fator-faktor yg mempengaruhi tingkat kemiskinan indonesia
Post on 09-Apr-2018
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
1/89
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
KEMISKINAN DI INDONESIA
OLEH
DADAN HUDAYA
H14103O74
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
2/89
RINGKASAN
DADAN HUDAYA. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di
Indonesia (dibimbing oleh ALLA ASMARA).
Kemiskinan sering dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang
untuk menjamin kelangsungan hidup, dan merupakan masalah klasik yang
dihadapi oleh sebagian besar negara sedang berkembang serta merupakan salah
satu indikator ekonomi untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu
daerah. Jumlah penduduk miskin di Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun.
Pada tahun 1976 penduduk miskin sekitar 54,2 juta jiwa. Angka ini pada tahun
1980 berkurang hingga menjadi sekitar 42,3 juta jiwa (sekitar 32,8 juta jiwa di
perkotaan, dan sekitar 9,5 juta jiwa di pedesaan), atau berkurang sekitar 21,95
persen dari tahun 1976. Pada tahun 1990 jumlah penduduk miskin berkuranghingga menjadi sekitar 27,2 juta jiwa, atau berkurang sekitar 35,69 persen dari
tahun 1980. Namun, pada tahun 2002 jumlah penduduk miskin kembali
meningkat hingga menjadi sekitar 38,4 juta jiwa dan pada tahun 2007 jumlah
penduduk miskin menurun hingga menjadi sekitar 37.17 juta jiwa. Fluktuasi
jumlah penduduk miskin di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
terjadinya krisis ekonomi, pertambahan jumlah penduduk tiap tahun, pengaruh
kebijakan pemerintah dan sebagainya.
Penelitian ini betujuan (1) Mendeskripsikan keadaan kemiskinan di
Indonesia dan (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kemiskinan di Indonesia. Sedangkan sumber data utama yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) dan Perpustakaan LSI IPB. Metode analisis yang digunakan untuk
menganalisa data-data kemiskinan yang telah diperoleh adalah analisis panel data
dengan bantuan perangkat lunakMicrosoft Excel 2000 dan E-Views 5.1.
Hasil analisa menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
memiliki nilai koefisien 773.3819, artinya apabila tingkat pengangguran
meningkat sebesar 1 persen, maka jumlah penduduk miskin akan meningkat
sebesar 773.3819 jiwa. Ini berarti terjadi korelasi yang positif antara TPT dan
tingkat kemiskinan. hal tersebut sesuai dengan hipotesis, bahwa tingkat
pengangguran memiliki korelasi yang positif dengan tingkat kemiskinan.
Variabel Pendapatan Perkapita (PP) berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kemiskinan dan memiliki hubungan yang negatif. Nilai probabilitas (p-
value) sebesar 0.0000 dan koefisien yang diperoleh sebesar -0.044023, artinyaapabila PP meningkat sebesar 100 rupiah maka jumlah penduduk miskin menurun
sebesar 4,4023 jiwa. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa pendapatan memiliki
korelasi yang negatif terhadap tingkat kemiskinan. Dengan meningkatnya
pendapatan perkapita maka angka kemiskinan akan menurun.
Variabel Angka Melek Huruf (AMH) sebagai indikator tingkat pendidikan
berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan yang negatif terhadap tingkat
kemiskinan dengan nilai probabilitas (p-value) 0.0000. Koefisien AMH yang
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
3/89
diperoleh sebesar -23495.01, artinya apabila AMH meningkat sebesar 1 persen,
maka jumlah penduduk miskin akan menurun sebesar 23495.01 jiwa. Hal tersebut
sesuai dengan hipotesis bahwa AMH berkorelasi negatif terhadap tingkat
kemiskinan.Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa indikator jumlah
penduduk miskin, persentase penduduk miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan
serta Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukan bahwa tingkat kemiskinan di
Indonesia untuk periode 2002-2004 semakin membaik. Tinggi rendahnya tingkat
kemiskinan yang terjadi di Indonesia salah satunya tergantung dari pendapatan
yang diterima oleh masyarakat, pengeluaran penduduk terhadap pendidikan serta
tergantung pada kebijakan pemerintah dalam menurunkan tingkat pengangguran.
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian adalah provinsi-provinsi
yang memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi perlu diberi perhatian lebih
besar oleh pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan melalui
peningkata kualitas pendidikan seperti penambahan anggaran Dana BOS tanpa
mengabaikan provinsi-provinsi lainya. Pemerintah harus memaksimalkankinerjanya yang terfokus kepada penduduk miskin melalui penambahan tingkat
kesempatan kerja melalui proyek-proyek padat karya, atau dengan peningkatan
kemampuan tenaga.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
4/89
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
KEMISKINAN DI INDONESIA
Oleh
DADAN HUDAYA
H14103074
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomipada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
5/89
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Dadan Hudaya
Nomor Pokok : H14103074
Departemen : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi :Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kemiskinan di Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Alla Asmara, SPt, M.Si.
NIP : 197301131997021001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS.
NIP : 196410231989032002
Tanggal Kelulusan :
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
6/89
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2009
Dadan Hudaya
H14103074
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
7/89
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dadan Hudaya, lahir pada tanggal 20 Juli 1984 di
Tasikmalaya, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari
pasangan Bapak Engkus Kusnadi dan Ibu Nonah Normawati. Penulis
menamatkan sekolah dasar pada SD Al-Irsyad, kemudian melanjutkan ke SLTP N
9 Bogor. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMU
Rimba Madya dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen (FEM). Selama menjadi mahasiswa, penulis telah aktif sebagai
wiraswasta.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
8/89
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji serta syukur pertama-tama penulis ucapkan kepada Allah SWT yang
menggenggam semua jiwa makhluk-Nya dan yang selalu memberi rahmat dan
nikmat-Nya sehingga penulis diberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Muhammad SAW sebagai
pemimpin besar revolusi umat manusia menuju zaman yang penuh dengan rahmat
dan hidayah-Nya.
Skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi TingkatKemiskinan di Indonesia ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan
penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Engkus Kusnadi dan Ibunda Nonah
Normawati atas doa dan dukungannya serta kakanda Milah Carmilah.
2. Alla Asmara, SPt, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses
penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
3. Tanti Novianti, S.P, M.Si dan Widyastutik, SE, M.Si selaku dosen penguji
utama dan komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran dan ilmu
yang bermanfaat.
4. Spesial thanks to Eriza Kusumadewi yang terus memberikan semangat dan
dorongan.
5. Teman-teman seperjuangan selama kuliah, Yusuf, Angga Oktapriono, Nova
Harry, Rifky, Hendra, Agung, Zainul, Ryan dan Erik serta seluruh teman-
teman Ilmu Ekonomi A40 & A41.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
9/89
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.
Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Bogor, Juli 2009
Dadan HudayaH14103074
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
10/89
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... vii
I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Permasalahan .................................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 9
2.1. Kemiskinan.................................................................................... 6
2.1.1. Definisi Kemiskinan............................................................. 6
2.1.2. Ukuran-ukuran kemiskinan................................................... 10
2.1.3. Ciri-ciri Kemiskinan............................................................. 11
2.1.4. Faktor Penyebab Kemiskinan ................................ ............... 13
2.2. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 17
2.3. Kerangka Pemikiran....................................................................... 19
2.4. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 21
III. METODE PENELITIAN .................................................................... 22
3.1. Jenis dan Sumber Data................................................................... 22
3.2. Metode Analisis ............................................................................. 22
3.2.1. Analisis deskriftif ................................................................. 22
3.2.2. Analisis Panel Data .............................................................. 23
3.2.3. Pemilihan Model Data.......................................................... 30
3.2.3.1. Chow Test.............................................................. 31
3.2.3.2. Hausman Test ........................................................ 32
3.2.3.3. LM Test................................................................. 33
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
11/89
ii
3.2.4. Evaluasi Model..................................................................... 34
3.2.4.1. Multikolinearitas.................................................... 34
3.2.4.2. Autokorelasi .......................................................... 35
3.2.4.3. Heteroskedastisitas................................................. 35
3.3. Model Umum Penelitian ................................................................ 36
IV. GAMBARAN UMUM......................................................................... 38
4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan......................................... 38
4.2. Keadaan Perekonomian................................................................. 39
4.3. Perkembangan Tingkat Kemiskinan ................................ .............. 40
4.4. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka dan Angka
Melek huruf ................................................................................ 41
4.5. Perkembangan Pembangunan Manusia dan Laju Inflasi ................ 42
4.6. Program Pengentasan Kemiskinan ................................ ................ 44
4.6.1. Program Beras Miskin.......................................................... 45
4.6.2. PNPM .................................................................................. 48
4.6.3. Program Bantuan Operasional Sekolah................................. 49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 50
5.1. Gambaran Kemiskinan di Indonesia.................................................. 50
5.1.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin.............................. 50
5.1.2. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin ........................ 52
5.1.3. Indek Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan...................... 54
5.2. Hasil estimasi Model....................................................................... 61
5.3. Interpretasi Model........................................................................... 64
5.3.1. Tingkat Pengangguran Terbuka................................ ............. 64
5.5.2. Pendapatan Perkapita ............................................................ 64
5.5.3. Angka Melek Huruf............................................................... 65
VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 67
6.1. Kesimpulan..................................................................................... 67
6.2. Saran............................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 69
LAMPIRAN................................................................................................ 70
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
12/89
iii
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
13/89
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1. Produk Domestik Regional atas dasar harga konstan......................... 4
3.1. Kerangka Identifikasi Autokorelasi ................................................... 35
4.1. Indikator Perekonomian Indonesia.................................................... 40
4.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin.......................................... 41
4.3. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka dan Angka
Melek Huruf ..................................................................................... 42
4.4. Perkembangan Pembangunan Manusia ............................................. 43
4.5. Laju Inflasi Tahunan......................................................................... 44
4.6. Jumlah Rumah Tangga dan Pagu Alokasi raskin Nasional ................ 47
5.1. Indek Kedalaman Kemiskinan .......................................................... 56
5.2. Indek Keparahan Kemiskinan ........................................................... 60
5.3. Hasil Estimasi Panel Data ................................................................. 62
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
14/89
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1. Perkembangan Penduduk Miskin Nasional........................................ 3
2.1. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 20
3.1. Pengujian Pemilihan Model .............................................................. 31
4.1. Jumlah Penerima Raskin ................................................................... 46
5.1. Jumlah Penduduk Miskin .................................................................. 52
5.2. Persentase Penduduk Miskin............................................................. 54
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
15/89
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Tabel PDRB atas Dasar Harga Konstan ............................................ 68
2. Tabel Jumlah Penduduk.................................................................... 69
3. Tabel Angka Melek Huruf ................................................................ 70
4. Tabel Hasil Estimasi Panel Data ....................................................... 71
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
16/89
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemiskinan sering menjadi topik yang dibahas dan diperdebatkan dalam
berbagai forum baik nasional maupun internasional, walaupun kemiskinan itu
sendiri telah muncul ratusan tahun yang lalu. Kemiskinan merupakan suatu
keadaan yang sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan
dalam berbagai keadaan hidup. Perkembangan kondisi kemiskinan di suatu negara
secara ekonomis merupakan salah satu indikator untuk melihat perkembangan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya, dengan semakin menurunnya
tingkat kemiskinan yang ada maka dapat disimpulkan meningkatnya
kesejahteraan masyarakat di suatu negara.
