fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan
Post on 12-Jan-2017
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN
HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA
MENGANALISI
TERHADAP KEHIDUPAN
KELAS
TAHUN AJARAN 2009/2010
Innastiti Listalining Rahayu
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
i
METODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA
HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR
MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA
KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
Skripsi
Disusun Oleh :
Innastiti Listalining Rahayu
K 5405023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
PADA
KOMPETENSI DASAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA
HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR
MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA
KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh :
Innastiti Listalining Rahayu
K 5405023
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Innastiti Listalining Rahayu, K5405023. “EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010”. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Februari 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD, TGT, dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (2) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan metode pembelajaran TGT pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (3) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (4) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran TGT dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Sampel diambil dengan teknik sampling acak sederhana. Sampel yang terpilih adalah Kelas X-1, Kelas X-3, dan Kelas X-5. Teknik pengumpulan data hasil belajar siswa menggunakan teknik tes dalam bentuk tes obyektif pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Kovarian.
Hasil penelitian menunjukkan : (1) Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD, TGT, dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (2) Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (3) Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih efektiv daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (4) Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih efektiv daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Innastiti Listalining Rahayu, K5405023. “THE EFFECTIVENESS OF STAD AND TGT LEARNING METHOD AGAINST GEOGRAPHIC LEARNING RESULT ON BASIC COMPETENCY OF HYDROSPHERE ANALYSING AND IMPACT TO THE LIFE IN THE EARTH FOR CLASS X STUDENTS AT STATE SENIOR HIGH SCHOOL 2 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR OF 2009/2010”. Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. February 2011. The aims of this research was to know : (1) The difference of Geographic learning result between using STAD learning method, TGT, and Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (2) The difference of Geographic learning result between using STAD learning method and TGT learning method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (3) The difference of Geographic learning result between using STAD learning method and Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (4) The difference of Geographic learning result between using TGT learning method and Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. This research used an experimental research method. The population was all student of Class X at State Senior High School 2 Surakarta in academic year of 2009/2010. Sampels were taken by simple random sampling technique. The selected samples were Class X-1, Class X-3, and Class X-5. Data collection techniques of the students result learning used test technique s in the form of multiple choice objective test. The data was analysed by Covarian Analyse (Ancova). The result of this research showed : (1) There were difference in Geographic learning result between using STAD learning method, TGT learning method, and Lecture Question Answer learning method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (2) Geographic learning result with tht STAD learning method was as effective as TGT learning method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (3) Geographic learning result with STAD learning method was more effective than Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (4) Geographic learning result with TGT learning method was more effective than Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian
untuknya. (Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)
Belajar bagaimana cara belajar adalah keahlian terpenting dalam hidup. (Anonymous)
"Di tiap jengkal kehidupan, sang hujan memang harus tercurahkan. Kadang hari-hari memang harus dilalui dalam selingkup awan kelabu dan kedukaan,
tetapi jangan menjadi pohon kaku yang mudah patah. Jadilah bambu yang mampu bertahan, melengkung melawan terpaan angin.
(Anonymous)
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.
(Abu Bakar Sibli)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Sebentuk karya kecil ini dipersembahkan kepada :
Bapak & mama tercinta, orang tua terhebatku,
Terima kasih tak terkira atas do’a dan kesabarannya yang tiada bertepi.
Malaikatku...Abdi Eka Wicaksono.
Mas Harso.
Bang Edy Wibowo,beribu terima kasih atas bantuan dan motivasinya.
Sahabat terbaik sepanjang masa...Geografi Brotherhood ’05,
Terima kasih atas persaudaraan hangat yang tercipta...
Almamater yang kubanggakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Efektivitas Metode Pembelajaran STAD dan TGT pada
Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X SMA Negeri 2
Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Program S1 Pendidikan Geografi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah berkenan memberikan
ijin dan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Geografi, khususnya dalam penyususan skripsi ini.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang
telah memberikan ijin untuk penelitian.
3. Drs. Partoso Hadi, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan ijin, dukungan, serta petunjuk bagi penulis dalam meyelesaikan
skripsi ini.
4. Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
yang telah begitu sabar memberikan motivasi, saran, dan pembelajaran hidup
yang tidak mungkin akan penulis lupakan selamanya. Semoga penulis mampu
meneladani beliau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si, selaku pembimbing pertama yang telah begitu
sabar memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan
bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
6. Dr. Sarwono, M.Pd, selaku pembimbing kedua yang telah begitu sabar
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan bagi
penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Pipit Wijayanti, S.Si, M.Sc selaku Pembimbing Akademik yang begitu sabar
telah memberikan pengarahan maupun motivasi kepada penulis selama belajar
di UNS.
8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS yang
telah memberi limpahan ilmu selama penulis belajar di UNS.
9. Drs. Sukardjo, MA, selaku Kepala SMA Negeri 2 Surakarta yang telah
memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
10. Agus Sugiarto, S.Pd, selaku Guru Geografi SMA Negeri 2 Surakarta atas
beribu bantuan, arahan dan masukannya selama pengambilan data.
11. Siswa – siswi SMA Negeri 2 Surakarta atas kerjasama yang telah diberikan
saat pengambilan data.
12. Petugas Perpustakaan Prodi Pendidikan Geografi, Perpustakaan FKIP UNS,
Perpustakaan Pusat UNS, terima kasih atas segala bantuan yang diberikan.
13. Keluarga kecilku di Solo : Arum Wulandhanie, Monik Arumi, Nova
Prahastowati, Rahmi Alfiyanti NK, Widi Astuti, Oktaviyani Dwi Lestari,
terima kasih tak terkira atas segala warna dan kenangan indah yang tak
terlupakan.
14. Kakak – kakak dan adik-adik Geografi angkatan 2003, 2004, 2006, 2007, dan
2008. Terima kasih atas indahnya kebersamaan dan besarnya segala bantuan
yang diberikan. Semoga Allah swt selalu memberikan kemudahan kepada
kalian.
15. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu
kelancaran penyelesaian skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan
dari Allah SWT. Karya ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya,
semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya
pendidikan Geografi.
Surakarta, Februari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL ......................................................................................................... i
PENGAJUAN .............................................................................................. ii
PERSETUJUAN.......................................................................................... iii
PENGESAHAN…………………………………………………………… iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
MOTTO ....................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi
DAFTAR PETA…………………………………………………………... xix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xx
BAB I. PENDAHULUAN............... .............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah......... ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah..... ................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah...... ............................................................... 6
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian...... ..................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian... ...................................................................... 8
BAB II. LANDASAN TEORI...... ............................................................. 10
A. Tinjauan Pustaka............................................................................ 10
1. Metode Pembelajaran................................................................. 10
2. Materi Pembelajaran ................................................................ 34
3. Hasil Belajar ............................................................................. 34
B. Penelitian yang Relevan ...................................................... ....... 38
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 43
D. Hipotesis Penelitian...................................................................... 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN................................................... 47
A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 47
1. Tempat Penelitian................................................................... 47
2. Waktu Penelitian..................................................................... 47
B. Populasi dan Sampel.................................................................. 47
C. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 48
1. Variabel Penelitian................................................................ 48
2. Teknik Pengumpulan Data................................................... 49
3. Instrumen Penelitian.............................................................. 50
D. Rancangan Penelitian................................................................ 58
E. Teknik Analisis Data................................................................. 60
1. Uji Prasyarat Analisis............................................................ 60
2. Pengujian Hipotesis............................................................... 60
BAB IV. HASIL PENELITIAN.................................................................. 64
A. Deskripsi Lokasi…………………………………………........ 64
B. Pembelajaran dengan Metode STAD………………………… 69
C. Pembelajaran dengan Metode TGT…………………………… 81
D. Pembelajaran dengan Metode Ceramah Tanya Jawab………… 94
E. Hasil Penelitian ……………………………………………....... 106
1. Deskripsi Data………………………………………………. 106
2. Analisis Hasil Penelitian……………………………………. 111
F. Pembahasan Hasil Penelitian..................................................... 117
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN…………………… 125
A. Kesimpulan……………………………………………………... 125
B. Implikasi………………………………………………………… 125
1. Implikasi Teoritis……………………………………………. 126
2. Implikasi Praktis…………………………………………….. 126
C. Saran…………………………………………………………….. 127
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ ... 128
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Skor Kemajuan Individual…………………………………………. 20
Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian yang Relevan…………………………….. 40
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian………………………………………… 47
Tabel 3.2 Kisi – kisi Soal Instrumen Penelitian……………………………… 51
Tabel 3.3 Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Pretest………………….. 52
Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Posttest …………………53
Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Pretest……………….. 54
Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Posttest………………. 54
Tabel 3.7 Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Pretest…………… 55
Tabel 3.8 Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Posttest………….. 56
Tabel 3.9 Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Pretes………….... 57
Tabel 3.10 Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Posttest………….. 57
Tabel 3.11 Rancangan Penelitian……………………………………………... 59
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Surakarta………………….. 65
Tabel 4.2 Rancangan Pembelajaran Kelompok STAD……………………… 69
Tabel 4.3 Rancangan Pembelajaran Kelompok TGT………………………… 82
Tabel 4.4 Rancangan Pembelajaran Kelompok Ceramah Tanya Jawab………. 94
Tabel 4.5 Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok STAD..................... 107
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok STAD.. 107
Tabel 4.7 Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok TGT......................... 108
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok TGT..... 108
Tabel 4.9 Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok Ceramah Tanya
Jawab............................................................................................... 109
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok CTJ...... 110
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas........................................................................ 111
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pretest……………………….112
Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Posttest………………………112
Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Analisis Kovarian............................................... 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 4.15 Rangkuman Jumlah dan Rata-rata Hitung…………………………114
Tabel 4.16 Rangkuman Keputusan Uji……………………………………….. 114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ………………… 21
Gambar 2.2 Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT............................... 25
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran....................................................... 45
Gambar 4.1 Histogram nilai pretest dan posttest kelompok STAD.............. 107
Gambar 4.2 Histogram nilai pretest dan posttest kelompok TGT ………… 109
Gambar 4.3 Histogram nilai pretest dan posttest kelompok Ceramah Tanya
Jawab…………………………………………………………. 110
Gambar 6.1 Siklus Hidrologi Kecil……………………………………….. 208
Gambar 6.2 Siklus Hidrologi Sedang…………………………………….. 208
Gambar 6.3 Siklus Hidrologi Panjang……………………………………. 209
Gambar 6.4 Proses Evaporasi…………………………………………….. 210
Gambar 6.5 Proses Transpirasi……………………………………………. 211
Gambar 6.6 Evapotranspirasi……………………………………………… 212
Gambar 6.7 Kondensasi…………………………………………………… 212
Gambar 6.8 Tiupan Angin Kencang……………………………………… 213
Gambar 6.9 Awan……………………………………………………….... 214
Gambar 6.10 Hujan Konvektif……………………………………………. 216
Gambar 6.11 Hujan Frontal………………………………………………… 216
Gambar 6.12 Hujan Orografik……………………………………………… 217
Gambar 6.13 Infiltrasi……………………………………………………… 218
Gambar 6.14 Run off ……………………………………………………….. 218
Gambar 6.15 Perkolasi……………………………………………………… 219
Gambar 6.16 Puncak Kubah yang Tererosi…………………………………. 220
Gambar 6.17 Puncak Antiklinal yang Tererosi……………………………… 221
Gambar 6.18 Dataran Pesisir………………………………………………... 221
Gambar 6.19 Pola Aliran Dendritik………………………………………… 222
Gambar 6.20 Kenampakan Sungai Berpola Dendritik……………………... 222
Gambar 6.21 Pola Aliran Trellis……………………………………………. 223
Gambar 6.22 Kenampakan Sungai Berpola Trellis di North Dakota……….. 223
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Gambar 6.23 Pola Aliran Radial Sentrifugal………………………………. 224
Gambar 6.24 Gunung Merapi………………………………………………. 224
Gambar 6.25 Pola Aliran Radial Sentripetal……………………………….. 224
Gambar 6.26 Danau Singkarak……………………………………………… 225
Gambar 6.27 Pola Aliran Anullar………………………………………….. 225
Gambar 6.28 Kenampakan Sebuah Dome di Manicouagan, Kanada……… 225
Gambar 6.29 Pola Aliran Rectangular…………………………………….. 226
Gambar 6.30 Sungai Luk Ulo, Kebumen………………………………….. 226
Gambar 6.31 Sungai Influent………………………………………………. 227
Gambar 6.32 Sungai Effluent………………………………………………. 227
Gambar 6.33 Sungai Intermitten…………………………………………… 228
Gambar 6.34 Meander Sungai……………………………………………... 228
Gambar 6.35 Delta Sungai Nil…………………………………………….. 229
Gambar 6.36 Danau Great Salt……………………………………………. 230
Gambar 6.37 Danau Laut Tawar………………………………………….. 231
Gambar 6.38 Danau Obruk Gol…………………………………………… 231
Gambar 6.39 Danau Lembah Gletser……………………………………… 232
Gambar 6.40 Danau Vulkanik……………………………………………... 232
Gambar 6.41 Danau Karst………………………………………………….. 233
Gambar 6.42 Waduk Gajahmungkur……………………………………….. 234
Gambar 6.43 Proses Terbentuknya Danau Tapal Kuda……………………. 234
Gambar 6.44 Danau Tapal Kuda…………………………………………… 235
Gambar 6.45 Rawa yang Airnya Selalu Tergenang………………………… 236
Gambar 6.46 Ekositem Rawa yang Airnya Tidak Selalu Tergenang………. 236
Gambar 6.47 Rawa Gambut………………………………………………... 237
Gambar 6.48 Rawa Air Tawar……………………………………………… 238
Gambar 6.49 Daerah Aliran Sungai………………………………………… 239
Gambar 6.50 Penampang Daerah Aliran Sungai…………………………… 240
Gambar 6.51 DAS Bulu Radial...................................................................... 241
Gambar 6.52 DAS Berbentuk Paralel............................................................. 242
Gambar 6.53 DAS Berbentuk Bulu Burung................................................... 242
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Gambar 6.54 Groundwater…………………………………………………. 243
Gambar 6.55 Air Tanah……………………………………………………… 243
Gambar 6.56 Banjir......................................................................................... 244
Gambar 6.57 Shore…………………………………………………………. 246
Gambar 6.58 Apungan Tepi Laut Membentuk Bura (Spit) pada Teluk……. 247
Gambar 6.59 Tombolo……………………………………………………… 247
Gambar 6.60 Permukiman di Timur Cilacap……………………………….. 248
Gambar 6.61 Batas-batas Fisik Wilayah Pesisir…………………………….. 249
Gambar 6.62 Klasifikasi Laut Berdasarkan Zonasinya…………………….. 249
Gambar 6.63 Laut Pertengahan di Indonesia………………………………. 250
Gambar 6.64 Laut Hitam…………………………………………………… 250
Gambar 6.65 Laut Jepang…………………………………………………… 251
Gambar 6.66 Laut Arafuru………………………………………………….. 251
Gambar 6.67 Palung Mariana……………………………………………….. 252
Gambar 6.68 Pantai Utara Jawa…………………………………………….. 252
Gambar 6.69 ZEE dan Zona Laut Territorial Indonesia…………………… 253
Gambar 6.70 Relief Dasar Laut…………………………………………….. 255
Gambar 6.71 Gelombang Laut……………………………………………… 257
Gambar 6.72 Apabila Gelombang Laut Mengenai Dasar Laut yang Dangkal,
Terjadilah Empasan Gelombang…………………………….. 258
Gambar 6.73 Swash dan Back Wash………………………………………… 258
Gambar 6.74 Apungan Arus Membujur Tepi Laut…………………………. 259
Gambar 6.75 Biasan Gelombang Sepanjang Pantai Berteluk………………. 260
Gambar 6.76 Biasan Gelombang pada Garis Tepi Laut yang Lurus……….. 260
Gambar 6.77 Pasang Purnama dan Pasang Perbani…………………………. 261
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR PETA
halaman
Peta 1 Citra Lokasi SMA negeri 2 Surakarta Tahun 2010 .......................... …. 67
Peta 2 Lokasi SMA Negeri 2 Surakarta Tahun 2010………………………… 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Silabus ................................................................................... 131
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen .. 134
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen 2..158
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ...... 184
Lampiran 5 Materi dan Media Pembelajaran Hidrosfer Kelas X SMA .... 207
Lampiran 6 Kisi – kisi Soal Pretest .......................................................... 264
Lampiran 7 Soal Pretest ........................................................................... 265
Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Pretest .................................................. 272
Lampiran 9 Kisi – kisi Soal Posttest ......................................................... 273
Lampiran 10 Soal Posttest .......................................................................... 274
Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Posttest ................................................. 282
Lampiran 12 Lembar Jawaban .................................................................... 283
Lampiran 13 Soal Kuis ............................................................................... 284
Lampiran 14 Kunci Jawaban Soal Kuis ...................................................... 293
Lampiran 15 Soal Diskusi ........................................................................... 294
Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal Diskusi ................................................ 299
Lampiran 17 Aturan Permainan Roda Impian ........................................... 306
Lampiran 18 Soal Permainan Roda Impian ............................................... 307
Lampiran 19 Kunci Jawaban Soal Permainan Roda Impian....................... 316
Lampiran 20 Daftar Nilai Individu Kelas STAD ........................................ 326
Lampiran 21 Daftar Nilai Kelompok Kelas STAD……………………….. 327
Lampiran 22 Daftar Nilai Individu Kelas TGT .......................................... 330
Lampiran 23 Daftar Nilai Kelompok Kelas TGT ....................................... 331
Lampiran 24 Daftar Nilai Individu Kelas CTJ ............................................ 333
Lampiran 25 Uji Validitas Item Soal Pretest Tahap I ................................ 334
Lampiran 26 Uji Validitas Item Soal Posttest Tahap I ............................... 336
Lampiran 27 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya pembeda, dan Tingkat
Kesukaran Item Soal Pretest ................................................. 338
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Lampiran 28 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya pembeda, dan Tingkat
Kesukaran Item Soal Posttest……………………………… 340
Lampiran 29 Contoh Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya pembeda,
dan Tingkat Kesukaran Item Soal Posttest ............................ 342
Lampiran 30 Data Induk Penelitian ............................................................ 350
Lampiran 31 Uji Normalitas ....................................................................... 351
Lampiran 32 Uji Homogenitas Varians Pretest antara Kelompok TGT,
Kelompok STAD dan Kelompok Kontrol ............................. 357
Lampiran 33 Uji Homogenitas Varians Posttest antara Kelompok TGT,
Kelompok STAD dan Kelompok Kontrol ............................. 360
Lampiran 34 Tabel Kerja Perhitungan Analisis Kovarian ......................... 363
Lampiran 35 Uji Hipotesis dengan Analisis Kovarian ............................... 364
Lampiran 36 Uji Lanjut Pasca Analisis Kovarian ...................................... 369
Lampiran 37 Daftar Kelompok ................................................................... 372
Lampiran 38 Lembar Skor Kuis STAD ...................................................... 374
Lampiran 39 Lembar Rangkuman Tim STAD ........................................... 376
Lampiran 40 Skor Individu dalam Turnamen TGT .................................... 379
Lampiran 41 Rekap Poin Kelompok TGT .................................................. 381
Lampiran 42 Daftar Kehadiran Siswa ......................................................... 384
Lampiran 43 Contoh Perhitungan Nilai Tes……………………………… 387
Lampiran 44 Perijinan ................................................................................. 388
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Opini yang berkembang dalam dunia pendidikan kita saat ini, yaitu
berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan, baik pada lingkup pendidikan
dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Salah satunya adalah dengan
diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diharapkan
dapat mengantisipasi dan memberikan solusi terhadap rendahnya mutu pendidikan
di Indonesia. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan utama KTSP adalah memandirikan
dan memberdayakan sekolah dalam pengembangan kompetensi yang akan
disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan lingkungan. KTSP memberi
peluang bagi kepala sekolah, guru dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan
improvisasi di sekolah berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran,
manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan
profesionalisme yang dimiliki. Dengan demikian, pada KTSP ini guru diberi
kesempatan untuk mengembangkan indikator pembelajarannya sendiri sehingga
guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memilih serta
mengembangkan metode dan media pembelajaran yang akan diberikan di sekolah.
Metode dan media yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat
kemampuan masing – masing sekolah. Dengan kurikulum ini, maka guru sebagai
pendidik harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat bagi peserta
didiknya karena merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. Penerapan metode mengajar yang
bervariasi dan efektif merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar
siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Selanjutnya diharapkan
dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar sekaligus sebagai indikator
peningkatan kualitas pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 2 Surakarta termasuk dalam
salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh sebagian besar siswa karena
bersifat hafalan. Pelajaran Geografi acap kali dianggap membosankan sehingga
siswa kurang tertarik dalam memahami dan menguasai konsep – konsep pada
materi tersebut. Proses pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru (teacher
centre), transfer pengetahuan maupun pola interaksi hanya berlangsung satu arah,
dan guru kurang membekali siswa dengan kecakapan berpikir spasial yang
merupakan esensi penting dalam pembelajaran geografi. Hal tersebut membuat
siswa menjadi pasif, memiliki kecakapan spasial yang rendah, kurang merangsang
siswa untuk belajar mandiri, serta tidak mampu melejitkan potensi dan
kemampuan yang ada pada diri mereka. Metode ini kurang tepat dan efektif untuk
diterapkan dalam pengembangan KTSP karena disini guru hanya memberi
penjelasan kepada siswa tanpa memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap
konsep yang diberikan, sehingga tujuan yang ditetapkan tidak tercapai secara
optimal. Ketepatan dalam menggunakan metode mengajar yang dilakukan oleh
guru akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap mata
pelajaran yang diberikan, juga terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan
mudah menerima materi yang diberikan oleh guru apabila metode mengajar yang
digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan pengajarannya.
Faktor permasalahan yang tidak kalah penting adalah kurang optimalnya
pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multimedia yang telah
disediakan pihak SMA Negeri 2 Surakarta. Media ini sangat penting dalam
menunjang penanaman kecakapan berpikir spasial siswa dalam pembelajaran
geografi. Seharusnya dengan memanfaatkan fasilitas tersebut dan ditunjang
dengan metode pembelajaran yang tepat, guru mampu mengemas materi geografi
ke dalam sebuah proses pembelajaran yang menarik dan mampu meningkatkan
motivasi serta minat siswa, sehingga berpengaruh positif terhadap kecakapan
berpikir spasial dan hasil belajar siswa.
Esensi geografi yang memandang obyek dan fenomena secara spasial
mengharuskan guru untuk menguasai materi pembelajaran dari sudut pandang
spasial pula. Maksudnya adalah guru geografi diharapkan memiliki intelegensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 spasial yang diimplementasikan dalam ketrampilan spasial. Intelegensi spasial
inilah yang ikut memberikan saham kepada pengembangan kemampuan berfikir
peserta didik. (http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id).
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut diharapkan para guru di
sekolah tersebut mampu menyajikan materi-materi Geografi dengan lebih
menarik, kreatif, inovatif serta mampu menumbuhkan motivasi siswa untuk
mempelajarinya. Oleh karena itu, guru harus mempunyai kemampuan dalam
mengembangkan metode pengajaran dan pemanfaatan media pembelajaran
seoptimal mungkin sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan adanya
media, bahan belajar yang abstrak dapat dikongkritkan, bahan belajar yang tidak
menarik manjadi lebih menarik.
