hubungan antara emotional quotient (eq) dengan
Post on 13-Jan-2017
244 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA EMOTIONAL QUOTIENT (EQ)
DENGAN TIGA DOMAIN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi
Oleh
Nitta Jayanti
4401410095
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang
berjudul “Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Tiga Domain Hasil
Belajar Siswa pada Materi Pengelolaan Lingkungan” disusun berdasarkan hasil
penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi
manapun.
Semarang, Juli 2014
Nitta Jayanti
4401410095
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
“HUBUNGAN ANTARA EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DENGAN TIGA
DOMAIN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN
LINGKUNGAN” yang disusun oleh:
nama : Nitta Jayanti
NIM : 4401410095
telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada tanggal 21 Juli 2014.
Panitia:
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Andin Irsadi, S.Pd. , M.Si.
NIP 19631012 198803 1001 NIP 19740310 200003 1001
Ketua Penguji/
Penguji Utama
Drs. Supriyanto, M.Si.
NIP 19510919 197903 1005
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Penguji Pendamping Pembimbing
Drs. Bambang Priyono, M.Si. Dr. Saiful Ridlo, M.Si.
NIP 19570310 198810 1001 NIP 19660419 199102 1002
iv
ABSTRAK
Jayanti, Nitta. 2014. Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Tiga
Domain Hasil Belajar Siswa pada Materi Pengelolaan Lingkungan. Skripsi,
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Saiful Ridlo, M.Si.
Proses belajar mengajar di sekolah masih ditemui siswa yang tidak dapat
meraih hasil belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Berdasarkan tes
IQ yang telah dilaksanakan, ada sekitar 20% siswa yang mempunyai kemampuan
inteligensi tinggi tetapi memperoleh hasil belajar yang relatif rendah, serta ada pula
siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah namun dapat
mengelola emosi dan berkomunikasi dengan baik sehingga dapat meraih hasil
belajar yang relatif tinggi. Oleh sebab itu, dalam proses belajar siswa keseimbangan
antara kecerdasan inteligensi, emosional dan spiritual sangat diperlukan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Emotional Quotient
(EQ) dengan hasil belajar siswa domain kognitif, afektif dan psikomotor pada materi
pengelolaan lingkungan.
Penelitian ini adalah penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang dan sampel yang digunakan
adalah 71 siswa yang diambil dengan teknik proporsional random sampling. Data
diambil dengan instrumen angket kuesioner, tes dan praktikum untuk kemudian
dianalisis dengan uji korelasi.
Hasil dari uji korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan antara Emotional
Quotient (EQ) dengan tiga domain hasil belajar siswa pada materi pengelolaan
lingkungan dengan koefisien korelasi antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil
belajar siswa domain kognitif yaitu sebesar 0,336, dengan hasil belajar siswa
domain afektif sebesar 0,556 serta dengan hasil belajar psikomotor sebesar 0,381.
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi Emotional Quotient (EQ), maka
semakin baik pula hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotornya pada materi
pengelolaan lingkungan.
Kata kunci: Emotional Quotient, hasil belajar, pengelolaan lingkungan
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul: “Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Tiga Domain
Hasil Belajar Siswa pada Materi Pengelolaan Lingkungan”.
Dibalik terselesaikannya skripsi ini, Penulis dengan segala kerendahan hati
ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan studi strata 1 Jurusan Biologi FMIPA Unnes.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin untuk
melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Saiful Ridlo, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Drs. Supriyanto, M.Si dan Drs. Bambang Priyono, M.Si sebagai dosen penguji
yang berkenan menelaah dan memberi masukan yang sangat berarti dalam
penulisan skripsi ini.
6. Dewi Mustikaningtyas, S.Si, M.Si Med sebagai dosen wali yang sangat
perhatian mengarahkan saya ke dalam kebaikan dan kelancaran selama
perkuliahan.
7. Kepala sekolah, guru beserta seluruh staf SMP Negeri 29 Semarang yang
memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Siswa-siswi kelas VII SMP Negeri 29 Semarang yang berpartisipasi dalam
penelitian skripsi ini.
9. Seluruh pengajar dan staf Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang yang memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan.
10. Kedua orangtuaku (Bapak Aksianto dan Ibu Siti Fatonah), Kakakku (Nikken
Jayanthi dan Dwi Priyanto), Adikku (Nilla Jayanthi) yang selalu mendoakan
v
vi
tiada henti, mengajariku untuk bermimpi dan membuatnya nyata serta
memberikan motivasi untuk tidak henti-hentinya membuat bangga mereka.
11. Seno Aji Saputro, thanks for always standing for me. You are my spirit and
inspiration, stark ♥
12. Susi Nur Fitriana, Irma Luthfi, Erin Priskila, Monica Septa, Nova Aida, Janne
Hillary, Elfira, Vita dan Pramesti yang telah menunjukkan arti kehidupan
dengan persahabatan yang mendewasakan.
13. Rekan-rekan S1 Pendidikan Biologi UNNES 2010, BEM KM FMIPA 2011,
Google Student Champions 2013, Denok Kenang Semarang 2013 atas
kebersamaan yang menginspirasi.
14. Murid-muridku di Rumah Belajar Hikari yang setiap hari memberikan keceriaan
alami dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah
berkenan membaca skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, Juli 2014
Penulis
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ ii
PENGESAHAN ................................................................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
C. Penegasan Istilah......................................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 9
E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 11
B. Hipotesis ..................................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 34
B. Populasi dan Sampel ................................................................................... 34
C. Variabel Penelitian ...................................................................................... 35
D. Rancangan Penelitian .................................................................................. 36
E. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 37
F. Data dan Metode Pengumpulan Data ......................................................... 39
G. Metode Analisis Data.................................................................................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 42
B. Pembahasan ................................................................................................ 47
vii
viii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Halaman
A. Simpulan ..................................................................................................... 57
B. Saran ........................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 61
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Berpikir ............................................................................... 32
2. Hubungan antara Variabel Bebas (X) dengan Variabel terikat (Y) ............... 37
3. Prosedur Penelitian......................................................................................... 37
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Tes
Emotional Quotient ............................................................................................
...............................................................................................................................
42
2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Belajar
Domain Kognitif Materi Pengelolaan Lingkungan ...........................................
.............................................................................................................................
43
3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Belajar
Domain Kognitif Materi Pengelolaan Lingkungan ...........................................
.............................................................................................................................
43
4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Belajar
Domain Psikomotor Materi Pengelolaan Lingkungan .......................................
.............................................................................................................................
44
5. Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Hasil
Belajar Siswa Domain Kognitif .........................................................................
.................................................................................................................................
45
6. Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Hasil
Belajar Siswa Domain Afektif ...........................................................................
...............................................................................................................................
46
7. Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Hasil
Belajar Siswa Domain Psikomotor ....................................................................
...............................................................................................................................
46
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Biologi ............................................................................................. 61
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .................................................. 62
3. Kisi-kisi Instrumen Tes Emotional Quotient ................................................ 73
4. Contoh Hasil Tes Emotional Quotient .......................................................... 74
5. Validasi Skala Tes Emotional Quotient ........................................................ 76
6. Hasil Revisi Item Skala Tes Emotional Quotient ......................................... 79
7. Kisi-kisi Instrumen Domain Kognitif ........................................................... 82
8. Contoh Hasil Belajar Domain Kognitif ........................................................ 84
9. Kisi-kisi Instrumen Domain Afektif ............................................................. 85
10. Contoh Hasil Belajar Domain Afektif .......................................................... 88
11. Kisi-kisi Penilaian Domain Psikomotor ....................................................... 90
12. Contoh Hasil Belajar Domain Psikomotor ................................................... 92
13. Hasil Analisis Data ....................................................................................... 94
14. Foto-foto Penelitian ...................................................................................... 120
15. Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ............................................... 122
16. Surat Permohonan Ijin Observasi ................................................................. 123
17. Surat Ijin Penelitian ...................................................................................... 124
18. Surat Ijin Penelitian Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang ................... 125
19. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................................ 126
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi
peserta didik secara optimal. Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang
sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.
Pembentukan pribadi tersebut mencakup pembentukan cipta, rasa dan karsa
(kognitif, afektif dan psikomotor) yang sejalan dengan pengembangan fisik
(Tirtarahardja dan Sulo 2005). Untuk mengembangkan pembentukan pribadi
peserta didik tersebut dapat diperoleh dengan suatu tindakan yaitu belajar. Belajar
adalah hal yang hampir setiap saat seseorang lakukan. Mulai dari pagi hari ketika
bangun tidur hingga tidur lagi di malam hari selalu tak pernah lepas dari kegiatan
belajar. Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Proses belajar
dapat terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu dari lingkungan sekolah, keluarga
dan sekitarnya yang dapat dijadikan sumber belajar (Dimyati & Mudjiono 2009).
Proses pembelajaran melibatkan dua subjek, yaitu guru dan siswa yang
akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan
pembelajaran. Menurut Vandervoort (2006), gaya mengajar guru yang dapat
merangsang keaktifan siswa seperti mendorong siswa untuk aktif mengajukan
pertanyaan, berpikir kritis dan mengembangkan sikap pribadi terhadap isu-isu
kontroversial dinilai dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perubahan yang
terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran tersebut bersifat non-
1
2
fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan (Widoyoko 2010).
Untuk mengetahui perubahan tersebut maka diperlukan adanya penilaian hasil
belajar. Hasil belajar siswa saat ini pun berdasarkan kurikulum yang berlaku
dituntut untuk membuat penilaian dengan melihat ke dalam tiga domain atau tiga
aspek yaitu domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya yaitu faktor dari dalam
dan luar individu. Faktor dari dalam diantaranya faktor biologis dan psikologis,
sedangkan faktor dari luar diantaranya berasal dari lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Faktor dari dalam yang erat hubungannya dengan pendidikan
adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir dan belajar. Kecerdasan
umum (inteligensi) ataupun kecerdasan dalam bidang tertentu (emosional,
spiritual) banyak dipengaruhi oleh kemampuan potensial.
Kemampuan potensial dapat dikembangkan apabila dalam situasi yang
kondusif sehingga kecerdasan dapat terbentuk karena adanya pengalaman. Jean
Piaget berpendapat bahwa kecerdasan merupakan internalisasi pengalaman.
Pembentukan kecerdasan dapat dilakukan dengan menciptakan kondisi
lingkungan, kesempatan dan iklim emosi yang memungkinkan individu untuk
memperoleh pengalaman tertentu. Dengan demikian semakin baik kondisi-kondisi
yang dimiliki individu, akan semakin meningkatkan kecerdasan individu untuk
memperoleh pengalaman tertentu tersebut (Tirtarahardja dan Sulo 2005). Hal ini
seperti disebutkan dalam penelitian Fabio dan Palazzeschi (2009) dimana dengan
kondisi yang baik seperti adanya kesiapan dan informasi yang cukup, maka dapat
meningkatkan kecerdasan terutama kecerdasan emosionalnya.
3
Setelah melakukan kegiatan observasi dan wawancara di SMP Negeri 29
Semarang, diperoleh hasil yang kontras dimana dalam proses belajar mengajar di
sekolah tersebut ditemukan siswa yang tidak dapat meraih hasil belajar yang
setara dengan kemampuan inteligensinya. Berdasarkan hasil tes IQ di sekolah
tersebut oleh Lembaga Psikologi Kartika, ada sekitar 20% siswa kelas VII yang
mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh hasil belajar yang
relatif rendah, serta ada pula siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya
relatif rendah namun dapat mengelola emosi dan berkomunikasi dengan baik
sehingga dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi. Padahal seperti yang
diungkapkan dalam penelitian Lewis et al (2005), bahwa kecerdasan intelegensi
maupun emosional diperlukan untuk pemecahan masalah baik disengaja maupun
tidak dalam suatu kelompok belajar seperti berkolaborasi dengan teman, berpikir
kritis dan mengambil keputusan bersama.
Masing-masing individu memiliki intelegensi yang berbeda-beda sehingga
setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda pula dalam hal
memecahkan masalah yang dihadapi, kemampuan untuk belajar serta kemampuan
untuk berpikir secara abstrak. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan
satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang. Menurut Goleman
(2001), Intelligence Quotient (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan
seseorang, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain,
diantaranya Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosional dan Spiritual
Quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual. Emotional Quotient (EQ) dapat berupa
kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
4
mengenali emosi orang lain dan seni membina hubungan atau bekerja sama.
Spiritual Quotient (SQ) dapat berupa kemampuan membedakan, rasa moral,
kemampuan menyesuaikan aturan dibarengi dengan pemahaman. Apabila
seseorang memiliki karakteristik namun tidak memiliki kecerdasan dalam hal
emosional, maka dapat mengganggu kegiatan baik di sekolah maupun di rumah
(Kutash 2000). Oleh sebab itu, dalam proses belajar siswa kecerdasan-kecerdasan
tersebut sangat diperlukan.
IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan
emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Keseimbangan
antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah
(Goleman 2001). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan
kemampuan intelektualnya saja, melainkan juga dapat mengasah keterampilan
dalam mengelola emosi siswa sehingga perlu adanya tindak lanjut dari
dilaksanakannya tes pengukur kecerdasan baik kecerdasan intelektual maupun
kecerdasan emosional siswa. Menurut Mayer dan Cobb (2000), aspek kecerdasan
emosional perlu diajarkan di dunia pendidikan sebagai upaya dalam penurunan
perilaku buruk siswa di sekolah. Hal ini diperlukan karena masih kurangnya
pemahaman para guru dan siswa mengenai hubungan antara Emotional Quotient
(EQ) dengan tiga domain hasil belajar siswa.
Selama ini hasil belajar siswa oleh para guru dan siswa hanya dipahami
sebagai hasil penilaian domain kognitif saja dan mengesampingkan kemampuan
afektif serta psikomotor siswa. Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi
5
lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa
pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang
berhubungan dengan domain afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan
psikomotor (keterampilan). Sama halnya seperti yang diungkapkan Haryati
(2007), ketiga domain tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Nilai
kognitif bukan merupakan satu-satunya penilaian, namun selama ini guru lebih
menekankan ke dalam penilaian domain kognitif saja dengan berdasarkan nilai
tugas, ulangan harian dan ulangan umum. Chatib dan Said (2012) menemukan
banyak fakta dan kejadian bahwa para guru dan sekolah tidak benar-benar adil
dalam menilai kecerdasan beragam siswa hingga kini. Pendidikan di sekolah telah
membuat definisi yang tidak manusiawi tentang kemampuannya karena
kenyataannya kemampuan hanya dihargai dari sisi kognitif saja, tanpa melihat
dimensi kemampuan dalam diri manusia yang lebih luas. Padahal tuntutan untuk
menerapkan kurikulum 2013 sudah akan dilaksanakan pada tahun ajaran
berikutnya dimana penilaiannya sudah mengarah ke penilaian berbasis kecerdasan
jamak.
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya,
lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi
kebutuhan dan kesejahteraan. Akibat manusia memiliki kecerdasan emosional
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pula perilakunya dalam
pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu maka manusia mampu mengelola dan
mengolah segala sesuatu dalam lingkungan hidup menjadi sesuatu yang
6
mampu,menyokong kehidupannya. Manusia dan lingkungan merupakan unsur
yang tidak bisa dipisahkan dan memiliki hubungan timbal balik.
Berdasarkan uraian di atas, maka mendorong penulis untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Tiga
Domain Hasil Belajar Siswa pada Materi Pengelolaan lingkungan”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar
siswa domain kognitif pada materi pengelolaan lingkungan?
2. Apakah ada hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar
siswa domain afektif pada materi pengelolaan lingkungan?
3. Apakah ada hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar
siswa domain psikomotor pada materi pengelolaan lingkungan?
C. PENEGASAN ISTILAH
Penegasan istilah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan
menyatukan persepsi dari beberapa istilah yang terdapat dalam penelitian dengan
judul “Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Tiga Domain Hasil
Belajar Siswa pada Materi Pengelolaan lingkungan” yaitu:
7
1. Emotional Quotient (EQ)
Emotional Inteliigence (EQ) merupakan suatu wujud tolak ukur kekuatan
otak, yaitu IQ (Wipperman 2007). EQ adalah jenis kecerdasan yang memberi kita
rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau
kegembiraan secara tepat. Dalam penelitian ini EQ diungkap dengan skala
kecerdasan emosional yang terdiri dari beberapa aspek yaitu mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan seni
membina hubungan. Skor yang diperoleh nantinya akan diketahui apakah EQ
siswa tersebut sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah atau sangat rendah. Skor hasil
tes EQ siswa kemudian diuji korelasi terhadap hasil belajar siswa.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu domain kognitif,
afektif dan psikomotor. Secara eksplisit ketiga domain tersebut tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (Haryati 2007). Domain kognitif meliputi kemampuan
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan berkreasi.
