cover laporan penelitian dan kajian - kemkes.go.id · laporan penelitian ini memberikan informasi...
Post on 05-Jul-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PUSLITBANG SUMBER DAYA DAN PELAYANAN KESEHATANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATANKEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIATAHUN 2019
LAPORAN PENELITIANKeamanan Modalitas PelayananKesehatan Tradisional Empirispada Panti Sehat di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali
Laporan Penelitian
Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris pada Panti Sehat di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali
Kode Satker Tahun Usulan Sumber Dana Nomor Urut Usulan
0 2 1 8 0 1 0 0 2
Penyusun: Ondri Dwi Sampurno
Lucie Widowati Delima
Nurhayati Hadi Siswoyo
Frans Suhariyanto Hadjar Siswantoro Annisa Rizky Afrilia
Cicih Opitasari Nurfi Afriansyah
Tri Wahyuni Lestari Lusitawati
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
2019
i
SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN
ii
iii
SURAT PERSETUJUAN ETIK
iv
SUSUNAN TIM PENELITI
v
vi
Didik Subagiyo, S.Kep, Ners
Tri Sumyati, SKM
vii
viii
LEMBAR PERSETUJUAN
ix
PRAKATA Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayahNya penelitian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan Empiris pada Panti Sehat di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali, dan laporan penelitiannya telah dapat diselesaikan dengan baik. Laporan penelitian ini memberikan informasi secara menyeluruh baik masukan, proses dan luaran dengan pendekatan kesehatan masyarakat komunitas. Laporan ini berisi pendahuluan, metode penelitian, etik penelitian, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan rekomendasi serta daftar pustaka. Kami menyampaikan terima kasih kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan (Pusat 2) atas arahan, masukan dan dukungan untuk terselenggaranya penelitian ini. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada Panitia Pembina Ilmiah Pusat 2, Pejabat Pembuat Komitmen Penelitian Bidang, Kepala Bidang Penelitan Pelayanan Kesehatan, Kepala Sub Bidang Penelitian Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Penunjang, tim peneliti dari Pusat 2, tim peneliti daerah dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota lokus penelitian, para pakar dan nara sumber baik dari Pusat maupun daerah, dan responden Penyehat Tradisional serta semua pihak baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung atas dukungan dan kerjasama yang sangat baik, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan protokol. Kami menyadari bahwa dalam hal keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional dapat ditinjau dari pendekatan yang lain. Untuk itu, kami terbuka menerima masukan untuk pengembangan lebih lanjut baik untuk mempertajam dalam pembahasan maupun untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
Ketua Pelaksana
x
RINGKASAN EKSEKUTIF
Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris pada Panti Sehat
di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali
Ondri Dwi Sampurno, Lucie Widowati, Delima, Nurhayati, Hadi Siswoyo, Frans
suhariyanto, Hadjar Siswantoro, Annisa Rizky Afrilia, Cicih Opitasari, Nurfi Afriansyah,
Tri Wahyuni Lestari, Lusitawati
Pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia cenderung meningkat. Hasil
Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga yang memanfaatkan
pelayanan kesehatan tradisional sebesar 30,4%. Sementara hasil Riskesdas tahun 2018
menunjukkan bahwa proporsi pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional pada
penduduk semua umur sebesar 31,4%. Pelayanan kesehatan tradisional 98,5% diberikan
oleh penyehat tradisional (Hattra).
Proporsi Hattra yang memperoleh Surat Terdaftar Penyehat Tradisional (STPT) masih
sangat rendah. Berdasarkan data rekapitulasi tahun 2017 Direktorat Pelayanan Kesehatan
Tradisional, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI,
jumlah Hattra di Jawa dan Bali sebanyak 56.793 Hattra. Dari sejumlah Hattra tersebut
yang telah memiliki STPT sebanyak 2.759 Hattra atau 4,86%. Gambaran ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pelayanan kesehatan tradisional empiris di
masyarakat belum diekplorasi keamanannya. Dengan demikian perlu mendapatkan
perhatian dalam perlindungan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan
tradisional empiris.
Penilaian teknis terhadap metode dan teknik dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional yang diterapkan dilakukan menggunakan Form Instrumen Penilaian Teknis
Penyehat Tradisional (Perorangan) Rekomendasi Penerbitan STPT sebagaimana terdapat
dalam lampiran Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 61 tahun 2016 tentang
Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris. Dalam lampiran PMK nomor 61 tahun 2016
tersebut, pengeluaran rekomendasi keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional
empiris didasarkan hasil penilaian teknis terhadap cara perawatan.
Penilaian keamanan pelayanan kesehatan tradisional empiris tidak hanya didasarkan cara
perawatan. Modalitas pelayanan kesehatan tradisional mencakup Hattra, cara perawatan
dan sarana. Penilaian terhadap modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris harus
dilakukan baik sendiri maupun bersama antara Hattra, cara perawatan dan sarana. Pada
pelayanan kesehatan tradisional empiris keterampilan, apabila alat yang digunakan
memiliki kualitas baik tetapi digunakan oleh Hattra yang tidak memiliki dasar teori dan
keahlian yang baik, maka akan berpotensi pada keamanan. Demikian pula pada
pelayanan kesehatan tradisional empiris ramuan, apabila ramuan dibuat di sarana yang
sanitasinya tidak baik dan diberikan oleh Hattra yang tidak memahami kerasionalan
ramuan, maka juga akan berpotensi risiko keamanan.
xi
Tujuan umum penelitian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris
pada Panti Sehat di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali yaitu untuk memperoleh bukti
empiris modalitas pelayanan kesehatan empiris pada panti sehat. Adapun tujuan khusus
penelitian ini yaitu untuk memotret teknis penilaian keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris pada panti sehat yang dilakukan oleh Dinkes
Kabupaten/Kota saat ini, mengembangkan instrumen penilaian keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris, menguji validitas dan reliabilitas instrumen
penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris, dan menganalisis
keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat.
Proporsi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang menggunakan form penilaian teknis
sebagaimana dalam lampiran PMK nomor 61 tahun 2016 sebesar 75% dari 12 Dinas
Kesehatan Kabuptan/Kota yang terpilih sebagai lokus. Alasan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang belum menggunakan form penilain teknis sebagaimana dalam
lampiran PMK nomor 61 tahun 2016 oleh karena belum ada koordinasi bersama sehingga
masih menggunakan PMK nomor 1076 tahun 2002. Di samping itu, Hattra tidak bisa
memenuhi kriteria yang ada didalam form penilaian teknis sebagaimana dalam lampiran
PMK nomor 61 tahun 2016.
Pengembangan instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional
empiris diperlukan untuk dapat menilai secara obyektif dan memiliki persepsi yang sama
antar penilai maupun antar Kabupaten/Kota. Instrumen penilaian keamanan ini tidak
hanya berdasarkan cara perawatan saja, tetapi secara bersama yang mencakup Hattra,
Cara Perawatan dan Sarana. Pengembangan instrumen penilaian modalitas keamanan
pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat ini dilakukan melibatkan pakar
di bidang pelayanan kesehatan tradisional, dan tetap mengacu pada PMK nomor 61 tahun
2016 tentang Pelayanan Kesehatan tradisional Empiris maupun peraturan perundangan
lainnya yang terkait.
Instrumen penilaian keamanan modalitas Pelayanan Kesehatan tradisional Empiris pada
panti sehat berisi 48 parameter. Parameter yang ada dalam instrumen ini telah melalui
pengujian validitas dan reliabilitas sebelum digunakan untuk penilaian terhadap Hattra
yang ada di lapangan. Nilai keamanan dihitung secara matematis berdasarkan skoring dan
bobot. Skoring untuk mengkuantitatifkan setiap parameter sesuai tingkatan temuan.
Pembobotan merupakan metode analisis yang melibatkan semua variabel secara bersama-
sama dengan cara memberi bobot pada masing-masing variabel tersebut. Selanjutanya
ditetapkan nilai cut off aman. Hasil analisis kurva Receiver Operating Characteristic
(ROC) dengan membandingkan pengamatan potensi keamanan oleh peneliti dengan hasil
penilaian keamanan menggunakan instrumen diperoleh Nilai aman jika ≥ 77,7650.
Adapun sensitivitas dan spesifisitas instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris ini yaitu 70% dan 57,6%.
