ebook merancang bangunan gedung bertingkat rendah
Post on 01-Aug-2016
666 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Ada banyak aspek yang harus diwadahi dalam perancangan arsitektur terutama berkaitan
dengan bangunan dengan berbagai macam sistem di dalamnya. Untuk dapat menghasilkan karya
perancangan yang optimal, arsitek harus menggabungkan dan mengkombinasikannya dalam karya
mereka. Untuk itu pemahaman utuh dan menyeluruh tentang bangunan harus menjadi dasar yang
utama. Sayangnya, hampir semua mata kuliah yang berkaitan dengan perancangan arsitektur ini harus
disampaikan secara parsial yang terkadang bahkan saling bertolak belakang; misalnya antara mata
kuliah struktur dan perancangan arsitektur yang seolah tidak sesuai karena penekanan aspek yang
berbeda. Akibatnya, mahasiswa menerimanya secara tidak penuh dan desain yang dihasilkannyapun
banyak yang terkesan parsial.
Buku ini mencoba memberikan dasar-dasar yang menyeluruh berkaitan dengan perancangan
arsitektur khususnya yang berkaitan dengan bangunan bertingkat rendah. Dalam istilah teknis,
permasalahn ini berkaitan dengan perancangan struktur dan konstruksi. Di rumpun ilmu arsitektur,
perancangan struktur dan konstruksi adalah dasar bagi perancangan fisik bangunan yang berkaitan
dengan bentuk dan sistem struktur beserta konstruksinya. Dalam hal ini juga berkaitan dengan sistem
jaringan dalam bangunan karena bersinggungan langsung dengan bentuk dan fasilitas sistem struktur.
viii I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Untuk itulah perancangan struktur dan konstruksi atau selanjutnya kita sebut sebagai perancangan
bangunan gedung dalam arsitektur dilakukan. Hal ini tentu sangat berbeda dengan terminologiperancangan struktur dalam ilmu teknik sipil, di mana hampir tidak berkaitan dengan bentuk danruang fungsi, tetapi lebih kepada bagaimana elemen bangunan menyangga beban.
Pembahasan dalam buku ini ditujukan untuk optimalisasi perancangan bangunan bagi
mahasiswa arsitektur dan juga teknik sipil, bahkan para profesional di bidang bangunan. Untuk itu
aspek-aspek yang paling berkaitan selalu dibahas dalam setiap bagian dalam bangunan, sehinggapembaca diharapkan dapat menangkap pertimbangan menyeluruh yang harus dilakukan. Contoh-contoh dari proyek nyata dan ilustrasi penjelas diberikan dengan jumlah yang cukup banyak dalambuku ini. Sehingga dengan demikian, hasil optimal dalam perancangan bangunan dapat dicapai.Namun demikian, segala kritik, saran, dan masukan masih sangat diperlukan demi kesempurnaan
buku ini. Atas perhatian pembaca terhadap buku ini, saya urcapkan terimakasih.
Yogyakarta, Juni 2O12
Penu lis.
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Bangunan Bertingkat
1.2 Perancangan Bangunan Bertingkat Rendah
1.3 Perancangan Struktur dan Konstruksi dalam Arsitektur
1.4 Aspek-aspek Perencanaan dan Perancangan Bangunan Bertingkat Rendah
BAB 2 MENGETAHUI MACAM STRUKTUR UTAMA
2.1 Kinerja Sistem Struktur Bangunan
2.2 Macam Struktur Menurut Anatomi Bangunan
2.3 Macam Struktur Menurut Bahan Bangunan
BAB 3 MEWADAHI FUNGSI DAN RUANG PADA BANGUNAN
3.1 Mengidentifikasi Fungsi dan Ruang
3.2 Memenuhi PersYaratan Ruang
3.3 Mewadahi Organisasi Ruang
3.4 Membuat Denah Kasar
v
vtl
ix
1
2
3
4
5
11
12
16
27
31
32
35
36
38
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
BAB 4 MEMFASITITASI ASPEK.ASPEK UTAMA BANGUNAN
4.1 Menentukan Sistem Sirkulasi Bangunan
4.2 Menentukan Sistem Pencahayaan Bangunan
4.3 Menentukan Sistem Penghawaan
4.4 Menentukan Sistem Air Bersih dan Sanitasi Bangunan
4.5 Menentukan Sistem Kelistrikan Bangunan
4.6 Menentukan Sistem Jaringan Keselamatan Bangunan
BAB 5 MERENCANAKAN BANGUNAN BERDASARKAN ASPEK UTAMA
5.1 Merencanakan Sistem Struktur Utama
5.2 Merencanakan Bentuk Bangunan dan Atapnya
5.3 Merencanakan Atap dan Fungsinya
5.4 Merencanakan Dimensi Struktur Bangunan
BAB 6 MERANCANG DENAH
6.1 Menyempurnakan Denah Kasar
6.2 Menggunakan Modul Ruang Fungsi
6.3 Menggunakan Grid Struktur
6.4 Meletakkan Tangga
6.5 Meletakkan Kamar Mandi dan Dapur
6.6 Menentukan Posisi dan Konfigurasi Ruang-ruang
6.7 Menentukan Dinding dan Bukaannya
BAB 7 MERANCANG ATAP
7.1 Menyesuaikan Atap dengan Denah
7.2 Menentukan Caris Atap
7.3 Menentukan Atap Utama dan Kombinasinya
7.4 Menentukan Rangka Atap
BAB B MERANCANG BATOK DAN PELAT LANTAI
8.1 Menempatkan Balok pada Bangunan
8.2 Menentukan Caris-garis Balok
8.3 Menentukan Pelat Lantai dan Void8.4 Menggunakan Balok dan Pelat Lantai Kayu dan Bahan Lain
8.5 Menentukan Konstruksi Balok dan Pelat Lantai
BAB 9 MERANCANG PONDAS!
9.1 Menentukan Jenis Pondasi
9.2 Menentukan Titik dan Caris Pondasi
9.3 Menentukan Jenis Pondasi Khusus
9.4 Menentukan Konstruksi Pondasi
41
42
50
52
54
56
57
59
60
64
64
64
77
7B
79
81
B6
B7
88
BB
93
94
979B
100
111
112115
117
118
119
123
124
125
128129
Daftar lsi
BAB 1O MERANCANC ELEMEN NON STRUKTURAT
10.1 Merancang Elemen lnterior10.2 Merancang Elemen Eksterior
BAB 11 MERANCANG SANITASI BANGUNAN
11.1 Merancang Sistem Air Bersih pada Bangunan'l 1.2 Merancang Sistem Air Kotor dan Kotoran
BAB 12 MERANCANC TAMPAK DAN POTONGAN
12.1 Memotong Bangunan
12.2 Menentukan Caris Potongan pada Denah
12.3 Desain Tampak Bangunan
BAB 13 MERANCANC BANCUNAN PADA KONDISI KHUSUS
1 3.1 Bangunan dengan Kondisi Fungsi Khusus
13.2 Bangunan dengan Kondisi Lingkungan Fisik Khusus
13.3 Bangunan di daerah Rawan Bencana
13.4 Aksesibilitas pada Bangunan
DAFTAR BACAAN
DAFTAR INDEKS
XI
133
134
143
153
131
158
167
168
173
177
183
184193
199
209
2't5
217
Cambar 1-1
Cambar 1-2
Gambar l-3Cambar'l-4Cambar 1-5
Cambar 1-6
Cambar 1-7
Cambar 2-1
Cambar 2-2
Cambar 2-3
Cambar 2-4
Cambar 2-5
Cambar 2-6
Cambar 2-7
Cambar 2-B
Cambar 2-9
Cambar 2-10
Cambar 2-11
Cambar 2-12
DAFTAR GAMBAR
Jenis bangunan berdasarkan ketinggian dan jumlah lantai
Li ngkup perancangan arsitektu r
Lingkup perancangan struktur dalam arsitektur
Bagian utama sistem struktur
Jenis konstruksi bangunan
Macam site pada bangunan
Aspek bangunan yang lain
Kinerja struktur terhadap beban
Prinsip tumpuan rangka pada titik tumpunya
Konsekuensi tumpuan rangka pada balok yang harus tebal
Tumpuan pada dinding pemikul
Beberapa alternatif pola grid untuk peletakan sistem struktur
Contoh bangunan dengan ataP datar
Berbagai struktur atap datar
Contoh bangunan dengan atap miringAlternatif struktur atap miring
Berbagai macam kuda kuda (truss)
Berbagai macam gunung-gunung
Rangka portal (beton bertulang, kayu laminating, dan baja)
2
3
4
5
7
B
9
12
13
14
14
15
17
17
1B
19
20
21
22
IXIV I
Cambar 2-13
Cambar 2-14
Cambar 2-15
Cambar 2-16
Cambar 2-17
Cambar 2-18
Cambar 2-19
Cambar 2-20
Cambar 2-21
Cambar 3-1
Cambar 3-2
Gambar 3-3
Cambar 34Cambar 3-5
Cambar 4-1
Cambar 4-2
Cambar 4-3
Cambar 44Cambar 4-5
Cambar 4-6
Cambar 4-7
Cambar 4-B
Cambar 4-9
Gambar 4-10
Cambar 4-11
Cambar 4-12
Cambar 5-1
Cambar 5-2
Gambar 5-3
Cambar 5-4
Cambar 5-5
Cambar 5-6(rambar 5-,/
Cambar 5-B
Cambar 5-9
Cambar 5-10
Cambar 5-11
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Stuktur rangka kaku beton (rigid frame)
Struktur dinding pemikul (satu arah)
Macam pondasi titik (umpak, foot-plate, buis beton, pancang)
Macam pondasi menerus (batu kali, beton bertulang)
Pondasi bidang (beton bertulang)
Contoh struktur utuh kayu dengan rangka batang (truss)
Contoh struktur baja
Struktur rangka beton sistem portal
Struktur batubata atau batukali dengan gunung-gunung
Contoh denah bangunan fungsi seragam (mis: kamar hotel)
Contoh denah bangunan fungsi kompleks (mis: gedung pertunjukan)
Contoh pemenuhan terhadap persyaratan bentuk dan ukuran pada
sebuah fungsi bangunan tertentu
Hubungan antara organisasi ruang dengan sistem strukturContoh denah kasar (mis: rumah tinggal)
Berbagai macam bentuk tangga bangunan
Bagian-bagian tangga
Ruang tangga yang berkaitan dengan sistem bangunan lain
Contoh macam detail anak tangga
Macam konfigurasi selasar luar dan selasar dalam
Contoh desain pencahayaan alamiah bangunan
Contoh desain sistem penghawaan alami
Contoh desain sistem penghawaan buatan (air conditioner/ AC)
Contoh sistem air bersih dalam bangunan (down feed dan up feed)
Contoh sistem sanitasi bangunan
Contoh sistem kelistrikan bangunan
Contoh sistem pemadam kebakaran
Contoh pemenuhan tuntutan ruang fungsi spesifik
Contoh pemenuhan tuntutan sistem-sistem bangunan spesifik
Contoh pertimbangan penggunaan bahan terhadap struktur
Contoh desain bentuk bangunan terhadap konsep system
Contoh desain potongan bangunan terhadap sistem ruang
Pertimbangan aspek pencahayaan dan penghawaan pada bentang strukturAlternatif bentang lebar pada lantai atas dan lantai bawah
Pertimbangan jarak antar bentang
Contoh desain pengaruh permainan jarak proporsi antar kolom pada
tampak bangunan
Faktor penentu jarak antar lantai
Ukuran tinggi kolom untuk memfasilitasi bentang lebar
23
24
25
26
26
272B
2930
32
34
35
37
3B
42
43
474B
4951
53
54
55
56
5758
61
61
62
63
63
65
66
67
68
69
70
Daftar Cambar
Gambar 5-'12
Cambar 5-13
Cambar 5-14
Cambar 5-15
Gambar 5-'16
Cambar 6-1
Gambar 6-2
Cambar 6-3
Cambar 6-4
Cambar 6-5
Cambar 6-6
Cambar 6-7
Cambar 6-8
Cambar 6-9
Gambar 6-10
Cambar 6-1'l
Cambar 6-12
Cambar 7-1
Cambar 7-2
Cambar 7-3
Cambar 7-4
Cambar 7-5
Cambar 7-6
Cambar 7-7
Cambar 7-B
Cambar 7-9
Cambar 7-'10
Cambar 7-11
Cambar 7-12
Cambar 7-13
Cambar 7-14
Cambar 7-15
Cambar 7-16
Cambar 7-17
Cambar 7-18
Cambar 7-19
Cambar B-1
Cambar B-2
Cambar B-3
Aspek terkait dengan ketinggian bangunan
Contoh batas ketinggian bangunan dari as jalan
Contoh alternatif peletakan kolom dan orientasinya dalam denah
Perkiraan ukuran kolom bangunan berlantai 1,2, dan 3
Teknik perkiraan dimensi balok beton bertulang
Contoh proses penyempurnaan denah
Berbagai modul fungsi
Contoh desain ruang dengan modul fungsi
Contoh aplikasi modul fungsi dan struktur pada denah
Contoh desain dengan menyesuaikan grid dengan denah
Contoh desain dengan konfigurasi ruang terhadap konsep
Beberapa contoh alternatif penyesuaian yang mungkin dapat dilakukan
Denah adalah potongan bangunan horisontal
Contoh denah fungsi asrama lantai 1
Contoh denah fungsi asrama lantai 2
Contoh denah fungsi asrama lantai 3
Contoh rencana tangga
Contoh bentuk atap yang disesuaikan dengan bentuk denah
Contoh bidang atap yang sama dengan denahnya
Contoh bidang atap yang tidak sama dengan denahnya
Contoh atap gabungan pada bangunan
Contoh bangunan dengan atap bertingkat
Contoh garis atap pada denah bangunan
Contoh atap utama dan kombinasinya
Contoh denah dan pengaruhnya pada atap bangunan
Berbagai macam bentuk struktur atap miring
Alternatif rangka utama atap dan strukurnya
Contog rencana ataP
Prinsip pemasangan usuk
Contoh elemen pada atap dan konstruksinya
Contoh bentuk atap bertingkat pada masjid
Contoh tampak atap bangunan asrama 3 lantai
Contoh rencana atap lantai 2 asrama 3 lantai
Contoh rencana atap lantai 2 asrama 3 lantai
Contoh tampak hasil pada rencana atap asrama
Contoh perspektif hasil atap pada asrama
Contoh rencana balok
Macam balok lantai
Letak balok pada struktur
l*u71
72
73
74
75
7B
BO
B1
B2
B3
B5
B6
B9
B9
90
91
92
94
95
95
96
97
99
100
101
102103
104105
106
107
108
108
109
109
110
113
11-1
115
I
XVi I
Cambar 8-4
Cambar B-5
Cambar 8-6
Cambar B-7
Cambar 8-8
Cambar 8-9
Cambar 9-1
Cambar 9-2
Cambar 9-3
Cambar 9-4
Cambar 9-5
Gambar 9-6
Cambar 9-7
Cambar 9-B
Cambar 9-9
Cambar 9-10
Cambar 10-1
Cambar 10-2
Cambar 10-3
Cambar 10-4
Cambar 10-5
Cambar 10-6
Cambar 10-7
Cambar '10-B
Cambar 10-9
Cambar 10-10
Cambar 10-1 1
Cambar 1O-12
Cambar 10-13
Cambar 10-14Cambar 10-15
Cambar 10-16
Cambar 10-17
Cambar 10-18
Cambar 10-'19
Cambar 1O-20
Cambar 11-1
Cambar 11-2
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Contoh garis balok ekspos
contoh layout garis balok yang dipadukan dengan kepentingan sistemPelat dan void pada bangunan
Contoh balok dan atau pelat dari kayu
Contoh rencana balok asrama lantai 3
Contoh rencana balok asrama lantai 2Contoh penggunaan pondasi dangkal
Contoh penggunaan pondasi dalamPenggunaan pondasi titik jenis umpakContoh penggunaan pondasi footplate pada struktur betonContoh penggunaan pondasi menerus
Contoh penggunaan pondasi gabungan
Contoh perencanaan pondasi rumah tinggalContoh detai I Footplate
Contoh detail Pondasi Menerus
Contoh rencana pondasi asrama
Ruang dalam dan elemen pembentuk fisiknyaContoh desain langit-langit yang sangat berkaitan dengan fungsiPengaruh plafond dan ukuran ruang terhadap aspek bangunanContoh alternatif konstruksi plafond dan kaitannya dengan sistem struktur atapContoh plafond yang mengekspose rangka atapContoh desain dinding dalam bangunanAlternatif konstruksi dindingPrinsip pengaturan pemasangan ubin lantaiRaised floor dan Hanged Plafond, lantai yang digunakan untuk kepentingansitem
Contoh hanged plafond pada bangunanContoh aplikasi Tritis dan Konstruksinya
Contoh ragam tritis bangunan
Teknik shading pada bangunan
Contoh konstruksi shading dan macamnya pada bangunanContoh penggunaan sun-shading pada bangunanContoh skylightContoh desain dinding eksterior bangunan
Contoh macam Bukaan Dinding Luar
Contoh rencana pintu jendela pada denahContoh penggunan dinding kaca bingkai alumunium cladding systemWater tank yang terletak di site bangunan dan pompanyaWater tower yang berupa tangki atau bak pelat beton di atap
116117
118
119
120121
124
125126126127
128129130
131
131
134135
136
137
137
138
139
141
142143144144145146146147
149149
150
151
154155
Daftar Cambar
Cambar 11-3
Cambar 1 1-4
Cambar 11-5
Cambar 11-6
Cambar 11-7
Cambar 11-B
Cambar 11-9
Cambar 'l 1-10
Cambar 12-1
Cambar 12-2Cambar 12-3
Gambar 12-4
Gambar 12-5
Cambar 12-6
Cambar 12-7
Cambar 12-B
Cambar 12-9
Gambar 12-10Cambar 12-1 'l
Cambar 12-12Cambar '13-1
Cambar 13-2
Cambar 13-3
Cambar 13-4
Cambar '13.5
Cambar I3-6Cambar 13-7
Cambar 13-B
Cambar 13-9
Cambar 13-10
Cambar 13-11
Carnbar 13-12Cambar 13-'13
Cambar 13-'14
Cambar 13-15
Cambar 13-16
Cambar 13-17
Cambar 1 3-18
Shaft vertikal; bukaan dan isinyaDesain bak air yang berkaitan dengan bentuk arsitekturKonstruksi shaft horisontal di lantai dan di bawah pelat lantaiPrinsip konstruksi septictankPrinsip konstruksi peresapan
Prinsip konstruksi bak lemak dan bak controlContoh rencana sanitasi (air kotor)
Contoh detail area kamar mandi dan system pemipaannyaPrinsip informasi pada gambar potongan
Contoh potongan bangunanContoh potongan detail pada gambar prinsipPrinsip garis potongan pada denahMemotong bangunan untuk potongan
Contoh potongan bangunan asrama 3 lantai melintangContoh potongan bangunan asrama 3 lantai membujurTampak Bangunan dan kaitannya dengan kontur sltePrinsip proyeksi untuk menghasilkan tampakContoh gambar tampak rumah 2 lantaiContoh gambar tampak depan asrama 3 lantaiContoh gambar tampak samping asrama 3 lantaiAspek bangunan gawat daruratKonfigurasi bangunan kaku kolom kecil vs. kolom besarKonfigurasi rangka dengan pengaku dinding pemikulPengangkatan bangunan terhadap muka tanah
Peletakan ruang sistem yang aman dari jangkauan banjir pada bangunangawat darurat
Sistem ramp pada pintu masuk dan selasar
Berbagai signage pada bangunan gawat darurat (ADA compliant)Cbr. Layout ruang perawatan yang terbebas dari pecahan kaca
Dinding beton pada lantai dasar
Zonning dan peletakan alur sirkulasi gawat daruratShort cut access pada kantor pemadam kebakaran dan kantor polisiTiga jenis rekayas site; cut, fill, cut and fillMetoda cut dan perkuatan yang diperlukanMetoda fill dan perkuatan yang perlu diberikanMetoda Cut and fill dan perkuatannya
Metoda alamiah site tanpa rekayasa
Potongan split level bangunanPondasi bangunan tepi pantai atau rawa
t..I xvil
156
157'l58
161
162164165't66
168
170172
174
175't76
177
178179
180
1B'l
181
184186
186
187
1BB
189
190
190
191
192192't93
194195
196197
197
198
xviii I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Cambar 13-19 Pertemuan pelat bumi dan cincin api (courtesy: NASA)
Cambar 13-20 Peta zonasi gempa lndonesia (Kementrian PU Indonesia 2010)
Cambar 13-21 Kesederhanaan struktur
Cambar 13-22 Kesederhanaan denah dan bentuk bangunan
Cambar 13-23 Kekakuan horisontal
Cambar 13-2.4 Kekakuan terhadap gaya puntir (torsional)
Cambar 13-25 Pengkakuan pelat lantai dan pelat atap
Cambar 13-26 Lokasi bangunan terhadap garis pantai
Cambar 13-27 Struktur bangunan panggung untuk tsunami
Cambar 13-28 Bangunan bertingkat untuk evakuasi terhadap banjir
Cambar 13-29 Standar minimal ruang sirkulasi satu dan dua pengguna kursi roda dan
perbedaan ketinggian rute maksimal (ADA, 1994)
Cambar 13-30 Persyaratan tangga untuk aksesibiltas bangunan (ADA, 1994)
200201
202
202203204204205206208
212
213
-oo0oo-
PENDAHULUAN
Perancangan struktur dan konstruksi bangunan bertingkat rendah dalam arsitektur
adalah proses merancang bangunan yang tidak hanya berhtrbungan dengan
permasalahan struktur saja namun juga aspek bangunan yang lain yang harus
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Rancangan bangunan yang berhasil
adalah rancangan yang dapat mengoptimalkan perpaduan kepentingan pada
bangunan, seh i ngga perti mbangan-pertimbangan desai n harus d ipadukan
dengan seluruh kepentingan bangunan itu. Struktur dalam arsitektur bukanlah
pembatas tetapi fasi I itas.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
1 .1 Pengertian Bangunan Bertingkat
Gambar 1-1 lenis bangunan berdasarkan ketinggian dan jumlah lantai
Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu lantai secara vertikal.Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah yang mahal di perkotaan dan
tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan. Semakin banyak jumlah lantaiyang dibangun akan meningkatkan efisiensi lahan perkotaan sehingga daya tampung suatu kota dapatditingkatkan, namun di lain sisi juga diperlukan tingkat perencanaan dan perancangan yang semakinrumit, yang harus melibatkan berbagai disiplin bidang tertentu.
Bangunan bertingkat pada umumnya dibagi menjadi dua, bangunan bertingkat rendah dan
bangunan bertingkat tirrggi. Pembagian ini dibedakan berdasarkan persyaratan teknis strukturbangunan. Bangunan dengan ketinggian di atas 40 meter digolongkan ke dalam bangunan tinggikarena perhitungan strukturnya lebih kompleks walaupun tidak bertingkat. Berdasarkan jumlah
Iantai, bangunan bertingkat digolongkan menjadi bangunan bertingkat rendah (2 - 4 lantai) dan
bangunan berlantai banyak (5 - l0lantai) dan bangunan pencakar langit. Pembagian ini disampingdidasarkan pada sistem struktur juga persyaratan sistem lain yang harus dipenuhi dalam bangunanseperti perti m bangan aksesi bi I itas, mekan i kal, ataupu n elektri ka l.
-EEE',!
= 6
o ol i- c o;*! o tr'U o! P=otrE-f,G-Eb;cC. -EPq-ts s,,idgEE*
<€ d L96 -d#;,9,p6r - X 6lo;E=C - GI
j
6 ; o:=!S c c .j-Ed,e= * EL CE:233 8.0 3'
Pendahuluan
Untuk mencapai bangunan beriingkat di atas lima lantai, lift harus dipergunakan sebagai
persyaratan elemen aksesibilitas bangunan. Demikian juga sistem pencegahan dan pemadaman
kebakaran, listrik, dan sebagainya harus disesuaikan. Semakin bertambah jumlah lantai sistem
bangunan akan semakin rumit. Bangunan tinggi atau pencakar langit justeru lebih diperhitungkan
terhadap sistem-sistem tersebut ketimbang aspek lain seperti estetika bahkan fungsi ruang.
PerancanganArsitektur
&'r'
Bentuk: '''
BangunanRuangEelemen
E-u-oglgi *"
BangunanRuang .;
Et<ondffii:
UtilitasSirkulasi
Harga desainHarga konstruksiHarga perawatan
TapakWilayahDaerah
Gambar 1-2 Lingkup perancangan arsitektur
1.2 Perancangan Bangunan Bertingkat Rendah
Walaupun termasuk bangunan bertingkat, bangunan berlantai rendah, terutama dua lantai,
relatif dapat dilakukan dengan cara yang tidak terlalu rumit. Persyaratan ljin Mendirikan Bangunan
(lMB) untuk jenis bangunan ini juga masih relatif sederhana, terutama untuk bangunan permukiman.
Namun demikian, karena bangunan ini sudah tidak sesederhana bangunan tunggal satu lantai, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam merencana, yaitu; kesesuaian ruang dan fungsi,
kekuatan struktur, keamanan dan keselamatan bangunan, kenyamanan bangunan dan sebagainya.
Sehingga ketika proses kepengurusan lMB, dokumen atau gambar harus menunjukkan aspek-aspek
tersebut di atas secara benar, yang macam dan jenisnya relatif tergantung dari kebijakan peraturan
masing-masing daerah di mana bangunan akan didirikan. Dengan demikian, perancangan bangunan
bertingkat rendah dua lantai ini bagi seorang arsitek tidak hanya berkaitan dengan masalah keindahan
dan bentuk bangunan semata, tetapijuga bagaimana bangunan selain bentuknya indah juga berfungsi
dengan optimal dapat memberikan keamanan dan kenyamanan pada penggunanya dan lingkungan
di sekitarnya.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Pada bangunan tidak bertingkat (satu lantai), peletakan elemen-elemen penyangga bangunan
relatif lebih sederhana ka:'ena lebih banyak direncanakan berkaitan dengan struktur atap, seperti
kuda-kuda atau rangka atap lainnya. Pada bangunan bertingkat, fungsi dan sistem bangunan pada
lantai atas dan bawah harus direncanakan terpadu; misal kamar mandi lantai atas harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi dan kinerja ruang-ruang di lantai satu, sehingga
ruang di bawah kamar mandi harus dibuat juga semaksimal mungkin untuk keperluan service,
atau paling ideal juga untuk fungsi kamar mandi. Sehingga peletakan pipa-pipa air bersih dan air
k6tor dapat ditempatkan dengan benar. Pertimbangan seperti ini harus dilakukan lebih rinci pada
bangunan bertingkat.
1"3 Perancangan Struktur dan Konstruksi dalam Arsitektur
Perancangan struktur dan konstruksi dalam arsitektur tidak hanya membahas teori macam dan
detail dari sistem struktur dan konstruksi, tetapi juga kepada bagaimana aspek-aspek bangunan
seperti sistem struktur dan konstruksi bangunan itu sesuai dengan fungsi, keamanan dan kenyamanan
bangunan dan lingkungannya. Perancangan struktur ditujukan kepada desain sistem struktur dan
aspek yang terkait, sedangkan perancangan konstruksi ditujukan pada bagaimana memenuhi
optimalisasi sistem itu dengan bagian-bagian serta hubungan elemen-elemen bangunan. Sehingga
perancangan struktur dan konstruksi dalam arsitektur hampir meliputi sebagian besar proses teknis
perancangan bangunan.
Dalam lingkup perancangan arsitektur, Iingkup perancangan harus meliputi aspek fungsi,
bentuk, estetika, ekonomi dan lingkungan (gambar 1-2). Sementara pada lingkup bangunan, aspek-
aspek yang harus diperhatikan adalah sistem utilitas seperti pengudaraan (ventilating) termasuk Air
Conditioning (AC), pencahayaan (lighting), pemipaan (plumbing) baik pada air bersih atau kotor,
kelistrikan (wiring), keselamatan (safety) dan sebagainya. Sistem-sistem ini saling berkaitan satu
dengan yang lain, dengan demikian perancangan sistem struktur dan konstruksi tidak dapat dilakukan
jika sistem-sistem lain tersebut tidak direncanakan/difikirkan secara bersama.
Gambar 1-3 Lingkup perancangan struktur dalam arsitektur
Pendahuluan
1.4 Aspek-aspek Perencanaan dan Perancangan Bangunan BertingkatRendah
Untuk mendapatkan hasil perancangan yang ideal, perancangan arsitektur harus dapatmengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dalam bangunan yang nreliputi sistem struktur; konstruksi;
bahan bangunan; fungsi, lahan dan lokasi (site), sistem-sistem bangunan dan ekonomi bangunan.
1.4.1 Sistem StrukturStruKtur
r'*-.*t AtaP
trukturondasi
Gambar 1-4 Bagian utama sistem struktur
Aspek struktur bangunan adalah aspek yang mulanya didasarkan pada kekuatan dan stabilitas
bangunan. Arsitek tidak diharapkan untuk dapat menghitung besar beban dan bagaimana teknis
bangunan direncanakan seperti yang dilakukan insinyur sipil akan tetapi lebih diharapkan untukdapat menentukan sistem struktur yang sesuai dengan bentuk dan fungsi bangunan serta kaitannya
dengan sistem lain dalam bangunan. Perancangan strukturdalam arsitektur meliputi pemilihan jenis
sistem struktur dan konfigurasinya, serta bagaimana sistem ini dapat membentuk ruang, karena di
dalam bangunan gedung struktur bertugas mewadahi fungsi ruang dan fungsi sistem. Sistem strukturdalam pembahasan ini dibagi menjadi bagian-bagian lebih kecilyangdisebutdengan elemen strukturnrisal; elemen rangka atap, rangka utama, dan pondasi yang dalam istilah lain sering juga disebut
dengan naungan, tegakan dan landasan.
Seluruh bagian atau elemen dari berbagai sistem struktur secara teknis mempunyai tanggungjawab utama sebagai pemikul beban bangunan. Karena fungsinya tersebut, sistem struktur tidakdapat dihilangkan namun dapat digantikan satu jenis struktur dengan struktur yang lain. Ketersediaan
ragam struktur dan elemennya berkaitan dengan bahan bangunan serta kemungkinan pemilihannl'aadalah bahasan pokok dalam perancangan struktur bagi arsitek.
Dalam arsitektur, apapun pilihan yang diajukan akan selalu benar jika sesuai dengan ma.\s-:-maksud atau aspek-aspek lain dalam bangunan. Sebuah bangunan dua lantai dapat mengguiir:-alternatif sistem struktur kayu, baja, ataupun beton bertulang. Jika salah satu yang diperg--a..-maka sifat-sifat sistem dan bahan berlaku menurut kelebihan dan kekurangan masing-masir:e !=: =="
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
r-:ontoh Jika diinginkan bangr-rnan yang aman dari api, maka sistem struktur beton bertulang lebihdiutamakan ketirnbang kayu atau baja. Sebaliknya jika bangunan <Jimaksudkan untuk lebih amandari gempa, maka sistem struktur kayu dan baja akan dipilih. Demikian juga dengan pertimbangan-pertimbangan lain yang berkaitan dengan sifat sistem struktur seperti sifat sistem struktur betonbertulang yang kaku (rigid), sementara kayu fleksibel.
1.4.2 Konstruksi
Konstruksi dalam pengertian ini adalah rancangan dari bentuk rangkaian atau kedudukan baikdari antar atau inter elemen struktur. Cambar konstruksi ini memperjelas perancangan bangunan.Konstruksi dalam pengertian lain adalah proses pengerjaan bangunan di lapangan.
Wujud perancangan konstruksi dalam bangunan gedung adalah garnbar-gambar detail yangnienunjukkan secara teknis bagian-bagian dan kedudukannya serta keterangan-keteranganrrya.Karena bersifat menjelaskan dari solusi desain, maka rancangan sistem konstruksi sebuah bangunanakan terikat dengan bangunan secara khusus dan tidak dapat disamakan dengan bangunan lain.Sistem konstruksi dalam bangunan juga disebut sebagai sistem detail. Satu konstruksi dalamperancangan struktur akan menjelaskan bagaimana pertimbangan-pertimbangan terhadap aspek lainjuga diperhatikan, misalnya penggunaan bahan, ukuran, kedudukan, cara pengerjaan, finishing dansebagainya. Tanpa gambar konstruksi yang jelas bangunan tidak dapat didirikan clengan benar dariberbagai aspek.
Seperti juga pada sistem struktur, konstruksi bangunan bagi arsitek ditekankan pada alternatifpemilihan dan bukan pada perhitungan kekuatannya. Sebagai contoh; untuk dapat menaungi atapbentang 6 meter, alternatif kuda-kuda dapat diajukan berbagai bentuk dan bahan mulai dari bentukyang sederhana hingga kompleks. Arsitek akan berusaha mendapatkan desain kuda-kuda yang sesuaidengan bentang, ruangan di bawahnya, dan alternatif bahan yang dipakai hingga detail konstruksiyang dimungkinkan sehingga bentuk akhir dapat dihasilkan. lni sangat berbeda pada lingkup strukturpada teknik sipil yang didasarkan pada aspek-aspek kuantitatif atau perhitungan matenratis. Ahliteknik sipil akan bekerja seberapa besar ukuran batang kuda-kuda dan bagaimana sambungan dibuatyang meliputi berapa jumlah baut yang diperlukan.
l
I
T
(ir
Id
Pendahuluan
Konstruksi r..rAtao l,l
l
r:rrstruksitama
KriristrusiPondasi
Gambar 1-5 lenis konstruksi bangunan
1.4.3 Bahan Bangunan
Bahan bangunan adalah aspek pokok i,rerkaitan dengan pernakaiann','a dalarn struktur ataupun
konstruksi serta sifat-sifat fisik yang akan diberikan pada bangttnan" Perrtakaian i:ahan tertentu
akan mempengaruhi setiap aspek lain dalam perancangan. Karena pemakaian bahan tertentu akan
mengakibatkan keriteria-kriteria lain pada bangunan (konstruksi, lrarga, tekstur, \,varna, kekuatan,
keawetan dan sebagainya), maka pemakaian bahan hangunan juga dapal sangat menentukan desain
bangunan secara luas.
Sifat atau properti bahan bangunan harus diperhatikan untuk dapat menentirkan desain struktur
dan konstruksi bangunan" Pada dasarnya sifat bahan bangunan yang paling Lrerkaitan dengan sistem
strukturdalam arsitekturadalah [:eratatau massadan kekakilannyaselain kaitanni,adengan penarnpilan
dan keawetan. Bahan bangunan seperti batu alan, batu bata dan hetorr adaiah kelonrpok bahan
bangunan berat, sementara kay,u dan baja adaiah kelompok bahan ringan. Diperlukan pengetahuan
yang khusus untuk menggunakan bahan bangunan pada sebuah desain bangunan. Berat atau ringan
dan kaku atau Iiatnya bahan bangunan akan mempengarulri sistem struktur bangunan pada bentuk,
kemampuan pikul dan bentang, serta sambungan konstruksinya. Sebagai contoh; sambungan kayu
dapat menggunakan pelat, baut ataupun hanya kayu saja tergantung berat jenis kayu yang identik
dengan kekuatannya memikul beban dan penggunaannya dalam bangunan. Demikian juga dengan
bahan metal, sambungan aluminium tentu berbeda derrgan besi baja dan sebagainya.
Tf,***R
*s*I
&tNffi
Merancang Bangltnan Cedung Eertingkat Rendah
1.4.4 Fungsi Bangunan
Fungsi bangunan adalah aspek yang akan diwad;ihi dalarn struktur, sehingga pembahasannyar,r'ajib dilakukan untuk mengetahui persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi olehrtlang. Karena menentukan ruang ntaka struktur dan konstruksi yang dibentuk oleh bangunan harusmemperhatikan persyaratan ruang. Bangunan tidak akan berhasil rnewadahi fungsi jika kegiatan dicialamnya tidak ditasilitasi oleh ruang. Fasilitas-fasilitas ini akan berupa sistem-sistem utilitas padabangunan yang sangat tergaittung dengan faktor-faktor lain yang telah disebut cli atas.
'!.4"5 $ite / Lokasi Bangunarr
Site atau lokasi juga akan berpengarulr terhadap aspek lain karena irremberikan inforrnasinrengen;ri kondisi lingkungan beserta aspek yang terkait sentacatr iklinr mikro Iingkungan, keadaantanah termasLrk kekuatan dan topografinya, ketersediaan bahan bangunan, ketetanggaan clenganbangr:nan lain dan sebagainya. lnformasi pada site ini juga sangat rnenentukan tindakan-tindakanyang akan diarnbil dalam perancangan struktur. Bentul< bangunan seperti apa, sistem struktur yangmana )/an8 sesuai, pemakaian bahan yang bagaimana yang tepat dan bagaimana bentukan bersikapdengan bangunan di sekitarnya baik untuk kepentingan bangunan itu sendiri atau kepentinganIingkungan sekitar, akan sangat mempengaruhi perancangan struktur.
Di Tepian Air
i----JLiDi Tanah Berawa/Lumpur
Gambar l-G Macam site pada bangunan
1.4.6 Sistem - sistem Bangunan
Persyaratan ruang yang harus dipenuhi dalam bangunan harus diwujudkan ke cialam sistem-sistem bangunan atau utilitas. Sistem-sistem meliputi antara lain pengudaraan, pencahayaan,distribusi air bersih dan sanitasinya dan sebagainya, akan menuntut bentukarr-bentukan dan fasilitasstruktur dan konstruksi tertentu untuk dapat terjaminnya proses kerja sistem tersebut. Oleh karena itu
J
Pendahuluan
bentukan struktur dan konstruksi beserta ruang yang terbentuk di dalamnya akan sangat ditentukanoleh pencapaian sistem tertentu dalam bangunan. Strategi pencapaian ini tentu saja tidak akan sama
untuk setiap bangurran karma pada bangunan yang berbeda banyak aspek berbeda pula yang saling
mempengaruhi sehingga desain sistem dan kaitannya dengan struktur dan konstruksi ini dalamaperancangan bangunan memang harus dilihat secara spesifik.
1.4.7 Ekonomi Bangunan
Yang terakhir namun tidak kalah pentingnya adalah ekonomi bangunan. Mulai dari aspek
ketersediaan dana yang dibutuhkan untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan
hingga perawatan. Karena aspek ekonomi bangunan ini akan berada pada semua tahap dalam
perancangan, maka faktor ini harus difikirakan pada setiap pentahapan bangunan. ldealnya semua
pentahapan pembangunan harus menggunakan beaya yang seminimal mungkin, namun dengan
hasil yang seoptimal mungkin.
@& !*r
Sisleruair bersih
i-l ,^Ir*iiiSiclerLEegl.ar-v-aa-0
Sjrlr*.P*"h*ry
Gambar 1-7 Aspek bangunan yang lain
Dengan demikian harus diputuskan alokasi pembeayaan yang proporsional yang jelas. Bukan
berarti harga awal yang rendah berarti dapat menjadikan harga ekonomi yang baik karena masih
juga dipertimbangkan harga-harga lain termasuk konstruksi, tenaga kerja dan perawatan. Secara
umum pada tahap perencanaan, semakin tinggi tingkat persayaratan ruang yang berkaitan dengan
bentuk, fungsi dan sistem akan menyebabkan waktu yang relatif lama pada tahap perencanaan dan
perancangan. Namun tingginya beaya perencanaan dan perancangan atas waktu ini harus diimbangi
dengan rendahnya proses pembangunan hingga pemeliharaan bangunan. Demikian juga sebaliknya,
yang harus dihindari adalah tingginya aspek beaya pada setiap pentahapan pembangunan yang tidak
diperlukan, sehingga bangunan memang dapat didirikan dengan waktu dan beaya yang semestinya.
?a-I1rii
-oo0oo-
MENGETAHUI MACAM STRUKTURUTAMA
Aspek penting pertama yang harus difahami adalah tentang ketersediaan alternatif
beberapa sistem struktur bangunan gedung yang mungkin dapat digunakan
di dalam desain. Arsitek harus menguasai kemungkinan struktur yang paling
sesuai pada bangunan. Berbagai sistem struktur tersebut mempunyai kelebihan
dan kekurangan masing-masi ng, sehi ngga ketepatan penggunaannya harus
dipadukan dengan banyak aspek yang terdapat dalam bangunan. Untuk dapat
menggunakan salah satu sistem struktur dengan tepat, maka pemahaman
menyeluruh mengenai sistem struktur dan ragamnya serta kemungkinan
kaitannya dengan aspek lain dalam bangunan diuraikan di bawah ini.
12 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
2.1 Kinerja Sistem Struktur Bangunan
Walaupun arsitek tidak dituntut untuk menghitung pembebanan dan reaksi elemen bangunan
yang dipersiapkan, prinsip kinerja struktur tetap perlu diketahui untuk dapat menentukan pilihan
dari macam macam struktur yang mungkin dipakai.
Kineria struktur banqunan bertinqkat
Gambar 2-1 Kineria struktur terhadap beban
2.1.1 Pembebanan Pada Bangunan
Sistem struktur bangunan gedung pada intinya bekerja menyalurkan beban bangunan sehingga
menjaga bangunan tetap berdiri, dan membentuk ruang fungsi. Beban-beban yang terjadi pada
bangunan gedung berasal dari berat struktur (berat sendiri, beban mati: 1, 2, 3) dan berat fungsi (beban
berguna, berat hidup: 4) di dalamnya serta akibat pengaruh gaya luar seperti gempa dan badai (8).
Berat struktur dihitung dari semua elemen struktur dari atap sampai pondasi. Berat fungsi tergantung
jenis dan volume kegiatan yang diwadahi bangunan, sedangkan beban gaya luar dipengaruhi oleh
bentuk, letak dan posisi bangunan.
Kinerja struktur bangunan tidak bertingkat
Mengetahui Macant Struktur Utama I ,,
Beban-beban itu disalurkap dari atas ke bawah, mulai dari elemen rangka atap, rangka
utama atap, pelat lantai, rangka utama kolom balok atau dinding pemikul, dan sampai pada
ponclasi (6), dan diteruskan ke dalam tanah (7). Kolom balok meneruskan Saya menurut arah
garis dan dinding menurut arah bidangnya.
2.1.2 Tumpuan dan Pengaruhnya pada Sistem Struktur
Beban-beban pada rangka baik rangka atap atau rangka utama, harus diletakkan pada posisi
tumpuan atau titik hubung antara rangka-rangka itu. Sedangkan pada dinding pemikul dapat
cliletakkan di sembarang garis dindingnya. Oleh karena itu rangka paling sesuai untuk tnenerima
gaya titik atau terpusat yang diletakkan pada titik-titik hubungnya, sedangkan dinding sesuai untuk
menerima gaya menerus di sepanjang dindingnya. Wujud konstruksi dari ketentuan tersebut adalah
bahwa kuda kuda paling ideal jika dipasang langsung di atas kolom utama yang menerus ke bawah,
sedangkan gunung-gunung paling ideal didukung oleh dinding yang juga menerus atau membentuk
garis bidang di sepanjang dinding. Sebuah bangunan dapat mengkombinasikan berbagai macam
struktur yang akan dipakai tergantung efektifitas pemakaiannya.
peletakkan elemen struktur yang tidak sesuai dapat dilakukan, misalnya kuda kuda yang
diletakkan tidak tepat di atas kolom atau gunung-gunung yang diletakkan tidak di atas dinding, dengan
catatan harus ada struktur penopang lain yang dapat menggantikan kolom untuk meneruskan beban
ke kolorn, misalnya penggunaan balok pikul yang relatif lebih besar dimensinya. Pertimbangan yang
harus dilakukan ketika menentukan penyimpangan ini adalah menyangkut efektifitas ruang, efisiensi
bahan, bentuk-estetika, dan juga harga bangunan.
Gannbar 2-2 Prinsip tumpuan rangka pada titik tumpunYa
14 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 2-3 Konsekuensi tumpuan rangka pada balok yang harus tebal
Cambar 2-4 Tumpuan pada dinding pemikul
2.1.3 Grid Struktur
Crid struktur adalah pola tertentu yang digunakan untuk meletakkan titik-titik atau garis-garis
sistem struktur bangunan dalam denah. Titik-titik itu akan menunjukkan letak kolom sedangkan
garis-garis akan menunjukkan letak dinding baik struktural ataupun tidak dalam bangunan. Cridstruktur bukan hanya seperti milimeter-blok, yang hanya memandu pembuatan skala gambar denah
namun lebih berarti karena bentuk-bentuk dan ukuran grid ini akan berkaitan langsung dengan letak
elemen sistem struktur dan aspek-aspek penting lain dalam bangunan termasuk bentuk dan ukuran
ruang.
',tengetahui Macam Struktur Utama I ,'Crid strul<tur ini baik bentuk dan ukurannya harus diikuti oleh atau menyesuaikan dengan bentuk
:an ukuran ruang-ruang yang terdapat dalam denah bangunan. Karena sistem struktur tidak hanya
:reliputi kolom atau dinding saja, maka pengaturan grid struktur ini juga harus mempertimbangkan
rosisi-posisi elemen sistem struktur lain seperti rangka atap di atas bangunan dan juga pondasi di
aarvah bangunan sebab sistem struktur, seperti telah dibahas di atas, idealnya harus menerus dalam
:nenyalurkan beban dari atas ke bawah.
