gambaran kebutuhan hidup schizopenia
Post on 06-Jul-2018
213 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Gambaran Kebutuhan Hidup Schizopenia
1/7
Artikel Penelitian
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 201384
Gambaran Kebutuhan HidupPenyandang Skizofrenia
Sulistiana Dewi, Sylvia Detri Elvira, Richard Budiman
Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Abstrak
Pendahuluan: Penilaian terhadap kebutuhan penyandang skizofrenia adalah tugas penting
bagi semua pihak yang terkait, sehingga dapat mengurangi hendaya dalam penurunan fungsi
baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
kebutuhan hidup penyandang skizofrenia menurut dirinya dan pengasuhnya.
Metode: Subjek penelitian mencakup 90 penyandang skizofrenia dan pengasuhnya yang berobat
jalan di poliklinik psikiatri RSCM pada bulan Mei-Juni 2012. Pemilihan subjek dilakukan
secara konsekutif . Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Camberwell assess-
ment of need short appraisal schedule (CANSAS).
Hasil : Dari 22 pertanyaan CANSAS, rerata kebutuhan penyandang skizofrenia yang dilaporkandirinya adalah sembilan kebutuhan, sedangkan pengasuhnya 12 kebutuhan. Baik penyandang
skizofrenia maupun pengasuhnya menilai adanya masalah pada kebutuhan fisik penyandang
skizofrenia yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan lainnya.
Kesimpulan: Dalam menilai kebutuhan hidup penyandang skizofrenia ternyata fokus tidak
hanya diarahkan pada kebutuhan gejala psikotiknya saja, tetapi kebutuhan fisik juga dinilai
penting baik oleh penyandang skizofrenia maupun pengasuhnya. J Indon Med Assoc.
2013;63:84-90
Kata kunci: Kebutuhan hidup, penyandang skizofrenia, pengasuh
Korespondensi: Sulistiana Dewi,Email: sulistianadewi@yahoo.com
-
8/18/2019 Gambaran Kebutuhan Hidup Schizopenia
2/7
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013 85
The Needs of Schizophrenic People
Sulistiana Dewi, Sylvia Detri Elvira, Richard Budiman
Department of Psychiatry, Faculty of Medicine Univers itas Indonesia/
Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta
Abstract
Introduction: Assessing the needs of people with schizophrenia is an important task for all
stakeholders to reduce the impairment in physical, psychological, or social function. This study
was aimed to assess the needs of people living with schizophrenia based on the patient and the
caregivers.
Method : Ninety subjects with schizophrenia and ninety of their caregivers in outpatient clinic were
included in this research using consecutive sampling. Instruments which was used was Camberwell
assessment of need short appraisal schedule (CANSAS).
Result: Using CANSAS instrument, the mean total of needs reported for schizophrenic people and
their caregivers reported 9 and 12 needs respectively. Both schizophrenic people and their caregiversagreed that the need on physical health was higher than other needs.
Conclusion: Assessment of the needs of schizophrenic people and their caregivers must focus not
only in the needs of psychotic symptoms, but also in their physical needs as well. J Indon Med
Assoc. 2013;63:84-90
Keyword: needs, schizophrenic people, caregiver
Pendahuluan
Manusia mempunyai kebutuhan hidup dan mereka
berusaha untuk memenuhinya. Pemenuhan kebutuhan hiduptersebut bagi setiap individu berbeda-beda, baik bagi indi-
vidu sehat maupun sakit, termasuk penyandang gangguan
jiwa berat. Penyandang skizofrenia juga memerlukan
kebutuhan layanan kesehatan jiwa untuk mendapatkan
intervensi sedini mungkin, sehingga diharapkan dapat
memperbaiki perjalanan penyakit dan prognosisnya.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang
memiliki karakteristik khusus. Dalam Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III), definisi
skizofrenia dijelaskan sebagai gangguan jiwa yang ditandai
dengan distorsi khas dan fundamental dalam pikiran dan
persepsi yang disertai dengan adanya afek yang tumpul atau
tidak wajar.1
Data WHO tahun 2000 menunjukan prevalensi
skizofrenia adalah 0,5%, sedangkan berdasarkan National
Institute of Mental Health, prevalensi skizofrenia di seluruh
dunia adalah sekitar 1,1% dari populasi di atas usia 8 tahun,
atau sekitar 51 juta orang di seluruh dunia menderita
skizofrenia.2 Jika prevalensi jiwa berat 1% berarti ada 220 000
orang penderita gangguan jiwa di Indonesia dan 10% (22
000 orang) membutuhkan perawatan di institusi perawatan.
