar 7 %, dan
selebihnya 93 % adalah kemungkinan terdapat variabel-variabel lain yang
memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel kriteria evaluasi.
Pada tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat
dipergunakan untuk memprediksi kontribusi variabel gaya hidup dan self
106
esteem terhadap variabel kriteria evaluasi. Dari penghitungan diperoleh nilai
F hi tung sebesar 0.305. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan df, = 2
dan db = 84, didapat nilai Flabel = 3.11. Karena nilai Fhilung (0.305) < nilai Flabel
(3.11) maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel independen (gaya
hidup dan self esteem) sangat tidak signifikan dalam memberikan kontribusi
pengaruh yang besar terhadap variabel kriteria evaluasi.
Coefficients(a)
Unstandardized i StandardizedI
Coefficients Coefficients ,.. '~_.-"._'---'._--'-"----i- ----------.----1
,
Modei B Std. Error I Beta I T . Si9,1 (Constant) 120.195 i 23.862 5.037 .000
Gaya .371 .083 .767 .445Hidup
.285
Seif.056 I .312 .019 178 i .859
Esteema Dependent Vanable. Kntena Evaluasl
Selanjutnya ingin diketahui dari kedua variabel independen, variabel
manakah yang paling memiliki kontribusi paling signifikan terhadap variabel
kriteria evaluasi. Hal ini dapat dilihat dari tampilan hasil t hitung yang
disajikan pada tabel Coefficients di atas. Pada taJel tersebut didapat nilai t
hitung untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut;
Variabel gaya hidup didapat nilai t hitung; 0.767
Vari<;1bel self esteem didapat nilai t hitung; 0.178
107
Dengan membandingkan nilai-nilai t hitung di atas dengan nilai t tabel pada
taraf signifikansi 5% dengan df; 85 sebesar 2.000, maka dapat disimpulkan
bahwa kedua variabel independen tidak dapat menjelaskan variabel kriteria
evaluasi karena nilai t hitung kedua variabel berada di bawah nilai t tabel.
4.4 HasH Tambahan
4.4.1 Uji Beda Variabel Gaya Hidup
a. Berdasarkan Pengeluaran per bulan
ANOVA
Gaya Hidup (AIO)
Sum of \ II
Squares df i Mean Square ! F Sig.Befween Groups 69.529 ! 5 13.906 .434 .824Within Groups 2597735 81 32.071Total 2667.264 : 86
Berdasarkan hasil penghitungan yang disajikan pada tabel di atas didapat
nilai f hitung sebesar 0.434, sementara nilai f tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 5 dan 81 adalah sebesar 2.33. Karena nilai f hitung yang diperoleh
lebih kecil dari nilai f tabel, maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan gaya hidup yang signifikan berdasarkan
pengeluaran per bulan diterima.
108
b. Berdasarkan Status Kepemilikan HP
ANOVA
Gaya Hldup (Ala)
Sum ofSquares i df i Mean Square F Siq.
Between Groups 88.904 j 2 44.452 1.448 i .241Within Groups 2578.360 84 30.695Total 2667.264 : 86
Berdasarkan hasil penghitungan yang disajikan pada tabel di atas didapat
nilai f hitung sebesar 1.448, sementara nilai f tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 2 dan 84 adalah sebesar 3.11. Karena nilai f hitung yang diperoleh
lebih kecil dari nilai f tabel, maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan gaya hidup yang signifikan berdasarkan status
kepemilikan telepon selular diterima.
c. Berdasarkan Pendapatan Prib"lni
AN OVA
Gaya Hldup (Ala)
I ,I
Sum of i i I
Squares df I Mean Square F Slg.Between Groups 54352 3 18.117 .576 .633Within Groups 2612.913 83 31.481Total 2E 37.264 86
Berdasarkan hasil penghitungan yang disajikan pada tabel di atas didapat
nilai f hitung sebesar 0.576, sementara nilai f tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 3 dan 83 adalah sebesar 2.72. Karena nilai f hitung yang diperoleh
109
lebih kecil dari nilai f tabel, maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan gaya hidup yang signifikan berdasarkan
penghasilan pribadi diterima.
