etika dalam bisnis global
Post on 05-Jul-2015
1.478 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUGAS ETIKA BISNIS
ETIKA BISNIS DALAM KERANGKA GLOBAL
Disusun oleh:
KELOMPOK 12
EGA NOVIA SANDY F 1207086
RIAN NANDA M F 0208107
S-1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2011
Etika Bisnis dalam Kerangka Global
A. Etika Bisnis Internasional
1. Dilema Etika dalam Bisnis Internasional
Dilema merupakan suatu situasi dimana secara etis, tak ada
alternatif yang dapat diterima. Sedangkan, munculnya dilema dan
berbagai masalah etika internasional berakar dari perbedaan sistim
politik,hukum,kemajuan ekonomi,serta budaya antar bangsa.
2. Faktor-faktor yang menentukan Perilaku Etis
Ada beberapa faktor yang menentukan perilaku etis dalam bisnis
internasional, antara lain: etika personal, budaya organisasi, tujuan
usaha tidak realistis, kepemimpinan, proses pembuatan keputusan,
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 1. Beberapa faktor yang menentukan perilaku etis
Sumber : internet
a. Etika Personal
Secara umum disepakati sebagai suatu prinsip tentang baik dan
buruk yang mengatur individu. Kode etika personal menggunakan
sebuah pengaruh yang besar pada langkah dalam berperilaku
sebagai pelaku bisnis. Langkah yang harus dilakukan untuk
membentuk sebuah pengertian etika bisnis adalah sosialisasi yang
menekankan pada etika personal.
b. Proses pembuatan keputusan
Beberapa study tentang ketidaketisan perilaku dalam bisnis telah
menyimpulkan bahwa pelaku bisnis kadang kala tidak sadar bahwa
mereka berperilaku tidak etis.
c. Budaya Organisasi
Situasi dan kondisi dari beberapa bisnis tidak mendorong orang
untuk berfikir melalui konsekuensi etis dari keputusan bisnis. Hasil
dari sebuah budaya organisasi yang menekankan pada etika bisnis,
mengurangi semua keputusan yang berdasar pada prinsip ekonomi
murni.
d. Tujuan usaha tidak realistis
Tekanan dari induk perusahaan untuk memenuhi tujuan yang tidak
realistis yang hanya dapat dicapai dengan membuat jalan pintas
atau berbisnis dengan perilaku tidak etis. Pada akhirnya manajer
akan melanggar etika personal dan terlibat dalam perilaku yang tak
etis
e. Kepemimpinan
Pemimpin membantu untuk membentuk budaya dan nilai sebuah
organisasi, dan mereka menjadi contoh yang akan diikuti yang lain.
3. Pendekatan Filosofis Etika
Straw Men
Sebutan ini dikemukakan oleh para akademisi etika bisnis
untuk memperlihatkan kerangka pengambilan keputusan yang
‘kurang pantas’. Straw Men mengemukakan ada empat
pendekatan, antara lain:
Friedmen Doctrine
Pada prinsipnya satu-satunya kewajiban sosial suatu bisnis
adalah meningkatkan keuntungan, asalkan bisnis bertindak sesuai
peraturan/hukum yang berlaku.
Cultural relativism (Menyesuaikan Diri dengan Etika Negara Lain)
Seseorang atau organisasi harus menyesuaikan/menerapkan
etika budaya dimana ia menjalankan bisnisnya. Ada peribahasa ‘’
When in Rome, do as the Romans do” (Kalau di Roma,
bertindaklah sebagaimana dilakukan orang roma). Artinya
perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku
di negara itu. Norma-norma moral yang penting berlaku di seluruh
dunia, sedangkan norma-norma non-moral untuk perilaku manusia
bisa berbeda di pelbagai tempat. Itulah kebenaran yang terkandung
dalam pandangan ini. Misalnya, norma-norma sopan santun dan
bahkan norma-norma hukum di semua tempat tidak sama. Yang di
satu tempat dituntut karena kesopanan, bisa saja di tempat lain
dianggap sangat tidak sopan. Tradisi dan adat kebiasaan bisa
berbeda di tempat-tempat yang berbeda. Kenyataan itu justru
membuat pelbagai kebudayaan menjadi menarik bagi kita. Dunia
akan dirasakan monoton dan membosankan sekali, seandainya
adat-istiadat di semua kawasan sama. Bahwa norma-norma hukum
berbeda, sering kali lebih merepotkan karena akibatnya lebih besar,
namun merupakan kenyataan juga. Tidak mustahil bahwa dua
negara mempunyai hukum yang berbeda-beda.