Mengacu pada nilai cut off aman ≥ 77,7650 diketahui ada berturut-turut 77,4 %, 60,5%,
76,5% dan 61% modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris keterampilan yang
diselenggarakan oleh Hattra Keterampilan yang ada STPT, Hattra Keterampilan yang
xii
tidak ada STPT, Hattra Ramuan yang ada STPT, dan Hattra Ramuan yang tidak ada
STPT, didapatkan nilai ≥ 77,7650 atau aman.
Instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris ini
tidak hanya dapat menilai keamanan, namun juga dapat mengetahui paramater yang
dinilai belum memenuhi syarat. Hal ini akan menjadi bahan dasar pembinaan oleh
Drektorat Pelayanan Kesehatan Tradisional maupun Dinkes Kabupaten/Kota. Hattra yang
tidak memiliki STPT dengan nilai di atas cut off aman untuk dapat diarahkan guna proses
perolehan STPT, sedangkan Hattra yang tidak memiliki STPT yang nilainya di bawah cut
off direkomendasikan untuk dilakukan pembinaan mengacu pada parameter yang skor
penilaiannya rendah.
xiii
ABSTRAK Proporsi pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional empiris cenderung meningkat
sementara proporsi Hattra yang memiliki STPT sangat kecil dan belum ada gambaran
proporsi keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat di
masyarakat. Penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris
mengacu PMK nomor 61 tahun 2016 tentang pelayanan kesehatan tradisional hanya
didasarkan pada cara perawatan pelayanan kesehatan tradisional empiris sementara
keamanan dipengaruhi baik sendiri maupun bersama Hattra, cara perawatan dan sarana
serta alat & teknologi. Peneltian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris keamanan
modalitas pelayanan kesehatan empiris pada panti sehat.
Telah dikembangkan instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empiris dengan melibatkan pakar di bidang pelayanan pengobatan tradisional.
Parameter dalam instrumen diuji validitasnya menggunakan Product moment dari Karl
Pearson dan reliabilitasnya menggunakan Cronbach alpha. Nilai keamanan dihitung
secara matematis dengan skoring dan pembobotan serta dihitung nilai cut off aman
menggunakan analisis kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) dengan
membandingkan hasil pengamatan dengan hasil penilaian keamanan menggunakan
instrumen. Penilaian dilakukan dengan kunjungan ke 15 panti sehat atau 15 Hattra untuk
setiap Kabupaten/kota. Pada panti sehat berkelompok diambil 1 orang Hattra. Hattra yang
terpilih mencakup: Hattra yang memiliki STPT dan belum memiliki STPT untuk
modalitas keterampilan, ramuan dan kombinasi yang dipilih secara proporsional
purposive sampling. Lokus penelitian di 12 Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali yang
dipilih berdasarkan data jumlah Hattra tercatat.
Proporsi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang menggunakan form penilaian teknis
sebagaimana dalam lampiran PMK nomor 61 tahun 2016 sebesar 75% dari 12 Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang terpilih sebagai lokus. Validitas parameter dalam
instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris
diperoleh r hitung > r tabel (0,32) dan reliabilitasnya koefisien Cronbach Alpha sebesar
0,957. Nilai aman jika ≥ 77,650 dengan sensitivitas dan spesifisitas instrumen penilaian
keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris ini yaitu 70% dan 57,6%.
Gambaran keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris di 12 Kabupaten
kota di Jawa dan Bali, mengacu pada nilai cut off aman ≥ 77,7650 diketahui berturut-turut
terdapat 77,4 %, 60,5%, 76,5% dan 61% modalitas pelayanan kesehatan tradisional
empiris keterampilan yang diselenggarakan oleh Hattra Keterampilan yang ada STPT,
Hattra Keterampilan yang tidak ada STPT, Hattra Ramuan yang ada STPT, dan Hattra
Ramuan yang tidak ada STPT, didapatkan nilai ≥ 77,7650 atau aman. Terhadap Hattra
yang tidak ada STPT dengan nilai di atas cut off direkomendasikan untuk dapat diarahkan
untuk proses STPT dan terhadap Hattra yang tidak ada STPT yang nilainya di bawah cut
off direkomendasikan untuk dapat diarahkan untuk pembinaan mengacu pada butir
penilaian yang skornya rendah.
Kata kunci: keamanan, modalitas, kesehatan tradisional, panti sehat
xiv
DAFTAR ISI
SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN ................................................................................... i
SURAT PERSETUJUAN ETIK ........................................................................................... iii
SUSUNAN TIM PENELITI .................................................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................................. viii
PRAKATA ................................................................................................................................... ix
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................... x
ABSTRAK ................................................................................................................................ xiii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL .....................................................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................................xix
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 A. Latar Belakang ......................................................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah Penelitian ...................................................................................... 3 C. Pertanyaan Penelitian .......................................................................................................... 3 D. Tujuan Penelitian ................................................................................................................... 3 E. Manfaat Penelitian ................................................................................................................. 3
a. Pemerintah ................................................................................................................................................. 3 b. Masyarakat ................................................................................................................................................ 4 c. Peneliti ........................................................................................................................................................ 4
F. Luaran Penelitian .................................................................................................................... 4
BAB II. METODE PENELITIAN ......................................................................................... 5 A. Kerangka Konsep .................................................................................................................... 5 B. Definisi Operasional Variabel ........................................................................................... 5 C. Disain penelitian ..................................................................................................................... 6 D. Tempat dan Waktu ................................................................................................................ 6 E. Populasi dan Sampel ............................................................................................................. 6
a. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................................................................... 6 b. Besar sampel ............................................................................................................................................. 7 c. Cara Pemilihan Sampel ......................................................................................................................... 7
F. Instrumen Pengumpul Data ............................................................................................. 7 G. Bahan dan Prosedur pengumpul data ........................................................................ 7 H. Izin Penelitian .......................................................................................................................... 9 I. Pengolahan dan Analisis Data .......................................................................................... 9
BAB III. ETIK PENELITIAN ............................................................................................ 11
xv
BAB IV. HASIL PENELITIAN .......................................................................................... 12 A. Potret penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional
empiris pada panti sehat yang sudah ada ...................................................................... 12 B. Pengembangan instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris pada panti sehat ......................................................... 13 C. Validitas dan reliabilitas instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat ................................. 15 D. Keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada
panti sehat ....................................................................................................................................... 21
BAB V. PEMBAHASAN ....................................................................................................... 36 A. Potret penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional
empiris pada panti sehat yang sudah ada ...................................................................... 36 B. Pengembangan instrument penilaian keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris pada panti sehat ......................................................... 37 C. Validitas dan reliabilitas instrumen penilaian keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat ................................. 38 D. Keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat ....................................................................................................................................... 38
BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ......................................................... 42
BAB VII. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
xvi
DAFTAR TABEL Tabel 1. Perubahan parameter yang disesuaikan dengan masukan pakar .............. 13
Tabel 2. Hasil analisis reliabilitas parameter dalam instrumen penilaian modalitas
yankestrad empiris pada panti sehat .................................................................... 15
Tabel 3. Hasil analisis validitas parameter penilaian penyehat tradisional (Hattra)
dalam instrumen penilaian keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti
sehat (N=36, dua arah dengan P-0,05) .................................................................. 16
Tabel 4. Hasil analisis validitas parameter penilaian cara perawatan keterampilan
dalam instrumen penilaian keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti
sehat (N=36, dua arah dengan P=0,05) ................................................................. 17
Tabel 5. Hasil analisis validitas parameter penilaian cara perawatan ramuan dalam
instrumen penilaian keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat
(N=36, dua arah dengan P=0,05) ........................................................................... 18
Tabel 6. Hasil analisis validitas parameter penilaian sarana dalam instrumen
penilaian keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat (N=36, dua
arah dengan P=0,05) ............................................................................................... 19
Tabel 7. Hasil konfirmasi pakar untuk parameter yang tidak valid ......................... 20
Tabel 8. Karakteristik sampel penyehat tradisional (Hattra) (N=183) ..................... 21
Tabel 9. Proporsi (%) kesesuaian Hattra terhadap parameter penilaian Hattra
menurut kepemilikan STPT................................................................................... 22
Tabel 10. Proporsi (%) cara perawatan oleh Hattra menurut kepemilikan STPT .. 23
Tabel 11. Proporsi (%) kesesuaian cara perawatan keterampilan dengan alat
kesehatan tradisional empiris oleh Hattra terhadap parameter penilaian cara
perawatan keterampilan dengan alat kesehatan tradisional empiris manurut
kepemilikan STPT .................................................................................................. 24
Tabel 12. Proporsi (%) kesesuaian cara perawatan keterampilan tanpa alat
kesehatan tradisional empiris oleh Hattra terhadap parameter penilaian cara
perawatan keterampilan tanpa alat kesehatan tradisional empiris menurut
kepemilikan STPT .................................................................................................. 25
Tabel 13. Proporsi (%) kesesuaian cara perawatan ramuan pabrikan oleh Hattra
terhadap parameter penilaian cara perawatan ramuan pabrikan menurut
kepemilikan STPT .................................................................................................. 26
Tabel 14. Proporsi (%) kesesuaian cara perawatan ramuan racikan sendiri oleh
Hattra terhadap parameter penilaian cara perawatan ramuan racikan sendiri
menurut kepemilikan STPT................................................................................... 27
Tabel 15. Proporsi (%) kesesuaian sarana panti sehat terhadap parameter penilaian
sarana panti sehat menurut kepemilikan STPT .................................................. 29
Tabel 16. Hasil penilaian 10 peneliti terhadap terhadap perbandingan variabel
dikaitkan dengan keamanan yankestrad empiris sebagai dasar perhitungan
bobot masing-masing variabel menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) .......................................................................................................... 30
Tabel 17. Hasil perhitungan bobot dengan metode AHP ............................................ 31
Tabel 18. Nilai keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat menurut
kepemilikan STPT .................................................................................................. 31
Tabel 19. Nilai cut off aman modalitas yankestrad empiris pada panti sehat .......... 32
xvii
Tabel 20. Proporsi (%) keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat
dengan nilai cut off aman ≥77,7650 menurut kepemilikan STPT ...................... 33
Tabel 21. Nilai alternatif cut off aman modalitas yankestrad empiris pada panti
sehat .......................................................................................................................... 34
Tabel 22. Proporsi (%) keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat
dengan nilai cut off ≥80,8850 menurut kepemilikan STPT ................................ 35
xviii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kurva ROC perbandingan pengamatan langsung potensi keamanan
oleh peneliti dengan hasil penilaian keamanan menggunakan instrumen
penilaian keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat, AUC =
0,703.......................................................................................................................... 32
Gambar 2. Kurva ROC perbandingan kepemilikan STPT Hattra/Rekomendasi
aman dengan hasil penilaian keamanan menggunakan instrumen penilaian
keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat, AUC=0,674 .......... 34
xix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Form instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empiris ramuan pada panti sehat 46
Lampiran 2. Pedoman pengisian instrumen penilaian modalitas pelayanan
kesehatan tardisional empiris pada panti sehat 55
Lampiran 3. Form instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empiris keterampilan pada panti sehat 71
Lampiran 4. Pedoman pengisian instrumen penilaian keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat 79
Lampiran 5. Form instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empiris kombinasi pada panti sehat 90
Lampiran 6. Pedoman pengisian instrumen penilaian keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat 100
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia cenderung meningkat.
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional sebesar 30,4%1. Sementara hasil
Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa proporsi pemanfaatan pelayanan
kesehatan tradisional pada penduduk semua umur sebesar 31,4%2. Pelayanan
kesehatan tadisional 98,5% diberikan oleh penyehat tradisional (Hattra)2.
Pelayanan kesehatan tradisional oleh Hattra dinamakan sebagai pelayanan kesehatan
tradisional empiris. Tempat yang digunakan untuk melakukan perawatan kesehatan
tradisional empiris dinamakan panti sehat3. Pelayanan kesehatan tradisional empiris
merupakan penerapan pelayanan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanan
terbukti secara empiris3. Bukti empiris adalah informasi yang membenarkan suatu
kepercayaan dalam kebenaran atau kebohongan suatu klaim empiris4. Bukti empiris
(juga data empiris, indra pengalaman, pengetahuan empiris, atau a posteriori) adalah
suatu sumber pengetahuan yang diperoleh dari observasi atau percobaan.
Bukti empiris keamanan pelayanan kesehatan tradisional empiris menjadi penting
dalam upaya perlindungan masyarakat. Hattra yang akan melakukan pelayanan
kesehatan tradisional empiris wajib memiliki STPT yang dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kabupaten/Kota3. Salah satu persyaratan untuk memperoleh
STPT, Hattra wajib terlebih dahulu memperoleh surat rekomedasi dari Dinkes
Kabupaten/Kota. Rekomendasi ini dikeluarkan apabila hasil penilaian teknis
terhadap Hattra atas cara perawatan pelayanan kesehatan tradisional empiris termasuk
ramuan dan alat yang digunakan, dinyatakan aman.
Penilaian teknis terhadap metode dan teknik dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tradisional yang diterapkan dilakukan menggunakan Form Instrumen
Penilaian Teknis Penyehat Tradisional (Perorangan) Rekomendasi Penerbitan STPT
sebagaimana terdapat dalam lampiran PMK nomor 61 tahun 2016 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional Empiris. Penilaian dilakukan oleh Dinkes Kabupaten/kota
dengan membentuk tim penilai yang unsurnya meliputi: a. tokok masyarakat; b.
asosiasi Penyehat Tradisional empiris terkait; dan Dinkes kabupaten/Kota. Selain
unsur dalam tim penilai teknis tersebut, Dinkes Kabupaten/Kota dapat melibatkan
pakar bidang kesehatan tradisional empiris atau orang yang memiliki pengetahuan di
bidang kesehatan tradisional3. Dalam lampiran PMK nomor 61 tahun 2016 tersebut,
pengeluaran rekomendasi keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional
empiris didasarkan hasil penilaian teknis terhadap cara perawatan.
Penilaian keamanan pelayanan kesehatan tradisional empiris tidak hanya didasarkan
cara perawatan. Modalitas pelayanan kesehatan tradisional mencakup Hattra, cara
perawatan dan sarana. Penilaian terhadap modalitas pelayanan kesehatan tradisonal
empiris harus dilakukan baik sendiri maupun bersama antara Hattra, cara perawatan
2
dan sarana. Pada pelayanan kesehatan tradisional empiris keterampilan, apabila alat
yang digunakan memiliki kualitas baik tetapi digunakan oleh Hattra yang tidak
memiliki dasar teori dan keahlian yang baik, maka akan berpotensi pada keamanan5.
Demikian pula pada pelayanan kesehatan tradisional empiris ramuan, apabila ramuan
dibuat di sarana yang sanitasinya tidak baik dan diberikan oleh Hattra yang tidak
memahami kerasionalan ramuan, maka juga akan berpotensi risiko keamanan6,7,8,.
Proporsi Hattra yang memperoleh STPT masih sangat rendah. Berdasarkan data
rekapitulasi tahun 2017 dari Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional, Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, jumlah Hattra di Jawa dan
Bali sebanyak 56.793 Hattra. Dari sejumlah Hattra tersebut yang telah memiliki
STPT sebanyak 2.759 Hattra atau 4,86%9. Gambaran ini menunjukkan bahwa
sebagian besar pelayanan kesehatan tradisional empiris di masyarakat belum
diketahui keamanannya. Dengan demikian perlu mendapatkan perhatian dalam upaya
perlindungan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional
empiris.
Dinkes Kabupaten/Kota mengeluarkan STPT dikelola secara pasif. Untuk
memperoleh STPT, Hattra harus mengajukan permohonan baik rekomendasi maupun
STPT ke Dinkes Kabupaten/Kota. Hattra yang belum memiliki STPT hanya
mencatatkan keberadaannya di Dinkes Kabupaten/Kota. Dinkes Kabupaten/Kota
belum secara aktif melakukan penapisan keamanan pelayanan kesehatan tradisional
empiris di wilayahnya.
Dinkes Provinsi memiliki Unit Pelaksana Fungsional (UPF) yaitu Sentra
Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T). Mengacu pada PMK
90 tahun 2013 tentang SP3T, salah satu tugas fungsi SP3T yaitu melakukan
penapisan melalui pengkajian, penelitian, dan/atau pengujian terhadap metode,
bahan/obat tradisional dan alat kesehatan tradisional, yang sedang berkembang
dan/atau banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Mengingat pembinaan SP3T
dibawah Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional yang tupoksi bukan penelitian,
saat ini sedang dilakukan revisi PMK yaitu Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional (SP3T). Pada revisi PMK 90 tahun 2013 tersebut terjadi
perubahan nomenklatur, struktur organisasi dan tugas fungsi sehingga SP3T dapat
melaksanakan penapisan sesuai kaidah ilmiah dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan dalam mendukung pengembangan pelyanan kesehatan
tradisional10. Dengan perubahan tugas fungsi SP3T, dalam pertemuan antara
Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes dengan
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional, Ditjen Yankes dalam rapat disepakati
perlu dikembangkan instrumen penilaian yang dapat digunakan oleh SP3T untuk
melakukan penilaian atau penapisan keamanan pelayanan kesehatan tradisional
empiris pada panti sehat di provinsi wlayah kerjanya11.
