etika dalam bisnis global

27
TUGAS ETIKA BISNIS ETIKA BISNIS DALAM KERANGKA GLOBAL Disusun oleh: KELOMPOK 12 EGA NOVIA SANDY F 1207086 RIAN NANDA M F 0208107

Upload: sugeng-fitriyono

Post on 05-Jul-2015

1.478 views

Category:

Documents


38 download

TRANSCRIPT

Page 1: Etika Dalam Bisnis Global

TUGAS ETIKA BISNIS

ETIKA BISNIS DALAM KERANGKA GLOBAL

Disusun oleh:

KELOMPOK 12

EGA NOVIA SANDY F 1207086

RIAN NANDA M F 0208107

S-1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2011

Page 2: Etika Dalam Bisnis Global

Etika Bisnis dalam Kerangka Global

A. Etika Bisnis Internasional

1. Dilema Etika dalam Bisnis Internasional

Dilema merupakan suatu situasi dimana secara etis, tak ada

alternatif yang dapat diterima. Sedangkan, munculnya dilema dan

berbagai masalah etika internasional berakar dari perbedaan sistim

politik,hukum,kemajuan ekonomi,serta budaya antar bangsa.

2. Faktor-faktor yang menentukan Perilaku Etis

Ada beberapa faktor yang menentukan perilaku etis dalam bisnis

internasional, antara lain: etika personal, budaya organisasi, tujuan

usaha tidak realistis, kepemimpinan, proses pembuatan keputusan,

yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 1. Beberapa faktor yang menentukan perilaku etis

Sumber : internet

a. Etika Personal

Secara umum disepakati sebagai suatu prinsip tentang baik dan

buruk yang mengatur individu. Kode etika personal menggunakan

sebuah pengaruh yang besar pada langkah dalam berperilaku

sebagai pelaku bisnis. Langkah yang harus dilakukan untuk

membentuk sebuah pengertian etika bisnis adalah sosialisasi yang

menekankan pada etika personal.

Page 3: Etika Dalam Bisnis Global

b. Proses pembuatan keputusan

Beberapa study tentang ketidaketisan perilaku dalam bisnis telah

menyimpulkan bahwa pelaku bisnis kadang kala tidak sadar bahwa

mereka berperilaku tidak etis.

c. Budaya Organisasi

Situasi dan kondisi dari beberapa bisnis tidak mendorong orang

untuk berfikir melalui konsekuensi etis dari keputusan bisnis. Hasil

dari sebuah budaya organisasi yang menekankan pada etika bisnis,

mengurangi semua keputusan yang berdasar pada prinsip ekonomi

murni.

d. Tujuan usaha tidak realistis

Tekanan dari induk perusahaan untuk memenuhi tujuan yang tidak

realistis yang hanya dapat dicapai dengan membuat jalan pintas

atau berbisnis dengan perilaku tidak etis. Pada akhirnya manajer

akan melanggar etika personal dan terlibat dalam perilaku yang tak

etis

e. Kepemimpinan

Pemimpin membantu untuk membentuk budaya dan nilai sebuah

organisasi, dan mereka menjadi contoh yang akan diikuti yang lain.

3. Pendekatan Filosofis Etika

Straw Men

Sebutan ini dikemukakan oleh para akademisi etika bisnis

untuk memperlihatkan kerangka pengambilan keputusan yang

‘kurang pantas’. Straw Men mengemukakan ada empat

pendekatan, antara lain:

Friedmen Doctrine

Pada prinsipnya satu-satunya kewajiban sosial suatu bisnis

adalah meningkatkan keuntungan, asalkan bisnis bertindak sesuai

peraturan/hukum yang berlaku.

