daftar inventarisasi masalah (dim) ruu tentang cipta …€¦ · fraksi tanggapan fraksi alasan...
Post on 17-Nov-2020
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) RUU TENTANG CIPTA KERJA
BATANG TUBUH PASAL 54
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
3727. Pasal 54 Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) diubah:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3728. 1. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3729. Pasal 5 (1) Untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
Pasal 5 (1) Untuk mencapai
tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3730. a. mengembangkan struktur usaha Jasa Konstruksi;
a. mengembangkan struktur usaha Jasa
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
2
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Konstruksi; P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3731. b. mengembangkan sistem persyaratan usaha Jasa Konstruksi;
b. mengembangkan sistem persyaratan usaha Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3732. c. menyelenggarakan registrasi badan usaha Jasa Konstruksi;
c. menyelenggarakan Perizinan Berusaha dalam rangka registrasi badan usaha Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P Meminta penjelasan Pemerintah terkait perbedaan point (c) dan (d)
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan ke Pasal 5 huruf c, UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi: c. menyelenggarakan registrasi
badan usaha Jasa Konstruksi;
3733. d. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi perusahaan Jasa
d. menyelenggarakan Perizinan Berusaha terkait Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P Meminta penjelasan Pemerintah terkait perbedaan ayat (c) dan (d)
PG TETAP
3
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Konstruksi dan asosiasi yang terkait dengan rantai pasok Jasa Konstruksi;
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah tentang dihapusnya frasa “asosiasi yang terkait dengan rantai pasok Jasa Konstruksi” pada huruf d.
PKB TETAP Penambahan huruf d1 setelah huruf d: d1.menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi dan asosiasi yang terkait dengan rantai pasok Jasa Konstruksi;
Perubahan substansi. Penambahan norma terkait Akreditasi dimaksudkan untuk menetukan standar mutu dan penilaian terhadap asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi dan asosiasi yang terkait dengan rantai pasok Jasa Konstruksi serta untuk menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan
4
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
kenyamanan lingkungan terbangun.
PD TETAP
PKS PENDALAMAN Mohon penjelasan terkait hilangnya penyelenggaraan akreditasi bagi aosiasi jasa konstruksi
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. d.menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi dan asosiasi yang terkait dengan rantai pasok Jasa Konstruksi;
Fraksi PAN menilai, akreditasi bagi asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi sangat penting untuk diterapkan. Sebab dengan akreditasi tersebut dapat diketahui kelayakan asosiasi berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan, menjamin kelayakan asosiasi dalam mendirikan Lembaga Sertifikasi Badan Usaha (LSBU), dan memantau serta mengevaluasi kinerja asosiasi badan usaha, asosiasi profesi, dan asosiasi terkait
5
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
rantai pasok konstruksi yang terakreditasi.
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan ke Pasal 5 huruf d, UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi : d. menyelenggarakan akreditasi
bagi asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi dan asosiasi yang terkait dengan rantai pasok Jasa Konstruksi;
3734. e. menyelenggarakan pemberian lisensi bagi lembaga yang melaksanakan sekrtifikasi badan usaha;
e. menyelenggarakan pemberian lisensi bagi lembaga yang melaksanakan sekrtifikasi badan usaha;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3735. f. mengembangkan sistem rantai pasok Jasa Konstruksi;
f. mengembangkan sistem rantai pasok Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3736. g. mengembangkan sistem permodalan dan sistem penjaminan usaha Jasa Konstruksi;
g. mengembangkan sistem permodalan dan sistem penjaminan usaha Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
6
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3737. h. memberikan dukungan dan pelindungan bagi pelaku usaha Jasa Konstruksi nasional dalam mengakses pasar Jasa Konstruksi internasional;
h. memberikan dukungan dan pelindungan bagi pelaku usaha Jasa Konstruksi nasional dalam mengakses pasar Jasa Konstruksi internasional;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3738. i. mengembangkan sistem pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi;
i. mengembangkan sistem pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3739. j. menyelenggarakan penerbitan izin perwakilan badan usaha asing dan Izin Usaha dalam rangka penanaman modal asing;
j. menyelenggarakan penerbitan Perizinan Berusaha dalam rangka penanaman modal asing;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing dengan perubahan j.menyelenggarakan penerbitan Perizinan Berusaha perwakilan badan usaha asing dan Perizinan Berusaha terkait penanaman modal asing;
P. NASDEM TETAP
PKB j. menyelenggarakan penerbitan Perizinan perwakilan badan usaha
Perubahan
7
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
asing dan Perizinan Berusaha dalam rangka penanaman modal asing;
substansi. Keberadaan perwakilan badan usaha asing tetap perlu diatur dengan Perizinan agar kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan koridor hukum perundang-undangan
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIUBAH a.menyelenggarakan penerbitan Perizinan Berusaha dalam rangka penanaman modal asing sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan mengenai penanaman modal modal asing dan penanaman modal dalam negeri sudah diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan ke Pasal 5 huruf j, UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi: j. Menyelenggarakan penerbitan
izin perwakilan badan usaha asing dan Izin Usaha dalam rangka penanaman modal asing;
3740. k. menyelenggarakan k. menyelenggarakan TETAP PDI-P TETAP
8
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi asing dan Jasa Konstruksi kualifikasi besar;
pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi asing dan Jasa Konstruksi kualifikasi besar;
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3741. l. menyelenggarakan pengembangan layanan usaha Jasa Konstruksi;
l. menyelenggarakan pengembangan layanan usaha Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3742. m. mengumpulkan dan mengembangkan sistem informasi yang terkait dengan pasar Jasa Konstruksi di negara yang potensial untuk pelaku usaha Jasa Konstruksi nasional;
m. mengumpulkan dan mengembangkan sistem informasi yang terkait dengan pasar Jasa Konstruksi di negara yang potensial untuk pelaku usaha Jasa Konstruksi nasional;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3743. n. mengembangkan sistem kemitraan antara usaha Jasa Konstruksi nasional dan internasional;
n. mengembangkan sistem kemitraan antara usaha Jasa Konstruksi nasional dan internasional;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
9
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
3744. o. menjamin terciptanya persaingan yang sehat dalam pasar Jasa Konstruksi;
o. menjamin terciptanya persaingan yang sehat dalam pasar Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3745. p. mengembangkan segmentasi pasar Jasa Konstruksi nasional;
p. mengembangkan segmentasi pasar Jasa Konstruksi nasional;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3746. q. memberikan pelindungan hukum bagi pelaku usaha Jasa Konstruksi nasional yang mengakses pasar Jasa Konstruksi internasional; dan
q. memberikan pelindungan hukum bagi pelaku usaha Jasa Konstruksi nasional yang mengakses pasar Jasa Konstruksi internasional; dan
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3747. r. Menyelenggarakan registrasi pengalaman badan usaha.
r. Menyelenggarakan registrasi pengalaman badan usaha.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
10
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PPP TETAP
3748. (2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3749. a. mengembangkan sistem pemilihan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
a. mengembangkan sistem pemilihan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3750. b. mengembangkan Kontrak Kerja Konstruksi yang menjamin kesetaraan hak dan kewajiban antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa;
b. mengembangkan Kontrak Kerja Konstruksi yang menjamin kesetaraan hak dan kewajiban antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3751. c. mendorong digunakannya alternatif penyelesaian sengketa penyelenggaraan Jasa Konstruksi di luar pengadilan; dan
c. mendorong digunakannya alternatif penyelesaian sengketa penyelenggaraan Jasa Konstruksi di luar pengadilan; dan
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
11
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PAN TETAP
PPP TETAP
3752. d. mengembangkan sistem kinerja Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
d. mengembangkan sistem kinerja Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3753. (3) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
(3) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3754. a. mengembangkan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
a. mengembangkan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3755. b. menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan
b. menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
12
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi;
Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi;
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3756. c. menyelenggarakan registrasi penilai ahli; dan
c. menyelenggarakan registrasi penilai ahli; dan
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3757. d. menetapkan penilai ahli yang teregistrasi dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan.
d. menetapkan penilai ahli yang teregistrasi dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3758. (4) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
(4) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3759. a. mengembangkan standar kompetensi kerja dan pelatihan Jasa Konstruksi;
a. mengembangkan standar kompetensi kerja dan pelatihan
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
13
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Jasa Konstruksi; P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3760. b. memberdayakan lembaga pendidikan dan pelatihan kerja konstruksi nasional;
b. memberdayakan lembaga pendidikan dan pelatihan kerja konstruksi nasional;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3761. c. menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja konstruksi strategis dan percontohan;
c. menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja konstruksi strategis dan percontohan;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3762. d. mengembangkan sistem sertifikasi kompetensi tenaga kerja konstruksi;
d. mengembangkan sistem sertifikasi kompetensi tenaga kerja konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3763. e. menetapkan standar remunerasi minimal bagi
e. menetapkan standar remunerasi minimal
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
14
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
tenaga kerja konstruksi; bagi tenaga kerja konstruksi;
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3764. f. menyelenggarakan pengawasan sistem sertifikasi, pelatihan, dan standar remunerasi minimal bagi tenaga kerja konstruksi;
f. menyelenggarakan pengawasan sistem sertifikasi, pelatihan, dan standar remunerasi minimal bagi tenaga kerja konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS
PAN TETAP
PPP TETAP
3765. g. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi profesi dan lisensi bagi lembaga sertifikasi profesi;
g. Menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi profesi dan lisensi bagi lembaga sertifikasi profesi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3766. h. menyelenggarakan registrasi tenaga kerja konstruksi;
h. Menyelenggarakan registrasi tenaga kerja konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3767. i. menyelenggarakan i. Menyelenggarakan TETAP PDI-P TETAP
15
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
registrasi pengalaman profesional tenaga kerja konstruksi serta lembaga pendidikan dan pelatihan kerja di bidang konstruksi;
registrasi pengalaman profesional tenaga kerja konstruksi serta lembaga pendidikan dan pelatihan kerja di bidang konstruksi;
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3768. j.menyelenggarakan penyetaraan tenaga kerja konstruksi asing; dan
j. menyelenggarakan penyetaraan tenaga kerja konstruksi asing; dan
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3769. k. membentuk lembaga sertifikasi profesi untuk melaksanakan tugas sertifikasi kompetensi kerja yang belum dapat dilakukan lembaga sertifikasi profesi yang dibentuk oleh asosiasi profesi atau lembaga pendidikan dan pelatihan.
k. membentuk lembaga sertifikasi profesi untuk melaksanakan tugas sertifikasi kompetensi kerja yang belum dapat dilakukan lembaga sertifikasi profesi yang dibentuk oleh asosiasi profesi atau lembaga pendidikan dan pelatihan.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3770. (5) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
(5) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
16
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3771. a. mengembangkan standar material dan peralatan konstruksi, serta inovasi teknologi konstruksi;
a. mengembangkan standar material dan peralatan konstruksi, serta inovasi teknologi konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3772. b. mengembangkan skema kerja sama antara institusi penelitian dan pengembangan dan seluruh pemangku kepentingan Jasa Konstruksi;
b. mengembangkan skema kerja sama antara institusi penelitian dan pengembangan dan seluruh pemangku kepentingan Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3773. c. menetapkan pengembangan teknologi prioritas;
c. menetapkan pengembangan teknologi prioritas;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3774. d. mempublikasikan material dan peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi dalam negeri kepada seluruh pemangku
d. mempublikasikan material dan peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi dalam negeri kepada
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
17
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
kepentingan, baik nasional maupun internasional;
seluruh pemangku kepentingan, baik nasional maupun internasional;
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3775. e. menetapkan dan meningkatkan penggunaan standar mutu material dan peralatan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia;
e. menetapkan dan meningkatkan penggunaan standar mutu material dan peralatan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3776. f. melindungi kekayaan intelektual atas material dan peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi hasil penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan
f. melindungi kekayaan intelektual atas material dan peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi hasil penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3777. g. membangun sistem rantai pasok material, peralatan, dan teknologi konstruksi.
g. membangun sistem rantai pasok material, peralatan, dan teknologi konstruksi.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3778. (6) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f, Pemerintah Pusat
(6) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f,
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
18
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
memiliki kewenangan:
Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3779. a. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
a. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3780. b. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi;
b. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3781. c. memfasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksi sebagai media aspirasi masyarakat Jasa Konstruksi;
c. memfasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksi sebagai media aspirasi masyarakat Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3782. d. memberikan dukungan pembiayaan terhadap penyelenggaraan
d. memberikan dukungan pembiayaan terhadap
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
19
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Sertifikasi Kompetensi Kerja; dan
penyelenggaraan Sertifikasi Kompetensi Kerja; dan
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3783. e. Meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam Usaha Penyediaan Bangunan.
e. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam Usaha Penyediaan Bangunan.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3784. (7) Dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara.
