etika bisnis
Post on 21-Jul-2015
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
Penerapan Teori Etika
Sumber Daya Manusia
Pentingnya Sumber Daya Manusia dalam Sebuah Perusahaan
Peran SDM bagi sebuah perusahaan yang ingin berumur panjang merupakan suatu hal
strategis. Oleh karena itu, untuk menangani SDM yang handal harus dilakukan secara efisien
dan efektif. Pemerintah harus memperhatikan betul perberdayaan manusia untuk
meningkatkan kinerja, mengembangkan budaya yang mendukung penerapan inovasi dan
fleksibilitas. Peran strategis SDM dalam organisasi bisnis dapat dikolaborasi dari segi teori
sumber daya.
Fungsi perusahaan adalah mengerahkan seluruh sumber daya atau kemampuan
internal untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor eksternal utama. Sumber daya
sebagaimana disebutkan di atas, adalah SDM strategis yang memberikan nilai tambah (added
value) sebagai tolak ukur keberhasilan bisnis. Kemampuan SDM dalam bidang informatika
merupakan dukungan penuh dari perusahaan. Dengan demikian, dari segi sumber daya,
strategi bisnis adalah mendapatkan added value yang maksimum yang dapat
mengoptimumkan competitive advantage.
Peter Drucker (1998), pakar manajemen terkenal bahkan mengemukakan bahwa
tantangan bagi para manajer sekarang adalah tenaga kerja kini cenderung tak dapat diatur
seperti tenaga kerja generasi yang lalu. Titik berat pekerjaan kini bergerak sangat cepat dari
tenaga manual dan clerical ke knowledge-worker yang menolak menerima perintah
(komando) ala militer, sebagaimana cara yang diadopsi oleh dunia bisnis 100 tahun yang lalu.
Kecenderungan yang kini berlangsung adalah, angkatan kerja dituntut memiliki pengetahuan
baru (knowledge-intensive, high tech-knowledgeable), yang sesuai dinamika perubahan yang
tengah berlangsung. Tenaga kerja di sektor jasa di negara maju (kini sekitar 70 persen) dari
tahun ke tahun semakin meningkat, dan tenaga paruh waktu (part-timer) juga semakin
meningkat. Pola yang berubah ini menuntut pengetahuan baru dan cara penanganan
(manajemen) yang baru. Moskowitz, R. and Warwick D. (1996) berpendapat, bahwa Human
capital yang mengacu kepada pengetahuan, pendidikan, latihan, keahlian, dan ekspertis
tenaga kerja perusahaan kini menjadi sangat penting, dibandingkan dengan waktu-waktu
lampau.
Malcolm Baldrige, menyatakan bahwa penanganan SDM sebagai Human Capital
telah berhasil jika Meneger SDM sudah merencanakan penerapan dan intergrasi pertumbuhan
pegawai secara penuh, mencakup program pelatihan, alur pengembangan karier,
penilaian/proses kesadaran pribadi, kompensasi, pemberian wewenang, dan hasil terukur. Di
samping itu manajemen senior dan madya terlibat secara penuh dan mendukung serta turut
berlatih bersama untuk membangun perkembangan organisasi dan pegawai. Semua
personalia dalam organisasi sudah merasakan bekerja dalam kelompok (bukan hanya sebagai
individu). Setiap unit kerja sudah menguasai pegawai mereka melalui kelompok fungsional
dan pembagian informasi yang sesuai dengan fungsi masing-masing. Perusahaan sebagai
organisasi telah mempunyai suatu rencana menyeluruh dan secara penuh terhadap
pengembangan sumber daya manusia dengan memberikan pengakuan dan penghargaan
terhadap penigkatan kualitas secara penuh. Dan, setiap pegawai mendapatkan reward untuk
setiap prestasi.
Untuk mencapai penanganan SDM sebagai Human Capital dapat dinilai dari
komponen-komponen sebagai berikut:
(1). Perencanaan dan Pengelolaan SDM
a. Seberapa jauh perencanaan SDM dikaitkan dengan strategi.
b. Seberapa jauh SDM dikaitkan dengan tujuan peningkatan kualitas.
c. Seberapa besar penggunaan data pegawai untuk peningkatan pengelolaan SDM.
