perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id nilai vo max ... · penulis skripsi ini tidaklah dapat...
Post on 11-Mar-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
NILAI VO2MAX MAHASISWA KOBE JEPANG LEBIH TINGGI
DARIPADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Sadewa Yudha Sukawati
G 0007151
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan Judul : Nilai VO2max Mahasiswa Kobe Jepang Lebih Tinggi
daripada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Sadewa Yudha Sukawati, NIM/G0007151/VII, Tahun: 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Jumat, Tanggal 17 Desember 2010
Pembimbing Utama
Nama : Balgis, dr., M. Sc., CM. FM
NIP : 19640719 199903 2 003 ( ______________________ )
Pembimbing Pendamping
Nama : dr. Yuliana Heri Suselo
NIP : 19800718 200604 2 001 ( ______________________ )
Penguji Utama
Nama : DR. Kiyatno, dr., M. Or., PFK., AIFO
NIP : 19480118 197603 1 002 ( ______________________ )
Penguji Pendamping
Nama : Arif Suryawan, dr., AIFM
NIP : 19580327 198601 1 001 ( ______________________ )
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. DR. A.A. Subijanto, dr., M.S
NIP : 19660702 199802 2 001 NIP: 19481107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 19 November 2010
Sadewa Yudha Sukawati
NIM. G 0007151
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Sadewa Yudha Sukawati, G 0007151, 2010. Nilai VO2Max Mahasiswa Jepang lebih Tinggi daripada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univeritas Sebelas Maret Surakarta, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Faktor genetik, lingkungan dan nutrisi mempengaruhi nilai VO2max. Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini untuk membandingkan nilai VO2max mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan mahasiswa Universitas Kobe Jepang. Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian sebanyak 30 orang dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (FK UNS). Cara pengambilan sampel dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pencuplikan dengan metode simple random sampling. Sampel diuji dengan sepeda ergometer. Hasil VO2max dibandingkan dengan mahasiswa Kobe Jepang. Data diolah dengan SPSS 17.0 menggunakan analisis uji t, dan mann Whitney. Derajat kemakanaan yang digunakan α<0,05. Hasil Penelitian : Perbedaan hasil VO2max absolut 0,26 poin dengan p=0,011. Perbedaan hasil VO2max relatif 3,0 poin dengan p=0,003. Simpulan : Nilai VO2max absolut dan relatif mahasiswa FK UNS lebih rendah daripada mahasiswa Kobe. Kata kunci : VO2max, FK UNS, Kobe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Sadewa Yudha Sukawati, G 0007151, 2010. VO2Max Values of Students of Japan Kobe University Higher than Students of Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. Background : Genetic factor, environment, and nutrition were influenced the value of VO2max. Objective : The purpose of this study to compare the value of VO2max Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta students with Japan Kobe University students. Methods : This study was an analitic observational study with cross sectional design. The study subjects were 30 samples from students of Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta (FK UNS). The sampling mode with inclusion and exclusion criteria. Sampling technique with simple random sampling method. The samples were assesed using the ergocycle. The results of VO2max were compared to Kobe students’ results. The data were analyzed by SPSS 17.0 using t test analysis, and Mann Whitney test. The confident interval α <0.05. Results : The differentiation of absolute VO2max value is 0.26 ponts with p = 0,011. The differentiation of relative VO2max value is 3.0 with p = 0.003. Conclusion : The values of FK UNS students are lower than Kobe students. Keywords : VO2max, FK UNS, Kobe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Nilai VO2Max Mahasiswa Universitas Kobe Jepang Lebih Tinggi daripada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan untuk memenuhi kurikulum di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan untuk memenuhi syarat-syarat kesarjanaan pendidikan kedokteran di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis skripsi ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu :
1. Prof. DR. A.A Subijanto, dr., M.S selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas.
2. Muthmainah, dr., M. Kes selaku Ketua Tim Skripsi yang memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Balgis, dr., M. Sc., CM. FM selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan dan motivasi bagi penulis.
4. DR. Kiyatno, dr., M. Or., PFK., AIFO selaku penguji utama yang telah memberikan masukan dan rekomendasi bagi penulis.
5. Yuliana Heri Suselo, dr., selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan masukan, saran dan bimbingan kepada penulis.
6. Arif Suryawan, dr., AIFM selaku penguji pendamping yang telah memberikan masukan kepada penulis.
7. Seluruh Staf Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah sabar melayani kebutuhan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Ayah, ibu dan keluarga penulis tercinta, terima kasih atas doa dan dukungan.
9. Rekan-rekan sejawat atas kesediaannya menjadi subjek penelitian. 10. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu, tenaga, pengetahuan dan pengalaman serta kemampuan penulis sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran membangun. Surakarta, November 2010 Sadewa Yudha Sukawati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 4
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 4
B. Kerangka Pemikiran ................................................................... 19
C. Hipotesis ..................................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 20
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 20
B. Lokasi dan Tempat Penelitian .................................................... 20
C. Subjek Penelitian ........................................................................ 20
D. Teknik Sampling ........................................................................ 21
E. Desain Penelitian ........................................................................ 22
F. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................. 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
G. Definisi Variabel ........................................................................ 23
H. Alat dan Bahan .......................................................................... 25
I. Cara Kerja ................................................................................... 25
J. Teknik Analisis ........................................................................... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 28
A. Demografi Karakteristik ............................................................. 28
B. Analisis Hasil Penelitian ............................................................. 34
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 37
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 45
A. Simpulan ..................................................................................... 45
B. Saran ........................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia ................................................ 28
Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Berat Badan .................................... 29
Tabel 3. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tinggi Badan .................................. 30
Tabel 4. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik.................... 31
Tabel 5. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik................. 31
Tabel 6. Karakteristik Subjek Berdasrkan Denyut Jantung Istirahat ................... 32
Tabel 7. Nilai VO2max Absolut ............................................................................ 33
Tabel 8. Nilai VO2max Relatif .............................................................................. 34
Tabel 9. Hasil Perbandingan Karakteristik .......................................................... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia ........................................... 29
Gambar 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Berat Badan ............................... 29
Gambar 3. Karakteristik Subjek Berdsarkan Tinggi Badan ............................... 30
Gambar 4. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik............... 31
Gambar 5. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik............ 32
Gambar 6. Karakteristik Subjek Berdasarkan Denyut Jantung Istirahat ............ 32
Gambar 7. Nilai VO2max Absolut ....................................................................... 33
Gambar 8. Nilai VO2max Relatif ........................................................................ 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Tabel Random
Lampiran 4. Gambar Tabel Sepeda Ergometer
Lampiran 5. Gambar Tabel Koreksi Usia
Lampiran 6. Gambar Tabel Koreksi Berat Badan
Lampiran 7. Data Sampel
Lampiran 8. Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS
Lampiran 9. Gambar Grafik EKG
Lampiran 10. Surat Permohonan Peminjaman Alat
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian
Lampiran 12. Surat Kelaikan Etik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini Indonesia sedang membangun di segala bidang. Untuk itu,
masyarakat Indonesia perlu kebugaran yang prima. Pengukuran nilai VO2max
diperlukan untuk mengetahui kebugaran tersebut. Namun, pengukuran nilai
VO2max masih menggunakan standar orang barat. Standar tiap ras berbeda.
Hal ini terbukti dari penelitian Duncan dan Horvarth (1988) yang
menyebutkan ada perbedaan nilai VO2max ras Melayu, Cina dan India. Sebuah
standar umumnya mempunyai beberapa faktor yang berpengaruh. Beberapa
yang mempengaruhi nilai tersebut adalah ras, usia, jenis kelamin, status
sistem organ tubuh, profil hematologi, metabolisme tubuh, indeks massa
tubuh, luas permukaan tubuh, komposisi lemak tubuh., tinggi suatu daerah,
suhu daerah, faktor makanan, teknik pengukuran dan latihan (Levine, 2008 ;
Basset dan Boulay, 2003 ; Andreacci dkk, 2005 ; Donoghue dan Bates, 2000 ;
Chatterjee dkk, 2006 ; Robergs dan Roberts, 2000). Faktor genetik
dipengaruhi oleh ras. Sedangkan, faktor genetik mempengaruhi status
fungsional, struktural dan hormonal tubuh.