Page 4: Etika Dalam Bisnis Global

Cultural relativism (Menyesuaikan Diri dengan Etika Negara Lain)

Seseorang atau organisasi harus menyesuaikan/menerapkan

etika budaya dimana ia menjalankan bisnisnya. Ada peribahasa ‘’

When in Rome, do as the Romans do” (Kalau di Roma,

bertindaklah sebagaimana dilakukan orang roma). Artinya

perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku

di negara itu. Norma-norma moral yang penting berlaku di seluruh

dunia, sedangkan norma-norma non-moral untuk perilaku manusia

bisa berbeda di pelbagai tempat. Itulah kebenaran yang terkandung

dalam pandangan ini. Misalnya, norma-norma sopan santun dan

bahkan norma-norma hukum di semua tempat tidak sama. Yang di

satu tempat dituntut karena kesopanan, bisa saja di tempat lain

dianggap sangat tidak sopan. Tradisi dan adat kebiasaan bisa

berbeda di tempat-tempat yang berbeda. Kenyataan itu justru

membuat pelbagai kebudayaan menjadi menarik bagi kita. Dunia

akan dirasakan monoton dan membosankan sekali, seandainya

adat-istiadat di semua kawasan sama. Bahwa norma-norma hukum

berbeda, sering kali lebih merepotkan karena akibatnya lebih besar,

namun merupakan kenyataan juga. Tidak mustahil bahwa dua

negara mempunyai hukum yang berbeda-beda.

Misalnya dalam membuka cabang baru Mc Donald harus

memperhatikan budaya negara tersebut seperti tidak menyediakan

menu dengan daging babi pada negara-negara mayoritas beragama

muslim.

Righteous/Rigorism Moralist (Memegang Teguh Etika Moral)

Penerapan etika negara asal perusahaan di negara lain

tempatnya berbisnis. Perusahaan tetap memegang teguh etika moral

yang berlaku di negara asal dengan tujuan sebagai sarana

memperkenalkan produk yang tidak bisa dipisahkan dari tempat

asal. Pandangan ini juga sulit dipertahankan. Mau tidak mau, perlu

kita akui bahwa situasi setempat bisa saja berbeda dan hal itu pasti

Page 5: Etika Dalam Bisnis Global

mempengaruhi keputusan-keputusan moral kita. Di negara maju

sering ada instansi-instansi yang mengawasi pelaksanaan bisnis

dengan lebih ketat dan efisien daripada di negara berkembang,

seperti misalnya tentang masalah keselamatan kerja, perburuhan,

keamanan produk, periklanan, dan sebagainya. Suatu perusahaan

dari negara maju akan dirugikan kalau di luar negeri harus

menerapkan semua peraturan yang belaku di negerinya sendiri.

Kebenaran yang dapat ditemukan dalam pandangan rigorisme

moral ini adalah bahwa kita harus konsisten dalam perilaku moral

kita. Norma-norma etis memang bersifat umum. Yang buruk di

satu tempat tidak mungkin menjadi baik dan terpuji di tempat lain.

Namun para penganut rigorisme moral kurang memperhatikan

bahwa situasi yang berbeda turut mempengaruhi keputusan etis.

The Naïve immoralist (Bisnis di negara Lain tidak perlu

memperhatikan norma)

Prinsip ini dianut oleh perusahaan yang mempunyai produk

yang tidak bersinggungan langsung pada masyarakat, jika seorang

manager KMN melihat perusahaan-perusahaan dari negara lain

tidak mengikuti norma/etika di negara tempat berbisnis, dia juga

melakukan hal sama. Namun, Pandangan ini sama sekali tidak

benar, karena dalam etika yang menentukan bukannya kebiasaan

yang lazim dalam masyarakat melainkan boleh tidaknya dipandang

dari sudut norma. Apalagi, tidak benar pula bahwa dalam negara-

negara yang ditandai suasana korupsi semua perusahaan ikut saja

dalam praktek-praktek tidak terpuji itu. Ada juga yang mempunyai

keberanian moral untuk menolak. Malah ada yang memilih tidak

melakukan bisnis sama sekali, jika hal itu hanya mungkin dengan

jalan komisi, uang semir, pembayaran di luar prosedur resmi, dan

lain sebagainya.

Page 6: Etika Dalam Bisnis Global

Utilitarian and Katian (pendekatan yang sesuai dengan etika)

Nilai moral suatu tindakan ditentukan oleh konsekwensi

yang diperoleh dan keputusan terbaik adalah yang menghasilkan

barang atau jasa terbaik untuk masyarakat luas.

Aliran Utilitarianisme: maximisasi barang,minimisasi kerugian.