Data yang diperolah dari data riset kesehatan dasar
(Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi masyarakat
indonesia yang mengalami gangguan mental emosi sebesar
11,6% pada penduduk berusia di atas 15 tahun.3
Penelitian neuropatologi dan pemeriksaan dengan CT-
scan menunjukan adanya abnormalitas korteks cerebral,talamus, dan batang otak pada penderita skizofrenia. Selain
faktor yang berkaitan dengan biologis tadi, faktor psikososial
juga berperan dalam timbulnya skizofrenia.4
Tujuan utama dari terapi pada skizofrenia adalah pemu-
lihan. Pemulihan dapat dicapai baik dari segi fungsi mental
maupun fisik. Penilaian dalam menentukan pemulihan
terdapat empat faktor termasuk diantaranya hilangnya gejala,
fungsi pekerjaan, kehidupan mandiri, dan relasi.5 Dari
penilaian tersebut dapat dilihat bahwa hilangnya gejala
hanyalah satu dari empat faktor dalam menilai pemulihan,
sementara tiga faktor lainnya melibatkan peran penyandang
skizofrenia sendiri, pengasuh, maupun masyarakat.Untuk tercapainya pemulihan, diperlukan keterlibatan
penyandang skizofrenia dalam menilai kebutuhan hidup
mereka sendiri dan merencanakan perawatan mereka, yang
hingga saat ini belum pernah dilakukan. Pada kunjungan rawat
jalan, keterlibatan pengasuh merupakan bagian penting dari
perencanaan perawatan. Penyandang skizofrenia, pengasuh
yang merawatnya, dan tenaga kesehatan merupakan bagian
penting dari penilaian kebutuhan, selain itu mereka mungkin
mempunyai perbedaan pandangan dalam menilai kebutuhan
hidup penyandang skizofrenia karena berbagai faktor yang
memengaruhinya.6
Pengasuh yang merawat penyandang skizofrenia sering
dihadapkan oleh berbagai situasi dan membutuhkan kete-
Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia
-
8/18/2019 Gambaran Kebutuhan Hidup Schizopenia
3/7
Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 201386
rampilan khusus seperti pada kedaruratan psikiatri. Di lain
pihak, pengasuh yang merawat penyandang skizofrenia
memiliki berbagai masalah dan keterbatasan dalam melakukan
tugasnya, sementara dukungan maupun fasilitas yangtersedia bagi mereka hingga saat ini belum memadai.7
Pengasuh adalah seseorang yang memberikan bantuan
pada orang yang mengalami ketidakmampuan dan
memerlukan bantuan karena penyakit atau keterbatasannya.
Pengasuh dibagi menjadi pengasuh informal dan formal.
Pengasuh informal adalah seorang individu (anggota
keluarga, teman, ataupun tetangga) yang memberikan
perawatan tanpa dibayar, paruh waktu atau sepanjang waktu,
tinggal bersama atau terpisah dengan orang yang dirawat,
sedangkan pengasuh formal merupakan bagian dari sistim
pelayanan, baik dibayar ataupun sukarela.7,8
Diperkirakan saat ini sekitar 40-90% dari pengasuh yang
merawat penyandang skizofrenia merupakan pengasuh in-
formal, dan sebagian besar (77%) dari pengasuh informal
adalah keluarga pasien. Lebih dari dua pertiga pengasuh
(68%) adalah orang tuanya atau orang tua angkat, 12%
saudara kandungnya, 7 % adalah pasangannya dan 7% anak-
anak atau cucu dari penyandang skizofrenia.9
Penilaian kebutuhan penyandang gangguan jiwa,
khususnya skizofrenia merupakan tugas penting semua pihak
terkait, khususnya tenaga kesehatan jiwa agar dapat
merencanakan, mengembangkan, dan mengevaluasi layanan
kesehatan jiwa.10 Tenaga kesehatan dan pengasuh perlu
memahami kebutuhan penyandang skizofrenia dalam
mencapai, mempertahankan, mengembalikan, ataupunmengoptimalkan kualitas hidup mereka. Dalam melakukan
penilaian kebutuhan hidup, harus dilakukan secara
menyeluruh berdasarkan pada kebutuhan hidup penyandang
skizofrenia.
