hasil penelitian dan analisis...56 b. surat keputusan nomor sk/5649-04-p/vii/2001 tentang pemberian...
Post on 27-Nov-2020
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
52
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. HASIL PENELITIAN
1. Putusan Penetapan Pengadilan
Permohonan pengangkatan anak yang diajukan di Pengadilan Negeri
memiliki tujuan yang berbeda-beda dan juga dilakukan permohonannya baik
oleh keluarga sedarah ataupun dari orang lain. Meskipun alasan dan tujuan
permohonan pengangkatan anak berbeda-beda tetapi hal akan tidak
berpengaruh terhadap kedudukan anak angkat tesebut seperti yang sudah
dijelaskan diatas seperti akan ada akibat hukum yang disebabkan oleh
pengangkatan anak seperti hak alimentasi, hak kekuasaan orang tua dan
khususunya hak waris terhadap anak angkat.
Di Pengadilan Negeri Salatiga ditemukan berbagai macam bentuk
pengangkatan anak yang mengarah ke pergeseran dari dasar tujuan
pengangkatan anak. Diantara putusan penetapan pengangkatan anak yang ada
di Pengadilan Negeri Salatiga ditemukan bermacam-macam dari diajukannya
permohonan serta tujuan ataupun alasan yang menjadi dasar utama dari
dilakukannya pengangkatan anak. Pengangkatan anak harus tetap
mengutamakan tujuan dasar yang penting bagi anak angkat yang akan
53
diangkat. Awalnya pengangkatan anak dilakukan dengan semata-mata untuk
melanjutkan ataupun mempertahankan garis keturunan atau marga didalam
suatu keluarga yang didalamnya belum memiliki seorang anak kandung yang
dilahirkan42. Namun dalam masa sekarang ini permohonan pengangkatan anak
yang diajukan memiliki identifikasi tujuan disetiap penetapan-penetapannya,
yaitu :
1. Keinginan untuk meneruskan keturunan sebab selama perkawinan
tidak ada dikaruniai anak.
2. Untuk mendapatkan tunjangan dari Pemerintah karena calon orang
tua adalah Pegawai Negeri Sipil.
3. Menjamin kelangsungan hidup, pendidikan dan kesejahteraan
anak.
4. Ingin mempunyai anak tetapi tidak memiliki suami atau istri.
5. Belas kasihan terhadap anak terlantar.
6. Teman bagi pemohon karena jauh dari anak kandungnya.
Dari ke enam tujuan diatas bisa dilihat bahwa tujuan pengangkatan
anak pada sekarang ini hanya untuk menjamin kelangsungan hidup,
pendidikan dan kesejahteraan anak.
42 M. Budiarto, Pengangkatan Anak Ditinjau dari Segi Hukum, Akademika Pressindo, Jakarta, 1985,
h.9.
54
Seperti dapat dilihat dari beberapa contoh penetapan pengadilan
sebagai berikut ini:
1. Penetapan Pengadilan Nomor 21 / Pdt.P/ 2002 / PN. Sal
a. Kasus Posisi
Dalam permohonan ini diajukan oleh pemohon
bernama Soenarjo yang merupakan pensiunan TNI,
beralamat Asrama Pasar Sapi, Salatiga untuk melakukan
pengangkatan anak. Pemohon mengajukan pengangkatan
anak terhadap seorang anak laki-laki yang bernama
Nathanael Teguh Iman Santoso yang tidak lain adalah anak
dari perkawinan putri kandungnya yang bernama Dwi
Endah Kurniasih dengan Thomas Suyitno Suroyudho atau
bisa disebut calon anak angkat tersebut juga merupakan
cucu kandungnya. Status dari anak tersebut adalah anak
yatim karena ayahnya sudah meninggal sejak anak tersebut
berumur 12 hari dan hanya memiliki ibu tunggal.
Permohonan pengangkatan anak ini juga untuk
menghindari terjadinya penelantaran terhadap anak angkat
tersebut. Permohonan ini disetujui oleh ibu kandung dari
anak angkat dengan menyerahkan anak tersebut kepada
55
pemohon untuk pemohon dan istrinya tidak keberatan
untuk merawat dan mendidik anak tersebut.
b. Alasan atau Dalil Permohonan
Alasan atau dalil permohonan dalam pengangkatan
anak ini adalah karena pemohon melihat dari kondisi ibu
dari anak angkat yang belum siap dan belum cukup matang
dalam hal memberikan perawatan dan perlindungan untuk
anak dan juga karena status anak tersebut adalah anak
yatim dimana ayahnya sudah meninggal dunia sehingga
pemohon mengajukan permohonan Pengesahan
Pengangkatan Anak karena ingin merawat anak tersebut.
Pemohon juga sudah mengasuh anak tersebut dari sejak
berumur 12 hari dan status anak tersebut juga merupakan
tidak lain adalah cucu kandungnya sendiri.
c. Saksi dan Bukti
Dalam permohonan pengangkatan anak ini terdapat
bukti surat dan 2 (dua) saksi yang diajukan dalam
persidangan. Bukti yang diajukan yaitu antara lain:
a. Photocopy kutipan akta nikah Nomor
274874/67 atas nama Sunarjo dan Sri Mulat
56
b. Surat Keputusan Nomor SK/5649-04-
P/VII/2001 tentang pemberian pensiun atas
nama Soenarjo.
c. Photocopy surat nikah atas nama Thomas
Suyitno Surayudha dan Dwi Endah Kurniasih
d. Photocopy surat kematian Nomor 474.3/80 oleh
kantor kelurahan Salatiga.
e. Photocopy akta kelahiran Nathanael Teguh
Iman Santoso.
f. Surat asli pernyataan penyerahan anak atas
nama Dwi Endah Kurniasih
g. Surat pernyataan penerimaan anak atas nama
Soenarjo.
Terdapat 2 (dua) saksi yang diajukan dalam
persidangan yaitu, Bambang Soedowo dan Djumadi yang
memberikan keterangan dibawah sumpah bahwa :
a. Bahwa para saksi kenal dengan pemohon
sebagai tetangga dekat.
