dampak laju pertumbuhan penduduk dki jakarta terhadap lingkungan hidup .doc
Post on 26-Oct-2015
652 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Dampak Laju Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Terhadap Lingkungan
AbstrakPertumbuhan penduduk DKI Jakarta yang kini semakin tidak terkendali telah
berdampak serius terhadap lingkungan. Banyak permasalahan yang muncul dan saling berkaitan diakibatkan oleh jumlah penduduk Jakarta yang meningkat tiap tahunnya. Oleh karena itu tulisan ilmiah ini akan memaparkan berbagai masalah yang ditimbulkan akibat laju pertumbuhan penduduk yang tinggi serta solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
A. Latar Belakang
Jakarta sebagai ibukota Negara Republik Indonesia memiliki luas wiilayah
sekitar 664 km². Dengan luas wilayah tersebut, jumlah penduduk Jakarta terus
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk tersebut
disebabkan oleh beberapa hal yang satu dengan lainnya saling berkaitan.
Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah, maka provinsi yang paling
tinggi kepadatan penduduknya adalah provinsi DKI Jakarta. Kondisi ini tentunya
menimbulkan permasalahan yang serius. Permasalahan yang muncul dan dapat
dilihat sekarang ini adalah banjir. Pembangunan tanpa kendali di wilayah hilir,
penyimpangan peruntukan lahan kota, dan penurunan tanah akibat eksploitasi air
oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran air sistem sungai, yang
menyebabkan terjadinya banjir besar di Jakarta. Perilaku warga Jakarta yang tidak
disiplin juga menjadi sebab terjadinya banjir, banyak sekali warga yang membuang
sampah sembarangan, sehingga got serta drainase menjadi tersumbat.
Laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali ini sebetulnya dapat
ditekan, jika pemerintah mau bertindak lebih tegas terhadap masalah
kependudukan.
Selain itu peran aktif masyarakat juga sangat diperlukan, karena tanpa
adanya kepedulian masyarakat terhadap permasalahan ini, niscaya kita akan selalu
menghadapi permasalahan ini tiada habisnya. Kita sebagai warga kota Jakarta
sudah seharusnya bertindak nyata untuk permasalahan tersebut. Pemprov DKI
Jakarta tentunya sudah menyiapkan program-program untuk membatasi jumlah
penduduk.
1
Lalu sebenarnya apa hubungan antara laju pertumbuhan penduduk Jakarta
dengan permasalahan tersebut diatas? Apa saja program yang digalakkan Pemprov
DKI Jakarta untuk membatasi jumlah penduduk ini? Apa rekomendasi atau saran
yang dapat kita berikan guna membantu Pemprov DKI Jakarta untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut?
B. Pembahasan
Pertumbuhan penduduk DKI Jakarta terus mengalami peningkatan dalam 10
tahun terakhir. Namun peningkatan ini berbanding terbalik dengan luas wilayah yang
cenderung tidak mengalami perluasan secara signifikan. Seperti dikutip dari Koran
Tempo (2010), “data BPS DKI Jakarta menunjukkan laju pertumbuhan penduduk
dari 2000-2010 di ibukota mencapai 1,40% per tahun. Persentase ini jauh lebih
tinggi dibanding laju pertumbuhan dari 1990-2000 yang hanya 0,17%”. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram berkut.
Gambar 1: Laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta
Sumber: BPS
Berdasarkan fakta diatas jelas terjadi peningkatan laju pertumbuhan
penduduk yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya
adalah angka kematian bayi yang semakin menurun seiring dengan peningkatan
2
kualitas pelayanan kesehatan bayi pasca lahir. Faktor lainnya adalah menurunnya
minat masyarakat yang mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
“Hasil sensus penduduk DKI Jakarta tahun 2010 sudah mencapai 9.588.198
jiwa” (Koran Tempo 2010). Dari data tersebut dapat kita hitung rata-rata kepadatan
adalah
9.588.198 = 14.440 jiwa/km²
664
Kalau dikakulasikan, dari total jumah penduduk yang baru maka Jakarta bisa
bertambah sebanyak 134.234 jiwa/tahun (Koran Tempo 2010). Jika pertumbuhan
tersebut sama dalam 10 tahun ke depan maka kepadatan penduduk Jakarta menjadi
9.588.198 + (134.234 x 10) = 16.461 jiwa/km²
664
Bisa dibayangkan pada 2020 nanti Jakarta akan sangat padat. Dalam 1 km²
Jakarta akan dihuni oleh 16.461 jiwa. Dibanding dengan provinsi lain yang ada di
Pulau Jawa, DKI Jakarta adalah provinsi terpadat. Jika dibandingkan dengan
provinsi lain, luas DKI Jakarta sangatlah kecil, dibandingkan dengan Provinsi Jawa
Barat yang memiliki luas 34.597 km². Data lebih lengkap dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Gambar 2: Tabel jumlah penduduk provinsi di Pulau Jawa
Sumber: BPS
Dengan kondisi yang dipaparkan di atas, dapat kita bayangkan masalah
yang timbul akibat jumlah penduduk yang tak terkendali ini. Jumlah penduduk yang
terus bertambah tentunya memerlukan tempat tinggal, sedangkan lahan yang
tersedia sangat terbatas. Terbatasnya lahan untuk mendirikan tempat tinggal
3
menyebabkan harga rumah atau mungkin lahan untuk membangun rumah menjadi
sangat mahal.
