evaluasi rth kota malang
Post on 18-Jun-2015
3.117 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Dalam perkembangan Kota Malang, pengaruh dari proses pembangunan yang dilakukan telah mengubah kondisi dan suasana kota, dimana elemen-elemen struktur kota yang dibentuk tidak lagi sesuai dengan struktur alam Kota Malang khususnya dalam tinjauan fungsionalnya. Ditambah lagi dengan beragam fenomena tentang keinginan dan kebutuhan dari masyarakatnya yang semakin memudarkan citra keberhasilan dan keindahan kota Malang. Hal tersebut dapat dicermati dengan adanya penggunaan lahan di Kota Malang yang lebih mengutamakan pembangunan fisik dan banyak menutup permukaan tanah dengan perkerasan serta menggusur lahan terbuka hijau. Oleh sebab itu, tulisan ini disusun dengan tujuan untuk meninjau dan mengevaluasi penyediaan sarana dan prasarana ruang terbuka hijau (RTH) yang telah direncanakan dan dilaksanakan di Kota Malang. Identifikasi tersebut mencakup kelengkapan RTH Kota Malang yang telah tersedia, manajemen distribusinya, pelaksanaan dan pemeliharaan, kelebihan dan kekurang, potensi yang ada, serta kendala yang dihadapi dalam penyedian RTH Kota Malang tersebut.
Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2009
Prasarana Wilayah dan Kota I (PW 1343)
EVALUASI TERHADAP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KAWASAN KOTA MALANG
Disusun oleh:
Nurida S. Feranti 3607100003
Ocky Dwi P. 3607100013
Fifit Mirowati 3607100014
Umi Lathifah 3607100015
Fariz Rifqi F. 3607100017
Annisaa H.I. 3607100019
Riandita Dwi A 3607100021
Dediarta B. 3607100038
2
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
ABSTRAK Dalam perkembangan kota Malang, pengaruh dari proses pembangunan yang
dilakukan telah mengubah kondisi dan suasana kota, dimana elemen-elemen
struktur kota yang dibentuk tidak lagi sesuai dengan struktur alam kota Malang
khususnya dalam tinjauan fungsionalnya. Ditambah lagi dengan beragam
fenomena tentang keinginan dan kebutuhan dari masyarakatnya yang semakin
memudarkan citra keberhasilan dan keindahan kota Malang. Hal tersebut dapat
dicermati dengan adanya penggunaan lahan di Kota Malang yang lebih
mengutamakan pembangunan fisik dan banyak menutup permukaan tanah
dengan perkerasan serta menggusur lahan terbuka hijau.
Oleh sebab itu, tulisan ini disusun dengan tujuan untuk meninjau dan
mengevaluasi penyediaan sarana dan prasarana ruang terbuka hijau (RTH) yang
telah direncanakan dan dilaksanakan di Kota Malang. Analisis data yang
dilakukan dalam tulisan ini adalah analisis deskriptif dan komparatif. Sebagai
batasan, identifikasi dan observasi lapangan terhadap obyek RTH yaitu mencakup
kelengkapan RTH Kota Malang yang telah tersedia, manajemen distribusinya,
pelaksanaan dan pemeliharaan, kelebihan dan kekurang, potensi yang ada, serta
kendala yang dihadapi dalam penyedian RTH Kota Malang tersebut.
Keberadaan ruang terbuka hijau Kota Malang sangat ditentukan oleh
perencanaannnya. Tanggung jawab perencanaan ruang terbuka hijau tersebut
idealnya dilakukan bersama antara pemerintah kota, swasta dan masyarakat.
RTH Kota Malang terbilang lengkap dan terus membutuhkan pemeliharaan serta
pelestarian. Selain itu banyak potensi yang dihasilkan dari RTH Kota Malang
misalnya Alun-alun Merdeka, Hutan Malabar, serta daerah stren kali yang apabila
dikembangkan dapat dijadikan sebagai landmark Kota Malang. Namun, semakin
tinggi potensi yang dihasilkan maka semakin tinggi pula kendala-kendala yang
harus dihadapi. Oleh sebab itu kelengkapan sarana infrastruktur kota (RTH) di
suatu kota sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kota itu
sendiri.
Key word: RTH, tinjauan, evaluasi, Kota Malang
3
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
PENDAHULAN
Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah khususnya di Kota Malang dilatar
belakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penyediaan
infrastruktur, pertumbuhan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan/perluasan jaringan komunikasi-
transportasi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan
terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan, baik secara fisik
maupun non fisik, sebagai wadah kegiatan manusia di dalamnya. Perubahan
tersebut apabila tidak ditata dengan baik akan mengakibatkan perkembangan
yang tidak terarah dan penurunan kualitas pemanfaatan ruang. Oleh sebab itu
tulisan ini difokuskan pada tinjauan dan evaluasi terhadap penyediaan
infrastruktur Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan di Kota Malang yang
nantinya bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca.
Dewasa ini kota Malang tengah berkembang pesat, fasilitas–fasilitas umum
direncanakan sedemikian rupa untuk menunjukkan pesatnya kemajuan
perekonomian kota. Sejalan perkembangan kota, urbanisasi terus berlangsung
dan kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat di luar kemampuan
pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat terbatas, yang selanjutnya
akan berakibat tibulnya perumahan-perumahan liar yang pada umumnya
berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang jalur hijau, sekitar
sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Selang
beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan, dan degradasi
kualitas lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya.
Harus ada yang menjadi korban dari dampak kegiatan tersebut. Tak terkecuali
Ruang Terbuka Hijau. Meningkatnya taraf perekonomian masyarakat
mengakibatkan meningkat pula daya beli dan konsumtif dalam masyarakat itu
sendiri. Dampak dari peningkatan hal tersebut adalah perombakan secara besar-
besaran RTH yang ada menjadi Ruang Terbuka Beton, yang notabene lebih
menguntungkan daripada tanah di biarkan kosong dan tidak di manfaatkan secara
ekonomi. Terpusatnya perekonomian menyebabkan pergeseran fungsi lahan
yang dulunya digunakan untuk RTH sekarang digunakan untuk RTB dalam skala
4
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
besar. Aplikasi nyata dari RTB ini dapat dilihat dengan semakin maraknya RUKO-
RUKO yang berjejer rapi di pinggir-pinggir jalan protokol di wilayah Malang. Selain
ruko, juga dapat dilihat banyak dibangunnya Perumahan-perumahan mewah yang
menempati beberapa areal RTH dalam kota itu sendiri.
Pembangunan dalam skala yang besar yang di lakukan di kota malang tersebut,
mempengaruhi nilai ekologis Kota Malang itu sendiri. Dampak yang nampak
adalah berkurangnya RTH sebagai paru-paru kota. Yang mana tingkat polusi
semakin tinggi karena merupakan pusat perekonomian, menyebabkan semakin
tingginya kadar CO dalam udara, yang disebabkan karena berkurangnya RTH
yang berfungsi sebagai sirkulasi penyaring udara. RTH yang semakin berkurang
menyebabkan jumlah resapan tanah juga semakin kecil. Perkerasan-perkerasan
yang dibangun untuk menutupi tanah tidak dibangun dengan sirkulasi drainase
yang baik sehingga sering terjadi genangan air kotor ketika terjadi hujan dimana-
mana. Selain RTH, pembangunan gedung-gedung di kota Malang memberikan
efek peningkatan suhu dalam skala mikro. Pantulan sinar matahari yang jatuh ke
bumi mengenai permukaan dari bangunan di kota malang dan hampir 80%
cahaya yang mengenai perkerasan di pantulkan kembali ke udara. Pantulan-
pantulan cahaya tersebut ada yang kembali ke angkasa dan ada yang memantul
ke bangunan yang lain, sehingga menyebabkan terjadinya perulangan pantulan
dalam sebuah ruang. Hal ini mengakibatkan peningkatan suhu dalam lingkungan
tersebut yang tak lain lagi adalah penyebab global warming.