Leyland (2006) mempunyai pendapat yang berbeda tentang
standardisasi nilai VO2max. Nilai VO2max merupakan gambaran aktivitas dari
kemampuan paru-paru mengambil oksigen, kemampuan jantung memompa
darah, kemampuan hemoglobin mendistribusikan oksigen, kemampuan otot
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mendapatkan suplai oksigen dan kemampuan mitokondria serta enzim tubuh
untuk menghasilkan energi. Oleh karena itu, kemungkinan akan terjadi
banyak kesalahan dalam pengukuran. Namun, hanya pengukuran nilai VO2max
yang bisa menggambarkan kemampuan organ-organ tersebut dalam satu
integritas.
Masyarakat Jepang telah meneliti nilai VO2max. Sampel yang
digunakan Nakanishi dan Nethery adalah orang yang berusia antara 19 tahun
sampai 25 tahun. Pengukuran menggunakan sepeda ergometer. Orang dengan
rentang usia tersebut sama dengan para mahasiswa di Indonesia. Nilai VO2max
tersebut bisa dijadikan standar pembanding untuk orang Indonesia. Chatterjee
dkk (2006) mengungkapkan setiap laboratorium seharusnya mempunyai
referensi standar tersendiri. Selain itu, masyarakat Jepang mempunyai genetik
yang berebeda dengan masyarakat Indonesia. Selain berbeda dalam hal
genetik, juga berbeda dalam hal geografi tempat tinggal, pekerjaan,
kebudayaan dan status nutrisi. Setelah perang dunia kedua, masyarakat
Jepang menitikberatkan pada diet tinggi protein, lemak, kalsium, vitamin B2
dan vitamin C, sedangkan konsumsi karbohidrat, zat besi, dan vitamin B1
dikurangi (Nakanishi dan Nethery, 1998). Adanya beberapa faktor tersebut,
maka kemungkinan terdapat perbedaan nilai VO2max. Alasan inilah yang
mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang nilai VO2max
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sebagai ras
Indonesia dan Mahasiswa Kobe sebagai ras Jepang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : Bagaimana nilai VO2max Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Mahasiswa Universitas
Kobe Jepang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakan penelitian ini untuk mengetahui nilai VO2max
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
Mahasiswa Universitas Kobe Jepang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
nilai VO2max kepada subjek penelitian.
2. Manfaat Aplikatif
a. Penelitian ini diharapkan agar menjadi landasan penelitian
selanjutnya.
b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan menjadi standar nilai
normal VO2max Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Nilai VO2max
Nilai VO2max merupakan nilai sistem kardiorespirasi. Menurut
Nakanishi dan Nethery (1998), nilai VO2max merupakan nilai indikator
yang bagus untuk mengukur kinerja dari sistem kardiorespirasi. Alasannya
adalah nilai VO2max tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik fisik, tetapi
juga kemampuan paru-paru mengambil oksigen dari lingkungan,
kemampuan jantung memompa oksigen, dan kemampuan otot rangka
menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi (Levine 2008).
VO2max atau konsumsi oksigen maksimal adalah nilai maksimal
tubuh dapat menggunakan oksigen selama latihan (Robergs dan Roberts,
2000). Selain menggambarkan keadaan kardiorespirasi dan kebugaran,
nilai VO2max juga menggambarkan nilai transpor oksigen maksimal dari
lingkungan ke mitokondria untuk mendukung produksi energi dan sebagai
pencegahan penyakit kardiovaskular terutama penyakit gagal jantung
(Duncan dan Horvath, 1988 ; Levine, 2008). Nilai VO2max ada dua yakni
nilai volume absolut dan nilai volume relatif. Nilai volume absolut dinilai
dengan l/menit. Sedangkan, nilai volume relatif dinilai dengan
ml/kg/menit. Nilai volume absolut mengekspresikan latihan dengan berat
badan sebagai titik tumpu (contoh bersepeda). Sedangkan, nilai volume
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
relatif menggambarkan latihan dengan bertumpu pada kekuatan tubuh
(contoh berlari). Pengukuran dengan nilai volume relatif lebih baik
daripada nilai volume absolut (Robergs dan Roberts, 2000). Alasannya
karena kekuatan latihan dapat diketahui dan disesuaikan dengan berat
badan jika menggunakan nilai volume relatif. Tingginya nilai volume
absolut tidak pasti menandakan tingginya kebugaran seseorang (Nakanishi
dan Nethery, 1998). Pengukuran dengan nilai relatif lebih mendekati
kemampuan penggunaan energi oleh tubuh daripada dengan nilai absolut.
Secara teori nilai VO2max merupakan hasil dari curah jantung maksimal dan
ekstraksi oksigen maksimal oleh jaringan (Ganong, 2005).
Di samping itu, latihan akan membuat beberapa perubahan pada
tubuh baik positif maupun negatif. Perubahan positif pada tubuh yaitu
fungsi kardiorespirasi (contoh curah jantung lebih besar), metabolisme
energi di otot dan respon neuroendokrin (contoh latihan dapat
meningkatkan dua kali lipat enzim mitokondria sehingga penggunaan
oksigen lebih efisien), muskuloskeletal (contoh hipertrofi otot dan
mencegah osteoporosis), bisa dijadikan kontrol lemak tubuh,
meningkatkan sistem imun dan termoregulasi (Robergs dan Roberts, 2000
; Fahey dkk, 2002 ; Kravitz dan Dalleck, 2004 ; Stroud, 2008). Sedangkan,
perubahan negatif pada tubuh yaitu dehidrasi, kelelahan, keletihan, cidera,
nekrosis jaringan jika terlalu banyak latihan, amenorea pada wanita,
hipoglikemia dan gangguan makan (Guyton dan Hall, 2006 ; Stroud, 2008
; Smith, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
a. Ketahanan Sistem Kardiorespirasi
Ketahanan sistem kardiorespirasi merupakan kemampuan
untuk melakukan latihan pada otot besar secara dinamik dengan
intensitas sedang sampai tinggi dalam waktu lama (Soegiarto dkk,
1995). Ketahanan kardiorespirasi dibedakan menjadi dua yaitu bagian
awal (upstream) dan bagian akhir (downstream). Bagian awal
mencakup semua jalur yang berkaitan oksigen masuk, dipompa ke
perifer dan didistribusikan ke sel otot. Bagian akhir mencakup semua
proses intraseluler untuk menghasilkan energi dan kontraksi otot
(Levine, 2008).
1) Bagian Awal Ketahanan Sistem Kardiorespirasi
Awal masuk oksigen dimulai dengan adanya kontraksi
otot-otot pernapasan terutama otot inspirasi. Otot-otot tersebut
adalah otot interkostalis eksternus, otot levator kosta, otot serratus
posterior superior dan otot skaleni (Budianto, 2003). Adanya
perbedaan tekanan parsial oksigen antara atmosfir (158 mm Hg)
dan alveoli (100 mm Hg) juga membantu oksigen masuk ke dalam
paru-paru (Ganong, 2005). Oksigen lalu diikat oleh protein
hemoglobin dalam kompleks Fe sekitar 99%. Hemoglobin
meningkatkan kemampuan darah mengangkut oksigen tujuh puluh
kali (Ganong, 2005). Tekanan arteri yang sebesar 95 mm Hg juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
membantu membawa oksigen ke jaringan. Peran utama jantung
adalah memaksimalkan curah jantung untuk mengirim darah ke sel
otot.
Curah jantung umumnya diidentifikasi sebagai salah satu
faktor penentu utama untuk pengiriman oksigen. Bahkan, beberapa
peneliti telah menyimpulkan bahwa 70-85% dari penentuan dalam
nilai VO2max dapat dikaitkan dengan curah jantung maksimal.