Domain afektif diantaranya berupa kemampuan menerima, menanggapi, menilai,
mengelola dan menghayati. Domain psikomotor mencakup persepsi, kesiapan,
respon terpimpin, respon tampak yang kompleks, penyesuaian dan penciptaan.
Dalam penelitian ini menggunakan tiga domain hasil belajar biologi siswa.
8
3. Materi Pengelolaan lingkungan
Materi pengelolaan lingkungan adalah materi pokok dari pengelolaan
lingkungan hubungannya dengan aktivitas manusia. Materi ini merupakan mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Biologi semester 2 kelas VII. Materi ini
terdapat pada Standar Kompetensi (SK) 7 yaitu memahami saling ketergantungan
dalam ekosistem dan Kompetensi Dasar (KD) 7.4 yaitu mengaplikasikan peranan
manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Indikator dari pembelajaran ini yaitu menjelaskan
konsekuensi penebangan hutan, menjelaskan pengaruh aktivitas manusia yang
mengakibatkan pencemaran dan menyebutkan serta melakukan upaya untuk
mengatasi dan mencegah pencemaran lingkungan.
4. Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Tiga Domain Hasil Belajar
Siswa pada Materi Pengelolaan lingkungan
Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Tiga Domain Hasil
Belajar Siswa pada Materi Pengelolaan lingkungan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tingkatan atau besarnya hubungan antara variabel Emotional
Quotient (EQ) dengan Tiga Domain Hasil Belajar Siswa pada Materi Pengelolaan
lingkungan. Tingkatan atau besarnya hubungan tersebut ditunjukkan dengan
koefisien korelasi.
9
D. TUJUAN PENELITIAN
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Emotional Quotient (EQ)
dengan hasil belajar siswa domain kognitif pada materi pengelolaan
lingkungan.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Emotional Quotient (EQ)
dengan hasil belajar siswa domain afektif pada materi pengelolaan
lingkungan.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Emotional Quotient (EQ)
dengan hasil belajar siswa domain psikomotor pada materi pengelolaan
lingkungan.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan masukan untuk kalangan akademisi yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut berkaitan dengan hubungan antara Emotional Quotient
(EQ) dengan tiga domain hasil belajar siswa serta memberikan sumbangan bagi
dunia psikologi pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dapat lebih mengelola kecerdasan emosionalnya dalam kegiatan pembelajaran
dengan baik setelah mendapat informasi tentang Emotional Quotient (EQ).
10
b. Bagi Guru
Mendapat gambaran untuk mengenal kemampuan siswa serta mengelola kelas
dari hasil tes Emotional Quotient (EQ) sehingga dapat mengarahkan
pendidikan berdasarkan kecerdasan jamak.
c. Bagi Sekolah
Dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para orang tua,
konselor sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa
untuk menggali Emotional Quotient (EQ) yang dimilikinya.
d. Bagi Peneliti
Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan dalam bidang penelitian,
serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan antara
Emotional Quotient (EQ) dengan tiga domain hasil belajar siswa.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Emotional Quotient (EQ)
a. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan dalam dunia pendidikan sangatlah penting. Bagi pendidik
(guru) dan orangtua pada umumnya perlu mengetahui konsep-konsep kecerdasan
yang jelas agar dapat menuntun perkembangan kecerdasan anak (siswa). Berikut
ini dikemukakan beberapa konsep kecerdasan yang telah dikemukakan oleh para
ahli di bidangnya (Prawira 2012):
1) Konsep Kecerdasan Menurut Vernon
Vernon telah membuat sistematika dan definisi-definisi mengenai
kecerdasan. Ia menggolongkan kecerdasan menjadi tiga kategori yaitu kecerdasan
ditinjau dari segi biologi, kecerdasan ditinjau dari segi psikologis dan kecerdasan
ditinjau secara operasional. Ditinjau dari ilmu biologi, kecerdasan didefinisikan
sebagai kemampuan dasar manusia yang secara relatif diperlukan untuk
penyesuaian diri pada alam sekitar yang baru. Meskipun pada kenyataannya di
dunia ini terdapat banyak orang yang mempunyai kecerdasan yang tinggi tidak
mampu menyesuaikan dirinya pada alam sekitar yang dengan baik. Dalam hal ini,
pengamatan tergolong salah satu faktor kecerdasan individual.
Ditinjau secara psikologis, kecerdasan merujuk adanya pengaruh-pengaruh
relatif keturunan dan lingkungan sekitar terhadap perkembangan kecerdasan
11
12
individual. Kecerdasan merupakan pembawaan dasar akibat pengaruh-pengaruh
latihan, pengalaman dan pengaruh-pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Secara
operasional, kecerdasan didefinisikan dalam pelaksanaan atau dalam aplikasinya
secara operasional dengan menggunakan istilah-istilah yang pasti misalnya
melakukan tes IQ ataupun mengerjakan soal-soal tes yang sangat sukar dan
kompleks.
2) Konsep Kecerdasan Menurut Freeman
Menurut Freeman, kecerdasan dipandang sebagai suatu kemampuan yang
dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu kemampuan adaptasi, kemampuan belajar
dan kemampuan berpikir abstrak. Kemampuan adaptasi merupakan kemampuan
seseorang untuk menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya. Seseorang dikatakan
cerdas jika orang tersebut mampu menyesuaikan dirinya pada situasi-situasi
tertentu dan problema-problema baru secara mudah, efektif dan mempunyai
variasi-variasi tingkah laku. Kecerdasan merupakan kemampuan umum seseorang
secara sadar untuk menyesuaikan pikirannya kepada alam sekitarnya yang baru.
Hal ini yang membuat suatu kesanggupan untuk beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya.
Kemampuan belajar merupakan kemampuan seseorang untuk belajar.
Kemampuan belajar dijadikan indeks atas dasar kecerdasan seseorang.
Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
konsep-konsep dan simbol-simbol guna menghadapi situasi-situasi atau
13
persoalan-persoalan yang memakai simbol-simbol verbal dan bilangan. Seseorang
dikatakan cerdas apabila ia dapat melakukan berpikir abstrak secara abstrak.
3) Konsep Kecerdasan Menurut Alfred Binet
Menurut Binet, kecerdasan adalah kecenderungan untuk mengambil dan
mempertahankan pilihan yang tetap, kapasitas untuk beradaptasi dengan maksud
memperoleh tujuan yang diinginkan dan kekuatan untuk autokritik.
4) Konsep Kecerdasan Menurut D. Wechsler
Ahli ini berpendapat bahwa kecerdasan adalah kumpulan kapasitas atau
kapasitas global individu untuk berbuat menurut tujuannya secara tepat, berpikir
secara rasional dan menghadapi alam sekitar secara efektif. Kapasitas kumpulan
adalah sekelompok kapasitas, artinya kesanggupan atau kemampuan dasar yang
ada pada individu.
5) Konsep Kecerdasan Menurut G. Stoddard
Stoddard memberikan definisi yang komprehensif tentang kecerdasan
individu yaitu kemampuan untuk melaksanakan aktivitas dengan ciri-ciri
kesukaran, kompleksitas, abstraksi, ekonomis, penyesuaian dengan tujuan, nilai
sosial dan sifatnya yang asli dan mempertahankan kegiatan-kegiatan di bawah
kondisi-kondisi yang menuntut konsentrasi energi dan menghindari kekuatan-
kekuatan emosional atau gejolak emosi.
14
6) Konsep Kecerdasan Menurut Bruce W. Tuckman
Bruce W. Tuckman mengemukakan ada sepuluh macam konsep
kecerdasan diantaranya kecerdasan adalah suatu kemampuan intelektual umum,
kecerdasan sebagai kelompok-kelompok sifat, kecerdasan sebagai kesanggupan
adaptasi, kecerdasan dipandang sebagai sesuatu yang dapat diukur, kecerdasan
sebagai suatu faktor diskrit, kecerdasan sebagai kemampuan belajar, inteligensi
sebagai perilaku terpelajar, kecerdasan sebagai dua tingkatan proses yakni tingkat
kecerdasan asosiatif dan kecerdasan tingkat abstrak, kecerdasan sebagai
kemampuan-kemampuan mental majemuk, serta kecerdasan sebagai bentuk
kemampuan, bakat dan prestasi.
b. Pengertian Emotional Quotient (EQ)/ Kecerdasan Emosional
Menurut Prawira (2012) emosi adalah perasaan tertentu yang bergejolak
dan dialami seseorang serta berpengaruh pada kehidupan manusia. Emosi
memang sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang negatif. Namun sebenarnya
terdapat banyak macam ragam emosi, antara lain rasa sedih, takut, kecewa dan
sebagainya yang berkonotasi negatif. Emosi lain seperti rasa senang, puas,
gembira dan lain-lain, semuanya berkonotasi positif. Emosi merupakan kekuatan
pribadi yang memungkinkan manusia mampu mengenali emosi sendiri dan emosi
orang lain serta tahu cara mengekspresikannya dengan tepat.
Istilah Emotional Quotient (EQ)/ kecerdasan emosional berakar dari
konsep social intelligence, yaitu suatu kemampuan memahami dan mengatur
untuk bertindak secara bijak dalam hubungan antar manusia. EQ adalah
15
kecerdasan manusia yang terutama digunakan manusia untuk berhubungan dan
bekerjasama dengan manusia lainnya. EQ seseorang dipengaruhi oleh kondisi
dalam dirinya dan masyarakatnya seperti adat dan tradisi. Potensi EQ manusia
lebih besar dibanding IQ (Nggermanto 2001). Istilah Emotional Quotient (EQ)
atau kecerdasan emosional baru dikenal secara luas pada tahun 90-an dengan
diterbitkannya buku “Emotional Quotient” yang ditulis oleh Daniel Goleman yang
menjelaskan EQ adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan
perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang
lain.
Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda,
tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik (academic intelligence).
Kecerdasan akademik tersebut berupa kemampuan kemampuan kognitif murni
yang diukur dengan IQ (Gandasetiawan 2009). Meskipun IQ tinggi, tetapi EQ
rendah maka tidak akan cukup membantu. IQ mungkin membantu dalam hal
memahami dan menghadapi dunia pada satu tingkat, tetapi emosi lebih
dibutuhkan untuk memahami dan menghadapi diri sendiri dan orang lain. Tanpa
kecerdasan emosi, kemampuan untuk mengenali dan menghargai perasaan serta
bertindak jujur sesuai dengan perasaan tersebut, maka seseorang tidak dapat
berhubungan baik dengan orang lain, berhasil di dunia, membuat keputusan
dengan mudah dan akan sering merasa terombang-ambing (Segal 2000).
EQ bersifat komplementer (saling melengkapi) terhadap IQ. Ini berarti EQ
tidak mengungguli IQ. EQ menguraikan kemampuan-kemampuan yang berbeda
16
dari kecerdasan yang lebih akademis atau intelektual tersebut. EQ merupakan
gabungan emosi dan kecerdasan. Menurut pandangan Dann (2002), emosi-emosi
dan pikiran berjalan secara beriringan. Jadi, EQ merupakan kemampuan dalam
menggunakan emosi-emosi untuk membantu memecahkan masalah dan menjalani
kehidupan secara lebih efektif.
Mayer dan Salovey dalam Dann (2002) memandang EQ sebagai suatu
kemampuan psikologis dalam memahami dan menggunakan informasi emosional.
Sebagai individu semua orang memiliki kemampuan bawaan (innate capability)
berbeda dalam melakukan sesuatu dan belajar dari kehidupan cara-cara
memperbaiki EQ melalui usaha, praktik dan pengalaman. Mereka percaya bahwa
sesungguhnya EQ merupakan suatu kecerdasan yang bisa diukur dengan handal
dan obyektif. Dua macam kecerdasan yang berbeda tersebut (IQ dan EQ)
mengungkapkan aktivitas bagian-bagian yang berbeda dalam otak. Kecerdasan
intelektual terutama didasarkan pada kerja neokorteks, lapisan yang dalam evolusi
berkembang paling akhir di bagian atas otak. Pusat-pusat emosi berada di bagian
otak yang lebih dalam, dalam subkorteks yang secara evolusi lebih kuno.
Kecerdasan emosi dipengaruhi oleh kerja pusat-pusat emosi ini, tetapi tetap dalam
keselarasan dengan kerja pusat-pusat intelektual (Nggermanto 2001).
Pengembangan EQ oleh usulan Steiner dalam Nggermanto (2001) yaitu
berupa membuka hati, menjelajah emosi dan bertanggung jawab. Membuka hati
ini adalah langkah pertama karena hati adalah simbol pusat emosi. Hatilah yang
merasa damai saat sedang merasa berbahagia, dalam kasih sayang, cinta atau
kegembiraan. Hati merasa tidak nyaman ketika sakit, sedih, marah atau patah hati.
17
Oleh sebab itu maka akan membebaskan pusat perasaan dari impuls dan pengaruh
yang membatasi untuk menunjukkan cinta satu sama lain.
Setelah membuka hati seseorang akan dapat melihat kenyataan dan
menemukan peran emosi dalam kehidupan seperti menjadi lebih bijak dalam
menanggapi perasaan. Untuk memperbaiki dan mengubah kerusakan hubungan
seseorang harus dapat mengambil tanggung jawab. Setiap orang harus mengerti
permasalahan, mengakui kesalahan dan keteledoran yang terjadi, membuat
perbaikan serta memutuskan bagaimana mengubah segala sesuatunya untuk
mencapai perubahan yang lebih baik.
Cara menerapkan dan mengembangkan EQ yang dirumuskan oleh
Gottman dalam Nggermanto (2001) yaitu dengan langkah-langkah seperti
menyadari emosi anak, mengakui emosi sebagai kesempatan, mendengarkan
dengan empati, mengungkapkan emosi, membantu menemukan solusi dan
langkah terakhir yaitu menjadi teladan. EQ memberikan implikasi positif lebih
jauh lagi dari sekedar teori ilmiah atau kesuksesan di tempat belajar dan bekerja,
karena berfokus pada intrapersonal dan interpersonal, orang-orang yang ber-EQ
tinggi atau yang sedang belajar menerapkan EQ menemukan hidupnya lebih
bermakna. Emosi positif membuat belajar lebih nyaman dengan hasil lebih
optimal, sedangkan emosi negatif menjadikan belajar menjemukan dengan hasil
minim (Goleman 2001).
Setiap orang adalah homoviator, yaitu makhluk yang selalu ingin tahu dan
tak pernah. merasakan kepuasan, karenanya ia selalu menuju satu tujuan. Ketika
manusia beranjak dewasa, dia membenahi kehidupan emosionalnya, memperhalus
18
sikap dan mencapai keseimbangan dalam pikiran, perasaan dan perbuatan. Semua
orang mencari kepuasan emosi dan karena itu menggunakan daya khayal mereka
untuk menciptakan suasana yang merangsang emosi. Itu sebabnya kepandaian dan
tubuh diolah lewat latihan yang tepat. Keseimbangan merupakan patokan utama
dalam menilai apakah seseorang cerdas secara emosi atau tidak (Maurus 2007).
Seseorang dapat dikatakan seimbang jika dalam kesatuan antara aspek batin dan
sikapnya telah menemukan cara untuk mengubah tekanan normal dan pada sisi
lain, berhasil memberikan orientasi positif terhadap tekanan negatif. Proses ini
membutuhkan dan melibatkan keberanian bertindak.
Kecerdasan emosi sesungguhnya membantu pikiran rasional atau akal
(Segal 2000). EQ bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran sendiri, kepekaan
sosial dan kemampuan adaptasi sosial. Bila EQ tinggi seseorang akan mampu
memahami berbagai perasaan secara mendalam ketika perasaan-perasaan ini
muncul dan benar-benar dapat mengenali diri sendiri. EQ yang lebih tinggi juga
akan memberi kemampuan untuk tetap terhubung dengan dirinya, bahkan saat dia
memperhatikan perasaan orang lain. Orang yang cerdas secara emosional akan
dapat mengetahui perbedaan antara apa yang penting bagi mereka dan orang lain.
