dewan kota makassar (gemeenteraad van makassar
Post on 28-Nov-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR)
1918-1938
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Hasanuddin
OLEH:
MITA PUSPITA
F811 12 259
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
Hari, Tanggal : Selasa, 25 April 2017
Waktu : 10.00-11.00 WITA
Tempat : Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Hasanuddin.
ABSTRAK
Mita Puspita, Nomor Pokok F81112259, Dewan Kota Makassar (Gemeenteraad
van Makassar) 1918-1938, dibimbing oleh Margriet Moka Lappia, S.S., M.S. dan
Dr. Amrullah Amir. M.A
Penelitian ini membahas mengenai pemerintahan Dewan Kota Makassar
(Gemeenteraad van Makassar) pada tahun 1918-1938 dibawah pemerintahan
Kolonial Belanda. Penelitian ini berfokus pada struktur pemerintahan Dewan Kota
Makassar, golongan-golongan apa saja yang ikut berperan dalam pemerintahan
Dewan Kota, apa saja tugas dan wewenang Dewan Kota, serta bagaimana peran dan
pengaruh Dewan Kota terhadap pembangunan yang terjadi di kota Makassar.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sejarah yaitu
Pemilihan topik, Pengumpulan sumber, Verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber),
Interpretasi atau penafsiran dan yang terakhir penulisan.
Dalam pemerintahan Dewan Kota Makassar terdapat tiga golongan yang
menjadi anggota-anggota Dewan Kota Makassar yaitu orang pribumi, orang Belanda
dan Timur asing. Ketiga golongan ini kemudian menjadi perwakilan golongannya
masing-masing pada pemerintahan Dewan Kota Makassar. Pada periode ini, untuk
pertama kalinya di tahun 1918 kota Makassar memiliki walikota pertamanya, tercatat
dari tahun 1918 hingga 1938 kota Makassar memiliki tujuh Walikota yang
seluruhnya merupakan orang Belanda.
Pada periode 1918-1938 Dewan Kota ikut berperan aktif dalam
pembangunan-pembangunan yang ada di kota Makassar. Dimulai dari pembangunan
dan perbaikan fasilitas kota seperti jalan-jalan, transportasi, perumahan rakyat,
Rumah Sakit, pembangunan gedung-gedung pemerintahan, sekolah-sekolah, pasar,
dan pelabuhan. Selain itu pemerintah Dewan kota juga berperan dalam pembuatan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di kota Makassar.
Kata Kunci : Dewan Kota, Gemeenteraad, Kota Makassar
ABSTRACK
Mita Puspita, Identification Number F81112259, the City Council Makassar
(Gemeenteraad van Makassar) 1918-1938, guided by Margriet Moka Lappia,
S.S., M.S. and Dr. Amrullah Amir. M.A
This study discusses about the government of Makassar City Council
(Gemeenteraad van Makassar) in the year 1918 to 1938 under the Netherlands
colonial government. This study focuses on the governance structure of Makassar
City Council, any factions that had a role in the government of the City Council, what
are the duties and authority of the City Council, as well as the role and influence of
the City Council on development that occurred in the city of Makassar. This research
was conducted using the method of historical research that topic Selection, The
collection of resources, Verification (historical criticism, the validity of the source),
or the interpretation and the last is writing.
In the government of Makassar City Council there are three groups who
become members of the Council of Makassar are natives, the Dutch and foreign East.
The third group is then a representative of each faction in the government of
Makassar City Council. In this period, for the first time in 1918 the city of Makassar
had its first mayor, was recorded from 1918 to 1938 the city of Makassar has seven
mayors are all Netherlands people.
In the period 1918-1938 the City Council to actively participate in
developments in the city of Makassar. Beginning with the construction and
improvement of municipal facilities such as roads, transportation, housing, hospitals,
construction of government buildings, schools, markets, and ports. In addition the
city council government also plays a role in making legislation in force in the city of
Makassar.
Keywords: City Council, Gemeenteraad, City of Makassar
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat-Nyalah
sehingga penulisan skripsi dengan Judul Dewan Kota Makassar (Gemeenteraad
van Makassar) 1918-1938 dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih
gelar sarjana pada Departemen Ilmu Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Hasanuddin. Dalam penulisan skripsi penulis menyadari penulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat
dan banyak terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua Penulis, ayahanda Hasanuddin Dg. Nyonrie dan Ibunda
Saddiah Dg. Ngugi yang telah memberikan kasih sayang, semangat,
motivasi, bantuan, dorongan dan doanya kepada penulis sampai penulis
berhasil menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Hasanuddin. Teruntuk kakak-kakakku Dian Wahyudi, Dedi arsyad, Desi
Rismayanti, Rika Risdayanti atas bantuan dan doanya selama ini. Tidak
lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Kanda Aidil Fadli S.S
untuk semua bantuan, dukungan, doa dan motivasi selama ini.
2. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries. T. Pulubuhu selaku Rektor Universitas
Hasanuddin beserta stafnya, atas bantuan dan pelayanan yang diberikan
selama penulis mengikuti studi. Kepada Prof. Drs. H. Burhanuddin Arafah,
M.Hum., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin
beserta stafnya, atas bantuan dan pelayanan yang diberikan selama penulis
mengikuti studi.
3. Bapak Dr. Bambang Sulistyo Edi P., M.S selaku Ketua Departemen Ilmu
Sejarah Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin. Bapak dan Ibu Dosen
Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin
yang telah membagi ilmu dan pengalamannya kepada penulis selama kuliah di
Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.
4. Ibu Margriet Moka Lappia, S.S., M.A selaku Dosen Pembimbing I dan Dr.
Amrullah Amir, M.A selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikirannya selama membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Serta Drs. Abd Rasyid Rahman, M. Ag selaku
pembimbing akademik penulis selama menjadi mahasiswa.
5. Terima kasih TRITURA 2012 untuk menjadi teman hidup, teman
seperjuangan, teman sependeritaan dan teman sepengkaderan terkhusus untuk
Rijal, Amri, Herman, Rusli, Bulla, Apos, Fathin, Riska dan Nata “jika tua
nanti kita tlah hidup masing-masing ingatlah hari ini”.
6. Untuk Keluarga besar HUMANIS KMFIB-UH Tidak lupa pula penulis
ucapkan terima kasih atas ilmu, pengalaman berharga serta kenangan selama
penulis menjadi bagian dari HUMANIS, “Jayalah Negeriku, jayalah Bangsa
ku, jayalah Sejarahku” .
7. Terima kasih untuk satu lagi kenangan hidup terbaik dari teman-teman KKN
UNHAS Gel. 90 Kabupaten Pinrang, Kecamatan Suppa, terkhusus untuk
posko Desa Maritengngae, Fachri Malik, Hilman Nugraha, Kak Misamad
Saputra, Kak Nurirmayanti Hatta, Mujahidah Achiru dan Dini Albertin
Mandy.
Kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan
kerja sama dalam membantu penulisan ini secara langsung maupun tidak langsung
penulis ucapkan banyak terima kasih. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi banyak pihak. Amieen
Makassar, 25 April 2017
Mita Puspita
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PENERIMAAN
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah .......................................................................................................... 6
1.3 Rumusan Msalah .......................................................................................................... 7
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
1.5 Metode Penelitian ........................................................................................................ 8
1.6 Tinjauan Pustaka .......................................................................................................... 11
1.7 Sistematika Penulisan .................................................................................................. 16
BAB II KOTA MAKASSAR DIBAWAH PEMERINTAH KOLONIAL
2.1 Makassar sebagai Kota Kolonial ................................................................................. 19
2.2 Kondisi Sosial Budaya dibawah Pemerintah Hindia Belanda ..................................... 24
2.3 Pemerintahan Hindia Belanda di Makassa .................................................................. 30
Halaman
2.4 Kondisi Ekonomi Perdagangan dibawah Pemerintahan Hindia Belanda .................... 32
BAB III DEWAN KOTA MAKASSAR 1918-1938
3.1 Struktur Dewan Kota Makassar 1918-1938 ................................................................. 39
3.2 Peran Dewan Kota Makassar 1918-1938 ..................................................................... 48
3.2.1 Ketua atau Walikota (Voorzitter/Burgemester) .................................................. 48
3.2.2 Kesekertariatan ................................................................................................... 49
3.2.3 Pejabat Bagian Konstruksi Bangunan dan Perumahan (Bouw-en
Woningtoezicht ................................................................................................... 49
3.2.4 Pejabat Bagian Pekerjaan Umum (Gemeente Werken) ..................................... 49
3.3 Tugas dan Wewenang Dewan Kota Makassar 1918-1938 .......................................... 50
3.3.1 Menetapkan Peraturan Daerah ........................................................................... 50
3.3.2 Melengkapi dan Memperbaiki Fasilitas Kota .................................................... 54
3.4 Sumber Pendapatan Dewan Kota Makassar 1918-1938 .............................................. 55
3.4.1 Pajak-pajak ........................................................................................................ 56
3.4.2 Retribusi ............................................................................................................. 58
3.4.3 Pendapatan dari Perusahaan Milik Pemerintah................................................. 69
BAB IV PERKEMBANGAN KOTA MAKASSSAR DIBAWAH
PEMERINTAHAN DEWAN KOTA 1918-1938
4.1 Perkembangan dalam Bidang Ekonomi Perdagangan ................................................. 62
4.2 Perkembangan dalam Bidang Sosial ............................................................................ 64
4.2.1 Sarana dan Prasarana Kota ................................................................................. 65
4.2.2 Keindahan Kota .................................................................................................. 69
4.2.3 Perumahan Rakyat .............................................................................................. 71
4.3 Perkembangan dalam Bidang Kesehatan dan Pendidikan ............................................ 73
4.3.1 Kesehatan ............................................................................................................ 74
4.3.2 Pendidikan ......................................................................................................... 77
4.4 Kendala yang dihadapi Dewan Kota Makassar ............................................................ 80
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 85
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 90
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Interaksi yang terjadi sejak lama antara Belanda dan Indonesia, menyebabkan
semakin banyak orang Belanda termasuk keturunan – keturunan Belanda yang tinggal
di Indonesia dan secara hukum diakui memiliki status orang Eropa. Orang-orang
Eropa sebagian besar tinggal di kota dan hanya sedikit yang tinggal di desa. Sebagian
besar mereka tinggal di kota-kota di Jawa.Adapun kota-kota di luar Jawa yang
ditinggali oleh orang – orang Eropa dengan jumlah yang cukup banyak hanya kota-
kota utama saja, yang kemudian berkembang menjadi ibukota provinsi salah satunya
adalah kota Makassar.
