etika profesi advokat indonesia
Post on 21-Jan-2016
226 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Analisis Etika Profesi Advokat
Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester
Oleh:
Kadek Agung Setya Nugraha
105010100111088
Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya
Malang,2013
A. PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara hukum tidak hanya berdasarkan pada kekuasaan belaka,
selain itu juga berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Hal ini berarti Negara
Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala warga negaranya
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib menjunjung tinggi
hukum dan pemerintahan itu tanpa ada kecualinya. Masyarakat perlu sebuah bantuan hukum
untuk mencapai keadilan.
Advokat1 adalah suatu profesi terhormat (officium mobile) dan karena itu mendapat
kepercayaan penuh dari klien yang diwakilinya. Hubungan kepercayaan ini terungkap dari
kalimat “the lawyer as a fiduciary” dan adanya “the duty of fidelity”2 para advokat terhadap
kliennya. Akibat dari hubungan kepercayaan dan kewajiban untuk loyal pada kliennya ini, maka
berlakulah asas tentang kewajiban advokat memegang rahasia jabatan (lihat Pasal 4 alinea 8
KEAI). Kedudukan advokat dalam system hukum Indonesia sangat berpengaruh untuk
penegakan hukum. Salah satu tugas utama dari seorang advokat adalah menjaga agar dirinya
tidak menerima kasus dari klien yang menimbulkan “pertentangan atau konflik kepentingan”
(conflict of interest). Terutama dalam kantor hukum yang mempekerjakan sejumlah besar
advokat, maka sebelum menerima sebuah perkara, nama calon klien dan lawan calon klien serta
uraian singkat kasusnya perlu diedarkan kepada para advokat sekantor.
Pada akhir-akhir pemberitahuan media masa juga berpengaruh terhadap perkembangan
penegakan hukum. Media massa seperti surat kabar sering digunakan sebagai sarana bagi pihak-
pihak yang terlibat suatu perkara hukum. Salah satu tujuan pengumuman ini sebagai publikasi,
agar khalayak ramai tahu. Pemberitahuan atau pengumuman yang dimuat pun biasanya hanya
poin-poin penting. Misalnya, jika mengenai putusan pengadilan, maka yang biasanya dimuat
adalah amar beserta tanggal putusannya. Walau kadang terdapat sentimen, bahwa tindakan
tersebut merupakan upaya si advokat dalam beriklan.
Pendampingan Advokat pada seorang klien dalam sebuah kasus di muka pengadilan dewasa
ini bukanlah hal yang asing lagi bagi dunia hukum. terkhusus dalam hal gugat cerai, dimana
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (KBBI Daring), Tanpa Tahun, Advokat (1) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php2 Supriadi, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 16.
pihak perempuan (isteri) merupakan subyek yang berkepentingan langsung terhadap
problematika rumah tangga. Peran pengacara tentunya memberi dampak yang cukup signifikan
dalam lingkup pengadilan agama.
Aktivitas dan perilaku advokat dalam mendampingi klien sering dan masih menimbulkan pro
kontra di masyarakat. Terlepas dari rasa tanggung jawabnya, tidak semua pengacara praktek di
Pengadilan Agama memiliki latar belakang pendidikan hukum Islam. Inilah yang memicu
persoalan apakah kredibilitasnya bisa dipertanggungjawabkan, lebih-lebih dalam menangani
kasus gugat cerai dari sebuah keluarga.
Dari paparan singkat ini, kami akan mencoba memaparkan sedikit materi mengenai advokat,
kode etik yang mengatur, contoh pelanggaran, begitupun dengan sanksinya.
B. CONTOH KASUS
Metrotvnews.com, Jakarta: Ketua Dewan Kehormatan Perhimpunan Advokat Indonesia
(Peradi) Leonard P Simorangkir menanggapi berita pengacara Farhat Abbas yang
dituding sebagai calo perkara. Menurutnya, seorang advokat yang menjanjikan klien
dapat menyelesaikan kasus dengan memberikan honorarium merupakan pelanggaran
kode etik advokat kategori berat.
"Saya tidak membicarakan Farhat Abbas secara khusus. Tapi secara umum, bila seorang
advokat menjanjikan sesuatu kepada kliennya atau kontrak dengan sejumlah honorarium
bahwa kasus akan selesai, itu merupakan pelanggaran kode etik advokat kategori berat,"
kata Leonard P Simorangkir saat dihubungi, Kamis (6/6).
Sebelumnya, pengacara terpidana seumur hidup kasus narkoba, Liem Marita alias Aling,
Nancy Yuliana melaporkan Farhat Abbas ke Polda Metro Jaya dengan laporan
bernomor LP/1559/V/2013/Ditreskrimum Polda Metro Jaya tertanggal 11 Mei 2013 atas
dugaan Pasal 378 KUHP dan atau Pasal 372 KUHP tentang penipuan dan atau
penggelapan.