57
b. Bahwa para saksi tahu bahwa pemohon
telah mengajukan permohonan pengesahan
pengangkatan anak angkat.
c. Bahwa para saksi tahu anak yang diangkat
bernama Nathanael Teguh Iman Santoso
dan ibu kandung yang bernama Dwi Endah
Kurniasih dan ayah kandungnya bernama
Thomas Suyitno Suroyudho yang sudah
meninggal dunia.
d. Bahwa para saksi mengetahui pemohon
telah mengasuh dan merawat anak tersebut
dari anak tersebut berusia 12 (dua belas)
hari dengan baik dan penuh kasih sayang.
d. Pertimbangan Hakim & Putusan
Pertimbangan Hakim dalam permohonan
pengangkatan anak ini melihat dan memperhatikan
terhadap dalil permohonan dari pemohon yang ingin
melakukan pengangkatan anak. Maksud dan tujuan
pemohon dalam pengangkatan anak jelas dengan
memberikan bukti berupa surat dan saksi-saksi yang
58
diajukan dalam persidangan. Pertimbangan hakim yang
lain adalah yaitu:
a. Menimbang tentang motivasi dari pemohon
untuk mengambil anak angkat jelas dan baik
semata-mata untuk menyalurkan rasa kasih
sayang dan untuk kesejahteraan atau masa
depan anak tersebut.
b. Menimbang bahwa pemohon yang merupakan
pensiunan TNI memiliki kondisi ekonomi dari
pemohon juga mampu dalam merawat dan
memperbesarkan anak dan pemohon
berkelakuan baik.
c. Kondisi dari ibu anak angkat yang belum siap
dan matang dalam memperbesarkan anak dan
rela menyerahkan anaknya kepada pemohon
dengan pertimbangan demi masa depan anak
tersebut
d. Bahwa pemohon telah membuktikan dirinya
mengasuh anak tersebut seperti anak
kandungnya sendiri dan sanggup sampai
dewasa.
59
Setelah mempertimbangkan fakta-fakta diatas
yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan perundang-
undangan sebagai syarat mutlak dan juga Pengadilan
berkesimpulan bahwa permohonan pemohon cukup
beralasan dan tidak bertentangan dengan hukum maka
Pengadilan Negeri memutuskan untuk mengesahkan
permohonan pengangkatan anak tersebut.
2. Penetapan Pengadilan No. 14/Pdt.P/2000/PN.Sal
a. Kasus Posisi
Dalam permohonan pengangkatan anak ini diajukan
oleh para pemohon yang bernama Rijadi seorang karyawan dan
istrinya Hariati seorang ibu rumah tangga. Para pemohon
dalam perkawinannya memiliki seorang putri Ariana Agustina
yang saat itu berusia 20 (dua puluh) tahun mengandung dan
melahirkan seorang anak perempuan yang bernama Elvila
Mutiara Irwan diluar perkawinan yang sah. Dengan melihat
kondisi bahwa keberadaan ibu dari anak tersebut belum
mampu akan memelihara anak, sehingga para pemohon dan
ibu anak tersebut membuat kesepakatan bahwa anak tersebut
akan diserahkan kepada para pemohon. Oleh karenanya para
pemohon mengajukan permohonan pengangkatan anak ke
60
Pengadilan Negeri Salatiga dengan maksud untuk diberikannya
pengesahan terhadap pengangkatan anaknya.
b. Alasan atau Dalil Permohonan
Alasan atau dalil permohonan dalam pengangkatan
anak ini adalah kondisi putri kandungnya atau ibu dari anak
angkat yang belum cukup matang dan tidak mampu untuk
memelihara dan membesarkan anak dan juga kondisi status
dari anak tersebut yang terlahir diluar perkawinan. Hal ini
didukung dengan kondisi ekonomi dan sosial dari pemohon
yang sanggup untuk memelihara dan membesarkan anak
tersebut.
c. Saksi dan Bukti
Dalam permohonan pengangkatan anak ini para
pemohon mengajukan saksi-saksi untuk memberikan
keterangan dalam persidangan dengan pokok keteranganya
yaitu:
a. Bahwa para saksi yang sudah mengenal para
pemohon selama lebih dari 10 (sepuluh) tahun.
b. Bahwa para saksi mengetahui bahwa pemohon
mempunyai niat yang baik dalam pengangkatan
61
anak ini dengan akan memelihara dan membesarkan
anak terserbut dan juga hal ini didukung dengan
kondisi ekonomi dari pemohon yang sanggup dalam
membesarkan dan merawat anak tersebut.
c. Bahwa para saksi mengetahui bahwa para pemohon
mengajukan permohonan pengangkatan anak.
d. Bahwa para saksi mengetahui bahwa para pemohon
sudah merawat anak tersebut sejak lahir dengan
penuh baik dan penuh kasih sayang.
Terdapat beberapa bukti surat yang diajukan dalam
persidangan permohonan pengangkatan anak yaitu:
a. Photocopy akta nikah para pemohon.
b. Photocopy surat keterangan kelahiran dari Rumah
Sakit Bersalin Puri Asri atas nama Elvia Mutiara
Irwan.
c. Photocopy Kartu Tanda Penduduk milik para
pemohon.
d. Surat pernyataan dari orang tua anak yang bernama
Ariana Agustina
62
d. Pertimbangan Hakim dan Putusan
Pengadilan sebelum memutuskan permohonan
pengangkatan anak ini melakukan pertimbangan terhadap fakta-
fakta yang diperoleh selama persidangan yaitu bahwa maksud dan
tujuan dari pemohon dalam permohonan pengangkatan anak ini
sudah cukup jelas dengan upaya untuk memelihara, mengasuh dan
merawat anak tersebut. Pertimbangan hakim antara lain adalah
yaitu:
a. Menimbang bahwa tujuan dari permohonan para
pemohon jelas bahwa untuk memelihara dan
merawat anak tersebut.
b. Kondisi ekonomi dari para pemohon yang cukup
untuk merawat dan membesarkan anak tersebut.
c. Bahwa orang tua anak tersebut menyatakan
keikhlasan untuk menyerahkan anaknya agar
dipelihara, dirawat dan diasuh oleh para pemohon.
d. Para pemohon sudah menyatakan kesanggupannya
untuk memelihara, merawat dan mengasuh anak
tersebut.