(tetapi belum memikirkan keadilan untuk kelompok minoritas)

Kantian Ethics: Seseorang harus di perlakukan sebagai tujuan

dan bukan semata-mata cara untuk mencapai tujuan orang lain.

Rights theories: manusia memiliki hak dasar dan kemudahan

(privileges) yang melampaui batas dan budaya antar

bangsa(perlu membangun standar etika minimum).

Justice theories: Pencapaian distribusi barang dan jasa yang

adil. Ketidakadilan masih diperbolehkan apabila

menguntungkan semua pihak.

4. Aspek Etis dalam Korporasi Multi Nasional (KMN)

Korporasi multi nasional mulai menjamur dalam dekade ini. Dalam

menjalankan operasinya diluar negara asal korporasi terdapat beberapa

dilema. Dilema tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam berbagai

hal antara negara asal korporasi dengan negara tujuan salah satunya

masalah etika. Untuk mengatasi perbedaan itu diperlukan aturan etis

yang secara umum dapat dijadikan suatu patokan KMN. Aturan etis itu

antara lain:

10 Aturan Etis De Goerge

a. KMN tidak boleh akibatkan kerugian langsung

Ini tentu suatu norma moral umum dan tidak berlaku untuk

KMN saja. Dengan sengaja mengakibatkan kerugian bagi orang

lain selalu merupakan tindakan yang tidak etis, kecuali dalam

beberapa kasus eksepsional seperti bela-diri, bila ada alasan khusus

untuk merugikan (malah membunuh) orang lain. Namun demikian,

norma ini perlu disebut di sini pada tempat pertama, justru karena

Page 7: Etika Dalam Bisnis Global

di negara berkembang – seperti disebut tadi – kerangka hukum

sering tidak cukup dan membiarkan tindakan yang tidak diizinkan

di negara asalnya.

b. KMN harus memberi Surplus Manfaat

Dalam hal ini tidak cukup KMN berpegang pada izin yang

diberikan pemerintah setempat. Mereka tetap mempunyai tanggung

jawab sendiri dengan memandang derajat untung dan rugi bagi

negara di mana mereka melakukan kegiatan ekonomisnya. KMN

belum memenuhi kewajibannya, jika hanya tercapai keseimbangan

antara akibat-akibat baik dan akibat-akibat jelek. Hampir setiap

kegiatan manusia mempunyai akibat jelek, bisnis tidak terkecuali.

Hal itu tidak bisa dihindarkan. Misalnya, sekarang kita menyadari

betul bahwa industri mempunyai akibat jelek bagi lingkungan

hidup. Norma kedua menuntut agar secara menyeluruh akibat-

akibat baik melebihi akibat-akibat jelek. Norma ini tidak

membatasi diri pada segi negatif (tidak boleh merugikan), tapi

memerintahkan sesuatu yang positif (harus menghasilkan sesuatu

yang baik) dan ditegaskan lagi bahwa yang positif harus melebihi

yang negatif.

c. KMN harus memberi Kontribusi Pembangunan

Ini lebih konkret lagi. Bukan saja KMN harus menghasilkan

lebih banyak hal yang baik daripada hal yang jelek bagi negara

berkembang ini, tetapi ia harus menyumbangkan juga pada

pembangunannya. Itu berarti antara lain bahwa KMN harus

bersedia melakukan alih teknologi dan alih keahlian.

d. KMN harus menghormati HAM seluruh karyawan

Norma ini perlu disebut secara eksplisit. Terutama tentang

upah dan kondisi kerja, di banyak negara berkembang HAM para

pekerja dilanggar dengan membayar upah di bawah upah

minimum, mempekerjakan anak, atau mempraktekkan diskriminasi

karena alasan agama, ras, gender, atau sebagainya. Bagi KMN

Page 8: Etika Dalam Bisnis Global

sering kali sebenarnya menguntungkan bila mereka menyesuaikan

diri dengan keadaan itu, namun cara bertindak itu tidak etis.

e. KMN harus menghormati Budaya Setempat

KMN akan merugikan negara di mana ia beroperasi, jika ia

tidak menghormati kebudayaan setempat. Sebagai tamu yang baik,

KMN harus menyesuaikan diri dengan nilai-nilai budaya setempat

dan tidak memaksakan nilai-nilainya sendiri.