Dalam rangka perlindungan masyarakat terhadap keamanan pelayanan kesehatan
tradisonal empiris di panti sehat, diperlukan eksplorasi keamanan yang ada di
masyarakat. Penilaian keamanan menggunakan instrumen penilaian keamanan yang
3
valid dan reliabel untuk memberikan hasil penilaian yang obyektif dan hasil penilaian
yang tidak bevariasi antar penilai.
B. Perumusan Masalah Penelitian a. Proporsi pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional empiris cenderung
meningkat sementara proporsi Hattra yang memiliki STPT sangat kecil dan belum
ada gambaran proporsi keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional
empiris pada panti sehat di masyarakat
b. Penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris hanya
didasarkan pada cara perawatan pelayanan kesehatan tradisional empiris
sementara keamanan dipengaruhi baik sendiri maupun bersama Hattra, cara
perawatan dan sarana serta alat & teknologi
c. Instrumen penilaian teknis penyehat tradisional yang ada dalam lampiran PMK
nomor 61 tahun 2016 belum disertai dengan panduan untuk menghindari faktor
subyektif penilai dan variasi hasil penilaian
d. Instrumen penilaian teknis penyehat tradisional yang ada dalam lampiran PMK
nomor 61 tahun 2016 belum dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas
C. Pertanyaan Penelitian a. Apakah instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional
empiris pada panti sehat valid dan reliabel?
b. Seberapa besar proporsi keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional
empiris pada panti sehat di masyarakat di Jawa?
D. Tujuan Penelitian Umum:
Memperoleh bukti empiris keamanan modalitas pelayanan kesehatan empiris pada
panti sehat
Khusus:
a. memotret penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris
pada panti sehat yang sudah ada,
b. mengembangkan instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empiris pada panti sehat
c. menguji validitas, reliabilitas produk pengembangan instrumen penilaian
keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat
d. Menganalisis keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada
panti sehat
E. Manfaat Penelitian
a. Pemerintah
1. Instrumen penilaian dan penapisan keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional pada panti sehat oleh SP3T
2. Instrumen penilaian untuk dasar pemberian rekomendasi perolehan STPT oleh
Dinkes Kabupaten/Kota
4
3. Dasar materi pembinaan oleh Kementerian Kesehatan c.q Direktorat
Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris dan Dinkes Kabupaten/Kota.
b. Masyarakat
Dasar jaminan keamanan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional
empiris
c. Peneliti
Hak Cipta produk instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional pada Panti Sehat.
F. Luaran Penelitian a. Produk Instrumen Penilaian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan
Tradisional Empiris pada Panti Sehat (Hak Cipta HKI)
b. Produk informasi Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris
pada Panti Sehat di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali
5
BAB II. METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Penyehat Tradisional, Cara Perawatan, dan Sarana secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama merupakan faktor yang mempengaruhi keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris.
B. Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Parameter
1 Keamanan Modalitas pelayanan kesehatan
tradisional tidak memiliki potensi
risiko terjadinya masalah
kesehatan.
2 Penyehat
tradisional
Setiap orang yang melakukan
pelayanan kesehatan tradisional
empiris yang pengetahuan dan
keterampilannya diperoleh melalui
pengalaman turun temurun atau
pendidikan non formal
Kompetensi
Keterampilan
Fisik
Sikap
Perilaku
Penyehat Tradisional
1. Kompetensi
2. Keterampilan
3. Fisik
4. Sikap
5. Perilaku
Cara Perawatan
1. Metode
2. Alat kesehatan
tradisional
3. Bahan Ramuan
4. Dokumentasi
Sarana
1. Bangunan
2. Sanitasi dan
higienie
3. Peralatan
penunjang
Keamanan Modalitas
Pelayanan Kesehatan
Tradsional Empiris
6
3 Cara
Perawatan
Cara pelayanan kesehatan
tradisional empiris yang dapat
berupa keterampilan, ramuan dan
atau kombinasi
Metode
Alat kesehatan
tradisional
Bahan Ramuan
Dokumentasi
4 Sarana Sarana yang digunakan
penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tradisional empiris
Bangunan
Sanitasi dan
Hygiene
Peralatan penunjang
C. Disain penelitian Observasional, Cross Sectional
D. Tempat dan Waktu Tempat penelitian:
Panti Sehat di Tangerang, Jakarta Timur, Bandung, Semarang, Solo, Purwokerto,
Yogyakarta, Surabaya, Malang, Sidoarjo, Denpasar, Badung
Pemilihan tempat didasarkan pada Kota yang memiliki jumlah Hattra tercatat di
Dinkes Kabupaten/Kota
Waktu Penelitian:
Januari – Desember 2019
E. Populasi dan Sampel
a. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Uji Validitas dan Uji reliabilitas instrumen penilaian
Kriteria inklusi:
Pakar bidang kesehatan tradisional empiris atau orang yang memiliki
pengetahuan di bidang kesehatan tradisional dapat berasal dari lembaga
pendidikan, lembaga penelitian, Dinkes Kabupaten/Kota dan atau Asosiasi
penyehat tradisional
Kriteria Eksklusi:
Pakar yang tidak bersedia diikutsertakan sebagai subyek uji validitas dan
reliabilitas
Penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada
panti sehat
Kriteria inklusi:
Penyehat tradisional yang terdaftar/tercatat di Dinkes Kabupaten/Kota
Kriteria Eksklusi:
Penyehat tradisional yang tidak bersedia diikutsertakan sebagai subyek
penelitian
7
b. Besar sampel
Uji Validitas dan Uji reliabilitas
30 orang pakar (untuk memenuhi persyaratan minimal uji normalitas)
Proporsi keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada
panti sehat
Besar sampel dihitung menggunakan rumus12:
Z21-α P(1-P)
N = --------------------
d2
Mengingat belum ada data proporsi keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empris, digunakan besar sampel terbesar yaitu dengan P = 0,5.
Pada penelitian ini digunakan d = 10% dan tingkat kepercayaan 95%,
didapatkan besar sampel minimal n = 96 Hattra/panti sehat
c. Cara Pemilihan Sampel
Pemilihan sampel pakar untuk uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan
pemilihan secara purposive
Pemilihan sampel hattra untuk penilaian keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris dilakukan secara proportional purposive
sampling berdasarkan daftar yang dimiliki oleh Dinkes Kabupaten/kota.
Setiap Kabupaten/Kota dipilih paling banyak 15 Hattra/panti sehat.
F. Instrumen Pengumpul Data a. Instrumen untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas pernyataan pada
instrument penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris
b. Instrumen Penilaian Keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris
G. Bahan dan Prosedur pengumpul data a. Rapat koordinasi teknis (rakornis)
Rapat koordinasi teknis dilakukan dengan mengundang seluruh Dinkes
kabupaten/kota yang menjadi tempat penelitian, Direktorat Pelayanan Kesehatan
Tradisional, Asosiasi terkait Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris, dan
beberapa pakar di bidang pengobatan tradisional serta peneliti. Dalam rakornis
disosialisasikan kegiatan penelitian ini dan koordinasi teknis dengan Dinkes
Kabupaten Kota untuk dukungan dan fasilitasi serta membuat rencana tindak
lanjut agenda pelaksanaan dan pengumpulan data penelitian. Dalam Rakornis ini
juga diperoleh luaran konfirmasi data Hattra dari 12 Kabupaten/kota, dan daftar
nama peneliti daerah dari 12 Kabupaten/Kota yang terpilih sebagai lokasi
penelitian.
b. Disain pengembangan instrumen penilaian keamanan dan penyusunan
panduan instrumen.
Disain dilakukan dengan pertemuan yang melibatkan pakar bidang pelayanan
kesehatan tradisional empiris atau orang yang memiliki pengetahuan di bidang
kesehatan tradisional dapat berasal dari lembaga pendidikan, lembaga penelitian,
8
ataupun Asosiasi penyehat tradisional. Pertemuan dilakukan beberapa kali, untuk
mendapatkan draft instrument penilaian keamanan pelayanan kesehatan tradisonal
empiris yang telah diurai dalam pernyataan dari masing-masing variabel; dan
draft panduan yang mendefinisikan masing-masing pernyataan yang ada.