Beberapa studi empiris telah menghasilkan penilaian
kebutuhan hidup yang berhubungan dengan kebutuhan
penyandang skizofrenia, pengasuh, maupun tenaga
kesehatan. Terdapat beberapa instrumen yang dibuat untuk
menilai kebutuhan, diantaranya yang sering digunakan
adalah Avon mental health measure (AMHM), cardinal
needs schedule (CNS), dan Camberwell assessment of need
(CAN) yang telah digunakan di Inggris. Instrumen CANmudah digunakan dan paling banyak diadopsi oleh banyak
negara seperti Brazil, Swedia, Korea Selatan, Cina, dan
lainnya.11,12
Baru-baru ini di Indonesia telah dilakukan penilaian
validitas dan reliabilitas instrumen Camberwell assesment
of need short appraisal schedule (CANSAS) versi Bahasa
Indonesia terhadap penyandang skizofrenia dari 67 subjek
dengan skizofrenia dan pengasuhnya di Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan. Rerata total kebutuhan yang dinilai oleh
pasien dan pengasuh adalah 3,00 dan 5,67 (dari 22 butir).
Konsistensi internal yang diperoleh peneliti dengan pasien
dan pengasuh masing-masing sebesar 0,773 dan 0,576;
sedangkan, penilaian ahli dengan pasien dan pengasuh
masing-masing sebesar 0,726 dan 0,711.13
Konsep kebutuhan merupakan sebuah tanggung jawab
semua pihak, baik bagi penyandang skizofrenia, pengasuh,
masyarakat, maupun pemerintah. Penelitian ini bertujuanuntuk menilai kebutuhan hidup penyandang skizofrenia yang
dinilai dari sudut pandang penyandang dan pengasuh. Dari
penilaian kebutuhan penyandang skizofrenia diharapkan
dapat diketahui kebutuhan hidup mereka sehingga diharapkan
dapat mengurangi hendaya dalam penurunan fungsi baik fisik,
psikologis, atau sosial.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
desain potong lintang (cross-sectional). Penelitian dilakukan
di Poliklinik Psikiatri RSUPN Cipto Mangunkusumo pada Mei-
Juni 2012. Subjek adalah semua penyandang skizofrenia dan
pengasuh pasien. Penyandang skizofrenia berusia 18-59
tahun dan telah didiagnosis oleh dokter penanggung jawab
pelayanan pasien. Subjek diambil secara konsekutif. Pengam-
bilan subjek penelitian pada penyandang skizofrenia dan
pengasuhnya masing-masing 90 subjek. Peneliti melebihkan
jumlah subjek penelitian sebesar 10 %, menjadi masing-masing
120 subjek, kemudian diambil 90 subjek penyandang
skizofrenia diikuti dengan pengasuhnya dengan cara acak.
Tujuannya adalah untuk mencoba mengatasi kelemahan dari
pengambilan subjek di atas. Instrumen yang digunakan adalah
Camberwell Assessment of Need Short Appraisal Schedule
(CANSAS).
Berdasarkan literatur, CANSAS dapat dibagi menjadi 5area: Kebutuhan dasar (3 pertanyaan: akomodasi, makanan,
dan aktivitas sehari-hari); kesehatan (7 pertanyaan: kesehatan
fisik, gejala psikotik, penggunaan zat dan obat-obatan,
penggunaan alkohol, membahayakan diri sendiri, memba-
hayakan orang lain, serta tekanan psikologis); kebutuhan
sosial (3 pertanyaan: ekspresi seksual, teman dan pergaulan,
serta hubungan intim); kebutuhan akan pelayanan (4
pertanyaan: informasi tentang kondisi dan pengobatan,
telepon, transportasi, keuntungan, dan kemudahan);
kapasitas fungsional (5 pertanyaan: pendidikan dasar, uang,
perawatan anak, perawatan diri, dan perawatan rumah).14
Hasil
Pada tabel 1 diperlihatkan karakteristik umum subjek
secara keseluruhan yang didapatkan oleh peneliti dari data
sosiodemografik. Sebagian besar jenis kelamin subjek
penyandang skizofrenia adalah laki-laki (72,2%). Rerata umur
penyandang skizofrenia adalah 33,28 (8,5) tahun, dengan
umur termuda adalah 18 tahun dan umur tertua adalah 55
tahun.
Tabel 2 memperlihatkan karakter klinis dari penyandang
skizofrenia. Diagnosis pada subjek sebagian besar adalah
skizofrenia paranoid. Lama sakit subjek penyandang
skizofrenia rerata 8,64 (6,9) tahun, dengan lama sakit minimal
3 bulan dan maksimal selama 30 tahun.
-
8/18/2019 Gambaran Kebutuhan Hidup Schizopenia
4/7
Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013 87
Pada Tabel 3 terlihat penilaian kebutuhan yang
diperlukan bagi penyandang skizofrenia adalah kesehatan
fisik (53,3%), gejala psikotik (51,1%), dan keuangan (44,4%).
