demam berdarah dengue
Post on 19-Dec-2015
247 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DENGUE HEMORHAGIC FEVEROleh : Gadur Blasius,S.Kep.Ns
PENGERTIAN
DHF adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue, terutama
menyerang pada anak-anak dengan ciri-ciri : demam tinggi mendadak disertai manifestasi
perdarahan dan dapat menimbulkan syok (DSS) dan kematian.
Penyakit ini ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti, yang membawa virus
dengue (anthropad borne viruses) atau disebut arbo virus. DHF dapat menyerang semua
umur tetapi terbanyak pada anak-anak.
Dalam dekade terakhir, terdapat kecenderungan kenaikan proporsi penderita DHF
pada orang dewasa.
TANDA DAN GEJALA
1. Demam : demam tinggi timbul mendadak, terus menerus, berlangsung dua sampai
tujuh hari turun secara cepat.
2. Perdarahan : perdarahan disini terjadi akibat berkurangnya trombosit (trombositopeni)
serta gangguan fungsi dari trombosit sendiri akibat metamorfosis trombosit.
Perdarahan dapat terjadi di semua organ yang berupa:
Uji torniquet positif
Ptekie, purpura, echymosis dan perdarahan konjungtiva
Epistaksis dan perdarahan gusi
Hematemesis, melena
Hematuri
3. Hepatomegali :
Biasanya dijumpai pada awal penyakit
Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
Nyeri tekan pada daerah ulu hati
Tanpa diikuti dengan ikterus
Pembesaran ini diduga berkaitan dengan strain serotipe virus dengue
4. Syok : Yang dikenal dengan DSS , disebabkan oleh karena : Perdarahan dan
kebocoran plasma didaerah intravaskuler melalui kapiler yang rusak. Sedangkan
tanda-tanda syok adalah:
Kulit dingin, lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
Gelisah dan Sianosis disekitar mulut
Nadi cepat, lemah , kecil sampai tidak teraba
Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang dari 80 mmHg)
Tekanan nadi menurun (sampai 20mmHg atau kurang)
5. Trombositopeni: Jumlah trombosit dibawah 150.000 /mm3 yang biasanya terjadi pada
hari ke tiga sampai ke tujuh.
6. Hemokonsentrasi : Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator kemungkinan
terjadinya syok.
7. Gejala-gejala lain :
Anoreksi , mual muntah, sakit perut, diare atau konstipasi serta kejang.
Penurunan kesadaran
PATOFISIOLOGI DHF
Yang menentukan beratnya penyakit adalah : Tingginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, Menurunnya volume plasma darah, Adanya hypotensi,
Trombositopeni, Diatesis hemoragic\
Pada autopsi penderita DHF yang meninggal, didapatkan adanya kerusakan sistim
vaskuler dengan adanya peninggian permeabilitas diding pembuluh darah terhadap
protein plasma dan efusi pada ruang serosa, di bawah peritonial, pleural dan perikardial.
Pada kasus berat, pengurangan volume plasma sampai 30 % atau lebih. Menghilangnya
plasma melalui endotelium ditandai oleh peningkatan oleh peningkatan nilai hematokrit
yang mengakibatkan keadaan hipopolemik dan shock, yang dapat menimbulkan anoksia
jaringan, asidosis metabolik bahkan menyebabkan kematian.
Kerusakan dinding pembuluh darah bersifat sementara, dengan pemberian cairan
yang cukup shock dapat diatasi dan efusi pleura biasanya menghilang setelah beberapa
kali perawatan.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat pada saluran cerna, yang
timbul setelah shock berlangsung lama dan tidak teratasi. Perdarahan ini disebabkan oleh
trombositopeni serta gangguan fungsi trobosit disamping defisiensi ringan/sedang dari
faktor I, II, V, VII, IX, X dan faktor kapiler.
Pada pemeriksaan sel-sel pagosit didapatkan peningkatan daya pagositosis dan
proliferasi sistim retikolo enditetial yang berakibat penghancuran terhadap trombosit
yang telah mengalami metamorfosis seluler sehingga nampak adanya trombositopeni.