Berdasarkan laporan polisi, Aling dijanjikan mendapatkan keringanan hukuman dari
seumur hidup menjadi penjara selama 15 tahun dengan syarat menyediakan dana Rp3
miliar.
Janji pertama belum terealisasi, Farhat kembali menjanjikan Aling mendapatkan
keringanan hukuman dari 15 tahun menjadi 10 tahun penjara dengan syarat
menyerahkan uang Rp2 miliar. Farhat berjanji akan mengajukan peninjauan kembali
(PK) untuk kedua kali ke Mahkamah Agung.
Aling sempat mentransfer uang ke rekening milik Farhat dan secara tunai melalui
temannya dalam bentuk mata uang dolar Singapura dengan jumlah total mencapai
Rp5,75 miliar.
Hingga kini, Aling tidak mendapatkan keringanan hukuman. Bahkan, pihak Mahkamah
Agung menyatakan pelapor tidak pernah mengajukan peninjauan kembali (PK).
Menurut Leonard, tidak ada PK kedua dalam hukum. "Jika uji materiil dengan
memungut uang sangat besar, maksudnya apa? Dipergunakan untuk apa? Tidak ada
dasar hukum dengan memungut sejumlah uang. Ada sesuatu yang tidak beres," kata
Leonard.
Farhat mengakui ada kontrak tertentu antara dirinya selaku pengacara dengan kliennya,
Aling. Dalam kontrak itu, Farhat tidak diwajibkan mengembalikan uang yang telah
disetorkan Aling apabila tidak berhasil memperjuangkan keringanan hukum3
C. GAMBARAN POSISI KASUS
Dalam contoh kasus diatas mengambarkan bahwa Farhat abas yang berprofesi sebagai
advokat yang menjanjikan dapat menyelesaikan kasus dengan memberikan sejumlah
honorarium kepada sa;ah satu kliennya Aling dijanjikan mendapatkan keringanan hukuman
akan tetapi janji yang telah diberikan farhat abas tidak kunjung mendapatkan kepastian,
farhat sendiri mengakui kepada media bahwa ada kontrak tertentu antara dirinya dengan
klienya dan dalam perjanjian tersebut farhat abas tidak diwajibkan untuk mengembalikan
uang yang telah diberikan klienya kepadanya.
D. PERMASALAHAN
3 Diakses dari http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/06/06/1/159564/Peradi-Farhat-Abbas-Langgar-Kode-Etik-Advokat
Apakah perilaku Advokat yang mengungkapkan permasalah hukum kliennya pada Media
Massa dapat Melanggar peraturan mengenai Kode Etik Advokat Indonesia?
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Etika Profesi Advokat
Jika ditinjau secara etimologis, Istilah Etika menghubungkan penggunaan akal budi
perseorangan dengan tujuan untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku
seseorang terhadap orang lain4. Dalam bahasa Indonesia perkataan etika lazim juga disebut susila
atau kesusilaan yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu ‘su’ (indah) dan ‘sila’ (kelakuan).
Sedangkan profesi,Menurut Budi Santoso5, Profesi memiliki ciri-ciri, yaitu :
a. Suatu bidang yang terorganisir dari jenis intelektual yang terorganisit dari jenis
intelektual yang terus menerus dan berkembang dan diperluas;
b. Suatu teknis intelektual;
c. Penerapan praktis dari teknis intelektual pada urusan praktis;
d. Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi;
e. Beberapa standar dan peryataan tentang etika yang dapat di selenggarakan;
f. Kemampuan memberi kepemimpinan pada profesi sendiri;
g. Asosiasi dari anggota-anggota profesimenjadi suatu kelompok yang akrab dengan
kualitas komunikasi yang tinggi antaranggota;
h. Pengakuan sebagai profesi;
i. Perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab dari
pekerjaan profesi;
j. Hubungan erat dengan profesi lain.
