evaluasi penerapan sistem e-hajj dalam...
Post on 01-Feb-2020
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EVALUASI PENERAPAN SISTEM E-HAJJ DALAM PROSES
PEMVISAAN PADA DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN
AGAMA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan IlmuKomunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Shandy Saeful Rachman
1112053100035
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440 H
i
ABSTRAK
Shandy Saeful Rachman, 1112053100035. “Evaluasi
Penerapan Sistem E-hajj dalam Proses Pemvisaan pada
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun 2019”
Sistem E-hajj adalah sistem elektronik yang berisi tentang
prosedur dan memantau setiap pergerakan jemaah haji dari
berbagai negara baik saat kedatangan maupun saat keberangkatan
jemaah haji, termasuk di dalamnya memantau pelayanan yang
diberikan kepada jemaah haji selama berada di Arab Saudi. Hal
ini dilakukan dengan melibatkan semua pihak berwenang yang
terkait dengan pelayanan haji, sehingga setiap pelayanan dan
pergerakan jemaah haji dilakukan melalui sistem elektronik yang
terintegrasi.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme
penerapan sistem E-hajj dalam penyelenggaraan ibadah haji pada
Direktorat Jenderal Penyelengaraan Haji dan Umrah (Ditjen
PHU) Kementerian Agama RI, dan hambatan apa saja yang
ditemukan dalam proses penerapan sistem ini.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan
datanya dengan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Dalam skripsi ini penulis memfokuskan pada evaluasi
penerapan sistem e-hajj dalam proses pemvisaan pada Subdit
Dokumen dan Perlengkapan Haji Reguler Direktorat Jenderal
Penyelengaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik
Indonesia .
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementerian Agama RI telah melaksanakan tugas dan fungsinya
dengan baik sesuai dengan standar operasional yang berlaku dan
sesuai dengan rencana meskipun masih ada kendala yang selalu
timbul yakni masalah gangguan pada jaringan.
Kata Kunci: Evaluasi, Sistem, E-hajj.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
begitu banyak nikmat, diantaranya nikmat Iman, Islam, dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarganya, para
sahabatnya, serta para umatnya hingga akhir zaman nanti. Amiin.
Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Evaluasi Penerapan Sistem E-hajj
dalam Proses Pemvisaan pada Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama
Republik Indonesia Tahun 2019”, yang disusun untuk
memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Strata 1 (S1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama masa penelitian, penyusunan, penulisan, dan sampai
masa penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, baik dari keluarga, sahabat,
teman, maupun dari berbagai pihak lainnya yang telah banyak
berjasa dan mendukung bagi penulis. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Suparto,M.Ed.,P.hD Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatulah Jakarta dan para pembantu Dekan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Drs.Sugiharto,MA selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah dan bapak Amirudin,M.Si. selaku Sekretaris
Jurusan Manajemen Dakwah.
3. Drs.Study Rizal LK,MA selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah membantu, mengarahkan, membina dan
meluangkan waktunya untuk penyelesaian penelitian ini.
iii
Juga tak lupa kepada Drs.H. Hasanudin Ibnu Hibban,MA
selaku dosen pembimbing akademik.
4. Seluruh dosen, karyawan, serta Staff Tata Usaha Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kedua orang tua penulis, Agus Sutisna dan Imas
Ermawati. Pengorbanan serta kasih sayangmu tak dapat
penulis ungkapkan melalui kata-kata dalam skripsi ini.
6. Khairun Naim, Lc.,M.E.I selaku Kasi Pemvisaan, Hasan
Affandi, S.Si.,M.Sc Selaku Kasubdit Data dan Sisten
Informasi Haji dan Abdul Hafidz Malawat, S.pd sebagai
staf pelaksana yang telah meluangkan waktunya dengan
bersedia diwawancarai dan pencarian data.
7. Seluruh teman-teman kelas Manajemen Haji dan Umrah
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan moril. Teman-teman di UIN
Jakarta, kantor Ahsanta Tours and Travel, yang terus
memberikan semangat hingga sekarang.
8. Dan seluruh hal yang terkait dengan penulis khususnya
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga penelitian ini bermanfaat dan semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi setiap langkah kita, Aamiin ya rabbal
aalamin
Penulis
Shandy Saeful Rachman
1112053100035
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………….……………………...... i
KATA PENGANTAR ........................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN………………….……….............. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................ 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ........ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............... 7
D. Metodologi Penelitian ............................. 8
E. Tinjauan Pustaka ..................................... 13
F. Sistematika Penulisan .............................. 14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Evaluasi............……………………........ 16
1. Pengertian Evaluasi........................... 16
2. Model Evaluasi ................................ 19
3. Tujuan Evaluasi ............................... 21
4. Manfaat Evaluasi ............................. 22
5. Proses Evaluasi................................. 23
B. Sistem....………………………………. 24
1. Pengertian Sistem………......……... 24
2. Unsur-unsur Sistem……......…….... 25
3. Karateristik Sistem………………... 25
v
BAB III GAMBARAN UMUM DITJEN PHU
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK
INDONESIA
A. Lokasi Kementerian Agama RI................ 26
B. Sejarah Kementerian Agama RI ……..... 26
C. Visi Misi Kementrian Agama RI............. 33
D. Struktur Organisasi Kementrian Agama
RI............................................................. 36
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Sistem E-hajj ........................................... 37
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Sistem E-
hajj.......................................................... 38
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penerapan Sistem E-hajj dalam
Proses Pemvisaan ................................... 46
B. Analisis Evaluasi Penerapan Sistem E-hajj
dalam Proses Pemvisaan ........................ 57
C. Analisis Hambatan Penerapan Sistem E-hajj
dalam Proses Pemvisaan ........................ 61
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................. 63
B. Saran ....................................................... 65
DAFTAR PUSTA .……………………………................... 66
LAMPIRAN ……………………….…………………….... 69
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian
2. Surat Bimbingan Skripsi
3. Surat Keterangan Penelitian
4. Hasil Wawancara
5. Struktur Organisasi Dirjen PHU Kemenag RI
6. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah haji merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan
oleh umat Islam yang mampu (istitha‟ah), yakni mampu
secara fisik artinya memiliki jiwa dan raga yang sehat,
mampu secara ilmu artinya menguasai dan memahami ilmu
tentang ibadah haji, mampu secara ekonomi artinya
memiliki materi atau biaya untuk berangkat ke tanah suci.
Hal ini ditegaskan secara jelas dalam firman Allah SWT
yang berbunyi:
تههه ا مبههه ا ا ت ب ا ت ههه م ايت هههىت ت تهههءا ت هههءاات ت ا ت ت خي اههه ت تهههي ب ا هههي اتي مت هههين تت فيهههءايت
ا تا مي تاغت ا ب افتإىب فت ت ت ءا ت ا ت بيل ا تيءاست عت ءا ستتطت ت ا بتييا تميءحج اءا عت
ا(٧٩)لا م ى:ا
Artinya: ”Di sana terdapat tanda-tanda yang
jelas, (diantaranya) maqam Ibrahim, barangsiapa
memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di
antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah,, yaitu bagi
orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan
ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
2
memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (Q.S Ali
„Imran: 97)1
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional
dan menjadi tanggungjawab pemerintah dibawah
koordinansi Menteri Agama, dalam teknis pelaksanaannya
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah. Amanat yang diberikan Undang-undang
Nomor 13 Tahun 2008 menyebutkan “Pemerintah memiliki
kewajiban memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan”.2
Pemerintah sebagai regulator dan operator
penyelenggara ibadah haji bertanggung jawab
melaksanakan tugas pembinaan dan pelayanan dengan
sebaik-baiknya. Terkait dengan hak yang seharusnya
diterima Jemaah, antara lain: pembimbingan manasik haji
dan/atau materi lainnya, pelayanan akomodasi, pelayanan
konsumsi, pelayanan transportasi, dan pelayanan kesehatan
yang memadai, baik di tanah air, selama diperjalanan,
maupun di Arab Saudi. Pemerintah memberikan pelayanan
kepada jemaah haji sejak di Tanah Air, memobilitas jemaah
yang lebih dari 200.000 orang ke Arab Saudi. Selanjutnya
memberikan pelayanan di Arab Saudi sesuai kebijakan dan
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahnya,
(Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2007), h.97.
2 Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, Desain Program (Jakarta: 2010), h.13.
3
ketentuan peraturan perhajian (Taklimatul Hajj), besarnya
resiko ini memerlukan sistem yang terkoordinasi.3
Meningkatkan koordinasi dengan pihak Kedutaan
Arab Saudi di Indonesia dan Kementerian Hukum dan
HAM dalam melayani visa Jemaah haji agar mengacu pada
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 yang berbunyi:
“Setiap pendaftaran haji harus dilakukan melalui
Kementerian Agama sehingga tidak lagi ditemukan haji
non-kuota yang tidak jarang menimbulkan masalah dan
jemaahnya terlantar”. Seakan menjawab permasalahan
tersebut, pada tahun 2014 pemerintah Arab Saudi
mengeluarkan kebijakan berupa program berbasis
elektronik bernama E-hajj yang pada saat itu baru tahap
sosialisasi, sedangkan pelaksanaan secara menyeluruh
untuk semua negara baru diterapkan di musim haji tahun
2015.4 Sistem E-hajj merupakan sebuah sistem aplikasi
haji secara elektronik, yang menyediakan kolom-kolom
yang harus diisi penyelenggara haji. Kolom-kolom itu
diantaranya berisi pertanyaan tentang kelengkapan
persyaratan e-hajj, mulai dari nama jemaah, nomor paspor,
maskapai penerbangan, hotel di Mekah dan Madinah,
Transportasi, dan Katering.
3 Dr.H.Ali Rokhmad dan Dr.H.Abdul Choliq MT, Haji;
Transformasi Profetik Menuju Revolusi Mental (Jakarta Pusat: Media
Dakwah, 2015), Cet.1, h.125.
4 Elvan Dany Sutrisno, “Mengenal e-hajj yang Mulai
Diterapkan Intensif Tahun 2015”,
m.detik.com/news/berita/2999828/mengenal-e-hajj-yang-mulai-
diterapkan-intensif-tahun-2015. Diakses: 03-10-2016.
4
Pada penerapan perdananya sistem tersebut pada
musim haji 2015 sempat mengalami kendala, yakni
keterlambatan pengurusan visa. Masalah keterlambatan
dikeluarkannya visa itu menyebabkan banyak calon haji
tidak dapat berangkat ke Tanah Suci tepat waktu. Hal itu
membuat sejumlah calon haji harus menunggu
keberangkatan berikutnya. Salah satu contoh dampak e-
hajj bagi Jemaah Indonesia diantaranya, terdapat 18 orang
dari 250 calon haji asal Magetan, Jawa Timur, kelompok
terbang (kloter) pertama tertunda keberangkatannya karena
kendala visa. Dari 18 calon haji tersebut, sebanyak 14
orang terpaksa bergabung berangkat dengan kloter dua,
sebanyak 1 orang bergabung dengan kloter tiga dan 3
orang terakhir bergabung dengan kloter empat.5
Setiap penyelenggaraan sebuah kegiatan, dibutuhkan
sebuah sistem evaluasi. Evaluasi adalah sebuah proses
penilaian6, dimana terjadinya sebuah efektifitas rencana
dalam sebuah program yang pada hasil akhirnya akan
dijadikan tolak ukur keberhasilan dan dijadikan rancangan
atau standarisasi untuk melakukan sebuah kegiatan yang
selanjutnya.
5 Redaksi Selasar, Haji-Bola Salju Sistem Haji Elektronik “E-
Hajj”. www.selasar.com/politik/haji-bola-salju-sistem-haji -elektronik-
ehajj. Diakses: 04-10-16.
6 Dan B Curtis; James J. Floyd; Jerry L. Winsor, Komunikasi Bisnis
dan Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h. 414.
