definisi dan tujuan kb, cara kontrasepsi tanpa alat non hormonal.doc
Post on 27-Oct-2015
244 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Definisi Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami isteri untuk : (1) mengindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2)
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) mengatur interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu
saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, (5) menetukan jumlah anak dalam
keluarga. Ataupun Keluarga Berencana dalam bahasa lain merupakan upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagian
dan sejahtera.
Tujuan Keluarga berencana
Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk
melalui usaha penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha-usaha
pembangunan yang lain selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Upaya menurunkan
tingkat kelahiran dilakukan dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) untuk berkeluarga berencana.
Sementara itu penduduk yang belum memasuki usia subur (Pra-PUS) diberikan pemahaman dan
pengertian mengenai keluarga berencana.
Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan dalam bidang KB telah
ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan jangkauan, pembinaan terhadap peserta KB agar secara
terus menerus memakai alat kontrasepsi, pelembagaan dan pembudayaan NKKBS serta peningkatan
keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana. Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan
tersebut terus dimantapkan usaha-usaha operasional dalam bentuk upaya pemerataan pelayanan KB,
peningkatan kualitas baik tenaga, maupun sarana pelayanan KB, penggalangan kemandirian,
peningkatan peran serta generasi muda, dan pemantapan pelaksanaan program di lapangan
Cara Kontrasepsi Sederhana Non-Alat
Senggama terputus
Cara ini mungkinmerupakan cara kontrasepsi tertua yang dikenal manusia, dan mungkin masih
merupakan cara terbanyak yang dilakukan hingga kini. Walaupun cara ini merupakan cara dengan
banyak kegagalan, koitus interuptus merupakan cara utama dalam penurunan angka kelahiran di Prancis
pada abad ke-17 dan ke-18.
Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini
didasarkan atas kenyataan, bahwa akan terjadi ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar laki-
laki, dan setelah itu masih ada waktu “detik” sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat
digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina. Keuntungan, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-
alat, ataupun persiapan, tetapi kekurangannya adalah untuk menyukseskan cara ini dibutuhkan
pengendalian diri yang besar dari laki-laki. Beberapa laki-laki karena factor jasmani dan emosional tidak
dapat mempergunakan cara ini. Selanjutnya, penggunaan cara iini dapat menimbulkan neurasteni.
Efektivitas cara ini umumnya dianggap kurang berhasil, sungguhpun penyelidikan yang dilakukan
di Amerika dan Inggris membuktikan bahwa angka kehamilan dengan cara ini hanya sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan cara yang mempergunakan kontrasepsi mekanis atau kimiawi. Kegagalan dengan
cara ini dapat disebabkan oleh (1) adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejaculatory fluid),
yakni dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang (repeated coitus); (2) terlambatnya
pengeluaran penis dari vagina, dan (3) pengeluaran semen dekat pada vulva (petting), oleh karena
adanya hubungan antara vulva dan kanalis servikalis uteri melalui benang lender serviks uteri yang pada
masa ovulasi mempunyai spinnbarkeit yang tinggi.
Pembilasan pascasenggama
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka atau obat
lain) segera setelah koitus merupakan suatu cara yang telah lama sekali dilakukan untuk tujuan
kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan
cuka ialah untuk memperoleh efek spermisida serta menjaga asiditas vagina. Efektivitas cara ini
mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum
dilakukannya pembilasan spermatozoa dalam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri.
Perpanjangan masa menyusui anak
Sepanjang sejarah perempuan mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil menjadi
lebih kecil apabila mereka terus menyusui anakanya setelah melahirkan. Maka, memperpanjang masa
laktasi sering dilakukan untuk mencegah kehamilan. Efektivitas menyusui anak dapat mencegah ovulasi
dan memperpanjang amenorea postpartum. Akan tetapi, ovulasi pada suatu saat akan terjadi lagi dan
akan mendahului haid pertama setelah partus. Bila hal ini terjadi, konsepsi dapat terjadi selagi
perempuan tersebut masih dalam keadaan amenorea dan terjadilah kehamilan kembali setelah
melahirkan sebelum mendapatkan haid.