Oleh karena itu, EQ berperan penting di keluarga, sekolah, masyarakat, sekolah
dan tempat kerja.
c. Komponen-komponen Emotional Quotient (EQ)
Menurut Dann (2002) banyak penekanan yang diberikan pada pengukuran
EQ. Pengukuran EQ dapat memberi informasi tentang kompetensi baik melalui
19
penilaian diri sendiri atau melalui suatu instrumen. Komponen-komponen dasar
dalam pengukuran EQ dapat digolongkan menjadi lima kerangka kerja kecakapan
emosi, yaitu (Goleman 2001):
1) Kesadaran Diri
Kesadaran diri berupa mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu
kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan
ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan
kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya
sendiri. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun
merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga
individu mudah menguasai emosi. Kemampuan ini mempunyai peranan untuk
memantau perasaan dari waktu ke waktu dan mencermati perasaan-perasaan yang
muncul. Adanya komponen ini mengindikasikan anak berada dalam kekuasaan
emosi manakala tidak memiliki kemampuan untuk mencermati perasaan yang
sesungguhnya. Hal penting yang perlu dipahami dalam kemampuan mengenali
emosi diri , tenggelam dalam masalah dan pasrah.
Mengenali emosi diri ini mencakup tiga hal, yakni kesadaran emosi,
penilaian secara teliti dan percaya diri. Kesadaran emosi dengan mengenali emosi
diri sendiri dan efeknya. Penilaian diri secara teliti dengan mengetahui kekuatan
dan batas-batas diri sendiri. Percaya diri yang merupakan keyakinan tentang harga
diri dan kemampuan sendiri.
20
2) Pengaturan Diri
Pengaturan diri berupa mengelola emosi merupakan kemampuan individu
dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras. Hal
ini dibutuhkan agar tercapai keseimbangan dalam diri individu. Kemampuan ini
mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta
kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. Anak yang
terampil mengelola emosinya akan mampu menenangkan kembali kekacauan-
kekacauan yang dialaminya sehingga ia dapat bangkit kembali. Sedangkan anak
yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bernaung
melawan perasaan murung. Dampaknya anak kehilangan masa cerianya.
Pengaturan diri ini memiliki aspek-aspek seperti kendali diri, sifat dapat
dipercaya, kewaspadaan, adaptibilitas dan inovasi. Kendali diri merupakan sikap
mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang merusak. Sifat dapat
dipercaya berupa memelihara norma kejujuran dan integritas. Kewaspadaan
merupakan tanggung jawab atas pribadi. Adaptibilitas yaitu keluwesan dalam
menghadapi perubahan sedangkan inovasi yaitu dengan sikap menerima dan
terbuka terhadap gagasan, pendekatan serta informasi-informasi baru.
3) Motivasi
Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu,
yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif,
21
yaitu antusiasme, gairah, optimisme dan keyakinan diri. Anak yang mempunyai
kemampuan memotivasi diri sendiri dengan baik cenderung jauh lebih produktif
dan efektif dalam segala tindakan yang dikerjakannya. Kemampuan ini tentunya
didasari oleh kemampuan mengendalikan emosinya, yaitu menahan diri terhadap
kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Jadi, kemampuan seseorang dalam
menata emosi merupakan modal pokok untuk mencapai tujuan atau cita-citanya.
Hal itu juga sangat vital untuk memotivasi dan menguasai diri sendiri.
Aspek-aspek dari motivasi ini diantaranya dorongan prestasi, komitmen,
inisiatif dan optimisme. Dorongan prestasi merupakan dorongan untuk menjadi
lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan. Komitmen berupa sikap
menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok. Inisiatif yaitu kesiapan untuk
memanfaatkan kesempatan sedangkan optimisme adalah kegigihan dalam
memperjuangkan sasaran kendati ada halangan atau kegagalan.
4) Empati
Empati adalah kemampuan untuk mengenali emosi orang lain. Empati
merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain. Empati
dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin terbuka seseorang terhadap
emosinya, maka semakin terampil membaca perasaan orang lain. Cara untuk
menunjukkan empati adalah dengan mengidentifikasikan perasaan orang lain
yaitu menempatkan diri secara emosional pada posisi orang lain. Empati
merupakan dasar dalam bergaul. Orang yang empatik akan lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang
22
dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain. Jadi, bia dipahami orang dengan
kemampuan yang andal dalam mengenali emosi orang lain akan mudah sukses
dalam pergaulannya dengan orang lain di tengah-tengah masyarakat luas.
Ada lima aspek dalam wilayah emosi ini yaitu memahami orang lain,
orientasi pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman dan
kesadaran politis. Memahami orang lain dengan mengindra perasaan dan
perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka.
Lalu orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi
kebutuhan pelanggan. Mengembangkan orang lain maksudnya adalah merasakan
kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan
mereka. Mengatasi keragaman merupakan sikap menumbuhkan peluang melalui
pergaulan dengan bermacam-orang sedangkan kesadaran politis yaitu mampu
membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan.
5) Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial yang berupa kemampuan dalam membina hubungan
merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi. Untuk dapat menangani emosi orang lain, diperlukan
keterampilan emosional yaitu manajemen diri dan empati. Dengan berlandaskan
keterampilan tersebut maka seni membina hubungan dengan orang lain akan
menjadi matang. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan
ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena
mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer
23
dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena
kemampuannya berkomunikasi.
Keterampilan sosial memiliki kerangka kerja antara lain pengaruh,
komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat
jaringan, kolaborasi dan kooperasi serta kemampuan tim. Pengaruh artinya
memiliki taktik-taktik untuk melakukan persuasi. Komunikasi yaitu berupa
mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan. Kepemimpinan dengan
membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain. Manajemen
konflik yakni dengan kemampuan negoisasi dan pemecahan silang pendapat.
Pengikat jaringan yaitu dengan menumbuhkan hubungan sebagai alat. Kolaborasi
dan kooperasi berupa kerja sama dengan orang lain demi tujuan bersama
sedangkan kemampuan tim yakni dengan menciptakan sinergi kelompok dalam
memperjuangkan tujuan bersama.
2. Hasil Belajar Siswa
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana 2009). Pengalaman tersebut tampak
pada perubahan tingkah laku atau pola kepribadian siswa. Jadi, pengalaman yang
diperoleh siswa adalah pengalaman sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotor. Oleh sebab itu, dalam penelitian hasil belajar perlu memperhatikan
24
ketiga domain tersebut. Dengan memperhatikan ketiga domain tersebut,
diharapkan dapat terlihat sejauh mana keefektifan dan efisiensi dalam mencapai
tujuan pengajaran atau tingkah laku siswa.
Menurut Daud (2012) hasil belajar merupakan kecakapan nyata, yang
dapat diukur langsung dengan menggunakan tes prestasi belajar dan setiap
kegiatan belajar manusia selalu ada prestasi belajar dan biasanya inilah yang
menjadi sasaran akhir dari proses belajar seseorang, terutama kepada siswa. Untuk
memperoleh hasil belajar siswa diperlukan langkah evaluasi hasil belajar terlebih
dahulu. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar
dan pembelajaran yang dilaksanakan melalui kegiatan penilaian dan/ atau
pengukuran hasil belajar. Melalaui evaluasi hasil belajar, kita dapat mengetahui
tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan
pembelajaran. Hasil belajar ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata atau
simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar tersebut dapat
terlaksana, maka hasil belajar dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti
untuk pengembangan, seleksi, kenaikan kelas maupun penempatan (Dimyati dan
Mudjiono 2009).
Penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan non tes. Tes ada
yang diberikan secara lisan, tulisan maupun tindakan. Soal-soal tes ada yang
disusun dalam bentuk objektif maupun esai atau uraian. Sedangkan non tes
sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala,
sosiometri, studi kasus, dan sebagainya. Penilaian hasil belajar tersebut
merupakan dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada
25
orangtuanya atau yang disebut dengan raport. Dalam laporan kemajuan belajar
siswa tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam
berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya (Sudjana
2009).
b. Klasifikasi Hasil Belajar
Hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga domain. Secara eksplisit ketiga
domain tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Haryati 2007). Ketiga
domain tersebut diantaranya sebagai berikut:
1) Domain Kognitif
Domain kognitif merupakan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi
dan berkreasi. Tujuan domain kognitif berhubungan dengan ingatan atau
pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan
keterampilan intelektual yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur untuk memecahkan
suatu permasalahan (Haryati 2007).
Manusia memiliki kemampuan psikognitif, yaitu perkembangan yang
terjadi dalam bentuk pengenalan, pengertian dan pemahaman dengan
menggunakan pengamatan, pendengaran dan berpikir (Chatib & Said 2012).
Kognitif merupakan kemampuan olah pikir seseorang untuk mengenali,
menganalisis sesuatu dan akhirnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Kemampuan kognitif tidak terbatas pada kemampuan anak mengerjakan soal-soal
26
tes di atas kertas, namun lebih cenderung pada penyelesaian soal-soal dalam
bentuk masalah yang realistis dengan kemampuan berpikirnya.
2) Domain Afektif
Domain afektif merupakan nilai sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
menerima, menanggapi, menilai, mengelola dan menghayati. Tipe hasil belajar
afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Sekalipun bahan ajar berisi domain
kognitif, domain afektif harus menjadi satu bagian. Domain afektif dibagi menjadi
beberapa kategori. Kategori tersebut dari yang paling sederhana sampai tingkat
yang kompleks yaitu reciving/ attending, responding, valuing, organisasi dan
karakteristik (Sudjana 2009).
Manusia memiliki kemampuan psiko-afektif, yaitu suatu respon atau
perasaan yang dimiliki oleh seseorang (Chatib & Said 2012). Secara umum,
perasaan itu adalah suasana hati yang menyenangkan atau tidak menyenangkan,
suka atau tidak, baik dan buruk. Lebih jauh, afektif juga diartikan perilaku atau
akhlak seseorang yang baik saat orang berinteraksi dengan lingkungannya ataupun
dengan diri sendiri adalah sebuah kemampuan. Dalam dunia sekolah, anak yang
berperilaku baik, seperti tidak pernah terlambat, sopan dan santun, selalu
menghormati orang yang lebih tua, atau mudah bergaul alhasil perilakunya akan
menyenangkan banyak orang. Perilaku anak yang seperti ini dikatakan memiliki
kemampuan afektif.
27
3) Domain Psikomotor
Domain psikomotor merupakan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak siswa. Ada enam aspek dalam domain psikomotor ini, yakni persepsi,
kesiapan, respon terpimpin, respon tampak yang kompleks, penyesuaian dan
penciptaan. Keenam aspek tersebut berkaitan satu sama lain atau tidak dapat
berdiri sendiri. Seseorang yang berubah tingkat kognitifnya secara tidak langsung
juga berubah sikap dan perilakunya. Tipe hasil belajar domain psikomotor
berhubungan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia
menerima pengalaman belajar tertentu (Sudjana 2009).
Manusia memiliki kemampuan psikomotor, yaitu perkembangan tubuh
atau jasmani setiap individu akan aktivitas dirinya terhadap sesuatu atau
menghasilkan suatu benda (Chatib & Said 2012). Lebih luas, psikomotor diartikan
kemampuan seseorang untuk menampilkan diri tentang sesuatu atau kemampuan
menghasilkan produk, sesederhana apapun bentuknya. Misalnya, anak berani
tampil untuk memberikan presentasi, membaca puisi, menyanyi dalam paduan
suara, menari atau olahraga yang disukainya. Kemampuan anak seperti
menggambar, membuat kerajinan tangan dan membuat produk juga merupakan
kemampuan psikomotor.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
(Widoyoko 2010):
28
1) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor ini meliputi:
a) Faktor biologis
Dalam hal ini, faktor biologis disebut juga faktor jasmaniah. Faktor yang
dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.
Kesehatan seseorang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang sehat
akan mudah menerima pelajaran sehingga dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal. Sebaliknya keadaan siswa yang kurang sehat dapat membuat proses
belajar mengajar terganggu karena siswa tidak dapat mengikuti pelajaran seperti
biasa dan tidak dapat mencapai hasil belajar yang baik.
Panca indera merupakan syarat vital proses belajar seseorang. Misalnya
mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari
oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian,
seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan
menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan
mempengaruhi hasil belajarnya di sekolah meski tak sedikit pula seseorang yang
memiliki cacat tubuh tetap dapat belajar sebagaimana mestinya.
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, antara lain
inteligensi, sikap dan motivasi. Inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan
dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam
29
rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan
objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi hasil belajar seorang siswa, di
mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar
untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar
yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf
inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya.
Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap
hal-hal tertentu. Melalui sikap ada siswa yang pasif, rendah diri dan kurang
percaya diri yang mana dapat menghambat siswa dalam menampilkan hasil
belajarnya. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah
merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sedangkan motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Motivasi dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dapat
mencapai hasil belajar yang tinggi, sebaliknya siswa yang memiliki motivasi
rendah tidak akan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
30
2) Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada faktor-faktor di luar
diri seseorang yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya antara lain adalah:
a) Faktor lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga sangat erat kaitannya dalam memberi pengaruh
dalam pencapaian hasil belajar seorang siswa. Faktor yang mempengaruhinya
antara lain sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, perhatian orang tua dan
suasana hubungan antara anggota keluarga. Adanya sosial ekonomi yang
memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih
baik. Dilihat dari pendidikan orang tua, orang tua yang telah menempuh jenjang
pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih rendah dan dukungan dari keluarga juga merupakan suatu
pemacu semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara
langsung, berupa pujian atau nasihat, maupun secara tidak langsung, seperti
hubugan keluarga yang harmonis. Dengan menjaga keharmonisan keluarga, siswa
tidak memiliki beban pikiran sehingga akan dapat menerima pelajaran dengan
baik dan memperoleh hasil belajar yang baik pula.
b) Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah memiliki beberapa factor yang dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa diantaranya sarana dan prasarana, kompetensi, kurikulum serta
metode dalam belajar. Kelengkapan sarana dan prasarana sekolah akan membantu
31
kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. Kompetensi guru dan siswa sangat
penting dalam meraih hasil belajar yang baik. Kelengkapan sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya tidak akan terjadi
keseimbangan. Apabila situasi dan kondisi di sekolah seimbang, maka siswa akan
memperoleh iklim belajar yang menyenangkan sehingga akan terdorong untuk
terus-menerus meningkatkan hasil belajarnya. Dalam hal kurikulum dan metode
mengajar meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada
siswa. Guru memiliki peran penting untuk menumbuhkan semangat belajar siswa.
c) Faktor lingkungan masyarakat
Faktor lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa yaitu sosial budaya dan partisipasi terhadap pendidikan. Pandangan
masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan
pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah
pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung
memandang rendah pekerjaan guru/pengajar. Selain itu, bila semua pihak telah
berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa
kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih
menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
32
Kerangka berpikir:
Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir
Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar
siswa
Fenomena: dalam proses belajar
mengajar ditemukan siswa yang
tidak dapat meraih hasil belajar
yang setara dengan kemampuan
inteligensinya.
Domain
Kognitif
Domain
Afektif
Domain
Psikomotor
Ada peran kecerdasan lain yang
mempengaruhi hasil belajar:
Emotional Quotient /
Kecerdasan Emosional
Faktor Intern Faktor Ekstern
Faktor
Psikologis
Faktor Biologis Lingkungan
33
B. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka di atas, hipotesis dari penelitian ini adalah ada
hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa domain
kognitif, afektif dan psikomotor pada materi pengelolaan lingkungan.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 29 Semarang, yang terletak di Jl.
Kedungmundu, Semarang, Jawa Tengah. Waktu penelitian bulan Mei 2014 tahun
ajaran 2013/2014 semester genap. Analisis data dilakukan di Laboratorium
Microteaching Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.
B. Populasi dan Sampel
Menurut Sukardi (2008) populasi adalah semua anggota kelompok yang
tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target
kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Dalam penelitian ini populasi yang
digunakan seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang yang berjumlah 7
kelas yaitu 248 siswa.
Sedangkan sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang dipilih
untuk sumber data tersebut. Untuk penentuan besar sampel jika jumlah
populasinya kurang dari 10.000 menggunakan rumus sebagai berikut:
21 dN
Nn
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
35
d = Tingkat signifikansi (0,05)
Dari rumus diatas diperoleh besar sampel penelitian ini adalah:
21 dN
Nn
n = 20,12481
248
= 0,012481
248
= 48,21
248
= 3,48
248= 71,26
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 71 siswa yang diambil dari
7 kelas reguler. Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian
ini yaitu menggunakan teknik proporsional random sampling.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (dependent variable): variabel bebasnya yaitu skor tes
Emotional Quotient (EQ)
2. Variabel terikat (independent variable): variabel terikatnya yaitu nilai
ulangan harian, nilai sikap dan nilai produk siswa.
34
36
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional. Penelitian
korelasional ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan
variabel-variabel lain (Sukmadinata 2009). Hubungan antara satu variabel dengan
variabel-variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan
keberartian.(signifikansi) secara statistik. Adanya korelasi antara dua variabel atau
lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu
variabel terhadap variabel lainnya.