Sedangkan kebutuhan penyandang skizofrenia yang dinilai
oleh persepsi pengasuhnya didapatkan masalah kebutuhan
yang terpenuhi pada area gejala psikotik (58,9%), keuangan
(56,7%), informasi tentang kondisi dan pengobatan (56,7%),
serta kesehatan fisik (52,2%). Dari 22 butir pertanyaan
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteri st ik subjek Penyandang Skizo frenia Pengasuh
n=90 (%) n=90 (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 65 (72,2) 36 (40,0)
Perempuan 25 (27,8) 54 (60,0)
Kelompok umur
>18 2 (2,22)
19 - 40 tahun 69 (76,67) 14 (15,6)
41 - 59 tahun 19 (21,1) 51 (56,67)
>60 tahun - 25 (27,78)
Pendidikan
Tidak sekolah 1 (1,11) 7 (7,78)
SD 5 (5,55) 26 (28,89)
SMP 8 (8,89) 12 (13,33)
SMA 61 (67,8) 32 (35,6)
Akademik / PT 15 (16,7) 13 (14,4)
Pekerjaan
PNS / Swasta 8 (8,9) 22 (24,4)
Wiraswasta 12 (13,3) 24 (26,7)
Tak bekerja 70 (77,8) 11 (48,9)
Pernikahan
Menikah 19 (21,1) 73 (81,1)
Janda/Duda 10 (11,1) 13 (14,4)
Tak menikah 61 (67,8) 4 (4,4)
Jumlah anak
Belum punya anak 71 (78,9) 10 (11,1)
Hanya 1 anak 7 (7,8) 5 (5,6)
2 - 3 anak 10 (11,1) 39 (43,3)
>4 anak 2 (2,2) 36 (40,0)
Agama
Islam 78 (86,7) 77 (85,6)
Kristen 10 (11,1) 12 (13,3)
Lain 2 (2,2) 1 (1,11)Suku bangsa
Jawa 27 (30,0) 27 (30,0)
Sunda 14 (15,6) 14 (15,6)
Betawi 21 (23,3) 23 (25,6)
Sumatera 20 (22,2) 21 (23,3)
Lain 8 (8,9) 5 (5,5)
Domisili
DKI 67 (74,4) 67 (74,44)
Luar DKI 23 (25,56) 23 (25,56)
Lama asuhan
4 tahun N/A 11 (12,2)
Hubungan kerabat
Orangtua N/A 58 (64,4)
Pasangan N/A 20 (22,2)
Saudara N/A 12 (13,3)
Lain-lain N/A 1 (1,1)
Tabel 2. Karakteristik Klinis Penyandang Skizofrenia
Karakteristik klinis Penyandang skizofrenia
n=90
Diagnosis
Skizofrenia paranoid 83 (92,2)
Skizofrenia residual 4 (4,44)
Skizofrenia hebefrenik 2 (2,22)
Skizofrenia ytt 1 (1,11)
Lama sakitd
5 tahun 53 (58,89)
*ytt: yang tidak tergolongkan
CANSAS, rata-rata kebutuhan yang dilaporkan penyandang
skizofrenia adalah sembilan kebutuhan, sedangkanpengasuhnya 12 kebutuhan. Peneliti mencari nilai kemaknaan
antara penilaian penyandang skizofrenia dan pengasuhnya,
kemudian diperoleh perbedaan penilaian secara
bermakna(p
-
8/18/2019 Gambaran Kebutuhan Hidup Schizopenia
5/7
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013
Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia
88
Tabel 3. Penilaian Kebutuhan Hidup Berdasarkan CANSAS, Penyandang Skizofrenia (n:90) dan Pengasuhnya (n:90)
Area kebutuhan Penilaian penyandang Penilaian pengasuh p
Bukan masalah Bukan Masalah Bukan Bukan Masalah
serius masalah serius masalah masalah serius serius serius serius
karena karena
ada ada
bantuan bantuan
n % n % n % n % n % n %
1. Akomodasi 8 9 98,89 1 1,11 0 0 8 9 98,89 1 1,11 0 0 1,000
2. Makanan 5 9 65,56 3 1 34,44 0 0 4 7 52,22 4 3 47,78 0 0 0,096
3. Perawatan Rumah 5 6 62,22 3 1 34,44 3 3,33 4 5 5 0 4 3 47,78 2 2,22 0,187
4. Perawatan diri 7 6 84,44 1 3 14,44 1 1,11 6 0 66,67 2 9 32,22 1 1,11 0,019
5. Aktivitas sehari-hari 7 2 8 0 1 7 18,89 1 1,11 5 5 61,11 3 4 37,78 1 1,11 0,019
6. Kesehatan fisik 4 2 46,67 4 8 53,33 0 0 4 3 47,78 4 7 52,22 0 0 0,881