Bagi masyarakat yang tidak mampu membeli rumah di tengah kota dengan
harga mahal memaksa mereka untuk mendirikan rumah di bantaran sungai atau di
pinggir rel kereta api. Pembangunan pemukiman di bantaran sungai jelas
mengganggu ekosistem sungai. Masyarakat yang tinggal di sana selalu membuang
sampah rumah tangga mereka ke sungai, seperti sampah plastik, kertas, limbah
organik dan anorganik hingga kotoran manusia.
Sampah yang dibuang terus-menerus ke dalam sungai mengakibatkan
terjadinya pendangkalan sungai. Ini adalah masalah yang serius, karena volume air
yang dapat ditampung sungai akan menurun, sedangkan volume air terus
meningkat, misalnya pada saat musim hujan. Karena sungai tak mampu lagi
menampung air tersebut, akhirnya sungai pun meluap dan mengakibatkan banjir di
area pemukiman sekitar bantaran kali dan bahkan lebih luas lagi.
Dampak yang sama juga ditmbulkan dari pembangunan pemukiman yang
terus menerus di perkotaan. Kebutuhan lahan untuk membangun tempat tinggal bagi
masyarakat yang terus bertambah mengakibatkan daerah resapan air semakin
berkurang. Hal ini menyebabkan banyak air yang tidak dapat masuk ke tanah. Selain
itu banyak sampah yang menumpuk di drainase air serta got yang mengakibatkan
air menjadi tersumbat dan tidak bisa mengalir dengan lancar. Hal inilah yang
menjadi salah satu penyebab banjir di Jakarta. Pemprov DKI Jakarta pun segera
mengambil langkah untuk mengatasinya. Seperti dikutip dari vivanews.com:
Menyikapi masalah ini, Pemprov DKI terus berupaya meminimalisasi genangan di jalan arteri dan kolektor. Pada tahun 2010 ada 106 titik saluran penghubung mikro maupun makro di lima wilayah diperbaiki, dibersihkan dan dikeruk lumpurnya. Dapat dipastikan awal Oktober ini proyek pembersihan seluruh saluran penghubung tersebut di kerjakan, dan ditargetkan rampung pada Desember 2010.
Pertumbuhan penduduk yang hampir berbanding lurus dengan pertumbuhan
hunian penduduk, seperti apartemen, kondominium atau rumah susun
mengakibatkan ruang terbuka hijau di Jakarta semakin berkurang. Ruang terbuka
4
hijau Jakarta kini hanya 13% dari luas wilayahnya. Padahal idealnya Jakarta harus
memiliki ruang terbuka hijau seluas 30% dari total luas wilayahnya (jakarta.go.id ).
Bertambahnya jumlah penduduk Jakarta juga berdampak pada
meningkatnya jumlah produksi sampah di Jakarta. Pertumbuhan sampah telah
memasuki tahap kritis. Dalam sehari Jakarta mencetak sampah 28.000m³ atau sama
dengan setengah besarnya Candi Borobudur, sedangkan Borobudur sendiri memiliki
berat 55.000m³. artinya dalam 2 hari banyaknya sampah Jakarta sama dengan 1
Borobudur (detiknews.com). Dengan demikian jika dikalkulasikan dalam setahun,
maka banyaknya ”Candi Sampah” yang diproduksi Jakarta sebanyak
28.000 x 365 = 185
55.000
Sungguh angka yang fantastis! Dalam setahun Jakarta menciptakan 185
”Candi Sampah”. Sudah seharusnya kita malu dengan data itu dan berusaha
mengatasi permasalahan tersebut. “Permasalahan sampah semakin diperburuk
dengan 50% dari 850 kendaraan pengangkut sampah di Jakarta tidak berfungsi
dengan baik” (detiknews.com).
Masih ada beberapa permasalahan yang muncul dengan jumlah penduduk
sebanyak itu. Pertumbuhan penduduk yang hampir berbanding lurus dengan
bertambahnya pengguna kendaraan bermotor namun berbanding terbalik dengan
pertumbuhan jalan raya yang ada di Jakarta. Hal ini menyebabkan kemacetan parah
yang terjadi setiap harinya.
Melihat kondisi yang sudah semakin parah ini, Pemprov DKI Jakarta
menaruh perhatian khusus terhadap permasalahan ini. Pemerintah berencana
membatasi jumlah penduduk sebanyak 12 juta jiwa pada 2030 nanti dalam rangka
mengendalikan jumlah penduduk tersebut. Seperti dikutip dari salah satu situs surat
kabar
Menurut Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pengendalian Penduduk dan Pemukiman, Margani Mustar, mengatakan bahwa pengendalian penduduk memang menjadi perhatian khusus Pemprov DKI Jakarta mengingat jumlah penduduk dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang cukup besar (koran-jakarta.com).