(2). Peningkatan Pegawai
a. Seberapa besar insentif bagi keterlibatan pegawai dalam peningkatan kualitas.
b. Seberapa besar wewenang yang diberikan kepada pegawai dalam area kerja mereka.
c. Bagaimana pengukuran dan pemantauan pegawai dalam peningkatan kualitas.
d. Bagaimana indicator monitoring keterlibatan pegawai pada semua tingkatan.
(3). Pendidikan dan Pelatihan
a. Bagaimana sistematika pengembangan program pelatihan dan pendidikan.
b. Bagaimana mengukur kaitan pelatihan dan pendidikan dengan pekerjaan pegawai.
c. Seberapa jauh pengaruh hasil pelatihan berhubungan dengan area Pekerjaan pegawai.
d. Bagaimana mengukur pelatihan pegawai dengan kategori pekerjaan.
(4). Kinerja Pegawai dan Pengakuan
a. Seberapa jauh reward program mendukung tujuan peningkatan mutu.
b. Bagaimana intensitas organisasi meninjau ulang dan meningkatan reward program.
c. Bagaimana pengelolaan data dan bukti pengenalan setiap pegawai.
d. Bagaimana keberlanjutan peningkatan program untuk mencapai kepuasan pegawai.
(5). Kepuasan Pegawai
a. Seberapa jauh program pengembangan pelayanan kepada pegawai;
b. Bagaimana system penilaian & evaluasi kepuasan pegawai;
c. Bagaimana kelengkapan data dalam peningkatan dan pelayanan pegawai.
Dengan demikian, human capital, bukanlah memposisikan manusia sebagai modal
layaknya mesin, sehingga seolah-olah manusia sama dengan mesin, sebagaimana teori human
capital terdahulu. Namun setelah teori ini semakin meluas, maka human capital justru bisa
membantu pengambil keputusan untuk memfokuskan pembangunan manusia dengan
menitikberatkan pada investasi pendidikan (termasuk pelatihan) dalam bidang informatika
sebagai rangka peningkatan mutu organisasi sebagian pembangunan bangsa. Penanganan
SDM sebagai human capital menunjukkan bahwa hasil dari investasi non fisik jauh lebih
tinggi dibandingkan investasi berupa pembangunan fisik.
Islam sebagai sebuah way of life, mengajarkan dan mengatur bagaimana
menempatkan SDM pada sebuah syirkah (perusahaan). Islam sangat peduli terhadap hukum
perlindungan hak-hak dan kewajiban mutualistik antara pekerja dengan yang
mempekerjakan. Etika kerja dalam Islam mengharuskan, bahwa gaji dan bayaran serta
spesifikasi dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan harus jelas dan telah disetujui pada
saat adanya kesepakatan awal, dan pembayaran telah dilakukan pada saat pekerjaan itu telah
selesai tanpa ada sedikitpun penundaan dan pengurangan.
Para pekerja juga mempunyai kewajiban untuk mengerjakan pekerjaannya secara
benar, effektif, dan effisien. Al Quran mengakui adanya perbedaan upah di antara pekerja
atas dasar kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan sebagaimana yang dikemukakan dalam
Surah Al Ahqaaf ayat 19, Surah Al Najm ayat 39-41. Sungguh sangat menarik apa yang ada
dalam Al Quran yang tidak membedakan perempuan dengan laki-laki dalam tataran dan
posisi yang sama untuk masalah kerja dan upah yang mereka terima, sebagaimana yang
terungkap dalam Surah Ali-Imran ayat 195.
فاستجاب لم رب هم أني ال أضيع عمل عامل منكم من ذكر أ كم من ب ب و أائاهم وا وقتلوا كأكير عن هم سيي هاجروا وأخرجوا من ديارهم وأوذوا ف سبيلي وقات ل فالذين
هار ث وابا من عند الل واب وكأدخلن هم جنات تري من تتها اكأ ان ال عندس واللArtinya: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman),
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu,
baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang
lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti
pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-
kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-
sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang
baik."(QS.Al-Imran:195)
Islam juga menganjurkan, untuk melakukan tugas-tugas dan pekerjaan tanpa ada
penyelewelengan dan kelalaian, dan bekerja secara efisien dan penuh kompentensi.