Korelasi positif berarti nilai yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan
dengan nilai yang tinggi pada variabel lainnya. Korelasi negatif berarti nilai yang
tinggi dalam satu variabel berhubungan dengan nilai yang rendah dalam variabel
lain. Penelitian ini melihat hubungan antara Emotional Quotient (X) sebagai
variabel bebas dengan tiga domain hasil belajar siswa (Y) sebagai variabel terikat
pada materi pengelolaan lingkungan. Dalam hal ini tidak berarti EQ yang tinggi
menyebabkan atau mengakibatkan hasil belajar yang tinggi, tetapi antara
keduanya ada hubungan kesejajaran. Bisa juga terjadi yang sebaliknya yaitu
ketidaksejajaran (korelasi negatif), EQ-nya tinggi tetapi hasil belajarnya rendah.
Hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dapat dilihat pada
Gambar 2 sebagai berikut.
37
Variabel terikat (Y1)
Variabel bebas (X) Variabel terikat (Y2)
Variabel terikat (Y3)
Gambar 2. Hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y)
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menempuh 4 tahap yang secara skematis dapat dilihat seperti
pada skema berikut ini:
Gambar 3. Prosedur Penelitian
Persiapan dan
Observasi Awal
Pra Penelitian
Finalisasi
Pengumpulan
data penelitian
Emotional Quotient (EQ)
Hasil belajar kognitif
Hasil belajar afektif
Hasil belajar psikomotor
38
1. Persiapan Awal dan Observasi
Pada tahap awal dan observasi, peneliti meminta surat ijin observasi
kepada pihak Universitas Negeri Semarang. Setelah itu mendatangi lokasi
penelitian yaitu SMP Negeri 29 Semarang untuk menyerahkan surat ijin,
kemudian melakukan observasi di sekolah tersebut dengan melakukan wawancara
serta pengamatan langsung kepada staf TU, guru BK, guru biologi dan beberapa
siswa. Setelah melakukan wawancara dan menemukan suatu permasalahan,
peneliti memberikan informasi tentang tujuan penelitian kepada pihak-pihak yang
terkait dalam penelitian.
2. Pra Penelitian
Pada tahap pra penelitian ini, peneliti menyusun proposal dan semua
instrumen penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian.
3. Pengumpulan Data Penelitian
Setelah memperoleh ijin untuk melakukan penelitian, peneliti meminta
surat ijin penelitian ke Dinas Pendidikan Kota Semarang. Kemudian peneliti
menuju SMP Negeri 29 Semarang untuk melakukan pengumpulan data penelitian.
4. Finalisasi
Tahap terakhir dari penelitian ini adalah finalisasi. Pada tahap ini peneliti
mulai mengolah data yang sudah didapatkan kemudian membuat laporan hasil
penelitian.
39
F. Data dan Metode Pengumpulan Data
1. Sumber data : Siswa, guru.
2. Jenis data : Dalam penelitian ini sumber datanya berupa data
primer. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari
tangan pertama). Data yang diperoleh berupa skala kecerdasan emosional/
Emotional Quotien (EQ), ulangan harian materi pengelolaan lingkungan,
angket penilaian domain sikap, hasil penilaian keterampilan pembuatan
produk ilmiah berupa pupuk organik dengan bantuan bakteri EM4.
3. Cara pengambilan data : Memberikan kuesioner skala Kecerdasan
Emosional/ Emotional Quotient (EQ) pada siswa serta melakukan
pengambilan nilai dengan menggunakan instrumen penilaian hasil belajar
biologi siswa domain kognitif, afektif dan psikomotor untuk materi
pengelolaan lingkungan.
G. Metode Analisis Data
Pengukuran EQ menggunakan skala kecerdasan emosional atau skala EQ
yang sudah ada dan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dari skala
tersebut diketahui variabel kecerdasan emosional diperoleh rhitung (rxy) > rtabel
untuk jumlah responden 30 responden yaitu sebesar 0,361. Kemudian untuk uji
coba reliabilitas dari 30 responden, diperoleh rhitung = 0,846 > rtabel = 0,361 pada
taraf signifikansi 5% maka instrumen penilaian untuk variabel kecerdasan
emosional dinyatakan reliabel. Skala kecerdasan emosional tersebut kemudian
divalidasi lagi oleh guru BK, sedangkan untuk pengukuran ketiga domain hasil
40
belajar menggunakan instrumen yang telah dibuat bersama-sama dengan guru
Biologi di sekolah tempat penelitian.
Penelitian ini menggunakan analisis bivariat. Analisis bivariat adalah
analisis yang dilakukan lebih dari dua variabel (Notoadmodjo 2010). Sebelum
melakukan analisis bivariat dilakukan uji normalitas menggunakan Kolmogorov
Smirnov Test dan ternyata diperoleh nilai p < 0,05 maka data berdistribusi normal.
Karena data berdistribusi normal maka menggunakan uji Korelasi Pearson.
Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima bila didapatkan nilai p ≤ 0,05 dan Ho diterima dan Ha ditolak bila
didapatkan nilai p > 0,05.
Kekuatan korelasi “r” (Najmah, 2011):
1. 0,00 – 0,25 = Tidak ada hubungan / lemah hubungan
2. 0,26 – 0,50 = Sedang
3. 0,51 – 0,75 = Hubungan kuat
4. 0,76 – 1,00 = Korelasi sangat kuat / sempurna
Analisis korelasi antara Emotional Quotient (EQ) dengan tiga domain hasil
belajar siswa pada materi pengelolaan lingkungan dalam penelitian ini dihitung
dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Hasil uji korelasi signifikan
atau tidak dapat diketahui dari nilai signifikan (Sig.) Jika nilai Sig. <0,05 maka
koefisien yang diuji adalah signifikan. Arah hubungan dapat dilihat dari tanda
koefisien korelasi yang muncul. Apabila tanda (-) berarti semakin tinggi nilai
variabel X maka nilai variabel Y semakin rendah, sebaliknya jika tanda (+) berarti
semakin tinggi nilai variabel X maka nilai variabel Y semakin tinggi.
41
Nilai koefisien korelasi adalah antara -1 dan +1. Semakin besar nilai
absolut koefisien korelasi (mendekati -1 atau +1), maka semakin kuat/ tinggi
hubungan linearnya. Semakin lemah/ rendah kekuatan hubungan antar variabel,
maka nilai koefisien korelasi semakin mendekati 0.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Hasil Tes Emotional Quotient (EQ)
Tes Emotional Quotient (EQ) dilakukan dengan cara menyebarkan
angket kuesioner kepada sampel siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang,
kemudian dianalisis dengan hasil seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Tes Emotional
Quotient
Emotional Quotient Frekuensi Persentase
Sangat tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat rendah
40
31
0
0
56,3
43,7
0
0
Jumlah 71 100,0
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa tingkat Emotional Quotient (EQ)
siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang 100% masuk dalam kategori tinggi
dan sangat tinggi. Pada kategori tinggi sebanyak 31 responden (43,7%) dan
sangat tinggi sebanyak 40 responden (56,3%). Dari data tersebut dapat
diartikan bahwa sebagian besar siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang
memiliki tingkat Emotional Quotient (EQ) yang sangat tinggi.
42
43
b. Hasil Belajar Domain Kognitif
Hasil belajar domain kognitif diperoleh dari hasil ulangan harian siswa
pada materi pengelolaan lingkungan, kemudian dapat diketahui hasil
ketuntasan siswa seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Belajar Domain
Kognitif Materi Pengelolaan Lingkungan
Hasil belajar Frekuensi Persentase
Tidak tuntas
Tuntas
15
56
21,1
78,9
Jumlah 71 100,0
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil belajar domain kognitif materi pengelolaan
lingkungan pada siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang sebagian besar
siswa mendapatkan nilai tuntas yaitu sebanyak 56 responden (78,9%) dan 15
responden (21,1%) masih mendapatkan nilai yang tidak tuntas.
c. Hasil Belajar Domain Afektif
Hasil belajar domain afektif untuk penilaian sikap dilakukan dengan
cara menyebarkan angket kuesioner kepada sejumlah sampel untuk kemudian
dianalisis dengan hasil seperti yang tampak pada Tabel 3.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Belajar Domain
Afektif Materi Pengelolaan Lingkungan
Hasil belajar Frekuensi Persentase
Sangat baik
Baik
Tidak baik
Sangat tidak baik
29
42
0
0
40,8
59,2
0
0
Jumlah 71 100,0
44
Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil belajar domain afektif pada
siswa SMP Negeri 29 Semarang 100% masuk ke dalam kategori baik dan
sangat baik. Hal ini dapat diketahui dari Tabel 3 yaitu ada sebanyak 42
responden (59,2%) tergolong kategori baik dan sisanya sebanyak 29
responden (40,8%) pada kategori sangat baik.
d. Hasil Belajar Domain Psikomotor
Hasil belajar domain psikomotor diambil dari nilai keterampilan
pembuatan produk ilmiah berupa pupuk organik dengan bantuan bakteri EM4
dan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Belajar Domain
Psikomotor Materi Pengelolaan Lingkungan
Hasil belajar domain psikomotor pada siswa SMP Negeri 29 Semarang seperti
tampak pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar adalah terampil
dengan jumlah 67 responden (94,4%) dan yang tidak terampil sejumlah 4
responden (5,6%).
Hasil belajar Frekuensi Persentase
Tidak terampil
Terampil
4
67
5,6
94,4
Jumlah 71 100,0
45
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Hasil Belajar Siswa
Domain Kognitif pada Materi Pengelolaan Lingkungan
Uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara Emotional
Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa domain kognitif pada materi
pengelolaan lingkungan tersaji dalam Tabel 5.
Tabel 5 Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Hasil Belajar
Siswa Domain Kognitif
Correlations Tes EQ Kognitif
Tes EQ Pearson Correlation 1 0,336**
Sig. (2-tailed) . 0,004
N 71 71
Kognitif Pearson Correlation 0,336** 1
Sig. (2-tailed) 0,004 .
N 71 71
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil uji statistik didapatkan
pvalue = 0,004 (nilai probabilitas (p) < (0,05)), dapat diartikan bahwa
ada hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa
domain kognitif pada materi pengelolaan lingkungan dengan kekuatan
korelasi sedang.
b. Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Hasil Belajar Siswa
Domain Afektif pada Materi Pengelolaan Lingkungan
Uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara Emotional
Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa domain afektif pada materi
pengelolaan lingkungan tersaji dalam Tabel 6.
46
Tabel 6 Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Hasil Belajar
Siswa Domain Afektif
Correlations Tes EQ Afektif
Tes EQ Pearson Correlation 1 0,556**
Sig. (2-tailed) . 0,000
N 71 71
Afektif Pearson Correlation 0,556** 1
Sig. (2-tailed) 0,000 .
N 71 71
Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil uji statistik didapatkan pvalue = 0,000
(nilai probabilitas (p) < (0,05)), dapat diartikan bahwa ada hubungan
antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa domain afektif
pada materi pengelolaan lingkungan dengan kekuatan korelasi kuat.
c. Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Hasil Belajar Siswa
Domain Psikomotor pada Materi Pengelolaan Lingkungan
Uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara Emotional
Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa domain psikomotor pada materi
pengelolaan lingkungan tersaji dalam Tabel 7.
Tabel 7 Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Hasil Belajar
Siswa Domain Psikomotor
Correlations Tes EQ Psikomotor
Tes EQ Pearson Correlation 1 0,381**
Sig. (2-tailed) . 0,001
N 71 71
Psikomotor Pearson Correlation 0,381** 1
Sig. (2-tailed) 0,001 .
N 71 71
47
Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa dari hasil uji statistik didapatkan pvalue
= 0,001 (nilai probabilitas (p) < (0,05)), dapat diartikan bahwa ada
hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa
domain psikomotor pada materi pengelolaan lingkungan dengan kekuatan
korelasi sedang.
B. Pembahasan
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tes Emotional Quotient (EQ)
pada siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang sebagian besar hasilnya sangat
tinggi yaitu sebanyak 40 responden (56,3%) yang berarti sebagian besar siswa
kelas VII SMP Negeri 29 Semarang dapat mengelola emosinya dengan baik.
Hal ini sangat penting karena kecerdasan emosi dapat diterapkan untuk
pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Nggermanto (2001) bahwa
kecerdasan emosi seseorang dapat dikembangkan menjadi lebih baik, lebih
menantang, dan lebih prospek dibanding IQ yang mana dapat diterapkan
secara luas untuk belajar, bekerja, mengajar, mengasuh anak, persahabatan
dan rumah tangga. Lebih jauh lagi, pengembangan EQ membuka pintu bagi
kemajuan kecakapan manusia di bidang kecerdasan spiritual.
Pendapat paling tinggi yaitu dari 58 responden (81,7%) tentang siswa
yang mengaku selalu yakin dalam meraih cita-cita dan tujuannya. Keyakinan
ini berarti sebagian besar siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang
mempunyai perasaan motivasi yang positif. Kemampuan ini tentunya didasari
dari kemampuan mengendalikan emosinya, yaitu menahan diri terhadap
48
kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Kemampuan seseorang dalam
mengendalikan emosinya merupakan modal pokok untuk meraih cita-cita dan
tujuannya.
Ada beberapa siswa yang belum dapat mengelola emosinya dengan
maksimal. Hal ini diketahui dari hasil analisis data yang menujukkan bahwa
siswa tidak setuju melakukan pertimbangan sebelum melakukan tindakan,
mengharapkan kritikan dari teman atau orang lain demi kebaikannya, yakin
dalam meraih cita-cita atau tujuan hidupnya, mendengarkan masalah
temannya serta ikut membantu memecahkan masalah. Hal ini diduga karena
beberapa siswa masih ada yang lebih senang menutup diri. Anak yang
cenderung menutup diri seperti itu akan memunculkan emosi-emosi negatif
yang membuatnya mudah stress dan bosan dalam belajar sesuatu. Hal ini
seperti yang disebutkan pada hasil penelitian Arsawan (2013) bahwa tingkat
stres berakibat pada rendahnya kecerdasan emosional.
Hasil belajar siswa domain kognitif pada materi pengelolaan
lingkungan sebagian besar nilainya tuntas yaitu sebanyak 56 responden
(78,9%). Nilai tuntas yaitu apabila siswa mendapatkan nilai ≥72. Hal ini
berarti siswa harus menguasai tentang materi ini. Materi ini mengajarkan
tentang bagaimana mengaplikasikan peranan manusia dalam pengelolaan
lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Nilai
ketuntasan ini dapat dicapai sebagian besar siswa dikarenakan berbagai faktor
yaitu ketika ulangan harian siswa mampu menjelaskan konsekuensi
penebangan hutan, menjelaskan pengaruh aktivitas manusia yang
49
mengakibatkan pencemaran serta menyebutkan upaya untuk mengatasi dan
mencegah pencemaran lingkungan.
Tujuan domain kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan
terhadap pengetahuan dan informasi. Apabila siswa mampu menguji
ingatannya dengan baik dan berusaha semaksimal mungkin, maka hasil belajar
domain kognitifnya pun maksimal. Namun di samping itu, masih didapatkan
15 responden (21,1%) yang belum mencapai ketuntasan karena mendapatkan
nilai <72. Hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi. Penyebab dari menurunnya prestasi belajar diantaranya yaitu
berupa faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang meliputi kondisi
kesehatan, minat belajar, motivasi belajar dan kebiasaan belajar sedangkan
faktor ekstern meliputi lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Sejalan dengan hasil penelitian Khafid (2007) bahwa faktor intern dan ekstern
yang ada pada diri siswa tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap kesulitan
belajar siswa.
Hasil belajar siswa domain afektif pada materi pengelolaan lingkungan
sebagian besar hasilnya yaitu bersikap baik yakni sebanyak 42 responden
(59,2%) sedangkan sebanyak 29 responden (40,8%) yakni menunjukkan sikap
sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas VII SMP
Negeri 29 Semarang sudah menampakkan tingkah laku yang positif seperti
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, memiliki motivasi belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan
sosialnya. Sumayku (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sikap
50
siswa dalam kegiatan pembelajaran memiliki hubungan yang kuat dengan
hasil prestasi belajar siswa. Sikap siswa itu berupa kemampuan menerima,
menanggapi, menilai, mengelola dan menghayati sesuatu. Oleh karena itu
variabel sikap tersebut perlu mendapatkan perhatian penting dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan uji statistik diperoleh pendapat responden tertinggi setuju
pada pernyataan selalu berusaha memecahkan persoalan yang ada pada materi
pengelolaan lingkungan, yaitu sebesar 52 responden (73,2%). Hal ini berarti
sebagian besar siswa memiliki karakter berpikir kritis sehingga ketika
menemukan permasalahan pada suatu hal siswa berusaha mencari pemecahan
masalahnya baik sendiri maupun meminta bantuan orang lain.. Tujuan dari
indikator kemampuan menghayati ini yaitu berhubungan kuat dengan
keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. Keterpaduan dari sistem yang
dimiliki tersebut dapat mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Meskipun banyak siswa yang sudah mampu menjaga sikapnya, masih ditemui
siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan materi pengelolaan
lingkungan dengan sebaik-baiknya dengan adanya pilihan oleh satu responden
(1,4%). Hal ini dapat terjadi dari beberapa faktor diantaranya kurangnya
tingkat pemahaman ajar materi, kurangnya motivasi dan sulit berkonsentrasi.