4.4.2. Uji Beda Variabel Self Esteem
a. Berdasarkan Pengeluaran per bulan
ANOVA
Self Esteem
Sum of ',
Squares df Mean Square F \ Sig.Between Groups 191 902 5 38380 .869 1 506Within Groups 3578052 81 44.173
!Total 3769.954 86
Berdasarkan hasil penghitungan yang disajikan pada tabel di atas didapat
nilai f hitung sebesar 0.869, sementara nilai f tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 5 dan 81 adalah sebesar 2.33. Karena nilai f hitung yang diperoleh
lebih kecil dari nilai f tabel, maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan tingkat self esteem yang signifikan berdasarkan
pengeluaran per bulan diterima.
b. Berdasarkan Status Kepemilikan HP
ANOVA
Self Esteem
II I
Sum of, ,
Mean Square I,
Squares df F Sig.Between Groups 106702 2 53.351 1.223 .299Within Groups 3663.252 84 , 43.610Total 3769954 86 i
110
Berdasarkan hasil penghitungan yang disajikan pada tabel di atas didapat
nilai f hitung sebesar 1.223, sementara nilai f tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 2 dan 84 adalah sebesar 3.11. Karena nilai f hi tung yang diperoleh
lebih kecil dari nilai f tabel, maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan tingkat self esteem yang signifikan berdasarkan
status kepemilikan HP diterima.
c. Berdasarkan Pendapatan Pribadi
ANOVA
Self Esteem
, ! iSum ofSquares df Mean Square F : S'9
Between Groups 187.0118~ i
62.337 1.444 ! .236Within Groups 3582.943 43.168Total 3769.954 86, .-
Berdas2rkan 1:3:0;1 p::r.g'li!~:1gan yang disajikan pada tabel di atas didapat
nilai f hitung sebesar 1.444, sementara nilai f tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 3 dan 83 adalah sebesar 2.72. Karena nilai f hitung yang diperoleh
lebih kecil dari nilai f tabel, maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan tingkat self esteem yang signifikan berdasarkan
penghasilan pribadi diterima.
II I
4.4.3. Uji Beda Variabel Kriteria Evaluasi
a. Berdasarkan Pengeluaran per bulan
ANOVA
Knteria Evaluasi
Sum of,
Squares ! df Mean Square F , Siq.
Between Groups 934. 3221,
5 186.864 503 i .773Within Groups 30111195 81 371.743Total 31045.517 , 86 !
Berdasarkan hasil penghitungan yang disajikan pada tabel di atas didapat
nilai f hitung sebesar 0.503, sementara nilai f tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 5 dan 81 adalah sebesar 2.33. Karena nilai f hitung yang diperoleh
lebih kecil dari nilai f tabel, maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan kriteria evaluasi yang signifikan berdasarkan
pengeluaran per bulan diterima.
b. Berdasarkan Status Kepemilikan HP
ANOVA
Kriteria Evaluasi
Sum ofMean Square ISquares df F Siq.
Between Groups 107~.349 2 536.175 1.503 .228Within Groups 29973.168 84 356.823Total 31045.517 86
112
Berdasarkan hasil penghitungan yang disajikan pada tabel di atas didapat
nilai f hitung sebesar 1.503, sementara nilai f tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 2 dan 84 adalah sebesar 3.11. Karena nilai f hitung yang diperoleh
lebih keeil dari nilai f tabel, maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan kriteria evaluasi yang signifikan berdasarkan status
kepemilikan telepon selular diterima.
c. Berdasarkan Pendapatan Pribadi
ANOVA
Kriteria Evaluasi
Sum ofi i i
i,I i
Squares df f Mean Square F SigBetvveerl Groups 371.341 3' 123780 335!
~Within Groups 30674.176 83 369568Total 31045517 86 1
Bel dasarkan hasil penghitungan yang disajikan pada tabel di atas didapat
nilai f hitung sebesar 0.335, sement3ra nilai f tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 3 dan 83 adalah sebesar 2.72. Karena nilai f hitung yang diperoleh
lebih keel I dari nilai f tabel, maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan kriteria evaluasi yang signifikan berdasarkan
pendapatan pribadi diterima.
