faktor-faktor penyebab kekurangefektivan …lib.unnes.ac.id/27237/1/3201409049.pdf · sma negeri 1...
Post on 26-Apr-2019
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGEFEKTIVAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MATA PELAJARAN GEOGRAFI PADA SISWA SMA NEGERI 1 KALIWUNGU KENDAL
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ashlih Fitriani
3201409049
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : 21 September 2015
Tanggal : Senin
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sunarko, M. Pd Drs. Suroso, M. Si
NIP. 19520718 198003 1 003 NIP. 19600402 198601 1 001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : 29 September 2015
Tanggal : Selasa
Penguji Utama
Drs. Tukidi, M. Pd
NIP. 19540310 198303 1 002
Penguji I Penguji II
Drs. Sunarko, M. Pd Drs. Suroso, M.Si.
NIP. 19520718 198003 1 003 NIP. 19600402 198601 1 001
iv
PERNYATAAN
Penyusun menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 29 September 2015
Ashlih Fitriani NIM. 3201409049
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang
telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa
yang ada pada diri mereka sendiri (QS. An Anfaal : 8)
2. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyirah : 6)
3. Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu
kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat (Winston
Chuchill)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sarwoko, S. Pd
dan Ibu Nur Hikmah yang tiada hentinya
memberikan kasih sayang, dukungan, arahan dan
do’a untuk keberhasilanku.
2. Adikku tersayang, Akbar Pambudi yang selalu
mendukungku.
3. Sahabatku, Ana, Dwi dan Ratna yang selalu
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Teman-teman Kost Al Hikmah yang selalu
mendukungku.
5. Teman-teman Pendidikan Geografi 2009.
6. Almamaterku UNNES.
vi
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor
Penyebab Kekurangefektivan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Mata
Pelajaran Geografi pada Siswa SMA N 1 Kaliwungu Kendal Tahun Pelajaran
2014/205”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
banyak membantu baik motivasi, moral dan material kepada penyusun. Oleh sebab
itu, dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi strata satu di
Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Subagyo, M. Pd. Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan
kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M. Si. Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Sunarko, M. Pd. Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan saran kepada penyusun selama penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Suroso, M. Si. Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan saran kepada penyusun selama penyusunan skripsi ini.
vii
6. Drs. Tukidi, M. Pd. Dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan
yang sangat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Drs. Hariyanto, M. Si. Dosen wali yang telah memberikan bimbingan kepada
penyusun selama penyusunan skripsi dan selama menuntut ilmu di bangku kuliah.
8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ilmu yang tidak ternilai harganya dan mudah-
mudahan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penyusun.
9. Hj. Puji Hastuti, S. Pd., M. Si., M. Pd. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kaliwungu,
yang telah memberi ijin penelitian di sekolahnya.
10. Kasminah, S.Pd. dan Ratna Dwi Setyowati, S. Pd. Guru Mata Pelajaran Geografi
SMA Negeri 1 Kaliwungu, yang telah membantu kelancaran penelitian.
11. Siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 1 Kaliwungu yang telah berkenan
menjadi sampel dalam penelitian.
12. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
jalannya pelaksanaan penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan
lancar.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, September 2015
Penulis
Ashlih Fitriani
3201409049
viii
SARI
Fitriani, Ashlih. 2015. Faktor-Faktor Penyebab Kekurangefektivan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Mata Pelajaran Geografi Pada Siswa SMA Negeri 1 Kaliwungu Kendal Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Sunarko, M. Pd, Pembimbing II: Drs. Suroso, M. Si. Kata kunci: Faktor-faktor kekurangefektivan, Model Pembelajaran Kooperatif
Pemilihan model pembelajaran yang tepat oleh guru diharapkan dapat mendorong siswa belajar lebih optimal, sehingga mendapatkan hasil belajar yang baik. Pada pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Akan tetapi, pada SMA N 1 Kaliwungu menunjukkan belum mencapai ketuntasan klasikal untuk model pembelajaran kooperatif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kekurangefektivan model pembelajaran kooperatif mata pelajaran geografi pada siswa SMA N 1 Kaliwungu Kendal tahun pelajaran 2014/2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI IIS SMA N 1 Kaliwungu. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling, yaitu pengambilan subjek dari strata atau wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah. Dalam penelitian ini, menggunakan sampel individu yaitu sampel yang terdiri dari individu perkelasnya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 20% dari jumlah 299 siswa yaitu 60 siswa. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 9 kelas yang ada pada SMA N 1 Kaliwungu yang terdiri dari 5 kelas untuk kelas X dan 4 kelas untuk kelas XI, yang terdiri dari 7 siswa pada kelas X IIS 1, 7 siswa pada kelas X IIS 2, 7 siswa pada kelas X IIS 3, 7 siswa pada kelas X IIS 4, 7 siswa pada kelas X IIS 5, 7 siswa pada kelas XI IIS 1, 6 siswa pada kelas XI IIS 2, 6 siswa pada kelas XI IIS 3, dan 6 siswa pada kelas XI IIS 4. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada proses pembelajaran kooperatif yang tergolong dalam kategori rendah yaitu tanggung jawab perseorangan, interaksi promotif dan komunikasi antaranggota. Tanggung jawab perseorangan diperoleh 3% siswa tergolong sangat tinggi, 28% siswa tergolong tinggi, 60% siswa tergolong rendah dan 9% tergolong sangat rendah. Hal ini dapat terjadi karena pada saat berdiskusi, ada siswa yang hanya diam saja tidak memberikan pendapat, pada saat presentasi hanya siswa tertentu yang berpendapat, dan hanya beberapa saja yang menjadi tutor. Aktivitas tergolong rendah selanjutnya yaitu interaksi promotif, terdapat 5% siswa tergolong sangat tinggi, 7% siswa tergolong tinggi, 67% siswa termasuk kategori rendah dan 7% siswa termasuk sangat
ix
rendah. Hal ini menunjukkan siswa dalam memproses informasi kurang cepat dan cermat, hanya siswa yang serius mempelajari bahan yang diberikan guru yang dapat memberikan ide ataupun masukan-masukan, dalam merumuskan argumentasi dan mengembangkan argumentasi masih kurang baik sehingga masih ada pertanyaan yang dijawab seadanya. Aktivitas tergolong rendah yang terakhir yaitu komunikasi antaranggota, terdapat 8 % siswa tergolong sangat tinggi, 25% siswa termasuk kategori tinggi, 50% siswa termasuk kategori rendah dan 17% siswa termasuk sangat rendah. Pada aktivitas ini kemampuan berkomunikasi siswa masih kurang karena masih ada yang menggunakan bahasa campuran bahasa Indonesia dengan bahasa Daerah, kemampuan dalam mendukung pendapat teman masih dianggap kurang karena siswa masih disuruh guru untuk menambahkan pendapat temannya dan sering terjadi konflik yang membuat siswa lain emosi sehingga guru menjadi penengah pada saat terjadi perbedaan pendapat. Aktivitas siswa yang tergolong tinggi yaitu saling ketergantungan positif sebanyak 43% dan pemrosesan kelompok sebanyak 51%. Simpulan penelitian ini adalah pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif pada siswa masih ada beberapa aktivitas yang tergolong rendah. Aktivitas siswa yang tergolong kategori rendah yaitu tanggungjawab perseorangan, interaksi promotif dan komunikasi antaranggota. Saran yang dapat peneliti berikan adalah aktivitas siswa yang masih tergolong rendah diperlukan adanya perbaikan, dengan cara siswa dilatih merumuskan dan mengembangkan argumentasi dengan baik, berkomunikasi dengan baik dan benar, diberi peringatan agar siswa menjalankan tugas sesuai dengan tanggungjawabnya, dilatih bekerja sama dan saling memberi informasi dalam kelompok, menyelesaikan konflik secara konstruktif dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... v