(7) Dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3785. (8) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
(8) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3786. a. mengembangkan sistem informasi Jasa Konstruksi
a. mengembangkan sistem informasi Jasa
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
20
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
nasional; dan
Konstruksi nasional; dan
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3787. b. mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi nasional dan internasional.
b. mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi nasional dan internasional.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3788. Pasal 6 (1) Untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, gubernur sebagai wakil pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan: a. memberdayakan
badan usaha Jasa Konstruksi;
b. menyelenggarakan pengawasan proses pemberian lzin Usaha nasional;
c. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi di provinsi;
d. menyelenggarakan
2. Ketentuan Pasal 6 dihapus.
TETAP PDI-P Disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait kewenangan Pemerintah Daerah
Disetujui Panja Pukul 13.38 DIM 3788, 3789, 3790, 3810, 3811, 3812 disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait kewenangan Pemerintah Daerah.
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing dengan perubahan Pasal 6 (1) Untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, gubernur sebagai wakil pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan: a.memberdayakan badan
usaha Jasa Konstruksi; b.menyelenggarakan
pengawasan proses pemberian Perizinan Berusaha di Provinsi;
21
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
pengawasan sistem rantai pasok konstruksi di provinsi; dan
e. memfasilitasi kemitraan antara badan usaha Jasa Konstruksi di provinsi dengan badan usaha dari luar provinsi.
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan: a. Menyelenggarakan
pengawasan pemilihan penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. Menyelenggarakan pengawasan Konstruksi; dan
c. Menyelenggarakan pengawasan tertib penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi di provinsi.
(3) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki
c.menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi di provinsi;
d.menyelenggarakan pengawasan sistem rantai pasok konstruksi di provinsi; dan
e.memfasilitasi kemitraan antara badan usaha Jasa Konstruksi di provinsi dengan badan usaha dari luar provinsi.
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan: a.Menyelenggarakan
pengawasan pemilihan penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b.Menyelenggarakan pengawasan Konstruksi; dan
c.Menyelenggarakan pengawasan tertib penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi di provinsi.
(3) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah
22
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
kewenangan menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil dan menengah.
(4) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan menyelenggarakan pengawasan: a. sistem Sertifikasi
Kompetensi Kerja; b. pelatihan tenaga kerja
konstruksi; dan c. upah tenaga kerja
konstruksi. (5) Untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan: a. menyelenggarakan
pengawasan
memiliki kewenangan menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil dan menengah.
(4) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan menyelenggarakan pengawasan: a.sistem Sertifikasi
Kompetensi Kerja; b.pelatihan tenaga kerja
konstruksi; dan c.upah tenaga kerja
konstruksi. (5) Untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan:
a.menyelenggarakan pengawasan penggunaan material, peralatan, dan teknologi konstruksi;
b.memfasilitasi kerja sama
23
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
penggunaan material, peralatan, dan teknologi konstruksi;
b. memfasilitasi kerja sama antara institusi penelitian dan pengembangan Jasa Konstruksi dengan seluruh pemangku kepentingan Jasa Konstruksi;
c. memfasilitasi pengembangan teknologi prioritas;
d. menyelenggarakan pengawasan pengelolaan dan pemanfaatan sumber material konstruksi; dan
e. meningkatkan penggunaan standar mutu material dan peralatan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.
(6) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan: a. memperkuat kapasitas
kelembagaan masyarakat Jasa
antara institusi penelitian dan pengembangan Jasa Konstruksi dengan seluruh pemangku kepentingan Jasa Konstruksi;
c.memfasilitasi pengembangan teknologi prioritas;
d.menyelenggarakan pengawasan pengelolaan dan pemanfaatan sumber material konstruksi; dan
e.meningkatkan penggunaan standar mutu material dan peralatan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.
(6) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan: a.memperkuat kapasitas
kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi provinsi;
b.meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi; dan
c.meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam usaha penyediaan
24
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Konstruksi provinsi; b. meningkatkan
partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi; dan
c. meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam usaha penyediaan bangunan.
d. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi di provinsi.
bangunan. d.Untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi di provinsi.
P. NASDEM DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING
Kewenangan Pemerintah daerah melalui Kepala Daerah
PKB TETAP
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
Memasukkan peran dan kewenangan gubernur
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting, dengan perubahan sebagai berikut. Pasal 6 (1) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan: a.memberdayakan badan usaha Jasa Konstruksi; b.menyelenggarakan pengawasan
Konsisten untuk tidak menghilangkan peran Pemerintah Daerah. Dalam ketentuan ini, yang dimaksud Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah.
25
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
proses pemberian lzin Usaha nasional; c.menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi di provinsi; d.menyelenggarakan pengawasan sistem rantai pasok konstruksi di provinsi; dan e.memfasilitasi kemitraan antara badan usaha Jasa Konstruksi di provinsi dengan badan usaha dari luar provinsi. (2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan: a.Menyelenggarakan pengawasan pemilihan penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi; b.Menyelenggarakan pengawasan Konstruksi; dan c.Menyelenggarakan pengawasan tertib penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi di provinsi. (3) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
26
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil dan menengah. (4) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan menyelenggarakan pengawasan: a. sistem Sertifikasi Kompetensi Kerja; b.pelatihan tenaga kerja konstruksi; dan c.upah tenaga kerja konstruksi. (5) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan: a.menyelenggarakan pengawasan penggunaan material, peralatan, dan teknologi konstruksi; b.memfasilitasi kerja sama antara institusi penelitian dan pengembangan Jasa Konstruksi dengan seluruh pemangku kepentingan Jasa Konstruksi; c.memfasilitasi pengembangan teknologi prioritas; d.menyelenggarakan pengawasan pengelolaan dan pemanfaatan sumber material konstruksi; dan e.meningkatkan penggunaan
27
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
standar mutu material dan peralatan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. (6) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan: a.memperkuat kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi provinsi; b.meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi; dan c.meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam usaha penyediaan bangunan. 7. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi di provinsi.
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 6 ayat (1) s/d.
28
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(6), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 6 (1) Untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, gubernur sebagai wakil pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan: a. memberdayakan badan
usaha Jasa Konstruksi; b. menyelenggarakan
pengawasan proses pemberian lzin Usaha nasional;
c. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi di provinsi;
d. menyelenggarakan pengawasan sistem rantai pasok konstruksi di provinsi; dan
e. memfasilitasi kemitraan antara badan usaha Jasa Konstruksi di provinsi dengan badan usaha dari luar provinsi.
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan: a. Menyelenggarakan
pengawasan pemilihan
29
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. .Menyelenggarakan pengawasan Konstruksi; dan
c. Menyelenggarakan pengawasan tertib penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi di provinsi.
(3) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil dan menengah.
(4) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan menyelenggarakan pengawasan: a. sistem Sertifikasi
30
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Kompetensi Kerja; b. pelatihan tenaga kerja
konstruksi; dan c. upah tenaga kerja
konstruksi. (5) Untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan: a. menyelenggarakan
pengawasan penggunaan material, peralatan, dan teknologi konstruksi;
b. memfasilitasi kerja sama antara institusi penelitian dan pengembangan Jasa Konstruksi dengan seluruh pemangku kepentingan Jasa Konstruksi;
c. memfasilitasi pengembangan teknologi prioritas;
d. menyelenggarakan pengawasan pengelolaan dan pemanfaatan sumber material konstruksi; dan
e. meningkatkan penggunaan standar mutu material dan peralatan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.
31
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(6) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan: a. memperkuat kapasitas
kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi provinsi;
b. meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi; dan
c. meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam usaha penyediaan bangunan.
d. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi di provinsi.
3789. Pasal 7 Kewenangan Pemerintah
3. Ketentuan Pasal 7 dihapus.
TETAP PDI-P Disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait
Disetujui Panja Pukul 13.38
32
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Daerah provinsi pada sub-urusan Jasa Konstruksi meliputi: a. penyelenggaraan pelatihan
tenaga ahli konstruksi; dan b. penyelenggaraan sistem
informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah provinsi.
kewenangan Pemerintah Daerah DIM 3788, 3789, 3790, 3810, 3811, 3812 disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait kewenangan Pemerintah Daerah.
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
Memasukkan peran dan kewenangan pemerintah daerah
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 7 Kewenangan Pemerintah Daerah provinsi pada sub-urusan Jasa Konstruksi meliputi: a.penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli konstruksi; dan b.penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah provinsi.
IDEM
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 7 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 7 Kewenangan Pemerintah Daerah provinsi pada sub-urusan Jasa Konstruksi meliputi: a. penyelenggaraan pelatihan
tenaga ahli konstruksi; dan
33
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
b. penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah provinsi.
3790. Pasal 8 Kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota pada suburusan Jasa Konstruksi meliputi: a. penyelenggaraan pelatihan
tenaga terampil konstruksi; b. penyelenggaraan sistem
informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota;
c. penerbitan Izin Usaha nasional kualifikasi kecil, menengah, dan besar; dan
d. pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi.
4. Ketentuan Pasal 8 dihapus.
TETAP PDI-P Disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait kewenangan Pemerintah Daerah
Disetujui Panja Pukul 13.38 DIM 3788, 3789, 3790, 3810, 3811, 3812 disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait kewenangan Pemerintah Daerah.
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing dengan perubahan, disesuaikan dengan UU Pemda
Pasal 8 Kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota pada suburusan Jasa Konstruksi meliputi: a.penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi; b.penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota; c.penerbitan Perizinan Berusaha terkait Jasa Konstruksi kualifikasi kecil, menengah, dan besar; dan d.pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi.
P. NASDEM DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING
Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
PKB TETAP
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
Memasukkan peran dan kewenangan pemerintah
34
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
daerah
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 8 Kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota pada suburusan Jasa Konstruksi meliputi: a.penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi; b.penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota c.penerbitan Izin Usaha nasional kualifikasi kecil, menengah, dan besar; dan d.pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi.
IDEM
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 8 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 8 Kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota pada suburusan Jasa Konstruksi meliputi: a. penyelenggaraan pelatihan
tenaga terampil konstruksi; b. penyelenggaraan sistem
informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota;
35
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
c. penerbitan Izin Usaha nasional kualifikasi kecil, menengah, dan besar; dan
d. pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi.
3791. 5. Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA DIHAPUS
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
PAN TETAP
PPP DIHAPUS Karena Ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3792. Pasal 9 Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat melibatkan masyarakat Jasa Konstruksi.
Pasal 9 Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pemerintah Pusat dapat melibatkan masyarakat Jasa Konstruksi.
TETAP PDI-P Disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait kewenangan Pemerintah Daerah
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING
PKB TETAP
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
Memasukkan peran dan kewenangan pemerintah daerah
PAN DIHAPUS IDEM
36
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Kembali kepada UU Eksisting.
Pasal 9 Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat melibatkan masyarakat Jasa Konstruksi.
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan ke Pasal 5 sampai Pasal 8, UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 9 Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat melibatkan masyarakat Jasa Konstruksi.
3793. 6. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3794. Pasal 10 Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab dan
Pasal 10 Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
37
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 9 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
dan kewenangan serta Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 9 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting.
Pasal 10 Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab dan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 9 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Konsekuensi dihidupkannya pasal-pasal yang dihapus.
PPP PPP mengusulkan frasa “Perizinan Berusaha” diubah, lalu diganti dengan frasa “Izin Usaha” sehingga bunyinya menjadi :
Pasal 10 Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab dan kewenangan serta Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 9 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
PPP Konsisten menggunakan Frasa Izin Usaha dalam pembahasan rezim RUU Ciptaker ini.
3795. 7. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3796. Pasal 20 Pasal 20 TETAP PDI-P TETAP
38
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(1) Kualifikasi usaha bagi badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 terdiri atas:
(1) Kualifikasi usaha bagi badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 terdiri atas:
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3797. a. kecil; a. kecil; TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3798. b. menengah; dan b. menengah; dan PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3799. c. besar. c. besar. PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
39
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
3800. (2) Penetapan kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui penilaian terhadap:
(2) Penetapan kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui penilaian terhadap:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3801. a. penjualan tahunan; a. penjualan tahunan; TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3802. b. kemampuan keuangan; b. kemampuan keuangan;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3803. c. ketersediaan tenaga kerja konstruksi; dan
c. ketersediaan tenaga kerja konstruksi; dan
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
40
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PPP TETAP
3804. d. kemampuan dalam penyediaan peralatan konstruksi.
d. kemampuan dalam penyediaan peralatan konstruksi.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3805. (3) Kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menentukan batasan kemampuan usaha dan segmentasi pasar usaha Jasa Konstruksi.
(3) Kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menentukan batasan kemampuan usaha dan segmentasi pasar usaha Jasa Konstruksi.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3806. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan ke Pasal 20 ayat (4), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi : (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
PPP konsisten dengan alasan sebelumnya, bahwa kewenangan ini diatur dalam Peraturan Menteri.
41
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Peraturan Menteri.