f. KMN harus membayar pajak yang Fair

Setiap perusahaan harus membayar pajak menurut tarif yang

telah ditentukan dalam suatu negara. Di negara-negara maju, hal itu

diawasi dengan ketat dan efisien pada taraf nasional. Tapi kontrol

semacam itu tidak ada pada taraf internasional. Apalagi, KMN

beroperasi di negara berkembang di mana sistem pemungutan

pajak masih lemah dan peraturan hukum yang menunjang belum

cukup. Karena statusnya sebagai perusahaan internasional, sebuah

KMN mempunyai banyak kemungkinan yang sering kali malah

tidak ilegal untuk menghindari membayar pajak atau membayar

pajak sepenuhnya, seperti mentransfer pembayaran, mencari tax

haven yang lebih menguntungkan, dan sebagainya.

g. KMN & Pemerintah harus memperkuat Baskground Institutions

Dalam seluruh bukunya De George menekankan pentingnya

background institutions yang menurut pendapatnya di negara-

negara berkembang masih lemah. Yang dimaksudkan dengan

istilah ini adalah lembaga-lembaga yang mengatur serta

memperkuat kegiatan ekonomi dan industri di suatu negara, seperti

dinas perpajakan, dinas bea cukai, instansi pengawasan

keselamatan dan kesehatan kerja, serikat buruh, perlindungan hak

asasi, peraturan pemerintah yang tepat, dan sebagainya.

h. Kegagalan Usaha harus dipikul Secara Moral Pemegang Saham

Mayoritas

Page 9: Etika Dalam Bisnis Global

Sebuah KMN sering kali dimiliki orang-orang dari beberapa

negara, terutama negara asal dan negara di mana sebuah pabrik

atau perusahaan berdiri. Keadaan ini membuat tanggung jawab

menjadi lebih kompleks daripada dalam kasus suatu perusahaan

nasional. Kalau terjadi kecelakaan dalam pabrik milik sebuah

perusahaan nasional, tidak akan timbul masalah tentang siapa yang

harus bertanggung jawab. Tetapi, kalau terjadi kecelakaan dalam

pabrik milik sebuah KMN, tanggung jawab itu sering kali kurang

jelas.

i. KMN harus Beroperasi secara Aman

KMN bertanggung jawab untuk membangun pabrik yang

aman dan melatih serta membina sebaik mungkin mereka yang

akan mengoperasikan pabrik itu. Hal ini berlaku secara khusus,

kalau yang dibangun itu adalah instalasi nuklir, karena kecelakaan

akan mempunyai dampak luas yang jauh melampui lokasi instalasi

tersebut. Penerapan norma ini mudah mengakibatkan teknisi atau

manajer di negara kedua merasa tersinggung karena para ahli asing

itu menimbulkan kesan bahwa mereka tidak becus dalam

menjamin keselamatan. Ini suatu konsekuensi yang patut

disesalkan. Namun demikian, kepekaan antar budaya seperti itu

tidak pernah boleh menjadi alasan bahwa keamanan dan kese-

lamatan instalasi tidak terjamin optimal.

j. Alih Teknologi KMN harus Dilaksanakan secara Aman

Kerap kali teknologi memungkinkan beberapa alternatif

dalam membangun suatu sistem teknologis. Terdorong oleh

pertimbangan ekonomis, biasanya orang cenderung memilih

altematif yang paling murah. Menurut norma ini prioritas harus

diberikan kepada keamanan. Kalau mungkin, teknologi harus

dirancang sesuai dengan kebudayaan dan kondisi setempat,

sehingga terjamin keamanan optimal.

Page 10: Etika Dalam Bisnis Global

Gambar 2. Dilema Etika Bisnis

Sumber : Internet

B. Masalah-masalah dalam Etika Bisnis Internasional

Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima

kategori yaitu: Suap (Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception),

Pencurian (Theft), Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination) yang

masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi,

menerima, atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan

mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan

kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang

dengan membeli pengaruh. 'Pembelian' itu dapat dilakukan baik

dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun

'pembayaran kembali' setelah transaksi terlaksana. Suap kadangkala

tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat

dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah

(gift) tidak selalu dapat disebut sebagai suap, tergantung dari maksud

dan respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.