63
e. Bahwa bukti surat dan keterangan saksi yang
diajukan memenuhi peraturan perundang-undangan
pengangkatan anak.
f. Bahwa dari pengamatan hakim secara nyata terlihat
hubungan antara para pemohon dan anak yang akan
diangkat adalah baik, penuh rasa sayang dan
layaknya orang tua kandung dan anaknya sendiri.
Setelah mempertimbangkan fakta-fakta diatas yang
telah memenuhi ketentuan-ketentuan perundang-undangan
sebagai syarat mutlak dan juga Pengadilan berkesimpulan
bahwa permohonan pemohon cukup beralasan dan tidak
bertentangan dengan hukum maka Pengadilan Negeri
memutuskan untuk mengesahkan permohonan pengangkatan
anak tersebut
3. Penetapan Pengadilan Nomor 32/Pdt.P/2008/Pn.Sal
a. Kasus Posisi
Permohonan Pengangkatan Anak ini diajukan oleh para
pemohon yang bernama Suryo Widodo pekerja swasta dan
istrinya yang bernama Rachmawati. Permohonan ini diajukan
oleh para pemohon karena didalam status perkawinannya yang
64
sudah cukup lama selama 9 (sembilan) tahun belum dikaruniai
seorang anakpun. Dalam kondisi yang belum diberi seorang
anak dalam keluarganya, maka para pemohon memiliki niat
untuk mengangkat (mengadopsi) seorang anak dari anak orang
lain, sehingga para pemohon menemui orang tua anak angkat
bernama Taufik dan Septianawati. Para pemohon menjumpai
orang tua calon anak angkat untuk memberitahukan niat untuk
mengangkat anaknya dan orang tua angkat juga berniat untuk
memberikan atau menyerahkan anak kandungnya yang
bernama Asancaya Suryo kepada para pemohon untuk diasuh
dan dipelihara sebagai anak angkat. Setelah menerima
persetujuan dari orang tua anak angkat, maka para pemohon
mengajukan permohonan pengangkatan anak ke Pengadilan
Negeri Salatiga untuk mengesahkan permohonan
pengangkatan anak.
b. Alasan atau Dalil Permohonan
Para pemohon yang merupakan suami istri mengajukan
permohonan pengangkatan anak karena setelah 9 (sembilan)
tahun pernikahan mereka belum dikarunia oleh Yang Maha
Kuasa seorang anak. Para pemohon mengangkat anak dari
pihak lain yang bernama Taufik dan Septianawati yang merasa
tidak mampu untuk memelihara dan membesarkan anak
65
tersebut sehingga menyerahkan anak mereka yang bernama
Asancaya Suryo kepada para pemohon agar dipelihara dan
dibesarkan sebagai anak angkat.
c. Saksi dan Bukti
Pemohon mengajukan bukti surat dan 3 (tiga) saksi untuk
memberikan keterangan dipersidangan. Bukti-bukti surat yang
diajukan dalam permohonan ini yaitu:
a. Surat penerimaan gaji atau honorium Pegawai atas
nama Suryo Widodo dan Rachmawati.
b. Surat Keterangan Catatan Kepolisian atas nama Suryo
Widodo dan Rachmawati.
c. Photocopy Kartu Tanda Penduduk atas nama Suryo
Widodo dan Rachmawati.
d. Photocopy kutipan akta perkawinan atas nama Suryo
Widodo dan Rachwati.
e. Photocopy kutipan akta perkawinan atas nama Taufik
dan Septianawati.
f. Photocopy surat keterangan kelahiran atas nama
Asancaya Suryo.
66
Terdapat 3 (tiga) saksi yang diajukan para pemohon untuk
memberikan keterangan dalam persidangan permohonan
pengangkatan anak ini. Pokok-pokok keterangannya yaitu:
a. Bahwa saksi kenal dengan para pemohon dan
mengetahui dalam perkawinan para pemohon selama 9
(sembilan) tahun belum dikaruniai seorang anakpun.
b. Bahwa para saksi mengetahui dan membenarkan bahwa
para pemohon memiliki niat untuk mengangkat anak.
c. Bahwa para saksi mengetahui bahwa bulan Juni 2007
par apemophon mengangkat anak perempuan bernama
Asancaya Suryo.
d. Bahwa para saksi mengetahui bahwa pemohon rukun
dan termasuk orang yang mampu dalam menghidupi
anak.
e. Bahwa para saksi mengetahui dan melihar bahwa para
pemohon dalam mengasuh anak tersebut dengan baik
dan memberikan kasih sayang seperti anak sendiri..
d. Pertimbangan Hukum dan Putusan
Dalam permohonan pengangkatan anak pengadilan
memperhatikan dan menimbang bahwa alasan pokok para
67
pemohon beringinan untuk mengangkat anak, dengan
mempertimbangkan:
a. Menimbang bahwa alasan pokok para pemohon
mengangkat anak yang berupa belum dikaruniai anak
b. Menimbang tentang bukti-bukti surat dan saksi yang
diajukan memenuhi persyaratan pengangkatan anak.
c. Menimbang bahwa fakta keadaan sosial dan ekonomi
dari para pemohon yang cukup mapan serta pernyataan
para pemohon yang sanggup untuk merawat, mengasuh
dan mendidik secara baik.
Dengan melihat berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan diatas dan bukti-bukti dan saksi maka
Pengadilan berpendapat bahwa permohonan pemohon cukup
beralasan, maka karena itu permohonan pengangkatan anak ini
dapat diterima dan dikabulkan.
