geologi regional bayat
Post on 08-Feb-2016
127 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
GEOLOGI REGIONAL BAYAT
A. Geomorfologi Regional
Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre-Tertiary dan Tertiary di sekitar
endapan Quartenary, terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang berasal dari G.
Merapi. Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 m di atas
muka air laut, sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu perbukitan rendah.
Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur yang
keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng secara antecedent. Sungai Dengkeng sendiri
mengalir mengitari komplek Jiwo Barat, semula mengalir ke arah selatan-barat daya,
berbelok ke arah timur kemudian ke utara memotong perbukitan dan selanjutnya
mengalir ke arah timur laut. Pembagian fisiografi daerah Bayat di mana Perbukitan Jiwo
Barat dan Timur dipisahkan oleh Sungai Dengkeng.
Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat air yang mengalir
dari lembah G. Merapi tertahan oleh Pegunungan Selatan. Genangan air ini, di utara
Perbukitan Jiwo mengendapkan pasir yang berasal dari lahar. Sedangkan di selatan atau
pada bagian lekukan antarbukit di Perbukitan Jiwo merupakan endapan air tenang yang
berupa lempung hitam, suatu sedimen Merapi yang subur ini dikeringkan (direklamasi)
oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk dijadikan daerah perkebunan. Reklamasi ini
dilakukan degan cara membuat saluran-saluran yang ditanggul cukup tinggi sehingga air
yang datang dari arah G. Merapi akan tertampung di sungai sedangkan daerah dataran
rendahnya yang semula berupa rawa-rawa berubah menjadi tanah kering yang digunakan
untuk perkebunan. Sebagian dari rawayang semula luas itu disisakan di daerah yang
dikelilingi Puncak Sari, Tugu, dan Kampak di Jiwo Barat, dikenal sebagai Rawa Jombor.
Rawa yang disisakan itu berfungsi sebagai tendon untuk keperluan irigasi darah
perkebunan di dataran sebelah utara Perbukitan Jiwo Timur.
Untuk mengalirkan air dari rawa-rawa tersebut, dibuat saluran buatan dari sudut barat
daya rawa-rawa menembus perbukitan batuan metamorfik di G. Pegat mengalir ke timur
melewati Desa Sedan dan memotong Sungai Dengkeng lewat aqueduct di sebelah seatan
Jotangan menerus ke arah timur.
Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan
memanjang dengan punggung yang tumpul sehingga kenampakan puncak-puncak tidak
begitu nyata. Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-alurnya
tidak banyak dijumpai (Perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan Tugu-Kampak di
Jiwo Barat). Untuk daerah yang tersusun oleh batuan metamorfik perbukitannya
menunjukkan relief yang lebih nyata dengan tebing-tebing yang terbiku kuat. Kuatnya
hasil penorehan tersebut menghasilkan akumulasi endapan hasil erosi di kaki perbukitan
ini yang dikenal sebagai colluvial. Puncak-puncak perbukitan yang tersusun dari batuan
metamorfik terlihat menonjol dan beberapa diantaranya cenderung berbentuk kerucut
seperti puncak Jabalkat dan puncak Semanggu. Daerah degan relief kuat ini dijumpai
daerah Jiwo Timur mulai dari puncak Konang ke arah timur hingga puncak Semanggu
dan Jokotuo. Daerah di sekitar puncak Pendul merupakan satu-satunya tubuh bukit yang
seluruhnya tersusun oleh batuan beku. Kondisi morfologinya cukup kasar mirip
perbukitan metamorfik namun relief yang ditunjukkan puncaknya tidak sekuat
perbukitan metamorfik.
Daerah Jiwo Barat
Jiwo Barat terdiri dari deretan perbukitan G. Kampak, G. Tugu, G. Sari, G. Kebo, G.
Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat. G. Kampak dan G. Tugu memiliki litologi
batugamping berlapis, putih kekuningan, kompak, tebal lapisan 20 – 40 cm. Di daerah G.
Kampak batugamping tersebut sebagian besar merupakan suatu tubuh yang massif,
menunjukkan adanya asosiasi dengan kompleks terumbu (reef). Di antara G. Tugu dan
G. Sari batugamping tersebut mengalami kontak langsung dengan batuan metamorfik
(mica schist).
Daerah Jiwo Barat memiliki puncak-puncak bukit berarah utara-selatan yang diwakili
oleh puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo, Sari, dan Tugu dengan di bagian
paling utara membelok ke arah barat yaitu G. Kampak.
Batuan metamorf di daerah ini mencakup daerah di sekitar G. Sari, G. Kebo, G.
Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat yang secara umum berupa sekis mika, filit, dan
banyak mengandung mineral kuarsa. Di sekitar daerah G. Sari, G. Kebo, dan G. Merak
pada sekis mika tersebut dijumpai bongkah-bongkah andesit dan mikrodiorit. Zona-zona
lapukannya berupa spheroidal weathering yang banyak dijumpai di tepi jalan desa.