Misalnya dalam membuka cabang baru Mc Donald harus
memperhatikan budaya negara tersebut seperti tidak menyediakan
menu dengan daging babi pada negara-negara mayoritas beragama
muslim.
Righteous/Rigorism Moralist (Memegang Teguh Etika Moral)
Penerapan etika negara asal perusahaan di negara lain
tempatnya berbisnis. Perusahaan tetap memegang teguh etika moral
yang berlaku di negara asal dengan tujuan sebagai sarana
memperkenalkan produk yang tidak bisa dipisahkan dari tempat
asal. Pandangan ini juga sulit dipertahankan. Mau tidak mau, perlu
kita akui bahwa situasi setempat bisa saja berbeda dan hal itu pasti
mempengaruhi keputusan-keputusan moral kita. Di negara maju
sering ada instansi-instansi yang mengawasi pelaksanaan bisnis
dengan lebih ketat dan efisien daripada di negara berkembang,
seperti misalnya tentang masalah keselamatan kerja, perburuhan,
keamanan produk, periklanan, dan sebagainya. Suatu perusahaan
dari negara maju akan dirugikan kalau di luar negeri harus
menerapkan semua peraturan yang belaku di negerinya sendiri.
Kebenaran yang dapat ditemukan dalam pandangan rigorisme
moral ini adalah bahwa kita harus konsisten dalam perilaku moral
kita. Norma-norma etis memang bersifat umum. Yang buruk di
satu tempat tidak mungkin menjadi baik dan terpuji di tempat lain.
Namun para penganut rigorisme moral kurang memperhatikan
bahwa situasi yang berbeda turut mempengaruhi keputusan etis.
The Naïve immoralist (Bisnis di negara Lain tidak perlu
memperhatikan norma)
Prinsip ini dianut oleh perusahaan yang mempunyai produk
yang tidak bersinggungan langsung pada masyarakat, jika seorang
manager KMN melihat perusahaan-perusahaan dari negara lain
tidak mengikuti norma/etika di negara tempat berbisnis, dia juga
melakukan hal sama. Namun, Pandangan ini sama sekali tidak
benar, karena dalam etika yang menentukan bukannya kebiasaan
yang lazim dalam masyarakat melainkan boleh tidaknya dipandang
dari sudut norma. Apalagi, tidak benar pula bahwa dalam negara-
negara yang ditandai suasana korupsi semua perusahaan ikut saja
dalam praktek-praktek tidak terpuji itu. Ada juga yang mempunyai
keberanian moral untuk menolak. Malah ada yang memilih tidak
melakukan bisnis sama sekali, jika hal itu hanya mungkin dengan
jalan komisi, uang semir, pembayaran di luar prosedur resmi, dan
lain sebagainya.
Utilitarian and Katian (pendekatan yang sesuai dengan etika)
Nilai moral suatu tindakan ditentukan oleh konsekwensi
yang diperoleh dan keputusan terbaik adalah yang menghasilkan
barang atau jasa terbaik untuk masyarakat luas.
Aliran Utilitarianisme: maximisasi barang,minimisasi kerugian.
(tetapi belum memikirkan keadilan untuk kelompok minoritas)
Kantian Ethics: Seseorang harus di perlakukan sebagai tujuan
dan bukan semata-mata cara untuk mencapai tujuan orang lain.
Rights theories: manusia memiliki hak dasar dan kemudahan
(privileges) yang melampaui batas dan budaya antar
bangsa(perlu membangun standar etika minimum).