Perkembangan pembangunan Kota Malang tidak dapat dihindari. Akan tetapi,
apabila tidak ada keseimbangan dalam tindakan peningkatan mutu ekologi dalam
ruang tersebut maka akan sia-sia saja perkembangan tersebut. Standarisasi
kapasitas RTH dalam ruang harus benar-benar diterapkan secara optimal.
Dibuatnya perundangan dalam suatu kota sampai saat ini hanya sebuah tulisan
diatas kertas saja, tidak ada tindakan jelas dari pemerintah tentang kebutuhan
optimal tentang RTH dalam suatu tapak. Pembangunan yang dilakukan secara
asal-asalan mengakibatkan semakin tidak tertatanya ruang dalam kota Malang.
Gejala-gejala itu cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang
akan terjadi seandainya masalah itu diabaikan. Berbagai kebutuhan
masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan
5
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
berbagai kegiatan. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat,
begitu pula dengan ruang terbuka hijau kota Malang. Pada konteks
perkembangan kota, perencanaan ruang terbuka publik atau taman–taman
dihadirkan untuk memberikan nuansa alami pada kota. RTH, pada kenyataanya
memberikan andil dalam perbaikan fungsi lahan dalam konteks ekologi, estetika
yang menghiasi lingkungan, mendukung keanekaragaman hayati, meningkatkan
mental dan fisik masyarakat, dan menyediakan sebuah area publik bagi
masyarakat tempat berkumpul dan beraktifitas.
Studi Mengenai RTH Kota Malang
Dalam upaya meningkatkan keindahan Kota Malang dalam mendorong
terwujudnya Malang sebagai kota pariwisata, perubahan fungsi lahan terutama
pada ruang terbuka hijau merupakan sebuah permasalahan yang dapat
menghambat pencapaian sasaran yang hendak dicapai. Berkaitan dengan
masalah tersebut, terdapat beberapa identifikasi permasalahan yang dijadikan
landasan dalam pembahasan tulisan ini antara lain :
a. Kelengkapan RTH yang telah tersedia di Kota Malang.
b. Manajemen distribusi RTH di Kota Malang.
c. Operasional dan pemeliharaan RTH di Kota Malang.
d. Kelebihan dan kekurangan RTH di Kota Malang.
e. Potensi yang dapat meningkatkan kualitas RTH di Kota Malang
f. Kendala-kendala dalam penyediaan RTH di Kota Malang
6
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
PEMBAHASAN
Sesuai kondisi geografisnya, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
direncanakan dengan memperhatikan ruang terbuka hijau yang menyatu dengan
alam pegunungan disekitar kota, perencanaan ruang terbuka hijau ini didukung
oleh aneka ragam tumbuhan yang tumbuh subur serta udara yang sejuk
sepanjang tahun. Salah satu ciri khas penataan ruang Kota Malang adalah
keberadaan ruang terbuka/taman kota, dimulai dari perencanaan Thomas Karsten
(1933); tata taman/ruang terbuka yang representatif di Jln.Trunojoyo,
Kertanegara, Tugu, Gajahmada, Merbabu, Ijen, dan Jl. Suropati. Disamping
sebagai ruang terbuka untuk mendukung keberadaan bangunan pemerintahan,
taman-taman tersebut diperuntukkan bagi kepentingan orang-orang Belanda yang
tinggal di daerah perumahan elit Jalan Ijen dan sekitarnya. Kawasan pusat
pemerintahan dan kawasan perumahan tersebut, sampai sekarang tetap
dipertahankan sebagai kawasan yang dilestarikan karena dapat menjadi salah
satu monumen sejarah awal berdirinya Kota Malang.
Kelengkapan RTH di Kota Malang
Sebagaimana kehidupan tubuh manusia yang sehat jasmani dan rohani, maka
tubuh kota pun dapat selalu dijaga kesehatannya. RTH kota sebagai paru-paru
kota, mampu menghasilkan udara bersih dan iklim mikro. Alur sungai yang ada
dalam tubuh kota diumpamakan sebagai aliran darah yang harus selalu bersih
dan lancar. Ketersediaan RTH digunakan sebagai salah satu kriteria
pengembangan Kota Sehat, di mana warga kotanya dapat hidup sehat pula.
Perencanaan RTH kota harus dapat memenuhi kebutuhan warga kota dengan
berbagai aktivitasnya. Kepmen PU No. 387 tahun 1987, menetapkan kebutuhan
RTH kota yang dibagi atas: fasilitas hijau umum 2,3 m2
/jiwa, sedang untuk
penyangga lingkungan kota (ruang hijau) 15 m2
/jiwa.
Dengan demikian, secara menyeluruh kebutuhan akan RTH kota adalah sekitar
17,3 m2
/jiwa. RTH tersebut harus dapat memenuhi fungsi kawasan penyeimbang,
konservasi ekosistem dan pencipta iklim mikro (ekologis), sarana rekreasi,
7
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
olahraga dan pelayanan umum (ekonomis), pembibitan, penelitian (edukatif), dan
keindahan lansekap kota (estetis). Semua jenis RTH harus diusahakan dapat
berfungsi estetis, karena secara alami manusia membutuhkan hidup dekat
dengan alam yang asri, nyaman dan sehat, sehingga terjadi siklus kehidupan
penunjang fungsi ekosistem alam.
Untuk itu, kelengkapan sarana infrastruktur kota (RTH) di suatu kota sangat
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kota itu sendiri. Namun, melihat
kondisi yang sebenarnya di lapangan, menunjukkan bahwa secara umum jumlah
ruang terbuka hijau (RTH) sebagai daerah resapan air di Kota Malang terus
berkurang dari tahun ke tahun. Dari luas lahan 110,6 km2 saat ini menurut WALHI
hanya tersisa 2-3,5 persennya saja. Padahal idealnya jumlah RTH sebesar 30-40
persen dari luas kota. Selain itu, RTH dapat dikelompokan melalui jenis-jenis RTH
pada perkotaan yang kemudian dapat diketahui fungsi dan tujuan dari
pembangunan RTH itu sendiri.
Tabel 1. Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH
(Sumber: Dirjen.Penataan Ruang, 2006)
8
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Dengan berorientasi pada peninjauan dan evaluasi terhadap penyediaan sarana
dan prasarana RTH yang telah direncanakan dan dilaksanakan di Kota Malang,
maka untuk mengetahui kelengkapan RTH tersebut perlu dilakukan pendekatan
dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi data yaitu dengan
pengelompokan RTH berdasarkan jenisnya sesuai dengan Tabel 1. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Peta 1 berikut ini:
9
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Peta 1. Persebaran RTH Kota Malang ditinjau berdasarkan jenisnya.
Sumber: Pemanfaatan RTH Kota Malang, Bappeko Malang 2005
10
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Taman Kota
Alun-Alun
Kota Malang terkenal dengan dua alun-
alunnya yaitu Alun-alun Merdeka (yang
berada di pusat kota) dan Alun-alun Tugu
(yang berada di depan gedung
Pemerintahan Kota Malang. Fasilitas
seperti kantor informasi wisata, WC umum,
dan pos polisi sudah ada, bahkan beberapa
hari terakhir sudah dipasang hot spot untuk
mengakses internet.