Kemiskinan, disamping pengangguran dan ketimpangan merupakan
masalah klasik yang besar dan mendasar bagi sebagian besar negara sedang
berkembang termasuk di Indonesia. Berbagai indikator dan parameter untuk
mengukur tingkat kemiskinan dan menghitung jumlah penduduk miskin telah
lama diformulasikan dan dikembangkan para pakar dalam bidang ilmu ekonomi
dan sosial lainnya.
Dalam mewujudkan tujuan negara, pemerintah secara terus menerus telah
melakukan program pembangunan nasional. Dua sasaran utama yang selalu
mendapat perhatian dalam program pembangunan nasional adalah pengentasan
kemiskinan dan penurunan angka pengangguran. Pada masa pemerintahan orde
baru, upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran dapat
dikatakan cukup berhasil, namun setelah terjadinya krisis moneter pada tahun
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
17/89
2
1996 angka kemiskinan dan pengangguran meningkat kembali sehingga hasil
kinerja terhadap dua sasaran pembangunan tersebut, hasilnya belum
menggembirakan. Kemiskinan di Indonesia sampai saat ini masih terus-menerus
menjadi masalah yang berkepanjangan, bahkan sekarang ini dapat dikatakan
semakin memprihatinkan bila dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya.
Berdasarkan Gambar 1.1 menunjukan jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada periode 1976-2007 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun
1976 penduduk miskin sekitar 54,2 juta jiwa (sekitar 44,2 juta jiwa di perdesaan,
dan sekitar 10 juta jiwa di perkotaan). Angka ini pada tahun 1980 berkurang
hingga menjadi sekitar 42,3 juta jiwa (sekitar 32,8 juta jiwa di perkotaan, dan
sekitar 9,5 juta jiwa di perdesaan), atau berkurang sekitar 21,95 persen dari tahun
1976. Pada tahun 1990 jumlah penduduk miskin berkurang hingga menjadi sekitar
27,2 juta jiwa (sekitar 17,8 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,4 juta jiwa di
perdesaan), atau berkurang sekitar 35,69 persen dari tahun 1980.
Pada tahun 1996 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan hingga
mencapai sekitar 34,5 juta jiwa (sekitar 24,9 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,6
juta jiwa di perdesaan). Dibandingkan dengan tahun 1990, angka ini menurun
sekitar 20,87 persen. Namun, pada tahun 2002 jumlah penduduk miskin kembali
meningkat hingga menjadi sekitar 38,4 juta jiwa. Sementara, pada tahun 2007
jumlah penduduk miskin menurun hingga menjadi sekitar 37.17 juta jiwa.
Fluktuasi jumlah penduduk miskin di Indonesia disebabkan karena terjadinya
krisis ekonomi, pertambahan jumlah penduduk tiap tahun, pengaruh kebijakan
pemerintah dan sebagainya.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
18/89
3
Sumber : BPS, 2007
Gambar 1.1. Perkembangan Penduduk Miskin Nasional
1.2. Perumusan Masalah
Tiap warga negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak. Demikian diamanatkan oleh UUD 1945 pada pasal 27 ayat (2). Dalam hal
ini, berarti dengan dukungan sumber kekayaan yang melimpah, pemerintah
bertanggungjawab terhadap masalah kesejahteraan masyarakat, salah satunya
adalah masalah kemiskinan yang dialami oleh setiap warga negaranya. Namun
pada kenyataannya tingkat pendidikan yang rendah, terjadinya gizi buruk,
pengangguran serta kriminalitas yang tinggi menunjukan sebagian rakyat
Indonesia masih tergolong hidup miskin.
Tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah dapat dilihat dari
pendapatan dan pertumbuhan ekonomi didaerah tersebut. Jika pendapatan dan
pertumbuhan ekonomi meningkat maka tingkat kesejahteraan penduduk juga
meningkat. Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa PDRB per provinsi di
Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun pada periode 2001-
2004, hal ini menunjukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus mengalami
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
1976
1980
1984
1990
1996
1999
2001
2003
2005
2007
Kota
Desa
total
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
19/89
4
peningkatan, namun peningkatan tersebut tidak selalu diiringi oleh penurunan
tingkat kemiskinan secara signifikan (BPS, 2004). Hal itu dikarenakan
pelaksanaan dan pemahaman pengentasan kemiskinan belum dipahami secara
menyeluruh terkait dengan masalah kemiskinan, untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
(Triliun Rupiah) dan Penduduk Miskin (Persen) menurut Provinsi
Sumber: BPS, 2004
PDRBPersentase Penduduk Miskin
Provinsi
2002 2003 2004 2002 2003 2004
NAD 42,34 44,68 40,38 20,09 29,76 28,47Sumatra Utara 75,19 78,81 83,33 13,60 15,89 14,93
Sumatra Barat 24,84 26,15 27,58 13,34 11,24 10,46
Riau 96,87 99,85 103,73 7,40 13,52 13,12
Jambi 10,80 11,34 11,95 19,04 12,74 12,45
Sumatra Selatan 43,64 45,25 47,34 22,62 21,54 20,92
Bengkulu 5,31 5,60 5,90 25,60 22,69 22,39
Lampung 25,43 26,90 28,26 22,42 22,63 22,22
Bangka Belitung 6,90 7,72 7,97 9,98 10,06 9,07
DKI Jakarta 250,33 263,63 278,52 3,42 3,42 3,18
Jawa Barat 211,40 221,63 233,06 13,62 12,90 12,10
Jawa Tengah 123,04 129,17 135,79 20,50 21,78 21,11
DI Yogyakarta 14,69 15,36 16,15 16,17 19,86 19,14Jawa Timur 218,45 228,88 242,23 18,90 20,93 20,08
Banten 49,45 51,96 54,88 6,47 9,56 8,58
Bali 18,42 19,08 19,96 5,72 7,34 6,85NTB 13,54 14,07 14,95 34,10 26,34 25,38
NTT 8,62 9,02 9,44 21,49 28,63 27,86
Kalimantan Barat 20,74 21,38 22,40 17,47 14,49 13,91
Kalimantan Tengah 11,90 12,49 13,18 7,45 11,37 10,44
Kalimantan selatan 18,61 19,48 20,49 6,76 8,16 7,19
Kalimantan Timur 87,85 89,48 91,05 5,17 12,15 11,57
Sulawesi Utara 11,29 11,65 12,15 4,66 9,01 8,94
Sulawesi Tengah 9,60 10,20 10,93 20,04 23,04 21,69
Sulawesi Selatan 33,64 35,41 37,29 7,16 15,85 14,90
Sulawesi Tenggara 6,47 6,96 7,48 10,69 22,84 21,90
Gorontalo 1,65 1,77 1,90 22,94 29,25 29,01
Maluku 2,85 2,97 3,10 12,76 32,85 32,13
Maluku Utara 1,96 2,03 2,13 13,17 13,92 12,42
Papua 25,36 25,63 21,24 9,76 39,03 38,69
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
20/89
5
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan analisis kesejahteraan masyarakat, adapun perumusan masalah lebih
rinci adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran kemiskinan di Indonesia?
2. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan keadaan kemiskinan di Indonesia.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di
Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi penulis, penelitian ini berguna dalam mengaplikasikan ilmu yang telah
diterima selama perkuliahan.
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan sebagai sarana pembelajaran dalam
menambah wawasan dan sebagai salah satu sumber informasi dan bahan untuk
penelitian selanjutnya.
3. Bagi pembuat kebijakan yang terlibat dalam penanggulangan kemiskinan,
penelitian ini diharapkan berguna dalam memberikan informasi serta menjadi
bahan masukan untuk merumuskan berbagai kebijakan di masa yang akan
datang.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
21/89
6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Kemiskinan
Kemiskinan sering dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang
untuk menjamin kelangsungan hidup. Kemiskinan dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti pangan,
perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Kemiskinan adalah
suatu kondisi yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu
menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi
(BAPPENAS dalam BPS, 2002).
2.1. 1. Definisi Kemiskinan
Menurut Suparlan (1984) kemiskinan merupakan sebagai suatu standar
tingkat hidup yang rendah yaitu adanya tingkat kekurangan materi pada sejumlah
atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku
dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara
langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan kehidupan
moral, dan rasa harga diri dari mereka yang terolong sebagai orang miskin.
Menurut Saldanha (1998) persoalan kemiskinan mengandung enam
masalah pokok, yaitu :
1. Masalah kemiskinan adalah kerentanan. Pembangunan infrastruktur ekonomi
dan pertanian dapat saja meningkatkan pendapatan petani dalam jumlah besar
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
22/89
7
yang memadai, akan tetapi kekeringan musim dua tahun berturut- turut akan
dapat menurunkan tingkat hidupnya sampai titik yang terendah.
2. Kemiskinan berarti tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja karena
hubungan produksi di dalam masyarakat tidak memberi peluang bagi mereka
untuk berpartisipasi dalam proses produksi, atau mereka terperangkap dalam
hubungan produksi yang eksploitatif yang menuntut kerja keras dalam jam
kerja panjang dengan imbalan rendah. Hal ini disebabkan oleh posisi tawar
menawar mereka dalam struktur hubungan produksi amat lemah. Kemiskinan
dengan demikian juga berarti hubungan dependensi kepada pemilik tanah,
pimpinan proyek, elit desa dan sebagainya.
3. Kemiskinan adalah masalah ketidakpercayaan, perasaan impotensi emosional
dan sosial menghadapi elit desa dan para birokrat yang menentukan keputusan
menyangkut dirinya tanpa memberi ksempatan untuk mengaktualisasikan diri,
ketidakberdayaan menghadapi penyakit dan kematian, kekumuhan dan
kekotoran.
4. Kemiskinan juga berarti menghabiskan semua atau sebagian terbesar
penghasilannya untuk konsumsi, gizi mereka amat rendah yang
mengakibatkan produktivitas mereka rendah.
5. Kemiskinan juga ditandai oleh tingginya rasio ketergantungan, karena
besarnya keluarga dan beberapa diantaranya masih balita. Hal ini akan
berpengaruh peda rendahnya konsumsi yang akan mengganggu tingkat
kecerdasan mereka sehingga di dalam kompetisi merebut peluang dan sumber
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
23/89
8
dalam masyarakat, anak-anak kaum miskin akan berada pada pihak yang
lemah.
6. Kemiskinan juga terefleksikan dalam budaya kemiskinan yang diwariskan dari
satu generasi ke generasi lainnya.
Menurut Sumodiningrat (1999) klasifikasi kemiskinan ada lima kelas,
yaitu :
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut selain dilihat dari pemenuhan kebutuhan dasar
minimum yang memungkinkan seseorang dapat hidup layak, juga ditentukan oleh
tingkat pendapatan untuk memenuhi kebutuhan. Dengan demikian, tingkat
pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan yang disebut miskin
atau sering disebut dengan istilah garis kemiskinan. Seseorang termasuk golongan
miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan,
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, seperti pangan,
sandang, kesehatan, papan dan pendidikan.
Kemiskinan absolut merupakan kemiskinan yang tidak mengacu atau tidak
didasarkan pada garis kemiskinan. Kemiskinan absolut adalah derajat dari
kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan
hidup tidak dapat terpenuhi (Tambunan, 2006).
2. Kemiskinan Relatif
Sekelompok orang dalam masyarakat dikatakan mengalami kemiskinan
relatif apabila pendapatannya lebih rendah dibandingkan kelompok lain tanpa
memperhatikan apakah mereka masuk dalam kategori miskin absolut atau tidak.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
24/89
9
Penekanan dalam kemiskinan relatif adalah adanya ketimpangan pendapatan
dalam masyarakat antara yang kaya dan yang miskin atau dikenal dengan istilah
ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan relatif untuk menunjukkan
ketimpangan pendapatan berguna untuk mengukur ketimpangan pada suatu
wilayah. Kemiskinan relatif juga dapat digunakan untuk mengukur ketimpangan
antar wilayah yang dilakukan pada suatu wilayah tertentu. Pengukuran relatif
diukur berdasarkan tingkat pendapatan, ketimpangan sumberdaya alam serta
sumberdaya manusia berupa kualitas pendidikan, kesehatan, dan perumahan.
3. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat
yang disebabkan oleh faktor budaya yang tidak mau berusaha untuk memperbaiki
tingkat kehidupan meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya.
Alfian (1980) mendefinisikan kemiskinan struktural sebagai kemiskinan yang
diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat tidak
dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia
bagi mereka. Kemiskinan struktural meliputi kekurangan fasilitas pemukiman
sehat, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunia sekitarnya.
Kemiskinan struktural juga dapat diukur dari kurangnya perlindungan dari hukum
dan pemerintah sebagai birokrasi atau peraturan resmi yang mencegah seseorang
memanfaatkan kesempatan yang ada.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
25/89
10
4. Kemiskinan Kronis
a. Kemiskinan kronis disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kondisi sosial
budaya yang mendorong sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak
produktif.
b. Keterbatasan sumberdaya dan keterisolasian (daerah-daerah yang kritis
akan sumberdaya alam dan daerah terpencil).
c. Rendahnya derajat pendidikan dan perawatan kesehatan, terbatasnya
lapangan kerja dan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengikuti ekonomi
pasar.
5. Kemiskinan Sementara
Kemiskinan sementara terjadi akibat adanya: 1) perubahan siklus ekonomi
dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi, 2) perubahan yang bersifat musiman,
dan 3) bencana alam atau dampak dari suatu yang menyebabkan menurunnya
tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.
2.1.2. Ukuran Kemiskinan
Menurut Sajogyo (1977) cara mengukur kemiskinan dengan pendekatan
kemiskinan absolut adalah dengan memperhitungkan standar kebutuhan pokok
berdasarkan atas kebutuhan beras dan gizi (kalori dan protein) dengan
mengungkapkan masalah garis kemiskinan dan tingkat pendapatan petani. Ada
tiga golongan orang miskin yaitu golongan lapisan miskin yang mempunyai
pendapatan perkapita per tahun beras sebanyak lebih dari 360 kg tetapi kurang
dari 480 kg, golongan miskin sekali yang memiliki pendapatan perkapita per
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
26/89
11
tahun beras sebanyak 240-360 kg, dan lapisan paling miskin yang memiliki
pendapatan perkapita per tahun beras sebanyak kurang dari 240 kg. Bank Dunia
dalam BPS (2000) menetapkan bahwa seseorang dikatakan miskin apabila
pendapatannya dibawah US $ 2 per hari.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga memberikan pemikiran untuk mengukur
garis kemiskinan dengan cara menentukan berapa besar kalori minimum yang
harus dipenuhi oleh setiap orang dalam sehari. Badan ini mengusulkan bahwa
setiap orang harus memenuhi 2100 kalori setiap harinya. Jadi, 2100 kalori ini
merupakan batas garis kemiskinan yang ditentukan oleh BPS dengan
memperhitungkan kebutuhan non pangan seperti kebutuhan perumahan, bahan
bakar, penerangan listrik, pendapatan air bersih serta jasa-jasa. Kemudian kriteria-
kriteria ini diubah dalam angka Rupiah. Garis kemiskinan yang ditetapkan oleh
BPS sendiri akan selalu mengalami penyesuaian, karena harga kebutuhan itu
berubah (BPS, 2004).
2.1.3. Ciri-Ciri Kemiskinan
Menurut Hartomo dan Aziz (1997) mereka yang hidup dibawah garis
kemiskinan memiliki beberapa ciri, yaitu :
1. Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang
cukup, modal maupun keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki sendiri
sedikit sekali sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat
terbatas.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
27/89
12
2. Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi
dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah
garapan maupun modal usaha, sedangkan syarat tidak terpenuhi untuk
memperoleh kredit perbankan seperti adanya jaminan kredit dan lain-lain,
sehingga mereka yang perlu kredit terpaksa berpaling kepada lintah darat
yang biasanya meminta syarat yang berat dan memungut biaya yang tinggi.