Hasil belajar siswa domain psikomotor pada materi pengelolaan
lingkungan diperoleh dari kegiatan praktikum yaitu berupa keterampilan
pembuatan pupuk organik dengan bantuan bakteri EM4. Berdasarkan analisis
data menunjukkan bahwa sebagian besar nilainya tuntas yaitu sebanyak 67
51
responden (94,4%). Hal ini diduga karena siswa memahami arahan guru, ikut
serta dalam pembuatan pupuk dan mengerjakan laporan sendiri. Hal tersebut
selaras dengan hasil penelitian Zulhelmi (2009) yang menyatakan bahwa
pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa, dalam hal ini siswa mencari
makna dan mencoba untuk menemukan hubungan urutan di dalam kejadian-
kejadian dari dunia informasi yang mereka peroleh berdasarkan
pengalamannya (learning by experience). Selain itu dipengaruhi pula oleh
kemampuan siswa untuk kreatif dan percaya diri menampilkan dirinya dalam
menghasilkan produk ilmiah. Namun masih ada beberapa anak yang kurang
aktif dimana tampak dari 4 responden (5,6%) mendapatkan nilai tidak tuntas
karena memperoleh nilai <72. Berdasarkan tanggapan guru, kemungkinan
dikarenakan tidak memperhatikan guru, tidak ikut andil dalam pembuatan
pupuk, pasif selama kegiatan berlangsung ataupun tidak membuat laporan.
Berdasarkan uji korelasi dapat diketahui bahwa Emotional Quotient
(EQ) berhubungan positif dan signifikan dengan hasil belajar siswa domain
kognitif pada materi pengelolaan lingkungan. Hasil uji korelasi menunjukkan
bahwa hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa
domain kognitif pada materi pengelolaan lingkungan termasuk dalam kategori
sedang dengan koefisien korelasi sebesar 0,336 dan pvalue sebesar 0,004.
Korelasi positif dan signifikan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil
belajar siswa domain kognitif pada materi pengelolaan lingkungan
memberikan arti bahwa jika Emotional Quotient (EQ) tinggi, maka hasil
belajar siswa domain kognitif pada materi pengelolaan lingkungan juga tinggi.
52
Menurut Festus (2012), ada hubungan yang positif antara Emotional Quotient
(EQ) atau yang biasa disebut dengan kecerdasan emosional dengan prestasi
akademik siswa. Oleh karena itu selain pengetahuan, kecerdasan emosional
penting dalam pencapaian prestasi akademik sehingga perlu adanya kurikulum
sekolah yang memasukkan kecerdasan emosional di dalamnya.
Adanya kecerdasan emosional pada diri siswa, dapat mendorong
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati serta keterampilan sosial
siswa sehingga memberi dampak positif terhadap pencapaian hasil belajar
kognitifnya. Hasil belajar domain kognitif berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek pengetahuan seperti pengetahuan, pengertian dan
keterampilan berpikir. Pada dasarnya kognitif adalah kemampuan intelektual
siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Kecerdasan
emosi dapat menempatkan emosi seseorang pada porsi yang tepat, memilah
kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari
hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri
dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut
memiliki tingkat emosional yang baik dan lebih mudah menyesuaikan diri
dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.
Seseorang yang sedang berada dalam suasana hati yang baik,
hubungan sosial yang baik, tingkat emosional yang baik serta dapat
menyesuaikan diri cenderung untuk berpikir positif sehingga dapat berpikir
jernih dan berkonsentrasi selama pelajaran. Apabila mampu berpikir jernih
dan berkonsentrasi selama pelajaran, siswa siap ketika menghadapi ulangan
53
dan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Berbeda dengan anak yang
susah mengendalikan emosi, sedang ada masalah di rumah atau sedang dalam
pertikaian dengan temannya maka sulit untuk berpikir dan berkonsentrasi
sehingga cenderung mendapatkan hasil belajar yang kurang maksimal.
Emotional Quotient (EQ) berhubungan positif dan signifikan dengan
hasil belajar siswa domain afektif pada materi pengelolaan lingkungan. Hasil
uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara Emotional Quotient (EQ)
dengan hasil belajar siswa domain afektif pada materi pengelolaan lingkungan
termasuk dalam kategori tinggi dengan koefisien korelasi sebesar 0,556 dan
pvalue sebesar 0,000. Korelasi positif dan signifikan antara Emotional
Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa domain afektif pada materi
pengelolaan lingkungan memberikan arti bahwa jika Emotional Quotient (EQ)
tinggi, maka hasil belajar siswa domain afektif pada materi pengelolaan
lingkungan juga tinggi. Seperti hasil penelitian Nurdin (2009) yang
menyebutkan bahwa kecerdasan emosional memiliki peranan yang
signifikan dalam mempengaruhi perilaku atau sikap manusia termasuk pola
perilaku siswa dalam penyesuaian sosial di lingkungan sekolah.
Domain afektif adalah domain yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Domain afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi
dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar domain afektif tampak pada siswa dalam
berbagai tingkah laku. Emosi merupakan salah satu elemen dasar pada diri
manusia dalam menciptakan perilaku atau sikap manusia. Agar siswa dapat
melaksanakan tugas, peranan dan tanggung jawabnya dengan baik di
54
lingkungan sekolah, dituntut untuk dapat bertingkah dan berperilaku
menurut aturan, norma, hukum dan nilai-nilai yang berlaku sebagai cara
untuk memperoleh penyesuaian bagi persolan-persoalan hidup serta
terciptanya penyesuaian diri dan sosial yang sehat.
Thorndike dalam Goleman (2001) mengungkapkan peranan
kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial individu adalah
kecerdasan sosial yaitu kemampuan untuk memahami orang lain dan
bertindak bijaksana dalam hubungan dengan orang lain. Lebih lanjut
Goleman (2001) menyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan permasalahan banyak ditentukan oleh kualitas
kecerdasannya. Seseorang yang cerdas dalam mengelola emosinya dapat
meningkatkan kualitas kepribadiannya. Kualitas kepribadian yang baik dapat
membentuk siswa berkarakter. Siswa memiliki kemampuan menerima
stimulus dengan baik, aktif dalam pembelajaran, menghargai orang lain serta
mengatur diri sehingga mampu membentuk pola tingkah laku yang baik. Pada
pembelajaran materi pengelolaan lingkungan hidup dibutuhkan sikap-sikap
siswa yang bertanggung jawab dan bekerjasama dalam memahami
konsekuensi penebangan hutan, memahami sikap-sikap manusia yang mampu
mengakibatkan pencemaran serta mengerti bagaimana upaya mengatasi dan
mencegah pencemaran tersebut.
Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa
domain psikomotor pada materi pengelolaan lingkungan menunjukkan hasil
yang positif dan signifikan. Berdasarkan analisis data bivariat dapat dilihat
55
hasil uji korelasi yang menunjukkan bahwa hubungan antara Emotional
Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa domain psikomotor pada materi
pengelolaan lingkungan termasuk dalam kategori sedang dengan koefisien
korelasi sebesar 0,381 dan pvalue sebesar 0,001. Korelasi positif dan
signifikan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa domain
psikomotor pada materi pengelolaan lingkungan memberikan arti bahwa jika
Emotional Quotient (EQ) tinggi, maka hasil belajar siswa domain psikomotor
pada materi pengelolaan lingkungan juga tinggi. Godarzi (2013) menyebutkan
bahwa kecerdasan emosional yang tinggi menumbuhkan tanggung jawab
siswa yang tinggi pula. Tanggung jawab siswa dalam kegiatan praktikum
penting untuk menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah serta dapat
menghasilkan produk ilmiah.
Pengalaman adalah kegiatan yang sifatnya memberikan interaksi
langsung yang nyata pada siswa melalui panca inderanya karena pelajaran
sains salah satunya bertujuan untuk memberi arti tentang dunia eksperimen.
Domain psikomotor merupakan kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi
motorik siswa yaitu berupa keterampilan melakukan sesuatu. Keterampilan
melakukan sesuatu tersebut meliputi keterampilan motorik, keterampilan
intelektual dan keterampilan sosial. Keterampilan pembuatan pupuk organik
dengan berbantuan bakteri EM4 menuntut siswa bagaimana mendapat
pengalaman langsung dengan melibatkan siswa dalam keterampilan tersebut.
Kegiatan tersebut menarik bagi siswa karena dapat mengidentifikasi masalah,
56
melakukan percobaan untuk kemudian menarik kesimpulan dalam bentuk
laporan.
Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosional merupakan
penentu dari keberhasilan kinerja siswa dalam keterampilan pembuatan pupuk
tersebut. Sikap siswa yang tidak meninggikan ego dan keinginannya, memiliki
motivasi yang tinggi, mampu memahami orang lain serta dapat membina
hubungan yang baik dengan temannya, dapat menciptakan suasana kelompok
kerja yang dinamis. Orang-orang yang mampu mengelola emosinya dengan
baik dapat sukses dalam bidang apapun.
57
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa
simpulan yaitu sebagai berikut.
1. Ada hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa
domain kognitif pada materi pengelolaan lingkungan dengan koefisien
korelasi sebesar 0,336 dan pvalue sebesar 0,004. Hal ini berarti bahwa
semakin tinggi Emotional Quotient (EQ), maka semakin baik pula hasil
belajar kognitifnya.
2. Ada hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa
domain afektif pada materi pengelolaan lingkungan dengan koefisien korelasi
sebesar 0,556 dan pvalue sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
Emotional Quotient (EQ), maka semakin baik pula hasil belajar afektifnya.
3. Ada hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan hasil belajar siswa
domain psikomotor pada materi pengelolaan lingkungan dengan koefisien
korelasi sebesar 0,381 dan pvalue sebesar 0,001. Hal ini berarti bahwa
semakin tinggi Emotional Quotient (EQ), maka semakin baik pula hasil
belajar psikomotornya.
57
58
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat
diberikan peneliti adalah sebagai berikut.
1. Siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang hendaknya dapat mengelola
kecerdasan emosionalnya dalam kegiatan pembelajaran dengan baik setelah
mendapat informasi tentang Emotional Quotient (EQ).
2. Para guru hendaknya dapat mengenal kemampuan siswa serta mengelola kelas
dari hasil tes Emotional Quotient (EQ) sehingga dapat mengarahkan
pendidikan berdasarkan kecerdasan jamak.
3. Sekolah hendaknya dapat memberikan informasi khususnya kepada para
orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan
memotivasi siswa untuk menggali Emotional Quotient (EQ) yang dimilikinya.
4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang
mempengaruhi hasil belajar seperti Spiritual Quotient (SQ), motivasi belajar,
fasilitas belajar dan cara belajar.
59
DAFTAR PUSTAKA
Alder H. 2001. Pacu EQ dan IQ Anda. Jakarta: Erlangga.
Arsawan IWE. 2013. Pengaruh Perilaku Belajar dan Kecerdasan Emosional
terhadap Stress Kuliah dan Prestasi Belajar Mahasiswa Politeknik Negeri Bali.
Soshum Jurnal Sosial dan Humaniora 3 (1): 55-68.
Chatib M & A Said. 2012. Sekolah Anak-Anak Juara. Bandung: Kaifa.
Dann J. 2002. Memahami Kecerdasan Emosional dalam Seminggu. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Daud F. 2012. Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar
terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota Palopo. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran 19 (2): 243-255.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fabio AD & L Palazzeschi. 2009. Emotional intelligence, personality traits and
career decision difficulties. Int J Educ Vocat Guidance (9):135–146.
Festus AB. 2012. The Relationship between Emotional Intelligence and Academic
Achievement of Senior Secondary School Students in the Federal Capital
Territory, Abuja. Journal of Education and Practice 3 (10): 13-19.
Gandasetiawan ZR. 2009. Mengoptimalkan IQ & EQ Anak melalui Metode
Sensomotorik. Jakarta: Libri.
Godarzi F. 2013. The Relationship between Emotional Quotient (EQ) and Parents
and Responsibility of Students. J. Basic. Appl. Sci. Res. 3(2): 1105-1114.
Goleman D. 2001. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Prestasi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Haryati M. 2007. Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Khafid M. 2007. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Akuntansi. Jurnal Pendidikan Ekonomi 2 (1): 1-30
Kutash K. 2000. The School and Community Study: Characteristics of Students
Who Have Emotional and Behavioral Disabilities Served in Restructuring
Public Schools. Journal of Child and Family Studies 9 (2): 175–190.
Lewis NJ et al. 2005. Emotional Intelligence in Medical Education: Measuring
the Unmeasurable?. Advances in Health Sciences Education (10):339–355.
60
Maurus J. 2007. Mukjizat Emosi. Yogyakarta: Trubadur.
Mayer JD & CD Cobb. 2000. Educational Policy on Emotional Intelligence: Does
It Make Sense? Educational Psychology Review 12 (2): 163-183.
Najmah. 2011. Managemen&Analisa Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nggermanto A. 2001. Quantum Quotient. Bandung: Nuansa.
Notoadmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nurdin. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Penyesuaian Sosial
Siswa di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan 9 (1): 86-108.
Prawira PA. 2012. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Santrock JW. 2007. Remaja. Jakarta: Erlangga.
Segal J. 2000. Melejitkan Kepekaan Emosional. Bandung: Kaifa.
Sudjana N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT RR.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT RR.
Sumayku J. 2011. Hubungan Kreativitas dan Sikap Siswa dalam Proses
Pembelajaran dengan Pencapaian Prestasi Belajar pada Jurusan Listrik di
SMK Negeri 2 Bitung. Ed Vokasi Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
2 (2): 23-27.
Tirtarahardja U & L Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Vandervoort DJ. 2006. The Importance of Emotional Intelligence in Higher
Education. Current Psychology: Developmental, Learning Personality,
Social Spring 25 (1): 4-7.
Widoyoko EP. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka.
Wipperman J. 2007. Meningkatkan Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya
Zulhelmi. 2009. Penilaian Psikomotor dan Respon Siswa dalam Pembelajaran
Sains Fisika melalui Penerapan Penemuan Terbimbing di SMP Negeri 20
Pekanbaru.. Jurnal Geliga Sains 3 (2) : 8-13.
61
SILABUS
Sekolah : SMP Negeri 29 Semarang
Kelas : VII (Tujuh)
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Biologi
Semester : 2 (dua)
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Penilaian Alokasi
Waktu
Sum
ber Bela
jar Teknik Bentuk
Instrumen
7.4.
Mengaplika
si kan
peranan
manusia
dalam
pengelolaan
lingkungan
untuk
mengatasi
pencemaran
dan
kerusakan
lingkungan.
Pencemaran
dan
kerusakan
lingkungan
hubunganny
a dengan
aktifitas
manusia.
1. Mencari informasi
tentang konsekuensi
penebangan hutan.
2. Mencari informasi
tentang pencemaran
lingkungan.
3. Mencari informasi
tentang upaya
pelestarian
lingkungan.
1. Menjelaskan
konsekuensi penebangan
hutan.
2. Menjelaskan pengaruh
aktifitas ma-nusia yang
mengakibatkan pen-
cemaran udara, air, dan
tanah.
3. Menyebutkan upaya
untuk mengatasi dan
mencegah pencemaran
ling-kungan.
- Tes tulis
- Tes tulis
- Tes tulis
-Tes Non
tulis
- Soal
- Soal
- Soal
-Produk
ilmiah
8 x 40' - Buku
siswa
-
BukuPem
kot
- LKS
Lampiran 1
62
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMP N 29 Semarang
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Kelas / Semester : VII / 2 ( dua )
Alokasi Waktu : 8 jam pelajaran ( 4 x pertemuan )
A. Standar Kompetensi
7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem.
B. Kompetensi Dasar
7.4.Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan dengan penuh tanggung jawab dan kerjasama tentang
konsekuensi penebangan hutan, melalui suatu diskusi kelas, untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
2. Menjelaskan dengan kerjasama dan mandiri tentang pengaruh aktifitas
manusia yang mengakibatkan pencemaran udara, air, dan tanah, melalui
suatu diskusi kelas, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau
bekerja sama.