68
Dari ketiga putusan tersebut agar lebih mudah membaca dan
mengamati putusan dari Pengangkatan Anak diatas maka dibuat tabel sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Putusan Penetapan Pengangkatan Anak
N
o
Item
Penetapan
Pengadilan Nomor
21 /Pdt.P/2002/PN.Sal
Penetapan
Pengadilan Nomor
14/Pdt.P/2000/PN.Sal
Penetapan
Pengadilan Nomor
32/Pdt.P/2008/PN.Sal
1 Kasus
Posisi
Pemohon bernama
Soenarjo yang
mengajukan
permohonan
pengangkatan anak
terhadap seorang
anak laki-laki
bernama Nathanael
yang merupakan
anak dari
perkawinan putri
kandungnya yang
bernama Dwi Endah
dan Thomas Suyitno
yang sudah
meninggal. Status
anak tersebut adalah
anak yatim dan
ibunya yang belum
atau tidak mampu
dalam merawat dan
membesarkan.
Pemohon bernama
Rijadi dan istrinya
Hariati mengajukan
permohonan
pengangkatan anak
terhadap anak dari
putri kandungnya
yang bernama
Ariana melahirkan
diluar perkawinan
yang sah, dengan hal
tersebut maka para
pemohon dan ibu
anak tersebut
membuat
kesepakatan untuk
menyerahkan anak
tersebut kepada para
pemohon dan
mengajukan
pengesahan terhadap
pengangkatan anak
tersebut.
Pemohon bernama
Suryo Widodo dan
istrinya bernama
Rachmawati yang
dalam 9 (sembilan)
tahun
perkawinanannya
belum dikaruniai
anak, sehingga para
pemohon ingin
mengangkat anak
dari Taufik dan
Septianawati yang
bernama Asancaya
Suryo. Kondisi
orang tua kandung
anak yang tidak
mampu sehingga
setuju untuk
menyerahkan anak
tersebut kepada para
pemohon.
2 Alasan
/Dalil
Permo
honan
Kondisi ibu dari
anak yang belum
siap dan tidak
mampu untuk
memberikan
perawatan dan
Kondisi ibu kandung
yang tunggal yang
tidak atau belum
mampu untuk
memelihara anak
tersebut dan untuk
Kondisi para
pemohon yang
belum dikaruniai
anak dalam 9
(sembilan) tahun
perkawinannya dan
69
perlindungan dan
juga kondisi anak
tersebut adalah anak
yatim sehingga
pemohon
mengajukan
permohonan
pengangkatan anak.
menghindari
terjadinya
penelantaran, dan
juga melihat kondisi
para pemohon yang
mampu dan sanggup
untuk memelihara
dan membesarkan
anak tresebut.
kondisi dari orang
tua kandung anak
kandung yang tidak
mampu dalam
membesarkan dan
memelihara anak
tersebut, sehingga
menyerahkan
anaknya untuk
diangkat oleh para
pemohon.
3 Saksi Terdapat 2 (dua)
saksi yang
memberikan
keterangan bahwa :
1. Para saksi
kenal dengan
pemohon.
2. Para saksi
mengetahui
pemohon
mengajukan
permohona
3. Para saksi
mengetahui
dan
menyaksikan
bahwa
pemohon
telah
mengasuh
anak tersebut
dari umur 12
hari dengan
penuh kasih
sayang.
Terdapat 2 (dua)
saksi yang
memberikan
keterangan bahwa:
1. Para saksi
mengenal
para
pemohon dan
mengetahui
kondisi
pemohon
yang mampu.
2. Para saksi
mengetahui
dan
menyaksikan
bahwa
pemohon
mengasihi
dan merawat
anak tersebut
dengan baik
dan penuh
kasih sayang.
Terdapat 3 (tiga)
saksi yang
memberikan
keterangan bahwa:
1. Para saksi
mengetahui
kondisi
perkawinan
para
pemohon.
2. Para saksi
mengetahui
dan
membenarka
n bahwa para
pemohon
memiliki niat
dan motivasi
yang baik
untuk
mengangkat
anak.
3. Para saksi
mengetahui
dan melihat
para
pemohon
mengasihi
anak
tersebut.
70
4 Pertimb
angan
Hakim
dan
Putusan
1. Bahwa motivasi
pemohon yang jelas
untuk menyalurkan
rasa kasih sayang
kepada anak
tersebut.
2. Bahwa kondisi
pemohon yang baik
untuk mengangkat
anak.
3. Bahwa kondisi ibu
dari anak tersebut
yang belum matang
dan belum siap
merawat dan
membesarkan.
4. Bahwa fakta-fakta
yang berupa saksi
dan bukti surat yang
saling berhubungan.
Maka Pengadilan
memutuskan dan
menyatakan sah
pengangkatan anak
tersebut.
1. Bahwa bahwa
tujuan dan motivasi
pemohon jelas.
2. Kondisi sosial dan
ekonomi pemohon
yang cukup untuk
merawat dan
memelihara anak
tersebut.
3. Bahwa ibu anak
tersebut menyatakan
keiklhasan untuk
menyerahkan
anaknya.
4. Bahwa dengan
bukti dan keterangan
saksi yang diajukan
sesuai dengan
peraturan
perundang-
undangan.
Maka dengan fakta-
fakta diatas
Pengadilan
berkesimpulan
bahwa permohonan
pengangkatan anak
dikabulkan dan
disahkan.
1. Bahwa alasan dan
tujuan para pemohon
baik dan jelas.
2. Bahwa kondisi
dari para pemohon
yang mampu untuk
mengangkat anak.
3. Bahwa kondisi
orang tua anak yang
tidak mampu
membesarkan anak
tersebut.
4. Bahwa bukti surat
dan keterangan saksi
yang memenuhi.
Maka dengan fakta-
fakta diatas
Pengadilan
berpendapat bahwa
permohonan
pengangkatan anak
ini dikabulkan dan
disahkan.