Batuan beku tersebut merupakan batuan terobosan yang mengenai tubuh sekis mika.
Singkapan yang baik dijumpai di dasar sungai-sungai kecil yang menunjukkan kekar
kolom (columnar joint).
Batuan metamorfik yang dijumpai juga berupa filit sekis klorit, sekis talk, terdapat
mieral garnet, kuarsit serta marmer di sekitar G. Cakaran, dan G. Jabalkat. Sedangkan
pada bagian puncak dari kedua bukit itu masih ditemukan bongkah-bongkah
konglomerat kuarsa. Sedangkan di sebelah barat G. Cakaran pada area pedesaan di
tepian Rawa Jombor masih dapat ditemukan sisa-sisa konglomerat kuarsa serta batupasir.
Sampai saat ini batuan metamorfik tersebut ditafsirkan sebagai batuan berumur Pre-
Tertiary, sedangkan batupasir dan konglomerat dimasukkan ke dalam Formasi Wungkal.
Di daerah ini dijumpai dua inlier (isolated hill) masing-masing di bukit Wungkal dan
bukit Salam. Bukit Wungkal semakin lama semakin rendah akibat penggalian penduduk
untuk mengambil batu asah (batu wungkal) yang terdapat di bukit tersebut.
Daerah Jiwo Timur
Daerah ini mencakup sebelah timur Sungai Dengkeng yang merupakan deretan
perbukitan yang terdiri dari Gunung Konang, Gunung Pendul, Gunung Semangu, Di
lereng selatan Gunung Pendul hingga mencapai bagian puncak, terutama mulai dari
sebelah utara Desa Dowo dijumpai batu pasir berlapis, kadang kala terdapat fragmen
sekis mika ada di dalamnya. Sedangkan di bagian timur Gunung Pendul tersingkap batu
lempung abu-abu berlapis, keras, mengalami deformasi lokal secara kuat hingga
terhancurkan.
Hubungan antar satuan batuan tersebut masih memberikan berbagai kemungkinan
karena kontak antar satuan terkadang tertutup oleh koluvial di daerah dataran. Kepastian
stratigrafis antar satuan batuan tersebut barn dapat diyakini jika telah ada pengukuran
umur absolut. Walaupun demikian berbagai pendekatan penyelidikan serta rekontruksi
stratigrafis telah banyak dilakukan oleh para ahli.
Daerah perbukitan Jiwo Timur mempunyai puncak-puncak bukit berarah barat-timur
yang diwakili oleh puncak-puncak Konang, Pendul dan Temas, Gunung Jokotuo dan
Gunung Temas.
Gunung Konang dan Gunung Semangu merupakan tubuh batuan sekis-mika,
berfoliasi cukup baik, sedangkan Gunung Pendul merupakan tubuh intrusi mikrodiorit.
Gunung Jokotuo merupakan batuan metasedimen (marmer) dimana pada tempat tersebut
dijumpai tanda-tanda struktur pense saran. Sedangkan Gunung Temas merupakan tubuh
batu gamping berlapis.
Di sebelah utara Gunung Pendul dijumpai singkapan batu gamping nummulites,
berwarna abu-abu dan sangat kompak, disekitar batu gamping nummulites tersebut
terdapat batu pasir berlapis. Penyebaran batugamping nummulites dijumpai secara
setempat-setempat terutam di sekitar desa Padasan, dengan percabangan ke arah utara
yang diwakili oleh puncak Jokotuo dan Bawak.
Di bagian utara dan tenggara Perbukitan Jiwo timur terdapat bukit terisolir yang
menonjol dan dataran aluvial yang ada di sekitamya. Inlier (isolited hill) ini adalah bukit
Jeto di utara dan bukit Lanang di tenggara. Bukit Jeto secara umum tersusun oleh batu
gamping Neogen yang bertumpu secara tidak selaras di atas batuan metamorf, sedangkan
bukit Lanang secara keseluruhan tersusun oleh batu gamping Neogen.
Gambar 1. Peta Geologi Bayat
B. Stratigrafi Regional
Batuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat terdiri dari batuan metamorf berupa
filit, sekis, batu sabak dan marmer. Penentuan umur yang mutlak dan tepat untuk batuan
malihan hingga saat ini masih belum ada. Satu-satunya data tidak langsung yang
digunakan untuk perkiraan umurnya adalah didasarkan pada fosil tunggal Orbitolina
yang ditemukan oleh Bothe (1927) di dalam fragmen konglomerat yang menunjukkan
umur dari Kapur. Dikarenakan umur batuan sedimen tertua yang menutup batuan
malihan tersebut berumur awal Tersier (batu pasir batu gamping Eosen), maka umur
batuan malihan tersebut disebut batuan Pre-Tertiary Rocks. Secara tidak selaras batuan
yang menumpang di atas batuan malihan adalah batupasir yang tidak gampingan sarnpai
sedikit gampingan dan batu lempung, kemudian di atasnya tertutup oleh batu gamping
yang mengandung fosil nummulites (batugamping numulites) yang melimpah dan bagian
atasnya diakhiri oleh batugamping Discocyc1ina, yang menunjukkan lingkungan
pembentukan laut dalam. Keberadaan forminifera besar bersarna dengan foraminifera
plangtonik yang sangat jarang ditemukan di dalam batulempung gampingan, menunjukan
umur Eosen Tengah hingga Eosen Atas.