Denyut jantung maksimal seseorang cukup stabil dan tidak berubah
dengan pelatihan ketahanan. Denyut jantung maksimal lebih
tergantung pada usia seseorang. Sebaliknya, volume sekuncup
meningkat secara substansial dari pelatihan daya tahan. Sebagian
besar kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan ukuran
ruang dan ketebalan dinding ventrikel kiri. Oleh karena itu, jantung
menjadi organ dengan kemampuan untuk berelastisitas lebih besar
sesuai volume darah meningkat, sehingga menghasilkan kekuatan
elastis kuat untuk memompa darah ke jaringan tubuh (Kravitz dan
Dalleck, 2004).
2) Bagian Akhir Ketahanan Sistem Kardiorespirasi
Sebagian besar energi untuk latihan daya tahan berasal
dari oksidasi bahan bakar. Kapasitas maksimal dari seorang
individu untuk mengkonsumsi oksigen merupakan faktor yang
mempengaruhi kinerja daya tahan. Telah diteliti aktivitas oksidasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
ini dilakukan di mitokondria yang diatur oleh gen (Brearly dan
Zhou, 2001). DNA mitokondria mengandung gen untuk enzim
yang terlibat dalam konsumsi oksigen, dan itu hanya diwarisi dari
induknya. Secara teoritis, variasi dalam gen-gen yang terkait bisa
mempengaruhi bagian elektron dan ion hidrogen melalui rantai
transpor elektron ke oksigen, sehingga mengubah kapasitas untuk
produksi energi.
Oksigen dari sel darah masuk ke mitokondria otot
dilakuan dengan perbedaan tekanan. Pemanfaatan oksigen dalam
memproduksi energi juga bergantung pada perbedaan tekanan ini.
Produksi ATP dilakukan melalui tiga jalur metabolik yang meliputi
sistem fosfagen (produksi ATP dari kreatin fosfat), glikolisis
(pemecahan glukosa), dan respirasi mitokondria (metabolisme
aerobik dalam mitokondria sel). Dua jalur pertama hanya mampu
produksi energi untuk jangka waktu yang pendek. Akibatnya
regenerasi ATP untuk latihan yang lama dapat dicapai jika melalui
respirasi mitokondria (Kravitz dan Dalleck, 2004).
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai VO2max
Setiap individu mempunyai nilai VO2max berbeda. Perbedaan
ini dipengaruhi faktor internal dan eksternal tubuh. Faktor internal
tubuh meliputi hal-hal yang diatur oleh genetik manusia. Hal-hal itu
mencakup ras, usia, jenis kelamin, status sistem organ tubuh, profil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
hematologi, metabolisme tubuh, indeks massa tubuh, luas permukaan
tubuh dan komposisi lemak tubuh. Sedangkan, faktor eksternal
meliputi tinggi suatu daerah, suhu daerah, faktor makanan dan teknik
pengukuran. Namun, ada satu faktor yang bisa menaikkan nilai
VO2max tersebut yakni faktor latihan (Levine, 2008 ; Basset dan
Boulay, 2003 ; Andreacci dkk, 2005 ; Donoghue dan Bates, 2000 ;
Chatterjee dkk, 2006 ; Robergs dan Roberts, 2000).
Latihan menjadi faktor penentu yang membedakan nilai
VO2max. Latihan membuat otot-otot rangka berkontraksi. Semakin
banyak kontraksi otot, semakin banyak pula kapasitas oksidatif.
Namun, unit gerak otot ini diatur secara genetik. Oleh karena itu,
setiap individu mempunyai respon yang berbeda selama latihan
(Robergs dan Roberts, 2000).
1) Ras dan Genetik
Ras identik dengan genetik. Tiap negara mempunyai ras
yang berbeda. Satu ras pun mempunyai genetik yang berbeda.
Genetik merupakan faktor dasar yang membuat nilai VO2max setiap
orang berbeda. Selain penjelasan di atas, genetik juga
mempengaruhi profil hematologi orang. Dalam penelitian yang
dilakukan Andreacci dkk (2005) membuktikan hasil berbeda pada
orang dengan indeks massa tubuh yang normal. Andreacci dkk
menjelaskan salah satu satu faktor yang membedakannya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
profil hematologi. Hemoglobin tiap manusia berbeda baik secara
kualitas dan kuantitas. Hemoglobin sangat mempengaruhi transpor
oksigen dari paru-paru menuju otot rangka. Perubahan sedikit pada
profil hematologi orang sangat mempengaruhi transpor oksigen
tersebut. Ini berarti profil hematologi sangat mempengaruhi nilai
VO2max.
Gurrici dkk (1998) mengungkapkan adanya keterkaitan
lemak tubuh dengan indeks massa tubuh masyarakat Indonesia dan
Belanda. Hasil penelitian Gurrici dkk disebutkan bahwa
masyarakat Indonesia memiliki indeks massa tubuh lebih rendah
2,9 kg/m2 daripada masyarakat Belanda. Namun, masyarakat
Indonesia memiliki persentase lemak tubuh lebih besar 3%
daripada masyarakat Belanda. Semakin tinggi indeks massa tubuh
semakin tinggi pula massa lemak tubuh. Namun, masyarakat
Indonesia memiliki persentase lemak tubuh lebih besar daripada
masyarakat Belanda. Selain kehidupan sosial ekonomi yang
berbeda, genetik juga mempengaruhi. Hal ini dijelaskan adanya
perbedaan massa otot, massa tulang dan postur badan yang
mencolok di antara dua negara tersebut.
Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang belum ada
data-data antropometris yang dapat menerangkan adanya perbedaan
anatomis rongga dada yang tentunya berpengaruh pada fungsi paru-
paru. Butuh banyak waktu, biaya dan tenaga untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
penelitian di seluruh Indonesia. Penelitian yang pernah dilakukan
di Jakarta dan Surabaya dianggap dapat mewakili populasi
Indonesia. Perbedaan antaretnik kemungkinan disebabkan oleh
nutrisi, genetik, iklim, aktivitas sehari-hari, dan adat istiadat. Hal
ini diperkuat oleh penelitian Mathur yang membuktikan
antropometris volume dada turunan Eropa lebih besar 13,2%
daripada turunan Amerika (Alsagaff dan Mangunnegoro, 1993).
2) Usia
Pada anak-anak nilai VO2max di bawah orang dewasa. Hal
ini berkaiatan dengan maturitas organ-organ vital. Semakin matur
organ seorang anak, nilai VO2max juga akan semakin tinggi.
Maturitas tiap individu berbeda. Namun, nilai VO2max rata-rata
sama pada laki-laki dan perempuan di bawah usia dua belas tahun.
Setelah usia dua belas tahun, nilai VO2max laki-laki meningkat
sampai usia delapan belas tahun. Sedangkan, nilai VO2max
perempuan hanya sedikit berubah setelah usia empat belas tahun
(Robergs dan Roberts, 2000). Nilai VO2max mencapai puncak pada
dewasa muda sekitar usia 25-27 tahun (Robergs dan Roberts,
2000).
Penuaan merupakan salah satu faktor yang membuat nilai
VO2max menjadi turun. Nilai VO2max akan berkurang 8-10% setiap
sepuluh tahun setelah berumur 30 tahun (Robergs dan Roberts,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2000). Perubahan fungsional dan struktural terjadi setara dengan
penambahan usia. Perubahan yang mencolok pada sistem
kardiorespirasi.
Penuaan mengakibatkan perubahan sistem kardiorespirasi.
Sistem kardiorespirasi terdiri dari sistem kardiovaskular dan sistem
respirasi. Pada sistem kardiovaskular terjadi penurunan pemenuhan
dan elatisitas miokardial, penurunan pengisian ventrikel dan
penurunan fraksi ejeksi. Hal ini akan menurunkan volume darah
dan volume sekuncup. Penurunan ini juga berakibat pada curah
jantung turun. Penurunan curah jantung merupakan tanda
penurunan fungsi kardiovaskular (Robergs dan Roberts, 2000).