Saat ini Pemerintah Kota Malang tengah
merencanakan pembangunan Alun-Alun
Junction (AAJ) di bawah Alun-Alun Merdeka
Kota Malang akan dimulai setelah bulan
Ramadhan ini. Alun-Alun Junction ini
merupakan sebuah tempat perbelanjaan
yang berada dibawah tanah. Tepat di bawah
lokasi Alun-Alun Merdeka. Dalam rencananya juga, fasilitas komersial ini akan
dibuat seindah dan semenarik mungkin serta dengan tingkat keamanan yang
maksimal. Desainnya tidak kalah dengan bangunan-bangunan bawah tanah luar
negeri.
Selain akan dirancang ruang yang nyaman dan memiliki prospek wisata,
bangunan bawah tanah ini juga kan menyiapkan tempat parkir dibawah tanah
yang bisa menampung ribuan kendaraan roda dua maupun roda empat, dalam
rangka mengurangi konsentrasi kepadatan di Alun-Alun Merdeka. Pintu masuk
dibangun dengan konsep seperti terowongan yang akses masuknya minimal di
empat ruas jalan.
AAJ ini memiliki beberapa manfaat bagi masyarakat dan Kota Malang. Pertama,
memiliki fasilitas komersial yang menarik dan bisa secara signifikan meningkatkan
citra Kota Malang sebagai Kota Belanja alternatif yang indah. Setiap orang yang
Gambar 1. Alun-alun Kota Malang (a. Alun-alun
Merdeka; b. Alun-alun Tugu), RTH dalam
bentuk taman kota
Sumber: Survey primer
(a)
(b)
11
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
datang di Kota Malang, pasti akan tambah berkesan dan kemungkinan suatu
waktu ia akan datang lagi. Keberadaan Alun-Alun Junction ini menambah daya
tarik wisata Kota Malang. Kedua, pembangunan pusat belanja bawah tanah ini
akan bisa menampung banyak tenaga kerja yang nantinya kita utamakan yang
dari Malang. Pengangguran menjadi problem bangsa kita saat ini. Apalagi pasca
naiknya harga BBM. Setiap ada sarana yang dibangun di Kota Malang, pasti akan
bisa mengurangi jumlah pengangguran. Ketiga, dengan adanya tempat parkir
bawah tanah, maka tidak akan mengganggu arus lalu lintas di atasnya. Ini juga
sebenarnya solusi, bagaimana kita memaksimalkan ruang bawah tanah untuk
menunjang kegiatan hidup masyarakat. Optimalisasi penggunaan ruang bawah
tanah untuk kegiatan ekonomi merupakan salah satu jawaban dari semakin
padatnya kota oleh peningkatan jumlah penduduk.
Taman Rekreasi Kota
Taman Rekreasi Kota (Tareko), terletak di
tengah Kota Malang yaitu di Jl. Simpang
Majapahit, tepatnya di belakang Gedung
Balaikota Malang, Dibangun pada tahun 2002,
Taman Rekreasi Kota Malang adalah untuk
memenuhi keinginan masyarakat akan sarana
rekreasi atau tempat bermain anak-anak di
tengah kota yang memadai dan terjangkau.
Taman Rekreasi Kota Malang memiliki fasilitas antara lain :
Sarana olahraga: jogging track, kolam renang, dan areal senam bersama
Sarana pendidikan: tanaman (flora) dan taman mini satwa (fauna)
Sarana belanja: stand produk unggulan, stand gasebo (makanan khas Malang)
Sarana tempat bermain anak
Gambar 2. Taman Rekreasi Kota, RTH
dalam bentuk taman kota
Sumber: Survey primer
12
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Jalur Sempadan Sungai
Kali Brantas – Malang
Kondisi lahan yang ada di sepanjang aliran
sungai di Kota Malang, sebagian besar
sudah dipenuhi bangunan perumahan
penduduk yang permanen dan sangat padat.
Hanya sebagian kecil sempadan sungai yang
dimanfaatkan sebagai RTH. Padahal, jika
melihat fungsi dari sempadan sungai itu
sendiri adalah sebagai pengaman tanah
untuk mencegah erosi; menyerap polusi air
sungai dan kesehatan lingkungan;
mendukung keanekaragaman flora dan fauna
serta menjaga keseimbanga ekosistem. Selain itu sempadan sungai juga dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti; pariwisata alam, rekreasi dan
olahraga.
Gambar 3 adalah salah satu contoh sungai (Kali Brantas) di Kota Malang yang
mengalami pergeseran fungsi. Lahan tersebut seharusnya merupakan RTH yang
lebarnya telah diatur sesuai ketentuan garis sempadan sungai. Berdasarkan
Perda Propinsi Jatim no.11 tahun 1991 tentang kawasan lindung, penataan garis
sempadan sungai adalah:
Sekurang-kurangnya 100 meter di kanan-kiri sunga besar dan 50 meter di
kanan-kiri anak sungai yang berada di luar permukiman.
Sekurang-kurangnya 15 meter untuk sungai yang berada di kawasan
permukiman.
Gambar 3. RTH di garis sempadan sungai (Kali
Brantas).
Sumber: Survey primer
13
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Taman Olahraga – Bermain – Relaksasi
Stadion Gajayana
Pada awalnya di tahun 20-30-an dirancang
dengan berbagai fasilitas antara lain sebuah
stadion, lapangan hocky, lapangan sepak bola
dua buah, sembilan lapangan tenis, club house
dan kolam renang. Kompleks taman olahraga
ini juga merupakan kelanjutan dari
perkembangan Kota Malang ke arah Timur dan
Barat.
Pada bagian barat termasuk kompleks ini akan
mempunyai pemandangan yang indah ke arah
pegunungan. Oleh karena itu konsepsi ini
terlihat pula pada perencanaan daerah Kolam Renang yang akan memperlihatkan
keindahan panorama pegunungan tersebut.
Taman Pemakaman (Umum)
Makam sebagai ruan terbuka (open space)
dapat mendukung kebutuhan penghijauan
kota, dengan mengisi lahan makam
dengan pepohonan dan tanaman bunga
yang disesuaikan dengan fungsi makam.
Berdasarkan dari Dinas Pertamanan Kota
Malang, letak makam terdapat di seluruh
wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan
Sukun seluas 17,8125 Hektar, Kecamatan
Kedung Kandang 12,6245 Hektar, Kecamatan Klojen 9,8355 hektar, Kecamatan
Blimbing 1,6843 Hektar, dan Kecamatan Lowokwaru 5, 7829 Hektar. Selain itu
masih banyak makam yang dikelola oleh masyarakat yang ada hampir di semua
wilayah kelurahan.
Gambar 4. Stadion Gajayana Malang Sumber: Survey primer
Gambar 5. Taman permakaman di jalan
Ijen Sumber: Survey primer
14
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Taman Hutan Kota
Hutan Malabar
Hutan kota di Kota Malang, Jawa Timur kini
tersisa 71,6 hektar atau 0,65 persen dari total
luas Kota Malang yang mencapai 11 ribu
hektar. Begitu juga ruang terbuka hijau yang
hanya tersisa 2,89 persen dari luas kota.
Sebaliknya, luas lahan yang sudah terbangun
meningkat menjadi 60 persen dari luas wilayah
kota. Akibatnya kota ini sering dilanda banjir dan
tingkat polusi sangat tinggi.