113
BAB5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan, bahwa :
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan
kriteria evaluasi dalam membeli telepon selular.
2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara self esteem dengan
kriteria evaluasi membeli telepon selular.
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup dan self
esteem dengan kriteria evaluasi membeli tpl'3I='''r. fe l'.d3r.
4. Tidak terdapat hubungan yang erat dan signifikan antara aspek-aspek
variabel gaya hidup (activities, interest, opinion) dengan variabel kriteria
evaluasi.
5. Dari keempat aspek self estee 77 yang diukur dalam penelitian ini, ada
salah satu aspek dari self esteem yaitu aspek sosial yang berperan
terhadap variabel kriteria evaluasi. Sementara aspek lainnya tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel kriteria
evaluasi.
..._''",-. "-'""'--"'~~"""~'~''''-'''~'-'--'''-'... -"-~,,,-
" , r_~_··"""' _ ~ .,,,~, ,- '1 t.' •\ Pthb'}t~b ukh.bL1<!.F·t 1
l~!~i S~~:~~:~~fJ,~'fA~~:~\H JP~I'lr:~J
114
6. Tidak terdapat perbedaan gaya hidup, self esteem dan kriteria evaluasi
yang signifikan berdasarkan data kontroL
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas terdapat hal-hal yang ingin peneliti
diskusikan beserta dengan penjelasan-penjelasannya. Hal yang sangat
menaril, adalah tidak ada satupun variabel bebas dalam penelitian ini yang
memiliki hubungan serta pengaruh yang signifikan terhadap kriteria evaluasi
membeli telepon selular.
Hal iri terbukti pada penghitungan statistik yang menyatakan bahwa r hitung
yang dihasilkan pada kedua variabel independen (gaya hidup 0.083 dan self
esteem 0.016) berada dibawah nilai r tabel (N =87; a =5%,0213). Selain itu
gaya hidup dan self esteem hanya dapat menerangkan variabilitas sebesar
0.007 (7 %) dari kriteria evaluasi, selebihnya sebesar 93 % kemungkinan
diterangkan oleh variabellain.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Denny Dharma (2002)
untuk mengetahui sejauh mana harga diri mempengaruhi para konsumen
dewasa muda dalam menentukan kriteria evaluasi telepon selular dengan
116
Oleh karena itu, ketiganya memiliki ranah yang berbeda. Artinya sudut
pandang sebagai penilaian akhir untuk membandingkan korelasi antara
ketiga variabel menjadi sangat berbeda sehingga tidak ada titik temu pada
penilaian akhir. Gaya hidup dan self esteem adalah faktor yang sangat
subyektif emosional dimana setiap individu memiliki sudut pandang oenilaian
yang berbeda terhadap suatu barang. Dengan kata lain setiap produk yang
sama bisa dinilai berbeda oleh dua pribadi yang berbeda dipandang dari
aspek yang berbeda pula.
Hasil studi ini membuktikan bahwa telepon selular masih dipandang sebagai
produk yang sifatnya fungsional dan belum dapat dikatakan sebagai produk
fashion. Hal ini menujukkan bahwa seseorang lebih melihat kehadiran
telepon selular sebagai media komunikasi dan bukan untuk aspek lainnya,
seperti gaya hidup, status sosial ekonomi, self esteem dan sebagainya.
Selain itu penulis berasumsi ada beberapa alasan mengapa telepon selular
belum menjadi produk fashion, yaitu jika dilihat dari gambaran umum subyek
penelitian berdasarkan penghasilan pribadi, persentase terbesar ada pada
subyek yang tidak memiliki penghasilan pribadi, kemudian dilihat dari
pengeluaran perbulan yang terbesar hanya memiliki persentase terkecil.
Selajutnya berdasarkan pendapatan orang tua, rata-rata pendapatan orang
tua dengan persentase terbesar berada pada rentangan < dari 2 juta dan 2
top related