Page 11: Etika Dalam Bisnis Global

2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa

atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat

berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau

penolakan industri terhadap seorang individu.

3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan

yang disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.

4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu

yang bukan hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa

persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa property fisik

atau konseptual.

5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan

tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang

disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama.

Suatu kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan setara

tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara mereka yang 'disukai'

dan tidak.

Sedangkan masalah etika bisnis internasional lain yang dibahas

dalam makalah ini antara lain: Korupsi, Sweatshop, Hak Asasi,

Pencemaran Lingkungan, dan Kewajiban Moral, yang masing-masing

dijelaskan sebagai berikut

6. Korupsi

Korupsi hampir telah menjadi masalah di setiap kegiatan ekonomi

internasional. Biasanya setiap pelaku kegiatan bisnis internasional

akan mendapatkan kemudahan dan keuntungan dengan membayar

Page 12: Etika Dalam Bisnis Global

beberapa uang kepada instansi pemerintah. Kondisi seperti itu

memberikan kesempatan bagi beberapa pelaku bisnis internasional

untuk berlomba-lomba melobi pemerintah setempat, dan dampaknya

persaingan sehatpun tidak terelakkan lagi. Untuk menanggulangi

masalah ini diperlukan regulasi dari pemerintah tentang korupsi dan

sanksi untuk para pelakunya, agar persaingan usaha dapat berjalan

dengan sehat.

7. Sweatshop on Employment Practice

Sweatshop adalah pemerasan terhadap pekerja dengan

mempekerjakanya dengan lebih keras dan dengan waktu yang lebih

lama daripada standar untuk tujuan mendapatkan keuntungan yang

lebih besar. Pemberian upah yang tidak sesuai dengan pekerjaan juga

merupakan salah satu indikasi dari praktik sweatshop. Sekali lagi

pemerintah berperan vital dalam masalah ini, pemerintah sebagai

jembatan antara Pelaku KMN dan sumberdaya setempat harus

memberi regulasi yang jelas tentang aturan main yang sesuai standar

daerah tersebut serta berperan aktif dalam memberikan pengawasan

terhadap praktik operasi usaha.

8. Hak Asasi

Pengakuan hak asasi yang tercantum dalam deklarasi perserikatan

bangsa-bangsa telah menjadi salah satu pondasi yang kuat dalam

pengaplikasian di lingkungan usaha, terutama di dunia bisnis

internasional. Berikut ini merupakan hak-hak internasional yang harus

diperhatikan oleh pelaku KMN, antara lain:

a. Hak untuk bergerak

b. Hak untuk memeliki properti

c. Hak kebebasan dari penindasan

d. Hak untuk mendapatkan pengadilan yang adil

e. Hak untuk tidak didiskriminasikan

f. Hak untuk mendapatkan keamanan fisik

g. Hak untuk kebebasan berbicara dan berasosiasi

Page 13: Etika Dalam Bisnis Global

h. Hak untuk pendidikan

i. Hak untuk berpartisipasi dalam politik

j. Hak untuk mendapatkan nafkah

Semua komponen harus berperan aktif dalam menjaga hak asasi,

pemerintah berperan memberi regulasi dan pengawasan sedangkan

KMN dan para pekerja berperan serta dalam mengawasi pelaksanaan

9. Pencemaran Lingkungan

Pemanasan global yang sudah mulai terasa akhir-akhir ini salah

satunya disebabkan oleh praktek KMN. KMN merupakan

penyumbang polusi terbesar dibandingkan penyebab yang lainya.

KMN harus bertanggung jawab atas hal ini yaitu dengan

mengembangkan produk ramah lingkungan, mengurangi bahan bakar

fosil, mengurangi polusi dengan menciptakan teknologi terbaru yang

meminimalisir polusi, dan berperan aktif dalam kegiatan penghijauan.

10. Kewajiban Moral

Kewajiban moral dalam menjalankan bisnis internasional

merupakan aspek pokok dalam menjalankan operasi bisnis.

Pengembangan usaha yang bertujuan meningkatkan keuntungan harus

diimbangi kewajiban moral agar terjadi keselarasan yang ideal.