Ketekunan dan ketabahan dalam bekerja dianggap sebagai sesuatu yang mempunyai nilai
terhormat. Suatu pekerjaan kecil yang dilakukan secara konstan dan professional lebih baik
dari sebuah pekerjaan besar yang dilakukan dengan cara musiman dan tidak professional. Hal
ini sesuai dengan Sabda Rasullulah yang berbunyi ”Sebaik-baiknya pekerjaan adalah yang
dilakukan penuh ketekunan walaupun sedikit demi sedikit.”(H.R. Tirmidzi).
Kompentensi dan kejujuran adalah dua sifat yang membuat seseorang dianggap
sebagai pekerja unggulan sebagaimana yang dinyatakan dalam Surah Al Qashash ayat 26.
داها يا أبت استأجرس إ خي ر من استأجرت ال قوي اكأمن قالت إ
Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".(QS.Al-
Qashas:26).
Standard Al Quran untuk kepatutan sebuah pekerjaan adalah berdasarkan pada
keahlian dan kompetensi seseorang dalam bidangnya. Ini merupakan hal penting, karena
tanpa adanya kompentensi dan kejujuran, maka bisa dipastikan tidak akan lahir efisiensi dari
seseorang. Oleh karena itu, merupakan kewajiban bagi manajemen sebuah organisasi
(perusahaan) untuk menempatkan seseorang sesuai dengan kompetensinya.
Berdasarkan ayat-ayat di atas, dapat disimpulkan, bahwa Islam mengajarkan SDM
dalam sebuah perusahaan merupakan salah satu capital bukan sebagai cost unit. Dengan
demikian, penanganan SDM sebagai human capital, bukanlah sesuatu yang baru dalam
aktivitas ekonomi Islami.
Menanamkan jiwa Jujur, Tulus Hati, dan Benar
Al-Qur’an memerintahkan pada manusia untuk jujur, tulus/ikhlas dan benar dalam
semua perjalanan hidupnya, dan ini sangat dituntut dalam bidang bisnis. Pada saat penipuan
tipu daya dikutuk dan dilarang, kejujuran tidak hanya diperintahkan, ia dinyatakan sebagai
keharusan yang mutlak dan absolute. Sesekali kejujuran diseberangkan/diaposisikan dengan
hipokrasi (kemunafikan) disamping ayat-ayat yang ada didalam Al-Qur’an yang
memerintahkan kejujuran dan tulus hati ini, disana juga masih banyak hadist yang
memerintahkan agar manusia berlaku jujur dan tulus hati.
Islam juga memerintahkan setiap Muslim untuk jujur, baik dalam perkataan maupun
perbuatan. Bentuk niat dari sebuah pekerjaan akan sangat menentukan takaran keikhlasan
seseorang. Islam memerintahkan semua transaksi bisnis secara jujur, tidak akan memberikan
koridor dan ruang penipuan, kebohongan dan eksploitasi dalam segala bentuknya. Perintah
ini mengharuskan setiap pelaku bisnis untuk secara ketat berlaku adil dan lurus dalam semua
dealing dan transaksi bisnisnya. Barang siapa yang tidak melakukan perintah Al-Qur`an yang
demikian dan terlibat dalam penipuan, kebohongan dan eksploitasi mereka diancam dengan
hukuman yang sangat berat.
Effisien dan Kompeten
Islam menganjurkan pada kaum Muslimin untuk melakukan tugas-tugas dan
pekerjaannya dengan tanpa penyelewengan dan kelalaian. Ia hendaknya melakukan tugas-
tugas dengan cara yang seeffisien mungkin dan penuh kompetensi. Ketabahan dalam bekerja
dianggap sebagai sesuatu yang memiliki nilai terhormat. Satu pekerjaan kecil yang dilakukan
dengan cara konstan dan profesional lebih baik dari sebuah pekerjaan besar yang dilakukan
dengan cara musiman dan tidak profesional. Kompetensi dan kejujuran adalah dua sifat yang
membuat seseorang yang dianggap sebagai pekerja yang jempolan.