3. Menyebutkan dengan teliti dan mandiri upaya untuk mengatasi dan
mencegah pencemaran lingkungan, melalui suatu diskusi kelas, untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
D. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan pertama:
1. Melalui diskusi kelas, siswa dapat mendefinisikan tentang pengertian
hutan, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
2. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menyebutkan manfaat hutan, untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
Lampiran 2
63
3. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menyebutkan aktifitas manusia yang
mengakibatkan kerusakan hutan, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan
sikap mau bekerja sama.
4. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menyebutkan akibat adanya kerusakan
hutan, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
5. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menyebutkan upaya untuk mencegah
kerusakan hutan, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau
bekerja sama.
Pertemuan kedua:
1. Melalui diskusi kelas, siswa dapat mendeskripsikan tentang pengertian
polusi, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
2. Melalui diskusi kelas, siswa dapat mendeskripsikan tentang pengertian
polutan, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
3. Melalui diskusi kelas, siswa dapat mendeskripsikan zat dapat dikatakan
sebagai polutan, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau
bekerja sama.
4. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menyebutkan komposisi udara normal,
untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama..
5. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menyebutkan penyebab pencemaran
udara, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
6. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menyebutkan komponen polutan udara,
untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
7. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menyebutkan akibat dari pencemaran,
untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
Pertemuan ketiga:
1. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menyebutkan syarat air bersih (layak
pakai), untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
2. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menyebutkan penyebab pencemaran
air, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
64
3. Melalui diskusi kelas, siswa dapat mendeskripsikan tentang eutrofikasi,
untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
Pertemuan keempat:
1. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menyebutkan ciri tanah yang baik,
untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
2. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menyebutkan komponen polutan tanah,
untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap mau bekerja sama.
3. Siswa dapat menyebutkan dan melakukan upaya penanggulangan
pencemaran lingkungan, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap
mau bekerja sama.
E. Materi Pembelajaran
Peran manusia dalam mengelola lingkungan.
F. Metode dan Model Pembelajaran
1. Metode :
- Diskusi informasi
- Observasi
- Kerja ilmiah
2. Model Pembelajaran :
- Direct Instruction (DI)
G. Skenario/Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Perte
muan
Tahapan Rincian Kegiatan Waktu Metode
1 Pendahuluan
a. Guru menciptakan suasana religius
dengan meminta siswa berdoa yang
dipimpin oleh salah satu siswa.
b. Guru menumbuhkan rasa peduli
siswa dengan meminta siswa
membersihkan kelas sebelum
pelajaran dimulai.
c. Guru memotivasi siswa untuk kreatif
dan ingin tahu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang terkait
pembelajaran.
d. Guru menyampaikan cakupan materi
secara umum dan penjelasan
kegiatan.
10’ -Ceramah
bervariasi
-Tanya
jawab
65
Perte
muan
Tahapan Rincian Kegiatan Waktu Metode
Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Guru membagi siswa kedalam
beberapa kelompok kecil (4 siswa
per kelompok).
b. Guru menumbuhkan kreatifitas siswa
dengan mengajukan pertanyaan
tentang hutan dan manfaat hutan.
c. Guru membimbing siswa secara
demokratis dalam pembentukan
kelompok siswa.
d. Kelompok siswa bekerja sama
berdiskusi tentang hutan dan
manfaatnya
Elaborasi
a. Kelompok siswa mendiskusikan
tentang pengertian hutan, jenis hutan,
manfaat hutan. Diskusi kelompok
tentang dinamika penduduk secara
demokratis dan komunikatif.
b. Perwakilan dari tiap kelompok
menyampaikan hasil diskusi
kelompok dalam diskusi kelas secara
bertanggung jawab.
Konfirmasi
a. Guru memberikan umpan balik
positif terhadap hasil kerja
kelompok.
b. Guru memberikan konfirmasi secara
komunikatif terhadap hasil observasi
siswa melalui berbagai sumber.
c. Guru memberikan motivasi kepada
siswa untuk terus bereksplorasi
terkait jenis-jenis hutan dan
manfaatnya.
60’
-Diskusi
66
Perte
muan
Tahapan Rincian Kegiatan Waktu Metode
Penutup
a. Guru membimbing sisiwa secara
mandiri untuk membuat rangkuman
singkat dari materi yang telah
dipelajari.
b. Guru melakukan penilaian akhir
sebagai bentuk menghargai prestasi
siswa secara bertanggung jawab.
c. Guru memberikan umpan balik
terhadap materi yang diajarkan
secara demokratis.
d. Guru merencanakan kegiatan tindak
lanjut secara mandiri dan
bertanggung jawab dengan
memberikan tugas rumah.
e. Guru memberikan pengarahan
perihal kerja kelompok dalam
pengelolaan lingkungan berupa
membuat pupuk organik berbantuan
bakteri EM4.
10’
-Ceramah
-Tanya
jawab
-Kerja
ilmiah
2 Pendahuluan a. Guru menciptakan suasana religius
dengan meminta siswa berdoa yang
dipimpin oleh salah satu siswa.
b. Guru menumbuhkan rasa peduli
siswa dengan meminta siswa
membersihkan kelas sebelum
pelajaran dimulai.
c. Guru memotivasi siswa untuk kreatif
dan ingin tahu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang terkait
pembelajaran.
d. Guru menyampaikan cakupan materi
secara umum dan penjelasan
kegiatan.
10’ -Ceramah
bervariasi
-Tanya
jawab
67
Perte
muan
Tahapan Rincian Kegiatan Waktu Metode
Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Guru menggali rasa ingin tahu siswa
tentang penyebab pencemaran udara.
b. Guru membimbing siswa
membentuk kelompok secara
demokratis.
Elaborasi
a. Guru menumbuhkan rasa ingin tahu
dan peduli lingkungan kepada
dengan cara mengidentifikasikan zat
atau benda yang mencemari udara.
b. Kelompok siswa mendiskusikan hasil
pengamatan di dalam kelompoknya
secara mandiri dan komunikatif.
c. Perwakilan siswa dari tiap kelompok
menyajikan hasil diskusi mereka
secara mandiri dan kelompok lain
menanggapi secara bertanggung
jawab.
Konfirmasi
a. Guru memberikan umpan balik
positif terhadap hasil kerja
kelompok.
b. Guru memberikan konfirmasi secara
komunikatif terhadap hasil observasi
siswa melalui berbagai sumber.
c. Guru memberikan motivasi kepada
siswa untuk terus bereksplorasi
terkait jenis-jenis hutan dan
manfaatnya.
60’
-Diskusi
68
Perte
muan
Tahapan Rincian Kegiatan Waktu Metode
Penutup
a. Guru membimbing sisiwa secara
mandiri untuk membuat rangkuman
singkat dari materi yang telah
dipelajari.
b. Guru melakukan penilaian akhir
sebagai bentuk menghargai prestasi
siswa secara bertanggung jawab.
c. Guru memberikan umpan balik
terhadap materi yang diajarkan
secara demokratis.
d. Guru merencanakan kegiatan tindak
lanjut secara mandiri dan
bertanggung jawab dengan
memberikan tugas rumah.
e. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pertemuan berikutnya
untuk menumbuhkan rasa ingin tahu
siswa.
10’
-Ceramah
-Tanya
jawab
3 Pendahuluan a. Guru menciptakan suasana religius
dengan meminta siswa berdoa yang
dipimpin oleh salah satu siswa.
b. Guru menumbuhkan rasa peduli
siswa dengan meminta siswa
membersihkan kelas sebelum
pelajaran dimulai.
c. Guru memotivasi siswa untuk kreatif
dan ingin tahu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang terkait
pembelajaran.
d. Guru menyampaikan cakupan materi
secara umum dan penjelasan
kegiatan.
10’ -Ceramah
bervariasi
-Tanya
jawab
69
Perte
muan
Tahapan Rincian Kegiatan Waktu Metode
Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Guru melakukan tanya jawab untuk
menumbuhkan kreatifitas dan rasa
ingin tahu siswa tentang syarat air
bersih.
b. Guru menggali rasa ingin tahu siswa
tentang penyebab pencemaran air.
c. Guru membimbing siswa
membentuk kelompok belajar secara
demokratis.
Elaborasi
a. Kelompok siswa dengan bimbingan
guru melakukan pengamatan secara
mandiri terhadap air tercemar.
b. Guru membimbing siswa untuk
kreatif dan peduli lingkungan
dengan mengidentifikasikan zat atau
benda yang mencemari air.
c. Kelompok siswa mendiskusikan
hasil pengamatan di dalam
kelompoknya secara bertanggung
jawab.
d. Perwakilan kelompok siswa
menyajikan hasil diskusi kelompok
secara demokratis dan bertanggung
jawab.
Konfirmasi
a. Guru memberikan umpan balik
positif terhadap hasil kerja
kelompok.
b. Guru memberikan konfirmasi secara
komunikatif terhadap hasil observasi
siswa melalui berbagai sumber.
c. Guru memberikan motivasi kepada
siswa untuk terus bereksplorasi
terkait jenis-jenis air dan dampaknya.
60’
-Diskusi
-Pengama
tan
70
Perte
muan
Tahapan Rincian Kegiatan Waktu Metode
Penutup
1. Guru membimbing sisiwa secara
mandiri untuk membuat rangkuman
singkat dari materi yang telah
dipelajari.
2. Guru melakukan penilaian akhir
sebagai bentuk menghargai prestasi
siswa secara bertanggung jawab.
3. Guru memberikan umpan balik
terhadap materi yang diajarkan
secara demokratis.
4. Guru merencanakan kegiatan tindak
lanjut secara mandiri dan
bertanggung jawab dengan
memberikan tugas rumah.
5. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pertemuan berikutnya
untuk menumbuhkan rasa ingin tahu
siswa.
10’
-Ceramah
-Tanya
jawab
4 Pendahuluan 1. Guru menciptakan suasana religius
dengan meminta siswa berdoa yang
dipimpin oleh salah satu siswa.
2. Guru menumbuhkan rasa peduli
siswa dengan meminta siswa
membersihkan kelas sebelum
pelajaran dimulai.
3. Guru memotivasi siswa untuk kreatif
dan ingin tahu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang terkait
pembelajaran.
4. Guru menyampaikan cakupan materi
secara umum dan penjelasan
kegiatan.
10’ -Ceramah
bervariasi
-Tanya
jawab
71
Perte
muan
Tahapan Rincian Kegiatan Waktu Metode
Kegiatan inti Eksplorasi
a. Guru menggali rasa ingin tahu dan
kreatifitas siswa melalui pertanyaan
tentang ciri-ciri tanah yang baik.
b. Guru melakukan tanya jawab untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa
tentang komponen polutan tanah.
c. Guru membimbing siswa
membentuk kelompok belajar secara
mandiri dan demokratis.
Elaborasi
a. Kelompok siswa bekerja keras dalam
mengidentifikasikan zat atau benda
yang mencemari tanah.
b. Kelompok Siswa mendiskusikan
hasil pengamatan di dalam
kelompoknya secara bertanggung
jawab.
c. Perwakilan kelompok siswa maju
menyajikan hasil diskusi mereka
secara mandiri dan bertanggung
jawab.
Konfirmasi
a. Guru memberikan umpan balik
positif terhadap hasil kerja
kelompok.
b. Guru memberikan konfirmasi secara
komunikatif terhadap hasil observasi
siswa melalui berbagai sumber.
c. Guru memberikan motivasi kepada
siswa untuk terus bereksplorasi
terkait jenis-jenis pencemaran tanah
dan dampaknya bagi manusia.
60’
-Diskusi
72
Perte
muan
Tahapan Rincian Kegiatan Waktu Metode
Penutup
a. Guru membimbing sisiwa secara
mandiri untuk membuat rangkuman
singkat dari materi yang telah
dipelajari.
b. Guru melakukan penilaian akhir
sebagai bentuk menghargai prestasi
siswa secara bertanggung jawab.
c. Guru memberikan umpan balik
terhadap materi yang diajarkan
secara demokratis.
10’ -Ceramah
-Tanya
jawab
H. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Buku Paket Biologi Pemkot Semarang
2. Lingkungan sekitar sekolah.
3. Kartu bergambar
4. Buku referensi yang relevan.
73
Kisi-Kisi Instrumen Tes EQ
No. Indikator No Item Jumlah
1. Mengenali emosi diri 1, 2, 3, 4, 5, 6 6
2. Mengelola emosi diri 7, 8, 9, 10, 11, 12 6
3. Memotivasi diri 13, 14, 15, 16 4
4. Mengenali emosi orang lain 17, 18, 19, 20 4
5. Membina hubungan dengan
orang lain
21, 22, 23, 24 4
Skor = (Jumlah skor : Skor maksimal) x 100%
Kriteria deskripsi persentase Emotional Quotient (EQ):
0% - 25 % = sangat rendah
26% - 50% = rendah
51% - 75% = tinggi
76% - 100% = sangat tinggi
Lampiran 3
74
Lampiran 4
75
76
Lampiran 5
77
78
79
Hasil Revisi Item Skala Emotional Quotient (EQ)
No. Sebelum direvisi Setelah direvisi
1. Bila saya sedang bersedih, berusaha
agar orang lain tidak mengetahuinya.
Bila saya sedang bersedih, berusaha
agar orang lain tidak mengetahuinya.
2. Saya mengetahui hal-hal yang membuat
saya bersemangat lagi.
Saya mengetahui hal-hal yang
membuat saya bersemangat lagi.
3. Saya selalu melakukan introspeksi diri
untuk menemukan kembali hal-hal yang
penting dalam hidup saya.
Saya selalu melakukan introspeksi diri
untuk menemukan kembali hal-hal
yang penting dalam hidup saya.
4. Saya tidak pernah menyesal dengan
keputusan yang saya ambil.
Saya selalu menyesal dengan
keputusan yang saya ambil.
5. Saya selalu berusaha merubah
kebiasaan buruk yang saya lakukan.
Saya selalu berusaha merubah
kebiasaan buruk yang saya lakukan.
6. Jika suasana hati sedang tidak nyaman,
saya tidak terlalu memikirkannya dan
dapat keluar dari kondisi ini dengan
cepat.
Jika suasana hati sedang tidak
nyaman, saya tidak terlalu
memikirkannya dan dapat keluar dari
kondisi ini dengan cepat.
7. Saya tidak pernah marah tanpa alas an
yang jelas.
Saya pernah marah tanpa alasan yang
jelas.
8. Saya tidak pernah memarahi seseorang
di depan orang banyak.
Saya pernah memarahi seseorang di
depan orang banyak.
9. Saya selalu tenang ketika menghadapi
masalah.
Saya selalu gelisah ketika menghadapi
masalah.
10. Saya selalu melakukan pertimbangan
sebelum melakukan tindakan dan saya
menganggap itu yang harus saya
lakukan.
Saya selalu melakukan pertimbangan
sebelum melakukan tindakan dan saya
menganggap itu yang harus saya
lakukan.
Lampiran 6
80
No. Sebelum direvisi Setelah direvisi
11. Saya selalu tenang ketika menghadapi
orang lain, termasuk ketika harus
menghadapi guru.
Saya selalu tenang ketika menghadapi
orang lain, termasuk ketika harus
menghadapi guru.
12. Saya selalu mengharapkan kritikan dari
teman atau orang lain demi kebaikan
saya.
Saya selalu mengharapkan kritikan
dari teman atau orang lain demi
kebaikan saya.
13. Persaingan yang ketat tidak mengurangi
semangat saya untuk belajar dan
berusaha.
Persaingan yang ketat mengurangi
semangat saya untuk belajar dan
berusaha.
14. Saya selalu yakin meraih cita-cita atau
tujuan hidup saya.
Saya selalu yakin dalam meraih cita-
cita atau tujuan hidup saya.
15. Saya selalu termotivasi untuk belajar
lebih giat lagi ketika teman saya
mendapat nilai yang lebih bagus dari
saya.
Saya selalu termotivasi untuk belajar
lebih giat lagi ketika teman saya
mendapat nilai yang lebih bagus dari
saya.
16. Saya selalu yakin dapat memecahkan
setiap masalah yang saya hadapi.
Saya selalu yakin dapat memecahkan
setiap masalah yang saya hadapi.
17. Saya merasa senang jika ada teman
yang menceritakan masalahnya kepada
saya dan meminta pendapat saya.
Saya merasa malas jika ada teman
yang menceritakan masalahnya
kepada saya.
18. Saya lebih suka menceritakan masalah
saya kepada teman dan meminta
membantu memecahkan masalah saya
apabila saya merasa kesulitan
memecahkannya daripada saya pendam
sendiri.