Corporate Social Responbility atau CSR merupakan wujud kewajiban

moral yang harus dilakukan oleh pelaku KMN. Dengan melakukan

CSR secara berkelanjutan KMN akan mendapatkan citra positif dan

tentunya dapat menjalankan usahanya untuk jangka yang panjang.

Banyak KMN yang menghindari CSR demi mengurangi biaya, dalam

hal ini pemerintah seharusnya menetapkan regulasi tentang standar

CSR yang dibebankan kepada KMN serta melakukan pengawasan

dalam praktik pelaksanaanya.

Page 14: Etika Dalam Bisnis Global

C. Kasus

Kasus I

Tuntutan RI terhadap RIM

Blackberry merupakan

salah satu perusahaan

smartphone yang

berpusat di Kanada.

Blackberry sendiri

sudah memiliki pangsa

pasar yang jelas yaitu kalangan yang membutuhkan kecepatan dan

ketepatan dalam mendukung mobilitas penggunanya.Blackberry sendiri

mempunyai pasar diseluruh dunia dan tentunya diindonesia juga memiliki

pasar yang cukup besar terbukti lebih dari 2 juta pengguna smartphone ini

diindonesia.Tentunya dengan pengguna yang segitu banyak pemerintah

Indonesia menginginkan adanya keikutsertaan pihak research in motion

selaku perusahaan blackberry dalam membangun bangsa kita ini.dalam

kasus ini masalah yang timbula antara pemerintah vs RIM.

Kami meminta RIM agar menghormati dan mematuhi peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,” kata Tifatul kepada

VIVAnews.com, Minggu, 9 Januari 2011. Semestinya, kata Tifatul, sama

seperti penyedia layanan

internet lainnya, RIM juga

harus memblokir situs-

situs porno agar tak dapat

diakses oleh pelanggan di

Indonesia.

Menkominfo yang pernah

menjabat sebagai Presiden

Partai Keadilan Sejahtera itu menyediakan waktu dua minggu bagi RIM,

Page 15: Etika Dalam Bisnis Global

tepatnya tanggal 21 Januari 2011 untuk memulai pemblokiran. Bila tidak,

layanan BlackBerry yang justru akan diblokir pemerintah

Protes  yang merebak, tidak menyurutkan niat Menteri Komunikasi dan

Informatika Tifatul Sembiring untuk memblokir layanan akses Blackberry

di Indonesia. Ia tetap akan melakukan pemblokiran jika RIM tak segera

mengindahkan tututannya.

Berikut delapan tuntutan yang disodorkan kepada RIM:

Kita minta RIM agar hormati & patuhi Peraturan Perundangan yang

berlaku di Indonesia, terkait UU 36/1999, UU 11/2008 dan UU

44/2008.

Kita minta RIM agar buka perwakilan di Indonesia, karena pelanggan

RIM di Indonesia untuk Blackberry sudah lebih dari 2 juta

Kita Minta RIM agar membuka service center di Indonesia untuk

melayani & mudahkan pelanggan mereka yang WNI.

Kita minta RIM agar merekrut dan menyerap tenaga kerja Indonesia

secara layak dan proporsional.

Kita minta RIM agar sebanyak mungkin menggunakan konten lokal

Indonesia, khususnya mengenai software.

Kita minta RIM agar memasang software blocking terhadap situs-situs

porno, sebagaimana operator lain sudah mematuhinya.

Kita minta RIM agar bangun server/ repeater di Indonesia, agar aparat

hukum dapat lakukan penyelidikan terhadap pelaku kejahatan,

termasuk koruptor.

Sejauh ini terkesan RIM mengulur-ulur waktu untuk menjalankan

komitmen mereka. Apakah kita sebagai bangsa mau diperlakukan

seperti itu?

“Rencana pemblokiran yang akan dilakukan pemerintah terhadap layanan

BlackBerry itu akibat masih dimungkinkannya pengguna mengakses

konten porno lewat BlackBerry,” kata Gatot S Dewa Broto, Kepala Pusat

Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, menambahkan.