5
Begitu juga dengan penyelenggaraan ibadah haji
sangat membutuhkan adanya kegiatan evaluasi untuk
mencari penyebab dari berbagai masalah yang timbul dan
mengatasi masalah tersebut, sekaligus merancang suatu
solusi agar pada saat penyelenggaraan ibadah haji
selanjutnya bisa berjalan dengan lebih baik lagi, sesuai
dengan yang tertera dalam undang-undang
penyelenggaraan ibadah haji yang dijadikan sebagai
standarisasi penyelenggaraan ibadah haji yang semestinya.
UU Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan
ibadah haji mengamanatkan perlunya penyempurnaan
sistem dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji secara
terus menerus agar dapat berjalan aman, tertib, dan lancar
dengan menjunjung tinggi asas keadilan, profesionalitas
dan akuntabilitas. Dalam hal ini pelaksanaan sistem
aplikasi E-hajj harus sesuai dengan peraturan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian, sangat perlu
dilakukan evaluasi pada setiap penyelenggaraan ibadah
haji agar dapat menjadikan suatu bentuk pelayanan yang
maksimal dan memuaskan bagi para Jemaah haji.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
tersebut, dalam upaya memperoleh data yang akurat dan
terbaru, maka penulis tertarik untuk meneliti, mengamati,
serta menganalisa lebih mendalam mengenai persoalan
diatas dalam sebuah penelitian skripsi dengan judul
“Evaluasi Penerapan Sistem E-hajj dalam Proses
6
Pemvisaan pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik
Indonesia Tahun 2019.”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luas dan melebarnya
pembahasan, maka dalam penyusunan skripsi ini, penulis
membatasi masalah yang akan dibahas hanya kepada
evaluasi proses meliputi mekanisme penerapan sistem e-
hajj dan identifikasi hambatan dalam proses penerapan
sistem tersebut.”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah,
maka perumusan masalah penelitian ini yaitu:
a. Bagaimana penerapan sistem E-hajj dalam proses
pemvisaan pada Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI
Tahun 2019?
b. Bagaimana evaluasi penerapan sistem E-hajj
dalam penyelenggaraan ibadah haji pada
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Kemenag RI Tahun 2019?
c. Apa saja hambatan penerapan sistem e-hajj dalam
proses pemvisaan?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana proses penerapan
dan pengoperasian sistem E-hajj dalam
penyelenggaraan ibadah haji pada Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementerian Agama Republik Indonesia
b. Untuk mengevaluasi penerapan sistem E-hajj
dalam penyelenggaraan ibadah haji pada
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia
c. Untuk mengetahui hambatan penerapan sistem e-
hajj dalam proses pemvisaan.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat, antara lain:
a. Bagi penulis, memperluas dan menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai sistem E-
hajj dalam penyelenggaraan ibadah haji pada
Direktorat Jenderal Penyelengaraan Haji dan
Umrah Kemenag RI.
b. Bagi instansi/perusahaan, hasil dari penelitian ini
diharapkan bisa memberikan masukan yang
bermanfaat dalam menentukan langkah
perusahaan selanjutnya kedepan dengan lebih baik
lagi.
8
c. Bagi dunia pustaka, sebagai sumber referensi dan
kontribusi pemikiran dalam menunjang penelitian
berikutnya dan dapat memperkaya koleksi dalam
ruang lingkup karya-karya penelitian lapangan.
D. Metodelogi penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penulisan yang penulis gunakan dalam penelitian
ini tidak bisa lepas dari penggunaan beberapa cara/metode
yang relevan dengan permasalahan penelitian ini. Penelitian
yang akan dilaksanakan merupakan penelitian jenis
kualitatif yang akan menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata, gambar, dan bukan perhitungan angka-angka
(Meleong, 2004 : 3)
metode dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy
Moleong menyatakan bahwa metode dengan menggunakan
pendekatan kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.7
Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang
atau human instrument yaitu penelitian itu sendiri. Untuk
dapat menjadi instrument, maka penelitian harus
mempunya bekal teori dan wawancara yang luas, sehingga
7 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 4
9
mampu bertannya, menganalisis, memotret, dan
mengkonstruksi situasi social yang di teliti menjadi lebih
jelas dan bermakna.8
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah Kantor
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama RI.
b. Objek dalam penelitian ini adalah evaluasi
penerapan sistem e-hajj dalam proses pemvisaan
pada Ditjen PHU Kementerian Agama RI.
3. Sumber dan jenis Data
Secara garis besar sumber data dari dua macam yaitu
data Primer dan sumber data Sekunder.
a. Data primer adalah data yang di peroleh langsung
dari subjek penelitian mengunakan alat pengukur
atau alat pengambilan data langsung tempat
penelitian sebagai sumber informasi yang di cari
(Azwar, 2001: 9). Dalam penelitian sumber data di
peroleh dari hasil wawancara Kasubdit Data dan
Sistem Informasi Haji Terpadu berkaitan dengan
informasi dasar mengenai sistem e-hajj. Adapun
jenis data yang akan di ambil yaitu tentang
Evaluasi Penerapan Sistem E-Hajj Pada Direktorat
8 Sugiono, metode penelitian kualitatif, kuantitafi, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), h8.
10
Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementrian Agama Republik Indonesia
b. Data Sekunder adalah data yang mendukung objek
penelitian yang mendukung data primer, dan yang
melengkapi data primer (prastowo, 2011: 31), data
sekunder berupa arsip, dokumentasi, profil
lembaga, jurnal, buku, majalah, artikel, dan semua
informasi yang berkaitan dengan strategi
pemasaran.
c. Teknik Pengumpulan Data
Untuk kepentingan penelitian ini, teknik
pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
1) Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan
data dari tanya jawab yang dikerjakan secara
sistematis dan berlandaskan tujuan penelitian.13
Metode ini dilakukan dengan cara meminta
informasi kepada responden (orang yang
diwawancara atau dimintai informasi) dari pihak
staf pelaksana berkaitan dengan hal teknis
dalam sistem e-hajj.
Untuk mendapatkan informasi terkait
penelitian ini, penulis mewawancarai:
a) Moh. Hasan Afandi, S.Si.,M.Sc sebagai
Kasubdit Data dan Sistem Informasi Haji
11
Terpadu, berkaitan dengan informasi dasar
mengenai sistem e-hajj.
b) Khairun Naim, Lc.,M.E.I sebagai Kasi
Pemvisaan, berkaitan dengan informasi
sistem e-hajj sebagai bagian dari proses
pemvisaan dalam penyelenggaraan ibadah
haji.
c) Abdul Hafidz Malawat, S.pd sebagai staf
pelaksana, berkaitan dengan hal teknis dalam
sistem e-hajj.
2) Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumen seperti data-
data, arsip-arsip dan gambar-gambar ataupun
bentuk lainnya.9 Dokumentasi merupakan
bagian dimana peneliti meminta data kepada
lembaga yang diteliti yakni staf pelaksana
berkaitan dengan hal teknis dalam sistem e-hajj
sesuai dengan judul yang dibahas, yaitu
Evaluasi Penerapan Sistem E-Hajj pada
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Kementrian Agama Republik Indonesia,
sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini
penulis memperoleh data dari buku; Buku
9 Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian
Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 57
12
panduan penyelesaian paspor Jemaah Haji dan
Pemvisaan.
3) Teknik Analisis Data
Analisis Data Merupakan Proses
penyederhanaan Data kedalam bentuk yang
mudah di baca dan diinterpretasikan
(singarimbun, 1989: 199). Metode analisis
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
Deskriptif kualitatif yang bertujuan melukiskan
secara sistematis fakta dan karakteristik bidang-
bidang tertentu secara faktual dan cermat
dengan menggambarkan keadaan atau status
fenomena.
4) Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman
pada SK-Rektor-Nomor 207 tentang Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis dan
disertasi) yang diterbitkan oleh Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5) Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementrian Agama Republik Indonesia, Jl.
Lapangan Banteng Barat Nomor 3-4 Jakarta
Pusat.
13
Dalam penelitian ini penulis membatasi
waktu penelitian pada bulan Januari – Mei 2019.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari adanya bentuk penjiplakan atau
plagiat maka penulis mengadakan tinjauan pustaka terhadap
beberapa skripsi sebagai bahan perbandingan dalam
pembuatan skripsi. Selain itu penulis juga melakukan
tinjauan kepustakaan (Literature) yang berkaitan dengan
topik pembahsan. Adapun tinjauan pustaka dalam
penelitian ini adalah:
1. Mutmainnah, “Implementasi Sistem Informasi dan
Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) pada
Kementrian Agama Republik Indonesia.” Program
Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, penelitian ini berisi tentang sistem
komputerisasi haji yang dilaksanakan pada Kementrian
Agama Republik Indonesia.10 Pada skripsi ini tidak
melibatkan pendapat dari jamaah yang berguna untuk
mengetahui kepuasan pelayanan karyawan terhadap
para jamaah.
2. Lukman Hidayat, “Evaluasi Penetapan Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) oleh Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag
10
Mutmainnah, Implementasi Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji
Terpadu (SISKOHAT) pada Kementrian Agama Republik Indonesia, Program
Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
14
RI dalam penyelenggaraan Ibadah Haji di Indonesia
Tahun 2012”, Konsentrasi Manajemen Haji dan
Umrah, Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
F. Sistematika penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dalam proposal
skripsi ini, penulis menyusun sistematika penulisan
kedalam lima bab. Dimana setiap bab terdiri dari sub-sub
bab tersendiri. Agar pembaca dapat memahami uraian
selanjutnya maka penulis mensistematika pembahasan yang
akan ditulis kedalam bab-bab sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi
uraian mengenai Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian,
Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini
terdiri dari beberapa hal, meliputi;
Pengertian Evaluasi, Model Evaluasi,
Tujuan Evaluasi, Manfaat Evaluasi,
Pengertian Sistem, Unsur-unsur
Sistem, Karakteristik Sistem, dan
Pengertian E-Hajj
15
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG
OBJEK PENELITIAN Bab ini
membahas tentang gambaran umum
Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kemenag RI.
BAB IV : DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini membahas tentang Penerapan
Sistem E-hajj pada Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementerian Agama Republik Indonesia.
BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas
tentang hasil penelitian yaitu, Evaluasi
Penerapan Sistem E-hajj pada Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementerian Agama Republik Indonesia.
BAB VI : PENUTUP Dalam bab ini penulis akan
membahas mengenai kesimpulan dan
saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Menurut Bahasa, kata evaluasi berasal dari Bahasa
Inggris yang memiliki dasar kata “value” yang berarti
“nilai”.11
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata evaluasi diartikan dengan “penilaian”.12
Ada banyak
tokoh yang mendefinisikan arti dari evaluasi, oleh sebab itu
penulis akan memaparkan beberapa pendapat terkait
dengan arti evaluasi.
Menurut Sudjana, evaluasi merupakan kegiatan
penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
ditentukan telah tercapai, apakah pelaksanaan program
sesuai dengan rencana dan atau dampak apa yang terjadi
setelah program ditentukan.13
Menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan
yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu
program. Dengan demikian, penelitian evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan program
dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan
11
John M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris – Indonesia,
(Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Indonesia, 2005), Cet.XXVI. h.625
12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet.I. h.702
13
H.D. Sudjana, Manajemen Program Pendidikan Luar Sekolah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Falah Production, 2000),
h.283.
17
keterlaksanaan program tersebut.14
Sedangkan Zaini
Muchtarom dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar
Manajemen Dakwah menjelaskan bahwa, evaluasi adalah
sebagai suatu fungsi dari manajemen yang berusaha
mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari
suatu rencana, sekalipun mengukur subyektifitas hasil-hasil
pelaksanaan itu dengan ukuran yang dapat diterima pihak
yang mendukung suatu perencanaan.15
Menurut M. Chabib Thaha, evaluasi merupakan
kegiatan terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek
dengan menggunakan suatu instrument dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan.16
Kemudian stufflebeam juga membedakan Proactive
Evauation untuk melayani pemegang keputusan, dan
Retroactive Evaluation untuk keperluan
pertanggungjawaban. Evaluasi dapat mempunyai dua
fungsi, yakni fungsi formatif, yaitu evaluasi yang dipakai
untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang
berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya). Fungsi
sumatif, yaitu evaluasi yang dipakai untuk
pertanggungjawaban, keterangan, seleksi, atau lanjutan.
Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan,
14 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta: PT
Bina Aksara, 1998), Cet. Ke-1. h.8
15
Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta:
Al-Amin Press dan IKFA, 1996), h.5
16
M. Chabib Thaha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja
Garafindo Persada, 1996), h.1
18
implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan suatu
program, pertanggungjawaban, seleksi motivasi,
menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang
terlibat.17
Evaluasi adalah bagian integral dari proses manajemen,
evaluasi dilakukan karena ingin mengetahui bahwa apa
yang telah dilakukan sudah berjalan sesuai rencana.
Apakah semua masukan kegiatan yang dilakukan memberi
hasil dan dampak seperti yang diharapkan. Dalam lingkup
organisasi dan administrasi, evaluasi atau penilaian dapat
diartikan sebagai sebuah proses pengukuran dan
pembandingan hasil-hasil pekerjaan yang telah dicapai
dengan hasil-hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakekat dari
penilaian adalah:
a. Penilaian ditujukan kepada satu fase tertentu
dalam satu proses setelah fase itu seluruhnya
selesai dikerjakan. Berbeda dengan pengawasan
yang ditujukan kepada fase yang masih dalam
proses pelaksanaan.
b. Penilaian bersifat korektif terhadap fase yang telah
selesai dikerjakan. Korektifitas yang menjadi sifat
penilaian itu sangat berguna bukan untuk fase
yang telah selesai, akan tetapi untuk fase
17 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen
Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), h.4
19
berikutnya. Artinya melalui penilaian harus
ditemukan kelemahan-kelemahan sistem yang
digunakan dalam fase yang baru saja selesai, juga
harus ditemukan penyimpangan-penyimpangan
dan/atau penyelewengan-penyelewengan yang
telah terjadi, tetapi lebih penting lagi harus
ditemukan sebab-sebab mengapa kelemahan-
kelemahan itu timbul dan mengapa sebab-sebab
mengapa penyimpangan-penyimpangan itu
terjadi.18
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
merupakan suatu kegiatan yang bertujuan mengukur tingkat
keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan serta mengambil
kesimpulan dengan melihat keberhasilan dan kekurangan
tersebut untuk dijadikan acuan dalam kegiatan yang akan
dilakukan selanjutnya.
2. Model Evaluasi
Ada berbagai macam model evaluasi, model-model
tersebut merupakan alternatif yang dipilih evaluator sesuai
dengan masalah dan tujuan evaluasi, salah satunya yaitu
model Evaluasi Goal Oriented Evaluation. Model Goal
Oriented Evaluation merupakan model yang paling awal
muncul, yang menjadi objek pengamatan model ini adalah
tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum
18 Ahmad Fadli HS, Organisasi dan Administrasi, (Jakarta: Manhalun
Nasyi-in Press, 2008), Cet. IV, h. 32-3
20
program dimulai, evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan, terus menerus, mengontrol sejauh mana
tujuan tersebut terlaksana didalam proses pelaksanaan
program.
Dalam hal ini penulis menggunakan model evaluasi
yang dikemukakan oleh Isbandi Rukminto yang mengutip
pendapat Feuriskin, guna mengawasi suatu program secara
lebih seksama yaitu: evaluasi input, evaluasi proses, dan
evaluasi hasil. Dengan pengertian sebagai berikut:
a. Evaluasi Input
Evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur
yang masuk dalam pelaksanaan suatu program.
Setidaknya ada tiga variable utama yang terkait
dengan evaluasi input ini, yaitu; Klien (peserta
program), Staf, dan program.
b. Evaluasi Proses
Evaluasi ini dilakukan untuk menilai
bagaimana proses kegiatan yang dilaksanakan
telah sesuai dengan rencana yang dirumuskan.
Evaluasi proses memfokuskan diri pada
penilaian dinamika internal dan pengoperasian
program, serta berupaya menganalisa dan menilai
secara keseluruhan proses berdasarkan kriteria
yang relevan seperti; standar praktik terbaik,
kebijakan lembaga, dan tujuan proses.
c. Evaluasi Hasil
21
Evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa
jauh tujuan-tujuan yang sudah direncanakan telah
tercapai.19
3. Tujuan Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan
sesuai dengan objek evaluasinya. Tujuan evaluasi menurut
wirawan20
adalah:
a. Mengukur pengaruh program terhadap
masyarakat. Program dirancang dan dilaksanakan
sebagai layanan atau intervensi sosial (social
intervention) untuk menyelesaikan masalah dan
keadaan yang dihadapi masyarakat.
b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai
dengan rencana. Setiap program direncanakan
dengan teliti dan pelaksanaannya harus sesuai
dengan rencana tersebut. Akan tetapi, pada
pelaksanaannya suatu program pun dapat
melenceng.
c. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai
dengan standar. Setiap program dirancang dan
dilaksanakan berdasarkan standar tertentu.
19 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan,
Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: FEUI, 2001), h.128 20
Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi,
(Jakarta: PT.Raja rafindo Persada, 2011), h.24
22
d. Evaluasi dapat mengidentifikasi dan menemukan
mana dimensi program yang berjalan dan mana
yang tidak berjalan.
e. Mengambil keputusan mengenai program. Salah
satu tujuan evaluasi yakni untuk mengambil
keputusan.
4. Manfaat Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting untuk
dilakukan, dalam hal ini Feurstein menyatakan sepuluh
alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan.21
a. Pencapaian, guna melihat apa yang sudah dicapai.
b. Mengukur kemajuan, melihat kemajuan dikaitkan
dengan objektif program.
c. Meningkatkan pemantauan, agar tercapai
manajemen yang lebih baik.
d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan, agar
dapat memperkuat program itu sendiri.
e. Melihat usaha apakah sudah dilakukan secara
efektif, guna melihat perbedaan apa yang telah
terjadi setelah diterapkan suatu program.
f. Biaya dan manfaat, melihat apakah biaya yang
dikeluarkan cukup masuk akal.
21 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen
Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), h.4
23
g. Mengumpulkan informasi, guna merencanakan
dan mengolah kegiatan program secara lebih baik.
h. Berbagi pengalaman, guna melindungi pihak lain
terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk
mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan
metode yang serupa bila metode yang dijalankan
telah berhasil dengan baik.
i. Meningkatkan keefektifan, agar dapat memberikan
dampak yang lebih baik.
5. Proses Evaluasi
Dalam melakukan kegiatan evaluasi, secara umum
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan apa yang akan di evaluasi;
Pimpinan lembaga dan pelaksanaan menentukan secara
spesifik proses penerapan dan hasil yang akan di
monitor dan di evaluasi. Proses dan hasil
pengukuran harus bersifat obektif.
b. Mengembangkan standar kerangka dan batasan;
Standar yang dikembangkan harus bersifat strategis
dan objektif, serta mengandung sebuah jarak
batasan yang logis, yang menerima segala bentuk
kekurangan dan kesalahan. Standar tersebut bukan
hanya digunakan untuk mengukur hasil akhir,
24
tetapi juga untuk saat pelaksanaan monitoring
berlangsung;22
c. Merancang desain (metode);
d. Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan;
e. Melakukan pengamatan, pengukuran, dan analisis;
f. Membuat kesimpulan dan pelaporan.
Keenam langkah evaluasi di atas dapat dipadatkan
menjadi 2 langkah terpenting, yaitu menetapkan fokus hal
yang akan di evaluasi dan merancang metode
pelaksanaannya.
B. Sistem
1. Pengertian Sistem
Menurut McLeod mendevinisikan arti sistem adalah
sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang
sama untuk mencapai suatu tujuan.23
Menurut H Thiery,
“sistem adalah suatu keseluruhan elemen-elemen yang
sangat mempengaruhi, teratur menurut rencana tertentu
guna mencapai tujuan24
Menurut Tata sutabri, sistem yang abstrak adalah
susunan yang teratur dari gagasan-gagasan atau konsepsi
yang saling tergantung. Sedangkan sistem yang bersifat
22 Hunger and Wheelen, Essential of Strategic Management, (Tampa,
Florida, Addison Wesley Longman Inc., 1997), h. 161. 23
Onong Unchyana Efendi, Human Relation and Public Relation,
(Bandung: PT.Manda Maju, 1997) 24
Kahri Nasjar dan Winardi, teori system dan pendekatan system
dalam bidang manajemen, ( Pt Manda Maju, 1997), cet ke-1, h.63
25
fisis adalah serangkaian unsur yang bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan
bahwa sistem adalah komponen – komponen yang saling
berkaitan dan mempengaruhi antara elemen satu dengan
laiannya untuk mencapai tujuan.
2. Unsur – Unsur sistem
Unsur – unsur sistem menurut Wahyudi Kumorotomo
dan subodo ada tiga bagian, diantaranya :
a. Masukan (input)
b. Proses (procces)
c. Keluaran (output)25
3. Karakteristik sistem
Sebuah Sistem memiliki karakteristik yang mencirikan
bahwa dikatakan suatu sistem. Adapun karakteristik yang
dimaksud :
a. Komponen sistem ( componens )
b. Batas sistem
c. Lingkungan luar sistem
d. Penghubung sistem/ Intervoce
e. Masukan / Input
f. Pengolah / Proses
g. Keluaran (output)
h. Sasaran (Obyektif) / Tujuan26
25 Wahyudi Kumorotomo dan subondo Agus M., Sistem Informasi
Manajemen,(UGM,Press )2001, ke-4, h.9 26
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: ANDI,
2005), Edisi 1
26
BAB III
GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
KEMENTERIAN AGAMA RI
A. Lokasi Kementrian Agama Republik Indonesia
Kantor Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Kementrian Agama Republik Indonesia, Jl.
Lapangan Banteng Barat Nomor 3-4 Jakarta Pusat.
B. Sejarah Kementrian Agama Republik indoensia
1. Penyelenggaraan Haji Pasca-Kemerdekaan
Pada tahun 1948, Pemerintah Indonesia mengirimkan
misi haji untuk bertemu Raja Arab Saudi. Misi tersebut
mendapatkan sambutan hangat dari Raja Ibnu Saud. Misi
haji juga bertujuan menjelaskan kepada dunia Islam perihal
politik Indonesia yang tengah melarang umat Islam
Indonesia melaksanakan ibadah haji sekaligus meminta
dukungan terhadap perjuangan muslim menentang
kembalinya penjajahan.
Di samping itu, sejumlah usaha perbaikan manajemen
pelaksanaan ibadah haji juga dilakukan pemerintah. Antara
lain dengan membentuk satu badan khusus untuk urusan
haji yang disebut Penyelenggara Haji Indonesia (PHI). PHI
berada di setiap karesidenan, karena saat itu karesidenan
merupakan pemerintahan daerah yang mengatur, mengolah
dan menangani segala urusan administratif masyarakat
termasuk di dalamnya memudahkan semua urusan yang
27
berhubungan dengan penyelenggaraan ibadah haji.27
Pada tanggal 21 Januari 1950, Badan
Kongres Muslimin Indonesia (BKMI) mendirikan sebuah
yayasan khusus menangani kegiatan penyelenggaraan haji,
yaitu Panitia Perbaikan Perjalanan Haji Indonesia (PPPHI)
yang di ketuai KH. M. Sudjak. Kedudukan PPPHI
diperkuat dengan dikeluarkannya Surat Kementerian
Agama Republik Indonesia Serikat (RIS) Nomor 3170
tanggal 6 Pebruari 1950, disusul dengan Surat Edaran
Menteri Agama RIS Nomor A.III/I/648 tanggal 9 Pebruari
1950 yang menunjuk PPPHI sebagai satu-satunya wadah
yang sah di samping pemerintah untuk mengurus dan
menyelenggarakan haji Indonesia. Sejak saat itulah
penyelenggaraan haji ditangani oleh pemerintah, dibantu
oleh instansi lain seperti Pamongpraja.28
Tahun itu
merupakan tahun pertama rombongan haji Indonesia yang
diikuti dan dipimpin oleh Majelis Pimpinan Haji bersama
dengan Rombongan Kesehatan Indonesia (RKI).