Hutan kota Malabar yang terletak dijalan Malabar, ke arah timur gereja Ijen ini
merupakan kawasan tangkapan air yang ditengahnya terdapat kolam air dan
konon menjadi sumber untuk mengairi taman-taman kota. Menelusuri kawasan
hutan seluas 16.718 m2 ini seolah memasuki rimba belantara ditengah kota.
Berjalan disisi luar kawasan hutan yang menjadi tempat bersandar sebagian tuna
wisma kota malang ini menawarkan hawa sejuk murni yang belakangan makin
langka ditemui dikawasan perkotaan. Terlebih bila menjejakkan kaki didalamnya,
kicauan beberapa jenis burung yang bersembunyi dibalik canopy pepohonannya
seolah menjadi alunan musik yang mampu mengusir penat akan rutinitas.
Jalur Hijau Pengamanan
Jaur hijau merupakan lahan yang ditanami
tumbuhan pohon atau taman hias di dalam
wilayah perkotaan yang dapat berfungsi sebagai
peneduh yang sekaligus mempunyai nilai estetika
tinggi bagi wajah kota. Pembuatan jalur hijau ini
bertujuan untuk menekan atau mengurangi
peningkatan suhu udara diperkotaan, mengurangi
pencemaran udara, mencegah penurunan air
Gambar 6. Hutan kota Malabar Sumber: Survey primer
Gambar 7. Jalur hijau di Jl. Ijen Sumber: Survey primer
15
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
bawah tanah dan dar permukaan tanah.
Di Kota Malang, sebagian besar jalan raya telah memiliki jalur hijau. Bentuk jalur
hijau di Kota Malang ini memiliki berbagai macam variasi, diantaranya:
Bentuk jalur memanjang yang dibuat di tengah jalur jalan
Bentuk jalur memanjang di tepi jalan (berm), yaitu lahan yang terletak
antara badan jalan dengan pagar batas bangunan
Bentuk jalur memanjang pada tepi kanan-kiri sempadan sungai
Bentuk jalur memanjang pada tepi kanan-kiri rel kereta api
Taman Rumah (Pekarangan)
Ijen Boulevard
Kota yang terletak diketinggian 440
sampai 667 meter diatas permukaan
laut dengan suhu rata-rata 24, 5
derajat celcius ini tak hanya
menyajikan panorama pegunungan
sebagai latar panggung kota namun
juga menyimpan sejumlah kawasan
hijau yang memiliki keunikan tersendiri.
Ijen Boulevard misalnya, kawasan
yang dulunya dikenal dengan nama Bergenbuurt, (daerah gunung-gunung) ini
ditanami sejumlah pohon Palem raja yang berjajar hingga ke Utara di jalan
simpang Kawi. Hampir disetiap lorong-lorong dikawasan perumahan mewah ini di
tumbuhi dengan pohon palem Raja. Pohon yang pelepah daunnya acap di jadikan
permainan anak ini seolah menjadi penanda khusus kawasan Ijen.
Taman-taman kota yang hampir sebagian besar berbentuk oval dan bulat ini
dihadirkan pada setiap sudut-sudut jalannya. Monumen-monumen yang berada di
beberapa tamannya ini seolah menjadi saksi sejarah terbentuknya kawasan yang
masih menyisakan arsitektur bergaya kolonial hampir disetiap bangunan
rumahnya. Beberapa taman peninggalan belanda seperti Tjeremeplein (taman
Cerme) di jalan Cerme, Oengaranpark (taman ungaran) dijalan ungaran, Taman
Gambar 7. Jalur hijau di Jl. Ijen Sumber: Survey primer
16
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Kunir dijalan Kunir ini dirawat dan dilestarikan warga setempat dengan
menanaminya dengan beraneka pepohonan.
Perkebunan dan Lahan Terbuka Lainnya
Di wilayah Kota Malang terdapat banyak perkebunan yang ditanami bermacam-
macam komoditi, yaitu tebu, kelapa, kopi, cenkeh, kayu manis, dll. Lahan
perkebunan ini dapat mendukung keberadaan RTH di Kota Malang, di samping
perkebunan, terdapat lahan pertanian di beberapa wilayah kota khususnya di
Kecamatan Kedung Kandang.
MANAJEMEN DISTRIBUSI RTH KOTA
MALANG Sesuai kondisi geografisnya, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
direncanakan dengan memperhatikan ruang terbuka hijau yang menyatu dengan
alam pegunungan disekitar kota, perencanaan ruang terbuka hijau ini didukung
oleh aneka ragam tumbuhan yang tumbuh subur serta udara yang sejuk
sepanjang tahun. Perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Malang
dilakukan dengan pendekatan sesuai ketentuan dalam pedoman teknis
pembangunan perumahan dan sarana lingkungan, dimana perhitungan dilakukan
berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani dan diperhitungkan dengan prakiraan
proyeksi jumlah penduduk 20 (duapuluh) tahun ke depan, sampai dengan tahun
2029.
Pengelolaan/manajemen RTH di Kota Malang yaitu :
Ruang terbuka hijau publik yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara
umum berupa taman, jalur hijau dan zona konservasi yang di kelola oleh
Pemerintah daerah kota malang.
Ruang terbuka hijau private berupa taman/kebun yang berada di rumah
/perkantoran yang di kelola oleh masyarakat / swasta.
17
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Pedoman pengelolaan/manejemen RTH Kota Malang
Pedoman pengelolaan RTH di Kota Malang mengacu pada beberapa kebijakan tata
ruang dan perundangan-undangan/peraturan ditingkat nasional dan kabupaten/kota.
1. UU no 4 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaaan lingkungan
hidup
2. UUPR no 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 28 dan 29
3. Perda Kota Malang no. 7 tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
4. UU no 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
5. PP no 36 tahun 2005 tentang Pelaksanaan UUBG
6. Permendagri no 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah
Perkotaan
7. Kepmen PU,no.389?1987 tentang perencanaan RTH-kota
8. SNI 1733,tahun 2004 tentang Perencanaan Permukiman Pada Kawasan
Perkotaan
Pedoman manajemen dan pendistribusian menurut kebutuhan RTH Kota Malang
Standar pelayanan RTH wilayah kabupaten /kota yaitu tersedianya:
• Kebutuhan RTH menurut UUPR 26 tahun 2007 adalah minimum 30% dari luas
wilayah kota
• Taman Lingkungan untuk setiap 250 jiwa
• Taman kecamatan untuk setiap 120.000 jiwa
• Taman kota untuk setiap 480.000 jiwa
• Pemakaman untuk setiap 120.000 jiwa
Manajemen Distribusi Ruang Terbuka Hijau di Tiap Kecamatan Kota Malang
Untuk perhitungan kebutuhan luasan RTH antara lain dilakukan berdasarkan
jumlah penduduk dan luasan wilayah kota, berikut adalah data perkembangan
penduduk dan luasan penggunaan lahan di kota Malang, seperti yang terlihat
pada Tabel 2 berikut ini.