7. Gejala-gejala psikotik 4 1 45,56 4 6 51,11 3 3,33 3 6 4 0 5 3 58,89 1 1,11 0,348
8. Informasi tentang kondisi 5 4 6 0 3 4 37,78 2 2,22 3 8 42,22 5 1 56,67 1 1,11 0,064
dan pengobatan
9. Tekanan Psikologis 5 5 61,11 3 5 38,89 0 0 6 3 7 0 2 7 3 0 0 0 0,210
10. Membahayakan diri sendiri 8 3 92,22 7 7,78 0 0 8 4 93,33 6 6,67 0 0 1,000
11. Membahayakan orang lain 8 6 95,56 4 4,44 0 0 8 3 92,22 7 7,78 0 0 0,536
12. Alkohol 9 0 100 0 0 0 0 9 0 100 0 0 0 0 N/A
13. Zat dan obat-obatan 9 0 100 0 0 0 0 9 0 100 0 0 0 0 N/A
14. Teman dan pergaulan 7 1 78,89 1 8 2 0 1 1,11 5 6 62,22 3 4 37,78 0 0 0,021
15. Hubungan Intim 8 3 92,22 7 7,78 1 1,11 8 4 93,33 6 6,67 0 0 0,577
16. Ekspresi seksual 8 8 97,78 2 2,22 1 1,11 8 6 95,56 1 1,11 0 0 0,600
17. Perawatan anak 8 3 92,22 7 7,78 0 0 8 5 94,44 5 5,56 0 0 0,767
18. Pendidikan dasar 8 8 97,78 2 2,22 0 0 8 7 96,67 3 3,33 0 0 1,000
19. Telefon 8 0 88,89 10 11,11 0 0 8 1 9 0 9 1 0 0 0 1,000
20. Transportasi 6 3 7 0 2 7 3 0 0 0 5 3 58,89 3 7 41,11 0 0 0,119
21. Uang 4 9 54,45 4 0 44,44 1 1,11 3 9 43,33 5 1 56,67 0 0 0,177
22. Keuntungan dan kemudahan 9 0 100 0 0 0 0 8 9 98,89 1 1,11 0 0 1,000
terbanyak pada hal ini mungkin berkaitan dengan penilaian
pada area kebutuhan psikotik (51,11%) penyandang
skizofrenia yaitu ditemukannya gejala positif pada pasiennya.
Masih terdapatnya gejala-gejala positif yang menonjol pada
sebagian dari subjek penyandang skizofrenia memerlukan
evaluasi lebih lanjut dalam penatalaksanaan baik dengan
farmakologi maupun nonfarmakologi. Bagi pengasuhnya,
gejala psikotik juga dinilai tinggi (58,89%). Dalam hal ini
pengasuh memberikan perhatian pada gejala positif
penyandang skizofrenia agar tidak membahayakan diri
penyandang sendiri maupun orang lain.
Dalam hal pengasuh , lebih banyak ditemukanperempuan (60%) dibandingkan laki-laki (40%). Sebagian
besar pengasuh adalah ibu (n=38) dari penyandang
skizofrenia. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa hubungan
antara pengasuh dan penyandang skizofrenia sebagian
besar adalah orang tua (64%). Sama halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh Donelan, et al. 68% dari pengasuh adalah
orang tua atau orang tua angkat penyandang.9Pada penelitian
kami kelompok umur pengasuh diperoleh dengan rerata umur
52,4 (12,1) tahun.
Lama asuhan antara pengasuh dan penyandang
skizofrenia rerata 25,6 (11,8) tahun, dengan lama asuhan mini-
mal 5 bulan dan lama asuhan maksimal 51 tahun. Lama asuhan
ini berhubungan juga dengan hubungan kerabat pengasuh
dan penyandang skizofrenia yang sebagian besar adalah
orang tuanya. Lama asuhan oleh pengasuh dan hubungan
kekerabatan sangat berkaitan dengan budaya pola asuh
keluarga di Indonesia. Anak yang belum dapat mandiri, masih
menjadi tanggung jawab orang tua, sampai berapapun usia
anak tersebut.18
Penilaian kebutuhan menurut CANSAS
Beberapa masalah kebutuhan yang dinilai pada
penyandang skizofrenia yaitu kebutuhan pada kesehatan fisik
(53,3%), gejala psikotik (51,11%), dan keuangan (44,44%).