Pantang berkala
Cara ini mula-mula diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus dari
Jerman, kira-kira pada waktu yang bersamaan, yaitu sekitar tahun 1931. Oleh karena itu, cara ini sering
juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil penyelidikan mereka bahwa seorang
perempuan hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam daur haidnya. Masa subur disebut juga
“fase ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah
masa itu, perempuan tersebut berada pada masa tidak subur.
Kesulitan cara ini adalah sulit menentukan waktu yang tepat dari ovulasi; ovulasi umumnya
terjadi 14 + 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan dating. Dengan demikian, pada perempuan
dengan haid yang tidak teratur, sangat sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan saat terjadinya
ovulasi. Selain itu, pada perempuan dengan haid teratur pun ada kemungkinan hamil, oleh salah satu
sebeb (misalnya karena sakit) ovulasi tidak dating pada waktunya atau sudah dating sebelum saat
semestinya.
Pada perempuan-perempuan dengan daur haid tidak teratur, akan tetapi dengan variasi yang
tidak jauh berbeda, dapat ditetapkan masa subur dengan suatu perhitungan, dimana dauh haid
terpendek dikurangi dengan 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Masa aman
ialah sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi. Untuk dapat menggunakan cara ini, perempuan
yang bersangkutan sekurang-kurangnya harus mempunyai catatan tentang lama daur haidnya selama 6
bulan, atau lebih baik jika perempuan tersebut mempunyai catatan tentang lama daur haidnya selama
satu tahun penuh.
Lamanya daur haid
terpendek
Hari pertama masa
subur
Lamanya daur haid
terpanjang
Haid terakhir masa
subur
21 hari Hari ke – 3 21 hari Hari ke – 3
22 hari Hari ke - 4 22 hari Hari ke - 4
23 hari Hari ke - 5 23 hari Hari ke - 5
24 hari Hari ke – 6 24 hari Hari ke – 6
25 hari Hari ke – 7 25 hari Hari ke – 7
26 hari Hari ke – 8 26 hari Hari ke – 8
27 hari Hari ke – 9 27 hari Hari ke – 9
28 hari Hari ke – 10 28 hari Hari ke – 10
29 hari Hari ke – 11 29 hari Hari ke – 11
30 hari Hari ke – 12 30 hari Hari ke – 12
31 hari Hari ke – 13 31 hari Hari ke – 13
32 hari Hari ke – 14 32 hari Hari ke – 14
33 hari Hari ke – 15 33 hari Hari ke – 15
34 hari Hari ke – 16 34 hari Hari ke – 16
35 hari Hari ke – 17 35 hari Hari ke – 17
Efektivitas cara ini akan lebih tepat jika dibarengi dengan cara pengukuran suhu basal badan
(SBB); dengan pengukuran ini dapat ditentukan dengan tepat saat terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi
suhu basal badan turun, kurang dari 24 jam sesudah ovulasi suhu basal badan naik lagi sampai tingkat
lebih tinggi daripada tingkat suhu sebelum ovulasi, dan tetap tinggi sampai akan terjadinya haid. Dengan
demikian bentuk grafik suhu basal badan adalah bifasis, dengan dataran pertama lebih rendah daripada
dataran kedua, dengan saat ovulasi di antaranya.
Pengukuran suhu basal badan dilakukan setiap hari sesudah haid berakhir sampai mulaiya haid
berikutnya. Usaha itu dilakukan sewaktu bangun pagi sebelum menjalankan kegiatan apapun, dengan
memasukkan thermometer dalam rectum atau dalam mulut dibawah lidah selama 5 menit.
Dengan menggunakan suhu basal badan, kontrasepsi dengan cara pantang berkala dapat
ditingkatkan efektivitasnya. Akan tetapi, harus diingat bahwa beberapa factor dapat menyebabkan
kenaikan suhu basal badan tanpa terjadinya ovulasi, misalnya karena infeksi, kurang tidur, atau minum
alcohol.
top related