Al-Qur`an memerintahkan manusia untuk menguasai alam ini dan mempergunakan
sumber-sumber kekayaannya. Al-Qur`an menyuruh manusia untuk menguasai lautan dan
mempergunakan sebagai sarana navigasi, untuk mencari makanan-makan dari laut, untuk
mencari mutiara-mutiara yang bisa dipergunakan untuk kepentingan mereka. Al-Qur`an juga
memerintahkan manusia untuk mengolah besi, untuk membangun industri-industri berat atau
untuk membangun rumah besar dan seterusnya.
Karena tidak ada satupun pekerjaan dan tugas yang tidak bisa dilakukan kecuali
dengan cara yang efisien dan kompeten, maka otomatis peningkatan kualitas-kualitas dalam
masalah ini dengan sendirinya merupakan sebuah kebutuhan yang tidak bisa dielakkan. Inilah
sebabnya mengapa Al-Qur`an menyuruh setiap Muslim menjadi seseorang yang melakukan
segala sesuatu dengan efisien dan kompeten.
BAB II
Kerja, Gaji dan Bayaran.
Etika kerja dalam Islam mengharuskan bahwasanya gaji dan bayaran serta spesifikasi
dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan hendaknya jelas disetujui pada saat mengadakan
kesepakatan awal . ini juga mengharuskan bahwa gaji yang telah ditentukan, dan juga
bayaran-bayaran yang lain yang hendaknya dibayarkan pada saat pekerjaan itu telah selesai
tanpa ada sedikitpun penundaan dan pengurangan. Al-Qur’an mengakui adanya perbedaan
diantara para pekerja atas dasar kwalitas dan kwantitas kerja yang dilakukan. Ini memberikan
bukti bahwa gaji yang didapat oleh para pekerja tidak harus sama rata.
Islam telah menetapkan hukum untuk perlindungan hak-hak dan kewajiban
mutualistik antara para pekerja dan yang memperkerjakan. Sesuai dengan etika kerja dalam
islam, seorang pekerja haruslah berlaku adil dan jujur terhadap apa yang menjadi tugas dan
kerjanya. Orang yang mempekerjakan orang lain, yang berusaha melakukan penundaan atau
melakukan kesewenang-wenangan pada mereka, maka dalam pandangan Al-Qur’an,
dianggap sebagai dosa besar dan berhak mendapatkan siksaan. Al-Qur’an memerintahkan
bahwa gaji hendaknya ditentukan atas dasar konsultasi dan kesepakatan. Al-Qur’an
memerintahkan orang-orang yang beriman untuk menjaga amanah dan tanggung jawab yang
dibebankan pada dirinya.
Pekerja yang paling baik adalah orang yang melakukan pekerjaannya dengan penuh
efisien yang benar. Setiap orang harus bertanggung jawab ini juga berlaku bagi sebuah
pekerjaan yang dia emban, apapun bentuk pekerjaan itu.
Seseorang yang bekerja untuk orang lain, baik perusahaan ataupun institusi, telah
Allah perintahkan untuk melakukan pekerjaannya dengan cara yang seefisien dan sebaik
mungkin. Pekerjaan yang diberikan seseorang pada dirinya adalah sebagai amanah,
penerimaaan kerja itu hendaknya dengan cara yang amanah, dan kemudian dia harus
memenuhi amanah itu dengan sebaik-baiknya. Yusuf Musa mengutip sabda
Rasulullah,”Setiap orang dari kalian adalah pemimpin, dan mereka akan dimintai
pertanggung jawabannya,” ia berkata bahwa ini juga meliputi setiap pekerja karena
“Tanggung jawabnya” adalah pekerjaan yang dibebankan pada dirinya didalam Al-Qur’an
dan hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah termasuk didalamnya masalah
pekerjaan seseorang ataupun sebuah tanggung jawab, sebagaimana antonym dari kata
amanah yaitu khiyanah di dalamnya mencakup semua bentuk pengingkarandan tidak
dipenuhi tanggung jawab seseorang terhadap amanah dan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.
