efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (eleutherine...
Post on 22-Jul-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Efektivitas Ekstrak Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus pyogenes
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Disusun Oleh:
NIM: 1111103000076 SITI NASHRATUL KAMILLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat,15 September 2014
Siti Nashratul Kamillah
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji dan syukur atas kehadirat Ilahi Robbi yang telah melimpahkan
kekuatan, hidayah, dan petunjuk pada jalan kemudahan untuk menyelesaikan
laporan penelitian ini yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Umbi Bawang Sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus
pyogenes”. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter, serta seluruh dosen atas bimbingan yang diberikan kepada penulis
selama menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Intan Keumala Dewi, SpMK dan dr. Devy Ariany, M.Biomed selaku
dosen pembimbing yang membimbing dan mengarahkan dalam
pembuatan dan penyelesaian laporan penelitian ini.
4. dr. Flori Ratna Sari, Ph. D selaku penanggungjawab riset Program Studi
Pendidikan Dokter 2011, yang tidak pernah lelah untuk selalu
mengingatkan penulis dan angkatan 2011 mengenai kemajuan riset pada
setiap akhir modul.
5. Kedua orang tua, Ir. H. Jeje Slamet Raharjo dan Dra. Eliyana yang secara
khusus selalu memberikan dukungan berupa doa, semangat yang tiada
henti, motivasi super, dan dukungan materi serta selalu mengingatkan
penulis mengenai kemajuan riset. Serta adik-adik, Nur Luthfiah Az Zahra,
Nabila Adella Mehdiana, dan M.Rasyid Ridho yang menjadi penyemangat
dalam pembuatan dan penyelesaian laporan penelitian ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
vi
6. Keluarga besar yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada
penulis.
7. Sahabat terbaik: Wisam, Fikriah Rezeki Amanda, Fitrian Amwaalun
Naafi’ah, Tazkiyatul Firdaus, Syifa Fauziyah Safithri, Desi Dwi Rahayu,
Kenia Permata Sukma, Nur Rohimah Fuad.
8. Teman satu kelompok riset Mar’aturrahmah, Nikken Rima O, Rissa
Adinda Putri, Samrotul Fu’adi, dan Indra Fauzi yang selalu saling
membantu dan memberikan dukungan satu sama lain selama menjalani
penelitian bersama sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.
9. Mbak Novi dan Pak Bacok selaku laboran dan OB yang sangat banyak
membantu selama penelitian ini berlangsung di Laboratorium
Mikrobiologi.
Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan
dan juga kekurangan serta kekeliruan yang tak terhindarkan. Untuk itu, saran dan
kritik sangat diharapkan dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.
Demikian laporan penelitian ini dibuat, semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan hidayah dan taufiq dalam setiap langkah ikhtiar yang dilakukan oleh
penulis, dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan khasanah
intelektual dalam meningkatkan kesejahteraan dalam bidang kesehatan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat,15 September 2014
Siti Nashratul Kamillah
vii
ABSTRAK
Siti Nashratul Kamillah. Program Studi Pendidikan Dokter. Efektivitas Ekstrak Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes. 2014 Pendahuluan: Bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) adalah salah satu tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa penelitian ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Streptococcus pyogenes termasuk bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran nafas atas dan paling sering menyebabkan faringitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode disc diffusion pada media pertumbuhan agar darah. Konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang digunakan adalah 2,5mg/ml, 5mg/ml, 10mg/ml, 20mg/ml, dan 40mg/ml dengan pelarut etanol 96% sebagai kontrol negatif dan Eritromisin sebagai kontrol positif. Hasil: Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis menunjukan terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) antara konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) 2,5mg/ml, 5mg/ml, 10mg/ml, 20mg/ml, dan 40mg/ml dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Test menggunakan uji Mann-Whitney menunjukan perbedaan bermakna antara berbagai konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dengan Eritromisin sebagai kontrol positif dan antara berbagai konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dengan etanol 96% sebagai kontrol negatif. Kesimpulan: Ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Konsentrasi 20mg/ml memiliki daya hambat tertinggi dengan diameter 11,00 mm. Kata kunci: bawang sabrang, Streptococcus pyogenes, disc diffusion
viii
ABSTRACT
Siti Nashratul Kamillah. Medical Education Study Program. The Effectiveness Sabrang Onion’s bulb Extract (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) on the Growth of Streptococcus pyogenes. 2014
Introduction: Sabrang onion (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) is one of the plants which efficacious for health. Several studies of sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) extract is effective in inhibiting the growth of bacteria. Streptococcus pyogenes was a bacteria that can cause upper respiratory tract infection and the most frequent cause of pharyngitis. The aim of this study is to determine the effectiveness of sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) extract on the growth of bacteria. Methodology: This research use disc diffusion method on blood agar. The concentrations extracts of sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) that was used 2,5mg/ml, 5mg/ml, 10mg/ml, 20mg/ml, and 40mg/ml with 96% ethanol as negative control and Erythromycin as positive control. Result: Data was analyzed by Kruskal-Wallis test shows there is significant difference (p < 0,05) between concentrations extracts of sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) 2,5mg/ml, 5mg/ml, 10mg/ml, 20mg/ml, and 40mg/ml in inhibiting the growth of Streptococcus pyogenes. And followed by Post Hoc Test using Mann-Whitney Test showed a significant difference between various concentrations extracts of sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) and Erythromycin as positive control and also various concentrations extract of sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) and ethanol 96% as negative control. Conclusion: Sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) extract has antibacterial activities against the growth of Streptococcus pyogenes. A concentration of 20mg/ml has the highest inhibition zone with a diameter of 11,00 mm.