3. Tingkat pendidikan mereka yang rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar.
Waktu mereka habis tersisa untuk mencari nafkah sehingga tidak tersisa lagi
untuk belajar. Anak-anak mereka tidak dapat menyelesaikan sekolah, karena
harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan atau menjaga
adik-adik di rumah, sehingga secara turun-temurun mereka terjerat dalam
keterbelakangan garis kemiskinan.
4. Kebanyakan mereka tinggal di perdesaan. Banyak diantara mereka tidak
memiliki tanah, walaupun ada kecil sekali. Umumnya mereka menjadi buruh
tani atau pekerja kasar di luar petani, karena pertanian bekerja dengan
musiman maka kesinambungan kerja kurang terjamin. Banyak diantara
mereka kemudian bekerja sebagai pekerja bebas, berusaha apa saja.
Dalam keadaan penawaran tenaga kerja yang besar maka tingkat upah
menjadi rendah sehingga mengurung mereka dibawah garis kemiskinan, di
dorong dengan kesulitan hidup di desa maka banyak diantara mereka
mencoba berusaha di kota.
5. Kebanyakan diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan
tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan, sedangkan kota dibanyak
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
28/89
13
negara sedang berkembang tidak siap menampung gerak urbanisasi
penduduk desa. Apabila di negara-negara maju pertumbuhan industri
menyertai urbanisasi dan pertumbuhan kota sebagai penarik bagi masyarakat
desa untuk bekerja di kota, maka urbanisasi di negara berkembang tidak
disertai proses penyerapan tenaga dalam perkembangan industri. Bahkan,
sebaliknya perkembangan teknologi di kota justru menarik pekerjaan lebih
banyak tenaga kerja, sehingga penduduk miskin yang pindah ke kota dalam
kantong-kantong kemelaratan.
Menurut Sumedi dan Supadi (2004) masyarakat miskin mempunyai
beberapa ciri sebagai berikut 1) tidak memiliki akses ke proses pengambilan
keputusan yang menyangkut hidup mereka, 2) tersingkir dari institusi utama
masyarakat yang ada, 3) rendahnya kualitas SDM termasuk kesehatan,
pendidikan, keterampilan yang berdampak pada rendahnya penghasilan, 4)
terperangkap dalam rendahnya budaya kualitas SDM seperti rendahnya etos kerja,
berpikir pendek dan fatalisme, 5) rendahnya pemilikan aset fisik termasuk aset
lingkungan hidup seperti air bersih dan penerangan.
2.1.4. Faktor Penyebab Kemiskinan
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan menurut
Hartomo dan Aziz (1997) yaitu :
1). Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai
keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
29/89
14
pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan
keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2). Malas Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan
seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3). Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi
memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan
masyarakat itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.
4). Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi
masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja
baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi
masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.
5). Keterbatasan Modal
Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi
alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka
miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.
6). Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi
dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena
semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau
beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
30/89
15
Menurut Kartasasmita dalam Rahmawati (2006), kondisi kemiskinan dapat
disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab, yaitu :
1. Rendahnya Taraf Pendidikan
Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan
diri terbatas dan meyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat
dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga membatasi kemampuan
seseorang untuk mencari dan memanfaatkan peluang.
2. Rendahnya Derajat Kesehatan
Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan
fisik, daya pikir dan prakarsa.
3. Terbatasnya Lapangan Kerja
Selain kondisi kemiskinan dan kesehatan yang rendah, kemiskinan juga
diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja
atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan
lingkaran kemiskinan.
4. Kondisi Keterisolasian
Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil
dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat
terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan
yang dinikmati masyarakat lainnya.
Menurut Suryadiningrat (2003), kemiskinan pada hakikatnya disebabkan
oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
31/89
16
ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya
penganiayaan manusia terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
Penganiayaan manusia terhadap diri sendiri tercermin dari adanya : 1) keengganan
bekerja dan berusaha, 2) kebodohan, 3) motivasi rendah, 4) tidak memiliki
rencana jangka panjang, 5) budaya kemiskinan, dan 6) pemahaman keliru
terhadap kemiskinan. Sedangkan penganiayaan terhadap orang lain terlihat dari
ketidakmampuan seseorang bekerja dan berusaha akibat : 1) ketidakpedulian
orang mampu kepada orang yang memerlukan atau orang tidak mampu dan 2)
kebijakan yang tidak memihak kepada orang miskin.
Nasikun dalam Suryawati (2005) menyoroti beberapa sumber dan proses
penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu :
1) Pelestarian Proses Kemiskinan
Proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan
suatu kebijakan diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi
realitanya justru melestarikan.
2) Pola Produksi Kolonial
Negara ekskoloni mengalami kemiskinan karena pola produksi kolonial,
yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai
petani skala besar dan berorientasi ekspor.
3) Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Adanya unsur manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti
manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
32/89
17
4) Kemiskinan Terjadi Karena Siklus Alam.
Misalnya tinggal di lahan kritis, dimana lahan ini jika turun hujan akan
terjadi banjir tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga
tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.
5) Peminggiran Kaum Perempuan
Dalam hal ini perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas kedua,
sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah
dari laki-laki.
6) Faktor Budaya dan Etnik
Bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara kemiskinan seperti,
pola hidup konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat
istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Dalam sub bab ini akan dibahas penelitian-penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan topik penelitian mengenai kemiskinan. Penelitian Intania (2002)
menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam penanggulangan kemiskinan adalah 1) umur, 2) tingkat pendapatan, 3)
jumlah beban keluarga, 4) pendapatan, 5) pengalaman, dan 6) pelayanan
pengelolaan kegiatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan pesanggem (orang
yang menggarap lama) menurut Widyanti (2001) dalam penelitiannya tentang
telaah terhadap partisipasi, pendapatan dan tingkat kemiskinan peserta program
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
33/89
18
perhutanan sosial, menunjukkan faktor-faktor tersebut adalah jenis mata
pencaharian pesanggem, luas penguasaan lahan pesanggem, pola usaha tani
pesanggem dan pendapatan rumah tangga pesanggem.
Berdasarkan hasil penelitian Nur (2004) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas komunikasi dalam proyek penanggulangan kemiskinan
di perkotaan, didapatkan beberapa faktor-faktor yang berhubungan dengan
Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) yaitu faktor internal, faktor
eksternal, dukungan pemimpin formal, pendidikan formal, pengalaman berusaha
dan motivasi anggota kelompok dengan tingkat pemecahan masalah yang
dihadapinya, namun yang berhubungan nyata dengan pola komunikasi dalam
kelompok P2KP adalah dukungan pemimpin formal.
Penelitian Wiraswara (2005) menunjukan terdapat beberapa variabel yang
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Variabel-variabel tersebut antara lain
angka melek huruf, keterjangkauan rumah tangga terhadap listrik, selain itu
variabel dummy kabupaten/kota di Jawa juga berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan. Ketiga variabel ini menurut data tahun 2002 memiliki kemampuan
untuk mengurangi angka kemiskinan. Angka kemiskinan lebih tinggi dari
kabupaten/kota di luar Jawa dan persentase penduduk yang melek huruf
kabupaten/kota di Jawa lebih rendah dari kabupaten/kota di luar Jawa.
Kabupaten/kota di Jawa lebih unggul dalam persentase rumah tangga yang
terjangkau listrik.
Penelitian Nurhayati (2007) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kemiskinan di Jawa Barat tahun 2004 dengan menggunakan model
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
34/89
19
ekonometrika persamaan simultan 2SLS menghasilkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemiskinan pada taraf nyata 10 persen adalah pendapatan dan
pendidikan.
Penelitian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kemiskinan di Indonesia memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya,
perbedaan terletak pada daerah yang menjadi objek penelitian dimana dalam
penelitian ini menggunakan data panel seluruh provinsi di Indonesia dan alat
analisis yang digunakan, yaitu menggunakan analisis panel data.
2.3. Kerangka Pemikiran
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak di Asia. Kemiskinan di Indonesia pada masa kini cukup meluas bila
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, alasan kemiskinan di Indonesia
dapat dihubungkan dengan penduduknya yang terus bertambah dari tahun ke
tahun, yaitu penduduk Indonesia mencapai 213,55 juta jiwa pada tahun 2003,
meningkat menjadi 216,38 juta jiwa pada tahun 2004, dan semakin meningkat
menjadi 219,85 juta jiwa pada tahun 2005.
Pertumbuhan penduduk yang cepat menghendaki pemenuhan hidup yang
meningkat pula, seiring dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup maka
seharusnya tingkat pertumbuhan kesempatan kerja ditingkatkan juga. Dalam
keadaan terbatasnya lapangan pekerjaan, maka akan sulit bagi sebagian angkatan
kerja untuk memperoleh pekerjaan. Keadaan kesulitan memperoleh pekerjaan ini
dengan sendirinya akan menyebabkan tingkat pengangguran meningkat yang pada
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
35/89
20
akhirnya dapat menyebabkan kemiskinan. Penelitian ini menduga bahwa tingkat
prndapatan, pendidikan dan pengangguran mempengaruhi kemiskinan.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Pemenuhan kebutuhan hidup
Faktor-faktor yang mempengaruhitingkat kemiskinan
Pendapatan
Analisis panel data
PengangguranPendidikan
Rekomendasi kebijakan dalam rangka
program penanggulangan kemiskinan
Keadaan masyarakat diIndonesia
Laju pertumbuhan pendudukyang cepat Pengangguran
Tingkat kemiskinan
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
36/89
21
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan,
semakin banyak masyarakat yang berpendidikan maka tingkat kemiskinan
yang terjadi akan semakin rendah.