Selanjutnya dalam tahap ini juga dibuat instrumen penilaian keamanan yang telah
dilengkapi pernyataan sesuai hasil masukan pakar dengan ditambahkan skoring
skala Linkert pada setiap pernyataan penilaian (5=sangat setuju; 4=setuju;
3=netral; 2=tidak setuju; 1=sangat tidak setuju).
c. Rapat konsolidasi teknis (rakontek).
Rakontek tim peneliti daerah dilakukan di Dinkes Kabupaten/Kota lokasi
penelitian masing-masing. Rakontek bertujuan untuk mengeksplorasi tata laksana
penilaian teknis penyehat tradisional yang dilakukan oleh Dinkes Kabupaten/Kota
masing-masing, termasuk permasalahan dan kendala dalam penilaian keamanan
menggunakan form instrumen penilaian teknis penyehat tradisional sebagaimana
pada lampiran PMK nomor 61 tahun 2016. Luaran rapat konsolidasi teknis ini
menjadi bahan teknis operasional dalam penilaian keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris di lapangan.
d. Uji validitas dan uji reliabilitas instrumen penilaian keamanan Instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris
didistribusikan dalam pertemuan dengan pakar bidang pelayanan kesehatan
tradisional empiris atau orang yang memiliki pengetahuan di bidang kesehatan
tradisional. Pakar dapat berasal dari lembaga pendidikan, lembaga penelitian,
ataupun Asosiasi penyehat tradisional sebanyak 3 orang di masing-masing
Kabupaten/Kota atau total 36 orang. Pertemuan pakar diselenggarakan di
Kabupaten/Kota lokasi penelitian bersamaan dengan rapat konsolidasi teknik.
Pakar terpilih untuk validasi dan reliabilitas instrumen penilaian berbeda dengan
pakar saat mengembangkan instrumen. Skor yang diberikan oleh pakar dianalisis
validitas dan reliabilitas. Untuk parameter yang tidak valid, dilakukan konfirmasi
kepada beberapa pakar terpilih untuk mendapat masukan terkait perubahan
parameter yang tidak valid untuk dilakukan perubahan redaksional atau
dihilangkan.
e. Uji coba instrumen penilaian keamanan.
Instrumen penilaian keamanan modalitas keamanan pelayanan kesehatan
tradisional empiris pada panti sehat, yang telah terpenuhi validitas dan
reabilitasnya, digunakan uji coba instrumen penilaian keamanan modalitas
yankestrad empiris dengan mengunjungi 15 Panti sehat di 1 Kab/Kota yaitu Kota
Bogor. Dasar pemilihan Kota Bogor karena adanya perpaduan empiris budaya
Sunda dan Jawa dan mudah dijangkau dari Jakarta serta menyesuaikan
ketersediaan anggran. Uji coba diperlukan untuk mencermati pemahaman
responden terhadap setiap parameter penilaian keamanan, mendapatkan strategi
dalam melakukan observasi, dan mendapatkan lama waktu yang diperlukan
untuk melakukan penilaian menggunakan instrument penilaian keamanan.
f. Pengumpulan data penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empiris pada panti sehat. Pengumpulan data dilakukan berkunjung ke hattra di panti sehat terpilih di 12
Kabupaten/Kota yang menjadi lokasi penelitian masing-masing Kabupaten/Kota.
9
Jumlah panti sehat yang dikunjungi sebanyak 15 panti sehat atau 15 hattra. Pada
panti sehat berkelompok diambil 1 orang hattra. Hattra yang terpilih mencakup:
hattra yang memiliki STPT dan belum memiliki STPT untuk modalitas
keterampilan, ramuan dan kombinasi yang dipilih secara proporsional purposive
sampling.
H. Izin Penelitian Izin penelitian diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat penelitian.
I. Pengolahan dan Analisis Data Data diolah dan dianalis menggunakan program SPSS.
a. Uji validitas Instrumen penilaian menggunakan rumus Product Moment dari Karl
Pearson. Jika r hitung > r tabel, maka pengujian tersebut valid13.
b. Uji reliabilitas instrumen penilaiann menggunakan rumus Cronbach Alpha.
Sebuah faktor dinyatakan reliabel jika koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari
0,613.
Berikut dummy tabel untuk analisis validitas dan reliabilitas P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P… Total
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R…
P= parameter
R= responden
c. Kategori keamanan dianalisis menggunakan metode skoring dan pembobotan.
Skoring untuk mengkuantitatifkan setiap parameter sesuai tingkatan temuan.
Pembobotan merupakan metode analisis yang melibatkan semua variabel secara
bersama-sama dengan cara memberi bobot pada masing-masing variabel
tersebut14, 15,16, 17. Perhitungan Besar pembobotan digunakan metode Metode
Perhitungan Pasangan. Metode ini pada awalnya dikembangkan oleh Saaty
(1980) untuk keperluan proses analitik hirarki (Analytic Hierarchy
process/AHP). Bobot parameter ditentukan dengan cara normalisasi vektor
eigen, yang diasosiasikan dengan nilai eigen maksimum pada suatu matriks
rasio18. Prediksi Cut off aman-tidak dianalisis menggunakan Kurva Receiver
Operating Characteristic (ROC).
10
Berikut dummy untuk analisis penilaian keamanan menggunakan skoring dan
pembobotan
No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimu
m
(1) (2) (3) (4) (5)
Penyehat Tradisional (Hattra)
1 Hattra memiliki sertifikat kompetensi
2 Hattra terdaftar sebagai anggota
asosiasi
3 Hattra dalam kondisi sehat
4 …..
Total nilai Hattra
Cara Perawatan
1 Cara perawatan sesuai dengan SOP
2 Ramuan pabrikan ada izin edar
3 Alat kesehatan tradisional ada izin
edar
4 …..
Total nilai Cara Perawatan
Sarana
1 Ukuran ruang pelayanan
2 Pintu ruang pelayanan tidk terkunci
3 Tersedian sarana cuci tangan
4 …..
Total nilai Sarana
Poin penilaian Skor Riil Skor
maksimal
Skor total
Bobot
Nilai
(1) (2) (3) =
(1):(2)
(4) (5)
=(3)x(4)x100
Penyehat
tradisional
X
Cara
perawatan
Y
Sarana Z
Nilai total X+Y+Z
d. Analisis desktiptif proporsi penilaian keamanan modalitas yankestrad empiris
pada Panti Sehat di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali.
11
BAB III. ETIK PENELITIAN
Protokol Penelitian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris
pada Panti Sehat di Jawa dan Bali, diajukan permohonan kaji etik kepada Komisi Etik
Penelitian Kesehatan (KEPK) Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan
(Badan Litbangkes). Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan etik
dari KEPK Badan Litbangkes. Berdasarkan hasil kaji etik KEPK Badan Litbangkes,
penelitian ini diberikan surat pembebasan etik (Ethical Exemption) oleh Ketua KEPK
Badan Litbangkes nomor LB.02.01/2/KE.099/2019 tanggal 26 Maret 2019. Masa
berlaku surat pembebasan etik ini adalah 26 Maret 2019 s/d 26 Maret 2020.
12
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Potret penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat yang sudah ada
a. Proporsi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang menggunakan form penilaian