Seleksi Berdasarkan Keahlian
Standar Al-Qur`an untuk kepatutan sebuah pekerjaan adalah berdasarkan pada
keahlian dan kekompetanan seseorang dalam bidang tertentu. Ini penting untuk ditekankan,
karena tanpa adanya prasyarat kompetensi dan kejujuran maka bisa dipastikan tidak akan
lahir efisiensi dari seseorang. Abdul Hadi menekankan bahwasannya Al-Qawi (kuat dan
efisien) bisa dilihat pada surat 28:26 memberikan gambaran bahwa prioritas pemilihan
seseorang pekerja hendaknya didasarkan bahwasannya seseorang melebihi yang lain dalam
kapasitasnya, baik secara fisik maupun mental, untuk memangku pekerjaan yang disediakan.
Disamping adanya ayat-ayat Al-Qur`an, banyak hadits Rasulullah yang
memerintahkan pada orang-orang yang beriman untuk melihat keahlian dan kompetensi
sebagai kriteria utama untuk menetapkan pekerjaan dalam sebuah tugas publik. Oleh karena
itu merupakan kewajiban bagi pemilik otoritas untuk melakukan investigasi sebelum ia
menentukan seseorang dalam jabatan publik tertentu, terutama sekali dalam posisi kunci
mengambil keputusan. Rasullullah sendiri merasa perlu melakukan interview dengan Muadz
bin Jabal untuk melihat kapasitas dan kompetensinya sebelum dia ditunjuk menjadi seorang
hakim (qadhi) di Yaman.
BAB III
Contoh di lapangan
beserta Analisanya
Pada makalah ini saya mencoba untuk mengambil contoh dari Perguruan tinggi yang
memasukkan kurikulum program pendidikan informatika atau ilmu komputer.Kendala yang
dihadapi untuk perguruan tinggi Program pendidikan informatika atau ilmu komputer saat ini
adalah penyiapan Sumber Daya Manusia sebagai pengajar dan pendidik dibidang
Informatika. sebagaimana kita ketahui bahwa Permintaan akan tenaga lulusan Informatika
sedemikian tinggi khususnya dalam lingkungan masyarakat Islam, sehingga Perguruan
Tinggi harus bersaing dengan industri untuk mendapatkan tenaga pengajar, karena Ilmu
Informatika adalah ilmu yang sedang berkembang, dan sekaligus dipakai di perusahaan-
perusahaan. Pemakaian komputer yang makin merambah berbagai bidang mendorong makin
berkembangnya informatika.Informatika telah melahirkan berbagai tingkatan profesi yang
semakin menuntut spesialisasi khususnya dalam bidang perangkat lunak.
Analisa dilapangan
Saat ini persoalan sumberdaya manusia menjadi lebih banyak disebabkan oleh
tantangan bisnis yang dihadapi perusahaan. Pendidikan di Indonesia telah mencoba untuk
menjawab tuntutan kebutuhan tenaga profesional di bidang Informatika dengan adanya
program studi Diploma, Strata-1 dan Strata-2.
Kerja sama dengan pihak industri dan yang membutuhkan lulusan universitas layak
untuk digalang, agar universitas dan industri saling mengisi dalam rangka menghasilkan
lulusan yang sesuai dengan kebutuhan.
Saya mendapat informasi dari berbagai sumber bacaan yang saya baca ,bahwa
Kurikulum S1 saat ini di Indonesia untuk Program Studi Ilmu Komputer atau Informatika
dirancang dengan beban 144 sks dan komposisi sebagai berikut :
Mata kuliah dasar umum 30 %
Mata kuliah dasar keahlian 30 %
Mata kuliah keahlian 34 %
Kerja Praktek dan Tugas Akhir 6 %
Dari pandangan yang saya pahami di atas bahwa Mata kuliah dasar keahlian dan mata
kuliah keahlian hanya mampu untuk membekali mahasiswa dengan keahlian Informatika
secara umum saja . Di antara mata kuliah keahlian termasuk di dalamnya adalah 15 % untuk
mata kuliah pilihan. Sebenarnya mata kuliah pilihan ini menentukan bidang spesialisasi
mahasiswa yang ditekuninya dengan mengerjakan Tugas Akhir dan Skripsi . Melihat
kecilnya porsi dari mata kuliah pilihan itu, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pendidikan
S1 Informatika saat ini adalah hanya membentuk tenaga siap latih, dan belum siap pakai
secara 100 % untuk bidang tertentu. Selain itu, pendidikan Informatika harus berkejar-
kejaran dengan kemajuan tools (perangkat keras dan perangkat lunak) yang selalu baru.