Dari kebutuhan yang menjadi masalah dapat dilihat bahwamasalah kebutuhan kesehatan fisik ternyata mendapat
perhatian lebih dibandingkan kebutuhan lain. Selama ini
sering kali layanan psikiatri hanya terfokus pada gejala
psikotiknya saja, tanpa melihat aspek lain dari penyandang
skizofrenia seperti kesehatan fisiknya. Penyandang skizo-
frenia cenderung memiliki risiko tinggi untuk penyakit fisik.
Terjadinya diabetes dan penyakit jantung dapat disebabkan
oleh kecenderungan penyandang skizofrenia yang secara
fisik tidak aktif, kelebihan berat badan, dan juga adanya
kecenderungan untuk merokok. Akibat lain juga dapat
disebabkan oleh obat antipsikotik generasi kedua, yaitu
peningkatan berat badan, peningkatan glukosa darah, serta
peningkatan kadar lipid.19 Diketahui bahwa pengobatan
-
8/18/2019 Gambaran Kebutuhan Hidup Schizopenia
6/7
Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013 89
dengan risperidon, yang bekerja pada reseptor serotonin dan
histamin bisa memengaruhi berat badan.19,20
Faktor lain yang menyebabkan kesehatan fisik menjadi
masalah kebutuhan adalah layanan psikiatri sering melihatpenyandang skizofrenia dari psikopatologis saja karena waktu
klinisi yang terbatas dalam menangani kebutuhan fisik pasien.
Kemudian, faktor lain dari sisi penyandang dengan gang-
guan jiwa sendiri adalah tidak adanya motivasi diri dalam
melakukan perawatan diri, keterbatasan kognitif, masalah
finansial, dan kurangnya layanan pendukung dalam mem-
peroleh layanan fisik yang mereka butuhkan.21 Dengan
temuan ini pemeriksaan fisik secara berkala dapat diper-
timbangan untuk dilakukan setiap kali penyandang skizofrenia
datang berobat ke pusat pelayanan kesehatan. Edukasi juga
diperlukan secara menyeluruh mulai dari pola makanan dan
latihan fisik pada penyandang skizofrenia.
Penilaian kebutuhan penyandang skizofrenia dari sudut
pandang pengasuhnya lebih banyak ditemukan masalah
kebutuhan pada gejala psikotik (58,89%), keuangan (56,67%)
informasi tentang kondisi dan pengobatan (56,67%), dan
kesehatan fisik (52,22%). Pada gejala psikotik, pengasuh
menilai masalah kebutuhan yang tinggi dibandingkan dengan
kebutuhan lain. Hal itu berkaitan karena masih adanya gejala
positif pada sebagian penyandang skizofrenia (51,11%).
Fokus perhatian pengasuh pada kebutuhan gejala psikotik
ini mungkin dihubungkan dengan adanya kecemasan dari
kekambuhan penyandang skizofrenia yang mereka asuh.
Edukasi pengenalan gejala psikotik bagi penyandang
skizofrenia sangat penting dalam mencegah kekambuhan,begitu pula pengenalan gejala psikotik oleh pengasuhnya.
Masalah edukasi mengenai informasi tentang kondisi dan
pengobatan juga menjadi kebutuhan bagi pengasuhnya.
Dalam membantu mengevaluasi masalah pada area gejala
psikotik, instrumen lain seperti pemeriksaan positive and
negative symptom scale (PANSS) juga diperlukan.
Pemeriksaan PANSS berkala juga telah dilakukan di poliklinik
psikatri RSCM.
Dari Tabel 3, sebagian besar pengasuh menilai masalah
kebutuhan lebih tinggi dibandingkan penyandang skizofrenia
sendiri. Penelitian yang dilakukan di Spanyol mengenai
kebutuhan hidup dari 231 penyandang skizofrenia rawat jalandilakukan oleh petugas ahli dengan menggunakan instrumen
CAN. Berdasarkan hasil yang didapat, ahli menilai kebutuhan
penyandang lebih banyak daripada penyandang skizofrenia
sendiri. Rerata jumlah kebutuhan yang tak terpenuhi juga
lebih besar menurut ahli dibandingkan penyandang
skizofrenia sendiri.14Di Swedia, penilaian yang dilakukan oleh
pengasuh dan ahli dalam menilai kebutuhan hidup
penyandang skizofrenia terlihat lebih besar dibandingkan
penilaian penyandang skizofrenianya sendiri. Ketika
penilaian dilakukan oleh pengasuh, ditemukan lebih banyak
masalah yang melibatkan kesehatan fisik dan uang daripada
penyandang skizofrenianya sendiri.22 Dari dua penelitian di
atas terlihat hasil yang serupa dengan penelitian ini. Penilaian
kebutuhan yang dilakukan oleh pengasuh atau ahli ternyata
memberikan penilaian yang lebih besar dibandingkan
penilaian yang dilakukan oleh penyandang skizofrenia
sendiri.Masalah kebutuhan yang kedua adalah keuangan. Baik
pengasuh maupun penyandang skizofrenia menilai masalah
pada kebutuhan ini, karena sebagian besar penyandang
skizofrenia tidak bekerja (66,7%). Sama halnya penelitian di
negara lain seperti India (36,9%) dan Korea (29,5%), dalam
penilaian CANSAS, kebutuhan pada keuangan ini juga
menjadi masalah kebutuhan.14,23 Kebutuhan fisik pun juga
menjadi suatu masalah kebutuhan bagi pengasuhnya, hal ini
senada dengan penelitian yang telah dilakukan di Swedia.