Justice theories: Pencapaian distribusi barang dan jasa yang
adil. Ketidakadilan masih diperbolehkan apabila
menguntungkan semua pihak.
4. Aspek Etis dalam Korporasi Multi Nasional (KMN)
Korporasi multi nasional mulai menjamur dalam dekade ini. Dalam
menjalankan operasinya diluar negara asal korporasi terdapat beberapa
dilema. Dilema tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam berbagai
hal antara negara asal korporasi dengan negara tujuan salah satunya
masalah etika. Untuk mengatasi perbedaan itu diperlukan aturan etis
yang secara umum dapat dijadikan suatu patokan KMN. Aturan etis itu
antara lain:
10 Aturan Etis De Goerge
a. KMN tidak boleh akibatkan kerugian langsung
Ini tentu suatu norma moral umum dan tidak berlaku untuk
KMN saja. Dengan sengaja mengakibatkan kerugian bagi orang
lain selalu merupakan tindakan yang tidak etis, kecuali dalam
beberapa kasus eksepsional seperti bela-diri, bila ada alasan khusus
untuk merugikan (malah membunuh) orang lain. Namun demikian,
norma ini perlu disebut di sini pada tempat pertama, justru karena
di negara berkembang – seperti disebut tadi – kerangka hukum
sering tidak cukup dan membiarkan tindakan yang tidak diizinkan
di negara asalnya.
b. KMN harus memberi Surplus Manfaat
Dalam hal ini tidak cukup KMN berpegang pada izin yang
diberikan pemerintah setempat. Mereka tetap mempunyai tanggung
jawab sendiri dengan memandang derajat untung dan rugi bagi
negara di mana mereka melakukan kegiatan ekonomisnya. KMN
belum memenuhi kewajibannya, jika hanya tercapai keseimbangan
antara akibat-akibat baik dan akibat-akibat jelek. Hampir setiap
kegiatan manusia mempunyai akibat jelek, bisnis tidak terkecuali.
Hal itu tidak bisa dihindarkan. Misalnya, sekarang kita menyadari
betul bahwa industri mempunyai akibat jelek bagi lingkungan
hidup. Norma kedua menuntut agar secara menyeluruh akibat-
akibat baik melebihi akibat-akibat jelek. Norma ini tidak
membatasi diri pada segi negatif (tidak boleh merugikan), tapi
memerintahkan sesuatu yang positif (harus menghasilkan sesuatu
yang baik) dan ditegaskan lagi bahwa yang positif harus melebihi
yang negatif.
c. KMN harus memberi Kontribusi Pembangunan
Ini lebih konkret lagi. Bukan saja KMN harus menghasilkan
lebih banyak hal yang baik daripada hal yang jelek bagi negara
berkembang ini, tetapi ia harus menyumbangkan juga pada
pembangunannya. Itu berarti antara lain bahwa KMN harus
bersedia melakukan alih teknologi dan alih keahlian.
d. KMN harus menghormati HAM seluruh karyawan
Norma ini perlu disebut secara eksplisit. Terutama tentang
upah dan kondisi kerja, di banyak negara berkembang HAM para
pekerja dilanggar dengan membayar upah di bawah upah
minimum, mempekerjakan anak, atau mempraktekkan diskriminasi
karena alasan agama, ras, gender, atau sebagainya. Bagi KMN
sering kali sebenarnya menguntungkan bila mereka menyesuaikan
diri dengan keadaan itu, namun cara bertindak itu tidak etis.
e. KMN harus menghormati Budaya Setempat
KMN akan merugikan negara di mana ia beroperasi, jika ia
tidak menghormati kebudayaan setempat. Sebagai tamu yang baik,
KMN harus menyesuaikan diri dengan nilai-nilai budaya setempat
dan tidak memaksakan nilai-nilainya sendiri.