3807. 8. Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP DIHAPUS Karena ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3808. Pasal 26 (1) Setiap usaha orang
perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 yang akan memberikan layanan Jasa Konstruksi wajib memiliki Tanda Daftar Usaha Perseorangan.
Pasal 26 (1) Setiap usaha orang
perseorangan dan badan usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 yang akan memberikan layanan Jasa Konstruksi wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA DIUBAH Disesuaikan dengan UU Pemda
Pasal 26
(1) Setiap usaha orang perseorangan dan badan usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 yang akan memberikan layanan Jasa Konstruksi wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah tentang perubahan rumusan dari frasa “wajib memiliki Tanda Daftar Usaha Perseorangan” menjadi “wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah”.
42
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Beberapa ketentuan tentang perizinan berusaha, dikembalikan pada Pemerintah Daerah, sehingga perlu kewajiban memenuhi perizinan berusaha dari Pemerintah Daerah.
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIUBAH Menghapus frasa “Pemerintah Pusat,” dan menghapus ayat (2), sehingga menjadi sebagai berikut: Pasal 26 Setiap usaha orang perseorangan dan badan usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 yang akan memberikan layanan Jasa Konstruksi wajib memenuhi Perizinan Berusaha.
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan ke Pasal 26 ayat 1 ke UU No 2/2017, yang berbunyi:
Pasal 26 (1) Setiap usaha orang
perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 yang akan memberikan layanan Jasa Konstruksi wajib memiliki Tanda Daftar Usaha Perseorangan.
3809. (2) Setiap badan usaha Jasa (2) Ketentuan lebih lanjut TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah
43
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 yang akan memberikan layanan Jasa Konstruksi wajib memiliki Izin Usaha.
mengenai Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
terkait peraturan pemerintah mengenai perizinan berusaha
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan ke Pasal 26 ayat (2), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi : (2) Setiap badan usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 yang akan memberikan layanan Jasa Konstruksi wajib memiliki Izin Usaha.
3810. Pasal 27 Tanda Daftar Usaha Perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada usaha orang perseorangan yang berdomisili di wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. Ketentuan Pasal 27 dihapus.
TETAP PDI-P Disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait kewenangan Pemerintah Daerah
Disetujui Panja Pukul 13.38 DIM 3788, 3789, 3790, 3810, 3811, 3812 disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait kewenangan Pemerintah Daerah.
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM KEMBALI PADA UU EKSISTING
PKB TETAP
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
Memasukkan peran dan kewenangan pemerintah daerah
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting,
Konsisten untuk tidak menghilangkan
44
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dengan perubahan sebagai berikut:
Pasal 27 Perizinan Berusaha untuk orang perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada usaha orang perseorangan yang berdomisili di wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
peran Pemerintah Daerah. Dalam ketentuan ini, yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 27 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 27 Tanda Daftar Usaha Perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada usaha orang perseorangan yang berdomisili di wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3811. Pasal 28 Izin Usaha sebagaimana dimasud dalam Pasal 26 ayat (2) diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada badan usaha yang berdomisili di wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan
10. Ketentuan Pasal 28 dihapus.
TETAP PDI-P Disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait kewenangan Pemerintah Daerah
Disetujui Panja Pukul 13.38 DIM 3788, 3789, 3790, 3810, 3811, 3812 disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing dengan perubahan
Pasal 28 Perizinan Berusaha sebagaimana
45
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
perundang-undangan. dimasud dalam Pasal 26 ayat (2) diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada badan usaha yang berdomisili di wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
kewenangan Pemerintah Daerah.
P. NASDEM KEMBALI PADA UU EKSISTING
PKB TETAP
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
Memasukkan peran dan kewenangan pemerintah daerah
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting, dengan perubahan sebagai berikut:
Pasal 28 Perizinan Berusaha untuk badan usaha sebagaimana dimasud dalam Pasal 26 diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada badan usaha yang berdomisili di wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
IDEM
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 28 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
46
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Pasal 28 Izin Usaha sebagaimana dimasud dalam Pasal 26 ayat (2) diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada badan usaha yang berdomisili di wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3812. Pasal 29 (1) Izin Usaha dan Tanda
Daftar Usaha Perseorangan berlaku untuk melaksanakan kegiatan usaha Jasa Konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia.
(2) Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28 membentuk peraturan di daerah mengenai Izin Usaha dan Tanda Daftar Usaha Perseorangan.
11. Ketentuan Pasal 29 dihapus.
TETAP PDI-P Disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait kewenangan Pemerintah Daerah
Disetujui Panja Pukul 13.38 DIM 3788, 3789, 3790, 3810, 3811, 3812 disesuaikan dengan keputusan Panja 6 Agustus 2020 terkait kewenangan Pemerintah Daerah.
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing dengan perubahan
Pasal 29 (1) Perizinan Berusaha Perseorangan berlaku untuk melaksanakan kegiatan usaha Jasa Konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha Perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
P. NASDEM KEMBALI PADA UU EKSISTING
PKB TETAP
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
Tetap membutuhkan Perda
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU eksisting, dengan perubahan sebagai
IDEM
47
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
berikut:
Pasal 29 (1) Perizinan Berusaha untuk orang perseorangan dan badan usaha berlaku untuk melaksanakan kegiatan usaha Jasa Konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia. (2) Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28 membentuk peraturan di daerah mengenai Perizinan Berusaha untuk orang perseorangan dan badan usaha.
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 29 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 29 (1) Izin Usaha dan Tanda Daftar
Usaha Perseorangan berlaku untuk melaksanakan kegiatan usaha Jasa Konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia.
(2) Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28 membentuk peraturan di daerah mengenai Izin Usaha dan Tanda Daftar Usaha
48
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Perseorangan.
3813. 12. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP DIHAPUS Karena ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3814. Pasal 30 (1) Setiap badan usaha yang
mengerjakan Jasa Konstruksi wajib memiliki Sertifikat Badan Usaha.
Pasal 30 (1) Setiap badan usaha
yang mengerjakan Jasa Konstruksi wajib memiliki Sertifikat Badan Usaha.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3815. (2) Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan melalui suatu proses sertifikasi dan registrasi oleh Menteri.
(2) Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan melalui suatu proses sertifikasi dan registrasi oleh Pemerintah Pusat.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA DIUBAH Disesuaikan dengan UU Pemda Lampiran (2) Sertifikat Badan Usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan melalui suatu proses sertifikasi dan registrasi oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
49
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP Penambahan ayat (2A), (2B) , (2C) dan (2D) setelah ayat 2 : (2A) Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. jenis usaha; b. sifat usaha; c. klasifikasi usaha; dan d. kualifikasi usaha. (2B) Untuk mendapatkan Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan usaha Jasa Konstruksi mengajukan permohonan kepada Pemerintah Pusat melalui lembaga Sertifikasi Badan Usaha yang dibentuk oleh asosiasi badan usaha terakreditasi. (2C) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2B) diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada asosiasi badan usaha yang memenuhi persyaratan: a. jumlah dan sebaran anggota; b. pemberdayaan kepada anggota; c. pemilihan pengurus secara demokratis; d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
Perubahan substansi. Penambahan norma ini dimaksudkan untuk memberikan rujukan atas pasal 30 ayat 2 serta memberikan kepastian hukum terkait persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh Sertifikat Badan Usaha.
50
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
e.pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan. (2D) Setiap asosiasi badan usaha yang mendapatkan akreditasi wajib menjalankan kewajiban yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan ke Pasal 30 ayat (2), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi : (2) Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan melalui suatu proses sertifikasi dan registrasi oleh Menteri.
Bahwa PPP konsisten dengan alasan sebelumnya, bahwa kewenangan ini oleh Menteri terkait.
3816. (3) Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. jenis usaha; b. sifat usaha; c. klasifikasi usaha; dan d. kualifikasi usaha.
(4) Untuk mendapatkan Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan usaha Jasa Konstruksi mengajukan permohonan kepada Menteri melalui lembaga
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan registrasi badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting, dengan perubahan sebagai berikut: (3) Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
Ketentuan mengenai Sertifikat Badan Usaha perlu dicantumkan secara tegas dalam UU, agar memiliki kepastian hukum.
51
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Sertifikasi Badan Usaha yang dibentuk oleh asosiasi badanusaha terakreditasi.
(5) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan oleh Menteri kepada asosiasi badan usaha yang memenuhi persyaratan: a. jumlah dan sebaran
anggota; b. pemberdayaan kepada
anggota; c. pemilihan pengurus
secara demokratis; d. sarana dan prasarana di
tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
(6) Setiap asosiasi badan usaha yang mendapatkan akreditasi wajib menjalankan kewajiban yang diatur dalam Peraturan Menteri.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan registrasi badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan akreditasi asosiasi badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam
(1) paling sedikit memuat: a. jenis usaha; b. sifat usaha; c. klasifikasi usaha; dan d. kualifikasi usaha. (4) Untuk mendapatkan Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan usaha Jasa Konstruksi mengajukan permohonan kepada Pemerintah Pusat melalui lembaga Sertifikasi Badan Usaha yang dibentuk oleh asosiasi badan usaha terakreditasi. (5) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada asosiasi badan usaha yang memenuhi persyaratan: a. jumlah dan sebaran anggota; b.pemberdayaan kepada anggota; c. pemilihan pengurus secara demokratis; d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan. (6) Setiap asosiasi badan usaha yang mendapatkan akreditasi wajib menjalankan kewajiban yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.
52
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Peraturan Menteri. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan registrasi badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan akreditasi asosiasi badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan ke Pasal 30 ayat (3), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi : (3)Sertifikat Badan Usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. jenis usaha; b. sifat usaha; c. klasifikasi usaha; dan d. kualifikasi usaha.
(4) Untuk mendapatkan Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan usaha Jasa Konstruksi mengajukan permohonan kepada Menteri melalui lembaga Sertifikasi Badan Usaha yang dibentuk oleh asosiasi badanusaha terakreditasi.
(5) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan oleh Menteri
53
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
kepada asosiasi badan usaha yang memenuhi persyaratan: a. jumlah dan sebaran
anggota; b. pemberdayaan kepada
anggota; c. pemilihan pengurus secara
demokratis; d. sarana dan prasarana di
tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
(6) Setiap asosiasi badan usaha yang mendapatkan akreditasi wajib menjalankan kewajiban yang diatur dalam Peraturan Menteri.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan registrasi badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan akreditasi asosiasi badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.
PPP konsisten dengan alasan sebelumnya, bahwa kewenangan ini
54
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
diatur dalam Peraturan Menteri.
3817. Pasal 31 (1) Untuk mendapatkan
pengakuan pengalaman usaha, setiap badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah dan besar harus melakukan registrasi pengalaman kepada Menteri.
(2) Registrasi pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman.
(3) Tanda daftar pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. nama paket pekerjaan; b. Pengguna Jasa; c. tahun pelaksanaan
pekerjaan; d. nilai pekerjaan; dan e. kinerja Penyedia Jasa.
(4) Pengalaman yang diregistrasi ke dalam tanda daftar pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan pengalaman menyelenggarakan Jasa Konstruksi yang sudah melalui proses serah
13. Ketentuan Pasal 31 dihapus.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan Pemerintah terkait penghapusan ketentuan registrasi pengalaman usaha, karena dalam DIM 3747, penyelenggaraan registrasi pengalaman usaha masih dicantumkan
Disetujui Panja Pukul 13.46 TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA PENDALAMAN 1. tidak perlu lagi mengatur soal tamda daftar pengalaman. 2. Pemerintah harus membangun data informasi tender secara elektronik/online/digital, dari tingkat pusat hingga tingkat desa. 3. data ini penting untuk keterbukaan informasi, menghindari dan persaingan tidak sehat. 4. data pengalaman konstruksi tercatat secara online di dalam system terpadu tersebut.
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah terhadap dihapusnya pasal 31.
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting, dengan perubahan sebagai
Sertifikasi sangat penting untuk menjaga kualitas dan mutu setiap
55
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
terima. (5) Ketentuan lebih lanjut
mengenai registrasi pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
berikut:
Pasal 31 (1) Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman usaha, setiap badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah dan besar harus melakukan registrasi pengalaman kepada Pemerintah Pusat. (2) Registrasi pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman. (3) Tanda daftar pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. nama paket pekerjaan; b. Pengguna Jasa; c. tahun pelaksanaan pekerjaan; d. nilai pekerjaan; dan e. kinerja Penyedia Jasa. (4)Pengalaman yang diregistrasi ke dalam tanda daftar pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan pengalaman menyelenggarakan Jasa Konstruksi yang sudah melalui proses serah terima. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi pengalaman
badan usaha jasa konstruksi.
56
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 31 ayat 1 sampai ayat 5 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi:
Pasal 31 (1) Untuk mendapatkan
pengakuan pengalaman usaha, setiap badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah dan besar harus melakukan registrasi pengalaman kepada Menteri.
(2) Registrasi pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman.