Dengan dibentuknya Kementerian Agama sebagai
salah satu unsur kabinet pemerintah setelah masa
kemerdekaan, maka seluruh beban penyelenggaraan ibadah
haji ditanggung pemerintah dan segala kebijakan tentang
pelaksanaan ibadah haji semakin terkendali. Dengan
27
Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK
Pres, 2008), h. 52 28
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
2008), h. 5
28
semakin membaiknya tatanan kenegaraan Indonesia, pada
tahun 1964 pemerintah mengambil alih kewenangan
penyelenggaraan ibadah haji dengan membubarkan PPPHI
yang kemudian diserahkan kepada Direktorat Jenderal
Urusan Haji (DUHA).29
2. Penyelenggaraan Haji Masa Orde Baru
Tugas awal penguasa Orde Baru sebagai pucuk
pimpinan negara tahun 1966 adalah membenahi sistem
kenegaraan. Pembenahan sistem pemerintahan tersebut
berpengaruh terhadap penyelenggaraan ibadah haji.
Dibentuknya Departemen Agama (Depag), merubah
struktur dan tata kerja organisasi Menteri Urusan Haji dan
mengalihkan tugas penyelenggaraan ibadah haji dibawah
wewenang DUHA. Termasuk penetapan biaya, sistem
manajemen dan bentuk organisasi yang kemudian
ditetapkannya Keputusan DUHA Nomor 105 Tahun 1966.
Dalam perjalanan selanjutnya, pemerintah bertanggung
jawab secara penuh dalam penyelenggaraan ibadah haji
mulai dari penentuan biaya haji, pelaksanaan ibadah haji
serta hubungan antara dua negara yang mulai dilaksanakan
tahun 1970. Pada tahun tersebut, biaya perjalanan haji
ditetapkan oleh Presiden melalui Kepres Nomor 11 tahun
1970. Tahun-tahun berikutnya penyelenggaraan ibadah haji
29
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, 2008), h. 5
29
tidak banyak mengalami perubahan kebijakan dan
keputusan tentang biaya perjalanan haji ditetapkan melalui
Kepres.30
Pada saat itu, pemerintah masih memberi wewenang
kepada pihak swasta untuk mengelola penyelenggaraan
haji misalkan saja PT Arafat. Akan tetapi, karena
dihadapkan pada kesulitan-kesulitan finansial, perusahaan
swasta tersebut tidak bisa menjalankan fungsinya secara
optimal. Tahun 1976 perusahaan swasta tidak
diperkenankan beroperasi lagi.
Perkembangan selanjutnya yakni perubahan tata kerja
dan struktur organisasi penyelenggaraan ibadah haji yang
dilakukan oleh Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji
(BIUH) pada tahun 1976. Sebagai panitia pusat, Ditjen
BIUH melaksanakan koordinasi ke tiap-tiap daerah tingkat
I dan II di seluruh Indonesia. Dalam hal ini, sistem
koordinas dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan oleh
Ditjen BIUH.31
Dikeluarkan nya Kepres Nomor 53 Tahun
1981, seluruh pelaksanaan operasional perjalanan ibadah
haji dilaksanakan oleh Ditjen BIUH.
Pada tahun 1985, pemerintah kembali
mengikutsertakan pihak swasta dalam penyelenggaraan
ibadah haji, dimana pihak-pihak swasta tersebut
30
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, 2008), h. 5 31
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari
Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, 2012), h. 76
30
mempunyai kewajiban langsung kepada pemerintah. Dalam
perkembangan selanjutnya, lingkungan bisnis modern
mengubah orientasi pihak-pihak swasta tersebut dengan
menyeimbangkan antara orientasi pelayanan dan orientasi
keuntungan yang selanjutnya dikenal dengan istilah
Penyelenggara Ibadah Haji Plus (ONH Plus).
Pada tahun 1987 pemerintah mengeluarkan keputusan
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Nomor 22
tahun 1987 yang selanjutnya disempurnakan dengan
mengeluarkan Peraturan Penyelenggaraan Ibadah Haji Dan
Umrah Nomor 245 tahun 1991 yang lebih menekankan
pada pemberian sanksi yang jelas kepada pihak swasta yang
tidak melaksanakan tugas sebagaimana ketentuan yang
berlaku.
Pembatasan jamaah haji yang lebih dikenal dengan
pembagian kuota haji diterapkan pada tahun 1996 dengan
dukungan Siskohat untuk mencegah terjadinya over quota
seperti yang terjadi pada tahun 1995 dan sempat
menimbulkan keresahan dan kegelisahan di masyarakat,
khususnya calon jamaah haji yang telah terdaftar pada
tahun tersebut namun tidak dapat berangkat. Mulai tahun
2005 penetapan porsi provinsi dilakukan sesuai dengan
ketentuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) yaitu 1 orang
per mil dari jumlah penduduk yang beragama Islam dari
31
masing-masing provinsi, kecuali untuk jamaah haji khusus
diberikan porsi tersendiri.32
3. Penyelenggaraan Haji Pasca Reformasi
Melalui Kepres Nomor 119 tahun 1998, pemerintah
menghapus monopoli angkutan haji dengan mengizinkan
kepada perusahaan penerbangan lain selain PT. Garuda
Indonesia untuk melaksanakan angkutan haji. Dibukanya
kesempatan tersebut disambut hangat oleh
sebuah perusahaan asing, Saudi Arabian Airlines
untuk ikut serta dalam angkutan haji dengan mengajukan
penawaran kepada pemerintah dan mendapat respon yang
positif.
Sejak era reformasi, setiap bentuk kebijakan harus
memenuhi aspek keterbukaan dan transparansi, jika tidak
akan menuai kritik dari masyarakat. Pemerintah dituntut
untuk terus menyempurnakan sistem penyelenggaraan
ibadah haji dengan lebih menekankan pada pelayanan,
pembinaan dan perlindungan kepada jamaah haji serta
mengarah pada sisterm yang lebih profesional.33
Oleh
karena itu, Pada tahun 1999 ditetapkan Undang-Undang
32
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, 2008), h. 6
33 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, 2008), h. 6
32
Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji. Menurut tata hukum ketatanegaraan UU tersebut
memberikan legitimasi yang kuat bagi Departemen Agama
dalam menjalankan kewenangannya guna menyatukan
langkah dalam penyelenggaraan ibadah haji.34
Penyelenggaraan haji menjadi tanggung jawab Menteri
Agama yang dalam pelaksanaan sehari-hari, secara
struktural dan teknis fungsional dilaksanakan oleh Ditjen
Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji
(BIPH) yang ditetapkan berdasarkan Kepres Nomor 165
Tahun 2000. Dalam perkembangan terakhir berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 63 tahun
2005, Ditjen BIPH
direstrukturisasi menjadi dua unit kerja eselon I, yaitu
Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) dan
Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU). Dengan
demikian mulai operasional haji tahun 2007 pelaksanaan
teknis penyelenggaraan ibadah haji dan pembinaan umrah
berada dibawah Ditjen PHU.35
34
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari
Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, 2012), h. 86
35 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, 2008), h. 6
33
Pada tahun 2008 pemerintah menerbitkan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji yang baru. Sebagai pengganti UU Nomor 17
Tahun 1999. Penyempurnaan kebijakan paling mendasar
pada UU yang baru antara lain adanya perubahan terhadap
salah satu unsur yaitu pengawasan dalam penyelenggaraan
ibadah haji. Di dalam Undang-Undang tersebut juga
dikatakan bahwa Menteri Agama sebagai koordinator dan
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan ibadah haji.
Dalam pelaksanaan teknis sehari-hari, Menteri Agama
dibantu oleh Ditjen PHU, gubernur dibantu oleh kepala
Kanwil Kemenag Provinsi selaku kepala staf penyelenggara
haji di tingkat provinsi, bupati/walikota dibantu oleh kepala
Kantor Kemenag Kabupaten/Kota selaku kepala staf
penyelenggara haji di tingkat kabupaten/kota. Sementara
duta besar dibantu oleh Konjen RI selaku koordinator
harian dan konsul haji selaku kepala staf penyelenggara haji
di Arab Saudi.36
C. Visi Misi Kementrian Agama Republik Indoensia
Mengacu pada Keputusan Ditjen PHU Nomor: D/54
Tahun 2010 tentang Visi dan Misi Ditjen PHU, disebutkan
sebagai berikut:37
36
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari
Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, 2012), h. 180 37
Kementerian Agama Republik Indonesia, Ditjen Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
34
1. Visi
Terwujudnya pembinaan, pelayanan dan perlindungan
kepada jamaah haji dan umrah berdasarkan asas keadilan,
transparan, akuntabel dengan prinsip nirlaba.
Penjabaran dari Visi Ditjen PHU tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembinaan, diwujudkan dalam bentuk bimbingan,
penyuluhan dan penerangan kepada masyarakat
dan jamaah haji. Sedangkan pembinaan petugas
diarahkan pada profesionalisme dan dedikasinya.
b. Pelayanan, diwujudkan dalam bentuk pemberian
layanan administrasi dan dokumen, transportasi,
kesehatan, serta akomodasi dan konsumsi.
c. Perlindungan, diwujudkan dalam bentuk jaminan
keselamatan dan keamanan jamaah haji selama
menunaikan ibadah haji.
d. Asas keadilan, bahwa penyelenggaraan ibadah
haji harus berpegang pada kebenaran, tidak berat
sebelah dan tidak memihak, tidak sewenang-
wenang dalam penyelenggaraanya.
e. Transparan, bahwa segala sesuatu yang dilakukan
dalam proses penyelenggaraan haji dapat
diketahui oleh masyarakat dan jamaah haji.
f. Akuntabel dengan prinsip nirlaba, bahwa
penyelenggaraan ibadah haji dilakukan secara
Haji dan Umrah Tahun 2010-2014, (Jakarta: Ditjen Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, 2010), h. 41-42
35
terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara
etik dan hukum dengan prinsip tidak mencari
keuntungan.
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas penyuluhan, bimbingan
dan pemahaman manasik haji.
b. Meningkatkan profesionalisme dan dedikasi
petugas haji.
c. Memberdayakan masyarakat dalam
penyelenggaraan ibadah haji melalui pembinaan
haji khusus, umrah dan kelompok bimbingan
ibadah.
d. Meningkatkan pelayanan pendaftaran, dokumen,
akomodasi, transportasi dan katering sesuai
standar pelayanan minimal penyelenggaraan haji.
e. Memberikan perlindungan kepada jamaah
sehingga diperoleh rasa aman, keadilan dan
kepastian melaksanakan ibadah haji.
f. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dana
haji serta pengembangan sistem informasi haji.
g. Meningkatkan kualitas dukungan manajemen dan
dukungan teknis lainnya dalam penyelenggaraan
ibadah haji dan umrah.
36
D. Struktur Organisasi Kementrian Agama
Gambar1 Struktur Organisasi38
38
Ilham Sri Lubis, DKK Pedoman dan prosedur penyediaan layanan
akomodasi konsumsi, dan transportasi darat jamaah haji di arab Saudi.
Direktorat penyelenggaraan Haji Luar Negri, Kementrian agama RI ( Jakarta
Barat : 1439H/2018M)
37
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Sistem E-hajj
Sistem E-hajj atau elektronik haji yaitu sistem
elektronik yang di buat oleh kementerian haji Arab Saudi
yang bertujuan untuk mewujudkan peningkatan kualitas
pelayanan yang di berikan kepada Jemaah haji selama
berada di arab Saudi. Selain itu sistem ini juga dilakukan
untuk merealisasikan transparasi paket-paket pelayanan,
yaitu dengan mewajibkan seluruh stakeholder (pemangku
kepentingan) baik pemerintah maupun swasta/ Travel untuk
melakukan transaksi pelayanan melalui sistem elektronik
yang terintegrasi.