18
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Tabel 2. Penggunaan Lahan dan Jumlah Penduduk Kota Malang
No
BWK
Luas (Ha)
Luas Kawasan Jumlah Penduduk Kebutuhan
RTH Terbangun
Belum Terbangun
2000 2004
1 Malang Tengah ( Klojen )
883,00 754,250 128,75 117.094 108.268 18,63%
2 Malang Timur-Laut ( Blimbing )
1.776,65 1.445,300 331,35 156.542 163.637 13,99%
3 Malang Barat Daya ( Sukun )
2.096,57 1.235,400 861,17 161.846 166.675 12,08%
4 Malang Barat Laut (Lowokrawu)
2.260,00 1.598,007 661,993 166.308 182.839 12,29%
5 Malang Tenggara (Kedungkandang)
3.989,44 1.869,731 2119,709 149.939 167.930 6,39%
Jumlah 11.005,68 6.902,688 4.102,972 751.729 789.349 63,38%
Sumber data : Kota Malang dalam angka tahun 2004
Perhitungan kebutuhan ruang terbuka dilakukan dengan pendekatan sesuai
ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, dimana
perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani dan
perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau dilakukan berdasarkan prosentase
dari luasan area terbangun kota.
Sebagai hasil akhir kebutuhan ruang terbuka kota adalah perhitungan jumlah dari
rata-rata kebutuhan dengan pendekatan jumlah penduduk dan pendekatan luasan
area terbangun, ditambah kebutuhan luasan hutan kota.
Berdasarkan tabulasi data hasil perhitungan kebutuhan RTH, sesuai dengan
kondisi eksisting lapangan, luas RTH Kota Malang dapat dilihat dalam Tabel 3
berikut.
19
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Tabel 3. Luasan Ruang Terbuka Hijau Kota Malang
Sumber: Pemanfaatan RTH Kota Malang, Bappeko Malang 2005
Melihat data yang disajikan dalam Tabel 3 tersebut, saat ini hutan kota dan ruang
terbuka hijau (RTH) di Kota Malangterus berkurang. Penyebabnya karena
tergusur permukiman, perkantoran, pertokoan dan pusat perbelanjaan (mall).
Kenyataan ini sangat dilematis bagi kehidupan kota yang cenderung berkembang
sementara kualitas lingkungan mengalami degradasi/kemerosotan yang semakin
memprihatinkan. Ruang terbuka hijau yang notabene diakui merupakan alternatif
terbaik bagi upaya recovery fungsi ekologi kota yang hilang, harusnya menjadi
perhatian seluruh pelaku pembangunan yang dapat dilakukan melalui gerakan
sadar lingkungan, mulai dari level komunitas pekarangan hingga komunitas pada
level kota.
No. Kecamatan Luas RTH
Luas
Kawasan Jalur Hijau Taman Kota
Taman
Lingkungan Lain- Lain Total
1. Klojen 883,00 20.635 259.715 63.180 98.455 44.985
2. Blimbing 1.776,65 10.588 4075 16.306 165.463 196.432
3. Sukun 2.096,57 12.467 77.858 14.272 276.940 381.537
4. Lewokwaru 2.260,00 26.479 7718 9.942 107.871 152.010
5. Kedungkandang 3.989,44 8.900 16.670 27.733 77.925 131.228
Total 11.005,66 79.069 366.036 131.433 726.654 1.303.192
20
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
PELAKSANAAN DAN
PEMELIHARAAN RTH KOTA
MALANG RTH merupakan kebutuhan pokok kota, demi manfaat masa kini dan harapan
untuk masa depan lingkungan kota yang manusiawi untuk kesehatan dan
kesejahteraan penghuninya. Perencanaan pertamanan perkotaan (urban
landscape planning) adalah bagian perencanaan lahan yang dinamis dalam tata
ruang kota. Merencana kota pada hakekatnya ialah mengatur tempat untuk
semuanya dan semua pada tempatnya. Untuk itu, demi kelangsungan hidup
diperkotaan, RTH memerlukan pemeliharaan dan pelestarian.
Pelaksanaan pembangunan RTH Kota Malang dilakukan sendiri oleh unit instansi
pemerintah daerah yang ditunjuk sebagai pengelola RTH, berdasar tugas pokok
dan fungsi serta bentuk dan kriteria unit tersebut, atau, mungkin karena ada
berbagai keterbatasan, mungkin pula untuk dikontrakkan sebagian atau seluruh
pekerjaannya kepada pihak lain yang tentu harus bisa mengelola secara
bertanggung jawab sampai dengan monitoring dan evaluasinya.
Selaras dengan semangat otonomi daerah yang berdasar azas desentralisasi,
dekonsentrasi, dan tugas perbantuan, maka Organisasi Pengelolaan dan
Pengembangan RTH Kota Malang dapat disusun sebagai berikut:
Penanggungjawab:
Kepala Wilayah (Bupati / Walikota).
Perencana & Pengendali:
Bappeda / Bapedalda / BLH / Unit PLH.
Pelaksana:
Dinas-dinas Tata Kota, Pertamanan, Pemakaman, Pertanian, Kehutanan, dan
pemilik lahan (individu/swasta).
21
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Pemeliharaan dan pelestarian kawasan RTH di Kota Malang yang
masih tersisa, seperti yang telah ditetapkan dalam rencana tata
ruang kota.
Pengembangan Taman Anggrek di Kedungkandang yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana.
Pengembangan Taman Teknologi diarahkan di alun-alun kota, alun-alun
tugu, velodrom yang dilengkapi dengan fasilitas gazebo dan shelter. Selain
itu di setiap perumahan diarahkan untuk menyediakan taman teknologi.
Pengembangan lapangan Rampal sebagai taman teknologi, lapangan
pertunjukan, dan pameran.
Peningkatan GOR Ken Arok sebagai taman olahraga di Kota Malang
Mengisi dan memelihara taman-taman kota yang sudah ada, sebaik-
baiknya dan berdasar pada prinsip fungsi pokok RTH
(identifikasi dan keindahan) masing-masing lokasi.
Pengembangan RTH halaman rumah dan bangunan umum, serta di
puncak gedung (rooftop garden), dengan tanaman aerofonik atau
hidrofonik, dan semacamnya oleh pemilik bangunan
Pengembangan RTH sebagai zone pengaman pada jalur KA; sempadan
sungai; sempadan SUTT, kawasan industri.
Refungsionalisasi dan pengamanan jalur-jalur hijau alami, seperti di
sepanjang tepian jalan raya, jalan tol, bawah jalan layang (fly – over),
tempat pemakaman umum (TPU), dan lapangan olahraga, dari okupasi
permukiman liar.
Penyediaan jalur hijau dan taman kota diarahkan di Kecamatan Buring dan
Kecamatan Kedungkandang, selain itu di setiap jalan lingkar.
Memberikan ciri-ciri khusus pada tempat-tempat strategis, seperti batas-
batas kota dan alun-alun kota.
Peremajaan dan peningkatan kualitas tanaman pada jalur jalan utama kota,
sesuai klasifikasinya.
Pengembangan hutan kota dan kebun bibit pada kawasan Malang Timur
(Kecamatan Kedungkandang) yang relatif masih banyak lahan belum
terbangun.
22
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Pembangunan taman lingkungan; lapangan olahraga di tiap unit
lingkungan.
Rehabilitasi kawasan taman sebagai pendukung monumen kota.
Peningkatan fungsi lahan terbuka kota menjadi RTH.
Pengembangan RTH pada kawasan perbatasan wilayah kota.
Penetapan kawasan konservasi sesuai karakteristik kawasan sebagai
pendukung ikon kota.
Peningkatan pendanaan baik dari pemerintah, swasta, dan swadaya
masyarakat yang memadai untuk program RTH kota.
Mengikut sertakan peran serta masyarakat untuk meningkatkan apresiasi
dan kepedulian terhadap kualitas lingkungan alami perkotaan.