f. KMN harus membayar pajak yang Fair
Setiap perusahaan harus membayar pajak menurut tarif yang
telah ditentukan dalam suatu negara. Di negara-negara maju, hal itu
diawasi dengan ketat dan efisien pada taraf nasional. Tapi kontrol
semacam itu tidak ada pada taraf internasional. Apalagi, KMN
beroperasi di negara berkembang di mana sistem pemungutan
pajak masih lemah dan peraturan hukum yang menunjang belum
cukup. Karena statusnya sebagai perusahaan internasional, sebuah
KMN mempunyai banyak kemungkinan yang sering kali malah
tidak ilegal untuk menghindari membayar pajak atau membayar
pajak sepenuhnya, seperti mentransfer pembayaran, mencari tax
haven yang lebih menguntungkan, dan sebagainya.
g. KMN & Pemerintah harus memperkuat Baskground Institutions
Dalam seluruh bukunya De George menekankan pentingnya
background institutions yang menurut pendapatnya di negara-
negara berkembang masih lemah. Yang dimaksudkan dengan
istilah ini adalah lembaga-lembaga yang mengatur serta
memperkuat kegiatan ekonomi dan industri di suatu negara, seperti
dinas perpajakan, dinas bea cukai, instansi pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja, serikat buruh, perlindungan hak
asasi, peraturan pemerintah yang tepat, dan sebagainya.
h. Kegagalan Usaha harus dipikul Secara Moral Pemegang Saham
Mayoritas
Sebuah KMN sering kali dimiliki orang-orang dari beberapa
negara, terutama negara asal dan negara di mana sebuah pabrik
atau perusahaan berdiri. Keadaan ini membuat tanggung jawab
menjadi lebih kompleks daripada dalam kasus suatu perusahaan
nasional. Kalau terjadi kecelakaan dalam pabrik milik sebuah
perusahaan nasional, tidak akan timbul masalah tentang siapa yang
harus bertanggung jawab. Tetapi, kalau terjadi kecelakaan dalam
pabrik milik sebuah KMN, tanggung jawab itu sering kali kurang
jelas.
i. KMN harus Beroperasi secara Aman
KMN bertanggung jawab untuk membangun pabrik yang
aman dan melatih serta membina sebaik mungkin mereka yang
akan mengoperasikan pabrik itu. Hal ini berlaku secara khusus,
kalau yang dibangun itu adalah instalasi nuklir, karena kecelakaan
akan mempunyai dampak luas yang jauh melampui lokasi instalasi
tersebut. Penerapan norma ini mudah mengakibatkan teknisi atau
manajer di negara kedua merasa tersinggung karena para ahli asing
itu menimbulkan kesan bahwa mereka tidak becus dalam
menjamin keselamatan. Ini suatu konsekuensi yang patut
disesalkan. Namun demikian, kepekaan antar budaya seperti itu
tidak pernah boleh menjadi alasan bahwa keamanan dan kese-
lamatan instalasi tidak terjamin optimal.
j. Alih Teknologi KMN harus Dilaksanakan secara Aman
Kerap kali teknologi memungkinkan beberapa alternatif
dalam membangun suatu sistem teknologis. Terdorong oleh
pertimbangan ekonomis, biasanya orang cenderung memilih
altematif yang paling murah. Menurut norma ini prioritas harus
diberikan kepada keamanan. Kalau mungkin, teknologi harus
dirancang sesuai dengan kebudayaan dan kondisi setempat,
sehingga terjamin keamanan optimal.
Gambar 2. Dilema Etika Bisnis
Sumber : Internet
B. Masalah-masalah dalam Etika Bisnis Internasional
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima
kategori yaitu: Suap (Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception),
Pencurian (Theft), Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination) yang
masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi,
menerima, atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan
mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan
kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang
dengan membeli pengaruh. 'Pembelian' itu dapat dilakukan baik
dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun
'pembayaran kembali' setelah transaksi terlaksana. Suap kadangkala
tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat
dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah
(gift) tidak selalu dapat disebut sebagai suap, tergantung dari maksud
dan respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.
2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa
atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat
berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau
penolakan industri terhadap seorang individu.
