dan informatika sinergi kawal informasi untuk ......menambahkan ketentuan atau kewajiban menghapus...

Post on 01-Nov-2020

35 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX

Madiunkota.go.id

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA MADIUN

DINAS KOMUNIKASI

DAN INFORMATIKA

MADIUN, 07 Februari 2018

(BACA, TELITI, DAN KONFIRMASI : BUDAYAKAN BIJAK DALAM LITERASI)

Pemerintah Kota Madiun LPPL Radio Suara Madiun

@pemkotmadiun_ @pemkotmadiun_

Hoax berarti ketidak benaran informasi

Hoax juga berarti berita bohong

Atau Hoax informasi yang tidak bersumber

Dari pengertian diatas Hoax dapat disimpulkan pemberitaan yang tidak dapat diketahui kebenarannya dan sumber informasinya.

Definisi Hoax

Hoax bukan hal yang baru lagi. Bahkan sebelum 1600-an kebanyakan informasi disebarkan tanpa sumber yang jelas. Pembaca bebas menentukan validitas informasi berdasarkan pemahaman, kepercayaan/agama, maupun penemuan ilmiah terbaru saat itu.

Salah satu hoax terbesar di abad 19 yakni

Perkembangan Hoax

Penampakan manusia raksasa setinggi 10 kaki (Cardiff Giant) di New York. Rupanya, raksasa tersebut adalah buatan ahli tembakau George Hull.

Pada abad ke-XX, berita hoax lebih banyak disebarkan melalui jalur siaran ketimbang media cetak. Hal itu terjadi seiring dengan perkembangan media massa, yang mengharuskan penayangan berita secepat mungkin. Akibatnya, banyak media massa yang tidak mengklarifikasi informasi terlebih dahulu sebelum menyebarluaskannya.

Salah satu hoax yang paling terkenal pada abad XX adalah siaran stasiun televisi ABC dan USA Today yang mengklaim bahwa Rusia berencana menjual jenasah Vladimir Lenin untuk mendongkrak penerimaan negara

Hoax masa kini diklaim lebih menakutkan karena bisa dibuat dengan sangat mudah dan cepat melalui Internet. Pada era digital, jumlah hoax (baik yang disengaja maupun tidak) di bidang politik, sains, ekonomi, sosial, maupun hiburan sudah tidak dapat dihitung.

Bagaimana dengan HOAX saat ini???

Mengapa Hoax Mudah Dipercaya Dari Sisi Psikologis

1. Jika Informasi sesuai dengan opini dan sikap yang dimiliki. Kecenderungan orang jika menerima afirmasi yang sesuai dengan apa yang dipercaya maka pengecekan kebenaran terlebih dahulu menjadi berkurang. Secara natural, perasaan positif yang timbul di dalam diri ketika ada yang mengafirmasi apa yang dipercaya. 2. Terbatasnya pengetahuan. Tidak adanya “prior knowledge” tentang informasi yang diterima bisa jadi mempengaruhi seseorang untuk menjadi mudah percaya. Faktanya, tidak ada satupun orang yang benar – benar imun terhadap hoax. Rentan tidaknya seseorang terhadap hoax lebih tergantung pada kemampuan berpikir kritis mengevaluasi informasi dan literasi media bukan hanya kemahiran memanfaatkan teknologi informasi.

Berikut langkah mudah mengidentifikasi mana berita Hoax mana berita asli 1. Berhati – hati dengan judul yang provokatif.

Beberapa Hoax membubuhi judul sensasional yang provokatif. Sehingga apabila menjumpai berita dengan judul provokatif, cari referensi berita serupa dari situs online resmi. Bandingkan apakah sama atau berbeda.

2. Cermati alamat situs. Cermatilah alamat URL situs, apabila dari situs yang belum terverifikasi, misal domain blog maka informasinya meragukan.

3. Periksa fakta 4. Cek keaslian foto

Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari google, yaitu dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian google images.

5. Ikut dalam grup diskusi anti hoax Contohnya : Masyarakat Anti Hoax

Bagaimana Mengenali HOAX???

Saat ini Pemerintah juga menyediakan sarana untuk melaporkan konten negatif.

Laporkan ke alamat website

aduankonten.id

Caranya disamping ya

Hoax? Laporkan Saja

Mayoritas Aduan Konten Negatif yang Diterima oleh Kementrian Kominfo RI Tahun 2017 :

1. Pornografi 2. Perjudian 3. Penipuan 4. Hak Cipta 5. Radikalisme 6. Kebencian 7. Keamanan Internet 8. Dll

Data dan Info Hoax Saat Ini

Pornografi 497

Radikalisme 0

Sara / Kebencian 7

Penipuan Dagang Ilegal 209

Perjudian 612

Kekerasan Pornografi Anak 0

Keamanan Internet 0

Pelanggaran Hak Cipta 0

Kekerasan Violence 1

Lain-lain 0

Normalisasi 6

Total 1320

Jumlah Aduan Konten Desember 2017 Melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika RI

Pornografi 776889

Radikalisme 202

Sara / Kebencian 183

Penipuan Dagang Ilegal 2856

Perjudian 7440

Kekerasan Pornografi Anak 0

Keamanan Internet 15

Pelanggaran Hak Cipta 361

Kekerasan Violence 3

Lain-lain 0

Normalisasi 386

Total 787563

Jumlah Aduan Konten Keseluruhan Melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika RI

1. Pendekatan Sosialisasi Literasi

2. Konsultasi dengan Publik atau Stakeholder

3. Pengawasan terhadap konten

4. Bekerjasama dengan dewan pers dalam pengawasan pers, dimana media harus mengurus badan hukum agar mendapat verifikasi dari dewan pers

Langkah Pemerintah

Menggandeng orang-orang aktif di media sosial yang berseberangan dengan pemerintah.