Kondisi kota yang kurang teratur kemudian menjadi masalah besar bagi
orang-orang Eropa yang merasa tidak nyaman tinggal di wilayah-wilayah Indonesia.
Menurut mereka hal tersebut karena tidak adanya pengelola kota yang secara khusus
memiliki wewenang dalam mengelola kota1. Pada tahun 1905 munculah ide
mengadakan Desentralisasi Teritorial dalam pemerintahan Indonesia. Pemerintahan
daerah diberi kebebasan cukup luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri (hak otonomi) dan dengan keuangan sendiri serta perwakilannya
1 Purnawan Basundoro, Pengantar Sejarah Kota, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 102 –
103.
sendiri2.Kondisi ini yang kemudian melahirkan keputusan dari pemerintah Belanda
untuk memberikan status Gemeente serta kewenangan kepada masing – masing kota
besar di Indonesia untuk mengelola kotanya sendiri tidak terkecuali Makassar3.
Gemeente sendiri merupakan sebutan oleh Kolonial Belanda yang berarti
kotamadya.Pada masing-masing kota berstatus Gemeente kemudian dibentuk Dewan
Kota atau Gemeenteraad. Gemeenteraadmerupakan lembaga perwakilan rakyat yang
dibentuk untuk mengatur dan mengelola kotanya sendiri.Kepala Kotamadyasendiri
disebut Burgemeester atau Walikota yang sekaligus berperan ganda sebagai ketua
dari Dewan Kota (Gemeenteraad).
Keanggotaan Gemeenteraad mewakili golongan – golongan etnis yang tinggal
di kota antara lain golongan Eropa, Pribumi, dan Timur Asing. Bangsa Eropa yang
dimaksud ialah bangsa Belanda dan termasuk mereka yang berasal dari Eropa, tetapi
juga orang Australia dan Amerika.Orang Timur Asing termasuk orang Cina, Jepang,
Arab, dan India4. Namun demikian, sifat keanggotaannya tidak mewakili jumlah dari
golongan etnis secara nyata, karena pada kenyataannya golongan Eropa lebih
mendominasi keanggotaan Gemeenteraad dihampir semua kota berstatus Gemeente5.
2 Irawan Soejito, Sejarah Pemerintahan di Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1976),
hlm.75.
4 Bayu Suryaningrat, Sejarah Pemerintahan Di Indonesia Babak Hindia Belanda dan Jepang,
(Jakarta: Dewaruci Press, 1981), hlm. 35.
5 Purnawan Basundoro, op. cit., hlm. 107.
Pemerintah Kolonial Belanda menerapkan sistem pemerintahan yang lebih
banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah di wilayah jajahannya dengan
tujuan membawa perubahan terhadap Indonesia. Perubahan tersebut dilakukan
dengan cara membentuk Dewan-dewan lokal, yang kemudian dapat dikatakan cukup
berhasil, walaupun mayoritas anggotanya merupakan orang Belanda dan bangsa-
bangsa lainnya (terutama Cina).Bagi orang-orang Indonesia yang menjadi anggota
Dewan Kota adalah mereka yang merupakan pegawai pemerintahan seperti para
Bupati.
Hak suara bagi orang Indonesia hanya diberikan kepada laki-laki yang melek
huruf dan memiliki pajak penghasilan yang tinggi.Hal inilah yang kemudian menjadi
penyebab jumlah orang Indonesia yang bisa menjadi bagian atau anggota dari Dewan
Kota hanya sedikit jumlahnya.walaupun begitu, hal ini merupakan bentuk lain dari
pemberian kekuasaan dan wewenang serta keinginan untuk meningkatkan peran
orang –orang Indonesia dengan dibentuknya Dewan Kota.
Dewan kota didirikan dengan hanya satu majelis yang hanya mempunyai
wewenang menasehati, tetapi jika masalahnya sudah menyangkut keuangan maka hal
tersebut diserahkan ke Gubernur Jendral. Suatu aturan baru untuk Indonesia yang
diberlakukan pada tahun 1925 telah menurunkan fungsi Dewan Kota menjadi badan
penasehat dan memberikan wewenang-wewenang legislatif yang terbatas. Anggaran
belanja dan pembuatan peraturan kota lainnya memerlukan persetujuan Dewandan
lembaga ini dapat mengajukan perundang-undangan. Sejak awal dibentuknya, Dewan
Kota telah mengambil tempat dalam kesadaran politik6. Hingga tahun 1939 tercatat
telah ada sekitar tiga puluh dua dewan-dewan kota, 19 di Jawa dan 13 berada diluar
Jawa.