Pada sistem respirasi terjadi kenaikan volume akhir,
penurunan pemenuhan dan elastistas paru serta penurunan kekuatan
otot respirasi. Hal ini akan mengakibatkan bernapas lebih berat.
Setelah itu, terjadi ketidaksesuaian VE/Q. Akhirnya terjadi
penurunan fungsi sistem respirasi (Robergs dan Roberts, 2000).
Penurunan sistem kardiorespirasi juga berakibat pada nilai VO2max
turun.
3) Jenis Kelamin
Wanita mempunyai volume paru-paru lebih kecil daripada
pria yang berakibat lebih sedikitnya ventilasi maksimal. Selain itu,
wanita mempunyai jantung yang lebih kecil, volume pengisian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
lebih kecil, volume sekuncup lebih kecil dan curah jantung yang
lebih kecil daripada pria. Hal ini ditambah status hematologi
(hemoglobin, hematokrit, volume darah) wanita yang di bawah
pria. Akibatnya terjadi perbedaan transportasi oksigen ke otot
rangka selama latihan.
Perbedaan struktur dan fungsi sistem kardiorespirasi
antara pria dan wanita dikarenakan genetik dan perbedaan
hormonal selama fase pertumbuhan, perkembangan dan maturitas
seksual. Perbedaan ini berdampak perbedaan nilai VO2max (Robergs
dan Roberts, 2000).
4) Tinggi Badan, Berat Badan dan Lemak Tubuh
Tinggi dan berat badan merupakan faktor yang
mempengaruhi nilai VO2max. Tinggi dan berat badan berfungsi
untuk menghitung indeks massa tubuh. Rumus indeks massa tubuh
yaitu .
Klasifikasi indeks massa tubuh :
Berat badan kurang : < 18,5
Berat badan normal : 18,5-22,9
Berat badan lebih : ≥ 23
Dengan resiko : 23-24,9
Obesitas I : 25-29,9
Obesitas II : ≥ 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(Yunir dan Soebardi, 2007)
Obesitas meningkatkan risiko kelelahan selama bekerja
(Donoghue dan Bates, 2000). Semakin tinggi indeks massa tubuh
semakin mudah mengalami kelelahan. Hal ini dikarenakan semakin
banyak panas yang diproduksi, rasio luas permukaan tubuh
terhadap volume tubuh semakin kecil dan isolasi panas oleh lemak.
Indeks massa tubuh juga berkaitan erat dengan lemak
tubuh. Cara mengukur lemak tubuh dengan mengukur lipatan kulit,
impedansi bioelektrikal atau pengukuran di dalam air (Guyton dan
Hall, 2006). Selain indeks massa tubuh dan lemak tubuh, volume
curah jantung maksimal terdapat pada orang yang mempunyai luas
permukaan tubuh yang normal (Duncan dan Horvarth, 1988 ;
Chatterjee dkk, 2006)
5) Tekanan Darah dan Denyut Jantung
Sistem kardiorespirasi tidak bisa lepas dari faktor tekanan
darah dan denyut jantung. Tekanan darah merupakan hasil kali dari
volume curah jantung dan tahanan perifer. Sedangkan, volume
curah jantung diperoleh dari hasil kali frekuensi denyut jantung dan
volume sekuncup. Status fungsional curah jantung dapat
diperkirakan dengan mengetahui denyut jantung dan tekanan darah.
Curah jantung berpengaruh terhadap hasil VO2max (Ganong, 2005).
Curah jantung ini pula yang menjadi faktor utama yang membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
olahragawan mempunyai nilai VO2max di atas rata-rata (Levine,
2008).
Ahli kardiovaskular mempunyai teori regulasi denyut
jantung yang berkaitan dengan nilai VO2max. Ketika upaya
menghentikan latihan dipaksakan, denyut jantung secara cepat
kembali normal walaupun sinyal metabolik terjebak dalam otot
rangka oleh oklusi pembuluh darah (Levine, 2008). Jika unit gerak
otot dihambat yang berakibat lemahnya kontraksi, denyut jantung
akan bertambah. Umpan balik secara mekanik dan metabolik
dikirim ke otak yang akhirnya mengaktifkan sistem saraf simpatis.
Curah jantung dan distribusi darah ke otot akan meningkat.
Regulasi ini dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan kebugaran
(Levine, 2008).
6) Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran juga mempengaruhi nilai VO2max.
Basset dan Bouly (2003) membandingkan pengukuran dengan lari
treadmill dan sepeda ergometer. Selama pengukuran tersebut
mengungkapkan adanya perbedaan denyut jantung selama
pengukuran. Denyut jantung dengan pengukuran dengan lari
treadmill lebih tinggi daripada dengan sepeda ergometer. Hal ini
dikarenakan penggunaan massa otot pada pengukuran dengan
sepeda ergometer lebih kecil daripada lari treadmill. Penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
massa otot yang lebih kecil mengakibatkan suplai darah di sekitar
jaringan tersebut tidak sebesar pada pengukuran dengan sepeda
ergometer. Suplai darah pada pengukuran sepeda ergometer berisi
oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan lari treadmill.
Perbedaan denyut jantung sekitar empat kali permenit. Walaupun
hanya berbeda sekitar 6%, tetap mempengurahi nilai VO2max.
Keren dkk (1980) membandingkan nilai VO2max dengan
empat metode yakni lari treadmill, sepeda ergometer, tes langkah
dan prediksi Astrand Rhyming. Hasil nilai VO2max tertinggi pada
lari treadmill.
Uji latihan submaksimal juga akan memberikan hasil yang
berbeda dengan uji latihan maksimal (Soegiarto dkk, 1995). Uji
latihan submaksimal dikembangkan karena uji latihan maksimal
tidak mungkin dikerjakan pada probandus. Uji latihan submaksimal
membuat beberapa keyakinan yaitu (Soegiarto dkk, 1995) :
a) Bahwa denyut jantung yang mantap untuk setiap tingkat kerja
latihan.
b) Bahwa ada hubungan linier antara denyut jantung dan ambilan
oksigen.
c) Bahwa denyut jantung maksimal untuk usia tertentu adalah
seragam.
d) Bahwa efisiensi mekanis (seperti VO2 pada tingkat tertentu)
adalah sama pada semua orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Namun, keyakinan ini biasanya tidak benar-benar
terpenuhi dan asumsi tersebut bisa menghasilkan kesalahan dalam
memperhitungkan nilai VO2max (Soegiarto, 1995).
Protokol yang berbeda akan menghasilkan hasil yang
berbeda. Protokol kontinyu terdiri dari tahapan-tahapan yang
meningkat progresif tanpa adanya jeda istirahat. Sedangkan,
protokol diskontinyu mempunyai jeda istirahat dalam tahapan
kerja. Jika memakai protokol kontinyu, akan lebih mudah
mengalami kelelahan daripada protokol diskontinyu (Soegiarto
dkk, 1995).
Nilai VO2max juga ada yang diprediksi dengan rumus tanpa
melakukan pengukuran. Rumus ini ditemukan dengan
penghitungan regresi tiap penelitian. Oleh karena itu, rumus yang
dihasilkan tidak lah sama. Nilai VO2max pun berbeda jika
dibandingkan dengan pengukuran langsung maupun penghitungan
dengan rumus walaupun perbedaannya tidak mencolok (Chatterjee
dkk, 2006 ; Nielson, 2009).
2. Karakteristik Orang Jepang
Orang Jepang memiliki presentase darah golongan A, B, AB, dan
O seperti orang Estonia (Hays, 2009). Golongan darah B lebih umum di
antara Asia timur daripada Eropa. Orang Asia rata-rata berbadan lebih
ramping dan lebih pendek dari orang Barat, tetapi mereka lebih cepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
tinggi dan gemuk. Saat ini orang Jepang sekitar tiga inci lebih tinggi dari
zaman Perang Dunia II. Kebanyakan ilmuwan menyatakan peningkatan
terhadap perubahan nutrisi, seperti susu dan daging dalam makanan
mereka (Hays, 2009).
