etika bisnis

12
BAB I Penerapan Teori Etika Sumber Daya Manusia Pentingnya Sumber Daya Manusia dalam Sebuah Perusahaan Peran SDM bagi sebuah perusahaan yang ingin berumur panjang merupakan suatu hal strategis. Oleh karena itu, untuk menangani SDM yang handal harus dilakukan secara efisien dan efektif. Pemerintah harus memperhatikan betul perberdayaan manusia untuk meningkatkan kinerja, mengembangkan budaya yang mendukung penerapan inovasi dan fleksibilitas. Peran strategis SDM dalam organisasi bisnis dapat dikolaborasi dari segi teori sumber daya. Fungsi perusahaan adalah mengerahkan seluruh sumber daya atau kemampuan internal untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor eksternal utama. Sumber daya sebagaimana disebutkan di atas, adalah SDM strategis yang memberikan nilai tambah (added value) sebagai tolak ukur keberhasilan bisnis. Kemampuan SDM dalam bidang informatika merupakan dukungan penuh dari perusahaan. Dengan demikian, dari segi sumber daya, strategi bisnis adalah mendapatkan added value yang maksimum yang dapat mengoptimumkan competitive advantage. Peter Drucker (1998), pakar manajemen terkenal bahkan mengemukakan bahwa tantangan bagi para manajer sekarang adalah tenaga kerja kini cenderung tak dapat diatur seperti tenaga kerja generasi yang lalu. Titik berat pekerjaan kini bergerak sangat cepat dari tenaga manual dan clerical ke knowledge-worker yang menolak menerima perintah (komando) ala militer, sebagaimana cara yang diadopsi oleh dunia bisnis 100 tahun yang lalu. Kecenderungan yang kini berlangsung adalah, angkatan kerja dituntut memiliki pengetahuan baru (knowledge-intensive, high tech-knowledgeable), yang sesuai dinamika perubahan yang tengah berlangsung. Tenaga kerja di sektor jasa di negara maju (kini sekitar 70 persen) dari tahun ke tahun semakin meningkat, dan tenaga paruh waktu (part-timer) juga semakin meningkat. Pola yang berubah ini menuntut pengetahuan baru dan cara penanganan (manajemen) yang baru. Moskowitz, R. and Warwick D. (1996) berpendapat, bahwa Human capital yang mengacu kepada pengetahuan, pendidikan, latihan, keahlian, dan ekspertis

Upload: taufik-rahman

Post on 21-Jul-2015

15 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: etika bisnis

BAB I

Penerapan Teori Etika

Sumber Daya Manusia

Pentingnya Sumber Daya Manusia dalam Sebuah Perusahaan

Peran SDM bagi sebuah perusahaan yang ingin berumur panjang merupakan suatu hal

strategis. Oleh karena itu, untuk menangani SDM yang handal harus dilakukan secara efisien

dan efektif. Pemerintah harus memperhatikan betul perberdayaan manusia untuk

meningkatkan kinerja, mengembangkan budaya yang mendukung penerapan inovasi dan

fleksibilitas. Peran strategis SDM dalam organisasi bisnis dapat dikolaborasi dari segi teori

sumber daya.

Fungsi perusahaan adalah mengerahkan seluruh sumber daya atau kemampuan

internal untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor eksternal utama. Sumber daya

sebagaimana disebutkan di atas, adalah SDM strategis yang memberikan nilai tambah (added

value) sebagai tolak ukur keberhasilan bisnis. Kemampuan SDM dalam bidang informatika

merupakan dukungan penuh dari perusahaan. Dengan demikian, dari segi sumber daya,

strategi bisnis adalah mendapatkan added value yang maksimum yang dapat

mengoptimumkan competitive advantage.