(3) Tanda daftar pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. nama paket pekerjaan; b. Pengguna Jasa; c. tahun pelaksanaan
pekerjaan; d. nilai pekerjaan; dan e. kinerja Penyedia Jasa.
(4) Pengalaman yang diregistrasi ke dalam tanda daftar pengalaman
PPP konsisten dengan alasan sebelumnya, bahwa kewenangan ini diatur dalam Peraturan Menteri.
57
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan pengalaman menyelenggarakan Jasa Konstruksi yang sudah melalui proses serah terima.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
3818. Pasal 33 (1) Kantor perwakilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a wajib: a. berbentuk badan usaha
dengan kualifikasi yang setara dengan kualifikasi besar;
b. memiliki izin perwakilan badan usaha Jasa Konstruksi asing;
c. membentuk kerja sama operasi dengan badan usaha Jasa Konstruksi nasional berkualifikasi besar yang memiliki Izin Usaha dalam setiap kegiatan usaha Jasa Konstruksi di Indonesia;
d. mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja Indonesia daripada tenaga kerja asing;
14. Ketentuan Pasal 33 dihapus.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan Pemerintah terkait penghapusan ketentuan pasal 33
Disetujui Panja Pukul 14.00 Kembali ke UU eksisting dengan reformulasi rumusan.
PG Ketentuan pasal 33 tetap diberlakukan
Pasal 33 ini adalah penerapan dari pasal 32 sehingga apabila pasal 33 dihapus maka pasal 32 tidak memiliki kepastian hukum terutama terkait dengan penggunaan tenaga kerja Indonesia yang lebih banyak daripada tenaga kerja asing. Pemberlakukan pasal 33 ini sudah sejalan dengan konsep
58
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
e. menempatkan warga negara Indonesia sebagai pimpinan tertinggi kantor perwakilan;
f. mengutamakan penggunaan material dan teknologi konstruksi dalam negeri;
g. memiliki teknologi tinggi, mutakhir, efisien, berwawasan lingkungan, serta memperhatikan kearifanlokal;
h. melaksanakan proses alih teknologi; dan
i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Izin perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Kerja sama operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan prinsip kesetaraan kualifikasi, kesamaan layanan, dan tanggung renteng.
pemerintah terhadap pengusulan rancangan undang-undang tentang cipta kerja yang memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum kepada tenaga kerja Indonesia
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah terhadap dihapusnya Pasal 33.
PKB Kembali ke pasal 33 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Pasal 33 diperlukan untuk menindaklanjuti pasal 32 huruf a, Undang Undang Nomor 2 Tahun 2017, yaitu berupa persyaratan atas keberadaan Kantor Perwakilan. Apabila tidak dilakukan, maka terjadi kekosongan norma terhadap konsekwensi dari keberadaan Kantor Perwakilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 huruf a. Selain itu dengan adanya norma ini
59
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dapat mewujudkan peningkatan partisipasi warga negara Indoensia di bidang Jasa Konstruksi.
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
Menghilangkan potensi mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja Indonesia daripada tenaga kerja asing; menempatkan warga negara Indonesia sebagai pimpinan tertinggi kantor perwakilan; mengutamakan penggunaan material dan teknologi konstruksi dalam negeri;
PAN DIHAPUS Dikembalikan kepada UU
Pengaturan mengenai Badan usaha Jasa
60
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Eksisting, dengan perubahan sebagai berikut: Pasal 33 (1) Kantor perwakilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a wajib: a. berbentuk badan usaha dengan kualifikasi yang setara dengan kualifikasi besar; b. memiliki izin perwakilan badan usaha Jasa Konstruksi asing; c. membentuk kerja sama operasi dengan badan usaha Jasa Konstruksi nasional berkualifikasi besar yang memiliki Perizinan Berusaha dalam setiap kegiatan usaha Jasa Konstruksi di Indonesia; d.mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja Indonesia daripada tenaga kerja asing; e.menempatkan warga negara Indonesia sebagai pimpinan tertinggi kantor perwakilan; f.mengutamakan penggunaan material dan teknologi konstruksi dalam negeri; g. memiliki teknologi tinggi, mutakhir, efisien, berwawasan lingkungan, serta memperhatikan kearifan lokal; h.melaksanakan proses alih teknologi; dan i.melaksanakan kewajiban lain
Konstruksi Asing atau usaha perseorangan Jasa Konstruksi asing harus dicantumkan dalam UU, agar memiliki kepastian hukum.
61
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Izin perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan oleh Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Kerja sama operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan prinsip kesetaraan kualifikasi, kesamaan layanan, dan tanggung renteng.
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 33 ayat 1 sampai ayat 3 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 33 (1) Kantor perwakilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a wajib: a. berbentuk badan usaha
dengan kualifikasi yang setara dengan kualifikasi besar;
b. memiliki izin perwakilan badan usaha Jasa Konstruksi asing;
c. membentuk kerja sama
62
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
operasi dengan badan usaha Jasa Konstruksi nasional berkualifikasi besar yang memiliki Izin Usaha dalam setiap kegiatan usaha Jasa Konstruksi di Indonesia;
d. mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja Indonesia daripada tenaga kerja asing;
e. menempatkan warga negara Indonesia sebagai pimpinan tertinggi kantor perwakilan;
f. mengutamakan penggunaan material dan teknologi konstruksi dalam negeri;
g. memiliki teknologi tinggi, mutakhir, efisien, berwawasan lingkungan, serta memperhatikan kearifanlokal;
h. melaksanakan proses alih teknologi; dan
i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Izin perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
63
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(3) Kerja sama operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan prinsip kesetaraan kualifikasi, kesamaan layanan, dan tanggung renteng.
3819. Pasal 34 (1) Ketentuan mengenai kerja
sama modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka kerja sama modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b harus memenuhi persyaratan kualifikasi besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf c.
(3) Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka kerja sama modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memiliki Izin Usaha.
(4) Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
15. Ketentuan Pasal 34 dihapus.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan Pemerintah terkait penghapusan ketentuan pasal 34
Disetujui Panja Pukul 14.00 Kembali ke UU eksisting dengan reformulasi rumusan, disesuaikan dengan DIM 3818.
PG Ketentuan pasal 34 tetap diberlakukan
Pasal 34 merupakan penjabaran dari pasal 32 huruf b, jika dihapus maka syarat-syarat kerjasama modal antara badan usaha berbadan hukum yang didirikan oleh jasa konstruksi asing dengan badan usaha jasa konstruksi nasional tidak memberikan jaminan kepastian hukum terhadap pemberlakukan dan pelaksanaan ketentuan pasal 32 huruf b. Selain itu,
64
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
undangan. apabila ketentuan pasal 34 ini dihapus khususnya ayat (1) maka tidak berlaku lagi pembatasan jumlah saham dalam kerjasama modal antara badan usaha berbadan hukum yang didirikan oleh jasa konstruksi asing dengan badan usaha jasa konstruksi nasional, artinya badan hukum yang didirikan oleh jasa konstruksi asing bisa memiliki saham mayoritas dari kerja sama modal yang dimaksud padahal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
65
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
berlaku hal tersebut tidak diperbolehkan. Oleh karena itu untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam pelaksanaan kerjasama modal badan usaha berbadan hukum yang didirikan oleh jasa konstruksi asing dengan badan usaha jasa konstruksi nasional, maka ketentuan pasal 34 tetap diberlakukan. Ketentuan pasal 34 ini masih diakomodir dalam pasal 41 sehingga keberadaannya masih diperlukan.
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah terhadap dihapusnya Pasal 34
PKB Kembali ke pasal 34 ayat (1), (2), (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Pasal 34 diperlukan untuk menindaklanjuti pasal 32 huruf b,
66
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Undang Undang Nomor 2 Tahun 2017. Apabila tidak dilakukan, maka terjadi kekosongan norma terhadap konsekwensi dari ketentuan mengenai kerja sama modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 huruf b. Selain itu dengan adanya norma ini memberi kepastian hukum terkait persyaratan yang harus dipenuhi Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka kerja sama modal.
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
Menghilangkan potensi mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja Indonesia daripada tenaga kerja asing;
67
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting, dengan perubahan sebagai berikut: Pasal 34 (1) Ketentuan mengenai kerja sama modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka kerja sama modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b harus memenuhi persyaratan kualifikasi besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf c. (3) Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka kerja sama modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memiliki Perizinan Berusaha. (4) Berizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengaturan mengenai kerja sama modal harus dicantumkan dalam UU, agar memiliki kepastian hukum.
68
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 34 ayat (1) sampai ayat (4) UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 34 (1) Ketentuan mengenai kerja
sama modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka kerja sama modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b harus memenuhi persyaratan kualifikasi besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf c.
(3) Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka kerja sama modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memiliki Izin Usaha.
(4) Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3820. Pasal 35 16. Ketentuan Pasal 35 TETAP PDI-P Meminta penjelasan Pemerintah Disetujui Panja Pukul
69
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin perwakilan, tata cara kerja sama operasi, dan penggunaan lebih banyak tenaga kerja Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, dan pemberian Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.
dihapus. terkait penghapusan ketentuan pasal 35
14.01 Kembali ke UU eksisting dengan reformulasi rumusan, diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PG Ketentuan pasal 35 tetap diberlakukan
Pasal 35 ini dibutuhkan agar ada kepastian hukum untuk mengatur regulasi pelaksanaan ketentuan pasal 32, pasal 33, dan pasal 34.
P.GERINDRA Kembali ke UU existing dengan perubahan
Pasal 35 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin perwakilan, tata cara kerja sama operasi, dan penggunaan lebih banyak tenaga kerja Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, dan pemberian Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah terkait penghapusan Pasal 35
PKB Pasal 35 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin perwakilan, tata cara kerja sama operasi, dan penggunaan lebih banyak tenaga kerja Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)
Perubahan substansi. Penambahan norma ini dimaksudkan agar ada pengaturan
70
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
huruf b, huruf c, huruf d, dan pemberian Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
lebih rigid atas usulan DIM pada pasal 32, 33 dan 34 dengan membuat Peraturan Pemerintah.
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
Peraturan lebih detail harus diatur oleh PP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting, dengan perubahan sebagai berikut: Pasal 35 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin perwakilan, tata cara kerja sama operasi, dan penggunaan lebih banyak tenaga kerja Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, dan pemberian Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 35 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi:
3821. Pasal 36 17. Ketentuan Pasal 36 TETAP PDI-P Meminta penjelasan Pemerintah Disetujui Panja Pukul
71
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(1) Pengembangan jenis usaha Jasa Konstruksi sebagaimaa dimaksud dalam Pasal 12 dapat dilakukan melalui UsahanPenyediaan Bangunan.
(2) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Usaha Penyediaan Bangunan gedung dan Usaha Penyediaan Bangunan sipil.
(3) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai melalui investasi yang bersumber dari: a. Pemerintah Pusat; b. Pemerintah Daerah; c. badan usaha; dan/atau d. masyarakat.
(4) Perizinan Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dihapus. terkait penghapusan ketentuan pasal 36
14.04 TETAP PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah terhadap penghapusan Pasal 36.
PKB Kembali ke pasal 36 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Pasal 36 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 diperlukan untuk menindaklanjuti pasal 1 angka 4, pasal 5 ayat (6) huruf e dan pasal 12, Undang Undang Nomor 2 Tahun 2017. Apabila tidak dilakukan, maka terjadi kekosongan norma terhadap konsekwensi dari Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 4, pasal 5 ayat (6) huruf e dan pasal 12, Undang Undang Nomor 2 Tahun 2017
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS
Pengembangan jenis usaha jasa
72
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dengan ayat (3) diatur dalam Peraturan Presiden.
Kembali kepada UU Eksisting, dengan perubahan sebagai berikut: Pasal 36 (1)Pengembangan jenis usaha Jasa Konstruksi sebagaimaa dimaksud dalam Pasal 12 dapat dilakukan melalui Usahan Penyediaan Bangunan. (2) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Usaha Penyediaan Bangunan gedung dan Usaha Penyediaan Bangunan sipil. (3) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai melalui investasi yang bersumber dari: a. Pemerintah Pusat; b. Pemerintah Daerah; c. badan usaha; dan/atau d. masyarakat. (4) Perizinan Berusaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Usaha Penyediaan
konstruksi harus dicantumkan secara tegas dalam UU, agar memiliki kepastian hukum.
73
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dalam Peraturan Presiden.
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 36 ayat (1) s/d ayat (5), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 36 (1) Pengembangan jenis usaha
Jasa Konstruksi sebagaimaa dimaksud dalam Pasal 12 dapat dilakukan melalui UsahanPenyediaan Bangunan.
(2) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Usaha Penyediaan Bangunan gedung dan Usaha Penyediaan Bangunan sipil.
(3) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai melalui investasi yang bersumber dari: a. Pemerintah Pusat; b. Pemerintah Daerah; c. badan usaha; dan/atau d. masyarakat.
(4) Perizinan Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
74
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan;
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dalam Peraturan Presiden.