Secara resmi batuan berumur Eosen ini disebut Formasi Wungkal-Garnping.
Keduanya, batuan malihan dan Formasi Wungkal-Gamping diterobos oleh batuan beku
menengah yang bertipe dioritik. Diorit di daerah Jiwo merupakan penyusun utama dari
Gunung Pendul, yang terletak di bagian timur Perbukitan Jiwo. Diorit ini kemungkinan
bertipe dike karena bentuknya yang menerobos bidang perlapisan. Singkapan batuan
beku di Watuprahu (sisi utara Gunung Pendul) secara stratigrafi di atas batuan Eosen
yang miring ke arah selatan. Batuan beku ini secara stratigrafi terletak di bawah batupasir
dan batugarnping yang masih mempunyai kemiringan lapisan ke arah selatan. Penentuan
umur pada dike intrusi pendul oleh Soeria Atmadja dan kawan-kawan (1991)
menghasilkan sekitar 34 juta tahun, dimana hasil ini kurang lebih sesuai dengan teori
Bemmelen (1949), yang menafsirkan bahwa batuan beku tersebut adalah merupakan
leher / neck dari gunung api Oligosen. Mengenai genetik dan generasi magmatisme dari
diorit di Perbukitan Jiwo masih memerlukan kajian yang lebih hati-hati.
Sebelum kala Eosen tengah daerah Jiwo mulai tererosi. Erosi tersebut disebabkan oleh
pengangkatan atau penurunan muka air laut selama periode akhir oligosen. Proses erosi
tersebut telah menurunkan permukaan daratan yang ada, kemudian disusul oleh periode
transgresi dan menghasilkan pengendapan batu gamping yang dimulai pada kala Miosen
Tengah. Di daerah Perbukitan Jiwo tersebut mempunyai ciri litologi yang sama dengan
Formasi Oyo yang tersingkap lebih banyak di Pegunungan Selatan (daerah Sambipitu
Nglipar dan sekitarnya).
Gambar 2. Tatanan Stratigrafi Menurut Beberapa Peneliti
Di daerah Bayat tidak ada sedimen laut yang tersingkap di antara Formasi Wungkal
Gampingan dan Formasi Oyo. Keadaan ini sangat berbeda dengan Pegunungan
Baturagung yang ada di selatannya. Di sini ketebalan batuan volkanik klastik-marin yang
dicirikan oleh adanya turbidit dan sedimen hasil pengendapan aliran gravitasi lainnya
tersingkap dengan baik. Perbedaan-perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh
kompleks sistem sesar yang memisahkan daerah Perbukitan Jiwo dengan Pegunungan
Baturagung yang telah aktif sejak Tersier Tengah. Selama zaman Kuarter, pengendapan
batu gamping telah berakhir.
Pengangkatan yang diikuti dengan proses erosi menyebabkan daerah Perbukitan Jiwo
berubah menjadi daerah lingkungan darat. Pasir vulkanik yang berasal dari gunung api
Merapi yang masih aktif mempengaruhi proses sedimentasi endapan aluvial terutama di
sebelah utara dan barat laut dari Perbukitan Jiwo.
Keadaan stratigrafi Pegunugan Selatan dari tua ke muda yaitu :
1. Formasi Kebo, berupa batupasir vulkanik, tufa, serpih dengan sisipan lava, umur
Oligosen (N2-N3), ketebalan formasi sekitar 800 meter.
2. Formasi Butak, berumur Miosen awal bagian bawah (N4), terdiri dari breksi polomik,
batupasir dan serpih dengan ketebalan 750 meter.
3. Formasi Semilir, berupa tufa, lapili, breksi piroklastik, kadang ada sisipan lempung
dan batupasir vulkanik, dengan umur N5-N9.
4. Formasi Nglanggran, tersusun atas breksi vulkanik, batu pasirvulkanik, lava dan
breksi aliran.
5. Dari puncak Baturagung ke arah selatan, yaitu menuju dataran Wonosari akan
dijumpai Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan
6. Formasi Kepek.
Referensi :
- http://budhygeologist.blogspot.com/2010/08/geologi-dan-stratigrafi-daerah-
bayat.html diakses tanggal 12 Desember 2013 pukul 20.10 WIB
- http://ibnudwibandono.wordpress.com/2010/07/12/geologi-regional-bayat-klaten/
diakses tanggal 12 Desember 2013 pukul 20.25 WIB
top related