Dalam denah, informasi penggunaan titik-titik kolom dan atau garis-garis dinding struktural ini
;udah dapat menentukan kaitan dengan sistem lain dalam bangunan" Pola grid struktur ini harus
Capat ditentukan pada tahap "pre-design" atau preliminary design yaitu pada akhir dari tahap ide
qagasan atau konsep bangunan. Penggunaan pola grid ini akan berpengaruh pada aspek-aspek lain
dalam bangunan baik secara langsung atau tidak, seperti pada bentuk dan bentangan ruang, ukuran
i'uang, kemungkinan akses bukaan dan sebagainya. Pada tahap penentuan denah, grid struktur ini
sangat penting artinya karena akan berfungsi:
o menggambarkan sistem struktur dan konfigurasinya. menentukan posisi-posisi kaitan dengan elemen sistem struktur lain. memfasilitasi bentuk dan ukuran ruang fungsi di dalamnya. menentukan kaitan antar lantai pada bangunan bertingkato menentukan secara pasti posisi kolom, balok atau dinding struktur
,,I lt
tt ll
-a ..-l"''a ".!"--- a
tali
irt
attl
tla.
lrlli r ---r. . - . 1
ata:arttri,fiq.-I
at.iitrrir', Y ?' 'ri -j _t. -..tri
. a ,. ,a.-
I'I. 1t .- I, I
!
att'tl
rli{
l, l' ,.
i ,.a l -{ t-4
ia..aaaa
ltl.i.
Gambar 2-5. Beberapa alternatif pola grid untuk peletakan sistem struktur
16 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
2.2Ma:cam Struktur Menurut Anatomi Bangunan
Pembahasan struktur menurut anatomi didasarkan pada peran bagian sistem struktur yang dapat
dibagi menjadi dua bagian besar; super-structure (struktur di atas tanah) dan sub-structure (struktur
di bawah tanah). Super-structure masih dibagi dua lagi yaitu struktur atap dan struktur pembentuk
ruang fungsi atau selanjutnya disebut sebagai struktur utama. Pembagian berdasar anatomi ini akan
sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi langkah demi langkah proses perencanaan struktur dalam
arsitektur. Karena proses perencanaan struktur biasanya dilakukan mulai dengan desain atap, struktur
utama dan pondasi.
2.2.1 Struktur Atap
Struktur atap adalah bagian atau elemen sistem struktur yang terdapat pada bagian atas
t:angunan. Elemen atap disebut juga sebagai 'naungan'. Struktur ini digr-rnakan untuk melindungi
atau menaungi secara keseluruhan baik fungsi ataupun fisik bangunan itu sendiri. Struktur atap
dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu atap datar dan atap miring. Atap datar umumnya terdiridari pelat beton bertulang (dag) dan atap miring terdiri dari atap genting, seng, sirap dsb.
a. Atap Datar
Atap datar ini biasanya digunakan pada area yang difungsikan nrisalkan pada ruang terbukadi atas atap seperti taman atap, tempat cuci-jemur, tempat tangki air, dsb. Karena fungsinya yang
demikian, maka atap datar ini biasanya dibentuk dengan konstruksi beton bertulang yang kuat
menerima beban dan kedap air. Struktur atap pelat beton bertulang ini tidak berbeda dengan pelat
lantai pada unrumnya (tebal 7 - 15 cm, tergantung beban fungsi), hanya karena terletak pada udara
terbuka, pelat pada atap ini menggunakan tulangan ganda di atas dan bawah (pada pelat lantai
hanya ada tulangan di bagian bawah saja) untuk menghindari kembang susut yang terlalu besar pada
atap yang dapat menyebabkan retak dan akhirnya bocor pada ruang di bawahnya. Finishing yang
bersifat anti tembus airlkedap air (water prooD seperti plaster PC atau pemasangan keramik, juga
diperlukan untuk menghindari rembesan air akibat pengerjaan pengecoran pelat lantai yang tidaksempurna. Treatment khusus seperti pemasangan lapisan anti air juga diperlukan untuk pelatyang sangat perlu kedap air"
Konstruksi pendukung pada pelat dapat langsung ditopang oleh kolom ataupun dengannrenggunakan tumpuan balok yang jumlah atupun konfigurasinya tergantung banyak hal. Secara
umum, pelat digabung dengan balok sehingga balok-balok ini yang akan meneruskannya ke kolom.Karena dimensi (ukuran) pelat dan balok beton sangat tergantung dari bentangan atau jarak antarkolomnya, maka pada atap datar dengan dag beton, bentangan relatif tidak mampu mencapai jarak
yang lebar (kecuali pada sistem atap bentang lebar seperti pelat lipat / folded, Iengkung I tunel,kubah / dome atau pelat cangkang I shell).
Mengetahui Macam Struktur Utama
Gambar 2-6 Contoh bangunan dengan atap datar
Atap datar dapat ditempuh melalui berbagai pilihan konstruksi dengan bentuk dan material
yang beragam mulai dari batu bata, beton, kayu, atapun baja yang alternatif bentuknya seperti pada
gambar 2-7 berikut.
17
inli$lgiti*a':'.,.. ..
$t4tqr,,Qq[p$,{€!&4',, l
dii o:&rEdls:.::,t..(Bft lksi,qs|!1ile{*r, traegdh€dashtt rteabsr&ikrr:r',,l:€i*1ai6A;r::,,1'1,.,1., i..,ltlil'ilr,ir
s{tiiktiiirrhiitokdr*t*ir'didaos&qniidarl'krlok,'ruiur'Bhw$t$!.tqnqtn ltsfi$flqg:ffiltrg',|fl*&,l$a *1.' :: t:::::,:':',-:
kfdqifung pada iulan$ffi ,
Balok RalgkqS{ruktur balok datar yangdidapatkan dad rangkae{eman }ebih kecil yangrn€imb€nluk atsp datar yar$rirqan
struktur atap datarCambar 2-7 Berbagai
18 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
b. Atap Miring
Atap miring berfungsi utama sebagai penerus air hujan, oleh karena itu kemiringan atap
ini tergantung jenis penutup atap yang dipakai. Seng dan penutup atap lembaran lainnya dapat
digunakan dengan kemiringan yang rendah karena tidak khawatir terjadinya air meluap balik.
Sedangkan penutup atap jenis kecil seperti genteng dan sirap mempunyai kemiringan yang tinggi
untuk mengalirkan air hujan.
Bentuk atap miring ini terdiri dari beberapa macam antara lain pelana, limas ataupun tajug.
Bentuk-bentuk ini dapat dikombinasikan sehinga membentuk bentukan yang unik. Pemilihan bentuk
juga harus dikaitkan dengan sistem lain termasuk penghawaan dan pencayaan bangunan. Ruang
yang terbentuk di bawah atap juga berfungsi sebagai pembentuk volume ruang yang berguna untuk
sirkulasi udara panas dan kelembaban. Oleh sebab itu bangunan dengan atap tinggi sangat sesuai
untuk daerah tropis lembab seperti di lndonesia. Hampir semua rumah tradisional di nusantara
menggunakan atap tinggi ini.
Gambar 2-B Contoh bangunan dengan atap miring
Struktur utama atap miring dapat terdiri dari kuda kuda, gununS-gunung, rangka beton
(portal) atau kombinasinya. Alternatif pilihan struktur beserta konstruksinya dapat dilihat
pada gambar 2-9 yang terdiri dari:
Mengetahui Macam Struktur Lltama
Cambar 2-9 Alternatif struktur atap miring
b.1 Kuda kuda
Kuda-kuda adalah rangkaian rangka kayu ataupun baja. Struktur atap menggunakan kuda kudajika diinginkan ruang-ruang di bawahnya bebas dari dinding atau kolom-kolom. pada prinsipnya,kuda kuda hanya ditumpu oleh dua tumpuan di ujung kanan kirinya yang berupa kolom-kolomutama bangunan. Alternatif lain, kuda-kuda dapat dipasang di atas balok khusus atau dinding khususyang disebut sebagai dinding pemikul.
19
q*t&.tiinuartlixa*rl Ak.ril$cje
20l Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
&i _ 16 n'ett't'- - '1'
'. 'ii'n.
:---- 1
Gambar 2-10 Berbagai macam kuda kuda (truss)
Kuda kuda kayu mencapai bentang optimal *15 meter sedangkan jarak antar kudakudanya maksirnal 4 meter kai"ena kuda kuda dihubungkan oleh gording dan bubungankayu yang tidak lebih dari 4 meter (yang tersedia di pasar). Jarak yang lebih lebar dapatdicapai dengan menggunakan gording atau bubungan rangka atau dengan bahan baja. Jikarnenggunakan baja, bentangan kuda kuda dapat mencapai belasan hingga puluhan meterhingga membentuk bangunan bentang lebar.
Alasan penggunaan kuda kuda kayu atau baja tergantung bentangan, ketersediaan
bahan dan alasan lain dalam aspek bangunan.
b.2 Cunung-gunung
Cunung-gunung adalah struktur utama pembentuk kemiringan atap bukan rangka yang terdiridari dinding batu bata dan sejenisnya. Cunung-gunung ini dipakai pada posisi di atas dindingrnenerus, sehingga penggunaan gunung-gunung ideal pada ruangan bangunan yang mempunyai
banyak dinding. Karena terdiri dari dinding, gunung-gununB tidak dapat memberikan bentang
ruangan di bawahnya namun memberikan ruang di antara gunung-gunung tersebut.
: T rngg
L benbig
Mengetahui N4acam Struktur Utama
Gambar 2-11. Berbagai macam gunung-Sunung
Cunung-gunung biasanya diperkuat dengan balok keliling (ring balk) beton bertulang pada
ketiga sisinya untuk menambah kekakuan dindingnya. Jarak antar gunung-gunung relatif sama
dengan kuda-kuda, karena gunung-gunung juga dihubungkan dengan gording dan bubungan baik
kayu ataupun baja. Cunung-gunung sering digunakan pada kedua tepi atap bangunan dengan bentuk
pelana. Pelubangan pada gunung-gunung dapat dilakukan untuk memberikan akses sinar matahari
dan udara keluar masuk ruangan.
b.3 Rangka Beton (Portal)
Rangka beton atau portal dapat dipakai untuk menggantikan kuda-kuda atau gunung-gunung.
Prinsip dari rangka ini adalah dengan menggunakan balok beton bertulang yang dimiringkan
disesuaikan dengan bentuk kemiringan atap bangunan. Karena terbuat dari beton yang berat, maka
dimensi balok akan relatif besar. Ukuran balok ini juga didasarkan pada bentangan atau jarak antar
dua kolom penyangganya.
Bentangan ideal rangka portal untuk rangka atap ini optimal sekitar'12 meter. Semakin
besar bentangan, semakin besar dimensi balok yang diperlukan. Maka bangunan juga semakin
berat sehingga kolom-kolom dan balok-balok juga harus diperhitungkan untuk menerinta
beban yang besar itu. Sehingga dimensi kolom balok yang lebih besar akan semakin mahal.
Keuntungan pemakaian struktur ini adalah dapat memberikan ruangan yang relatif bersih cli
bawahnya, baik terhindar dari pemakaian kolom atau rangka-rangka kuda kuda.
I
22 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
,r'",..
,,,..,,/ \\\\\\
1l Jrri
Gambar 2-12 Rangka portal (beton bertulang, kayu laminating, dan baia)
Ketiga macam struktur utama atap di atas dapat saling digabungkan untuk mendapatkan
keuntungan masing-masing struktur secara optimal.
2.2.2 Struktur Utama
Struktur utama dalam bangunan adalah sistem struktur yang dipakai untuk menyangga beban
atap dan membentuk ruang fungsi. Struktur utama yang terdiri dari kolom dan atau dinding vertikal
ini juga disebut dengan 'tegakan' karena berperan utama pada tegaknya bangunan. Pada dasarnya,
struktur utama dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem rangka dan sistem dinding pemikul. Rangka
dapat berupa kayu, baja ataupun beton. Sedangkan dinding dapat berupa dinding pemikul batu bata
ataupun betr:n bertu lang.
a. Sistem Struktur Rangka
Bentuk dari sistem struktur rangka adalah kolom balok yang dapat digabung dengan
sistem pelat lantai. Rangka menyangga bangunan sedangkan dinding-dinding hanya berfungsi
sebagai pembatas atau pembentuk ruang saja. Dinding ini bahkan dapat dihilangkan.
Beban-beban pada bangunan pada intinya ditopang oleh kolom dan balok, sehingga dari atas
hingga ke bawah bangunan, letak titik-titik beban seharusnya dipasang pada titik-titik tumpunya.
Sehingga idealnya kuda kuda harus ditopang oleh kolom, dan kolom harus ditopang oleh pondasi
titik di bawahnya.
F ill]A-.// \:-..--h
tl
d
t
Mengetahui Macam Struktur lJtama t,,Keuntungan Sistem Rangka:
. Ruang lebih fleksibel karena dinding dapat dipasang atau dihilangkano Pelaksanaan konstruksi di lapangan yang lebih cepat karena dinding dan ruangan dapat dipasang
kemudiano Pondasi dapat dibuat lebih sederhana dengan menggunakan pondasi setempat atau titik
Kerugian Sistem Rangka
. Beban-beban diutamakan diletakkan pada titik-titik hubungnya, sehingga relatif sulit untukmendapatkan kedudukan sistem struktur yang benar-benar ideal pada penerapannya
o Bangunan harus terdiri dari kolom-kolom dan balok yang posisi dan letaknya harus memenuhipersyaratan jarak tertentu yang dipengaruhi oleh sifat-sifat teknis bahan bangunan strukturutamanya.
Sistem struktur rangka bangunan bertingkat rendah yang paling banyak dipakai dilndonesia (kecuali daerahdaerah teftentu) adalah sistem rangka beton bertulang. Sistemrangka ini disebut dengan rangka kaku (rigid frame) karena prinsip dari struktur ini adalahkaku nya sambungan-sambungan beton nya.
Gambar 2-13 Stuktu r rangka kaku beton (rigid frame)
Jenis rangka yang lain adalah rangka kayu yang sifatnya fleksibel. Kebalikan dengan rangka kakubeton, rangka kayu harus dibuat dengan sambungan yang dapat bergerak sehingga dapat melepaskanbeban. Selain sifat tersebut, struktur ini bersifat ringan sehingga sangat berguna melawan ancamanbeban gempa bumi yang sering terjadi di lndonesia. Rumah tradisional di Nusantara kebanyakanmenggunakan prinsip rangka fleksibel ini.
b. Sistem Struktur Dinding Pemikul
Sistem struktur dinding pemikul menggunakan dinding sebagai penopang struktur utamaselain sebagai pembatas ruang. Dinding pada struktur ini menerima beban dari bangunan dan
I24 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
meneruskannya ke dalam tanah (tanpa dibantu dengan rangka), dengan demikian dinding harus
menerus dari bawah (pondasi) sampai atas (ataP).
Bebarr pada dinding ini dapat dipasang di sembarang tempat sepanjang dinding, dengan
ijer,-rii.:ian kucla-kuda dapat di mana saja sehingga pondasi harus berbentuk garis pada sepanjang
y-"tis drndingnl,a.
Gambar 2-14 Struktur dinding pemikul (satu arah)
Keuntungan sistem struktur dinding pemikul
Tanpa harus meletakkan kolom-kolom pada ruang bangunan
Letak tumpuan beban dapat di mana sepanjang dindirtg sehingga posisi kuda kuda, balok dan
sebagainya mudah ditempatkan dan disesuaikan dengan aspek lain dalam bangunan
Kerugian sistem struktur dinding pemikul
o RuanB akan relatif terikat dengan posisi garis dinding sehingga ruang fungsi harus mengikuti
ruang yang ada
r pondasi yang digunakan harus sesuai sepanjang dinding sehingga relatif besar dimensinya dan
mahalo Konstruksi clinding yang tebal dan besar akan mengakibatkan bangunan menjadi relatif lebih
mahal karena volume waktu dan bahan.
2.2.3 Struktur Pondasi
Struktur pondasi adalah elemen sistem struktur yang berfungsi menopang keseluruhan beban,
menjaga berdirinya bangunan dan meneruskannya ke dalam tanah. Pondasi disebut juga sebagai
elemen 'landasan' karena posisinya di dasar bangunan. Pondasi dibedakan atas kedalamannya dan
sifatnya meneruskan beban ke dalam tanah. Menurut kedalamannya pondasi dibagi menjadi dua;
pondasi dangkal dan pondasi dalam. Sedangkan menurut sifat penerusan gayanya, pondasi dibagi
menjadi tiga jenis; pondai titik, pondasi menerus dan pondasi bidang.
a
a
Mengetahui Macam Struktur lJtama l*Pondasi titik untuk jenis dangkal dapat berupa umpak, foot plate, pondasi buis beton dan
pondasi kayu. Sementara untuk jenis dalam dapat berupa pondasi tiang pancang atau pondasi sumurbor. Pondasi menerus hanya terdiri dari pondasi dangkal yaitu pondasi menerus batu kali atau betonbertulang. Pondasi bidang atau juga disebut pondasi kapal dapat berupa pondasi pelat beton baikyang difungsikan sebagai ruang bawah tanah (basement) atau tidak.
Semua jenis pondasi tersebut dapat digunakan untuk semua jenis bangunan karena penentuanbangunan akan tergantung selain pada beban juga tergantung beberapa aspek; yaitu aspek bebanbangunan, kondisi tanah dan kondisi lingkungan. Semakin tinggi dan atau besar bangunan, bebanakan meningkat sehingga ukuran dan kedalaman juga akan semakin meningkat. Kondisi tanahyang mempengaruhi daya dukung tanah (tanah normal lkglcm2) akan menentukan dimensidan kedalaman pondasi, semakin berkurang daya dukung tanah, semakin bertambah dimensi dankedalamannya. Begitu juga dengan kondisi lingkungan, pada lokasi ekstrim, pondasi juga harusmenyesuaikan. Dimensi pasti pondasi dan kedalamannya harus dihitung oleh konstruktor.
Gambar 2'15 Macam pondasititik (umpak, foot-plate, buis beton, pancang)
a. Pondasi Titik
Pondasi titik diperlukan untuk meneruskan beban-beban terpusat atau terkumpul (pada kolom)dan meneuskannya ke dalam tanah. Pondasi ini hanya ada pada kolom-kolom utama bangunan.Pondasi titik pada bangunan strul<tur beton bertulang dapat berupa pondasi telapak (foot plate) danpondasi buis beton atau pondasi tiang pancang dan pondasi sumur bor untuk pondasi dalam. Jenispondasi ini ditempatkan pada kolom-kolom utama struktur bangunan. Pada struktur kayu, umpakbatu adalah pondasi titik yang banyak dipakai bangunan tradisional.
b. Pondasi Menerus
Pondasi menerus dibutuhkan untuk menopang beban menerus yang berasal dari dinding pemikulatau dinding batu bata penyekat ruang. Pondasi menerus juga dibuat menurut struktur utama jika
26 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
dipakai sebagai pondasi utama (misal pondasi dinding pemikul). Pada dinding non struktural atau
dinding pembatas ruang, pondasi dipakai hanya untuk memikul berat dinding di atasnya, sehingga
untuk bangunan bertingkat yang menggunakan struktur utama beton bertulang dan menggunakan
dinding batu bata, pondasi titik maupun menerus digunakan keduanya'
Gambar 2-16 Macam pondasi menerus (batu kali. beton bertulang)
c. Pondasi Bidang
Jika pondasi titik karena beban atau tanah atau keduanya menghendaki Iuasan yang lebih untuk
mempertahankan posisi bangunan, maka titik satu pada pondasi akan mendekati atau bertemu dan
saling bersinggungan. Kondisi ini memungkinkan untuk digabung menjadi satu kesatuan pelat yang
disebut pondasi pelat atau pondasi bidang. Pondasi bidang ini sering digunakan untuk bangunan
yang berat atau tinggi atau berada pada tanah dengan daya dukung yang rendah (tanah rawa dsb).
Gambar 2-17 Pondasi bidang (beton bertulang)
d. Kedalaman Pondasi
pondasi dangkal atau dalam yang akan dipakai pada suatu bangunan juga terletak pada berat
bangunan, tinggi bangunan, daya dukung tanah dan struktur lapisan tanah. Juga diperhatikan lokasi
bangunan berada. Apakah terletak di daerah rawan gempa, banjir dan sebagainya, sebab kondisi-
kondisi tersebut menghendaki pondai yang lebih stabil untuk mengantisipasi beban-beban eksternal
tersebut.
Mengetahui Macam Stuktur lJtama t,,2.3 Macam Struktur Menurut Bahan Bangunan
Menurut bahan dasar penyusun struktur, bangunan bertingkat rendah mempunyai berbagaijenis bahan yang dapai ciigunakan sebagai bahan utama pembentuk struktur. Bahan tersebut dapatdigunakan sepenuhtlya pada semua bagian struktur dan konstruksi ataupun dapat dikombinasikanmenurut kepentingan 6lemakaiannya. [3ahan yang sering dipakai adalah; Kayu, Baja dan Beton.
2.3"1 Sistem $truktur Kayu
Sistem strul<tur kayu adalah sistem strul<tur utama bangunan yang menggunakan bahan tersusundari kayu. Sistem ini sering cligunakan sepenuhnya terutama pada bangunan-bangunan khususbaik bangunan tradisional ataupun bangunan lainya dengan maksud tertentu (citra, suasana dsb).Penggunaatl secara parsial biasarrya dilakukan untuk bagian-bagian bangunan dengan tujuan efisiensidan kemudalran pengerjaan, misalnya pada rangka atap.
Pada masa kini, pengunaan secara total pada sehuah bangunan jarang rJilakukan karena alasanketersediaan dan nrahalnya bahan l<ayu. sementara pada penggunaan parsial (misal untuk kuda kuda),masih sering dilakukan sebagai bahan yang paling ideal, karena mudah dikerjakan, mempunyai beratstruktur yang kecil dan relatif murah bila dibandingkan dengan penggunaan bahan struktur lain padapenggunaan tertentu.
Penggunaan bahan ini juga sangat dipengarLrhi ketersedian kayu di lapangan, dengan panjangdan penampang tertentu. Sehingga desain bangr-rnan harus memperhatikan pada bagian-bagian manastruktur harus disambung dan ditumpu. Sistem struktur kayu mempunyai sifat sambungan yang dapatbergerak (sendi, truss) sehingga pengkakukan sering dilakukan dengan menenrpatkan batang-batangdiagonal sehingga membentuk rangkaian segitiga-segitiga.
Gambar 2-18 Cantah struktur utuh kayu dengan rangka bataitg (fruss)
28{ Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
2.3.2 Sistem Struktur Baja
Sistem struktur baja adalah sistem struktur utama terbuat dari bahan baja. Sistem ini bersifatmodern karena pengerjaannya nrembutuhkan ketrampilan yang mernadai dan harganya relatif mahal.Penggunaan pada sistem struktur secara keseluruhan pada bangunan-bangunan dengan fungsi danmaksud tertentu karena kelebihan baja adalah ringan dan mudah dibongkar pasang. Sementara pada
bagian bangunan, baja sering digunakan pada konstruksi kuda-kuda atau rangka atap lainnya untukmencapai bentangan yang lebih lebar.
Sifat baja yang ringan tepat digunakan untuk bangunan ringan yang dapat mencapai ketingiandan lebar bentang yang maksimal. Oleh karena itu struktur baja tepat dugunakan untuk bangunan-bangunan tinggi atau berbentang lebar. Sifat yang lain adalah relatif mampu menahan tarikansehingga pada elemen konstrLrksi, baja lebih digunakan untuk batang-batang yang menerima gaya
tarikan atau batang tarik ketimbang batang tekan (seperti pada kayu atau beton).
Cambar 2-19 Contoh struktur baja
Beberapa kelemahan baja pada penggunaan struktur adalah karena sifat dasarnya yang mudahmengalami korosi sehingga penggunaannya harus selalu dilindungi dan dipelihara (cat, laminating,bungkus beton/komposit) dan tidak cocok untuk di luar ruang. Baja juga relatif mudah terpengaruholeh suhu luar sehingga mudah mengalami kembang susut yang relatif besar yang akan berakibatlemahnya sistem struktur, sehingga baja relatif tidak tal-ran terhadap api dibanding struktur lain.
2.3.3 Sistem Struktur Beton
Beton adalah bahan struktur yang didapatkan dari canrlluran tertentLr semen, pasir dan krikil.Penggunaan beton secara murni untuk sistem strtiktur bangunan jararrg dilakukan, karena bahan inirelatif getas dan hanya mampu menahan beban atau gaya tekan saja. Oleh karena itu penggunaanbeton biasanya selalu dibarengi dengan perkuatan tulangan baja di dalamnya untuk menahan gaya-
i
#m.iJ
&imirtii{1tI
Ilm-
Mengetahui Macam Struktur Utama
gaya tarik pada struktur, sehingga struktur ini disebut sebagai struktur beton bertulang (reinforced
concretelRC).
Penggunaan struktur beton bertulang untuk bangunan bertingkat rendah sangat banyak
dilakukan (kecuali daerah-daerah yang mempunyai sumber-sumber pasir dan krikil terbatas seperti
Pulau Kalimantan). Alasan penggunaan beton bertulang adalah karena bahan struktur ini relatif
murah dan mudah dikerjakan pada pelaksanaan konstruksi di lapangan, sehingga hampir setiap
tenaga bangunan di lndonesia terbiasa dengan beton bertulang. Bagi perencana, beton bertulang
dapat dibentuk dengan fleksibel, sehingga dapat mengakomodasi berbagai macam bentukan desain.
Keuntungan lain adalah karena beton bertulang mempunyai usia struktur yang sangat panjang,
sehingga bangunan akan bersifat sangat permanen dan mempunyai usia pakai yang panjang pula.
Perawatan bahan pun relatif tidak diperlukan karena mempunyai ketahanan terhadap segala cuaca
dan juga terhadap api.
Kekurangan beton bertulang terletak pada berat konstruksi atau beban mati yang tinggi. Berat
ini akan mempengaruhi berat total bangunan, sehingga bangunan memerlukan sistem pondasi yang
sangat stabil untuk menopangnya. Berat ini juga akan berpengaruh pada kemampuan bentang dan
tinggi bangunan, sehingga desain ruang dan bangunan juga harus mempertimbangkan bentangan
dan tinggi maksimal. Struktur dengan berat mati yang besar ini juga rawan terhadap beban potensial
yang diakibatkan oleh gayalateral/samping seperti gempa bumi. Bangunan akan lebih mudah roboh
akibat beratnya sendiri yang menjadi beban akibat goyangan gempa.
Gambar 2-2O Struktur rangka beton sistem portal
Kolom dan balok relatif mempunyai dimensi yang cukup besar dan banyak dibanding bahan
struktur lain, sehingga efektifitas ruang menjadi tidak optimal. Sifat lain adalah waktu pelaksanaan
konstruksi yang cukup panjang, karena beton bertulang mempunyai waktu pembentukan tertentu
r ang cukup panjang dari pengerjaan cetakan (begesting), pembesian, pengecoran hingga waktu yang
digunakan untuk "mematangkan" usia beton (konvensional - 28 hari)
29
30 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
2.3.4 Sistem Struktur Batu Bata atau Batu Kali
Sistem struktur dinding yang tersusun dari dinding batu baia atau batu kali adalah sistem struktur
yang juga dapat dipakai sebagai sistem struktur bangunan berlantai 2, tanpa harus menggunakan
rangka berupa kolom dan balok. Sistem struktur ini berbeda dengan ketiga sistem struktur di atas
yang berbentuk struktur rangka. Sistem struktur dinding berbentuk bidang sehingga dinamakan
dinding pemikul (bearing wall).
Penggunaan sistem struktur dinding ini secara keseluruhan pada bangunan bertingkat jarang
dilakukan karena kurang efisien dari segi pelaksanaan dan bangunan atau ruang. Struktur ini harus
menggunakan dinding yang mampu mendukung beban bangunan, sehingga dinding akan semakin
tebal bila bangunan semakin tinggi. Pada sebuah bangunan tidak bertingkat sederhana, dinding
batu bata dapat dipakai dengan ketebalan 3/+ alau satu batu (satu batu : 2 lapis batu bata standar),
sedangkan pada bangunan berlantai 2, dinding dapat mencapai ketebalan 1 Yz hingga dua batu
dengan pelat lantai kayu. Dengan demikian pengerjaan bangunan akan menjadi relatif rumit dan
mahal.
Keuntungan dari sistem struktur dinding pemikul adalah bahan struktur yang sederhana dan tidak
lagi menggunakan rangkaian kolom dan balok. Karena dindingnya yang tebal, bangunan dengan
sistem struktur ini juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perubahan suhu yang ekstrim, dapat
menyerap panas pada siang hari/suhu tinggi dan memancarkannya pada malam hari/suhu rendah.
Gambar 2-21 Struktur batubata atau batukali dengan Sunung-gunung
-oo0oo-
MEWADAHI FUNGSI DAN RUANGPADA BANGUNAN
Aspek utama yang harus diperhatikan pada bangunan gedung adalahaspek fungsi. Fungsi-fungsi itu mempunyai persyaratan yang harusdipenuhi oleh ruang dan bangunan, maka setiap elemen bangunan
harus ditujukan untuk memenuhi persyaratan tersebut. Pemenuhanpersyaratan ini akan mempengaruhi baik secara langsung atau tidak
pada aspek struktur sebagai wadah dan juga bentuk bangunansebagai hasil. Untuk dapat mengerti kaitan antara fungsi danpengaruhnya terhadap aspek lain tersebut, di bawah ini akan
dibahas dalam kaitannya dengan jenis-jenisnya dan pengaruhnyaterhadap sistem struktur, bentuk rutang dan bangunan
32 I Merancang Bangunan Cedung Bertingka! Rendah
3.1 Mengidentifikasi Fungsi dan Ruang
Ruang dan bangunan akan lebih mudah ditentukan jika fungsi pada ruang atau bangunan
dapat didefinisikan, demikian pula sebaliknya. Fungsi-fungsi selanjutnya dibedakan menurutkompleksitas kegiatan yang berkaitan langsung dengan kompleksitas ruang dan struktur yang akan
mewadahinya. Fungsi dibagi menjadi dua bagian besar yaitu fungsi seragam dan fungsi kompleks.
lstilah ini digunakan untuk menghindari kerancuan dengan istilah fungsi tunggal dan fungsi jamak
yang sering digunakan pada bangunan, yang kadang tidak berkaitan secara langsung dengan tingkatkompleksitas perancangan struktur pada bangunan . Fungsi tunggal sering dipahami sebagai fungsiyang terdiri dari satu golongan kegiatan (contoh: rumah tinggal, perkantoran, asrama dan sebagainya)
sementara fungsi jamak terdiri berupa lebih dari satu golongan kegiatan (contoh: rumah toko/ruko,hotel konvensi dan sejenisnya)
Gambar 3-1 Contoh denah bangunan fungsi seragam (mis: kamar hotel)
Fungsi seragam dan tidak seragam atau kompleks pada pembahasan struktur ini lebih diarahkanpada kaitannya dengan kompleksitas sistem struktur dan pentahapannya dalam desain. Seringbangunan fungsi-fungsi tunggal justeru mempunyai tingkat kompleksitas yang tinggi atau dapatdigolongkan ke dalam fungsi kompleks (bangunan rumah tinggal pada umumnya adalah contohfungsi tunggal yang kompleks). Demikian juga sebaliknya, jenis hotel tertentu dengan kejamakanfungsi yang terjadi di dalamnnya, kadang justeru dapat digolongkan ke dalam fungsi yang seragam
karena sebagian besar dari sifat kegiatan itu hanya satu yaitu kamar tidur. Demikian pula fungsi-fungsi lainnya.
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan I ,,
3.1.1 Fungsi Seragam
Yang dimaksud dengan fungsi seragam adalah fungsi-fungsi yang dapat dipandang sebagai satu
jenis aktifitas yang akan berpengaruh sama atau seragam pada kebutuhan ruangnya. Fungsi ini dapat
diidentifikasi dengan adanya satu kegiatan yang dominan, walaupun akan terdapat berbagai macam
kegiatan lainnya, namun kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan menentukan fasilitas pewadahan
ruang atau struktur yang sangat berbeda dengan fungsi utamanya. Ruang-ruang lain ini akan dapat
didefinisikan sebagai ruang pelengkap yang dapat diwadahi dengan tuntutan pewadahan pada ruang
fungsi utamanya. Contoh darijenis bangunan ini adalah bangunan perkantoran, yang ruang-ruangnya
terdiri dari kegiatan utama dominan kantor, walaupun ukuran masing-masing kantor tersebut dapat
berbeda, namun karena penggunaan modul ruang yang sama dari persyaratan ruang minimalnya,ukuran-ukuran tersebut dapat merupakan kelipatan atau bagian dari modul ruang utama. Demikianjuga dengan ruang-ruang lain yang berfungsi sebagai penunjang semacam ruang rapat, kamar mandi,
dapur dan sebagainya.
Fungsi seragam ini dapat berupa satu ruang kegiatan fungsi utama disertai fungsi-fungsi ruang
penunjang, misalnya pada bangunan auditorium yang terdiri dari kegiatan utama ruang pertemuan
dengan ruang-ruang lain berupa kamar mandi dan gudang. Atau dapat pula terdiri dari beberapa
fungsi utama dan beberapa ruang penunjang seperti bangunan asrama yang terdiri dari kamar-kamar
dan fasilitas kamar mandi dan fasilitas lainnya. Yang terakhir ini lebih sering terjadi pada bangunan
bertingkat sedangkan bangunan dengan fungsi seperti auditorium biasanya hanya terdiri dari satu
lantai atau dalam satu lantai pada lantai tertentu pada bangunan (jika digabungkan dengan fungsi
utama lain).
Pengaruhnya terhadap fasilitas ruang dan struktur pada bangunan relatif mudah dan sederhana.
Karena ruang-ruang diperoleh dari kelipatan atau bagian ruang utama, maka ukuran dan bentuk
struktur bangunan juga relatif sama. Keseragaman bentuk dan fungsi ini akan lebih ditegaskan dengan
keteraturan sistem struktur bangunannya. Kolom-kolom dan dinding-dinding pada bangunan dapat
diatur menurut kaidah atau pedoman tertentu yang lugas yaitu dengan menggunakan salah satu
jenis grid struktur. Pada bangunan bertingkat, jenis bangunan ini relatif lebih mudah dalam proses
desain dan strukturnya. Tentu saja pengurangan dan penambahan kolom dan dinding ini masih dapat
dilakukan untuk mendapatkan fungsi yang optimal.
Pada bangunan dengan fungsi komples dapat diambil kesimpulan :
t^-)i-: )^-i L^^..^l- f..--^: L^-L^-J^t Fungsi-fungsi terdiri dari banyak fungsi berbeda
, Sesuai untuk bangunan-bangunan lebih privat
* Denah lebih sulit dibuat dengan tidak banyak kelipatan bentuk dan ukuran
* Paling tepat digunakan untuk bangunan tidak bertingkat / bertingkat rendah
, Struktur lebih kompleks dengan pola yang tetap beraturan.t Perancangan lebih bersifat kompleks
* Pengerjaan lebih susah dilakukan
34 I Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
3.1.2 Fungsi Kompleks
Jika fungsi-fungsi yang menghendaki persyaratan ruangnya masing-masing termasuk ukuranruangnya tidak dapat merupakan kelipatan salah satu fungsinya, maka fungsi demikian termasukfungsi kompleks (misal rumah tinggal). Demikian juga dengan penggabungan beberapa fungsiutama ke dalam satu masa bangunan (misal bangunan multifungsi seperti pusat belanja terpadu,hotel konvensi dan sebagainya). Tiaptiap fungsi ini akan menuntut ruang yang berbeda baik bentukataupun ukuran dan persyaratan lainnya yang harus dipenuhi oleh bangunan.
Cambar 3-2 Contoh denah bangunan fungsi kompleks (mis: gedung pertuniukan)
Fungsi-fungsi yang berbeda dalam satu massa bangunan ini dapat dipadukan dengan berbagaicara yang mungkin dilakukan. Jika fungsi-fungsi tersebut hanya fungsi-fungsi utama yang relatifukuran ruangnya kecil seperti rumah tinggal dan sejenisnya, maka ruang-ruang ini dapat diwadahidalam satu bangunan yang utuh. Namun jika masing-masing fungsi tersebut berukuran besar karenaketerbatasan struktur maka ruang-ruang tersebut dapat difasilitasi oleh jenis strukturnya masing-masing yang penerapannya dalam massa bangunan cukup digabungkan atau saling didekatkan saja.
Pengaruhnya terhadap konfigurasi ruang pada bangunan tentu saja harus menggunakan gridyang mempunyai variasi bentuk dan ukuran yang beragam. Konfigurasi beragam ini dapat berupasatu jenis grid yang saling disesuaikan ukurannya atau berbagai macam grid yang disatukan dalamsatu bangunan.
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan lu,3.2 Memenuhi Persyaratan Ruang
Ruang-ruang sebagai hasil dari perwujudan ide gagasan atau konsep bangunan dan ruangnya
akan mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu yang harus difasilitasi oleh struktur dan konstruksi
bangunan. Persyaratan ruang ini pada dasarnya adalah untuk memberikan tujuan fungsi pada ruang
yang optimal. Persyaratan yang akan di bahas meliputi;
3.2.1 Persyaratan Bentuk dan Ukuran
Karena alasan tertentu, ruang akan mempunyai bentuk dan ukuran tertentu. Bentuk dan ukuran
ruang-ruang ini harus diwadahi dalam bangunan, sehingga struktur sebagai pembentuk wadah
ruang harus dapat sesuai dengan persyaratan ini. Karena fungsinya, ruang pada prinsipnya dapat
mempunyai beragam bentuk dan ukuran masing-masing. Masing-masing ruang ini dapat secara
langsung diwadahi dengan bentuk-bentuk dan ukuran struktur dan konstruksi yang berbeda. Akan
tetapi cara ini untuk bangunan bertingkat relatif lebih sulit dilakukan, karena pada prinsipnya, struktur
bangunan bertingkat lebih menghendaki keteraturan-keteraturan baik bentuk ataupun ukuran.
Gambar 3-3 Contoh pernenuhan terhadap persyaratan bentuk dan ukuran pada sebuah fungsi
bangunan tertentu
Pada bangunan dengan fungsi seragam dapat diambil kesimpulan :
.!. Fungsi-fungsi terdiri dari fungsi sejenis
* Sesuai untuk bangunan-bangunan publik.:' Denah lebih mudah dibuat dengan kelipatan bentuk dan ukuran
* Paling tepat digunakan untuk bangunan beningkat banyak
* Struktur lebih sederhana dengan pola yang tetap beraturan
* Perancangan lebih bersifat sederhana
* Pengerjaan lebih mudah dilakukan
36 I Merancang l3angunan Cedung Bertingkat Rendah
Penggunaan grid struktur adalah cara yang paling ideal untuk menemukan kesesuaian ruang
dengan tuntutan persyaratannya serta menemukan keteraturan strukturnya. Crid pada praktiknya
dapat fleksibel rnewadahi bentuk dan ukuran ruang yang berbeda dalam denah bangunan.
Bentuk dan ukuran ruang-ruang tertentu dapat tidak mengikuti keteraturan atau menggunakan
perkecualian dengan catatan bahwa ketidak teraturan ini harus dapat diselesaikan dengan desain
khusus pada struktur atau kontruksi bangunan. Penyesuaian-penyesuaian baik bentuk atau ukuran
ruang pada kasus tertentu dalam bangunan juga dapat dilakukan dengan catatan tidak sampai
merubah tujuan dari persyaratan ruang. Ukuran-ukuran dapat ditambah atau dikurangi dengan syarat
perubahan itu masih sesuai dengan standar minimal yang telah ditetapkan. Demikian juga dengan
bentuk ruang dan bangunan.
3.2.2 Persyaratan Sistem
Sistem-sistem yang akan diterapkan dalam bangunan akibat fungsi bangunan juga akan
berpengaruh besar dalam desain struktur dan konstruksi. Sistem-sistem itu antara lain meliputi sitem
fisik (view,, pengudaraan, pencahayaan dsb), mekanika (sirkulasi, pemipaan dsb) dan elektronikaruang (listrik, telepon dsb). Semua sistem itu harus dapat diwadahi dalam bangunan agar fungsi
menjadi optimal.
Pelvadahan sistem-sistem itu dalam bangunan akan berpengaruh banyak dalam sistem strukturdan konstruksinya. Mulai dari ukuran bentang ruang, ketinggian antar lantai, ketinggian atap, ruangyang harus disediakan untuk jaringan-jaringan sistem serta kelengkapannya dan sebagainya. Sistem-
sistem ini juga pada dasarnya untuk membuat fungsi dan bangunan menjadi optimal, sehingga struktursebagai tempat atau wadah harus sesuai dengan tuntutan persyaratan. Untuk dapat menyesuaikan,
sistem-sistem pada ruang-ruang itu harus dapat diketahui satu persatu, sehingga yang paling penting
adalah bagaimana memadukan semua sistem itu pada bangunan, sehingga sistem pada satu ruang
tidak akan saling menggangu ruang yang lain.
3.2.3 Persyaratan Lain
Persyaratan lain pada ruang yang berkaitan dengan fasilitas struktur antara lain adalah persyaratan
karakter desain arsitektural meliputi warna, tekstur, gelap terang dan sebagainya. Persyaratan iniakan dapat dipenuhi dengan pemilihan penggunaan bahan bangunan yang juga akan berkaitan
langsung dengan sistem struktur dan konstruksi bangunan. Bahan-bahan bangunan tertentu memilikipersayaratan tertentu pula dalam penggunaannya pada bangunan. Hal ini tentu saja akan menjadipertimbangan utama dalam mendesain ruang dan fungsinya.
3.3 Mewadahi Organisasi Ruang
Setelah ruang-ruang ditentukan persyaratannya, ruang-ruang tersebut akan disusun dalamgubahan ruang yang disebut organisasi ruang. Organisasi ruang ini adalah wujud awal dari susunan
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan
denah ruang dalam bangunan. Organisasi ruang selanjutnya akan menggambarkan bagaimana
kedudukan masing-masing ruang dan hubungannya satu dengan yang lain. Pada desain struktur,
kedudukan dan hubungan antar ruang ini menjadi penting karena akan menghasilkan pengaturan
elmen struktur dan konstruksi yaitu pada pengaturan kolom-kolom dan dinding-dinding bangunan.
Jika grid struktur juga sudah digunakan, maka organisasi ruang ini pada nantinya akan mempunyai
saling ketergantungan dengan grid struktur yanB digunakan.
Service
Gambar 3-4 Hubungan antara organisasi ruang dengan sistem struktur
3.3.1 Hubungan Ruang
Di dalam hubungan ruang, ruang-ruang dihubungkan satu dengan yang lain menurut tujuannya
dengan berbagai cara. Ruang dapat dihubungkan secara langsung atau tidak langsung. Secara tidak
langsung akan membutuhkan ruang perantara, Ruang perantara yang sering dipakai sebagai elemen
sirkulasi adalah hall atau selasar. Letak pengaturan selasar ini dapat beragam tergantung juga pada
aspek bangunan yang lain.
37
a(,z)LL
ozlu
(,z:)ttr)FYfdFa
zz:)C'zc0
TZuo
38 I
332LayoutRuang
h,l e r a n c an g B an gu n a n Ce d u n g B e rti n gkat Re n d ah
-..cut ruang atau pengaturan posisi ruang pada bangunan bertingkat dapat dilakukan secara" ' ' ^:al atau vertikal. Ruang-ruang publik biasarrya lebih diutamakan untuk berada pada bagian. - .. ian yang lebih mudah dicapai yaitu di depan secara horisontal atau di lantai dasar secara- - ral, sementara ruang-ruang yang lain menyesuaikan. Ruang-ruang dengan persyaratan khusus.-=-a jenis aktifitas yang diwadahi juga karena sistem yang lebih diutamakan di lantaidasar adalah-:-E-ruang gudang, dapur, garasilparkir dan sejenisnya. Namun jenis ruang ini tidak harus terletak
=.."i dengan jangkauan publik sehingga dapat diletakkan di bagian belakang bangunan atau bahkan. =,-a basement bangunan yaitu ruanB di bawah tanah. Pengaturan layout ruang yang lain dapat
,^Jkan dengan maksud dan tujuan bangunan yang berbeda.
3.4 Membuat Denah KasarSetelah semua pertimbangan hubungan dan layout ruang dapat ditentukan, dengan atau tanpa
-'ersyaratan ruang yang diketahui, gambaran kasar bentuk denah sudah dapat dihasilkan. Denahrasar ini masih sebatas menggambarkan posisi-posisi ruang dan bagaimana struktur mewadahi ruang-ruang tersebut. Tentu saja denah yang dihasilkan ini akan masih sangat mungkin untuk mengalamiberbagai perubahan mengingat aspek-aspek lain pada bangunan belunr difikirkan. Denah kasar adalahkesimpulan pada bahasan fungsi saja beserta pertimbangan struktur dan konstruksi arval. Denah ini,iika sudah difikirkan terhadap semua aspek pada bangunan beserta persyaratannya selanjutnya akanmenjadi denah yang sesungguhnya yang akan dipakai sebagai gambar kerja bangunan.
ServiceDapur Taman luar
GarasiR,keluarga
R.tidur R.tamrR.tidur
Km
CarportTeras
Taman luar
Gambar 3-S Contoh denah kasar (mis: rumah tinggal)
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan
Selanjutnya, jika denah kasar sudah dihasilkan, proses untuk menuju gambar kerja denah masih
cukup panjang. Denah akhir yang dipakai sebagai pedoman gambar kerja akan banyak berkaitan
dengan aspek-aspek lain dalam bangunan, bukan hanya fungsi saja. Denah juga berhubungan
dengan bagaimana sistem struktur direncanakan karena kolom-kolom dan atau dinding-dinding akan
diletakkan. Sistem pencahayaan dan penghawaan juga dipengaruhi karena jendela dan pintu juga
diletakkan dalam denah, demikian juga dengan sistem sirkulasi bangunan dan sistem-sistem lain
dalam bangunan, termasuk yang paling banyak menentukan perancangan estetika sebuah bangunan;
tampak. Komposisi denah dan bagaimana denah dibuat akan dilan.jutkan pada bagian lain dalam buku
ini setelah semua sistem-sistem yang mempengaruhinya dalam bangunan dibahas terlebih dahulu.Dengan demikian, hasilnyaakan menjadi denah yang ideal bagi sebuah perancangan bangunan.