Dapat kita ketahui setelah melihat putusan penetapan pengangkatan
anak diatas bahwa hakim dalam menetapkan putusan juga melakukan
pertimbangan hukum dengan melihat alasan atau dalil yang diutarakan oleh
pemohon dan juga dari keterangan yang diberikan oleh saksi yang dihadirkan
selama persidangan permohonan pengangkatan anak dam juga keputusannya
harus secara menyeluruh memeriksa dan mengadili setiap segi tuntutan dan
71
mengabaikan gugatan selebihnya dan hakim tidak boleh hanya memeriksa
sebagian saja dari tuntutan yang tertulis.
2. Dasar Hukum yang Digunakan oleh Hakim dalam Memutus.
Dalam sebuah putusan, seorang hakim perlu melakukan pertimbangan
sebelum memberikan putusan. Pengambilan keputusan ini sangat diperlukan
oleh hakim atas sengketa yang sedang diperiksa dan diadilinya. Hakim harus
dapat mengolah dan memproses data-data yang diperoleh selama proses
persidangan, baik dalam bentuk surat, saksi, pengakuan maupun sumpah yang
terungka dalam persidangan (Pasal 164 KUHPerdata). Dalam hal
mempertimbangkan untuk putusan hakim juga harus memperhatikan dasar
hukum yang harus digunakannya dalam mempertimbangkan hasil putusan
dari suatu perkara.
Pada ketiga (3) putusan tersebut didalamnya setelah penulis
memahami dan meniliti terdapat beberapa dasar hukum yang digunakan para
hakim untuk memberikan putusan terhadap pengangkatan anak tersebut.
Dasar hukum yang digunakan hakim dalam memutuskan penetapan
pengangkatan anak ini juga merupakan bahan hukum ptimer yang digunakan
oleh penulis untuk menjadi sumber data dalam penelitian ini.
1. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 Tahun 1989 tentang
penyempurnaan Surat Edaran Mahkamah Agung No.6 Tahun 1983
tentang Pengangkatan Anak
72
Dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung ini karena
semakin bertambahnya permohonan pengesahan pengangkatan
anak yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri dan menunjukkan
adanya pergeseran atau perubahan pada motif dasarnya dan juga
tidak mencukupinya peraturan perundang-undangan yang ada
tentang pengankatan anak, cara pemeriksaan atau bentuk dan isi
pertimbangan hukum dalam putusan pengadilan yang masih
terdapat kekurangan. Dengan melihat gambaran tersebut oleh
karenanya Surat Edaran Mahkamah Agung ini digunakan menjadi
dasar hukum dalam pengangkatan anak adalah untuk memperoleh
jaminan kepastian hukum yang didapat setelah mendapat
keputusan pengadilan terhadap pengangkatan anak.
Surat Edaran Mahkamah Agung ini digunakan sebagai
dasar hukum karena didalamnya terdapat penyempurnaan
ketentuan-ketentuan mengenai pengangkatan anak yang terdapat
dalam Surat Edaran Mahkamah Agung, yaitu:
a. Diperbolehkannya pengangkatan anak oleh seorang yang tidak
terikat dalam perkawinan yang sah atau belum menikah (single
parent).
b. Adanya persyaratan calon orang tua angkat dan anak angkat, yaitu:
Syarat calon orang tua angkat:
73
- Sehat jasmani dan rohani.
- Berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 50
(lima puluh) tahun.
- Beragama sama dengan agama calon anak angkat.
- Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum karena melakukan
kejahatan.
- Berstatus menikah paling singkat 5 (lima) tahun.
- Tidak merupakan pasangan sejenis.
Syarat anak yang akan diangkat :
- Belum berusia 18 (delapan belas) tahun.
- Merupakan anak terlantar atau ditelantarkan.
- Berada dalam asuhan keluarga atau dalam Lembaga Pengasuhan
Anak.
- Memerlukan perlindungan khusus.
2. Undang –Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
Dalam mempertimbangkan putusan, hakim harus
menggunakan Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak dalam penetapan pengangkatan anak karena
74
dalam Undang-Undang ini terdapat ketentuan-ketentuan yang
mangatur bagaimana pengangkatan anak baik menurut adat dan
kebiasaan yang dilakukan dengna mengutamakan kepentingan dan
kesejahteraan anak serta dalam Undang-Undang Kesejahteraan Anak
ini secara tegas ditentukan alasan yang menjadi dasar dilakukannya
pengangkatan anak yaitu bagi harus diutamakannya kesejahteraan
anak angkat sendiri.
3. Undang-Undang No. 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
Pengangkatan Anak
Dalam melakukan pengangkatan anak perlu diperhatikannya
peraturan-peraturan serta ketentuan yang ada, pengangkatan anak tidak
dapat dilakukan dengan cara sembarangan sehingga dibentuklah
Undang-Undang tentang pelaksanaan pengangkatan Anak guna
menjadi panduan pelaksanaan pengangkatan anak yang dimana
undang-undang ini menegaskan bahwa pengangkatan anak hanya
dapat dilakukan untuk kepentingan terbaik bagi sang anak dan tidak
boleh memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dengan
orang tua kandungnya. Didalam Undang-Undang ini mengatur tentang
syarat-syarat orang tua angkat, surat persetujuan dan dokumen yang
diperlukan dalam pengangkatan anak.
75
4. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 110/HUK/2009
tentang Persyaratan Pengangkatan Anak
Penetapan pengangkatan anak harus dilakukan sesuai dengan
hukum yanga ada, sehingga diperlukannya Peraturan Menteri Sosial
ini dalam proses pengangkatan anak karena di dalam peraturan ini
terdapat syarat-syarat yang harus diperlukan dalam pengangkatan anak
seperti permohonan, prinsip dan tujuan dari pengangkatan anak.
5. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perlindungan Anak
Dalam pengangkatan anak yang harus memperhatikan kepentingan
anak dan juga harus melindungi hak dan kedudukan hukum anak
angkat yang halnya sama dengan anak kandung. Melindungi hak dan
kedudukan anak angkat adalah hal yang penting sehingga
digunakannya Undang-Undang Perlindungan Anak sebagai dasar
hukum yang digunakan hakim dalam mempertimbangkan putusan
penetapan pengangkatan anak.
6. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No.