Key word: sabrang onion, Streptococcus pyogenes, disc diffusion
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
2.1 Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) ............................. 4
2.1.1 Komposisi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) ... 5
2.2 Bakteri Streptococcus pyogenes .............................................................. 6
2.3 Metode Pengujian Antimikroba ............................................................... 9
2.3.1 Metode Disc Diffusion ..................................................................... 9
2.3.2 Metode Dilusi ................................................................................... 10
2.3.3 Metode E-Test .................................................................................. 12
2.4 Kerangka Konsep ..................................................................................... 12
2.5 Definisi Operasional ................................................................................. 13
x
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 14
3.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 14
3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian .................................................................. 14
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 14
3.4 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 14
3.4.1 Alat Penelitian .................................................................................. 14
3.4.2 Bahan Penelitian ............................................................................... 15
3.5 Cara Kerja Penelitian ................................................................................ 15
3.5.1 Tahap Persiapan ............................................................................... 15
3.5.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan ..................................................... 15
3.5.1.2 Persiapan Sampel .................................................................. 15
3.5.1.3 Pembuatan Ekstrak Bawang Sabrang ................................... 15
3.5.1.4 Proses Aliquote ...................................................................... 15
3.5.1.5 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Bawang Sabrang ............... 16
3.5.2 Tahap Pengujian ............................................................................... 16
3.6 Alur Penelitian .......................................................................................... 18
3.7 Pengolahan Data ....................................................................................... 18
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 20
4.1 Efek Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)
terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes .......................... 20
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 28
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 28
5.2 Saran ......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 30
LAMPIRAN ....................................................................................................... 33
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Respon Hambat Pertumbuhan Bakteri ............................. 10
Tabel 4.1. Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney ............... 24
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) .......... 5
Gambar 2.2. Daun Bawang Sabrang Berwarna Hijau dan Berbentuk Seperti
Pedang ............................................................................................ 5
Gambar 2.3. Streptococcus pyogenes.................................................................. 7
Gambar 2.4. Pewarnaan Gram Streptococcus pyogenes ..................................... 8
Gambar 4.1. Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia
(L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes .......... 20
Gambar 4.2. Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia
(L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes .......... 21
Gambar 4.3. Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia
(L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes .......... 21
Gambar 4.4. Efek Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia
(L.) Merr.) ...................................................................................... 22
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Determinasi Bahan Uji .......................................................... 33
Lampiran 2. Hasil Ekstraksi Bawang Sabrang .................................................... 34
Lampiran 3. Gambar Efek Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr.) dengan Range ............................................. 35
Lampiran 4. Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 36
Lampiran 5. Riwayat Penulis .............................................................................. 37
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan atas masih merupakan masalah penting yang
dihadapi oleh negara berkembang salah satunya Indonesia. Menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2005, 2006, 2009, dan
2010, infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya termasuk dalam 10 penyakit
utama pasien rawat jalan di rumah sakit.1,2,3,4,5 Sebagian besar infeksi saluran
pernafasan atas disebabkan oleh virus dan bakteri.6
Salah satu infeksi pada saluran pernafasan atas yaitu faringitis bakterial
dengan penyebab tersering yaitu Streptococcus pyogenes.7,8 Diperkirakan sekitar
5-15% individu normal memiliki Streptococcus pyogenes, biasanya terdapat pada
saluran pernafasan tanpa menunjukan tanda penyakit.8 Streptococcus pyogenes
merupakan flora normal nasofaring manusia.7 Jumlahnya biasanya terbatas
melalui kompetisi dengan mikroba lain dalam ekosistem nasofaring dan oleh
mekanisme pertahanan host (penjamu).7,8 Sebagai flora normal, Streptococcus
pyogenes dapat menginfeksi host ketika pertahanan tubuh host menurun atau
ketika organisme ini dapat menembus pertahanan tubuh host.7,8 Streptococcus
pyogenes merupakan bakteri Gram positif yang termasuk dalam genus
Streptococcus dan bersifat anaerob fakultatif.7,9
Bakteri yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas seharusnya
diambil dan dikultur untuk menentukan tipe bakteri dan pengobatan antibiotik
yang dibutuhkan.6 Namun, banyak pula kasus selfmedication yang menggunakan
antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan atas sehingga
menghasilkan resistensi pada banyak bakteri termasuk Streptococcus pyogenes.
Setelah Brazil, Indonesia merupakan negara dengan sumber daya hayati
terbesar yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
6
10 Terdapat sekitar 30.000
jenis tumbuhan dengan kurang lebih 7.500 jenis termasuk tanaman yang berkhasit
obat dan lebih dari 1.800 jenis tanaman telah diidentifikasi, namun
1
2
pemanfaatannya masih belum optimal.10 Menurut Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), hanya sekitar 1.000 hingga 1.200 jenis
tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat, dan sekitar 300 jenis yang
telah digunakan oleh industri obat tradisional.10 Salah satu jenis tanaman yang
berkhasiat bagi kesehatan namun masih minim penggunaannya untuk pengobatan
di masyarakat adalah bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa umbi bawang sabrang
mengandung senyawa polifenol, tanin, flavonoid, eleutherinone, eleutherol,
eleutherine, dan isoeleutherine yang memiliki aktivitas antimikroba.
1.3 Tujuan Penelitian
11
Oleh karena bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) memiliki
fungsi antimikroba namun hingga sekarang masih terbatas sekali penelitian
tentang efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.)
Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri, khususnya Streptococcus pyogenes.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui, efektivitas ekstrak umbi
bawang sabrang terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan
menggunakan metode disc diffusion.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes?
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus
pyogenes.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr.) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus pyogenes.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah khasanah pengetahuan mengenai fitofarmaka,
khususnya efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus
pyogenes.
1.4.2 Manfaat Praktis
Bagi Peneliti
Menambah kajian bagi para peneliti lainnya untuk lebih mengembangkan
hasil penelitian tentang efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus pyogenes.
Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai informasi efektivitas
ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) sehingga
dapat berperan serta dalam mengatasi penyakit yang disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)
Bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) merupakan salah satu
jenis tanaman yang memiliki khasiat bagi kesehatan. Di Indonesia, tanaman ini
banyak terdapat di daerah Kalimantan dan penduduk lokal Kalimantan telah lama
menggunakannya sebagai obat tradisional.12 Bagian yang biasa dimanfaatkan
adalah umbinya dan beberapa penelitian mulai mengembangkan manfaat daun
bawang sabrang.13 Genus Eleutherine mencakup 13 spesies, beberapa diantaranya
Eleutherine americana dan Eleutherine bulbosa.14,15 Di Indonesia, banyak
sebutan untuk tanaman ini diantaranya bawang mekah, bawang hantu, bawang
dayak dan bawang arab.16
Berikut ini adalah taksonomi dari bawang sabrang:
Banyak peneliti meneliti lebih banyak spesies Eleutherine di Amerika
Selatan dan Afrika Selatan karena tanaman ini banyak tumbuh di daerah
tersebut.
15,16
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobinota
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Iridaceae
Genus : Eleutherine
Spesies : Eleutherine palmifolia (L.) Merr.
17 Namun, asal dari tanaman ini masih belum diketahui.18 Salah satu
spesies tanaman ini pun tumbuh di Indonesia yaitu Eleutherine palmifolia (L.)