Berdasarkan kenyataan di atas, sistem pembelajaran khususnya di SMA
Negeri 2 Surakarta harus diubah menuju suatu kreativitas pembelajaran yang lebih
inovatif dan menarik serta mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap
suatu konsep secara maksimal sesuai dengan KTSP. Hal tersebut karena
pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk
siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu
peserta didik melakukan kegiatan belajar, tidak hanya sekedar transfer
pengetahuan dari guru ke murid, sebab keduanya kini bersama-sama dalam
suasana dialogis menjawab pertanyaan dunia sekelilingnya. Untuk membantu
mengatasi permasalahan tersebut di atas, diperlukan suatu tindakan pada materi
pembelajaran yang bersangkutan, yaitu pemanfaatan media pembelajaran, strategi,
pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil yang efektif. Metode
mengajar yang baik adalah metode yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan
pengajarannya. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya kritis dalam menentukan
metode mengajar yang efektif untuk digunakan pada pokok bahasan tertentu. Di
SMA Negeri 2 Surakarta, siswa cenderung belajar sendiri (perseorangan) sebagai
akibat proses pembelajaran yang berlangsung satu arah antara guru dan murid,
sehingga pembelajaran pun menjadi kurang efektif dan siswa kurang aktif. Untuk
itu, diperlukan sebuah revolusi dalam pengajaran di kelas menuju sebuah proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4 pembelajaran yang efektif, salah satunya yaitu melalui pembelajaran kooperatif
(cooperative learning).
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin,
2005: 4). Di dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing. Model ini tidak hanya unggul dalam membantu
siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, membantu teman, dan
meningkatkan rasa harga diri. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif
pada proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas
interaksi dan komunikasi yang berkualitas, juga dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan hasil belajarnya.
Student Team-Acheivement Division (STAD) dan Teams Games-
Tournament (TGT) merupakan dua jenis metode di antara sekian banyak metode
dalam cooperative learning. STAD menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. STAD terdiri
atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim (kelompok), kuis, skor
kemajuan individual dan rekognisi tim (Slavin, 2005: 143). TGT secara umum
hampir sama dengan STAD, satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah
STAD menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pelajaran, sementara
TGT menggunakan game-game akademik. Sistem permainan dalam TGT yang
dipakai pada penelitian ini adalah Roda Impian (Wheel of Fortune). Permainan
merupakan cara belajar anak yang efektif, sebab anak akan bertambah
pengetahuan dan pengalamannya. Melalui bermain, anak memperoleh pelajaran
yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan fisik (Andang
Ismail, 2006: 23). Dengan adanya permainan diharapkan siswa dapat tertarik dan
tidak bosan dalam belajar Geografi serta dapat mengarahkan siswa dalam suasana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5 kerja sama sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan bermain, anak
secara tidak langsung akan mengikuti peraturan, tata tertib, dan disiplin yang
tinggi.
Kompetensi dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi” merupakan salah satu materi yang disuguhkan pada
pelajaran Geografi. Materi ini diberikan sebagai materi terakhir Geografi di kelas
X. Materi ini dipilih dalam penelitian karena materi ini membutuhkan daya
hafalan dan pemahaman yang cukup tinggi mengenai materi siklus hidrologi,
jenis-jenis perairan darat, dan perairan laut. Selain itu, materi ini mempunyai
peranan yang penting, dimana materi ini saling berkaitan dengan materi-materi
yang telah dipelajari sebelumnya dari awal semester, sehingga diharapkan siswa
akan mampu mengaitkan materi Hidrosfer dengan materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
Penelitian Snider (1986) yang dilakukan pada siswa Grade – 9 untuk
mata pelajaran Geografi di Amerika menemukan, bahwa penggunaan model
cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi belajar siswa dengan
perbedaan hamper 25% dengan kemajuan yang dicapai oleh siswa yang diajar
dengan menggunakan system kompetisi. (Solihatin dan Raharjo, 2007 : 13).
Metode pembelajaran STAD dan TGT sangat cocok digunakan untuk
materi yang sarat akan konsep – konsep, sehingga materi pada kompetensi dasar
ini sesuai dengan karakteristik pada metode pembelajaran tersebut. Dengan
melakukan diskusi, siswa dapat bertukar pikiran dan saling membantu satu sama
lainnya mengenai konsep materi yang dianggap sulit. Dengan metode ini semua
siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menyumbangkan yang terbaik
untuk kelompoknya, sehingga semua anggota kelompok dituntut untuk benar -
benar memahami materi yang dipelajari. Metode TGT dan STAD menuntut siswa
untuk berdiskusi dengan sungguh-sungguh, tidak hanya mengandalkan pada siswa
yang pandai karena mereka akan mengahadapi kuis dan kompetisi pada saat
permainan. Penggunaan metode pembelajaran dalam suasana kerjasama dan
permainan pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya
terhadap Kehidupan di Muka Bumi ini diharapkan efektif dalam meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6 motivasi, minat, dan keaktifan, sehingga berimbas positif terhadap hasil belajar
siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk
mengadakan suatu penelitian yang akan menguraikan efektivitas metode
pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan Teams Games-
Tournament (TGT) pada hasil belajar Geografi pada kompetensi dasar
”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”
siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap membosankan
sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami dan menguasai konsep-
konsep pada materi tersebut yang bersifat hafalan
2. Kurang tepat dan efektifnya metode pembelajaran yang disampaikan guru
karena proses pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru (teacher centre),
transfer pengetahuan maupun pola interaksi hanya berlangsung satu arah, dan
guru kurang membekali siswa dengan kecakapan berpikir spasial
3. Siswa cenderung belajar sendiri (perseorangan) sebagai akibat proses
pembelajaran yang berlangsung satu arah antara guru dan murid
4. Mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 2 Surakarta kurang diminati oleh
sebagian besar siswa, salah satunya akibat kurangnya metode pembelajaran
dalam suasana kerjasama dan permainan seperti dalam pembelajaran STAD
dan TGT
5. Kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang
multimedia yang tersedia di SMA Negeri 2 Surakarta.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka perlu diadakan
pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7 masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada efektivitas metode
pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan Team-Games-
Tournament (TGT) pada hasil belajar Geografi pada kompetensi dasar
”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”
siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan
metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD), Team-
Games-Tournament (TGT), dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab
pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan
metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode
pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) pada kompetensi dasar
”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”
siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan
metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode
pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis
Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X
SMA Negeri 2 Surakarta?
4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan
metode pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) dan metode
pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis
Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X
SMA Negeri 2 Surakarta?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan
metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD), Team-
Games-Tournament (TGT), dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar
”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”
siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan
metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode
pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) pada kompetensi dasar
”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”
siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan
metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode
pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis
Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X
SMA Negeri 2 Surakarta.
4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan
metode pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) dan metode
pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis
Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X
SMA Negeri 2 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori
tentang metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD)
dan Team-Games-Tournament (TGT) yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan gambaran kepada guru dan siswa, bahwa metode pembelajaran
kooperatif Student Team-Achievement Division (STAD) dan Team-Games-
Tournament (TGT) dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.
b. Guru mendapat referensi baru berupa metode pembelajaran kooperatif
yang sesuai sehingga dapat membuat suasana belajar menjadi lebih
bervariasi dan tidak membosankan. Di sisi lain dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam belajar.
c. Memberi sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan
dan peningkatan proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Metode Pembelajaran
Guru harus memiliki strategi di dalam proses belajar - mengajar agar
siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang
diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus dapat
menguasai teknik-teknik penyajian, atau yang biasa disebut metode
pembelajaran.
Sumantri dan Johar Permana (2001: 114) mengemukakan bahwa
“Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi
pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran
proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan”, dan
menurut Surakhmad (1990: 96) “Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan”.
Metode pembelajaran menurut Roestiyah (2008: 1) yaitu “Suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru (instruktur)
atau dapat juga dikatakan teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar
atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran
tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan siswa dengan baik”. Metode
pembelajaran dapat disebut juga metode mengajar.
Istilah pembelajaran menurut Purwadarminta dalam Gino dkk (1993:
30) sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai arti cara
(perbuatan) mengajar atau mengajarkan.
Alvin W. Howard dalam Roestiyah (1989: 16) menyatakan bahwa
“Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing
seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan,
tingkah laku, cita-cita, penghargaan, dan pengetahuan.
Usman (1995: 6) mengemukakan “Mengajar pada prinsipnya
membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar atau mengandung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11 pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan
dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang
menimbulkan proses belajar”. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru
dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan
juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas
maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang kegiatan belajar-mengajar.
Aunurrahman (2009: 34) menjelaskan bahwa “Mengajar merupakan
suatu keadaan atau suatu aktivitas untuk menciptakan suatu situasi yang mampu
mendorong siswa untuk belajar”. Pembelajaran sebagai suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan
mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik,
menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang
sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang
memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan
eksistensi sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap,
kebiasaan dan tingkah laku yang baik.
Kesimpulan berdasarkan beberapa pendapat di atas, yaitu bahwa
metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam pembelajaran
agar materi pelajaran dapat dipahami dan dimengerti siswa dengan baik
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Semakin baik metode itu, maka
semakin efektif pula pencapaian tujuannya. Dengan memiliki pengertian secara
umum mengenai sifat berbagai metode mengajar, baik mengenai kebaikan-
kebaikannya maupun mengenai kelemahan-kelemahannya, seorang guru akan
lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi
khusus yang dihadapinya. Metode pembelajaran dibuat sebagai suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di
kelas atau tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran,
serta mengarahkan kita didalam mendesain pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Margono (1995 : 8) mengemukakan bahwa agar dapat menentukan
metode mengajar yang baik dan efisien, maka perlu mempertimbangkan
beberapa hal, yaitu : ”(1) Tujuan pengajaran. Berisi tentang perumusan pola
tingkah laku yang berupa kemampuan, keterampilan serta sikap yang diharapkan
dapat dimiliki setelah kegiatan belajar selesai. Tujuan ini sangat menentukan
pemilihan metode yang tepat. Makin terperinci suatu tujuan pengajaran, maka
akan semakin mudah didalam menentukan metode yang tepat untuk digunakan.
(2) Materi Pelajaran. Tiap bidang studi memiliki isi serta struktur yang berbeda.
Sebagai contoh materi-materi atau pokok bahasan didalam mata pelajaran IPS
akan sangat berbeda dengan materi-materi serta pokok bahasan dalam pelajaran
IPA. Hal ini akan memberikan corak yang khusus dengan metode pembelajaran
yang digunakan. (3) Siswa. Perlu memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas,
perbedaan kemampuan belajar siswa, tingkat perkembangan, perbedaan
kesempatan kecepatan serta berbagai cara belajar siswa. (4) Guru. Guru
hendaknya memiliki kemampuan profesional, kepribadian, serta teknik mengajar
yang digunakan. (5) Fasilitas. Perlu juga untuk mempertimbangkan ketersediaan
alat, media, ruangan dan penggunaan waktu yang dimiliki oleh siswa”.
Perpaduan pengaruh faktor-faktor itulah yang menjadi pertimbangan
utama untuk menentukan metode mana yang paling baik untuk secara optimal
berpengaruh atas dan terhadap faktor-faktor tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode
pembelajaran. Efektivitas berasal dari bahasa Inggris “efectifity” (kata sifat) yang
berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya, dapat membawa hasil,
berhasil guna). (Peter Salim dan Yani Salim, 1991: 376). Dengan demikian,
efektivitas berarti ada efeknya (pengaruh, akibatnya) yang menunjukkan
keberhasilan dari segi tercapai atau tidaknya suatu sasaran yang telah ditetapkan.
Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi
antarsiswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat adalah metode
yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan, sedangkan metode
pembelajaran yang efektif adalah metode yang memanfaatkan semua potensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13 untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas metode
pembelajaran dapat ditinjau dari hasil belajar yang diperoleh setelah proses
belajar mengajar. Hasil yang mendekati sasaran berarti makin tinggi
efektivitasnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar yang
efektif yaitu metode mengajar yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini
digunakan metode STAD dan TGT sebagai alternatif metode yang diharapkan
efektif dalam melaksanakan pengajaran Geografi.
Stufflebeam (1974) dalam Tayibnafis (2000:3) mengemukakan bahwa
untuk mengetahui efektivitas suatu program, perlu dilakukan penilaian terhadap
manfaat atau daya guna program tersebut. Penilaian terhadap manfaat atau daya
guna disebut juga dengan evaluasi. Dalam menilai efektivitas suatu program,
terdapat berbagai pendekatan evaluasi, salah satunya yaitu dengan pendekatan
eksperimental (experimental approach). Pendekatan ini berasal dari kontrol
eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik. Tujuannya
untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu
program tertentu dengan mengontrol sabanyak-banyaknya faktor dan
mengisolasi pengaruh program. (http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-
efektivitas-pembelajaran.html).
Selain melalui pendekatan eksperimental, Suryosubroto (1997:36)
mengemukakan bahwa efektifvitas guru mengajar dapat dilihat dari keberhasilan
siswa dalam menguasai apa yang diajarkan guru itu. Adapun indikator yang
dapat dilihat untuk menentukan apakah pembelajaran itu berhasil atau tidak
dapat dilihat dari dua segi yaitu: a) Mengajar guru, menyangkut sejauh mana
tujuan pembelajaran yang direncanakan tercapai. b) Belajar murid,
mengungkapkan sejauh mana tujuan pembelajaran yang ingin tercapai melalui
kegiatan belajar mengajar atau yang sering disebut dengan ketuntasan belajar
dilakukan dengan tes evaluasi.
Mengacu pada pernyataan di atas, efektivitas pembelajaran dalam
penelitian ini diukur selain menggunakan pendekatan ketuntasan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14 (Kriteria Ketuntasan Minimal), juga menggunaan pendekatan eksperimen, yaitu
dengan membandingkan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Sebelum perlakuan diberikan, kedua kelompok tersebut diberi
pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa, kemudian setelah itu siswa
mengikuti pembelajaran pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi dengan metode pembelajaran
yang berbeda. Pada kelompok kontrol, siswa diajar menggunakan metode
pembelajaran Ceramah Tanya Jawab, kelompok eksperimen 1 menggunakan
metode pembelajaran STAD, dan kelompok eksperimen 2 menggunakan metode
pembelajaran TGT. Setelah selesai mengikuti pembelajaran, masing-masing
siswa mengikuti posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kompetensi
dasar tersebut.
Hasil nilai pretest dan posttest dari kedua kelompok tersebut kemudian
dibandingkan. Dengan memperhatikan perbedaan hasil belajar antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen maka dapat diketahui efektivitas perlakuan
metode pembelajaran tersebut. Perlakuan akan dikatakan efektif jika hasil belajar
kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol dan nilai rata-rata
pada kelompok eksperimen mencapai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan
oleh pihak sekolah.
a. Metode Pembelajaran Student Teams - Achievement Divisions
Lie (2004: 22) meyebutkan bahwa pada dasarnya ada tiga model
pembelajaran, yaitu model kompetisi, model individual, dan model kooperatif.
Di antara ketiga model pembelajaran tesebut yang sekarang sedang
memasyarakat untuk diterapkan adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah belajar kelompok atau belajar dalam team. Sedangkan
Slavin (2008: 4) mengemukakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada
berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran”. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa
diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15 untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup
kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan
bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan
kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota
lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk
mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang
terdiri atas 4-6 orang. (Johnson dalam Isjoni, 2007: 15-16).
Lebih lanjut, Djahiri K dalam Isjoni (2007 : 19) menyebutkan
“Cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang
menuntut diterapkannya pendekatan belajar siswa yang sentris, humanistik, dan
demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan
belajarnya. Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu
membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau sekolah. Lingkungan
belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri
siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Jadi, cooperative
learning dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang
terarah, terpadu, efektif, dan efisien ke arah mencari atau mengkaji sesuatu
melalui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai
proses dan hasil belajar yang produktif (survive)”.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen - elemen yang saling terkait. Lie dalam Sugiyanto (2009: 40-42)
mengemukakan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut : “(1)
Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru
menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan.
Hubungan saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling
ketergantungan positif. (2) Interaksi tatap muka. Interaksi tatap muka akan
memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat
berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu
sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. (3)
Akuntabilitas individual. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16 dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran secara individual, selanjutnya disampaikan oleh
guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena
itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan
kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua
anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas
individual. (4) Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Keterampilan
sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan
bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak
mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam
menjalin hubungan antarpribadi (interpersonal relationship) tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin
hubungan antarpribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama
siswa”.
Slavin dalam Isjoni (2007: 21-22) mengemukakan tiga konsep sentral
yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu: “(1) Penghargaan
kelompok. Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok
untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh
jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan
kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok
dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung, saling
membantu, dan saling peduli. (2) Pertanggungjawaban individu. Keberhasilan
kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.
Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok
yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara
individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas -
tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. (3)
Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. Pembelajaran kooperatif
menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17 peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan
menggunakan metode scoring ini, setiap siswa baik yang berprestasi rendah,
sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya”.
Sugiyanto (2009: 43-44) mengemukakan adanya nilai pembelajaran
kooperatif, di antaranya adalah : “(1) Meningkatkan kepekaan dan
kesetiakawanan sosial. (2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai
sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. (3)
Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. (4) Memungkinkan
terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. (5)
Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. (6) Membangun
persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. (7) Berbagai
ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling
membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. (8) Meningkatkan rasa saling
percaya kepada sesama manusia. (9) Meningkatkan kemampuan memandang
masalah dan situasi dari berbagai perspektif. (10) Meningkatkan kesediaan
menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. (11) Meningkatkan
kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin,
normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas”.
Jarolimek dan Parker dalam Isjoni (2007 : 25) mengemukakan bahwa
“Kelemahan pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) Guru harus mempersiapkan
pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga,
pemikiran, dan waktu. (2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar,
maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. (3)
Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang sedang dibahas meluas, sehingga banyak yang tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. (4) Saat diskusi kelas, terkadang
didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif”.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh
Robert E. Slavin yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18 untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Jadi, tekanan utama metode
ini adalah keberhasilan target kelompok dengan asumsi bahwa target hanya
dapat dicapai jika setiap anggota tim berusaha menguasai subyek yang
menjadi bahasan. STAD ini merupakan salah satu metode pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan metode yang paling baik
untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
Armstrong (2008) mengemukakan “STAD has been described as the
simplest of a group of cooperative learning techniques referred to as STudent
Team Learning Methods. In the STAD approach students are assigned to four or
five member teams reflecting a heterogeneous grouping of high, average, and
low achieveing students of diverse ethnic backgrounds and different genders.
Each week, the teacher introduces new material through a lecture, class
discussion, or some form of a teacher presentation. Team members then
collaborate on worksheets designed to expand and reinforce the material taught
by the teacher”.
Ada tiga konsep dalam metode pembelajaran ini, yaitu : Pertama,
penghargaan terhadap tim, hal ini dapat diperoleh jika tim berhasil memperoleh
poin tertinggi dalam periode tertentu. Kedua, pertanggungjawaban individu yang
mengacu pada fakta bahwa siklus tim sangat tergantung pada peran masing -
masing individu pendukungnya. Untuk setiap anggota tim harus mampu dan
bersedia menjadi tutor bagi rekannya agar siap menghadapi soal atau kuis yang
diberikan. Ketiga, adanya kesempatan yang sama untuk sukses. Kesempatan
yang sama untuk sukses berarti bahwa apa yang diberikan anggota tim
merupakan perbaikan kesalahan yang pernah dibuat. Anggota yang semula
mendapat nilai kuis rendah harus berusaha mencapai nilai rata - rata.
Siswa yang terlibat dalam pembelajaran STAD dibagi dalam tim belajar
yang terdiri atas 4-5 orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis
kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa
bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah
menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19 materi secara sendiri-sendiri, saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling
membantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan skor pencapaian mereka
sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan
tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai
sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan
tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau
penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan termasuk presentasi yang
disampaikan guru, praktik tim, dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode
kelas. (Slavin, 2008: 11-12).
Slavin (2008: 143-146) mengemukakan bahwa metode pembelajaran
STAD terdiri atas lima komponen utama. Komponen yang pertama adalah
presentasi kelas. Materi pokok dalam STAD adalah pengenalan awal dalam
presentasi kelas. Presentasi kelas dapat dilakukan melalui pengajaran secara
langsung atau pengajaran diskusi dengan guru, tetapi dapat juga presentasi
menggunakan audio visual. Prasentasi kelas dalam STAD berbeda dengan
pengajaran pada umumnya karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal
pokok saja. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam
kelompok. Dengan demikian, siswa dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam
memperhatikan materi yang diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena
hal tersebut juga akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang nantinya
juga akan mempengaruhi skor dari tim mereka.
Komponen yang kedua dalam STAD adalah tim atau kelompok. Tim
atau kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi, jenis kelamin,
maupun suku. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota
tim telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan
anggota tim dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim dapat
mengerjakan dengan baik. Setelah guru mempresentasikan materi, anggota tim
secara bersama-sama mempelajari lembar kerja atau materi lain yang diberikan
guru. Dalam hal ini, siswa mendiskusikan masalah atau kesulitan yang ada,
membandingkan jawaban dari masing-masing anggota tim dan membetulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20 kesalahan konsep dari anggota tim. Tim merupakan hal penting yang harus
ditonjolkan dalam STAD. Dalam setiap langkah, titik beratnya adalah membuat
anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan
yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
Komponen yang ketiga dalam pembelajaran STAD adalah kuis. Setelah
satu atau dua kali pertemuan guru mempresentasikan materi di kelas dan setelah
satu atau dua kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi kuis
secara individual. Siswa tidak diperbolehkan saling membantu dalam
mengerjakan kuis. Jadi, setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam
menguasai materi pelajaran yang diberikan.
Komponen yang keempat adalah skor kemajuan individual. Gagasan di
balik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa
tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan
memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat
memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor
ini, tetapi tidak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha
mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor ”awal”, yang diperoleh dari nilai
kinerja siswa tersebut sebelumnya. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin
untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan
dengan skor awal mereka. Perhitungan skor kemajuan individual dapat dilihat
pada Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Skor Kemajuan Individual
Skor Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10 - 1 poin dibawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
Sumber : Slavin (2008 : 159)
Komponen yang kelima dalam pembelajaran STAD adalah rekognisi
tim atau penghargaan tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21 penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
Skor tim siswa akan digunakan untuk menentukan tingkat pemahaman siswa.
Adapun skema pembelajaran kooperatif tipe STAD ditunjukkan pada
Gambar 2.1 sebagai berikut :
Sumber : Slavin (2008 : 143)
Gambar 2.1. Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Metode pembelajaran STAD memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut :
(1) Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan aturan tertentu
sehingga kemampuan dan perkembangan siswa dapat terpantau dan tergali
dengan baik, (2) Adanya penghargaan individu maupun kelompok akan mampu
memotivasi belajar siswa, baik secara individu maupun kelompok, (3)
Terciptanya suasana kompetitif untuk menghasilkan yang terbaik antara siswa
dalam kelompok maupun antarkelompok dalam kelas, sehingga kegiatan belajar
mengajar lebih hidup, (4) Transfer atau perpindahan ilmu tidak hanya terjadi
dari guru atau buku ke siswa melainkan juga terjadi antarsiswa, (5) Siswa
Pembentukan kelompok secara heterogen (beranggotakan 4-6 orang)
Kegiatan Kelompok (belajar kelompok dan mengerjakan soal kelompok)
Presentasi Kelas (guru menyampaikan materi pelajaran)
Kuis oleh masing-masing individu
Skoring individual dan kelompok
Penghargaan kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22 mendapat kemudahan dalam memahami materi, (6) Siswa bekerjasama dalam
mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma dalam belajar
kelompok, (7) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat siswa lain dalam
kelompoknya untuk sama - sama berhasil, (8) Siswa aktif berperan sebagai tutor
sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompoknya, (9) Terjadi interaksi
antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai
berikut: (1) Pekerjaan administratif guru menjadi lebih banyak, (2) Waktu
kegiatan belajar mengajar sedikit banyak akan terkurangi, karena untuk
menyusun tempat duduk kelompok, (3) Konstribusi dari siswa yang berprestasi
rendah menjadi kurang, (4) Siswa yang berprestasi tinggi akan mengarah pada
kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan, (5) Apabila ada
siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya maka siswa akan kurang
dapat bekerja sama dalam memahami materi maupun penyelesaian tugas, (6)
Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar
kelompok, (7) Apabila ada siswa yang malas maka usaha kelompok untuk
mendapatkan penghargaan akan terlambat.
b. Metode Pembelajaran Team - Games - Tournament
Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan
Keith Edward. Metode TGT merupakan metode pembelajaran pertama dari John
Hopkins. (Slavin, 2008:13). Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama
antarkelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Dalam
pembelajaran ini terdapat penggunaan teknik permainan. Permainan ini
mengandung persaingan menurut aturan - aturan yang telah ditentukan. Dalam
permainan diharapkan tiap-tiap kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan
keterampilannya untuk bersaing agar memperoleh suatu kemenangan.