-oo0oo-
39
M EM FAS I LITAS I ASPEK-ASPEKUTAMA BANGUNAN
Aspek-aspek utama bangunan harus difahami dan drtentukan terlebih dahulu agarketerpaduannya dapat direncanakan secara utuh. Ketentuan-ketentuan baku dan
kaitannya terhadap aspek yang lain harus diketahui. Permasalahan utama padaperancangan adalah bagaimana menyesuaikan dengan aspek-aspek yang lain.
Terkadang juga tidak semua aspek mendapatkan bobot yang sama. Prioritasatau penekanan sebagian aspek pada fungsi-fungsi bangunan tertentu dapat
dilakukan sesuai dengan tujuan desain yang telah ditetapkan.
42 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
4.1 Menentukan Sistem Sirkulasi Bangunan
Bahasan pettama yang sangat penting pada bangunan bertingkat adalah sirkulasi bangunan.
Karena bangunan akan mempunyai lebih dari satu lantai, maka bagaimana akses sirkulasi bangunan
yang aman dan nyaman sangat diperlukan. Bentuk ruang sirkulasi pada bangunan pada umumnya
terdiri dari sirkulasi vertikal (tangga,eskalator,lift) dan horisontal (selasar,hall,lorong). Keduanya akan
sangat mempengaruhi desain bangunan baik pada aspek struktur dan konstruksi juga aspek-aspek
lain pada bangunan.
Gambar 4-1. Berbagai macam bentuk tangga bangunan
4.1.1 Sistem Tangga Bangunan
Tangga adalah elemen utama sistem sirkulasi bangunan bertingkat. Rancangan tangga ditentukan
bukan hanya terhadap sistem sirkulasi itu sendiri, tetapi juga pada rancangan bangunan secara
keseluruhan. Bentuk dan dimensi tangga akan secara langsung mempengaruhi pengaturan ruang-
ruang fungsi bangunan, ketinggian antar lantai bangunan bertingkat hingga pada sistem sirkulasi
udara dan ventilasi bangunan. Dengan demikian pada praktiknya, rancangan tangga ini akan sangat
berpengaruh pada rancangan denah, potongan dan tampak bangunan. Oleh karena itu, tangga dalam
proses perancangan bangunan, dapat ditentukan lebih dahulu dengan cara membuat ketentuan-
ketentuan dalam perencanaan yang berbentuk analisa dan perhitungan awal atau konsep tangga
dalam bangunan.
Ketentuan-ketentuan tangga yang akan digunakan pada bangunan berlantai lebih dari satu harus
memperhatikan faktor-faktor di bawah ini:
Memfasil itasi Aspek-Aspek Utama Bangunan lo,a. Fungsi Tangga
Tangga dibedakan menjadi dua fungsi utama, yaitu sebagai tangga utama dan tangga darurat.Tangga utama disediakan untuk jalur utama sirkulasi pergerakan di dalam bangunan sedangkantangga darurat disediakan untuk jalur darurat atau melarikan diri dari kejadian yang berbahaya didalam bangunan seperti kebakaran, gempa bumi dan sebagainya.
a.1. Tangga Utama
Karena tangga utama berfungsi sebagai jalur sirkulasi utama bangunan bertingkat, maka ukuran,bentuk dan posisi tangga sangat diperhatikan dalam rancangan tangga. Ukuran jalur tangga harusdapat menampung kebutuhan ruang sirkulasi untuk satu jalur, dua jalur dan seterusnya. Standarlebar ini ditentukan berdasarkan ukuran lebar manusia ditambah rangan antara atau spasi. Lebarminimal tangga untuk satu jalur 70 cm, 2 jalur 120 cm dst,(lihat standar). Ketentuan lebar jalurini harus mempertimbangkan aspek rutinitas pemakaian di dalam bangunan. Semakin sering danbanyak pemakaian, semakin besar jalur yang harus disediakan.
Bentuk tangga utama terdiri dari berbagai macam, mulai yang sederhana hingga yang rumit.Pemilihan bentuk ini dapat dipertimbangkan terhadap aspek-aspek lain bangunan, tetapi yang palingpenting bagi tangga utama adalah kemudahan, keamanan dan kenyamanan.
Railing Tangga
Pagar Tangga
Gambar 4-2. Bagian-bagian tangga
Posisi tangga utama yang ideal adalah harus terletak di ruang-ruang yang mudah terlihat sevaravisual dan mudah ditemukan tetapi tidak mengganggu aktifitas ruang di sekitarnya.
Anak Tanggall
il
l
lI
I
I
-_lo.$l
o(D]Jr(I,
'1
l
t,
rl
-tl-r4 ll Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
a-2 Tangga Darurat
Tangga darurat disediakan sebagai akses lain selain tangga utama. pada bangunan rlmum, tanggadarurat ini harus disediakan sebuah fasilitas keselamatan pengguna bangunan untuk mengantisip=asiakses darurat karena terjadi kabakaran, gempa dsb. Oleh karena itu fasilitas tangga ini sangatdiperhatikan dari aspek peraturan seperti sebagai persyaratan ijin mendirikan bangunan (lMB). padabangunan tempat tinggal, tangga darurat dapat berupa tangga service yang berfungsi untuk melayaniaktifitas service semacam tangga tempat jemur, ruang cuci atau ruang di atas atap lain.
Rancangan tangga darurat yang ideal harus dapat dipakai dalam keadaan panik dan tidak gelap(karena asap dan listrik padam). Oleh karena itu, tanda-tanda pijakan dan pegangan sangat diperlukanmudah dicapai dan tidak tergantung dari cahaya lampu listrik ruangan untuk dapat melihatnya.Cahaya matahari lebih diutamakan dari pada penggunaan lampu. Lampu dengan sumber dayasendiri atau penSSunaan cat khusus yang dapat berpendar di waktu gelap sangat diutamakan untukmenghindari hilangnya pandangan akibat mati lampu dan habisnya daya pada lampu khusus yangdisebabkan kurangnya perawatan dan sebagainya.
Ukuran lebar tangga dirancang idealnya hanya untuk satu orang saja. pemakaian satu orangini dimaksudkan untuk menghindari pemakaian bersama yang relatif lebih mudah menyebabkankecelakaan saat digunakan secara berebutan. Bentuk tangga disarankan dengan bentuk lurus ataubalik yang pada sisi bawahnya harus berhubungan langsung dengan ruang luar untuk menghindariterperangkapnya pemakai di dalam bangunan.
b. Fungsi Bangunan
Perancangan tan88a juga harus mempertimbangkan fungsi bangunan atau ruangnya. Bangunandengan pemakai tertentu akan membedakan rancangan tangga. anak-anak, orang dewasa, manula,penyandang cacat, pemakaidengan beban bawaan dan sebagainya, harus didefinisikan dari sebagianbesar pengguna gedung. Wujud rancangan tangga yang berhubungan langsung adalah pada ukurantinggi lebar anak tangga, lebar tangBa, jumlah anak tangga dan tinggi rendah pegangan tangga.
Rumus yang dipakai untuk menentukan rancangan tangga adarah sbb:
2.tinggi anak tangga + Iebar anak tangga : .............60 - 65cm. ( 1 )
tinggi antar lantai : n x tinggi anak tangga ................ ( 2 )jumlah anak tangga (termasuk bordes) :tinggi antar lantai/tinggi anak tangga - 1 ................... ( 3 )
Rumus-rumus tangga di atas dapat diterapkan pada semua jenis tangga baik dari bahan kayu,baja, batu bata atau beton bertulang. Rumus-rumus ini harus digunakan secara berurutan sebagaiberikut;
Rumus (1) 2.tinggi anak tangga + lebar anak tangga : 60 - 65 cm adalah perhitunganberdasarkan ukuran langkah yang digunakan (orang dewasa). Jika tangga dipakai oleh sebagianbesar anak-anak, maka angka ini akan kurang dari 60 cm, atau tergantung rata-rata ukuran langkah
M emf as i I itas i Aspek-Aspek lJ tam a B an gu n an
pemakai. Angka langkah yang terlalu besar atau terlalu rendah akan berakibat ketidak sesuaiandengan pemakai. Akibatnya pemakai menjadi tidak nyaman dan bahkan dapat mengalami kelelahanatau kecelakaan.
Tinggi anak tangga diambil 2 kali lipat dibandingkan lebarnya adalah karena usaha untukmencapai ketinggian atau vertikal ini dibutuhkan 2 kali lipat dibanding untuk mencapai lebar atauhorizontalnya.
Lebar anak tangga disesuaikan dengan kondisi rata-rata panjang pijakan kaki pengguna. Angkayang sering dipakai adalah +30 cm, sehingga hasil hitungan yang dicari adalah hanya tinggi anaktangga saja. Pada konstruksi tangga, lebar pijakan ini dapat direkayasa kurang dari 30, sehinggasudut kemiringan tangga menjadi kurang landai. Untuk kenyamanan pengguna, pada finishing lebaranak tangga masih dapat digunakan lebar standar +30 cm dengan menambah kantilever pasanganspesinya atau mengurangi dasar anak tangga di atasnya.
Rumus ( 2 ), Setelah diketahui tinggi anak tangga, maka tinggi antar lantai dapat ditentukanberdasarkan kelipatannya. Jika telah ditentukan kira-kira tinggi antar lantai sebelumnya, maka tinggiini harus disesuaikan dengan perkalian tinggi anak tangga, sehingga mungkin hasil akhir untukmenentukan tinggi antar lantai dapat berupa angka yang tidak bilangan bulat. Cara ini lebih tepatdari pada menentukan tinggi pasti antar lantai baru menentukan tinggi anak tangga. Yang terakhirini dapat menyebabkan angka yang sulit atau tidak seragam pada anak tangganya atau tidak sesuaidengan logika orang melangkah pada rumus (1). Jika dikehendaki perbedaan tinggi anak tangga diawal atau akhir urutan (biasanya sedikit lebih rendah untuk membedakan dengan anak tangga yangIain), hal ini dapat dilakukan, tetapi tentu saja masih dalam batas-batas yang masih diterima (tidakterlalu terlalu rendah dari anak tangga yang lain).
Rumus ( 3 ), Setelah diketahui tinggi anak tangga beserta tinggi lantai, maka jumlah anak tanggadapat ditentukan dengan cara membagi tinggi antar lantai dengan tinggi anak tangga dikurangi 1.Bilangan satu ini adalah permukaan tinggi lantai, sehingga tidak perlu dihitung sebagai anak tangga.
Jumlah anak tangga ini termasuk bordes. Pada langkah keberapa bordes ditempatkan tergantunglayout tangga dangan ruangnya, namun dalam satu deret, untuk mengindari kejenuhan yang dapatberakibat bahaya, menurut penelitian, tangga tidak boleh lebih dari 16 langkah, sehingga bordes harusdipakaijika anak tangga lehih dari 16 buah. Pemakaian bordes ini dimaksudkan untuk memberikanten:pat beristirahat bagi fisik dan konsentrasi agar tidak menimbulkan kecelakaan.
lot
struktur tangga berupa pelat beton, pelat baja atau kayu dengan konstruksipondasi atau balok tumpuan pada lantai atas yang dilengkapi dengan:
* Railling untuk keamanan, kenyamanan dan keindahan
* Ukuran anak tangga untuk keamanan dan kenyamanan
* Posisi bordes sebagai ruang untuk mencegah kejenuhan j.:. Polafinishingyang jelas untuk keamanan dan kenyamanan i I?f i L I fri Etaiin Pa;:.t*"n-- .-
46 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Sebagai contoh; ketinggian antar lantai 4 meter dapat dibuat tangga sebagai berikut:
Ketinggian anak tangga : (65-lebar anak tangga)/2
: (6s - 30 )/2
: 17.5 cm
(jika 65 diganti 60, hasilrrya menjadi 15 cm)
Jumlah anak tangga : (400/17)-1
: 21,8 (dibulatkan 22 anak tangga)
Karena terdapat perbedaan tinggi anak tangga pada tangga terakhir menuju lantai (bukan anaktangga), maka sebaiknya tinggi antar lantai disesuaikan menjadi 17.5 x 23 : 402.5 cm atau jikadiinginkan sebagai alternatif dapat juga menjadi 17.5 x 22 : 385 cm.
c. Keselamatan dan Kenyamanan
Keselamatan dan kenyamanan pada tangga harus dipenuhi agar pengguna tidak mengalamikelelahan dan kecelakaan ketika menggunakan tangga. Selain menggunakan rumus untuk menentul<an
tinggi dan lebar anak tangga, keselamatan pemakaian tangga juga meliputi penggunaan elemenIain seperti pegangan atau railing dan pagar tangga. Pegangan dan pagar tangga ini menuntun danmembatasi pengguna. Tinggi pegangan harus memperhatikan proporsi tubuh pengguna (dewasa
atau anak-anak). Pagar pada tangga harus dibuat agar supaya anak-anak tidak dapat menerobosnya,karena anak-anak sering menyukai bermain di area tangga.
Pola pada anak tangga juga dapat menentukan keselamatan pemakai. Penggunaan pola baikpada keramik atau pada l.arpet yang dilapiskan di atas anak tangga tidak boleh terlalu rumit hinggamembingungkan pemakai. Pola yang ideal justeru memperjelas baik garis-garis pijakan atau garis
arah pada lebar jalur tangga.
Pemakaian penutup karpet yang bermaksud memberikan kenyamanan pada injakan kakipengguna juga harus diperhatikan agar tidak mudah terlepas yang justeru dapat menyebabkankecelakaan.
Penggunan garis-garis anti selip (nose) pada tangga yang terbuat dari bahan anti selip seperti
karet, aluminium, atau kayu sangat dianjurkan untuk mencegah pemakai terpeleset disampingmemperjelas pola anak tangga.
M e mf as i I itasi Aspek-Aspek {."/tanra B an gu n a n
d. Kaitannya dengan Sistem Lain
#
Gambar 4'3 Ruang tangga yang berkaitan dengan sistem bangunan lain
Rencana tangga juga terkait dengan sistem lain dalam bangunan. Karena tangga membutuhkanruang bebas lantai tembus ke atas (void) yang juga dapat digunakan sebagai penunjang sistempencahayaan dan ventilasi udara. Letak posisi tangga dalam hal ini sangat penting untukmengakomodasi sistem pencahayaan dan perrgudaraan alami bangunan. Jendela-jendela jugaseoptimal mungkin diletakkan sepanjang void tangga ini yang berfungsi untuk menyinari ruangtangga dan ruang di sekitarnya.
Sistem konstruksi pelat dan balok lantai juga harus mempertimbangkan bentuk dan posisi tangga,sebab tangga akan membutuhkan perkuatan berupa korom atau balok.
e. Konstruksi Tangga
Rancangan konstruksi tangga dapat menggunakan bahan kayu, baja, batu bata atau betonbertulang. Beton bertulang lebih banyak dipakai karena alasan kesesuaian dengan struktur utama,relatif mudah dikerjakan, tidak menimbulkan suara hentakan kaki dan tahan lama.
Konstruksi tangga harus dipasang pada pondasi pada lantai pertama dan balok pada lantai-laintaiberikutnya, Kolom-kolom dapat dipasang langsung berclekatan dengan tangga atau tidak. Bordesyang tidak menggunakan tumpuan balok dan kolom disebut dengan nama tangga melayang.
Konstruksi tangga pada beton bertulang dapat dilakukan dengan cara langsung yaitu denganlangsung mencetak konstruksi tangga beserta anak tangganya, atau hanya dengan mencetak pelattangga sesuai dengan kemiringannya, lalu anak tangga dibuat dengan menggunakan batu bata.
Finishing pada anak tangga harus menggunakan bahan anti selip yang dapat berupa keramikkasar, batu kali, parket kayu atau karpet karet atau kain.
lo,
48 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 4-4 Contoh macam detail anak tangga
4.1.2 Sistem Setasar
Selasar adalah bentuk sistem sirkulasi bangunan dalam satu lantai secara mendatar. Sistem ini
banyak diterapkan terutama pada fungsi-fungsi bangunan yang relatif lebih besar yang memerlukan
ruang sirkulasi secara khusus semacam bangunan sekolahan, kampus, kantordan sebagainya. Selasar
juga berfungsi menghubungkan ruang satu dengan ruang lainnya secara khusus. Karena berfungsi
sebagai ruang antara atau ruang sirkulasi, maka posisi-posisi tangga juga harus berkaitan langsung
dengan selasar. Demaikian juga ruang hall yang berfungsi membagi sirkulasi bangunan.
Perencanaan tangga tidak hanya berkaitan dengan sirkulasi bangunan
saja namun juga berkaitan langsung dengan sitem utama bangunan:
* Penghawaan
* Pencahayaan
* View
* dsb
lnl(an
,sar
rgsi
lng
MemfasiI itasi Aspek-Aspek Utama Bangunan lon
Ij -{+++1 t-u1V:II
Lr* aJ
Gambar 4-S Macam konfigurasise/asar luar dan selasar dalam
Selasar secara struktural pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu selasar yang berkaitan
dengan sistem struktur utama (selasar dalam atau tepi bangunan) dan selasar yang m(rmpunyai sistem
struktur sendiri (selasar luar).
Selasar yang berada pada sistem struktur bangunan dapat berupa selasar tertutup (lorong) atau
terbuka. Selasar tertutup biasanya diletakkan di tengah ruang diapit oleh dua ruang fungsi pada
kedua sisinya, dan selasar terbuka diletakkan di tepi bangunan yang hanya melayani satu sisi ruang
fungsi. Selasar tertutup lebih cocok pada bangunan yang menghendaki batasan langsung dengan
udara terbuka untuk kepentingan sistem pengudaraan buatan seperti AC sistem buatan lainnya.
50 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Secara struktural, selasar ini dapat didukung oleh kolom-kolom langsung atau dengan balok
cantilever yang bebas pada satu sisinya. Penempatan konstruksi sistem utama ini pada selasar juga
akan berpengaruh dengan sistem lain dalam bangunan, misalnya pada fagade atau view bangunan
yang sangat dipengaruhi oleh pengaturan letak kolom. Penempatan jalur-jalur sistem secara mendatar
yang paling efektif diletakkan pada selasar sebagai penghubung ruang-ruang. Selasar adalah ruang
antara yang relatif berukuran sempit, sehingga dimensi ketinggian ruang juga tidak perlu terlalu
tinggi atau sama dengan ruang-ruang fungsi lain, dengan demikian, ruang sisa di atas selasar dapat
digunakan untuk keperluan ini.
Pada selasaryang berdiri sendiri, selasar ini dapat terdiri dari satu lantai atau banyak lantai. Struktur
selasar satu lantai dapat terdiri dari rangka utama kolom-kolom dan rangka atapnya, sedangkan pada
struktur selasar bertingkat, menggunakan struktur kolom balok yang dilengkapi dengan pelat lantai
yang sama dengan prinsip struktur pada bangunan bertingkat.
4.2 Menentukan Sistem Pencahayaan Bangunan
Sistem pencahayaan bangunan dapat diperoleh dengan sistem pencayaan alami dan buatan.
Pencahayaan alami lebih disarankan semaksimal mungkin digunakan di siang hari pada jam kerja
karena menurut beberapa penelitian, cahaya alami lebih dapat memberikan kenyamanan dan
produktifitas aktifitas pada siang hari. Demikian juga dengan tujuan penghematan energi karena
tidak memerlukan tenaga listrik. Sebaliknya pencahayaan buatan atau lampu lebih disarankan untuk
penggunaan malam hari saja. Kedua sistem ini akan mempengaruhi sistem lain dalam bangunan
sehingga sangat perlu juga untuk dibahas secara khusus.
4.2.1 Sistem PencahaYaan Alami
Merencanakan Sistem pencahayaan alami (day lightind pada bangunan adalah bagaimana
bangunan dapat seoptimal mungkin, sesuai dengan fungsinya, dapat memasukkan sinar matahari
untuk digunakan sebagai sumber cahaya di siang hari. Perencanaan sistem ini sangat penting bagi
efektifitas fungsi di dalamnya termasuk meminimalisasi pemakaian energi Iistrik. Cahaya alami yang
dipakai ruang adalah cahaya tidak langsung(diffuse) baik dipantulkan oleh elemen bangunan (over-
hang, sirip, dsb) atau oleh kubah langit. Sinar matahari langsung harus dihindarkan karena akan
dapat menimbulkan efek rumah kaca, di mana suhu di dalam ruang akan jauh lebih tinggi dari suhu
di luar ruang dan juga akan menimbulkan efek radiasi sinar ultra violet yang sangat merusak baik
manusia ataupun benda.
Perencanaan sistem pencahayaan alami sangat berkaitan erat dengan perencanaan sistem
struktur dan konstruksi bangunan. Hal-hal yang berkaitan langsung adalah p:lda ketebalan atau
bentang bangunan yang berarti juga bentang struktur, tingi rendah antar lantai, pemakaian elemen
atap semacam tritis dan over-hang, serta pemakaian bukaan pada dinding.
V e mf as i I itas i Aspek-Aspek U tam a B an gu n an I u'
Gambar 4-6 Contoh desain pencahayaan alamiah bangunan
Cahaya alami secara optimal pada ruang dengan ketinggian normal dengan bukaan normal
dapat menembus ruang dengan ketebalan maksimal kurang lebih 16 meter. Penentuan bentang pada
struktur akan mempengaruhi jarak bentang kolom utama dan juga bentang kuda kuda. Besar kecilpintu dan jendela juga akan langsung mempengaruhi ketinggian antar lantai bangunan, semakinbesar bukaan, semakin besar pula intensitas cahaya alami. Namun hal lain yang harus diperhatikanadalah penyediaan tritis atau overhang dan sun-shade (shading) yang besar pula untuk melindungidari sinar matahari langsung.
4.2.2 Sistem Pencahayaan Buatan
Sistem pencahayaan buatan adalah sistem lampu yang pada pembahasan buku ini lebih ditekankanpada lampu listrik arus bolak-balik atau a/ternating current (AC). Lampu yang menggunakan aliranlistrik AC akan berpengaruh pada struktur dan konstruksi yaitu mulai dari sumber, pendistribusian
dan alat-alat yang menggunakan listrik (fixture) termasuk lampu penerangan.
Berbagai elemen struktur yang berkaitan dengan pencahayaan alamiah:
* Atap beserta tritisnya
* Dinding dan bukaanya beserta elemennya
* Tebal atau lebar ruang.3. Konfigurasi massa bangunan
./ r'dt\-)t i.-rr-)
,'/
52i Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
SunTber arus dapat berasal dari perusahaan jaringan listrik atau sumber yang diadakan sendiri
dengan generatoi' (gen"set). Censet memerlukan tempat tersendiri yang sebaiknya terpisah dari
bangunan utama untuk menghindari getaran yang akan mempengaruhi sistem-sistem lain dalam
bangunan terutalna sistem struktur. Sumber listrik yang hanya mengambil dari jaringan cukup
menyediakari tempat untuk sambungan dan panel utama listrik saja. Panel ini dapat berukuran besar
untuk bangunan-bangunan yang memerlukan sumber energi listrik yang besar. Panel listrik ini harus
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau untuk akses pengawasan, pemeliharaan dan perbaikan.
Distribusi listrik dilakukan melalui kabel baik secara tegak atau merrdatar di dalam bangunan.
Kabel-kabel ini sebaiknya diletakkan pada tempat tertentu (shaft) untuk memudahkan pemeliharaan
dan pebaikan. Shaft listrik harus dipisahkan dengan shaft pipa untuk menghindari bocornya pipa yang
dapat menyebahkan hubungan arus pendek (kons/eetind yang dapat membahayakan bangunan.
Pada akhirnya arus listrik ini akan disalurkan pada titik lampu dan titik daya pada bangunan.
Lampu-lampu dan surnber daya (stop-contact) dapat diletakkan di pelat lantai, plafond, dindingataupun lantai. Dengan demikian konstruksi bangunan harus direncanakan untuk kepentingan ini.
4.3 Menentukan Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan juga terdiri dari penghawaan alami dan buatan. Penentuan penggunaan
kedua sistem ini dipengaruhi oleh persyaratan ruang fungsi pada bangunan. Pada fungsi-fungsi tertentu
lebih mengendaki penghawaan alami atau sebaliknya yang banyak dipengaruhi oleh pertimbangan-
pertimbangan lain dalam perencanaan ruang. Kedua sistem ini akan secara langsung berpengaruh
pada desain bangunan secara keseluruhan.
Sistem penghawaan alami juga mempunyai kemiripan dengan sistem pencahayaan dalam hal
bentangan maksimal dan bukaan. Namun yang lebih diperhatikan selain ukuran bentang dan bukaan
adalah penggunaan ruang di dalamnya dan posisi bukaanya. Untuk menjaga aliran udara, ruang tidak
boleh disekat penuh, sehingga ventilasi silang di dalam ruang tetap terpelihara. Bukaan pada jendela
atau pintu harus dapat dibuka daunnya pada kedua sisi ruang, sehingga udara akan dapat mengalir.
Prinsip utama penghawaan alami diperoleh dengan:
* Ventilasi silang -> dua bukaan pada dua sisi bangunan
, Volume ruang yang besar -> jarak antar lantai besar dan ruang di bawah
atap (atap kemiringan tinggi)
M emf as i I itas i Aspek-Aspek l.) tam a B an gu n an
4.3.1 Sistem Penghawaan Alami
l',
Gambar 4-7. Contoh desain sistem penghawaan alami
Ruang di bawah atap juga berperan besar dalam menentukan aliran udara. Ruang di bawah atapdapat digunakan sebagai ruang spasi (p/enum) dengan cara disekat dengan menggunakan plafonduntuk menghambat panas matahari dari atas atap, atau dibuka untuk mengalirkan udara panasdari dalam ruangan, sementara plenum diletakkan di antara penutup atap dan rangkanya (plafondmenempel pada kasau).
4.3.2 Sistem Penghawaan Buatan
Pada umumnya sistem penghawaan buatan yang banyak dipakai adalah sistem air conditioner(AC). AC ini dapat berjenis sistem terpusat (AC central) ataupun dalam satu pesawat (AC unit).Penggunaan AC central atau unit ini tergantung kapasitas dan fungsi bangunan. Pada bangunan-bangunan dua lantai dengan luasan lantai kecil dan ruangan yang sedikit cenderung menggunakanAC unit karena lebih sederhana baik sistem ataupun konstruksinya. AC central memerlukan ruang-ruang besar baik untuk rnesin ataupun distribusinya. Mesin harus diletakkan pada ruang tersendiriseperti genset dan distribusi juga menggr.rnakan saluran khusus (ducting) yang relatif lebih besar daripipa air bersih ataupun kotor. Pada AC unit hanya diperlukan konstruksi pemasangan unit AC yangdapat terdiri dari satu buah (AC window) dan dua buah internal dan ekternal (AC split). pengaturan
unit-unit AC ini juga memerlukan strategi khusus agar tidak merusak fasade bangunan dan fungsi lain,oleh karena itu desain tempat AC dapat didesain khusus atau sekaligus sebagai sirip-sirip bangunanvang berfungsi sebagai over-hang, sun-shade bangunan dan sebagainya.
s4 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 4-8. Contoh desain sistem penghawaan buatan (air conditioner / AC)
iIa
dg
sd,
u
&
4.4 Menentukan Sistem Air Bersih dan Sanitasi Bangunan
Sistem air bersih dan sanitasi banyak berhubungan dengan cara penyediaan dan distribusi airbersih, air kotor dan kotoran. Rancangan struktur dan konstruksi bangunan juga akan berkaitan
langsung dengan rancangan sistem ini. Pada dasarnya sistem-sistem ini dibedakan menurutkonstruksinya menjadi penyedia atau penerima dan distribusinya. Penyedia adalah tempat, wadahyang dapat berupa bak atau tangki yang digunakan untuk menyimpan. Wadah penyimpan ini dapat
diletakkan di atas, di dalam atau di bawah bangunan, sementara jalur distribusinya dapat diletakkanmenempel atau di dalam dinding atau pelat lantai, atau ditempatkan pada ruang khusus (shaft). Shaft
ini dapat berupa jalur vertikal atau horizontal.
4.4.1 Air Bersih
Penyediaan air bersih dapat diperoleh dengan sumur tanah atau dengan jaringan perusahaan airminum. Keduanya memerlukan tempat untuk menampung air dalam jumlah tertentu sesuai denganjenis dan jumlah penghuni bangunan. Pada bangunan hunian, kapasitas simpanan air bersih lebihbesar karena digunakan untuk kegiatan sepanjang hari mulai cuci, memasak hingga mandi. Keperluan
air bersih perorang perhari adalah relatif tergantung kebiasaan sosial budaya di suatu tempat. Standar
normal kebutuhan air bersih adalah sekitar 100 liter. Sehingga keluarga dengan jumlah anggota 5orang harus menyediakan air sebanyak 500 liter perharinya atau Yz m3.
Dua prinsip sistem AC:
* AC sentral yang diperlukan mesin utama dan jaringan terpadu pada bangunan
* AC unit yang hanya diperlukan jaringan kecil dalam unit berupa window,
split, atau cassette
M e mf as i I itasi Aspek-Asp ek lJ tam a B angu n an l,'Bak atau tangki air ini diletakkan di atas dengan menggunakan distribusi gravitasi (sistem down
feed) atau diletakkan di bawah dengan menggunakan distribusi mesin pompa (sistem up feed).Sistem down feed harus menggunakan menara air yang dapat diletakkan menjadi satu dengan sistemstruktur utama, atau bordiri sendiri dengan menggunakan konstruksi menera terpisah. Titik akhir darisistem ini adalah kran-kran pada kamar mandi atau dapur. Ada kalanya sistem inijuga dipakai untukpersediaan air pemadam kebakaran hydrant atau sprink/ers, namun untuk bangunan berlantai dua,hal inijarang dilakukan karena daya gravitasi dengan ketinggian bak setinggi dua lantai masih terlalukecil untuk kepentingan tersebut.
Gambar 4-9. Contoh sjstem air bersih dalam bangunan (down feed dan up feed)
4.4.2 Air Kotor dan Kotoran
Setelah melewati titik akhir, air bersih akan digunakan dan akan berubah menjadi air kotor.Air kotor ini harus segera dikeluarkan dari bangunan dengan sistem pembuangan air kotor dankotoran yang disebut dengan sistem sanitasi. Pada bangunan bertingkat, sistem distribusi sanitasiakan didistribusikan ke luar bangunan menuju bak penampung atau sumur peresapan. Jalur distribusiini terdiri dari pipa yang diletakkan secara mendatar (horizontal) di atas plafond atau di bawah lantaidan secara tegak (vertica/) pada cerobong shaft atau di tanam di dalam dinding. Jalur distribusi yangdapat dibuka (shaft, plafond) diutamakan untuk akses pemeliharaan dan perbaikan.
Air kotor dapat langsung diteruskan ke peresapan, sedangkan kotoran harus melalui bakpengurai (septic tank) untuk diproses atau dibusukkan sehingga berubah menjadi cairan yang dapatdimasukkan ke peresapan. Kapasitas septic-tank harus memperhitungkan jumlah pemakai dan fungsibangunan. Sistem dan detail masing-masing sistem sanitasi ini akan lebih detail di uraikan pada bablain di buku ini,
56 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Cambar 4-10. Contoh sistem sanitasi bangunan
4.5 Menentukan Sistem Kelistrikan Bangunan
Sistem kelistrikan terutama pada sistem distribusinya, akan berpengaruh langsung terhadapkonstruksi bangunan. Jaringan kabel pada bangunan dapat diletakkan secara terbuka atau tertutup(mati). Jaringan kabel yang hanya ditempelkan atau diletakkan biasanya lebih diutamakan daripadajaringan mati untuk pemeliharaan dan perbaikan. Pada distribusi utama tegak, kabel-kabel ini jugasebaiknys diletakkan di dalam shaft khusus Iistrik untuk menghindari hubungan arus pendek akibatkebocoran pipa air. Pada distribusi mendatar, jaringan diletakkan di atas plafond selasar atau ruang-ruang penghubung lainya. Selanjutnya jaringan dapat ditanam pada dinding atau pada lantai ataupada pelat lantai.
Hal pokok pada sistem sanitasi bangunan;
* Pembuangan air kotor dari kamar mandi, peturasan dan dapur -> bak
kontrol, bak penagkap lemak, peresapan
* Pembuangan kotoran dari WC -> septick tank, peresapan
.I
,i
ilGgdtAr&(nr
Memfasi I itasi Aspek-Asp ek Utama Bangu nan
dr'y?
Gambar 4-11. Contoh sistem kelistrikan bangunan
4.6 Menentukan Sistem Jaringan Keselamatan BangunanSistem keselamatan pada umumnya terdiri dari antisipasi terhadap bahaya kebakaran dan gempa
bumi. Sistem ini juga berkaitan dengan sirkulasi seperti tangga dan tangga darurat yang dibahas padabagian lain pada buku ini. Sistem yang berkaitan dengan perancangan struktur pada penyediaanjaringan bangunan akan meliputi:
4.6.1 Sistem Hydrant
Sistem hydrant adalah sistem pemadam kebakaran yang menggunakan air untuk memadamkanapi dengan cara disemprot. Sistem ini memungkinkan peletakkan stasiun hydrant pada lokai-lokasitertentu yang bersifat publik dan mudah dijangkau, misalnya pada pelataran luar, hall, selasar dansebagainya. Sistem hydrant menggunakan sumber air yang memerlukan bak penampung yang dapatdigabung dengan air bersih atau bak tersendiri dan jaringan pipa. Bak penampung dapat diletakkanpada struktur bangunan atau menggunakan konstruksi sendiri. Pipa-pipa diletakkan pada shaft tegakatau mendatar yang dapat disatukan dengan pipa-pipa air lainnya namun tetap menggunakan pipayang berbeda.
l',
58I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 4-12. Contoh sistem pemadam kebakaran
4.6.2 Sistem Sprinklers
Sistem sprinklers adalah sistem jaringan titik-titik pemadam air yang diletakkan di atas ruangan
yang dapat dilatekkan pada rangka plafond atau pelat lantai. Sistem ini akan secara otomatis
memancarkan zat pemadamnya yang dapat berupa air atau zat lain begitu terdapat api atau asap.
Bak penampung air juga dapat dijadikan satu atau terpisah dengan bak penampung air bersih, namun
jika menggunakan zat pemadam lain selain air, harus menggunakan bak tersendiri pada ketinggian
yang setara dengan bak air bersih, namun karena kepentingan daya pancar, biasanya hydrant atau
sprinklers masih menggunakan pompa khusus yang akan menyala secara otomatis jika sprinklers
bekerja. Jaringan pipa sprinklers juga diletakkan pada shaft, namun setelah memasuki ruangan
diletakkan lansung di atas plafond.
Dua sistem keselamatan utama terhadap api:
{. Sistem hydrant ) jaringan pemadam utama pada tiitik-titik tertentu
* Sistem sprinklers ) jaringan pencegah pada semua ruang di atas ruang
r--I-T-l
-oo0oo-
MERENCANAKAN BANGUNANBERDASARKAN ASPEK UTAMA
Langkah selanjutnya setelah memahami berbagai aspek bangunan adalah
menggunakannya pada bangunan. Proses penerapan ini berbentuk analisa
pada tiaptiap bagian bangunan yang dipikirkan terhadap aspek lain. Hasil
pembahasan berupa solusi dan alternatifnya disebut sebagai konsep dasar
perancangan. Proses pencapaian ide, gagasan dan konsep-konsep bangunan itu
pada dasarnya adalah rumit dan berbelit, karena permasalahan satu aspek pada
satu bentukan akan mempengaruhi aspek dan bentukan lain pada bangunan.
60 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
5.1 Merencanakan Sistem Stnuktur Utama
Sistem struktur dan konstruksi bangunan dapat ditentukan terlebih dahulu untuk dapat
menentukan langkah perencanaan selanjutnya. Maksud dari penentuan sistem struktur utama
terlebih dahulu adalah agar dapat didefinisikan seberapa jauh kaitan sistem struktur ini dengan aspek
bangunan lain. Sistem struktur yang dimaksud adalah sistem struktur menurut bahan dan jenisnya,
kemudiaan juga kaitannya dengan konstruksi lainnya.
5.1.1 Mempertimbangkan fungsi ruang dan persayaratannya pada struktur
Langkah pertama untuk menentukan sistem struktur utama adalah dengan mempertimbangkan
aspek struktur dan aspek fungsi bangunan dengan pertimbangan-pertimbangannya dalam check /ist
sbb:
Permasalahan Area Pembahasan
Bagaimana kegiatan di wadahi dalam ruang.
Apakah terdapat fungsi-fungsi yang spesifik
yang harus diwadahi dalam ruang misalnya
kegiatan yang memerlukan ruangruang lebar
tanpa kolom, atau ruang-ruang dengan ukuran
dan bentuk tertentu atau pada lantai tertentu
Konfigurasi bentuk dan ukuran grid strukturbaik horisontal ataupun vertikal di mana titik-titik kolom dan dinding diletakkan yang akan
membentuk sistem struktur secara keseluruhanyang disesuaikan dengan tuntutan fungsi ruang
Bagaimana sistem ruang dipenuhi oleh ban-
gunan. Apakah terdapat ruang yang menghen-
daki sistem khusus semacam pencahayaan dan
penghawaan alami
Bentang bangunan, konfigurasi ruang dan kon-
figurasi massa bangunan serta bukaan-bukaan
yang akan mempunyai saling keterkaitan an-
tara sistem struktur dan konstruksinya
Bagaimanakah sistem utilitas dilayani
oleh bangunan, di mana posisi-posisi bak
penampung air bersih, air kotor dsb. Apakah
secara langsung mempengaruhi struktur
bangunan
Ketiga pertimbangan pokok utama di atas akan menentukan pemakaian sistem struktur utama
sebuah bangunan. Tentu saja banyak aspek penunjang lain yang juga turut menentukan selanjutnya,
namun pada dasarnya ketiga aspek di atas dapat dijadikan titik pangkal untuk masuk pada apek-
aspek berikutnya pada bangunan.
Penentuan sistem distribusi meliputitempat suplay, jalur distribusi dan tempatbuangan serta kaitannya dengan struktur dan
konstruksinya
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama
FUNGSIBESAR
'?J[t',xi3x;l'
Gambar 5'1. Contoh pemenuhan tuntutan ruang fungsi spesifik
.: - +{,
Gambar 5'2. Contoh pemenuhan tuntutansistem-slste m bangunan spesifik
5.1.2 Mempertimbangkan pemitihan Bahan struktur utamaBahan sistem struktur utama akan sangat mempengaruhi jenis kinerja sistem strukturnya.
Pemakaian bahan tertentu akan saling berkaitan dengan desain sistem struktur dan konstruksinya.Untuk dapat menentukan bahan utama pada sistem struktur utama dengan optimal, perencana harusmemperhatikan aspek-aspek pada check /rsr sbb;
lu,
Volume ruangbesar
62 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Permasalahan Area Pembahasan
Sistem struktur dari jenis apakah yang
paling cocok untuk ruangan dan bangunan
tertentu (pada tabel 1 di atas) yang sesuai
dengan aspek-apek bangunan
Bagai manakah persyaratan tekn is bahan struktu r
akan dapat digunakan pada bangunan meliputi
kemampuan bentang dan ketinggian bangunan
serta kaitannya dengan fungsi ruang
Bahan bangunan Yang Paling
seperti apakah yang tepat digunakan
bangunan yang sesuai dengan
struktur utama dan bahan lainnYa
bangunan
Kedua pokok bahasan di atas dapat digunakan untuk menentukan baik bahan utama dalam
sistem struktur ataupun bahan lain yang akan digunakan dalam bangunan sehingga bangunan akan
dapat menggunakan bahan bangunan secara ideal.
f1q 8'::T [:ffi ffiT ffi&&f*l ft&
Cambar 5-3 Contoh pertimbangan penggunaan bahan terhadap struktur
5.1.3 Mempertimbangkan Aspek Bentuk Bangunan dari Bentuk Struktur
Bentuk pada bangunan dapat merupakan tujuan atau hasil dari proses perencanaan dan
perancangan. Tujuan, bila sudah ditentukan terlebih dahulu kesan, peran dan bentuk yang diinginkan
dari perencana atau pemilik, kemudian baru kesesuaiannya dengan fungsi dan sistem-sistem
ditetapkan kemudian. Hasil, bila bentukan adalah bentukan yang dihasilkan dari akibat fungsi atau
sistem-sistem yang diterapkan pada bangunan. Kedua metoda ini tidak harus dilakukan secara kaku,
namun dapat saling melengkapi untuk mendapatkan hasil yang optimal pada bentuk bangunan. Pada
penentuan sistem struktur utama, bentuk dapat dibahas menurut check /ist sbb;
sesual
untukbahan
dalam
Kesesuaian dengan aspek-aspek bangunan
dan ketersediaan bahan bangunan pada suatu
wilayah
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek LJtarna 63
Permasalahan Area Pembahasan
Apakah bentuk dijadikan tujuan atau hasil Fungsi struktur sebagai fasilitas atau penentu
Apakah elemen-elemen struktur dipakaisebagai elemen bentuk bangunan
Penentuan penonjolan atau penyembunyianelemen struktur
Apakah sistem-sistem pada bangunan akanberpengaruh terhadap elemen dan bentukbangunan
Konstruksi-konstruksi yang melekat pada strukturyang akan dipakai
Atap di l€n9ah unluksistem pencahayaanutama di lengahbangunan pada sianghari {daylighting)
Bukaan verlikal memanjangtaopa shading untukmemasukkan sinar mataharilangsung ke dalam ruanganumum di tengah bangunan
I Sirip-sirip horisonial, unluk fungsi shading
dan menqarahkanaliran angin ke dalam
i ruangan
Atap dalar unluk pelelakanberbagai sistem mekanrkaldan elektrikal padabanqunan termasuk tangkiair. outdmr AC dsh
E'-d'
FgK:VF_'"r.Jl, f]L:]
'ti
i
lI
,]
ffiffiffiffi
;. {,.,-t: ::r1
i,:
Penggunaan anak tanggayang lebrh banyak untukmeninggikan bangunanguna kepantingan k6mananterhadap banjir dsb
Kolom ekspose dilantai satu unlukmenegaskanpembagian ruang(misal pada muka ruko)
Gambar 5'4 Contoh desain bentuk bangunan terhadap konsep system
#
Dinding pemikslkanai kiri untukmenguatkan kesanpintu utama padabangunan
Gambar 5-S Contoh
i
terhadap sistem ruang
64 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
5.2 Merencanakan Bentuk Bangunan dan Atapnya
Bentuk bangunan rendah biasanya identik dengan bentuk atap bangunan. Sebagai mahkota
bangunan, atap juga kerap kali menentukan kesan arsitektur bangunan. Bangunan-bangunan
tradisional juga dapat dikenali dengan masing-nrasing bentuk atapnya yang khas. Untuk menghasilkan
atap yang ideal, harus disesuaikan dengan ruangan atau fungsi yang terdapat di bawahnya, jadi
bukan hanya sebagai pembentuk bangunan saja. Untuk dapat merunruskan hubungan yang baik
dipakai checkiist sbb;
Permasalahan Area Pembahasan
Bagaimana memadukan
bangunan secara kompak
sistem struktur Kaitan antara struktur utama dengan strukturatap dan tentu struktur lain (misal: pondasi)
Apakah bentuk atap berperan dalam bentuk
bangunan secara keseluruhan
Alternatif sistem struktur atap utama yang
donrinan
5.3 Merencanakan Atap dan Fungsinya
Selain berfungsi membentuk bangunan seperti pada bahasan sebelumnya, atap juga akan banyak
mempunyai fungsi yang ahrus ditentukan pada konsep bangunan sbb;
Permasalahan Area Pembahasan
Fungsi bentuk dan struktur Kemungkinan berbagai bentuk atap yang dapat digunakan
beserta sistem strukturnya
Fungsi ruang Kemungkinan bentang dan sifat atap untuk menciptakan
baik ruang di bawah atau di atasnya
Fungsi perlindungan Kemungkinan alternatif konstruksi pelindung bangunan baikpada atap utama atau tidak
Fungsi sistem Kemungkinan penerapan sistem-sistem bangunan pada atap
5.4 Merencanakan Dimensi Struktur Bangunan
Dimensi struktur bukan hanya berkaitan dengan dimensi struktur utama tetapi juga diperhatikanterhadap aspek lain dalam bangunan. Dimensi rnasing-masing ruang struktur akan saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Dimensi ini ditentukan oleh arsitek atas pertimbangan hal-hal
tersebut di atas. Dimensi tersebut mutlak harus dipenuhi oleh konstruktor sipil jika tidak terdapat
alasan teknis yang kuat, misalnya dimensi terlalu kecil hingga tidak mungkin bagi sebuah elemen
struktur dipasang dan bangunan akan runtuh, atau terlalu besar sehingga bangunan akan menjadi
sangat mahal dan tidak masuk akal dan sebagainya. Oleh karena itu sangat disarankan adanya forumkomunikasi yang baik antara arsitek dan konstruktor sipil sebelum pre-design dihasilkan sehingga
dapat ideal.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek t )tama
Adapun dimensi elemen seperti kolom, balok atau kuda-kuda dan sejenisnya digunakanprakiraan yang justeru dipertimbangkan terhadap aspek-aspek lain dalam bangunan terlebih dahulu,sedangkan angka akhir dari dimensi ini harus dihasilkan dari konstruktor struktur untuk dapatmemproduksi gambar kerja yang sebenarnya pada proyek pembangunan.
5.4.1 Menentukan Bentangan
Bentangan adalah jarak antar dua sisi bangunan atau dua tumpuan kuda kuda atau rangka ataplainnya. Bentangan akan mencapaijarak rnaksimal dengan menggunakan sistem rangka ringan sepertikuda-kuda yang dapat terdiri dari beberapa bentuk. Untuk dapat menentukan bentangan bangunanbanyak hal yang harus dipertimbangkan; (a) bentangan, (b) struktur bentang, (c) pencahayaan, dan(d) penghawaan.
:4.