Merr..16 Selain Eleutherine palmifolia (L.) Merr., anggota spesies Eleutherine
yang tumbuh di Indonesia adalah Eleutherine americana.17 Bawang sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) banyak tumbuh di daerah pegunungan antara
4
5
600 hingga 1500 meter diatas permukaan laut, mudah dibudidayakan dan dapat
dipanen dalam 2 hingga 3 bulan setelah tanam.16
Morfologi dari tanaman ini adalah umbinya seperti bawang yang berwarna
merah terang dengan permukaan yang sangat licin.16 Tanaman ini juga memiliki
pseudo-trunked, daun berwarna hijau yang berbentuk seperti pedang.16,17 Tipe
pertulangan daun yaitu sejajar dan tepi daun licin.16 Bunga dari tanaman ini
berwarna putih.19
Gambar 2.1 Umbi bawang sabrang berwarna merah terang
Sumber: http://kalteng.litbang.deptan.go.id
Gambar 2.2 Daun bawang sabrang berwarna hijau dan berbentuk seperti pedang
Sumber: Yusni.MA, 2008
2.1.1 Komposisi Bawang Sabrang
Berdasarkan skrining fitokimia umbi bawang sabrang (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr.) pada penelitian yang dilakukan oleh Mierza, Suryanto, dan
6
Nasution dalam Prosiding Seminar Nasional Biologi (2011), didapatkan bahwa
umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) mengandung senyawa
golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, antrakinon glikosida, tanin, dan
triterpenoid/steroid.11 Selain itu, dari hasil analisis fitokimia ekstrak etanol bulbus
Eleutherine palmifolia Linn pada penelitian yang dilakukan oleh Subramaniam et
al (2012) mengenai aktivitas antagonis Eleutherine palmifolia Linn, didapatkan
ektrak etanol Eleutherine palmifolia Linn mengandung fenol, steroid, tannin,
sterol, phlobatannins, protein, reducing sugars, dan terpenoid.20
Dalam pengobatan tradisional, umbi yang dimaserasi digunakan untuk
menghilangkan kembung pada anak.20 Sedangkan umbi yang direbus dapat
berfungsi sebagai diuretik.20 Berdasarkan penelitian K.Heyne, rhizome tanaman
ini dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit jantung
koroner.12 Oleh beberapa populasi, tanaman ini juga digunakan sebagai vermifuge,
untuk nyeri dan menstruasi yang tidak teratur, bahan abortif, dan agen
antifertilitas.20 Selain itu, manfaat dari tanaman bawang sabrang antara lain
sebagai antikanker payudara, mencegah penyakit jantung, immunostimulant,
antinflamasi, antitumor serta agen antiperdarahan.12
Streptococcus pyogenes merupakan bakteri Gram positif, tidak bergerak,
kokus tidak berspora yang tersusun rantai atau berpasangan seperti lanset.
2.2 Bakteri Streptococcus pyogenes
8
Streptococcus pyogenes ini termasuk dalam golongan Streptococcus Grup A dan
menunjukan reaksi katalase negatif.8 Streptococcus grup A memiliki kapsul yang
mengandung asam hialuronat dan menunjukan β-hemolisis pada agar darah. Sifat
β-hemolisis berarti pemecahan total eritrosit disertai dengan pelepasan
hemoglobin.21 Bentuk bakteri ini round-to-ovoid cocci dengan diameter 0,6-1,0
μm.8 Metabolisme S. pyogenes adalah fermentasi, bakteri ini sebagian besar
bersifat anaerob fakultatif dan beberapa bersifat anaerob obligat.7,8 S. pyogenes
membutuhkan medium yang diperkaya darah agar dapat tumbuh.7 Pada medium
biasa yang tidak diperkaya serum atau darah, pertumbuhannya kurang subur.22
7
Bakteri ini tumbuh baik pada pH 7,4-7,6.22 Pertumbuhan bakteri ini juga paling
baik pada suhu 37oC dan cepat berkurang pertumbuhannya pada suhu 40oC.21,22
Streptococcus pyogenes β-hemolitik grup A memproduksi hemolisin yang
disebut streptolisin.22 Terdapat dua macam streptolisin yang dihasilkan
Streptococcus pyogenes, yaitu streptolisin O dan streptolisin S.21,22 Streptolisin O
aktif dalam keadaan anaerob (tereduksi) namun akan cepat menjadi tidak aktif
ketika terdapat oksigen.21,22 Sedangkan streptolisin S berperan dalam membentuk
zona hemolitik pada media pertumbuhan agar darah dalam keadaan aerob.21,22
Gambar 2.3 Streptococcus pyogenes. Pewarnaan Gram Streptococcus pyogenes pada spesimen klinis (kiri). Koloni Streptococcus pyogenes pada agar
darah menunjukan beta hemolitik (kanan).
Sumber: Todar.K, 2002
Adapun taksonomi dari bakteri Streptococcus pyogenes ini sebagai berikut:9
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus pyogenes
8
Gambar 2.4 Pewarnaan Gram Streptococcus pyogenes. Bentuk kokus dengan
susunan rantai
Sumber: http://www.cram.com
Genus Streptococcus memiliki makna yang luas untuk untuk dunia
kedokteran dan industri.7 Beraneka ragam Streptococcus secara ekologi penting
sebagai bagian dari flora normal manusia dan binatang, beberapa dapat juga
menyebabkan penyakit yang bersifat subakut, akut atau kronik.7,8 Salah satu genus
Streptococcus yang menyebabkan penyakit pada manusia adalah Streptococcus
pyogenes.21 Infeksi paling sering yang berhubungan dengan Streptococcus
pyogenes β hemolitik adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas yaitu faringitis
atau streptococcal sore throat.21 Streptococcus pyogenes menempel pada epitel
faring melalui pili permukaan yang dilindungi oleh lipoteichoic acid.21
Glikoprotein fibronektin pada sel epitel merupakan ligan lipoteichoic acid.7,21
Pada bayi dan anak kecil, sakit tenggorokan terjadi sebagai nasofaringitis subakut
dengan sedikit sekret serosa dan sedikit demam namun dengan predisposisi
infeksi menyebar ke telinga tengah dan mastoid.21 Kelenjar limfe servikal
biasanya membesar.21 Penyakit ini biasanya berlangsung selama beberapa
minggu.8,21 Pada anak yang lebih besar dan dewasa, penyakit ini lebih akut dan
ditandai dengan nasofaringitis intens, tonsillitis, dan kemerahan serta edema
9
membran mukosa intens dengan eksudat purulent, membesar, nyeri tekan kelenjar
limfe dan biasanya demam tinggi.21 Dua puluh persen infeksi menunjukkan
asimptomatik.21 Gambaran klinis serupa dapat terjadi pada difteri, infeksi
gonokokus, dan infeksi adenovirus.7,21
2.3 Metode Pengujian Antimikroba
Metode pengujian antimikroba dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan
penerapan dasar pada setiap sistem, diantaranya:
a. Difusi
23
- Metode Stokes
- Metode Kirby-Baurer
b. Dilusi
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
- Broth dilution
- Agar dilution
c. Difusi dan Dilusi
Metode E-test
2.3.1 Metode Disc Diffusion
Metode yang biasa digunakan untuk pengujian antimikroba adalah metode
Kirby-Baurer dan Stokes, dimana metode Kirby-Baurer direkomendasikan oleh
National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS). Metode disc
diffusion merupakan metode yang sederhana dan praktis dan telah distandarisasi
dengan baik. Tes ini dilakukan dengan menggunakan inokolum bakteri kira-kira
10
1-2x108CFU/mL pada permukaan plat Mueller Hinton Agar. Dipersiapkan hingga
12 konsentrasi pada cakram kertas antibiotik pada permukaan inokulum agar. Plat
diinkubasi selama 16-24 jam pada 350C kemudian didapat hasil zona hambat
pertumbuhan disekitar cakram antibiotik diukur menggunakan satuan panjang
milimeter. Diameter dari zona berhubungan dengan kerentanan isolasi dan tingkat
difusi bahan uji. Kemudian diameter zona hambat diinterpretasikan melalui
kriteria Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) atau US Food and
Drug Administration (FDA). Hasil dari tes disc diffusion adalah kualitatif.