Menggunakan TGT di kelas membantu guru untuk meningkatkan pemahaman
dan motivasi di antara murid-murid, yang diharapkan menghasilkan peningkatan
motivasi dan prestasi jangka panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
van Wyk (2010) mengemukakan bahwa “TGT uses the same teacher
presentations and team work as in STAD, but replaces the quizzes with weekly
tournaments, in which students play academic games with members of other
teams to contribute points to their team scores. Student playthe games at three-
person “tournament tables” with others with similar past records in
mathematics. A “bumping” procedure keeps the games fair”. Metode
pembelajaran TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi
menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan
permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri
untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan
masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam
game, teman yang lain tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi
tanggung jawab individual.
Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan
dengan metode STAD dalam pembentukan kelompok dan penyampaian materi
tetapi menggantikan kuis dengan turnamen dimana siswa memainkan game
akademik dengan anggota lain untuk meyumbangkan poin bagi skor timnya.
(Slavin, 2008: 13). Beberapa keuntungan dari teknik permainan dalam situasi
belajar kelompok, yakni bermanfaat khususnya untuk mengajarkan aspek-aspek
kognitif tingkat tinggi seperti analisis, dengan adanya persaingan untuk
mendapatkan kemenangan maka akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi
siswa, dan dengan teknik permainan ini terbentuk suatu situasi belajar yang
menyenangkan yang tentu saja sangat mempengaruhi tingkat konsentrasi,
kecepatan menyerap materi pelajaran, jumlah pelajaran dan kematangan
pemahamannya.
Terdapat lima komponen dalam pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. (Slavin, 2008 :161). Komponen pertama adalah presentasi
kelas atau pengamatan langsung. Presentasi kelas digunakan guru untuk
memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi
ataupun presentasi audiovisual. Guru membagi kelompok siswa serta
menyebutkan konsep-konsep yang harus dipelajari, memberikan cerita singkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24 untuk pendahuluan mengenai materi yang akan diajarkan dalam kehidupan
sehari-hari. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa
presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara
ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi
perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat
membantu mereka menjawab soal – soal pada saat kompetisi dalam permainan.
Komponen kedua dalam pembelajaran TGT adalah belajar tim. Tim
terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam
hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini
adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih
khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk dapat menjawab
soal pada saat permainan dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya,
tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau meteri lainnya.
Pembelajaran tim sering melibatkan pembahasan permasalahan bersama,
membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila
anggota tim ada yang membuat kesalahan. Pada metode TGT ini, poin penting
yang perlu ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik
untuk membantu tiap anggotanya.
Komponen ketiga adalah permainan. Permainan disusun untuk menguji
pengetahuan yang dicapai siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan -
pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan lain.
Permainan dalam pembelajaran koopertaif metode TGT dapat berupa permainan
yang mudah dan banyak dikenal. Dalam penelitian ini permainan yang
digunakan adalah Roda Impian (Wheel of Fortune).
Komponen keempat dalam pembelajaran TGT adalah pertandingan atau
turnamen. Tournament adalah sebuah struktur dimana permainan berlangsung.
Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru
memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok
terhadap lembar kegiatan. Dalam tournament masing-masing siswa mewakili
tim yang berbeda. Kompetisi yang seimbang ini memungkinkan para siswa dari
semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25 tim mereka, jika mereka melakukan yang terbaik. Setelah tournament selesai
maka dilakukan penilaian.
Komponen terakhir dalam pembelajaran TGT adalah penghargaan tim.
Gunakan imajinasi, kreativitas, dan variasikan penghargaan dari waktu ke
waktu. Hal yang lebih penting adalah dapat menyenangkan para siswa atas
prestasi yang mereka buat daripada sekedar memberikan hadiah besar.
Adapun skema pembelajaran kooperatif tipe TGT ditunjukkan pada
Gambar 2.2 berikut ini :
Sumber : Slavin (2008 : 166).
Gambar 2.2. Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, meskipun proses belajar
mengajar dilakukan secara berkelompok, akan tetapi prestasi belajar yang diukur
adalah prestasi belajar individu. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat
belajar dengan sungguh-sungguh karena terpacu untuk lebih siap belajar
khususnya belajar materi Geografi, tanpa ada rasa takut untuk mempelajarinya.
Pembentukan kelompok secara heterogen (beranggotakan 4-6 orang)
Kegiatan Kelompok (belajar kelompok dan diskusi kelompok)
Presentasi Kelas (guru menyampaikan materi pelajaran)
Game oleh masing-masing kelompok
Turnamen tim
Penghargaan tim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26 Peran guru dalam metode TGT ini hanya bertindak sebagai fasilitator yang
memantau kegiatan masing-masing kelompok.
Metode pembelajaran TGT memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut : (1)
Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu, (2) mendidik siswa
untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, (3) meningkatkan kebaikan budi,
kepekaan dan toleransi, (4) dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi
secara mendalam, (5) proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari
siswa, (6) pemahaman peserta didik akan bertambah dengan adanya permainan
(tournament) pada saat proses pembelajaran, (7) aktivitas belajar dengan
permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks, (8) pendekatan teknik mengajar
belajar sambil bermain mampu menarik minat murid untuk mengembangkan diri
mereka, (9) adanya turnamen akan meningkatkan motivasi belajar siswa untuk
menjadi yang terbaik.
Kelemahan metode TGT adalah sebagai berikut: (1) Waktu yang
dihabiskan untuk diskusi dan turnamen cukup banyak, sehingga kadang kala
melewati waktu yang sudah ditetapkan, (2) suasana permainan dan turnamen
membuat kelas menjadi gaduh.
De Vries et al. (1980) dalam van Wyk (2010) mengemukakan “…TGT
is the most appropriate for teaching welldefined objectives with single right
answers, such as mathematical computations and applications, language usage
and mechanics, geography and map skills, and science concepts”.
Permainan merupakan salah satu cara belajar yang paling efektiv, yaitu
dengan bermain dalam kegiatan belajar mengajarnya, atau yang biasa disebut
sebagai permainan edukatif. Permainan edukatif menurut Andang Ismail (2006:
119) adalah “Suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan
cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik”. Dalam permainan, siswa
dapat meningkatkan penalaran, memahami keberadaan di lingkungan teman
sebaya, membentuk daya imajinasi dengan dunia sesungguhnya, mengikuti
peraturan, tata tertib, dan disiplin yang tinggi. Perkembangan bermain sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27 cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur,
kemampuan dan minat anak didik yang secara berangsur-angsur dikembangkan
konsep “bermain sambil belajar”. Bermain sebagai bentuk kegiatan belajar
adalah bermain yang kreatif, menyenangkan, dan bersifat mendidik.
Ismail (2006: 150) mengemukakan fungsi dari permainan edukatif,
yaitu: “(1) Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak melalui proses
pembelajaran bermain sambil belajar. (2) Merangsang pengembangan daya pikir,
daya cipta, dan bahasa, agar dapat menumbuhkan sikap, mental, serta akhlak
yang baik. (3) Menciptakan lingkungan bermain yang menarik, memberikan rasa
aman, dan menyenangkan. (4) Meningkatkan kualitas pembelajaran anak-anak.
Aktivitas bermain dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan
kepuasan, namun ditandai dengan adanya pencarian “menang - kalah” (games).
Bermain sebagai games, kesenangan dan kepuasan yang diperoleh seseorang
harus melibatkan kehadiran orang lain. Tanpa hadirnya pihak kedua (sebagai
lawan), maka games tidak akan terjadi, sebab games hanya akan berlaku jika ada
unsur sportivitas, aturan, dan menang - kalah. Artinya, seseorang akan
memperoleh kesenangan dan kepuasan setelah mampu mengungguli atau
menaklukkan pihak lawan. Dengan demikian, bermain sebagai games
merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dalam rangka memperoleh
kesenangan dan kepuasan setelah mengungguli kemampuan lawan mainnya.
(Ismail, 2006: 15-16).
Pentingnya bermain bagi perkembangan kepribadian siswa telah diakui
kebenarannya secara universal. Bermain merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia dewasa maupun anak-anak. Kesempatan bermain akan memberikan
kegembiraan serta kepuasan emosional tersendiri karena bermain merupakan
kegiatan spontan dan kreatif, yang dengannya seseorang dapat menemukan
ekpresi diri secara sepenuhnya. Sederet Ahli Filsafat seperti Plato dan
Aristoteles, serta Ahli Pendidikan seperti Comenius, Rouseau, Pestalozi,
Froebel, al-Ghazali, dan Avicenna menekankan betapa pentingnya permainan
bagi seorang anak, berapa pun tingkat usianya. Bagi mereka, bermain dipandang
sebagai kegiatan alamiah dalam mendapatkan pengalaman-pengalaman, alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28 menemukan kreativitas, serta sarana untuk mengembangkan kecerdasan. Unsur-
unsur afeksi, kognisi, maupun psikomotor yang terdapat dalam diri mereka
sudah selayaknya terbiasa diaktifkan demi mendapatkan kecerdasan yang
berkualitas. Melalui permainanlah ketiga unsur pokok pendukung intelektualitas
siswa dapat lebih mudah ditangkap, karena permainan merupakan sarana belajar
yang paling efektif dan menyenangkan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
jika kemudian lahir berbagai metode pembelajaran yang membawa siswa kepada
suasana belajar yang menyenangkan dan mengasyikan, tidak menghadapkan
mereka kepada suasana belajar yang menjemukan.
Permainan mempunyai peranan penting dalam pembinaan pribadi
siswa. Selain itu, melalui permainan akan mengarahkan mereka pada suatu
aktivitas yang membantu untuk mencapai perkembangan utuh, baik fisik,
intelektual, sosial, moral, dan emosional.
Zulkifli L (2001) dalam Ismail (2006 : 18-19) mengemukakan manfaat
permainan, yaitu : “(1) Sarana untuk membawa anak ke alam bermasyarakat.
Dalam suasana permainan mereka saling mengenal, saling menghargai satu
dengan lainnya, dan dengan perlahan-lahan tumbuhlah rasa kebersamaan yang
menjadi landasan bagi pembentukan perasaan sosial. (2) Untuk mengenal
kekuatan sendiri. Anak-anak yang sudah terbiasa melakukan permainan dapat
mengenal kedudukannya di kalangan teman-temannya. (3) Untuk memperoleh
kesempatan mengembangkan fantasi dan menyalurkan kecenderungan
pembawaannya. (4) Dapat melatih untuk menempa emosi. Ketika melakukan
permainan, mereka mengalami bermacam-macam perasaan. Ada anak yang
dapat menikmati suasana permainan itu, namun sebaliknya, ada anak lain yang
merasa kecewa. (5) Untuk memperoleh kegembiraan, kesenangan, dan kepuasan.
Suasana kegembiraan dalam permainan dapat menjauhkan diri dari perasaan
rendah, misalnya perasaan dengki, rasa iri hati, dan sebagainya. (6) Melatih diri
untuk menaati peraturan yang berlaku. Mereka menaati peraturan yang berlaku
dengan penuh kejujuran untuk menjaga agar tingkat permainan tetap tinggi”.
Saat ini, materi ajar untuk pembelajaran Geografi telah dikemas ke
dalam berbagai bentuk media, misalnya media permainan (teka-teki, simulasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29 permainan papan dan lain-lain), media cetak, rekaman audio visual, software
komputer, dan lain sebagainya. Roda Impian yang dipakai dalam penelitian ini
pada umumnya ditampilkan dalam sebuah papan kayu yang dapat diputar,
berbentuk bulat yang dilengkapi angka – angka pada sekelilingnya. Namun
demikian, khusus dalam penelitian ini, permaianan Roda Impian disajikan
dengan media komputer berupa program Macromedia Flash Player 7.
Macromedia Flash merupakan suatu sofware paling populer saat ini dalam hal
animasi (khususnya di web) yang dapat mewujudkan imajinasi dan daya khayal
manusia yang tiada batas. Tampilan Roda Impian dengan media komputer
diharapkan dapat meningkatkan minat dan antusiasme siswa pada saat proses
pembelajaran sedang berlangsung.
Roda Impian merupakan sarana permainan berupa suatu roda bernomor
yang dimainkan dengan cara diputar. Setelah diputar, roda akan berhenti pada
nomor tertentu yang tepat ditunjuk oleh jarum. Nomor yang ditunjuk oleh jarum
tersebut mengandung pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Di dalam setiap
nomor terkandung pertanyaan yang berbeda – beda.
Bermain Roda Impian seperti sedang mengikuti acara kuis berhadiah,
sehingga pada saat permainan berlangsung, suasana diusahakan kondusif dan
semenarik mungkin. Dalam permainan ini tidak ada bantuan huruf atau kisi-kisi
jawaban, sehingga siswa harus menguasai materi pelajaran seutuhnya. Agar
dapat menjawab dengan benar, diperlukan koordinasi dan kerja sama pada saat
belajar tim karena kontribusi individu sangat menentukan keberhasilan tim.
Penguasaan materi pelajaran dan kreativitas siswa merupakan modal untuk
bertanding. Dengan penguasaan materi yang luas, siswa dapat menjawab
pertanyaan dengan mudah sedangkan siswa kreatif memungkinkan untuk
menjawab soal yang berupa pertanyaan analisis. Adanya suasana yang menarik
atau menyenangkan menyebabkan para siswa bersemangat dan memacu mereka
untuk melakukan yang terbaik.
Jenis permainan Roda Impian termasuk kedalam jenis permainan yang
jarang ditemui dan belum banyak dimainkan oleh siswa. Dengan demikian,
Roda Impian dapat dikategorikan sebagai jenis permainan yang baru, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30 akan meningkatkan ketertarikan siswa untuk memainkannya. Adanya permainan
yang lebih menarik dapat memberikan semangat baru bagi siswa untuk belajar
ditambah pula seolah-olah siswa sedang mengikuti suatu kuis berhadiah.
Permainan Roda Impian mempunyai variasi soal yang lebih banyak,
sehingga siswa akan terlatih mengerjakan berbagai tipe soal. Di dalam materi
Hidrosfer, siswa dikenalkan dengan istilah – istilah baru kaitannya dengan bahan
siklus hidrologi, perairan darat dan perairan laut, sehingga jika siswa lebih
banyak berlatih maka siswa akan lebih mudah menguasai materi.
Berdasar karakteristik di atas, permainan Roda Impian dapat menambah
motivasi belajar dan lebih mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran,
karena permainan ini lebih banyak melatih pengetahuan dan keberanian
berpendapat dengan jalan mengerjakan berbagai variasi soal. Dalam permainan
ini, jumlah soal lebih banyak dan dalam menjawab ada batasan waktu sehingga
siswa dilatih untuk berpikir cepat, tepat dan kreatif, misalnya dengan
menggunakan cara-cara tertentu dalam menghafal dan memahami istilah –
istilah dalam materi Hidrosfer agar menghemat waktu.
Dengan bermain Roda Impian diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman dan minat belajar siswa akan materi pokok Hidrosfer. Belajar
sambil bermain memberi peluang kepada siswa untuk belajar dalam suasana
bebas, menggembirakan dan bermakna. Bagaimana pun, bermain itu bukanlah
bermain yang bebas tanpa rancangan, tetapi bermain yang terstruktur, fleksibel
dan memenuhi keperluan kognitif, psikomotor dan afektif siswa. Belajar sambil
bermain tidak selalu berakibat buruk pada hasil belajar siswa karena penyajian
materi melibatkan siswa agar aktif dalam belajar dan bermain bersama
kelompoknya sehingga memberikan kontribusi pada peningkatan motivasi siswa
untuk belajar dan berprestasi.
c. Metode Pembelajaran Ceramah Tanya Jawab
“Metode Ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara
memberikan penjelasan-penjelasan secara lisan kepada peserta didik.
Penggunaaan metode ceramah sangat tergantung kepada kemampuan guru,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31 karena gurulah yang berperan penuh dalam metode ceramah”. (Sumantri,
Mulyani dan Johar Permana, 2001: 116 ).
Metode Ceramah menurut Hasibuan dan Moedjiono (1988: 13) adalah
“Cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan”. Metode ceramah
dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk
menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan
literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan pemahaman
siswa.
Pengajaran menggunakan metode Ceramah mengandung unsur paksaan
pada siswa. Dalam hal, ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta
mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru. Padahal dalam diri siswa
terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak
disamping menerima informasi dari guru. Meskipun demikian, penggunaan
metode ceramah masih mutlak diperlukan dengan mempertimbangkan aspek
tujuan pengajaran, serta fasilitas yang tersedia di sekolah.
Ceramah sebagai metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan metode Ceramah menurut Gulo (2002 : 138), yaitu : “(1)
Hemat dalam menggunakan waktu dan alat, (2) mampu membangkitkan minat
dan antusias siswa, (3) membantu siswa untuk membangkitkan kemampuan
mendengarnya, (4) merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari
berbagai sumber, (5) mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah
diketahui oleh siswa”.
Kekurangan metode Ceramah menurut Sumantri, Mulyani dan Johar
Permana (2001: 119) adalah sebagai berikut : “(1) Dapat menimbulkan
kejenuhan kepada peserta didik apalagi bila guru kurang dapat
mengorganisasikannya, (2) menimbulkan verbalisme pada peserta didik, (3)
materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru, (4) merugikan peserta didik
yang lemah dalam ketrampilan mendengarkan, (5) menjejali peserta didik
dengan konsep yang belum tentu diingat terus, (6) informasi yang disampaikan
mudah usang dan ketinggalan jaman, (7) tidak merangsang perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32 kreativitas peserta didik, (8) Terjadi proses satu arah dari guru kepada peserta
didik.
Untuk meningkatkan keefektivan pengajaran dengan metode ceramah,
maka di dalam penelitian ini juga menggunakan metode Tanya Jawab sebagai
variasi metode ceramah. Metode Ceramah Tanya Jawab digunakan dengan
memanfaatkan keunggulan dan mengatasi kekurangan – kekurangan metode
ceramah.
Metode Tanya Jawab menurut Sumantri, Mulyani dan Johar Permana
(2001: 120) adalah “Cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar
melalui interaksi dua arah atau two way traffics dari guru ke peserta didik atau
dari peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui
jawaban lisan guru atau peserta didik”.
Metode pembelajaran Tanya Jawab adalah suatu cara mengelola
pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan
siswa memahami materi tersebut. Metode ini akan menjadi efektif bila materi
yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi
tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup
(pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka
(pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara
yang menarik.
Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom dalam Savin (2008:
16-18), antara lain: “(1) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge
question), yaitu pertanyaan yang hanya mengaharapkan jawaban yang sifatnya
hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang dipelajarinya, (2) Pertanyaan
pemahaman (comprehention question), yaitu pertanyaan yang menuntut siswa
untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi informasi – informasi
yang pernah diterimanya dengan kata – kata sendiri atau menginterpretasikan
atau membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan
membandingkan atau membeda – bedakan, 3) Pertanyaan penerapan
(application question), yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi
jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan dan informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33 pernah diterima, 4) Pertanyaan analisis (analysis question), yaitu pertanyaan
yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan cara mengidentifikasi
motif masalah yang ditampilkan, mencari bukti – bukti atau kejadian yang
menunjang suatu kesimpulan atau generalisasi dan menarik kesimpulan
berdasarkan informasi yang ada atau membuat generalisasi dari atau berdasarkan
informasi yang ada, 5) Pertanyaan sintesis (synthesis question), yaitu pertanyaan
yang benar tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa
untuk mengembangkan potensi dan daya kreasinya, 6) Pertanyaan evaluasi
(evaluation question), yaitu pertanyaan yang menghendaki siswa untuk
menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap
suatu issue yang ditampilkan.
Metode Tanya Jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.
Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam
mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam
mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab
pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan
penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih
efektiv dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa
ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
Dalam metode ini, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa
menjawabnya, atau sebaliknya siswa bertanya guru menjelaskan. Dalam proses
tanya jawab, terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan
menjawabnya sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan dari siswa kepada
siswa atau kelompok lainnya tanpa merasa khawatir dinilai tidak dapat
menjawab pertanyaan itu. Dengan metode Tanya Jawab tidak hanya terjadi
interaksi dua arah tetapi juga banyak arah
Hasibuan dan Moedjiono (1988: 14) mengemukakan bahwa “bertanya
di dalam proses belajar mengajar memegang peranan penting sebab pertanyaan
yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan : (1) Meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (2) Membangkitkan minat
dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan, (3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34 Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri
adalah bertanya, (4) Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang
baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik, (5)
Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas”.
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana (2001: 122) mengemukakan
"Kekurangan metode Tanya Jawab, yaitu : (1) Pada kelas besar pertanyaan tidak
dapat disebarkan kepada seluruh peserta didik, sehingga peserta didik tidak
memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab maupun bertanya, (2) Peserta
didik yang tidak aktif tidak mempertahankan bahkan tidak terlibat secara mental,
(3) Menimbulkan rasa gugup pada peserta didik yang tidak memiliki keberanian
menjawab dan bertanya (kemampuan lisan), (4) Dapat membuang waktu bila
peserta didik tidak responsif terhadap pertanyaan”.
2. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran Geografi yang diajarkan dalam penelitian ini
adalah pada Kompetensi Dasar “menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap
kehidupan di muka bumi”. Materi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5
halaman 158 - 214. Indikator yang harus dicapai siswa setelah mengikuti
pembelajaran ini adalah sebagai berikut : (a) Menjelaskan siklus hidrologi, (b)
Menentukan jenis air tanah, (c) Mengklasifikasi jenis-jenis danau, (d)
Mendeskripsikan manfaat rawa, (e) Mengklasifikasi ciri sungai dan jenis pola
aliran sungai, (f) Menganalisis faktor penyebab kerusakan, serta upaya
pelestarian Daerah Aliran Sungai, (g) Menjelaskan perbedaan pesisir dan pantai,
(h) Mengklasifikasi jenis-jenis laut, (i) Mengidentifikasi morfologi laut, (j)
Menjelaskan gerakan air laut, (k) Mengidentifikasi kualitas air laut di Indonesia,
(m) Menjelaskan manfaat perairan laut.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (2008: 22) adalah “Kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35 dan menurut Hasibuan dan Moedjiono (1988: 3-4) “Hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.”
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku
dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun
ketrampilan motorik dan di sekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dari
penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. (Sukmadinata, 2003:
102).
Masidjo (1995: 25) mengemukakan bahwa ”Hasil belajar merupakan
hasil akhir yang dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh program studi
yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, bisa dinyatakan
dengan nilai-nilai yang diperoleh melalui tes formatif. Tes formatif diperoleh
melalui ujian formatif yang memuat sebagian bahan pelajaran untuk mencapai
sebagian bidang hasil belajar. Bidang hasil belajar dalam penilaian tes formatif
itu misalnya adalah ulangan harian, tes sisipan 1, tes sisipan 2, yang isinya
merupakan sebagian dari bahan pelajaran”.
Kesimpulan dari pendapat di atas, yaitu bahwa hasil belajar adalah hasil
yang menunjukkan penguasaan siswa akan materi pelajaran yang ditempuhnya.