Gambar 5'6 Pertimbangan aspek pencahayaan dan penghawaan pada bentang struktur
a. Fungsi dan Dimensi Bangunan dan Ruang
Bentang akan sangat dipengaruhi oleh sifat furngsi yang juga berpengaruh pada dimensi ruangnya.Ruang-ruang publik tertentu semacam ruang rapat, ruang serbaguna dan sebagainya menuntutvolume ruang yang besar dan sifat bebas dari adanya kolom-kolom struktur di dalamnya. Sifat ruangyang demikian harus difasilitasi oleh struktur bangunan. Oleh karena itu ruang-ruang bentang lebarlebih ideal diletakkan di lantai-lantai atas pada bangunan bertingkat atau pada lantai khusus.
65
3t4>
Bentang lebar padalantai atas bangunancukup memerlukanrangka ringan padaatap
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I Bentang lebar pada tantai. bawah bangunan, walaupun' ideal dari sisi fungsl namun tidak' pada sistem struktur barrgunani karena membutuhkan treatmenkhusus yang lebih mahal
Gambar 5'7 Alternatif bentang lebar pada lantai atas dan lantajbawah
b. Penggunaan Struktur yang dibentangkan
Alternatif pencapaian bentang ini dapat dengan struktur balok pada lantai dasar atau denganstruktur rangka yang lebih ringan pada lantai atas. Tentu saja lebih disarankan ruang bentang lebardi lantai atas, karena rangka lebih mampu mengatasi bentang yang menggunakan rangka ringandaripada balok beton yang berat. Macam rangka dan macam bahan yang berupa kuda kuda punberagam yang bentang satu dengan lain juga berbeda. Struktur yang lebih ringan akan mampumembentuk bentangan yang lebih lebar, sebaliknya struktur yang lebih berat pada bentang lebarIebih riskan pada pembebanan bangunan baik beban vertikal (grafitasi) ataupun horisontal/lateral(gempa dsb).
c. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan dapat ditempuh dengan pencahayaan alami dan buatan. pencahayaan alamilebih dianjurkan (pada siang hari) karena terbukti lebih bermanfaat dan memberikan rasa nyamanpada fungsi-fungsi ruang atau untuk beraktifitas, dan juga dapat menghemat energi bangunan. Sistempencahayaan akan mempengaruhi bentanB secara langsung karena masuknya cahaya akan ditentukanoleh ukuran bukaan dan kemampuan optimal pencapaian cahaya itu sendiri yang tidak lebih daribeberapa kali lebar bukaannya.
d. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan alami .iuga akan secara langsung mempengaruhi bentang bangunan karenakemampuan untuk mengalirnya udara akan sangat dipengaruhi oleh jarak tempuh dan sifat sertalokasi bukaan.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama lu,5.4.2 Menentukan Jarak Antar Bentangan
Jarak antar bentangan adalah jarak antar dua rangka utama yang tegak lurus dengan bentangannyaseperti jarak antar balok utama atau kuda kuda. Jarak antar bentangan ini sangat penting karena akanmembentuk ruangan fungsi dan juga membentuk bentukan bangunan. Untuk mendapatkan jarakantar bentangan yang optimal perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut; (a) struktur antarbentang, (b) modul, (c) bentuk/proporsi, (d) struktur penopang (pondasi)
Gambar 5-B Pertimbangan jarak antar bentang
a. Penggunaan Struktur antar Bentang
I!,a"
-llI
lriil'*'
.lI
I tclI
Ilr;d'.t -'
Pada atap, rangka atap seperti kuda kuda dan sejenisnyaatau rangka lain. Jika menggunakan batang baik kayu atau baja,bentang ini beberapa meter saja. Namun jika digunakan rangkaatap ini jarak antar bentangan dapat ditingkatkan.
dapat dihubungkan dengan batanghanya akan memperoleh jarak antarlain untuk menghubungkan rangka
68 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
b. ,\lodul Ruang dan Bahan
Modul ruang atau ukuran satu unit ruang dari ruang yang seragam juga dapat digunakan untukmenentukan jarak antar bentangan ini. Lebar untuk kamar-kamar hotel akan dijadikan ukuran
atau jarak antar bentangan demikian juga dengan fungsi lain. Bahan bangunan yang dipakai akan
menentukan jarak antar kolomnya. Penggunaan kayu atau baja sebagai penghubung antar kuda kuda
menentukan jarak antar kuda kuda tersebut. Demikian juga halnya dengan pemakaian ukuran-ukuran
bahan dinding, plafond dan sebagainya.
Cambar 5-9 Contoh desain pengaruh permainan jarak proporsi antar kolom pada tampak bangunan
c. Bentukan dan Proporsi Fasade
Jarak antar kolom atau jarak antar bentangan (yang juga jarak antar kuda kuda) akan membentukgaris-garis tumpuan pada kolom-kolomnya. Kolom-kolom ini akan secara langsung mempengaruhi
fasade bangunan. Memang kolom-kolom ini dapat disembunyikan ataupun diekspos, namun proporsi
dan letak-letak bukaan dan dinding akan juga masih dipengaruhi sehingga tampak bangunan juga
dipikirkan ketika menentukan jarak antar kolom bangunan.
d. Struktur Penopang/Pondasi
Bentuk dan struktur pondasi dapat diperkirakan berdasarkan area pikul elemen kolom dalammenyalurkan beban dari bangunan ke dalam tanah. Jarak kolom yang semakin besar menyebabkanpondasi harus dibuat mampu menyalurkan beban yang lebih besar pula.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama lu,5.4.3 Menentukan Jarak Antar Lantai
Untuk dapat menentukan jarak antar lantai satu dengan lantai di atasnya banyak juga yang harus
diperhatikan, antara lain; (a) fungsi ruang dan bangunan, (b) sistem ruang, (c) ukuran tangga, dan (d)
bentang ruang.
C'}
(E
c.go,o,'j=ol(
fungsiruang
fungsijaringan
kelipatananak tangga
proporslbentang ruang
Gambar 5'10 Faktor penentu iarak antar lantai
a. Fungsi Ruang dan Bangunan
Fungsi-fungsi tertentu mengendaki ketinggiarr ruang tertentu sehingga jarak antar lantai sangat
dipengaruhi oleh ketinggian ruang yang harus disediakan.
b. Sistem Ruangan
Sistem-sistem ruang termasuk pencayaan, penghawaan, elektrik dan mekanik akan memerlukan
tertentu baik pada ruang fungsi ataupun ruang yang harus disediakan di atas (plafond) atau di bawah
(lantai). Dengan demikian ketinggian antar lantai jelas akan dipengaruhi sistem-sistem ini'
c. Ukurart Tinggi Anak Tangga
Ukuran tangga pada arah ketinggian yang dihitung dari jumlah anak tangga dan bordesnya
juga akan menentukan tinggi antar lantai. Bahkan seperti disebut dalam bahasan tentang tangga,
bahwa cara yang efisien menentukan ketinggian lantai, jumlah ketinggian tangga inilah yang
dipakai untuk menentukan bilangan terkecilnya (satuan). Adapun angka besarnya dapat merupakan
kelipatan anak tangga hingga diperoleh kesesuaian atau terpenuhinya persyaratan ruang dengan
sistem bangunan lain.
70l Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I Bentang lebar pada lantaiI bawah bangunan memsrlukanbalok yang lebih tebal, akibalnya
q kolom men.jadi lebih tinggi.
d. Bentang Ruang
Ruang dengan bentang lebar pada lantai bawah akan membutuhkan balok atau rangka yang
berdimensi atau ketebalan yang besar juga. Dengan demikian jika fungsi juga masih dipertahankan
dengan persyaratan ketinggiannya, maka tinggi antar lantai akan langsung dipengaruhinya.
Namun demikian, jika bangunan berada di wilayah rawan gempa, peletakan ruang bentang
lebar dan penghilangan dinding-dinding luar bangunan pada lantai dasar akan meninggikan resiko
kerentanan terhadap gempa (efek soft story). Demikian juga dengan perbedaan ketinggian antar
lantai baik lebih tinggi (efek kolom langsing) ataupun lebih pendek (efek short column). Kesemua
efek ini akan memperlemah kinerja bangunan jika terjadi gempa, sehingga bangunan lebih mudah
rusak bahkan ambruk.
I Bentang lebar pada lantai atas! bangunan yang menggunakani rangka atap miring menambah! volume ruang sehingga
I diperlukan kolom yang lebihlpendek
Gambar 5-11 Ukuran tinggi kolom untuk memfasilitasi bentang lebar
5.4.4 Menentukan Tinggi Ruang LantaiAtas
Tinggi ruang lantai atas adalah ukuran yang diambil dari lantai atas ke dinding paling atas atau
pada tempat atap berada. Ukuran ini akan menentukan tinggi bangunan secara keseluruhan ditambah
dengan lantai di bawahnya. Untuk menentukan ketinggian lantai atas ini beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu; (a) sudut kemiringan atap dan (b) sistem yang terdapat di lantai atas
a. Sudut kemiringan atap
Penggunaan sudut atap yang curam jelas akan membentuk ketinggian yang maksimal pada
bangunan. Atap datar adalah atap yang tidak menambah ketinggian dinding pada lantai atas.
b. Sistem Ruang Lantai atas
Persyaratan ruang yang harus dipenuhi pada lantai atas juga mempengaruhi ketinggian lantainya.
Penggunaan ruang-ruang untuk ventilasi, pencahayaan dan juga tempat sistem elektrik dan mekanik
akan memerlukan ruang baik di bawah atap atau di bawah lantai. Secara langsung akan menambah
ketinggian bangunan.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek lJtama
Gambar 5-12 Aspek terkait dengan ketinggian bangunan
5.4.4 Menentukan Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan dua lantai dihasilkan dari ketinggian lantai satu dan lantai atas. Sementarabangunan yang berlantai lebih adalah penjumlahan semua ketinggian lantai yang biasanya berbedapada lantai dasar, lantai-lantai tengah dan Iantai atas. Perbedaan ketinggian ini akibat fungsi ruangdan juga aspek proporsi dan bentuk bangunan. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkanketinggian selengkapnya adalah; (a) fungsi bangunan, (b) proporsi bangunan, (c) Iokasi bangunan,dan (d) peraturan bangunan setempat
a. Fungsi Ruang dan Bangunan
Fungsi-fungsi tertentu menghendaki ukuran yang berbeda. Ruang pada lantai-lantai yang bersifatpublik atau dengan kapasitas yang besar lebih mempunyai ketinggian yang besar karena proporsiruang fungsi. Pada lantai atas ketinggian ruang lantainya juga dipertimbangkan terhadap baik fungsiataupun sistem. Jika fungsinya ujuga untuk publik atau dengan sistem alamiah maka ruang lebihcenderung tinggi atau sebaliknya. Pada lantai-lantai tengah jika bangunan mempunyai ketinggianlebih dari dua lantai, maka lantai-lantai ini lebih cenderung pendek karena kebanyakan digunakanuntuk fungsi-fungsi privat yang tidak begitu memerlukan ketinggian ruang yang lebih tinggi. Demikianjuga dengan sistem yang akan dipakai, Iebih menghendaki volume ruang yang relatif lebih kecil.
71
\'r \\6r *.,
'.\,-\
,a, E-\"r\.:
N. - iEl:.-'lt\. S\ >'
t*\=>+-
72 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
b. Proporsi Bangunan
Bangunan-bangunan bentang lebar akan lebih membentuk ketinggian atap yang maksimal,
lebih-lebih dengan sudut atap yang runcing. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana proporsi
bangunan yang dihasilkan. Proporsi ini sangat rnempengaruhi bentuk, tampak dan juga citra bangunan
sehingga pengaturan proporsi akan menentukan juga tinggi rendah bangunan'
c. Lokasi Bangunan
Bangunan harus aman dari gangguan situasi Iingkungan di sekitarnya. Hal-hal alamiah yang
secara langsung berkaitan dngan ketinggian bangunan adalah angin dan petir. Pada prinsipnya
bangunan tidak boleh berdiri sendiri di tengah padang untuk tidak mengundang bahaya angin atau
petir. pada kondisi lingkungan buatan .iuga harus diperhatikan posisi-posisi jaringan listrik apalagi
jaringan tegangan tinggi. Juga pada bangunan yang relatif dekat dengan kepentingan trasportasi
semacam bandar udara dan sebagainya, ketinggian bangunan harus menjadi tinjauan utama.
d. Peraturan Bangunan SetemPatperaturan bangunan alau building code pada suatu wilayah sangat beragam tergantung maksud
tertentu. Ada kalanya bangunan tidak boleh melebihi ketinggian tertentu atau jumlah lantai tertentu.
Juga banyak wilayah yang menerapkan sudut 45o dari ass jalan utama, sehingga bangunan dengan
jumlah lantai berapapun tidak boleh melebihi garis tersebut. Bangunan-bangunan yang berada di
tepi jalan akan mempunyai ketinggian yang minimal dan sebaliknya.
wtrffi8ew
ffi $Xffi
ffi IXilIIT
cambar 5-13 contoh batas ketinggian bangunan dari as ialan
5.4.6 Menentukan Prakiraan Dimensi Kolom dan Balok
Dimensi kolom dan balok pada bangunan memang harus dihitung secara pasti, namun bagi
arsitek, prakiraan dimensi kolom dan balok ini dapat dilakukan sehingga hasildari perhitungan teknis
struktural pada nantinya tidak akan jauh berbeda atau dengan kata lain dimensi yang diajukan arsitek
masih dapat disesuaikan. Sekali lagi yang harus diperhatikan adalah bahwa arsitek membuat prakiraan
ini tidak hanya berdasarkan pertimbangan aspek struktur saja namun didasarkan pula pada aspek lain
dalam bangunan, sehingga bagi konstruktor struktur sipil, ukuran atau dimensi yang diberikan oleh
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama
arsitek idealnya tidak akan dirubah secara drastis, baik bentuk atau dimensinya. Proses penyesuaian
atau tawar-menawar sangat dimungkinkan untuk mengasilkan bentuk dan dimensi yang optimal.
Pada struktur beton bertulang, untuk dapat memperkirakan bentuk dan besaran atau dimensi
kolom dan balok tentu saja aspek pertama yang dipikirkan adalah aspek bahan struktur terhadap
kemampuannya melayani beban atau bentang tertentu sebagai berikut;
a. Bentuk dan Dimensi Kolom Beton Bertulang
Kolom bangunan bertugas menopang beban bangunan yang diberikan kepadanya. Daerah atau
luasan tertentu menjadi tanggung jawab sebuah kolom tertentu. Kolom-kolom pada satu bangunan
belum tentu mempunyai beban yang sama, sehingga perlu dianalisis satu per satu daerah pikulnya.
Untuk dapat lebih efisien, beban yang berupa bentuk ataupun area pikul kolom itu sebanyak mungkin
dibuat seragam, sehingga baik proses perencanaan dan perhitungan strukturnya menjadi sederhana
karena tidak menrerlukan hitungan satu persatu. Namun demikian, karena pertimbangan terhadap
aspek lain, kadang kala pacla lokasi-lokasi tertentu pada bangunan, ruang-ruang menjadi berbeda
sehingga mengakibatkan kolom-kolom sebagai pemikul yang berbeda pula, perbedaan ini meliputi
perbedaan bentang, bertambah atau berkurang.
Pada idealnya sebuah kolom akan mewakili bentuk area pikulnya. Jika grid yang terbentuk pada
ruang atau denah bangunan membentuk bujur sangkar, maka secara struktural, kolom sebaiknya
bujur sangkar demikian pula bentuk-bentuk yang lain. Kolom lingkaran dapat dipakai untuk memikul
area beban yang simetris pada sisi-sisinya. Sedangkan ukuran kolom beton bertulang pada bangunan
bertingkat dua sangat tergantung pada bentangannya. Secara umum harus dihitung tiap satuan persegi
dari Iuasan penampang kolom yang akan memikul beban tertentu yang masing-masing kualitas beton
73
li -:l
.'-- "' I ; :. :::':i
il; il,_._ _l L-_l2 lantai 3 lantai
natif peletakan kolont dan orientasinya dalam denahCambar 5-14 Co
*
74* Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
bertulang akan berbeda. Sebagai gambaran kasar, bangunan satu lantai tidak bertingkat menggunakan
kolom praktis - (10 x '10) cm setiap sambungan atau pertemuan dindingnya atau setiap luasan x9 - 12
meter persegi atau untuk dinding setinggi - 3 meter dipasang setiap 3 - 4 meter' Untuk bentangan
yang hampir sama, kolom-kolom pada lantai dua dapat diprakirakan dengan ukuran dua kali lipat dari
sisi-sisi kolom tersebut. Bangunan berlantai dua dapat menggunakan kolom -(2O x 20) cm bangunan
berlantai tiga dapat menggunakan - (30 x 30) cm, dan seterusnya. Tentu saja pertimbangan bentuk
area pikul di atas harus dimasukkan dalam pencarian bentuk dan dimensi ini'
Gambar 5-15 Perkiraan ukuran kolom bangunan berlantai 1, 2, dan 3
b. Bentuk dan Dimensi Balok Beton Bertulang
Balok pada struktur beton bertulang biasanya sekaligus digabung dengan pelat lantai beton
bertulang menjadi satu kesatuan. Namun demikian penampang balok beton ini masih dihitung dari
sisi bawah sampai sisi atas pelat lantai. Demikian juga seperti pada kolom, prakiraan bentuk dan
dimensi balok iuga harus diperhitungkan terhadap aspek lain pada bangunan. Penampang balok
, -1-"+ll[!il*r:L
..l-.+:
,it
,L.o**"!
+i!*r.,mttil {isb delsml
@,
f*HI
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek tJtarna
Ii::jf1i:::l:::i::ll:r,,:T?unyai ketinggian yans rebih besardaripada rebarnya Rasio rebar
nyakanbalok beton bertulang mempunyai kisaran rasio ini.
75
L/H * 1t1A - 1t12Gambar s-16 Teknik perkiraan dimensi barok beton berturang
Pada balok tinggi memang diutamakan ketimbang lebar secara strukturar, namun karenaalaan lain' dapat saia balok dibuat dengan bentuk lain. untuk memprakirakan ketinggian balokpada konstruksi beton bertulang dapat mengambil angka 1/10 hingga 1/12 daribentangan kolompenumpunya' walaupun juga angka ini masih sangat tergantung pada jenis beban dan kekuatanmaterial betonnya' Pada beton non-konvensional seperti Leton pre-stress atau beton post-tention,rasionya dapat lebih kecil hingga .l/20 bentangannya.
-oo0oo-
MERANCANG DENAH
Merancang denah adalah bagian yang paling kompleks dalam pentahapanperancangan bangunan. Denah tidak hanya menggambarkan ruang-ruang
berserta fungsi dan ukurannya saja, namun juga sangat berarti untukmenempatkan posisi-posisi struktur utama (kolom dan dinding struktur),mewadahi bentangan bangunan dan jarak antar kolom, dan juga untuk
menentukan posisi-posisi rangka atap. Di bangunan bertingkat, denah bahkanmemegang peran penting karena denah satu lantai akan terikat dengan denah
Iantai lainnya, yaitu pada sistem struktur utama, pelat-pelat lantai besertabaloknya sampai pada sistem pondasi yang akan digunakan.
7B Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
6.1 Menyempurnakan Denah Kasar
Langkah selanjutnya untuk mendapatkan denah jadi pada bangunan adalah dengan
menyempurnakan denah kasar dengan bentuk dan ukuran yarrg disesuaikan. Bentuk dan ukuran
ruang-ruang ini akan saling berpengaruh dengan apek-aspek dalam bangunan, sehingga dalam setiap
rancangan ruang pada denah akan selalu dipikirkan terhadap berbagai aspek tersebut.
Pada proses awal pencarian denah, arsitek biasanya terlebih dahulu hanya mempertimbangkan
aspek fungsi dan hubungan antar ruang saja, dan belum secara lebih teknis mempertimbangkan aspek
lain dalam bangunan. Setelah ruang-ruanB itu didapatkan, maka perencana baru melangkalr pada
proses pemikiran berikutnya pada denah yang lebih kompleks, yaitu pada kesesuaiannya dengan
berbagai aspek yang akan dicapai dalam bangunan termasuk antara lain bentuk ruang dan bangunan,
pencapaian struktur dan sebagainya. Walaupun proses ini tidak selamanya demikian, namun untuk
mengindari kompleksitas, langkah ini banyak dilakukan.
*.**
f--i:1--I-l' tl
i;II -,,-
Gambar 6-1 Contoh prases penyempurnaan denah
Pada tahap pematangan denah, seringkali perancang banyak melakukan study terhadap berbagai
kemungkinan yang dapat ditempuh secara berulang hingga segenap aspek pada bangunan dapat
diwadahi secara maksimal. Seringkali pula, tidak setiap aspek pada bangunan dapat diwadahi pada
keputusan desain secara maksimal, jika terjadi demikian perencana biasanya mengambil keputusan
yang paling sesuai pada kasus bangunan tersebut. Prioritas dalam desain memang sering dilakukan
karena bangunan tidak harus mewadahi seluruh aspek-aspek secara sama.
Selanjutnya hal-hal utama yang perlu diperhatikan pada pengembangan denah dalam
perancangan struktur arsitektur adalah:
o Fungsi ruang serta bangunan (menggunakan modul ruang fungsi). Struktur, konstruksi dan bentukan ruang serta bangunan (menggunal<an grid struktur)
t---.-".-..II
L
I
i-.tl--.
Merancang Denah
o Sistem-sistem bangunan (menempatkan jaringan, ruang service dsb). Kaitannya dengan Iingkungan (orientasi, bukaan dsb)
6.2 Menggunakan Modul Ruang Fungsi
Modul ruang adalah standar ukuran atau luasan dan bentukan jenis ruang fungsi tertentu yang
dihasilkan dari pewadahan aktifitas pokoknya. Modul ini dapat mengambil ukuran-ukuran standaryang telah ada pada buku-buku referensi arsitektur (time saver, standard, manual, dsb) atau dengan
mendapatkan ukuran dasar dengan mengarnati kebutuhan ruang minimal pada fungsi utama ruang.
Modul ini sesungguhnya berasal dari kata "modLrlor" yang membahas proporsi tubuh manusia.
Segala aktifitas fungsi dalam ruang tentu saja dilakukan oleh manusia, sehingga proporsi tubuhmanusia ini selanjutnya digunakan untuk menentukan ukuran-ukuran yang diperlukan untuk satu
aktifitas, sehingga aktifitas dapat dilakukan dengan benar dan nyaman. Ukuran modul ruang fungsi
ini selanjutnya dijadikan pedoman untuk menentukan besaran dan bentukan ruang seluruhnya
dengan cara melipatkannya menjadi besaran dan ukuran ruang sesungguhnya yang tergantung pada
kapasitas atau volume ruang. Dengan menggunakan modul ini, aktifitas fungsi pada ruang akan
diwadahi oleh besaran ruang secara optimal, sehingga tidak ada ruang yang terlalu besar atau terlalukecil untuk suatu kegiatan.
6.2.1 Menentukan Modul Utama
Sebuah bangunan akan digunakan untuk beberapa fungsi dalam ruang-ruangnya, yang masing-masing ruang mempunyai persyaratan ukuran khusus tergantung fungsinya. Dengan demikiandiperlukan modul fungsi untuk setiap fungsi yang berbeda. Pada fungsi-fungsi bangunan tertentu,masing-masing modul fungsi ini harus dipenuhi satu persatu, namun pada beberapa fungsi yang lainukuran ruang pada modul dapat disesuaikan atau ditambah kurang, dengan mengutamakan fungsiutama dalam bangunan, sehingga modul utama harus ditentukan.
79
BOI Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I(il'll:l! 't
l -- -:::.- -l i!x'
ffilr:_:,":l t---, 1
f't:li Itl
t
ril,r
J,
rr r;#i-lsllt:-- "'l" L I l- ---:'-, Ja - ---.',-:bL--,Jl{
llnt
, ---=-Fil::t.+l| -*,1r f-l*ll.
ffi$nffiL$ffi'li 1.,t, , -lr ri _ Jr
1tt! 11}} 1 l0!
F. ".-fll --?+_:j
,1 L -:--.]l;tal
Cambar 6-2 Berbagai modulfungsi
Modul utama dapat berupa satu modul kegiatan utama atau beberapa modul kegiatan utama
dalam bangunan. Modul utama ini didapatkan dengan mengetahui fungsi utama ruang dan bangunan.
Terkadang terdapat lebih dari satu pilihan yang harus ditentukan pada aktifitas fungsi utama. Sebuah
bangunan perkantoran tentu akan manggunakan satu modul utama kegiatan kantor berupa aktifitas
bekerja di atas menja tulis atau komputer yang relatif sama kebutuhan ruangnya. Namun sebuah
studio gambar arsitek dapat berupa kegiatan menggunakan meja peralatan gambar manual atau set
komputer, yang kebutuhan ruangnya dan juga persyaratannya menjadi berbeda.
6.2.2 Menentukan Bentuk dan Ukuran Ruang dengan Modul Ruang
Jika modul utama pada bangunan sudah dapat ditentukan, langkah selanjutnya adalah membentuk
kebutuhan ukuran dan bentukan ruang sebenarnya. Sebuah ruang akan mewadahi satu atau sejumlah
aktifitas fungsi utama tergantung berapa kapasitas ruangnya. Ukuran ruang akhir didapatkan dari
kelipatan modul ruang sesuai dengan kapasitas ruang yang telah ditentukan, sedangkan bentuk ruang
dihasilkan dari layout atau tatanan modulnya.
l
tr_. _
L,.l
Merancang Denah I u,
t1L-J
[Ji 1:],
U
*_i --rr--l
ruang dengan modul fungsi
Untuk mendapatkan denah yang utuh, persyaratan fungsi ruang antara lain orientasi, bukaandan kebutuhan ruang sirkulasi juga harus diperhatikan. Dengan demikian diperlukan penyesuaian-penyesuaian ttkuran dan bentukan yang nantinya berkaitan langsung dengan aspek-aspek lain dalambangunan. Bentukan ruang fungsi dapat sekaligus sama dengan bentukan bangunan atau berbeda,karena bentukan bangunan lebih banyak dipengaruhi wadah strukturnya yang secara garis besarakan dibahas dalam pembahasan grid struktur.
6.3 Menggunakan Grid StrukturCrid struktur adalah titik-titik atau garis-garis yang akan dipakai untuk menempatkan sistem
struktur utama bangunan. Karena sistem struktur lebih ideal dengan keteraturan, terlebih padabangunan bertingkat, maka grid struktur adalah cara untuk mengatur letak titik-titik dan garis-garis struktur dengan teratur. Struktur yang lebih teratur akan menguntungkan dan memudahkanmulai dari proses perencanaan, perancangan, pelaksanaan konstruksi hingga sistem pengawasan dilapangan. Namun bukan berarti keteraturan ini adalah keseragaman yang identik dengan monotonatau desain yang kaku dalarn arsitektur. Justeru dengan grid ini keberagaman bentuk baik denahatau bangunan dapat difasilitasi dengan baik, karena dalam grid struktur dimungkinkan alternatif-alternatif serta kombinasi keteraturan yang tidak terbatas dalam desain. Keteraturan pada penggunaan
Gambar 6-3 Contoh
,-,' \.-LIr\ /'J
r.'i
hdrs
i-t{-J;rr-){: ,I il +L i Lr-' !-i
r--1fllj
'l .tI I,rr: i.j'il,:r ti.irr-r4 1 , ., I
| -- I
Ui*'tIt_,.
n
82 I
grid ini pada nantinya akan menjamin optimalnya
rancangan sistem struktur secara keselurulran, mulai
dar,i rangka atap hingga pondasi.
Bentuk dan ukuran grid struktur ini dapat
menyesuaikan atau diikuti modul ruang fungsinya.
Satu grid struktur dapat terdiri dari kelipatan atau
bagian modul ruang dan sebaliknya. Satu grid
struktur ditandai dengan titik-titik kolom dan atau
garis-garis dinding struktur. Bentuk dan ukuran grid
struktur dalam satu bangunan dapat berubah atau
bervariasi yang disesuaikan dengan aspek-aspek
lain dalam bangunan. Seperti halnya pada modul
ruang yang terkait langsung dengan modul fungsi,
grid struktur untuk bangunan fungsi seragam akan
lebih mudah ditentukan dari pada bangunan dengan
fungsi kompleks.
Ukuran dan bentukan pada grid struktur akan
menentukan ukuran, bentuk dan letak elemen
struktur lain yaitu ukuran kolom, balok, pelat lantai,
kuda-kuda, rangka atap dan pondasi. Ukuran dan
bentukan grid struktur ini juga akan mempengaruhibentang ruang dan atau konfigurasi kolom yang
ada di dalamnya, sehingga pengaruhnya ke dalam
akan menentukan sistem-sistem bangunan sepertipencahayaan dan penghawaan, sedangkan ke luarakan menentukan bentuk dan faEade bangunan.
Dengan demikian ketika menggunakan grid strukturmaka akan berpengaruh pada interior sekaligus
eksterior bangunan..
Bentuk dan ukuran kolom dan dinding strukturpada grid juga harus dapat menopang daerah
pikulnya dengan optimal. Oleh karena itu bentukkolom yang ideal harus dapat menyesuaikan area
beban pikulnya sesuai bentuk gridnya. Kolom
dengan bentuk bujursangkar akan lebih tepat
memikul grid struktur bujursangkar, sementarakolom persegi panjang akan lebih tepat memikul grid
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 6-4 Contoh aplikasi modul fungsi
dan struktur pada denah
Merancang Denah I u,
persegi panjang dengan arah yang sama. Sementara kolom bulat dapat digunakan untuk memikulgrid bujursangkar, segi enam, segi delapan atau juga lingkaran.
6.3.1 Mewadalri Ruang-ruang pada Grid Struktur
Terdapat dua cara untuk menyesuaikan ruang dengan grid strukturnya. Cara pertama yaitu grid
struktur yang menyesuaikan ruang fungsinya, sedangkan cara kedua adalah fungsi ruang yang me-
nyesuaikan grid strukturnya. Kedua
cara ini dapat dilakukan, walaupunjuga dapat diambil cara dengan
memadukan keduanya, tergantung
dasar dan tujuan bangunan diren-canakan.
Crid struktur yang menyesuai-
kan ruang fungsi lebih ditujukanpada pewadahan fungsi yang mut-
lak, sementara sistem struktur han-
ya sebagai "alat" untuk membentukruang. Bentukan pada cara ini juga
relatif tidak mudah ditentukan di
awal, karena cara ini relatif lebih
membentuk ketidak teraturan baikgrid struktur ataupun bentuk yang
dihasilkannya. Cara ini biasanya
digunakan pada fungsi-fungsi ban-
gunan yang mengendaki tiap fungsi
mempunyai bentuk dan ukuranyang tidak dapat di-reratakan.
Ruang yang menyesuaikangrid biasanya ditujukan pada fung-
si-fungsi yang relatif fleksibel yang
dapat disesuaikan dengan ukuran
dan bentukan grid. Cara ini dilaku-kan, karena biasanya bentukan dan
konfigurasi bangunan sudah diten-tukan di depan, sehingga ruang-ru-
ang fungsi akan disesuaikan.Gambar 6-5 Contoh desain
dengan
dengan menyesuai kan griddenah
r-l"lrll
84 IMerancang Bangunan Cedung Bertingkat. Rendah
penyesuaian-penyesuaian memang harus dilakukan untuk mendapatkan komposisi yang
ideal, sehingga pada praktiknya, kedua cara di atas tidak dilakukan dengan kaku, namun dengan
penyesuaian-penyesuaian yang kompak karena aspek bangunan yang terkait dengan ini akan meliputi
banyak hal seperti yang telah dibahas di depan'
6.g.2 Menyesuaikan Konfigurasi Ruang pada Denah Konsep
Faktor lain dalam membuat denah adalah mengatur ruang-ruang menjadi kurnpulan ruang
menurut organisasi ruang yang telah dikonsepkan. Apapun konfigurasi ruang yang diperoleh
dari kedua cara di atas harus berdasarkan konsep bangunannya. Organisasi ruang pada konsep
akan menjamin hubungan antar ruang benar dan ideal dan juga akan berpengaruh pada massa
bangunan. Sehingga bentuk bangunan secara garis besar juga akan ditentukan pada tahap ini'
perubahan penerapan organisasi ruang akan merubah tujuan utama ruang fungsinya dan juga bentuk
bangunannya. pengaturan ruang ini juga harus mengikuti gubahan ruang atau massa bangunan yang
telah dipikirkan sebelumnya dalam rangka kaitannya dengan berbagai aspek bangunan yang telah
ditentukan.
6.3.3 Menyesuaikan Aspek-Aspek Lain pada Bangunan
Crid dan bentukan yang dihasilkan juga harus dibuat dalam kerangka memenuhi aspek-aspek
lain pada bangunan selain setruktur. Oleh karena itu setiap langkah mendapatkan bentukan fungsi
pada ruang, harus disesuaikan dengan berbagai aspek tersebut. Memang proses ini akan sangat rumit
jika tuntutan persyaratan dalam aspek bangunan banyak dan kompleks. Namun demikian, pada
prinsipnya struktur dan konstruksi akan dapat disesuaikan dengan atau tanpa akibat pada aspek yang
lain misalnya pada bentuk bangunan, harga bangunan dan sebagainya'
Merancang Denah
Cambar 6'6. Contoh desain dengan konfigurasi ruang terhadap konsep
6.3.4 Menyesuaikan Posisi-posisi Ruang dan Strukturnya
Ada kalanya ketika grid sebagai titik-titik kolom atau garis-garis dinding struktural tidak sesuaidengan peruangan dan aspeknya. Jika demikian halnya, maka alternatif yang dapat dilakukan adalahdengan merubah salah satu baik ruang atau grid yang dipakai, atau keduanya. pengurangan ataupenambahan titik kolom sangat dimungkinkan walaupun itu berarti merubah keteraturan grid.\amun sebagai failitas, sistem struktur dapat flekibel memfasilitasi tuntutan ruang dan fungsinya.Perubahan-perubahan ini pada nantinya juga harus diperhatikan konsekuensi desain pada salah satuatau beberapa elemen struktur yang akan mendapat penekanan desain khusus.
lu,
86 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar G-7 Beberapa contoh alternatif penyesuaian yang mungkin dapat dilakukan
6.4 Meletakkan Tangga
Tangga utama adalah jalur akses sirkulasi utama bangunan bertingkat, terutama bangunan
bertingkat rendah. Posisi tangga utama ini pada denah harus diletakkan pada area umum yang mudah
terlihat dan relatif berada di tengah-tengah ruang agar mudah dicapai dari segala arah. Penempatan
Merancang DenahII, C-t {l
tangga sebaiknya dekat dengan ruang-ruang hall, atau ruang keiuarga pada runiah iirrggai uni-^menghubungkan ruang-ruang ini dengan ruang-ruang lain di lantai atas, namun letak tangga jugatidak boleh mengganggu aktifitas di dalam ruang sekitarnya.
Secara struktural, posisi tangga diletakkan pada void atau lui-rang vang menghir!:urigkan iantarbawah dengan atas dengan demikian posisi tangga lantai satu clengan yang lainni,2 akan beradadi lokasi yang sama. Void ini dapat diletakkan diantara kolom balok atau clinding pemikul paclaruangan. Void ini tentu saja harus dapat mewadahi ukuran iangganya, otehr karena itu sangat perluditekankan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai tangga ideainya harus sudah ciidapatkan sebelumproses pengerjaan denah.
Untuk kepentingan lain, posisi tangga juga dapat digunakan untr:k mernbuka akses perrcahayaandan penghawaan alami karena tangga menggunakan void dan clapat menggunakan bukaan lebarpada dindingnya dan sekaligus untuk kepentingan vjenz baik dari atau ke arah tangga. Olehkarena itu tempat void tangga juga harus diperhatikan terhadap ruang lain disekitarnya yang akanmemanfaatkan sistem-sistem itu.
Tangga darurat harus disediakan untuk bangunan-bangunan publik tertentu. Tangga daruratjuga harus disediakan pada setiap jarak +30 m pada bangunan. Pada bangunan hunian, tanggadarurat identik dengan tangga servis yang digunakan untuk kepentingan lain selain akses utama.Yaitu digunakan sebagai tangga menuju ruang cuci, dapur atau jemur. Posisi tangga ini harus terletakdi sekitar ruang-ruang servis itu sendiri.
6.5 Meletakkan Kamar Mandi dan DapurKamar mandi dan dapur adalah ruang servis yang harus diletakkan secara tegas areanya pada
bangunan atau denahnya. Pengelompokan ruang servis ini biasanya dilakukan untuk mengoptimalkansistem jaringan pemipaan baik air bersih atau sanitasinya. Demikian juga secara vertikal, jika padaIantai atas juga terdapat ruang servis, kamar mandi dan atau dapur juga idealnya diletakkan padaarea yang sama atau dengan cara "ditumpuk" antara lantai bawah dan atas. Hal ini dimaksudkan jugauntuk menghindari kebocoran jaringan pada ruang-ruang servis ini yang dapat mengganggu ruang-ruang lain di bawahnya.
Letak kamar mandi dan dapur juga harus memperhatikan aspel< pencahayaan dan penghawaanalami. Mengingat fungsi utama ruangan yang relatif ideal dengan pencahayaan dan penghawaanalami, kamar mandi dan dapur harus diletakkan sedemikian hingga mempLinyai ai<ses larrgsungdengan udara luar. Ironisnya, seringkali dalam perencanaan bangunan terutama hunian, hal inisering dilupal<an sehingga dapur dan kamar mandi tidak marnpu memberikan pelayanan fungsi y,ang
optimal. Peletakan ini biasanya diletakkan pada tepitepi bangunan atau pada lantai-lantai yang diatasnya tidak terdapat lantai lagi, sehingga berhubungan langsung dengan udara luar. Strategi Iainjuga dapat dilakukan dengan cara menentukan sistem pencahayaan cJan perrghawaan aiami khususmisalnya dengan menggunakan dinding dan jendela pantul, atap berlubang transparan clsb.
BBI Merancang Bangunan Cedung Bertirtgkat Rendah
Wadah sistem pemipaan atau shaft ditempatkan relatif dekat dengan area ruang servis ini untuk
mendapatkan sistem distribusi dan sanitasi yang baik. Shafrshaft ini juga harus direncanakan sejak
awal pada denah baik di lantai satu atau dua. Posisi sistem penyediaan air bersih (water tower)
dan posisi buangan (septic tank) harus diperhitungkan pada sekitar area servis, sehingga konstruksi
struktural pada bagian atas dan bawah bangunan akan memeperhitungkan aspek ini'
6.6 Menentukan Posisi dan Konfigurasi Ruang-ruang
posisi dan letak ruang-ruang harus disesuaikan dengan konsep layout ruang pada kaitannya
dengan aspek-aspek bangunan. Pada pokoknya posisi ruang-ruang ini yang harus diperhatikan
adalah ruang-ruang yang mendapatkan akses langsung terhadap sirkulasi fungsi, sirkulasi udara dan
cahaya serta view dari dan ke ruang-ruang dalam bangunan. Pengaturan ini harus mernperhatikan
juga aspek-apek eksternal ruangan meliputu kondisi lingkungan termasuk view, kontur, vegetasi
dan sebagainya.
6.7 Menentukan Dinding dan Bukaannya
posisi ruang tidak akan berarti banyak jika tanpa disertai posisi bukaan ruang baik pintu
ataupun jendela. Fungsi ruang dan sistem yang mengikutinya akan sangat dipengaruhi oleh posisi
dan ukuran bukaan ini. pada denah, notasi-notasi pintu jendela selain menunjukkan letak dan
akan membentuk wajah bangunan (fasade),juga dapat menginformasikan sistem pencahayaan dan
penghawaan ruangan.
pintu jendela yang digunakan untuk keperluan pencahayaan dan penghawaan alami harus
berhubungan langsung dengan ruang Iuar. Pengudaraan silang hanya dapat dicapai dengan membuka
jendela pada dua sisi bangunan yang berhubungan langsung dengan udara bergerak. Tinggi rendah
bukaan juga akan mempengaruhi gerak udara di datam ruang karena udara panas cenderung akan
bergerak ke atas. Tinggi rendah atau besar bukaan secara lngsung akan memepengaruhi intesitas
cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Namun semakin besar pintu jendela juga akan mempengaruhi
aspek lain pada ruang. Arah bukaan juga menjadi penting pada pintu ataupun .iendela. Pada ruang-
ruang publik biasanya pintu menuju ke arah luar untuk memudahkan akses keluar jika terjadi
kepanikan dalam ruang akibat api, gempa dsb. Pada jendela, bentuk dan arah bukaan juga akan
meneruskan atau membelokkan udara dan atau cahaya'
Merancang Denah *ag
1li til{l
l-lA
Gambar 6-8 Denah adalah potongan bang,unan horisontal
.t il
e0 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
-n.- ^^^ltKamaf ZUnr l
Gambar 6-10 Contoh denah fungsi asrama lantai 2
irll
arnar 212 ilii
LobbYR Perie$uan
{1r.3)
Merancang Denah i,,
LotlbyR Perlemuan
{1t.3)
3J {g)
Gambar 6-11 Contoh denah fungsi asrama lantai 3
''I)tp,)
I ros I I
',roT-._oro I
s2 I N4 er an can g B an gu n a r t (,edu ng B e rti n gkat Rendah
t!,1
Gambar 6-12 Contoh rencana tangga
MERANCANG ATAP
Denah dan atap adalah dua hal yang paling dahulu disesuaikan karena atapr akan
secara langsung berada di atas bangunan walaupun bentuk keduarrya tidak
harus identik sama. Bentuk denah persegi panjang tidak harus ditutr"rpi oleh
bidang bawah atap segi panjang pula namun dapat dengan nrenggunakan
bentuk atap lain atau gabungan dari bidang-bidang yang lain. Untuk satu jenis
bentuk yang sama dapat mempunyai alternatif penyelesaian yang berbeda.
Pencarian solusi teknis yang paling tepat untuk sebuah gambar kerja rancangarr
atap memang kompleks dan beragam sehingga diperlukan beberapa langkah
dan strategi yang akan dibahas di bawah ini'
94 /ler..irir:ar;g Bangi;nan Cedung Bertingkat Rendah
7.1 Menyesuaikan Atap dengan Denah
Atap harus sesuaidengan derrah. Kesesuaian buka:r berarti r,arria identik pada bidang penutupan
atapnya tetapi lebih berarti l<eterp,,rduan baik [.,entiilc aidi;i)t-ii'r itrtikiural. Untuk dapat memadukan
atap dengan denahnya, terclapat beberapa alternatif i)t'ir),esuaian -rebagai berikut
Gambar 7-1 Contoh bentuk atap yang disesuaikan dengan bentuk denah
7.1.'l Atap yang Sama dengan Bentuk Denahnya
Bentuk bidang atap yang sama dengan denahnya adalah alternatif yang sering dipakai untuk
memberi atap pada denah. Denah yang mempunyai bentuk sederhana seperti bujursangkar atau
persegi panjang akan dengan mudah diberikan atap yang sesuai, namun bentuk denah yang lebih
kompleks, atau gabungan dari beberapa bentuk, akan relatif kompleks juga teknis pengatapannya
karena terkadang bentuk denah tersebut tidak "match" atau tidak sesuai dengan bentuk atap yang
mungkin diberikan. Jika dipaksakan, maka akan ntungkin terdapat garis-garis atap yang tidak dapat
"bertemu", sehingga akan terdapat beberapa ketidaksesuaian yang tidak disengaja seperti munculnya
beragam sudut kemiringan atau pemakaian pelat dag datar yang juga tidak disengaja. Jika hal ini
terjadi, maka sudah tentu bentuk yang terjadi pada bangunan tidal<lah seperti bentuk yang dituju
akan tetapi lebih merupakan bentukan hasil yang tidak terkendali.
Merancang Atap t,,
,ri---*----\rr
Gambar 7'2 Contoh bidang atap yang sama dengan denahnya
7.1.2 Atap yang Tidak Sama dengan Bentuk Denahnya
Atap yang tidak sama dengan bentuk denahnya adalah salah satu strategi yang mempunyai tujuanmenyesuaikan antara atap dengan denahnya. Ketidaksamaan inijuga dimaksudkan untuk tujuan lainseperti pengatapan ruang luar di luar denah jika atap lebih besar dari denahnya. Terkadang sebuahdenah mempunyai bentuk rumit yang tidak mungkin bidang atap sama persis dengan bentuk denahtersebut. Dengan demikian bidang atap dapat berbentuk lain karena juga dipertimbangkan terhadapbentukan yang terjadi, struktur atap dan denah, dan juga konstruksi atau juga sistem yang diterapkandalam bangunan yang bersangkutan.
i*-----------* --------t| | :.-'- -----_-a...-_ --'r. - f Ir, _lil'irllil| - r--': " r- -r.-. ..- > -lii :. ,
ii ri, :r r,l;, ! i ilr:rI r-- '+-.J, -.. ** ,i I,t:-lt-_--_ _-__-__t
:ira
ffi [&' i tr
l i-- .-.. .
lilri,t::lxI i.."-*,,*I| ,'l/| ,'ItttI .'
t,,, './l
rraI
____*l__--_
Gambar 7'3 Contoh bidang atap yang tidak sama dengan denahnya
s6 I h4erancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
7.1.3 Atap Gabungan
Terkadang untuk nrenyamakan bidang penutupan atap dengan denahrrva, dipal<ai sekaligus
beberapa jenis dan berrtLrk atap secara bersama. Pemakaian atap yang digabiingkar: irri disebabkan
oleh bentuk denah yang komprleks yang ticlak nrLrrrgkin dipakai sati-i bentirk atap iui:gi;al. Tentu saja
baik struktur atau konstruksi atap gabungan ini lebih kompleks, sehingga lraruir clip,:rhatikan benar
ketika sampai pacla proses gambar kerjanya. Disanrping itu jrrga atap dengan beniuk gaburrgan yang
beragam relatif akan menghabiskan waktu dan beayayangcukuptinggi, nanrLitr di iarn fihak, bentuk
atap gabungan dapat lebih bervariatif.
