etika dan profesi humas

Post on 02-Jul-2015

289 Views

Category:

Documents

6 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Etika dan Profesi HUMAS

Dra. Dwi Pangastuti Marhaeni, M.Si

Sumber Referensi

Etika Kehumasan, konsepsi dan aplikasi by Rosadi Ruslan, SH, MM

Etika Bisnis, by Sonny Keraf

Manajemen Humas

Pengertian etika

Secara teoritis pengertian etika bisa dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. etika dipahami sama dengan moralitas

2. etika dipahami dalam pengertian yang sekaligus berbeda dengan moroliatas

1. Etika dipahami sama dengan moralitas

Etika dari bahasa yunani yaitu Ethos, yang berarti adat atau kebiasaan, maka etika dalam pengertian ini berkitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang, masyarakat atau kelompok dalam masyarakat.

Pengertian etika sama denga moralitas.

Moralitas dalam bahasa latin Mos dan dalam bentuk jamak Mores yang berarti adat-istiadat atau kebiasaan.

Jadi etika dan moralitas sama-sama berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup, baik sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam bentuk adat-istiadat kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajeg dan berulang dalam kurun waktu lama sebagai suatu kebiasaan.

2. Etika dipahami dalam pengertian yang sekaligus berbeda dengan moralitas

Etika punya pengertian yang lebih luas dari moralitas dan etika. Etika dimengerti sebagai filsafat moral atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas dan etika dalam pengertian yang pertama tadi.

Etika dalam pengertian ini sebagai filsafat moral, tidak langsung memberi perintah konkret sebagai pegangan yang siap pakai.

Yang akan dipelajari adalah etika dalam konteks diatas

Dengan demikian etika dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai:

nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia

masalah-masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai-nilai dan norma-norma moral yang umum diterima.

Teori Etika

Teori Etika

Deontologi Teleologi

Egoisme Utilitarianisme

Etika Deontologi

Deontologi dari bahasa yunani artinya kewajiban. Oleh karena itu etika deontologi menekankan pada kewajiban manusia untuk bertindak secara baik.

Menurutnya, suatu tindakan dianggap baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri.

Dengan kata lain tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu.

Etika deontologi menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari pelaku. Kemauan baik harus dinilai baik pada diri sendiri terlepas dari apapun juga. Maka, dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus dinilai paling tinggi (utama) karena menjadi kondisi segalanya.

Etika Teleologi

Etika ini mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu. Suatu tindakan akan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik atau kalau akibat yang ditimbulkannya itu baik dan berguna.

Etika teleologi lebih situasional, karena tujuan dan akibat dari suatu tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu, oleh karena itu setiap norma dan kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam setiap situasi.

Egoisme Inti pandangan ini adalah bahwa tindakan dari

setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri. Karena itu satu-satunya tujuan tindakan mporal setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi ini yang dalam istilah Aris Toteles mengejar kebahagiaan, dimana kebahagiaan aadalah perwujudan diri dalam segala potensinya secara maksimal.

Sampai batas ini, egoisme dibenarkan secara moral, karena kebahagiaan kepantingan pribadi, secara moral dianggap baik dan pantas untuk diupayakan dan dipertahankan.

Egosime ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedonistis yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yang bersifat vulgar

Utilitarianisme Suatu etika yang menilai perbuatan baik

buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan akibat dari tindakan itu bagi orang banyak atau dinilai baik karena dapat memberi nilai kegunaan bagi orang banyak.

Ada 3 kriteria objektif untuk menilai suatu kebijakan atau tindakan:

1. manfaat bahwa suatu tindakan dianggap baik kalau mendatangkan manfaat.

2. manfaat terbesar bahwa suatu tindakan baik kalau tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar dibandingkan dengan tindakan alternatif lain.

3. manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang yang dilihat itu tidak hanya mendatangkan manfaat terbesar melainkan kalau mendatangkan manfaat bagi sebanyak mungkin orang.

Pegangan untuk memahami etika utilitarianisme:

1. Suatu tindakan atau kebijaksanaan itu baik secara moral kalau mendatangkan manfaat dan keuntungan.

2. Diantara berbagai kebijaksanaan dan tindakan yang sama baiknya, maka tindakan/kebijaksanaan yang mempunyai manfaat terbesar adalah tindakan yang paling baik.

3.Diantara tindakan/kebijaksanaan yang sama-sama mendatangkan manfaat terbesar, maka tindakan/kebijaksanaan yang mendatangkan manfaat terbesar bagi banyak orang adalah tindakan yang paling baik.

TERIMAKASIH

top related