Dengan sistem E-hajj ini, penerbitan visa haji akan
tergantung kelengkapan paket pelayanan yang di terimanya
ketika di tanah air yang dengan ini memudahkan pengawas
untuk memonitor apakah paket pelayanan yang di berikan
sesuai, tercatat dalam sistem, sehingga meminimalisir
pelanggaran pihak-pihak tertentu dalam memberikan
pelayanan.
Dalam menindak lanjuti proses ini, kantor urusan haji
(KUH) mengurus beberapa garansi transportasi, garansi
utuk muassasah tawaffah. Selanjutnya data garansi di entry
ke dalam sistem E-hajj dan menunggu persetujuan
muassasah thawafah makkah, muassasah adilla madinah,
38
maktab wukala al Muahhadah, perumahan Jemaah haji di
Makkah, perumahan jamaah haji di Madinah, transportasi
dengan naqabah, dan pelaksanaan ketring (Masyair,
makkah dan madinah).
Pembayaran kontrak-kontrak pelayanan tersebut
dilakukan secara E-payment setelah kementrian agama
menyusun paket pelayanan kepada jamaah haji terkait
akomodasi, konsumsi dan transportasi bahkan visa. Setelah
meng-entry data Jemaah haji dan menyusun seluruh paket
pelayanan yang diberikan kepada mereka, kementrian
agama mengirimkannya kepada kementrian haji arab Saudi
melalui sistem e-hajj. Kementrian haji akan menindak
lanjuti dengan mengirim data-data tersebut kepada
kementrian luar negri untuk kemudian dimintakan
penerbitan visannya.39
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Sistem E-hajj
Tentunya dalam penerpapan sistem elektronik ini ada
beberapa factor pendukung dan penghambat sebuah sistem
tersebut, ada juga kekurangan dan kelebihan dari sistem ini
karna seiring berkembangnya zaman maka teknologi pun
akan ikut berkembang sebab itu tetap saja sistem
mebutuhkan perkembangan dan pembaharuan, pada awal
awal tahun penerapan sistem E-Hajj ini Ada sejumlah
39
Abdul Djamil, Manajemen Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia,
(Direktorat jenderal pelayana haji dan umroh kemenag RI,2016), Cetakan
Pertama.
39
jemaah haji yang tertunda keberangkatannya karena urusan
visa. Jadi, visa mereka masih tertahan di Kedubes Arab
Saudi. Menurut kemenag Lukman Saifuddin hal ini karena
adanya sistem e-Hajj yang diberlakukan serentak pada
tahun 2015. Kemenag Lukman menjelaskan bagaimana
sistem e-Hajj tersebut. Menurut dia dalam penjelasannya di
Kemenag, Senin (24/8/2015), di dalam sistem e-Hajj itu
data setiap jamaah haji itu terhimpun dalam data elektronik.
"Karenanya pengurusan visa berbeda dengan tahun yang
lalu perlu waktu yang lebih panjang entry data," terang
Lukman. "Apalagi Indonesia jumlahnya besar sekali tidak
kurang dari 155.200 orang," tambahnya lagi40
Ada juga Jamaah Kloter 68 JKS di tahun 2018
gelombang II yang kecewa lantaran keberangkatan dari
Makkah ke Madinah harus tertunda, yang sedianya
berangkat Jumat, (7/9/2018), harus tertunda hingga Sabtu,
(8/9) besok. "Kecewa sudah pasti karena sudah siap-siap ke
Madinah, ternyata ditunda besok (Sabtu) tanpa alasan yang
jelas," kata Hendri Pulungan, jamaah asal Kota Bogor, Jawa
Barat, Jumat (7/9/2018).
Rencananya, jamaah Kloter JKS 68 ini sebanyak 410
orang ini akan menempati hotel di Madinah, yakni
Concorde Taibah (366 jamaah) di sektor 2 dan Jiwar Tibah
(44 jamaah) di sektor 5. "Benar ada penundaan, karena
40
https://news.detik.com/berita/2999761/bagaimana-sistem-e-hajj-
untuk-visa-jemaah-haji-ini-penjelasan-singkatnya
40
alasan nama hotel di Madinah belum masuk dalam sistem
E-Hajj. Kedua, ada benturan parkir di Manazi Al Hour 1
antara JKS 68 dan SOC 68. Jadi keberangkatan diundur
besok (Sabtu) pukul 06.00 waktu Arab Saudi," kata Kepala
Bidang Akomodasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
(PPIH) Rudi Nuruddin Ambari.
Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Akomodasi PPIH
Daerah Kerja Madinah Fitsa Baharuddin membenarkan
penundaan JKS 68 ke Madinah. "Pemberangkatan ditunda
karena dalam kontrak E-Hajj tercatat check in di Madinah,
Sabtu (8/9)," kata Fitsa. 41
Staf Teknis Haji II Amin Handoyo Mufid didampingi
Staf Teknis Haji III Suryo Panilih menyambangi Kemenhaj
Arab Saudi di Mekkah hari ini (23/10) pukul 12.30 waktu
setempat. Kunjungan dimaksudkan selain ucapan terima
kasih atas pelayanannya dan juga menyampaikan beberapa
permasalahan yang terjadi pada tahun ini, diantaranya;
keterlambatan kontrak e-hajj sehingga meninggalkan
permasalahan pada akomodasi Jemaah haji Indonesia di
Madinah. Amin juga menyampaikan tentang pasal-pasal
dalam kontrak dalam e-hajj, dan posisi kontrak mabdai
(dengan kontrak yang ada di e-hajj.
Menanggapi hal tersebut, Konsultan e-Hajj
Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, Farid Mandar,
41
https://haji.okezone.com/read/2018/09/07/453/1947724/terkendala-
e-hajj-jamaah-gelombang-ii-makkah-kecewa-batal-ke-madinah. Diakses
tanggal 10 Juli 2019
41
menjelaskan bahwa kontrak e-hajj merupakan kontrak
muwahhad untuk menjamin Jemaah haji dari seluruh dunia,
bukan hanya Indonesia. Farid juga menjelaskan aturan
dalam e-hajj dimaksudkan untuk memudahkan penyediaan
layanan agar terlaksana dengan baik dan terhindar dari
masalah, termasuk ketentuan e-hajj pada akhir
Sya‟ban. Terkait pasal-pasal dalam kontrak, Kementerian
Haji Arab Saudi menerima dengan baik usulan dari misi
haji termasuk misi haji Indoneisa.42
Berikut ada juga beberapa kelebihan dari adanya sistem
E-Hajj, Kepala Daerah Kerja Mekkah Arsyad Hidayat
menilai penerapan sistem e-hajj oleh Pemerintah Arab
Saudi dapat menurunkan jumlah calon haji non-kuota
karena memperketat penerbitan visa kepada calon haji. "E-
hajj sangat memperketat penerbitan visa karena
menyaratkan adanya kepastian kontrak akomodasi,
transportasi, dan katering selama di Saudi," kata Arsyad,
Selasa (23/8/2016) malam waktu Arab Saudi. 43
Staf Teknis Urusan Haji KJRI Jeddah A Dumyathi
Basori mengatakan ada beberapa hal yang masih
dikerjakan terutama karena masalah sistem. Beberapa yang
masih harus dikerjakan adalah mengenai persetujuan
pemilik hotel di Madinah dalam sistem e-hajj yang
terlambat.
42
http://kantorurusanhaji.com/tuh-sambangi-konsultan-e-hajj-
kemenhaj-arab-saudi/. Diakses tanggal 10 Juli 2019. 43
https://nasional.kompas.com/read/2016/08/24/15114081/sistem.e-
hajj.turunkan.jumlah.jemaah.haji.non-kuota. Diakses tanggal 10 Juli 2019.
42
Pemilik hotel beralasan belum memberikan persetujuan
penyewaan dalam sistem e-hajj karena cuti panjang
Ramadhan dan Idul Fitri lalu. Namun KJRI Indonesia terus
mendesak mereka agar segera memberikan persetujuan
tersebut.44
Sebagaimana yang telah diinformasikan bahwa,
pengurusan visa jemaah haji harus dilengkapi dengan
dokumen-dokumen penting seluruh jemaah dalam satu
kelompok terbang (kloter). Jika dari dari satu kloter
terdapat satu orang jemaah yang belum melengkapi
dokumen haji maka visa tidak akan dikeluarkan oleh
otoritas Saudi. Namun pengecekan kelengkapan jemaah
tahun ini dipermudah dengan adanya sistem Electronic Hajj
(e-Hajj) sehingga untuk dapat mengetahui data jemaah,
dapat dilakukan dengan mudah.
Adapun beberapa narasumber yang menyebutkan
bahwa adanya e-hajj ini mempermudah Dalam pengaturan
keberangkatan dan kepulangan jamaah haji. Berdasarkan
keterangan Nizar, pengurusan visa untuk pemberangkatan
jamaah calon haji tahun ini tergolong lebih cepat dibanding
tahun lalu. Karena telah terbantu dengan sistem aplikasi
haji elektronik “e-Hajj” sehingga dengan demikian tidak
perlu memeriksa satu per satu data jamaah. "Dengan adanya
44
http://islamic-center.or.id/persiapan-akomodasi-haji-di-saudi-
hampir-selesai/. Diakses tanggal 10 Juli 2019.
43
sistem "e-hajj" justru lebih cepat dibanding tahun lalu yang
masih dalam tahap penyesuaian sistem itu," kata Nizar.45
Kelebihan selanjutnya yakni dengan adanya sistem E-
Hajj saat ini Calon Jamaah Haji Indonesia Sudah Bisa
Cetak Visa Sendiri Satu lagi kemudahan yang diberikan
pemerintah kepada para calon jamaah haji (CJH). Mulai
tahun ini, para jamaah bisa memeriksa sendiri apakah visa
haji mereka sudah terbit atau belum.
Kepala Seksi Pemvisaaan Subdit Dokumen dan
Perlengkapan Haji Kementerian Agama (Kemenag) Ahmad
Jauhari menerangkan, jamaah yang ingin mengetahui status
visanya bisa masuk ke website milik kementerian luar
negeri. Situs tersebut memiliki beberapa fitur terkait
pembuatan visa. ‟‟Pilih kolom nomor paspor, isi, lalu ketik
nama depan jamaah sesuai yang tertera dalam paspor,‟‟
terang Jauhari di Kantor Kemenag, Jakarta. Jika nomor
paspor dan nama depan benar, akan muncul beberapa
kolom yang harus diisi oleh jamaah haji. Setelah semua
kolom diisi, secara otomatis akan muncul visa yang siap di-
print.‟‟ Mau diprint 10 atau 50 lembar boleh, semuanya asli
dan resmi,‟‟ jelasnya.
fasilitas tersebut hanya bisa diakses oleh jamaah yang
proses pembuatan visanya sudah di-approve. Saat ini,
kemenag sedang mengebut penyelesaian visa. Menurut
45
https://www.gomuslim.co.id/read/news/2016/08/10/1123/penerapan
-e-hajj-bantu-percepat-pengurusan-visa-haji-tahun-ini.html. Diakses tanggal 10
Juli 2019.
44
bapak Jauhari, dalam kondisi normal, Kemenag bisa
memproses 10 ribu sampai 15 ribu pengajuan visa perhari.