Kota Makassar merupakan kota baru yang kemudian tumbuh dan meluas
bersamaan dengan semakin lengkapnya perangkat birokrasi pemerintahan yang
mengatur, mendisiplinkan dan menguasai kota. Makassar kemudian berkembang
menjadi daerah otonom dengan nama Gemeente van Makassar pada tahun1906 dan
dibentuklah Dewan Kota Makassar (Gemeenteraad van Makassar),yang berhak
mengatur dan memerintah dirinya sendiri.
Tingginya jumlah penduduk Eropa di Makassar menjadi salah satu alasan
awalnya Dewan Kota (Gemeenteraad) dibentuk di kota Makassar. Sebagai kota besar
kedua di luar Jawa setelah Pelembang, Kota Makassar pada akhir abad ke 19
memiliki jumlah penduduk berada pada kisaran 20 ribuan saja. Di tahun 1905
diperkirakan jumlah penduduk di kota ini sekitar 26 ribu orang. Setelah terbentuknya
Makassar menjadi kotamadya maka dibentuk pula Dewan kota Makassar
(Gemeenteraad Van Makassar) pada tahun 19187 bersamaan dengan berjalannya
pemerintahan Dewan Kota Makassar.
6 M.C Ricklef s, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2011), hlm. 242-244.
7 Asmunandar, Kota Makassar dalam Empat Abad, dalam Makassar Nol Kilometer:
Jurnalisme Plat Kuning, penyunting: Anwar Jimpe Rachman (Makassar: Tanahindie Press, 2014),
hlm. 112.
Pada tahun 1930 jumlah penduduk kota Makassar sudah berlipat lebih dari 3
kali dan mencapai lebih dari 84 ribu orang, yaitu 3,5 ribu orang Eropa, lebih dari 15
ribu orang Cina, dan lebih dari 65 ribu Bumiputera dari berbagai daerah di Hindia8.
Padahal pada awalnya banyaknya orang-orang Belanda, Cina, Bugis maupun
Makassar yang membentuk kampung-kampungnya sendiri untuk kemudian tinggal di
wilayah – wilayah tertentu disekitar Benteng yang merupakan pusat pemerintahan
Belanda pada saat itu di kota Makassar, karena orang – orang Cina, Eropa, dan Bugis
maupun Makassar tersebut terkait dalam jaringan perdagangan yang kuat. Perubahan
sosial dan politik yang luar biasa kemudian terjadi ketika orang – orang Eropa mulai
menggantikan orang Makassar sebagai kelompok yang lebih dominan di
kotaMakassaar9. Hal ini kemudian nampak jelas dalam keanggotaan Dewan Kota
yang anggotanya didominasi oleh orang Eropa.
Perubahan status kota Makassar menjadi Gemeenteatau Kotamadya dan
dibentuknya Dewan Kota (Gemeenteraad) sebagai perangkat pemerintahanyang
sumber pendapatan berasal dari berbagai jenis pajak seperti, pajak tontonan, pajak
kendaraan, pajak pendapatan, pajak upah, dan lain-lain serta keuntungan dari
perusahaan – perusahaan Pemerintah kota seperti, pasar, perumahan, tanah, air
8 Dias Pradadimara, Penduduk Kota, Warga Kota, dan Sejarah Kota: Kisah Makassar,
(Yogyakarta: Ombak, 2005), hlm. 258.
9 Heather Sutherland, Kontinuitas dan Perubahan dalam Sejarah Makassar: Perdagangan
dan Kota di Abad ke-18, penyunting Dias Pradadimara dan Muslimin A.R. Effendi, (Yogyakarta:
Ombak, 2004), hlm. 19-20.
minum, dan sebagainya10
yang dipergunakan untuk membangun kota Makassar
dalam berbagai bidang.
Pemerintah Hindia Belanda juga giat membangun gedung kantor untuk
pemerintah kota. Letak gedung ini sejajar dengan gedung gereja, yang sekarang
dimanfaatkan sebagai Museum Kota Makassar11
.Meskipun Dewan Kota Makassar
telah dibentuk sejak tahun 1918 namun belum ada tulisan yang membahas hal
tersebut.Penelitian ataupun penulisan skripsi lebih banyak membahas Dewan
Perwakilan sesudah kemerdekaan.
1.2 BATASAN MASALAH
Kota Makassar terbentuk sebagaiGemeente Makassar pada tahun 1906, di
tahun yang samaGemeenteraadjuga dibentuk dengan anggotan-anggotanya terdiri
dari orang Eropa, Pribumi, dan Timur asing. Pada tahun 1918 walikota pertama J. E.
Dambrink terpilih sebagai walikota kota Makassar12
. Pada penelitian ini penulis akan
berfokus pada Dewan Kota Makassar mulai tahun 1918 hingga tahun 1938.