Kurikulum pada hakekatnya hanya boleh berubah setiap lima tahun. Maka kurikulum harus
dibuat umum.
Tujuan pendidikan S1 tersebut untuk dapat menghasilkan lulusan dengan kemampuan
dalam bidang :
1. Perangkat Lunak sesuai dengan peran yang lebih spesifik misalnya : anggota tim
perangcang program dan pemrograman, penguji perangkat lunak atau software tester,
perancang basis data atau database engineer, software configuration manager, dan
sebagainya.
2. Perangkat Keras (perancang sistem komunikasi data atau data communicaton engineer
dan sebagainya)
3. Jaringan Komputer (perancang sistem jaringan komputer atau network engineer dan
sebagainya)
Keterbatasan S1 adalah singkatnya waktu (sks) yang disediakan untuk mendapatkan
ijasah Sarjana. Karena itu tidak mungkin bahwa lulusan S1 akan merupakan tenaga siap
pakai. Solusi yang dipilih oleh Jurusan teknik Informatika adalah dengan memberikan bekal
berupa pengetahuan dasar yang siap dipraktekkan di tempat kerja. Inipun hanya sempat
untuk Rekayasa Perangkat Lunak dan tidak akan mampu untuk penguasaan akan materi ilmu
sosial yang akan dikomputerisasi (misalnya perbankan, industri kimia, industri
telekomunikasi dan sebagainya).
Dalam kegiatan belajar mengajar, karena Informatika tergolong ilmu yang unik maka
seorang "programmer" yang baik belum tentu mampu menjadi pengajar pemrograman.
Demikian pula seorang pengajar mata kuliah Compiler akan sangat sulit mengajarkan mata
kuliah (ataupun kalau berhasil sulit dimengerti mahasiswanya) jika tidak pernah
"menulis/membuat" compiler walau dalam skala kecil.
Dosen juga perlu meneliti dan mengikuti hasil penelitian di negara maju, supaya kita
tidak hanya sebagai konsumen teknologi, namun juga dapat memberikan kontribusi yang
berarti dalam bidang Informatika di dunia Islam.
Persiapan tenaga pengajar yang handal memakan waktu yang lama. Sebagai catatan,
Jurusan Teknik Informatika ITB mengirimkan staffnya ke luar negeri pada tahun 1974 untuk
memulai program pendidikan pada tahun 1981. Mungkin pada saat itu persiapan lebih lama
karena pada saat ITB mulai mengirimkan stafnya ke luar negeri belum ada program
pendidikan Informatika di dalam negeri. Tersedianya program pendidikan yang baik di dalam
negeri akan mempercepat pembentukan tenaga pengajar program Informatika.
DAFTAR PUSTAKA
Usman,Sunyoto, Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat,Penerbit:Pustaka Pelajar ,Cet.V,
Yogyakarta,Juli 2008
Arsjad Anwar,Mohammad,Sumber daya,teknologi,dan pembangunan,Penerbit:PT.Gramedia Pustaka
Utama.Jakarta 1995
Informasi singkat tentang Jurusan Teknik Informatika (Program Studi Sarjana dan Megister),
FTI-ITB, Maret 1997.
http://organisasi.org/teori_z_pada_manajemen_sumber_daya_manusia_karyawan_pegawai
ilmu_manajemen_sdm
http://ekonomibersama.blogspot.com/2011/05/penerapan-etika-bisnis-dalam-manajemen.html
top related