Keuntungan dari metode ini adalah kesederhanaan tes dimana tidak membutuhkan
banyak peralatan khusus, kategori hasil dapat dengan mudah diinterpretasikan
oleh semua dokter, dan fleksibilitas dalam pemilihan cakram untuk pengujian.
Kekurangan tes ini adalah tidak adanya mekanisasi atau automatisasi.
Diameter Zona Terang
23,24
Tabel 2.1. Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri Respon Hambatan Pertumbuhan
> 20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10-15 mm Lemah
< 10 mm Tidak ada
Sumber : Greenwood. 1995
2.3.2 Metode Dilusi
Metode pengujian dilusi digunakan untuk menentukan konsentrasi minimum
antimikroba untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme. Hal ini bisa
didapat melalui dilusi antimikroba pada media agar atau broth. Antimikroba diuji
pada serial dilusi kelipatan dua didalam medium tumbuh cair yang diencerkan
pada tabung pengujian. Tabung yang mengandung antimikroba diinokulasi
dengan standar suspensi bakteri 1-5x105CFU/mL. kemudian diinkubasi selama 24
jam pada suhu 350C, pada tabung uji, tampak pertumbuhan bakteri dengan bukti
turbiditas. Konsentrasi terendah dari antimikroba yang menghambat pertumbuhan
menggambarkan konsentrasi hambat minimum. Konsentrasi hambat minimum
secara luas digunakan untuk menentukan kerentanan dari mikroorganisme yang
diisolasi dari spesimen klinik. Terdapat dua metode untuk menguji konsentrasi
11
hambat minimum yaitu metode agar dan metode broth. Metode dilusi broth
merupakan prosedur sederhana untuk menguji sejumlah kecil isolat, meskipun
isolat tunggal. Keuntungan dari teknik difusi broth adalah hasil kuantitatif.
Kekurangan utama dari tes ini adalah membosankan, persiapan larutan antibiotik
untuk tiap tes dilakukan secara manual, kemungkinan gagal pada persiapan
larutan antimikroba, dan secara relatif membutuhkan reagen dan tempat dalam
jumlah besar untuk tiap tes.23
Uji mikrodilusi broth merupakan proses pengecilan dan mekanisasi dari
dilusi broth. Tes ini menggunakan double-strength Müeller-Hinton broth, larutan
antimikroba dengan kekuatan empat kali dipersiapkan dengan serial dilusi kelipatan
dua dan organisme yang dites dalam konsentrasi 2x106/mL. Dalam 96 plat, 100μL
double-strength Müeller-Hinton broth, 50μL tiap dilusi antimikroba dan larutan
organisme dicampurkan dan diinkubasi pada suhu 350C selama 18-24 jam.
Konsentrasi terendah yang menunjukkan hambatan pertumbuhan dinyatakan sebagai
konsentrasi hambat minimum (KHM) dari organisme tersebut. Keuntungan
prosedur mikrodilusi termasuk hasil KHM, kemudahan mempersiapkan alat, dan
kehematan reagen dan tempat. Selain itu, hasil laporan dibantu oleh komputer bila
alat pembaca automatis digunakan. Kekurangan utama dari metode mikrodilusi ini
adalah terdapat beberapa obat yang sulit untuk distandarisasi bila menggunakan
alat ini.23,24
Metode dilusi agar paling sering dipersiapkan pada cawan petri. Keuntungan
metode ini mungkin dilakukan untuk menguji beberapa organisme pada tiap plat.
Jika hanya satu mikroorganisme yang diuji, dilusi dapat dipersiapkan pada agar
miring namun hal ini kemudian akan membutuhkan persiapan set identik kedua
untuk diinokulasi dengan mikroorganisme kontrol. Dilusi dibuat dalam volume air
dengan skala kecil dan ditambahkan agar yang telah dicairkan dan didinginkan
pada suhu kurang dari 600C. Darah dapat ditambahkan dan jika agar coklat
dibutuhkan, medium harus dipanaskan sebelum antibiotik ditambahkan.
24
12
2.3.3 Metode E-test
Metode difusi gradien antimikroba menggunakan prinsip gradien
konsentrasi antimikroba pada medium agar untuk menentukan kerentanan suatu
organisme. E-test ini merupakan metode kuantitatif untuk menguji kerentanan
antimikroba yang menerapkan dilusi antimikroba dan difusi antimikroba ke dalam
medium. E-test ini juga dikenal sebagai uji epsilometer yaitu uji dengan
metodologi gradien eksponensial yang berarti ‘E’ pada E test berarti simbol
Yunani epsilon (ε).23
Pada penelitian ini digunakan metode disc diffusion karena metode ini cukup
valid untuk menguji aktivitas antibakteri. Selain itu metode ini praktis, sederhana,
dan telah distandarisasi dengan baik. Kelebihan lain dari metode ini yaitu tidak
membutuhkan peralatan khusus, kategori hasil yang mudah diinterpretasikan, dan
fleksibilitas dalam pemilihan cakram untuk pengujian.