Peter Drucker (1998), pakar manajemen terkenal bahkan mengemukakan bahwa

tantangan bagi para manajer sekarang adalah tenaga kerja kini cenderung tak dapat diatur

seperti tenaga kerja generasi yang lalu. Titik berat pekerjaan kini bergerak sangat cepat dari

tenaga manual dan clerical ke knowledge-worker yang menolak menerima perintah

(komando) ala militer, sebagaimana cara yang diadopsi oleh dunia bisnis 100 tahun yang lalu.

Kecenderungan yang kini berlangsung adalah, angkatan kerja dituntut memiliki pengetahuan

baru (knowledge-intensive, high tech-knowledgeable), yang sesuai dinamika perubahan yang

tengah berlangsung. Tenaga kerja di sektor jasa di negara maju (kini sekitar 70 persen) dari

tahun ke tahun semakin meningkat, dan tenaga paruh waktu (part-timer) juga semakin

meningkat. Pola yang berubah ini menuntut pengetahuan baru dan cara penanganan

(manajemen) yang baru. Moskowitz, R. and Warwick D. (1996) berpendapat, bahwa Human

capital yang mengacu kepada pengetahuan, pendidikan, latihan, keahlian, dan ekspertis

Page 2: etika bisnis

tenaga kerja perusahaan kini menjadi sangat penting, dibandingkan dengan waktu-waktu

lampau.

Malcolm Baldrige, menyatakan bahwa penanganan SDM sebagai Human Capital

telah berhasil jika Meneger SDM sudah merencanakan penerapan dan intergrasi pertumbuhan

pegawai secara penuh, mencakup program pelatihan, alur pengembangan karier,

penilaian/proses kesadaran pribadi, kompensasi, pemberian wewenang, dan hasil terukur. Di

samping itu manajemen senior dan madya terlibat secara penuh dan mendukung serta turut

berlatih bersama untuk membangun perkembangan organisasi dan pegawai. Semua

personalia dalam organisasi sudah merasakan bekerja dalam kelompok (bukan hanya sebagai

individu). Setiap unit kerja sudah menguasai pegawai mereka melalui kelompok fungsional

dan pembagian informasi yang sesuai dengan fungsi masing-masing. Perusahaan sebagai

organisasi telah mempunyai suatu rencana menyeluruh dan secara penuh terhadap

pengembangan sumber daya manusia dengan memberikan pengakuan dan penghargaan

terhadap penigkatan kualitas secara penuh. Dan, setiap pegawai mendapatkan reward untuk

setiap prestasi.

Untuk mencapai penanganan SDM sebagai Human Capital dapat dinilai dari

komponen-komponen sebagai berikut:

(1). Perencanaan dan Pengelolaan SDM

a. Seberapa jauh perencanaan SDM dikaitkan dengan strategi.

b. Seberapa jauh SDM dikaitkan dengan tujuan peningkatan kualitas.

c. Seberapa besar penggunaan data pegawai untuk peningkatan pengelolaan SDM.

(2). Peningkatan Pegawai

a. Seberapa besar insentif bagi keterlibatan pegawai dalam peningkatan kualitas.

b. Seberapa besar wewenang yang diberikan kepada pegawai dalam area kerja mereka.

c. Bagaimana pengukuran dan pemantauan pegawai dalam peningkatan kualitas.

d. Bagaimana indicator monitoring keterlibatan pegawai pada semua tingkatan.

(3). Pendidikan dan Pelatihan

a. Bagaimana sistematika pengembangan program pelatihan dan pendidikan.

b. Bagaimana mengukur kaitan pelatihan dan pendidikan dengan pekerjaan pegawai.

c. Seberapa jauh pengaruh hasil pelatihan berhubungan dengan area Pekerjaan pegawai.

d. Bagaimana mengukur pelatihan pegawai dengan kategori pekerjaan.

Page 3: etika bisnis

(4). Kinerja Pegawai dan Pengakuan

a. Seberapa jauh reward program mendukung tujuan peningkatan mutu.

b. Bagaimana intensitas organisasi meninjau ulang dan meningkatan reward program.

c. Bagaimana pengelolaan data dan bukti pengenalan setiap pegawai.

d. Bagaimana keberlanjutan peningkatan program untuk mencapai kepuasan pegawai.