‟‟Tapi kan ada step by step, ada tahapan-tahapannya,‟‟
katanya. Apalagi, pengiriman berkas persyaratan visa dari
daerah tidak bisa dilakukan sekaligus. „‟Itu terkait dengan
jadwal pelunasan biaya haji, pembentukan kloter, dan
beberapa hal lain yang butuh waktu. Kalau berkas lengkap
dan dikirim ke kami, tentu penyelesaiannya akan kami
kebut,‟‟ bebernya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, ada dua masalah penting
yang sering terjadi dalam pembuatan visa. Pertama, nama
jamaah yang tercantum di setoran awal tidak sama dengan
paspor. Untuk kasus seperti ini, kemenag provinsi atau
kota/kabupaten harus melakukan verifikasi ulang. Caranya
dengan memanggil jamaah yang bersangkutan bersama
sejumlah saksi. Tujuannya untuk memastikan bahwa nama
tersebut benar-benar orang yang sama. Jika proses
verifikasi beres, kemenag di daerah harus mengirim surat
keterangan ke kemenag pusat. Isinya tentang pernyataan
bahwa jamaah tersebut benar-benar sesuai dengan data
kemenag. Surat keterangan itulah yang akan menjadi dasar
untuk proses pembuatan visa selanjutnya. ‟‟Nanti nama
yang kami jadikan acuan adalah nama yang tercantum di
paspor,‟‟ jelasnya.
Problem kedua, lanjut Jauhari, jamaah yang memiliki
paspor terbitan lama. Biasanya, sistem scan dalam aplikasi
e-Hajj tidak bisa membaca kode-kode yang tercantum di
45
paspor lama. Padahal, petugas kemenag di Jakarta tidak
memiliki fasilitas untuk melakukan input data secara
manual. Jika hal itu terjadi, petugas kemenag terpaksa
menghubungi operator aplikasi e-Hajj di Jeddah.‟‟Kami
akan meminta agar mereka membuka fasilitas input data
secara manual,‟‟ jelasnya.
46
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penerapan Sistem E-hajj dalam Proses
Pemvisaan
Berdasarkan temuan di lapangan melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi yang penulis dapatkan,
kemudian yang dijadikan bahan rujukan utama dalam
pemaparan dalam bab ini adalah dari buku panduan
penyelesaian paspor jemaah haji dan pemvisaan.
Sistem E-hajj adalah sistem elektronik yang berisi
tentang prosedur dan memantau setiap pergerakan jemaah
haji dari berbagai negara baik saat kedatangan maupun saat
keberangkatan jemaah haji, termasuk di dalamnya
memantau pelayanan yang diberikan kepada jemaah haji
selama berada di Arab Saudi. Hal ini dilakukan dengan
melibatkan semua pihak berwenang yang terkait dengan
pelayanan haji, sehingga setiap pelayanan dan pergerakan
jemaah haji dilakukan melalui sistem elektronik yang
terintegrasi.46
Proses persiapan penyelenggaraan ibadah haji sejak
tahun 2015 sampai musim haji tahun ini menjadikan sistem
e-hajj ini menjadi syarat dari serangkaian proses persiapan
yang harus dilakukan pemerintah agar calon jemaah haji
dapat memperoleh visa haji.
46 Dokumen tentang sistem e-hajj yang diperoleh dari Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
47
Kontrak layanan yang diunggah ke e-hajj akan menjadi
bahan untuk proses pemaketan layanan dalam rangka
pemrosesan penerbitan visa. Sebagai contoh, agar pihak
Ditjen PHU dapat mengajukan request visa lewat sistem e-
hajj, maka jemaah A harus sudah ada nama hotel di
Makkah dan Madinah, transportasi antarkota dan pelayaan
masyair.
Agar proses pemaketan bisa segera dilaksanakan, misi
haji harus melakukan proses pengadaan layanan-layanan di
Saudi lebih awal. Penyusunan dan pembentukan kloter
harus dilakukan lebih awal, agar proses pada tiap tahapan
efektif, perlu sinergitas, komunikasi, koordinasi dari semua
pelaku kepentingan, baik di dalam negeri maupun dengan
pihak yang ada di Arab.
Proses yang dilakukan Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah terkait sistem e-hajj dan
pemvisaan banyak dilakukan di Subdit Dokumen dan
Perlengkapan Haji Reguler. Di mulai dari penerimaan
paspor calon jemaah haji dari Kanwil masing-masing
provinsi hingga akhirnya calon jemaah mendapatkan visa.
Pengiriman paspor jemaah haji reguler ke Kedutaan
Besar Arab Saudi (KBAS) dilakukan dengan sistem awal
bil awal, yaitu sesuai urutan pengiriman paspor dari
Provinsi dan dikelompokkan per koper berdasarkan urutan
keberangkatan kloter.
Sebelum paspor dikirim ke KBAS, Tim Penyelesaian
Paspor Jemaah Haji pada Subdit Dokumen dan
48
Perlengkapan Haji melalui bagiannya masing-masing
melakukan tahapan pekerjaan sebagai berikut:
1. Bidang Sekretariat
a. Pengadministrasian
1) Menerima dan membukukan surat tugas, surat
perjalanan dinas dan surat pengantar
permoonan proses pemvisaan paspor Jemaah
haji dari petugas Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi dan petugas Pusat.
2) Menerima dan membukukan paspor Jemaah
haji regular disertai bukti setoran lunas BPIH
(lembar kelima), daftar nominatif dan
pramanifest kloter dari petugas Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
3) Menerima dan membukukan paspor Jemaah
haji khusus disertai bukti setoran lunas BPIH
(lembar kelima), daftar nominatif dari Subdit
Pendaftaran Haji dan print out grouping data
Jemaah haji khusus pada aplikasi request visa
haji (e-hajj).
4) Menerima dan membukukan paspor petugas
haji disertai surat pengantar permohonan
proses pemvisaan paspor, lembar tanda bukti
sebagai Petugas Haji dan daftar nominatif dari
Subdit Pembinaan Petugas Haji.
49
5) Menerima bukti Approval Request Visa dari
PIHK sebelum pengiriman paspor ke
Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta.
6) Membuat surat pengantar permohonan visa
haji yang ditujukan kepada Duta Besar Arab
Saudi.
7) Membukukan, mengembalikan dan menerima
kembali paspor yang bermasalah.
8) Membuat tanda terima dan menyerahkan
paspor yang telah selesai divisa.
9) Mengadministrasikan peminjaman paspor
sebelum divisa maupun setelah divisa.
10) Mengadministrasikan paspor batal ganti dan
batal visa.
11) Membuat laporan harian kepada Direktur
Pelayanan Haji Dalam Negeri.47
b. Penghitungan Paspor dan Penomoran Nominatif
Pusat
1) Menerima dan menghitung paspor yang
diserahkan petugas Kanwil Kementerian
Agama Provinsi dan petugas Pusat.
2) Menggabungkan paspor lama dan paspor baru
jika terpisah.
47 Subdit Dokumen dan Perlengkapan Haji Direktorat Pelayanan Haji
Dalam Negeri, Buku Panduan Penyelesaian Paspor Jemaah Haji dan
Pemvisaan Tahun 1438/2017M
50
3) Mencatat jumlah paspor yang telah dihitung.
4) Menempelkan nomor nominatif pusat pada
cover/sampul belakang paspor.
5) Mencatat dan membukukan nomor nominatif
pusat.
6) Menyerahkan paspor ke Bidang Pemaduan
Data.
7) Mencatat, membukukan dan melaporkan hasil
kerja harian kepada coordinator.
2. Bidang Pemaduan Data
a. Verifikasi Dokumen Data Jemaah Haji
1) Meneliti lembar bukti setoran lunas BPIH
yang dilampirkan pada paspor Jemaah haji
reguler disesuaikan dengan daftar nominative
provinsi.
2) Meneliti lembar bukti setoran lunas BPIH
yang dilampirkan pada paspor Jemaah haji
khusus disesuaikan dengan daftar nominative
dari Subdit Pendaftaran Haji.
3) Meneliti lembar tanda bukti sebagai petugas
haji yang dilampirkan pada pasporpetugas haji
disesuaikan dengan daftar nominatif dari
Subdit Pembinaan Petugas Haji.
4) Mengecek masa berlaku paspor dan jumlah
halaman paspor sebanyak 48 halaman.
51
5) Mencocokan foto yang tertera pada halaman
ID paspor Jemaah haji dengan pasfoto yang
ditempel pada lembar bukti setoran lunas dan
setoran awal BPIH serta pada halaman depan
sampul/cover paspor.
6) Mencocokkan data yang tertera pada halaman
ID paspor Jemaah haji, khususnya nama yang
terdiri dari tiga kata, jenis kelamin dan
tempat/tanggal lahir dengan data yang tertera
pada lembar bukti setoran lunas dan setoran
awal BPIH.
7) Mencocokkan foto yang tertera pada halaman
ID paspor petugas haji dengan pasfoto yang
ditempel pada lembar tanda bukti sebagai
petugas haji dan pada halaman depan
sampul/cover paspor.
8) Mencocokkan data yang tertera pada halaman
ID paspor petugas haji, khususnya nama yang
terdiri dari tiga kata, jenis kelamin dan
tempat/tanggal lahir dengan data yang tertera
pada lembar tanda bukti sebagai petugas haji.
9) Melakukan scanning lembar bukti setoran
lunas BPIH dan lembar tanda bukti sebagai
petugas haji secara full page apabila foto dan
data telah cocok.
10) Melakukan scanning pasfoto pada halaman
depan sampul/cover paspor.
52
b. Scanning Machine Readable Travel Documents
(MRTD)
1) Melakukan scanning Machine Readable Zone
(MRZ) pada halaman ID paspor dengan
MRTD.
2) Memastikan bahwa nomor paspor yang tertera
pada kanan atas halaman ID sudah sesuai
dengan nomor paspor yang tertera pada MRZ.
c. Input Nominatif
1) Menginput penomoran nominatif pusat ke
dalam sistem sesuai stiker nomor nominatif.
2) Mengurutkan paspor berdasarkan nomor
nominatif dari nomor nominatif terkecil
hingga terbesar.
3) Mencetak stiker barcode nominatif.
4) Menyerahkan stiker barcode nominatif ke
petugas Bidang Penempelan Stiker.
5) Mencatat dan melaporkan hasil pemaduan
data kepada koordinator.
3. Bidang Penempelan Stiker Barcode Nominatif dan
Penataan Kelengkapan Dokumen Paspor
a. Menerima stiker barcode nominatif dari Bidang
Pemaduan Data.
53
b. Menccokkan foto, nama dan nomor paspor pada
stiker barcode nominatif dengan foto, nama dan
nomor paspor pada halaman ID paspor.
c. Menempel stiker barcode nominatif pada
cover/sampul belakang paspor sebelah kiri atas
apabila foto, nama dan nomor paspor telah cocok.
d. Menyusun kembali paspor yang telah ditempel
stiker barcode nominatif pada kopernya masing-
masing sesuai nomor koper.
e. Menghitung dan mengelompokkan lembar buktis
setoran lunas BPIH dan lembar bukti sebagai
petugas haji per provinsi/PIHK/petugas haji.
f. Menyusun berkas dalam lemari dengan memberi
catatan/daftar urutan per provinsi/haji
khusus/petugas haji.
g. Mencatat dan melaporkan hasilkerja harian kepada
koordinator.
4. Bidang Request Visa
a. Mengentri data dan mengupload foto Jemaah haji
reguler/petugas haji pada aplikasi request visa ke
halaman portal e-hajj melalui website Kementerian
Haji dan Umrah Arab Saudi untuk melakukan
request visa haji.
b. Melakukan grouping data Jemaah haji reguler
berdasarkan pramanifest kloter pada portal e-hajj.
54
c. Melakukan grouping data petugas haji sesuai
urutan kedatangan paspor pada portal e-hajj.
d. Berkoordinasi dengan KUH Jeddah terkait
pengisian paket pelayanan Jemaah haji.
e. Memonitor status proses request visa apakah sudah
approved atau belum.
f. Memberitahukan Bidang Penghubung KBAS jika
status telah meningkat menjadi “sent to Mofa”
untuk paspor yang akan dikirim ke KBAS.
g. Mencetak manifest penyerahan paspor yang telah
divisa.
h. Mencatat dan melaporkan hasil kerja harian
kepada koordinator.