Atap gabungan ini juga dimungkinkan juga pada pemakaian atap datar dag prada beberapa
bagian denah bangunan. Penggunaan atap datar ini tentu harus disesuaikart Cengan llaik bentuk
ataupun teknis struktur konstruksi bangunan, karena pemakaian yang tidak direncanakan justeru
akan menyebabkan bentuk yang tidak diperkirakan atau pengaruhnya terhadap fungsi i"uang di
bawahnya karena dapat mempengaruhi teknis bangunan seperti kebocoran, suhu yang relatif tinggi
dan sebagainya.
':,i.i.rr,,.i'.irtriiitil:illiitlillliilti'lr:ul:l
,,:':., .'::,:.:,.,,,;::i11it".Y,a
:..:.: :..'. :' :.. :. ta::.:,a.:,:l;.!..:a)a.::
...- :..,,.,,,. :, :,.;;:i:.!lii:l
..- . r ' .r.r':...i , .,. rr,,,,,r'r. ..ritl,r
Gambar 7-4 Contoh atap gabungan pada bangunan
7.1.4 Atap Bertingkat
Kombinasi yang dapat dilakukan baik pada satu bentuk atap atau pada atap gabungan adalah
dengan membedakan ketinggian dasar atap. Atap bertingkat ini dimaksudkan bukan hanya sebagai
pelindung atau untuk keperluan estetika bentuk bangunan tetapi juga dipakai sebagai fasilitas sistem
\/
Merancang Atap 1,,termasuk sistem penghawaan dan pencahayaan alamiah. Atap yang sudah sesuai dengan denahnya
dapat dioptimalkan dengan strategi pembedaan ketinggian atap ini. Tentu saja kesesuaiannya denganfungsi ruang yang ada di bawahrrya juga disesuaikan.
7.1.5 Void dan Skylight
lstilah void adalah bukaan pada atap sehingga atap tanpa penutup sedangkan skylight acjalah
pemakaian atap transparant atau tembus cahaya. Kedua jenis bagian atap ini dinraksudkan untuknremasukkan cahaya matahari dan atau udara luar ke dalam bangunan atau sebaliknya. Void atau
skylight dapat dibuat dengan melubangi bagian atap tertentu atau dengan menggunakan ruang atau
celah diarrtara beberapa bidang atap.
Cambar 7-S Contoh bangunan dengan atap bertingkat
7.2 Menentukan Garis AtapCaris atap pada denah adalah notasi garis putus-putus pada denah untuk mengenali be::-*
atap yang akan dipakai pada bangunan. Caris ini juga sekaligus menginformasikan secara a..,a
kaitan antara atap dengan denahnya.Untuk menentukan garis atap ini harus melihat bentukan a:a:dan konstruksinya pada struktur utama baik kolom atau dinding pada denah. Demikian juga nar-sdiperhatikan garis-garis kombinasi atap satu dengan lainnya pada ruangan. Penggunaan atap de:gar-i
'",{I
r
f.rf sl;;ni:alg Sangi,r;,.;;; t ,i irii;, r11 frtrtirtgkat Rendah
kemiringan tinggi dan atap datar (pelat, dag) c.ii;:-rLingkinkari secara bersai-tia cialai:-t bagiarr yang
berbeda dalam satu bangunan.
Untuk rnendapatkan kenririnBan atap yang iiarta. pada atali deng;rn l;r-:nti;l< liri-:as dan lajug
nrenggunakan garis limas atau garis tajug (jurai luar atatt ju;'ei claiai":ri'ialang pada iiarltinya)
harus dengan sudut 45o pada tampak atasnl,3 uiiiuk stnrbarang kenii;'ingarl',''anH sanra. Untuk
mempertemukan dua sisi atap yang berbeda keniiringan, iurai ini dapat lei:ih atau Icutartg dari 45'.
Pada atap lengkung, garis kelengkurrgan ini tidak terlihat pacla garis atap pada denai:, naniun akan
lebih dijelaskan pada rencana atap bangunan.
7.3 Menentukan Atap Utama dan Kombinasinya
Bentuk atap dan kombinasinya dapat dilakukan dengan mernpe;'haiikan berriul(at'r i/ang akan
diperoleh, rnaksud bentukan desain dan maksud korrstruksi yarrg akan digunakan untuk mencapai
bentukan tersebut. Pada bangunan lantai 2, atap lebih dominan nrembentuk bentukan bangunan
sehingga setiap kali bentuk utama dan kombinasinya diternukan harus sesuai derrgarr bentuk yang
dituju. Bentuk-bentuk atap yang ideal juga sangat sarat dengan nraksud atau fungsi atap seperti
pengaturan iklim mikro bangunan, pemasukan udara dan cahaya dan juga penerusan air hujan dan
perl indungan terhadap sinar matahari.
Untuk dapat mempermudah kombinasi bentuk atap dan menemukan struktur utamanya,
kombinasi atap harus dimulai dari bentuk atap utama beserta struktur utama rangka atapnya, baru
kemudian menentukan kombinasi atau tambahan{ambahan atapnya menurut denah yang ada.
Penyesuaian dapat dilakukan dengan mengkombinasikan denah dengan bentuk atap dan rangka
atap utamanya. Penyesuaian-penyesuaian pada denah, bentuk atap atau rangka atap sering dilakukan
untuk mendapatkan keterpaduan yang ideal. Terutama pada konfigurasi grid atau modul bangunan
dengan fungsi kompleks. Perubahan konstruksi struktural juga sering dilakukan terutama untuk atap-
atap bangunan dengan bentuk dan karakter khusus. Penyesuaian itu .iuga terkadang merubah kolom,
dinding atau kuda-kuda, sehingga proses penentuan sistem struktur akan menjadi lebih kompleks.
t,,Merancang Atap
RUANG XELUARGA
I****?***.".,** . -t.';
+:L8l
ItilI
i
I
i
-t3
I
-J*I
I
5t'l
I
I
+
LANTAI 02
Cambar 7-6 Contoh garis atappada denah bangunan
100 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
7.4 Menentukan Rangka AtaP
Rangka utama atap dapat terdiri dari kuda-kuda, gunung-gunung atau rangka beton bertulang
seperti yang telah dibahas di muka. Penggunaan rangka utama atap ini pada Denah tergantung
pada bentuk atap, kemungkinan posisi rangka atap dan posisi-posisi kolom, dinding dan ruang di
bawahnya. Penentuan rangka atap ini dapat saling tawar atau menyesuaikan dengan elemen-elemen
rangka utama bangunan seperti kolom, balok, dan dinding bangunan. Kondisi ideal bahwa rangka
atap harus didukung langsung oleh kolom atau dinding juga dapat ditawar dengan toleransi tertentu
di bawah batas-batas kekuatan konstruksi dan memang seharusnya dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan ahli struktur atau konstruktor agar tidak menemui kesulitan baik pada tahap perancangan
atau pelaksanaan konstruksi di lapangan.
Gambar 7-7 Contoh atap utama dan kombinasinya
\lerancang Atap
Berikut ini adalah bagian-bagian utama dalam merencanakan atap bangunan;
| ,0,
r-'i
i
i
i
i
i
iI
i
i
i
i
i
ii
i
i
i
i
i
i
i
i
L-
(EPII 'TESERVT
ARfA
l'ii
'' ; -;'';'- "'1' - I ;:' -' '
Gambar 7-B Contoh denah dan pengaruhnya pada atap bangunan
7.4.1 Menentukan Jenis Rangka Utama Atap
Rangka utama atap yang terdiri dari kuda kuda atau gur.rung-gunung harus ditentukan bentuk
serta kaitannya dengan fungsi atap lainnya. Kuda kuda dan gunung-gunung dapat beragam bentuk
dan bahannya, sehingga yang perlu diperhatikan adalah apakah masing-masing bentuk itu sesuai
untuk bentangan ruang dan untuk tujuan lain misalnya perannya dalam membentuk ruang dan
bangunan, kemungkinan ekspos, jenis penutup atap yang akan dipakai, dan juga kemungkinanpemasangan ventilasi atau pencahayaan melewati rangka kuda kuda atau gunung-gunung.
Satu bentuk atap dapat dicapai oleh beberapa rangka utamanya. Namun masing-masing rangka
utama tersebut akan mempunyai konsekuensi yang berbeda pada beberapa hal termasuk ruang
{I
J
102 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
interior yang diperoleh, berat konstruksi, daya tahan pemakaian, harga struktur dan sebagainya'
Keputusan pemakaian rangka utama dapat terdiri dari beberapa jenis rangka sekaligus berkaitan
dengan aspek lain dalam bangunan.
Gambar 7'9 Berbagai macam bentuk struktur atap miring
7.4.2 Meletakkan Rangka Utama AtaP
Untuk dapat meletakkan rangka utama atap dengan tepat, maka rangka atap harus diletakkan
dengan mempertimbangkan dua hal, pertama adalah bentukan atap yang akan diperoleh dan yang
kedua adatah tumpuan pada rangka bangunan di bawahnya yang akan dipakai' Pertimbangan
keduanya harus diperhatikan untuk mendapatkan bentukan yang sesuai dan konstruksi yang benar'
ldealnya, kuda kuda atau gunung-Sunung dan ragamnya dipasang setiap jarak tertentu
tergantung panjang penghubung keduanya yaitu gording dan bubungan' Bahan kayu dan ba'ia akan
berbeda pada ketersediaan ukuran panjangnya. Kayu, rata-rata hanya akan dapat mencapai .iarak
4 meter sedangkan baja dapat lebih panjang. Prinsip utama peletakan kuda kuda atau rangka atap
Iainnya tergantung panjang gording dan bubunSan yanS akan dipakai. cording dan bubungan ini
dapat terdiri dari rangka juga sehingga dapat mencapai jarak yang lebih panjang. Prinsip selanjutnya
adalah bahwa rangka utama atap ini dipasang juga pada setiap sudut-sudut atap limas atau tajug,
walaupun hal ini juga dapat ditawar dengan membuat kuda kuda atau gunung-gunung terpancung
dan sejenisnya. Khusus untuk bentuk atap tajug, kuda kuda dapat dipasang secara menyilang pada
diagonalnya atau pada arah membujur dan melintangnya. Pemilihan atas ini tergantung ukuran
bangunan dan bentukan ruang yang akan diperoleh'
Merancang Atap| ,0,
Gambar 7-1O Alternatif rangka utama atap dan strukurnya
7.4.3 Menghubungkan Rangka Utama Atapseperti disebut di atas bahwa untuk menghubungkan rangka utama atap dipakai balok gordingatau balok bubungan' Fungsi gording dan bubungan ini adalah untuk menghubungkan danmenegakkan kuda kuda dan sebagai tempat dipasangnya usuk atau kasau, sehingga panjang gordingatau bubungan ini saling tergantung dengan jarak kuda-kuda atau rangka utama lainnya.cording-gording akan dipasang secara sejajar pada sepanjang punggung kuda-kuda sebagaitempat kasau/usuk dipasang. Dengan demikian jarak antar gording dan bubungan tidak dapat terlalupanjang untuk menghindari usuk yang melengkung karena terlalu berat menyangga penutup atapdan juga untuk menopang sambungan usuk. Panjang kasau/usuk akibat jarak antar antar gording danbubungan ini secara horisontar juga dipengaruhi oreh kemiringan atapnya.
i""::l"t::::: 'll:ri,Te1pensaruhi bentukan kuda kuda di bawahnya. pada prinsipn;,a k;,:arq Pr il t)rPt t\ d l\
31,:::r^:li,T:]ff:y:nsga o:ol: tilik vlns diretakkan pada titik_titik buhut atau sambunsa--
/ L<llct \di k' a
[::ti:^filll o:.?r..",menentukan dahuru kasau/usuk baik panjang atau tempat sarnb*-;;,-,-
ru Jql I lUUl l5d t asehingga posisi gording dan letak titik-titik buhul ini akan saling mempengaruhi, cara \ans -:,nri--: ,nli- '
['udru Kerrrucllan oltentukan posisi gording-gordingnya dan terakhir menentukan ko---a_--*, ,.,*,ubatang rangka kuda kuda. selanjutnya langkah-langkah ini digambarkan dalam re-,:.,-.. m'.ru
104 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
I
.cL\,)N
oO.
I
-"1'oN.-1
.120. 35o V ,oo Y 3so
RENCANA ATAP
I Keterangan. xX : Kuda kuda 8114
i fIZXX : % Kuda kuda 8114
I cc : Gunung gunungI lrzGc : % Gunung gunung
' ef : Balok Tombok 6/'tzI GD : Gording 8l'tzi JRL : Jurai Luar 8l'12; JRO : Jurai Dalam 8/'12] BB : Bubungan 8112I LP : List Plank 3/25' Bs : Balok sokong 8114
Gambar 7-11 Contog rencana ataP
TAMPAK ATAS AN
o{
I
Ni
IoloiNj
I1
l
Ia1oiN{
I
l
I
i
i€rioo
l
l
@iol
I
I
--+ -olqlrtl
Merancang Atap | ,0,
7.4.4 Memasang Kasau/Usuk
Usuk dipasang pada bubungan, gording-gording dan pada balok tembok. Sehingga dengandemikian posisi ketiga jenis penopang itu harus membentuk satu garis jika diinginkan atap yangrata pada sembarang kemiringan, atau dapat membentuk sudut tertentu pada bentuk atap yanglebih bervariasi. Panjang usuk dapat terdiri dari 4,3,dan 2 meter (sesuai panjang kayu yang adadi pasar). Dengan demikian jarak penumpunya (bubungan, gording-gording dan balok tembok)harus mengikutinya dengan meletakkannya pada sambungan atau untuk membagi usuk yang terlalupanjang agar tidak melengkung.
Usuk d ipasang setiap jarak tertentu tergantu ng pada uku ran usuk dan berat jen is pen utup atapnya.Makin besar berat jenis penutup atap makin besar usuk atau rnakin banyak atau makin rapat usukyang dipakai. Demikian pula sebaliknya. Jarak pasang antar usuk ini juga dapat disesuaikan denganpemasangan plafond tempel pada usuk. Eternit, asbes, gypsum atau papan kayu dan multipleksadalah ragam penutup plafond yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu. Dengan menyesuaikanukuran ini, plafond dapat dipasang tanpa harus menggunakan rangka utama lagi,
Panjang usuk secara keseluruhan tergantung pada jumlah deretan genteng yang akan dipasang.Pada ujung usuk yang berada di sisi luar bangunan usuk pada bangunan tropis disisakan sepanjangtertentu untuk melindungi dinding dan bukaannya di sepanjang dinding Iuar bangunan yang dapatberupa tritis (overhang), atau sirip-sirip pelat kantilever. pada sudut atap limas bagian bawah perludiperhatikan agar pemasangan usuk masih tetap mempunyai dua tumpuan, sehingga biasanya usukdipasang semakin miring pada arah luarnya. Listplank dipasang pada ujung usuk untuk melindungipenampang usuk dari udara Iuar.
Gambar 7-12 Prinsippemasangan usuk
10,5 ]'ne-tef
106 I
7.4.5 Memasang Reng dan Genteng
Reng dipasang untuk rnemasang genteng, sehingga jarak antar reng harus menyesuaikan jarakpasang gentenS. Centeng-genteng tertentu mempersyaratkan jarak reng yang tepat untuk dapatdipasang, sementara yang lain hanya disediakan sisa agar genteng tetap overlapping dan tidakmenyebabkan masukknya air hujan ke dalam bangunan.
Pada sisi-sisi atap harus diperhatikan pemasangan-pemasangan genteng bubungan dan talang.
7.4.6 Memasang Elemen Atap Lain
Elemen-elemen atap meliputi bubungan, talang, konsol tritis dan sebagainya. Bubungan adalahtempat bertemunya ujuang atas atap baik pada posisi horisontal atau miring (jurai luar). Bubungan inidapat dipasang secara mati atau hidup yang juga dapat terdiri dari genteng bubungan atau lembaranseng. Talang adalah tempat bertemunya atap pada bagian bawah yang dapt berupa talang nriring(jurai dalam) atau talang datar. Talang datar lebih tidak dianjurkan karena akan mudah mengalamimasalah kebocoran. Talang dikonstruksikan dengan lembaran seng, karpet platik dan sejenisnya.Konsol tritis diperlukan apabila lebihan usuk pembentuk tritis terlalu panjang sehingga diperlukantumpuan pada ujung bawahnya. Konsol juga dapat dipasang mandiri dan bukan kepanjangan dariusuk atap utama.
a I ii:,ill. "\
i,-'j
=-r
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I I ,n-, Jd ] Gfi,f
L-#-"1-J: ;;i
,;
I 'i ,,; ,) ',-.t-t4i-J
," 1:.' :I :i.l il
I
Gambar 7-13 Contoh elemen pada atap dan konstruksinya
Merancang Atap | ,0,
7.4.7 Memasang Atap Datar
Atap datar yang terbuat dari dag beton bertulang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan.Secara fungsional, atap ini dapat dimanfaatkan sebagai ruang fungsi di atasnya, sehingga sangatsesuai diletakkan pada area-area servis, atau dapat juga digunakan sebagai ruang taman di atasatap' Atap datar ini juga dapat digunakan sebagai elemen pembentuk bangunan karena dapatmenghubungkan satu atap dengan atap lain dalam satu bangunan. Dengan demikian dag jugadapat dipakai sebagai talang datar pada bangunan. Penggunaan dag sebagai talang datar ini sangatdimungkinkan mengingat dag beton relatif lebih tahan bocor dan tahan iklim. Namun tentu saja baikdesain ataupun pengerjaannya harus mendapat perhatian khusus agar justeru tidak menimbulkanpermasalahan kelak dikemudian hari.
7.4.8 Memasang Atap Bentuk Lain
Jenis-jenis penutup atap tertentu dapat membentuk atap yang lebih bervariasi. penggunaanpelat-pelat aluminium atau pelat fiber dapat Iebih fleksibel ditekuk atau dilengkungkan, sehinggaatap akan mempunyai bentuk bermacam-macam. Karena penggunaan jenis penutup atap ini akanmempengaruhi bentuk bangunan secara keseluruhan, maka struktur dan konstruksi juga harusmenyesuaikan tuntutan teknis penutup atap ini.
Bentuk atap lain juga dipengaruhi oleh jenis rangka atap yang dipakai. pemakaian jenis rangkaatap modern seperti rangka ruang (space frame)juga akan membentuk atap yang khas. Demikian jugadengan jenis-jenis atap yang lain menurut jenis struktur termauk kubah, pelat lipat, cangkang, tenda,kabel dan sebagainya yang pada buku ini memang tidak dibahas untuk menghindari kompleksitaspembahasan.
Gambar 7-14 Contoh bentuk atap bertingkat pada masjid
108 IMerancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 7-15 Contoh tampak atap bangunan asrama 3 lantai
(:El
KeteranQan:HEiriiit'Xiip mengsunakan Rangka Baja Ringan
Gambar 7'16 Contoh rencana atap lantai 2 asrama 3 lantai
Merancang Atap | ,0,
11.)ill,"i {. I'i, {1,,1.:
r-*-it---.ji*lli . -+r:ii"d,-#*+4+*r--. n"iir,- ti :. I _-,*L. _li i I - i
F ,G
Cambar 7-17 Contoh rencana atap lantai 2 asrama 3 lantai
i r--l--. .r_lt': ..s;.,,3r.-,-,...
-,i:.
. i. ,-'.i II
Gambar 7-18 Contoh tampak hasil pada rencana atap asrama
110 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 7-19 Contoh perspektif hasil atap pada asrama
-oo0oo-
MERANCANG BALOK DAN PELATLANTAI
Rancangan balok memegang peranan penting karena berfungsi sebagai penghubungantar kolom utama dan penumpu pelat lantai dan sebagai dasar dinding berat
(batu bata). Balok juga dapat berfungsi secara arsitektural pada ruang yang tidakmenSSunakan plafond, di mana beberapa elemen akan dipasang seperti lampu,
jaringan listrik, sound system, jaringan pemadam kebakaran dan sebagainya.Sebuah struktur beton dapat menggunakan pelat beton baik terpisah atau
menjadi satu dengan baloknya, ataupun pelat lain yang dipasang pada balokseperti pelat papan kayu atau pelat papan baja
112 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
8.1 Menempatkan Balok pada Bangunan
Balok dapat berfungsi struktural ataupun arsitektural. OIeh karena itu desain balok dan juga
pelat lantainya harus dapat mengintegrasikan kedua kepentingan tersebut. Berikut ini adalah hal-halyang perlu diperhatikan pada desain penempatan balok dan pelat lantai.
8.1.1 Fungsi dan Peran Balok pada Bangunan
Secara umum, balok dalam bangunan bertingkat yang menggunakan struktur beton bertulang,
berperan pada tiga bagian yang berbeda. Pada bagian bawah bangunan balok berperan sebagai
sloof , pada bagian atas dinding bangunan lantai atas balok berperan sebagai ring-balk sedangkan
pada bagian tengah balok berperan sebagai balok lantai dan balok /atai. Ketiga bagian fungsi baloktersebut sebenarnya berfungsi hampir serupa yaitu menghubungkan kolom-kolom struktur utama.
Fungsi-fungsi lain tergantung letak dan posisinya.
Sloof beton bertulang berfungsi selain menghubungkan kolom utama, juga dapat difungsikansebagai dasar dinding berat (batu bata dsb). Tetapi fungsi sebagai dasar dinding ini dapat digantikanoleh rolaag atau pasangan batu bata miring yang digunakan untuk menyalurkan beban dinding pada
pondasinya. Penggunaan sloof atau rolaag untuk kepentingan ini tergantung beberapa pertimbangan
apakah beton bertulang atau tidak dan juga pasangan batu bata lebih efisien untuk digunakan. Kadang
karena alasan harga dan juga alasan lain semacam daya dukung tanah dsb, mendasari pemilihan
kedua alternatif ini. Dalam penggunaannya balok sloof selalu digabungkan dengan pondasi batu kali
atau pondasi menerus lainnya untuk menyangga sloof struktural dan sloof penahan dinding.
Balok keliling atau ring-balk berfungsi membentuk ring atau cincin pada struktur kolom baloksehingga membentuk rangkaian tertutup. Fungsi utama ini biasanya hanya dipasang pada kolom-kolom di atas dinding luar bangunan. Sedangkan pada dinding dalam, penggunaan ring-balk dapat
diabail<an, selama dinding yang digunakan tidak menggunakan dinding berat yang memerlukanperkuatan. Jika dinding batu bata digunakan, bisanya ring-balk ini tetap dipasang bukan sebagai
struktur utama tetapi menguatkan konstruksi dinding tersebut saja.
Balok lantai adalah balok yang berada di bawah lantai untuk mendukung beban lantai. Balok
Iantai ini akan lebih dibahas khusus karena dapat nrempunyai beberapa kepentingan lain selain
sebagai bagian sistem struktur. Balok latai adalah balok yang dipasang di atas bukaan-bukaan
.:.
*.i.
*
Balok secara umum berperan sebagai:
Sloof ) pada bagian bawah bangunan
Balok lantai ) pada bagian lantai
Balok ring ) pada bagian atas bangunan
Balok latai ) pada bukaan dinding
Merancang Balok dan Pelat Lantai
sehingga dinding di atasnya tidak membebani kosen bukaan. Balok latai ini juga dapat memperkuatstruktur utama karena menghubungkan kolom-kolom. Balok latai ini dapat digantikan oleh pasanganbalok rolaag di atas kosen untuk menghindarkan kosen dari beban dinding berat di atasnya, namuntidak berfungsi menghubungkan kolom-kolom, sehingga balok latai jenis ini tidak berfungsi secarastruktural.
Irsol 250 I ooo lrzsl 37s I---1_-___T-_._--r-l___---|-
B6
I rod)
B6
(d.
85 Luar
BP &Ub
ot:,!td
B6
(oc6
F=- ----t l€{o-- I---=--l:lolcol
I
B
tn
KM Dalam
Brl LUar
E6(oos
E66oco
84 Dalam
IE
Ln
s=
bllE
EUIt1 flrlam (1}
[T3Da-lamIcLalsldlol'I
S 83 luar
B1 luar
Gambar B-1. Contoh rencana balok
***
Definisi Balok:
Balok struktur menghubungkan kolom
Balok anak menghubungkan balok utama
Balok dinding berat di atas dan di bawah
| ,,,
;l^l
-EI
;r*l_T
_lc!tol
I
-t-
-l-l
I
II
I
ol=l
i
-+
114 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
8.1.2 Macam Balok Lantai
Balok lantai berfungsi utama secara struktural menghubungkan kolom-kolom utama sehingga
membentuk satu kesatuan kerangka kolom-balok. Wujud yang paling sederhana adalah balok-balok
yang menghubungkan kolom-kolom utama saja. Atau dengan bentuk lain yaitu rangkaian antar
balok sehingga berhubungan satu dengan lainnya. Jika balok ini menghubungkan kolom-kolom
utama disebut balok induk, jika balok menghubungkan kedua balok utama maka peran balok ini
disebut sebagai balok anak. Balok anak ini juga dapat mempunyai balok anak lagi dan seterusnya.
Semakin banyak balok-balok yang digunakan akan semakin rapat dan dapat memperkecil dimensi
pemakaian beton bertulangnya. Bentuk balok lantai yang paling rumit adalah dengan menggunakan
bentuk waffle yaitu pelat dengan dukungan balok lantai yang banyak kecil-kecil ke dua arah saling
silang. Fungsi lain balok lantai adalah sebagai penyangga beban dinding berat di atasnya. Dinding
batu bata pada lantai dua dan lantai atas lainnya harus menggunakan balok sepanjang dindingnya
agar berat dinding tidak membebani pelat lantai secara sentris. Posisi balok ini dapat di bawah pelat
lantai atau di atas lantai.
Balok Tersier (anak2)
Balok Tersier (anak2)
Gambar B-2 Macam balok lantai
Kapan menggunakan pelat lantai tanpa balok, dengan balok utama saja, atau disertai anak
atau waffle tergantung beberapa aspek yang harus diperhatikan termasuk volume beton, waktu
pelaksanaan, beaya pelaksanaan, bentukan arsitektural, kesesuaiannya dengan aspek bangunan lain
dan sebagainya. Balok pendukung pelat lantai yang hanya terdiri dari balok utama saja cenderung
mempunyai ukuran yang besar dan berjarak lebih jarang sehingga jarak antar lantai pada bangunan
bertingkat juga harus memperhatikan ketentuan ini. Pelat lantai harus lebih tebal karena mempunyai
bentang yang besar. Pengerjaan untuk jenis balok ini relatif mudah sehingga waktu dan beaya tenaga
kerja dapat diperkecil. Di lain fihak, balok lantai yang menggunakan balok anak yang banyak akan
mempunyai besaran yang lebih kecil namun berjumlah banyak dan rapat, sehingga waktu yang
diperlukan juga akan lama dan tenaga kerja yang diserap relatif besar dan harus dengan kecakapan
skill yang cukup pula, sehingga beaya upah kerja juga besar.
frori=L0)ELo-Yoo6
Primer
Balok Primer (induk)
Merancang Balok dan Pelat Lantai | ,,,
Secara arsitektural baik bentukan atau kaitannya dengan sistem lain, kedua jenis pemakaianbalok di atas dapat saling disesuaikan. Pelat yang rnenggunakan sedikit balok akan mempunyaibentuk datar dan rata sehingga memberikan kesan ruang yang luas. Pada pemasangan titik-titik lampudan sistem lain dapat dengan bebas. Pada pelat yang menggunakan banyak balok akan mempunyaibentuk rumit dan memberikan kesan ruang yang lebih dinamis. Untuk pemasangan titik-titik lampudan sistem lain harus memperhatikan jarak antar balok yang terbentuk. Demikian juga dengan sifatmemantulkan cahaya dan suara, pada pelat rata, suara dan cahaya akan mudah dipantulkan sedangkanpada pelat tidak rata atau banyak balok, suara dan cahaya akan dipendarkan. Kedua ketentuan inidapat merugikan atau rnenguntungkan tergantung dengan fungsi ruang yang bersangkutan. Dengandemikian pemikiran keterpaduan pada desain balok-balok ini sangat diperlukan untuk mendapatkanrancangan yang optimal.
Gambar B-3 Letak balok pada struktur
8.2 Menentukan Garis-garis BalokMenentukan garis-garis balok utama sangat tergantung di mana kolom-kolom utama berada.
Karena fungsi utamanya sebagai penghubung antar kolor:i utama, maka garis-garis balok ini tidaktergantung dari dinding di atasnya atau ruang di bawahnya. Caris-garis balok ini selanjutnya akansangat tergantung pada konfigurasi grid struktur yang dipakai karena balok adalah elemen utamasistem struktur selain kolom dan dinding. Caris balok selanjutnya menentukan gambar rencana balok
Jika pelat lantai ini pada nantinya juga digunakan sebagai plafond ruangan maka konfigurasibalok utama ini mau atau tidak mau harus dipakai sebagai elemen pembentuk ruang, yangdimensinya ter8antung pada bentangan antar dua kolom yang dihubungkannya. Kepentingan sistemstruktur dan kenampakan bentuk dan konfigurasi balok harus dipadukan sehingga keduanya dapatdipadukan secara optimal. Kepentingan yang lain yang juga harus diperhatikan adalah desain titik-titik lampu atau sistem lain pada balok dan pelat lantai ini yang harus betul-betul diperhatikan karenaakan tertanam dan bersifat permanen. Bongkar pasang pada pelat lantai beton bertulang sangattidak memungkinkan, sehingga jika ter.iadi kesalahan jaringan, kabel atau pipa hanya dapat dipasangsecara out-bow atau menempel dan akhirnya akan mengganggu estetika ruang dan sebagainya.
Balok Sekunder(wajib jika ada dinding di atas)
r16 I lv'lerancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Jika di bawah balok adalah ruang yang rnenggunakan plafond, maka konfigurasi balok ini tidak
akan menjadi masalah secara arsitektural. Tetapi iusteru yang harus diperhatikan adalah konstruksi
rangka plafond terhadap balok-balok lantai serta jarak yang harus disediakan pada plafond mengingat
plafond juga dibuat untuk maksud pelatal<an titiktitik lampu atau sistem lain besertajaringannya.
Langkah terbaik adalah pada tahap konsep sudalr memperkirakan keterpaduan antara balok lantai
dengan fungsi-fungsi lain termasuk ruang. sistem listrik, sistem pemipaan dsb, sehingga pada tahap
perancangan teknis, hal itu sudah dapat ditentukan.
a
a
Gambar B-4 Contoh garis balok ekspos
Untuk dapat menghasilkan bentukan kralok yang ideal harus diperhatikan ketentuan di bawah ini;
Apakah balok akan diekspos atau menggunakan plafond penutup
Jika menggunakan plafond, maka yang harus diperhatikan adalah jarak plafond dengan balok
utama yang paling tebal, sehingga masih terdapat celah untuk memasang jalur-jalur sistem
bangunan termasuk kabel dan pipa. Jika tidak maka akses ini harus disediakan dengan lubang-
lubang pada balok
Jika balok dan pelat lantai akan cliekspos, maka balok-balok harus dibuat sedemikian rupa
sehingga terpadu dengan sistem lain antara lain Ietak posisi lampu, posisi springklers (titik alat
pemadam kebakaran), posisi pengeras suara, dan jalur jalur sistem tersebut. Jalur-jalur dapat
ditanam dalam balok atau pelat untuk mendapatkan kesan ruang yang bersih, atau justeru
sebaliknya diekspos untuk kepentingan tertentu (kesan ruang, pemeliharaan dsb). Balok-balok
ini pada posisi tertentu juga dapat digunakan sebagai pemecah gaung atau gema pada ruang
sehingga akustik ruang dapat lebih baik.
'ii!Tr:ift
:!I6
}ia,l
I]*:::::
Merancang Balok dan pelat Lantai
t_"t
ll
O lrrnp,Speaker
Sprinkler
Cambar B-5 Contoh layout garis balok yang dipadukan dengan kepentingan sistern
8.3 Menentukan Pelat Lantai dan VoidPelat lantai dipasang pada luasan lantai atas kecuali lubang (void) yaitu pada tangga, void pada
penghubung ruang dan lubang pelat pada shaft kabel atau pipa. pelat lantai dapat dibentuk daripelat beton bertulang atau pelat lain seperti papan kayu dan ragamnya atau pelat besi dan baja.Bangunan dengan sistem struktur utama beton bertulang dapat menggunakan berbagal alternatiftersebut walaupun secara umum pelat dag beton bertulang masih banyak dipakai karena alasan-alasan; kesatuan dengan kolom baloknya sehingga dapat lebih rigid/kaku dan membentuk kekakuanstruktur secara horisontal, relatif lebih murah, tahan lama, meredam getaran dan sebagainya. Namundag beton bertulang juga mempunyai kelemahan yaitu dapat membuat beban struktur menjadi lebihbesar sehingga kolom, balok dan pondasi harus dibuat lebih besar atau lebih kuat.
Definisi Balok:
.:. Balok struktur menghubungkan kolom* Balok anak menghubungkan balok utama* Balok dinding berat di atas dan di bawah
sistem yang dapat dipasang pada pelat atau di antara garis balok:A Titik lampu
* Titik sound system
* Titik sprinklers
* dsb
| ,,,
[il8
118 IMerancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Untuk dapat merancang pelat lantai dan void yang ideal maka harus diperhatikan aspek-aspek;
Tiga perbedaan dalam rancanSan pelat lantai yaitu pelat biasa, pelubangan dan perbedaan
ketinggian.pelat+elat normal biasa dipasang pada setiap ruang lantai dua dengan bingkai balok-balok di
bawahnya. Harus diperhatikan apakah di dalam pelat dipasang jalur-kalur sistem atau tidak.
Tebal pelat untuk lantai dengan tumpuan normal dengan luasan 9 m2 dapat berkisar mulai 10
hingga 1 5 cm tergantung juga beban ruang dan fungsinya'
feluLangan-pelubangan pelat atau void dibuat pada lubang tangga, lubang ruang untuk akses
ventirasi, cahaya dan pandangan dan rubang shaft. Void untuk tangga dapat sendiri dibuat atau
menjadi satu dengan void untuk ruang'
pelat-pelat yang dibedakan ketinggiannya adalah pelat lantai untuk kamar mandi dan area basah
lainnya. perbedaan ketinggian ini dimaksudkan untuk mengalokasi air pada tempat tertentu,
sehingga akalaupun terjadi resiko kebocoran pada pelat, dapat dialokasikan dengan mudah'
Gambar 8-6 Pelat dan void pada bangunan
8.4 Menggunakan Balok dan Pelat Lantai Kayu dan Bahan Lain
Alternatif balok dan pelat lantai pada bangunan dengan struktur beton bertulang dapat
menggunakan kayu atau besi baja. sebuah bangunan dapat mempunyai ragam balok dan pelatdi luar
beton bertulang. Maksud penggunaan balok dan pelat lantai selain konstruksi beton adalah dengan
tujuan untuk mencapai berat konstruksi yang lebih ringan, penciptaan lantai tanpa konstruksi khusus
(siruktur bangunan bertingkat), pengerjaan yang lebih cepat, merupakan konstruksi tambahan' atau
hanya merupakan variasi pada elemen bangunan'
pada balok dan pelat dengan bahan kayu, yang perlu diperhatikan adalah ketentuan-ketentuan
rangka pelat yang menggunakan balok-balok kayu dengan ukuran tertentu. Balok dengan ukuran 8/14
cm dapat digunakan ,LL"g"i balok induk dan dapat dibentangkan pada jarak hingga 4 meter pada
Merancang Balok dan Pelat Lantai | ,,n
Iantai dengan penutup papan kayu. Sementara balok yang memepunyai ukuran lebih kecil seperti6/12 cm dapat dipasang sebagai balok anak dan masih dapat dibentangkan 3 hingga 4 meter. Setelahitu balok-balok tambahan (usuk) dengan ukuran 5/7 cm dapat dibentangkan untuk mendukung balokanak dengan bentangan 2 hingga 3 meter. Balok usuk ini dijajarkan dengan prinsip sama denganusuk atau kasau pada setiap jarak 30 hingga 60 cm tergantung besar dan berat pelat ataupun fungsipada lantai kayu tersebut. Papan kayu sebagai pelat lantai dapat menggunakan papan dengan ukuranketebalan 2 hingga 4 cm dengan lebar yang bervariasi.
Pada balok dan pelat dari bahan besi atau baja, ketentuan besar dan jarak balok dapatdisesuaikan dengan persyaratan bahan besi atau baja yang dipakai, mengingat persyaratan bahan iniIebih bervariatif.
Gambar B-7 Contoh balok dan atau pelat dari kayu
8.5 Menentukan Konstruksi Batok dan Pelat Lantai
Pemasangan pelat lantai beton bertulang dapat langsung dipasang pada kolom struktur tanpaharus menggunakan balok lantai dengan catatan pelat harus betul-betul kaku, oleh karena itudimensi pelat menjadi lebih tebal. Cara ini jarang dilakukan karena cenderung membuat pelatmenjadi sangat tebal sehingga memerlukan volume beton yang besar. Pelat-pelat yang diletakkandi atas balok lantai dapat dibuat menjadi satu (untuk beton bertulang) atau hanya ditumpangkan(untuk pelat kayu atau baja).
Dimensi balok dapat diprakirakan kurang lebih dengan ketinggian rata-rata 1/10 hingga 1/12
dari bentangan jarak antar dua kolomnya, walaupun angka itu dapat berkurang atau bertambahtergantung aspek-aspek beban dan bahan. Beton prestress dapat hanya 1/20 dari bentangannya.Adapun lebar balok adalah berkisar 1/3 hingga 213 dari ketinggiannya.
Pelat lantai beton bertulang dapat difinishing dengan bahan berat seperti tegel dan keramiknamun pelat kayu atau baja biasanya menggunakan finishing yang lebih ringan seperti parket atautegel kayu dan juga karpet. Yang lrarus diperhatikan pada pemasangan tegel atau keramik pada dagbeton adalah masih digunakannya pasir setelah dag beton dengan tujuan utama untuk memisahkan
't2o I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
finishing dengan struktur utama lantainya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh
perubahan bentuk pada pelat lantai dengan finishingnya. Pada ruang-ruang luas, finishing lantaijuga
harus dipisah-pisah untuk menghindari perubahan pelat struktur yang dapat mengakibatkan lantai
pecah atau bahkan meledak'
penggunaan pelat untuk atap juga hampir sama dengan pelat lantai ruang. Namun pelat atap
selain beban, juga harus dipikirkan terhadap cuaca luar sehingga harus diantisipasi terhadap retak-
retak rambut yang akan semakin besar dan dapat mengakibatkan bocor pada waktu hujan. Dengan
demikian selain menggunakan finishing tulangan pada pelat lantai dan atap berbeda. Pelat atap
menggunakan tulangan ganda yang disebut tulangan susut untuk menghindari hal-hal tsb di atas.
EXNru
WNW, * --J-,n, J-, *-l-,',-f-r.*
AAAA IAJA
TNIw-r
I
4I-i
-l
DENAH BALOK LANTAI 3SKilA: t:1m
Gambar B-B Contoh rencana balok asrama lantai 3
| ,,,Merancang Balok dan Pelat Lantai
nffi[EffiltWnilffiilWN[]N[1EffiililMililruEnE=WHHmililru\n Hlil
ir"l"l
4-l"l
-l,*--{
A*---l- '*-l-,--l-,.**!-,*-l-5,r
--l-,
o--]*, *-l-' o{* ','--l-r lt I I I I It IAAAA A A AAA6,w
Gambar B-9 Contoh rencana balok asrama lantai 2
-oo0oo-
t---,
A
MERANCANG PONDASI
Pondasi adalah bagian bangunan yang tidak terlihat namun keberadaannya sangatpenting sebagai penopang utama bangunan. Setelah mengetahui berbagai
pondasi pada bab terdahulu, untuk dapat tepat menggunakannya diperlukantinjauan berbagai disiplin ilmu terkait seperti struktur dan kekuatan tanah
Geoteknik). Pada perencanaan bangunan bertingkat rendah, perencana dapatmemperkirakan atau mengajukan jenis pondasi dan kaitannya terhadap aspeklain. Pembahasan pondasi ini lebih ditekankan pada pemilihan jenis pondasi
secara umum pada struktur tertentu berdasarkan latar belakang bangunan danbagaimana menyajikannya ke dalam gambar rencana bangunan
121 I fuferenc.aiig ilangut: art Cedung Bertingkat Rendah
9.1 Menentukan Jenis Pondasi
Untuk dapat menentukan jenis pondasi yang tepat bag! sebr:ah bangunan, ada beberapa hal
y,ang harus diperhatikan yaitu berat sendiri struktur dan korisii'irksi bangunan, ketinggian bangunan,
beban fungsi dari aktifitas yang diwadahi di dalam brarigunan serta keaciaan tanah di mana bangunan
didirikan. Faktor-faktor tersebut dapat digunakan untuk memprakirakan jenis pondasi yang akan
dipakai pada bangunan.
9.1.1 Menggunakan Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mempunyai kedalarnan tidak lebih dari ketinggian satu
lantai atau berkisar dari nol centimeter hingga 2 / 3 meter. Pondasi dangkai dapat digunakan pada
bangunan yang mempunyai kondisi tanah bagus (dengan daya dukung yang tinggi atau lapisan tanah
keras yang dangkal), dan dengan beban atau ketinggian bangunan .vang tidak teriaiu besar.
Pada sebagian besar bangunan bertingkat rendah hingga berlantai e,q1pat, pada kondisi tanah
yang lragus masih dapat menggunakan beberapa jenis pondasi dangkai tanpa harus dengan pondasi
dalam. Namun sebaliknya sekalipun bangunan tidak bertingkat, pada kondisi tarrah lembek, harus
menggunakan pondasi dalam. Pondasi dangkal ini dapat berupa pondasi titik, pondasi menerus
atau pondasi bidang. Wujucl pondasi yang sering dipakai adalah pondai umpak, pondasi foot-plate, pondasi menerus batu kali, atau pondasi bidang pelat beton bertuiang. Pondasi bidang beton
bertulang ini hanya dipakai pada kondisi tanah yang jelek dengan beban bangunan yang besar.
Pondasi dangkal yang paling dangkal dan paling sederhana adalah r,rrnpak yang sering dipakaipada pondasi tiangtiang atau kolonr-kolom bangunan yang tidak permanen atau bangunan yang
menggr-rnakan bahan struktur ringan seperti kayu atau metal. Umpak ini mempunyai bentuk umumnyapondasi ideal yang melebar ke bawah dengan maksud menrperlebar tumpuan dengan bidang tanah.
Demikian juga pada foot-plate, pondasi menerus
batu kali dan sebagainya, sehingga pada rencana
pondasi, bentukan ini juga harus dapat dilihatbaik pada rencana ataupun detailnya.
Aplikasi rencana pondasi dangkal ini pada
gambar kerja arsitektur adalah pengaturan Iayoutjenis pondasi pada titik-titik kolom atau garis-
garis dinding. Ukuran dan detail pondasi harus
didapatkan secara eksak melalui perhitungan
struktur yang biasanya dilakukan oleh ahli
struktur atau konstruktor sebagai hragian dari
atar-r diminta oleh perencana.
Gambar 9-1 Cont.ah penggunaan pondasi dangkal
Merancang Pondasi | ,rt
Pondasi dangkal menerus disamping berfungsi menopang dinding berat atau dinding pemikuljuga berfungsi menahan tanah atau urugtanah untuk membedakan ketinggian lantai. Dengan demikianwalaupun pada lantai satu tidak terdapat dinding berat namun masih menggunakan pondasi menerusyang berfungsi sebagai pembatas tanah atau turap untuk membedakan ketinggian lantai.
9.1.2 Menggurrakan Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang mencapai kedalaman tertentu yang disebabkan oleh bebanatau ketinggian bangunan yang cukup besar atau pada kondisi tanah yang kurang bagus. Sebuahbangunan tinggi yang mempunyai ketinggian dan jumlah lantai tertentu harus diimbangi dengankedalarnan pondasi yang memadai agar bangunan tidak runtuh. Pada bangunan berat atau denganfungsi berat seperti gudang atau bengkel juga menggunakan pondasi dalam untuk meyakinkanbangunan berada pcia lapisan tanah keras yang stabil pada kedalaman tertentu.
Aplikasi rencana pondasidalam ini biasanya
dipasang pada kolom-kolom utama dan dapatdiperlebar pada pelat-pelat pondasi untukmemperkuat daya dukung terhadap bangunankarena kondisi tanah yang jelek atau bebanbangunan yang terlalu besar. Pada gambarrencana pondasi atau potongan bangunan,kedalaman bangunan tidak ditentukan denganpasti, karena kedalaman pondasi dalam inimenyesuaikan kondisi tempat pondasi sehinggatidak dapat d iseragam kan.
9.2 Menentukan Titik dan GarisPondasi
Untuk dapat meletakkan titik-titik dan garispondasi harus diperhatikan penggunaan jenispondasi pada elemen struktur yang tepat. Kapan
Gambar 9-2 Contoh penggunaan pondasi dalam
Penentuan desain pondasi tergantung pada:
.i. Kondisi tanah
* Berat bangunan
* Tingglbansutan
tr Bahan bangunan
126 | *erancang Bangunan Cedung BertingkatRendah
menggunakan pondasi titik dan menerus harus dilihat dari jenis struktur yang dipikulnya. Cambar
yang dihasilkan adalah rencana pondasi.
9.2.1 Menggunakan Pondasi Titik
pondasi titik identik dengan pondasi setempat yang digunakan untuk menopang beban yang
bersifat setempat. Beban setempat ini berasal dari kolom bangunan yang meneruskan beban-beban
bangunan ke bawah secara linear menuju ke satu tempat atau satu titik di dalam tanah. Dengan
demikian setiap kolom, hanya perlu menggunakan jenis pondasi titik ini baik pondasi dangkal
ataupun pondasi dalam.