(5). Kepuasan Pegawai

a. Seberapa jauh program pengembangan pelayanan kepada pegawai;

b. Bagaimana system penilaian & evaluasi kepuasan pegawai;

c. Bagaimana kelengkapan data dalam peningkatan dan pelayanan pegawai.

Dengan demikian, human capital, bukanlah memposisikan manusia sebagai modal

layaknya mesin, sehingga seolah-olah manusia sama dengan mesin, sebagaimana teori human

capital terdahulu. Namun setelah teori ini semakin meluas, maka human capital justru bisa

membantu pengambil keputusan untuk memfokuskan pembangunan manusia dengan

menitikberatkan pada investasi pendidikan (termasuk pelatihan) dalam bidang informatika

sebagai rangka peningkatan mutu organisasi sebagian pembangunan bangsa. Penanganan

SDM sebagai human capital menunjukkan bahwa hasil dari investasi non fisik jauh lebih

tinggi dibandingkan investasi berupa pembangunan fisik.

Islam sebagai sebuah way of life, mengajarkan dan mengatur bagaimana

menempatkan SDM pada sebuah syirkah (perusahaan). Islam sangat peduli terhadap hukum

perlindungan hak-hak dan kewajiban mutualistik antara pekerja dengan yang

mempekerjakan. Etika kerja dalam Islam mengharuskan, bahwa gaji dan bayaran serta

spesifikasi dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan harus jelas dan telah disetujui pada

saat adanya kesepakatan awal, dan pembayaran telah dilakukan pada saat pekerjaan itu telah

selesai tanpa ada sedikitpun penundaan dan pengurangan.

Para pekerja juga mempunyai kewajiban untuk mengerjakan pekerjaannya secara

benar, effektif, dan effisien. Al Quran mengakui adanya perbedaan upah di antara pekerja

atas dasar kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan sebagaimana yang dikemukakan dalam

Surah Al Ahqaaf ayat 19, Surah Al Najm ayat 39-41. Sungguh sangat menarik apa yang ada

dalam Al Quran yang tidak membedakan perempuan dengan laki-laki dalam tataran dan

posisi yang sama untuk masalah kerja dan upah yang mereka terima, sebagaimana yang

terungkap dalam Surah Ali-Imran ayat 195.

Page 4: etika bisnis

فاستجاب لم رب هم أني ال أضيع عمل عامل منكم من ذكر أ كم من ب ب و أائاهم وا وقتلوا كأكير عن هم سيي هاجروا وأخرجوا من ديارهم وأوذوا ف سبيلي وقات ل فالذين

هار ث وابا من عند الل واب وكأدخلن هم جنات تري من تتها اكأ ان ال عندس واللArtinya: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman),

"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu,

baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang

lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti

pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-

kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-

sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang

baik."(QS.Al-Imran:195)

Islam juga menganjurkan, untuk melakukan tugas-tugas dan pekerjaan tanpa ada

penyelewelengan dan kelalaian, dan bekerja secara efisien dan penuh kompentensi.

Ketekunan dan ketabahan dalam bekerja dianggap sebagai sesuatu yang mempunyai nilai

terhormat. Suatu pekerjaan kecil yang dilakukan secara konstan dan professional lebih baik

dari sebuah pekerjaan besar yang dilakukan dengan cara musiman dan tidak professional. Hal

ini sesuai dengan Sabda Rasullulah yang berbunyi ”Sebaik-baiknya pekerjaan adalah yang

dilakukan penuh ketekunan walaupun sedikit demi sedikit.”(H.R. Tirmidzi).

Kompentensi dan kejujuran adalah dua sifat yang membuat seseorang dianggap

sebagai pekerja unggulan sebagaimana yang dinyatakan dalam Surah Al Qashash ayat 26.