Pembatasan penelitian pada tahun 1938 dikarenakan pada tahun tersebut terjadi
perubahan status dari Gemeente (Kotamadya) menjadi Stadsgemeente
10
Notulen Van Het Verhandelde in de vergadering Van den Raad der Gemeente Makassar,
1920.
11
Edward L. Poelinggoman, Karebosi dalam Peta Kota Makassar, disampaikan pada “Dialog
Budaya“ dengan tema: “Karebosi: Masa Lalu, Kini, dan Masa Akan Datang” yang diselenggarakan
oleh Panrita Institute of Public Development dsn HIMA Sejarah FEIS UNM. Pada 8 Januari 2008.
12
Yudhistira Sukatanya, Dari Makassar Ke Makassar, dalam Makassar Doeloe, Makassar
Kini, Makassar Nanti, penyunting: Yudhistira Sukatanya. Gunawan Monoharto, (Makassar: Yayasan
Losari Makassar: 2000), hlm. 66.
(Kotapraja)yang berdasar pada Stadsgemeente Ordonnantie Buitengewesten Nomor.
490 Tahun 1938untuk wilayah di luar Jawa. Hal inilah yang menjadi alasan penulis
untuk membatasi penelitian ini dimulai pada tahun 1918 hingga 1938 sehingga lebih
terfokus pada masa pemerintahan Hindia – Belanda. Sedangkan untuk batasan spasial
pada penelitian ini, penulis akan fokus pada wilayah kota Makassar yang berstatus
sebagai Kotamadya (Gemeente) sekaligus sebagai pusat Pemerintahan Kolonial
Belanda di Sulawesi Selatan.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Penelitian mengenai Sejarah Dewan Kota ini menjadi menarik dan penting
untuk dilakukan karena Pertama, hal ini merupakan cikal bakal terbentuknya Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk periode saat ini.Kedua, karena Dewan
Kota memiliki sumbangsih yang besar terhadap pembangunan di kota Makassar.
Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Dewan
Kota Makassar (Gemeenteraad van Makassar) 1918-1938 dalam prespektif sejarah
dengan rumasan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana struktur pemerintahan Dewan Kota Makassar dalam periode
1918-1938?
2. Bagaimana peran dan pengaruh Dewan Kota Makassar terhadap
pembangunan kota Makassar dalam periode 1918-1938?
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui struktur Dewan Kota Makassar pada tahun
1918 – 1938.
2. Untuk mengetahui peran dan pengaruh Dewan Kota Makassar
terhadap pembangunan kota Makassar pada tahun 1918-1938.
2. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana bagi penulis.
2. Tulisan ini bisa menjadi referensi bagi penulis/peneliti sejarah
yang berminat menulis dan mengkaji mengenai sejarah
Pemerintahan dan sejarah Kota Makassar.
3. Menambah koleksi kajian mengenai sejarah pemerintahan di
Indonesia khususnya di kota Makassar.
4. Menambah catatan sejarah pemerintahan untuk wilayah kota
Makassar.
1.5 METODE PENELITIAN
Menurut Charles Seignobos dalam buku Methode historique appliquee aux
sciences sociales (Paris, 1901) yang dikutip oleh Louis Gottschalk dalam buku
Mengerti Sejarah : Sejarah bukan hanya suatu ilmu melainkan suatu metode, yang
dimaksud adalah bahwa metode sejarah dapat diterapkan kepada pokok pembahasan
disiplin maupun sarana untuk memastikan fakta13
.
Penelitian sejarah mempunyai lima tahap, yaitu:
1. Pemilihan topik: objektif dan subjektif dalam pemilihan topik merupakan
hal yang sangat penting, karena kemampuan seseorang hanya akan
bekerja dengan baik apabila ia senang dan mampu mengerjakan topik
yang dipilihnya. Topik yang sebaiknya dipilih dalam penelitian yaitu (1)
kedekatan emosional, (2) kedekatan intelektual. Setelah topik ditemukan
barulah membuat rencana penelitian. Dalam sebuah rencana penelitian
harus berisi tentang : Permasalahan, Historiografi, Sumber Sejarah dan
Garis besar penelitian.
2. Pengumpulan sumber: sumber yang dikumpulkan harus sesuai dengan
jenis sejarah yang akan ditulis. Sumber menurut bahannya dapat dibagi
menjadi dua yaitu tertulis dan tidak tertulis. Dokumen tertulis dapat
berupa surat – surat, notulen rapat, kontrak kerja, dan sebagainya.
Sedangkan sumber yang tidak tertulis berupa foto, bangunan peninggalan
dan sebagainya14
. berdasarkan metodologi disiplin sejarah, arsip
merupakan sumber sejarah berupa dokumen tertulis yang menempati
kedudukan yang tertinggi dibanding dengan sumber-sumber sejarah
13
Louis Gottschalk: penerjemah Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, (Jakarta : UI-
PRESS, 2008), hlm. 24.