3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan
yang disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.
4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu
yang bukan hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa
persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa property fisik
atau konseptual.
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan
tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang
disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama.
Suatu kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan setara
tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara mereka yang 'disukai'
dan tidak.
Sedangkan masalah etika bisnis internasional lain yang dibahas
dalam makalah ini antara lain: Korupsi, Sweatshop, Hak Asasi,
Pencemaran Lingkungan, dan Kewajiban Moral, yang masing-masing
dijelaskan sebagai berikut
6. Korupsi
Korupsi hampir telah menjadi masalah di setiap kegiatan ekonomi
internasional. Biasanya setiap pelaku kegiatan bisnis internasional
akan mendapatkan kemudahan dan keuntungan dengan membayar
beberapa uang kepada instansi pemerintah. Kondisi seperti itu
memberikan kesempatan bagi beberapa pelaku bisnis internasional
untuk berlomba-lomba melobi pemerintah setempat, dan dampaknya
persaingan sehatpun tidak terelakkan lagi. Untuk menanggulangi
masalah ini diperlukan regulasi dari pemerintah tentang korupsi dan
sanksi untuk para pelakunya, agar persaingan usaha dapat berjalan
dengan sehat.
7. Sweatshop on Employment Practice
Sweatshop adalah pemerasan terhadap pekerja dengan
mempekerjakanya dengan lebih keras dan dengan waktu yang lebih
lama daripada standar untuk tujuan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar. Pemberian upah yang tidak sesuai dengan pekerjaan juga
merupakan salah satu indikasi dari praktik sweatshop. Sekali lagi
pemerintah berperan vital dalam masalah ini, pemerintah sebagai
jembatan antara Pelaku KMN dan sumberdaya setempat harus
memberi regulasi yang jelas tentang aturan main yang sesuai standar
daerah tersebut serta berperan aktif dalam memberikan pengawasan
terhadap praktik operasi usaha.
8. Hak Asasi
Pengakuan hak asasi yang tercantum dalam deklarasi perserikatan
bangsa-bangsa telah menjadi salah satu pondasi yang kuat dalam
pengaplikasian di lingkungan usaha, terutama di dunia bisnis
internasional. Berikut ini merupakan hak-hak internasional yang harus
diperhatikan oleh pelaku KMN, antara lain:
a. Hak untuk bergerak
b. Hak untuk memeliki properti
c. Hak kebebasan dari penindasan
d. Hak untuk mendapatkan pengadilan yang adil
e. Hak untuk tidak didiskriminasikan
f. Hak untuk mendapatkan keamanan fisik
g. Hak untuk kebebasan berbicara dan berasosiasi
h. Hak untuk pendidikan
i. Hak untuk berpartisipasi dalam politik
j. Hak untuk mendapatkan nafkah
Semua komponen harus berperan aktif dalam menjaga hak asasi,
pemerintah berperan memberi regulasi dan pengawasan sedangkan
KMN dan para pekerja berperan serta dalam mengawasi pelaksanaan
9. Pencemaran Lingkungan
Pemanasan global yang sudah mulai terasa akhir-akhir ini salah
satunya disebabkan oleh praktek KMN. KMN merupakan
penyumbang polusi terbesar dibandingkan penyebab yang lainya.
KMN harus bertanggung jawab atas hal ini yaitu dengan
mengembangkan produk ramah lingkungan, mengurangi bahan bakar
fosil, mengurangi polusi dengan menciptakan teknologi terbaru yang
meminimalisir polusi, dan berperan aktif dalam kegiatan penghijauan.
10. Kewajiban Moral
Kewajiban moral dalam menjalankan bisnis internasional
merupakan aspek pokok dalam menjalankan operasi bisnis.
Pengembangan usaha yang bertujuan meningkatkan keuntungan harus
diimbangi kewajiban moral agar terjadi keselarasan yang ideal.