Aktifasi sistim komplemen juga memegang peranan penting dalam patogenesis
DHF , komplek imun biasanya ditemukan pada hari ke 5 sampai ke 7 saat terserang shock
terjadi. Produksi aktivitas komplemen ini bersifat anafilaktoksin yang menyebabkan
kerusakan dinding kapiler sehingga permeabilitas diding pembuluh darah meningkat.
Derajad DHF Menurut WHO dibagi menjadi 4 Derajat :
Derajat 1 :
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah
uji Tourniquet positif
Derajat 2 :
Derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
Derajat 3 :
Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi
menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan
penderita menjadi gelisah
Derajat 4 :
Renjatan berat dengan nadi yang tidak diraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
Panas
Lemah
Nyeri ulu hati
Mual dan tidak nafsu makan
Sakit menelan
Pegal seluruh tubuh
Nyeri otot, persendian, punggung dan kepala
Haus
b. Data Obyektif
Suhu tinggi selama 2 - 7 hari
Kulit terasa panas
Wajah tampak merah , dapat disertai tanda kesakitan
Nadi cepat
Selaput mukosa mulut kering
Ruam dikulit lengan dan kaki
Hiperemia tenggorokan
Epistaksis
Pembesaran hati dan nyeri tekan
Pembesaran limfe
Nyeri tekan pada epigastrik
Hematomesis
Melena
Gusi berdarah
Hipotensi
c. Data Penunjang
Hematokrit meningkat
Trombositopenia
Masa perdarahan dan protombin memanjang
Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul :
1. Potensial terjadin syok hipopolemik sehubungan dengan perdarahan yang
berlebuhan.
2. Potensial terjadinya injuri/luka perdarahan yang berlebihan sehubungan
dengan penurunan pembentukan, fungsi dan peningkatan destruktif platelet.
3. Peningkatan suhu tubuh (Hiperthermi) sehubungan dengan Kerusakan kontrol
suhu sekunder terhadap infeksi.
4. Potensial gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari yang
dibutuhkan sehubungan dengan :
perubahan kemampuan penye-rapan zat maka-nan (Gangguan neoro-
muskuler).
Kekakuan otot untuk mengunyah atau menelan.
Hipermetabolik.
Intake yang inadekuat
5. Kurangnya pengetahuan (kebu-tuhan belajar) , kondisi kese-hatan,
pengobatan, kurang informasi.
6. Mekanisme koping yang tidak efektif sehubungan dengan cemas.
Pelaksanaaan
Prioritas masalah Keperawatan :
1. Mencegah terjadinya hipopolemik syok
2. Intake nutrisi yang adekuat.
3. Mencegah komplikasi, perdarahan dan infeksi.
4. Imformasi tentang proses penyakit
5. Cemas
Penatalakasanaan perawatan pada pasien dengan DHF ditujukan pada upaya untuk
mencegah terjadinya ke adaan syok akibat perdarahan. Pergantian cairan disesuaikan
dengan drajat dehidrasi atau sesuai dengan indikasi.
Pada Pasien dengan perdarahan diupayakan seminimal mungkin untuk dapat
mencegah terjadinya perdarahan.
Diagnosa Keperawatan
Potensial terjadi syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan yang berlebihan.
Hasil yang diharapkan:
Tanda vital stabil dalam batas normal.
Kesadaran compos mentis
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
Hematokrit dalam batas normal : 37 - 43 %
Analisa data
Data subyektif : Pasien gelisah , mual, tak nafsu makan, sakit menelan, lemah.
Data obyektif : Perdarahan bawah kulit di lengan dan kaki, epistaxis, perdarahan gusi,
muntah darah.
Laboratorium : Trombositopeni : kurang dari 100.000/m 3
Hematokrit meningkat.
Rencana tindakan :
Observasi tanda-tanda vital: Tekanan darah, frekuensi dan kedalaman
pernafasan, frekuensi dan kedalaman nadi, suhu.
Kolaborasi dalam pemberian :
Terapi cairan RL atau pengganti plasma
Kalau perlu transfusi darah (trombosit)
Monitor intake-output
Cek Hemoglobin, hematokrit, dan trombosit.
Observasi perkembangan bintik-bintik merah di kulit, keluhan lemah, keringat
dingin, kulit lembab dan dingin.