14
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995), hlm. 73.
lainnya atau dapat dikatakan sebagai sumber primer dan sumber lain
sumber tambahan atau primer 15
. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan sumber primer berupa NOTULEN van het verhandelde in
de VERGADERINGEN VAN DEN RAAD der GEMEENTE MAKASSAR
IN 1918, 1920, 1927, 1930, 1938 dan Arsip Pemerintahan Kotamadya
Ujungpandang 1926-1988. Sedangkan sumber sekundernya berupa buku,
artikel, jurnal, serta tulisan ilmiah mengenai kota Makassar dalam
berbagai aspek terutama mengenai pemerintahan kota Makassar yang
berhubungan dengan objek penelitian.
3. Verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber): setelah mengetahui secara
persis topik dan sumber yang telah dikumpulkan tahap berikutnya adalah
verivikasi atau kritik sejarah, atau keabsahan sumber. Verifikasi ada dua
macam yaitu Autentisitas dan Kredibilitas. Autentisitas merupakan kritik
mengenai keaslian sumber yang digunakan atau bisa disebut kritik
eksternal sedangkan Kredibilitas merupakan kritik mengenai kebenaran
informasi dari sumber sejarah yang mengandung informasi sumber
sejarah yang dapat dipercaya atau tidak disebut juga kritik internal16
15
Mona Lohanda, Membaca Sumber Menulis Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2011), hlm.3.
16
Abd. Rahman Hamid. Muhammad Saleh Majid, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta:
Ombak, 2011), hlm 47-48.
4. Interpretasi atau penafsiran ada dua macam yaitu (1) Analisis yang
berarti menguraikan, setelah menguraikan barulah kita akan menemukan
fakta. (2) Sintesis yang berarti menyatukan.
5. Penulisan: dalam penulisan sejarah aspek kronologi sangat penting.
Penyajian penelitian dalam bentuk tulisan mempunyai tiga bagian: (1)
Pengantar, berisi permasalahan, latar belakang, historiografi dan
pendapat tentang tulisan orang lain, pertanyaan – pertanyaan yang akan
dijawab melalui penelitian, teori dan konsep yang dipakai, dan sumber-
sumber sejarah. (2) Hasil penelitian, memperlihatkan fakta-fakta yang
ditulis dalam penelitian disertai data yang mendukung. (3) Kesimpulan,
disinilah kita kemudian mengemukakan hal yang lebih sederhana dari
yang telah diuraikan dalam bab – bab sebelumnya yang merupakan hal
penting di dalam penelitian kita17
.
1.6 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan karya – karya sejarah yang
telah diteliti dan dianggap berkaitan dengan topik dari penelitian ini sebagai sumber
sekunder. Adapun diantaranya yaitu:
Buku Purnawan Basundoro yang berjudul Pengantar Sejarah Kota diterbitkan
oleh Ombak pada tahun 2012 di Yogyakarta, pada BAB VII “Perkembangan
Pemerintah Kota” buku ini menjelaskan mengenai awal mula lahirnya pemerintah
17
Kuntowijoyo, op. cit., hlm. 80-81.
kota di Indonesia, dimulai dari pemerintah pada masa Kolonial hingga pemerintahan
pada masa Jepang. dikeluarkannya undang-undang yang mengatur kota hingga
dibentuknya Dewan Kota bagi kota-kota besar di Indonesia yang kemudian memiliki
peran penting terhadap pembangunan kota baik di Jawa maupun di luar Jawa. Tidak
hanya itu pada buku ini menjelaskan mengenai sistem administrasi Gemeente
(Kotamadya) mulai dari kepala pemerintahannya, gambaran mengenai anggota-
anggotanya, kewenangan hingga kewajiban dari Gemeente.
Buku yang berjudul Kota Lama Kota Baru: Sejarah Kota – Kota di Indonesia,
yang disusun oleh Freek Colombijn, dkk dan diterbitkan oleh Ombak pada tahun
2005 ini merupakan buku kumpulan tulisan mengenai sejarah kota – kota besar di
Indonesia, buku ini sangat berguna bagi penulis untuk membantu dalam memberikan
informasi mengenai perkembangan perkotaan di Indonesia pada masa kolonial
Belanda hingga masa kemerdekaan Indonesia. salah satu tulisan yang dimuat yaitu “
Penduduk Kota, Warga Kota, dan Sejarah Kota : Kisah Makassar “ yang ditulis oleh
Dias Pradadimara yang membahas terbentuknya ruang kota hingga sejarah birokrasi
pemerintahan kota Makassar di masa pemerintahan Kolonial hingga pasca
kemerdekaan, pada tulisan ini penulis mendapatkan informasi – informasi mengenai
sejarah kota Makassar dalam berbagai hal.