teknis sebagaimana dalam lampiran PMK nomor 61 tahun 2016 sebesar 75% dari
12 Dinas Kesehatan Kabuptan/Kota yang terpilih sebagai lokus.
Dinas Kabupaten/Kota yang telah menggunakan form penilaian teknis
sebagaimana dalam lampiran PMK nomor 61 tahun 2016 yaitu Malang,
Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Bandung, Banyumas, Jakarta Timur, Sidoarjo,
Solo; sedangkan Tangerang, Badung dan Semarang belum menggunakan form
tersebut
b. Alasan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang belum menggunakan form
penilain teknis sebagaimana dalam lampiran PMK nomor 61 tahun 2016 sebagai
berikut:
1. Belum ada koordinasi bersama sehingga masih menggunakan KMK nomor
1076 tahun 2003
2. Hattra tidak bisa memenuhi kriteria yang ada didalam form penilaian teknis
sebagaimana dalam lampiran PMK nomor 61 tahun 2016
c. Kendala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam teknis penilaian menggunakan
form penilaian teknis sebagaimana dalam lampiran PMK 61/2016 sebagai berikut:
1. Pengawasan/pembinaan panti sehat berkelompok dari seksi yang berbeda
dalam struktur Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sehingga sulit untuk
mengetahui kesesuaian operasional sehari-hari dengan PMK nomor 61 tahun
2016
2. Dalam penafsiran penilaian masih bersifat subyektif
3. Parameter pada form penilaian sebagaimana dalam lampiran PMK nomor 61
tahun 2016 terlalu umum dan subyektif sehingga agak susah untuk menilainya
4. Terkait dengan definisi operasional dari penilaian aman dan tidak aman
5. Banyaknya hattra yang tidak memenuhi persyaratan pada waktu penilaian
6. Dalam hal cara perawatan kadang ragu untuk menentukan bila ada tenaga
kesehatan berpraktek tradisional
d. Dalam teknis penilaian menggunakan form penilaian teknis sebagaimana dalam
lampiran PMK nomor 61 tahun 2016, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota telah
membentuk tim untuk melakukan survai ke lokasi hattra dan memberikan saran
untuk tindak lanjut penerbitan rekomendasi ataupun STPT. Tim dimaksud ada
yang hanya dibentuk sebagai surat tugas dan ada yang ditetapkan dalam bentuk
SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Anggota tim penilai bervariasi antar Dinas Kesehatan Kabupten/Kota. Adapun
gambaran anggota tim, sebagai berikut:
1. Tim penilai dengan anggota dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yaitu seksi
SDM, seksi yansustrad, dan dari Puskesmas di wilayah hattra berada
13
2. Tim Pembina dan monitoring dari Dinkes Kabupaten/Kota sekaligus sebagai
tim penilai.
3. Tim penilai dengan anggota seluruhnya dari Dinas Kesehatan kabupaten/Kota
yaitu bidang pelayanan kesehatan primer (JPRK), kesehatan masyarakat
(kesling), sumber daya kesehatan (farmalkes).
4. Tim penilai dengan anggota dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yaitu Seksi
Pelayanan Kesehatan Tradisional; dari Asosiasi Penyehat Tradisional; dari
Puskesmas; dan dari Tokoh masyarakat
5. Tim penilai dengan anggota seluruhnya dari Dinas Kesehata Kabupaten/Kota
yaitu seksi fayankes dan peningkatan mutu, seksi pelayanan kesehatan dasar,
seksi pelayanan kesehatan rujukan, seksi farmasi makmin dan perbekes, seksi
kesehatan keluarga dan gizi, dan seksi kesehatan lingkungan
e. Proporsi permohonan yang masuk yang dapat diberikan rekomendasi teknis aman
berkisar 95 – 100%.
B. Pengembangan instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat Dasar disain untuk pengembangan instrumen penilaian modalitas keamanan
pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat mengacu pada PMK nomor
61 tahun 2016 tentang Pelayanan Kesehatan tradisional Empiris. Di samping itu juga
mengacu pada peraturan perundangan lainnya yang terkait.
Perubahan parameter dari disain awal dalam instrumen untuk penilaian keamanan
modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat sesuai masukan
pakar seperti terlihat pada tabel 1. Ada parameter yang dihilangkan, ada parameter
tambahan baru dan parameter yang tidak mengalami perubahan dari disain awal.
Tabel 1. Perubahan parameter yang disesuaikan dengan masukan pakar
14
No Parameter awal Butir pernyaatan perubahan
I Penyehat Tradisional (Hattra)
1 Hattra memiliki surat magang dihilangkan*)
2 Hattra berpenampilan fisik sehat Hattra memiliki sehat fisik dan mental
3 Hattra tidak memiliki cacat tubuh dihilangkan*)
4 Perilaku Hattra dalam pembudayaan
hidup bersih
Hattra rutin mencuci tangan dengan
sabun dan air bersih
Hattra berpenampilan rapi dan bersih *)
5 - **) Hattra memberikan konseling terhadap
gangguan kesehatan*)
6 - **) Hattra melakukan pelayanan kesehatan
tradisional empiris untuk promotif dan
preventif*)
II Cara Perawatan
A Keterampilan dengan alat
- ***)
B Keterampilan tanpa alat
- **) Cara perawatan tidak dilakukan pada
kelompok berisiko (ibu hamil dan
manula)
- **) Cara perawatan tidak dilakukan dengan
cara penekanan yang terlalu dalam dan
kencang (penekanan berlebihan)
- **) Bahan pelicin yang digunakan tersimpan
dalam wadah yang terhindar potensi
pencemaran*)
- **) Cara perawatan dengan energi dan olah
pikir dilakukan tanpa memberikan
sugesti berlebihan*)
C Ramuan produksi pabrikan
- ***)
D Ramuan racikan sendiri
- **) Ramuan racikan dibuat sesuai dengan
prosedur operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan*)
III Sarana
-**) Tersedia dokumen catatan klien*)
-**) Wadah tempat penyimpanan bahan baku
racikan diberikan label dan tertulis nama
bahan baku racikan*)
Keterangan: *) disepakati masuk dalam instrumen **) belum ada pernyataan ***) tidak ada perubahan
15
C. Validitas dan reliabilitas instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat
Jumlah parameter dalam instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris pada panti sehat setelah mendapat masukan dari hasil
pakar total terdapat 49 parameter.
Hasil uji reliabilitas menggunakan Cronbach's Alpha dari penilaian 36 orang pakar di
bidang pelayan kesehatan tradisional empiris dari 12 Kabupaten/Kota (tidak termasuk
pakar yang dilibatkan dalam pengembangan instrument) terhadap 49 parameter dalam
instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris
pada panti sehat, seperti terlihat pada tabel 2. Koefisien Cronbach's Alpha
berdasarkan parameter yang dinilai dan koefisien Cronbach's Alpha diperoleh nilai
>0,6. Dengan demikian parameter dalam instrumen penilaian keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat dinyatakan reliabel.
Tabel 2. Hasil analisis reliabilitas parameter dalam instrumen penilaian
modalitas yankestrad empiris pada panti sehat
Statistik
reliabilitas
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha berdasarkan
parameter yang dinilai Jumlah parameter
0.945749719 0.957129686 49
Hasil uji validitas dua arah dengan P = 0,05 menggunakan Product moment dari
penilaian 36 orang pakar di bidang pelayan kesehatan tradisional empiris dari 12
Kabupaten/Kota (tidak termasuk pakar yang dilibatkan dalam pengembangan
instrument) terhadap parameter dalam instrumen penilaian keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat, pada aspek Hattra, seperti
terlihat pada tabel 3. Terdapat 4 dari 6 parameter yang nilai r hitung < r tabel atau
dinilai tidak valid.
16
Tabel 3. Hasil analisis validitas parameter penilaian penyehat tradisional
(Hattra) dalam instrumen penilaian keamanan modalitas yankestrad empiris
pada panti sehat (N=36, dua arah dengan P-0,05)
Pernyataan Hasil r hitung Hasil r tabel
(a) Keterangan
Hattra memiliki sertifikat
kompetensi 0.346020022 0,3291 Valid
Hattra terdaftar sebagai
anggota asosiasi 0.326220081 0,3291 Tidak Valid
Hattra dalam kondisi sehat
fisik dan mental 0.253047434 0,3291 Tidak Valid
Hattra berpenampilan rapi
dan bersih 0.294230588 0,3291 Tidak Valid
Hattra memberikan konseling
terhadap gangguan kesehatan
klien
0.232023621 0,3291 Tidak Valid
Hattra melakukan pelayanan
kesehatan tradisional empiris
terbatas promotif dan
preventif
0.383146845 0,3291
Valid
Hasil uji validitas dua arah dengan P = 0,05 menggunakan Product moment dari
penilaian 36 orang pakar di bidang pelayanan kesehatan tradisional empiris dari 12
Kabupaten/Kota (tidak termasuk pakar yang dilibatkan dalam pengembangan
instrument) terhadap parameter dalam instrumen penilaian keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat, pada aspek Cara
Perawatan Keterampilan, seperti terlihat pada tabel 4. Terdapat 1 dari 11 parameter
yang nilai r hitung < r tabel atau dinilai tidak valid.