2. Pendapatan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, semakin
besar jumlah pendapatan maka tingkat kemiskinan akan semakin rendah.
3. Tingkat pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan,
semakin besar jumlah pengangguran maka tingkat kemiskinan akan
semakin tinggi.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
37/89
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data yang diperlukan meliputi: 1) persentase dan jumlah penduduk miskin
menurut provinsi, 2) angka melek huruf, 3) tingkat pengangguran serta berbagai
macam data sekunder lainnya yang diambil dari berbagai sumber. Sumber data
diperoleh dari: 1) Badan Pusat Statistik (BPS), dan 2) publikasi beberapa
penelitian terdahulu. Periode analisis pada penelitian ini adalah tahun 2002 sampai
dengan tahun 2006.
3.2. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis gambaran kemiskinan
di Indonesia dilakukan dengan deskriptif, sedangkan untuk menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Indonesia digunakan analisis panel
data. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat lunakMicrosoft Excel
2003 dan E-Views 5.1.
3.2.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian ini meliputi keadaan penduduk miskin
di Indonesia yang diukur dengan Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan
Kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan adalah kesenjangan atau gap antara
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
38/89
23
pendapatan penduduk miskin dengan garis kemiskinan, yang dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Dimana :
= 0, 1, 2,
Z = Garis Kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada dibawah
garis kemiskinan (i = 1, 2,....q), yi < z.
Q = Banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
n = Jumlah penduduk.
Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan merupakan kesenjangan
diantara penduduk miskin, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
n
i
FciFcifpiGR1
]1[*1
dimana :
GR = Gini Ratio
fpi = frekuensi penduduk di kelas pengeluaran ke-i
Fci = frekuensi kumulatif jumlah pengeluaran di kelas pengeluaran ke-i
Fci-1 = frekuensi kumulatif jumlah pengeluaran di kelas pengeluaran ke-(i-1)
3.2.2. Analisis Panel Data
Dalam melakukan sebuah penelitian, banyaknya data merupakan salah
satu syarat agar penelitian tersebut dapat mewakili perilaku dari model yang
q
i z
yiz
nP
1
1
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
39/89
24
dikehendaki. Masalah keterbatasan data dalam sebuah penelitian merupakan hal
yang sering dialami oleh para peneliti, terkadang dalam penelitian yang
menggunakan data series, data yang tersedia terlalu pendek sehingga pengolahan
data time series tidak dapat dilakukan. Begitu pula dengan pengolahan data cross
section, terkadang jumlah unit data yang dibutuhkan terbatas. Persoalan
keterbatasan data seperti itu, dalam ekonometrika dapat diatasi dengan
menggunakan analisis panel data (pooled data).
Analisis panel data secara umum dapat didefinisikan sebagai analisis satu
kelompok variabel yang tidak saja mempunyai keragaan (dimensi) dalam time
series tetapi juga dalam cross section. Analisis panel data adalah subyek dari salah
satu bentuk yang cukup aktif dan inovatif dalam literatur ekonometrik. Hal ini
dikarenakan metode analisis data panel menyediakan informasi yang cukup kaya
untuk perkembangan teknik estimasi dan hasil teori. Dalam bentuk praktis,
penggunaan data time series dan cross section untuk menganalisis masalah yang
tidak bisa diatasi jika hanya menggunakan salah satu metode saja.
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan panel data. Menurut Baltagi
(1995), penggunaan panel data telah memberikan banyak keuntungan secara
statistik maupun menurut teori ekonomi. Manfaat dari penggunaan data panel
antara lain :
1. Memberikan data yang informatif, lebih bervariasi, menambah derajat bebas,
lebih efisien dan mengurangi kolinieritas antar variabel.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
40/89
25
2. Memungkinkan analisis terhadap sejumlah permasalahan ekonomi yang
krusial yang tidak dapat dijawab oleh analisis data runtun waktu atau kerat
lintang saja.
3. Memperhitungkan derajat heterogenitas yang lebih besar yang menjadi
karakteristik dari individual antar waktu.
4. Adanya fleksibilitas yang lebih tinggi dalam memodelkan perbedaan perilaku
antar individu dibandingkan data kerat lintang.
5. Dapat menjelaskan dynamic adjustmentsecara lebih baik.
Model umum analisis regresi panel data dapat diformulasikan sebagai
berikut:
tititi uxy ,,, ............................................................................... (3.1)
Dimana ),0(~2
, IIDu ti dan i = 1,2,3,...,N adalah jumlah observasi antar
individu sementara t= 1,2,3,...,T adalah observasi runtut waktu. Dalam persamaan
(3.9), intersep () dan slope () diasumsikan homogenous diantara seluruh N
individu dan T runtut waktu. Namun kondisi ini tidak selamanya sesuai dengan
kerangka ekonomi yang akan dianalisis. Ketidaksesuaian ini dimungkinkan atas
dua kemungkinan, yaitu:
1. Suatu kondisi dimana intersep dalam model bersifat heterogen )( ji
sementara slopenya homogen )( ji .
2. Suatu kondisi dimana intersep dalam model bersifat heterogen )( ji
demikian pula slopenya )( ji .
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
41/89
26
Dari kedua hal tersebut di atas, model estimasi data panel dapat
diekspresikan dalam sejumlah bentuk. Jadi terdapat empat macam model estimasi
data panel yang dapat digunakan:
1. Apabila diasumsikan bahwa intersep bervariasi antar individu sementara slope
bersifat konstan, maka persamaan (3.1) akan menjadi:
titiiti uxy ,,, ................................................................(3.2)
2. Apabila diasumsikan bahwa intersep bervariasi antar individu dan antar waktu
sementara slope bersifat konstan, maka persamaan (3.1) akan menjadi:
titititiuxy ,,,, ...............................................................(3.3)
3. Apabila diasumsikan bahwa intersep dan slope bervariasi antar individu tetapi
konstan antar waktu, maka persamaan (3.1) akan menjadi:
titiiitiuxy ,,, ...............................................................(3.4)
4. Apabila diasumsikan bahwa intersep dan bervariasi antar individu dan antar
waktu, maka persamaan (3.1) akan menjadi:
tititititi uxy ,,,,, ............................................................(3.5)
Berdasarkan keempat model tersebut koefisien () dan () diasumsikan
tertentu (fixed). Klasifikasi lainnya adalah ketika diasumsikan bahwa parameter-
parameter ini diasumsikan random generating dan disebut sebagai random
coefficient models. Selain itu dari keempat model di atas, jika asumsi homogenitas
baik pada intersep maupun slope ditolak, maka heterogenitas antar individu akan
tercermin pada salah satu atau lebih persamaan (3.2) hingga persamaan (3.5).
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
42/89
27
Tujuan dari penentuan model yang sesuai adalah untuk menghilangkan bias dari
variabel-variabel yang digunakan dalam model. Bias yang diakibatkan pengabaian
heterogenitas dari koefisien-koefisien estimasi disebut juga sebagai heterogenity
bias. Mengabaikan heterogenitas baik intersep maupun slope dapat
mengakibatkan hasil estimasi yang tidak konsisten dan meaningless.
Penentuan model analisis data panel dalam rangka menghilangkan
heterogenity bias dapat dilakukan dengan plotting variabel dependen terhadap
variabel independen. Analisis plotting ini berfungsi sebagai mekanisme
identifikasi model yang sesuai dalam analisis data panel. Sementara itu untuk
menguji terjadi atau tidaknya heterogenity bias dapat dilakukan uji hipotesis
heterogenitas. Uji dilakukan dengan mengestimasi persamaan (3.4) dimana
diasumsikan slope bersifat homogen antar individu. Kemudian uji hipotesis
dilakukan terhadap:
NH ...: 210
jiaH : untuk ji
dimana : i = 1, ..., N
j = 1, ..., N
Uji hipotesis di atas dapat dilakukan dengan mekanisme Wald-test. Jika
pengujian tidak menolak hipotesis nol, maka koefisien indifidual bersifat random
dan identik dengan rata-ratanya. Dalam hal ini, estimasi dilakukan pada model
yang mengasumsikan slope bersifat homogen seperti pada persamaan (3.1) sampai
(3.2).
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
43/89
28
Terdapat beberapa asumsi dasar yang melandasi penentuan model data
panel. Asumsi dasar ini ditentukan oleh conditionality dari variabel bebas (xi,t)
yang digunakan dalam model data panel itu sendiri. Asumsi dasar dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Individual-varying time-invariant, dimana nilai variabel (baik kuantitatif
maupun kualitatif) yang sama untuk sebuah unit kerat lintang sepanjang waktu
namun berbeda antar unit kerat lintang. Contohnya adalah jenis kelamin, latar
belakang sosioekonomi dan sebagainya.