Dalam buku Sejarah Indonesia Modern, M. C Ricklefs menekankan
penulisannya pada sejarah rakyat Indonesia.Baik sejarah tentang politik, sosial,
budaya dan ekonomi termasuk tentang interaksi sosial antar komunitas-komunitas
yang berbeda tetapi mempunyai hubungan yang erat dalam linguistik dan etnik di
Nusantara ini, menjadi bangsa yang bersatu. Sejarah Jawa menjadi faktor dominan
dalam buku ini dibanding dengan sejarah di wilayah Nusantara yang lain. Hal
tersebut dikarenakan : pertama, Jawa memperoleh penelitian sejarah yang lebih
banyak daripada pulau-pulau yang lain. Kedua, penduduknya mewakili lebih dari
separuh jumlah penduduk yang ada di Indonesia dan yang ketiga, Jawa menjadi pusat
dari banyak sejarah politik, baik selama kurun waktu colonial maupun kurun waktu
kemerdekaan dan mempunyai pengaruh lebih besar atas daerah-daerah di luarnya dan
menjadi lebih penting bagi sejarah Indonesia sebagai keseluruhan. Kedatangan
bangsa Eropa khususnya kongsi dagang VOC yang mempunyai banyak kepentingan
hingga menanamkan imperialisnya di Indonesia yang kemudian terjadi pergolakan
pada abad XVII dan XVIII yang memperebutkan hegemoni antara kerajaan
Nusantara dengan VOC dan Pemerintah kolonial Belanda.Abad XIX pemaksaan
dilakukan pemerintah kolonial Belanda secara bertahap di seluruh Nusantara, dan
abad XX dibuka dengan masalah-masalah yang baru pada saat ini telah menjadi
rahasia umum bagi sebagian besar rakyat Indonesia.
Buku berjudul Kontinuitas dan Perubahan dalam Sejarah Sulawesi Selatan,
merupakan buku kumpulan tulisanyang disunting oleh Dias Pradadimara dan
Muslimin A.R. Effendi, di terbitkan di Yogyakarta, oleh Ombak. Pada buku
kumpulan tulisan ini terdapat dua tulisan yang penting untuk di jadikan sumber
sekunder oleh penulis dalam penelitian ini, yang pertama yaitu tulisan Heather
Sutherland berjudul Kontinuitas dan Perubahan dalam Sejarah Makassar:
Perdagangan dan Kota di Abad ke-18, dalam tulisan ini Heather Sutherland
menjelaskan keadaan kota Makassar dimulai dari perdagangan, pelabuhan dan
pemukiman atau kampong – kampong penduduk yang didirikan disekitar Fort
Rotterdam di abad ke-18. Sedangkan, pada tulisan Dias Pradadimara berjudul Dari
Makassar ke Makassar: Proses Etnisasi Sebuah Kota pada tulisan ini perkembangan
kota Makassar dilihat dari ruang kota berkembang dengan pesat, pada kenyataannya
kota yang dibatasi dan diregulasi adalah aspek yang harus dipertimbangkan dalam
memahami perubahan masyarakat kota.
Buku berjudul Hindia Belanda Studi tentang Ekonomi Majemuk buku karya
J.S Furnivall ini merupakan sumber sekunder lainnya yang digunakan oleh penulis
dalam membuat skripsi ini, buku ini banyak bercerita tentang Hindia Belanda dimulai
pada tahun 1600 hingga 1929, walaupun buku ini banyak membahas mengenai
masalah ekonomi namun pada Bab IX Furnival banyak menjelaskan masalah
pemerintahan Hindia Belanda hingga masalah pemerintahan-pemerintahan lokal
yang ada dibawah pemerintahan Hindia Belanda, dibuku ini juga menjelaskan
mengenai Desentralisasi yang terjadi pada pemerintahan Hindia Belanda hingga
terbentuknya Volksraad dan pemerintahan Lokal di tahun 1918. Dalam buku ini juga
menjelaskan masalah kemajuan ekonomi yang terjadi di Indonesia dalam hal
keuangan, industry, irigasi dan lain sebagainya serta ekonomi social masyarakat
dibawah pemerintah Hindia Belanda dalam hal pendidikan, kesekatan, buruh dan
lain-lain.
Buku Makassar Nol Kilometer: Jurnalisme Plat Kuning merupakan kumpulan
tulisan yang membahas perkembangan kota Makassar dari sejarah, kebudayaan
hingga fenomena – fenomena yang terjadi di kota Makassar. Buku yang di terbitkan
oleh Tanahindie press pada tahun 2014 terdapat tulisan Asmunandar yang merupakan
Dosen Jurusan Arkeologi FIB UNHAS berjudul Kota Makassar dalam Empat Abad
menjelaskan mengenai pembangunan kota yang di jelaskan terpisah –pisah
berdasarkan abadnya. Yang pertama pada abad ke-17 dan ke-18, abad ke-18 dan ke-
19 serta abad ke-20. Secara bertahap Asmunandar menjelaskan tahap perkembangan
kota Makassar. Pada tulisan berjudul Dari Pasar Cidu ke Pasar Sentral yang ditulis
oleh Ishak Salim pada buku ini menceritakan keadaan pasar di kota Makassar seperti
pasar Butung, Pattunuang, Baru, Cidu, Lojia, Parang dan lain – lain. Pasar merupakan
salah satu yang menjadi tugas Dewan Kota Makassar dalam memperbaiki kondisi
kota sehingga penulis menganggap penting untuk membahas tulisan ini dalam
penelitian penulis.