Sekitar 95% orang Jepang kekurangan enzim laktase. Ini berarti
mereka mempunyai masalah dalam mencerna susu (Hays, 2009). Hampir
semua mamalia mengandung laktosa susu, gula kompleks yang pecah di
dalam tubuh kebanyakan orang menjadi gula sederhana seperti glukosa
oleh enzim laktase. Jika orang-orang yang kekurangan enzim laktase
mengkonsumsi banyak produk susu, laktosa belum tercerna terakumulasi
di usus besar mereka, lalu terjadi fermentsi, dan akhirnya terbetuk gas. Hal
ini menyebabkan kembung dan diare (Hays, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
B. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Nilai VO2max Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta lebih rendah daripada Mahasiswa Universitas Kobe Jepang.
Mahasiswa
FK UNS
Mahasiswa
Kobe
Jepang
Ras dan Gen Orang Indonesia
Unit Motor Gerak,
Hematologi, Hormon
Nutrisi Orang Indonesia
Geografi Indonesia
Kebudayaan Orang Indonesia
Aktivitas Orang Indonesia
Nilai VO2max Orang Indonesia
Ras dan Gen Orang Jepang
Unit Motor Gerak,
Hematologi, Hormon
Nutrisi Orang Jepang
Geografi Jepang
Kebudayaan Orang Jepang
Aktivitas Orang Jepang
Nilai VO2max Orang Jepang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik dengan
pendekatan cross-sectional.
B. Lokasi dan Tempat Penelitian
Penyebaran kuesioner dilakukan di wilayah kampus Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta selama bulan September
2010. Pengambilan data dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta selama bulan Oktober 2010.
C. Subjek Penelitian
1. Batasan Populasi
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univesitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Sampel
Sampel diukur dengan cara Rule of Thumb sebesar 30 orang
(Murti, 2010).
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
D. Teknik Sampling
1. Cara Pengambilan Sampel
Penetapan sampel dilakukan secara inklusi-eksklusi dengan
kriteria inklusi :
a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
b. Jenis kelamin adalah laki-laki.
c. Umur 19-25 tahun.
d. Nonatlit.
Sedangkan kriteria eksklusi :
a. Artritis.
b. Tekanan darah tinggi.
c. Tekanan darah rendah.
d. Diabetes melitus dan penyakit metabolik lainnya.
e. Kolesterol tinggi.
f. Penyakit kardiorespirasi.
g. Menjalani terapi.
h. Gangguan kesadaran.
i. Konsumsi alkohol.
j. Perokok aktif.
2. Teknik Pencuplikan
Teknik pencuplikan dengan metode simple random sampling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
E. Desain Penelitian
Populasi
(Sampel)
Faktor-Faktor yang Dihomogensasi adalah jenis kelamin laki-laki,
usia 19-25 tahun dan nonatlit
Sampel Diuji dengan Sepeda Ergometer
Bandingkan dengan Data Sekunder Nilai VO2max
Mahasiswa Kobe Jepang
Uji Kelaikan dengan Kuesioner
Laik Tidak Laik
Kesanggupan dengan Informed Consent
Setuju Tidak Setuju
Tinggi Badan, Berat Badan, Tekanan Darah Sistol, Tekanan Darah Diastol
dan Denyut Jantung Istrahat Sampel Diukur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
F. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas
Sebagai variabel bebas adalah karakteristik Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
2. Variabel Terikat
Sebagai variabel terikat adalah nilai VO2max Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Mahasiswa
Universitas Kobe Jepang.
3. Variabel Luar
Variabel luar terdiri dari variabel terkendali dan tidak terkendali.
Variabel terkendali terdiri dari jenis kelamin, umur dan nonatlit. Variabel
tidak terkendali teridiri dari status kesehatan, suhu ruangan dan tinggi
daerah.
G. Definisi Variabel
1. Variabel Bebas
Pada penelitian ini sebagai variabel bebas adalah karakteristik
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Karakteristik tersebut berupa tinggi badan, berat badan, tekanan darah
sitolik, tekanan darah diastolik dan denyut jantung istirahat. Kelima
karakteristik tersebut merupakan pembanding. Tinggi badan diukur dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
menggunakan alat pengukur tinggi badan dalam satuan meter (m). Berat
badan diukur dengan menggunakan timbangan dalam satuan kilogram
(kg). Tekanan darah sistol dan diastol diukur dengan menggunakan
tensimeter raksa dalam satuan mm Hg. Denyut jantung istirahat diukur
secara langsung pada arteri karotis atau radialis dalam satuan kali/menit.
Skala yang digunakan adalah rasio.
2. Variabel Terikat
Nilai VO2max adalah nilai maksimal tubuh dapat menggunakan
oksigen selama latihan. Cara pengukuran nilai VO2max dengan sepeda
ergometer untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret sebagai data primer. Sedangkan, nilai VO2max Mahasiswa
Universitas Kobe Jepang sebagai data sekunder. Hasil pengukurannya
dalam satuan ml/kg/menit. Skala yang digunakan adalah rasio.
3. Variabel Luar
Pada penelitian ini sebagai variabel luar dibagi menjadi dua yaitu:
a. Variabel terkendali
1) Jenis kelamin yang dipilih adalah laki-laki.
2) Umur yang dipilih antara 19-25 tahun.
3) Nonatlit adalah berlatih dengan frekuensi tiga kali dalam
seminggu (tidak berturut-turut), selama 45 menit latihan belum
termasuk pemanasan dan pendinginan (Anonim, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Variabel tidak terkendali
1) Status kesehatan merupakan status orang yang sehat baik secara
fisik, psikis dan moral.
2) Suhu ruangan merupakan suhu tempat dilakukan pengukuran
nilai VO2max.
3) Tinggi daerah merupakan tinggi suatu daerah dilakukan
pengukuran nilai VO2max.
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Tensimeter.
2. Stopwatch.
3. Alat pengukur berat badan.
4. Alat pengukur tinggi badan.
5. Sepeda ergometer.
6. Alat perekam jantung.
7. Tabel sepeda ergometer.
I. Cara Kerja
Cara kerja pengukuran dengan sepeda ergometer (Nakanishi dan
Nethery, 1998) :
1. Sampel diukur tinggi badan.
2. Sampel diukur berat badan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3. Sampel diukur tekanan darah.
4. Sepeda ergometer disesuaikan dengan tinggi badan sampel.
5. Sampel diminta memakai pakaian seminimal mungkin, lalu duduk di
sepeda ergometer.
6. Sampel diukur denyut jantung istirahat.
7. Sampel dipasangkan alat perekam jantung.
8. Sampel mengayuh sepeda ergometer dengan beban rata-rata dinaikkan 25
watt/menit dengan kecepatan 20 km/jam sampai sampel kelelahan dan
tidak bisa melanjutkan lagi (graded exercise test).
9. Sampel direkam dengan alat perekam jantung.
10. Hitung denyut jantung setelah latihan pembebanan.
11. Masukkan ke tabel sepeda ergometer.
12. Masukkan ke tabel koreksi usia.
13. Masukkan ke tabel koreksi berat badan, lalu didapatkan hasil VO2max
dalam satuan ml/kg/menit.
J. Teknik Analisis
Data yang diperoleh pada penelitian ini akan dianalisis dengan
menggunakan uji beda atau uji t jika memenuhi kriteria syarat parametrik
untuk mengetahui perbedaan yang bermakna di antara semua kelompok
perlakuan. Jika tidak memenuhi syarat-syarat uji parametrik, maka digunakan
uji nonparametrik yakni uji Mann-Whetney. Data akan diolah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows. Derajat
kemaknaan yang digunakan adalah α < 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Demografi Karakteristik
Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta (FK UNS). Sebanyak 30 orang dipilih
secara simple random sampling. Subjek dilakukan pemeriksaan berupa
berupa tinggi badan, berat badan, tekanan darah sistolik, dan diastolik, serta
denyut jantung istirahat. Setelah itu, subjek dilakukan pengambilan data
dengan sepeda ergometer.