2. Period-varying individual-invariant, dimana nilai variabel (baik kuantitatif
maupun kualitatif) sama untuk semua unit kerat lintang namun berubah
menurut runtun waktu. Contohnya adalah tingkat bunga.
3. Individual time-varying variables, dimana nilai variabel (baik kuantitatif
maupun kualitatif) bervariasi antar unit kerat lintang dan waktu. Contohnya
adalah keuntungan perusahaan, tingkat penjualan.
Berdasarkan pemilihan model tersebut di atas kemudian akan menentukan
metode estimasi dari model panel panel yang dipilih. Terdapat tiga metode dalam
mengestimasi data panel, yaitu:
1. Pooled Least Square(PLS)
Dalam metode ini terdapat (K) regressor dalam )(itx , kecuali konstanta.
Metode ini juga dikenal sebagai Common Effect Model (CEM). Jika efek
individual )( i konstan sepanjang waktu (t) dan spesifik terhadap setiap unit (i)
maka modelnya akan sama dengan model regresi biasa. Jika nilai )( isama untuk
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
44/89
29
setiap unitnya, maka OLS akan menghasilkan estimasi yang konsisten dan efisien
untuk () dan (). Oleh karena itu, metode ini dapat digunakan dalam
mengestimasi persamaan (3.2). Metode ini sederhana namun hasilnya tidak
memadai karena setiap observasi diperlakukan seperti observasi yang berdiri
sendiri.
2. Fixed Effects Model (FEM)
Model ini menggunakan semacam peubah boneka untuk memungkinkan
perubahan-perubahan dalam intersep-intersep kerat lintang dan runtut waktu
akibat adanya peubah-peubah yang dihilangkan. Intersep hanya bervariasi
terhadap individu namun konstan terhadap waktu sedangkan slopenya konstan
baik terhadap individu maupun waktu. Jadii
adalah sebuah grup dari spesifik
nilai konstan pada model regresi. Formulasi umum model ini mengasumsikan
bahwa perbedaan antar unit dapat diketahui dari perbedaan nilai konstantanya.
Kelemahan model efek tetap adalah penggunaan jumlah derajat kebebasan yang
banyak serta penggunaan peubah boneka tidak secara langsung
mengidentifikasikan apa yang menyebabkan garis regresi bergeser lintas waktu
dan lintas individu. Modelnya ditulis sebagaiiiii
xy .
3. Random Effects Models (REM)
Intersepnya bervariasi terhadap individu dan waktu namun slopnya
konstan terhadap individu maupun waktu. Jadi )(i
adalah sebuah grup dari
gangguan khusus, mirip seperti )( it kecuali untuk setiap grup ada nilai khusus
yang masuk dalam regresi secara identik untuk setiap periode. Nilai )(i
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
45/89
30
terdistribusi secara acak pada unit-unit kerat lintang. Metode ini juga dikenal
sebagai variance components estimation. Model ini meningkatkan efisiensi proses
pendugaan kuadrat terkecil dengan memperhitungkan pengganggu-pengganggu
kerat lintang dan deret waktu. Model estimasinya yang digunakan adalah
itiitiitxy ' dengan )( i adalah nilai gangguan acak pada observasi
(i) dan konstan sepanjang waktu.
Berdasarkan penjabaran metode estimasi di atas dapat dikatakan bahwa
FEM digunakan atas asumsi bahwa dampak dari gangguan mempunyai pengaruh
yang tetap (dianggap sebagai bagian dari intersep). Sedangkan REM digunakan
atas asumsi bahwa gangguan diasumsikan bersifat acak. Penentuan model atas
pertimbangan perilaku dari gangguan yang bersifat tetap atau acak pada individu
(i) akan berpengaruh terhadap bias dari hasil estimasi. Bias yang terjadi akibat
kesalahan menentukan model berdasarkan perilaku gangguannya disebut dengan
selectivity bias.
3.2.3. Pemilihan Model dalam Pengolahan Data
Pemilihan model yang digunakan dalam sebuah penelitian perlu dilakukan
berdasarkan pertimbangan statistik. Hal ini ditujukan untuk memperoleh dugaan
yang efisien. Diagram pengujian statistik untuk memilih model yang digunakan
dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1. berikut ini:
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
46/89
31
Sumber: Baltagi, 1995
Gambar 3.1. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel
3.2.3.1. Chow Test
Chow Test(uji F-statistik) adalah pengujian untuk memilih apakah model
yang digunakan Pooled Least Square atau Fixed Effect. Sebagaimana yang
diketahui bahwa terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki
perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan setiap unit
cross section memiliki perilaku yang berbeda. Dalam pengujian ini dilakukan
dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Model Pooled Least Square
H1 : Model Fixed Effect
LM Test
Random Effects Models
Pooled Least Square
Fixed Effects Model
Chow Test
Hausman Tast
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
47/89
32
Dasar penolakan terhadap Hipotesa Nol (H0) adalah dengan menggunakan F-
statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow:
CHOW =
KNNTESS
NESSESS
2
21 1
....................................................(3.6)
Dimana:
1ESS = Residual Sum Square hasil pendugaan model pooled least square
2ESS = Residual Sum Square hasil pendugaan model fixed effect
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
K = Jumlah variabel penjelas
Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas
KNNTN ,1 jika nilai CHOW statistics (F-stat) hasil pengujian lebih
besar dari F-Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penerimaan terhadap
Hipotesa Nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, dan
begitu juga sebaliknya. Pengujian ini disebut sebagai Chow Testkarena
kemiripannya dengan Chow Testyang digunakan untuk menguji stabilitas
parameter (stability test).
3.2.3.2. Hausman Test
Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita
dalam memilih apakah menggunakan model fixed effectatau model random effect.
Seperti yang kita ketahui bahwa penggunaan model fixed effectmengandung suatu
unsur trade-offyaitu hilangnya derajat bebas dengan memasukan variabel dummy.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
48/89
33
Namun, penggunaan metode random effectjuga harus memperhatikan ketiadaan
pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat.
Hausman Test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Model Fixed Effect
H1 : Model Random Effect
Sebagai dasar penolakan Hipotesa Nol maka digunakan Statistik Hausman dan
membandingkannya dengan Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan dengan:
m = bMMb 110 ~ K2
......................................(3.7)
Dimana adalah vektor untuk statistik variabel fixed effect, b adalah vektor
statistik variabel random effect,0Madalah matriks kovarians untuk dugaan fixed
effect model dan1
Madalah matriks kovarians untuk dugaan random effectmodel.
Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari 2- Tabel, atau nilai hausman test
lebih besar dari taraf nyata maka cukup bukti untuk melakukan penerimaan
terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect,
dan begitu pula sebaliknya.
3.2.3.3. LM Test
LM Testatau lengkapnya The Breusch-Pagan LM Testdigunakan sebagai
pertimbangan statistik dalam memilih model Random Effectatau Pooled Least
Square. LM Test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Model Pooled Least Square
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
49/89
34
H1 : Model Random Effect
Dasar penolakan terhadap H0 adalah dengan menggunakan statistik LM yang
mengikuti distribusi dari Chi-Square.
Statistik LM dihitung dengan menggunakan residual OLS yang diperoleh dari
hasil estimasi model Pooled, dimana:
2
2
22
112
it
iT
T
NTLM
~
2 (3.8)
Jika nilai LM hasil perhitungan lebih besar dari 2- Tabel, maka cukup bukti
untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol, sehingga model yang
digunakan adalah model random effect, dan begitu pula sebaliknya.
3.2.4. Evaluasi Model
3.2.4.1. Multikolinearitas
Indikasi multikolinearitas tercermin dengan melihat hasil t dan F-statistik
hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t-statistik diduga tidak
signifikan sementara dari hasil F-hitung signifikan, maka patut diduga adanya
multikolinearitas. Multikolinearitas dapat diatasi dengan menghilangkan variabel
yang tidak signifikan.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
50/89
35
3.2.4.2. Autokorelasi
Autokorelasi dapat mempengaruhi efisiensi dari estimatornya. Untuk
mendeteksi adanya korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson
(DW) dalam Eviews. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, maka
dilakukan dengan membandingkan DW-statistik dengan DW-tabel. Adapun
kerangka identifikasi autokorelasi terangkum dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kerangka Identifikasi Autokorelasi
Nilai DW Hasil
DW < dl Tolak H0, korelasi serial positif
dl < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan
du < DW < 4-du Terima H0, tidak ada korelasi positif atau negatif
4-du < DW < 4-dl Hasil tidak dapat ditentukan
DW < 4-dl Tolak H0, korelasi serial negatif
Sumber : Nachrowi (2006)
Korelasi serial ditemukan jika errordari periode waktu yang berbeda
saling berkorelasi. Hal ini bisa dideteksi dengan melihat pola random errordari
hasil regresi. Pada analisis seperti yang dilakukan dalam model, jika ditemukan
korelasi serial, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan
konsisten. Perlakuan untuk pelanggaran ini adalah dengan menambahkan AR (1)
atau AR (2) dan seterusnya, tergantung dari banyaknya autokorelasi pada model
regresi yang di gunakan.