Ukur dan catat perdarahan yang keluar
Evaluasi :
Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi.\
Diagnosa Keperawatan
Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh sehubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Rencana tindakan :
1. Beri makanan sesuai dengan kebutuhan dan kesukaannya.
2. Observasi jumlah makanan yang terkonsumsi\
3. Beri penjelasan pada pasien tentang nutrisi yang dibutuhkan dan kegunaannya.\
4. Sajikan menu yang menarik
5. Kolaborasi dengan medis tentang keluhan untuk mendapatkan infus.,obat anti
mual, obat penambah nafsu makan.
6. Lakukan cek BB tiap 3 hari
Diagnosa Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) s.d kerusakan kontrol suhu sekunder terhadap
infeksi
Tujuan : Suhu tubuh turun sampai batas normal dalam waktu 4 jam setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
1 Klien mengungkapkan badanynya tidak terasa panas.
2 Suhu tubuh turun 36 – 37.5 )
3 Klien tidak gelisah
4 RR 16x/menit, nadi 80-88 x/menit.
Rencana tindakan :
1. Beri penjelasan pada klien penyebab panas
R/ Dengan penjelasan diharapkan penderita mengerti dan mau berpartisipasi
dalam perawatan.
2. Observasi tanda vital tiap 3 jam sekali
R/ memantau perkembangan klien untuk tindakan perawatan selanjutnya.
3. Lakukan kompres hangat didaerah permukaan tubuh
R/ Mempercepat vasodilatasi sehingga terjadi penguapan , merangsang
termostat
4. Berikan minum banyak -+ 2 liter perhari
R/ Dapat mengimbangi akibat pengeluaran cairan lewat penguapan
5. Lanjutkan pemberian terapi IV 20 tetes/menit dan antipiretik 3 x 500 mg
R/ Mempercepat proses penurunan panas
Referensi :
1. Soedarmo, SP, Demam Berdarah Dengue, Medika No. 10 Tahun XXI, Oktober 1995.
2. RS. Sint. Carolus, Asuhan Keperawatan pada klien dengan DHF.
3. Nancy and Beckle, NCP fornPediatric Patient, The C.V. Mosby Company, St. Laouis,
Washington, Toronto, 1987, p. 230-233.
Masalah keperawatanDiagnosa I Gangguan penurunan cardiac out put sehubungan dengan penurunan Stroke
volume
Independen RasionalMonitor tanda-tanda vital CVP (bila dipasang CVP). Catat adanya perubahan tekanan darah, observasi peningkatan suhu.
Takikardi menunjukkan variasi hipotensi, tergantung pada tingkat keurangan cairan. CVP digunakan untuk mengukur derajat kekurangan cairan dan respon dari pemulihan
Palpasi puls perifer, catat warna kulit, suhu, kaji kondisi mental
Kondisi ini merupakan cairan ekstrasel yang dapat berakibat perfusi organ yang adekuat pada daerah tersebut, yang mungkin
disebabkan sirkulasi pembuluh darah kolapsTimbang BB setiap hari (bila memungkinkan)dan bandingkan dengan balans cairan 24 jam . Lihat adanya udem misalnya pada abdomen dan tungkai
Perubahan BB tidak bisa merefleksikan secara akurat volume cairan intravaskuler
Ketahui dengan pasti kondisi pasien dan jadwalkan selama 24 jam intake cairannya. Anjurkan makan makanan yang mengandung cairan yang tinggi
Mengurangi haus dan rasa tidak nyaman dari membran mukosa mulut, tambahkan masukkan parenteral (bila perlu)
Berikan pengaman bila perlu, seperti pengaman disisi tempat tidur, posisi tempat tidur. Direncanakan observasi yang sering, pengikat yang lembut (bila perlu)
Penurunan perfusi cerebral sering berakibat perubahan kesadaran atau mental sehingga pasien perlu dijaga dari trauma atau kecelakaan (terjatuh).