Jadi dengan begitu dapat disimpulkan bahwa Etika profesi adalah suatu norma yang
mengatur bagaimana seharusnya atauseyogyanya pemegang profesi menjalankan dan
4 Budi Santoso, Nilai-Nilai Etis dan Kekuasaan Utopis, Kanisius, Yogyakarta, 1992 hlm. 35 Ibid. hlm. 4
bertanggungjawab atas profesinya, agar tetap berada dalam penilaian baik sesuai penilaian
obyektif dan umum. Dengan demikianetika profesi mengikat bagi pemegang profesi6
2. Kode Etik Advokat
Etika profesi advokat sendiri dituangkan dalam sebuah kode etik advokat. Kode etik ini harus
dipatuhi oleh advokat dengan mengacu pada Kewajiban Tunduk Terhadap Kode Etik (Pasal 26
(2)). Advokat merupakan profesi yang dalam menjalankan profesinya berada di bawah
perlindungan hukum, Undang-undang dan kode etik, memiliki kebebasan yang didasarkan
kepada kehormatan dan kepribadian Advokat yang berpegang teguh kepada kemandirian,
kejujuran, kerahasiaan, dan keterbukaan.7
Mengenai pedoman advokat, dari ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf a. Kode
Etik Advokat Indonesia dapat disimpulkan bahwa seorang advokat, dalam menjalankan
profesinya, harus selalu berpedoman kepada:
1. Kejujuran profesional (professional honesty) sebagaimana terungkap dalam Pasal 3 huruf
a. Kode Etik Advokat Indonesia dalam kata-kata “Oleh karena tidak sesuai dengan
keahilannya”, dan
2. Suara hati nurani (dictate of conscience). Keharusan bagi setiap advokat untuk selalu
berpihak kepada yang benar dan adil dengan berpedoman kepada suara hati nuraninya
berarti bahwa bagi advokat Indonesia tidak ada pilihan kecuali menolak setiap perilaku
yang berdasarkan “he who pays the piper calls the tune” karena pada hakikatnya
perilaku tersebut adalah pelacuran profesi advokat.8
Keperluan bagi advokat untuk selalu bebas mengikuti suara hati nuraninya adalah karena di
dalam lubuk hati nuraninya, manusia menemukan suatu satu hukum yang harus ia taati. Suara
hati nurani senantiasa mengajak manusia untuk melakukan yang baik dan mengelakkan yang
jahat. Hati nurani adalah inti yang paling rahasia dan sakral dari manusia. Di sana ia berada
sendirian dengan Tuhan, suara siapa bergema dalam lubuk hatinya. Makin berperan hati nurani
6 Dr. Sadjijono, Etika Profesi Hukum, Laksbang Mediatama, Jakarta, 2008, hlm. 107 Sidharta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir, PT Refika Aditama, Bandung, 2006, hlm. 238 Sumaryono, Etika Profesi Hukum & Norma-Norma Bagi Penegak Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 1995, Hlm. 35
yang benar, maka makin banyak advokat akan meninggalkan sikap dan perilaku sesuka hati dan
berusaha dibimbing oleh kaidah-kaidah moral yang objektif.
Dalam proses penegakan hukum ini, Advokat baik di bidang legislatif, eksekutif, dan
yudikatif, maupun di bidang pemberian jasa hukum harus berperan secara positif-konstruktif 9untuk ikut menegakkan hukum yang berkeadilan. Setiap advokat, di dalam menjalankan
profesinya sebagai profesi yang dinamik dan terhormat (officium nobile) haruslah memegang
teguh dan mengamalkan Pancasila sebagai dasar Negara dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia dan melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa hukum akan bertindak
jujur, adil, dan bertanggungjawab berdasarkan hukum dan keadilan (Pasal 4 ayat (2) UUNo. 18
Tahun 2003 Tentang Advokat).
F. ANALISIS
Dalam menganalisis permasalahan contoh kasus diatas penulis akan menganalisis
berdasarkan peraturan perundang undangan mengenai kode etik advokat yaitu berdasarkan
Undang-undang No 8 tahun 2003 tentang Advokat dan pengaturan mengenai Kode Etik Advokat
Indonesia yang menjadi acuan pengelanggaran kode etik Advokat.
1. Berdasarkan Undang-undang No 8 tahun 2003 tentang Advokat
Dalam pasal 26 angka 110 menyebutkan “Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi
Advokat, disusun kode etik profesi Advokat oleh Organisasi Advokat” . berkaitan dengan kasus
diatas bahwa Farhat abas yang berprofesi menjadi Advokat menjajikan kepada klienya dapat
menyelesaikan kasus dengan sejumlah honorarium yang telah disepakati dalam hal ini yang
menjadi permasalahan dan pelanggaran yang menyangkut pasal 26 Undang-undang no 8 tahun
2007 adalah bahwa seorang Farhat abas sebagai advokat tidak mampu menepati apa yang telah
diperjanjikam kepada klienya dan diduga melakukan penipuan terhadap klien yang dibelanya
terungkap dalam media nasional dan farhat abas pun telah membenarkan akan hal tersebut
terutama mengenai sejumlah honorarium yang di berikan klienya. Hal ini menyebabkan
buruknya citra dan martabat Advokat dimata publik.9 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 2006, hlm. 5410 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat
2. Berdasakan Kode Etik Advokat Indonesia
a. Dalam bab II Pasal 2 Kode Etik Advokat Indonesia
Dalam pasal 211 Kode etik advokat indonesia menyebutkan “Advokat Indonesia adalah
warga negara Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur
dalam mempertahankan keadilan dan kebenaran dilandasi moral yang tinggi, luhur dan
mulia, dan yang dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi hukum, Undang-undang
Dasar Republik Indonesia, Kode Etik Advokat serta sumpah jabatannya” . Berdasarkan kasus
diatas yang menjelaskan Farhat abas yang belum menepati jaanji pertamanya kepada klienya
dan Farhat berjanji akan mengajukan peninjauan kembali (PK) untuk kedua kali ke
Mahkamah Agung akan tetapi menurut pihak Mahkama Agung farhat abas yang menjadi
kuasa hukum klienya belum melakukan peninjauan kembali (PK) terhadap kasus kliennya.