Hasil belajar siswa tidak akan tampak jika siswa belum melakukan suatu usaha
yang diperoleh melalui aktivitas belajar.
Belajar memegang peranan yang sangat penting dalam proses
pengajaran. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas yaitu
mengalami. Belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir
manusia telah memulai usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan
mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, para ahli berusaha menjelaskan
pengertian belajar menurut sudut pandang yang berbeda-beda, walaupun
demikian terdapat juga persamaan dalam definisi-definisi tersebut.
Lester D Crow dan Alice Crow dalam Roestiyah (1989: 141)
mengemukakan bahwa “Belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36 pengetahuan, dan sikap”. Jadi, seseorang dikatakan belajar jika ada perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar dalam
hal ini merupakan suatu proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi
selama murid menjalani pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Hal
yang perlu kita perhatikan adalah pola perubahan pada pengetahuan selama
pengalaman belajar itu berlangsung.
Burton dalam Aunurrahman (2009: 35) menyebutkan bahwa “Belajar
adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka
mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.
Sukmadinata (2003: 155-156) mengemukakan beberapa definisi belajar
dari para ahli, antara lain :
Witherington (1952: 165): “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Hilgard (1962: 252): “Belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”. Di Vesta and Thompson (1970: 112): “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
Wragg dalam Aunurrahman (2009: 36) mengemukakan bahwa
“Terdapat ciri umum dalam kegiatan belajar, yaitu: (1) Belajar menunjukkan
suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja, (2) Belajar
merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungannya dalam hal
ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu
memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah
diperoleh atau ditemukan sebelumnya, akan tetapi menimbulkan perhatian
kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. (3)
Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku”.
Jadi, kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat di atas
yaitu, bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu
dalam perubahan tingkah laku, baik melalui latihan dan pengalaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37 menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh
tujuan tertentu.
Hasil belajar siswa diukur melalui tes sehingga dapat ketahui
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut Rakhmat dan Didi
Suherdi (2001: 56) “Tes hasil belajar adalah alat atau prosedur sistematik untuk
mengukur hasil belajar siswa”.
Tes hasil belajar adalah suatu tes yang mengukur prestasi seseorang
dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas, yang dilakukan
secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan
nilai. Kemampuan atau kecakapan aktual yang dimiliki siswa inilah yang
dilaporkan oleh suatu tes hasil belajar, dengan demikian fungsi utama tes hasil
belajar adalah mengukur keberhasilan belajar siswa dan sekaligus pula
mengukur keberhasilan guru dalam mengajar suatu mata pelajaran.
(Masidjo,1995: 39-40).
Sudijono (2005: 67) menyatakan bahwa “Tes dalam dunia evaluasi
pendidikan adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu
ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang
berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan -
pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan)
oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran
tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi
testee”.
Menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana (2008: 22) ”Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional pengklasifikasian hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah
yaitu ranah kognitif, afektif dan rahah psikomotorik”.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesia dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban atau refleksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah
psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilam dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu : (a) gerak reflek, (b)
keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau
ketepatan, (e) gerakan keterampilam kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan
interpretatif .
Ketiga ranah tersebut menjadi aspek penilain hasil belajar. Di antara
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan.
B. Penelitian yang Relevan
Berikut ini disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis :
Nuswantoro (2008) melakukan penelitian tentang “Efektivitas Metode
Pembelajaran Student Teams Achievement and Division, Group Investigation,
Ceramah Tanya Jawab terhadap Prestasi Belajar IPS Geografi Siswa SMP
Negeri I Cepogo Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009”. Penelitian menggunakan
metode penelitian eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa
kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali tahun ajaran 2008/2009. Sampel yang
terpilih adalah kelas VIIA, B, dan C. Teknik pengumpulan data menggunakan
metode tes dengan jenis tes obyektif. Teknik analisis data dengan menggunakan
anava 1 jalan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan : (1) Terdapat perbedaan
yang signifikan antara metode pembelajaran STAD, metode pembelajaran GI
dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab terhadap prestasi belajar IPS
Geografi siswa kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs >Ftab
(F0,05);(2: 111) yaitu 50,406 > 3,08 ; (2) Penggunaan metode Gi lebih efektif dari
pada metode STAD dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar
siswa kelas VII SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 9,55 > Ftab
(F0,05);(1: 74) = 3,94; (3) Penggunaan metode STAD lebih efektif dari metode
Ceramah Tanya Jawab dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39 belajar siswa SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 45,26 > Ftab (F0,05);(1:
74) = 3,94; (4) Penggunaan metode GI lebih efektif dari metode Ceramah Tanya
Jawab dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa SMP N
I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 45,26 > Ftab (F0,05);(1: 74) = 3,94.
Sularmi (2007) melakukan penelitian tentang “Efektivitas Pembelajaran
Kooperatif Student Teams Achievement and Division (STAD) terhadap Hasil
Belajar Siswa Kompetensi Dasar Menyimpulkan Hakikat Geografi (Eksperimen
di Kelas X SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007)”. Penelitian
tersebut menggunakan metode eksperimentasi. Populasi penelitian adalah siswa
kelas X-E dan X-G SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2006/2007. Sampel
diambil dengan teknik random sampling sederhana 2 kelas dari 8 kelas. Kelas
eksperimen ditetapkan pada kelas X-E sedangkan untuk kelas control ditetapkan
pada kelas X-G masing-masing sejumlah 40 siswa. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik tes dengan jenis soal obyektif. Analisis data yang
digunakan adalah Analisis Kovarian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD lebih efektif dibandingkan
metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar siswa kompetensi dasar
menyimpulkan hakikat Geografi yang ditunjukkan dengan harga tobs > ttab = 51 >
3,97 pada taraf signifikansi 5%.
Kusumawati (2009) melakukan penelitian tentang “Penggunaan Metode
Pembelajaran Teams Games Tournament Disertai Media Gambar Cetak sebagai
Upaya dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Geografi pada
Kompetensi Dasar Atmosfer Bagi Siswa Kelas X di SMA N 2 Sukoharjo tahun
Ajaran 2008/2009”. Penelitian tersebut adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
yang dilakukan di SMA N 2 Sukoharjo dengan obyek penelitian siswa kelas X7
dengan jumlah siswa 42 anak. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
tes, dan analisis dokumen. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa yang diajar
dengan metode TGT yang disertai media gambar cetak mengalami peningkatan
dari siklus 1 menuju siklus 2 pada kompetensi dasar atmosfer, dimana keaktifan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40 mengalami peningkatan sebesar 2,38% dan hasil belajar mengalami peningkatan
sebesar 7,03%.
Perbandingan penelitian yang relevan dapat dilihat pada Tabel 2
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian yang Relevan
No Penulis Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Agung
Nuswantoro (2008)
“Efektivitas Metode Pembelajaran Student Teams Achievement and Division, Group Investigation, Ceramah Tanya Jawab terhadap Prestasi Belajar IPS Geografi Siswa SMP Negeri I Cepogo Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009” (Tesis)
Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali tahun ajaran 2008/2009. Sampel yang terpilih adalah kelas VIIA, B, dan C. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dengan jenis tes obyektif. Teknik analisis data dengan menggunakan anava 1 jalan.
(1)Terdapat perbedaan yang signifikan antara metode pembelajaran STAD, metode pembelajaran GI dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab (CTJ) terhadap prestasi belajar IPS Geografi siswa kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs >Ftab (F0,05);(2: 111) yaitu 50,406 > 3,08 ; (2) Penggunaan metode Gi lebih efektif dari pada metode STAD dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa kelas VII SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 9,55 > Ftab (F0,05);(1: 74) = 3,94; (3) Penggunaan metode STAD lebih efektif dari metode CTJ dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 45,26 > Ftab (F0,05);(1:
74) = 3,94; (4) Penggunaan metode GI lebih efektif dari metode CTJ dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 45,26 > Ftab (F0,05);(1:
74) = 3,94. 2. Sularmi
(2007) “Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement and Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar Menyimpulkan Hakikat Geografi (Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007” (skripsi).
Penelitian menggunakan metode eksperimentasi. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2006/2007. Sampel diambil dengan teknik random sampling sederhana 2 kelas dari 8 kelas. Kelas eksperimen ditetapkan pada kelas X.E dan kelas kontrol ditetapkan pada kelas X.G. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dengan jenis soal obyektif. Analisis data yang digunakan adalah Anakova.
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD lebih efektif dibandingkan metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar siswa kompetensi dasar menyimpulkan hakikat Geografi yang ditunjukkan dengan harga tobs > ttab = 51 > 3,97 pada taraf signifikansi 5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3. Indah Kusumawati (2009)
“Penggunaan Metode Pembelajaran Teams games Tournament Disertai Media Gambar Cetak sebagai Upaya dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Atmosfer Bagi Siswa Kelas X di SMA N 2 Sukoharjo tahun Ajaran 2008/2009” (Skripsi).
Penelitian tersebut adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SMA N 2 Sukoharjo, dengan obyek penelitian siswa kelas X.7 dengan jumlah siswa 42 anak. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes, dan analisis dokumen. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus.
Keaktifan dan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode TGT yang disertai media gambar cetak mengalami peningkatan dari siklus 1 menuju siklus 2 pada kompetensi dasar atmosfer, dimana keaktifan mengalami peningkatan sebesar 2,38% dan hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 7,03%.
4. Innastiti L.R (2010)
“Efektivitas Metode Pembelajaran STAD dan TGT pada Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X SMA N 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”
Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen. Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa Kelas X SMA N 2 Surakarta. Pemilihan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan sampel siswa Kelas X-5 sebagai kelas eksperimen 1, Kelas X-1sebagai kelas eksperimen 2 dan Kelas X-3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dengan metode tes. Teknik analisis data memakai Anakova.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
C. Kerangka Pemikiran
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Hal tersebut berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Keberhasilan dalam
belajar dapat diketahui dari suatu alat ukur yang berupa tes maupun non tes, alat
ukur ini mengetahui seberapa jauh siswa mampu menguasai konsep pelajaran
yang telah diterimanya.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor,
di antaranya adalah penggunaan metode mengajar. Metode mengajar yang baik
merupakan metode yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan, kondisi
siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pembelajarannya sehingga bisa dilihat
apakah metode yang diterapkan efektif. Dengan demikian, perlu kiranya
dilaksanakan suatu metode yang dapat melibatkan siswa di dalam poses belajar
mengajar dan sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat
berinteraksi dengan siswa yang lain di dalam sebuah kelompok, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan konsep materi serta dapat
menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dengan
adanya metode pembelajaran yang cocok dengan kondisi siswa maupun sekolah,
diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar siswa.
Materi hidrosfer merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran
geografi bagi siswa kelas X. Pada materi ini memuat konsep-konsep yang
dianggap sulit oleh sebagian besar siswa SMA. Selain dituntut untuk menghafal,
siswa juga dituntut untuk memahami konsep materi yang umumnya bersifat
abstrak. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode dan media ajar yang dapat
mempermudah cara belajar siswa. Dalam penelitian ini metode pembelajaran
yang dipakai adalah metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams
Achievement Divisions) dan TGT (Teams Games Tournament) dengan
menggunakan permainan Roda Impian.
Metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement
Division) merupakan metode dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44 kecil dengan aturan tertentu sehingga kemampuan dan perkembangan siswa
dapat terpantau dan tergali dengan baik. Siswa aktif berperan sebagai tutor
sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompoknya. Pendidik hanya
berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar, serta
mampu menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta
didiknya. Adanya penghargaan kelompok diharapkan akan mampu untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat diduga bahwa metode
pembelajaran STAD lebih efektif dibandingkan dengan metode Ceramah Tanya
Jawab. Pembelajaran dengan metode Ceramah Tanya Jawab memang
memungkinkan terjadi interaksi dua arah antara guru dengan siswa. Namun
demikian, pada kelas besar pertanyaan tidak dapat disebarkan kepada seluruh
siswa, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab
maupun bertanya. Metode Ceramah Tanya Jawab menimbulkan rasa gugup pada
peserta didik yang tidak memiliki keberanian menjawab dan bertanya, sehingga
kelas hanya didominasi oleh siswa yang pandai menjawab dan bertanya saja.
Selain itu, metode ini dapat membuang waktu bila siswa tidak responsif terhadap
pertanyaan guru.
Metode pembelajaran kooperatif TGT (Teams Games Tournament)
yang akan diterapkan diharapkan mampu mendorong siswa untuk lebih aktif
dalam setiap kelompok, saling bekerja sama, bermain dan bertanding
antarkelompok serta dapat saling berpacu untuk memperoleh prestasi yang tinggi
dan dapat memperkecil perbedaan yang ada pada diri siswa dalam proses
pemahaman materi pelajaran. Dengan metode TGT (Teams Games Tournament)
diharapkan dapat merangsang siswa untuk lebih siap belajar geografi tanpa ada
rasa takut untuk mempelajarinya dan bahkan akan mendorong siswa untuk
mempelajari ilmu geografi lebih dalam lagi. Roda Impian yang digunakan dalam
metode TGT (Teams Games Tournament) dimaksudkan selain ada unsur
permainannya juga ada unsur pendidikannya. Roda Impian merupakan
permainan yang jarang ditemui di masyarakat. Biasanya permainan ini
digunakan pada acara kuis dan di tempat hiburan. Oleh karena itu, siswa menjadi
penasaran dan tertarik untuk ikut dalam permainan. Bermain Roda Impian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45 diperlukan persiapan yang cukup, baik materi maupun mental. Untuk itu,
diharapkan semua siswa belajar lebih giat untuk menguasai materi Hidrosfer.
Dalam permainan ini tidak ada faktor keberuntungan, sehingga untuk menjadi
pemenang dalam turnamen, siswa dalam satu tim harus dapat menjawab
pertanyaan sebanyak-banyaknya dengan benar. Sistem permainan dan kompetisi
pada metode pembelajaran TGT sangat cocok diterapkan pada tingkat usia
remaja seperti siswa SMA, sehingga menjadikan mereka lebih aktif dan lebih
antusias saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dapat diduga bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode TGT (Teams Games Tournament)
dengan media Roda Impian lebih efektif dibandingkan dengan siswa yang
melalui proses pembelajaran dengan menggunakan metode STAD (Student
Teams Achievement Divisions) maupun metode pembelajaran Ceramah Tanya
Jawab. Hal tersebut karena adanya unsur permainan yang menjadikan siswa
lebih termotivasi untuk belajar dan berkompetisi dalam suasana rileks.
Untuk memperjelas hubungan metode pembelajaran dengan hasil
belajar siswa ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka pemikiran sebagai berikut:
Keterangan :
= Lebih Baik.
Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan masih
bersifat teoritis. (Sukardi, 2008: 41).
Kelompok Eksperimen 1 Kelompok Eksperimen 2 Kelompok Kontrol
Metode STAD Metode TGT Metode Ceramah
Tanya Jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan hasil belajar Geografi yang menggunakan metode
pembelajaran STAD, metode TGT, dan metode Ceramah Tanya Jawab pada
Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
2. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada
hasil belajar Geografi dengan metode STAD pada Kompetensi Dasar
“Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka
Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
3. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih baik
daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada
Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
4. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada
hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada
Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang dilaksanakan untuk kegiatan penelitian ini selama empat
belas bulan di tahun 2010 sampai tahun 2011. Adapun jadwal pelaksanaan
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini :
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Jadwal Kegiatan Jan 2010
Feb – Mar 2010
Apr 2010 Mei 2010
Jun – Ags 2010
Sept 2010 – Feb 2011
Persiapan Penyusunan proposal
Penyusunan Instrumen Penelitian
Pengumpulan data
Analisis data Penulisan laporan
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini, yang merupakan kelompok besar yang
memiliki karakteristik umum yang sama yang menjadi sasaran penelitian adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010, yaitu
sebanyak 345 siswa. Populasi tersebut terbagi ke dalam sepuluh kelas, yaitu siswa
Kelas X-1, siswa Kelas X-2, siswa Kelas X-3, siswa Kelas X-4, siswa Kelas X-5,
siswa Kelas X-6, siswa Kelas X-7, siswa Kelas X-8, siswa Kelas X-9, dan siswa
Kelas X-10.
Penentuan sampel yang merupakan kelompok kecil individu yang
dilibatkan secara langsung dalam penelitian ini digunakan teknik simple random
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48 sampling. Teknik tersebut memungkinkan semua anggota populasi mempunyai
kesempatan yang sama dan independen untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengundi kesepuluh kelas yang
menjadi anggota populasi. Undian tersebut dilaksanakan satu tahap dengan tiga
kali pengambilan. Nomor undian yang pertama keluar ditetapkan sebagai
kelompok eksperimen I, nomor undian yang keluar kedua ditetapkan sebagai
kelompok eksperimen II, dan nomor undian yang keluar berikutnya ditetapkan
sebagai kelompok kontrol. Berdasarkan undian, terpilihlah siswa Kelas X-5
sebagai kelompok eksperimen 1 diberi pembelajaran dengan metode STAD, siswa
Kelas X-1 sebagai kelompok eksperimen 2 diberi pembelajaran dengan metode
TGT, dan siswa Kelas X-3 sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran
Ceramah Tanya Jawab.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yang merupakan sesuatu, konsep, gejala
yang menjadi fokus atau sasaran penelitian, diidentifikasikan sebagai berikut :
a. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas yang berfungsi untuk
mempengaruhi variabel yang lainnya adalah metode pembelajaran yang meliputi
metode pembelajaran STAD, TGT, dan Ceramah Tanya Jawab. Ketiga variabel
tersebut secara bebas berpengaruh terhadap variabel hasil belajar siswa.
1) Metode STAD
a) Definisi Operasional: Pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, siswa duduk bersama dalam
kelompok yang beranggotakan empat atau lima orang untuk saling
membantu satu sama lainnya sebagai tutor sebaya dengan tujuan untuk
menguasai materi Geografi pada Kompetensi Dasar “Menganalisis
Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”.
b) Skala Pengukuran : Nominal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
c) Indikator : Proses pembelajaran sesuai dengan metode mengajar yang
ditetapkan.
2) Metode TGT
a) Definisi Operasional : Pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan turnamen akademik.
b) Skala Pengukuran : Nominal.
c) Indikator : Proses pembelajaran sesuai dengan metode mengajar yang
ditetapkan.
3) Metode Ceramah Tanya Jawab
a) Definisi Operasional : Penyajian pelajaran oleh guru dengan cara
memberikan penjelasan – penjelasan secara lisan disertai pertanyaan –
pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi yang diberikan.
b) Skala Pengukuran : Nominal.
c) Indikator : Proses pembelajaran sesuai dengan metode mengajar yang
ditetapkan.
b. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini sebagai variabel terikatnya adalah hasil belajar
siswa pada kompetensi dasar “menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap
kehidupan di muka bumi”. Variabel tersebut dipengaruhi oleh ketiga metode
pembelajaran.
1) Definisi Operasional : Skor yang menunjukkan penguasaan siswa akan
materi pelajaran Geografi pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer
dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”.
2) Skala Pengukuran : Interval.
3) Indikator : Hasil belajar geografi setelah berlangsungnya proses belajar
mengajar.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Pada
penelitian ini, metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50 kemampuan awal (pretest) dan posttest hasil belajar geografi gaya kognitif siswa
pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi di SMA Negeri 2 Surakarta.
Tes awal atau yang sering dikenal dengan istilah pretest ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang
akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Sementara itu, tes akhir atau
posttest dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi
pelajaran pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya
terhadap Kehidupan di Muka Bumi yang tergolong penting sudah dapat dikuasai
dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Fungsi posttest adalah untuk
menilai kemampuan murid mengenai materi pelajaran sesudah pengajaran
pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi dan sebagai bahan acuan untuk melakukan
perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi
yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data adalah soal tes yang
berjenis tes formatif untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai bahan
pelajaran setelah mengikuti suatu program instruksional tertentu, dalam hal ini
adalah penguasaan pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi.
Sebelum soal tes dibuat, terlebih dahulu direncanakan kisi-kisi soal
terhadap jenjang ranah kognitif siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis
Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi. Indikator materi
pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut : (1) Menjelaskan siklus hidrologi,
(2) Mendeskripsikan air tanah, (3) Mengklasifikasi jenis-jenis danau, (4)
Mendeskripsikan manfaat rawa, (5) Mengklasifikasi ciri sungai dan jenis pola
aliran sungai, (6) Menganalisis faktor penyebab kerusakan, serta upaya pelestarian
Daerah Aliran Sungai, (7) Menjelaskan perbedaan pesisir dan pantai, (8)
Mengklasifikasi jenis-jenis laut, (9) Mengidentifikasi morfologi laut, (10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51 Menjelaskan gerakan air laut, (11) Mengidentifikasi kualitas air laut di Indonesia,
(12) Menjelaskan manfaat perairan laut. Materi selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Kisi-kisi soal instrumen penelitian selengkapknya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 3.2. Kisi – kisi Soal Instrumen Penelitian
Indikator Aspek Kognitif Jumlah C1 C2 C3
1. 1 3 2 3 2. - 5 4 2 3. 6, 7, 30 8 - 4 4. 10 - 9 2 5. 11 13, 14 12 4 6. - 17 15, 16 3 7. 24 - - 1 8. - 18 19 2 9. - 20, 21 - 2 10. 23, 25 - 22 3 11. 28 - 26, 27 3 12. 29 - - 1
Jumlah 30
Bentuk soal yang digunakan adalah tes obyektif pilihan ganda atau
multiple-choice test. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sama
untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Cara menilai tes dilakukan
dengan rumus Percentages correction, dimana hasil yang dicapai setiap siswa
dihitung dari persentase jawaban yang benar. (Purwanto, 2006: 112). Contoh
perhitungan nilai tes dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 43.
Sebelum soal tes diberikan kepada subyek penelitian, terlebih dahulu soal
ini diujicobakan kepada para siswa di luar subyek penelitian. Tujuannya adalah
untuk mengetahui apakah alat ukur ini layak dipakai sebagai alat pengumpul data,
sehingga perlu dilakukan uji instrumen tersebut dengan menganalisis validitas,
reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran item soal. Uji coba dilakukan pada
siswa di luar sampel penelitian, yaitu siswa Kelas X-2 SMA Negeri 2 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
a. Validitas
Data evaluasi yang baik dan sesuai dengan kenyataannya disebut data
valid. Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Jika pernyataan tersebut dibalik, instrumen evaluasi
dituntut untuk valid karena diinginkan diperoleh data yang valid. Dengan kata
lain, instrumen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi valid. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila mengukur apa
yang hendak diukur. Validitas item soal dihitung menggunakan rumus korelasi
product moment dari Karl Pearson. Berikut ini disajikan ringkasan hasil uji
validitas item soal pretest dan posttest:
Tabel 3.3. Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Pretest
No. rxy rtabel Ket. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.
0,473 0,427 0,599 0,625 0,602 0,534 0,477 0,568 0,488 0,392 0,615 0,592 0,546 0,546 0,63
0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Uji validitas butir soal pretest dilakukan sebanyak dua tahap. Tahap
pertama pengujian validitas diperoleh bahwa dari 35 soal pretest yang dibuat,
diperoleh 30 butir soal yang valid dan 5 butir soal yang tidak valid yaitu soal
nomor 1, 16, 18, 21, dan 35. Ketigapuluh butir soal yang valid tersebut kemudian
diuji validitasnya pada tahap kedua dan diperoleh hasil bahwa ketigapuluh butir
soal tersebut valid semuanya, sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas pada
No. rxy rtabel Ket. 19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
0,492 0,737 0,445 0,373 0,421 0,462 0,553 0,489 0,379 0,457 0,367 0,453 0,613 0,517 0,445
0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53 tahap ketiga. Dengan demikian, 30 butir soal yang valid tersebut dapat digunakan
untuk penelitian. Item soal dikatakan valid apabila harga rxy lebih besar dari rtabel
pada taraf signifikansi (α) = 5%. Perhitungan butir soal nomor 4 diperoleh rxy
sebesar 0,599 sedangkan harga rtabel pada N = 30 dengan taraf signifikansi 5%
sebesar 0,328, karena rxy> rtabel atau 0,599 > 0,328 maka dapat disimpulkan bahwa
butir soal nomor 4 dinyatakan valid. Hasil uji validitas item soal pretest
selengkapnya disajikan pada Lampiran 27.
Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Posttest
Uji validitas butir soal posttest dilakukan sebanyak dua tahap. Tahap
pertama pengujian validitas diperoleh bahwa dari 35 soal posttest yang dibuat
diperoleh 30 butir soal yang valid dan 5 butir soal yang tidak valid, yaitu soal
nomor 1, 16, 18, 21, dan 35. Dengan demikian, 30 butir soal yang valid dapat
digunakan untuk penelitian, sedangkan 5 butir soal yang tidak valid tidak
digunakan dalam penelitian. Perhitungan butir soal nomor 3 diperoleh rxy sebesar
0,591 sedangkan harga rtabel pada N = 30 dengan taraf signifikansi 5% sebesar
0,328, karena rxy > rtabel atau 0,591 > 0,328 maka dapat disimpulkan bahwa butir
No. rxy rtabel Ket. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.
0,534 0,591 0,406 0,401 0,34 0,454 0,47 0,433 0,471 0,42 0,658 0,484 0,703 0,461 0,356
0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
No. rxy rtabel Ket. 19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
0,347 0,619 0,428 0,364 0,456 0,473 0,409 0,398 0,351 0,416 0,374 0,36 0,518 0,461 0,452
0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54 soal nomor 3 dinyatakan valid. Hasil uji validitas item soal posttest selengkapnya
disajikan pada Lampiran 28.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Tes dikatakan
memiliki kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap. Reliabilitas merupakan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek
yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada
waktu yang sama. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg
memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Untuk menghitung koefisien
reliabilitas tes bentuk obyektif digunakan rumus Kuder-Richardson (KR 20).
Tabel 3.5. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Pretest
Instrumen Penelitian Jumlah Soal Keputusan
Uji Reliabilitas Kriteria
Uji Reliabilitas Soal Pretest 30 0,906 Tinggi
Dari 30 butir soal pretest yang valid dilakukan uji reliabilitas
dengan menggunakan rumus KR-20, dan diperoleh hasil perhitungan (r hitung > r
tabel) r11 = 0,906 > 0,328, yang berarti tes tersebut reliabel atau dapat dipercaya.
Berdasarkan kriteria indeks reliabilitas, tes tersebut mempunyai reliabilitas yang
tinggi. Perhitungan uji reliabilitas item soal pretest selengkapnya disajikan pada
Lampiran 27.
Tabel 3.6. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Posttest
Instrumen Penelitian Jumlah Soal Keputusan
Uji Reliabilitas Kriteria
Uji Reliabilitas Soal Posttest 30 0,872 Tinggi
Hasil uji reliabilitas pada tabel di atas dapat diketahui bahwa instrumen
penelitian untuk item soal posttest adalah reliabel. Hasil uji reliabilitas pada tabel
di atas diperoleh rhitung sebesar 0,872 sehingga dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian dinyatakan reliabel dengan kriteria reliabilitas tinggi, yaitu
antara 0,71 sampai dengan 0,90. Perhitungan reliabilitas soal posttest
selengkapnya disajikan pada Lampiran 28.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c. Daya Pembeda Item Soal
Daya pembeda item soal merupakan kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang
berkemampuan rendah (kurang pandai). Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut ”indeks diskriminasi”.
Tabel 3.7. Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Pretest
Hasil pengujian daya beda item soal pretest menunjukkan sebesar 4 soal
(13,3%) memiliki daya beda yang lebih membedakan, 9 soal (30%) cukup
membedakan, dan 17 soal (56,7%) soal memiliki daya beda yang kurang,
sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal pretest memiliki
kriteria daya beda yang kurang.
No. Daya Beda Keterangan
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.
0,333 0,333 0,556 0,667 0,444 0,444 0,333 0,500 0,333 0,389 0,500 0,611 0,389 0,500 0,611
Kurang Kurang Cukup Lebih Cukup Cukup Kurang Cukup Kurang Kurang Cukup Lebih
Kurang Cukup Lebih
No. Daya Beda Keterangan
19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
0,444 0,722 0,333 0,333 0,333 0,278 0,556 0,389 0,333 0,389 0,389 0,333 0,389 0,444 0,333
Cukup Lebih
Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56 Tabel 3.8. Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Posttest
No. Daya Beda Keterangan 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.
0,389 0,611 0,389 0,222 0,389 0,333 0,444 0,278 0,556 0,333 0,611 0,389 0,667 0,444 0,278
Kurang Lebih
Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Cukup Kurang Lebih
Kurang Lebih Cukup Kurang
Hasil pengujian daya beda item soal posttest menunjukkan sebesar 4 soal
(13,3%) memiliki daya beda yang lebih membedakan, 4 soal (13,3%) cukup
membedakan, dan 22 soal (73,4%) soal memiliki daya beda yang kurang,
sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal - soal tes memiliki
kriteria daya beda yang kurang. Perhitungan uji daya beda item soal posttest
dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28.
d. Taraf Kesukaran Item Soal
Tingkat kesukaran item soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran
(difficulty index), yaitu menunjukkan sukar mudahnya suatu soal.
Hasil pengujian terhadap tingkat kesukaran item soal pretest
menunjukkan sebesar 8 soal (26,7%) mudah, 17 soal (56,7%) sedang, 5 soal
(16,6%) sukar, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal tes
tergolong sedang. Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran soal pretesecara
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.9. Perhitungan tingkat kesukaran item soal
pretest dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.
No. Daya Beda Keterangan 19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
0,278 0,778 0,222 0,222 0,500 0,389 0,333 0,278 0,333 0,278 0,278 0,222 0,278 0,333 0,278
Kurang Lebih
Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57 Tabel 3.9. Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Pretest
Tabel 3.10 Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Posttest
No. Tingkat Kesukaran
Keterangan
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.
0,528 0,583 0,583 0,500 0,417 0,444 0,556 0,417 0,444 0,556 0,583 0,528 0,556 0,611 0,750
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah
No. Tingkat Kesukaran
Keterangan
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.
0,556 0,778 0,611 0,556 0,556 0,333 0,500 0,528 0,722 0,750 0,583 0,583 0,583 0,583 0,583
Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sukar
Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
No. Tingkat Kesukaran
Keterangan
19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
0,500 0,583 0,611 0,444 0,556 0,361 0,611 0,417 0,500 0,250 0,417 0,611 0,250 0,389 0,611
Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar Mudah Sedang Sedang Sukar
Sedang Mudah Sukar Sukar Mudah
No. Tingkat Kesukaran
Keterangan
19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
0,583 0,556 0,556 0,556 0,583 0,583 0,500 0,583 0,611 0,417 0,417 0,500 0,472 0,556 0,472
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Hasil pengujian terhadap tingkat kesukaran item soal posttest
menunjukkan sebesar 3 soal (10%) tergolong mudah dan 27 soal (90%) tergolong
sedang, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal tes
tergolong sedang. Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran soal posttest secara
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.10. Perhitungan tingkat kesukaran item
soal posttest dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28.
D. Rancangan Penelitian
Di dalam penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimen.
Keunggulan penelitian ekperimen adalah dapat menentukan apakah hubungan
yang ada merupakan hubungan sebab akibat, sedangkan pada penelitian
korelasional hanya dapat menunjukkan hubungan, bukan sebab-akibat. Penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di dalam
melakukan kontrol terhadap kondisi. (Zuriah, 2005: 57-58).
Dalam penelitian eksperimen terdapat dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan
pengaruh atau treatment tertentu, sedangkan pada kelompok kontrol tidak
diberikan. (Zuriah, 2005: 60).
Jenis desain eksperimen yang digunakan adalah Nonrandomized Control
Group Pretest-Posttest Design (desain prates-pascates kelompok kontrol tanpa
acak) yang dapat dilihat pada Tabel 3.11. Desain tersebut termasuk dalam desain
eksperimen semu, yaitu desain eksperimen yang tidak memungkinkan melakukan
penempatan subyek secara acak, baik karena kelompok kontrol atau komparasi
tidak ada, tidak memuaskan atau terlalu mahal. Dengan demikian, dalam desain
ini peneliti memilih dua atau lebih kelompok subyek yang sudah ada kemudian
memberikan perlakuan eksperimental. Eksperimen dilakukan di suatu kelas
tertentu dengan siswa yang telah ada atau sebagaimana adanya. Peneliti tidak
mungkin mengubah kelas siswa dalam menentukan subyek untuk kelompok -
kelompok eksperimen. Peneliti memilih dua atau lebih kelompok subyek yang
sudah ada kemudian memberikan perlakuan eksperimental.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Siswa pada awal kegiatan penelitian dikenakan test awal (pretest) untuk
mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian siswa diberi perlakuan dengan
menggunakan metode STAD untuk kelompok eksperimen 1, sedangkan kelompok
eksperimen 2 menggunakan metode TGT. Kelompok kontrol dikenakan metode
pembelajaran Ceramah Tanya Jawab. Pada akhir penelitian, siswa dikenakan tes
akhir (posttest). Hasil kedua tes tersebut dipakai sebagai data penelitian untuk
kemudian diolah dan dibandingkan hasilnya dengan analisis statistik.
Tabel 3.11. Rancangan Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen 1 (Metode STAD)
Eksperimen 2 (Metode TGT)
Kontrol (Metode Ceramah Tanya Jawab)
Y1
Y1
Y1
X1
X2
-
Y2
Y2
Y2
(Sukardi, 2008: 186)
Keterangan :
Tabel di atas merupakan bagan Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest
Design (desain prates-pascates kelompok kontrol tanpa acak).
Y1 = hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan Hidrosfer sebelum diberi
perlakuan
Y2 = hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan Hidrosfer setelah diberi
perlakuan
X1 = perlakuan dengan metode STAD
X2 = perlakuan dengan metode TGT
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan ini adalah :
1. Memberikan pretest Y1 pada kelompok eksperimen dan kontrol untuk
mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum obyek diberi perlakuan.
2. Memberikan perlakuan X1 berupa penggunaan metode STAD pada kelompok
eksperimen 1 dan perlakuan X2 berupa penggunaan metode TGT pada
kelompok eksperimen 2.
3. Memberikan posttest Y2 pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi
perlakuan X1 dan X2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60 4. Memberikan posttest Y2 pada kelompok kontrol.
5. Membandingkan hasil pretest dan posttest ketiga kelompok dengan Analisis
Kovarian.
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel penelitian, yaitu siswa Kelas X-1 yang
diajar dengan menggunakan metode pembelajaran TGT (kelompok eksperimen 2),
siswa Kelas X-3 yang diajar menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya
Jawab (kelompok kontrol) dan siswa Kelas X-5 yang diajar menggunakan metode
pembelajaran STAD (kelompok eksperimen 1) ini berasal dari populasi yang
terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas menggunakan uji
Lilliefors.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel
berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varians antara
kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen dilakukan dengan menggunakan Chi
Kuadrat dengan rumus Uji Bartlett pada taraf signifikansi 5 %.
2. Pengujian Hipotesis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Kovarian. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menguji perbedaan antara
kelompok-kelompok eksperimen pada variabel terikat setelah diperoleh perbedaan
awal antarkelompok dari pengukuran pra uji (Subana dan Sudrajat, 2003: 109).
Dengan Analisis Kovarian, perbedaan awal antarkelompok subyek yang tidak
mungkin ditekan dengan penempatan acak dapat terdeteksi, sehingga peneliti
tidak perlu melakukan ”matching”, yaitu mengusahakan penyeimbangan antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol kemudian diberi perlakuan yang berbeda, sehingga akan diketahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61 efektif tidaknya perlakuan tersebut dengan melihat perbedaan hasil belajar. Kelompok
eksperimen 1 diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran STAD,
kelompok eksperimen 2 diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran
TGT, dan kelompok kontrol menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya
Jawab.
Pengujian hipotesis menggunakan Anakova diuraikan sebagai berikut :
a. Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis statistik dalam pengujian menggunakan Anakova adalah
sebagai berikut :
H0 = µ1 = µ2 = µ3 = Tidak terdapat beda skor yang signifikan (Ketiga metode
belajar yaitu STAD, TGT dan Ceramah Tanya Jawab memberikan rata-rata
hasil belajar yang sama).
H1 = Terdapat beda skor yang signifikan (Ketiga metode belajar yaitu STAD,
TGT dan Ceramah Tanya Jawab paling sedikit memberikan 1 rataan hasil
belajar yang tidak sama).
H0 ditolak jika Fo > Ftabel.
Jika H0 ditolak maka diperoleh kesimpulan bahwa paling sedikit terdapat
satu rerata yang berbeda dengan rerata lainnya terhadap hasil belajar siswa.
Artinya, terdapat perbedaan hasil belajar geografi yang menggunakan metode
pembelajaran STAD, TGT, dan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi
Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka
Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Untuk mengetahui lebih lanjut
harga Beda Rata-rata yang masih Signifikan atau BRS, maka harga rata – rata itu
harus disesuaikan menurut harga koefisien kovariabelnya. Pengujian pasca
Analisis Kovarian menggunakan BRS adalah sebagai berikut :
b. Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis statistik pasca analisis kovarian adalah sebagai berikut :
H0 = µ1 - µ2 髈 BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ2, yaitu metode pembelajaran
STAD dan TGT tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).
H1 = µ1 - µ2 > BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ2, yaitu metode pembelajaran
STAD dan TGT menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62 H0 ditolak jika Fhitung > BRS.
Jika H0 ditolak maka berarti dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar
geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan TGT menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan. Artinya hasil belajar geografi yang
menggunakan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar
geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar
Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi
siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
c. Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis statistik pasca analisis kovarian adalah sebagai berikut :
H0 = µ1 - µ3 髈 BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ3, yaitu metode pembelajaran
STAD dan Ceramah Tanya Jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan).
H1 = µ1 - µ3 > BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ3, yaitu metode pembelajaran
STAD dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan).
H0 ditolak jika Fhitung > BRS.
Jika H0 ditolak maka berarti dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar
geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan Ceramah Tanya
Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Artinya hasil belajar
geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD lebih baik daripada
hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya
Jawab pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
d. Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis statistik pasca analisis kovarian adalah sebagai berikut :
H0 = µ2 - µ3 髈 BRS (Rerata hasil belajar µ2 dan µ3, yaitu metode pembelajaran TGT
dan Ceramah Tanya Jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63 H1 = µ2 - µ3 > BRS (Rerata hasil belajar µ2 dan µ3, yaitu metode pembelajaran TGT
dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan).
H0 ditolak jika Fhitung > BRS.
Jika H0 ditolak maka berarti dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar
geografi yang menggunakan metode pembelajaran TGT dan Ceramah Tanya
Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Artinya hasil belajar
geografi yang menggunakan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil
belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab
pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 64
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
SMA Negeri 2 Surakarta terletak pada 07°33’27 ” LS dan 110°49’ 48”
BT dengan alamat di Jalan Monginsidi 40 Margoyodan, Kecamatan Banjarsari,
dan berdampingan dengan SMA Negeri 1 Surakarta. Margoyudan ini dikenal
dengan lingkungan pendidikan karena selain SMA Negeri 2 Surakarta, terdapat
beberapa sekolah lainnya seperti SMK Kristen, SMP Warga Surakarta, SMA
Warga Surakarta, SMA Kristen Monginsidi, SMA Widya Pratama, IAKS (Institut
Agama Kristen Surakarta), SMIT Tunas Pembangunan, SMA Kristen 1 Surakarta,
SMP Negeri 4 Surakarta, dan ASKI.
Dilihat dari kondisi lingkungan di sekitar SMA Negeri 2 Surakarta yang
juga merupakan tempat kegiatan belajar mengajar, maka dapat dikatakan keadaan
lingkungan belajar siswa cukup kondusif untuk belajar. Selain itu, lokasi sekolah
yang strategis menjadikannya mudah dalam aksesibilitasnya. Lokasi SMA Negeri
2 Surakarta terletak di tepi jalan raya, namun demikian bangunan sekolah yang
agak masuk dan tertutup menjadikan proses belajar mengajar cukup nyaman.
Dengan demikian, proses kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar tanpa
terganggu dengan kebisingan di jalan raya.
SMA Negeri 2 Surakarta pada tahun ajaran 2009/2010 mempunyai 994
siswa. Siswa kelas X terdiri dari 345 siswa, kelas XI terdiri dari 321 siswa yaitu
101 siswa kelas IPA, dan 220 siswa kelas IPS. Kelas XII terdiri dari 328 siswa
yaitu 111 siswa kelas IPA dan 217 siswa kelas IPS.
Sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Negeri 2 Surakarta sebagai
penunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar secara umum cukup lengkap
yang dapat dilihat pada tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65 Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Surakarta
No Jenis Ruang Jumlah Luas (m2)
1. Ruang Kelas 31 2632
2. Laboratorium Fisika 1 99
3. Laboratorium Kimia 1 99
4. Laboratorium Biologi 1 102
5. Laboratorium Bahasa 1 93
6. Laboratorium Komputer 2 192
7. Ruang Perpustakaan 1 324
8. Ruang UKS 1 14
9. Aula Serbaguna 1 72
10. Koperasi Toko 1 20
11. Ruang BK 1 85
12. Ruang Tata Usaha 1 68
13. Ruang Kepala Sekolah 1 24
14. Ruang Wakasek 1 24
15. Ruang OSIS 1 9
16. Ruang Ibadah/ Masjid 1 154
17. Gudang 1 72
18. Rumah Penjaga Sekolah 2 74
19. Kamar Mandi/ WC Guru 2 tempat 24
20. Kamar Mandi/ WC Siswa 3 tempat 99
21. Kantin 3 81
Sarana dan prasarana yang tersedia di SMA Negeri 2 Surakarta tersebut
ditujukan untuk mendukung dan memperlancar proses kegiatan belajar dan
mengajar, sehingga diharapkan dapat ikut meningkatkan kualitas mutu akademik.
Namun demikian, patut disayangkan karena guru di SMA Negeri 2 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66 belum secara optimal memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pihak sekolah.
Salah satunya yaitu kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran
elektronik di ruang multimedia/ruang komputer. Seharusnya, dengan adanya
fasilitas tersebut guru mampu mengembangkan proses pembelajaran menjadi
lebih inovatif, yaitu dengan menampilkan media pembelajaran yang mampu
mengkongkritkan materi pembelajaran khususnya mengenai materi pelajaran
geografi yang dirasa abstrak bagi peserta didik dengan dipadu metode
pembelajaran yang menarik, fariatif, dan efektif terhadap hasil belajar geografi
peserta didik.
Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada peta berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
B. Pembelajaran dengan Metode STAD
Pembelajaran dengan metode STAD diberikan pada kelompok
eksperimen 1 yaitu Kelas X-5 SMA Negei 2 Surakarta dan dilakukan selama 5
pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk pretest, tiga kali pemberian
materi pembelajaran dan pertemuan terakhir digunakan untuk posttest. Adapun
rancangan pembelajaran dalam penggunaan metode STAD dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Table 4.2. Rancangan Pembelajaran Kelompok STAD
Pertemuan Kedua
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan
1. 2. 3. 4.
Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen, dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Memberikan penjelasan mengenai metode pembelajaran STAD yang akan digunakan dalam belajar Geografi. Mengelompokkan siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Apersepsi: Menayangkan gambar sungai dan laut (Media: gambar 2 dimensi sungai dan laut. Sumber: internet). Guru menunjuk salah satu siswa untuk mengungkapkan manfaat air, dan mengapa air di bumi yang selalu digunakan cenderung tetap ?
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Memperhatikan. Mendengarkan daftar kelompoknya. Mengamati gambar sungai dan laut.
Menjawab pertanyaan tentang manfaat air dan menjelaskan mengapa air di bumi cenderung tetap.
1’
3’
1’
2’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70 Kegiatan Inti
1. 2. 3. 4. 5.
Guru menampilkan media animasi tentang siklus hidrologi dan mendorong siswa untuk mengurutkan proses-proses yang terjadi di dalamnya (media: animasi siklus hidrologi panjang, sedang, pendek. Sumber: internet). Guru satu-persatu menampilkan media tentang proses-proses meteorologis dan klimatologis yang menyebabakan terjadinya siklus hidrologi, meliputi: evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. (media: gambar 2 dimensi evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. Sumber: internet). Meminta siswa secara acak untuk mengidentifikasi pengertian dari gambar yang ditampilkan. Menampilkan gambar ilustrasi lapisan air tanah (Media: gambar 2 dimensi lapisan air tanah. Sumber: internet). Menanyakan pengertian air tanah menurut pendapat siswa secara acak dengan mengarahkan kata kuncinya, kemudian bersama-sama menyimpulkan pengertian air tanah. Menjelaskan lapisan-lapisan air tanah. Menjelaskan lapisan permeable dan impermeable, kemudian menanyakan secara acak kepada siswa bagaimana konsekuensi dari adanya lapisan tersebut. Menanyakan kepada siswa apakah pernah berkunjung ke suatu danau?
Mengamati animasi siklus hirologi, kemudian bersama-sama mengurutkan proses yang berlangsung di dalamnya. Mengamati satu persatu gambar yang ditampilkan. Mengidentifikasi pengertian dari gambar yang ditampilkan (misalnya mengidentifikasi pengertian dari gambar evaporasi. Mengemukakan pendapatnya tentang air tanah berdasarkan kata kunci. Mengamati lapisan-lapisan tanah dan menjelaskan konsekuensi/akibat dari lapisan tersebut. Menjawab pernah/belum pernah
3’
7’
1’
2’
1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71 6. 7. 8. 9.
Menampilkan gambar danau, kemudian mengidentifikasi pengertian danau berdasarkan gambar yang ditampilkan. (Media: gambar citr danau Toba. Sumber: google-earth). Menerangkan jenis danau berdasarkan macam airnya, yaitu danau air asin dan danau air tawar. Mengarahkan siswa untuk menyebutkan perbedaan antara kedua jenis danau. Menampilkan contoh danau Great Salt dan danau Laut Tawar (Media: gambar 2 dimensi danau Great Salt dan danau Laut Tawar. Sumber: internet). Meminta siswa untuk menyebutkan contoh yang lain. Menerangkan jenis danau menurut terjadinya, meliputi: a. Danau tektonik
Guru menampilkan contoh gambar danau tektonik (Media: gambar 2 dimensi danau Obruk Gol di Turkishtan. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
b. Danau lembah gletser Guru menampilkan contoh gambar danau lembah gletser (Media: gambar 2 dimensi danau lembah gletser. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
c. Danau vulkanis Guru menampilkan contoh gambar danau vulkanis (Media: gambar 2 dimensi dan tampilan dalam google-earth danau Toba. Sumber: internet, google-earth). Siswa diminta
berkunjung ke suatu danau. Memperhatikan gambar danau, kemudian mngudentifikasi pengertiannya. Menyebutkan perbedaan antara danau air asin dan danau air tawar. Memperhatikan gambar Great Salt dan danau Laut Tawar, lalu menyebutkan contoh lain yang mereka ketahui. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tektonik yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau lembah gletser yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau vulkanis yang ditampilkan.
1’
2’
1’
1’
1’
1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72 10.
mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
d. Danau karst/danau dolina Guru menampilkan contoh gambar danau karst (Media: gambar 2 dimensi danau karst. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
e. Danau terbendung Guru menampilkan contoh gambar danau terbendung (Media: gambar 2 dimensi waduk Gajahmungkur. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
f. Danau tapal kuda (oxbow lake) Guru menampilkan contoh gambar danau tapal kuda (Media: diagram blok dan gambar 2 dimensi danau tapal kuda. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
Guru menampilkan gambar rawa (Media: gambar 2 dimensi dan gambar citra rawa. Sumber: internet dan google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian rawa berdasarkan gambar yang ditampilkan, termasuk keberadaan dan ciri-cirinya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan. Menjelaskan jenis rawa berdasarkan genangan airnya: a. Rawa yang airnya selalu tergenang.
Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa yang airnya selalu tergenang. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan.
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau karst yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar waduk Gajahmungkur yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tapal kuda yang ditampilkan. Mengidentifikasi pengertian, ciri, serta pengaruh rawa terhadap kehidupan. Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya selalu tergenang terhadap kehidupan.
1’
1’
1’
3’
2’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73 11.
12.
13.
14.
b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya tidak selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan.
Menjelaskan ekosistem rawa: a. Rawa air tawar
Guru menampilkan contoh gambar rawa air tawar (Media: gambar 2 dimensi rawa air tawar. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan batuan kata kunci dari guru.
b. Rawa gambut Guru menampilkan contoh gambar rawa gambut (Media: gambar 2 dimensi rawa gambut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan bantuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar.
Meminta siswa untuk mempelajari materi lebih mendalam dengan kelompoknya, serta memberikan bahan diskusi Meminta siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi. Memberi kuis.
Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya tidak selalu tergenang terhadap kehidupan. Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan bantuan kata kunci dari guru. Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan bantuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar. Belajar dalam kelompok, berdiskusi untuk menjawab soal. Mengumpulkan hasil diskusi. Mengerjakan kuis.
2’
3’
3’
30’
1’
10’ Kegiatan Penutup
1. 2.
Guru memberikan kesimpulan materi. Mengucapkan salam penutup.
Memperhatikan. Menjawab salam.
4’ 1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74 Pertemuan Ketiga
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan
1. 2.
Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: me-review pelajaran minggu lalu, yaitu dengan menanyakan secara acak kepada siswa tentang siklus hidrologi pendek, sedang dan panjang, serta unsur-unsur utama siklus hidrologi.
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.
1’
4’
Kegiatan Inti 1.
2.
Guru menampilkan gambar sungai, kemudian meminta siswa untuk mengidentifikasi pengertiannya berdasarkan gambar (Media: gambar 2 dimensi sungai. Sumber: internet). Menjelaskan jenis-jenis sungai, yang meliputi:
a. Sungai berdasarkan tipe genetiknya. Guru menampilkan gambar sungai-sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi (Media: gambar 2 dimensi puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi . Sumber: Lobeck). · Siswa diminta mengamati sungai
consequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai
subsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai
Memperhatikan gambar sungai, kemudian mengidentifikasi pengertian sungai.. Memperhatikan gambar sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi. Mengidentifikasi pengertian sungai consequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai subsequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai
1’
2’
2’
2’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
obsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai
resequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai
insequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru.
b. Sungai berdasarkan pola aliran. · Dendritik
Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran dendritik. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Trellis
Guru menampilkan gambar pola aliran trellis (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran trellis. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran trellis. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai.
obsequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai resequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai insequent dengan bantuan kata kunci. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran dendritik. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran trellis.
2’
2’
2’
2’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Sumber: google-earth). · Radial
Guru menampilkan gambar pola aliran radial (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran radial. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran radial. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Annular
Guru menampilkan gambar pola aliran annular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran annular. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran annular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Rectangular
Guru menampilkan gambar pola aliran rectangular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran Rectangular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth).
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran radial. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran annular. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran rectangular.
2’
2’
2’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
3.
4.
5.
c. Sungai berdasarkan debitnya. · Influent
Guru menampilkan gambar sungai influent (Media: gambar 2 dimensi sungai influent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. · Intermitten
Guru menampilkan gambar sungai intermitten (Media: gambar 2 dimensi sungai intermitten. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. · Effluent
Guru menampilkan gambar sungai effluent (Media: gambar 2 dimensi sungai effluent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent.
Guru menanyakan tipe sungai Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Guru menampilkan gambar meander sungai (Media: gambar citra meander sungai. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Guru menampilkan gambar delta (Media: gambar citra delta. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, stadium sungai, macam-macam delta dan dampaknya bagi kehidupan.
Melalui gambar, siswa mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent. Menjawab tipe Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Melalui gambar meander, siswa mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Melalui gambar delta, siswa mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan.
2’
2’
2’
1’
3’
3’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
6.
7.
8.
9.
10. 11. 12.
Guru menampilkan gambar Daerah Aliran Sungai (Media: gambar 2 dimensi DAS. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian DAS. Menjelaskan bentuk-bentuk DAS: · Bentuk bulu burung.
Guru menampilkan gambar DAS bentuk bulu burung (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk bulu burung. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.
· Bentuk radial Guru menampilkan gambar DAS bentuk radial (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk radial. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.
· Bentuk parallel Guru menampilkan gambar DAS bentuk parallel (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk parallel. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.
Memberikan bahan diskusi kelompok, siawa diminta duduk dengan kelompokknya. Meminta siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi. Bersama-sama membahas jawaban. Kuis individual. Mengumumkan bahwa waktu mengerjakan kuis telah habis.
Mengidentifikasi pengertian DAS berdasarkan gambar. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS bulu burung. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS radial. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS parallel. Diskusi kelompok. Mengumpulkan hasil diskusi. Membahas hasil jawaban. Mengerjakan kuis. Mengumpulkan lembar jawab.
2’
1’
1’
1’
30’
1’
3’
10’ 1’
Kegiatan Penutup 1. Mengucapkan salam penutup. Menjawab salam. 1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79 Pertemuan Keempat
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan
1. 2.
Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: bertanya kepada siswa apakah pernah pergi ke pantai? Menanyakan perbedaan antara pesisir dan pantai.
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.
2’
4’
Kegiatan Inti 1. 2.
Menampilkan gambar bagian-bagian dari wilayah pantai (Media: diagram blok bagian-bagian dari wilayah pantai. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar tersebut untuk kemudian ditafsirkan pengertian dari pantai dan pesisir. Menjelaskan klasifikasi laut: · Laut berdasarkan kedalamannya.
Menampilkan gambar wilayah laut berdasarkan kedalamannya (Media: gambar 2 dimensi pembagian zonasi laut berdasarkan kedalamannya. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar dan menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. · Laut berdasarkan letaknya
Menampilkan gambar laut Hitam (Media: gambar citra laut Hitam. Sumber: google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Menampilkan gambar laut Karibia (Media: gambar citra laut Karibia. Sumber: google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di
Mengidentifikasi gambar untuk menafsirkan pengertian pantai dan pesisir. Mengidentifikasi gambar untuk menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. Mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di
3’
3’
2’
2’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80 3. 4. 5.
sekelilingnya. · Laut berdasarkan proses terjadinya
Menampilkan gambar laut Jawa (Media: gambar citra laut Jawa. Sumber: google-earth). Menjelaskan bahwa laut Jawa merupakan laut transgresi. Menampilkan gambar laut Jepang (Media: gambar citra laut Jepang. Sumber: google-earth). Menjelaskan bahwa laut Jepang merupakan laut ingresi. · Berdasarkan Hukum Laut Internasional
Menampilkan gambar peta Indonesia (Media: peta Indonesia. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Menampilkan gambar morfologi laut (Media: gambar 2 dimensi morfologi laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Menampilkan gambar arus laut (Media: gambar 2 dimensi arus laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi: · Arus laut berdasarkan letaknya · Arus laut berdasarkan suhu · Arus laut berdasarkan terjadinya arus.
Menampilkan gambar gelombang laut (Media: gambar 2 dimensi gelombang laut. Sumber: internet). Menanyakan penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia.
sekelilingnya. Mendengarkan penjelasan dan mengamati gambar Laut Jawa dan Laut Jepang. Mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Memperhatikan gambar arus laut, lalu siswa mengidentifikasi arus laut berdasarkan letak, suhu, dan berdasarkan terjadinya arus. Mengidentifikasi penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan
2’
2’
5’
5’
2’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81 6. 7. 8. 9.
10.
11.
12.
Menampilkan gambar pasang surut air laut (Media: gambar 2 dimensi pasang purnama dan pasang perbani). Siswa diminta mengidentifikasi penyebab dari terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Guru menjelaskan bahwa kualitas air laut dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, dan salinitas air laut. Siswa diminta menjelaskan pengaruh dari ketiga faktor tersebut terhadap kualitas air laut. Memberikan bahan diskusi kelompok. Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawab diskusi kelompok. Bersama-sama membahas jawaban. Guru memberikan kuis kepada individu terkait dengan materi yang baru diberikan. Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawab.
manusia. Mengidentifikasi penyebab terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Menjelaskan pengaruh dari faktor suhu, kecerahan, dan salinitas air laut terhadap kualitas air laut. Diskusi kelompok. Mengumpulkan lembar jawab. Membahas jawaban. Mengerjakan soal. Mengumpulkan lembar jawab.
3’
5’
25’ 1’
4’
15’
1’
Kegiatan Penutup 1. 2. 3.
Memberi kesempatan siswa bertanya mengenai materi yang belum dimengerti. Memberi tahu bahwa minggu depan akan diadakan uji kompetensi materi hidrosfer, sehingga diharapkan agar siswa belajar. Mengucapkan salam penutup
Bertanya jika belum jelas. Memperhatikan. Menjawab salam.
2’
1’
1’
C. Pembelajaran dengan Metode TGT
Pembelajaran dengan metode TGT diberikan pada kelompok eksperimen
2 yaitu Kelas X-I SMA Negei 2 Surakarta dan dilakukan selama 5 pertemuan.
Pertemuan pertama digunakan untuk pretest, dua kali pemberian materi
pembelajaran, satu kali pelaksanaan permainan dan turnamen, pertemuan terakhir
digunakan untuk posttest. Adapun rancangan pembelajaran dalam penggunaan
metode TGT dapat dilihat pada tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82 Tabel 4.3. Rancangan Pembelajaran Kelompok TGT
Pertemuan Kedua
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan
1. 2. 3. 4.
Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen, dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Memberikan penjelasan mengenai metode pembelajaran TGT yang akan digunakan dalam belajar Geografi. Mengelompokkan siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Apersepsi: Menayangkan gambar sungai dan laut (Media: gambar 2 dimensi sungai dan laut dengan power point. Sumber: internet). Guru menunjuk salah satu siswa untuk mengungkapkan manfaat air, dan mengapa air di bumi yang selalu digunakan cenderung tetap ?
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Memperhatikan penjelasan pembelajaran dengan metode TGT. Mendengarkan daftar kelompoknya. Mengamati gambar sungai dan laut. Menjawab pertanyaan tentang manfaat air dan menjelaskan mengapa air di bumi cenderung tetap.
1’
2’
1’
2’
Kegiatan Inti 1. 2.
Guru menampilkan media animasi tentang siklus hidrologi dan mendorong siswa untuk mengurutkan proses-proses yang terjadi di dalamnya (media: animasi siklus hidrologi panjang, sedang, pendek. Sumber: internet). Guru satu-persatu menampilkan media tentang proses-proses meteorologis dan klimatologis yang menyebabakan terjadinya siklus hidrologi, meliputi: evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. (media: gambar 2 dimensi evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi,
Mengamati animasi siklus hirologi, kemudian bersama-sama mengurutkan proses yang berlangsung di dalamnya. Mengamati satu persatu gambar yang ditampilkan.
3’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
3. 4. 5. 6. 7. 8.
kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. Sumber: internet). Meminta siswa secara acak untuk mengidentifikasi pengertian dari gambar yang ditampilkan. Menampilkan gambar ilustrasi lapisan air tanah (Media: gambar 2 dimensi lapisan air tanah. Sumber: internet). Menanyakan pengertian air tanah menurut pendapat siswa secara acak dengan mengarahkan kata kuncinya, kemudian bersama-sama menyimpulkan pengertian air tanah. Menjelaskan lapisan-lapisan air tanah. Menjelaskan lapisan permeable dan impermeable, kemudian menanyakan secara acak kepada siswa bagaimana konsekuensi dari adanya lapisan tersebut. Menanyakan kepada siswa apakah pernah berkunjung ke suatu danau? Menampilkan gambar danau, kemudian mengidentifikasi pengertian danau berdasarkan gambar yang ditampilkan. (Media: gambar danau Toba dalam google-earth). Menerangkan jenis danau berdasarkan macam airnya, yaitu danau air asin dan danau air tawar. Mengarahkan siswa untuk menyebutkan perbedaan antara kedua jenis danau. Menampilkan contoh danau Great Salt dan danau Laut Tawar (Media: gambar 2 dimensi danau Great Salt dan danau Laut
Mengidentifikasi pengertian dari gambar yang ditampilkan (misalnya mengidentifikasi pengertian dari gambar evaporasi). Mengemukakan pendapatnya tentang air tanah berdasarkan kata kunci dari guru. Mengamati lapisan-lapisan tanah dan menjelaskan konsekuensi/akibat dari lapisan tersebut. Menjawab pernah/belum pernah berkunjung ke suatu danau. Memperhatikan gambar danau, kemudian mngidentifikasi pengertiannya. Menyebutkan perbedaan antara danau asin dan danau air tawar. Memperhatikan gambar Great Salt dan danau Laut
5’
1’
2’
1’
1’
1’
1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
9.
Tawar. Sumber: internet). Meminta siswa untuk menyebutkan contoh yang lain. Menerangkan jenis danau menurut terjadinya, meliputi: a. Danau tektonik
Guru menampilkan contoh gambar danau tektonik (Media: gambar 2 dimensi danau Obruk Gol di Turkishtan. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
b. Danau lembah gletser Guru menampilkan contoh gambar danau lembah gletser (Media: gambar 2 dimensi danau lembah gletser. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
c. Danau vulkanis Guru menampilkan contoh gambar danau vulkanis (Media: gambar 2 dimensi dan tampilan dalam google-earth danau Toba. Sumber: internet, google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
d. Danau karst/danau dolina Guru menampilkan contoh gambar danau karst (Media: gambar 2 dimensi danau karst. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
e. Danau terbendung Guru menampilkan contoh gambar danau terbendung (Media: gambar 2 dimensi waduk Gajahmungkur. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau
Tawar, lalu menyebutkan contoh lain yang mereka ketahui. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tektonik yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau lembah gletser yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau vulkanis yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau karst yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar waduk Gajahmungkur yang
1’
1’
1’
1’
1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
10. 11. 12.
tersebut menurut terjadinya. f. Danau tapal kuda (oxbow lake)
Guru menampilkan contoh gambar danau tapal kuda (Media: diagram blok dan gambar 2 dimensi danau tapal kuda. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
Guru menampilkan gambar rawa (Media: gambar 2 dimensi dan google-earth rawa. Sumber: internet dan google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian rawa berdasarkan gambar yang ditampilkan, ciri-cirinya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan. Menjelaskan jenis rawa berdasarkan genangan airnya: a. Rawa yang airnya selalu tergenang.
Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan.
b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan.
Menjelaskan ekosistem rawa: a. Rawa air tawar
Guru menampilkan contoh gambar rawa air tawar (Media: gambar 2 dimensi rawa air tawar. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan batuan kata kunci dari
ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tapal kuda yang ditampilkan. Mengidentifikasi pengertian, ciri, serta pengaruh rawa terhadap kehidupan. Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya selalu tergenang terhadap kehidupan. Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya tidak selalu tergenang terhadap kehidupan. Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan batuan kata kunci dari guru.
2’
2’
1’
1’
1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
13.
guru. b. Rawa gambut
Guru menampilkan contoh gambar rawa gambut (Media: gambar 2 dimensi rawa gambut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan batuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar.
Guru menampilkan gambar sungai, kemudian meminta siswa untuk mengidentifikasi pengertiannya berdasarkan gambar (Media: gambar 2 dimensi sungai. Sumber: internet). Menjelaskan jenis-jenis sungai, yang meliputi: a. Sungai berdasarkan tipe genetiknya.
Guru menampilkan gambar sungai-sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi (Media: gambar 2 dimensi puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi. Sumber: Lobeck). · Siswa diminta mengamati sungai
consequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai
subsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai
obsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi
Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan batuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar. Memperhatikan gambar sungai, kemudian mengidentifikasi pengertian sungai. Memperhatikan gambar sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi. Mengidentifikasi pengertian sungai consequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai subsequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai obsequent dengan
2’
1’
1’
1’
1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai
resequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai
insequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru.
b. Sungai berdasarkan pola aliran. · Dendritik
Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran dendritik. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Trellis
Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran trellis. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran trellis. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Radial
bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai resequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai insequent dengan bantuan kata kunci. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran dendritik. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran trellis.
1’
1’
1’
1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran radial. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran radial. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Annular
Guru menampilkan gambar pola aliran annular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran annular. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran annular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Rectangular
Guru menampilkan gambar pola aliran rectangular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran Rectangular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth).
c. Sungai berdasarkan debitnya. · Influent
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran radial. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran annular. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran rectangular.
1’
1’
1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
14. 15. 16.
Guru menampilkan gambar sungai influent (Media: gambar 2 dimensi sungai influent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. · Intermitten
Guru menampilkan gambar sungai intermitten (Media: gambar 2 dimensi sungai intermitten. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. · Effluent
Guru menampilkan gambar sungai effluent (Media: gambar 2 dimensi sungai effluent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent.
Guru menanyakan tipe sungai Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Guru menampilkan gambar meander sungai (Media: gambar citra meander sungai. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Guru menampilkan gambar delta (Media: gambar citra delta. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, bentuk-bentuk, dan dampaknya bagi kehidupan. Guru menampilkan gambar Daerah Aliran Sungai (Media: gambar 2 dimensi DAS.
Melalui gambar, siswa mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent. Menjawab tipe Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Melalui gambar meander, siswa mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Melalui gambar delta, siswa mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, bentuk-bentuk, dan dampaknya bagi kehidupan. Mengidentifikasi pengertian DAS
2’
2’
2’
1’
3’
3’
1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
17. 18. 19. 20.
Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian DAS. Menjelaskan bentuk-bentuk DAS: · Bentuk bulu burung.
Guru menampilkan gambar DAS bentuk bulu burung (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk bulu burung. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.
· Bentuk radial Guru menampilkan gambar DAS bentuk radial (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk radial. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.
· Bentuk parallel Guru menampilkan gambar DAS bentuk parallel (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk parallel. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.
Meminta siswa untuk mempelajari materi lebih mendalam dengan kelompoknya, serta memberikan bahan diskusi. Meminta siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi. Bersama-sama membahas jawaban diskusi.
berdasarkan gambar. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS bulu burung. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS radial. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS parallel. Belajar dan diskusi kelompok. Mengumpulkan hasil diskusi. Membahas hasil jawaban.
1’
1’
1’
20’
1’
4’
Kegiatan Penutup 1. 2.
Guru memberikan kesimpulan materi. Mengucapkan salam penutup.
Memperhatikan. Menjawab salam.
1’ 1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Pertemuan Ketiga
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan
1. 2.
Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: bertanya kepada siswa apakah pernah pergi ke pantai? Menanyakan perbedaan antara pesisir dan pantai.
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.
2’
5’
Kegiatan Inti 1. 2.
Menampilkan gambar bagian-bagian dari wilayah pantai (Media: diagram blok bagian-bagian dari wilayah pantai. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar tersebut untuk kemudian ditafsirkan pengertian dari pantai dan pesisir. Menjelaskan klasifikasi laut: · Laut berdasarkan kedalamannya.
Menampilkan gambar wilayah laut berdasarkan kedalamannya (Media: gambar 2 dimensi pembagian zonasi laut berdasarkan kedalamannya. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar dan menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. · Laut berdasarkan letaknya
Menampilkan gambar laut Hitam (Media: gambar citra laut Hitam. Sumber: google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Menampilkan gambar laut Karibia (Media: gambar citra laut Karibia. Sumber: google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi laut
Mengidentifikasi gambar untuk menafsirkan pengertian pantai dan pesisir. Mengidentifikasi gambar untuk menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. Mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di
3’
4’
2’
2’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92 3. 4. 5. 6.
Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. · Laut berdasarkan proses terjadinya
Menampilkan gambar laut Jawa (Media: gambar citra laut Jawa. Sumber: google-earth). Menjelaskan bahwa laut Jawa merupakan laut transgresi. Menampilkan gambar laut Jepang (Media: gambar citra laut Jepang. Sumber: google-earth). Menjelaskan bahwa laut Jawa merupakan laut ingresi. · Berdasarkan Hukum Laut Internasional
Menampilkan gambar peta Indonesia (Media: peta Indonesia. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Menampilkan gambar morfologi laut (Media: gambar 2 dimensi morfologi laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Menampilkan gambar arus laut (Media: gambar 2 dimensi arus laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi: · Arus laut berdasarkan letaknya · Arus laut berdasarkan suhu · Arus laut berdasarkan terjadinya arus.
Menampilkan gambar gelombang laut (Media: gambar 2 dimensi gelombang laut. Sumber: internet). Menanyakan penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia. Menampilkan gambar pasang surut air laut (Media: gambar 2 dimensi pasang purnama
sekelilingnya. Mendengarkan penjelasan dan mengamati gambar Laut Jawa dan Laut Jepang. Mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Memperhatikan gambar arus laut, lalu siswa mengidentifikasi arus laut berdasarkan letak, suhu, dan berdasarkan terjadinya arus. Mengidentifikasi penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia. Mengidentifikasi penyebab dari
3’
5’
5’
5’
5’
5’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93 7. 8. 9.
10.
dan pasang perbani). Siswa diminta mengidentifikasi penyebab dari terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Guru menjelaskan bahwa kualitas air laut dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, dan salinitas air laut. Siswa diminta menjelaskan pengaruh dari ketiga faktor tersebut terhadap kualitas air laut. Guru memberikan bahan diskusi kelompok Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawab diskusi kelompok. Meminta perwakilan dari kelompok untuk presentasi, sementara kelompok lain bertugas menanggapi.
terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Menjelaskan pengaruh dari faktor suhu, kecerahan, dan salinitas air laut terhadap kualitas air laut. Diskusi kelompok. Mengumpulkan lembar jawab. Presentasi dan menanggapi
5’
30’ 1’
10’
Kegiatan Penutup
1. 2. 3.
Memberi kesempatan siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti. Memberi tahu bahwa minggu depan akan diadakan uji kompetensi materi hidrosfer, sehingga diharapkan agar siswa belajar. Mengucapkan salam penutup
Bertanya jika belum jelas. Memperhatikan. Menjawab salam.
5’
2’
1’
Pertemuan Keempat
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan
1. 2.
Membuka dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa menerima pelajaran. Meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya.
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Duduk menyesuaikan kelompoknya.
2’
3’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Kegiatan Inti
1. 2. 3.
Memberikan penjelasan mengenai aturan permainan roda impian. Mengawasi jalannya permainan (permainan dilakukan 2 sesi). Menghentikan permainan dan pengumumkan pemenang permainan sementara.
Mendengarkan dan memperhatikan. Bermain sambil belajar. Permainan selesai.
5’
70’
5’
Kegiatan Penutup 1. 2.
Memberi tahu bahwa minggu depan akan diadakan posttest, sehingga diharapkan agar siswa belajar dan mempersiapkannya. Menutup pelajaran
Memperhatikan Mengucapkan salam penutup.
3’
2’
D. Pembelajaran dengan Metode Ceramah Tanya Jawab
Pembelajaran dengan metode Ceramah Tanya Jawab diberikan pada
kelompok kontrol yaitu Kelas X-3 SMA Negei 2 Surakarta dan dilakukan selama
5 pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk pretest, tiga kali pemberian
materi pembelajaran dan pertemuan terakhir digunakan untuk posttest. Adapun
rancangan pembelajaran dalam penggunaan metode Ceramah tanya Jawab dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4. Rancangan Pembelajaran Kelompok Ceramah tanya Jawab
Pertemuan Kedua
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan
1. 2. 3.
Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen, dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Memberikan penjelasan mengenai metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab yang akan digunakan dalam belajar Geografi. Apersepsi: Menayangkan gambar sungai dan laut (Media: gambar 2 dimensi sungai dan laut. Sumber: internet). Guru menunjuk salah satu siswa untuk mengungkapkan manfaat air, dan mengapa
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Memperhatikan. Mengamati gambar sungai dan laut.
Menjawab pertanyaan tentang
2’
3’
4’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
air di bumi yang selalu digunakan cenderung tetap ?
manfaat air dan menjelaskan mengapa air di bumi cenderung tetap.
Kegiatan Inti 1. 2. 3. 4.
Guru menampilkan media animasi tentang siklus hidrologi dan mendorong siswa untuk mengurutkan proses-proses yang terjadi di dalamnya (media: animasi siklus hidrologi panjang, sedang, pendek. Sumber: internet). Guru satu-persatu menampilkan media tentang proses-proses meteorologis dan klimatologis yang menyebabakan terjadinya siklus hidrologi, meliputi: evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. (media: gambar 2 dimensi evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. Sumber: internet). Meminta siswa secara acak untuk mengidentifikasi pengertian dari gambar yang ditampilkan. Menampilkan gambar ilustrasi lapisan air tanah (Media: gambar 2 dimensi lapisan air tanah. Sumber: internet). Menanyakan pengertian air tanah menurut pendapat siswa secara acak dengan mengarahkan kata kuncinya, kemudian bersama-sama menyimpulkan pengertian air tanah. Menjelaskan lapisan-lapisan air tanah. Menjelaskan lapisan permeable dan
Mengamati animasi siklus hirologi, kemudian bersama-sama mengurutkan proses yang berlangsung di dalamnya. Mengamati satu persatu gambar yang ditampilkan. Mengidentifikasi pengertian dari gambar yang ditampilkan (misalnya mengidentifikasi pengertian dari gambar evaporasi. Mengemukakan pendapatnya tentang air tanah berdasarkan kata kunci. Mengamati lapisan-lapisan tanah dan
10’
15’
5’
5’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96 5. 6. 7. 8. 9.
impermeable, kemudian menanyakan secara acak kepada siswa bagaimana konsekuensi dari adanya lapisan tersebut. Menanyakan kepada siswa apakah pernah berkunjung ke suatu danau? Menampilkan gambar danau, kemudian mengidentifikasi pengertian danau berdasarkan gambar yang ditampilkan. (Media: gambar citra danau Toba. Sumber: google-earth). Menerangkan jenis danau berdasarkan macam airnya, yaitu danau air asin dan danau air tawar. Mengarahkan siswa untuk menyebutkan perbedaan antara kedua jenis danau. Menampilkan contoh danau Great Salt dan danau Laut Tawar (Media: gambar 2 dimensi danau Great Salt dan danau Laut Tawar. Sumber: internet). Meminta siswa untuk menyebutkan contoh yang lain. Menerangkan jenis danau menurut terjadinya, meliputi: a. Danau tektonik
Guru menampilkan contoh gambar danau tektonik (Media: gambar 2 dimensi danau Obruk Gol di Turkishtan. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
b. Danau lembah gletser Guru menampilkan contoh gambar danau lembah gletser (Media: gambar 2 dimensi danau lembah gletser. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
menjelaskan konsekuensi/akibat dari lapisan tersebut Menjawab pernah/belum pernah berkunjung ke suatu danau. Memperhatikan gambar danau, kemudian mengidentifikasi pengertiannya. Menyebutkan perbedaan antara danau asin dan danau air tawar. Memperhatikan gambar Great Salt dan danau Laut Tawar, lalu menyebutkan contoh lain yang mereka ketahui. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tektonik yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau lembah gletser yang ditampilkan.
1’
2’
4’
2’
3’
3’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97 10.
c. Danau vulkanis Guru menampilkan contoh gambar danau vulkanis (Media: gambar 2 dimensi dan tampilan dalam google-earth danau Toba. Sumber: internet, google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
d. Danau karst/danau dolina Guru menampilkan contoh gambar danau karst (Media: gambar 2 dimensi danau karst. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
e. Danau terbendung Guru menampilkan contoh gambar danau terbendung (Media: gambar 2 dimensi waduk Gajahmungkur. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
f. Danau tapal kuda (oxbow lake) Guru menampilkan contoh gambar danau tapal kuda (Media: diagram blok dan gambar 2 dimensi danau tapal kuda. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.
Guru menampilkan gambar rawa (Media: gambar 2 dimensi dan gambar citra rawa. Sumber: internet dan google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian rawa berdasarkan gambar yang ditampilkan, termasuk keberadaan dan ciri-cirinya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan. Menjelaskan jenis rawa berdasarkan genangan airnya: a. Rawa yang airnya selalu tergenang.
Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa yang airnya selalu
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau vulkanis yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau karst yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar waduk Gajahmungkur yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tapal kuda yang ditampilkan. Mengidentifikasi pengertian, ciri, serta pengaruh rawa terhadap kehidupan. Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya selalu
3’
3’
3’
3’
5’
2’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98 11.
tergenang. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan.
b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya tidak selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan.
Menjelaskan ekosistem rawa: a. Rawa air tawar
Guru menampilkan contoh gambar rawa air tawar (Media: gambar 2 dimensi rawa air tawar. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan batuan kata kunci dari guru.
b. Rawa gambut Guru menampilkan contoh gambar rawa gambut (Media: gambar 2 dimensi rawa gambut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan bantuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar.
tergenang terhadap kehidupan. Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya tidak selalu tergenang terhadap kehidupan. Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan bantuan kata kunci dari guru. Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan bantuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar.
2’
2’
2’
Kegiatan Penutup
1. 2. 3.
Guru memberikan kesimpulan materi. Memberikan tugas pekerjaan rumah. Mengucapkan salam penutup.
Memperhatikan. Mencatat soal. Menjawab salam.
3’ 2’ 1’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99 Pertemuan Ketiga
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan
1. 2.
Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: me-review pelajaran minggu lalu, yaitu dengan menanyakan secara acak kepada siswa tentang siklus hidrologi pendek, sedang dan panjang, serta unsur-unsur utama siklus hidrologi.
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.
2’
5’
Kegiatan Inti 1.
2.
Guru menampilkan gambar sungai, kemudian meminta siswa untuk mengidentifikasi pengertiannya berdasarkan gambar (Media: gambar 2 dimensi sungai. Sumber: internet). Menjelaskan jenis-jenis sungai, yang meliputi: a. Sungai berdasarkan tipe genetiknya.
Guru menampilkan gambar sungai-sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi (Media: gambar 2 dimensi puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi . Sumber: Lobeck). · Siswa diminta mengamati sungai
consequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai
subsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai
obsequent pada ketiga gambar, lalu guru
Memperhatikan gambar sungai, kemudian mengidentifikasi pengertian sungai.. Memperhatikan gambar sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi. Mengidentifikasi pengertian sungai consequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai subsequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai obsequent dengan
5’
4’
4’
4’
4’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai
resequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai
insequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru.
b. Sungai berdasarkan pola aliran. · Dendritik
Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran dendritik. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Trellis
Guru menampilkan gambar pola aliran trellis (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran trellis. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran trellis. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Radial
Guru menampilkan gambar pola aliran
bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai resequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai insequent dengan bantuan kata kunci. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran dendritik. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran trellis. Memperhatikan penjelasan guru,
4’
4’
4’
4’
4’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
radial (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran radial. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran radial. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Annular
Guru menampilkan gambar pola aliran annular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran annular. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran annular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Rectangular
Guru menampilkan gambar pola aliran rectangular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran Rectangular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth).
c. Sungai berdasarkan debitnya. · Influent
Guru menampilkan gambar sungai influent (Media: gambar 2 dimensi sungai influent. Sumber: Asdak).
lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran radial. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran annular. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran rectangular. Melalui gambar, siswa mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan
4’
3’
3’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
3.
4.
5.
6.
Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. · Intermitten
Guru menampilkan gambar sungai intermitten (Media: gambar 2 dimensi sungai intermitten. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. · Effluent
Guru menampilkan gambar sungai effluent (Media: gambar 2 dimensi sungai effluent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent.
Guru menanyakan tipe sungai Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Guru menampilkan gambar meander sungai (Media: gambar citra meander sungai. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Guru menampilkan gambar delta (Media: gambar citra delta. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, stadium sungai, macam-macam delta dan dampaknya bagi kehidupan. Guru menampilkan gambar Daerah Aliran Sungai (Media: gambar 2 dimensi DAS. Sumber: internet).
contoh sungai influent. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent. Menjawab tipe Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Melalui gambar meander, siswa mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Melalui gambar delta, siswa mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Mengidentifikasi pengertian DAS berdasarkan
3’
3’
2’
4’
7’
4’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
7.
Siswa diminta mengidentifikasi pengertian DAS. Menjelaskan bentuk-bentuk DAS: · Bentuk bulu burung.
Guru menampilkan gambar DAS bentuk bulu burung (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk bulu burung. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.
· Bentuk radial Guru menampilkan gambar DAS bentuk radial (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk radial. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.
· Bentuk parallel Guru menampilkan gambar DAS bentuk parallel (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk parallel. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.
gambar. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS bulu burung. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS radial. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS parallel.
2’
2’
2’
Kegiatan Penutup 1. 2. 3.
Memberikan kesimpulan materi Memberikan tugas pekerjaan rumah. Mengucapkan salam penutup.
Memperhatikan. Mencatat soal PR. Menjawab salam.
3’ 2’ 1’
Pertemuan Keempat
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan
1. 2.
Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: bertanya kepada siswa apakah pernah pergi ke pantai? Menanyakan perbedaan antara pesisir dan pantai.
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.
2’
5’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Kegiatan Inti 1. 2.
Menampilkan gambar bagian-bagian dari wilayah pantai (Media: diagram blok bagian-bagian wilayah pantai. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar tersebut untuk kemudian ditafsirkan pengertian dari pantai dan pesisir. Menjelaskan klasifikasi laut: · Laut berdasarkan kedalamannya.
Menampilkan gambar wilayah laut berdasarkan kedalamannya (Media: gambar 2 dimensi pembagian zonasi laut berdasarkan kedalamannya. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar dan menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. · Laut berdasarkan letaknya
Menampilkan gambar laut Hitam (Media: gambar citra laut Hitam. Sumber: google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Menampilkan gambar laut Karibia (Media: gambar citra laut Karibia. Sumber: google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. · Laut berdasarkan proses terjadinya
Menampilkan gambar laut Jawa (Media: gambar citra laut Jawa. Sumber: google-earth). Menjelaskan bahwa laut Jawa merupakan laut transgresi. Menampilkan gambar laut Jepang (Media: gambar citra laut Jepang. Sumber: google-earth). Menjelaskan bahwa laut Jepang merupakan laut ingresi.
Mengidentifikasi gambar untuk menafsirkan pengertian pantai dan pesisir. Mengidentifikasi gambar untuk menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. Mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Mendengarkan penjelasan dan mengamati gambar Laut Jawa dan Laut Jepang.
5’
5’
3’
3’
6’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105 3. 4. 5. 6. 7.
· Berdasarkan Hukum Laut Internasional Menampilkan gambar peta Indonesia (Media: peta Indonesia. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Menampilkan gambar morfologi laut (Media: gambar 2 dimensi morfologi laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Menampilkan gambar arus laut (Media: gambar 2 dimensi arus laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi: · Arus laut berdasarkan letaknya · Arus laut berdasarkan suhu · Arus laut berdasarkan terjadinya arus.
Menampilkan gambar gelombang laut (Media: gambar 2 dimensi gelombang laut. Sumber: internet). Menanyakan penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia. Menampilkan gambar pasang surut air laut (Media: gambar 2 dimensi pasang purnama dan pasang perbani). Siswa diminta mengidentifikasi penyebab dari terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Guru menjelaskan bahwa kualitas air laut dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, dan salinitas air laut. Siswa diminta
Mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Memperhatikan gambar arus laut, lalu siswa mengidentifikasi arus laut berdasarkan letak, suhu, dan berdasarkan terjadinya arus. Mengidentifikasi penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia. Mengidentifikasi penyebab terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Menjelaskan pengaruh dari faktor suhu,
10’
7’
10’
6’
6’
10’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
menjelaskan pengaruh dari ketiga faktor tersebut terhadap kualitas air laut.
kecerahan, dan salinitas air laut terhadap kualitas air laut.
Kegiatan Penutup 1. 2. 3. 4. 5.
Memberikan kesimpulan materi. Memberi kesempatan siswa bertanya mengenai materi yang belum dimengerti. Memberi tugas PR. Memberi tahu bahwa minggu depan akan diadakan uji kompetensi materi hidrosfer, sehingga diharapkan agar siswa belajar. Mengucapkan salam penutup.
Memperhatikan Bertanya jika belum jelas. Mencatat soal. Memperhatikan. Menjawab salam.
3’ 4’
3’
1’
1’
E. Hasil Penelitian
Penelitian ini melibatkan 104 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas X-1,
36 siswa kelas X-3, dan 36 siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Surakarta tahun
pelajaran 2009/2010. Kelas X-5 sebagai kelas eksperimen 1 diberi pembelajaran
dengan metode STAD, kelas X-1 sebagai kelas eksperimen 2 diberi pembelajaran
dengan metode TGT, dan kelas X-3 sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran
Ceramah Tanya Jawab. Selanjutnya dilakukan pengukuran menggunakan tes
kognitif sebanyak 30 soal dari pokok bahasan Hidrosfer. Jumlah item soal tes
yang diberikan sebagai pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan
eksperimen adalah sama. Item soal untuk pretest dan posttest tidak dibuat dengan
sama persis, namun identik. Berikut ini disajikan deskripsi data penelitian dari
masing-masing variabel.
1. Deskripsi Data
a. Diskripsi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Ekperimen dengan Metode
Pembelajaran STAD
Deskripsi statistik nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen dengan
metode STAD disajikan pada Tabel 4.5 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.5. Data Statistik Pretest
Metode STAD N Pretest 36 Posttest 36
Distribusi frekuensi
dengan metode pembelajaran STAD disajikan pada
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Nilai
Interval Nilai
Frekuensi
Pretest Posttest
≤ 40 0
41 – 55 1
56 – 70 24
71 – 85 10
86 – 100 1
Jumlah 36
Tabel distribusi frekuensi
Gambar 4.1. berikut ini :
Gambar 4.1. Histogram
Nilai terendah yang dicapai siswa
50 dan nilai tertingginya 87 dengan modus terdapat pada
0
5
10
15
20
25
≤ 40 41 -
0 10
Frek
uens
i
Histogram Nilai
Pretest dan Posttest Kelompok STAD
Mean SD Nilai Min Nilai68,69 7,75 50 8776,64 9,68 60 93
frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen
pembelajaran STAD disajikan pada Tabel 4.6 sebagai berikut:
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok STAD
Frekuensi Persentase Huruf Keterangan
Posttest Pretest Posttest
0 0 0 E Sangat Kurang0 2,8 0 D Kurang12 66,7 33,3 C Cukup16 27,7 44,5 B Baik8 2,8 22,2 A Baik Sekali36 100 100
frekuensi di atas dapat diperjelas dengan histogram pada
Histogram nilai pretest dan posttest kelompok STAD
yang dicapai siswa pada pretest kelompok STAD
50 dan nilai tertingginya 87 dengan modus terdapat pada rentang nilai
- 55 56 - 70 71 - 85 86 - 100
1
24
10
10
1216
8
Interval Nilai
Frekuensi Pretest
Frekuensi Posttest
Histogram Nilai Pretest dan Posttest Kelompok STAD
107
Nilai Max 87 93
eksperimen
sebagai berikut:
STAD
Keterangan
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik
Baik Sekali
histogram pada
STAD
STAD adalah
nilai 56 - 70
Frekuensi Pretest
Frekuensi Posttest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108 sebanyak 24 siswa. Nilai terendah yang dicapai siswa pada posttest kelompok
STAD adalah 60 dan nilai tertingginya 93 dengan modus terdapat pada rentang
nilai 71 - 85 sebanyak 16 siswa. Hasil rata-rata nilai pretest adalah 68,69 dan
terjadi kenaikan pada rata-rata nilai posttest setelah siswa diberi perlakuan dengan
metode pembelajaran STAD menjadi 76,64.
b. Diskripsi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Ekperimen dengan Metode
Pembelajaran TGT
Diskripsi statistik nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen dengan
metode STAD disajikan pada Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7. Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok TGT
Metode TGT N Mean SD Nilai Min Nilai Max Pretest 32 70,94 6,46 60 80 Posttest 32 77,06 9,48 63 97
Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen
dengan metode pembelajaran TGT disajikan pada Tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok TGT
Interval Nilai
Frekuensi Persentase Huruf Keterangan
Pretest Posttest Pretest Posttest
≤ 40 0 0 0 0 E Sangat Kurang
41 – 55 0 0 0 0 D Kurang
56 – 70 17 11 53,1 34,4 C Cukup
71 – 85 15 14 46,9 43,7 B Baik
86 – 100 0 7 0 21,9 A Baik Sekali
Jumlah 32 32 100 100
Tabel distribusi frekuensi di atas dapat diperjelas dengan histogram pada
Gambar 4.2 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.2. Histogram
Nilai terendah yang dicapai siswa
dan nilai tertinggi yang dicapai adalah
nilai 56 - 70 sebanyak 17
kelompok STAD adalah 63
97 dengan modus terdapat pada
rata-rata nilai pretest adalah
pembelajaran dengan metode TGT
menjadi 77,06.
c. Diskripsi Statistik Nilai
Metode Pembelajaran
Diskripsi statistik
metode Ceramah Tanya Jawab
Tabel 4.9. Data Statistik Pretest
Metode CTJ N Pretest 36 Posttest 36
Distribusi frekuensi
pada Tabel 4.10 sebagai berikut:
0
5
10
15
20
≤ 40 41
0 00Frek
uens
i
Histogram Nilai
Histogram nilai pretest dan posttest kelompok TGT
yang dicapai siswa pada pretest kelompok TGT adalah
yang dicapai adalah 80 dengan modus terdapat pada
siswa. Nilai terendah yang dicapai siswa pada
3 dan nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa adalah
dengan modus terdapat pada rentang nilai 71 - 85 sebanyak 14 siswa. Hasil
adalah 70,94 dan setelah siswa diberi perlakuan
engan metode TGT terjadi kenaikan rata-rata nilai posttest
Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dengan
Ceramah Tanya Jawab
statistik nilai pretest dan posttest kelompok kontrol
Ceramah Tanya Jawab disajikan pada Tabel 4.9 berikut:
Pretest dan Posttest Kelompok Ceramah Tanya Jawab
Mean SD Nilai Min Nilai69,53 5,9 53 8072,56 8,88 60 90
frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok kontrol
sebagai berikut:
41 - 55 56 - 70 71 - 85 86 - 100
0
1715
00
1114
7
Interval Nilai
Frekuensi Pretest
Frekuensi Posttest
Histogram Nilai Pretest dan Posttest Kelompok TGT
109
TGT
adalah 60
dengan modus terdapat pada rentang
pada posttest
yang berhasil dicapai siswa adalah
siswa. Hasil
setelah siswa diberi perlakuan
posttest, yaitu
dengan
kontrol dengan
Ceramah Tanya Jawab
Nilai Max 80 90
disajikan
Frekuensi Pretest
Frekuensi Posttest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Nilai
Interval Nilai
Frekuensi
Pretest Posttest
≤ 40 0
41 – 55 1
56 – 70 28
71 – 85 7
86 – 100 0
Jumlah 36
Berikut disajikan histogram
Gambar 4.3. Histogram nilai
Nilai terendah yang dicapai siswa
Jawab adalah 53 dan nilai tertinggi
pada nilai 56 - 70 sebanyak 2
Ceramah Tanya Jawab adalah 60 dan nilai tertingg
adalah 90 dengan modus terdapat pada
Hasil rata-rata nilai pretest
0
5
10
15
20
25
30
≤ 40 41 -
0 10
Frek
uens
i
Histogram Nilai Pretest
. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok CTJ
Frekuensi Persentase Huruf Keterangan
Posttest Pretest Posttest
0 0 0 E Sangat Kurang0 2,8 0 D Kurang23 77,8 63,9 C Cukup11 19,4 30,6 B Baik2 0 5,5 A Baik Sekali36 100 100
disajikan histogram berdasarkan distribusi frekuensi di atas :
nilai pretest dan posttest kelompok Ceramah Tanya Jawab
yang dicapai siswa pada pretest kelompok Ceramah Tanya
adalah 53 dan nilai tertinggi yang dicapai adalah 80 dengan modus terdapat
sebanyak 28 siswa. Nilai terendah pada posttest kel
Ceramah Tanya Jawab adalah 60 dan nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa
90 dengan modus terdapat pada rentang nilai 56 - 70 sebanyak 23
adalah 69,53 dan rata-rata nilai posttest adalah 72,56.
- 55 56 - 70 71 - 85 86 - 100
28
7
00
23
11
2
Interval Nilai
Frekuensi Pretest
Frekuensi Posttest
Pretest dan Posttest Kelompok Ceramah Tanya Jawab
110
CTJ
Keterangan
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik
Baik Sekali
distribusi frekuensi di atas :
Ceramah Tanya Jawab
Ceramah Tanya
80 dengan modus terdapat
kelompok
yang berhasil dicapai siswa
23 siswa.
adalah 72,56.
Frekuensi Pretest
Frekuensi Posttest
Kelompok Ceramah Tanya Jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
2. Analisis Hasil Penelitian
a. Uji Persyaratan Analisis
Sebelum melaksanakan Analisis Kovarian untuk menguji hipotesis
penelitian, perlu dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas
dan uji homogenitas. Data yang digunakan dalam uji persyaratan analisis adalah
nilai pretest dan posttest.
1) Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi
yang normal atau tidak. Metode yang digunakan untuk menguji adalah metode
Liliefors. Hasil uji normalitas dengan taraf signifikansi 0,05 pada masing-masing
kelas dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan selengkapnya disajikan pada Lampiran 31.
Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas
No. Kelompok Siswa Jumlah Sampel
Harga L Kesimpulan Berdistribusi Hitung Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pretest Kelompok CTJ (Kelompok Kontrol) Pretest Kelompok STAD (Kelompok Eksperimen1) Pretest Kelompok TGT (Kelompok Eksperimen 2) Posttest Kelompok CTJ (Kelompok Kontrol) Posttest Kelompok STAD (Kelompok Eksperimen1) Posttest Kelompok TGT (Kelompok Eksperimen 2)
36
36
32
36
36
32
0,1071 0,1360 0,1094 0,1343 0,1202 0,1157
0,1477 0,1477 0,1566 0,1477 0,1477 0,1566
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal bila Lmaks < Ltabel.
Harga Lmaks pada masing-masing kelas dari tabel di atas lebih kecil dari Ltabel
sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian yang
terdiri dari Kelompok STAD, Kelompok TGT, dan Kelompok Ceramah Tanya
Jawab berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112 2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas terhadap data pretest dan posttest untuk setiap
kelompok menggunakan uji Bartlett dengan taraf signifikan 5%. Rangkuman hasil
uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan 4.13.
Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pretest
Kelompok χ2hitung χ 2tabel Hasil
Kontrol (CTJ) Eksperimen 1 (STAD) Eksperimen 2 (TGT)
3,1145 5,99 Homogen
Tabel 4.13. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Posttest
Kelompok χ 2 hitung χ 2tabel Hasil
Kontrol (CTJ) Eksperimen 1 (STAD) Eksperimen 2 (TGT)
3,466 5,99 Homogen
Sampel berasal dari populasi yang homogen bila χ 2
hitung < χ 2tabel. Dari
Tabel 4.9 dan 4.10 terlihat bahwa harga χ 2hitung lebih kecil dari harga χ 2
tabel.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian yang terdiri
dari Kelompok STAD, Kelompok TGT, dan Kelompok Ceramah Tanya Jawab
berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji homogenitas selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 32 dan Lampiran 33.
b. Pengujian Hipotesis
1) Pengujian Hipotesis 1
Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian
hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan Analisis Kovarian
(Anakova). Perhitungan secara lengkap disajikan pada Lampiran 34, sedangkan
hasil Analisis Kovarian dirangkum dalam Tabel 4.14 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113 Tabel 4.14. Rangkuman Hasil Analisis Kovarian
Sumber Variansi db JK MK Fo Ft
Antar (A) 2 1163,134 581,567 6,681 3,090
Dalam (d) 100 8704,503 87,045 - -
Total (T) 102 - - - -
Hipotesis statistik untuk perhitungan Anakova adalah sebagai berikut:
H0 = µ1 = µ2 = µ3 = Tidak terdapat beda skor yang signifikan (Ketiga metode
belajar yaitu STAD, TGT dan Ceramah Tanya Jawab memberikan rata-rata
hasil belajar yang sama).
H1 = Terdapat beda skor yang signifikan (Ketiga metode belajar yaitu STAD,
TGT dan Ceramah Tanya Jawab paling sedikit memberikan 1 rataan hasil
belajar yang tidak sama).
H0 ditolak jika Fo > Ftabel.
Perhitungan Analisis Kovarian terhadap hasil belajar Geografi siswa
pada kompetensi dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi” diperoleh hasil Fo > Ftabel (6,681 > 3,090), hal tersebut
berarti H0 ditolak. Kesimpulan yang dapat ditarik dari perhitungan tersebut adalah
bahwa terdapat perbedaan skor yang signifikan terhadap hasil belajar Geografi
antara ketiga metode pembelajaran. Hal ini berarti sejalan dengan hipotesis yang
menyebutkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Geografi yang menggunakan
metode pembelajaran STAD, metode TGT, dan metode Ceramah Tanya Jawab
pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
2) Pengujian Hipotesis 2
Hasil Analisis Kovarian di atas hanya mengetahui bahwa perlakuan-
perlakuan yang diteliti memberikan pengaruh yang berbeda. Namun, peneliti
belum dapat mengetahui manakah perlakuan-perlakukan itu yang secara
signifikan berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji
lanjut dengan mencari harga Beda Rata-rata yang masih Signifikan atau BRS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Hasil perhitungan BRS selengkapnya terdapat dalam Lampiran 36 dan
rangkuman hasil uji lanjut pasca Analisis Kovarian hasil belajar geografi disajikan
dalam Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Rangkuman Jumlah dan Rata-rata Hitung
Metode X MX Y MY MA
A1 (N1 = 32) 2270 70,94 2466 77,06 76,77
A2 (N2 = 36) 2473 68,69 2759 76,64 76,62
A3 (N2 = 36) 2384 66,22 2490 69,17 69,45
Total (N = 104) 7127 68,53 77,15 74,18 -
Keterangan :
A1 = Metode Pembelajaran TGT
A2 = Metode Pembelajaran STAD
A3 = Metode Pembelajaran Ceramah Tanya Jawab
Tabel 4.16. Rangkuman Keputusan Uji
Perbandingan Gainscore BRS Keputusan
MA1 - MA2 0,15 4,00 Tidak Signifikan
MA1 - MA3 7,32 4,00 Signifikan
MA2 - MA3 7,17 4,00 Signifikan
Keterangan :
MA1 = Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran TGT
MA2 = Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran STAD
MA3 = Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab
Hipotesis statistik pasca Analisis Kovarian adalah sebagai berikut :
H0 = µ1 - µ2 楸 BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ2, yaitu metode pembelajaran
STAD dan TGT tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).
H1 = µ1 - µ2 > BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ2, yaitu metode pembelajaran
STAD dan TGT menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).
H0 ditolak jika Fhitung > BRS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran TGT adalah 76,77
sementara rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran STAD adalah 76,62.
Dari Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa beda rata-rata hasil belajar antara A1
(metode pembelajaran TGT) dan A2 (metode pembelajaran STAD), yaitu 0,15
adalah jauh lebih kecil dibandingkan BRS (yaitu 4,00). Dengan demikian H0
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar pada kelompok
TGT dan kelompok STAD tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Hal tersebut berarti hasil belajar geografi yang menggunakan metode
pembelajaran STAD sama baiknya dengan hasil belajar Geografi yang
menggunakan metode pembelajaran TGT. Hal tersebut tidak sejalan dengan
hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu bahwa hasil belajar Geografi dengan
metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan
metode STAD pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya
terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
3) Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis statistik pasca Analisis Kovarian adalah sebagai berikut :
H0 = µ1 - µ3 楸 BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ3, yaitu metode pembelajaran
STAD dan Ceramah Tanya Jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan).
H1 = µ1 - µ3 > BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ3, yaitu metode pembelajaran
STAD dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan).
H0 ditolak jika Fhitung > BRS.
Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran STAD adalah 76,62
sementara rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab
adalah 69,45. Dari Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa beda rata-rata antara A2
(metode pembelajaran STAD) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya
Jawab), yaitu 7,17 adalah jauh lebih besar dibandingkan BRS (yaitu 4,00).
Dengan demikian H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil
belajar pada kelompok STAD dan kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116 adanya perbedaan yang signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi
dengan metode pembelajaran STAD lebih baik daripada hasil belajar Geografi
dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis
Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X
SMA Negeri 2 Surakarta dan sejalan dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti.
4) Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis statistik pasca Analisis Kovarian adalah sebagai berikut :
H0 = µ2 - µ3 楸 BRS (Rerata hasil belajar µ2 dan µ3, yaitu metode pembelajaran TGT
dan Ceramah Tanya Jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan).
H1 = µ2 - µ3 > BRS (Rerata hasil belajar µ2 dan µ3, yaitu metode pembelajaran TGT
dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan).
H0 ditolak jika Fhitung > BRS.
Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran TGT adalah 76,77
sementara rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab
adalah 69,45. Dari Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa beda rata-rata antara A1
(metode pembelajaran TGT) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya
Jawab), yaitu 7,32 adalah jauh lebih besar dibandingkan BRS (yaitu 4,00).
Dengan demikian H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil
belajar pada kelompok TGT dan kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi
dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi
dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis
Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X
SMA Negeri 2 Surakarta dan sejalan dengan hipotesis yang diajukan peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
F. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis Pertama
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
hasil belajar Geografi yang menggunakan metode pembelajaran Student Team
Achievement Divisions (STAD), metode pembelajaran Teams-Games-
Tournaments (TGT), dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab (CTJ)
pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran
2009/2010. Pengujian Anakova menunjukkan hasil Fo = 6,681 lebih besar dari
Ftabel =3,090; sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hal
ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar geografi yang menggunakan metode
pembelajaran STAD, metode pembelajaran TGT, dan metode pembelajaran
Ceramah Tanya Jawab. Selanjutnya, untuk mengetahui rerata mana yang lebih
baik atau pengaruh mana yang lebih besar dari ketiga metode pembelajaran
tersebut, dilakukan uji lanjut dengan mencari harga Beda Rata-rata yang masih
Signifikan atau BRS.
2. Hipotesis Kedua
Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata Kelas X-3 SMA Negeri
2 Surakarta yang diajar menggunakan metode pembelajaran STAD adalah 76,64
sedangkan nilai rata-rata Kelas X-1 SMA Negeri 2 Surakarta yang diajar
menggunakan metode pembelajaran TGT adalah 77,06. Hal ini berarti rerata nilai
posttest siswa pada kelompok eksperimen TGT lebih tinggi daripada hasil belajar
siswa pada kelompok eksperimen STAD. Namun demikian, hasil uji pasca
analisis kovarian menggunakan uji BRS menunjukkan bahwa beda rata-rata
(gainscore) antara A1 (metode pembelajaran TGT) dan A2 (metode pembelajaran
STAD), yaitu sebesar 0,15 adalah jauh lebih kecil dibandingkan harga BRS (yaitu
sebesar 4,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar kelompok
TGT dan kelompok STAD tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Hal tersebut berarti hasil belajar geografi dengan metode pembelajaran TGT sama
baiknya dengan hasil belajar geografi dengan metode pembelajaran STAD pada
kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118 Muka Bumi siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kedua metode pembelajaran tersebut
sama efektifnya dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa pada materi
Hidrosfer. Keefektivan kedua metode tersebut juga dapat terlihat dari nilai rata-
rata posttest siswa yang diajar dengan metode pembelajaran STAD dan TGT
tersebut yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan pihak sekolah, yaitu 7,00. Dalam hal ini, nilai rata-rata posttest siswa
yang diajar dengan metode pembelajaran STAD dan TGT lebih tinggi dari standar
KKM. Hal ini berarti tidak sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa
hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil
belajar Geografi dengan metode STAD pada Kompetensi Dasar Menganalisis
Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X
SMA Negeri 2 Surakarta.
Kesamaan pengaruh pada hasil belajar Geografi tersebut karena langkah-
langkah pembelajaran pada metode pembelajaran TGT dan STAD hampir sama.
Perbedaanya hanya terletak pada sistem evaluasi, dimana pada metode STAD
menggunakan sistem kuis, sedangkan pada metode TGT menggunakan turnamen
akademik. Adanya games dan turnamen pada pembelajaran TGT yang semula
diharapkan dapat lebih menarik minat para siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2
Surakarta ternyata tidak memberikan hasil belajar yang lebih baik apabila
dibandingkan dengan hasil belajar siswa Kelas X-3 yang menggunakan metode
pembelajaran STAD. Menurut beberapa penelitian yang dikembangkan oleh
Universitas John Hopkins dalam Slavin (1995), pembelajaran dengan metode
TGT dan metode STAD memberikan efek yang serupa terhadap prestasi belajar
siswa.
Siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta sedang berada dalam tahap
perkembangan usia remaja. Masa - masa tersebut merupakan masa dimana para
remaja seringkali bermain, membuat sebuah kelompok atau komunitas sendiri,
saling sharing dengan teman sebaya, dan berkompetisi dalam hal - hal tertentu.
Dengan menilik kondisi siswa yang demikian tersebut, maka metode STAD dan
TGT sangat sesuai untuk diterapkan pada saat pembelajaran di sekolah. Kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119 metode tersebut menawarkan pembelajaran yang menarik, terbukti pada saat
penelitian di lapangan, peneliti menemukan siswa yang lebih aktif, lebih antusias,
dan jauh dari kesan tegang selama proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran dengan metode STAD menjadikan materi yang terlihat sulit
menjadi menarik untuk dipelajari dan dipecahkan bersama. Setiap anggota
kelompok memiliki tanggungjawab untuk memastikan bahwa teman satu
kelompok mereka menguasai materi yang sedang dipelajari. Di sinilah suasana
kebersamaan kelompok sedang tercipta. Mereka menyadari bahwa skor kuis
mereka nanti sangat menentukan keberhasilan tim, sehingga memotivasi
kelompoknya untuk menjadi tim yang terbaik. Hal tersebut juga tercermin dalam
pembelajaran TGT yang menampilkan permainan Roda Impian yang ringan dan
menarik, sehingga mampu memunculkan suasana kegembiraan dan
menghilangkan kejenuhan. Tanpa disadari, semua komponen kelas sedang
berkompetisi dalam suasana permainan. Metode pembelajaran STAD dan TGT
juga mampu memberikan suasana dan gaya belajar yang lebih inovatif dari cara
belajar konvensional yang hanya berpusat pada guru dan buku teks, serta mampu
menghilangkan kesan menggurui pada siswa. Kedua metode pembelajaran
tersebut merupakan metode yang dapat dikategorikan baru bagi siswa kelas X
SMA Negeri 2 Surakarta. Pada umumnya guru hanya terpaku pada metode
pembelajaran ceramah dan sedikit Tanya jawab. Guru kurang melakukan inovasi
terhadap proses pembelajaran di kelas, akibatnya siswa menjadi antusias ketika
pembelajaran disuguhkan dalam suasana belajar kelompok dan permainan.
Meskipun metode pembelajaran STAD dan TGT terbukti berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa, namun pada kenyataannya di lapangan, peneliti
menemui sedikit kesulitan. Salah satunya, yaitu bahwa waktu yang dihabiskan
untuk diskusi dan turnamen cukup banyak, sehingga kadang kala melewati waktu
yang sudah ditetapkan. Di samping itu, tanpa kontrol dan pengaturan yang baik,
suasana diskusi, permainan dan turnamen akan membuat kelas menjadi gaduh dan
sulit dikendalikan. Hal tersebut tentunya menjadi bahan evaluasi bagi guru untuk
mengatasi kekurangan penerapan kedua metode pembelajaran, serta
mengupayakan proses pembelajaran tersebut menjadi lebih baik lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
3. Hipotesis Ketiga
Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa Kelas X-5 SMA
Negeri 2 Surakarta yang diajar dengan metode STAD adalah 76,64; sedangkan
nilai rata-rata posttest siswa Kelas X-3 yang diajar dengan metode Ceramah
Tanya Jawab adalah 69,17. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada
kelompok eksperimen STAD lebih tinggi daripada hasil belajar siswa pada
kelompok Ceramah Tanya Jawab. Setelah dilakukan uji lanjut pasca Anakova
menggunakan BRS dapat diketahui bahwa beda rata-rata (gainscore) antara A2
(metode pembelajaran STAD) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya
Jawab), yaitu 7,13 adalah lebih besar dibandingkan harga BRS (yaitu 4,00),
sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar kelompok STAD dan
kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi dengan metode
pembelajaran STAD lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode
Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2
Surakarta. Dari kesimpulan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa metode
pembelajaran STAD lebih efektif daripada metode pembelajaran Ceramah Tanya
Jawab dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa pada materi Hidrosfer.
Keefektivan metode STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa tersebut juga
dapat terlihat dari nilai rata-rata posttest siswa yang telah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan pihak sekolah, yaitu 7,00 sedangkan
nilai rata-rata posttest siswa yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab
belum memenuhi KKM (di bawah standar KKM). Hal ini berarti sesuai dengan
hipotesis yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode
pembelajaran STAD lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode
Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2
Surakarta.
Metode STAD lebih efektif daripada metode Ceramah Tanya Jawab
karena merupakan metode STAD merupakan metode pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121 melibatkan keaktifan siswa melalui suatu kegiatan diskusi. Di dalam forum
diskusi tersebut, setiap anggota kelompok ditugaskan untuk belajar bersama,
saling membantu dan saling memberikan motivasi untuk menguasai konsep
materi pembelajaran yang diberikan, demi kemajuan kelompok mereka. Setiap
anggota kelompok harus mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan dalam belajar (peran tutor
sebaya), dengan demikian akan tercipta ketergantungan positif antaranggota
kelompok. Siswa yang memiliki kemampuan rendah akan termotivasi oleh teman-
teman yang memiliki kemampuan lebih baik. Selain itu, dengan adanya
pembelajaran secara berkelompok akan mampu meningkatkan rasa percaya diri
siswa terhadap tugas-tugas dan materi yang dikuasai, motivasi belajar menjadi
lebih baik, dan akibatnya mampu meningkatkan hasil belajar. Proses
pembelajaran tersebut tidak dijumpai pada pembelajaran dengan metode Ceramah
Tanya Jawab. Siswa yang diajar dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya
Jawab kurang berinteraksi dan bekerjasama untuk membelajarkan antara siswa
yang satu dengan yang lain. Hal ini yang menjadikan salah satu alasan mengapa
proses pembelajaran dengan menggunakan metode STAD lebih efektif daripada
metode Ceramah Tanya Jawab. Selain itu, jumlah siswa yang banyak
menyebabkan pertanyaan tidak dapat disebarkan kepada seluruh peserta didik,
sehingga peserta didik tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab
maupun bertanya. Peserta didik yang tidak aktif tidak akan mempertahankan
bahkan tidak terlibat secara mental. Akibatnya justru akan menurunkan minat dan
rasa ingin tahu siswa tersebut terhadap masalah yang sedang dibicarakan Masalah
lain akan muncul ketika tanya - jawab menyimpang dari pokok persoalan yang
sedang diajarkan. Hal tersebut hanya akan memancing kegaduhan, sehingga
proses pembelajaran menjadi tidak kondusif.
Hasil penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode pembelajaran
STAD dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab telah dilakukan oleh
Agung Nuswantoro (2008). Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
penggunaan metode pembelajaran STAD lebih efektif daripada metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122 pembelajaran Ceramah Tanya Jawab terhadap prestasi belajar siswa. Hasil ini
berarti sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.
4. Hipotesis Keempat
Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa Kelas X-1 SMA
Negeri 2 Surakarta yang diajar dengan metode TGT adalah 77,06 sedangkan nilai
rata-rata posttest Kelas X-3 yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab
adalah 69,17. Hal ini berarti hasil belajar geografi siswa yang diajar dengan
metode TGT lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan
metode Ceramah Tanya Jawab. Setelah dilakukan uji lanjut pasca Anakova
menggunakan BRS dapat diketahui bahwa beda rata-rata (gainscore) antara A1
(metode pembelajaran TGT) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya
Jawab), yaitu 7,32 adalah lebih besar dibandingkan harga BRS (yaitu 4,00),
sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar kelompok TGT dan
kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Kesimpulannya, hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran
TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya
Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Dari
kesimpulan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa metode pembelajaran TGT
lebih efektif daripada metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab dalam
meningkatkan hasil belajar Geografi siswa pada materi Hidrosfer. Keefektivan
metode TGT dalam meningkatkan hasil belajar siswa tersebut juga dapat terlihat
dari nilai rata-rata posttest siswa yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan pihak sekolah, yaitu 7,00 sedangkan nilai rata-
rata posttest siswa yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab belum
memenuhi KKM (di bawah standar KKM). Hal ini berarti sejalani dengan
hipotesis yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode
pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode
Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Metode pembelajaran TGT memiliki kelebihan, dimana metode ini
memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih mengaktualisasikan diri,
sehingga siswa merasa lebih dihargai. Terlebih, dengan sistem turnamen, siswa
menjadi termotivasi untuk memenangkan setiap turnamen. Aktivitas belajar
dengan permainan yang dirancang dalam metode pembelajaran TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Selain itu,
metode ini mampu meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang
mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan,
sehingga mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Pertandingan
atau turnamen membuat siswa lebih bersemangat untuk belajar Geografi,
karena adanya persaingan antarkelompok membuat mereka termotivasi untuk
memenangkan pertandingan, sehingga setiap siswa akan berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk mempelajari materi yang disampaikan pada saat
proses belajar - mengajar berlangsung. Dalam permainan Roda Impian tidak ada
bantuan huruf atau kisi-kisi jawaban, sehingga siswa harus menguasai materi
hidrosfer seutuhnya. Agar dapat menjawab dengan benar, diperlukan koordinasi
dan kerja sama pada saat belajar tim karena kontribusi individu sangat
menentukan keberhasilan tim. Penguasaan materi pelajaran merupakan modal
untuk bertanding. Dengan penguasaan materi yang luas, siswa dapat menjawab
pertanyaan dengan mudah. Hal inilah yang secara tidak langsung menimbulkan
ketergantungan positif antaranggota dalam kelompok, yaitu saling ketergantungan
bahan atau sumber materi pelajaran, saling ketergantungan menyelesaikan tugas,
saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah, dan saling
ketergantungan mencapai tujuan, demi keberhasilan kelompoknya.
Proses pembelajaran yang berlangsung seperti di atas menjadikan metode
TGT lebih efektif daripada metode Ceramah Tanya Jawab. Pembelajaran dengan
metode Ceramah Tanya Jawab pada Kelas X-3 yang diajar dengan metode
Ceramah Tanya Jawab kurang menarik bagi siswa serta membuang waktu bila
peserta didik tidak responsive terhadap pertanyaan. Hal tersebut dapat ditunjukkan
dari banyaknya siswa yang masih bercanda saat kegiatan pembelajaran sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124 berlangsung dan suasana kelas menjadi tidak kondusif, oleh karena itu perhatian
siswa akan materi pembelajaran menjadi kurang sehingga hasil belajar siswa
kurang maksimal. Selain itu, akibat kurang terbiasa, metode pembelajaran ini
menimbulkan rasa gugup pada peserta didik yang tidak memiliki keberanian
menjawab dan bertanya (kemampuan lisan). Akibatnya siswa menjadi tertekan
dan tidak memiliki minat terhadap kegiatan pembelajaran.
Hasil penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode pembelajaran
TGT telah dilakukan oleh Indah Kusumawati (2009 : 106) diperoleh hasil bahwa
metode pembelajaran TGT dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Hal ini berarti sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode
pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD), Team-Games-
Tournament (TGT), dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar
”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”
siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
2. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT sama efektivnya
dengan hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD pada
Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
3. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih efektiv
daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya
Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya
terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
4. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih efektiv
daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya
Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya
terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
B. Implikasi
Implikasi merupakan suatu dampak yang ditimbulkan dari hasi
penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, penulis akan menyampaikan implikasi
yang bermanfaat secara teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan
hasil belajar Geografi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
1. Implikasi Teoritis
Dari kesimpulan telah dinyatakan bahwa hasil belajar Geografi dengan
metode pembelajaran TGT sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan
metode pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2
Surakarta. Kelompok siswa yang diajar dengan metode TGT sama baiknya
dengan hasil belajar Geografi kelompok siswa yang diajar dengan model
STAD. Kedua metode tersebut sama – sama memberikan hasil yang positif pada
hasil belajar siswa. Struktur dari kedua metode tersebut sama-sama dapat
meningkatkan motivasi, keaktifan dan hasil belajar siswa, sehingga hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pembelajaran Geografi pada
kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di
Muka Bumi serta dapat menambah pengetahuan sebagai dasar pengembangan
metode pembelajaran STAD dan TGT dalam penelitian selanjutnya.
2. Implikasi Praktis
Kesimpulan menunjukkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode
pembelajaran TGT sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan metode
pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2
Surakarta, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi
pendidik dalam upaya peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa pada materi
tersebut. Pengajaran dengan metode STAD dan TGT dapat dijadikan sebagai
suatu pertimbangan bagi guru sebagai alternatif untuk menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa khususnya pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer
dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi. Hal tersebut terutama
karena kedua metode pembelajaran dapat lebih meningkatkan motivasi,
keaktifan, dan aktivitas belajar siswa. Dengan kata lain, metode pembelajaran
TGT dan STAD dapat menjadi pembelajaran alternatif yang efektif dalam rangka
peningkatan hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
C. Saran
Dalam rangka turut mengembangkan pemikiran yang berkenaan dengan
peningkatan hasil belajar geografi dan berdasarkan kesimpulan serta implikasi
penelitian di atas, maka dapat dirumuskan saran sebagai berikut :
1. Guru sebagai fasilitator proses pembelajaran geografi hendaknya melakukan
variasi terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Salah satu alternatifnya
dengan menggunakan metode pembelajaran STAD atau TGT yang telah
terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar geografi siswa pada
kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan
di Muka Bumi.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran geografi menggunakan metode STAD dan
TGT hendaknya guru mempersiapkan proses pembelajaran tersebut secara
matang, karena banyak sekali instrumen pembelajaran yang harus dipersiapkan
agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan efektif.
3. Pihak sekolah sebaiknya melakukan langkah – langkah peningkatan mutu
siswa di bidang geografi, di antaranya dengan penambahan fasilitas penunjang
pembelajaran geografi dengan menggunakan metode STAD dan TGT sehingga
mempermudah siswa dalam pemahaman kompetensi yang dipelajari.
top related