41/HUK/KEP/VII/1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perizinan
Pengangkatan Anak
Keputusan Menteri Sosial menjadi dasar hukum yang digunakan
hakim dalam memutuskan penetapan pengangkatan anak karena dalam
Keputusan ini didalamnya berisi petunjuk pelaksanaan pengangkatan
76
anak karena sangat dibutuhkan dalam penetapan pengangkatan anak
karena dibutuhkannya kejelasan dan petunjuk perizinan pengangkatan
anak sehingga tidak ada dan tidak terjadi penyimpangan yang
mungkin terjadi dalam pelaksanaan pengangkatan anak yang mungkin
terjadi didalam masyarakat.
77
B. ANALISIS
1. Pertimbangan Hakim dalam Memutus
Dalam hal memutuskan hakim perlu untuk mempertimbangkan fakta-
fakta yang dapat berupa bukti surat ataupun saksi-saksi yang diajukan oleh
pemohon. Pertimbangan hakim yang merupakan salah satu yang terpenting
dalam putusan, karena harus memperhatikan pertimbangan hukum yang
merupakan dasar dari hakim untuk membuat inti sari pendiriannya dalam
“amar” dan sebagai dasar sebelum pertimbangan hakim. Pertimbangan hukum
adalah suatu pendapat yang disajikan hakim untuk memperkuat atau
mendukung putusan43. Pertimbangan hukum harus didasarkan pada fakta
dalam persidangan berupa keterangan para pemohon atau fakta berupa alat
pembuktian seperti surat, saksi, pengakuan dan sumpah yang kesemuanya
dimuat dalam berita acara persidangan.
Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam
menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung
keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, disamping itu
juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga
pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Hakim
juga dalam melakukan pemeriksaan suatu permohonan memerlukan adanya
pembuktian, dimana hasil dari pembuktian tersebut dijadikan sebagai
43 John Z, Louded, Memahami Hukum Melalui Tafsir dan Fakta, PT. Bina Aksara, Jakarta,1985, h.66.
78
pertimbangan dalam memutus permohonan ataupun perkara. Tahap yang
paling penting dalam pemeriksaan di persidangan adalah pembuktian, karena
bertujuan untuk memperoleh kepastian bahwa peristiwa/fakta yang diajukan
itu benar-benar terjadi, guna mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil
dengan dibuktikan kebenarannya44. Dasar yang digunakan hakim dalam
menjatuhkan putusan pengadilan perlu didasarkan kepada teori dan hasil
penelitian yang maksimal dan seimbang dalam tataran teori dan praktek.
Hakim dianggap sebagai penentu yang dapat membantu melaksanakan
atau merealisir kepastian hukum di dalam masyarakat,karena hal ini
berhubungan dengan tugas hakim sebagai seorang yang akan mengambil atau
menjatuhkan keputusan yang akan mempunyai akibat hukum bagi orang lain
atau masyarakat. Dalam menjatuhkan putusan hakim harus mendasarkan pada
undang-undang yang berlaku, namun dalam perkembangan pembentukan
hukum yang berlaku sekarang adakalanya terdapat kekosongan yang terjadi
dalam undang-undang dapat diatasi oleh hakim dengan menafsirkan
kekosongan pada undang-undang karena disamping undang-undang dan
peradilan masih terdapat hukum yang tumbuh didalam masyarakat. Oleh
karenanya seorang hakim juga perlu lebih mendalami ilmu pengetahuan
hukum untuk lebih memantapkan pertimbangan-pertimbangannya sebagai
dasar dari putusannya.
44 Ibid, h.142
79
Menurut penulis seorang hakim pada saat memutus setiap permohonan
pengesahan anak diharapkan untuk memberikan pertimbangan-
pertimbangannya dalam memeriksa dan memutus permohonan khususnya
pengesahan pengangkatan anak yang dapat berasal dari ilmu pengetahuannya
dan juga berasal dari pemikirannya sendiri. Seperti halnya menggunakan
ketentuan-ketentuan yang ada dalam perundang-undangan, Surat Edaran
Mahkamah Agung ataupun Yurisprudensi yang berlaku hanya dijadikan
sebagai pegangan dasar atau fundamen bagi hakim dalam memutus
permohonan. Pengadilan Negeri yang merupakan badan peradilan yang secara
umum berwenang untuk mensahkan pengangkatan anak baik domestic
adoption maupun inter-country adoption, termasuk permohonan penetapan
pada pengangkatan anak. Nilai Putusan atau Penetapan Pengadilan bagi
Pengangkatan Anak adalah bersifat konstitutif, karena Penetapan atau Putusan
Pengadilan ini menciptakan hubungan hukum antara anak angkat dan orang
tua angkat45.
Dalam penelitan ini penulis menggunakan 3 (tiga) putusan penetapan
pengangkatan anak yang menjadi bahan penelitian ini yang dapat dianalisis
bagaimana pertimbangan hakim didalamnya dalam memutus atau
mengesahkan permohonan pengangkatan anak tersebut, dibawah ini penulis
membuat tabel untuk mempermudah membaca dan mengamati sebagai
berikut:
45 Rusli Pandika, Hukum Pengangkatan Anak, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2014, h. 120
80
Tabel 3.2 Pertimbangan hakim di dalam 3 (tiga) penetapan
pengangkatan anak
Item Penetapan
Pengadilan Nomor
21/Pdt.P/2002/PN.Sa
l
Penetapan
Pengadilan Nomor
14/Pdt.P/2000/PN.Sal
Penetapan
Pengadilan Nomor
32/Pdt.P/2008/PN.Sal
Pertimb
angan
Hakim
1.Bahwa motivasi
pemohon yang jelas
untuk menyalurkan
rasa kasih sayang
kepada anak
tersebut.
2. Bahwa kondisi
pemohon yang baik
untuk mengangkat
anak.
3. Bahwa kondisi ibu
dari anak tersebut
yang belum matang
dan belum siap
merawat dan
membesarkan.
4. Bahwa fakta-fakta
yang berupa saksi
dan bukti surat yang
saling berhubungan.