داها يا أبت استأجرس إ خي ر من استأجرت ال قوي اكأمن قالت إ

Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia

sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang

kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".(QS.Al-

Qashas:26).

Standard Al Quran untuk kepatutan sebuah pekerjaan adalah berdasarkan pada

keahlian dan kompetensi seseorang dalam bidangnya. Ini merupakan hal penting, karena

tanpa adanya kompentensi dan kejujuran, maka bisa dipastikan tidak akan lahir efisiensi dari

Page 5: etika bisnis

seseorang. Oleh karena itu, merupakan kewajiban bagi manajemen sebuah organisasi

(perusahaan) untuk menempatkan seseorang sesuai dengan kompetensinya.

Berdasarkan ayat-ayat di atas, dapat disimpulkan, bahwa Islam mengajarkan SDM

dalam sebuah perusahaan merupakan salah satu capital bukan sebagai cost unit. Dengan

demikian, penanganan SDM sebagai human capital, bukanlah sesuatu yang baru dalam

aktivitas ekonomi Islami.

Menanamkan jiwa Jujur, Tulus Hati, dan Benar

Al-Qur’an memerintahkan pada manusia untuk jujur, tulus/ikhlas dan benar dalam

semua perjalanan hidupnya, dan ini sangat dituntut dalam bidang bisnis. Pada saat penipuan

tipu daya dikutuk dan dilarang, kejujuran tidak hanya diperintahkan, ia dinyatakan sebagai

keharusan yang mutlak dan absolute. Sesekali kejujuran diseberangkan/diaposisikan dengan

hipokrasi (kemunafikan) disamping ayat-ayat yang ada didalam Al-Qur’an yang

memerintahkan kejujuran dan tulus hati ini, disana juga masih banyak hadist yang

memerintahkan agar manusia berlaku jujur dan tulus hati.

Islam juga memerintahkan setiap Muslim untuk jujur, baik dalam perkataan maupun

perbuatan. Bentuk niat dari sebuah pekerjaan akan sangat menentukan takaran keikhlasan

seseorang. Islam memerintahkan semua transaksi bisnis secara jujur, tidak akan memberikan

koridor dan ruang penipuan, kebohongan dan eksploitasi dalam segala bentuknya. Perintah

ini mengharuskan setiap pelaku bisnis untuk secara ketat berlaku adil dan lurus dalam semua

dealing dan transaksi bisnisnya. Barang siapa yang tidak melakukan perintah Al-Qur`an yang

demikian dan terlibat dalam penipuan, kebohongan dan eksploitasi mereka diancam dengan

hukuman yang sangat berat.

Effisien dan Kompeten

Islam menganjurkan pada kaum Muslimin untuk melakukan tugas-tugas dan

pekerjaannya dengan tanpa penyelewengan dan kelalaian. Ia hendaknya melakukan tugas-

tugas dengan cara yang seeffisien mungkin dan penuh kompetensi. Ketabahan dalam bekerja

dianggap sebagai sesuatu yang memiliki nilai terhormat. Satu pekerjaan kecil yang dilakukan

dengan cara konstan dan profesional lebih baik dari sebuah pekerjaan besar yang dilakukan

dengan cara musiman dan tidak profesional. Kompetensi dan kejujuran adalah dua sifat yang

membuat seseorang yang dianggap sebagai pekerja yang jempolan.

Page 6: etika bisnis

Al-Qur`an memerintahkan manusia untuk menguasai alam ini dan mempergunakan

sumber-sumber kekayaannya. Al-Qur`an menyuruh manusia untuk menguasai lautan dan

mempergunakan sebagai sarana navigasi, untuk mencari makanan-makan dari laut, untuk

mencari mutiara-mutiara yang bisa dipergunakan untuk kepentingan mereka. Al-Qur`an juga

memerintahkan manusia untuk mengolah besi, untuk membangun industri-industri berat atau

untuk membangun rumah besar dan seterusnya.