Berdasarkan penelitian itu, kebutuhan kesehatan fisik (59,3%)
merupakan masalah kebutuhan yang tertinggi bagi penga-
suhnya.22
Dari penilaian kebutuhan butir-butir CANSAS (22 butir),
didapatkan rerata penyandang skizofrenia menilai kebutuhan
sebanyak sembilan jenis kebutuhan dan pengasuhnya
sebanyak 12 jenis kebutuhan. Penilaian kebutuhan pengasuh
terbukti lebih besar dibandingkan dengan penilaian
kebutuhan oleh penyandang skizofrenia. Studi di Swedia juga
menunjukkan hal yang sama pada penilaian kebutuhan
penyandang skizofrenia oleh penyandang yaitu tujuh
kebutuhan dan oleh keluarga sembilan kebutuhan.22 Hasil
yang berbeda pada penelitian di India, penyandang skizo-
frenia menilai total kebutuhan dengan rerata delapan
kebutuhan, lebih tinggi dibandingkan dengan pengasuhnya
sebanyak tujuh kebutuhan.11Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa secara umum pengasuh
menilai lebih banyak kebutuhan daripada penyandang
skizofrenianya sendiri. Perbedaan bermakna terlihat pada
kebutuhan perawatan diri, aktivitas sehari-hari, serta kebu-
tuhan pada teman dan pergaulan. Kebutuhan tersebut
merujuk pada kebutuhan sosial dan kapasitas fungsional
penyandang skizofrenia. Dari temuan tersebut dipikirkan
bahwa penyandang skizofrenia membutuhkan edukasi
mengenai peningkatan keterampilan sosial. Peranan
pengasuh juga penting untuk melibatkan penyandang
skizofrenia dalam kegiatan kerja, berelasi, dan berso-
sialisasi.
4,23
Keterbatasan penelitian ini adalah pengambilan subjek
tidak dilakukan secara acak sehingga hasilnya tidak dapat
mewakili populasi target. Peneliti mencoba mengurangi
kelemahan tersebut dengan melebihkan 10% dari sampel awal
(120 subjek) dan kemudian diacak sehingga didapatkan
masing-masing 90 subjek penelitian.
Kesimpulan
Temuan utama dalam penelitian ini adalah bahwa
pengasuh menilai kebutuhan lebih besar dari penyandang
skizofrenianya sendiri. Adanya masalah kebutuhan yang
dinilai tinggi dari sudut pandang pengasuh yaitu gejala
psikotik, keuangan, informasi tentang kondisi dan pengo-
-
8/18/2019 Gambaran Kebutuhan Hidup Schizopenia
7/7
Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 201390
batan, serta kesehatan fisik. Penyandang skizofrenia menilai
kebutuhan yang tinggi pada kebutuhan kesehatan fisik,
gejala psikotik, dan keuangan.
Ditemukannya kesamaan penilaian pada kebutuhan fisik yang tinggi baik bagi penyandang skizofrenia maupun
pengasuhnya dapat menjadi masukan penting bahwa
penyandang skizofrenia tidak hanya membutuhkan layanan
psikiatri saja, tetapi juga pemeriksaan fisik atau layanan umum
bagi penyandang skizofrenia menjadi juga menjadi kebutuhan
penting. Sehingga dibutuhkan sarana penunjang yang
memadai dalam pemeriksaan fisik seperti, tersedianya tempat
tidur untuk pemeriksaan fisik, alat pemeriksaan fisik
sederhana (tensimeter, pengukur suhu, pengukur gula, atau
kolesterol sederhana, dan lain-lain) di setiap pusat pelayanan
kesehatan jiwa.
Evaluasi dan edukasi yang menyeluruh mengenai gejala
psikotik dan informasi tentang kondisi dan pengobatan tetap
harus dikembangkan. Karena hal ini penting menjadi
kebutuhan bagi perencanaan perawatan selanjutnya.
Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman peng-
golongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta:
Departemen Kesehatan; 1993.
2. NIMH. Schizophrenia. 2012; www.nimh.nih.gov. [Accessed: 2012
April 15].
3. Idaiani S, Suhardi, Kristanto AY. Analisis gejala gangguan mental
emosional penduduk Indonesia. Maj Kedokt Indon. 2009;59:473-
9.
4. Sadock JB, Sadock AV. Schizophrenia: behavioural sciencs/clini-
cal psychiatry. 10th ed. New York: Lippincott Wiliams and
Wilkins; 2007.
5. Lieberman J, Murray R. The outcome of psychotic illness com-
prehensive care of schizophrenia. London: Martin Dunitz Ltd;
2001.
6. Slade M. Need Assessment: Involvement of staff and users will
help to meet needs. Br J Psychiatry. 1999;165:293-6.
7. Greenberg JS, Knudsen KJ, Aschbrenner KA. Prosocial family
processes and the quality of life of persons with schizophrenia.
Psychiatr Serv. 2006;57:1771-7.
8. Thompson L. Long-term care: support for family caregivers.
2004. http://ltc.georgetown.edu/pdfs/caregivers.pdf.
9. Donelan K, Hill CA, Hoffman C, Scoles K, Feldman PH, Levine
C, et al. Challenged to care: informal caregivers in a changing
health system. Health Aff. 2002;21:222-31.
10. Issakidis C, Sanderson K, Teeson M, Johnston S, Buhrich N.
Intensive case management in Australia: a randomized controlled
trial. Acta Psychiatr Scand. 1999;99:360-7.
11 . Schlithler AC, Scazufca M, Busatto G, Coutinho LM, Menezes
PR. Reliability of the Brazilian version of the Camberwell As-sessment of Needs (CAN) in first-episode psychosis cases in Sao
Paulo, Brazil. Rev Bras Psiquiatr. 2007;29:160-3.
12 . Ochoa S, Haro JM, Autonell J, Pendas A, Teba F, Marquez M. Met
and unmet needs of schizophrenia patients in a Spanish sample.
Schizophr Bull. 2003;29:201-10.
13 . Lucky T. Penentuan validitas dan reabilitas instrumen Camberwell
assessment of need short appraisal schedule (CANSAS) versi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Psikiatri RSPUN Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2011.
14 . Kulhara P, Avasthi A, Grover S, Sharan P, Sharma P, Malhotra S,
et al. Needs of Indian schizophrenia patients: an exploratory
study from India. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol.
2010;45:809-18.
15. Sham PC, MacLean CJ, Kendler KS. A typological model of
schizophrenia based on age at onset, sex and familial morbidity.
Acta Psychiatr Scand. 1994;89:135-41.
16 . Saperstein AM, Fiszdon JM, Bell MD. Intrinsic motivation as a
predictor of work outcome after vocational rehabilitation in
schizophrenia. J Nerv Ment Dis. 2011;199:672-7.
17 . Perkins R, Rinaldi M. Unemployment rates among patients with
long-term mental health problems. Psychiatric bulletin.
2002;26:295-8.
18 . Anggriany N, Astuti Y. Hubungan antara pola asuk berwawasan
gender dengan cinderella complex. Psikologika. 2003;16:41-51.
19 . Allison DB, Mentore JL, Heo M, Chandler LP, Cappelleri JC,
Infante MC, et al. Antipsychotic-induced weight gain: a compre-
hensive research synthesis. Am J Psychiatry. 1999;156:1686-
96 .
20 . Wijono R. Gambaran dan karakteristik penggunaan triheksifenidil
pada pasien yang mendapat terapi antipsikotika di poliklinik jiwa dewasa RSCM pada bulan Agustus 2010-Juli 2011. Jakarta:
Departemen Psikiatri RSUPN Cipto Mangunkusumo, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
21 . Newcomer JW, Nasrallah HA, Loebel AD. The atypical antipsy-
chotic therapy and metabolic issues national survey: practice
patterns and knowledge of psychiatrists. J Clin Psychopharmacol.
2004;24:S1-6.
22 . Foldemo A, Ek AC, Bogren L. Needs in outpatients with schizo-
phrenia, assessed by the patients themselves and their parents
and staff. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol. 2004;39:381-5.
23 . Cho S, Kim Y, Cho M, Suh T, Park K, Bae J, et al. Needs Assess-
ment of the chronic mentally ill with low income living in the
community. Incheon: Department of Psychiatry Gachon Medi-
cal School Gil Medical Center, Gachon Medical School Gil Medi-
cal Center; 2003.
top related