Wujud pondasi titik ini dapat berupa umpak, foot-plate atau tiang pancang pada pondasi dalam,
yang kesemuanya berhubungan langsung dengan kolom utama. Posisi tumpuan dapat diperlebar
dengan pelat kaki atau disebut dengan foot plate, jika digunakan pondasi dalam dalam jumlah yang
banyak dalam satu kolom'
Gambar 9-3 Penggunaan pondasititik ienis umpak
Gambar 9-4 Contoh peng1unaan pondasi foatplate pada struktur betcn
Merancang Pondasi | ,,,
9.2.2 Menggunakan Pondasi Menerus
Pondasi menerus adalah pondasi yang paling sesuai memikul beban menerus pula. Bebanmenerus ini pada bangunan identik dengan beban yang disalurkan ke dalam tanah oleh dinding yangberfungsi struktural atau dinding pemikul (bearing wall) dan dinding geser (shea r wall). Dinding nonstruktural yang mempunyai berat konstruksi yang tinggi seperti dinding batu bata pada lantai dasarjuga mernerlukan pondasi agar dinding tidak melesak ke dalam tanah.
Wujud pondasi menerus ini pada bangunan adalah pondasi batu kali atau batu bata dan jugapondasi beton bertulang dari bentuk foot-plate yang dipanjangkan.
Cambar 9-S Contah penggunaan pondasi menerus
9.2.3 Menggunakan PondasiGabungan
Pada sebuah bangunan, penggunaan .jenis-jenis pcindasi secara bersamaan atau pondasigabungan lebih sering dilakukan untuk mendapatkan tumpuan bangunan yang optimal pada tanah.Karena struktur bangunan seringkali terdiri dari kolom dan dinding secara bersamaan baik dindingstruktural atau dinding berat seperti dinding batu bata, maka penggunaan pondasi titik untuk kolomdan pondasi menerus untuk dinding dapat digunakan secara bersama.
Aplikasi pemakaian pondasi gabungan pada gambar kerja ini harus jelas diperlihatkan pada
rencana pondasi dan potongan bangunan dengan notasi dan ukuran yang jelas.
Beban yang dipikul jenis pondasi:
* Pondasi titik ) beban struktur melalui kolom
* Pondasi menerus ) beban struktur rnelalui dinding atau untuk menopang dinding berat.:. Pondasi gabungan ) pada penggunaan kolonr dan dinding bersama
128 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Cambar 9-6 Contoh penggunaan pondasi gabungan
9.3 Menentukan Jenis Pondasi Khusus
Pada kondisi khusus seperti pada bangunan yang mempunyai beban sangat besar, pada kondisi
tanah yang sangat jelek diperlukan pondasi yang khusus pula. Demikian juga pada kondisi untuk
fungsi khusus seperti ruang-ruang mesin, maka diperlukan jenis pondasi tertentu yang mampu
meredam getaran mesin, sehingga menghilangkan atau mengurangi pengaruhnya pada struktur
bangunan.
Pondasi khusus juga terkadang digunakan sebagai bagian dalam satu bangunan justeru untuk
mengurangi konstruksi yang tidak perlu. Konstruksi pondasi di tanah keras yang hanya menopang
dinding bata atau dinding partisi ringan tidak harus menggunakan pondasi batu kali yang besar.
Penggunaan rolaag atau sloof saja dengan uku ran tertentu dapat d ipakai u ntu k mengh indari pemakaian
bahan pondasi yang terlalu besar.
Pada kondisi teftentu penggunaan sloof yang dimaksudkan untuk membantu pondasi atau
bahkan menggantikan peran pondasi juga dapat dilakukan. Keputusan-keputusan ini memang harus
dikonsultasikan dengan ahli pondasi atau ahli tanah agar didapatkan keputusan desain yang tepat.
Fungsi dimensi pada bagian pondasi:
t Lebar pondasi ) menopang berat total bangunan
* Kedalaman pondasi ) mencapaitanah keras
* Proporsi kedalaman pondasi ) mendirikan bangunan
, Bahan pondasi ) sesuai ketersediaan di lingkungan
Merancang Pondasi | ,r,
9.4 Menentukan Konstruksi Pondasi
Konstruksi pondasi tergantung dari jenis, ukuran dan kondisi tanah dan lingkungan setempat dimana bangunan didirikan. Pada daerah di mana batu kali dan pasir mudah didapatkan, penggunaanpondasi baik titik atau menurus dan dangkal atau dalam sering menggunakan beton atau betonbertulang. Sementara daerah yang banyak terdapat kayu semua jenis pondasi dapat menggunakanbalok-balok kayu sebagai konstruksi pondasi.
Bagian penting yang juga harus diperhatikan pada desain pondasi adalah pada konstruksipenghubung antara pondasi dan elemen struktur dan tanah di sekitarnya. Bagaimana pondasidihubungkan dengan sloof
150 250
8
Gambar 9-7 Contoh perencanaan pondasi rumah tinggal
Penggunaan Pondasi Khusus:
* Pada bangunan dengan beban ekstra.:. Pada bangunan dengan kondisi tanah yang sangat jelek
* Pada bagian bangunan dengan beban yang lebih ringan.E Pada bagian bangunan dengan fungsi beban ekstra
Ro,. E
-t
Kts
.B
i
130 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
t$cr\t I
-T --iI l$r] ( Il
;
I hro cNl
Gambar 9-B Contoh detail Footplate
Merancang Pondasi | ,,,
Compacted soilSlocff L5 >:2D
l{ountain stoneAanstamping(e1ips etonefSand -T
I
6D-
_l20
---+
80
trtI
ItrtI
't
"fIplI
-l
Cambar 9-9 Contoh detail Pondasi Menerus
A AAAA A A AAAA A
Gambar 9-10 Contoh rencana pondasi asrama
p4 P1
P3A P3A
P2 P1
?2 P 1
P1 P2
P1 P2
Pl p4
P3A P3A
-oo0oo-
MERANCANG ELEMEN NONSTRUKTURAL
walaupun elemen non struktural tidak berkaitan langsung terhadap penyanSgaan
beban bangunan, namun secara konstruksi berkaitan erat dengan sistem struktur
yang |angsung seperti letak dan posisi hubungan konstruksinya atau tidak
langsung seperti pengaruhnya terhadap besaran dan bentukan elemen struktur'
Bahkan sistem struktur dapat juga ditentukan oleh elemen non-struktural ini
karena elemen pembentuk ruang adalah elemen yang secara langsung berkaitan
dengan pemenuhan persyaratan fungsi ruan8. Dengan demikian pembahasan
elemen non-struktural pembentuk ruang ini memang mutlak dilakukan'
134 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
10.1 Merancang Elemen lnteriorMerancang elemen interior adalah elemen yang secara langsung berkaitan dengan fungsi ruang.
Ruang dibentuk oleh elemen-elemen struktural (kolom, balok dan pelat lantai) dan non struktural(dinding, plafond, lantai). Elemen non struktural tersebut tidak dapat berdiri sendiri tanpa elemen
struktural yang bertanggung jawab menopangnya baik mulai dari atas tanah sampai lantai-lantai
barrgunan bertingkat. Pada perancangan struktur, desain elemen interior tidak dapat ditinggalkankarena setiap keputusan desain struktur sebuah bangunan selalu memperhatikan fungsi bangunanyang berkaitan erat dengan elemen interior.
Gambar 10-1 Ruang dalam dan elemen pembentuk fisiknya
10.1 .1 Desain Plafond
Langit-langit ruang secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang menggunakan
konstruksi struktur utama (rangkaian usuk atau pelat lantai) atau dengan kata lain tanpa plafond
dan langit-langit yang menggunakan lapisan plafond dengan konstruksi rangka utama sendiri yang
bentuknya tidak terpengaruh dengan konstruksi struktur utama di atasnya. Kedua jenis langit-langitini sangat berbeda dalam konstruksinya ataupun kaitannya dengan aspek lain dalam bangunan.
Untuk dapat menentukan jenis langirlangit mana yang akan dipilih adalah tergantung pada
beberapa hal yaitu;
a. Fungsi Ruang
Ruang-ruang dengan fungsi tertentu menghendaki jenis langit-langit tertentu pula. Fungsi-fungsiruang privat termasuk kamar tidur, kamar mandi dan sejenisnya lebih menghendaki plafond yang
Kolw Balok Sebagai Rangka Utama
Plifond dan pelat lrnt i sabagal demff .t!s ru.nq
Merancang Elemen Non Struktural | ,,,
sederhana secara arsitektural yaitu rata, tidak banyak menggunakan pola yang rurnit dan seterusnya.Sifat langit-langit seperti ini dapat dicapai dengan baik menggunakan piafond atau tidak. Dag betonpada ruang di lantai bawah atau rangka atap dengan lapisan penutup atapnya untuk lantai atas dapatdigunakan langsung sebagai langit-langit. Sementara penggunaan plafond dapat menggunakanjenis plafond rata dengan rangka kayu atau nretai dengan finishing lembaran seperti multipleks jikadiinginkan suasana natural, Sypsum board atau eternit jika diinginkan suasana bersih dengan catterang.
Pada ruang-ruang publik dengan fungsi umum pada umurnnya menggunakan kombinasi antaralangit-langit rata dengan penekanan desain pada tempat-tempat tertentu yang dianggap lebih penting,misalnya pada recept ion desk untuk lobby hotel dan sebagainya. Sementara pada ruang-ruang publikkhusus sepefti gedung auditorium dan ruang-ruang akustik lainnya lebih ditekankan pada fungsiplafond selain sebagai pembentuk estetika ruang juga sebagai rnedia peredam atau pemendar suarasehingga nreminimalkan terjadinya gaung atau gema.
Plafond KM/IVC dan Seiasar
Gambar 10'2 Contoh desain langit-langit yang sangat berkaitan dengan fungsi
b. Bentuk dan Ukuran Ruang
Langit-langit juga dapat berfungsi menentukan bentuk dan ukuran ruang. pemakaian plafonddapat dipasang pada posisi rendah atau tinggi, membentuk ruang dengan rata atau bersudut dansebagainya' Ukuran ketinggian lebih ditujukan untuk kepentingan arsitektural dan sistem ruang
Selasar Kamar Hotel
Arah dan letak shaft pada bangunan:
* Horisontal bawah ) lantai
* Horisontalatas ) langit-langit, atap* Vertikal ) dinding
136 I Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
fungsinya. Langit-langit yang tinggi dapat memberikan kesan monumental, keagungan ruang dansebagainya. Sementara ruang dengan plafond rendah dapat memberikan kesan ruang yang hangat,intim dan sebagainya. Permainan kesan ruang ini dapat dihadirkan oleh ketinggian plafond yangmembentuk langit-langit sebuah ruang. Begitu juga dengan bentuk ruang, plafond dapat dibentukuntuk memberikan kesan ruang yang tenang atau lebih ramai dengan hadirnya pola-pola danbentuk tertentu.
Untuk kepentingan sistem ruang, pengudaraan alami lebih memerlukan volume ruang yanglebih besar, sehingga plafond dapat dimaksimalkan ketinggiannya. Sebaliknya ruangan dengansistem penghawaan buatan atau AC lebih optimal mempunyai volume ruang yang minimal padaluasan yang sama, karena diperlukan energi yang lebih besar untuk volume ruang yang lebih besar.
Plafond Tinggi:Monrrmental
Plafond Sedang:Formal
Plafond Rendah:Casual/Akrah
Cambar 10-3 Pengaruh plafond dan ukuran ruang terhadap aspek bangunan
c. Konstruksi Ruang
Pada konstruksi lantai pelat beton dapat menggunakan secara langsurrg pelat dan balok sebagailangit-langit tanpa harus menggunakan plafond. Oleh karena itu perlu diperhatikan aspek arsitekturalyaitu konfigurasi balok dan pelat lantainya, serta aspek teknis lain termasuk sistem jaringan yangharus ditanam pada pelat. Pada lantai-lantai di bawah atap, penggunaan rangka atap sebagai plafonddapat diterapkan dengan menggunakan sudut kemiringan atap sebagai langit-langit. Ekspos rangkaatap termasuk kuda-kuda dan usuk dapat digunakan sebagai element arsitektural yang menarik.
t-'-,
\.,
Merancang Elemen Non Struktural
Plafond PiafondN'r4enenrpel KonslDinding
Konstruk padaRanpka atap I pelat lantal Rangka Atap/pelat lantai
Gambar 1o'4 Contoh alternatif konstruksi plaiond dan kaitannya dengan slstem struktur atap
Pada ruang-ruang di lantai bawah bangunan bertingkat, lapisan plafond dapat dipasang baikpada dinding atau rangka pelat lantai ruang. \"ar.rg perlu diperhatikan sekali lagi adalah hal-hal yangberkaitan dengan sistem jaringan atau sistem ruang fungsi seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Konstruksi plafond menggunakan rangka yang dipasang sedemikian sehingga dapat ditutupdengan lembaran tertentu sesuai dengan ukuran atau modul bahan tersebut. Pola plafond dapat dibuatberdasarkan modul bahan ini. Rangka plafond dapat menggunakan konstruksi pembantu sepertipemasangan kabel yang dikaitkan pada pelat atau balok lantai dan juga kuda-kuda pada lantai atas,atau tiang-tiang penyangga yang penggunaanya dintegrasikan dengan letak dinding atau partisi.
6 ,r,
a,&t'I
Gambar 10-5 Contoh plafond yang mengekspose rangka atap
r38 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
d. Sistem Ruang
Pembahasan sistem ruang pada plafond menyangkut dua bagian yaitu bagian ruang fungsi itusendiri dan ruang antara (plenum) yang tercipta diantara lapisan plafond dan struktur yang terdapatdi atasnya. Ruang fungsi seperti yang telah dibahas sebelumnya dapat mempunyai volume yang
berbeda untuk jenis sistem pengudaraan yang berbeda. Demikian pula untuk sistem ruang yang
lain seperti view dari dan ke ruang, pencahayaan alami dan sebagainya. Bentuk ruang juga akan
berpengaruh dalam fungsi dan desain ruang. Hal-hal tersebut juga akan berpengaruh dalam desainplafond ruang.
Ruang plenum yang tercipta diantara lapisan plafond dan struktur di atasnya yang berupapelat lantai atau rangka atap dapat berperan juga dalam sistem ruang, yaitu pada penyediaan ruangperantara yang dapat berfungsi menyekat aliran udara dari dan ke dalam ruang fungsi. Sehinggapanas dari dan ke ruang dapat dihambat untuk beberapa kepentingan.
Ruang plenum itu juga berfungsi sebagai tempat jaringan sistem yang berupa kabel atau pipadari dan ke dalarn ruang fungsi. Oleh karena itu perlu diperhatikan ukuran ruang yang tersedia untukkepentingan pemasangan dan perawatan jaringan.
10.1.2 Desain Dinding
Dinding pada bangunan dapat berfungsi secara struktural dan non struktural. Pada fungsi dindinginterior, dinding struktural menggunakan dinding keras yang letak dan posisinya tidak dapat dirubahatau digeser lagi, sehingga kepentingan fungsi interior harus diperhatikan terhadap sifat dindingstruktur ini. Pada dinding non struktural,
posisi dinding ini tidak lagi terpengaruh
oleh sistem struktur baik berada di tengah DindineNons'uktur
atau di tepi bangunan. Bahkan untukbeberapa jenis dinding partisi, dapat
Dindinestruktur
dirubah letaknya sesuai dengan fungsi
yang terdapat di dalam ruangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikandalam desain dinding interior ini adalah:
a. Konstruksi Dinding
Pada bangunan bertingkat dindinginterior dapat mempengaruhi struktursecara langsung atau tidak. Penggunaan
dinding permanen yang berat yang
terbuat dari bahan seperti batu bata akan Gambar 10-6 Contoh desain dinding dalam bangunan
Merancang Elemen Non Struktural J ,,,
membutuhkan penopang yang cukup kuat untuk menyangga dinding dan elemen vertikal sepertikolom untuk "memegang" berdirinya dinding ini. Kondisi ini akhirnya juga akan memperbesar ataumemperkuat sistem struktur karena berat jenis dinding ini cukup berpengaruh terhadap berat matistruktur bangunan. Oleh karena itu pada bangunan bertingkat penggunaan dinding ini dihindarkan,terutama pada bangunan bertingkat banyak. Pada bangunan bertingkat rendah, dinding batu batauntuk kepentingan interior ini masih banyak dipakai karena sifat permanen-nya, relatif murahkonstruksinya dan mampu meredam suara dengan baik. Pada pemasangan dinding di lantai dasar,dinding berat ini memerlukan pondasi khusus berupa pondai menerus batu kali atau batu bata untukmenopang berat dinding.
Gambar 10-7 Alternatif konstruksi dinding
Dinding non-permanen yang terbuat dari bahan ringan sperti kayu, gypsum, r1an atau bahanaluminium tidak memerlukan konstruksi lchusus pada pemasangannya. Bahkan dinding ini dapatdibongkar pasang dengan mudah atau rnoveable. Karena tidak memerlukan konstruksi khusus danmempunyai berat konstruksi yang ringan sehingga dinding ini sangat fleksibel. Dinding ringandapat dipasang di mana saja di setiap lantai atau setiap ruang bangunan dengan bebas. Dinding inisangat sesuai untuk bangunan bertingkat banyak karena tidak menimbulkan berat mati bangunanyang besar, sehingga sistem struktur akan lebih efisient. Kekurangan jenis dinding ringan ini adalahsifat meneruskan suara yang cukup tinggi. Apalagi jika dinding hanya terdiri dari satu lapis tanpamenggunakan elemen peredam suara yang lain, maka kenyamanan ruang akan terganggu.
Elemen pada bangunan:
.:. Struktural ) membentuk ruang
.:. Non struktural ) dibentuk ruang
dan pondasi
oo)
!o)
c(oo:.C
140 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
b. Fungsi Dinding terhadap Ruang Fungsi
Dinding interior berfungsi sebagai penyekat ruang fungsi. Fungsi ini akan sangat berpengaruhpada konstrr-rksi yang akan diterapkan pada dinding yang bersangkutan. Dinding yang berfungsi
menyekat ruang fungsi privat harus dibuat dari dinding permanent yang dapat terbuat dari dindingbatu bata yangberat. Oleh karena itu alternatif lain memang dapat dipakai selama mmberikan sifat
dinding yang permanent dan meredam suara. Disamping itu juga harus dipikirkan sifat kontruksipermanent yang tidak mudah dibongkar sehingga akan memberikan keamanan dan kenyamanan
dalam ruang yang ideal.
Sebaliknya pada dinding non-permanent lebih ideal digunakan untuk ruang yang tidak
memerlukan tingkat privasi dan keamanan yang tinggi karena mudah dibongkar. Dinding ini
digunakan untuk ruang yang sering berubah kegunaan seperti perkantoran dan sebagainya.
c. Fungsi Dinding terhadap Jaringan
Dinding juga berfungsi lain sebagai tempat jaringan sistem yang ada pada ruang fungsi. Jaringanyang bersifat permanent seperti pipa air brsih dan kotor dapat dipasang pada kontruksi dindingpermanent. Sementara Dinding non-permanent hanya dapat menampung jaringan kabel baik dari
listrik daya atau listrik lemah seperti sound system dan telekomunikasi.
Kabel dan pipa air yang dipasang secara bersamaan pada dinding permanent harus memenuhipersyaratan jarak tertentu karena jika tidak, dikhawatirkan akan mudah terjadinya hubungan pendek(konsleeting) pada kabel listrik dan air.
Pipa air yang dipasang pada dinding juga harus menggunakan pipa kedap air yang anti bocor
sehingga tidak terjadi rembesan air yang dapat berpengaruh baik pada dinding atau jaringan itu
sendiri. Dinding-dinding yang cenderung lembab sepanjang waktu seperti kamar mandi sebaiknya
tidak dipakai untuk menanam jaringan kabel. Dinding yang tidak dijaga dari kelembaban akibat
kebocoran air akan mudah mengalami kerusakan. Untuk mengantisipasi kerusakan jaringan, dindingtempat ditanamnya pipa air dan kabel harus mudah dijangkau untuk mengadakan bongkar pasang
jaringan..
10.1.3 Desain Lantai
Lantai dalam sebuah konstruksi ruang juga akan berkaitan dengan konstruksi struktur utama
secara langsung ataupun tidak. Lantai dalam bangunan tidak hanya membentuk ruang dan estetikanya
saja, tetapi juga dapat berfungsi sebagai tempat sistem seperti pipa dan kabel. Beberapa aspek yang
berkaitan dengan lantai adalah:
Merancang Elemen Non Struktural
a. Pola Lantai
Dalam sebuah ruangan pola lantai sangat berfungsi untuk menciptakan kesanestetikanya' Karena bahan finishing lantai mempunyai ukuran dan sifat bahan tertentu,penggunaan jenis finishing tettentu harus memeperhatikan persyaratan tersebut.
| ,o't
ruang danmaka pada
As ruang
Cambar 1O-B Prinsip pengaturan pemasangan ubin lantai
Pada penggunaan bahan dengan ukuran tidak tertentu seperti penggunaan jenis finishing lantaitanpa pola, pemasangan lebih mudah dilakukan karena tidak harus ,urnp"rhatikan kaitan antaraukuran bahan dan ukuran ruang. Contoh dari bahan ini adalah lempengan marmer, ubin teraso,lantai semen dan sebagainya. sedangkan pada penggunaan penutup lantai dengan ukuran tertentu,pola-pola lantai harus dirancang dengan ukuran tertentu. Beberapa penggunaan ukuran yang berbedasangat dimungkinkan untuk mendapatkan varian pola yang beragam. Bahan penutup lantai denganukuran tertentu yaitu tegel keramik, tegel granit dan sebagainya. sebagai contoh; penggunaan bahankeramik dapat dilakukan antara ukuran-uku ran 20 x 20 cm, 40 x 4ocm dan seterunya.
Lantai dengan finishing khusus seperti penggunaan ubin kayu atau perquette atau karpet dansejenisnya juga dapat dilakukan dengan memperhatikan pola pemasangan serat kayu atau polakarpet yang sesuai' Pola ini juga sangat penting pada finishing lantai tangga karena akan berfungsijuga sebagai penjelas pijakan untuk keselamatan penggunaan.
o)CA
SA E*{+
r
(ocLo
NkocLo=
Nk(!l-t-o
142 i Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
b. Konstruksi Finishing Lantai
Finishing lantai dapat dipasang langsung pada pelat struktur atau dengan perantara' Pada pelat
lantai beton, tegel atau keramik harus dipasang di atas pasir untuk menghindari terpengaruhnya
konstruksi finishing dengan perubahan sistem struktur utamanya (pelat), karena konstruksi seperti
beton bertulang dapat berubah bentuk baik akibat beban bangunan atupun sifat kembang susut
betorr itu sendiri. Penutup lantai yang dipasang langsung pada pelat beton dapat lepas sewaktu-waktu
yang juga dapat membahayakan pengguna bangunan' Pemakaian pasir disini dimaksudkan untuk
memisahkan konstruksi struktural dan non-struktural agar tidak saling memepengaruhi' Bentang
bangunan yang terlalu lebar dengan lantai yang Iuas juga dapat menyebabkan terlepasnya finishing
lantai dari strukturnYa.
parquette dan juga karpet harus dipasang secara kuat pada lantai untuk menhindari lepasnya
bahan yang akan membahayakan pengguna. Khususnya pada area tangga, penggunaan karpet
garus dipasang dengan kuat agar tidak lepas dan mempengaruhi langkah pengguna tangga' Khusus
penggunaan penut;p parquette harus menggunakan lapisan anti serangga dan anti lembab untuk
menjaga keawetan bahan kayu yang dipakai. Lapisan aspal atau karet plastik sering dipakai untuk
keperluan ini.
c. Lantai untuk Kepentingan Sistem
Di bawah lantai juga dapat dipasang jalur-jalur sistem kabel atau pipa, sehingga berapa
ketinggian urugan pasir yang harus disediakan tergantung pada kemiringan dan jarak tempuh kabel
atau pipa. Untuk kemudahair bongkar pasang, biasanya jalur-jalur kabel atau pipa ini dapat dibuat
khusus. pada ruang-ruang yang menghendaki lantainya lebih fleksibel mewadahi ialur-jalur ini dapat
menggunakan lantai panggung atau raised floor, misalnya pada ruang-ruan8 audio visualatau ruang
komputer.
Gambar 10-9 Raised floor dan Hanged Plafand, lantai yang digunakan untuk kepentingan sltem
Merancang Elemen Non Struktural
Cambar 10-10 Contoh hanged plafond pada bangunan
Dengan demikian baik lantai atau plafond dapat dibuat ruang khusus untuk sistem bangunanyang juga akan mempengaruhi jarak antar lantai bangunan, sehingga struktur utama juga harusmemperhatikan faktor-faktor interior ini.
10.2 Merancang Elemen EksteriorElemen non struktural eksterior juga akan secara langsung atau tidak mempengaruhi rancangan
sistem struktur utama. Elemen eksterior ini meliputi envelope atau sistem selubung bangunan yangterdiri dari atap dan dinding beserta bukaannya. Pembahasan pada masalah ini diperlukan karenasangat berkaitan erat dengan fagade dan bentuk bangunan secara keseluruhan.
Atap disamping berfungsi sebagai pelindung bangunan dari panas matahari dan curah hujan, jugaberfungsi sebagai pengatur udara dan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Beberapa bagian atapdapat digolongkan sebagai elemen non struktural karena tidak berfungsi sebagai sistem penyanggabeban, yaitu: tritis, talang, kanopi, skylight dsb. Bagian-bagian ini adalah merupakan ragam dari atapbangunan yang akan berkaitan langsung dengan rangka utama atap atau rangka utama bangunan.
a. Tritis
Pada bangunan bertingkat tritis terdiri dari dua macam, tritis pada bagian lantai atas adalah bagiandari struktur atap yaitu perpanjangan usuk, sedangkan tritis pada lantai bawah dapat merupakantritis mandiri yang didukung oleh konsol pada dinding eksterior. Lebar tritis menyesuaikan fungsiperlindungan yang ada di bawahnya. Dinding, pintu dan jendela adalah bagian-bagian bangunanyang biasanya dilindungi oleh tritis dari sengatan sinar matahari langsung dan curah hujan, namunjuga sekaligus memasukkan cahaya dan udara ke dalam ruang.
it 143
144 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Cambar 10-11 Contoh aplikasi Tritis dan Konstruksinya
Untuk menentukan ukuran dan letak tritis yang optimal, maka perbandingan antara ukuran
bukaan dan lebar tritis diperlukan. Besar sudut yang diinginkan untuk mulainya dan berakhirnya
perlindungan ini dapat ditentukan dengan melihat posisi matahari pada jam tertentu. Radiasi sinar
matahari langsung ini biasanya diawali untuk diihindari pada pukul 9 pagi sampai jam 3 sore, sehingga
rata-rata sudut yang diperlukan untuk melindungi bukaan berkisar 40 - 45 derajad. Perlindungan ini
dilakukan pada posisi muka bangunan di bagian Timur dan Barat bangunan. Sedangkan pada bagian
Utara dan Selatan bangunan lebih ditujukan untuk perlindungan terhadap percikan air hujan yang
cukup tinggi pada kawasan tropis basah.
Gambar 10-12 Contoh ragam tritis bangunan
Merancang Elemen Non Struktura/ | ,ot
a.1 Tritis dan Macamnya
Tritis yang bukan bagian dari struktur atap dipasang khusus untuk melindungi dinding ataubukaan dengan konstruksi khusus pada dinding atau kolom. Tritis ini dapat berupa bentukan sepertitritis atap yang menggunakan genteng dan rangkanya yang disebut dengan konsol atau dengankonstruksi khusus dengan pelat datar dag beton bertulang atau lainnya. Tritis datar ini juga disebutdengan sirip bangunan yang dapat dibuat secara horisontal untuk menggantikan tritis genteng ataudipasang secara vertikal untuk fungsi shading terhadap cahaya matahari atau view tertentu.
Selain juga berfurrgsi sebagai elemen eksterior pembentuk fagade bangunan, sirip ini juga dapatdifungsikan untuk kepentingan sistem atau hanya sekedar dipakai untuk meletakkan bagian sistembangunan antara lain seperti kabel-kabel dan pipa-pipa atau juga dapat berupa unit exterior AC splityang dipadukan dengan faEade bangunan. Sistem-sistem pencahayaan alami dan penghawaan alamisangat berkaitan langsung dengan desain tritis atau sirip bangunan ini. Demikian juga dengan sistemyang lain seperti view atau pengaturan kebisingan nolse dapat diintegrasikan.
a.2 Shading dan Macamnya
Shading adalah teknik perlindungan terhadap sinar matahari langsung pada ruangan interiordengan tetap memasukkan cahaya dan view dari dan ke dalam ruangan bangunan. Shading ini dapatberupa deretan konstruksi sirip vertikal atau horisontal yang dibentuk dengan dinding atau betonbertulang atau bahan lain seperti glass reinforced concrete (CRC) yang mempunyai berat lebih ringandari beton sehingga dapat dipasang di nranapun secara lebih fleksibel karena tidak tergantung
',t:J-'1+'
ii1:
-----r*Sirip mini (blind)
Gambar 10-13 Teknik shading pada bangunan
Macam tritis:
* Tritis dengan konsol ) genteng dan rangkanya
* Sirip datar horisontal ) dag beton dan sejenisnya
* Sirip datar vertikal ) pelat beton, dinding batu bata dan ragamnya
Sirip (Louvers)
146 !
rdi
,!'lt
'l
., " ,:,
l-i
l'*7 .
i,:..t
] .J J
i ., '1 .r
.ttl!
i,l"j
i,\ ""' ,t'. s
: -t
l- * ' , , i ""-r-
Gambar 10-14 Contoh konstruksi shading dan macamnYa pada bangunan
Gambar 10-15 Contoh penggunaan sun-shading pada bangunan
b. Talang
Talang adalah tempat bertemunya sisi atap pada bagian dalamnya. Talang berfungsi sebagai
tempat bertemunya aliran air hujan sebelum jatuh ke tanah atau dialirkan melalui pipa drainase ke
tanah. Talang ini dapat berupa talang miring yaitu bertemunya bidang atap secara tegak lurus dan
talang datar yaitu tempat bertemunya dua atap yang saling berhadapan. Talang yang ke dua ini tidak
dianjurkan dan sebaiknya dihindari karena relatif mudah dapat menimbulkan kebocoran.
Konstruksi talang dibentuk clari bertemunya usuk dengan usuk pada bidang atap yang berbeda,
atau antara usuk dengan dinding.iika atap bertemu dengan tepi bangunan atau bangunan yang lain.
pada bagian atas talang dilapisi clengan seng atau lapisan karpet plastik yang mengalirkan air. Bahan
yang tidak tembus air yang tidak mudah bocor diperlukan agar ruangan tidak mudah dialiri air hujan.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
...itt
' "t'*dil-nr'r d.{.4 -
Merancang Elemen Non Struktural & ,0,
Begitu juga dengan kemiringan talang harus diperhatikan sehingga air tidak sampai tergenang padaatap. Air yang tergenang disamping akan cepat meruskkan konstruki talang juga akan menyebabkankesehatan bangunan terganggu.
c Kanopi
Kanopi adalah atap yang digunakan untuk bentukan tertentu semacam teras atau main entrancebangunan. Kanopi ini dapat berupa atap miring yang menggunakan genteng atau atap datar yangmenggunakan dag beton. Kanopi ini sebenarnya adalah bentuk struktur yang lebih kecil, tetapi bukanmerupakan bagian dari sistem struktur utama. Perlengkapan atap kanopi ini juga sama dengan ataputama yang dapat berupa tritis dan juga talang. Kanopi diletakkan di sekitar dinding luar bangunan.
d. Skylight
Skylight adalah bagian atap utama yang difungsikan untuk memasukkan sinar matahari ke dalamruang atau bangunan. Skylight ini dapat merupakan struktur sendiri pada rangka atap atau bagian dariatap yang dinaik turunkan sehingga membentuk celah yang dapat digunakan untuk memasukkan sinarmatahari dan udara ke dalam bangunan. Skylight inijuga dapat menggunakan finishing transparantsehingga dapat ditembus oleh sinar matahari.
Konstruksi skylight yang menggunakan bagian atap didapatkan dari tambahan konstruksipada bidang atap atau pada konstruksi gording atau usuknya. Sedangkan pada konstruksi mandiri,menggunakan sistem struktur sendiri seperti kuda kuda atau rangka lain yang menggunakan finishingatau penutup atap transparant.
Gambar 10-16 Contoh skylight
I148 I
10.2.2 Desain Dinding dan Ragaru'lnya
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Dindirrg eksterior bukan hanya berfungsi membatasi bangunan dari ruang luar saja, tetapi juga
sekaligus memasukkan cahaya dan udara ke dalam ruang. Dinding luar adalah konstruksi tempat
bukaan pintu dan jendela vang juga harus dilindungi dari sinar matahari langsung dan hujan. Alternatif
perlindungan dapat nrenggunakan tritis sebagai bagian dari atap atau dapat juga menggunakan sirip-
sirip yang dipasang pada kolom atau dinding. Memasukkan jendela dan pintu lebih menjorok ke
dalam juga dapat dilakukan untuk melindunginya. Dinding pada bangunan bertingkat di daerah
tropis harus dapat dilindungi baik pada lantai bawah atau atas, sehingga walaupun tidak terdapat
bukaan pintu dan jendela, tritis, atau cantilever I overhang tetap diperlukan.
Dincling yang berhubungan langsung dengan area lernbab seperti dinding ekspos pada dinding
eksterior dan dinding yang berhubungan dengan tanah permukaan cenderung menerima udara
lenibab atau air secrara langsung. Kondisi ini akan cepat mernbuat dinding terutama pada plaster
atau finishingnya mengalami kerusakan atau juga ditumbuhi berbagai jamur dan lumut yang akan
merusak estetika bangunan, mengganggu kesehatan dan terganggunya fungsi bangunan. Dinding
ini harus dilindungi dengan konstruksi spesi dan plaster yang kedap air (PC 1:3) dan lapisan lain
baik berupa lapisan finishing yang dipasang (keramik, ubin dsb) atau yang dikuaskan (cat kedap air,
water-proolring dsb).
Dinding modern yang sering digunakan pada bangunan bertingkat banyak dapat menggunakan
dinding panil yang terbuat dari kaca atau fiber yang disebut dengan cladding system. Dinding jenis ini
mempunyai keuntungan berat konstruksi yang ringan sehingga tidak dibutuhkan konstruksi khusus
dan tidak menambah berat struktur secara berarti. Konstruksi dinding dapat menggunakan rangka
baik kayu atau metal dengan teknik paku atau baut pada struktur utama. Bukaan juga dapat dibuat
baik dengan daun atau tidak. Perlu diperhatikan sifat kaca yang menyebabkan "efek rumah kaca",
yaitu akan menciptakan suhu yang lebih tinggi pada ruang.
10.2.3 Desain Bukaan
Bukaan berfungsi memasukkan udara dan cahaya ke dalam ruang atau sebaliknya. Bukaan itu
dapat berupa pintu dan jendela pada dinding ataupun sky light pada atap. Bukaan dapat dibuat
maksimal pada bangunan dengan struktur rangka namun sebaliknya pada struktur dinding pemikul.
elemen bukaan pada dinding luar berupa; pintu dan jendela, tritis atau sirip dan shading atau roaster.
a. Pintu dan Jendela
Pintu atau jendela adalah elemen bukaan dinding yang digunakan untuk kepentingan sirkulasi
udara dan cahaya ataupun untuk kepentingan view dan juga sebagai pembentuk fagade bangunan.
Karena fungsinya yang beragam ini desain pintu dan jendela juga harus memadukan semua
kepentingan bangunan tersebut dengan baik.
Merancang Elemen Non Struktural
Gambar 10-17 Contoh desain dinding eksterior bangunan
Posisi letak pintu yang harus sesuai dengan fungsi ruang dan fungsi faEade tersebut harus didesaindengan konstruksi yang tepat karena akan berfungsi secara bersama antara fungsi interior dan fungsieksterior. Bahan bukaan harus dibuat dari bahan seperti kayu atau metal yang tahan terhadap cuacadan perubahan suhu supaya dapat digunakan lebih lama.
E ,0,
Bukaan pintu dan jendela terdiri dari rangka (frame)penutupnya yang dapat berupa bahan transparan sepertiini khusus pada jendela dapat dibuat tetap / mati atauPintu dan jendela hidup membutuhkan lembaran ,,daun,,
menggunakan engsel dan pengunci pada kosennya.
Konstruksi pemasangan kosen pada bangunan dipasang pada dinding tembok secara langsungdengan teknik baut atau angkur pada dinding. Sedangkan pada dinding ringan pintu dan jendeladipasang dengan menggunakan rangka yang dihubungkan dengan elemen struktur seperti kolomatau balok.
yang disebut dengan kosen dan lembarankaca dan plastik fiber. Lembaran penutupdapat dioperaikan (movable) atau hidup.pintu atau jendela yang dipasang dengan
Gambar 10-18 Contoh macam Bukaan Dinding Luar
'-:: I
IE!
l'"4 e r a n ca n g B a n gu n a n Ce d u n g B e rti n gkat Re n dah
II
i:iitir
Keterangan:
@ rintu upal {4 set)
@J Pinru rungssr (18 ser)
($ ",n,u
utsma ('t set)
fflti eintu.ten,ieta {2 seti
{il) Bouvenlight (e ser}
[.lt ) Lenoeta Kamar (6 sett
,[) Jendela shaft i6 set)
@ r*no*,u *"1, {1 sel menerus}
{il) eintu xmrwc (10 seq @ ;enoeta oep6n (2 sel)
Gambar 10-19 Contoh rencana pintu jendela pada denah
lo'rl
LB;
(;
Merancang Elemen Non Struktural
Tampak sebagian Potongan sebagiarr
Gambar 10-20 Contoh penggunan dinding kaca bingkai alumunium cladding system
-oo0oo-
Ii 151
E:f,all =TJLa=th
,8filCnt-t
L(!
MERANCANG SANITAS!BANGUNAN
Sistem sanitasi yang terdiri dari sistem air bersih, air kotor dan kotoran akan sangatberkaitan secara langsung dengan sistem struktur dan konstruksi bangunan.
Keterkaitan struktur tidak akan terlepas dari mulai penyediaan, distribusi,pemakaian, distribusi balik dan pengolahan serta pembuangan. Semua
itu memerlukan fasilitas khusus pada bangunan, maka perencanaan sistemmerupakan standard pokok bangunan. Desain yang berhasil pada bangunan
akan memberikan keterpaduan sistem-sistem ini dengan bangunan baik padasistem struktur itu sendiri ataupun pengaruhnya pada bentukan, kenyamanan
dan kesehatan bangunan dan sebagainya
i154 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
11.1 Merancang Sistem Air Bersih pada Bangunan
Sistem air bersih pada bangunan memerlukan perhatian yang khusus karena sistem ini akan
melibatkan bayak elemen struktur atau elemen bangunan mulai atap hingga pondasi. Secara garis
besar, sistem air bersih ini akan memerlukan dua bagian pokok yaitu penyediaan atau suplay, dan
pembagian atau distibufion. Sedangkan pembuangan atau pengolahan limbah air kotor akan menjadi
bagian dari sistem air kotor dan kotoran yang akan dibahas kemudian.
Pada proses penyediaan diperlukan ruang khusus penyimpan atau bak air baik di atas atau
di bawah bangunan tergantung sistem yang dipakai, sedangkan pada distribusi diperlukan ruang
khusus bagi pipa distribusi baik secara vertikal atau secara horisontal.
11.1.1 Sistem Up-feed
Sistem up-feed adalah sistem penyediaan air bersih yang bergerak dari bawah ke atas pada
bangunan. Sistem ini menggunakan bak penyedia pada bagian bawah bangunan dan didistribusikan
ke atas ke masing-masing titik keluar outlet air bersih. Distribusi up-feed ini menggunakan tenaga
pompa yang akan bekerja jika outlet air bersih dibuka.
Secara struktural, bak pada bagian bawah bangunan ini dapat berkaitan langsung dengan struktur
bangunan atau berdiri sendiri di luar struktur utama bangunan. Bak penyedia di bawah ini dapat
dibuat dengan bak beton bertulang atau tangki baja yang ditanam di dalam tanah. Ruang pompa juga
harus disediakan dengan baik dan mudah dijangkau, karena sistem ini idealnya menggunakan mesin
pompa ganda yang akan bekerja secara otomatis jika satu pompa mengalami gangguan.
Gambar 11-1 Water tank yang terletak di slte bangunan dan pompanya
Keuntungan sistem ini secara struktural adalah karena tidak diperlukan bak air di atas bangunan,
sehingga struktur bangunan tidak harus didesain lebih kuat atau lebih besar yang akhirnya akan lebih
mahal. Keuntungan yang lain adalah hanya dengan dipakainya satu pipa distribusi saja sekali jalan
Merancang Sanitasi Bangunan !I 1ss
dari bawah ke atas. Sedangkan dari atas ke bawah adalah sudah merupakan sistem ditribusi air kotor.Kerugian sistem ini adalah dengan bekerjanya pompa secara terus menerus. Sehingga akan relatifmengkonsumsi tenaga Iistrik yang besar. Disamping itu sistem ini juga rentan terhadap kemacetanaliran air akibat kerusakan pompa, sehingga harus menggunakan pompa ganda.
11.1.2 Sistem Down-Feed
Sistem down-feed adalah sistem distribusi air bersih dari atas ke bawah dengan menggunakantenaga gravitasi bumi. Sistem ini memerlukan bak suplay pada bagian yang lebih atas dari fixture airbersih pada lantai yang paling atas, sehingga air masih dapat mengalir. Bak penyedia di bawah masihdiperlukan, terutama pada bangunan dengan fungsi yang lebih besar sebagai tempat persediaankarena debit yang terbatas pada sumur atau perusahaan air minum.
Secara struktural, bak penyedia ini dapat juga berkaitan langsung dengan sistem struktur bangunanatau tidak. Bak air yang dipasang pada bagian atas bangunan harus mempertimbangkan kemampuansistem struktur untuk menopang beban air pada bak. Kapasitas air perlu diperhatikan karena beratair satu liter identik dengan berat satu kilogram. Sehingga baik air dengan setiap kapasitas volume 1
meter kubik identik dengan 1000 liter air dan akan mempunyai berat setara 1 ton.
cambar 11-2 water tower yang berupa tangki atau bak pelat beton di atap
Elernen utama penyediaan dan distribusi sistem air bersih:
* Bak penyedia di bawah ) di dalam atau di luar bangunan{. Tempat jaringan vertikal ) dinding atau kolom.:. Tempat jaringan horisontal ) lantai atau plafond
156 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Sistem ini akan sepenuhnya didistribusikan dengan gaya gravitasi sehingga tidak memerlukan
energi yang besar untuk mengalirkan air. Pompa hanya diperlukan untuk menaikkan air dari sumber
menuju bak penampung yang ada di atas saja, sehingga pompa hanya akan bekerja pada kurun
waktu tertentu saja. Kerugian sistem ini adalah harus clengan menggunakan pipa yang lebih banyak
karena pipa suplay (ke atas) akan berbeda dengan pipa distribusi (ke bawah). Begitu juga dengan
posisi bak air yang harus di atas, sehingga akan memerlukan beaya khusus untuk mengkuatkan
sistem struktur (jika menjadi satu dengan bangunan) atau harus mendirikan menara khusus untuk
keperluan ini (water tower)'
11.1 .3 Desain Bak Air dan Distribusinya
Bak air dan jalur distribusi adalah bagian dari sistem yang berkaitan langsung dengan struktur
dan kontruksi bangunan. posisi bak air jika berada pada bagian bangunan (pada sistem down-feed)
harus diletakkan pada sistem struktur baik kolom balok atau dinding pemikul secara langsung.
posisi bak biasanya diletakkan langsung di atas area kamar mandi, disamping untuk mendapatkan
penopang dari kolom atau dinding yang relatif berdekatan, juga untuk memudahkan distribusinya,
karena relatif dekat dengan shaft yang biasanya diletakkan di sekitar area service kamar mandi' Bak
air harus mudah dijangkau untuk keperluan perawatan dan pengurasan air'
Gambar 11-3 Shaft vertikal; bukaan dan isinya
Konstruksi elemen sistem utilitas:
Bak penyedia di bawah ) di dalam atau di luar bangunan
* Tempat jaringan vertikal ) dinding atau kolom
Bak penyedia di atas ) pada struktur utama atau struktur tersendiri
Tempat iaringan horisontal ) lantai atau plafond
Merancang Sanitasi Bangunan i.--I t)/
Ukuran bak air ini harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan bangunan dan fungsinya.Pada bangunan hunian, kapaitas air bersih ini lebih besar dengan mengambil pedoman kebutuhanair bersih sebesar 100 liter setiap orang per satu hari. Bangunan lain seperti kantor dan sekolah dapatlebih rendah dari ketentuan tersebut. Namun hal lain yang diperhatikan adalah juga berapa jumlahpemakai pada satu bangunan dalam satu harinya. Jumlah pemakai ini selanjutnya menentukan volumebak yang harus disediakan. Pada bak air bersih juga dapat digabungkan kebutuhan air yang akandipakai untuk keperluan hydrantdan sprinklers. Kebutuhan air ini biasanya maksimal disediakan 1/3volume setiap bak pada bagian bawah. Hal ini dimaksudkan juga untuk mengindari ikutnya endapanlumpur dan sejenisnya pada distribusi air bersih. Jika diperlukan volume yang lebih, dibutuhkan bakkhusus untuk keperluan itu. Detail bak air ini harus sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkanseperti permukaan dasar yang miring ke arah bukaan, pemakaian tutup yang mudah dibuka dansebagainya. Posisi bak ini juga harus terlindung dari sinar matahari langsung untuk menghindaritumbuhnya lumut pada bak yang dapat membuat air menjadi kotor.
Gambar 11-4 Desain bak air yang berkaitan dengan bentuk arsitektur
Pada distribusi, pipa-pipa jaringan harus diletakkan pada jalur shaftvertikal atau horisontal. Pipavertikal biasanya lebih besar karena merupakan jalur distribusi primer sedangkan jalur horisontaldapat lebih kecil karena merupakan jalur sekunder. Ruang shaft yang disediakan untuk jalur jaringanini juga disesuaikan dengan kebutuhan ruang untuk pipa dan teknis pemasangan dan perawatannya.Shaft vertikal dapat biasanya berada pada area service semacam area kamar mandi dan peturasanataupun area tangga utama atau darurat. Sedangkan shaft horisontal dapat berada di bawah lantaiatau di atas plafond. Shaft-shaft ini harus mudah diakses untuk kepentingan perawatan dan perbaikanjaringan.