Karena tidak ada satupun pekerjaan dan tugas yang tidak bisa dilakukan kecuali

dengan cara yang efisien dan kompeten, maka otomatis peningkatan kualitas-kualitas dalam

masalah ini dengan sendirinya merupakan sebuah kebutuhan yang tidak bisa dielakkan. Inilah

sebabnya mengapa Al-Qur`an menyuruh setiap Muslim menjadi seseorang yang melakukan

segala sesuatu dengan efisien dan kompeten.

Page 7: etika bisnis

BAB II

Kerja, Gaji dan Bayaran.

Etika kerja dalam Islam mengharuskan bahwasanya gaji dan bayaran serta spesifikasi

dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan hendaknya jelas disetujui pada saat mengadakan

kesepakatan awal . ini juga mengharuskan bahwa gaji yang telah ditentukan, dan juga

bayaran-bayaran yang lain yang hendaknya dibayarkan pada saat pekerjaan itu telah selesai

tanpa ada sedikitpun penundaan dan pengurangan. Al-Qur’an mengakui adanya perbedaan

diantara para pekerja atas dasar kwalitas dan kwantitas kerja yang dilakukan. Ini memberikan

bukti bahwa gaji yang didapat oleh para pekerja tidak harus sama rata.

Islam telah menetapkan hukum untuk perlindungan hak-hak dan kewajiban

mutualistik antara para pekerja dan yang memperkerjakan. Sesuai dengan etika kerja dalam

islam, seorang pekerja haruslah berlaku adil dan jujur terhadap apa yang menjadi tugas dan

kerjanya. Orang yang mempekerjakan orang lain, yang berusaha melakukan penundaan atau

melakukan kesewenang-wenangan pada mereka, maka dalam pandangan Al-Qur’an,

dianggap sebagai dosa besar dan berhak mendapatkan siksaan. Al-Qur’an memerintahkan

bahwa gaji hendaknya ditentukan atas dasar konsultasi dan kesepakatan. Al-Qur’an

memerintahkan orang-orang yang beriman untuk menjaga amanah dan tanggung jawab yang

dibebankan pada dirinya.

Pekerja yang paling baik adalah orang yang melakukan pekerjaannya dengan penuh

efisien yang benar. Setiap orang harus bertanggung jawab ini juga berlaku bagi sebuah

pekerjaan yang dia emban, apapun bentuk pekerjaan itu.

Seseorang yang bekerja untuk orang lain, baik perusahaan ataupun institusi, telah

Allah perintahkan untuk melakukan pekerjaannya dengan cara yang seefisien dan sebaik

mungkin. Pekerjaan yang diberikan seseorang pada dirinya adalah sebagai amanah,

penerimaaan kerja itu hendaknya dengan cara yang amanah, dan kemudian dia harus

memenuhi amanah itu dengan sebaik-baiknya. Yusuf Musa mengutip sabda

Rasulullah,”Setiap orang dari kalian adalah pemimpin, dan mereka akan dimintai

pertanggung jawabannya,” ia berkata bahwa ini juga meliputi setiap pekerja karena

“Tanggung jawabnya” adalah pekerjaan yang dibebankan pada dirinya didalam Al-Qur’an

dan hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah termasuk didalamnya masalah

pekerjaan seseorang ataupun sebuah tanggung jawab, sebagaimana antonym dari kata

Page 8: etika bisnis

amanah yaitu khiyanah di dalamnya mencakup semua bentuk pengingkarandan tidak

dipenuhi tanggung jawab seseorang terhadap amanah dan kepercayaan yang diberikan

kepadanya.