PRAKATA ............................................................................................. vi
SARI ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 4
E. Penegasan Istilah ................................................................... 5
xi
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Mata Pelajaran Geografi ......................................... 7
a. Pengertian Geografi ......................................................... 7
b. Fungsi dan Tujuan Geografi di SMA ............................... 8
c. Ruang Lingkup Materi ..................................................... 11
d. Standar Isi Mata Pelajaran Geografi di SMA .................... 12
e. Standar Proses Mata Pelajaran Geografi SMA ................. 14
B. Model Pembelajaran Kooperatif ........................................... 21
a. Pengertian Model Pembelajaran Koopeartif ..................... 21
b. Tinjauan Pembelajaran Kooperatif .................................... 22
c. Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif ................... 24
d. Keterampilan-Keterampilan Pembelajaran Koopeartif ....... 28
e. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif ..................................... 30
f. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ............ 31
g. Persamaan Model-Model Pembelajaran Kooperatif .......... 35
C. Hubungan Antara Konsep (Standar Isi dan Standar Proses Mata Pelajaran
Geografi di SMA) dengan Karakteristik Model Kooperatif .... 36
D. Kerangka Berfikir ................................................................. 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian ................................................................ 41
B. Subjek Penelitian ............................................................... 41
a. Populasi ........................................................................... 41
xii
b. Sampel dan Teknik Sampel .............................................. 42
C. Variabel Penelitian ............................................................. 43
D. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................. 45
E. Metode Pengumpulan Data .................................................. 46
F. Metode Analisis Data .......................................................... 47
G. Alur Penelitian ..................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 51
B. Hasil Penelitian .................................................................. 53
C. Pembahasan ....................................................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 67
B. Saran ................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 68
LAMPIRAN ........................................................................................... 70
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Hasil Belajar Siswa Pada Beberapa Model Pembelajaran ................. 2
3.3. Jadwal Penelitian ............................................................................. 46
4.1. Distribusi Frekuensi Saling Ketergantungan Positif .......................... 54
4.2. Distribusi Frekuensi Tanggungjawab Perseorangan ......................... 56
4.3. Distribusi Frekuensi Interaksi Promotif ........................................... 58
4.4. Distribusi Frekuensi Keterampilan Komunikasi Antaranggota .......... 59
4.5. Distribusi Frekuensi Pemrosesan Kelompok ..................................... 61
4.6. Distribusi Frekuensi aktivitas belajar siswa ..................................... 62
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Kerangka Berfikir ........................................................................... 40
3.1. Diagram Alur Penelitian ................................................................. 51
4.1. Grafik Saling Ketergantungan Positif .............................................. 55
4.2. Grafik Tanggungjawab Perseorangan .............................................. 56
4.3. Grafik Interaksi Promotif ................................................................ 58
4.4. Grafik Keterampilan Komunikasi Antaranggota .............................. 60
4.5. Grafik Pemrosesan Kelompok ......................................................... 61
4.6 Grafik Aktivitas Belajar Siswa dalam Model Pembelajaran Kooperatif 63
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian .................................................................................... 71
2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa ................................................................. 72
3. Lembar Observasi Siswa ................................................................................ 73
4. Rubrik Lembar Observasi Siswa .................................................................... 74
5. Daftar Nama Siswa ....................................................................................... 78
6. Data Observasi Siswa 1 ................................................................................. 82
7. Data Observasi Siswa 2 ................................................................................. 84
8. Rekapitulasi dan Rata-Rata Skor Aktivitas Siswa ........................................... 86
9. Frekuensi Aktivitas Siswa Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Observasi
1 Dan 2 ......................................................................................................... 89
10. Silabus Kelas X ............................................................................................. 91
11. Silabus Kelas XI .......................................................................................... 97
12. Rencama Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X ................................................ 104
13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas XI ................................................ 113
14. Dokumentasi Aktivitas Guru Dan Siswa........................................................ 121
15. Surat Ijin Penelitian ..................................................................................... 123
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dapat menumbuhkan
pemahaman, kreativitas, sikap, daya pikir, potensi, dan minat siswa. Kegiatan
pembelajaran diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa
belajar aktif baik secara fisik, sosial maupun psikis. Proses pembelajaran
merupakan proses komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, atau
antar peserta didik. Untuk memahami konsep, komunikasi dua arah secara
timbal balik sangat diharapkan dalam proses belajar mengajar demi
terciptanya tujuan pembelajaran yang optimal. Pemilihan model pembelajaran
yang tepat oleh guru juga diharapkan dapat mendorong siswa belajar lebih
optimal, sehingga mendapatkan hasil belajar yang baik. Pada pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik,
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan
membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan dokumentasi (rencana pelaksanaan pembelajaran) dari
guru mata pelajaran geografi, sebagai contoh di kelas XI SMA N 1
Kaliwungu sudah menerapkan model-model pembelajaran kooperatif, seperti
Think-Pair Share, Numbered-Head Together, Student Team Achievement
2
Division, dan Group Investigation. Data di bawah ini merupakan data hasil
belajar yang diperoleh siswa menggunakan model-model kooperatif.