Hal ini mengindikasikan bahwa farhat abas sebagai advokat tidak mempunyai sikap jujur dan
kesatria sesuai dalam pasal 2 kode etik advokat indonesia
b. Dalam bab II pasal 3 Kode Etik Advokat Indonesia
Di dalam pasal 3 huruf B “advokat dalam menjalankan tugasnya tidak semata-mata
bertujuan mengutamakan imbalam materi tetapi mengutamakan tegaknya hukum”12 dalam
contoh kasus ini dimana Farhat abas yang meminta honorarium yang nilainya sangat fantastis
tetapi tidak sebanding dengan hasil dan upaya hukum terhadap apa yang di perjanjikannya
dinilai dalam menjalankan tugasnya Farhat abas sebagai advokat lebih mengutamakan
imbalan materil dari pada tegaknya hukum.
c. Dalam bab VII pasal 8 huruf f
Dalam pasal ini mengatakan bahwa “Advokat tidak dibenarkan melalui media massa
mencari publisitas bagi dirinya dan atau untuk manarik perhatian masyarakat mengenai
tindakan-tindakanya sebagai advokat menegnai perkara yang sedang atau telah ditanganinya
kecuali apabila bertujuan menegakan primsip hukum yang wajib diperjuangkan”. Apabila
mengacu pada pasal 3 huruf f tentang peraturan tentang kode etik advokat indonesia farhat
11 http://maryanorekan.files.wordpress.com/2008/07/kodeetikadvokat.pdf12 Ibid
abas menggungkapkan kepada media tentang kasus dan permasalahan dan upaya hukum
yang ditempuh oleh klienya kepada media nasional yang seakan-akan memanfaatkan
permasalahan dalam kasus ini untuk mencari popularitas diatas kasus yang ditanganinya saat
ini.
G. KESIMPULAN
Larangan iklan dan publisitas dalam KEAI ini memang tidak kaku melarang advokat
memasang iklan secara berlebihan dan publisitas. KEAI masih memberikan toleransi kepada
advokat untuk bisa membuat iklan dan publisitas. Tentunya, dengan batasan sepanjang tidak
berlebihan dan bertujuan untuk menegakkan prinsip-prinsip hukum.
Karena itu, silakan saja kalau advokat ingin memasang iklan dan mempublisitaskan dirinya.
Asalkan, iklan yang dipasang tidak dimaksudkan untuk menarik perhatian orang. Ataupun kalau
ingin memasang papan nama, tidak dengan ukurang wah, atau tidak dengan ukuran dalam bentuk
yang berlebih-lebihan.
Tapi sayangnya, batasan dalam KEAI masih sangat umum mengatur tentang apa yang
dimaksud dengan iklan yang berlebihan, atau publisitas yang ditujukan untuk menegakkan
prinsip-prinsip hukum. Akibatnya, timbul penafsiran yang beragam di kalangan advokat.
H. DAFTAR PUSTAKA
Supriadi, 2006, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta
Budi Santoso, 1992, Nilai-Nilai Etis dan Kekuasaan Utopis, Kanisius, Yogyakarta
Dr. Sadjijono, 2008, Etika Profesi Hukum, Laksbang Mediatama, Jakarta
Sumaryono, 1995, Etika Profesi Hukum & Norma-Norma Bagi Penegak Hukum, Kanisius,
Yogyakarta
Sidharta, 2006, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir, Refika Aditama,
Bandung
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2006, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, Pradnya
Paramita, Jakarta
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat
Kode Etik Advokat
Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (KBBI Daring), Tanpa Tahun, Advokat (1)
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php diakses pada tanggal 5 November
http://maryanorekan.files.wordpress.com/2008/07/kodeetikadvokat.pdf diakses pada tanggal
5 November
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/06/06/1/159564/Peradi-Farhat-Abbas-
Langgar-Kode-Etik-Advokat diakses pada tanggal 5 November
top related