3822. 18. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS
PAN TETAP
PPP
3823. Pasal 38 (1) Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi terdiri atas penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi dan penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan.
Pasal 38 (1) Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi dilakukan melalui penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi.
TETAP PDI-P Meminta Penjelasan Pemerintah terkait penghapusan “penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan” dalam RUU Cipta Kerja
Disetujui Panja Pukul 14.05 TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA DIHAPUS, Ayat (2) menjadi ayat (1) dengan perubahan (1) Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 dapat dikerjakan sendiri atau melalui pengikatan Jasa Kontruksi.
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah terhadap dihapusnya frasa
75
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
“penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan” pada ayat (1) UU Eksisting.
PKB (1) Penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi dan penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan.
Perubahan substansi. Penambahan frasa Penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan dimaksudkan untuk menyesuaikan norma yang terdapat pada ketentuan umum.
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 38 (1) Penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi dan penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan.
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan konstruksi. Usaha Penyediaan Bangunan adalah pengembangan jenis usaha jasa konstruksi yang dibiayai sendiri oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha, atau masyarakat, dan
76
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dapat melalui pola kerja sama untuk mewujudkan, memiliki, menguasai, mengusahakan, dan/atau meningkatkan kemanfaatan bangunan. Penghapusan Usaha Penyediaan Bangunan tidak tepat, mengingat nomenklatur tersebut masih tercantum dalam ketentuan umum.
PPP TETAP
3824. (2) Penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau melalui pengikatan Jasa Kontruksi.
(2) Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau melalui pengikatan Jasa Kontruksi.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA DIHAPUS Karena menjadi ayat (1)
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP Penambahan ayat (2A) setelah ayat (2): (2A) Penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau melalui perjanjian penyediaan
Perubahan substansi. Penambahan
77
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
bangunan. norma ini dimaksudkan untuk sinkronisasi dengan usulan DIM pada pasal 38 ayat (1).
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3825. (3) Penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau melalui perjanjian penyediaan bangunan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Presiden.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri atau melalui pengikatan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah terkait PP penyelenggaraan jasa konstruksi
PG TETAP
P.GERINDRA DIUBAH Menjadi ayat (2) (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri atau melalui pengikatan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah terhadap dihapusnya frasa “penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan” pada ayat (3) dan ayat (4) UU Eksisting.
PKB (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan
Perubahan substansi. Penambahan frasa ayat (2A) dimaksudkan untuk sinkronisasi dengan usulan
78
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
sebagaimana dimaksud pada ayat (2A) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
DIM pada pasal 38 ayat (2A).
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. (1)Penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau melalui perjanjian penyediaan bangunan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Presiden.
Konsekuensi dikembalikannya ketentuan Pasal 38 ayat (1).
PPP TETAP
3826. Pasal 42 (1) Pemilihan Penyedia Jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 yang menggunakan sumber pembiayaan dari keuangan Negara dilakukan dengan cara tender atau seleksi,
19. Ketentuan Pasal 42 dihapus.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan Pemerintah terkait penghapusan ketentuan pasal 42
Disetujui Panja Pukul 14.06 TETAP PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing Tidak ada kaitannya dengan Perizinan Berusaha
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah terhadap penghapusan Pasal 42
79
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
pengadaan secara elektronik, penunjukan langsung, dan pengadaan langsung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Tender atau seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui prakualifikasi, pascakualifikasi, atau tender cepat.
(3) Pengadaan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan metode pemilihan Penyedia Jasa yangsudah tercantum dalam katalog.
(4) Penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam hal: a. penanganan darurat
untuk keamanan dan keselamatan masyarakat;
b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh Penyedia Jasa yang sangat terbatas atau hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak;
PKB Kembali ke pasal 42 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Pasal ini diperlukan untuk sinkronisasi dengan pasal 41 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2017 dan mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi serta menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik.
PD TETAP
PKS PENDALAMAN Mengapa ketentuan terkait pemilihan penyedia jasa dihapus? Apakah Perpres No.16 tahun 2018 sudah mencakup penyedia jasa konstruksi?
Perlu diatur terkait pemilihan penyedia jasa konstruksi agar menghindari penyelewengan kekuasaan
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 42 (1) Pemilihan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 yang menggunakan sumber pembiayaan dari keuangan Negara dilakukan
Pemilihan Penyediaan Jasa sebagaimana yang menggunakan sumber pembiayaan dari keuangan Negara wajib dilakukan dengan cara tender atau
80
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan keselamatan negara;
d. pekerjaan yang berskala kecil; dan/atau kondisi tertentu.
(5) Pengadaan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk paket dengan nilai tertentu.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e dan nilai tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
dengan cara tender atau seleksi, pengadaan secara elektronik, penunjukan langsung, dan pengadaan langsung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Tender atau seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui prakualifikasi, pascakualifikasi, atau tender cepat. (3) Pengadaan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan metode pemilihan Penyedia Jasa yangsudah tercantum dalam katalog. (4) Penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam hal: a. penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat; b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh Penyedia Jasa yang sangat terbatas atau hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak; c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan keselamatan negara; d. pekerjaan yang berskala kecil;
seleksi, pengadaan secara elektronik, ataupun dengan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
81
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dan/atau kondisi tertentu. (5) Pengadaan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk paket dengan nilai tertentu. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e dan nilai tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 42 ayat (1) sampai ayat (6) UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 42 (1) Pemilihan Penyedia Jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 yang menggunakan sumber pembiayaan dari keuangan Negara dilakukan dengan cara tender atau seleksi, pengadaan secara elektronik, penunjukan langsung, dan pengadaan langsung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Tender atau seleksi
82
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui prakualifikasi, pascakualifikasi, atau tender cepat.
(3) Pengadaan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan metode pemilihan Penyedia Jasa yangsudah tercantum dalam katalog.
(4) Penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam hal: a. penanganan darurat
untuk keamanan dan keselamatan masyarakat;
b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh Penyedia Jasa yang sangat terbatas atau hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak;
c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan keselamatan negara;
d. pekerjaan yang berskala kecil; dan/atau kondisi tertentu.
(5) Pengadaan langsung sebagaimana dimaksud
83
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
pada ayat (1) dilakukan untuk paket dengan nilai tertentu.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e dan nilai tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
3827. 20. Ketentuan Pasal 44 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS
PAN TETAP
PPP TETAP
3828. Pasal 44 Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) dilarang menggunakan Penyedia Jasa yang terafiliasi pada pembangunan untuk kepentingan umum tanpa melalui tender, atau seleksi, atau pengadaan secara elektronik.
Pasal 44 Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) dilarang menggunakan Penyedia Jasa yang terafiliasi pada pembangunan untuk kepentingan umum tanpa melalui tender, seleksi, atau katalog elektronik.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing Tidak ada kaitannya dengan Perizinan Berusaha
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3829. Pasal 57 (1) Dalam pemilihan Penyedia
Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Penyedia Jasa
21. Ketentuan Pasal 57 dihapus.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan Pemerintah terkait penghapusan ketentuan pasal 57
Disetujui Panja Pukul 14.06 TETAP PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
84
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
menyerahkan jaminan kepada Pengguna Jasa untuk memenuhi kewajiban sebagaimana dipersyaratkan dalam dokumen pemilihan Penyedia Jasa.
(2) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. jaminan penawaran; b. jaminan pelaksanaan; c. jaminan uang muka; d. jaminan pemeliharaan; dan/atau e. jaminan sanggah banding.
(3) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat dicairkan tanpa syarat sebesar nilai yang dijaminkan dan dalam batas waktu tertentu setelah pernyataan Pengguna Jasa atas wanprestasi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
(4) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dikeluarkan oleh lembaga perbankan, perusahaan asuransi, dan/atau perusahaan penjaminan dalam bentuk bank garansi dan/atau perjanjian terikat sesuai dengan ketentuan
Tidak ada kaitannya dengan Perizinan Berusaha
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah terhadap dihapusnya Pasal 57.
PKB Kembali ke pasal 44 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Pasal ini diperlukan untuk sinkronisasi dengan usulan DIM pada pasal 42
PD TETAP
PKS PENDALAMAN Mengapa ketentuan terkait jaminan penyedia jasa dihapus?
Dalam pemilihan penyedia jasa harus diatur terkait dengan jaminan
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 57 (1) Dalam pemilihan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Penyedia Jasa menyerahkan jaminan kepada Pengguna Jasa untuk memenuhi kewajiban sebagaimana dipersyaratkan dalam dokumen pemilihan Penyedia Jasa. (2) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. jaminan penawaran; b. jaminan pelaksanaan; c. jaminan uang muka;
Konsekuensi dihidupkannya Pasal 42 pada DIM 3826.
85
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
peraturan perundang-undangan.
(5) Perubahan atas jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan dinamika perkembangan penyelenggaraan Jasa Konstruksi baik nasional maupun internasional.
Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan perubahan atas jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Presiden.
d. jaminan pemeliharaan; dan/atau e. jaminan sanggah banding. (3) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat dicairkan tanpa syarat sebesar nilai yang dijaminkan dan dalam batas waktu tertentu setelah pernyataan Pengguna Jasa atas wanprestasi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa. (4) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dikeluarkan oleh lembaga perbankan, perusahaan asuransi, dan/atau perusahaan penjaminan dalam bentuk bank garansi dan/atau perjanjian terikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Perubahan atas jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan dinamika perkembangan penyelenggaraan Jasa Konstruksi baik nasional maupun internasional. Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan perubahan atas jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Presiden.
86
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 57 ayat (1) sampai ayat (6) UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 57 (1) Dalam pemilihan Penyedia
Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Penyedia Jasa menyerahkan jaminan kepada Pengguna Jasa untuk memenuhi kewajiban sebagaimana dipersyaratkan dalam dokumen pemilihan Penyedia Jasa.
(2) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. jaminan penawaran; b. jaminan pelaksanaan; c. jaminan uang muka; d. jaminan pemeliharaan; dan/atau e. jaminan sanggah banding.
(3) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat dicairkan tanpa syarat sebesar nilai yang dijaminkan dan dalam batas waktu tertentu setelah pernyataan Pengguna Jasa atas wanprestasi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
87
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(4) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dikeluarkan oleh lembaga perbankan, perusahaan asuransi, dan/atau perusahaan penjaminan dalam bentuk bank garansi dan/atau perjanjian terikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Perubahan atas jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan dinamika perkembangan penyelenggaraan Jasa Konstruksi baik nasional maupun internasional.
Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan perubahan atas jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Presiden.
3830. Pasal 58 (1) Usaha Penyediaan
Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau oleh pihak lain.
(2) Dalam hal dikerjakan oleh pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
22. Ketentuan Pasal 58 dihapus.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan Pemerintah terkait penghapusan ketentuan pasal 58
Disetujui Panja Pukul 14.06 TETAP PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah terhadap dihapusnya Pasal 58.
PKB Kembali ke pasal 44 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Pasal ini diperlukan untuk sinkronisasi
88
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan dilakukan melalui perjanjian penyediaan bangunan.
(3) Para pihak dalam perjanjian penyediaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. pihak pertama sebagai
pemilik bangunan; dan b. pihak kedua sebagai
penyedia bangunan. (4) Para pihak sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) terdiri atas: a. orang perseorangan;
atau b. badan.
(5) Penyediaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui kerja sama Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan badan usaha dan/atau masyarakat.
(6) Dalam perjanjian penyediaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus dilakukan oleh Penyedia Jasa.
dengan usulan DIM pada pasal 36 ayat (1)
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS
Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 58 (1) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau oleh pihak lain. (2) Dalam hal dikerjakan oleh pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan dilakukan melalui perjanjian penyediaan bangunan. (3) Para pihak dalam perjanjian penyediaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. pihak pertama sebagai pemilik bangunan; dan b. pihak kedua sebagai penyedia bangunan. (4) Para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas: a. orang perseorangan; atau b. badan.
Konsekuensi dihidupkannya Pasal 36 pada DIM 3821.
89
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian penyediaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
(5) Penyediaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui kerja sama Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan badan usaha dan/atau masyarakat. (6) Dalam perjanjian penyediaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus dilakukan oleh Penyedia Jasa. Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian penyediaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 58 ayat (1) sampai ayat (6) UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 58 (1) Usaha Penyediaan
Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau oleh pihak lain.
(2) Dalam hal dikerjakan oleh pihak lain sebagaimana
90
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dimaksud pada ayat (1), penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan dilakukan melalui perjanjian penyediaan bangunan.
(3) Para pihak dalam perjanjian penyediaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. pihak pertama sebagai
pemilik bangunan; dan b. pihak kedua sebagai
penyedia bangunan. (4) Para pihak sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) terdiri atas: a. orang perseorangan;
atau b. badan.
(5) Penyediaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui kerja sama Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan badan usaha dan/atau masyarakat.
(6) Dalam perjanjian penyediaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus dilakukan oleh Penyedia Jasa.