Tabel 1.1 Hasil Belajar Siswa pada beberapa Model Pembelajaran dalam
Persen
No. Pertemuan
Model-Model Pembelajaran
TPS NHT
Nilai
≥ 75
Nilai
< 75
Nilai
≥ 75
Nilai
< 75
F % F % F % F %
1. 1 86 64 48 36 87 65 47 35
2. 2 83 62 51 38 85 63 49 37
3. 3 88 66 46 34 - - - -
4. 4 - - - - - - - -
Rata-Rata 64 % 36 % 64 % 36 %
No. Pertemuan
Model-Model Pembelajaran
STAD GI
Nilai
≥ 75
Nilai
< 75
Nilai
≥ 75
Nilai
< 75
F % F % F % F %
1. 1 76 57 58 43 82 61 52 39
2. 2 80 60 54 40 80 60 54 40
3. 3 - - - - - - - -
4. 4 - - - - - - - -
Rata-Rata 58% 42 % 60 % 40 %
Sumber : Daftar nilai ulangan harian semester gasal tahun 2014/2015
3
Dari tabel 1.1 menunjukkan bahwa masih ada yang belum mencapai
ketuntasan secara klasikal untuk berbagai model pembelajaran. Berdasarkan
teori belajar tuntas, seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika mampu
menyelesaikan, menguasai kompetensi, dan karakter atau mencapai tujuan
pembelajaran minimal 75% dari seluruh tujuan pembelajaran (Mulyasa, 2013:
130)
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti bermaksud
mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab
Kekurangefektivan Model Pembelajaran Kooperatif Mata Pelajaran
Geografi Pada Siswa SMA N 1 Kaliwungu Kendal Tahun Pelajaran
2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah :
Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kemungkinan kekurangefektivan
model pembelajaran kooperatif mata pelajaran geografi pada siswa SMA N 1
Kaliwungu Kendal tahun pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kemungkinan kekurangefektivan
model pembelajaran kooperatif mata pelajaran geografi pada siswa SMA N 1
Kaliwungu Kendal tahun pelajaran 2014/2015.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, nantinya diharapkan mempunyai manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran geografi.
b. Meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok.
c. Melatih siswa memahami dan menghargai pendapat orang lain.
2. Bagi guru, dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan aktivitas siswa
dalam model pembelajaran kooperatif.
3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan mengenai pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindarkan diri dari adanya kesalahan penafsiran dari
penelitian ini, maka dibutuhkan penegasan istilah. Istilah yang perlu
ditegaskan tersebut adalah:
5
Faktor-faktor penyebab kemungkinan kekurangefektivan model pembelajaran
kooperatif khususnya pada saat proses pembelajaran, dalam penelitian ini
yang diteliti adalah aktivitas siswa.
Aktivitas siswa, antara lain:
a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
Indikator:
Kontribusi siswa dalam mempelajari bahan yang ditugaskan
kelompok
Kemampuan bekerjasama antaranggota di dalam kelompok
b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Indikator:
Peran siswa dalam mempresentasikan hasil kelompoknya
Frekuensi siswa dalam membantu kelompok
Peran siswa mengajar temannya (tutor)
c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
Indikator:
Kontribusi siswa dalam memberi informasi
Peran siswa dalam memproses informasi
Kontribusi siswa dalam merumuskan argumentasi
Kontribusi siswa dalam mengembangkan argumentasi
6
d. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)
Indikator:
Kemampuan siswa dalam berkomunikasi
Peran dalam mendukung pendapat siswa lain
Kemampuan dalam menyelesaikan konflik
e. Group processing (pemrosesan kelompok)
Indikator:
Proses yang terjadi dalam satu kelompok terhadap semua
indikator dalam satu kelompok
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Mata Pelajaran Geografi
a. Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala alam dan
kehidupan di muka bumi serta interaksi antara manusia dengan
lingkungannya dalam kaitannya dengan hubungan/ susunan keruangan
dan kewilayahan. Gejala alam dan kehidupan itu sudah tentu bisa
dipandang sebagai hasil dari proses alam yang terjadi di bumi, bisa juga
dipandang sebagai kegiatan yang memberi dampak kepada makhluk hidup
yang di atas permukaan bumi (Depdiknas, 2001: 7).
Menurut Suharyono dan Amien (1994: 22), kajian geografi lebih
menekankan perhatian pada fenomena geosfer dalam kaitannya hubungan,
persebaran, interaksi keruangan atau kewilayahannnya. Suharyono dan
Amien (1994: 15), berdasarkan hasil seminar dan lokakarya di Semarang,
mencoba mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
kelingkungan dan kewilayahan dalama konteks keruangan. Geografi
dalam kurikulum sekolah tentunya tidak sama betul dengan geografi
sebagai ilmu akademik yang dipelajari di universitas atau dipakai oleh
para ahli geografi (Suharyono, 2006: 18).