3.2.4.3. Heteroskedastisitas
Dalam regresi linear ganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar
taksiran parameter dalam model tersebut BLUE adalah Var (ui) = 2 (konstan),
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
51/89
36
itititti tp tp pa m htk m 321,
semua varian mempunyai variasi yang sama. Pada umumnya, heteroskedastisitas
diperolah pada data cross section. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas,
maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Dengan kata
lain, jika regresi tetap dilakukan meskipun ada masalah heteroskedastisitas maka
pada hasil regresi akan terjadi misleading (Gujarati, 1995).
Untuk menguji adanya pelanggaran asumsi Heteroskedastisitas, digunakan
uji White-heteroskedasticity yang diperoleh dalam program Eviews. Dengan uji
white, membandingkan Obs* R-Squared dengan 2 (Chi-Squared) tabel, jika
nilai Obs* R-Squared lebih kecil daripada 2-tabel maka tidak ada
heteroskedastisitas pada model. Dalam pengolahan data panel dalam Eviews 4.1
yang menggunakan metode General Least Square (Cross Section Weights), maka
untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan membandingkan Sum
Square Residpada Weighted Statistics dengan Sum Squared Resid Unweighted
Statistics. Jika Sum Square Residpada Weighted Statistics < Sum Squared Resid
Unweighted Statistics, maka terjadi heteroskedastisitas. Perlakuan untuk
pelanggaran tersebut adalah dengan mengestimasi GLS dengan White
Heteroscedasticity.
3.3. Model Umum Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
...........................(3.9)
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
52/89
37
Dimana :
tkm = Tingkat kemiskinan (Jiwa)
tpt = Tingkat pengangguran terbuka (Persen)
pp = Pendapatan perkapita (Rupiah)
amh = Angka melek huruf (Persen)
= Intersep = Slopei = Individu ke-i
t = Periode waktu ke-t
= Error/simpangan
Tingkat kemiskinan merupakan jumlah penduduk yang memiliki
pendapatan dibawah garis kemiskinan sesuai dengan standar yang ditetapkan
BPS. Tingkat pengangguran terbuka meliputi penduduk yang mecari pekerjaan,
penduduk yang mempersiapkan usaha, penduduk yang tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan dan penduduk yang sudah
memiliki pekerjaan tapi belum mulai bekerja. Pendapatan perkapita merupakan
upah/gaji atau jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
ikut didalam produksi disuatu wilayah pada jangka waktu tertentu dibagi dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka melek huruf Penduduk yang
memiliki kemampuan baca tulis.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
53/89
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan
Indonesia terdiri dari beberapa pulau dan kepulauan dengan luas wilayah
daratan 1.860.359,67 kilometer persegi. Provinsi Papua mempunyai luas wilayah
daratan paling besar ( 309.934,40 kilometer persegi) atau 26,66 persen dari luas
Indonesia, sementara Provinsi DI Yogyakarta memiliki luas daratan paling kecil
(3.133,15 kilometer persegi) atau 0,17 persen dari luas wilayah Indonesia. Daerah
administrasi di Indonesia untuk periode 2002-2006 mengalami pemekaran, yaitu
pada tahun 2002 Indonesia memiliki 30 provinsi, 268 kabupaten, 89 kota dan,
4.885 kecamatan serta 70.460 kelurahan. Pada tahun 2006 menjadi 33 provinsi,
349 kabupaten, 91 kota dan, 5.656 kecamatan serta, 71563 kelurahan.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Indonesia cenderung terus
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 penduduk Indonesia berjumlah
205.132.000 jiwa menjadi 222.192.000 jiwa pada tahun 2006 dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,34 persen dan dengan kepadatan penduduk
sebesar 18 jiwa per kilometer persegi. Jumlah penduduk terbesar berada di
Provinsi Jawa Barat sebesar 39.649.000 jiwa, sementara Provinsi Maluku Utara
memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 919 jiwa. Kepadatan terbesar berada di
Provinsi DKI Jakarta 13.449 jiwa per kilometer persegi, sementara yang terjarang
adalah Provinsi Papua dengan 8 jiwa per kilometer persegi.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
54/89
39
4.2. Keadaan Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi di indonesia terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, dengan memasukan sektor migas maupun non migas. Pada tahun
2006 persentase pertumbuhan ekonomi mencapai sebesar 5,5 persen dengan
memasukan sektor migas dan 6.1 persen tanpa sektor migas, hal ini menunjukan
persentase pertumbuhan ekonomi di indonesia mengalami peningkatan sebesar
1,9 persen dengan sektor migas, dan 1,2 persen tanpa memasukan sektor migas
dari tahun 2002.
Sedangkan untuk nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap USD berfluktuasi
dari tahu ke tahun. Pada tahun 2002 nilai tukar Rupiah sebesar 9318 Rp/USD
menurun menjadi 8593 Rp/USD pada tahun 2003, kemudian meningkat kembali
sebesar 347 menjadi 8940 Rp/USD pada tahun 2005 dan menurn kembali
menjadi 9050 Rp/USD pada tahun 2006.
Selanjutnya, untuk cadangan devisa Indonesia mengalami peningkatan
secara terus menerus dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2002 cadangan
devisa hanya sebesar 32 (USD milyar) meningkat menjadi 36,6 pada tahun 2003
dan meningkat hingga mencapai 42,6 (USD Milyar) pada tahun 2006 (USD
milyar).
Persentase defisit anggaran terhadap PDB pada tahun 2002 sebesar 1,3
persen meningkat menjadi 1,7 persen pada tahun 2003 dan menurun menjadi 0,5
persen pada tahun 2005 kemudian meningkat kembali menjadi 0,9 persen pada
tahun 2006.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
55/89
40
Tabel 4.1 Indikator Perekonomian Indonesai Tahun 2002-2006
TahunNo Indikator Ekonomi
2002 2003 2004 2005 2006
1 Pertumbuhan Ekonomi migas(%) 4,5 4,8 5,0 5,7 5,52 Pertumbuhan Ekonomi non migas (%) 5,2 5,7 6,0 6,6 6,1
3 Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD) 9318 8593 8940 9713 9050
4 Cadangan Devisa (USD Milyar) 32 36,6 36,3 34,7 4,.6
5 Defisit anggaran (%thd PDB) 1,3 1,7 1,3 0,5 0,9Sumber : Bappenas, 2007
4.3. Perkembangan Tingkat Kemiskinan
Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2002-2006 di
Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk miskin pada tahun
2002 sekitar 38,40 juta jiwa (sekitar 25,10 juta jiwa di perdesaan, dan sekitar
13,30 juta jiwa di perkotaan). Angka ini pada tahun 2003 berkurang hingga
menjadi sekitar 37,30 juta jiwa, penurunan hanya terjadi di perkotaan yaitu
menurun menjadi 12,20 juta jiwa, sedangkan di perdesaan tidak mengalami
penurunan. Pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan
sekitar 1,2 juta jiwa yaitu berkurang hingga menjadi 36,10 juta jiwa (sekitar 11,40
juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 24,80 juta jiwa di perdesaan), atau berkurang
sekitar sekitar 1,54 persen dari tahun 2002. Pada tahun 2005 jumlah penduduk
miskin terus mengalami penurunan hingga menjadi 35,10 juta jiwa penurunan
hanya terjadi di perdesaan yaitu menurun sebesat 2,1 juta jiwa sedangkan di
perkotaan meningkat sekitar 1,0 juta jiwa dari tahun 2004. Pada tahun 2006
jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan hingga mencapai 39,30 juta
jiwa, peningkatan terjadi di perkotaan dan perdesasan (sekitar 14,49 juta jiwa di
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
56/89
41
perkotaan, dan sekitar 39,30 di perdesaan). Dibandingkan dengan tahun 2002,
jumlah penduduk miskin meningkat sekitar 0.9 juta jiwa.
Tabel 4.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2002-2006
Penduduk miskin (juta Jiwa) % Penduduk miskinTahun
Kota Desa Total Kota Desa Total
2002 13,30 25,10 38,40 14,46 21,10 35,56
2003 12,20 25,10 37,30 13,57 20,23 33,80
2004 11,40 24,80 36,10 12,13 20,11 32,24
2005 12,40 22,70 35,10 11,37 19,51 30,88
2006 14,49 24,81 39,30 13,47 21,81 35,28Sumber : BPS, 2007
4.4. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka dan Angka Melek
Huruf
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. pada tahun 2002 tingkat pengangguran terbuka
di Indonesia sebesar 9,1 persen. Angka ini meningkat sebesar 0,2 persen dari 9,7
persen pada tahun 2003 menjadi 9,9 persen pada tahun 2004, kemudian seiring
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi tingkat pengangguran terbuka juga
meningkat hingga mencapai 11,2 persen pada tahun 2005 dan menurun kembali
menjadi 10,3 persen pada tahun 2006.