5. Bidang penghubung KBAS
a. Memonitor jumlah koper paspor yang telah selesai
diproses dan telah memiliki status “sent to Mofa”
untuk dikirimkan ke KBAS.
b. Melaporkan jumlah koper paspor yang siap
dikirim ke KBAS kepada Bidang Sekretariat untuk
dibuatkan surat pengantar pemvisaan.
c. Menghitung ulang jumlah paspor dalam koper
yang siap dikirim ke KBAS dan crosscheck isi
surat pengantar dengan umlah koper paspor dalam
kendaraan yang akan membawanya ke KBAS.
d. Mengantar dan menyerahkan paspor yang akan
divisa ke KBAS.
55
e. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Tim
Pemvisaan yang berada di KBAS.
f. Membuat dan menghimpun tanda terima
penyerahan dan pengambilan paspor yang telah
divisa.
g. Memonitor proses pemberian visa di KBAS dan
mengatur agar pengerjaannya awal bil awal.
h. Mengantar dan menyerahkan paspor yang akan
dibatalkan visanya ke KBAS dilengkapi dengan
tanda terima.
i. Membantu Tim Pemvisaan dalam mencocokkan
data lembar visa dengan paspor dan melakukan
penghitungan ulang paspor yang telah divisa.
j. Menyerahkan paspor yang telah selesai divisa ke
Bidang Konfirmasi Visa.
k. Mencatat dan membukukan hasil kerja harian.
l. Koordinator melaporkan hasil pekerjaan ke Bidang
Sekretariat.
6. Bidang konfirmasi visa
a. Mencocokkan foto dan data yang tertera pada
lembar visa dengan foto dan data yang tertera pada
halaman ID paspor Jemaah/petugas haji.
b. Melakukan konfirmasi ke dalam aplikasi
penyelesaian paspor dengan menggunakan
barcode reader.
56
c. Menyimpan nomor visa ke dalam server Subdit
Dokumen dan Perlengkapan Haji.
d. Melakukan download dan pencetakan visa haji
melalui link Kementerian Luar Negeri Arab Saudi:
(https://visa.mofa.gov.sa/VisaServices/SearchVisa.
e. Mencatat dan membukukan hasil kerja harian.
f. Kordinator melaporkan hasil konfirmasi visa ke
Bidang Sekretariat.
7. Pemvisaan pada KBAS
a. Melakukan koordinasi dengan staf KBAS untuk
mendahulukan pengerjaan pemvisaan sesuai
dengan urutan kedatangan paspor.
b. Melakukan scanning Machine Readable Zone
(MRZ) pada halaman ID paspor dengan Machine
Readable Travel Document (MRTD) dengan
instruksi staf KBAS.
c. Melakukan verifikasi dan validasi data
Jemaah/petugas haji pada aplikasi penerbitan visa
haji.
d. Melakukan konfirmasi visa apabla data yang
diverifikasi telah sesuai dan valid.
e. Mencetak dan memasukkan visa ke dalam paspor
sesuai dengan pemiliknya.
f. Mengecek kesesuaian foto dan data pada lembar
visa dengan foto dan data pada halaman ID paspor.
57
g. Memilah dan menyusun paspor yang telah
mendapat visa per provinsi/PIHK/Petugas Haji.
h. Menghitung jumlah paspor setelah selesai proses
pemvisaan sesuai dengan jumlah pengiriman per
koper.
i. Melakukan pembatalan visa paspor
Jemaah/petugas haji yang batal berangkat.
j. Mengadministrasikan pembatalan visa paspor
Jemaah/petugas haji yang batal berangkat.
B. Analisis Evaluasi Penerapan Sistem E-Hajj dalam
Proses Pemvisaan
Berdasarkan penelitian dan pengamatan di Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian
Agama RI mengenai evaluasi penerapan sistem e-hajj.
Evaluasi yang digunakan menggunakan model evaluasi,
model evaluasinya ialah Input, output, dan proses. Dalam
hal ini penulis lebih menekankan pada evaluasi proses.
Dalam setiap kegiatan baik itu berskala besar maupun
berskala kecil ada beberapa aspek yang perlu untuk
dilakukan agar kegiatan itu terlaksana dengan hasil yang
memuaskan, tak terkecuali dalam proses penyelenggaraan
ibadah haji oleh pemerintah Indonesia, dalam hal ini
dipertanggungjawabkan oleh Direktorat Jenderal Haji dan
Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama Republik
Indonesia (Kemenag RI).
58
Beberapa aspek tersebut tak lain adalah dalam hal
terkait perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan
(controling) dan evaluasi dari keseluruhan proses
pelaksanaan kegiatan tersebut. Perencanaan adalah proses
penyusunan rencana strategis untuk sebuah kegiatan guna
mencapai tujuan bersama. Pengorganisasian adalah proses
penyusunan struktur kerja sesuai dengan kemampuan setiap
pelaku kerja. Pelaksanaan adalah aplikasi dari peroses
perencanaan dan pengorganisasian sebagai langkah konkrit
mencapai tujuan bersama. Pengawasan adalah proses
pemantauan kerja dalam melaksanakan ketiga aspek
sebelumnya untuk menghasilkan sebuah rangkuman akhir
kegiatan untuk nantinya dapat di evaluasi bersama.
Secara umum, indikator dalam melakukan evaluasi
dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk
menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari hal
yang menjadi pokok perhatian. Indikator dapat menyangkut
sesuatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, dan proses
usaha peningkatan kualitas. Indikator dapat berupa angka,
atribut atau pendapat yang dapat menunjukkan suatu
keadaan.48
48 Edi suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan
Masyarakat. Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja
Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet.1. h.126.
59
Terkait dengan kriteria keberhasilan yang digunakan
suatu proses evaluasi, Feurstein dalam Isbandi Rukminto49
mengajukan beberapa indikator yang perlu
dipertimbangkan, diantaranya; indikator ketersediaan,
indikator keterjangkauan, indikator efisiensi, indikator
relevansi, indikator pemanfaatan, indikator cakupan,
indikator kualitas, indikator upaya, dan indikator dampak.
Dalam mengevaluasi kegiatan penerapan sistem e-hajj
dalam penyelenggaraan ibadah haji pada Ditjen PHU,
penulis menggunakan tiga indikator evaluasi yaitu indikator
ketersediaan, indikator relevansi, dan indikator kualitas.
Dalam aspek ini penulis akan memaparkan hasil temuan
penelitian dan menganalisis sesuai dengan teori diatas.
1. Indikator ketersediaan
Indikator ini menunjukkan apakah unsur yang
seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada.
Maka, pada aspek indikator ketersediaan ini penulis akan
membahas staf pegawai dan lamanya kegiatan. Selain itu
penulis juga akan membahas mengenai sarana dan
prasarana dalam menunjang kelancaran kegiatan.
a. Staf pegawai
Dalam proses penerapan sistem e-hajj pada subdit
dokumen dan perlengkapan haji terdapat staf pegawai
yang dibantu oleh tenaga honorer yang memang khusus
49 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan
Masyarakat sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Edisi Revisi 2012,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), Cet.1. h.186.
60
ada dan dibutuhkan setiap tahunnya dalam
penyelenggaraan ibadah haji di Kementerian Agama.
Lamanya kegiatatan, dimulainya kegiatan yakni
dimulai pada bulan Januari ketika paspor mulai tiba
dari tiap-tiap provinsi sampai bulan September ketika
proses ibadah haji sudah selesai.
b. Sarana dan prasarana
Mengenai sarana dan prasarana yang disediakan
sudah sangat membantu dalam kelancarana setiap
proses kegiatan, diantaranya komputer, alat scan, dan
alat scan paspor yang bernama MRTD (Machine
Readable Travel Documents). Hanya saja untuk
prasarana ruang kerja kurang memadai dengan adanya
tambahan tenaga honorer yang banyak, belum lagi
ditambah ketika koper-koper paspor berdatangan dari
setiap Kanwil Provinsi.
Maka jika dilihat dari indikator ketersediaan,
sarana dan prasarana yang disediakan oleh Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah cukup
memenuhi. Karena prasarana dirasa kurang memadai
dilihat dari pegawai yang mengerjakan tugasnya diluar
ruangan yang sudah disediakan.
2. Indikator relevansi
Adapun yang akan di bahas dalam indikator ini adalah
mengenai teknologi yang digunakan apakah menunjang
proses pelaksanaan kegiatan.
61
Teknologi yang digunakan pada Subdit Dokumen dan
Perlengkapan Haji Reguler diantaranya adanya dukungan
dari sistem pemerintahan yakni siskohat (sistem informasi
komputerisasi haji terpadu) dalam memudahkan pemaduan
data dari data calon jemaah ketika awal mendaftar haji
dengan data terbaru. Kemudian ada juga alat yang
dinamakan Machine Readable Travel Document (MRTD)
guna memudahkan untuk scanning pada halaman ID
paspor. Jika dilihat dari indikator relevansi maka sudah
memenuhi karena teknologi yang digunakan sudah sesuai
dengan kebutuhan.
3. Indikator Kualitas
Indikator ini menunjukkan standar kualitas dari kinerja
pelayanan. Dalam pelaksanaannya, para pegawai dan
tenaga honorer melakukan tugasnya sesuai standar aturan
yang sudah di tetapkan yang terdapat dalam buku panduan
penyelesaian paspor jemaah haji dan pemvisaan. Hingga
pada saat pemberangkatan gelombang haji yang pertama,
proses pemvisaan calon jemaah haji sudah berhasil
dilakukan dengan baik dan lancar.
C. Analisis Hambatan Penerapan Sistem E-Hajj dalam
Proses Pemvisaan
Dalam penyelenggaraan sebuah kegiatan ada saja hal
yang menjadi hambatan keberlangsungan kegiatan tersebut,
diantaranya;
62
1. Koordinasi
Dalam penyelenggaraan ibadah haji, Kementerian
Agama dalam hal ini bagian subdit dokumen dalam
penyelesaian dokumen dan pemvisaan melakukan beberapa
koordinasi diantaranya; dengan Kanwil provinsi sebagai
pihak yang mengirimkan paspor jemaah untuk dilakukan
pemvisaan di kemenag pusat. Dalam tahap ini mereka dari
pihak provinsi mengirimkan paspor secara bertahap tidak
sekaligus, bahkan ada kalanya pihak pusat yang mendorong
mereka untuk segera mengirimkan dokumen. Jadi solusinya
adalah dengan membangun komunikasi yang baik, saling
mengingatkan untuk kelancaran proses.50
2. Jaringan
Dalam kelancaran sebuah sistem, jaringan merupakan
suatu hal yang sangat penting. Terjadinya gangguan
jaringan saat melakukan proses input data menjadi
hambatan yang sering dijumpai dengan waktu yang tidak
menentu kapan kembali normal. Kemenag pun tidak bisa
menyalahkan siapa-siapa akan hal ini. Tetapi selebihnya
proses kegiatan berjalan dengan lancar.
50 Wawancara dengan Khairun Naim,Lc.,M.E.I sebagai Kasi
Pemvisaan pada Subdit Dokumen dan Perlengkapan Haji Reguler Ditjen PHU
Kemenag RI. Tanggal 17-01-2019
63
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai
evaluasi proses penerapan sistem e-hajj dalam
penyelenggaraan ibadah haji pada Ditjen PHU Kemenag RI
melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi maka
penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam proses penerapan sistem e-hajj pada Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementerian Agama Republik Indonesia khususnya di
bagian Subdit Dokumen dan Perlengkapan Haji
Reguler berjalan dengan baik berkat kerja keras seluruh
pegawai terkait dan tenaga honorer. Tenaga honorer
yang sebelumnya telah mendapat pelatihan dapat
mengaplikasikan dengan baik pada tugasnya masing-
masing.