1. Karakteristik Mahasiswa FK UNS
Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia
Usia
(tahun)
Jumlah
N=30
Persentase
(%)
19
20
21
22
23
1
8
16
4
1
3,33
26,67
53,34
13,33
3,33
Sumber data primer, 2010
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
19
20
21
22
23
3,333,33 26,67
53,34
13,33
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
6,67% 3,33%
26,67% 33,33% 30%
Gambar 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia
Dari tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar subjek (53,34%)
berusia 21 tahun yakni berjumlah enam belas orang. Sedangkan sisanya,
berusia 19 dan 23 tahun masing-masing berjumlah satu orang (3,33%),
subjek berusia 20 tahun berjumlah delapan orang (26,67%) dan subjek
berusia 22 tahun berjumlah empat orang (13,33%).
Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Berat Badan
Berat Badan
(kg)
Jumlah
N=30
Persentase
(%)
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
1
10
9
8
2
3,33
33,33
30
26,67
6,67
Sumber data primer, 2010
Gambar 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Berat Badan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
161-164,5165-168,5169-172,5173-176,5177-180,5>180,5
3,33
10%
23,3430%
20%
13,33
Dari tabel 2 diketahui bahwa sebaran berat badan terbanyak pada
kelompok 51-60 kg yakni berjumlah sepuluh orang atau sebesar 33,33%.
Sedangkan sebaran berat badan paling sedikit pada kelompok 41-50 kg
yakni berjumlah satu orang atau sebesar 3,33%.
Tabel 3. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tinggi Badan
Tinggi Badan
(cm)
Jumlah
N=30
Persentase
(%)
161-164,5
165-168,5
169-172,5
173-176,5
177-180,5
>180,5
4
6
9
7
3
1
13,33
20
30
23,34
10
3,33
Data sumber primer, 2010
Gambar 3. Karakteristik Subjek Berdsarkan Tinggi Badan
Tabel 3 menggambarkan karakteristik tinggi badan. Sebagian
besar subjek (30%) bertinggi badan 169-172,5 cm berjumlah sembilan
orang. Sedangkan, hanya satu subjek (3,33%) yang bertinggi badan >180,5
cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 4. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik
Sistol
(mm Hg)
Jumlah
N=30
Persentase
(%)
110
115
120
14
1
15
46,67
3,33
50
Sumber data primer, 2010
Gambar 4. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik
Dari tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar subjek (50%)
bertekanan darah sistolik 120 mm Hg yakni berjumlah lima belas orang.
Sedangkan, subjek yang bertekanan darah sistolik 115 mm Hg hanya
berjumlah satu orang (3,33%).
Tabel 5. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik
Diastol
(mm Hg)
Jumlah
N=30
Persentase
(%)
60
70
80
1
7
22
3,33
23,33
73,34
Sumber data primer, 2010
110
115
120
3,33% 50% 46,67%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
60
70
80
73,34%
23,33% 3,33%
Gambar 5. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik
Dari tabel 5 diketahui bahwa subjek terbanyak bertekanan darah
diastolik 80 mm Hg berjumlah 22 orang (73,34%). Sedangkan, hanya satu
orang (3,33%) yang bertekanan darah diastolik 60 mm Hg.
Tabel 6. Karakteristik Subjek Berdasrkan Denyut Jantung Istirahat
Denyut Jantung
Istirahat
(kali permenit)
Jumlah
N=30
Persentase
(%)
61-70
71-80
81-90
91-100
4
14
9
3
13,33
46,67
30
10
Sumber data primer, 2010
Gambar 6. Karakteristik Subjek Berdasarkan Denyut Jantung Istirahat
Dari tabel 6 diketahui bahwa sebagian besar subjek denyut
jantung istirahat terbanyak pada kelompok 71-80 kali permenit yakni
berjumlah empat belas orang atau sebesar 46,67%. Sedangkan sebaran
61-70
71-80
81-90
91-100
13,33%
46,67% 30%
10%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
denyut jantung istirahat paling sedikit pada kelompok 91-100 kali
permenit yakni berjumlah tiga orang atau sebesar 10%.
2. Nilai VO2max
Tabel 7. Nilai VO2max Absolut
VO2max Absolut
(l/menit)
Jumlah
N=30
Persentase
(%)
2,0-2,4
2,5-2,9
3,0-3,4
3,5-3,9
1
16
10
3
3,33
53,34
33,33
10
Sumber data primer, 2010
Gambar 7. Nilai VO2max Absolut
Tabel 7 menggambarkan sebaran nilai VO2max absolut. Sebanyak
enam belas orang (53,34%) mempunyai nilai VO2max absolut sebesar 2,5-
2,9 l/menit yakni. Sedangkan, hanya satu orang (3,33%) yang mempunyai
nilai VO2max absolut 2,0-2,4 l/menit.
2,0-2,4
2,5-2,9
3,0-3,4
3,5-3,9
10%
33,33% 53,34%
3,33%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 8. Nilai VO2max Relatif
VO2max Relatif
(ml/kg/menit)
Jumlah
N=30
Persentase
(%)
31-35
36-40
41-45
46-50
51-55
56-60
3
3
6
8
6
4
10
10
20
26,67
20
13,33
Sumber data primer, 2010
Gambar 8. Nilai VO2max Relatif
Dari tabel 8 diketahui bahwa sebaran nilai VO2max relatif
terbanyak pada kelompok 46-50 ml/kg/menit yakni berjumlah delapan
orang atau sebesar 26,67%. Sedangkan sebaran nilai VO2max relatif paling
sedikit pada kelompok 31-35 ml/kg/menit dan 36-40 ml/kg/menit yakni
berjumlah tiga orang atau sebesar 10%.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang dipakai adalah uji Kolmogorov-Smirnov.
Dari tabel yang terlampir, karakteristik berat badan mempunyai nilai
31-35
36-40
41-45
46-50
51-55
56-60
10% 10%
26,67%
13,33% 20%
20%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
p=0,008, tinggi badan mempunyai nilai p=0,200, karakteristik tekanan
darah sistolik dan diastolik tekanan darah masing-masing mempunyai nilai
p=0,000, dan karakteristik denyut jantung istirahat mempunyai nilai
p=0,200. Hasil VO2max absolut mempunyai nilai p=0,026. Sedangkan,
hasil VO2max relatif mempunyai nilai p=0,200.