23
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
CURTIBAS, sebuah kota di Brazil yang menjadi
bukti keberhasilan penataan ruang yang
mengedepankan RTH di perkotaan. Melalui
berbagai upaya penataan ruang seperti
pengembangan pusat perdagangan secara
linier ke lima penjuru kota, sistem transportasi,
dan berbagai insentif pengembangan kawasan,
persampahan dan RTH, kota tersebut telah
berhasil meningkatkan rata-rata luasan RTH
per kapita dari 1 m2 menjadi 55 m2 selama 30
tahun terakhir. Sebagai hasilnya kota tersebut
sekarang merupakan kota yang nyaman,
produktif dengan pendapatan per kapita
penduduknya yang meningkat menjadi dua kali
lipat. Hal tersebut menunjukkan bahwa
anggapan pengembangan RTH yang hanya
akan mengurangi produktivitas ekonomi kota
tidak terbukti.
EKSISTENSI RTH KOTA MALANG TERHADAP
KELANGSUNGAN HIDUP PERKOTAAN
Contoh tersebut dapat dijadikan
pedoman penataan RTH di Indonesia
khususnya di Kota Malang. Karena
sebagian besar kota-kota maju di
Indonesia hanya beranggapan bahwa
pengembangan RTH hanya akan
mengurangi produktivitas ekonomi
kota, sehingga pengembangan RTH
semakin menurun dan pembangunan
ke arah ekonomi akan semakin
ekspansif.
Jadi kebijaksanaan pertanahan di
perkotaan yang sejalan dengan aspek
lingkungan hidup adalah jaminan
terhadap kelangsungan ruang terbuka
hijau. Ruang terbuka hijau ini
mempunyai fungsi “hidro-orologis”, nilai estetika dan seyogyanya sekaligus
sebagai wahana interaksi sosial bagi penduduk di perkotaan. Taman-taman di
kota menjadi wahana bagi kegiatan masyarakat untuk acara keluarga, bersantai,
olah raga ringan dan lainnya. Demikian pentingnya ruang terbuka hijau ini, maka
hendaknya semua pihak yang terkait harus mempertahankan keberadaannya dari
keinginan untuk merobahnya.
24
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Sumber: Pemanfaatan RTH Kota Malang, Bappeko Malang 2005
Kelebihan RTH Kota Malang
Kelebihan RTH di Kota Malang dapat dilihat dari fungsinya terhadap
perkembangan dan pertumbuhan Kota Malang. Berikut adalah kelebihan-
kelebihan yang diberikan RTH Kota Malang pada kelangsungan hidup di
perkotaan yang dilihat dari fungsinya.
Tabel 3. Fungsi dan Bentuk RTH Kota Malang
No Fungsi Manfaat Bentuk RTH
1. Ekologis Meningkatkan kandungan air tanah
Membangun jejaringan habitat kehidupan
liar.
Menurunkan tingkat pencemaran udara
Mencegah longsor dan banjir
Hutan kota
Taman kota
Kawasan dan jalur hijau
Lindung sempedan sungai,
kereta api,dan jalur di
bawah tegangan tinggi
(SUTT)
2. Sosial Ekonomi Pendidikan lingkungan
Sebagai sarana rekreasi
Sebagai ruang interaksi sosial
Hutan kota
Taman kota
Lapangan olahraga Taman
rekreasi
Taman lingkungan
perumahan dan
pemukiman
3. Arsitektural Meningkatkan kerapian dan keteraturan
kota
Meningkatkan kenyamanan kota
Meningkatkan keindahan kota
Kawasan dan jalur hijau
Taman kota berupa alun
alun dan monument kota
Taman lingkungan
perkantoran dan gedung
komersil
Jalur pengaman jalan dan
median jalan
Taman atap (roof garden)
25
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Kekurangan RTH Kota Malang
Menurut Dahlan (1992) dan Purnomohadi (1995), degradasi lingkungan di
sebagian wilayah perkotaan Indonesia semakin parah. Hal ini ditandai oleh makin
meningkatnya suhu udara di atas kawasan perkotaan, penurunan muka air tanah,
pencemaran air tanah, udara, dan suara (bising), amblasan permukaan tanah,
intrusi air laut, abrasi pantai, suasana gersang, monoton, membosankan dan
terjadinya tekanan psikologis penghuninya.
Dalam hal ini, RTH Kota Malang memiliki kekurangan dalam pengembangannya,
antara lain:
Kurangnya apresiasi akan pentingnya RTH, inkonsistensi kebijakan dan
strategi Tata Ruang Kota yang sudah ditetapkan dalam Rencana Induk
Kota, serta lemahnya fungsi pengawasan (kontrol) dalam pelaksanaan
pembangunan kota, menyebabkan kuantitas dan kualitas RTH semakin
menurun. Hal ini lebih diperberat lagi dengan adanya: pertentangan
kepentingan antara nilai ekonomi dengan nilai ekologis; keterbatasan luas
lahan akibat benturan kepentingan dalam fenomena pembangunan
perkotaan, lebih ditekankan pada pentingnya pembangunan sektor
perindustrian dan perdagangan yang dianggap mampu menyerap banyak
tenaga kerja (atau demi kepentingan ekonomi jangka pendek).
Masalah klasik pengelolaan RTH, dianggap sebagai akibat keterbatasan
dana dan SDM profesional, pemeliharaan RTH yang tidak konsisten, dan
pemilihan jenis tanaman yang tidak sesuai persyaratan ekologis bagi
masing-masing lokasi, termasuk langkanya lahan pembibitan tanaman
penghijauan. Keterbatasan dana pembangunan dan pengelolaan RTH
memerlukan terobosan pengembangan pola kemitraan hijau.
RTH sering dianggap sebagai lahan tidak berguna, tempat sampah, atau
sumber dan atau sarang vektor berbagai penyakit. Pemahaman serta
kesadaran masyarakat akan arti dan fungsi hakiki RTH, umumnya masih
sangat kurang. Minimnya fasilitas RTH khususnya bagi kelompok usia
tertentu, seperti lapangan olahraga, taman bermain anak, maupun taman
lansia, apalagi taman khusus bagi penyandang cacat. Penyediaan lahan
untuk pemakaman umum belum sesuai dengan harapan masyarakat
26
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
umum. Dalam penataan lansekap kota, etika, dan estetika, khusus
penempatan iklan/papan reklame belum ditata menurut kaidah penataan
ruang yang lebih sesuai.
Hal ini disebabkan karena tugas pokok dan fungsi yang hampir sama, seperti
Dinas Pertamanan, Dinas Pertanian dan Kehutanan; Dinas Kebersihan, Dinas
Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan dan Keolahragaan, Dinas Pemakaman,
Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, dan Dinas Kebersihan. Rencana
penggabungan berbagai dinas terkait menjadi Dinas Tata Hijau atau Dinas
Lansekap Kota, atau nama lain dalam satu atap agar mampu meningkatkan
pelayanan pembangunan dan pengelolaan RTH, mungkin tetap perlu dikaji
ulang. Perlu ada semacam Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan RTH di
Kawasan Perkotaan yang transparan dan akuntabel, sesuai dengan
paradigma tata pemerintahan yang baik (good governance).
27
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
POTENSI RTH KOTA MALANG
Melihat kelebihan dan kekurangan yang diberikan RTH Kota Malang, sehingga
didasarkan pada bentuk-bentuk fungsi yang dapat diberikan oleh RTH terhadap
perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan, atau dalam upaya
mempertahankan kualitas yang baik, terdapat beberapa potensi RTH Kota Malang
yang mutlak untuk dikembangkan.