Pada buku Sejarah Pemerintahan di Indonesiababak Hindia Belanda dan
Jepang yang ditulis oleh Bayu Surianingrat menjelaskan tentang pemerintahan pada
masa kolonial Belanda dimulai pada berakhirnya VOC pada tahun 1795 karena
hutang yang berlimpah, dalam buku ini penulis menjelaskan dimulai tentang
Opperbestuur (pemerintahan tertinggi) hingga Algemeen Bestuur (Pemerintahan
Umum). Pada buku ini dijelaskan lebih rinci mengenai Dewan Hindia Belanda yang
berkedudukan di Jakarta dan Dewan Rakyat yang berada di daerah yang lebih kecil,
mengenai anggota- anggota Dewan tersebut dijelaskan pula seperti hak-hak anggota
Dewan, hingga perundang-undangan yang berlaku di Hindia Belanda, keadaan
penduduk pada masa pemerintahan Hindia Belanda, departemen-departemen yang
ada pada pemerintahan Kolonial dan lain lain dibahas lebih jelas. Sedangkan pada
buku Sejarah Pemerintahan Daerah di Indonesia jilid 1 oleh Irawan Soejito,
pemerintahan terbagi atas 4 masa yaitu (1) masa pemerintahan Belanda, (2) masa
pemerintahan Jepang, (3) masa pendudukan Belanda setelah berakhirnya perang
dunia ke-II dan (4) masa pemerintahan Republik Indonesia. Dalam rangka
pelaksanaan asas disentralisasi dan asas dekonsentrasi, Indonesia dibagi habis dalam
wilayah Jawa dan Madura dan luar Jawa dan Madura dimana kota Makassar menjadi
bagian dari wilayah di luar pulau Jawa dan Madura yaitu wilayah Grote Oost (Timur
Besar) yaitu Celebes en Onderhorigheden (Sulawesi dan daerah bawahannya hal ini
dilakukan untuk memberika keleluasaan masing-masing wilayah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri yang disebut “otonomi daerah”. Dalam buku ini
penulis membahas mengenai sejarah pemerintahan daerah di Indonesia pada
umumnya dan seperti mengenai asas Disentralisasi yang telah disinggung sedikit
diatas namun dibedakan berdasarkan pemerintahan Belanda dan pemerintahan Jepang
di Indonesia.
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Pada penulisan skripsi “Dewan Kota Makassar (Gemeente van Makassar)
1918-1938” akan dibagi kedalam V bab.
BAB 1, pada BAB ini berisi pendahuluan , terdiri dari Latar Belakang: yang
berisi mengenai latar belakang terbentuknya Dewan-dewan Kota (Gemeenteraad) di
Indonesia, terbentuknya Makassar menjadi Gemeente dan memiliki Dewan Kota
(Gemeenteraad), hingga mengapa Dewan Kota Makassar menjadi penting untuk
dikaji. Batasan Masalah: berisi tentang batasan temporal dan spasial terhadap
penelitian, sehingga memudahkan penulis untuk lebih fokus. Rumusan Masalah:
berisi rumusan – rumasan masalah yang penulis tentukan dan coba menjawab dalam
bab berikutnya. Tujuan dan Manfaat Penelitian: berisi tujuan dan manfaat penulisan
ini bagi penulis dan pembaca. Metodologi Penelitian: berisi tahapan – tahapan dalam
melakukan penelitian. Tinjauan Pustaka: berupa daftar buku – buku yang dianggap
relevan dalam penulisan ini. Terakhir Sistematika Penulisan: berisi kerangka
penulisan.
BAB 2, pada Bab ini akan membahas mengenai gambaran umum Kota
Makassar dibawah pemerintahan Kolonial Belanda, bagaimana proses kota Makassar
menjadi kota Kolonial, bagaimana bentuk pemerintahan Hindia Belanda di Makassar,
hingga kondisi ekonomi perdagangan dan sosial budaya dibawah Pemerintah Hindia
Belanda
BAB 3, Pada Bab ketiga akan membahas mengenai Struktur Dewan Kota
Makassar, bagaimana komposisi etnis dan tohoj-tokoh masyarakat yang menduduki
jabatan ini serta siapa saja yang memiliki peran yang menonjol pada Dewan Kota
Makassar, serta membahas sumber pendapatan hingga tugas dan wewenang Dewan
Kota pada periode 1918-1938
BAB 4, Pada bab keempat akan membahas mengenai kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Dewan Kota dan hasil yang nampak pada pembangunan kota Makassar
dalam berbagai bidang, seperti ekonomi perdagangan, social budaya, pendidikan, dan
kesehatan.
Dan pada BAB 5 merupakan Penutup yang berisi kesimpulan yang dihasilkan
dari data BAB 1 hingga BAB 4 sebagai jawaban atas masalah – masalah pada
pendahuluan, serta berisi saran–saran dari penulis.
top related