17
Tabel 4. Hasil analisis validitas parameter penilaian cara perawatan
keterampilan dalam instrumen penilaian keamanan modalitas yankestrad
empiris pada panti sehat (N=36, dua arah dengan P=0,05)
Pernyataan Hasil r
hitung
Hasil r tabel
(a) Keterangan
Cara perawatan keterampilan dengan alat
kesehatan tradisional empiris yang
dilakukan sesuai dengan prosedur
operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
0.419193565 0,3291
Valid
Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan tidak termasuk alat kedokteran
dan penunjang dagnostik kedokteran,
kecuali tensimeter digital
0.289179934 0,3291
Tidak Valid
Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan tidak mengandung obat 0.401662608 0,3291
Valid
Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan tidak bersifat invasif 0.389050408 0,3291
Valid
Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan memiliki sertifikat produksi 0.458646784 0,3291
Valid
Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan dilakukan pemeliharaan secara
rutin
0.664813618 0,3291
Valid
Alat kesehatan tradisional import
memiliki izin edar 0.347259806 0,3291
Valid
Cara perawatan keterampilan tanpa alat
yang dilakukan sesuai dengan prosedur
operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
0.605479794 0,3291
Valid
Bahan pelicin yang digunakan tersimpan
dalam wadah yang terhindar potensi
pencemaran
0.384238026 0,3291
Valid
Cara perawatan dengan energi dan olah
pikir dilakukan tanpa memberikan sugesti
berlebihan
0.396278673 0,3291
Valid
Cara perawatan tidak dilakukan pada
bagian tubuh yang berisiko (bagian tubuh
yang mengalami peradangan, infeksi kulit,
patah tulang, luka terbuka, luka bakar,
varises atau di atas lokasi tumor/kanker)
0.447554261 0,3291
Valid
Hasil uji validitas dua arah dengan P = 0,05 menggunakan Product moment dari
penilaian 36 orang pakar di bidang pelayan kesehatan tradisional empiris dari 12
Kabupaten/Kota (tidak termasuk pakar yang dilibatkan dalam pengembangan
instrument) terhadap parameter dalam instrumen penilaian keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat, pada aspek Cara
Perawatan Ramuan, seperti terlihat pada tabel 5. Keseluruhan parameter nilai r
hitung > r tabel atau dinilai valid.
18
Tabel 5. Hasil analisis validitas parameter penilaian cara perawatan ramuan
dalam instrumen penilaian keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti
sehat (N=36, dua arah dengan P=0,05)
Pernyataan Hasil r
hitung
Hasil r
tabel
(a)
Keterangan
Cara perawatan dengan ramuan produksi
pabrikan yang dilakukan sesuai dengan prosedur
operasional baku yang tertulis/didokumentasikan
0.633945915 0,3291
Valid
Ramuan produksi pabrikan yang digunakan telah
memiliki izin edar dari Badan POM RI 0.457171865 0,3291
Valid
Bentuk sediaan dari ramuan produksi pabrikan
tidak diubah ke bentuk sedian lain 0.540489573 0,3291
Valid
Cara perawatan dengan ramuan racikan sendiri
yang dilakukan sesuai dengan prosedur
operasional baku yang tertulis/
didokumentasikan
0.579899283 0,3291
Valid
Ramuan racikan dibuat sesuai dengan prosedur
operasional baku yang tertulis/didokumentasikan 0.687190286 0,3291
Valid
Bahan ramuan sendiri mempunyai asal usul yang
jelas 0.557297968 0,3291
Valid
Ramuan racikan sendiri tidak menggunakan etil
alcohol lebih dari 1% 0.256348973 0,3291
Valid
Ramuan racikan sendiri tidak menggunakan
bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi
atau sintetik berhasiat obat, narkotika dan
psikotropika
0.62800079 0,3291
Valid
Ramuan racikan sendiri tidak menggunakan
tanaman obat yang dilarang sesuai peraturan
yang berlaku
0.69209182 0,3291
Valid
Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam
bentuk sediaan tetes mata 0.53589453 0,3291
Valid
Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam
bentuk sediaan kapsul 0.483825764 0,3291
Valid
Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam
bentuk sediaan intra vaginal 0.630096309 0,3291
Valid
Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam
bentuk sediaan parenteral 0.630096309 0,3291
Valid
Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam
bentuk sediaan suppositoria 0.534062033 0,3291
Valid
Ramuan racikan sendiri tidak boleh dicampur
dengan ramuan produksi pabrikan 0.418161628 0,3291
Valid
Label pada kemasan ramuan racikan sendiri
hanya memuat identitas klien, keterangan cara
penggunaan/pemakaian, dan tidak boleh
menambahkan keterangan khasiat atau
keterangan lain
0.595498401 0,3291
Valid
19
Hasil uji validitas dua arah dengan P = 0,05 menggunakan Product moment dari
penilaian 36 orang pakar di bidang pelayan kesehatan tradisional empiris dari 12
Kabupaten/Kota (tidak termasuk pakar yang dilibatkan dalam pengembangan
instrument) terhadap parameter dalam instrumen penilaian keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat, pada aspek Sarana, seperti
terlihat pada tabel 6. Keseluruhan parameter nilai r hitung > r tabel atau dinilai valid.
Tabel 6. Hasil analisis validitas parameter penilaian sarana dalam instrumen
penilaian keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat (N=36, dua
arah dengan P=0,05)
Pernyataan Hasil r hitung Hasil r
tabel (a) Keterangan
Ruang pelayanan memenuhi persyaratan lingkungan
sehat 0.584839347 0,3291
Valid
Ruang pelayanan memiliki pencahayaan yang cukup 0.574643599 0,3291 Valid
Ruang pelayanan bersifat permanen (tidak
berpindah-pindah tempat dan tidak bergabung fisik
dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya)
0.593430291 0,3291
Valid
Pintu ruang pelayanan tidak terkunci 0.675886432 0,3291 Valid
Ukuran ruang pelayanan minimal 2 x 2,5 M 0.676695844 0,3291 Valid
Ruang pelayanan yang lebih dari satu tempat tidur
harus ada sekt dengan tinggi 25 cm dari lantai dan
50 cm dari plafon (untuk yang menggunakan matras
sekat sampai ke lantai
0.700410697 0,3291
Valid
Tersedia ruang tunggu yang terpisah dari ruang
pelayanan 0.811445387 0,3291
Valid
Tersedia toilet/WC yang terpisah dari ruang
pelayanan 0.834035577 0,3291
Valid
Tersedia sarana untuk cuci tangan 0.842181178 0,3291 Valid
Tersedia dokumen catatan klien 0.774835534 0,3291 Valid
Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan
sendiri tahan terhadap pengaruh cuaca 0.823963751 0,3291
Valid
Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan
sendiri dapat mencegah masuknya rembesan dan
bersarangnya serangga, binatang pengerat, burung
atau binatang lainnya
0.821997147 0,3291
Valid
Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan
sendiri memenuhi hygiene dan sanitasi agar tidak
tercemar dengan kuman non pathogen atau
pencemaran khamer, jamur dan bakteri
0.755125124 0,3291
Valid
Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan
sendiri memiliki alas yang berjarak dengan tanah
atau lantai agar simplisia tidak bersentuhan dengan
tanah atau lantai
0.76765353 0,3291
Valid
Suhu Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan
racikan sendiri dikondisikan sesuai dengan simplisia 0.784793809 0,3291
Valid
Wadah tempat penyimpanan bahan baku racikan
diberikan label dan tertulis nama bahan baku racikan 0.729832782 0,3291
Valid
Parameter yang tidak valid dilakukan konfirmasi ke pakar di bidang pelayanan
kesehatan tradisional empiris. Hasil konfirmasi terhadap 5 parameter tidak valid
20
seperti pada tabel 7. Dari 5 butir yang tidak valid, 1 parameter tetap dicantumkan, 3
parameter diubah redaksinya, dan 1 parameter dihilangkan.
Tabel 7. Hasil konfirmasi pakar untuk parameter yang tidak valid
No Parameter awal Butir pernyaatan konfirmasi pakar
1 Hattra terdaftar sebagai anggota
asosiasi
Hattra terdaftar sebagai anggota asosiasi
(tetap)
2 Hattra dalam kondisi sehat fisik dan
mental
Hattra dalam kondisi sehat
3 Hattra berpenampilan rapi dan bersih Hattra berperilaku hidup bersih dan sehat
4 Hattra memberikan konseling terhadap
gangguan kesehatan klien
Hattra terdaftar sebagai anggota
asosiasi
- (dihilangkan)
5 Alat kesehatan tradisional empiris
yang digunakan tidak termasuk alat
kedokteran dan penunjang dagnostik
kedokteran, kecuali tensimeter digital
Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan tidak termasuk alat kedokteran
dan penunjang dagnostik kedokteran
.