2. Uji Bivariat
Uji normalitas berguna untuk mengetahui sebaran data normal
atau tidak. Sebaran data dianggap normal jika p≥0,05 pada uji
Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas merupakan syarat untuk melakukan
uji parametrik yakni uji t. Dari data yang terlampir, karakteristik tinggi
badan, denyut jantung istirahat. Sedangkan, karakteristik berat badan,
sistol, diastol tekanan darah dan nilai VO2max absolut menggunakan uji
nonparametrik berupa uji Mann Whitney. Subjek penelitian Mahasiswa
Kobe Jepang berusia 19,8±1,8 tahun dan subjek penelitian Mahasiswa FK
UNS berusia 20,9±0,8 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 9. Hasil Perbandingan Karakteristik
Karakteristik Kobe FK UNS Perbedaan Signifikansi
Berat Badan 62,0±5,8 64,8±9,8 2,8 0,311
Tinggi Badan 171,1±5,4 171,1±5,4 0 0,991
Sistol 106,6±8,6 115,2±5,0 8,6 0,000
Diastol 60,0±8,6 76,7±5,5 16,7 0,000
Dennyut Jantung Istirahat
76,8±11,8 80,3±8,3 3,5 0,264
VO2max absolut 3,31±0,50 2,95±0,37 0,26 0,011
VO2max relatif 53,6±7,4 46,6±7,8 3,0 0,003
Sumber data primer dan sekunder, 2010
Penulis menggunakan derajat kemaknaan α<0,05. Untuk itu nilai
signifikansi (p) harus kurang dari derajat kemakanaan (α). Data disajikan
dalam bentuk mean±SD. Sedangkan nilai perbedaan didapatkan dengan
selisih rerata masing-masing kelompok. Terlihat bahwa nilai signifikansi
berbeda-beda. Untuk karakteristik berat badan dan tinggi badan serta
denyut jantung istirahat ternyata antara Mahasiswa Kobe Jepang dan FK
UNS tidak berbeda secara signifikan. Hal ini terbukti nilai p masing-
masing variabel tersebut secara berturut-turut sebesar 0,311, 0,991 dan
0,264. Sedangkan untuk karakteristik sistol, diastol, hasil VO2max absolut
maupun relatif antara Mahasiswa Kobe Jepang dan FK UNS berbeda
secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai p masing-masing karakteristik
tersebut berturut-turut adalah 0,000, 0,000, 0,011 dan 0,003.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB V
PEMBAHASAN
Kebugaran identik dengan ketahanan kardiorespirasi. Ketahanan ini
merupakan gambaran kemampuan paru-paru mengambil oksigen, jantung
memompa darah, hemoglobin mendistribusikan oksigen, otot mendapatkan suplai
oksigen dan mitokondria serta enzim tubuh untuk menghasilkan energi (Leyland,
2006). Ketahanan ini dapat diukur dengan nilai yang disebut VO2max.
Tabel 9 merupakan penyajian uji bivariat. Karakteristik berat badan
Mahasiswa FK UNS berbeda dengan Mahasiswa Kobe tidak secara signifikan.
Sama halnya dengan karakteristik tinggi badan. Berat dan tinggi badan merupakan
faktor untuk menentukan indeks massa tubuh. WHO (2004) telah melakukan
penelitian indeks massa tubuh di sepuluh negara Asia. Hasil penelitian
menunjukkan perbedaan berat dan tinggi badan tidak signifikan. Indeks massa
tubuh juga tidak berbeda signifikan. Oleh karena itu, WHO menetapkan indeks
massa tubuh untuk negara Asia. Adanya penetapan kriteria indeks massa tubuh
untuk negara Asia membuktikan adanya generalisasi kawasan Asia. Hal ini
terlihat pada postur masyarakat Asia tidak berbeda jauh. Untuk kawasan Asia,
kriteria normal untuk indeks massa tubuh adalah 18,5-22,9 (Yunir dan Soebardi,
2007).
Tabel 9 juga menyajikan karakteristik tekanan darah sistolik dan
diastolik. Perbedaan tekanan darah sistolik sebesar 8,6 dan secara statistik
perbedaan ini signifikan. Perbedaan diastolik sebesar 16,7 dan secara statistik
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
perbedaan ini signifikan. Tekanan darah sistolik dan diastolik dipengaruhi oleh
serum lipid di dalam pembuluh darah (Weta dkk, 2000). Serum lipid yang tinggi
mengakibatkan resistensi pembuluh darah naik. Resistensi pembuluh darah yang
naik mengakibatkan tekanan darah naik (Ganong, 2005). Serum lipid ini
dipengaruhi oleh distribusi lemak. Sedangkan distribusi lemak dipengaruhi oleh
indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh (Weta dkk, 2000). Namun, penelitian
Cassidy (1994) mengungkapkan adanya kebiasaan jalan kaki masyarakat Jepang
menurunkan resistensi tahanan perifer. Selain itu, penelitian tersebut juga
mengungkapkan masyarakat Jepang cenderung mengatur pola makan sehat. Dua
kebiasaan ini merupakan budaya masyarakat Jepang. Sato dkk (2007) juga
mengemukakan dua budaya ini ternyata ampuh menurunkan angka diabetes
melitus tipe 2 di negara Jepang. Pengaturan pola makan dan kebiasaan jalan kaki
akan menurunkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang turun memberi
pengaruh penurunan tahanan perifer. Hal ini mengakibatkan penurunan tekanan
darah. Hal ini dipertegas oleh Zhang dkk (2003) bahwa terjadi penurunan tahanan
perifer, ambang ventilasi dan kekuatan tungkai yang akan meningkatkan VO2max
dengan kebiasaan jalan kaki walaupun tanpa adanya latihan.
Berbeda dengan kebiasaan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia
lebih senang memakai kendaraan pribadi, lebih senang makanan cepat saji,
merokok dan cenderung malas untuk beraktivitas. Hal ini akan meningkatkan
tahanan perifer, meningkatkan tekanan darah dan pada akhirnya menurunkan nilai
VO2max atau menimbulkan suatu penyakit, seperti hipertensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Karakteristik denyut jantung istirahat juga disajikan pada tabel 9.
Perbedaan denyut jantung istirahat adalah 3,5 dan secara statistik tidak signifikan.
Denyut jantung istirahat diukur saat subjek penelitian dalam keadaan istirahat
tanpa melakukan aktivitas fisik. Namun, bukan hanya aktivitas fisik saja yang
mempengaruhi denyut jantung. Keadaan suhu ruangan, aktivitas metabolisme
tubuh, kebiasaan orang, psikis orang, kadar hormon tubuh terutama katekolamin,
ketinggian suatu daerah, status kesehatan orang, usia, dan jenis kelamin orang
(Mulcahy dkk, 1990 ; Moran dkk, 1995 ; Madden dkk, 2006 ; Fogt dkk, 2009 ;
Aziz, 2010). Selain pada penelitian yang peneliti lakukan, penelitian yang
dilakukan Nakanishi dan Nethery (1998) juga didapatkan perbedaan yang tidak
signifikan antara denyut jantung istirahat orang Jepang dan Amerika. Rentang
usia subjek penelitian (19-25 tahun) dimungkinkan mempunyai elastisitas
pembuluh darah yang sama sehingga denyut jantung istirahat tidak berbeda secara
signifikan. Penelitian lain yang mendukung hal ini adalah penelitian yang
dilakukan So dan Choi (2010). Mereka meneliti pengaruh fungsi kardiovaskuler
dan indeks massa tubuh terhadap kebugaran fisik orang Korea. Hasil yang
didapatkan adalah perbedaan denyut jantung istirahat tidak signifikan antara
subjek obesitas dan subjek normal pada rentang usia subjek yang sama.
Pada tabel 9 terlihat adanya perbedaan nilai VO2max Mahasiswa FK UNS
dan Kobe sebesar 0,26 yang secara statistik berbeda signifikan. Nilai VO2max
absolut Mahasiswa Kobe Jepang lebih tinggi daripada Mahasiswa FK UNS. Nilai
VO2max dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain usia, berat dan tinggi badan,
tekanan darah sistolik dan diastolik serta denyut jantung. Selain faktor-faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
tersebut, ada faktor lain yang menentukan nilai VO2max, yakni faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik merupakan bakat yang membentuk sistem fungsional
tubuh (Quinn, 2008). Faktor genetik berpengaruh besar terhadap kekuatan tubuh,
ukuran dan komposisi otot, ambang anaerobik, kapasitas paru-paru, fleksibilitas
sampai daya tahan tubuh (Quinn, 2008). Faktor genetik juga menentukan
kemampuan otot dalam menggunakan oksigen, dan pembentukan ATP sebagai
energi kontraksi. Hal ini berkaitan dengan mitokondria dan enzim-enzimnya.