8
b. Fungsi dan Tujuan Geografi di SMA
Pengajaran geografi merupakan ilmu geografi yang diajarkan di
sekolah. Nursid Sumaatmadja (2007: 12) mengartikan pengajaran geografi
sebagai pengajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang
merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan
variasi kewilayahannya. Pengajaran geografi merupakan pengajaran
tentang hakekat geografi yang diajarkan di sekolah dan disesuaikan
dengan tingkat perkembangan mental peserta didik.
Sedikit berbeda dengan pengertian Nursid, Blacford (1994)
mengartikan pengajaran geografi sebagai proses untuk membantu peserta
didik dalam upaya mempertajam serta memperjelas perbedaan geografis
yang terdapat dalam pengalaman siswa. Blacford memberikan penjelasan
bahwa guru geografi memiliki tanggungjawab yang serius dalam semua
aspek proses berfikir rasional sepanjang menyangkut permasalahan
geografis siswa.
Geographic understanding perlu untuk dipahami agar siswa
mampu berfikir untuk memecahkan suatu masalah, seperti urbanisasi,
kelebihan penduduk, penipisan sumber daya alam, hutan-hutan yang
makin gundul. Pengetahuan geografis juga dibutuhkan untuk membentuk
suatu sikap global unity yakni merasa sama-sama memiliki suatu dunia
sebagai dasar untuk bersikap yang tepat terhadap kemajuan ataupun
9
penderitaan manusia, seperti : bencana kelaparan, prasangka ras,
perpecahan agama (Matthews, 2004: 240)
Oleh karena itu, masih menurut Blacford, prioritas pendidikan
geografi ialah untuk mengembangkan konsep-konsep serta keterampilan
geografi. Alasan pentingnya penekanan mengembangkan pada konsep
geografi dikarenakan : 1) konsep-konsep geografi membimbing tiap usaha
pengumpulan fakta-fakta yang telah lampau. 2) konsep memberikan
makna untuk menentukan fakta-fakta agar dapat disatukan. 3) konsep
tersebut dapat berubah, karena ilmu pengetahuan selalu berkembang. 4)
konsep memberi siswa pengaruh yang besar terhadap kemampuan
memaknai situasi yang berbeda yang berasal dari konsep awal yang ia
miliki (Blacford, 1994: 13-14).
Menurut Daldjoeni (1982 : 124) prinsip dasar mengajar geografi
yang baik adalah bahwa pengajaran dari guru harus berpusat pada siswa.
Pertama, pemberian pengajaran harus dapat diterima oleh siswa sebagai
sesuatu yang nyata. Kedua, siswa harus dapat melihat tujuan dan manfaat
pembelajaran. Ketiga, guru harus berusaha mempertahankan terjaminnya
perhatian terhadap pendekatan dan penyajian pengajarannya secara lisan.
Daldjoeni (1982: 124) selanjutnya menyarankan bagi guru
mengenai teknik mengajar geografi di dalam kelas: 1) uraian guru supaya
sekolah dibuat hidup: guru memberi contoh-contoh dari sekitar sekolah
yang menarik, 2) di samping mengikuti metode regional atau topikal
10
masih perlu diselenggarakan studi sampel, 3) uraian perlu dibantu paling
sedikit oleh papan tulis dan gambar-gambar yang terdapat dalam buku
pelajaran; lebih baik lagi apabila sekolah memiliki proyektor untuk
memamerkan aneka gambar dari koleksi guru sendiri, 4) pemberian
pelajaran lisan jangan meliputi seluruh jam pelajaran. Guru memberi
siswa kesempatan belajar sendiri berbuat atau belajar dalam kelompok
misalnya relief wilayah, atau diagram curah hujan, 5) melengkapi buku
pelajaran dengan bahan-bahan yang aktual seperti dari tulisan surat kabar,
gambar atau foto dari majalah, brosur pariwisata, tabel rute kereta api,
tabel lalu lintas udara, dan buku-buku bacaan mengenai negara lain, 6)
menelaah statistik atau gambar yang dilampirkan dalam buku, kemudian
mendiskusikan bersama dan menjadikan buku tersebut sebagai bahan
pertanyaan dalam testing.
Tujuan mata pelajaran geografi bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan:
1) Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan, serta proses
yang berkaitan dengan gejala geosfera dalam konteks nasional dan
global.
2) Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan
informasi, menerapkan pengetahuan geografi dalam kehidupan
sehari-hari, dan mengkomunikasikannya untuk kepentingan
kemajuan bangsa Indonesia.
11
3) Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan
memanfaatkan sumber daya alam secara arif serta memiliki
toleransi terhadap keragaman budaya bangsa.
4) Menampilkan perilaku cinta tanah air, bangga sebagai bangsa
Indonesia, dan bertanggung jawab terhadap keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan pada Pancasila
dan UUD 1945. (Kemendikbud 2013: 2-3)
c. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup mata pelajaran geografi meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
1) Pengetahuan dasar geografi dan langkah-langkah penelitian
geografi terhadap fenomena geosfera.
2) Hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat dari
dinamika geosfera.
3) Kondisi geografis Indonesia untuk ketahanan pangan nasional,
penyediaan bahan industri, dan energi alternatif.
4) Sebaran barang tambang di Indonesia berdasarkan nilai
strategisnya.
5) Mitigasi dan adaptasi bencana alam dengan kajian geografi.
6) Dinamika dan masalah kependudukan serta sumber daya manusia
di Indonesia untuk pembangunan.
12
7) Keragaman budaya bangsa sebagai identitas nasional dalam
konteks interaksi global.
8) Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam bidang
pertanian, pertambangan, industri, dan pariwisata.
