erosi dak merawu

Post on 30-Jun-2015

85 Views

Category:

Documents

4 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

TUGAS MATA KULIAH

EROSI DAN KONSERVASI TANAH

EROSI DI DAERAH ALIRAN KALI MERAWU

Disusun Oleh :

Junita Cahyawati

0806328493

Departemen Geogarfi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia

Depok 2010

I. Tinjauan umum Daerah Aliran Kali Merawu

A.Letak, Luas, dan Administrasi

Daerah Aliran Kali Merawu merupakan bagian wilayah pengaliran atau sub DAS dari

Daerah Aliran Kali erayu yang terletak di bagian hulu. Secara astronomis, wilayah ini

terletak pada 106o 47’ 28” Bujur Timur hingga 106o 49’ 30” Bujur Timur dan 7o 7’ 0”

Lintang Selatan hingga 7o 30’ 12” Lintang Selatan.

Secara administratif, Daerah Aliran Kali Merawu termasuk dalam tata pemerintahan

Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah,

meliputi Kecamatan-kecamatan : Banjarmangu, Pejawaran, dan Wanayasa. Jumlah desa

yang termasuk di dalam DAK Merawu terdiri atas 69 desa.

Secara geografis, sesuai dengan daerah pengalirannya, Daerah Aliran Kali Merawu dibatasi

oleh:

Sebelah utara : DAK Comal, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Batang

Sebelah selatan : sub DAK Sapi, DAK Serayu Kabupaten Banjarnegara

Sebelah barat : sub DAK Pekalongan, DAK Serayu Kabupaten Banjarnegara

Sebelah Timur : sub DAK Tulis, DAK Serayu Kabupaten Banjarnegara

B.Bentuk Wilayah

Secara umum keadaan DAK Merawu adalah daerah yang berbukit-bukit sampai

bergunung diselingi dengan dataran atau lembah diantara bukit-bukit serta lembah kali

Merawu dan kali-kali lainnya. Batuan yang terbentuk karena adanya pengikisan lereng

gunung api maupun kerucut-kerucut gunung api. Curah hujan rata-rata tiap tahun (1981-

1990) untuk DAK Merawu berkisar antara 3.000 hingga 6.000 mm, dengan jumlah hari

hujan terjadi antara 141 hingga 218 hari dalam setahun.

C.Bentuk DAS dan Pola Aliran Sungai

Ditinjau dari segi bentuk DAS-nya, DAK Merawu cenderung mempunyai bentuk yang

parallel, terdiri atas anak-anak sungai yang berordo satu sampai dengan empat yang

berhulu di gunung-gunung di sekitarnya. Ditinjau dari segi pola aliran sungainya, DAK

Merawu sebagian besar berpola dendritik atau pola tulang daun.

D.Kerapatan Jaringan Sungai

DAK Merawu memiliki kerapatan jaringan sungai berkisar antara 14,221 m/ha atau

0,014 km/ha sampai dengan 17,794 m/ha atau 0,018 km/ha.

E.Topografi

Ketinggian

Berdasarkan atas ketinggiannya, DAK Merawu terletak antara 300 m hingga lebih dari

2000 m dpl, dimana sebagian besar wilayah berada pada ketinggian di atas 1000 m dpl.

Lereng

Secara umum, DAK Merawu terdiri atas kelas kemiringan lereng yang bervariasi antara

kurang dari 8% hingga lebih dari 45%. Sebagian besar wilayahnya terletak pada kelerengan

antara 15% hingga 25%, yaitu kurang lebih mencapai 46,67%, tersebar pada seluruh region

ketinggian hingga 2000 m dpl. Sementara proporsi kelerengan yang paling kecil adalah

kurang dari 8%, yaitu 7,32% tersebar setempat-setempat pada ketinggian mulai dari 300 m

hingga kurang lebih 1700 m dpl.

Penggunaan tanah

Secara umum, jenis penggunaan tanah tegalan menempati proporsi terbesar, yaitu kira-

kira meliputi luas 69,59%, tersebar hampir pada setiap kelas ketinggian hingga 2000 m dpl,

terdapat di hampir setiap kelas kelerengan, menempati hampir pada setiap jenis tanah serta

terdistribusi pada morfologi wilayah mulai dari landai hingga bergunung.