Laporka segera bila ada nyeri dada , dyspnoe,sianosis, penurunan kesadaran, lemah. Monitor sewaktu-waktu peningkatan tekanan darah, batuk basah, dyspnoe, ronchi, sputum berbusa
Hemokonsentrasi dan peningkatan kekentalan darah dapat mengakibatkan adanya emboli sistemik. Kondisi ini dapat mempercepat kekurangan cairan yang mengganggu sistim kardiovaskuler
Kolaborasi:Bantu dengan mengidentifikasi atau mengobati penyebabnya. Monitor pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi seperti elektrolit , glukosa, pH, atau peningkatan tekanan CO2, serta koagulasi
Merujuk pada aturan atau standart yang ada. Tergantung dari hilangnya cairan , sehingga ketidak seimbangan cairan dan elektrolit akan terlihat pada hasil laboratorium tersebut. Mengukur derajat kekurangan cairan dan respon dari pemulihan . Demam merupakan metabolisme dan reabsorbsi dari kehilangan cairan
Diagnosa 2 : Hiponatremia sehubungan dengan pengeluaran natrium yang berlebihan melalui muntah, diare, dan perdarahan.
Independent RasionalMonitor intake dan output, hitung keseimbangan cairan, dan BB setiap hari.
Indikator keseimbangan cairan adalah penting. Kehilangan ataupun kekurangan cairan dapat trjadi pada hiponatremi.
Kaji tingkat kesadaran dan respon neuromuskuler
Kekurangan / defisit natrium dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kesadaran, adanya kelemahan otot secara umum/kejang.
Catat frekuensi dan kedalama pernapasan. Kekurangan natrium dapat menimbulkan pernapasan yang lambat sebagai kompensasi tubuh terhadap metabolisme alkalosis.
Anjurkan klien untuk minum dan makan makanan yang banyak mengandung natrium seperti susu, telur, daging, dan sebagainya.
Meskipun kekurangan natrium menyebabkan gejala yang serius yang perlu pemberian intravenus segera, pasien dianjurkan juga untuk mencoba intake natrium peroral dan hindari pembatasan garam.
Kolaborasi : Untuk mengevaluasi kebutuhan terapi dan
Monitor elektrolit urine dan serum serta osmolaritas.Berikan obat-obatan, seperti: Diuretika
KCl
NaCl
keefektifannya
Efektif dalam menurangi kelebihan cairan untuk mengoreksi kesimbangan
Untuk mengoreksi kekurangan kalium, khususnya pada penggunaan diuretika..Berguna untuk memperbaiki kekurangan atau mencegah adanya kehilangan cairan lebih lanjut..
Diagnosa 3. Hipokalemia sehubungan dengan pengeluaran kalium yang berlebihan melalui gastrointestinal dan intake yang tidak adekuat.
Independen RasionalMonitor frekuensi jantung dan irama jantung Takikardi dapat berkembang dan secara
potensial mengancam kehidupan; sinus takikardi, AV blok, AV dissosiation, ventrikuler takikardi.
Monitor fungsi pernapasan, kedalaman dan usaha napas. Anjurkan pasien untuk latihan batuk atau napas dalam, ganti posisi sesering mungkin.
Kelemahan otot pernapasan dapat menyebabkan paralisis dan akhirnya respiratory arrest.
Observasi tingkat kesadaran dan fungsi neuromuskuler; kekuatan, sensasi, dan gerak.
Apatis, rasa ngantuk, irritabilitas, tetani, parathesias, dan coma dapat terjadi.
Pertahanan cacat yang akurat tentang urine, hilangnya kalium dari gaster/luka.
Pedoman untuk menghitung kebutuhan cairan/kalium yang diperlukan.
Monitor kecepatan pemberian infus patassium intravenus menggunakan infus minidrop/microdrop. Cek effek sampingnya.
Meyakinkan pengobatan terkontrol untuk mencegah efek bolus dan mengurangi rasa tidak nyaman.
Anjurkan makan/minum yang tinggi potassium seperti; nanas, jeruk, the, tomat dan sebagainya.
Pemberian potassium dapat dipertahankan melalui diet jika pasien boleh makan/minum.
Observasi tanda-tanda alkalosis metabolik, seperti : hipoventilasi, takikardi, disritmia, tetani, perubahan mental.
Keadaan ini juga sering mengikuti hipokalimia.