9) Pelestarian lingkungan hidup kaitannya dengan pembangunan
yang berkelanjutan.
10) Pengetahuan dan pemanfaatan citra penginderaan jauh, peta,
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk kajian pembangunan.
11) Pola persebaran, interaksi spasial, dan pewilayahan dalam
perencanaan pembangunan.
12) Kajian kondisi geografis Negara maju dan Negara berkembang
untuk terjalinnya hubungan yang saling menguntungkan.
(Kemendikbud, 2013: 3)
d. Standar Isi Mata Pelajaran Geografi SMA
Standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan
kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan
pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi
dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik,
13
kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang
berjenjang (Permendikbud nomor 64, 2013: 2). Di bawah ini merupakan
tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi geografi SMA, sebagai
berikut:
Tingkat
kompetensi
Tingkat
kelas Kompetensi
Ruang lingkup
materi
5 X-XI - mensyukuri penciptaan bumi tempat kehidupan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa -menunjukkan perilaku responsif dan bertanggung jawab terhadap masalah yang ditimbulkan oleh dinamika geosfer - menjelaskan konsep dasar, prinsip, dan pendekatan geografi -menganalisis unsur-unsur geosfer, pola persebaran spasial, serta dinamikanya -menganalisis pola persebaran spasial, serta dinamika sumber daya alam dan sumber daya manusia di Indonesia dan dunia -menganalisis upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan - mengamati, menganalisis, merancang, dan
- pengetahuan dasar geografi - pola persebaran spasial serta dinamika litosfer, atmosfer, hidrosfer, dan antroposfer -mitigasi dan adapatasi bencana - persebaran sumber daya alam dan sumber daya manusia di Indonesia dan dunia - pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan
14
mengkomunikasikan kajian dan atau penelitian berbagai gejala geosfer
6 XII - menganalisis peta, citra penginderaan jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG) serta pemanfaatannya dalam pembangunan nasional - menganalisis pola persebaran dan interaksi keruangan antara desa dan kota, kaitannya dengan pembangunan wilayah - menganalisis kerja sama antar wilayah di dalam negara dan kerjasama internasional untuk terjalinnya hubungan yang saling menguntungkan - mengamati, menganalisis, merancang, melaksanakan kajian, serta mengevaluasi kerjasama antar wilayah yang saling menguntungkan
- informasi keruangan gejala dalam bentuk peta, citra penginderaan jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG), dan pemanfaatannya dalam pembangunan nasional - pola persebaran dan interaksi keruangan antara desa dan kota - kerjasama antar wilayah di dalam negara dan kerjasama internasional untuk terjadinya hubungan yang saling menguntungkan
(Permendikbud nomor 64, 2013: 75)
e. Standar Proses Mata Pelajaran Geografi SMA
Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan. Standar proses dikembangkan mengacu pada standar kompetensi
15
lulusan dan standar isi yang telah ditetapkan sesuai ketentuan dalam
peraturan pemerintah. (Permendikbud nomor 65, 2013: 1)
Belajar merupakan proses psikologis yang hanya dapat diamati
dari adanya perubahan tingkah laku peserta didik yang disebabkan oleh
berkembang skema dan struktur kognitif, penambahan pengalaman,
efektivitas interaksi dengan lingkungannya, dan adanya masalah yang
dihadapi oleh peserta didik. Dengan asumsi bahwa konsep belajar
merupakan kontinu dari berbagai teori belajar, prinsip belajar geografi
dilandasi oleh semua teori belajar yang berorientasi pada aktivitas peserta
didik. Peranan pendidik dalam prinsip belajar geografi bertindak sebagai
pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak
hanya keterlibatan kognitif semata tetapi juga keterlibatan emosional
sehingga terjadi penghayatan dan internalisasi nilai-nilai. Untuk
terciptanya kondisi belajar di atas, prinsip-prinsip belajar yang perlu
diperhatikan oleh peserta didik dan pendidik adalah prinsip kesiapan
belajar, motivasi, perhatian, persepsi positif, dan kontruktivistik baik
dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, maupun nilai-
nilai geografi.
Dengan landasan prinsip belajar tersebut, langkah pembelajaran
geografi yang tepat masalah dengan pendekatan belajar proses sains yang
terdiri dari lima langkah yaitu:
16
1) Mengamati, yaitu kegiatan belajar dari lingkungannya melalui
indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada
waktu mengamati suatu objek. Alternatif kegiatan mengamati
antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel
dan grafik data, menganalisis peta, membaca buku, mendengar,
menyimak, dan mencari berbagai informasi yang tersedia di media
masa dan jejaring internet. Contoh mengamati misalnya,
mengamati objek geografi, fenomena alam dan fenomena sosial.
2) Menanya, yaitu kegiatan peserta didik untuk mengungkapkan apa
yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek,
peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, peserta
didik mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, atau
kepada peserta didik lainnya. Pertanyaan dapat diajukan secara
lisan dan tulisan serta dapat membangkitkan motivasi peserta didik
untuk tetap aktif dan menyenangkan. Bentuknya dapat berupa
kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Misalnya: bagaimana
bumi yang kita tempati terbentuk? Mengapa perlu dilakukan
pembelajaran mitigasi bencana alam di lingkungan sekolah?
3) Mengeksplorasi/ mengumpulkan informasi, yaitu kegiatan
mengumpulkan data melalui kegiatan uji coba, mengeksplorasi
lebih mendalam, dan mengumpulkan data sehingga data yang telah
diperoleh dapat dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan
17
mengumpulkan dapat dilakukan dengan cara membaca buku,
mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba
(eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain.
4) Mengasosiasi/ menalar/ mengolah informasi, yaitu kegiatan
peserta didik untuk membandingkan antara data yang telah
diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan
dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting. Kegiatan
mengasosiasi dapat berupa kegiatan menganalisis, membuat
kategori, menentukan hubungan antar data/kategori,
menyimpulkan dari hasil analisis data. Penemuan prinsip dan
konsep penting diharapkan dapat menambah skema kognitif
peserta didik, memperluas pengalaman dan wawasan
pengetahuannya.