Jenis Tanah

Berdasarkan peta tinjau propinsi Jawa Tengah tahun 1974 yang diterbitkan oleh

Lembaga Penelitian Tanah Bogor, pada DAK Merawu dapat dijumpai adanya tujuh jenis

tanah, yaitu:

1. Asosiasi gley humus dan alluvial kelabu

2. Litosol

3. Asosiasi andosol cokelat dan regosol cokelat

4. Kompleks grumosol, regosol, dan mediteran

5. Latosol cokelat

6. Latosol cokelat

7. Kompleks latosol merah kekuningan, latosol coklat, podsolik merah kuning, dan

litosol

Iklim

Curah hujan tahunan rata-rata di DAK Merawu cukup tinggi berkisar antara 3000-6000

mm per tahun. Berdasarkan atas ketinggiannya, curah hujan tertinggi berada pada 700-

1200 m dpl dimana sebagian besar wilayahnya berada pada kelerengan lebih dari 8%

sampai dengan 25% dengan bentuk wilayah yang bergelombang, berbukit, hingga

bergunung.

Penduduk

Berdasarkan hasil pengamatan tahun 1992 diketahui bahwa jumlah penduduk di DAK

Merawu adalah sebesar 196.173 jiwa. Bidang penghidupan pokok yang menjadi andalan

utama penduduk adalah pertanian. Hal ini menyebabkan ketegantungan pada tanah menjadi

sangat besar.

DAS Merawu

II.Kaitan antara Faktor Intensitas Curah Hujan Terhadap Tingkat Erosi

Melalui pertampalan antara peta intensitas curah hujan dengan peta tingkat erosi

masing-masing wilayah sub DAK dapat diketahui bahwa pada intensitas curah hujan

rendah (kurang dari 0,12 mm/jam) ditemukan satu region dengan tingkat erosi yang juga

rendah yaitu pada wilayah sub DAK III. Pada region dengan intensitas curah hujan sedang

(10,2 mm – 13 mm) ditemukan dua region dengan tingkat erosi yang juga sedang yaitu

pada wilayah sub DAK I dan sub DAK III.

Sementara pada region dengan intensitas curah hujan tinggi (lebih dari 13 mm/jam)

ditemukan adanya tiga region dengan tingkat erosi berbeda-beda yaitu tingkat erosi rendah

terdapat pada wilayah sub DAK V, tingkat erosi sedang pada wilayah sub DAK VI,

sedangkan tingkat erosi tinggi meliputi wilayah sub DAK IV dan sub DAK VII.

Hubungan Intensitas Curah Hujan dengan Tingkat Erosi

III.Kaitan Antara Faktor Erodibilitas Tanah Terhadap Tingkat Erosi

Melauli pertampalan peta antara peta erodibilitas tanah dengan peta tingkat erosi

masing-masing wilayah sub DAK dapat diketahui bahwa pada region dengan erodibilitas

tanah rendah (kurang dari 0,081) dijumpai satu region dengan tingkat erosi rendah yaitu

pada wilyah sub DAK V dan satu region dengan tingkat erosi sedang yaitu wilayah sub

DAK VI.

Pada region dengan erodibiltas tanah sedang (0,081-0,133) ditemukan dua region

dengan tingkat erosi yang juga sedang yaitu pada wilayah sub DAK I dan ub DAK II serta

satu region dengan tingkat erosi tinggi yaitu sub DAK VII.

Sementara pada region erodibilitas tanah tinggi (di atas 0,133) didapatkan dua region

dengan tingkat erosi berbeda. Region dengan tingkat erosi rendah ditemukan pada sub

DAK III, sedangkan region dengan tingkat erosi yang juga tinggi terdapat pada wilayah sub

DAK IV.

Hubungan Erodibilitas Tanah dengan Tingkat Erosi

III.Kaitan antara Faktor Lereng Terhadap Tingkat Erosi

Melalui pertampalan peta panjang dan kemiringan lereng dengan peta tingkat erosi

masing-masing wilayah sub DAK dapat diketahui bahwa pada wilayah dengan nilai LS

rendah (kurang dari 0,0119) dijumpai satu region dengan tingkat erosi yang juga rendah

yaitu pada wilayah sub DAK V.