Eksternalitas yang ditimbulkan dari adanya alun-alun kota, misalnya PKL,
dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sisi positifnya. Usaha yang
diperlukan hanya penataan dan manajemen agar lebih menarik atau
penyelengaraan acara-acara tertentu di tiap akhir pekan.
Kawasan di sepanjang pinggiran sungai Brantas dapat ditingkatkan kualitas
dan kuantitasnya. Dengan pengembangan ini, kawasan tesebut dapat
berfungsi ganda, yaitu menjalankan fungsinya untuk lingkungan dan fungsi
sosial bagi masyarakat setempat. Kawasan ini dapat dijadikan tempat
rekreasi, berkumpul, bersosialisasi, dan olah raga (jogging track), terutama
bagi penduduk lokal. Bahkan jika pengembangan ini dilanjutkan dan
dilakukan dengan serius dapat dijadikan sebagai landmark Kota Malang.
Hutan Malabar, satu unsur konservasi penting dalam LH kota, yaitu RTH
berupa hutan kota yang dibangun sebagai daerah penyangga (buffer zone)
kebutuhan akan air bersih, lingkungan alami, serta pelindung flora dan
fauna di perkotaan. Kota sebagai pusat aktivitas manusia termasuk
permukimannya telah terganggu kestabilan ekologisnya, di lain pihak
kebutuhan masyarakat akan lingkungan yang bersih, indah, dan nyaman
serta terbebas dari polusi semakin mendesak.
Taman-taman rekreasi, mulai dari taman kota hingga hutan kota, berbagai
skala di Kota Malang, sudah pasti menjadi area rekreasi dan hiburan bagi
warga kota. Berbagai jenis flora dan fauna, terutama yang langka, sangat
menarik perhatian bagi pengunjung taman dan hutan kota, selain sebagai
obyek pendidikan dan penelitian.
Halaman pekarangan pribadi dan taman lingkungan perumahan, serta
lahan cadangan untuk rencana pembangunan selanjutnya, merupakan
28
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
komponen RTH, yang menjadikan kota indah dan sejuk, di mana aspek
kelestarian, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan sumberdaya
alam, akan menciptakan lingkungan kota yang kondusif, nyaman, segar,
meredam pencemaran dan kebisingan, sehingga warga dan kota menjadi
sehat.
KENDALA RTH KOTA MALANG
Dari pembahasan yang di urai dari tulisan ini tentang keberadaan ruang terbuka
hijau dapat diketahui bahwa ruang terbuka yang direncanakan berdasarkan
standart perencanaan tata ruang kota, keberadaannya semakin lama semakin
menipis dan berkurang akibat perubahan fungsi yang belakangan ini sering
terjadi. Faktor-faktor hambatan dalam RTH Kota Malang adalah :
Faktor Internal
Para pejabat birokrasi sering kali tidak konsistensi terhadap rencana
Tata Ruang Kota yang sudah disusun sebelumnya dan sudah
ditetapkan menjadi peraturan daerah. Di samping itu ada pula pejabat
birokrasi yang berpandangan bangunan fisik lebih penting dari ruang
terbuka hijau sehingga dengan mudah merubah penggunaan lahan
tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekosistem seluruh kota
Faktor Eksternal
Kebijaksanaan pemerintahan atasan di tingkat propinsi atau
pemerintahan puat yang mempunyai lahan di Kota Malang ingin
menggunakan lahan tersebut sesuai dengan keinginannya yang dapat
bertentangan dengan perencanaan tata ruang yang sudah ada. Selain
itu banyak para investor pemilik modal yang mengincar lahan-lahan
ruang terbuka hijau untuk dibangun bangunan komersial dengan cara
melakukan pendekatan dengan pimpinan pejabat birokasi agar diberi
izin untuk mengubah fungsi lahan RTH.
29
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Faktor Pemilik Lahan
Pemilik lahan terdiri dari instansi pemerintah, lembaga swasta atau
perorangan yang merasa lahannya dapat dibangun menjadi bangunan
apa saja menurut keinginannya tanpa memperhitungkan bahwa
bangunan tersebut tidak sesuai peruntukannya sesuai rencana tata
ruang kota yang sudah ditetapkan. Pemilik lahan menjual tanahnya
kepada pihak lain dengan harga tinggi karena akan di bangun
bangunan komersial. Di sini pertimbangan utamanya adalah niali
ekonomi yang menguntungkan, baik untuk pemilik tanah maupun
pihak lain.
Faktor Pengawasan
Pengawasan pembangunan oleh lembaga legislatif sering kali kurang
efekif sehingga banyak perubahan lahan yang terjadi dan tidak dapat
di antisipasi sejak awal. Dan masalah ini tidak dapat diselesaikan
dengan pihak eksekutif, sehingga perubahan lahan terbuka hijau
menjadi bangunan terus berlangsung. Pengawas pembangunan dari
pihak luar seperti lembaga swadaya masyarakat, oraganisai
lingkungan hidup, pengamat lingkungan, ahli-ahli dari perguruan tinggi
yang sering kali mengeluarkan pendapat tentang manfaat ruang
terbuka hijau sering kali di abaikan.
30
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
KESIMPULAN Keberadaan ruang terbuka hijau Kota Malang sangat ditentukan oleh
perencanaannnya. Tanggung jawab perencanaan ruang terbuka hijau tersebut
idealnya di lakukan bersama antara pemerintah kota, swasta dan masyarakat.
Penelitian ini mencoba menggali aspek-aspek perencanaan ruang terbuka hijau
seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat. Dari serangkaian pembahasan
tersebut, dapat diambil kesimpulan antara lain:
Kelengkapan RTH Kota Malang
RTH Kota Malang terbilang lengkap dan terus membutuhkan pemeliharaan
serta pelestarian. Hal ini karena kelengkapan sarana infrastruktur kota
(RTH) di suatu kota sangat mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan kota itu sendiri.
Manajemen Distribusi RTH Kota Malang
Manajemen distribusi dilakukan dengan pendekatan sesuai ketentuan yang
dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, dimana perhitungan
kebutuhan RTH dilakukan berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani dan
perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau dilakukan berdasarkan
prosentase dari luasan area terbangun kota.
Pemeliharaan dan Operasional RTH Kota Malang
Untuk kewenangan pemeliharaan dan operasional RTH Publik berada di
tangan pemerintah Kota Malang melalui Dinas Tata Kota. Namun untuk
RTH privat, kewenangan pemeliharaan dan operasional berada di tangan
lingkungan setempat.
Kelebihan RTH Kota Malang
RTH Kota Malang memiliki fungsi penting yaitu ekologis dan sosial-
ekonomi. Fungsi ekologis RTH yaitu dapat meningkatkan kualitas air tanah,
mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro.
Fungsi lainnya yaitu sosial-ekonomi untuk memberikan fungsi sebagai
ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan fungsi arsitektural sebagai
landmark kota.
31
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Kekurangan RTH Kota Malang
Secara garis besar disebabkan karena tugas pokok dan fungsi yang hampir
sama pada setiap Organisasi Pengelolaan dan Pengembangan RTH Kota
Malang sehingga pengembangan RTH tidak berjalan secara maksimal.
Potensi RTH Kota Malang yang dapat ditingkatkan
Dengan pengembangan yang lebih intensif, maka potensi RTH yang dapat
ditingkatkan adalah di alun-alun Kota, hutan Malabar, daerah bantaran
sungai, taman-taman rekreasi dan halaman pekarangan pribadi dan taman
lingkungan perumahan yang nantinya selain berfungsi sebagai komponen
RTH Kota, dapat dijadikan sebagai landmark Kota Malang.