Seleksi Berdasarkan Keahlian

Standar Al-Qur`an untuk kepatutan sebuah pekerjaan adalah berdasarkan pada

keahlian dan kekompetanan seseorang dalam bidang tertentu. Ini penting untuk ditekankan,

karena tanpa adanya prasyarat kompetensi dan kejujuran maka bisa dipastikan tidak akan

lahir efisiensi dari seseorang. Abdul Hadi menekankan bahwasannya Al-Qawi (kuat dan

efisien) bisa dilihat pada surat 28:26 memberikan gambaran bahwa prioritas pemilihan

seseorang pekerja hendaknya didasarkan bahwasannya seseorang melebihi yang lain dalam

kapasitasnya, baik secara fisik maupun mental, untuk memangku pekerjaan yang disediakan.

Disamping adanya ayat-ayat Al-Qur`an, banyak hadits Rasulullah yang

memerintahkan pada orang-orang yang beriman untuk melihat keahlian dan kompetensi

sebagai kriteria utama untuk menetapkan pekerjaan dalam sebuah tugas publik. Oleh karena

itu merupakan kewajiban bagi pemilik otoritas untuk melakukan investigasi sebelum ia

menentukan seseorang dalam jabatan publik tertentu, terutama sekali dalam posisi kunci

mengambil keputusan. Rasullullah sendiri merasa perlu melakukan interview dengan Muadz

bin Jabal untuk melihat kapasitas dan kompetensinya sebelum dia ditunjuk menjadi seorang

hakim (qadhi) di Yaman.

Page 9: etika bisnis

BAB III

Contoh di lapangan

beserta Analisanya

Pada makalah ini saya mencoba untuk mengambil contoh dari Perguruan tinggi yang

memasukkan kurikulum program pendidikan informatika atau ilmu komputer.Kendala yang

dihadapi untuk perguruan tinggi Program pendidikan informatika atau ilmu komputer saat ini

adalah penyiapan Sumber Daya Manusia sebagai pengajar dan pendidik dibidang

Informatika. sebagaimana kita ketahui bahwa Permintaan akan tenaga lulusan Informatika

sedemikian tinggi khususnya dalam lingkungan masyarakat Islam, sehingga Perguruan

Tinggi harus bersaing dengan industri untuk mendapatkan tenaga pengajar, karena Ilmu

Informatika adalah ilmu yang sedang berkembang, dan sekaligus dipakai di perusahaan-

perusahaan. Pemakaian komputer yang makin merambah berbagai bidang mendorong makin

berkembangnya informatika.Informatika telah melahirkan berbagai tingkatan profesi yang

semakin menuntut spesialisasi khususnya dalam bidang perangkat lunak.

Analisa dilapangan

Saat ini persoalan sumberdaya manusia menjadi lebih banyak disebabkan oleh

tantangan bisnis yang dihadapi perusahaan. Pendidikan di Indonesia telah mencoba untuk

menjawab tuntutan kebutuhan tenaga profesional di bidang Informatika dengan adanya

program studi Diploma, Strata-1 dan Strata-2.

Kerja sama dengan pihak industri dan yang membutuhkan lulusan universitas layak

untuk digalang, agar universitas dan industri saling mengisi dalam rangka menghasilkan

lulusan yang sesuai dengan kebutuhan.

Saya mendapat informasi dari berbagai sumber bacaan yang saya baca ,bahwa

Kurikulum S1 saat ini di Indonesia untuk Program Studi Ilmu Komputer atau Informatika

dirancang dengan beban 144 sks dan komposisi sebagai berikut :

Mata kuliah dasar umum 30 %

Mata kuliah dasar keahlian 30 %

Mata kuliah keahlian 34 %

Kerja Praktek dan Tugas Akhir 6 %

Page 10: etika bisnis

Dari pandangan yang saya pahami di atas bahwa Mata kuliah dasar keahlian dan mata

kuliah keahlian hanya mampu untuk membekali mahasiswa dengan keahlian Informatika

secara umum saja . Di antara mata kuliah keahlian termasuk di dalamnya adalah 15 % untuk

mata kuliah pilihan. Sebenarnya mata kuliah pilihan ini menentukan bidang spesialisasi

mahasiswa yang ditekuninya dengan mengerjakan Tugas Akhir dan Skripsi . Melihat

kecilnya porsi dari mata kuliah pilihan itu, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pendidikan

S1 Informatika saat ini adalah hanya membentuk tenaga siap latih, dan belum siap pakai

secara 100 % untuk bidang tertentu. Selain itu, pendidikan Informatika harus berkejar-

kejaran dengan kemajuan tools (perangkat keras dan perangkat lunak) yang selalu baru.