Observasi tanda-tanda intoksikasi digitalis jika digunakan (mengeluh mual, muntah, pandangan kabur, peningkatan atril dysrhytmia, block jantung)
Kadar potassium rendah meningkatkan efek digitalis, hantaran listrik jantung lambat. Hipokalimia dapat menyebabkan lethal dysrhytmia.
Kolaboratif:Bantu mengidentifikasi/mengatasi masalah berdasarkan penyebab.Monitor pemeriksaan laboratorium, misalnya; Serum potassium.
Membantu mencari faktor pencetus dan penyebabnya.Kadarnya hendaknya sering diperiksa selama pemberian terapi, khususnya bila ada kebocoran ginjal. Kelebihan / peningkatan yang tiba-tiba dapat menyebabkan cardiac
Analisa gas darah
Serum magnesium
Berikan potassium oral dan atau intravenus (Kcl elixir, S-lor, Slow-K)
dysrhytmia.Koreksi alkalosis akan meningkatkan serum potassium dan menurunkan kebutuhan. Koreksi asidosis akan mengembalikan potassium kedalam sel mengakibatkan penurunan kadar serum potassium dan meningkatkan kebutuhan.Penggunaan diuretika misalnya : lasix, hidrodiuril dapat menyebabkan penurunan kadar clorida dan potassium.Pemberian parenteral hendaknya jangan melebihi 40 mEq/2 jam. Diet suplemen dapat juga digunakan untuk mencapai keadaan equlibrium jika pasien dapat makan/minum.
Diagnosa IV. Perubahan perfusi jaringan perifer sehubungan dengan menurunnya aliran darah arteri.
Independen RasionalUbah posisipasien tiap 2 jam Mengurangi resiko kerusakkan kulitMonitor tanda vital dan irama jantung tiap 4 jam dan laporkan dan catat perkembangan kecepatan dan nadi yag irreguler.
Nadi yang cepat dan tidak teratur dapat menyebabkan penurunan CO yang mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Kontrol nadi perifer tiap 4 jam. Nadi yang teraba dan kuat menunjukkan aliran darah arteri baik
Observasi warna kulit, suhu, tekstur sedikitnya tiap 4 jam. dan catat serta laporkan adanya daerah yang biru/hitam (cianosis).
Penurunan perfusi jaringan menyebabkan perubahan warna kulit dan tekstur kuliut.
Jangan gunakan panas langsung pada ekstremitas. Panas dapat digunakan pada abdomen untuk merangsang refleks dilatasi pada arteri ekstremitas bawah.
Pemenasan ekstremitas secara langsung menyebabkan metabolisme jaringan, jika arteri tidak dilatasi secara normal, perfusi jaringan menurun dapat terjadi ischemia.
Ajarkan tehnik relaksasi. Membantu vasodilatasi dan mencegah vasokontriksi yang disebabkan oleh rasa cemas.
Ajarl\kan pasien tentang :Perawatan diri, pentingnya latihan, perlunya diet rendah kalori dan kolesterol, menghindari baju tebal, menyilangkan kaki, menjaga kaki tergantung, perlunya menghindari penyebab vasokontriksi ( dingin, stres, merokok ).
Melibatkan pasien dan keluarga/orang terdekat dalam perawatan pasien dan memberikan kebebasan pasien dalam pembuatan keputusan tentang status kesehatannya.
Referensi :
4. Soedarmo, SP, Demam Berdarah Dengue, Medika No. 10 Tahun XXI, Oktober 1995.
5. RS. Sint. Carolus, Asuhan Keperawatan pada klien dengan DHF.
6. Nancy and Beckle, NCP fornPediatric Patient, The C.V. Mosby Company, St. Laouis,
Washington, Toronto, 1987, p. 230-233.