91
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian penyediaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
3831. 23. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS
PAN TETAP
PPP DIHAPUS Karena ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3832. Pasal 59 (1) Dalam setiap
penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.
Pasal 59 (1) Dalam setiap
penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP Penambahan ayat (1A), (1B) dan (1C) setelah ayat (1): (1A) Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau persetujuan atas: a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau
Perubahan substansi. Penambahan norma ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan agar terwujudnya tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik.
92
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
perancangan; b.rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali; c.pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali; d.penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau e.hasil layanan Jasa Konstruksi. (1B) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi: a. standar mutu bahan; b. standar mutu peralatan; c. standar keselamatan dan kesehatan kerja; d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi; e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi; f. standar operasi dan pemeliharaan; g.pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
93
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3833. (2) Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau persetujuan atas: a. hasil pengkajian,
perencanaan, dan/atau perancangan;
b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau
e. hasil layanan Jasa Konstruksi.
(3) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa, dan Penyedia Jasa wajib memenuhi standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah terkait standar K3 dalam peraturan pemerintah
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing. Ayat (2) Pasal 59 versi RUU Cipta Kerja menjadi ayat (6)
P. NASDEM DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING. Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau persetujuan pada UU Eksisting lebih jelas apa yang akan disahkan atau disetujui.
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) UU Eksisting tetap, sementara ayat (2) RUU menjadi ayat (6), sehingga menjadi sebagai berikut: (1) Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
94
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi: a. standar mutu bahan; b. standar mutu peralatan; c. standar keselamatan dan
kesehatan kerja; d. standar prosedur
pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau persetujuan atas: a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan; b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali; c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali; d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau e. hasil layanan Jasa Konstruksi. (2) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi: a. standar mutu bahan; b. standar mutu peralatan; c. standar keselamatan dan kesehatan kerja; d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi; e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi; f. standar operasi dan
95
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(5) Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi, menteri teknis terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memperhatikan kondisi geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun.
pemeliharaan; g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya. (5) Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi, menteri teknis terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memperhatikan kondisi geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa, dan Penyedia Jasa wajib memenuhi standar Keamanan, Keselamatan,
96
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 59 ayat (2) s/d. (5), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi: (2)Dalam memenuhi Standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau persetujuan atas: a. hasil pengkajian,
perencanaan, dan/atau perancangan;
b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau
e. hasil layanan Jasa Konstruksi.
(3) Standar Keamanan,
97
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. standar mutu bahan; b. standar mutu peralatan; c. standar keselamatan dan
kesehatan kerja; d. standar prosedur
pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.
98
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(5) Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi, menteri teknis terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memperhatikan kondisi geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun.
3834. 24. Ketentuan Pasal 69 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3835. Pasal 69 (1) Pelatihan tenaga kerja
konstruksi diselenggarakan dengan metode pelatihan kerja yang relevan, efektif, dan efisien sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.
Pasal 69 (1) Pelatihan tenaga kerja
konstruksi diselenggarakan dengan metode pelatihan kerja yang relevan, efektif, dan efisien sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3836. (2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk meningkatkan produktivitas kerja.
(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk meningkatkan
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
99
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
produktivitas kerja. PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3837. (3) Standar Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Standar Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3838. (4) Pelatihan tenaga kerja konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pelatihan tenaga kerja konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3839. (5) Lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diregistrasi oleh Menteri.
(5) Lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diregistrasi oleh Pemerintah Pusat.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 69 ayat (5), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi:
PPP konsisten dengan alasan sebelumnya, bahwa
100
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(5) Lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diregistrasi oleh Menteri.
kewenangan ini diberikan oleh Menteri terkait.
3840. (6) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) melakukan registrasi terhadap lembaga pendidikan dan pelatihan kerja yang telah memiliki izin dan/atau terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) melakukan registrasi terhadap lembaga pendidikan dan pelatihan kerja yang telah memenuhi Perizinan Berusaha dan/atau terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 69 ayat (6), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi: (6) Menteri sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) melakukan registrasi terhadap lembaga pendidikan dan pelatihan kerja yang telah memiliki izin dan/atau terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PPP konsisten dengan alasan sebelumnya, bahwa hal ini menjadi kewenangan Menteri terkait.
3841. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Menteri.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 69 ayat ayat 6
101
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi
3842. 25. Ketentuan Pasal 72 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3843. Pasal 72 (1) Untuk mendapatkan
pengakuan pengalaman profesional, setiap tenaga kerja konstruksi harus melakukanregistrasi kepada Menteri.
Pasal 72 (1) Untuk mendapatkan
pengakuan pengalaman profesional, setiap tenaga kerja konstruksi harus melakukan registrasi kepada Pemerintah Pusat.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA DIUBAH (1) Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman profesional, setiap tenaga kerja konstruksi harus melakukan registrasi kepada organisasi profesi.
Harmonisasi dengan DIM Nomor 3852
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 72 ayat (1), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi:
Pasal 72 (1) Untuk mendapatkan
pengakuan pengalaman profesional, setiap tenaga kerja konstruksi harus melakukanregistrasi
PPP konsisten dengan alasan sebelumnya, bahwa kewenangan ini diatur dalam Peraturan Menteri.
102
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
kepada Menteri.
3844. (2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman profesional.
(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman profesional.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP Penambahan ayat (2A) setelah ayat (2): (2A) Tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. jenis layanan profesional yang diberikan; b. nilai pekerjaan konstruksi yang terkait dengan hasil layanan profesional; c. tahun pelaksanaan pekerjaan; dan d. nama Pengguna Jasa.
Perubahan substansi. Penambahan norma ini dimaksudkan untuk untuk memberikan rujukan atas persyaratan minimal yang harus dipenuhi dalam Tanda daftar pengalaman professional.
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3845. (3) Tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. jenis layanan profesional yang diberikan; b. nilai
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
TETAP PDI-P DIUBAH: Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan
103
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
pekerjaan konstruksi yang terkait dengan hasil layanan profesional; c. tahun pelaksanaan pekerjaan; dan d. nama Pengguna Jasa.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan tata cara pemberian tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
Peraturan Pemerintah
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM DIUBAH DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING (Peraturan Menteri menjadi Peraturan Pemerintah) (4) Tanda daftar pengalaman
profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. jenis layanan profesional yang diberikan; b. nilai pekerjaan konstruksi yang terkait dengan hasil layanan profesional; c. tahun pelaksanaan pekerjaan; dan d. nama Pengguna Jasa.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan tata cara pemberian tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Dalam UU Eksisting lebih jelas “Tanda daftar pengalaman professional” yang akan diatur dalam Peraturan Pemerintah
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS
104
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Kembali keada UU eksisting, dengan perubahan sebagai berikut: (1) Tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. jenis layanan profesional yang diberikan; b. nilai pekerjaan konstruksi yang terkait dengan hasil layanan profesional; c. tahun pelaksanaan pekerjaan; dan d. nama Pengguna Jasa. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan tata cara pemberian tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 72 ayat (3) dan (4), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi: (3)Tanda daftar pengalaman
profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. jenis layanan profesional yang diberikan; b. nilai pekerjaan konstruksi yang terkait dengan hasil layanan
PPP konsisten dengan alasan sebelumnya, bahwa kewenangan ini diatur dalam Peraturan Menteri.
105
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
profesional; c. tahun pelaksanaan pekerjaan; dan d. nama Pengguna Jasa.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan tata cara pemberian tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
3846. Pasal 74 (1) Pemberi kerja tenaga kerja
konstruksi asing wajib memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing dan izin mempekerjakan tenaga kerja asing.
(2) Tenaga kerja konstruksi asing dapat melakukan pekerjaan konstruksi di Indonesia hanya pada jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang akan dipekerjakan oleh pemberi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki surat tanda registrasi dari Menteri.
(4) Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud
26. Ketentuan Pasal 74 dihapus.
TETAP PDI-P Meminta Penjelasan Pemerintah terkait penghapusan pasal 74
Disetujui Panja Pukul 14.08 PENDING Menunggu keputusan klaster ketenagakerjaan
PG Ketentuan pasal 74 tetap diberlakukan
Untuk memperoleh kepastian hukum terhadap keberadaan tenaga kerja asing yang bekerja di wilayah Kesatuan Republik Indonesia khususnya dalam bidang jasa konstruksi dan adanya pengawasan yang ketat terhadap masuknya tenaga kerja asing di Indonesia. Pemberlakukan ketentuan pasal 74 ini sejalan dengan kebutuhan pemerintah dalam
106
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
pada ayat (3) diberikan berdasarkan sertifikat kompetensi tenaga kerja konstruksi asing menurut hukum negaranya.
(5) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli wajib melaksanakan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada tenaga kerja pendamping sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi bagi tenaga kerja konstruksi asing sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.
mengusulkan rancangan undang-undang tentang cipta kerja.
P.GERINDRA Kembali ke UU existing, Untuk mendeteksi kehadiran tenaga asing dan sekaligus untuk melindungi tenaga kerja Indonesia
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah terhadap dihapusnya Pasal 74, yang berkaitan dengan “Pemberi kerja tenaga asing, tenaga kerja konstruksi asing, pengawasan terhadap tenaga kerja konstruksi asing. Apakah RUU Ciptakerja ini akan membuka luas bagi Tenaga Kerja Asing, atau sama sekali melarang? Atau ada hal yang diketahui oleh Pemerintah atas praktek Tenaga Kerja Konsturksi Asing selama ini?
PKB Kembali ke pasal 74 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Karena pasal pasal 74 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 telah mengatur secara rigid tentang Tenaga Kerja Konstruksi Asing.
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU Eksisting
Perlu diatur tenaga kerja
107
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
konstruksi asing dalam UU
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting, dengna perubahan sebagai berikut: Pasal 74 (1) Pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing wajib memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing dan izin mempekerjakan tenaga kerja asing. (2) Tenaga kerja konstruksi asing dapat melakukan pekerjaan konstruksi di Indonesia hanya pada jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang akan dipekerjakan oleh pemberi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki surat tanda registrasi dari Pemerintah Pusat. (4) Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan berdasarkan sertifikat kompetensi tenaga kerja konstruksi asing menurut hukum negaranya.
108
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(5) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli wajib melaksanakan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada tenaga kerja pendamping sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (6)Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi bagi tenaga kerja konstruksi asing sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 74 ayat ayat (1) sampai ayat (7), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 74 (1) Pemberi kerja tenaga kerja
konstruksi asing wajib memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing dan izin mempekerjakan tenaga kerja asing.
109
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(2) Tenaga kerja konstruksi asing dapat melakukan pekerjaan konstruksi di Indonesia hanya pada jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang akan dipekerjakan oleh pemberi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki surat tanda registrasi dari Menteri.
(4) Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan berdasarkan sertifikat kompetensi tenaga kerja konstruksi asing menurut hukum negaranya.
(5) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli wajib melaksanakan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada tenaga kerja pendamping sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan
(7) Ketentuan lebih lanjut
110
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
mengenai tata cara registrasi bagi tenaga kerja konstruksi asing sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.
3847. 27. Ketentuan Pasal 84 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP DHAPUS Karena ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3848. Pasal 84 (1) Penyelenggaraan sebagian
kewenangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi.
Pasal 84 (1) Penyelenggaraan
sebagian kewenangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3849. (2) Keikutsertaan masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui satu lembaga yang dibentuk oleh Menteri.
(2) Keikutsertaan masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui satu lembaga yang dibentuk oleh
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
111
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Pemerintah Pusat. PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 84 ayat (2), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi: (2) Keikutsertaan masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui satu lembaga yang dibentuk oleh Menteri.
PPP konsisten dengan alasan sebelumnya, bahwa hal ini menjadi kewenangan Menteri terkait.
3850. (3) Unsur pengurus lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diusulkan dari:
(3) Unsur pengurus lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diusulkan dari:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3851. a. asosiasi perusahaan yang terakreditasi;
a. asosiasi perusahaan yang terakreditasi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3852. b. asosiasi profesi yang terakreditasi;
b. asosiasi profesi yang terakreditasi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
112
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PAN TETAP
PPP TETAP
3853. c. institusi pengguna Jasa Konstruksi yang memenuhi kriteria; dan
c. institusi pengguna Jasa Konstruksi yang memenuhi kriteria;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3854. d. perguruan tinggi atau pakar yang memenuhi kriteria.
d. perguruan tinggi atau pakar yang memenuhi kriteria; dan
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3855. e. asosiasi terkait rantai pasok konstruksi yang terakreditasi.
TETAP PDI-P Meminta Penjelasan Pemerintah Disetujui Panja Pukul 14.11 TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah penambahan pengaturan huruf e. Dan apa urgensi asosiasi terkait rantai pasok konstruksi masuk dalam Lembaga jasa konstruksi?