Saya lebih suka menceritakan masalah
kepada teman saya.
81
No. Sebelum direvisi Setelah direvisi
19. Saya dapat memahami sudut pandang
orang lain.
Saya dapat memahami sudut pandang
orang lain.
20. Saya senang membantu memecahkan
masalah orang lain.
Saya senang membantu memecahkan
masalah orang lain.
21. Saya selalu siap ketika harus berbicara
di depan orang banyak.
Saya selalu grogi ketika harus
berbicara di depan orang banyak.
22. Saya selalu memilih teman dalam
pergaulan di sekolah maupun di luar
sekolah.
Saya selalu memilih teman dalam
pergaulan di sekolah maupun di luar
sekolah.
23. Saya mudah akrab dengan orang lain
walaupun dengan orang baru.
Saya mudah akrab dengan orang lain
walaupun dengan orang baru.
24. Saya tidak merasa kesulitan jika harus
beradaptasi dengan lingkungan yang
baru.
Saya merasa kesulitan jika harus
beradaptasi dengan lingkungan yang
baru.
82
Penilaian Indikator
Teknik Bentuk Instrumen Nomor
Instru
men
o Menjelaskan konsekuensi
penebangan hutan.
o Menjelaskan pengaruh
aktifitas manusia yang
mengakibatkan pencemaran
udara, air, dan tanah.
o Menyebutkan upaya untuk
mengatasi dan mencegah
pencemaran lingkungan.
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes Pilihan Ganda
Tes Pilihan Ganda
Tes Pilihan Ganda
Tes Uraian
Tes Pilihan Ganda
Tes Pilihan Ganda
Tes Pilihan Ganda
Tes Uraian
Tes Uraian
Tes Pilihan Ganda
Tes Pilhan Ganda
Tes Pilihan Ganda
Tes Pilihan Ganda
Tes Uraian
1
2
3
11
4
5
6
12
13
7
8
9
10
14
Kisi-Kisi Instrumen Domain Kognitif
Materi Pengelolaan Lingkungan
Lampiran 7
83
Skor:
I. Tes Pilihan Ganda
Skor tiap-tiap soal = 1
Jumlah skor 10 soal = 10
II. Tes Uraian
1. 4
2. 3
3. 4
4. 4
Jumlah skor 4 soal = 15
Nilai = (I + II) X 4 = 100
Kriteria deskripsi penilaian kognitif:
Skor <72 = tidak tuntas
Skor ≥72 = tuntas
84
Lampiran 8
85
Kisi-Kisi Instrumen Domain Afektif
Materi Pengelolaan Lingkungan
No. Indikator Jumlah
butir
Pernyataan No
1. Kemampuan
menerima
5 - Saya mengikuti pelajaran pada materi ini
dengan sebaik-baiknya karena materi ini
penting dalam pembelajaran biologi.
- Saya kurang yakin bahwa materi
pelajaran ini sangat mudah untuk
dipahami.
- Saya selalu mencatat tentang materi ini
dengan lengkap.
- Saya dapat mengelola usaha-usaha yang
harus saya lakukan untuk mempelajari
materi ini sebaik-baiknya.
- Saya takut menanyakan pada guru hal-hal
yang sulit saya pahami tentang materi ini.
1
2
3
4
5
2. Kemampuan
menanggapi
5 - Saya selalu menjawab setiap pertanyaan
yang diberikan oleh guru.
- Saya melaporkan hasil diskusi,
pengamatan.
- Saya merasa tidak peduli jika teman saya
ada yang kesulitan mengenai materi ini.
- Saya mendukung metode pembelajaran
yang diterapkan oleh guru pada materi ini.
- Saya merasa kurang terampil dalam
membuat produk ilmiah yang baik.
6
7
8
9
10
Lampiran 9
86
No. Indikator Jumlah
butir
Pernyataan No
3. Kemampuan
menilai
5 - Saya kurang yakin bahwa kinerja guru
sudah maksimal.
- Saya berkeyakinan bahwa siswa yang ikut
bimbingan belajar cenderung akan
mendapat nilai yang baik pada materi ini.
- Saya kurang yakin bahwa hasil yang saya
capai pada materi ini adalah atas usaha
saya sendiri.
- Saya selalu memberikan pendapat saya
ketika diskusi mengenai materi ini.
- Saya kurang aktif dalam kegiatan diskusi
mengenai materi ini.
11
12
13
14
15
4. Kemampuan
mengelola
5 - Saya menggabungkan materi yang saya
peroleh dari guru dan referensi lain (buku,
internet, dll).
- Saya membuat peta konsep sebelum
pembelajaran materi ini dimulai.
- Saya senang mendiskusikan materi ini
dengan teman-teman.
- Saya selalu memperhatikan guru ketika
menjelaskan materi ini dengan sebaik-
baiknya.
- Saya mempertahankan semangat belajar
untuk belajar materi ini.
16
17
18
19
20
87
No. Indikator Jumlah
butir
Pernyataan No
5. Kemampuan
menghayati
5 - Saya selalu berdoa sebelum pembelajaran
materi ini dimulai.
- Saya berusaha memecahkan setiap
persoalan yang ada pada materi ini.
- Saya mampu menjelaskan dengan penuh
tanggung jawab dan kerjasama tentang
konsekuensi penebangan hutan.
- Saya mampu menjelaskan dengan
kerjasama dan mandiri tentang pengaruh
aktifitas manusia yang mengakibatkan
pencemaran udara, air, dan tanah.
- Saya berupaya untuk mengatasi dan
mencegah pencemaran lingkungan.
21
22
23
24
25
Skor = (Jumlah skor : Skor maksimal) x 100%
Kriteria deskripsi persentase penilaian afektif:
0% - 25 % = sangat tidak baik
26% - 50% = tidak baik
51% - 75% = baik
76% - 100% = sangat baik
88
Lampiran 10
89
90
Kisi-kisi Domain Psikomotor
Keterampilan Pembuatan Pupuk Organik dengan Bantuan Bakteri EM4
Indikator Tahapan Deskripsi
Kegiatan
Kriteria Skor
- Persepsi
- Kesiapan
- Respon
terpimpin
Persiapan Penyiapan alat
dan bahan
Alat dan bahan disiapkan
dengan lengkap
4
Sebagian besar alat dan
bahan yang disiapkan
3
Sebagian kecil alat dan
bahan yang disiapkan
2
Tidak menyiapkan alat
dan bahan
1
- Mekanisme
- Respon
tampak
- Penyesuaian
Pelaksanaan Proses
pembuatan
serta hasil akhir
Proses pembuatan
adonan pupuk,
pemberian air,
pengadukan, pemanenan
dan penanganan pasca
panen dilakukan
4
Salah satu proses tidak
dilakukan
3
Lebih dari satu proses
tidak dilakukan
2
Tidak melakukan proses
1
Lampiran 11
91
Indikator Tahapan Deskripsi
Kegiatan
Kriteria Skor
- Penciptaan Pelaporan Kerapihan,
kelengkapan
dan ketepatan
waktu
Laporan ditulis dengan
rapi, lengkap dan
mengumpulkan tepat
waktu
4
Salah satu kriteria tidak
terpenuhi
3
Lebih dari satu kriteria
tidak terpenuhi
2
Tidak membuat laporan 1
Skor= (Jumlah skor : 12) x 100
Kriteria deskripsi penilaian psikomotor:
Skor <72 = tidak terampil
Skor ≥72 = terampil
92
Lampiran 12
93
94
DATA PENELITIAN
TES EQ
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 Jmh % Kategori
1 3 4 4 3 3 2 1 1 3 3 3 4 4 4 2 4 4 3 3 4 2 2 3 4 73 76 sangat tinggi
2 2 3 3 3 4 3 1 1 1 1 4 2 1 4 1 3 3 3 1 2 1 1 3 1 52 54 tinggi
3 3 3 3 1 3 2 1 1 3 3 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 2 3 3 3 70 73 tinggi
4 3 4 4 2 4 4 2 2 2 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 4 2 2 3 4 74 77 sangat tinggi
5 3 4 4 3 4 3 3 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 1 3 4 80 83 sangat tinggi
6 3 3 4 3 4 3 3 4 2 4 3 2 3 4 4 3 3 2 3 4 1 4 4 2 75 78 sangat tinggi
7 4 4 3 2 4 3 3 3 1 4 4 3 2 4 3 3 3 3 4 3 1 2 2 3 71 74 tinggi
8 3 3 3 1 3 2 2 1 1 4 3 4 4 4 4 2 4 3 1 3 1 1 2 2 61 64 tinggi
9 2 2 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 81 84 sangat tinggi
10 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 74 77 sangat tinggi
11 2 4 3 2 3 4 2 4 2 3 4 3 2 4 4 3 3 3 4 2 1 3 4 2 71 74 tinggi
12 3 3 3 3 4 3 1 2 1 3 3 4 2 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 74 77 sangat tinggi
13 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 3 2 3 2 70 73 tinggi
14 3 4 3 3 4 2 2 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 73 76 sangat tinggi
15 4 4 3 1 4 3 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 81 84 sangat tinggi
16 4 2 3 1 4 2 1 2 2 2 3 3 3 4 4 3 4 1 4 3 1 1 4 4 65 68 tinggi
17 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 77 80 sangat tinggi
18 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 2 3 3 1 4 3 3 72 75 tinggi
19 4 4 4 4 3 4 1 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 83 86 sangat tinggi
20 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 3 3 4 2 1 2 3 73 76 sangat tinggi
21 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 2 1 3 4 1 4 1 3 77 80 sangat tinggi
22 2 4 3 2 4 3 2 3 2 4 3 2 4 4 4 3 3 4 3 3 2 1 4 2 71 74 tinggi
23 4 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 2 4 4 3 3 2 1 3 3 1 4 3 4 71 74 tinggi
24 3 4 4 3 4 3 2 3 2 4 3 2 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 3 2 78 81 sangat tinggi
Lampiran 13
95
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 Jmh % Kategori
25 3 4 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 73 76 sangat tinggi
26 3 4 4 3 4 2 4 4 3 4 3 3 4 1 1 1 3 2 3 3 2 4 3 3 71 74 tinggi
27 4 3 3 2 4 2 2 1 2 2 3 3 2 4 3 2 4 4 3 4 2 4 3 3 69 72 tinggi
28 4 3 4 3 4 3 2 3 2 4 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 1 1 2 2 68 71 tinggi
29 3 4 4 2 4 3 1 4 1 4 2 4 4 4 4 3 4 1 3 3 1 4 2 2 71 74 tinggi
30 3 4 3 4 4 4 1 1 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 1 2 4 4 77 80 sangat tinggi
31 2 3 3 3 3 4 1 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 4 3 3 67 70 tinggi
32 3 4 3 4 4 1 1 1 1 3 2 3 3 4 4 4 1 1 3 4 1 4 4 4 67 70 tinggi
33 2 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 69 72 tinggi
34 4 3 3 3 3 2 2 3 1 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 4 1 3 2 2 65 68 tinggi
35 3 4 4 3 4 3 3 3 2 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 1 4 3 2 78 81 sangat tinggi
36 2 3 4 3 4 2 2 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2 2 3 2 3 4 3 75 78 sangat tinggi
37 4 3 4 3 4 1 2 4 2 4 2 3 4 4 4 3 3 3 2 3 1 4 3 2 72 75 tinggi
38 2 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 78 81 sangat tinggi
39 3 4 4 4 3 2 2 4 4 4 3 4 3 4 4 2 4 1 2 1 1 4 2 4 73 76 sangat tinggi
40 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 1 4 3 73 76 sangat tinggi
41 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 2 77 80 sangat tinggi
42 4 3 4 3 4 1 1 2 1 2 3 3 3 4 4 3 4 4 2 4 1 3 2 4 69 72 tinggi
43 3 2 3 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 4 4 3 3 4 2 3 2 3 3 4 65 68 tinggi
44 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4 3 4 4 4 4 1 3 3 3 1 4 4 80 83 sangat tinggi
45 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4 87 91 sangat tinggi
46 4 3 4 4 4 1 3 4 1 4 4 2 3 4 4 1 4 4 3 4 1 1 4 3 74 77 sangat tinggi
47 3 4 4 3 3 2 2 4 2 4 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 2 3 2 2 72 75 tinggi
48 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 4 4 74 77 sangat tinggi
49 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 3 1 4 3 4 3 4 3 4 2 2 4 3 78 81 sangat tinggi
50 2 3 4 3 4 2 2 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 1 3 4 76 79 sangat tinggi
96
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 Jmh % Kategori
51 2 2 4 3 4 2 4 4 1 3 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 1 1 3 1 68 71 tinggi
52 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 4 2 4 3 3 76 79 sangat tinggi
53 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 69 72 tinggi
54 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 2 2 66 69 tinggi
55 4 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 4 4 3 2 2 2 4 3 4 4 3 76 79 sangat tinggi
56 3 4 3 4 4 3 4 4 2 3 4 1 4 4 4 4 3 1 0 4 2 1 3 4 73 76 sangat tinggi
57 3 4 3 3 4 3 2 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 73 76 sangat tinggi
58 2 3 3 4 3 2 2 4 2 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 3 2 1 68 71 tinggi
59 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4 2 3 70 73 tinggi
60 3 4 4 3 4 2 3 2 1 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 2 4 4 3 74 77 sangat tinggi
61 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 1 4 4 80 83 sangat tinggi
62 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 71 74 tinggi
63 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 80 83 sangat tinggi
64 3 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 1 4 3 82 85 sangat tinggi
65 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 70 73 tinggi
66 3 4 3 3 4 3 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 1 3 2 75 78 sangat tinggi
67 4 4 3 2 3 4 4 3 4 2 4 2 4 4 4 3 4 1 2 4 3 2 4 1 75 78 sangat tinggi
68 4 3 3 3 4 3 2 3 2 4 4 2 4 4 4 3 3 3 1 4 1 3 3 2 72 75 tinggi
69 3 4 3 4 3 1 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 2 3 4 1 1 4 3 74 77 sangat tinggi
70 4 4 4 3 3 2 2 3 1 4 3 4 3 4 4 3 3 4 2 4 1 2 4 3 74 77 sangat tinggi
71 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 0 3 4 3 2 3 3 2 3 3 71 74 tinggi
97
DATA PENELITIAN
AFEKTIF
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 Jmh % Kategori
1 3 3 2 3 2 2 2 4 2 2 1 3 2 2 2 2 1 1 2 2 4 3 2 2 3 57 57 baik
2 3 2 2 2 2 2 3 3 4 1 3 3 1 3 2 2 2 3 2 1 4 3 2 1 4 60 60 baik
3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 73 73 baik
4 3 2 4 2 3 2 3 3 3 3 4 4 3 2 3 2 2 3 3 3 4 3 2 2 4 72 72 baik
5 4 2 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 83 83 sangat baik
6 4 2 4 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 75 75 baik
7 4 2 4 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 2 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 75 75 baik
8 4 4 3 3 1 2 3 4 4 1 4 1 3 2 2 1 3 4 4 4 4 3 3 3 3 73 73 baik
9 4 2 4 3 3 2 4 3 4 3 2 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 81 81 sangat baik
10 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 75 75 baik
11 3 2 4 4 2 3 3 2 4 2 3 4 2 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 4 77 77 sangat baik
12 3 2 3 4 2 2 3 4 3 1 4 3 1 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 78 78 sangat baik
13 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 72 72 baik
14 4 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 2 2 3 74 74 baik
15 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 89 89 sangat baik
16 3 4 4 4 2 3 3 1 3 3 4 4 2 2 2 4 2 2 4 4 4 2 3 3 4 76 76 sangat baik
17 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 80 80 sangat baik
18 4 2 3 3 3 3 2 2 4 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 71 71 baik
19 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 1 4 4 4 4 2 2 4 4 3 4 3 3 3 85 85 sangat baik
20 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 74 74 baik
21 4 4 4 4 4 3 4 1 4 2 4 2 3 2 1 3 2 2 4 4 4 3 3 4 4 79 79 sangat baik
22 3 2 3 3 2 2 3 4 3 2 4 2 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 2 4 74 74 baik
23 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 1 4 3 2 4 3 3 3 2 3 4 72 72 baik
24 4 2 3 3 2 3 3 3 4 2 3 4 2 2 2 3 2 4 3 3 4 3 2 2 4 72 72 baik
25 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 76 76 sangat baik
98
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 Jmh % Kategori
26 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 1 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 75 75 baik
27 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 74 74 baik
28 3 2 4 2 4 3 4 4 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 78 78 sangat baik
29 3 3 4 2 4 3 3 3 4 2 4 1 2 3 4 3 2 3 4 4 4 3 3 2 4 77 77 sangat baik
30 4 2 2 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 0 4 2 2 2 3 4 3 3 3 2 3 73 73 baik
31 3 2 2 4 3 3 4 4 4 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 4 4 3 3 3 72 72 baik
32 4 2 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 3 4 3 4 3 3 4 86 86 sangat baik
33 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 67 67 baik
34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 74 74 baik
35 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 75 75 baik
36 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 62 62 baik
37 4 3 4 3 4 2 4 3 4 2 4 4 4 2 2 3 2 2 4 4 3 3 3 3 4 80 80 sangat baik