5) Mengkomunikasikan, yaitu kegiatan peserta didik dalam
mendiskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan
mengamati, menanya, uji coba, dan mengasosiasi. Kegiatan
mengkomunikasikan ditujukan kepada orang lain baik secara lisan
maupun tulisan dan dibantu dengan perangkat teknologi baik
konvensional maupun Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara,
seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian
18
tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk,
penilaian melalui kumpulan hasil kerja/ karya siswa (portofolio), dan
penilaian diri. Aspek peserta didik yang dinilai adalah aspek kognitif,
psikomotorik, afektif, dan pengalaman nilai-nilai religious dalam
kehidupan sehari-hari. (Kemendikbud, 2013: 3-4)
Di bawah ini sebagai contoh pelaksanaan pembelajaran geografi
sebagai berikut:
1) Kegiatan pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran
b. Memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai
manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari,
dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional,
dan internasional
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari
d. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai
e. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus
19
2) Kegiatan inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
Contoh:
Mengamati
Siswa mengamati tayangan video tentang peristiwa seperti
gunung meletus, aspek fisik dan aspek sosial
Siswa menyimak, mengamati, melihat, mendengar tayangan
slide presentasi video tersebut
Siswa melakukan kegiatan membaca berbagai sumber tentang
aspek fisik dan aspek sosial geografi
Guru menilai keterampilan siswa mengamati
Menanya
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai apa yang
belum mereka pahami atau ingin mengetahui lebih jauh tentang
aspek fisik dan aspek sosial geografi
Guru membimbing/ mendorong siswa mengajukan pertanyaan
berdasarkan peristiwa hasil pengamatan objek
Guru membantu siswa dalam menyusun pertanyaan dan
mengajukan pertanyaan secara mandiri
20
Siswa berdiskusi tentang langkah-langkah penelitian
Mengeksplorasi
Secara berkelompok siswa diminta mengunjungi titik/ lokasi
yang telah ditentukan di lingkungan sekitar sekolah
Siswa dalam kelompok mengumpulkan informasi dan
mencatatnya
Setelah mengumpulkan informasi siswa kembali ke kelas dan
duduk berdasarkan kelompoknya
Guru menilai sikap siswa dalam kerja kelompok
Mengasosiasi
Secara berkelompok siswa diminta mendiskusikan hasil
penelitian
Guru membimbing/ menilai kemampuan siswa mengolah data dan
merumuskan kesimpulan
Mengkomunikasikan
Menyimpulkan hasil yang telah dianalisis
Menuliskan rumusan kesimpulan
Secara bergiliran setiap kelompok mempresentasikan/
mengemukakan hasil kesimpulan
Kelompok lain dapat memberi penilaian, pertanyaan dan
tanggapan
21
Guru menilai kemampuan siswa berkomunikasi lisan dan tulisan
3) Kegiatan penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara
individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk
mengevaluasi:
a. Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang
diperoleh untuk selanjutnya secara bersama dan menemukan
manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil
pembelajaran yang telah berlangsung
b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran
c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian
tugas, baik tugas individual maupun kelompok
d. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya
B. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang
dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans
22
dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus
dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama
selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15)
menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa
lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku
sosial. Sedangkan menurut Lie (2008: 12) model pembelajaran kooperatif
merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak, 1996: 279). Pembelajaran
kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan pastisipasi
siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada
siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda
latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan
ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara
kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan
23
mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang
akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan
membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran
kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas akademik. (Trianto, 2007: 42-44).
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar
dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-
asalan. Pelaksaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar
akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model
pembelajaran koopeartif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif
yaitu pembelajaran yang bercirikan:
1) Memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti, fakta,
keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan
sesama.
2) Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang
berkompeten menilai.
24
c. Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2010: 58-61)
mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima
unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur
tersebut adalah:
1) Positive Interdependence (Saling Ketergantungan Positif)
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama,
mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua,
menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari
bahan yang ditugaskan tersebut.
Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu:
a. Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya
terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika
semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta didik
harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan. Tanpa
kebersamaan, tujuan mereka tidak akan tercapai.
b. Mengusahakan agar semua anggota kelompok
mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok
mereka berhasil mencapai tujuan
25
c. Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik
dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari
keseluruhan tugas kelompok. Artinya, mereka belum dapat
menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan
perolehan tugas mereka menjadi satu.
d. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang
saling mendukung dan saling berhubungan, saling
melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain
dalam kelompok.
2) Personal Responsibility (Tanggung Jawab Perseorangan)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan
pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran
kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi
pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci
untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan
belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar
bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang
sama. Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan
adalah:
a. Kelompok belajar jangan terlalu besar
b. Melakukan assesmen terhadap setiap siswa
26
c. Memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random
untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru
maupun kepada seluruh peserta didik di depan kelas
d. Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi
individu dalam membantu kelompok
e. Menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai
pemeriksa di kelompoknya
f. Menugasi peserta didik mengajar temannya (tutor)
3) Face To Face Promotive Interaction (Interaksi Promotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling
ketergantungan positif.
Ciri-ciri interaksi promotif adalah:
a. Saling membantu secara efektif dan efisien.
b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.
c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan
efisien.
d. Saling mengingatkan.
e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan
terhadap masalah yang dihadapi.
f. Saling percaya.
27
g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan
bersama.