158 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 11-5 Konstruksi shaft horisontal di lantai dan di bawah pelat lantai
1.,|..2 Merancang Sistem Alr Kotor dan Kotoran
Sistem air kotor dan kotoran disebut dengan sistem sanitasi bangunan, yaitu sistem yang menjaga
bangunan dari limbah air dan kotoran. Sistem sanitasi ini pada pokoknya terdiri 3 bagian besar yaitu
jaringan balik air kotor dan kotoran, pengurai dan peresapan atau buangan. Masing-maing ketiga
bagian ini harus direncanakan dengan baik baik sebagai sistem atau secara individu.
Sistem sanitasi harus ditentukan terlebih dahulu untuk dapat mendesain elemen sanitasi di atas.
Sistem ini secara garis besar dimulai dari jaringan air kotor dan jaringan kotoran kemudian menuju
bak pengurai lalu menuju peresapan atau buangan.
Diperhatikan juga untuk hal-hal yang berkaitan dengan:
* Volume pemakaian
t Volume air untuk keperluan hydrant dan sprink/ers
+ Konstruksi berat atau ringan
Merancan g Sanitasi Bangu nan | ,',
11.?.1 Distribusi Balik Air Keitor dan Kotoran
pacla 6istriirusi Lralik sanitasi, air kotor dan kotoran dlbedakan untuk memudahkan pembedaan
pengolahan linrbah pacJa bangunan yang relatif mempunyai kapasitas besar. Pada bangunan
se<Jerhana, .ialur air kotor r.ian kotoran ini dapat disatukan. Pipa air kotor dapat langstlng menuju
peresapan atau cliendapkarr lebih dahulu pada bak pengendapan. Sedangkan kotoran harus melalui
bak pengurai yang disebut clengan septic-tank'
Jalur air kotor clan kotoran seSanyak rnurrgkin rnenggunakan jalur vertikal untuk mempermudah
rneneruskan zat l<otoran yang ada di daianr pipa. .lalur pipa air kotor dan kotoran harus mempunyai
kemiringan yang cirkup (minimal 6%) urrtuk dapat mengalirkan kotoran jika harus dipasang secara
horisontal. Dengan rjenril<ian harus <liperlratikan jika pipa irri harus melalui jalur horisontal yang
pan.!a:.rg karena akan memerlukan ruang yang cukup besar untuk rnencapai kemiringan tersebut. Pipa
air hotcir hiasanya menggui-rakan pipa berukuran diameter lebih besar dari air bersih yaitu sekitar 3"
hingga 4" sedattgkan pipa kotoran menggunakan pipa diameter 6"'
11 .2.2 Desain SePtic'tank
Septic+ank adalah fasilitas perrgurai dan juga pengendap bagi air kotor dan kotoran sebelum
diteruskan pa,ia peresapan atau dibuang ke sistem air kotor kota atau riol kota. Septic-tank ini pada
dasarnya adalah bak yang dipakai untuk menampung sementara kotoran dan air kotor untuk diuraikan
agar air buangan sudah tidak mengandung kuman atau bakteri yang berbahaya bagi lingkungan.
Septictank dapat diletakkan cii mana saja parla bangunan dengan catatan harus relatif dekat dengan
shaft vertikal bangunan untuk menghindari jalur horisontal yang panjang'
Bak septic-tank clapat berupa satu atau dua bak utama dengan dua bak penyaring yang ukurannya
relatif lebih kecil. prinsip kerja bak septictank adalah dengan meneruskan air kotor pada 1/3 bagian
tengah bak ke bak selanjutnya yang secara teknis dapat menggunakan penyekat dinding atau pipa
yang diarahkan pa,Ja ketirrggian tersebut. 1/3 bagian pada bagian atad adalah tempat bagi kotoran
yrng t"rupung sedangkan 1/3 bagian bawah adalah tempat bagi kotoran yang mengendap. Lama
proses penguraian clan pengendapan ini berjalan selama kurang lebih selama3 x24 jam, sehingga
kapasitas septic-tank harus memperhatikan ketentuan ini'
Sistem sanitasi terdiri dari:
* Area titik asal buangan 9 kamar mandi, dapur
{. Jalur distribusi balik horisontal 9 di bawah lantai atau di atas plafond
,i. Jalur distribusi balik vertikal ) shaft oipa
A jalur pengolahan dan pembuangan I pada lantai dasar
* Alat pengolahan I septic-tank, bak lemak, dan bak kontrol
* Alat penrbuangan 9 Peresapan
160 I fi,leran,.:ang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Voiunte bak septic-tank yang harus elisediakan harus dihitung dari rata-rata kotoran atau juga airkotor jika bak juga dipakai untuk mengr:ndapkan air kotor. Jika hanya mnampung kotoran dari WC,volume tampungnya dapat menggurrakan standarcl minimal 15 liter per orang per hari. Sehinggaperhitungan harus dilakukan terhadap jurnlah penghuni dikalikan 15 liter dikalikan 3 hari waktuyang dibutuhkan untuk nienguraikan koioran, sehingga volume minimal dapat ditentukan. Jika bak
septictank juga dipakai untuk air kotor maka volume penampungan harus dihitung identik dengankebutuhan air bersih yaitu i00 liter per orang per hari selama 3 hari. Perlu diwaspadai pemakaian
deterjent yang keras agar dihindarkan rnasuk ke dalam bak pengurai untul< menjaga agar kinerjabakteri pengurai tidak terganggu, kareira bagaimanapun juga diantara jenis deterjent dan zat kimialain ada yang mengandung zat yang sulit untLlk diuraikan terutama dalam jumlah komulatif yang
banyak. Untuk mengantisipasi ini, khusus pada huangan air cucian pakaian tidak diikutkan masuk ke
dalam bak pengurai, narnun perlti diseciiakan bak pengendap khusus sebelum masuk ke peresapan
atau riol kota.
Faktor utama pada septicktank:
t Pengendapan ) penerusan cairan pada bagian tengah
, Penguraian ) volume yang dibutuhkan untuk waktu 3 hari.f. Distribusi ) jalur yang diperlukan untuk ke peresapan melaluibak kontrol
* Ventilasi I menjaga tekanan yang sama dengan udara Iuar
* Konstruksi 9 clinding tahan air yang terbuat dari beton atau cjinding bata FC
M erancan g Sanitasi B an gu n an
Koiom Praktis Dindrng 8at*bata trassraam
,'120, 4oo 120,
ttttrltt'100 12frI 7s0 tlilt
DENAH STPIIC TANK
PenrJtup Polet Betonuntuk lubang 40xt0 cm
Kolak Porns€ahKot*an r
t'-r-:' i1-, Lsoo l*' Qa
l,___tl __yy l: 7so ll_POTNTJGAN .IFPIICK TANG(
Gambar 11-6 Prinsip konstruksi septic-tank
Desain bak septic+ank juga harus memperhatikan kemudahan untuk pemeliharaan dan perbaikan.Penutup yang rapat namun mudah dibuka diperlukan untuk mengadakan pengecekan, pembersiha-endapan secara berkala atau bahkan pengurasan jika sewaktu-waktu diperlukan. Ventilasi sansa:diperlukan untuk menghindari tekanan yang berlebih akibat gas yang dapat mengancurkan konstrui,bak dan juga dapat menyebabkan bau kotoran balik ke dalam bangunan.
| ,u,
162 I M e r an ca n g B a n y,it n a ti Cedlrn g B e rti n gkat Ren dah
11 .2.3 Desain Peresapan
Peresapan adalah proses akhir dari air limbah yang sudah dirrraikan atau diendapkan. Peresapan
ini secara prinsip hanyalah berfungsi meresapkan air ke dalam tanah" C)leh karena itu air limbah
yang masih mengandung bakteri berbahaya atau zat kimia berbahaya harus diolah lebih dahulu baik
dengan bak pengendapan atau dengan bak septic-tank. Pada fungsi bangunan yang lebih kompleks
pada zat buangannya harus menggunakan sistem pengolah limbah yang lebih rumit, yang tergantung
dari zat buangnya.
i0i'T
I
I
I
I
rocn]
I
I
Pemauk€an tanah
Bub bolon d.900t00
Lspisan ljuk tsb8l 15mD
c
c
I
Gambar 11-7 Prinsip konstruksi peresapan
Peresapan ini bekerja dengan dayadari permukaan air tanah untuk dapatpermukaan air tanah yang dalam dapatdengan sumur peresapan. Sedarrgkan
Merancang Sanitasi Bangu nanT
I ro:
resap tanah, oleh karena itu kedalaman resapan harus kurangterjadinya proses tersebut. Daerah-daerah yang mempunyaimenggunakan peresapan dalam bentuk sumur yang disebut
dangkal menggunakan peresapan dalam
darah-daerah yang mmpunyai permukaan air tanah yangbentuk aliran yang memanjang secara horisontal.
Detail peresapan ini pada intinya adalah sumur atau bak yang berhubungan langsung dengantanah yang proses perespannya dibantu dengan berbagai material untuk menyaring berupa krikil danpasir, material untuk penetral limbah berupa arang, dan juga material untuk membantu penyerapanberupa serabut ijuk atau sabut kelapa.
11.2.4 Desain Bak Lemak dan Bak Kontrol
Bak lemak dan bak kontrol pada dasarnya adalah bak pengendap yang berfungsi menyaring airbaik dari endapan atau dari apungan yang secara prinsip juga sama dengan bak septictank. Bedanyadisamping pada ukuran adalah pada peruntukannya, yaitu bak lemak digunakan khusus untuk limbahdapur yang banyak mengandung apungan lemak yang sangat berbahaya baik bagi lingkungan ataujaringan itu sendiri. Sedangkan bak kontrol lebih berfungsi sebagai bak pengendap karena lebihdimaksudkan untuk membersihkan jaringan dari endapan lumpur dan sejenisnya. Konstruksi desainkedua bak ini juga identik dengan bak septictank namun lebih kecil karena tidak diperlukan untukvolume buangan dan penguraian yang besar dan lama.
Macam peresapan:
* Sumur peresapan ) pada permukaan air tanah dalam
* Jalur peresapan ) pada permukaan air tanah dangkal
164 I
Posisi Penutup Beton
DENAHBAK PENANGKAP LEMAK
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
DENAHBAK KONTROL AIR KOTOR
,120-,- i --"--
1i
600 120
up Beton Bertulang
120i 490 12Q,
l
II
I
Tinggi Permukaan Air
Pipa Pralon d.4"
400 124l
POTONGANBAK KONTROLAIR KOTOR
n20 600.-.,t -, , ;illl
POTONGANBAK PENANGKAP LEMAK
1201
:i
Posisi Penutup Beton
Dinding
Gambar 11-B Prinsip konstruksi bak lemak dan bak control
M erancang S an itas i B an gu n an
I>{[.:,r,i
ii
l,I
I
ll
:,..".:l
!
I
l'l
rt
Keterangan:SAB SumurAir Bersih
SPAH Sumur ResapanAir Hujan
SPAX Sumur ResapanArr Kotor
ST SeptikTank
BK Bak Koniroi
BPL Bak Penangkap Lemak
tartrJ
----> Pipa P/imer
-* Pipa Sekunder
Cambar 11-9 Contoh rencana sanitasi (air kotor)
| ,u,
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
. ,1
.\
Gambar 11-10 Contoh detail area kamar mandi dan sYstem pentipaannya
-oo0oo-
i,f i.;ti;lr*""".c l +812
+3 06
MERANCANG TAMPAK DANPOTONGAN
Cambar kerja tampak dan potongan pada proses merancang bangunan adalah hasil
dari pemikiran semua aspek bangunan. Potongan dan tampak bangurran belumdapat dipastikan jika masih terdapat persoalan pada bangunan. Oleh karenaitu pada pembahasan ini diletakkan pada bagian paling akhir sebagai hasil.
Terkadang gambar denah, tampak dan potongan dalam proses desain disebutjuga sebagai gambar "pre-design" yang masih dimungkinkan untuk mengalamiperubahan. Setelah perubahan dan penyempurnaan dilakukan, maka hasilnya
adalah gambar kerja sebagai dokumen perancangan akhir
168 I
12.1 Memotong Bangunan
hl e r an ca n g B a n gu n an Cu'dung B e rti n gkat Rendah
, GanlL-r)o (erornik, ii. )to( rJ, .:... ,r n i I 2 (. n l
'k4'):l 2/.1 cnt' t):t,,k .517 cnt, Gt.trciirtg 8/12 cr-rt
' KurJd kr-rrlc 8i I4 cm, Bt.tt:tbqan I/1.4 ^cnt, 8tr/crk Cngtn 6/ I/. Cfi-'
, Gunurtq-Qurturto, WCrler fol,ter f>lqt Ll20
,Ringbolk tSl20 cn'r
,Pelol {anlai t.120
,Sloaf 15120 cm,Faot plol
Potongan a-a
+9.31Y
+6.56r
+5.5q
+3.06t
I
+0.00 lVl
l
-1.10vr
-20g lI
+2.94
:0 01q
400
GirdongGorost
I
LsnLaLWiLonfai Al ;
R.SetbogunclR.Keluorgo
Tciiiet r KrnIoiiet I Km
Gambar 12'1 Prinsip informasi pada gambar potangan
lstilah potongan bangunan dalam perancangan struktur arsitektur adalah istilah yang diberikan
untuk gambar yang memperlihatkan bagian-bagian atar.t elemen-elemen bangunan secara utuh dan
lengkap. Oleh karena itu gambar potongan dianggap gambar yang sangat penting karena disamping
memperlihatkan sistem struktur juga akan menLrnjukkan sistem-sistem lain dalam bangunan' Bagian
Merancang Tampak dan Potongan | ,u,
yang dipotong dalam bangunan ditunjukkan dengan garis terpustus-putus yang menunjukkanletak dan arah pandangan dalam potongan pada denah setiap lantai bangunan. Dengan demikianproses gambar potongan ini relatif akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengolah sistembangunan secara keseluruhan.
12.1.1 Prinsip Potongan.
Cambar potongan sangat penting untuk menunjukkan prinsip struktur bangunan, kedudukanelemen bangunan, konstruksi dan bentukan, ukuran dan juga bahan yang dipakai dalam bangunan,serta dapat pula menunjukkan kaitan dengan sistem bangunan.
Potongan dalam gambar kerja arsitektur biasanya sengaja diletakkan pada bagian-bagian yangmemerlukan penjelasan lebih rinci yang dapat menunjukkan prinsip bangunan secara keseluruhan.Baik sistem struktur ataupun sistem yang lain dalam bangunan harus dapat ditunjukkan dengan baikdan jelas. Oleh karena itu bagian-bagian dalam bangunan yang sering tepat dipotong adalah ruang-ruang seperti kamar mandi, tangga, shaft serta ruang-ruang khusus seperti ruang yang mempunyaiukuran lebih besar, lebih tinggi dan sebagainya. Bagian-bagian itu ditunjukkan disamping untukmemperlihatkan keterpaduannya dengan elemen bangunan lain juga ditujukan untuk memperjelasmasing-masing ruang tersebut yang biasanya diperlukan potongan detail dengan skala yang lebihbesar. Demikian juga dengan letak, arah serta posisi potongan diperlukan keberagamannya sehinggainformasi mengenai bangunan ini akan dapat ditunjukkan dengan jelas.
Potongan dibuat dengan tujuan memperlihatkan:
* Sistem struktur dan elemennya
* Konstruksi antar elemen sistem struktur* Konstruksi inter elemen struktur
* Bahan bangunan
* Ukuran dan satuan
a Konstruksi ruangan bangunan
* Sistem bangunan
170 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
t__.-_-6 66 6 6 d d d A(] rh ,A
i6d sfrtF I6roait /r\;i-6-----Et
---TT-i-r--T--=] .r.ru
6 db66dd6 6
Gambar 12-2 Contoh potongan bangunan
1 2.1 .2 Potongan Ars ite ktural
Adakalanya sebuah potongan hanya dimaksudkan untuk menunjukkan salah satu aspek saja
dalam bangunan. Untuk menghindari gambar yang lebih rumit atau untuk menghindari kesalah
pahaman antara perencana dengan fihak lain terutama pelaksana dan pemilik, gambar potongan
hanya memberikan satu informasi saja.
Potongan ruang yang hanya menunjukan bentuk dan suasana ruang biasanya dapat digambar
dengan menggunakan metoda potongan tertentu seperti potongan tiga dimensi atau potongan
perspektif atau axonometri. Potongan ini lebih bersifat arsitektural karena belum dapat dipakai sebagai
gambar pelaksanaan di lapangan. Cambar potongan sejenis ini lebih ditujukan untuk kepentingan
pencarian gagasan atau presentasi.
Merancang Tampak dan Potongan | ,r,
1 2.1 .3 Potongan Struktural
Fungsi utama gambar potongan lengkap pada bangunan adalah untuk menunjukkan prinsipstruktur secara jelas. Oleh karena itu teknis penggambaran potongan tidaklah seperti teknikmemotong kue dan memandanganya pada arah samping apa adanya seperti pada teknik arsitekturaldi atas. Teknik seperti itu justeru akan membingungkan karena tidak dapat memuat informasi yanglengkap dan jelas. Karena gambar potongan harus menunjukkan posisi sistem dengan lengkap, makasekalipun bagian bangunan tersebut terdapat pada bagian belakang pandangan, elemen tersebut tetapakan digambar. Begitu juga dengan elemen yang berada secara tidak langsung pada garis potongnyapada denah, jika merupakan bagian utama dari sistem struktur, seperti pondasi, kolom, balok, kuda-kuda dan sebagainya tetap diperlihatkan dalam potongan. Caris potong pada denah lebih ditujukanuntuk menunjukkan posisi ruang dan bukan pada posisi elemen atau sistem.
12.1.4Potongan Detail
Potongan juga d iperlukan untuk memperjelas detail konstruksi bangunan tertentu. Potongan detailini sifatnya lebih teknis dan akan dipergunakan secara langsung baik sebagai pedoman pelaksanaanataupun sebagai pedoman untuk memprakirakan harga bangunan (RAB) karena perhitungan baikjenis bahan ataupun ukurannya beserta posisinya baru dapat dihitung jika dengan gambar jelas.Dengan demikian gambar detail ini sangat diperlukan pada setiap bagian dalam bangunan dengansangat jelas beserta notasi ketentuan bahan dan ukuran untuk dapat dilaksanakannya bangunandengan benar.
Potongan detail dalam satu rangkaian konstruksi juga dapat digambarkan secara sekaligus.Potongan ini biasanya disebut dengan potongan prinsip yang akan menunjukkan dengan jelasprinsip-prinsip dalam satu bagian atau elemen bangunan seperti potongan pada area kamar mandidengan shaftnya, potongan pada bagian atap bangunan beserta konstruksi pelengkapnya sepertitalang dan bubungan, potongan pada dinding luar bangunan yang berkaitan dengan tritis sertakanopi dan sebagainya.
172 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Atap Genteng
Kuda-kuda kayu 8/16
Rangka plafond 4/6BV 100 x 50 cm
Listplank 2/20
Sirip pelat beton 't0 cm
Jendela swing
BV 100 x 50 cmSirip pelat beton 10 cm
Sirip pelat beton 10 cm
Keramik 30x30Pasir urug 10 cm
Sloof 15/30 cmPondasibatukali
Pondasi Footplate 90 x 90 cn
Gambar 12-3 Contoh potongan detail pada gambar prinsip
Merancang Tampak dan potongan
12.2 Menentukan Garis potongan pada DenahUntuk dapat menghasilkan gambar potongan yang lengkap dan informatif, maka perlu dibuattempat atau garis potong pada bangunan. caris potongan ini dapat digambarkan melalui denah
[::1""' Tentu saja denah yang telah hampir 100% b"n., untuk mendapatkan potongan yang
Tempat-tempat yang perru dijeraskan biasanya pada ruang-ruang isti''r v'qJq,,/q paLrd rudr8-ruang rstrmgwa sgmacam kamarmandi karena distribusi sistem sir bersih dan kotornya yang akan berpengaruh pada konstruksi harokrdn Korornya yang akan berpengaruh pada konstruksi balok,pelat atau kolom dan shaft. Ruang tangga juga perlu dipotong untuk menunjukkan konstruksi ranssa
f:r}:,::::_"_*::ljl1l!;i'olk tain, juga ruang-,,rng rebar untuk ,un;uriiu; il*ff:tangga
struktur dapat mengakomodasi tuntutan ruang.
l ,,,
rangka atau gunung-gunungkolom atau dinding sangat
12.2.1Memotong Atap
Potongan pada atap dimaksudkan disamping untuk memperlihatkan konstruksi sistem strukturatap juga untuk memperlihatkan fungsi-fungsi atap. Fungsi atap dapat berupa penyediaan ruang spertitempat bak air, tempat mesin AC, taman di atas utrp drb dan juga tempat terjadinya sistem sepertipenghawaan dan pencahayaan sebagaimana yang telah disebut di depan pada buku ini.struktur utama atap harus dapat dirihat apakah atap menggunakan
dan sebagainya' Bagaimana sistem rangka atap ditopang apakah orehperlu bagi penjelasan sistem struktur pada gambar kerja.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
lrsol zso l--r
174 I
I"1-olOI
'l;rol--l.,lOI
_.:t.--TBi .iot(f,
I
_l_I
I
,&l I:-.-l .olo;'l
I
I
I
--1-
I
tioioi(.rl
i
l
I
I*T
Id uoot'r ,l--_1-- 'l r
; ,i\A
o!C'l!tr
I
Ill'--"i--
l
'-'1 -lolol3iI
i
I
-t-llotr)i c)
t\i Cfdti 6l
i
I
6 _]__* ror;N.O-io .*+-
1
O]olc!ll
I..---t--
I
oi()l6ll
I
TAMAN BELAKANG , iI
IR ldur Utama
r 0.00 I
nrl
:::j1
RUANG KELIIARGA
Gambar 72-4 Prinsip garis potongan pada denah
Merancang Tampak dan Potongan I| 17s
12.2.2 Memotong Ruang
Memotong ruang selain untuk memperlihatkan sistem struktur utama juga ditujukan untukmemperlihatkan kondisi interior bangunan. Dengan demikian konstruksi interior pada potongan jugadiperlihatkan. Namun untuk menghindari kerancuan dengan sistem struktur, elemen-elemen interiorini biasanya digambarkan khusus pada detail potongan.
Potongan pada kamar mandi ditujukan untuk memperlihatkan posisi kamar mandi setiap lantaipada bangunan bertingkat, serta posisinya dengan ruang lain pada lantai yang sama atau lantaiyang berbeda. Area kamar mandi juga berhubungan erat dengan sistem shaft yang dipakai dalambangunan tempat pipa-pipa akan diatur baik secara vertikal atau horisontal baik untuk air bersihataupun air kotor dan kotoran. Detail ruang kamar mandi seperti perbedaan rendah pelat lantaidan finishingnya, finishing dinding, ketinggian plafond, jaringan yang terdapat di atas plafond sertaperalatan kamar mandi seperti bak air, WC, toilet, urinoir dan sebagainya, perlu untuk diperlihatkan.
Gambar 12-S Memotong bangunan untuk potongan
Potongan pada area tangga memperlihatkan konstruksi tangga dengan pondasi atau balok sertalantai di atas dan di bawahnya, memperlihatkan desain anak tangga dan pegangan atau raillingtanggamenunjukkan ruang yang berhubungan langsung dengan tangga, menunjukkan sistem pencahal,aa-dan pengudaraan di sekitar tangBa dan sebagainya. Pada area dekat tangga juga dapat diperlihatk;-kaitan dengan sistem.iaringan yang mungkin seperti shaft untuk kabel listrik atau telepon.
Potongan khusus pada shaft-shaft selain akan menunjukkan konstruksi dan ukuran, juga ar.-menunjukkan hubungan shaft dengan ruang yang dilayaninya. Serta kaitan dengan sistem ia-;diwadahi dengan shaft tersebut seperti posisi bak-bak penyedia atau penampung pada siste- . -
176 i Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
bersih dan air kotor, ruang-ruang pompa, atau ruang mesin serta panel-panel pada shaft listrik atau
lift dan sebagainya.
Potongan pada ruang-ruang khusus dalam bangunan akan menunjukkan bagaimana sistem
struktur ruang tersebut terhadap bangunan. Ruang yang lebar akan menunjukkan struktur untuk
mengantisipasi bentangan yang lebar serta kaitan ruang tersebut dengan ruang lain pada lantai
yang sama atau pada lantai yang berbeda. Ruang yang lebih tinggi akan menunjukkan bagaimana
ketinggian ruang akan diperoleh, apakah dengan menaikkan elemen ruang seperti plafond
1 2.2.3 Memotong Pondasi
Pondasi dipotong untuk memperlihatkan posisi-posisi pondasi utama dan lainnya. Potongan
ini juga kadang diperlukan pada beberapa tempat untuk menginformasikan maksud tertentu dari
penggunaan rancangan pondasi yang perlu mendapatkan dalam proses pembangunan.
Bagian pondasi yang perlu dijelaskan adalah penggunaan sitem pondasi dalam dan dangkal yang
mungkin digunakan, penggunaan jenis pondasi dangkal menerus untuk dinding atau titik untuk kolom,
serta penggunaan pondasiyang lebih kecil seperti rolaag dan juga sloof yang berfungsi sebagai pondasi.
Atao Genteno MetalTxasauMetal
l+_!3.a
|',0,irn ruT-
I
1
Pqn,
I I l,*l {'osl11001 450 I 150 I 4s0rl----_ i .r6) (-qjo
Gambar 12-G Contoh potongan bangunan asrama 3 lantai melintang
Merancang Tampak dan potongan
Tangki Air Dingrn/panas. -_,40 ff:-TfEl I-/ lt
l*1-t--(3)
Zonayang perlu diperlihatkan dengan gambar potongan:
{' Kamar mandi ) prinsip pelat lantai, finishing lantai atau dinding, plafond dan jaringanny,a* Void tangga ) konstruksi tangga dan anak tangga.t Shaft ) konstruksi shaft dan sistem di dalamnya* Ruang khusus ) ruang lebar atau tinggi
Gambar 12-7 Contoh potongan bangunan asrama i rantai membujur
12.3 Desain Tampak Bangunancambar tampak dalam bangunan adalah gambar yang sebenarnya dirangkum dari ketentuan-
ketentuan dalam denah dan potongan bangunan. Ketentuan-ketentuan konstruksi dan ukuran dalamdenah dan potonganlah yang akan menghasilkan gambar tampak akhir yang ideal. Untuk keperluanpengembangan Sagasan desain tampak juga telah dapat dihasilkan, namun tampak pada tahap awalini bukanlah hasil seperti dalam tampak pada gambar kerja, tetapi lebih merupakan sarana prosesyang masih akan sangat banyak mngalami perubahan setelah dilakukan analisis pada semua aspekdalam desain bangunan.
| ,,,
178 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
12.3.1 Prinsip TamPak
prinsip tampak dalam gambar kerja arsitektur adalah gambar proyeksi yang dihasilkan dari
gambar denah, potongan dan atau tampak lain dalam bangunan itu. Tampak muka atau samping
atau belakang dapat saling diproyeksikan untuk melihat keterkaitan gambar-gambar tampak arah
pandang yang berbeda tersebut.
rerH {rt Era!r1&rd7( !r_1d d! / I ld,, ,"-- ! 7
wli crtt frfr^lul_rdurML+a/i\
\.:-/
Cambar 12-B Tampak Bangunan dan kaitannya dengan kontur site
Untuk menghasilkan tampak yang baik dan benar diperlukan konsistensi yang benar antara
interior dan ekterior bangunan. Fungsi-fungsi ruang interior harus dapat diakomodasi dalam wajah
atau fagade bangunan terutama dalam hal desain bukaan. Jumlah, ukuran dan proporsi bukaan dalam
faEade bangunan akan berhubungan langsung dengan fungsi ruang yang ada dibaliknya. Dengan
demikian setiap keputusan desain harus disesuaikan antara kepentingan bentuk arsitektural dengan
bentuk fungsional sehingga bangunan tidak hanya indah namun juga dapat memberikan fungsi yang
Merancang Tampak dan potonganN ,r,
ttrl:t R&fn!* r,r*A
I
I
I
I
!
I._.JI
Gambar 12-9 Prinsip proyeksi untuk menghasilkan tampak
Dalam gambar tampak juga akan memuat informasi bagaimana atap bangunan terbentuk.Atap juga merupakan elemen tampak utama bangunan terutama bangunan rendah atau bertingkatrendah. Kadang karena akibat hasil tampak yang kurang proporsional atau kurang sesuai dengantujuan perencana semua gambar baik denah ataupun potongan bahkan fungsi ruang yang ada didalam bangunan dapat dirubah atau disesuaikan. Dengan demikian ketiga gambar utama baik denah.potongan dan tampak saling kuat keterikatannya sekaligus saling dapat mempengaruhi untuk dapa:dihasilkan desain yang ideal. Seorang arsitek yang bijaksana harus dapat mengintegrasikan sem-aaspek bangunannya yang dicerminkan ke dalam ketiga gambar utama tersebut.
180 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
12.3.2 Membaca Tampak
Sebuah gambar tampak disamping akan memuat informasi bentukan bangunan juga akan
memberitahukan kepada fihak lain mengenai sistem-sistem bangunan. Sekalipun pada desain
bangunan yang lebih menganut faham bentuk yang utama selain fungsi, sistem dan sebagainya,
satu wujud tampak bangunan akan dapat menginformasikan tentang beberapa hal yang terdapat di
dalamnya. Bahkan tampak bangunan ini juga kerap kali dijadikan "senjata" bagi para arsitek baik
untuk membuat daya tarik bagi calon pemilik ataupun bagi sasaran fungsi bangunan. Keterpaduan
keindahan tampak dengan fungsi ataupun sistem dalam bangunan adalah kunci untuk menghasilkan
hasii akhir yang ideal.
Gambar 12-10 Contoh gambar tampak rumah 2 lantai
TAIiPAK DEPAN
Merancang Tampak dan Potongan I ,,,
TAMPAK DEPAN
Gambar 12-11 Contoh gambar tampak depan asrama 3 lantai
TAMPAK SAMPING KANAN
Gambar 12-12 Contoh gambar tampak samping asrama 3 lantai
MERANCANG BANGUNAN PADAKONDISI KHUSUS
Pada bangunan dengan kondisi khusus, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi
bangunan harus dikenali dengan sejelas mungkin sebelum bangunan dapat
direncanakan dan dirancang. Kondisi khusus ini biasanya berkaitan dengan
fungsi bangunan dan aspek eksternal Iingkungan di mana bangunan itu akan
ditempatkan, dalam hal ini meliputi ancaman dari kemungkinan bencana alam.
Bangunan kondisi khusus ini biasanya juga dapat disebut sebagai bangunan
non-standard. Oleh karena itu, aspek perancangan bangunan akan berbeda
dengan bangunan biasa pada umumnya. Tujuan dari desain khusus ini pada
dasarnya adalah untuk keamanan dan keselamatan pengguna dan orang-orang
di sekelilingnya.
10A tt().l ! Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
13.1 Bangunan dengan Kondisi Fungsi Khusus
Bangunan mempunyai fungsi yang beragam yang dapat digolongkan macamnya menurut
tingkatan kepentingan fungsi yang diwadahinya. Berkaitan dengan fungsi penyelamatan terhadap
kondisi gawat darurat, bangunan yang digunakan harus dibedakan terhadap bangunan fungsi
lain. Pada bangunan bertingkat untuk fungsi ini aspek-aspek utama dalam kondisi darurat harus
diutamakan. Aspek-aspek ini meliputi kekuatan dan ketahanan sistem struktur itu sendiri, sistem
mekanis bangunan, sustem sirkulasi, hingga material bangunan harus direncanakan mampu
menghadapi fungsi dan kondisi darurat yang diperkirakan dapat terjadi pada bangunan tertentu.
Bangunan kondisi khusus ini dapat dibedakan berdasarkan fungsinya terdiri dari fungsi gawat
darurat seperti rumah sakit; fungsi penyelamatan (rescue) dan keamanan seperti kantor pemadam
kebakaran dan juga kantor polisi, serta fungsi komando seperti kantor pemerintah dan markas
tentara. Fungsi-fungsi tersebut diutamakan untuk menjaga kelanjutan tatanan sehingga bangunan
tidak boleh mudah rusak untuk mengindari keadaan rusuh (chaos) setelah terjadi kondisi gawat
darurat. Disamping itu juga perlu untuk diperhatikan bangunan-bangunan sistem yang digunakan
secara masal, sehingga jika terjadi kondisi darurat bangunan tersebut dapat digunakan sebagai tempat
pengungsian.
13.1.1 Fungsi Gawat Darurat
Bangunan dengan fungsi gawat darurat adalah bangunan rumah sakit, puskesmas ataupun klinikpertolongan pada suatu instansi ataupun kelompok masyarakat tertentu. Fungsi gawat darurat ini pada
bangunan rumah sakit harus mampu mewadahi kegiatan baik secara kasus per kasus ataupun secara
masal jika terjadi bencana alam seperti misalnya jika terjadi gempa bumi, banjir, dan sebagainya.
Bangunan bertingkat dengan fungsi ini harus didesain dengan aspek kekuatan bangunan
yang lebih, sistem mekanikal yang mampu bekerja mandiri, sistem sirkulasi baik horisontal dan
vertikal yang mudah dan aman, serta penggunaan bahan bangunan yang dapat bertahan pada kondisi
ekstrim serta tidak menimbulkan ancaman pada pengguna bangunan dan orang-orang di sekelilingnya.
ASPEK BANGUNANTERHADAP KONDISIGAWAT
{}
DARURAT
{->Sistem Sirkulasi
BangaunanSistemStruktur Sistem-sistem, dan Bahan
-Aman- Kuat- Stabil
Bangunan
-Mandiri, tidaktergantung padasistem lain di luarbangunan
- Mudah di.jangkaudar luar bangunan- Mudah keluardari dalambangunan
Gambar 13-1 Aspek bangunan gawat darurat
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,ut
Aspek pertama sebelum perancangan bangunan adalah pemilihan lokasi dan penempatan po-
sisi bangunan pada site atau lahannya. Pada kasus bencana gempa dan juga banjir, lokasi-lokasi
tertentu sudah dapat diketahui potensi ancamannya sehingga bangunan gawat darurat tidak diletak-kan di sana. Dalam satu site, juga harus dibedakan bagian-bagian yang aman dan tidak dari bencanatersebut. Selain itu, aspek kemudahan pencapaian juga harus diperhatikan mengingat fungsi daruratharus dicapai secara segera.
a. Sistem struktur bangunan gawat darurat
Struktur bangunan rumah sakit, puskesmas, ataupun klinik harus didesain mampu menghadapi
bencana yang umum terjadi di lndonesia seperti gempa dan banjir. Pada bangunan perawatan yang
bertingkat, struktur yang kaku lebih diutamakan untuk meminimalisasi perubahan bentuk yang cepatpada bangunan. Rangka kaku beton bertulang mempunyai kekakuan yang lebih tinggi dibandingsistem struktur lainnya sehingga pasien akan lebih aman baik fisik ataupun kejiwaannya. Di samping
itu, beton bertulang lebih mampu bertahan terhadap api, sehingga tidak mudah terbakar, walaupunsecara teknis bangunan dengan struktur ringan kayu ataupun baja sebenarnya lebih mampu bertahan
terhadap gempa.
Rangka kaku yang kaku akan dapat diperoleh dengan menggunakan rangka kolom balok beton
bertulang yang dipadukan dengan pelat lantai beton bertulang. Kolom-kolom harus diletakkan sesuai
dengan besaran kamar perawatan yang relatif cenderung lebih rapat. Hal ini dilakukan selain untukmengkakukan sistem struktur juga mencegah ukuran balok dan kolom yang besar karena bentangan
antar kolom yang besar. Ukuran elemen struktur yang besar akan menambah berat bangunan
sehingga akan menambah resiko guling potensial terhadap goncangan gempa. Demikian juga untukmenghadapi bahaya banjir, struktur kaku berat berton bertulang lebih mampu bertahan dibandingdengan struktur ringan.
Konfigurasi sistem struktur dengan banyak menggunakan kolom dan balok dengan jarak antar
elemen yang rapat ini dapat juga digabungkan dengan penggunaan elemen dinding pemikul (bearing
wall) yang mampu menahan gaya lateral gempa bumi sehingga menjadi dinding geser (shear wall).
Shear wall ini digunakan untuk mengkakukan bangunan karena berfungsi sebagai pelat vertikal kaku.
Dengan cara seperti ini maka kekakuan bangunan diharapkan mampu mengatasi kondisi darurat
bencana alam atau bahkan perang sekalipun.
Pentingnya bangunan gawat darurat berkaitan dengan:
t Pertolongan pertama kasus darurat
* Penanganan bencana alam.:. Pernyelamatan nyawa manusia
{,
186 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 13-2 Konfigurasi bangunan kaku kolom kecilvs. kolom besar
ld-
Gambar 13-l Konfigurasi rangka dengan pengaku dinding pemikul
Struktur bangunan gawat darurat:
* Kuat menahan beban sendiri, fungsi, dan eksternal
* Tidak menimbulkan potensi kerusakan lebih karena bencana
* Struktur ringan untuk aman Sempa bangunan pada umumnya
.f. (namun) Struktur kaku ringan lebih cocok untuk bangunan perawatan
* Struktur berat untuk aman banjir dan angin
\ -jr:f
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,u,
Untuk menghindari bencana banjir, penentuan ketinggian lantai bangunan harus dilakukanmenurut data banjir tertinggi pada lokasi bangunan tersebut. Struktur bangunan harus diangkatpada batas tersebut. Dengan demikian, banjir tidak akan mengancam fungsi dan aktifitas di dalambangunan. Namun demikian, pengangkatan lantai bangunan ini harus tidak mempersulit aksesibilitasatau pencapaian bangunan.
Gambar 13-4 Pengangkatan bangunan terhadap muka tanah
b. Sistem mekanikal bangunan gawat darurat
Bangunan yang ditujukan mampu digunakan pada keadaan darurat harus dapat berfungsi mandiritanpa harus disuplay dari sistem eksternal. Listrik, air, dan juga telepon harus dapat digunakan ketikajaringan umum sudah tidak dapat berfungsi. Oleh karena itu sistem bangunan harus direncanakanmempunyai generator pembangkit listrik (genset) yang cukup untuk mensuplay semua peralatan danpencahayaan yang ada. Demikian juga dengan suplay air harus mempunyai sumber air bersih sendiriataupun sumur air dalam yang mampu menyediakan air dalam jumlah yang mencukupi. Jika tidakmemungkinkan, tangki persediaan air harus dibuat dengan kapasitas yang diperhitungkan terhadaplamanya bencana yang akan terjadi hingga kondisi kembal normal. Telekomunikasi juga tidak harusbergantung dengan jaringan telepon ataupun operator komersial. Saluran komunikasi radio diperlu-kan untuk mendukung cadangan komunikasi jika bencana terjadi.
Selain mempunyai sistem mandiri, bangunan seperti rumah sakit juga harus mempunyai sistemmekanikal yang mampu bertahan pada kondisi bencana. Penggunaan bahan yang tahan terhadapgoncangan gempa dan naiknya air banjir juga harus disediakan. Pipa-pipa air sebaiknya tidakmenggunakan bahan plastik yang dapat mudah pecah, demikian juga dengan kabel-kabel listrik yangharus dibuat tahan terhadap rembesan air banjir sehingga justeru tidak akan menambah kekacauanakibat konsleeting listrik dan sebagainya.
Untuk menjaga sistem mandiri yang bebas gangguan bencana ini, ruang-ruang sistem harusdisediakan pada ruang khusus. Basement adalah ruang yang sering digunakan untuk itu, namunancaman potensi banjir harus diperhitungkan agar basement terbebas dari genangan air, jika tidak,
188 I
maka ruang-ruang isban
permukaan air tanah.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
ini justeru harus diletakkan pada ruang yang lebih tinggi dibanding dengan
Gambar 13-5 Peletakan ruang sistem yang aman dari jangkauan baniir pada bangunan gawat daru-
rat
c. Sistem sirkulasi bangunan gawat darurat
Bangunan yang digunakan untuk kondisi darurat harus menggunakan sistem sirkulasi yang
mudah digunakan seperti pada selasar untuk sirkulasi horisontal dan tangga untuk sirkulasi vertikal.
pintu utama dan selasar harus dibuat dengan mempertimbangkan aksesibilitas dengan menggunakan
roda seperti kursi roda, bed tandu, dan juga alat pengangkut barang. Perbedaan ketinggian selasar
harus dibuat dengan menggunakan ramp sudut maksimal 15 derajad (1:20) sehingga alat beroda
dapat digunakan untuk mengakses semua ruangan dalam bangunan.
Untuk sirkulasi vertikal, lift adalah alat wajib yang harus disediakan, sehingga pasien berkursi
roda ataupun dalam bed dapat dinaik turunkan dengan mudah. Pada sirkulasi vertikal, tangga juga
masih diperlukan agar pengguna bangunan tidak semuanya menggunakan lift untuk mengurangi
beban operasional bangunan. Pengguna yang mampu menggunakan tangga bahkan disarankan untuk
menggunakan tangga untuk satu atau dua lantai naik dan turun. Kemiringan tangga yang berkaitan
dengan perbandingan lebar dan tinggi anak tangga harus dirancang aman namun juga nyaman,
dalam arti tidak terlalu curam dan juga tidak terlalu landai.
Tangga darurat juga harus disediakan untuk bangunan gawat darurat agar penggu-
na dapat memungkinkan untuk dievakuasi dengan mudah jika diperlukan. Walapun lift ha-
rus dapat difungsikan dalam kondisi darurat dengan menggunakan genset, namun jumlah peng-
guna yang besar pada bangunan harus dapat diantisipasi dengan tangga darurat yang khusus.
Evakuasi pasien yang mampu berjalan harus memungkinkan dilakukan lewat tangga daru-
rat dengan desain tangga yang tidak terlalu curam. Kemiringan tangga berkisar antara 25-
30 derajat dapat digunakan untuk tujuan ini. Lebar anak tangga minimal 30 cm dengan karet
penahan (anti slip) di ujungnya harus dibuat agar keamanan pengguna dapat dijamin.
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,u,
POTONGAN
Gambar 13-6 Sistem ramp pada pintu masuk dan selasar
Aksesibiltas bangunan gawat darurat juga harus dibuat agar pintu masuk utama mudah dikenalioleh orang yang sama sekali belum pernah masuk atau mengenali kompleks bangunan. Pintumasuk utama harus dirancang paling mudah terlihat dan juga paling dekat dengan gerbang masuk
site fasilitas ini. Ukuran pintu rnasuk juga harus besar selain untuk fungsi juga dimaksudkan untukpenunjuk visual orang yang isban. Signage atau label penunjuk juga sangat penting pada seluruhbagian bangunan baik panduan menuju atau meinggalkan ruang tertentu. Tanda-tanda harus dibuatmudah terlihat, terletak di tempat strategis dan bahkan harus terlihat pada kondisi tanpa penerangan
sekalipun.
Keamanan bangunan gawat darurat dipengaruhi oleh:
* Sistem struktur yang mampu menahan ancaman bencana teftentu
* Sistem bangunan yang mampu berjalan tanpa bantuan dari luar
* Penggunaan yang aman pada bangunan dan site-nya
1e0 $Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Cambar 13-B Cbr. Layout ruang perawatan Yang
terbebas dari Pecahan kaca
mrcilffiEffi
ffiffi
wm
r$Huryr
reil
rtrcIrffiISET
ffi:MTtHrcil
Cambar 13.-7 Berbagai signage pada bangunan gawat darurat (ADA compliant)
d. Bahan bangunan gedung gawat darurat
Selain beton bertulang yang lebih disarankan untuk bahan utama sistem struktur dibanding
bahan bangunan lain seperti dibahas di clepan, bahan-bahan lain yang digunakan untuk bahan non-
strukturaljuga harus diperhatikan. Ketahanan bahan diperhitungkan berkaitan dengan kondisi darurat
bencana baik gempa ataupun banjir, dan juga kondisi bencana lain seperti letusan gunung berapi'
pada kondisi tersebut, bangunan non-struktural juga dapat mengakibatkan kecelakaan akibat bagian
bangunan yang jatuh, pecah, ataupun rusak lain akibat kondisi yang ekstrim.
Pada bangunan rumah sakit, pengguna utama adalah pasien yang berada di kamar perawatan
ataupun ruang lain yang posisinya direncanakan tertentu. Penggunaan bagain-bagian bangunan
yang mudah jatuh, mudah pecah, ataupun rusak akibat 8empa, banjir ataupun bencana lainnya
harus dihindarkan terutanra pada ruang-ruang tersebut. Kamar pasien harus menggunakan jendela
yang tidak terbuat dari kaca lebar yang
mudah pecah. Demikian juga dengan
penggunaan plafond Pada ruangan
perawatan sebaiknya dihindari agar
tidak terdapat resiko plafond jatuh akibat
gempa. Demikian juga untuk elemen
arsitektural seperti lampu, kipas angin,
AC dan sebagainya harus dijauhkan dari
posisi tempat tidur pasien dan juga ruang-
ruang lain yang berhubungan dengan
pengguna pada umumnYa.
Berkaitan dengan bencana banjir,
bahan bangunan terutama pada lantai
bawah bangunan harus mampu mena-
han air dan desakan arusnya. Pengunaan
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,,,
dinding yang kedap air tidak cukup hanya dipasang pada dinding bagian bawah, tetapi juga pada
seluruh dinding pada lantai dasar. Untuk menghindari arus air, dinding beton bertulang harus dipa-
sang sebagai penahan air pada sisi tertentu bangunan yang diperkirakan sebagai arah datangnya air.