Selanjutnya, untuk angka melek huruf di Indonesia cenderung mengalami
peningkatan secara terus menerus dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2002
angka melek huruf hanya sebesar 91,11 persen, meningkat menjadi 91,21 persen
pada tahun 2003 dan meningkat hingga mencapai 92,45 persen pada tahun 2005
dan merun kembali pada tahun 2006 hingga menjadi 91,45. Angka melek huruf
ini lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2004.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
57/89
42
Tabel 4.3 Perkembangan Angka Melek Huruf, dan Tingkat PengangguranTerbuka 2002-2006
Tahun Angka Melek Huruf (%) Tingkat Pengangguran
terbuka (%)
2002 91,11 9,1
2003 91,21 9,7
2004 91,79 9,9
2005 92,39 11,2
2006 91,45 10,3Sumber : BPS, 2007
4.5. Perkembangan Pembangunan Manusia dan Laju Inflasi
Berdasarkan data IPM (Indeks Pembangunan Manusia) kualitas
sumberdaya manusia di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2002 Indek Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 65,8 meningkat menjadi
67,33 pada tahun 2003 (BPS, 2007). Pada tahun 2004 IPM di Indonesia
meningkat sebesar 0,3 yaitu menjadi 68.7. Pada tahun 2005 meningkat menjadi
69,6 dan pada tahun 2006 meningkat menjadi sebesar 70,1.
Indeks Pembangunan Manusia tertinggi pada periode 2002-2006 terjadi di
propinsi DKI Jakarta. Sedangkan Indks Pembangunan Manusia terendah terjadi di
propinsi NTB untuk tahun 2002 dan 2004, untuk tahun 2005 dan 2006 Indeks
pembangunan manusia terendah terjadi di propinsi Papua.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
58/89
43
Tabel 4.4 Perkembangan Indek Pembangunan Manusia
Tahun IPM
2002 65,8
2003 67,32004 68,7
2005 69,6
2006 70,1Sumber : BPS, 2007
Laju inflasi di Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003
tercatat laju inflasi tahunan Indonesia sebesar 5,33 persen, laju inflasi meningkat
menjadi 6,18 persen pada tahun 2004. Pada tahun 2005 laju inflasi meningkat
sebesar 12,2 persen yaitu menjadi 18,38 persen. Pada bulan Oktober 2006 terjadi
inflasi 0,86 persen. Dari 45 kota tercatat 41 kota mengalami inflasi dan 4 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Ternate 2,98 persen dan inflasi
terendah di Balikpapan srbesar 0,02 persen. Sedangkan deflasi terbesar di Kendari
sebesar 0,66 persen, dan deflasi terkecil di Palu 0,06 persen, sedangkan laju inflasi
tahunan di Indonesia tahun 2006 menurun sebesar 12,09 persen menjadi 6.29
persen.
Pada bulan november 2007 terjadi inflasi sebesar 0.18 persen, dari 45 kota
tercatat 32 kota mengalami inflasi dan 13 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi
terjadi di Manado 2,01 persen dan inflasi terendah di Balikpapan 0,04 persen.
Sedangkan deflasi terbesar terjadi di Makassar 1,74 persen dan terkecil di
Jayapura 0,03 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang
ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok barang dan jasa sebagai berikut:
kelompok bahan makanan 0,04 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok
& tembakau 0,43 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
59/89
44
0,12 persen, kelompok sandang 1,66 persen, kelompok kesehatan 0,26 persen,
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,11 persen. Sedangkan kelompok
transpor, komunikasi & jasa keuangan mengalami deflasi 0,27 persen. Sedangkan
laju infalasi tahunan di indonesia pada tahun 2007 menurun sebesar 0.42 persen
yaitu menjadi menjadi 6,71 persen.
Tabel 4.5 laju inflasi Tahunan
Tahun Laju Inflasi
2003 5,33
2004 6,18
2005 18,38
2006 6,29Sumber : BPS, 2007
4.6. Program Pengentasan Kemiskinan
Sudah sejak lama kemiskinan dipercaya sebagai sumber utama kesusahan
di masyarakat, seperti munculnya penyakit, keterbelakangan mental, kekurangan
nutrisi, bahkan terjadinya konflik. Tak mengherankan jika dengan semakin
berkembangnya peradaban manusia, dan semakin meningkatnya kesadaran
manusia akan pentingnya kesamaan harkat dan martabat manusia, telah
menjadikan fenomena kemiskinan sebagai suatu permasalahan yang banyak
mendapatkan perhatian lebih. Berbagai telaah dalam ilmu sosial dan juga ekonomi
banyak dilakukan, terutama untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang konsep kemiskinan dan penyelesaian yang benar-benar efektif
dalam mengatasi masalah tersebut.
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
60/89
45
Pemerintah Indonesia dalam upayanya mengentaskan kemiskinan
melakukan beberapa langkah, diantaranya program Beras Miskin (Raskin),
Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Pemberdayaan Nasional Mandiri
(PNPM) dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
4.6.1. Program Beras Miskin (Raskin)
Program Beras Miskin (Raskin) pada dasarnya merupakan kelanjutan dari
program Operasi Pasar Khusus (OPK) yang diluncurkan pada Juli 1998 di bawah
program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Selama sembilan tahun pelaksanaan
program, berbagai pihak telah melakukan evaluasi dan hasilnya telah memberikan
input bagi perbaikan konsep dan pelaksanaan program. Beberapa penyesuaian
yang telah dilakukan antara lain meliputi perubahan nama, jumlah beras per
rumah tangga, frekuensi distribusi, sumber dan jenis data sasaran penerima
manfaat, dan penyediaan lembaga pendamping.
Pada 2002, pemerintah mengganti nama OPK menjadi Raskin agar lebih
mencerminkan sifat program, yakni sebagai bagian dari program perlindungan
sosial bagi Rumah Tangga Miskin (RTM), tidak lagi sebagai program darurat
penanggulangan dampak krisis ekonomi. Penetapan jumlah beras per bulan per
RTM yang pada awalnya 10 kg, selama beberapa tahun berikutnya bervariasi dari
10 hingga 20 kg, dan pada 2007 kembali menjadi 10 kg. Frekuensi distribusi yang
pada tahun-tahun sebelumnya 12 kali, pada 2006 berkurang menjadi 10 kali, dan
pada 2007 kembali menjadi 12 kali per tahun. Sasaran penerima manfaat yang
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
61/89
46
sebelumnya menggunakan data keluarga prasejahtera (KPS) dan keluarga
sejahtera 1 (KS-1) alasan ekonomi hasil pendataan BKKBN, sejak 2006 berubah
menggunakan data RTM hasil pendataan BPS melalui PSE-05.2. Selain itu, dalam
rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan program, pada 2005 dan 2006 Bulog
melakukan kerja sama dengan 10 perguruan tinggi negeri untuk memberikan
pendampingan terhadap pelaksanaan Raskin di 12 provinsi.
Menurut data Susenas 20022006, persentase penerima Raskin dari
seluruh rumah tangga di Indonesia berfluktuasi pada kisaran 36 persen
45 persen.
Di Sumatera Barat, persentase penerima Raskin berkisar antara 11 persen24
persen, di Jawa Timur 41 persen53 persen, dan di Sulawesi Tenggara 35 persen
59persen (Gambar 4.1). Kondisi tersebut sesuai dengan proporsi RTM di wilayah
bersangkutan.
Gambar 4.1. Jumlah Penerima Raskin
Penetapan pagu alokasi nasional didasarkan pada ketersediaan anggaran
subsidi dan data sasaran penerima. Pagu alokasi nasional dialokasikan untuk
masing-masing provinsi berdasarkan data sasaran penerima dengan
-
8/7/2019 FATOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA
62/89
47
mempertimbangkan usulan pemda. Selanjutnya, pemda provinsi menetapkan
alokasi untuk setiap kabupaten/kota dan pemda kabupaten/kota menetapkan
alokasi untuk setiap kecamatan dan desa/kelurahan yang dibawahinya. Semua
pembagian tersebut ditetapkan secara proporsional dengan data sasaran penerima
di masing-masing wilayah. Sejak awal pelaksanaan OPK hingga 2005, sasaran
penerima manfaat menggunakan data keluarga pra sejahtera (Pra-KS) dan
keluarga sejahtera-1 (KS-1) alasan ekonomi hasil pendataan BKKBN, namun
sejak 2006 menggunakan data rumah tangga miskin (RTM) hasil pendataan BPS.
Tabel 4.6. Jumlah Rumah Tangga dan Pagu Alokasi Raskin Nasional
Jumlah Rumah Tangga
TahunRTM Total
RTM
Sasaran
% RTM Sasaran
terhadap RTMTotal
Pagu Alokasi (Ton)
2000 16.000.000 7.500.000 46,88 1.350.000
2001 15.000.000 8.700.000 58,00 1.501.274
2002 15.135.560 9.790.000 64,68 1.349.600
2003 15.746.843 8.580.313 54,49 2.059.276
2004 15.746.843 8.590.804 54,56 2.061.793
2005 15.791.884 8.300.000 52,56 1.991.8972006 15.503.295 10.830.000 69,86 1.624.500
2007 19.100.905 15.800.000 82,72 1.896.000
Sumber: BPS, 2007
Pagu alokasi Raskin nasional mengalami peningkatan hingga 2002, namun
kemudian mengalami penuruna
top related