2. Hasil evaluasi berdasarkan indikator evaluasi yang
penulis gunakan dapat disimpulkan bahwa dalam
indikator ketersediaan terdapat staf pegawai beserta
tenaga honorer, serta sarana dan prasarana. Dari segi
tenaga honorer sangatlah dibutuhkan, melihat bahwa
kegiatan ini butuh banyak tenaga dalam pengerjaannya
karena melayani ratusan ribu calon jemaah. Mengenai
64
sarana sudah baik hanya saja prasarana terkait ruang
kerja yang kurang mendukung. Dilihat dari segi
teknologi yang dapat mendukung kelancaran dalam
proses pemvisaan dirasa sudah cukup baik dengan
adanya dukungan dari Siskohat yang dimiliki
pemerintah terkait haji yang dapat menyediakan info
data jemaah yang akan berangkat, juga ada dukungan
dengan adanya Machine Readable Travel Documents
(MRTD) yang digunakan untuk membaca paspor
jemaah secara cepat dan data bisa langsung masuk ke
sistem.
3. Penerapan sistem e-hajj dalam proses pemvisaan pada
Subdit Dokumen Kementerian Agama menemui
kendala dalam pelaksanaannya, yaitu perihal masalah
jaringan yang terkadang terjadi down yang
mengakibatkan terhambatnya proses penginputan data
jemaah ke sistem. Kemudian juga koordinasi dengan
pihak terkait, dalam hal ini dengan pihak Kanwil dari
tiap-tiap daerah yang terkadang lama dalam
mengirimkan paspor jemaah ke Kemenag Pusat untuk
proses pemvisaan nantinya. Maka dari itu, ada usaha
dari pihak pusat menjalin komunikasi dengan Kanwil
dari masing-masing daerah untuk segera mengirimkan
paspor jemaah agar segera bisa diajukan untuk
mendapat visa haji.
65
B. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian pada Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian
Agama RI, ada beberapa saran yang kiranya dapat
memberikan manfaat mengenai penerapan sistem e-hajj.
1. Tetap pertahankan kualitas kinerja, baik dari staf subdit
dokumen kemenag maupun pegawai honorer yang
memang dimaksudkan untuk membantu pengurusan
dokumen calon jemaah pada saat musim haji.
2. Diperlukan prasarana yang lebih baik lagi, seperti
ruangan pada sebagian bidang dirasa kurang memadai
karena ada sebagian yang mengerjakan pekerjaannya
diluar ruangan yang sudah disediakan.
66
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. (2001), Pemberdayaan, Pengembangan,
Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: FEUI.
Anshar, Zakaria. (2008). Profile Direktorat Jenderal
Penyelengaraan Haji dan Umrah. Jakarta: Direktorat
Penyelengaraan Haji dan Umrah.
Chulsum, Umi dan Windy Novia. (2006). Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko. Cet. Ke-1.
Departemen Agama RI, (2003). Hikmah Ibadah Haji. Jakarta:
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji. Departemen Agama RI. (2012)
Fiqh Haji. Jakarta: Direktorat Jendral Penyelenggaraan
Haji.
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementrian
Agama RI.(2012). Haji dari Masa ke Masa. Jakarta:
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Djamil, abdul. (2016) manajemen penyelenggaraan ibadah haji
Indonesia. Direktorat jenderal pelayanan haji dan umroh
Kemenag RI. Cetakan Pertama.
Fadli, Ahmad HS. (2008). Organisasi dan Administrasi. Jakarta:
Manhalun Nasyi-in Press. Cet. IV.
Hunger and Wheelen. (1997). Essential of Strategic Management.
Tampa, Florida, Addison Wesley Longman Inc.
67
Kementerian Agama Republik Indonesia, Ditjen Penyelenggaraan
Haji dan Umrah. (2010) Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2010-
2014, (Jakarta: Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Kementerian Agama RI Sekretariat Jenderal Biro Organisasi dan
Tata Laksana Tahun 2016, (2016). Peraturan Menteri
Agama Nomor42 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agama Republik Indonesia.
Jakarta.
Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah. (2010). Desain Program. Jakarta.
Kumorotomo,Wahyudi dan subondo Agus M. (2011) Sistem
Informasi Manajemen. UGM Press.
Lubis, Sri Ilham, DKK. (2018). Pedoman dan prosedur
penyediaan layanan akomodasi konsumsi, dan
transportasi darat jamaah haji di arab Saudi. Direktorat
penyelenggaraan Haji Luar Negri, Kementrian agama RI.
Jakarta Barat.
Moleong, Lexy J. (2009) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Nurdin, Syafruddin dan M. Basyiruddin Usman. (2002). Guru
Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat
Press.
Solichin, Abdul Wahab. (2008). Pengantar Analisis Kebijakan
Publik. Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Sugiono. (2017) metode penelitian kualitatif, kuantitafi, dan
R&D, .Bandung: Alfabeta.
68
Sutabri ,Tata. (2005). Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta:
ANDI, Edisi 1.
Tayibnapis, Farida Yusuf. (2008). Evaluasi Program dan
Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Thaha, M. Chabib. (1996). Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Raja Garafindo Persada.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. (2006). Metodologi
Social. Jakarta: Bumu Aksara.
69
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian Skripsi
70
2. Surat Bimbingan Skripsi
71
3. Surat Keterangan Penelitian
72
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Khairun Naim,Lc.,M.E.I
Jabatan : Kasi Pemvisaan pada Subdit Dokumen dan
Perlengkapan Haji Direktorat
Pelayanan Haji Dalam Negeri.
Waktu wawancara : tanggal 17 Januari 2019. Jam 10.00 - selesai
1. T : Apa yang dimaksud dengan sistem e-hajj?
J : sistem e-hajj merupakan sebuah portal haji yang dimiliki
oleh pemerintahan Arab Saudi.
2. T : Bagaimana proses awal tentang sistem e-hajj yang berkaitan
dengan proses persiapan penyelenggaraan ibadah haji?
J : proses yang paling banyak berkaitan dengan sistem e-hajj
memang ada di subdit dokumen dan perlengkapan haji reguler
dalam hal ini berkaitan dengan proses pemvisaan, karena
memang syarat untuk bisa request visa adalah selesai mengisi
semua kontrak-kontrak pelayanan pada sistem e-hajj.
3. T : Adakah hambatan dalam proses penyelesaian visa terkait
dengan penerapan sistem e-hajj ini?
J : 1. Koordinasi
2. Jaringan, yang paling sering dialami adalah sistem down.
Contohnya status dari portal kementerian haji untuk request
visa sudah terkirim, tapi di kementerian luar negeri Arab Saudi
statusnya belum diterima.
4. T : Dari serangkaian proses ini untuk sampai keluarnya visa haji
bisa selesai berapa lama
J : sekitar 2 hari, paling lama 3 hari.
73
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Moh. Hasan Afandi, S.Si.,M.Sc
Jabatan : Kasubdit Data dan Sistem Informasi Haji
Terpadu Ditjen PHU Kemenag RI.
Waktu wawancara : Tanggal 30 Mei 2018. Jam 10.00 – selesai
1. T : Bagaimana awal mulanya muncul kebijakan sistem e-hajj?
J : Sistem ini mulai diberlakukan untuk seluruh negara yang
mengirimkan calon jemaah haji pada tahun 2015. Jadi kita
bicara sebelum dan sesudahnya, ada keinginan pemerintah
arab Saudi untuk tahu dan memastikan bahwa semua
Jemaah itu mendapatkan layanan. Itu tujuan utamanya.
Sebagai contoh Saya akan memberikan visa apabila orang
ini sudah/diyakini mendapatkan rumah di arab Saudi, ada
yg menanggung makannya, ada transportasinya. Dengan
kata lain, dari tujuan sistem ini adalah tidak adanya
Jemaah yg diterlantarkan. Jadi kalau saya minta visa ke
sebuah negara, pasti negara itu nggak ingin si pemohon ini
nantinya terlantar. Jadi mereka ingin memastikan bahwa
para Jemaah haji itu sudah diurus, pemondokannya,
kateringnya, maupun transportasinya. Ketika dulu sebelum
ada sistem e-hajj, tidak dapat dipastikan jemaah itu dapat
rumah dan katering dimana itu tidak dapat dipastikan,
maka dari itu dibangunlah sebuah sistem yang bernama
sistem e-hajj.
2. T : Adakah kaitannya sistem e-hajj ini dengan siskohat yang
dimiliki pemerintahan Indonesia?
J : kalau siskohat ini sebagai acuan dalam pemaduan data
paspor jemaah di subdit dokumen
3. T : Kapan mulai dan penutupan proses pemvisaan pada sistem
e-hajj?
74
J : setelah selesai penyelenggaraan haji tahun sebelumnya sudah
mulai perencanaan untuk penyelenggaraan haji selanjutnya.
Untuk penginputan data ke sistem biasanya harus sudah selesai
tanggal 27 Dzulqa‟dah.
75
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Abdul Hafidz Malawat,S.pd
Jabatan : Staf pelaksana pada Subdit Dokumen dan
Perlengkapan Haji Direktorat
Pelayanan Haji Dalam Negeri.
Waktu wawancara : tanggal 29 Mei 2019. Jam 11.00 - selesai
1. T : Siapa saja yang punya wewenang untuk mengakses data
terkait jemaah pada sistem e-hajj?
J : ada 2 cabang. Pertama, kementerian agama pusat. Kedua,
KUH (Kantor Urusan Agama) Jeddah, itu perwakilan kita yang
ada disana. .
Untuk kita, mempunyai tugas menerima pasport dan merequest
visa, kemudian di grouping pengelompokkan jemaah menjadi
kloter. Kalau untuk bagian pengisian layanan seperti
pemondokan di mekah dan madinah, lalu katering, itu yang
bertugas melakukan penginputan petugas KUH.
2. T : bagaimana proses pengurusan dokumen hingga terbit visa?
J : awalnya setelah semua proses di bagian dokumen ini selesai
lalu dilakukan pengkloteran jemaah bisa 400 atau lebih, berarti
ketemu bahwa rombongan ini akan ditempatkan dimana disana,
transportasi dan kateringnya dimana. Setelah di input oleh
KUH, nanti statusnya berubah. Nanti lihat di sistem disana ada
satus new, sending, sent, printed, cancel. Awalnya saat kita
request, kalau sudah dipaketin semua oleh KUH nanti statusnya
jadi sent, ketika status sudah sent maka artinya paspor siap
dikirimkan ke Kedutaan Arab Saudi untuk mendapat visa.
Setelah itu, kita bisa cek untuk status visa nya apabila sudah
berubah dari sent ke printed, maka artinya visa sudah bisa di
cetak. Barulah setelah semua selesai, paspor dikembalikan ke
provinsi asalnya.
76
3. T : Di subdit dokumen ini ada bagian-bagian apa saja?
J : pertama, ada bidang sekretariat. Kedua, penomoran. Ketiga,
Verifikasi data. Lalu Request. Lalu Penomoran barcode. Lalu
penghubung. Lalu konfirmasi. Dari semua bidang ini ada
tugasnya masing-masing, bisa di lihat detailnya di buku
pedoman penyelesaian paspor dan pemvisaan.
4. T : Untuk masalah waktu dalam memulai proses di bagian
dokumen ini terjadwal atau tidak?
J : untuk kedatangan paspor tidak terjadwal. Ada komunikasi by
phone, nanti satu atau dua hari sebelumnya ada kabar misal dari
jawa timur akan mengirimkan paspor sekian ribu. Tapi dari
pihak kita juga selalu mengingatkan untuk segera mengirimkan
agar cepat bisa di proses.
77
Struktur Organisasi
78
Bersama H.Khairun Naim, Lc., M.E.I sebagai Kasi Pemvisaan
pada Subdirektorat Dokumen dan Perlengkapan Haji Reguler
Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri, Ditjen PHU Kemenag
RI.
Bersama H.Moh.Hasan Afandi, S.Si., M.Sc sebagai Kasubdit
Data dan Sistem Informasi Haji Terpadu, Direktorat Pengelolaan
Dana Haji dan Sistem Informasi Haji, Ditjen PHU Kemenag RI.
79
Bersama Abdul Hafidz Malawat, S.pd sebagai Staf Pelaksana
pada Subdirektorat Dokumen dan Perlengkapan Haji Reguler
Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri, Ditjen PHU Kemenag
RI.
top related