Pada region dengan nilai LS sedang (0,0119-0,016) ditemukan dua region dengan

tingkat erosi berbeda-beda. Nilai LS sedang dengan tingkat erosi yang juga sedang terdapat

pada wilayah sub DAK II dan sub DAK VI, sedangkan region dengan nilai LS sedang dan

tingkat erosi tinggi terdapat pada wilayah sub DAK VII.

Sementara region dengan nilai LS tinggi (di atas 0,0160) ditemukan pada tiga region

tingkat erosi, yaitu tingkat erosi rendah pada wilayah sub DAK III, tingkat erosi sedang

pada wilayah sub DAK I, sedangkan tingkat erosi tinggi pada wilayah sub DAK IV.

Hubungan Nilai Lereng dengan Tingkat Erosi

Tingkat Erosi di DAK Merawu

Kesimpulan

Pada Daerah Aliran Kali Merawu, ditemukan tingkat erosi yang bervariasi. Tingkat

erosi yang tinggi (lebih dari 18,6 mg/m3/ha/jam) terdapat pada wilayah sub DAK IV dan

sub DAK VII, tingkat erosi sedang (13,0 mg/m3/ha/jam) terdapat pada wilayah sub DAK I,

sub DAK III, dan sub DAK VI, sedangkan tingkat erosi rendah (kurang dari 13,0

mg/m3/ha/jam) terdapat pada wilayah sub DAK III dan sub DAK V.

Upaya Menangani Masalah

Kerusakan lingkungan di sepanjang daerah aliran Sungai Serayu dan Merawu semakin

parah membuat sedimentasi di Bendungan Panglima Besar Jenderal Soedirman, Mrica,

Banjarnegara, Jawa Tengah, meningkat. Sedimentasi naik dari sebelumnya 4,2 juta meter

kubik per tahun menjadi 4,5 juta meter kubik per tahun. Kenaikan rata-rata sedimentasi di

Bendungan Mrica mengakibatkan akumulasi sedimentasi di bendungan itu kini mencapai

88,5 juta meter kubik. Hal itu mengganggu perputaran turbin pembangkit listrik tenaga air

bendungan. Penyumbang terbesar sedimentasi adalah Sungai Merawu yang berhulu di

Dataran Tinggi Dieng. Sungai ini memiliki sejumlah anak sungai dengan daerah aliran

sungai yang tebingnya rawan longsor sehingga tingkat erosinya tinggi. Selain itu,

kerusakan lingkungan sangat tinggi. Hasil penelitian tim Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto menunjukkan, selain sedimentasi, persoalan lain akibat kerusakan lingkungan

di hulu Serayu dan Merawu adalah adanya kandungan logam berat pada tanah dan air di

hulu. Hal itu berasal dari akumulasi penggunaan pestisida dan pupuk secara berlebih oleh

petani kentang.

PT Indonesia Power masih mengupayakan rehabilitasi lingkungan di hulu. Salah

satunya, dengan penanaman tegakan keras dan sekolah lingkungan untuk para petani.

Sejumlah petani mulai sadar untuk menanam tanaman keras di lahan mereka secara

tumpang sari. Perlu juga mengenalkan pola terasering agar tanah tak mudah larut ke

sungai. Namun, upaya tersebut tak serta-merta langsung dirasakan dampaknya.

Asisten I Bidang Pemerintahan Pemerintah Kabupaten Purbalingga Suharno

mengatakan, hampir semua lahan di Dieng, baik hutan rakyat, Perhutani, maupun lahan

sawah, telah terkonversi menjadi ladang kentang. Untuk merehabilitasi lahan, hal itu sangat

bergantung pada kesadaran masyarakat setempat.

Sejumlah komunitas petani mulai sadar untuk memperbaiki lingkungan, seperti Desa

Karangtengah, Kecamatan Batur. Di sana sudah mulai ditanam kayu putih yang bagus

untuk penghijauan dan bernilai ekonomis tinggi.

Sumber:

Soemarjono, Heru. 1995. Skripsi Erosi Di Daerah Aliran Kali Merawu. Departemen

Geografi Universitas Indonesia. Depok.

http://www.alpensteel.com/article (diakses pada 9 November 2010 pukul 4:58)

top related