4) Interpersonal Skill (Komunikasi Antaranggota)
Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam
pencapaian tujuan peserta didik harus:
a. Saling mengenal dan mempercayai.
b. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius.
c. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5) Group Processing ( Pemrosesan Kelompok)
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui
pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan
kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa
diantara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang
tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah
meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi
terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara
keseluruhan.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi,
menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif
28
menuntut kerja sama dan interdependensi peserta didik dalam
sturktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur
tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan
dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.
d. Keterampilan-Keterampilan Pembelajaran Kooperatif
Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri yang khas dari
lingkungan pembelajaran kooperatif. Dalam pembentukan kelompok, guru
menerapkan struktur tingkat tinggi, dan guru juga mendefinisikan semua
prosedur. Meskipun demikian, guru tidak dibenarkan mengelola tingkah
laku siswa dalam kelompok secara ketat, dan siswa memiliki ruang dan
peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam
kelompoknya. Selain itu pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif
jika materi pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru,
perpustakaan, ataupun di pusat media (Ibrahim,dkk, 2000: 11 dalam
Trianto, 2007: 45)
Selain itu, agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai
dengan harapan, dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam
kelompok, maka siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan
kooperatif. Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan
peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat
dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok,
29
sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan membagi tugas antar
anggota kelompok.
Terdapat tiga keterampilan pembelajaran kooperatif menurut
Lungren (dalam Ratumanan, 2002 dalam Trianto, 2007) yaitu sebagai
berikut:
1. Keterampilan kooperatif tingkat awal
a. Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan
tanggung jawab.
b. Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan
teman dengan tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab
tertentu dalam kelompok.
c. Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota
kelompok untuk memberikan kontribusi.
d. Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan persepsi/
pendapat.
2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah
a. Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan
verbal agar pembicara mengetahui siswa secara energik
menyerap informasi.
b. Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau
kalsifikasi lebih lanjut.
30
c. Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan
kalimat berbeda
d. Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban,
memastikan bahwa jawaban tersebut benar.
3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir
Keterampilan kooperatif tingkat mahir ini antara lain:
mengolaborasi, yaitu memperluas konsep, membuat kesimpulan
dan menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik tertentu.
e. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arends (1997: 111) dalam Trianto (2007: 47)
pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan
dengan model lainnya. Pelajaran yang menggunakan pembelajaran
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajar
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah
3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, jenis kelamin yang beragam
4) Pengahargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada
individu
31
Dari uraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan
kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur
pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini
tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok,
dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan
yang positif dalam belajar kelompok (Trianto, 2007: 48).
f. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah atau tahapan di dalam pembelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal
ini penting untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan
jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran. Guru harus memiliki
motivasi untuk membelajarkan siswa. Guru berupaya menarik
perhatian siswa terhadap pokok yang akan diajarkan dengan cara
tertentu, sehingga siswa tertarik minatnya untuk mempelajari bahan
yang baru tersebut. Tumbuhnya perhatian dan minat siswa belajar
dianggap telah tumbuhnya motivasi belajar siswa bersangkutan.
2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan
32
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi merupakan
isi akademik. Keterampilan menjelaskan merupakan suatu aspek
penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar
pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh
sebab itu, keterampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar suatu
pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal. Menyajikan
informasi dalam pembelajaran harus sesuai tata urutan yang terencana
secara sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh peserta
didik.
3. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling
bekerja sama di dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok
merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki
akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan
kelompok. Pada langkah ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-
rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok
kepada individu lainnya, sehingga guru harus menjelaskan kepada
siswa harus saling bekerjasama di dalam kelompok. Jadi pada tahap
ini kemampuan bekerjasama antaranggota di dalam kelompok dinilai.
33
4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingat tentang
tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada
langkah ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,
pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah
ditunjukkan. Aktivitas siswa yang dinilai yaitu kontribusinya dalam
kelompok dan peran siswa dalam mengajar temannya (turor).
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi
evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. Aktivitas ini
guru mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu
dalam kelompok, guru memberikan kesempatan kepada kelompok
untuk mempresentasikan hasil kelompoknya dan memberikan
kesempatan siswa lain untuk menanggapi hasil presentasi temannya.
Aktivitas siswa yang dinilai yaitu, kontribusi dalam mempelajari
bahan yang ditugaskan kelompok, frekuensi dalam membantu
kelompok, kontribusi dalam member informasi, kontribusi dalam
merumuskan argumentasi, kontribusi dalam mengembangkan
argumentasi, peran dalam mempresentasikan hasil kelompoknya,
34
kemampuan dalam berkomunikasi dan kemampuan dalam
menyelesaikan konflik.
6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan
kepada siswa. Variasi struktur reward bersifat individualistis,
kompetitif, dan kooperatif. Struktur reward individualistis terjadi
apabila sebuah reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang
dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa
diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang
lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun
anggota tim-timnya saling bersaing. (Ibrahim, dkk. (2000:10) dalam
Trianto 2007: 48-49)
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran
kooperatif harus:
1. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi.
2. Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran
akademik dan mengubah norma-norma yang terkait dengan
prestasi.
3. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan
berbagai keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam
kelompok-kelompok kecil.
35
4. Memberi peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik
dalam belajar dan terjadinya dialog interaktif.
5. Menciptakan iklim sosio emosional yang positif.
6. Memfasilitasi terjadinya learning to live together.
7. Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok.
8. Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi
koreografer kegiatan kelompok.
9. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek
sosial dalam individunya. Secara sosiologis pembelajaran
kooperatif dapat menumbuhkan kesadaran altruism dalam diri
peserta didik. Kehidupan sosial adalah sisi penting dari kehidupan
individual. (Trianto, 2007: 67)
g. Persamaan Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Persamaan dari beberapa model pembelajaran kooperatif yaitu:
1) siswa bekerja dalam kelompok kooperatif (kerja sama) untuk
menguasai materi akademis, 2) anggota-anggota dalam kelompok diatur
dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Jika
memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda
suku, budaya, dan jenis kelamin, 3) sistem penghargaan yang berorientasi
kepada kelompok dari pada individu.