Literasi diharapkan masyarakat mampu menapis sendiri atau memilah-milah informasi sebelum mendistribusikan konten tersebut.

Prinsip gerakan literasi ini salah satunya sebagai usaha yang diarahkan untuk mewujudkan kecakapan kritis dalam mengkonsumsi media.

Pelaksanaan Literasi pada Masyarakat

UU ITE UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UU ITE 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Produk Hukum tangkal HOAX

7 Poin Penting :

1. Menambahkan sejumlah penjelasan untuk mempertegas "ketentuan penghinaan/pencemaran nama baik" pada Pasal 27 ayat (3) UU ITE bahwa ketentuan ini mengacu pada ketentuan pencemaran nama baik dan/atau fitnah dalam KUHP, merupakan delik aduan, bahwa:

Yang dimaksud dengan “mendistribusikan” adalah mengirimkan dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Eletronik kepada banyak orang atau berbagai pihak melalui Sistem Elektronik.

Yang dimaksud dengan “mentransmisikan” adalah mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Eletronik yang ditujukan kepada satu pihak lain melalui Sistem Elektronik.

Yang dimaksud dengan “membuat dapat diakses” adalah semua perbuatan lain selain mendistribusikan dan mentransmisikan melalui Sistem Elektronik yang menyebabkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dapat diketahui pihak lain atau publik.

UU ITE UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UU ITE 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

2. Menurunkan ancaman pidana penghinaan/ pencemaran nama baik dari paling lama 6 tahun menjadi 4 tahun dan denda dari Rp 1 miliar menjadi Rp 750 juta. Selain itu, menurunkan ancaman pidana ancaman kekerasan dan atau menakut-nakuti pada Pasal 29 dari paling lama 12 tahun penjara menjadi 4 tahun dan denda dari Rp 2 miliar menjadi Rp 750 juta.

3. Melaksanakan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) atas Pasal 31 ayat (4) UU ITE yang mengamanatkan pengaturan tata cara intersepsi ke dalam undang-undang. Sehubungan dengan hal ini, menambahkan penjelasan Pasal 5 untuk mempertegas keberadaan informasi elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah.

4. Melakukan sinkronisasi ketentuan hukum acara dalam Pasal 43 ayat (3) dan ayat (6) UU ITE dengan ketentuan hukum acara pada KUHAP, yakni penggeledahan dan/atau penyitaan dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana. Selain itu, penangkapan dan/atau penahanan yang semula harus meminta penetapan Ketua Pengadilan Negeri setempat dalam waktu 1 x 24 jam, disesuaikan kembali dengan ketentuan KUHAP.

5. Memperkuat peran penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) pada

Pasal 43 ayat (5) UU ITE, dengan menambahkan kewenangan untuk memutuskan akses terkait tindak pidana teknologi informasi dan kewenangan meminta informasi dari penyelenggara sistem elektronik terkait tindak pidana teknologi informasi.

6. Menambahkan ketentuan atau kewajiban menghapus konten yang tidak relevan bagi penyelenggara sistem elektronik sebagai jaminan pemenuhan atas perlindungan data pribadi. Pelaksanaan ketentuan ini dilakukan atas permintaan orang yang bersangkutan berdasarkan penetapan pengadilan.

7. Memberikan landasan yang kuat bagi pemerintah untuk mencegah penyebarluasan konten negatif di internet yang diatur pada ketentuan Pasal 40, yakni pemerintah wajib melakukan pencegahan penyebarluasan informasi elektronik yang memiliki muatan yang dilarang.

1. Yang Penting Tepat Bukan Cepat Jika belum yakin akan kebenaran informasi, dipikirkan terlebih dahulu, dicari informasi yang benar, apakah merugikan orang lain? Dan apa dampaknya?

2. Hindari Copas atau Plagiat Informasi publik yang akan kita sampaikan jika mengutip atau menyalin dari informasi lainnya, sebaiknya jangan lupa untuk mencantumkan sumber beritanya.

3. Sampaikan ke Orangnya Langsung Saat ini media sosial juga digunakan sebagai penyampaian unek – unek atau curahan hati, oleh karenanya jika ada permasalahan dengan orang lain sebaiknya segera sampaikan ke orangnya langsung. Awas bisa menjadi bomeerang karena ada UU ITE diatas.

4. Tahan Diri Teliti Kembali Jika mendapatkan sebaran informasi, tahan diri dan teliti kembali kebenarannya, dan jangan asal langsung ikut menyebarkan.

5. Boleh Kritik Asalkan Bahasanya Baik Lakukan kritik di media sosial jika itu bermanfaat untuk orang lain. Namun jangan lupa gunakan bahasa indonesia dengan baik dan santun. Orang Indonesia tentunya menjunjung budaya yang mengedapankan sopan santun dalam berkomunikasi.

Let’s Think Before Posting

Masyarakat Anti Hoax

Dan pada akhirnya tujuan dari semua ini adalah untuk menjaga

Kedaulatan Negara

top related