PKB TETAP Penambahan ayat (3A) dan (3B) setelah ayat (3) huruf e : (3A) Pengurus lembaga
113
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Pemerintah Pusat setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. (3B) Asosiasi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada yang memenuhi persyaratan: a. jumlah dan sebaran anggota; b. pemberdayaan kepada anggota; c. pemilihan pengurus secara demokratis; d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perubahan substansi. Penambahan norma ini dimaksudkan menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik.
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3856. (4) Selain unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pengurus lembaga dapat diusulkan dari asosiasi terkait rantai pasok konstruksi yang terakreditasi.
(4) Penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan oleh lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau sumber lain yang sah sesuai
TETAP PDI-P Meminta Penjelasan Pemerintah Disetujui Panja Pukul 14.17 TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP (5) Pengurus lembaga
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh Menteri setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan
114
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
PKB TETAP
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting. Catatan : Harus ada keterlibatan DPR dalam pemlihan pengurus lembaga (4)kewenangan yang dilakukan oleh lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5)Pengurus lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat.
(6)Asosiasi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan oleh Menteri kepada yang memenuhi persyaratan: a. jumlah dan sebaran
anggota;
115
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan oleh lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan dalam penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(9)Ketentuan mengenai penyelenggaraan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat
116
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
yang mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi dan pembentukan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
PAN DIHAPUS Ayat (4) UU Eksisting dan RUU dihapus.
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 84 ayat (4), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi: (4)Selain unsur sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), pengurus lembaga dapat diusulkan dari asosiasi terkait rantai pasok konstruksi yang terakreditasi.
3857. (5) Pengurus lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat.
(5) Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan dalam penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
TETAP PDI-P Meminta Penjelasan Pemerintah Disetujui Panja Pukul 14.23 Ayat (5) UU eksisting dikembalikan, ditempatkan sebelum ayat (4) RUU.
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM Menjadi ayat (6) Mengapa Pemerintah menghapus kewenangan DPR RI dalam memberikan persetujuan terhadap Pengurus Lembaga sebagaimana diatur dalam ayat (5) UU Eksisting. Seharusnya kewenangan persetujuan tetap ada dalam UU ini. Sehingga diusulkan masuk menjadi ayat (5).
117
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(5) Pengurus lembaga
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh Menteri setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
PKB TETAP
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting, dengan penyesuaian ayat dan perubahan sebagai berikut: (4) Pengurus lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Pemerintah Pusat setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat.
PPP DIHAPUS Karena ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3858. (6) Asosiasi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan oleh Menteri kepada yang
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan sebagian kewenangan
TETAP PDI-P Meminta Penjelasan Pemerintah Disetujui Panja Pukul 14.24 TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
118
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
memenuhi persyaratan: a. jumlah dan sebaran
anggota; b. pemberdayaan kepada
anggota; c. pemilihan pengurus
secara demokratis; d. sarana dan prasarana
di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan oleh lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan dalam penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Pusat yang mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi dan pembentukan lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.
PKB TETAP
PD TETAP
PKS DIUBAH Kembali ke UU eksisting.
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting, dengan penyesuaian ayat dan perubahan sebagai berikut: (5) Asosiasi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada yang memenuhi persyaratan: a. jumlah dan sebaran anggota; b.pemberdayaan kepada anggota; c. pemilihan pengurus secara demokratis; d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (6)Penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan oleh lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
119
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(9) Ketentuan mengenai penyelenggaraan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat yang mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi dan pembentukan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
(7) Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan dalam penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (8) Ketentuan mengenai penyelenggaraan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat yang mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi dan pembentukan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
PPP DIHAPUS Karena ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3859. 28. Ketentuan Pasal 89 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM KEMBALI PADA UU EKSISTING
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP DIHAPUS Karena ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3860. Pasal 89 Pasal 89 TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah
120
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(1) Setiap usaha orang perseorangan yang tidak memiliki Tanda Daftar Usaha Perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; dan/atau c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.
(2) Setiap badan usaha dan badan usaha asing yang tidak memenuhi kewajiban memiliki Izin Usaha yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) dan Pasal 34 ayat (3), dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; dan/atau c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi
Setiap usaha orang perseorangan dan Badan Usaha Jasa Konstruksi yang tidak memiliki Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
terkait ketentuan sanksi administratif
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING
Pasal 89 UU Eksisting lebih jelas tentang sanksi administratif yang diatur.
PKB Kembali ke pasal 89 UU Nomor 2 Tahun 2017 namun dengan perbaikan redkasi. Pasal 89 (1) Setiap usaha orang perseorangan yang tidak memiliki Perizinan Berusaha Perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; dan/atau c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi. (2) Setiap Badan Usaha Jasa Konstruksi yang tidak memiliki Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dikenai sanksi administrative berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; dan/atau c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi
Karena pasal 89 UU Nomor 2 Tahun 2017 telah mengatur secara rigid sanksi administratif terhadap orang perseorangan maupun badan usaha yang tidak memiliki Perizinan Berusaha.
121
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting, dengan perubahan sebagai berikut: Pasal 89 (1) Setiap usaha orang perseorangan dan badan usaha yang tidak memiliki Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; dan/atau c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi. (2) Setiap Badan Usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka kerja sama modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3) yang tidak memenuhi kewajiban memiliki Perizinan Usaha yang masih berlaku dikenai sanksi administratif sebagaimana ayat (1).
Dalam Pasal 32 dijelaskan bahwa Badan usaha Jasa Konstruksi Asing atau usaha perseorangan Jasa Konstruksi asing yang akan melakukan usaha Jasa Konstruksi di wilayah Indonesia wajib membentuk kantor perwakilan; dan/atau badan usaha berbadan hukum Indonesia melalui kerja sama modal dengan badan usaha Jasa Konstruksi nasional. Dan setiap Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka kerja sama modal tersebut wajib memiliki Perizinan Berusaha (Pasal 34 ayat (3).
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 89 ayat (1) dan (2), UU No. 2 Tahun 2017
122
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi:
Pasal 89 (1) Setiap usaha orang
perseorangan yang tidak memiliki Tanda Daftar Usaha Perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif;
dan/atau c. penghentian sementara
kegiatan layanan Jasa Konstruksi.
(2) Setiap badan usaha dan badan usaha asing yang tidak memenuhi kewajiban memiliki Izin Usaha yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) dan Pasal 34 ayat (3), dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif;
dan/atau c. penghentian sementara
kegiatan layanan Jasa Konstruksi
3861. 29. Ketentuan Pasal 90 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM KEMBALI PADA UU EKSISTING
PKB TETAP
123
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP DIHAPUS Karena ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3862. Pasal 90 (1) Setiap badan usaha yang
mengerjakan Jasa Konstruksi tidak memiliki Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa: a. denda administratif; b. penghentian sementara
kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/atau
c. pencantuman dalam daftar hitam.
Pasal 90 (1) Setiap badan usaha
yang mengerjakan Jasa Konstruksi tidak memiliki Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM KEMBALI PADA UU EKSISTING Pasal 90 ayat (1) UU Eksisting lebih jelas pengaturan tentang sanksi administratif.
PKB Kembali ke pasal 90 UU Nomor 2 Tahun 2017
Karena pasal 90 UU Nomor 2 Tahun 2017 telah mengatur secara rigid sanksi administratif terhadap setiap badan usaha yang mengerjakan Jasa Konstruksi namun tidak memiliki Sertifikat Badan Usaha.
PD TETAP
PKS
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 90 (1) Setiap badan usaha yang
124
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
mengerjakan Jasa Konstruksi tidak memiliki Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa: a. denda administratif; b. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/atau c.pencantuman dalam daftar hitam.
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 90 ayat (1), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi:
Pasal 90 (1) Setiap badan usaha yang
mengerjakan Jasa Konstruksi tidak memiliki Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
a. denda administratif; b. penghentian sementara
kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/atau
c. pencantuman dalam daftar hitam.
3863. (2) Setiap asosiasi badan usaha yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah
PG TETAP
P.GERINDRA DIUBAH (2) Setiap asosiasi badan usaha
125
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (6) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pembekuan akreditasi;
dan/atau pencabutan akreditasi.
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (6) dikenai sanksi administratif berupa:
c. peringatan tertulis; d. pembekuan akreditasi;
dan/atau pencabutan akreditasi. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
P. NASDEM KEMBALI PADA UU EKSISTING Pasal 90 ayat (2) UU Eksisting lebih jelas pengaturan tentang sanksi administratif.
PKB Kembali ke pasal 90 ayat 2 UU Nomor 2 Tahun 2017 namun dengan perbaikan redaksi. (2) Setiap asosiasi badan usaha yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2D) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pembekuan akreditasi; dan/atau
Karena pasal 90 UU Nomor 2 Tahun 2017 telah mengatur secara rigid sanksi administratif terhadap setiap asosiasi badan usaha yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
126
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
pencabutan akreditasi. undangan sebagaimana dimaksud dalam usulan DIM Pasal 30 ayat (2D).
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Ayat (2) UU Eksisting tetap, sementara ayat (2) RUU menjadi ayat (3), dengan perubahan sebagai berikut: (2) Setiap asosiasi badan usaha yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (6) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pembekuan akreditasi; dan/atau pencabutan akreditasi. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 90 ayat (2), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi:
127
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(2) Setiap asosiasi badan usaha yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (6) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pembekuan akreditasi;
dan/atau c. pencabutan akreditasi.
3864. 30. Ketentuan Pasal 91 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP DIHAPUS Karena ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3865. Pasal 91 Setiap badan usaha Jasa Konstruksi asing atau usaha orang perseorangan Jasa Konstruksi asing yang akan melakukan usaha Jasa Konstruksi tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
Pasal 91 Setiap badan usaha Jasa Konstruksi asing atau usaha orang perseorangan Jasa Konstruksi asing yang akan melakukan usaha Jasa Konstruksi tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dikenai sanksi administratif.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM KEMBALI PADA UU EKSISTING Pasal 91 UU Eksisting lebih jelas pengaturan tentang sanksi administratif.
PKB Kembali ke pasal 91 UU Nomor 2 Tahun 2017.
Karena pasal 91 UU Nomor 2 Tahun 2017 telah mengatur secara
128
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
b. denda administratif; dan/atau
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi
rigid sanksi administratif terhadap setiap badan usaha Jasa Konstruksi asing atau usaha orang perseorangan Jasa Konstruksi asing yang akan melakukan usaha Jasa Konstruksi namun tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 91 Setiap badan usaha Jasa Konstruksi asing atau usaha orang perseorangan Jasa Konstruksi asing yang akan melakukan usaha Jasa Konstruksi tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; dan/atau c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi
129
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 91 , UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi:
Pasal 91 Setiap badan usaha Jasa Konstruksi asing atau usaha orang perseorangan Jasa Konstruksi asing yang akan melakukan usaha Jasa Konstruksi tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; dan/atau
penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi
3866. Pasal 92 Setiap kantor perwakilan badan usaha asing yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis; b. denda administratif; c. penghentian sementara
kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembekuan izin; dan/atau
f. pencabutan izin
31. Ketentuan Pasal 92 dihapus.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah terkait penghapusan Pasal 92
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing Harmonisasi dengan DIM nomor 3818
P. NASDEM Perlu penjelasan Pemerintah terhadap dihapusnya Pasal 92 terkait sanksi bagi setiap kantor perwakilan badan usaha asing.
PKB Kembali ke pasal 92 UU Nomor 2 Tahun 2017.
Perubahan substansi. Penambahan norma ini dimaksudkan untuk sinkronisasi dengan usulan DIM Pasal 33 ayat
130
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
(1)
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 92 Setiap kantor perwakilan badan usaha asing yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; d.pencantuman dalam daftar hitam; e. pembekuan izin; dan/atau f. pencabutan izin
PPP PPP mengusulkan agar menghidupkan kembali Ketentuan Pasal 92 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 92 Setiap kantor perwakilan badan usaha asing yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif;
131
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembekuan izin; dan/atau f. pencabutan izin
3867. 32. Ketentuan Pasal 94 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM KEMBALI PADA UU EKSISTING
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3868. Pasal 94 Setiap Pengguna Jasa yang menggunakan Penyedia Jasa yang terafiliasi untuk pembangunan kepentingan umum tanpa melalui tender atau seleksi, atau pengadaan secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis; dan/atau
b. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.
Pasal 94 Setiap Pengguna Jasa yang menggunakan Penyedia Jasa yang terafiliasi untuk pembangunan kepentingan umum tanpa melalui tender, seleksi, atau katalog elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dikenai sanksi administratif.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM KEMBALI PADA UU EKSISTING Pasal 94 UU Eksisting lebih jelas pengaturan tentang sanksi administratif.
PKB Kembali ke pasal 94 UU Nomor 2 Tahun 2017.