Replikasi Virus
Anoksia
Infeksi sekunder
Heterologous Dengue
+
Virus Antibody Kompleks
Aktifasi Komplemen
Anaphylatoxin
Permeabilitas Kapiler
meningkat
Plasma Menurun
Hipopolemik
Shock
Anamnestic Antibody
Respon
Komplemen meningkat
Histamin level meningkat
dalam urin 24 jam
Hemetokrit meningkat
Na Menurun
Cairan pada rongga serosa
Asidosis
INFEKSI
PRIMER
Mekanisme
Efektor
SEL FAGOSIT
Sel Kuffer
Monosit
Makrofag
Sel monosit
teraktifasi
Interaksi
Sistem
Humoral dan
Komplemen
(C3A, C5A)
Mediator
Permiabilitas
Kapiler
&
Mengaktifasi
Dehidrasi Hipovolemik
Syock
sistem
Koagulasi
Kebocoran Plasma
Perdarahan
Seluruh Organ
Oedem
Saluran cerna
HEMEL
INFEKSI
SEKUNDER
SEL FAGOSIT
Sel Kuffer
Monosit
Makrofag
Kompensasi
Tubuh
TUBUH
BERKOMPENSASI
LIMPOSIT T
TCD4 +
Interferon
Merangsang Sel yang
terinfeksi
Monosit lisis
Mediator
Trombosit
Destruksi
trombosit
Sunsum Tulang
Megakariosit
muda
TROMBOSITOP
ENIA
Kebocoran plasma
&
Perdarahan
Oedem
Hematomesis Melena
Dehidrasi
Syok
PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
Panas
Lemah
Nyeri ulu hati
Mual dan tidak nafsu makan
Sakit menelan
Pegal seluruh tubuh
Nyeri otot, persendian, punggung dan kepala
Haus
b. Data Obyektif
Suhu tinggi selama 2 - 7 hari
Kulit terasa panas
Wajah tampak merah , dapat disertai tanda kesakitan
Nadi cepat
Selaput mukosa mulut kering
Ruam dikulit lengan dan kaki
Hiperemia tenggorokan
Epistaksis
Pembesaran hati dan nyeri tekan
Pembesaran limfe
Nyeri tekan pada epigastrik
Hematomesis
Melena
Gusi berdarah
Hipotensi
c. Data Penunjang
Hematokrit
Trombositopenia
Masa perdarahan dan protombin memanjang
Prioritas masalah Keperawatan :
6. Mencegah terjadinya hipopolemik syok
7. Intik nutrisi yang adekuat.
8. Mencegah komplikasi, perdarahan dan infeksi.
9. Imformasi tentang proses penyakit
10. Cemas
Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul :
7. Potensial terjadin syok hipopolemik sehubungan dengan perdarahan yang
berlebuhan.
8. Potensial terjadinya injuri/luka perdarahan yang berlebihan sehubungan
dengan penurunan pembentukan, fungsi dan peningkatan destruktif platelet.
9. Potensial gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari yang
dibutuhkan sehubungan dengan :
perubahan kemampuan penye-rapan zat maka-nan (Gangguan neoro-
muskuler).
Kekakuan otot untuk mengunyah atau mene-lan.
Hipermetabolik.
10. Kurangnya pengetahuan (kebu-tuhan belajar) , kondisi kese-hatan,
pengobatan, kurang im-formasi.
11. Mekanisme koping yang tidak efektif sehubungan dengan cemas.
Referensi :
7. Soedarmo, SP, Demam Berdarah Dengue, Medika No. 10 Tahun XXI, Oktober 1995.
8. RS. Sint. Carolus, Asuhan Keperawatan pada klien dengan DHF.
9. Nancy and Beckle, NCP fornPediatric Patient, The C.V. Mosby Company, St. Laouis,
Washington, Toronto, 1987, p. 230-233.
PATOFISIOLIGI DBD/DSSDENGUE INFEKTION
Thrombocytope
Fever
Anorexia
fomiting
Dehydration
Hemorhagic
Manifestatio
n
Dengue
fever
DIC
GI Bleeding
Hepatomega
ly
Leakge of
plasma
Hypopolemia
shock
Anoxia
Death
DHF/DSS
nia
Incraeased
Vascular
fermeability
Hemokonsentr
asi
Hypoproteinem
ia Pleural
efution
Ascites
Acidosis
Ag Ab
complex +
complement
Grade
I
II
III
IV
Catatan : Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi,
hemodinamika dan biokimiawi DBD belum diketahui secara pasti,
karena kesukaran mendapatkan model binatang percobaan yang
dapat dipergunakan untuk menimbulkan gejala klinis seperti pada
manusia
top related