Brearley dan Zhou (2001) menyatakan latihan memberikan adaptasi terhadap
respon enzim di mitokondria. Adanya faktor genetik pada sekuensi DNA
mitokondria memberikan hasil adaptasi yang berbeda. Hasil adaptasi
mencerminkan kemampuan suatu mitokondria memanfaatkan oksigen. Selain itu,
faktor genetik menentukan kemampuan jantung beserta profil hematologi untuk
mengirimkan oksigen ke otot (Quinn, 2008). Massa hemoglobin relatif merupakan
salah satu profil hematologi. Menurut Eastwood dkk (2009), latihan tidak
meningkatkan massa hemoglobin relatif pada anak remaja. Hunter dkk (2004)
juga menyebutkan profil hematologi menentukan nilai VO2max. Penelitian ini
dilakukan pada perempuan ras kulit putih dan perempuan ras kulit hitam. Dalam
penelitian ini variabel-variabel disamakan, seperti indeks massa tubuh, lemak
tubuh, total energi yang dikeluarkan tiap harinya, waktu tidur, dan indeks waktu
melakukan kegiatan sehari-hari. Namun, hasil penelitian terebut tetap berbeda.
Faktor genetik juga mempengaruhi hormon tubuh. Semakin rendah kadar hormon
epinfrin, glukagon, kortisol, hormon pertumbuhan dan semakin tinggi kadar
hormon insulin terbukti menunda keletihan. Keletihan yang tertunda akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
meningkatkan kebugaran tubuh (Davis dan Brown, 2001). Dengan kata lain,
faktor genetik tersebut hanyalah sebagai faktor “penerima” respon dari latihan
yang dijalankan. Stellingwerf (2007) juga menyebutkan dalam penelitiannya
bahwa banyak ditemukan individu dengan frekuensi latihan tidak rutin, tetapi nilai
VO2max tinggi. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh faktor genetik.
Faktor lain yang juga menentukan nilai VO2max adalah lingkungan.
Ketinggian suatu daerah menentukan nilai VO2max. Semakin tinggi suatu tempat
semakin rendah tekanan udaranya. Oksigen masuk ke paru-paru disebabkan
perbedaan tekanan antara oksigen di atmosfer dan di paru-paru. Jika tekanan
semakin kecil oksigen di atmosfer, maka semakin susah masuk ke paru-paru.
Ketinggian suatu daerah juga dapat mengurangi curah jantung, aliran darah, dan
menurunkan fungsi paru-paru. Tubuh akan mengalami hipoksia. Hipoksia terjadi
jika saturasi oksigen dalam darah berkurang. Saturasi oksigen di daerah tinggi
lebih rendah daripada di daerah rendah (Robergs dan Roberts, 2000). Hipoksia ini
akan memacu kadar eritropoetin darah meningkat, sehingga semakin banyak
terbentuk eritrosit (Bourillhon dkk, 2009). Hemoglobin yang di dalam eritrosit
akan membawa oksigen. Semakin banyak eritrosit maka semakin banyak oksigen
yang diikat (Joyner, 2003). Namun, pengikatan oksigen oleh hemoglobin
tergantung proses adaptasi seseorang. Proses adaptasi terjadi pada profil
hematologi. Peningkatan massa hemoglobin sebesar 1% setelah mengalami
adaptasi pada ketinggian lebih dari 3000 meter (Clark dkk, 2009). Penelitian lain
dilakukan oleh Chappell dan Synder (1984) membuktikan adaptasi di daerah lebih
tinggi akan meningkatkan nilai VO2max jika diambil di daerah yang tinggi maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
daerah yang rendah. Hal ini berkaitan dengan α-hemoglobin. Adaptasi lain berupa
peningkatan penggunaan oksigen oleh sel otot, termasuk peningkatan kepadatan
kapiler darah, area serat otot lebih kecil, peningkatan simpanan mioglobin dan
meningkatkan mitokondria (Robergs dan Roberts, 2000). Setiap adaptasi terhadap
otot akan terjadi juga peningkatan aktivitas enzim otot. Hal ini akan berpengaruh
pada metabolisme aerobik. Selain itu, ketinggian suatu daerah mempengaruhi
suhu suatu daerah. Akibatnya akan mempengaruhi nilai VO2max. Oleh karena suhu
berpengaruh pada respon kortisol (Izawa dkk, 2009).
Nutrisi tidak kalah penting mempengaruhi nilai VO2max. Nutrisi
merupakan salah satu faktor yang dapat mengoptimalisasi fungsi sistem
kardiorespirasi. Nutrisi tidak dapat menggantikan faktor genetik, juga tidak dapat
menjamin latihan terbaik. Nutrisi berpengaruh terhadap sumber tenaga yang
dipakai sesuai dengan daerah sekitarnya (Jeukendrup, 2003). Nutrisi
mengakibatkan bentuk komposisi tubuh. Selain nutrisi, etnik dan jenis kelamin
menentukan komposisi tubuh (Kagawa dkk, 2007). Komposisi tubuh berkaitan
dengan massa bebas lemak (fat free mass). Sedangkan, indeks massa tubuh hanya
menggambarkan berat badan secara keseluruhan, termasuk lemak tubuh (body
fat). Massa bebas lemak terdiri dari otot, tulang, air dan semua yang tidak
terbentuk dari lemak. Jaringan lemak tidak menggunakan oksigen. Semakin tinggi
lemak tubuh samakin mengurangi energi oksidasi (Stellingwerf, 2007). Jadi,
massa bebas lemak yang mempengaruhi nilai VO2max (Goran dkk, 2000 ; Guerin
dkk, 2007 ; Sudhan dkk, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Perbedaan nilai VO2max relatif juga disajikan pada tabel 9. Perbedaan
hasil ini sebesar 3,0 dan signifikan secara statistik. Nilai VO2max relatif Mahasiswa
Kobe lebih tinggi daripada Mahasiswa FK UNS. Nilai ini hanya pembagian nilai
VO2max absolut dengan berat badan. Nilai ini lebih penting diajukan sebagai
informasi kebugaran seseorang karena menggambarkan persatuan kilogram berat
badannya.
Ada beberapa kelemahan dalam penelitian ini antara lain pengaruh
beberapa variabel perancu (konfaunding) terhadap hasil VO2max berupa suhu
ruangan, ketinggian tempat, dan status kesehatan subjek. Selain itu, alat
pengambilan data. Alat tersebut berupa sepeda ergometer, alat perekam jantung
dan tensimeter. Nilai VO2max dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode
(Akalan dkk, 2008). Salah satu contohnya adalah penggunaan sepeda ergometer.
Namun, pengukuran dengan sepeda ergometer mempunyai nilai VO2max 10-15%
lebih rendah daripada lari treadmill (Akalan dkk, 2008).
Waktu pengambilan data tidak sama. Waktu pengambilan data
Mahasiswa FK UNS berbeda-beda dikarenakan menyesuaikan jadwal kuliah tiap
subjek individu. Sedangkan waktu penelitian Mahasiswa Kobe Jepang tidak
disebutkan. Waktu pengambilan data berkaitan dengan hormon tubuh terutama
kortisol. Hormon kortisol dipengaruhi oleh irama sirkdian. Hormon kortisol
mengatur regulasi glukosa darah. Hormon kortisol berfungsi menghasilkan
glikogen di hepar dari pembentukan asam amino dan asam lemak, pembongkaran
lemak dan pembongkaran protein. Adanya beberapa fungsi tersebut, maka terjadi
peningkatan glukosa, asam lemak dan asam amino dalam darah. Adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
peningkatan ini, maka tahanan perifer akan meningkat. Hal ini akan mengganggu
proses distribusi oksigen ke otot. Jadi, hormon kortisol mempengaruhi nilai
VO2max (Torii dkk, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data-data di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan nilai VO2max absolut dan relatif Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Mahasiswa
Kobe Jepang secara signifikan. Nilai VO2max absolut dan relatif Mahasiswa
Universitas Kobe Jepang lebih tinggi daripada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Saran
1. Perlu pemanfaatan alat ukur dan metode yang lebih akurat untuk
mengukur nilai VO2max.
2. Perlu adanya kalibrasi alat ukur untuk mengetahui kelaikannya.
3. Perlu adanya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
VO2max lebih lanjut agar semakin jelas.
4. Perlu adanya penelitian antaretnis di Indonesia untuk mengetahui bentuk
demografi masyarakat Indonesia.
45
top related