1.Bahwa bahwa tujuan
dan motivasi pemohon
jelas.
2. Kondisi sosial dan
ekonomi pemohon
yang cukup untuk
merawat dan
memelihara anak
tersebut.
3. Bahwa ibu anak
tersebut menyatakan
keiklhasan untuk
menyerahkan
anaknya.
4. Bahwa dengan
bukti dan keterangan
saksi yang diajukan
sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan.
1.Bahwa alasan dan
tujuan para pemohon
baik dan jelas.
2. Bahwa kondisi dari
para pemohon yang
mampu untuk
mengangkat anak.
3. Bahwa kondisi
orang tua anak yang
tidak mampu
membesarkan anak
tersebut.
4. Bahwa bukti surat
dan keterangan saksi
yang memenuhi.
Di dalam 3 (tiga) putusan penetapan pengangkatan anak seperti diatas
yang menjadi bahan penelitian ini dilihat bahwa para hakim yang melakukan
pertimbangan hakim sebelum mengesahkan permohonan tersebut dengan
memerhatikan hal-hal berikut ini :
1. Motivasi dan alasan dari pengangkatan anak, dari ketiga penetapan
tersebut nampak bahwa alasan dasar dari pengangkatan anak untuk
81
menyalurkan rasa kasih sayang sehingga dikabulkannya
permohonan pengesahan pengangkatan anak walaupun disisi lain
hakim juga mempunyai pertimbangan sendiri
2. Kondisi orang tua kandung anak, hakim memperhatikan dan
menimbang bagaimana kondisi dari orang tua kandung anak yang
dapat berupa, baik belum atau tidak mampu dalam memelihara dan
membesarkan anak, kondisi salah satu orang tua yang sudah
meninggal dan juga kondisi ibu anak yang mengandung dan
melahirkan anak diluar perkawinan yang sah. Sehingga dari ke tiga
kondisi tersebut hakim menimbang bahwa apakah kondisi tersebut
dapat menjadi alasan kuat bagi orang tua kandung untuk
menyerahkan anaknya kepada calon orang tua angkat.
3. Kondisi calon orang tua angkat, hal mengenai kondisi orang tua
angkat tidak bisa dikesampingkan, karena dalam pengangkatan
anak memiliki tujuan untuk menjaga kepentingan dan
kesejahteraan bagi anak angkat. Kondisi dari orang tua angkat
dapat berupa kondisi sosial dan kondisi ekonomi dimana kedua hal
tersebut penting guna mendukung dalam rangka memelihara dan
membesarkan anak angkat.
4. Kondisi calon anak angkat, seorang anak angkat juga harus
diperhatikan kondisinya sebelum diserahkan kepada calon orang
82
tua angkat. Hal yang perlu diperhatikan dari calon anak angkat
yaitu bagaimana kondisi kebutuhan darinya, sehingga calon orang
tua angkat dapat menempatkan poin tambahan dalam rangka
memelihara dan membesarkan anak angkat tersebut.
5. Bukti-bukti diajukan serta keterangan dari para saksi yang
dibutuhkan dalam permohonan pengangkatan anak guna untuk
mendukung permohonan pengangkatan anak tersebut.
Menurut penulis, pertimbangan yang dilakukan oleh hakim sudah
sesuai karena dipenuhinya persyarat-persyaratan dalam undang-undang
ataupun yuriprudensi yang berlaku yang menjadi dasar hukum dalam
pengangkatan anak dengan melihat dari motivasi, alasan, kondisi dan bukti
serta saksi yang diajukan didalam permohonan dan telah dibuktikan didalam
persidangan. Hal ini didukung dengan dipenuhinya persyaratan dalam
undang-undang berikut ini:
1. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 Tahun 1989 tentang
penyempurnaan Surat Edaran Mahkamah Agung No.6 Tahun 1983
tentang Pengangkatan Anak.
Bahwa surat Edaran Mahkamah Agung ini digunakan menjadi
dasar hukum karena didalamnya terdapat penyempurnaan
ketentuan-ketentuan mengenai pengangkatan anak, dimana
didalamnya juga mengatur tentang:
83
a. Adanya persyaratan calon orang tua angkat, baik dalam segi
alasan atau latar belakang pengangkatan, kondisi ekonomi dan
kondisi keadaan sosialnya (rumah tangga) dari calon orang tua
angkat dan juga persyaratan bagi calon anak angkat.
b. Dibuktikannya alat-alat bukti dalam pengajuan pengangkatan
anak.
2. Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
Dalam mempertimbangkan putusan, hakim harus
memperhatikan dan mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan
anak karena untuk memperbaiki kehidupan dan masa depan si anak
angkat.
3. Undang-Undang No. 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
Pengangkatan Anak.
Dalam melakukan pengangkatan anak perlu diperhatikannya
bagaimana seharusnya pelaksanaan pengangkatan anak dilakukan
sehingga dengan undang-undang ini menegaskan bahwa
pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan
terbaik bagi sang anak dan didalam undang-undang ini juga
84
mengatur tentang syarat-syarat orang tua angkat, surat persetujuan
dan dokumen yang diperlukan dalam pengangkatan anak.
4. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 110/HUK/2009
tentang Persyaratan Pengangkatan Anak
Penetapan pengangkatan anak harus dilakukan sesuai dengan
hukum yang ada, sehingga diperlukannya Peraturan Menteri Sosial
ini dalam proses pengangkatan anak karena di dalam peraturan ini
terdapat syarat-syarat yang harus diperlukan dalam pengangkatan
anak seperti permohonan, prinsip dan tujuan dari pengangkatan
anak.
5. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perlindungan Anak
Dalam pengangkatan anak yang harus memperhatikan
kepentingan anak dan juga harus melindungi hak dan kedudukan
hukum sehingga digunakannya Undang-Undang ini sebagai dasar
hukum yang digunakan hakim dalam mempertimbangkan putusan
penetapan pengangkatan anak.
6. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No.