Pada penelitian ini faktor-faktor kemungkinan kekurangefektivan
yang akan dibahas yaitu mengenai proses pembelajaran yang dilakukan
36
oleh siswa dalam model pembelajaran kooperatif. Dalam hal ini peneliti
mengambil variabel dari unsur-unsur model pembelajaran kooperatif,
yaitu aktivitas siswa antara lain saling ketergantungan positif, tanggung
jawab perseorangan, interaksi promotif, komunikasi antaranggota, dan
pemrosesan kelompok.
C. Hubungan Antara Konsep (Standar Isi dan Standar Proses Mata Pelajaran Geografi SMA) dengan Karakteristik Model Kooperatif
Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi
dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk
mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses
pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran
yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/
mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan.
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode
ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan
terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of
inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989).
Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan
kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya
sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting
37
adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta
didik (Zamroni, 2000; & Semiawan, 1998).
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai
muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh
karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses.
Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah
model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke
dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini
menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer
pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu
dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang
fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam
model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan
berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains
sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan
ilmiah (Nur: 1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk
menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru
yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan
pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan,
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang
diperlukan (Semiawan: 1992). Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran
saintifik antara lain: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
38
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Pembelajaran kooperatif
menumbuhkan kesadaran bahwa siswa perlu berfikir, menyelesaikan masalah,
dan mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang mendorong siswa untuk
aktif bertukar pikiran dengan sesamanya dalam memahami suatu materi
pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok. Belajar kooperatif menekankan pada kerja sama,
saling membantu dan berdiskusi bersama dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan. Pendekatan saintifik dalam kegiatan mengeksplorasi/
mengumpulkan informasi di dalamnya siswa dibentuk kelompok dengan
mengumpulkan informasi atau data dengan cara membaca, mengamati objek/
kejadian, dan aktivitas wawancara dengan narasumber. Selain itu, kegiatan
mengasosiasi/ menalar siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan
dan mendiskusikan hasilnya dengan cara bekerja sama dengan teman
kelompoknya. Sedangkan kegiatan mengkomunikasikan, siswa saling
membantu menyampaikan gagasan/ ide ataupun pengalaman sebagai hasil
kesimpulan penelitian untuk dipresentasikan di depan guru maupun siswa
lain.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa pendekatan saintifik kegiatan
mengamati dan menanya dapat dilakukan secara berkelompok dan dapat
didiskusikan bersama teman satu kelompok. Selain itu, kegiatan
mengeksplorasi/ mengumpulkan informasi, kegiatan mengasosiasi/ menalar
39
dan mengkomunikasikan sesuai dengan karakteristik model pembelajaran
kooperatif yaitu siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang di dalamnya
dibutuhkan kerja sama, diskusi dan saling membantu. Artinya model
pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa aktif dan dapat dijadikan acuan
pengajaran keterampilan di kelas pada kurikulum 2013. Selain itu, dapat
meningkatkan pencapaian prestasi para siswa dan juga akibat-akibat positif
lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan
terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik dan
meningkatkan rasa harga diri. Salah satu tujuan mata pelajaran geografi yaitu
siswa menguasai keterampilan dasar memperoleh data dan informasi,
menerapkan pengetahuan geografi dalam kehidupan sehari-hari, dan
mengkomunikasikannya untuk kepentingan kemajuan bangsa Indonesia.
Dilihat dari salah satu tujuan mata pelajaran geografi tersebut terdapat
hubungan antara konsep standar isi dan standar proses dengan karakteristik
model pembelajaran kooperatif.
40
D. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berfirkir
Hasil belajar belum mencapai ketuntasan klasikal
Mata pelajaran geografi
Model pembelajaran kooperatif
Siswa
Faktor-faktor penyebab kemungkinan kekurangefektivan model pembelajaran kooperatif
Saling ketergantungan
positif
Tanggungjawab perseorangan
Interaksi promotif
Komunikasi antaranggota
Pemrosesan kelompok
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapt disimpulkan
sebagai berikut:
1. Aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif antara lain, saling
ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, interaksi promotif,
komunikasi antaranggota, dan pemrosesan kelompok. Aktivitas yang
tergolong dalam kategori rendah, yaitu pada variabel tanggung jawab
perseorangan, interaksi promotif dan komunikasi antaranggota.
2. Aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif secara keseluruhan
termasuk dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan oleh tanggung jawab
perseorangan yang belum kuat, interaksi promotif dan komunikasi
antaranggota yang belum berjalan dengan baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat
disampaikan adalah:
Aktivitas siswa yang masih tergolong rendah diperlukan adanya perbaikan,
dengan cara siswa dilatih merumuskan dan mengembangkan argumentasi
dengan baik, berkomunikasi dengan baik dan benar, diberi peringatan agar
69
siswa menjalankan tugas sesuai dengan tanggungjawabnya, dilatih bekerja
sama dan saling memberi informasi dalam kelompok, menyelesaikan konflik
secara konstruktif dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan
bersama.
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Blacford. 1994. Myths In Geographical Education. Jurnal Geographical Education Vol 2. 1973, pp11-25
Daldjoeni. 1982. Pengantar Geografi untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Bandung: Penerbit Alumni
Dalyono, M. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press
Depdiknas. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Puskur Balitbangdiknas
Faisal, Sanapiah. 1989. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Isjoni. 2009. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta
Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Geografi SMA
Lie, Anita. 2008. Mempraktikan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo
Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Matthews J.A; D. T. Herbert. 2004. Unifying Geography. Common Heritage, Share Future. London: taylor&francis group
Mulyasa. 2013. Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya
Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
Sudjana, Nana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
71
Sudjana, Nana. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R
&D). Bandung: Alfabeta
Suharyono dan Amien M. 1994. Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tebaga Kependidikan Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sumaatmadja, N. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
top related