Kurikulum pada hakekatnya hanya boleh berubah setiap lima tahun. Maka kurikulum harus

dibuat umum.

Tujuan pendidikan S1 tersebut untuk dapat menghasilkan lulusan dengan kemampuan

dalam bidang :

1. Perangkat Lunak sesuai dengan peran yang lebih spesifik misalnya : anggota tim

perangcang program dan pemrograman, penguji perangkat lunak atau software tester,

perancang basis data atau database engineer, software configuration manager, dan

sebagainya.

2. Perangkat Keras (perancang sistem komunikasi data atau data communicaton engineer

dan sebagainya)

3. Jaringan Komputer (perancang sistem jaringan komputer atau network engineer dan

sebagainya)

Keterbatasan S1 adalah singkatnya waktu (sks) yang disediakan untuk mendapatkan

ijasah Sarjana. Karena itu tidak mungkin bahwa lulusan S1 akan merupakan tenaga siap

pakai. Solusi yang dipilih oleh Jurusan teknik Informatika adalah dengan memberikan bekal

berupa pengetahuan dasar yang siap dipraktekkan di tempat kerja. Inipun hanya sempat

untuk Rekayasa Perangkat Lunak dan tidak akan mampu untuk penguasaan akan materi ilmu

sosial yang akan dikomputerisasi (misalnya perbankan, industri kimia, industri

telekomunikasi dan sebagainya).

Dalam kegiatan belajar mengajar, karena Informatika tergolong ilmu yang unik maka

seorang "programmer" yang baik belum tentu mampu menjadi pengajar pemrograman.

Demikian pula seorang pengajar mata kuliah Compiler akan sangat sulit mengajarkan mata

kuliah (ataupun kalau berhasil sulit dimengerti mahasiswanya) jika tidak pernah

"menulis/membuat" compiler walau dalam skala kecil.

Page 11: etika bisnis

Dosen juga perlu meneliti dan mengikuti hasil penelitian di negara maju, supaya kita

tidak hanya sebagai konsumen teknologi, namun juga dapat memberikan kontribusi yang

berarti dalam bidang Informatika di dunia Islam.

Persiapan tenaga pengajar yang handal memakan waktu yang lama. Sebagai catatan,

Jurusan Teknik Informatika ITB mengirimkan staffnya ke luar negeri pada tahun 1974 untuk

memulai program pendidikan pada tahun 1981. Mungkin pada saat itu persiapan lebih lama

karena pada saat ITB mulai mengirimkan stafnya ke luar negeri belum ada program

pendidikan Informatika di dalam negeri. Tersedianya program pendidikan yang baik di dalam

negeri akan mempercepat pembentukan tenaga pengajar program Informatika.

Page 12: etika bisnis

DAFTAR PUSTAKA

Usman,Sunyoto, Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat,Penerbit:Pustaka Pelajar ,Cet.V,

Yogyakarta,Juli 2008

Arsjad Anwar,Mohammad,Sumber daya,teknologi,dan pembangunan,Penerbit:PT.Gramedia Pustaka

Utama.Jakarta 1995

Informasi singkat tentang Jurusan Teknik Informatika (Program Studi Sarjana dan Megister),

FTI-ITB, Maret 1997.

http://organisasi.org/teori_z_pada_manajemen_sumber_daya_manusia_karyawan_pegawai

ilmu_manajemen_sdm

http://ekonomibersama.blogspot.com/2011/05/penerapan-etika-bisnis-dalam-manajemen.html