2.4 Kerangka Konsep
23,24
Pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
Ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)
Pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes normal
Pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes terhambat
13
2.5 Definisi Operasional
No. Variable Definisi
Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Hambatan
pertumbuhan
Streptococcus
pyogenes
Zona terang
disekeliling
cakram pada
media agar
darah yang telah
ditanami
Streptococcus
pyogenes
Penggaris
(mm)
Diameter
zona
hambat
(mm)
Numerik
2. Konsentrasi
ekstrak umbi
bawang
sabrang
Ekstrak umbi
bawang sabrang
pada konsentrasi
yang telah
ditentukan
Timbangan (g) Jumlah
ekstrak
sesuai
dengan
besar
konsentrasi
Kategorik
3 Kontrol
positif
Kontrol positif
berupa kertas
cakram yang
berisi antibiotik
Eritromisin
15μg
- Cakram uji
berisi
antibiotik
Eritromisin
15μg
Numerik
4 Kontrol
negatif
Kontrol negatif
berupa kertas
cakram yang
telah direndam
dalam larutan
etanol 96%
Gelas ukur Cakram uji
berisi
etanol 96%
Numerik
14
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan
menggunakan teknik disc diffusion.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2014 di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang telah
diekstraksi oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dengan
menggunakan konsentrasi 2,5 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml, 20 mg/ml, 40 mg/ml
dengan pelarut etanol 96%.
Bakteri Streptococcus pyogenes diisolasi pada media agar darah dan
diinkubasi pada suhu 370
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
C selama 18-24 jam.
3.4.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tabung reaksi; gelas
ukur; vortex; bunsen; korek api; ose; spatula; cawan petri; alat ukur panjang
(penggaris); rak tabung; timbangan; autoclave; baki; kertas; kapas lidi
(swab); pengukur waktu (jam); inkubator; label; alat tulis; kamera; laminar
air flow; tissue; pinset; alkohol.
14
15
3.4.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak bawang
sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.); agar darah; etanol 96% sebagai
kontrol negatif; biakan bakteri Streptococcus pyogenes; cakram uji
antibiotik Eritromisin sebagai kontrol positif; thioglikolat cair; larutan
standar 0,5 Mc Farland; cakram uji kosong (blank disc).
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1 Tahap Persiapan
3.5.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih lalu dikeringkan dan
dibungkus dengan kertas. Alat yang sudah dibungkus kertas dimasukan
kedalam plastik tahan panas kemudian disterilkan dengan menggunakan
autoclave selama 30 menit pada suhu 121°C.
3.5.1.2 Persiapan Sampel
Bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dibeli dari pasar
Parit Besar di daerah Pontianak Kalimantan Barat yang homogen sebanyak
3 kilogram.
3.5.1.3 Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Sabrang
Proses pembuatan ekstrak bawang sabrang dilakukan oleh BALITRO
menggunakan metode maserasi. Ekstrak umbi bawang sabrang yang
dihasilkan akan digunakan untuk proses penelitian selanjutnya.
3.5.1.4 Proses Aliquote
Setelah didapatkan ekstrak umbi bawang sabrang, ekstrak teersebut di
aliquote kedalam beberapa botol ukuran 10 ml yang sebelumnya telah
dibungkus kertas coklat.
16
3.5.1.5 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Umbi Bawang Sabrang
Stok variabel ekstrak umbi bawang sabrang akan dibuat dalam
berbagai konsentrasi yaitu 2,5 mg/ml; 5 mg/ml; 10 mg/ml; 20 mg/ml; 40
mg/ml. Etanol 96% sebagai kontrol negatif dan antibiotik Eritromisin
sebagai kontrol positif.
3.5.2 Tahap Pengujian
Uji efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.)
Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dilakukan
dengan menggunakan metode disc diffusion.
Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose suspensi bakteri
Streptococcus pyogenes ke dalam tabung reaksi yang berisi tioglikolat cair
steril lalu divortex untuk menghomogenkan. Kemudian bandingkan
kekeruhannya dengan larutan standar 0,5 Mc Farland serta atur agar
kekeruhannya sama. Lalu oleskan larutan bakteri Streptococcus pyogenes
menggunakan kapas lidi (swab) steril pada agar darah. Cakram uji kosong
direndam didalam masing-masing stok konsentrasi ekstrak bawang sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) selama 10-15 menit, setelah itu cakram
dibiarkan kering. Lalu cakram uji yang telah dicelupkan ke ekstrak umbi
bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dan cakram uji
antibiotik Eritromisin diletakkan diatas permukaan agar darah secara
higienis didalam laminar air flow. Kemudian diinkubasi dalam inkubator
pada suhu 37o
Pada penelitian ini pertama kali dilakukan uji pendahuluan untuk melihat
efek ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Uji pendahuluan
C selama 20-24 jam, kemudian lakukan pengamatan dengan
mengukur diameter zona terang (clear zone) yang mengelilingi cakram yang
telah direndam ekstrak umbi bawang sabrang dengan menggunakan
penggaris. Jika tidak terdapat zona hambat maka tidak terlihat zona terang
disekitar cakram.
17
menggunakan satu cawan petri agar darah dengan menggunakan
konsentraksi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.)
Merr.) pada berbagai jenis konsentrasi yang telah ditentukan. Uji
pendahuluan mengalami kegagalan sebanyak dua kali karena kontaminasi.
Kegagalan yang terjadi karena melakukan pengolesan bakteri tidak didalam
laminar air flow, tidak menggunakan masker ketika melakukan pengolesan
bakteri, dan melakukan penelitian bersamaan dengan peneliti lain. Kemudia
dilakukan perbaikan dengan melakukan pengolesan bakteri didalam laminar
air flow, menggunakan masker, dan melakukan penelitian tidak bersamaan
dengan peneliti lain. Setelah dilakukan perbaikan, uji pendahuluan berhasil
dan selanjutnya dilakukan uji triplo.
Pada uji triplo, pada sekali perlakuan digunakan tiga cawan petri agar
darah secara sekaligus dengan menggunakan berbagai konsentrasi ekstrak
umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang telah
ditentukan. Pada uji triplo ini terjadi kegagalan sebanyak empat kali karena
bakteri yang terlalu tebal, terkontaminasi, dan bakteri yang tidak tumbuh.