41/HUK/KEP/VII/1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perizinan
Pengangkatan Anak
85
Keputusan Menteri Sosial menjadi dasar hukum yang
digunakan hakim dalam memutuskan penetapan pengangkatan
anak karena dalam Keputusan ini didalamnya berisi petunjuk
pelaksanaan pengangkatan anak karena sangat dibutuhkan dalam
penetapan pengangkatan anak karena dibutuhkannya kejelasan dan
petunjuk perizinan pengangkatan anak sehingga tidak ada dan
tidak terjadi penyimpangan yang mungkin terjadi dalam
pelaksanaan pengangkatan anak yang mungkin terjadi didalam
masyarakat.
2. Pewarisan dalam Pengangkatan Anak
Hukum waris yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek adalah
kumpulan peraturan yang mengatur mengenai kekayaan karena wafatnya
seseorang, yaitu mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si
mati dan akibat dari pemindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya.
Unsur-unsur terjadinya pewarisan mempunyai tiga persyaratan sebagai
berikut:
a. Adanya orang yang meninggal dunia
b. Ada orang masih hidup, sebagai ahli waris yang akan memperoleh
waisan pada saat pewaris meninggal dunia.
c. Ada sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris.
86
Di setiap perbuatan hukum pasti terdapat akibat hukum didalamnya,
begitu juga dengan pengangkatan anak Akibat hukum dalam pengangkatan
anak adalah kekuasaan orang tua (ouderlijk macht), hak alimentasi, hak
soal nama dan hak waris. Permasalahan yang sering terjadi didalam
pengangkatan anak adalah tentang hak waris dari anak angkat, karena
dengan pengangkatan anak menjadikan anak angkat kedudukannya sama
dengan anak kandung, seperti hak dan kewajibannya sama. Anak angkat
adalah anak yang diangkat diperlakukan sebagai anak sendiri dan akan
berhak atas warisan dari orang tua yang mengangkatnya46. Menurut Pasal
14 Staatsblaad 1917 Nomor 129, bahwa pengangkatan anak memberikan
akibat bahwa status anak yang ebrsangkutan berubah menjadi seperti
seorang anak sah.
Dalam 3 (tiga) penetapan pengangkatan anak yang diajukan di
Pengadilan Negeri Salatiga yaitu Penetapan Pengadilan Nomor 21/ Pdt.P/
2002 / PN. Sal, Penetapan Pengadilan No. 14/Pdt.P/2000/PN.Sal. dan
Penetapan Pengadilan Nomor 32/Pdt.P/2008/Pn.Sal, pada ketiga penetapan
pengangkatan anak tersebut memiliki alasan dan tujuan yang berbeda-beda
tetapi terdapat kesamaan pada alasan pengangkatan anak yaitu untuk
memelihara dan mementingkan kepentingan kesejahteraan anak angkat.
Memelihara dan mementingkan kepentingan kesejahteraan anak memang
46 Amir Martosedono, Tanya Jawab Pengangkatan Anak dan Masalahnya, Dahara Prize, Semarang,
1990
87
sudah sesuai dengan Pasal 12 Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak, yang berbunyi bahwa pengangakatan anak
dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan anak.
Dapat dilihat dalam penetapan pengangkatan anak diatas menunjukkan
pergeseran atas tujuan dasar dari pengangkatan anak dengan
mengutamakan alasan kesejahteraan anak. Pengertian kesejahteraan anak
adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani dan
jasmani, dengan melihat pengertian kesejahteraan anak ini tidak memiliki
arti didalamnya menjelaskan bagaimana kedudukan anak angkat terhadap
hak warisnya Sehingga terlihat bahwa terjadi pergeseran tujuan utama dari
pengangkatan anak yaitu mementingkan dan menjamin kedudukan anak
angkat berhak menjadi ahli waris yang hal tersebut juga merupakan salah
satu dari akibat hukum pengangkatan anak yaitu bahwa status anak angkat
berubah menjadi seperti seorang anak kandung yang hak dan kewajibannya
sama tak terkecuali tentang hak warisnya47.
Dalam ketiga penetapan pengangkatan anak tersebut tidak ada satupun
menyangkut dan memberikan penjelasan tentang kedudukan anak angkat
terhadap hak warisnya karena tidak adanya permohonan yang diajukan
para pemohon tentang hak waris anak angkat sehingga tidak terdapat
47 Meliala Djaja, Pengangkatan Anak di Indonesia, Penerbit Tarsito, Bandung, 1982
88
penjelasan kedudukan anak angkat terhadap hak warisnya. Sehingga
menurut penulis, walaupun dalam ketiga penetapan pengangkatan ini
terdapat kekurangan karena tidak memberikan kepastian tentang akibat
hukum pengangkatan anak bagi anak angkat khususnya tentang hak
warisnya namun secara hukum anak angkat tetap mendapatkan haknya
terhadap warisan dari orang tua angkatnya sebagaimana pada Pasal 14
Staatsblaad 1917 Nomor 129, “bahwa pengangkatan anak memberikan
akibat bahwa status anak yang bersangkutan berubah menjadi seperti
seorang anak sah” yang dimana dapat diartikan seperti anak sah ini tak
terkecuali hak anak angkat untuk menjadi ahli waris dan juga hal tersebut
didukung oleh pendapat ahli Amir Martosedono bahwa pengangkatan anak
adalah anak yang diangkat diperlakukan sebagai anak sendiri dan akan
berhak atas warisan dari orang tua yang mengangkatnya48. Karena hukum
atau perundang-undangan yang menyangkut hak waris anak lebih tinggi
dari putusan hakim maka yang dipergunakan dalam menetapkan hak anak
angkat terhadap pewarisan adalah peraturan perundang-undangan. Jadi
meskipun dalam putusan hakim dalam penetapan pengangkatan anak tidak
menyebut hak waris yang didapatkan anak angkat maka secara hukum anak
angkat tetap akan memperoleh hak warisnya.
48 Amir Martosedono, Tanya Jawab Pengangkatan Anak dan Masalahnya, Dahara Prize, Semarang,
1990
top related