Kendala RTH Kota Malang
Yang menjadi hambatan dalam pengembangan RTH Kota Malang dapat
dilihat dari 4 faktor, yaitu:
Faktor internal (pejabat birokrasi yang berpandangan bangunan fisik lebih
penting dari ruang terbuka hijau),
Faktor eksternal (banyak para investor pemilik modal yang mengincar
lahan-lahan ruang terbuka hijau untuk dibangun bangunan komersial)
Faktor pemilik lahan (Pemilik lahan terdiri dari instansi pemerintah,
lembaga swasta atau perorangan yang merasa lahannya dapat dibangun
menjadi bangunan apa saja),
Faktor pengawasan (Pengawasan pembangunan oleh lembaga legislatif
sering kali kurang efekif sehingga banyak perubahan lahan yang terjadi
dan tidak dapat di antisipasi sejak awal).
REKOMENDASI
Mempertahankan dan lebih meningkatkan jalur hijau yang ada di tepi jalan,
taman-taman kota, dan boulevard di kawasan perencanaan. Jalur hijau di tepi
koridor jalan dan boulevard sebagai paru-paru kota perlu disediakan jalur hijau
dengan standart kebutuhan 15 m2 per kapita. Jalur hijau ini dapat sekaligus
berfungsi sebagai jalur pemisah jalan raya. Lahan-lahan pekarangan
perumahan yang tidak seluruhnya ditutup dengan bangunan. Selain itu yang
32
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
perlu mendapat perhatian adalah ruang terbuka di sepanjang Sungai Brantas,
ditetapkan sekurang-kurangnya 8 m dari tepi sungai.
Meliputi ruang terbuka yang diperoleh dengan memanfaatkan bagian tapak
yang tidak boleh dibangun. Ruang terbuka ini bisa dimanfaatkan untuk
pelataran parkir, taman, penyediaan tempat untuk PKL, pencahayaan dan
penghawaan alami dan lain-lainnya.
Bangunan
Ruang terbuka dengan memanfaatkan bagian tapak yang tidak boleh
dibangun, misalnya dengan implementasi peraturan KDB maksimum 70%
berarti tersedia 30% bagain tapak untuk ruang terbuka. Ruang terbuka ini
bisa dimanfaatkan untuk parkir, taman, penyediaan tempat untuk PKL,
pencahayaan dan penghawaan alami, dan lainya.
Makam
Lahan pemakaman tetap dipertahankan keberadaannya. Untuk
pemakaman umum apabila dianggap kurang terutama pada wilayah-
wilayah yang luasnya masih memungkinkan.
Taman, Tempat bermain dan Lapangan Olah Raga
Ruang terbuka yang berfungsi sebagai taman, tempat bermain, dan
lapanan olahraga yang telah ada dipertahankan keberadaannya, serta
perlu diadakan pengembangan sesuai dengan kebutuhan baik jumlahnya
maupun luasannya.
Elemen vegetasi merupakan elemen yang penting dalam rancangan ruang
terbuka. Elemen vegetasi untuk ruang terbuka kota disamping sebagai
peneduh bagi pejalan kaki berfungsi juga sebagai kontrol visual dan mampu
mereduksi silau sinar matahari, sebagi pembatas fisik khususnya memberi
batasan antara jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan, sebagai kontrol
iklim makro terutama mereduksi kecepatan angin, sebagai unsur keindahan
serta sebagai pengendali pencemaran udara oleh asap kendaraan.
Dengan fungsi tersebut, maka elemen vegetasi untuk ruang terbuka di
sepanjang koridor daerah perencanaan harus mempertimbangkan hal-hal
berikut :
33
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
Mampu memberi naungan secara baik dan tidak menimbulkan kerusakan
pada jalan maupun pedestrian. Untuk itu pohon yang diperlukan adalah
yang cepat dan tidak berakar besar namun mempu bertahan terhadap
kerusakan yang ditimbulkan oleh getaran kendaraan.
Tidak menimbulkan bahaya atau masalah terhadap lingkungan. Untuk itu
perlu dipilih pohon yang mempunyai cabang dan ranting yang kuat, tidak
mempunyai buah yang terlampau besar dan daunnya tidak mudah rontok.
Mempunyai nilai estetis, yang mampu menciptakan suasana menyegarkan,
dan keindahan lingkungan. Untuk itu dipilih pohonan yang mempunyai
tajuk, tekstur dan pola batang yang sesuai dengan karakter lingkungannya.
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
RTH KOTA MALANG
Dalam rangka meningkatkan kualitas Lingkungan Kota salah satu upaya yang dilakukan
adalah penyediaan Ruang Terbuka Hijau. Ruang Terbuka Hijau lahan atau kawasan
ruang terbuka untuk tempat tumbuhnya kelompok tanaman/vegetasi yang berfungsi
sebagai pengatur iklim mikro, daerah resapan air dan estetika kota. Adapun sasaran dan
arah kebijakan program ini adalah :
a. Sasaran
Bertambahnya luas lahan RTH sehingga luas RTH yang ada porporsional
dengan luas wilayah kota Malang
Meningkatnya kualitas RTH Malang
Tersedianya fasilitas makam kota dengan kualitas yang memadai dan
sesuai dengan kebutuhan
Meningkatnya partisipasi dan peran aktif masyarakat dalam penyediaan
dan pengelolaan RTH dan makam
34
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
b. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan yang
ditetapkan adalah :
Pembebasan/penyediaan lahan untuk memperluas RTH di Kota Malang
Penataan dan revitalisasi RTH dalam rangka optimalisasi fungsi RTH di
kota Malang
Penyediaan lahan untuk fasilitas makam dan peningkatan kualitas
pengelolaan makam kota.
Pengendalian pelaksanaan pembangunan dengan memperhatikan
ketersediaan lahan prasarana lingkungan, utilitas umum, dan fasilitas sosial
khususnya RTH dan makam
Sosialisasi dalam rangka peningkatan partisipasi / peran masyarakat dalam
penyediaan dan pengelolaan RTH dan makam
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui fungsiLingkungan
Hidup yang didukung oleh program-program pembangunan, yaitu : Program
Ruang Terbuka Hijau dan Pertamanan Kota.
35
2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah. 1990. Ruang Terbuka Hijau Kota.
Jakarta: Depdagri.
Direkrat Jenderal Penataan Ruang. 2006. Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai
Unsur Utama Pembentuk Kota Taman. Jakarta: Depdagri.
E. Mudjono, Liliawati. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Harvarindo.
Hakim, Rustam. 2004. Arsitektur Lansekap,Manusia, Alam dan Lingkungan.
Jakarta: Bina Aksara.
Jurnal Arsitektur Lansekap Indonesia nomor 04 tahun 1998.
M, Danisworo. 1998. Makalah Pengelolaan kualitas lingkungan dan lansekap
perkotaan di indonesia dalam menghadapi dinamika abad XXI. Jakarta
Pemerintah Kotamadya DT II Malang. 1990. Sejarah Perencanaan Kota Malang
Sejak Jaman Kolonial Dan Perkembangannya Ditinjau Dari Aspek
Pertamanan.
Pemerintah Kota Malang. 2005. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kota Malang.
Bappeko.
R, Miller. 1997. Planning and Managing Urban Greenspaces. Urban Forestry.
Soemarwoto, O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Jambatan.
top related