5
Pemprov DKI Jakarta juga telah mengalakkan beberapa program
pembatasan jumlah penduduk. Beberapa program tersebut adalah Operasi Yustisi
Kependudukan (OYK), transmigrasi dan mengefektifkan kembali program Keluarga
Berencana (KB).
Program KB sempat menurun pamornya 10 tahun terakhir. Hal ini yang
menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah penduduk Jakarta.
Meningkatnya jumlah penduduk ini justru berdampak pada meningkatnya angka
kemiskinan. Seperti dikutip dari Bisnis Indonesia (2010), “ironisnya seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, tingkat kemiskinan juga meninggi. Pasalnya jumlah
anak yang dilahirkan dari keluarga tidak mampu terlalu banyak. Ujung-ujungnya
mewujudkan keluarga sejatera tidak tercapai.”
Inilah yang tugas berat dari BKKBN yang kini berganti nama menjadi BKKB yakni
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Seperti dikutip dari salah satu situs
Untuk mewujudkan target 12 juta peduduk di tahun 2030, sejak 2009 lalu Badan Pemberdayaan Masyarakat Peremuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) DKI Jakarta telah membuat sistem pelayana KB secara jemput bola dengan mobil dinas pelayanan KB. Dengan begitu diharapkan dapat menjangkau pemukiman padat penduduk yang minim fasilitas pelayanan kesehatan, seperti pemukiman di seoanjang aliran sungai, piggiran rel kereta api dan wilayah perbatasan (vivanews.com).
Pemprov DKI Jakarta juga memberlakukan pelayanan KB gratis di
Puskesmas dan 17 rumah sakit pemerintah dan swasta yang ditunjuk. Hal ini
tentunya dimaksudkan agar semakin banyak masyarakat yang mau mengikuti
program KB ini. Terbukti kini banyak peserta KB baru yang terjaring dan mengikuti
program yang ditawarkan. Menurut Tuty Mulyati, Kepala BPMPKB DKI Jakarta,
”pencapaian peserta KB baru itu didominasi pemakaian alat kontrasepsi metode
sederhana seperti suntik, pil dan kondom sebanyak 88% akseptor, sisanya
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang yaitu implan dan spiral”
(vivanews.com).
Program KB ini akan terus digalakkan guna membantu Pemprov DKI Jakarta
untuk menekan jumlah pertumbuhan penduduk. Diharapkan dengan satu persatu
6
masalah dapat diuraikan, semoga masalah kependudukan dapat teratasi dengan
tepat dan cermat.
C. Kesimpulan dan Rekomendasi
Permasalahan yang terjadi di Jakarta berkaitan dengan kependudukan
memang sangatlah kompleks. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi berdampak
luas terhadap segala aktifitas di kota metropolitan ini. Sudah saatnya kita sebagai
warga Kota Jakarta peduli dan membantu Pemprov DKI Jakarta menyelesaikan
permasalahan ini agar target penduduk 12 juta jiwa pada tahun 2030 dapat tercapai.
Untuk itu marilah kita membantu Pemprov DKI Jakarta dengan mengikuti
program yang telah ditetapkan. Salah satunya ialah program KB. Lakukanlah
perencanaan keluarga secara jangka panjang dengan mengikuti program KB.
Dengan begitu diharapkan dapat menciptakan keluarga yang ideal sesuai dengan
anjuran pemerintah. Dengan demikian kita telah membantu Pemprov DKI Jakarta
dalam menekan jumlah penduduk di Jakarta.
Namun sekali lagi andalah yang mengambil keputusan. Andalah yang
menentukan nasib kota ini. Jika anda tidak ingin merasakan sesaknya ibukota di
tahun-tahun mendatang, lakukan aksi nyata dengan membantu program Pemprov
DKI Jakarta.
7
Daftar Pustaka
. ”Pengendalian Penduduk Jakarta Koran Jakarta. 2010 : [onliine]
tersedia: http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=63973. 13 Desember
2010.
Prastowo, Adri. ”Pertumbuhan Penduduk Jakarta Seimbang”. 2010 : [online]
tersedia:http://metro.vivanews.com/news/read/135784-
pertumbuhan_penduduk_jakarta_seimbang. 13 Desember 2010.
Saleh, Rahmayulis. ”Sulitnya Membangkitkan Program KB”. Bisnis Indonesia. 2010
p.1.
Saputra, Andi. ”Sampah Jakarta Tiap 2 Hari Setara Dengan Candi Borobudur”. 2010
: [online] tersedia:
http://www.detiknews.com/read/2009/09/29/140057/1211063/10/sampah-jakarta-
tiap-2-hari-setara-dengan-candi-borobudur. 13 Desember 2010
Surya Tri Utama, Maulana. ”Jika Pertumbuhan Penduduk Tak Terkendali, Jakarta
akan Jadi Lautan Manusia”. Koran Tempo. 2010 : [online] tersedia:
http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2010/08/20/brk,20100820-272658,id.html.
13 Desember 2010.
8
top related