Gambar 13-9 Dinding beton pada lantai dasar
13.1.2 Fungsi Penyelamatan dan Keamanan
Bangunan termasuk dalam kategori ini adalah bangunan rnarkas atau kantor pemadam kebakaran
dan kantor polisi. Selain pada keadaan normal, kedua institusi ini'paling berperan dalam kondisi
khusustertentu atau kejadian bencana. Oleh karena itu, selain fasilitas pengobatan dan perawatan di
atas, kantor pemadam kebakaran dan polisi harus dirancang mampu bertahan dan masih berfungsi.
Dengan demikian penyelamatan dan pengaturan suatu kejadian di wilayah kejadian bencana dapat
tetap dilakukan.
Pada fungsi ini hal-hal yang harus diperhatikan selain aspek-aspek yang sama pada bangunan
gawat darurat diatas, juga memperhatikan aspek lain yang meliputi: pola alur sirkulasi keluar dan
masuk serta konfigurasi ruang dan bangunan.
a. Pola alur sirkulasi
Untuk dapat melakukan fungsi penyelamatan dan pengamanan, terutama pada kasus khusus
seperti bencana dan kerusuhan, pemadam kebakaran dan juga polisi harus mampu bergerak secara
bersama dalam jumlah besar dan dengan waktu yang singkat.
Pola sirkulasi ini harus dirancang baik pada ruang luar ataupun di dalam bangunan. Pada ruang
luar, kaitan antara ruang parkir kendaraan dan jalan keluar site harus diatur langsung tanpa hambatan.
Penggunaan jalur akses keluar ini harus dibuat khusus dan dipisahkan dari akses keluar masuk yang
bukan gawat darurat seperti main entrance, ruang parkir mobil staff dan sebagainya.
groc6(}
.=o
Eo3.E
Eo
1s2 i Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
P6rkir kendarJan c'l{rasioM!
P3.lr keo{arsa,i $igril:icnal
Parttr pulrlh
Keluar
{}Masukff'
Gambar 13-10 Zonning dan peletakan alur sirkulasi gawat darurat
Pada sirkulasi dalam ruangan pada bangunan bertingkat, tangga harus dibuat untuk orang dalam
keadaan lari sehingga dibutuhkan lebar anak tangga yang lebih sehingga sebagai akibatnya jalur
tangga akan bertambah panjang. Sebagai alternatifnya, penggunaan short cut access seperti pada
lubang pelat lantai dengan pipa khusus untuk melompat ke lantai bawah juga sering diterapkan pada
kantor pemadam kebakaran dan juga kantor polisi.
Akses Pintasoperasional
Gambar 13-11 Short cut access pada kantor pemadam kebakaran dan kantor polisi
d. Konfigurasi ruang dan bangunan
Berkaitan dengan pola sirkulasi masal pada proses keluarnya pasukan pemadam kebakaran
ataupun polisi, pada sitenya, bangunan dengan fungsi ini harus di atur agar zona publik dan zona
pasukan dibedakan. Demikian juga dengan pola sirkulasinya yang tidak boleh disatukan.
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus I ,,,
Pada bangunan, harus dibedakan juga penggunaan ruang pada lantai atas dan bawah (dasar)
bangunan. Personil pasukan dan staff administrasi harus diletakkan berbeda dengan meletaklcan pa-
sukan di lantai dasar karena berkaitan dengan operasional atau pengiriman pasukan yang harus di-lakukan dengan cepat.
13.1 .3 Fungsi Pertahanan dan Pemerintahan
Bangunan dengan fungsi pertahanan dan pemerintahan ini meliputi kantor kantor pemerintahan
dan angkatan bersenjata. Jenis bangunan ini juga harus diperhatikan hampir sama sepefti kantor polisi
dan pemadam kebakaran di atas" Namun demikian, fungsi ini juga harus diperhatikan terutama pada
kondisi darurat perang yang mungkin terjadi. Dengan demikian fungsi bangunan dapat menjamin
berlangsungnya pemerintahan suatu wilayah atau negara. Pada fungsi ini hal-hal yang harus diperhatikanadalah meliputi pada semua aspek-aspek di atas. Selain ruang-ruang kornando/pimpinan, ruang-ruang
khusus penyimpan dokumen penting adalah ruang yang paling diutamakan aman.
13.2 Bangunan dengan Kondisi Lingkungan Fisik Khusus
Selain fungsi, kondisi lingkungan sekitar di mana bangunan didirikan juga akan sangat
berpengaruh terhadap rancangan bangunan. Kondisi lingkungan terutama yang berkaitan denganlingkungan fisik alam seperti pada kondisi kontur, kandungan air dan batu pada tanah, serta kedekatandengan bentuk permukaaan selain tanah seperti laut, danau ataupun sungai.
13.2.1 Bangunan di Lereng
Lereng adalalr tanah dengan kemiringan tertentu mulai dari kemiringan landai hingga curamyang terdapat pada sisi bukit atapun pegunungan. Pada site dengan berbagai tingkat kemiringan,peletakan bangunan dapat dilakukan dengan atau tanpa merekayasa site terlebih dahulu. Rekayasa
site pada dasarnya dilakukan untuk mendapatkan tanah yang datar untuk lantai bangunan. Ada
beberapa strategi agar didapatkan permukaan datar tersebut yaitu dengan cara menggali tanah,mengurug tanah, ataupun perpaduan dari keduanya. Setelah proses ini dilakukan, baru dibangunlahgedung di atas tanah yang sudah datar tersebut.
Gambar 13-12.Tiga ienis rekayas site; cut, fill, cut and fill
1s4 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
a. Menggali lereng (Cut)
Cara mendapatl<an lahan datar pada lereng ini dilakukan dengan menggali atau memotong
kemiringan lereng. Cara ini dilakukan dengan menyingkirkan tanah ke tempat yang lain di luar
site. Metode ini biasanya dilakukan pada sisi jalan di lereng penggunungan pada sisi tinggi/tebing
sehingga permukaan site sama dengan jalan'
Keuntungan dari cara cut ini adalah dengan didapatkannya lapisan tanah yang dalam yang relatif
lebih keras sehingga pondasi mungkin lebih sederhana dan murah. Selain itu dapat dimanfaatkannya
tanah galian untuk kepentingan lain'
Kerugian yang didapatkan dari metode cut ini adalah dari potensi bahaya yang diakibatkan dari
longsoran lereng yang terpotong pada sisi atas site. Oleh karena itu perkuatan yang cukup juga harus
dilakukan dengan membangun dinding penahan tanah yang kuat dari longsoran tanah atas. Aliran air
dari sisi atas juga harus dibuatkan saluran tertentu agar tidak membanjiri site bangunan. Pemotongan
lereng ini juga disinyalir merusak lapisan tanah lereng dan menghilangkan tanah subur pada bagian
atas lereng. ,'-) ",
Gambar13.13Met'odaCUtdanperkuatanyangdiperlukan
f. Mengurug lereng (Frl/)
Kebalikan dari metode cut di atas, cara mengurug atau fill dilakukan dengan cara mengurug
site yang berada di lereng hingga permukaannya menjadi rata. Mengurug site ini biasanya dilakukan
pada sisi jalan di lereng pada sisi rendah/jurang agar permukaan sama dengan jalan'
Patensi lorgsor
Site dengan bentuk Permukaan* Cut
* Fill
* Cut and Fill
* Natura/ s/ope
miring dapat didesain dengan:
Merancang Bangunan Pada Kondisl Khusus | ,r'
Keuntungan meratakan site dengan cara mengurug ini adalah kebalikan dari cara cut di atas.
Site relatif tidak mendapatkan potensi ancaman dari rubuhnya tanah yang dipotong di atas bangunan.Namun demikian, potensi longsor akibat kegagalan bukit ataupun gunung secara makro tentu akan
tetap ada.
Gambar 13-14 Metoda fill dan perkuatan yang perlu diberikan
Kerugian yang ada adalah dengan dibutuhkannya pondasi penahan tanah urug pada sisr :,.,,,,.,
site dan juga diperlukan tanah untuk mengurug lereng ini. Selain itu, tanah urug ini akan men-=' -,,.waktu yang lama untuk memadatkan lapisan tanah baru, atau dilakukan dengan teknik p€-:,i. ,
yang akan memakan beaya yang tinggi. Jika tidak, maka dikhawatirkan lapisan tanah baru - :..,amblas dan mungkin juga longsor jika dinding penahan tanahnya tidak cukup mampu ^-:,c:-.tanah dan juga air jika hujan turun. Oleh karena itu pondasi yang digunakan juga lebih da ;-
i. Menggali dan Mengurug lereng (Cut and Fill)
Sebagai perpaduan antara cara cut dan filldi atas adalah dengan cara menggali ser.:,-mengurug sebagian site sehingga tidak terdapat tanah yang dibuang ataupun dibutuhkar :.-.:untuk meratakan tanah. Cara ini disebut sebagai metode cut and fill yang dianggap =. - --karena tidak memerlukan tanah urug, pondasi penahan tanah yang tidak tinggi dan -"^.ancaman longsoran tanah di atasnya yang relatif lebih kecil. Cut and fill banyak dis:.=.=- -mengatur lereng yang lebar menjadi bagian-bagian kecil site datar sehingga membent,-. r,-:.;terasering atau tanah berundag. Tanah berundag ini tentu akan menahan aliran air pe.---.;i- :iardebit aliran tidak tinggi sehingga tanah subur di permukaan lereng dapat dipertahanka:
1s6 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Cambar 13-15 Metoda Cut and fill dan perkuatannya
Salah satu kerugian cara ini adalah kurang dapat diterapkan pada sisi jalan karena hasilnya
masih akan berbreda ketinggian dengan permukaan jalan tersebut. Dengan demikian posisi bangunan
tidak akan mudah diakses dari jalan tersebut.
j. Tanpa proses rekayasa site
Site lereng juga dapat digunakan tanpa harus menggunakan ketiga metode di atas. Cara inidikenal dengan cara yang lebih alami karena tidak dilakukan penggalian atau pengurukan sama
sekali. Sebagai gantinya, pelat datar bangunan dibuat diatas tiangtiang pondasi di atas site lereng
yang miring.
Keuntungan tanpa proses cut atau fillini adalah dengan terjaganya lereng secara alami. Dengan
cara ini semua aspek alami lereng yang berkaitan dengan lapisan tanah subur, aliran air, vegetasi
tanah, bahkan ekosistem lahan dapat dipertahankan. Satu-satunya kekurangan yang timbul adalah
dengan diperlukannya pelat lantai seperti pada lantai bangunan bertingkat pada lantai dasar. Dengandemikian, struktur dan konstruksi bangunan memerlukan struktur yang lebih besar dibanding ketigacara di atas. Sebagai akibatnya, tentu harga konstruksi akan menjadi lebih mahal.
Pondasi adalah aspek penting pada berbagai jenis tanah dan kemiringannya karena berfungsi untuk:
* Menopang beban bangunan agar tidak amblas.:. Menopang berdirinya bangunan agar tidak ambruk
* Memperbaiki daya dukung tanah
; """*;"r,-r-",iil ffi;i],n r"n,", bangunan
Ianah dipindah /' ,,--- -
' (-*,/ !
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus * ,,,
pansuung
Tanpa perubahanlereng
Cambar 13-16 Metoda alamiah site tanpa rekayasa
Pada bangunan bertingkat, strategi split levelyaitu dengan membuat ketinggian yang berbedaantara ruangsatu dengan ruang lain dalam satu lantaidapatdilakukan. Perbedaan split level initentudisesuaikan dengan luas ruangan dan kemiringan site lereng yang digunakan. Pada kemiringan yangmendekati 45 derajad bahkan dapat dilakukan perbedaan lantai untuk ruangan yang berbeda.
Pondasi yang diperlukan pada bangunan yang terletak di lereng pada umumnya pondasi titikyang dipasang pada kedalaman tertentu sehingga mampu menahan bangunan agar tidak berjalanatau longsor searah lereng bukit atau gunung. Pada lereng yang mempunyai lapisan tanah keras
berbatu sekalipun, pondasi titik sebagai tiang pancang tetap diperlukan walaupun dipasang pada
kedalaman yang dangkal.
Gambar 13-17 Potongan split level bangunan
1eB *Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
13.2.2 Bangunan di Pantai
Bangunan yang terletak di tepi pantai juga mempunyai karakter yang hampir sama dalam
hal jenis kemiringan yang mungkin sama dengan lereng. Namun demikian, kondisi pantai tentu
berbeda dengan lereng dalam hal perbedaan sifat alamiahnya. Jika pada lereng gunung lebih banyak
memperhatikan kontur tanah yang berkaitan dengan bahaya longsor, maka pada site di pantai,
potensi ancaman angin dan ombak tinggi atau bahkan tsunami harus nrenjadi pertimbangan utama.
pada site pantai, kondisi tanah akan bervariasi dari tanah lembek hingga tanah padas berbatu.
pondasi yang digunakan pada bangunan tepi pantai tentu harus menyesuaikan kondisi tanahnya'
pada tanah lembek, bangunan harus dihindarkan agar tidak amblas dengan menggunakan pondasi
tiang pancangyang mencukupi baik kedalaman ataupun jumlahnya. Sebaliknya, pada pantai yang
berpadas, pondasi juga harus dimasukkan ke dalam tanah untuk menjaga posisi bangunan agar
tidak bergeser dari tempatnya walaupun bangunan tidak mungkin amblas karena tanahnya yang
sangat keras.
Lapisantanahkeras
Cambar 13-18 Pondasi bangunan tepi pantai atau rawa
13.2.3 Bangunan diTanah berawa
pada kasus tanah berawa, masalah utama adalah pada daya dukung tanah yang kurang (< lkgi
cm2). Semakin banyak kandungan air, maka tanah semakin berkurang daya dukungnya. Permasalahan
utama pada bangunan, terutama bangunan bertingkat adalah pada luas pondasi untuk mengimbangi
beban bangunan terhadap tumpuan pondasi. Oleh karena itu pondasi yang luas sepanjang dan
selebar bangunan atau pondasi rakit sering dipakai untuk bangunan di tanah berawa ini.
Semakin tinggi bangunan atau semakin banyak lantai akan menyebabkan semakin besar beban
yang harus disalurkan ke dalam tanah dan semakin luas pula pondasi bangunan yang harus dibuat'
Untuk menghindari amblasnya bangunan tersebut, digunakanlah tiang pancang yang berfungsi untuk
meneruskan beban hingga lapisan tanah keras yang ada di bawah lapisan tanah berawa. Panjang
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
atau dalam pondasi tiang pancang ini tergantung pada kedalaman lapisan tanah kerasnri - -.",bangunan yang lebih sederhana, tiang pancang ini dibuat dengan menggunakan batans-:.. ,."-kayu yang dipancangkan ke dalam tanah. Semakin banyak tiang pancang yang ditancapi"- :,,.,memperbesar daya dukung tanah karena friksi atau gesekan tiangtiang pancang tersebut r:- *tanah.
13.2.4 Bangunan pada Jenis Tanah yang berbeda
Pada jenis tanah yang berbeda, bangunan akan mempunyai perbedaan pada sistem p - -
yang digunakan. Selain tergantung pada berat bangunan, beban yang disangganya, dan keri-.:bangunan, pondasi juga sangat dipengaruhi oleh jenis tanah ini.
Tabel 13-1 Klasifikasi tanah menurut FEMA (FEMA 3t 0)
B
C
D
Klasifikasi Tanah
A
Jenis Tanah
Hardrock
Rock
Verydense soil
Stif soil
Clay
Kecepatan rambat gelombang geser
) 5000 fi/sec
2500-500 f/sec'1200-2500 ftlsec> 2000 psf
600-1200 ftlseec1 000-2000 psf) 49% water
< 600 ftlsec< 500 psf
Very Sott soil
Pada tanah keras dengan daya dukung )1kg/cm2, pondasi untuk bangunan bertingkat renda-dapat menggunakan jenis pondasi telapak (footplate) yang dikombinasikan dengan pondasi mener_:untuk menyangga dinding. Akan tetapi pada tanah lunak, pondasi rakit dan atau tiang pancansdiperlukan untuk memperbesar daya dukung tanah.
13.3 Bangunan di daerah Rawan BencanaIndonesia dengan lokasi geografis garis katulistiwa yang terletak di antara dua samudera dan dua
benua di samping memberikan keindahan dan kesuburan tanah tropis, banyak mengandung potensiancaman bencana. Bencana tersebut terutama adalah gempa bumi dan letusan gunung berapi karenaposisi negeri yang terletak di cincin api ring of fire yaitu sebuah garis area pertemuan lempenebenua Eurasia dan Australia. Dari pertemuan dua lempeng benua inilah juga telah menyebab^a-ribuan pulau di Nusantara terbentuk sebagai akibat dari desakan kedua benua tersebut. Lebih iice.
&
2oo *
untungnya lagi, garis
diikuti oleh tsunami
dangkal.
N4erancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
utama cincin api ini berada di lautan. Sehingga sering pula gempa bumi juga
iika sumber gempa berada di lautan dan dengan kekuatan besar dan lokasi
,' 't
t
Gambar 13-19 Pertemuan pelat bumi dan cincin api (courtesy: NASA)
potensi bencana yang lain sebagai akibat letak geografis diantara dua samudera yang merupakan
bentuk masiv dari air adalah banjir dan badai. Hujan lebat sebagai hasil dari kumpulan uap air di
daerah katulistiwa sering mengakibatkan banjir. Banjir dan angin kencang juga sangat berpengaruh
terhadap bangunan, apalagi bangunan bertingkat'
13.3.1 Daerah Rawan GemPa Bumi
Hampir semua wilayah di lndonesia kecuali sebagian besar Kalirnantan adalah daerah dengan
potensi gempa bumi. Dalam sejarah, gempa telah sering terjadi di sepanjang Pulau Sumatera, Pulau
Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Sulawesi, hingga ke Papua'
Bencana gempa bumi telah banyak menelan ribuan korban yang sebagain besar bukan
disebabkan oleh gempa secara lamngsung namun oleh gagalnya atau rusaknya bangunan. Oleh
karena itu ketahanan bangunan terhadap ancaman gempa bumi di lndonesia sangat perlu untuk
diperhatikan.
pada prinsipnya, bangunan yang lebih mampu bertahan dari goncangan gempa bumi adalah
bangunan atau struktur ringan dengan konstruksi bahan bangunan yang ringan seperti kayu dan atau
baja. Bangunan ringan dalam hal ini lebih diutamakan karena fleksibilitas sistem strukturnya dan
berat bangunan yang hanya sedikit menambah potensi guling akibat gaya lateral (gaya samping) dari
gempa. Semakin besar berat masa bangunan, semakin besar pula potensi beban terhadap gaya lateral.
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus I ,0,
Di samping itu, keruntuhan bangunan-bangunan yang lebih ringan akan menimbulkan korban yang
relatif lebih rendah.
'*-"----"-" "-1
PETA TOI{A'I GTMPA IiIDONESIA i
J'.
Gambar 13-20 Peta zonasi gempa lndonesia (Kementrian PU lndonesia 2010)
Walupun demikian, struktur beton bertulang tetap dapat digunakan dengan catatan telah
diperhitungkan terhadap potensi gempa ini. Sayangnya, banyak dari desain ataupun pelaksanaan
lapangan dari bangunan beton bertulang kurang memperhatikan potensi ancaman gempa bumi ini.
Selanjutnya, prinsip untuk desain tahan gempa khususnya pada sistem struktur utama pada
intinya adalah kesederhanaan struktur. Struktur yang sederhana adalah struktur yang ditandai dengan
menggunakan jalur penyaluran beban yang tidak terganggu, menerus dan langsung pada sistem
struktur bangunan untuk transmisi beban gempa ke dalam tanah. Kolom-kolom pada bangunan tidak
boleh terputus secera vertikal baik oleh penghilangan kolom atau perpindahan lokasi kolom pada
salah satu lantai bangunan bertingkat.
a. Kesederhanaan dan bentuk simetri
Kesederhanaan dalam denah, tampak, dan tata letak elemen struktur yang simetris adalah kunci
agar perilaku bangunan ketika mengalami beban gempa dapat bekerja secara seragam, dalam arti
tidak ada bagian-bagian bangunan yang akan mengalami beban yang berlebihan dibanding dengan
bagian lain. Kesederhanaan ini meliputi penggunaan bentuk grid struktur pada denah, penggunaan
denah atau bentuk bangunan yang simetri serta pengaturan titik berat pada bangunan yang tidak
terlalu melebar dari titik tengah bangunan.
202 ! Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 13-21 Kesederhanaan struktur
K€cedefhsnadnl. Denah- Bentuk- Grld skukl,rr- Tbmpah" Fotongan
Kerumitan:- Oensh- Benluk- Grid slruktur*Bmpqk- Potofigsn
Gambar 13-22 Kesederhanaan denah dan bentuk bangunan
b Kekakuan segala arah
Struktur bangunan harus memiliki kemampuan untuk menahan kekuatan lateral horisontal untuk
setiap arah. Hal ini pada dasarnya dapat diantisipasi dengan penggunaan kolom yang kuat serta
1#
&
II
I:
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
pengaturan agar kolom dan balok dapat bekerja sekaku mungkin (monolit_rigrd) untuk menghindarikemungkinan berubahnya konstruksi struktur bangunan. Penggunaan dinding kaku atau sistembracing dengan batang diagonal adalah solusi yang dianjr.;rkan dalam kekakuan horisontal bangunan.
| ,0,
Ferlgir;kuan l{$fi silr,!{al- Kol&m,it,*l0k k*ku- Difidrfili geser
P*ngkakuan hffi*$nlai. Kslorrtlili$k fuk$ib*l- tsrar.:ing
Cambar 13-23 Kekakuan horisontal
c. Kekakuan puntir
Komponen yang paling penting untuk menahan beban gempa adalah selubung bangunan. Efekpuntir akibat gempa terjadi maksimal pada selubung bangunan ini. oleh karena itu, selubung ba-ngunan harus dibuat kaku agar tidak mudah mengalami gaya puntir yang besar sehingga merusakbangunan. Fasad bangunan yang menjadi satu dengan sistem struktur baik melalui penggunaan din-ding geser ataupun bracing juga dimaksudkan untuk mengantisipasi efek torsional ini. Demrkianjuga dengan bentuk denah sederhana serta simetri serta tidak berjarak jauh dengan titik berat denahbangunan.
Prinsip utama bangunan aman gempa:
* Denah sederhana (menghindari bentuk rumit T, L, H, +)i. Tampak sederhana (menghindari selubung bangunan tidak seragam)* Potongan sederhana (menghindari ketidak menerusan elemen vertikal)* Struktur kaku namun fleksibel (menghindari perubahan bentuk yang tinggi namun mampu bereaki
dan kembali ke bentuk semula)
* Material ringan (tidak membebani bangunan sehingga berpotensi menambah beban)
IT
rt
:t
ll
204 I
I
il
ItIji;Bracing
J.oG-L:.=
Bracing
€)
0(,tl,),5
d
Gambar 13-24 Kekakuan terhadap gaya puntir (torsional)
d. Lantai yang kaku
Kekakuan lantai dan atap juga sangat membantu bangunan gedung dari gaya-gaya gempa. Sistem
lantai dan atap harus didesain cukup kaku dengan sambungan yang tepat dengan sistem strukturvertikal dalam rangka untuk menahan setiap gaya-gaya lateral. Pelat lantai dan atap yang monolitdengan rangka bangunan akan sangat membantu kinerja bangunan terhadap gempa.
ot
€c6
lv4 e r a n ca n g B an gu n a n Ce d u n g B e rti n gkat Re n d ah
Bracingpada 6mpat arah simotris
Pengkakuan horisontal:- Pelat lantai dengan bracing- Pelat aiap dengan bracing
Dinding geserpada ompat ar6h simelris
Pengkakuan Horisontal:- Pelat lantai kaku- Pelai atap kaku
Dinding g€ssr
II
II
Dlnding geser
Gambar 13-25 Pengkakuan pelat lantai dan pelat atap
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus X ,0,
13.3.2 Daerah Rawan Tsunami
Tsunami adalah melupanya air laut ke daratan (pantai) akibat energi gempa yang terjadi ditengah lautan. Namun tidak semua kejadian gempa bumi selalu disertai dengan tsunami. Hanyagempa bumi yang terjadi di lautan dengan sumber gempa dangkal dan kekuatan besar (di atas sekitar7 SR) saja lah tsunami mungkin terjadi.
Di Indonesia, tsunami sering terjadi bahkan sebagai negara yang paling banyak mengalami tsunami
dengan jumlah korban besar. Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 adalah contoh tsunami terbesar
di dunia yang menelan kurang lebih 200.000 jiwa di lndonesia saja (Aceh dan sekitarnya). Bahkan
karena besarnya energi, tsunami ini jauh bergerak ke negara-negara Thailand, Srilanka, India hingga
mencapai daratan Afrika (Somalia) dan menelan ratusan ribu korban lainnya hingga 400.000 jiwa.
Tsunami terjadi di daerah tepi pantai, sehingga hanya bangunan yang berada di lokasi dekat
dengan laut sajalah yang paling besar berpotensi terkena tsunami. Sifat tsunami adalah berupa
terjangan air laut pada bangunan oleh karena itu beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukanadalah dengan:
a. Lokasi bangunan
Pada daerah dengan potensi
tsunami tinggi, garis sempadan pantai
harus dibuat sejauh mungkin dengan
garis pantai. Walaupun gelombang
air tsunami tetap mungkin menca-pai bangunan, namun energi yang
dibawanya telah mengalami penyusu-
tan akibat jarak dan benda di sekitar
pantai seperti pohon dan bebatuan.
Jika pantai juga mempunyai
tebing perbukitan, maka Iokasi yang
terletak di perbukitan ini akan sangat
ideal digunakan sebagai site bangu-
nan. Sehingga jika terjadi tsunami,
bangunan akan terhindar. Untuk me-
nentukan batas ketinggian tsunami,
tsunami tertinggi yang pernah terjadi
seperti di Aceh (setinggi rata-rata leb-
ih dari 7 meter) mungkin dapat digu-
nakan. Gambar 13-26 Lokasi bangunan terhadap garis pantai
206 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
b. Struktur berat
Jika gempa bumi lebih baik diantisipasi dengan struktur ringan, maka tsunami lebih ideal
dihadapi dengan struktur berat. Struktur berat beton akan mampu bertahan terhadap gempuran
ombak dibanding struktur ringan kayu ataupun baja yang akan mudah hanyut disapu ombak tsunami.
Disamping itu, tingkat korosi yang besar di tepi pantai tidak cocok untuk bangunan ringan baja dan
juga kayr,r.
c. Bangunan dengan lantai panggung
Untuk menghindari terjangan ombak tsunami, jika tidak dimungkinkan terdapat lokasi yang
lebih tinggi, maka struktur bangunan itu sendiri harus ditinggikan. Bentuk rumah panggung dalam
hal ini sesuai dibangun di area pantai, Sehingga terjangan ombak tsunami dapat diteruskan melalui
kolong bangunan. Ketinggian kolong bangunan ini sangat penting untuk diperhatikan berkaitan
dengan tinggi ombak tsunami yang mungkin datang'
Gambar 13-27 Struktur bangunan panggung untuk tsunami
Bangunan yang aman dari bencana air (tsunami dan banjir) harus memenuhi:
+ Lokasi yang aman
* Bertahan pada posisinya (struktur berat)
,, Ditinggikan dari permukaan air normal (panggung, bertingkat)
Merancang Bangunan pada Kondisi Khusus | ,0,
Untuk menjaga agar tidak terjadi efek soft story atau lantai dasar yang tidak berdinding padarumah panggung, kolom-kolom atau penopang lantai bangunan dapat diperbanyak. Atau dengancara lain, bracing juga dapat dipasang untuk membuat struktur bangunan menjadi kaku.
13.3.3 Daerah Rawan Banjir
Baniir adalah kejadian bencana yang sering juga terjadi di rndonesia sebagai negara dengancurah hujan yang tinggi. Bencana banjir tidak saja ,"ng"kibutkan terendamnya bangunan, tetapijuga melembeknya lapisan tanah yang jenuh dengan air. serain L"rr..,i"rJffi orru dukung tanah,kemungkinan banjir yang disenai tanah longsorluga sangat mungkin terjadi jika bencana terjadi didaerah lereng di sekitar bukit atau gunung.
Pada kasus bangunan di daerah rawan banjir, struktur bangunan harus dihindarkan dengan cara:a. Lokasi aman banjir
Lokasi banjir pada umumnya terletak di sepanjang daerah sempadan sungai dan sekitarnya.Banjir juga bisa ter.iadi pada daerah dataran rendah di bawah pegunungan atau perbukitan. Ketinggianpermukaan tanah yang lebih rendah dari muka air laut juga dapat menyebabkan banjir air laut (rob).Lokasi-lokasi tersebut sangat tidak disarankan sebagai tokaii site bangunan. Namun jika tidak terdapatalternatif lain' maka cara yang dapat ditempuh adalah dengan merekayasa struktur bangunan agaraman terhadap bahaya banjir yang mungkin terjadi.
b. Bangunan berat
Bangunan berat seperti mengggunakan sistem struktur beton bertulang dan dinding batu bataakan lebih ideal jika dibanding dengan struktur ringan kayu ataupun baja. struktur berat ini, sepeftijuga pada bangunan tepian pantai untuk tsunami di atas, akan lebih mampu bertahan dari sapuanbanjir dengan arus yan8 keras. Disamping itu, kayu dan baja juga relatif tidak tahan jika seringberhubungan langsung dengan air.
c. Struktur bangunan bertingkat
Banjir mempunyai ketinggian tertentu menurut data statistik pada suatu kota/wilayah. padalokasi tersebut, bangunan harus dibuat setinggi mungkin untuk menghindari genangan air. Bangunanpanggung atau bangunan bertingkat dan juga bangunan dengan loteng pada bagian atas bangunandiperlukan sebagai tempat penyelamatan darurat sementara terhadap bahaya bencana banjir.
2oB I
v{rl
i
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Rumahtranggung
RurnahBertingkat
RumahLoteng
Gambar 13-28 Bangunan bertingkat untuk evakuasiterhadap banjir
13.3.4 Daerah Rawan Bencana Lain
Bencana lain yang mungkin terjadi di lndonesia adalah berkaitan dengan letusan gunung berapi,
tanah longsor, dan angin ribut.
Letusan gunung berapidapat mengakibatkan bencana awan panas (wedhus gembel),lahar panas
dan lahar dingin. Awan panas relatif susah untuk diantisipasi pada bangunan normal kecuali dengan
konstruksi bangunan dalam tanah (bungker) yang dilengkapi dengan sistem pengudaraan mandiri.
Lahar panas dan lahar dingin biasanya terjadi di daerah aliran sungai dari puncak gunung menuju
daerah-daerah di bawahnya. Bangunan-bangunan di tepian sungai adalah objek yang rawan terhadap
bahaya lahar ini. Lahar dingin bahkan dapat menjadi ancaman banjir yang disertai luapan material
vulkanik pada daerah yang jauh dari puncak gunung berapi. Untuk mengatasinya, diperlukan strategi
yang hampir sama pada bangunan untuk bencana banjir di atas.
Tanah longsor adalah bencana akibat luruhnya lapisan tanah di lereng pegunungan yang pada
umumnya sebagai akibat guyuran air hujan yang deras dan waktu yang lama. Tanah longsor ini
dapat menggerakkan lereng gunung beserta segela sesuatu di atasnya termasuk bangunan. Untuk
mengatasinya', lokasi di sekitar alur sungai harus dihindari. Disamping itu, pondasi dalam yang
dimaksudkan untuk mengaitkan bangunan pada tanah harus dilakukan.
Pada bencana angin ribut, topan, dan badai, desain pada bagian atas bangunan lebih diutamakan
walaupun pondasi juga berperan untuk menguatkan posisi bangunan. Atap dan bangunan yang
tidak terlalu tinggi serta bentuk-bentuk bangunan yang sederhana lebih dianjurkan agar angin tidak
terhambat oleh bangunan yang dapat menyebabkan robohnya bangunan. Elemen-elemen arsitektural
yang tahan jatuh atau pecah serta meminimalkan penggunaan bukaan kaca adalah cara terbaik untuk
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
menghindari bencana lanjutan yang ditimbulkan oleh angin ribut. Jika angin ribut sangat kuat, makabasement atau bungker juga harus dibuat untuk menghindari terbangnya bangunan. oleh karena itubangunan berat dengan menggunakan beton bertulang juga lebih disarankan agar bangunan tidakterbawa oleh angin.
13.4 Aksesibilitas pada BangunanAksesibilitas adalah permasalahan bangunan yang semakin dipersyaratkan dalam bangunan yang
dibangun sejak kurang lebih sepuluh tahun terakhir ini. lsyu ini menjadi sangat penting berkaitafdengan persamaan hak bagi orang-orang yang mempunyai keterbatasan (cacat fisik). pada prinsipnya,semua bangunan publik harus dapat diakses oleh semua orang termasuk bagi para penyadangketerbatasan ini (drssability persons). Bagi sebagian besar negara di dunia, akesibilitas adalah bagianwajib untuk mendapatkan perizinan sebuah bangunan.
'l 3.4.1 Definisi Aksesibilitas
Aksesibilitas pada bangunan adalah standar minimal yang harus dipenuhi oleh desain bangunan.salah satu peraturan tentan8 ini telah dibakukan oleh Amerl cans with Disabilities Act of t gg0 (ADA)oleh pemerintah Amerikatahun 2010. Peraturan ini membahas hal-hal makro hingga mikro sepertimisalnya bagaimana site bangunan harus dapat diakses secara berkelanjutan tanpa terputus hinggaukuran ramp pejalan kaki dengan kemiringan maksimum 1:20.
1 3.4.2 Persyaratan Standar Minimal Aksesi bil itas
Persyaratan minimal pada standar aksesibilitas secaraberikut:
berdasarkan ADA adalah sebagai
a. Aplikasi Umum
Secara umum aksesibilitas digunakan untuk:o Semua bangunan baru harus mengikuti persyaratan minimal aksesibilitas untuk semua orang
termasuk penyandang cacat.r Penggunaan standar ini didasarkan pada jenis dan fungsi bangunan terlebih seperti pada
restoran, kantin, fasilitas kesehatan dan perawatan, perdagangan, perpustakaan, ruang peny-impanan, dan ruang transportasi umum.
o RuanS-ruang yang hanya dapat dimasuki oleh pekerja juga harus dapat dimasuki oleh pe-kerja dengan keterbatasan ini (disabilities) sehingga mereka dapat masuk, menggu_nakan, dan keluar dengan mudah
Peryaratan aksesibilitas ini juga berlaku untuk bangunan permanen khususnya bangunan nonpermanen yang digunakan dan diakses oleh orang banyak.
| ,0,
gans
210 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
b. Aksesibilitas Ruang Luar
Untuk ruang luar, persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
o Minimal harus ada satu rute aksesibilitas sesuai standar yang harus disediakan di sekitar site
dari tempat pemberhentian transportasi umum, tempat parkir, dan darijalan umum ke pintu
masuk utama bangunan
o Minimal harus ada satu rute aksesibilitas yang menghubungkan bangunan dengan fasilitas
aksesibilitas lain pada site yang sama
o Semua elemen pada jalur aksesibilitas harus sesuai dengan standard yang mudah digunakan
oleh orang dengan kursi roda dan alat bantu lain
o permukaan jalur aksesibilitas harus dapat diakses dengan kemiringan ramp tidak lebih dari
1:20 dengan tanda Yang jelas
o persyaratan minimal ruang aksesibilitas terhadap jumlah pengguna kendaraan menurut ru-
ang parkir adalah sebagai berikut:
26-5051 -7576 - 100
101 - 150
151 -200201 - 300
301 - 400401 - 500
501 - 1000
Lebih dari 1000
2
3
4
5
6
7
B
9
2 % hingga 20 buah
Lebih dari 20 buah
Satu setiap 100 Parkir
o Fasilitas toilet yang juga dapat diakses dissability persons harus disediakan minimal satu
pada site bangunan
Tandatanda bangunan (buitding signage) harus dibuat sejelas mungkin dan diletakkan
di site dan semua lantai pada tempat yang paling strategis
'lg.4.g Persyaratan Bangunan Baru dengan Aksesibilitas
pada bangunan baru persyaratan yang harus dipenuhi dalam desain adalah sebagai berikut:
o Minimal satu rute harus disediakan untuk menghubungkan semua fasilitas kompleks bangunan
. Semua benda yang melintang pada rute sirkulasi harus diperhitungkan berdasarkan ukuran agar
tidak menghambat kendaraan hingga kursi roda'
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,r''
Permukaan tanah dan lantai harus mempunyai kelandaian yangtidak membahayakan penyandangcacat dan kendaraannya sefta menggunakan ramp untuk setiap perubahan ketinggian permukaanyang signifikanTangga interior dan eksterior yang menghubungkan lantai bangunan bertingkat yang tidakmenggunakan elevator (lift) atau ramp harus dapat diakses oleh penyandang cacat dengankemiringan yang tidak terlalu tajam dan menggunakan pegangan handrail untuk keselamatanMinimal satu Iift penumpang harus disediakan pada bangunan bertingkat banyak. Jika lebih darisatu elevator yang digunakan, paling tidak satu dikhususkan untuk penyandang cacat.Pintu utama bangunan harus mudah dibuka oleh penyandang cacat baik dengan roda, penyanggatubuh, atapun tanpa penglihatan tanpa bantuan orang lain. Pada pintu-pintu lain, ukuran danpegangan juga harus disediakan untuk penyandang cacat.
Pada bangunan baru, pada bangunan umum paling tidak 500/o pintu harus menggunakan prinsipaksesibilitas iniPada bangunan publik, pintu aksesibilitas keluar juga harus disediakan sejumlah sama denganpintu masuk untuk alasan keselamatan jika terjadi kondisi darurat.Kran tempat minum umum juga harus dapat dengan mudah diakses oleh pengguna kursi rodaTempat-tempat penyimpanan harus dapat dikases oleh penyandang cacatSistem peringatan bahaya harus dibuat dengan dua cara visual dan suara untuk semua ruangtermasuk di ruang tidur.Sistem peringatan khusus hanya digunakan atau dipasang pada ruang-ruang tertentu yangberkaitan
Building Signage atau tanda-tanda di luar dan dalam bangunan harus dibuat dengan jelas yangmempertimbangkan penyandang cacat termasuk tuna netra dengan sistem suara dan tanda tigadimensi yang dapat dirasakan.
. Alat telekomunikasi antar ruangan dalam bangunan harus disediakan dalam bangunan yangmemungkinkan untuk digunakan penyandang cacat
o 5% dari tempat duduk umum harus disediakan untuk penyandang cacato Standar penyediaan kursi pada ruang pertemuan adalah sebagai berikut:
Kapasrtas ruang pertemuan Persyaratan penyediaan tempat untuk kursi roda
a
a
a
4-2526-50
51 - 300301 - 500
Lebih dari 500
2
4
6
Bertambah satu setiap pertambahan 100 kursi
o Jika terdapat mesin anjungan ATM, ruang ATM harus dapat digunakan penyandang cacat danpengguna kursi roda. Pintu ATM juga harus dapat dibuka dalam kondisi tersebut.
212 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
changlYrn reL*t ca.,,*4r, r.,*r
Gambar 13-29 Standar minimal ruang sirkulasi satu dan dua pengguna kursi roda dan perbedaan
ketinggian rute maksimal (ADA, 1994)
+-1-
l_&laEIErlsil!EEls*lt
I
II 36 n'rn I
-
(fjChanges {n Ieusl
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
(c)Ed.lBlst tt Bottom €, Rm
Gambar 13-30 Persyaratan tangga
Eilrnrton $foe or n*
untuk aksesibiltas bangunan (ADA, 1994)
| ,,,
Prinsip aksesibi litas dalam desain:
* Kesetaraan untuk semua (Equitability)
t Kemungkinan perubahan kegunaan (Flexibility)
* Desain yang sederhana dan fungsional (Simple).f. Dapat dikenali dengan mudah (Perceptible information)
* Direncanakan untuk toleran terhadap kesalahan penggunaan (Tolerance for error).f. Mudah digunakan (Low physical effort).t Pemikiran yang maju (Approach use)
(b)Eodmof Oafirtbn&d!
-oo0oo-
DAFTAR PUSTAKA
ADA, Standards for Accessible Design, Nondiscrimination on the Basis of Disability by public Ac-commodations and in Commercial Facilities, American Department of Justice, 1994
Allen, Edward, "Fundamental of Building Construction : Material and Method,,, Third Edition,John Wiley & Sons, lnc., 1999
Allen, Edward and lano, Joseph, "The Architect's Studio Companion : Rules of Thumb for preliminaryDesign", Third Edition, John Wiley & Sons lnc., 2001
BSl, "Euro code 8: Design of structures for earthquake resistance, part 1: Ceneral rules, seismic ac-tions and rules for buildings", British standard, 2oos, lsBN 0 s}a 4s872 s
Ching, Francis D.K, and Adams, Cassandra, "Building Construction lllustrated,,, Third Edition, VanNostrand Reinhold, 2001
Cowan, Henry J., "Architectural Structures: An lntroduction to Structural Mechanics,,, Elsevier,New York, 1924
Cowan, Henry J., & Wilson, Forest, "structural System", Van Nostrand Reinhold Company, New,York
Dishongh,Burl.E " Pokok-pokok Teknologi Struktur Bentuk Konstruksi dan Arsitektur,,, Erlangga,2003
ru
216 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
FEMA, FEMA 310: Handbook for the Seismic Evaluation of Buildings, California: Applied Technol-
ogy Council, '1998
MacDonald, Angus J, ,,Struktur & Arsitektur," Ed.2, alih bahasa: Paulus Hanoto Adjie, Erlangga,
Yogyakarta 2002
Salvadori, Mario & Levy, Matthys, "Desain Struktur dalam Arsitektur", terjemahan, Erlangga,
Jakarta, 1992
Schaeffer, Ronald E, "Elementary Structures for Architects and Builders," 2"dEd, Regents/Prentice
Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1993
Schodeck, Daniel L, "Struktur", Edisi Kedua, Alih bahasa: lr. Bambang Suryoatmono; Editor:
Djadja Sibagd.ia, Erlangga, Jakarta, 1999
Sutrisno, R., "Bentuk Struktur Bangunan dalam Arsitektur Modern", PTCramedia,Jakarta, 1984
T.y. Lin, "struktural Concepts and Systems for Architects and Engineer", John Wiley & Sons, 1981
Underwood, James R. & Chluini, Michele, "structural Design: A Practical Cuide for Architects", John
Willey & Sons lnc., New York, 1998
-oo0oo-
AAksesibilitas, 209Anatomi Bangunan, 16
Aspek struktur bangunan,
Atap, 94
Atap datar, 16
Atap miring, '18
B
Bahan bangunan, 7
bak kontrol, 163
Bak lemak, 163
balok anak, 114balok induk, 114
Balok lantai, 114
Bangunan di Lereng, 193
bangunan pencakar langit,
DAFTAR INDEKS
bangunan tidak bertingkat, 4
bangunan linggi, 2banjir, '187
beban bangunan, 1 2
Bentangan, 65
Bentuk Bangunan, 62
Bentuk Struktur, 62
bertingkat rendah, 2
bracing, 203
building signage, 210
bukaan, 88
bungker, 208
CCutt, 194
Cuttand Fill, 195
dapur, 87 Kamar mandi, BZ
daya dukung tanah, 1 98 Ketinggian bangunan, 21
denah kasar, 78 kinerja struktur, 12
Denah kasar, 38 Kolom bangunan, 73
dimensi kolom dan balok, 72 Konstruksi, 6
dinding geser, 203 Kuda-kuda, 19
disabilities, 209 Kuda kuda kayu, 20
218 I
D
E
ekonomi bangunan, 9
F
Fungsi bangunan, 8
GCambar tampak, 177gaya lateral, 200gempa bumi, 199
Crid struktur, 14,8"1
Cunung-gunung, 20
Hhubungan ruang, 37
Iisban mandiri, 187
IJarak antar bentangan, 67jarak antar lantai, 69
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
K
L
landasan, 5, 24
Layout ruang, 3B
lempeng benua, 199
MMerencarrakan Atap, 64Merencanakan Dimensi, 64Modul ruang, 79
Nnaungan, 5
oorganisasi ruang, 36
P
penyelamatan, 191
perancangan arsitektur, 4Perancangan struktur dalam arsitektur, 5
Perancangan struktur dan konstruksi, 4Persyaratan Bentuk dan Ukuran, 35
Persyaratan ruang, 35
Persyaratan Sistem, 36pola grid, '15
Daftar lndeks
Pondasi Bidang, 26
Pondasi menerus, 25
Pondasi titik, 25
preliminary design, 15
properti bahan, 7
R
Rangka beton atau portal, 21
rangka kaku, 23
Rekayasa site, 193
rigid frame, 23
ring of fire, 199
rute aksesibilitas, 21 0
ssanitasi,54Shading, 145
short cut access, 1 92
Signage, 189
sirkulasi bangunan, 42
Sistem air bersih, 54
sistem detail, 6
Sistem-sistem Bangunan, 8
Sistem struktur baja, 28
Sistem Struktur Beton, 28
Sistem struktur kayu, 27
sistem struktur rangka, 22
| ,',
sistem utilitas, 4
Site, B
Struktur atap, 16
struktur berat, 206
struktur dinding pemikul , 23
Struktur pondasi, 24
struktur ringan, 200
Struktur ulama, 22
sub-structure, 16
super-structure, '16
T
Talang, 146
Tangga, 42
tangga utama, 43
Tangga utama, 86
tegakan, 5,22Tinggi ruang, 70
Tsunami, 205
Tumpuan, 13
VVoid dan Skylight, 97
wwaffle, 114
-oo0oo-
;'"'-TT:..----i;,!.{.l.,Flf iI.'. -- '" q
ail.,rri:tfr,rqt..1.,... n I"". :. -.:.i{&IiE i
F,,- .': , F.t'*tt''1'u"
I; ^
-ri,:,:f i; Cf
top related