Karena pasal 94 UU Nomor 2 Tahun 2017 telah mengatur secara rigid sanksi administratif terhadap setiap Pengguna Jasa yang menggunakan Penyedia Jasa yang terafiliasi untuk
132
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
pembangunan kepentingan umum tanpa melalui tender atau seleksi, atau pengadaan secara elektronik
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 94 Setiap Pengguna Jasa yang menggunakan Penyedia Jasa yang terafiliasi untuk pembangunan kepentingan umum tanpa melalui tender atau seleksi, atau pengadaan secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; dan/atau b. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 94, UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, dan mengubah frasa “pengadaan secara” diganti dengan kata “katalog”, sehingga bunyinya menjadi :
Pasal 94 Setiap Pengguna Jasa yang
133
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
menggunakan Penyedia Jasa yang terafiliasi untuk pembangunan kepentingan umum tanpa melalui tender atau seleksi, atau katalog elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; dan/atau b. penghentian sementara
kegiatan layanan Jasa Konstruksi.
3869. 33. Ketentuan Pasal 95 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM KEMBALI PADA UU EKSISTING
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP DIHAPUS Karena ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3870. Pasal 95 Setiap Penyedia Jasa yang melanggar ketentuan pemberian pekerjaan utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis; b. denda administratif; c. penghentian sementara
kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/atau pembekuan izin.
Pasal 95 (1) Setiap Penyedia Jasa
yang melanggar ketentuan pemberian pekerjaan utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM KEMBALI PADA UU EKSISTING Pasal 95 UU Eksisting lebih jelas pengaturan tentang sanksi administratif.
PKB Kembali ke pasal 95 UU Nomor 2 Tahun 2017.
Karena pasal 95 UU Nomor 2 Tahun 2017 telah mengatur secara rigid sanksi
134
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
administratif terhadap setiap Penyedia Jasa yang melanggar ketentuan pemberian pekerjaan utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1)
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 95 Setiap Penyedia Jasa yang melanggar ketentuan pemberian pekerjaan utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/atau pembekuan izin.
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 95, UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi:
Pasal 95 Setiap Penyedia Jasa yang melanggar ketentuan pemberian
135
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
pekerjaan utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; c. penghentian sementara
kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/ataupembekuan izin.
3871. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM DIHAPUS
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP DIHAPUS Karena ketentuan ini sudah diatur pada ayat (1) diatasnya.
3872. 34. Ketentuan Pasal 96 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3873. Pasal 96 (1) Setiap Penyedia Jasa
dan/atau Pengguna Jasa yang tidak memenuhi Standar Keamanan,
Pasal 96 (1) Setiap Penyedia Jasa
dan/atau Pengguna Jasa yang tidak memenuhi Standar
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
136
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3874. a. peringatan tertulis;
a. peringatan tertulis;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3875. b. denda administratif;
b. denda administratif; TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3876. c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
c. penghentian sementara kegiatan Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
137
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PKS
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
PPP TETAP
3877. d. pencantuman dalam daftar hitam;
d. layanan Jasa pencantuman dalam daftar hitam;
TETAP PDI-P meminta penjelasan pemerintah yang dimaksud dengan “layanan jasa pencantuman dalam daftar hitam”
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. d.pencantuman dalam daftar hitam;
PPP TETAP
3878. e. pembekuan izin; dan/atau
e. pembekuan izin; dan/ atau
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
138
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PPP TETAP
3879. f. pencabutan izin.
f. pencabutan izin. TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3880. (2) Setiap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa yang dalam memberikan pengesahan atau persetujuan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa:
(2) Setiap Pengguna Jasa dan/ atau Penyedia Jasa yang dalam memberikan pengesahan atau persetujuan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3881. a. peringatan tertulis;
a. peringatan tertulis; TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3882. b. denda administratif; b. denda administratif; TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
139
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3883. c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3884. d. pencantuman dalam daftar hitam;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3885. e. pembekuan izin; dan/atau
e. pembekuan izin; TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3886. f. pencabutan izin f. pencabutan izin; dan/ atau
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
140
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3887. g. pencabutan Sertifikat Badan Usaha untuk Penyedia Jasa Konstruksi.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3888. 35. Ketentuan Pasal 97 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3889. Pasal 97 Setiap penilai ahli yang dalam melaksanakan tugasnya tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis; b. pemberhentian dari
tugas; dan/atau
Pasal 97 Setiap penilai ahli yang dalam melaksanakan tugasnya tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2) dikenai sanksi administratif.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING
Pasal 97 UU Eksisting lebih jelas pengaturan tentang sanksi administratif.
PKB Kembali ke pasal 97 UU Nomor 2 Tahun 2017
Karena pasal 97 UU Nomor 2
141
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
c. dikeluarkan dari daftar penilai ahli yang teregistrasi
Tahun 2017 telah mengatur secara rigid sanksi administratif terhadap Setiap penilai ahli yang dalam melaksanakan tugasnya tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2).
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 97 Setiap penilai ahli yang dalam melaksanakan tugasnya tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pemberhentian dari tugas; dan/atau c. dikeluarkan dari daftar penilai ahli yang teregistrasi
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 97, UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
142
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
Pasal 97 Setiap penilai ahli yang dalam melaksanakan tugasnya tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pemberhentian dari tugas;
dan/atau c. dikeluarkan dari daftar penilai
ahli yang teregistrasi
3890. 36. Ketentuan Pasal 98 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP DIHAPUS Karena ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3891. Pasal 98 Penyedia Jasa yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis; b. denda administratif; c. penghentian sementara
Pasal 98 Penyedia Jasa yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dikenai sanksi administratif.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah terkait ketentuan sanksi administratif
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING
Pasal 98 UU Eksisting lebih jelas pengaturan tentang sanksi administratif.
PKB Kembali ke pasal 98 UU Nomor 2 Karena pasal 98
143
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
Tahun 2017 UU Nomor 2 Tahun 2017 telah mengatur secara rigid sanksi administratif terhadap Penyedia Jasa yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 98 Penyedia Jasa yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; d.pencantuman dalam daftar hitam;
144
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 98, UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 98 Penyedia Jasa yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; c. penghentian sementara
kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
3892. 37. Ketentuan Pasal 99 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3893. Pasal 99 (1) Setiap tenaga kerja
konstruksi yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi tidak memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1)
Pasal 99 (1) Setiap tenaga kerja
konstruksi yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi tidak memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja dikenai sanksi
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA PENDALAMAN Frasa “setiap tenaga kerja jasa konstruksi”, harus diperjelas sampai level apa? Apakah tenaga kasar juga waji memiliki
145
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
tentang Jasa Konstruksi dikenai sanksi administratif berupa pemberhentian dari tempat kerja.
administratif berupa pemberhentian dari tempat kerja.
sertifikat tersebut?
P. NASDEM DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING
Rujukan Pasal dalam pemberian sanksi harus dimasukan dalam rumusan pada Pasal 99, sehingga jelas merujuk pada pelanggaran Pasal yang dimaskud.
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 99 (1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi tidak memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1) tentang Jasa Konstruksi dikenai sanksi administratif berupa pemberhentian dari tempat kerja.
PPP TETAP
3894. (2) Setiap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa yang mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang tidak memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud
(2) Setiap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa yang mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang tidak memiliki Sertifikat
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
146
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dalam Pasal 70 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa:
Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa:
PAN TETAP
PPP TETAP
3895. a. denda administratif; dan/atau
a. denda administratif; dan/atau
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3896. b. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.
b. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3897. (3) Setiap lembaga sertifikasi profesi yang tidak mengikuti ketentuan pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa:
(3) Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1) yang tidak berpraktek sesuai dengan standar kompetensi kerja
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
147
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
nasional Indonesia, standar internasional, dan atau standar khusus dikenakan sanksi berupa:
3898. a. peringatan tertulis;
a. peringatan tertulis;
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3899. b. denda administratif; b. denda administratif; TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3900. c. pembekuan lisensi; dan/atau
c. pembekuan sertifikat kompetensi kerja; dan/atau
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3901. d. pencabutan lisensi d. pencabutan sertifikat kompetensi kerja
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
148
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3902. (4) Setiap lembaga sertifikasi profesi yang tidak mengikuti ketentuan pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3) dikenai sanksi berupa:
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA DIHAPUS
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3903. a. peringatan tertulis; TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA DIHAPUS
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3904. b. denda administratif; TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA DIHAPUS
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3905. c. pembekuan lisensi; TETAP PDI-P TETAP
149
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dan/atau PG TETAP
P.GERINDRA DIHAPUS
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3906. d. pencabutan lisensi. TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA DIHAPUS
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3907. 38. Ketentuan Pasal 100 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
3908. Pasal 100 Setiap asosiasi profesi yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (6) dikenai sanksi administratif berupa:
Pasal 100 Setiap asosiasi profesi yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (6)
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah
PG TETAP
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM DIKEMBALIKAN PADA UU EKSISTING
Pasal 100 UU Eksisting lebih jelas pengaturan tentang sanksi administratif.
150
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
a. peringatan tertulis; b. pembekuan akreditasi;
dan/atau c. pencabutan akreditasi.
dikenai sanksi administratif.
PKB Kembali ke pasal 100 UU Nomor 2 Tahun 2017
Karena pasal 100 UU Nomor 2 Tahun 2017 telah mengatur secara rigid sanksi administratif terhadap setiap asosiasi profesi yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (6)
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksisting. Pasal 100 Setiap asosiasi profesi yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (6) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pembekuan akreditasi; dan/atau c. pencabutan akreditasi.
151
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 100, UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 100 Setiap asosiasi profesi yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (6) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pembekuan akreditasi;
dan/atau c. pencabutan akreditasi.
3909. Pasal 101 (1) Setiap pemberi kerja tenaga
kerja konstruksi asing yang tidak memiliki rencana penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dan izin mempekerjakan tenaga kerja konstruksi asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) dan mempekerjakan tenaga kerja konstruksi asing yang tidak memiliki registrasi dari Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (3), dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif;
39. Ketentuan Pasal 101 dihapus.
TETAP PDI-P Meminta penjelasan pemerintah
PG Ketentuan pasal 101 tetap diberlakukan
Karena ketentuan pasal 74 tetap diberlakukan
P.GERINDRA Kembali ke UU existing
P. NASDEM Penjelasan penggapusan Pasal 74 UU Eksisting oleh Pemerintah sangat penting, karena mempengaruhi pada Pasal 101 UU eksisting apakah dihapus atau tidak. Karena menyangkut ppemberian sanksi bagi setiap pemberi tenaga kerja konstruksi asing yang tidak memiliki rencana penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dan izin mempekerjakan tenaga kerja konstruksi asing
PKB Kembali ke pasal 101 UU Nomor 2 Sinkronisasi
152
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/atau
d. pencantuman dalam daftar hitam.
(2) Setiap tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang tidak melaksanakan kewajiban alih pengetahuan dan alih teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (5) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; c. pemberhentian dari
pekerjaan; dan/atau d. pencantuman dalam
daftar hitam
Tahun 2017 dengan usulan DIM pasal 74
PD TETAP
PKS TETAP
PAN DIHAPUS Kembali kepada UU Eksising. Pasal 101 (1) Setiap pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing yang tidak memiliki rencana penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dan izin mempekerjakan tenaga kerja konstruksi asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) dan mempekerjakan tenaga kerja konstruksi asing yang tidak memiliki registrasi dari Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (3), dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/atau d. pencantuman dalam daftar hitam. (2) Setiap tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang tidak melaksanakan kewajiban alih pengetahuan dan alih teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (5)
Ketentuan pada pasal 101 UU No 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi masih relevan dan krusial
153
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; c.pemberhentian dari pekerjaan; dan/atau d.pencantuman dalam daftar hitam
PPP PPP mengusulkan agar dikembalikan Ke Pasal 101 ayat (1) dan (2), UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yang berbunyi :
Pasal 101 (1) Setiap pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing yang tidak memiliki rencana penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dan izin mempekerjakan tenaga kerja konstruksi asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) dan mempekerjakan tenaga kerja konstruksi asing yang tidak memiliki registrasi dari Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (3), dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; c. penghentian sementara
kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/atau
d. pencantuman dalam daftar hitam.
(2) Setiap tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang
154
NO KETENTUAN UNDANG-UNDANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KAJIAN TIM AHLI
FRAKSI TANGGAPAN FRAKSI ALASAN FRAKSI KESEPAKATAN RAPAT
tidak melaksanakan kewajiban alih pengetahuan dan alih teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (5) dikenai sanksi administratif berupa: peringatan tertulis;
a. denda administratif; b. pemberhentian dari
pekerjaan; dan/atau c. pencantuman dalam daftar
hitam
3910. 40. Ketentuan Pasal 102 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP DIHAPUS Karena ketentuan ini sudah dikembalikan ke UU Eksisting.
3911. Pasal 102 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 sampai dengan Pasal 101 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 102 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 sampai dengan Pasal 101 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
TETAP PDI-P TETAP
PG TETAP
P.GERINDRA TETAP
P. NASDEM TETAP
PKB TETAP
PD TETAP
PKS TETAP
PAN TETAP
PPP TETAP
top related