Corporate Social Responbility atau CSR merupakan wujud kewajiban
moral yang harus dilakukan oleh pelaku KMN. Dengan melakukan
CSR secara berkelanjutan KMN akan mendapatkan citra positif dan
tentunya dapat menjalankan usahanya untuk jangka yang panjang.
Banyak KMN yang menghindari CSR demi mengurangi biaya, dalam
hal ini pemerintah seharusnya menetapkan regulasi tentang standar
CSR yang dibebankan kepada KMN serta melakukan pengawasan
dalam praktik pelaksanaanya.
C. Kasus
Kasus I
Tuntutan RI terhadap RIM
Blackberry merupakan
salah satu perusahaan
smartphone yang
berpusat di Kanada.
Blackberry sendiri
sudah memiliki pangsa
pasar yang jelas yaitu kalangan yang membutuhkan kecepatan dan
ketepatan dalam mendukung mobilitas penggunanya.Blackberry sendiri
mempunyai pasar diseluruh dunia dan tentunya diindonesia juga memiliki
pasar yang cukup besar terbukti lebih dari 2 juta pengguna smartphone ini
diindonesia.Tentunya dengan pengguna yang segitu banyak pemerintah
Indonesia menginginkan adanya keikutsertaan pihak research in motion
selaku perusahaan blackberry dalam membangun bangsa kita ini.dalam
kasus ini masalah yang timbula antara pemerintah vs RIM.
Kami meminta RIM agar menghormati dan mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,” kata Tifatul kepada
VIVAnews.com, Minggu, 9 Januari 2011. Semestinya, kata Tifatul, sama
seperti penyedia layanan
internet lainnya, RIM juga
harus memblokir situs-
situs porno agar tak dapat
diakses oleh pelanggan di
Indonesia.
Menkominfo yang pernah
menjabat sebagai Presiden
Partai Keadilan Sejahtera itu menyediakan waktu dua minggu bagi RIM,
tepatnya tanggal 21 Januari 2011 untuk memulai pemblokiran. Bila tidak,
layanan BlackBerry yang justru akan diblokir pemerintah
Protes yang merebak, tidak menyurutkan niat Menteri Komunikasi dan
Informatika Tifatul Sembiring untuk memblokir layanan akses Blackberry
di Indonesia. Ia tetap akan melakukan pemblokiran jika RIM tak segera
mengindahkan tututannya.
Berikut delapan tuntutan yang disodorkan kepada RIM:
Kita minta RIM agar hormati & patuhi Peraturan Perundangan yang
berlaku di Indonesia, terkait UU 36/1999, UU 11/2008 dan UU
44/2008.
Kita minta RIM agar buka perwakilan di Indonesia, karena pelanggan
RIM di Indonesia untuk Blackberry sudah lebih dari 2 juta
Kita Minta RIM agar membuka service center di Indonesia untuk
melayani & mudahkan pelanggan mereka yang WNI.
Kita minta RIM agar merekrut dan menyerap tenaga kerja Indonesia
secara layak dan proporsional.
Kita minta RIM agar sebanyak mungkin menggunakan konten lokal
Indonesia, khususnya mengenai software.
Kita minta RIM agar memasang software blocking terhadap situs-situs
porno, sebagaimana operator lain sudah mematuhinya.
Kita minta RIM agar bangun server/ repeater di Indonesia, agar aparat
hukum dapat lakukan penyelidikan terhadap pelaku kejahatan,
termasuk koruptor.
Sejauh ini terkesan RIM mengulur-ulur waktu untuk menjalankan
komitmen mereka. Apakah kita sebagai bangsa mau diperlakukan
seperti itu?
“Rencana pemblokiran yang akan dilakukan pemerintah terhadap layanan
BlackBerry itu akibat masih dimungkinkannya pengguna mengakses
konten porno lewat BlackBerry,” kata Gatot S Dewa Broto, Kepala Pusat
Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, menambahkan.
Kasus II
India blokir blackberry
Pengguna BlackBerry di India bisa bernafas lega. Pasalnya, India
tetap mengizinkan BlackBerry beroperasi setelah sebelumnya sempat
mengancam bahwa layanan ponsel pintar itu bakal diblokir karena
produsennya tidak memberi akses melacak aliran data dari para pengguna
sehingga bisa membahayakan keamanan negara.