38 4 3 4 4 2 3 3 4 4 3 1 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 82 82 sangat baik
39 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 64 64 baik
40 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 69 69 baik
41 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 73 73 baik
42 3 3 2 3 4 2 3 3 4 2 3 3 1 3 2 3 2 2 1 3 3 3 2 3 2 65 65 baik
43 3 3 2 3 1 3 2 4 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 2 3 3 67 67 baik
44 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 84 84 sangat baik
45 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 2 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 90 90 sangat baik
46 4 1 2 4 1 3 4 4 4 4 4 1 1 3 3 4 1 4 3 4 2 2 4 4 3 74 74 baik
47 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 4 79 79 sangat baik
48 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 70 70 baik
49 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 4 2 4 4 3 4 3 3 4 4 84 84 sangat baik
50 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 2 4 3 3 3 2 2 4 4 3 3 4 4 80 80 sangat baik
51 2 3 2 3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 2 2 2 2 4 3 2 4 4 2 2 4 68 68 baik
52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 68 68 baik
99
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 Jmh % Kategori
53 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 1 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 4 70 70 baik
54 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 1 3 2 3 2 2 2 3 3 64 64 baik
55 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 1 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 87 87 sangat baik
56 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 2 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 87 87 sangat baik
57 3 2 3 3 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 72 72 baik
58 3 3 3 2 4 2 3 4 3 2 3 2 4 2 3 3 3 2 3 3 4 2 3 4 4 74 74 baik
59 4 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 70 70 baik
60 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 69 69 baik
61 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 1 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 81 81 sangat baik
62 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 77 77 sangat baik
63 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 79 79 sangat baik
64 4 4 3 3 3 2 4 4 4 2 4 3 2 4 3 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 84 84 sangat baik
65 4 2 2 2 3 2 3 3 4 2 4 3 3 2 2 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 71 71 baik
66 3 2 2 2 2 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 77 77 sangat baik
67 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75 75 baik
68 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 82 82 sangat baik
69 3 2 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 2 4 3 77 77 sangat baik
70 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 70 70 baik
71 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 68 68 baik
100
DATA PENELITIAN
KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR
No Skor Kognitif Kategori Skor Psikomotor Kategori
1 85 tuntas 85 terampil
2 85 tuntas 70 tidak terampil
3 80 tuntas 90 terampil
4 90 tuntas 95 terampil
5 90 tuntas 100 terampil
6 95 tuntas 85 terampil
7 90 tuntas 85 terampil
8 80 tuntas 85 terampil
9 100 tuntas 90 terampil
10 75 tuntas 90 terampil
11 80 tuntas 85 terampil
12 95 tuntas 80 terampil
13 85 tuntas 70 tidak terampil
14 90 tuntas 85 terampil
15 100 tuntas 95 terampil
16 85 tuntas 95 terampil
17 90 tuntas 90 terampil
18 74 tuntas 95 terampil
19 100 tuntas 95 terampil
20 90 tuntas 90 terampil
21 95 tuntas 90 terampil
22 70 tidak tuntas 70 tidak terampil
23 75 tuntas 70 tidak terampil
24 60 tidak tuntas 100 terampil
25 80 tuntas 90 terampil
101
No Skor Kognitif Kategori Skor Psikomotor Kategori
26 86 tuntas 75 terampil
27 68 tidak tuntas 80 terampil
28 70 tidak tuntas 92 terampil
29 98 tuntas 85 terampil
30 62 tidak tuntas 90 terampil
31 70 tidak tuntas 95 terampil
32 66 tidak tuntas 85 terampil
33 84 tuntas 95 terampil
34 84 tuntas 85 terampil
35 100 tuntas 95 terampil
36 84 tuntas 90 terampil
37 64 tidak tuntas 95 terampil
38 82 tuntas 95 terampil
39 76 tuntas 95 terampil
102
No Skor Kognitif Kategori Skor Psikomotor Kategori
40 86 tuntas 87 terampil
41 80 tuntas 90 terampil
42 76 tuntas 80 terampil
43 70 tidak tuntas 90 terampil
44 90 tuntas 95 terampil
45 96 tuntas 95 terampil
46 74 tuntas 90 terampil
47 92 tuntas 90 terampil
48 92 tuntas 100 terampil
49 60 tidak tuntas 95 terampil
50 86 tuntas 95 terampil
51 58 tidak tuntas 90 terampil
52 84 tuntas 87 terampil
53 68 tidak tuntas 90 terampil
54 78 tuntas 90 terampil
55 78 tuntas 72 terampil
56 78 tuntas 75 terampil
57 53 tidak tuntas 80 terampil
58 69 tidak tuntas 72 terampil
59 65 tidak tuntas 80 terampil
60 85 tuntas 88 terampil
61 80 tuntas 85 terampil
62 80 tuntas 90 terampil
63 90 tuntas 90 terampil
103
No Skor Kognitif Kategori Skor Psikomotor Kategori
64 88 tuntas 85 terampil
65 93 tuntas 74 terampil
66 93 tuntas 78 terampil
67 85 tuntas 90 terampil
68 80 tuntas 78 terampil
69 84 tuntas 80 terampil
70 88 tuntas 90 terampil
71 95 tuntas 90 terampil
104
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat Emotional Quotient
Statistics
TesEQ
71
0
Valid
Missing
N
TesEQ
31 43.7 43.7 43.7
40 56.3 56.3 100.0
71 100.0 100.0
tinggi
sangat tinggi
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P01
15 21.1 21.1 21.1
36 50.7 50.7 71.8
20 28.2 28.2 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P02
4 5.6 5.6 5.6
33 46.5 46.5 52.1
34 47.9 47.9 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P03
39 54.9 54.9 54.9
32 45.1 45.1 100.0
71 100.0 100.0
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
105
P04
4 5.6 5.6 5.6
9 12.7 12.7 18.3
43 60.6 60.6 78.9
15 21.1 21.1 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P05
1 1.4 1.4 1.4
25 35.2 35.2 36.6
45 63.4 63.4 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P06
5 7.0 7.0 7.0
21 29.6 29.6 36.6
32 45.1 45.1 81.7
13 18.3 18.3 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P07
12 16.9 16.9 16.9
29 40.8 40.8 57.7
21 29.6 29.6 87.3
9 12.7 12.7 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P08
7 9.9 9.9 9.9
15 21.1 21.1 31.0
27 38.0 38.0 69.0
22 31.0 31.0 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
106
P09
12 16.9 16.9 16.9
29 40.8 40.8 57.7
24 33.8 33.8 91.5
6 8.5 8.5 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P10
1 1.4 1.4 1.4
4 5.6 5.6 7.0
27 38.0 38.0 45.1
39 54.9 54.9 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P11
12 16.9 16.9 16.9
45 63.4 63.4 80.3
14 19.7 19.7 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P12
1 1.4 1.4 1.4
11 15.5 15.5 16.9
37 52.1 52.1 69.0
22 31.0 31.0 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P13
3 4.2 4.2 4.2
7 9.9 9.9 14.1
32 45.1 45.1 59.2
29 40.8 40.8 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
107
P14
1 1.4 1.4 1.4
12 16.9 16.9 18.3
58 81.7 81.7 100.0
71 100.0 100.0
1
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P15
1 1.4 1.4 1.4
2 2.8 2.8 4.2
2 2.8 2.8 7.0
18 25.4 25.4 32.4
48 67.6 67.6 100.0
71 100.0 100.0
0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P16
2 2.8 2.8 2.8
4 5.6 5.6 8.5
43 60.6 60.6 69.0
22 31.0 31.0 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P17
1 1.4 1.4 1.4
4 5.6 5.6 7.0
40 56.3 56.3 63.4
26 36.6 36.6 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P18
9 12.7 12.7 12.7
17 23.9 23.9 36.6
29 40.8 40.8 77.5
16 22.5 22.5 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
108
P19
1 1.4 1.4 1.4
3 4.2 4.2 5.6
21 29.6 29.6 35.2
42 59.2 59.2 94.4
4 5.6 5.6 100.0
71 100.0 100.0
0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P20
1 1.4 1.4 1.4
3 4.2 4.2 5.6
34 47.9 47.9 53.5
33 46.5 46.5 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P21
23 32.4 32.4 32.4
30 42.3 42.3 74.6
15 21.1 21.1 95.8
3 4.2 4.2 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P22
17 23.9 23.9 23.9
14 19.7 19.7 43.7
20 28.2 28.2 71.8
20 28.2 28.2 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
109
P23
1 1.4 1.4 1.4
13 18.3 18.3 19.7
31 43.7 43.7 63.4
26 36.6 36.6 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P24
4 5.6 5.6 5.6
17 23.9 23.9 29.6
30 42.3 42.3 71.8
20 28.2 28.2 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
B. Analisis Univariat Hasil Belajar Kognitif
Statistics
Kognitif
71
0
Valid
Missing
N
Kognitif
15 21.1 21.1 21.1
56 78.9 78.9 100.0
71 100.0 100.0
tidak tuntas
tuntas
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
C. Analisis Univariat Hasil Belajar Afektif
Statistics
Af ektif
71
0
Valid
Missing
N
110
Afektif
42 59.2 59.2 59.2
29 40.8 40.8 100.0
71 100.0 100.0
baik
sangat baik
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P01
2 2.8 2.8 2.8
41 57.7 57.7 60.6
28 39.4 39.4 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P02
1 1.4 1.4 1.4
31 43.7 43.7 45.1
29 40.8 40.8 85.9
10 14.1 14.1 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P03
16 22.5 22.5 22.5
32 45.1 45.1 67.6
23 32.4 32.4 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P04
12 16.9 16.9 16.9
46 64.8 64.8 81.7
13 18.3 18.3 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
111
P05
4 5.6 5.6 5.6
13 18.3 18.3 23.9
33 46.5 46.5 70.4
21 29.6 29.6 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P06
1 1.4 1.4 1.4
27 38.0 38.0 39.4
38 53.5 53.5 93.0
5 7.0 7.0 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P07
5 7.0 7.0 7.0
47 66.2 66.2 73.2
19 26.8 26.8 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P08
2 2.8 2.8 2.8
4 5.6 5.6 8.5
39 54.9 54.9 63.4
26 36.6 36.6 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P09
3 4.2 4.2 4.2
40 56.3 56.3 60.6
28 39.4 39.4 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
112
P10
4 5.6 5.6 5.6
31 43.7 43.7 49.3
31 43.7 43.7 93.0
5 7.0 7.0 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P11
3 4.2 4.2 4.2
5 7.0 7.0 11.3
44 62.0 62.0 73.2
19 26.8 26.8 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P12
8 11.3 11.3 11.3
31 43.7 43.7 54.9
20 28.2 28.2 83.1
12 16.9 16.9 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P13
5 7.0 7.0 7.0
21 29.6 29.6 36.6
35 49.3 49.3 85.9
10 14.1 14.1 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P14
1 1.4 1.4 1.4
21 29.6 29.6 31.0
40 56.3 56.3 87.3
9 12.7 12.7 100.0
71 100.0 100.0
0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
113
P15
2 2.8 2.8 2.8
12 16.9 16.9 19.7
48 67.6 67.6 87.3
9 12.7 12.7 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P16
1 1.4 1.4 1.4
14 19.7 19.7 21.1
37 52.1 52.1 73.2
19 26.8 26.8 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P17
3 4.2 4.2 4.2
37 52.1 52.1 56.3
28 39.4 39.4 95.8
3 4.2 4.2 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P18
1 1.4 1.4 1.4
12 16.9 16.9 18.3
40 56.3 56.3 74.6
18 25.4 25.4 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P19
1 1.4 1.4 1.4
9 12.7 12.7 14.1
38 53.5 53.5 67.6
23 32.4 32.4 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
114
P20
1 1.4 1.4 1.4
4 5.6 5.6 7.0
39 54.9 54.9 62.0
27 38.0 38.0 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P21
5 7.0 7.0 7.0
26 36.6 36.6 43.7
40 56.3 56.3 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P22
8 11.3 11.3 11.3
52 73.2 73.2 84.5
11 15.5 15.5 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P23
23 32.4 32.4 32.4
44 62.0 62.0 94.4
4 5.6 5.6 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
P24
1 1.4 1.4 1.4
12 16.9 16.9 18.3
46 64.8 64.8 83.1
12 16.9 16.9 100.0
71 100.0 100.0
1
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
115
P25
1 1.4 1.4 1.4
34 47.9 47.9 49.3
36 50.7 50.7 100.0
71 100.0 100.0
2
3
4
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
D. Analisis Univariat Hasil Belajar Psikomotor
Statistics
Psikomotorik
71
0
Valid
Missing
N
Psikomotorik
4 5.6 5.6 5.6
67 94.4 94.4 100.0
71 100.0 100.0
tidak tuntas
tuntas
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
E. Analisis Uji KeNormalan Data
Case Processing Summary
71 100.0% 0 .0% 71 100.0%
71 100.0% 0 .0% 71 100.0%
71 100.0% 0 .0% 71 100.0%
71 100.0% 0 .0% 71 100.0%
TesEQ
Kognitif
Af ektif
Psikomotorik
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Tidak terampil
Terampil
116
Descriptives
72.99 .638
71.71
74.26
73.11
73.00
28.928
5.379
52
87
35
6
-.593 .285
2.672 .563
81.79 1.326
79.14
84.43
82.13
84.00
124.826
11.173
53
100
47
15
-.477 .285
-.326 .563
74.89 .801
73.29
76.48
74.94
74.00
45.501
6.745
57
90
33
8
-.044 .285
.126 .563
87.15 .924
85.31
89.00
87.44
90.00
60.619
7.786
70
100
30
10
-.706 .285
-.185 .563
Mean
Lower Bound
Upper Bound
95% Conf idence
Interv al for Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Dev iation
Minimum
Maximum
Range
Interquart ile Range
Skewness
Kurtosis
Mean
Lower Bound
Upper Bound
95% Conf idence
Interv al for Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Dev iation
Minimum
Maximum
Range
Interquart ile Range
Skewness
Kurtosis
Mean
Lower Bound
Upper Bound
95% Conf idence
Interv al for Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Dev iation
Minimum
Maximum
Range
Interquart ile Range
Skewness
Kurtosis
Mean
Lower Bound
Upper Bound
95% Conf idence
Interv al for Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Dev iation
Minimum
Maximum
Range
Interquart ile Range
Skewness
Kurtosis
TesEQ
Kognitif
Af ektif
Psikomotorik
Stat ist ic Std. Error
117
Tests of Normality
.088 71 .200* .960 71 .025
.114 71 .024 .968 71 .064
.085 71 .200* .990 71 .837
.206 71 .000 .913 71 .000
TesEQ
Kognitif
Af ektif
Psikomotorik
Stat ist ic df Sig. Stat ist ic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true signif icance.*.
Lillief ors Signif icance Correctiona.
F. Analisis Bivariat Emotional Quotient dengan Nilai Kognitif
Correlations
1 .336**
. .004
71 71
.336** 1
.004 .
71 71
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
TesEQ
Kognitif
TesEQ Kognitif
Correlation is signif icant at the 0.01 level
(2-tailed).
**.
118
G. Analisis Bivariat Emotional Quotient dengan Nilai Afektif
Correlations
1 .556**
. .000
71 71
.556** 1
.000 .
71 71
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
TesEQ
Af ektif
TesEQ Af ektif
Correlation is signif icant at the 0.01 level
(2-tailed).
**.
119
H. Analisis Bivariat Emotional Quotient dengan Nilai Psikomotor
Correlations
1 .381**
. .001
71 71
.381** 1
.001 .
71 71
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
TesEQ
Psikomotorik
TesEQ Psikomotorik
Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).**.
120
FOTO-FOTO PENELITIAN
Kegiatan Guru dan Siswa di Kelas
Pengisian Angket Tes Emotional Quotient (EQ) oleh Siswa
Lampiran 14
121
Keterampilan Pembuatan Pupuk Organik Berbantuan Bakteri EM4
Kegiatan Ulangan Harian Siswa dan Pengisian Angket Penilaian Sikap
122
Lampiran 15
123
Lampiran 16
124
Lampiran 17
125
Lampiran 18
126
Lampiran 19
top related