Hal tersebut dikarenakan pembuatan larutan bakteri yang terlalu keruh,
pengolesan bakteri yang berkali-kali, media agar darah yang mudah
terkontaminasi, dan biakan bakteri yang terlalu tipis. Kemudian dilakukan
perbaikan dengan membuat larutan bakteri yang kekeruhannya sangat
mendekati larutan 0,5 Mc Farland, pengolesan bakteri tidak berkali-kali, dan
membuat biakan bakteri yang tidak terlalu tipis. Setelah dilakukan
perbaikan, uji triplo berhasil kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data
dan didapatkan hasil serta pembahasan.
18
3.6 Alur Penelitian
3.7 Analisis Data
Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan analisis statistik SPSS
16.0. Data penelitian ini merupakan variabel numerik dengan lebih dari 2
Pembuatan konsentrasi ekstrak bawang sabrang (Eleuthrine palmifolia (L.)
Merr.)
Siapkan cawan petri sebanyak konsentrasi ekstrak yang akan
dibuat
Larutkan ekstrak dengan etanol 96% sesuai dengan
konsentrasi masing-masing
Masukan ekstrak bawang sabrang dengan ukuran masing-
masing 2,5 mg/ml; 5mg/ml; 10mg/ml; 20 mg/ml; 40mg/ml
Kultur bakteri Streptococcus pyogenes di media agar darah
Masukan 1 ose Streptococcus pyogenes dari hasil kultur ke
medium thioglikolat
Thioglikolat cair dan Streptococcus pyogenes
divortex hingga homogen
Cakram disk yang telah berisi ekstrak diletakan pada media
agar darah yang telah ditumbuhi bakteri
Usapkan bakteri ke media agar darah menggunakan kapas lidi
(swab) steril
Kekeruhan distandarisasi menggunakan larutan standar
larutan 0,5 Mc Farland
Rendam cakram disk kedalam masing-masing konsentrasi
selama 10-15 menit
Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C
Amati dan ukur zona hambat
19
kelompok sehingga analisis data yang digunakan adalah uji statistik
parametrik One-Way ANOVA dengan syarat distribusi data normal dan varian
data homogen. Tetapi, bila hasil penelitian ini tidak memenuhi kedua syarat
tersebut maka dilakukan uji statistik non-parametrik Kruskal-Wallis.
20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Efek Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)
terhadap Streptococcus pyogenes
Gambar 4.1 dibawah ini menunjukan zona hambat yang diukur dari zona
terang yang terbentuk pada berbagai konsentrasi ekstrak bawang sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.).
Gambar 4.1 Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleuthrine palmifolia (L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes pada cawan pertama
2,5 mg/ml
K (+)
5 mg/ml
10 mg/ml
20 mg/ml
40 mg/ml
K (-)
20
21
Gambar 4.2 Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleuthrine palmifolia (L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes pada cawan kedua
Gambar 4.3 Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleuthrine palmifolia (L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes pada cawan ketiga
K (-)
K (+)
5mg/ml
10mg/ml
2,5mg/ml
40mg/ml
20mg/ml
K (+)
K (-)
20mg/ml
40mg/ml
10mg/ml
5mg/ml
2,5mg/ml
22
Gambar 4.4 Efek Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)
Pada hasil pengamatan, didapatkan berbagai diameter zona hambat yang
terbentuk pada masing-masing konsentrasi ekstrak bawang sabrang (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr.) yang digunakan. Rata-rata diameter zona hambat yang
terbentuk pada konsentrasi 2,5 mg/ml yaitu 10,00 (10,00-10,00) mm. Pada
konsentrasi 5 mg/ml yaitu 10,00 (9,00-11,00) mm. Pada konsentrasi 10 mg/ml
sebesar 10,00 (10,00-11,00) mm. Pada konsentrasi 20 mg/ml zona hambat yang
yang terbentuk 11,00 (10,00-12,00) mm. Pada konsentrasi 40 mg/ml yaitu 10,00
(10,00-11,00) mm. Zona hambat yang terbentuk pada masing-masing konsentrasi
ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) menunjukan
hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Hal tersebut berkaitan
dengan kandungan antibakteri yang terdapat pada ekstrak umbi bawang sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.). Konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang
20mg/ml menunjukan rata-rata diameter zona hambat yang paling besar diantara
rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk pada konsentrasi ekstrak umbi
bawang sabrang lainnya. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak umbi bawang
sabrang memiliki puncak aktivitas antibakteri pada konsentrasi 20mg/ml. Pada
kontrol positif menggunakan antibiotik Eritromisin didapatkan rata-rata zona
terang dengan diameter 31,00 (30,00-31,00) mm. Zona hambat yang terbentuk
23
berkaitan dengan mekanisme kerja antibiotik Eritromisin yaitu menghambat
sintesis protein bakteri dengan berikatan pada ribosom 50S dan menghambat
translokasi kompleks tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida
sehingga rantai polipeptida bakteri tidak dapat diperpanjang.26 Pada pengujian
kontrol negatif menggunakan blanc disk yang direndam dalam larutan etanol 96%
tidak terbentuk zona terang yang menunjukan tidak terjadi hambatan pertumbuhan
bakteri Streptococcus pyogenes.
Data penelitian ini merupakan variabel numerik lebih dari 2 kelompok
maka uji kebermaknaan yang digunakan yaitu One-Way ANOVA.25 Pada uji
tersebut terdapat dua syarat yang harus dipenuhi yaitu distribusi data normal
dengan p > 0,05 dan variasi data normal dengan p > 0,05.25 Berdasarkan uji
statistik Shapiro-Wilk, didapatkan distribusi data tidak normal pada penelitian ini
(Lampiran 3) dengan nilai signifikansi 0,000 sehingga diperlukan transformasi
data. Setelah dilakukan transformasi data, hasil transformasi data tetap tidak
normal dengan nilai signifikansi 0,000. Karena tidak terpenuhinya syarat untuk
menggunakan uji One-Way ANOVA maka uji kebermaknaan dilakukan
menggunakan uji Kruskal-Wallis.25
Pada uji Kruskal-Wallis nilai signifikansi
bermakna jika p < 0,05. Pada penelitian ini hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran 5)
didapatkan nilai signifikansi p < 0,05 yang berarti data penelitian ini bermakna
sehingga dapat diketahui bahwa paling tidak terdapat perbedaan bermakna antara
pengaruh konsentrasi ekstrak 2,5 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40
mg/ml terhadap hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.
Kemudian perlu dilakukan analisis Post Hoc menggunakan uji Mann-Whitney
untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan secara bermakna.