Kementerian Dalam Negeri India pada pernyataannya, Jumat, 29
Oktober 2010, mengatakan bahwa produsen BlackBerry asal Kanada,
Research in Motion Ltd. (RIM), telah menyetujui adanya campur tangan
pemerintah secara legal dalam mengakses pesan pada data Blackberry.
Data yang akan dienkripsi oleh pemerintah adalah data pada pengirim
pesan Blackberry Messenger.
Sampai saat ini, layanan ini akan tetap tersedia,” ujar pernyataan
kementerian tersebut seperti yang dilansir dari kantor berita Associated
Press.
Sebelumnya, India Agustus lalu mengancam akan memblokir
layanan email dan pengiriman pesan jika RIM tidak memberikan akses
bagi pemerintah untuk memonitor mereka. Tenggat waktu itu diperpanjang
sampai bulan Oktober. Namun, tidak dijelaskan kesepakatan apa yang
diperoleh pemerintah India dengan RIM sehingga pemblokiran layanan
tidak terwujud.
Ancaman blokir yang dilakukan oleh pemerintah India dilakukan
menyusul kekhawatiran digunakannya layanan pesan dari ponsel tersebut
untuk aktivitas terorisme. Data yang tidak dapat dienkripsi pemerintah ini
juga dikhawatirkan dapat digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk
mengambil informasi penting dari penggunanya.
Sebelumnya, negara Uni Emirat Arab juga telah memperbolehkan
kembali penggunaan BlackBerry di negaranya setelah sebelumnya
mendapat ancaman blokir karena sulitnya pemerintah mengakses data.
Diperbolehkannya layanan BlackBerry di negara ini setelah Badan
Regulator Telekomunikasi mengatakan bahwa layanan ponsel ini telah
sesuai dengan kerangka peraturan telekomunikasi UEA.
RIM pada pernyataannya telah memastikan keamanan data para
penggunanya pada layanan BlackBerry. Perusahaan asal Kanada ini
optimis mereka akan mencapai solusi akhir pada bulan Januari untuk
memuaskan semua pihak di India. RIM mengatakan tidak akan mengganti
sistem keamanan untuk email perusahaan dan tidak melakukan perjanjian
khusus dengan salah satu negara perihal kebebasan akses.
India saat ini juga meminta semua perusahaan yang menggunakan
komunikasi terinkripsi, tidak hanya RIM, untuk membangun server di
negara tersebut sehingga memudahkan pengaksesan data. Perusahaan
tersebut adalah Gmail dari Google Inc. dan perusahaan telepon internet
Skype SA.
Analisis Kasus
Dalam kasus Research In Motion vs Menkominfo ini yang menjadi
inti masalah dikedua belah pihak adalah masalah keikutsertaan dan
kontribusi Research In Motion dalam kepentingan pemrintah. Ada
beberapa tuntutan pemerintah yang disampaikan diatas.
Berdasarkan Cultural relativism (Menyesuaikan Diri dengan Etika Negara
Lain) yang menyatakan bahwa, Seseorang atau organisasi harus
menyesuaikan/menerapkan etika budaya dimana ia menjalankan bisnisnya.
Ada peribahasa ‘’ When in Rome, do as the Romans do” (Kalau di Roma,
bertindaklah sebagaimana dilakukan orang roma).
Menurut teori cultural relativism ini seluruh perusahaan ataupun
organisasi diseluruh dunia ketika memasuki pangsa pasar disuatu negara
harus mengikuti tata aturan yang berlaku dinegara tersebut.karena tentunya
cultur setiap negara berbeda beda sehingga perlu penyesuaian supaya bisa
diterima dan tidak bersinggungan dengan norma yang berlaku. Dalam hal
ini pihak Research In Motion harus mematuhi permintaan beberapa
tuntutan pemerintah selama tidak merugikan pihak RIM sendiri.
top related