Page 16: Etika Dalam Bisnis Global

Kasus II

India blokir blackberry

Pengguna BlackBerry di India bisa bernafas lega. Pasalnya, India

tetap mengizinkan BlackBerry beroperasi setelah sebelumnya sempat

mengancam bahwa layanan ponsel pintar itu bakal diblokir karena

produsennya tidak memberi akses melacak aliran data dari para pengguna

sehingga bisa membahayakan keamanan negara.

Kementerian Dalam Negeri India pada pernyataannya, Jumat, 29

Oktober 2010, mengatakan bahwa produsen BlackBerry asal Kanada,

Research in Motion Ltd. (RIM), telah menyetujui adanya campur tangan

pemerintah secara legal dalam mengakses pesan pada data Blackberry.

Data yang akan dienkripsi oleh pemerintah adalah data pada pengirim

pesan Blackberry Messenger.

Sampai saat ini, layanan ini akan tetap tersedia,” ujar pernyataan

kementerian tersebut seperti yang dilansir dari kantor berita Associated

Press.

Sebelumnya, India Agustus lalu mengancam akan memblokir

layanan email dan pengiriman pesan jika RIM tidak memberikan akses

bagi pemerintah untuk memonitor mereka. Tenggat waktu itu diperpanjang

sampai bulan Oktober. Namun, tidak dijelaskan kesepakatan apa yang

diperoleh pemerintah India dengan RIM sehingga pemblokiran layanan

tidak terwujud.

Ancaman blokir yang dilakukan oleh pemerintah India dilakukan

menyusul kekhawatiran digunakannya layanan pesan dari ponsel tersebut

untuk aktivitas terorisme. Data yang tidak dapat dienkripsi pemerintah ini

juga dikhawatirkan dapat digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk

mengambil informasi penting dari penggunanya.

Sebelumnya, negara Uni Emirat Arab juga telah memperbolehkan

kembali penggunaan BlackBerry di negaranya setelah sebelumnya

mendapat ancaman blokir karena sulitnya pemerintah mengakses data.

Page 17: Etika Dalam Bisnis Global

Diperbolehkannya layanan BlackBerry di negara ini setelah Badan

Regulator Telekomunikasi mengatakan bahwa layanan ponsel ini telah

sesuai dengan kerangka peraturan telekomunikasi UEA.

RIM pada pernyataannya telah memastikan keamanan data para

penggunanya pada layanan BlackBerry. Perusahaan asal Kanada ini

optimis mereka akan mencapai solusi akhir pada bulan Januari untuk

memuaskan semua pihak di India. RIM mengatakan tidak akan mengganti

sistem keamanan untuk email perusahaan dan tidak melakukan perjanjian

khusus dengan salah satu negara perihal kebebasan akses.

India saat ini juga meminta semua perusahaan yang menggunakan

komunikasi terinkripsi, tidak hanya RIM, untuk membangun server di

negara tersebut sehingga memudahkan pengaksesan data. Perusahaan

tersebut adalah Gmail dari Google Inc. dan perusahaan telepon internet

Skype SA.

Analisis Kasus

Dalam kasus Research In Motion vs Menkominfo ini yang menjadi

inti masalah dikedua belah pihak adalah masalah keikutsertaan dan

kontribusi Research In Motion dalam kepentingan pemrintah. Ada

beberapa tuntutan pemerintah yang disampaikan diatas.

Berdasarkan Cultural relativism (Menyesuaikan Diri dengan Etika Negara

Lain) yang menyatakan bahwa, Seseorang atau organisasi harus

menyesuaikan/menerapkan etika budaya dimana ia menjalankan bisnisnya.

Ada peribahasa ‘’ When in Rome, do as the Romans do” (Kalau di Roma,

bertindaklah sebagaimana dilakukan orang roma).

Menurut teori cultural relativism ini seluruh perusahaan ataupun

organisasi diseluruh dunia ketika memasuki pangsa pasar disuatu negara

harus mengikuti tata aturan yang berlaku dinegara tersebut.karena tentunya

cultur setiap negara berbeda beda sehingga perlu penyesuaian supaya bisa

diterima dan tidak bersinggungan dengan norma yang berlaku. Dalam hal

Page 18: Etika Dalam Bisnis Global

ini pihak Research In Motion harus mematuhi permintaan beberapa

tuntutan pemerintah selama tidak merugikan pihak RIM sendiri.