24
Tabel 4.1 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney
Perlakuan K (-) 2,5mg/ml 5mg/ml 10mg/ml 20mg/ml 40mg/ml K (+)
K (-) - 0,025* 0,037* 0,034* 0,034* 0,034* 0,034*
2,5mg/ml - 1,000 0,317 0,121 0,317 0,034*
5mg/ml - 0,637 0,261 0,637 0,046*
10mg/ml - 0,346 1,000 0,043*
20mg/ml - 0,346 0,046*
40mg/ml - 0,043*
K(+) -
Keterangan: *Signifikan
Pada uji Mann-Whitney, masing-masing konsentrasi ekstrak bawang
sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dibandingkan dengan kontrol positif
yaitu Eritromisin 15μg dan didapatkan perbedaan yang bermakna, hasil serupa
juga didapatkan ketika masing-masing konsentrasi ekstrak bawang sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dibandingkan dengan kontrol negatif yaitu
etanol 96%. Hal ini menunjukan bahwa bawang sabrang (Eleutherine palmifolia
(L.) Merr.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
namun hambatan pertumbuhan tidak lebih baik daripada kontrol positif yaitu
Eritomisin 15μg.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak umbi bawang sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) memiliki aktivitas antibakteri sehingga
terbentuk hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Aktivitas
antibakteri ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)
berhubungan dengan senyawa aktif yang terkandung didalam umbi bawang
sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) antara lain polifenol, tanin, flavonoid,
eleutherinone, eleutherol, eleutherine, dan isoeleutherine.11
25
Pada beberapa penelitian terkait, seperti yang dilakukan Mierza, Suryanto,
dan Nasution dalam Prosiding Seminar Nasional Biologi (2011) mengenai
skrining fitokimia dan uji efek antibakteri ekstrak etanol umbi bawang sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dengan menggunakan metode disc diffusion,
didapatkan bahwa ekstrak etanol umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia
(L.) Merr.) memiliki efek antibakteri yang lebih besar pada bakteri Gram positif
dibandingkan dengan bakteri Gram negatif. Salah satu bakteri Gram positif yang
digunakan yaitu Streptococcus pneumonia yang termasuk dalam genus
Streptococcus dan didapatkan konsntrasi hambat minimum (KHM) yaitu 5mg/ml.
Namun, pada penelitian ini, bakteri yang digunakan yaitu Streptococcus pyogenes.
Perbedaan bakteri yang digunakan menunjukan hasil yang berbeda. Pada
penelitian ini, pada konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang yang lebih rendah
yaitu konsentrasi ekstrak 2,5mg/ml dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus pyogenes.11
Selain penelitian yang dilakukan Mierza, Suryanto, dan Nasution (2011),
dilaporkan pula penelitian terkait seperti yang dilakukan oleh Subramaniam et al
(2012) mengenai aktivitas antagonis dari Eleutherine palmifolia Linn. yang
termasuk dalam genus Eleutherine, terhadap pertumbuhan mikroorganisme
dengan menggunakan metode agar well diffusion. Mikroorganisme yang diujikan
pada penelitian ini salah satunya yaitu Streptococcus sp. dan didapatkan hasil
bahwa ekstrak etanol umbi Eleutherine palmifolia Linn. dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus sp.. Hasil tersebut sejalan dengan hasil
penelitian ini dimana ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.)
Merr.) yang termasuk dalam genus Eleutherine, dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Streptococcus pyogenes yang termasuk dalam genus Streptococcus.
Penelitian terkait lainnya antara lain seperti yang dilakukan oleh
Limsuwan dan Voravuthikunchai (2013) mengenai aktivitas anti-Streptococcus
pyogenes dari beberapa ekstrak tanaman obat yang digunakan pada pengobatan
tradisional Thailand dengan menggunakan metode disc diffusion dan metode
broth microdilution. Salah satu tanaman yang digunakan pada penelitian ini yaitu
Eleutherine americana Merr. yang merupakan salah satu spesies dalam genus
20
26
Eleutherine. Bakteri Streptococcus pyogenes didapatkan dari pasien yang
mengalami infeksi saluran pernapasan atas dan sensitif terhadap Eritromisin dan
Penisilin G. Didapatkan bahwa ekstrak Eleutherine americana Merr. memiliki
aktivitas antibakteri yang baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus pyogenes.6 Selain Eleutherine americana Merr., aktivitas
antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes terdapat pula
dalam spesies lain yang termasuk dalam genus Eleutherine yaitu pada spesies
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) seperti yang digunakan pada penelitian ini.
Efektivitas ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes termasuk respon
hambatan pertumbuhan yang lemah. Rendahnya respon hambatan pertumbuhan
bakteri Streptococcus pyogenes pada konsentrasi ekstrak bawang sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) 2,5mg/ml, 5mg/ml, 10mg/ml, 20mg/ml, dan
40mg/ml pada penelitian ini mungkin dikarenakan kekurangan yang terdapat pada
penelitian ini, diantaranya tidak diketahui umur panen bawang sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.), bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.)
Merr.) yang akan dijadikan sebagai bahan ekstrak tidak diuji kesegarannya, tidak
dilakukan uji total kadar senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak bawang
sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.), tidak dilakukan uji kesterilan ekstrak
bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.), dan tidak menggunakan
senyawa aktif umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) secara
langsung dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Oleh
karena itu, sebelum melakukan ekstraksi sebaiknya diketahui umur panen bawang
sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dan melakukan uji kesegaran bawang
sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.). Kemudian setelah didapatkan ekstrak
bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) sebaiknya dilakukan uji
kesterilan ekstrak dan dilakukan uji total kadar senyawa aktif yang terdapat pada
ekstrak. Apabila memungkinkan, dilakukan uji antibakteri umbi bawang sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dengan menggunakan senyawa aktif secara
langsung.
27
Pada penelitian ini ditemui hambatan antara lain media agar darah yang
baik untuk pertumbuhan banyak bakteri sehingga mudah terkontaminasi. Selain
itu, karena bakteri Streptococcus pyogenes tidak dapat bertahan hidup lama
sehingga membutuhkan banyak media pertumbuhan agar darah untuk membiakan
bakteri Streptococcus pyogenes.
28
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) pada
konsentrasi ekstrak 2,5 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40
mg/ml dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
namun termasuk dalam respon hambatan pertumbuhan yang lemah.
2. Ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dengan
konsentrasi 20mg/ml memiliki aktivitas antibakteri yang paling baik
dibandingkan dengan konsentrasi 2,5mg/ml, 5mg/ml, 10mg/ml, dan
40mg/ml.
5.2 Saran
1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh konsentrasi
ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan menggunakan
konsentrasi yang lebih tinggi daripada yang digunakan pada penelitian
ini.
2. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh senyawa aktif
ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.
3. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antimikroba
ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap
mikroorganisme lainnya.
4. Melakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak bawang sabrang (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr.) terhadap bakteri Streptococcus pyogenes secara
in-vivo.
5. Melakukan penelitian untuk mengetahui umur panen bawang sabrang
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang akan digunakan sebagai bahan
ekstak. 28
29
6. Melakukan uji kesegaran bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.)
Merr.) sebelum dilakukan ekstraksi.
7. Melakukan uji kesterilan ekstrak bawang sabrang (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr.) sebelum dilakukan penelitian.
8. Melakukan uji total kadar senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak
bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.).
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartono B, Kusumobroto BS, Sugito, Sunaryadi, Kurniasih N, Hardhana
B, dkk. Profil Kesehatan Indonesia 2005: Masyarakat yang Mandiri Untuk
Hidup Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan Repulik Indonesia; 2007. p.
24
2. Hartono B, Kusumobroto BS, Purwanto H, Hasnawati, Brahim R, dkk.
Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Repulik
Indonesia; 2008. p. 27
3. Soepardi J, Hasnawati, Sitohang V, Brahim R, dkk. Profil Kesehatan
Indonesia 2009. Jakarta: Departemen Kesehatan Repulik Indonesia; 2010.
p. 33-35
4. Soepardi J, Brahim R, Sitohang V, Zulkarnaen I, dkk. Profil Kesehatan
Indonesia 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan Repulik Indonesia;
2011.p. 236-237
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Profil Kesehatan Kabupaten
Tangerang 2010. ______: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang; 2011.p.
12
6. Limsuwan S, Voravuthikunchai SP. Anti-Streptococcus pyogenes Activity
of Selected Medical Plant Extracts Used in Thai Traditional Medicine.
Trop J Pharm Res 2013; 12 (4): 535-540
7. Patterson MJ. Chapter 13 Streptococcus. In: Baron S, editors. Medical
Microbiology, 4th Ed. US: The University of Texas Medical Branch at
Galveston; 1996 [cited 2014 Feb 13]. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK7611/
8. Todar, K. Streptococcus pyogenes. Todar’s Online Textbook of
Bacteriology. Cited 13 Feb 2014. Available from
http://textbookofbacteriology.net/streptococcus.html
31
9. Streptococcus pyogenes. Available from
https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Streptococcus_pyogenes
10. Kebun tanaman BPOM RI. Available from
http://www.pom.go.id/pom/berita_aktual/data/ktobpom.pdf
11. Mierza V, Suryanto D, Nasution MP. Skrining Fitokimia dan Uji Efek
Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia
Merr.). Dalam: Hutahean S, Ilyas S, Rahayu S, Berliani K. Prosiding
Seminar Nasional Biologi. Medan: USU Press, 2011: 340-351
12. Kuntorini EM, Nugroho LH. Structural Development and Bioactive
Content of Red Bulb Plant (Eleutherine americana); A Traditional
Medicines for Local Kalimantan People. Biodiversitas 2010; 11(2): 102-
106
13. Serimbing ISDB, Isnindar, Iswahyudi. Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi
Etanol Daun Bawang Mekah (Eleutherine americana Merr.) Dengan
Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak.
14. Govaerts R. 2006. World checklist of monocotyledons. The Board of
Trustees of the Royal Botanic Gardens(London, UK).
15. Anonim. 2007. Members of the genus Eleutherine. http:// zipcodezoo.com
/Plants/E/ Eleutherine_palmifolia/ [ 7 februari 2011]
16. Nur AM. Kapasitas Antioksidan Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)
Dalam Bentuk Segar, Simplisia, dan Keripik, Pada Pelarut Nonpolar,
Semipolar dan Polar [Skripsi]. Departement of Food Science and
Technology, Bogor Agricultural University; 2011
17. Daryono BS, Rahmadani WD, Sudarsono. Identification of Bawang
Sabrang (Eleutherine americana Merr. ex K. Heyne) In Indonesia Based
on Chromosome Characters. Indonesian J. Pharm 2013; 24 (1): 22-29
18. Goldblatt P. and Henrich JE. Calydorea Herbert (Iridaceae-Tigridieae):
Notes on this new world genus and reduction to synonymy of
32
Salpingostylis, Cardiostigma, Itysa and Catila. Annals of the Missouri
Botanical Garden 1991; 78(2): 504-511
19. Galingging RY. Potensi plasma nutfah tanaman obat sebagai sumber
biofarmaka di Kalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian 2007; 10 (1): 76-83.
20. Subramaniam K, Suriyamoorthy S, Wahab F, Sharon FB, Rex GR.
Antagonistic Activity of Eleutherine palmfolia Linn. Asian Pacific Journal
of Tropical Disease 2012; S491-S493
21. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 23. Alih bahasa: Huriawati Hartanto et al.
Editor edisi bahasa Indonesia: Retna Neary Elferia et al. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2008
22. Warsa UC. Bagian III Bab 18. Dalam: Editor Staf Pengajar Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran,
Edisi Revisi. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 1994
23. Lalitha MK. Manual on Antimicrobial Susceptibility Testing. Vellore:
Indian Association of Medical Microbiologist; 2004
24. Jorgensen JH, Ferraro MJ. Antimicrobial Susceptibility Testing: A Review
of General Principles and Contemporary Practices. Medical Microbiology
2009; 49: 1749-55
25. Dahlan, M Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika; 2011. P.87-111
26. Setiabudi R dan Gan VHS. Seksi XII Antimikroba Bagian 39 Pengantar
Antimikroba. Dalam: Editor Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4. Jakarta: Gaya
Baru; 2005
33
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Determinasi Bahan Uji
34
Lampiran 2
Hasil Ekstraksi Bawang Sabrang
35
Lampiran 3
Gambar Efek Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) Dengan Range
Gambar Efek Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutehrine palmifolia (L.) Merr.) dengan range
36
Lampiran 4
Alat dan Bahan Penelitian
Tioglikolat cair Agar Darah Vortex
Autoclave Lemari Pendingin Timbangan
Oven Inkubator Laminar air flow
37
Lampiran 5
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Siti Nashratul Kamillah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 20 Juni 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cimanuk Gang Bakti No.45, Leuwidaun Kec.
Tarogong Kidul, Kab. Garut
Email : kamillah.kamillah@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1997-1999 : TK Aisyiah 11 Sukasari Bandung
1999-2005 : SD Negeri Sukagalih V Garut
2005-2008 : SMP Negeri 1 Garut
2008-2011 : SMA Negeri 1 Garut
2011-sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
top related