21
D. Keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat
Tabel 8. Karakteristik sampel penyehat tradisional (Hattra) (N=183)
No Karakateristik responden Penyehat Tradisional (Hattra) N (%)
1 Jenis kelamin
a. Laki-laki 122 (66,7)
b. Perempuan 61(33,3)
2 Umur
a. 20 – 49 tahun 107(58,5)
b. 50 – 79 tahun 76(41,5)
3 Pendidikan
a. Tidak sekolah 1 (0,5)
b. Tidak tamat SD 3 (1,6)
c. Tamat SD 18 (9,8)
d. Tamat SMP 20 (10,9)
e. Tamat SMA 87 (47,5)
f. D1 1 (0,5)
g. D2 1 (0,5)
h. D3 Kesehatan 3 (1,6)
i. D3 Non Kesehatan 2 (1,1)
j. S1 Kesehatan 4 (2,2)
k. S1 non Kesehatan 34 (18,6)
l. S2 Kesehatan 1 (0,5)
m. S2 non Kesehatan 7 (3,8)
n. S3 1 (0,5)
4 Kepemilikan STPT
a. KMK nomor 1076 tahun 2003 Keterampilan 7(3,8)
b. KMK nomor 1076 tahun 2003 Ramuan 5 (2,7)
c. PMK nomor 61 tahun 2016 Keterampilan 46(25,1)
d. PMK nomor 61 tahun 2016 Ramuan - 9 (4,9)
e. PP nomor 103 tahun 2014 Keterampilan 9 (4,9)
f. PP nomor 103 tahun 2014 Ramuan 3 (1,6)
g. Kadaluarsa KMK 1076 tahun 2003 Keterampilan 12 (6,6)
h. Kadaluarsa KMK 1076 tahun 2003 Ramuan 3 (1,6)
i. Tidak memiliki STPT Keterampilan 74 (40,4)
j. Tidak memiliki STPT Ramuan 15 (8,2)
5 Jenis modalitas yankestrad yang diselenggarakan Hattra
a. Keterampilan teknik manual 96 (52,5)
b. Keterampilan teknik energi 5 (2,7)
c. Keterampilan teknik olah pikir 8 (4,4)
d. Ramuan 27 (14,8)
e. Kombinasi 1 (0,5)
f. Keterampilan teknik manual dan ramuan 13 (7,1)
g. Keterampilan teknik manual dan keterampilan teknik energi 3 (1,6)
h. Keterampilan teknik manual dan keterampilan teknik olah pikir 1 (0,5)
i. Keterampilan teknik energi dan keterampilan teknik olah pikir 1 (0,5)
j. Keterampilan teknik manual > 1 21 (11,5)
k. Keterampilan teknik manual >1 dan ramuan 6 (3,3)
l. Keterampilan teknik manual > 1 dan keterampilan teknik energi 1 (0,5)
6 Jenis modalitas yankestrad utama yang dinilai
a. Keterampilan teknik manual 124 (67,8)
b. Keterampilan teknik energi 7 (3,8)
c. Keterampilan teknik olah pikir 8 (4,4)
d. Ramuan 43 (23,5)
e. Kombinasi 1 (0,5)
22
Gambaran karakteristik sampel Hattra yang menyelenggarakan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris pada panti sehat, seperti pada tabel 8 di atas
Berdasarkan proporsi terbesar, modalitas yankestrad empiris diselenggarakan oleh
66,7% Hattra laki-laki, 58,5% berumur 20 – 49 tahun, 57,5% berpendidikan SMA,
dari Hattra yang tidak memiliki STPT 40,4% merupakan Keterampilan. Jenis
modalitas yankestrad empiris yang diselenggarakan 52,5% Keterampilan teknik
manual. penilaian keamanan dilakukan pada jenis modalitas yankestrad empiris
utama yang diselenggarakan oleh Hattra dimana 67,8% keterampilan teknik manual.
Kepemilikan STPT selanjutnya dikelompokkan menjadi:
a. “Ada STPT Keterampilan” (gabungan KMK nomor 1076 tahun 2003
Keterampilan, PMK nomor 61 tahun 2016 Keterampilan, dan PP 103 tahun
2014 keterampilan);
b. “Tidak ada STPT Keterampilan” (gabungan kadaluarasa KMK nomor 1076
tahun 2003 Keterampilan, Tidak memiliki STPT Keterampilan);
c. “Ada STPT Ramuan (gabungan KMK nomor 1076 tahun 2003 Ramuan, PMK
nomor 61 tahun 2016 Ramuan, dan PP 103 tahun 2014 Ramuan);
d. “Tidak ada STPT Ramuan” (gabungan kadaluarasa KMK nomor 1076 tahun
2003 Ramuan, Tidak memiliki STPT Ramuan)
Proporsi kesesuaian Hattra dengan parameter penilaian keamanan modalitas
yankestrad empiris pada Hatrra penyelenggara yankestrad empiris pada panti sehat
menurut kepemilikan STPT seperti pada tabel 9.
Tabel 9. Proporsi (%) kesesuaian Hattra terhadap parameter penilaian Hattra
menurut kepemilikan STPT
No Parameter Hattra Keterampilan Hattra Ramuan
Ada STPT
(N = 62)
Tidak Ada
STPT
(N = 86)
Ada STPT
(N = 17)
Tidak Ada
STPT
(N = 18)
1 Hattra memiliki sertifikat
kompetensi
53,2 26,7 70,6 27,8
2 Hattra terdaftra sebagai
anggota asosiasi
62,9 22,1 76,5 50
3 Hattra dalam kondisi
sehat
95,2 81,4 88,2 94,4
4 Hattra berperilaku hidup
sehat dan bersih
54 73,3 88,2 77,8
5 Hattra melakukan
yankestrad empiris
terbatas promotif &
preventif
40,3 57 11,8 11,1
Pada Hattra Keterampilan yang ada STPT, proporsi tertinggi kesesuaian terhadap
parameter penilaian yaitu pada parameter “Hattra dalam kondisi sehat” (95,2%).
23
Gambaran yang sama pada Hattra Keterampilan yang tidak ada STPT (81,4%).
Pada Hattra Ramuan yang ada STPT proporsi tertinggi kesesuaian terhadap parameter
penilaian yaitu pada “Hattra dalam kondisi sehat “ (88,2%) dan “Hattra berperilaku
hidup sehat dan bersih” (88,2%).
Pada Hattra Ramuan yang tidak ada STPT proporsi kesesuaian tertinggi terhadap
parameter penilaian yaitu pada “Hattra dalam kondisi sehat” (94,4%).
Proporsi cara perawatan oleh Hattra dalam penyelenggaraan modalitas yankestrad
empiris pada panti sehat yang ditinjau menurut kepemilikan STPT seperti tabel 10.
Tabel 10. Proporsi (%) cara perawatan oleh Hattra menurut kepemilikan STPT
No Cara Perawatan Hattra Keterampilan Hattra Ramuan
Ada STPT
(N = 62)
Tidak Ada
STPT
(N = 86)
Ada STPT
(N = 17)
Tidak Ada
STPT
(N = 18)
1 Keterampilan dengan alat
kesehatan tradisional
35,5 19,8 0 5,6
2 Keterampilan tanpa alat
kesehatan tradisional
85,5 91,9 5,9 0
3 Ramuan pabrikan 3,2 3,5 35,3 38,9
4 Ramuan racikan sendiri 8,1 2,3 70,6 77,8
Cara perawatan oleh Hattra Keterampilan yang ada STPT dalam penyelenggaraan
modalitas yankestrad empiris keterampilan pada panti sehat, proporsi tertinggi
dilakukan dengan cara keterampilan tanpa alat (85,5%).
Pada Hattra Keterampilan yang tidak ada STPT, proporsi tertinggi dilakukan dengan
cara keterampilan tanpa alat (91,9%).
Pada cara perawatan oleh Hattra Ramuan yang ada STPT dalam penyelenggaraan
modalitas yankestrad empiris ramuan pada panti sehat, proporsi tertinggi dilakukan
dengan cara ramuan racikan sendiri (70,6%).
Pada Hattra Ramuan yang tidak ada STPT, proporsi tertinggi dilakukan dengan cara
ramuan racikan sendiri (77,8%).
Proporsi kesesuaian cara perawatan keterampilan dengan alat kesehataran tradisional
terhadap butir penilaian yang dilakukan oleh Hattra menurut kepemilikan STPT
seperti terlihat pada tabel 11.
24
Tabel 11. Proporsi (%) kesesuaian cara perawatan keterampilan dengan alat
kesehatan tradisional empiris oleh Hattra terhadap parameter penilaian cara
perawatan keterampilan dengan alat kesehatan tradisional empiris manurut
kepemilikan STPT
No Parameter Hattra Keterampilan Hattra Ramuan
Ada STPT
(N = 22)
Tidak Ada
STPT
(N = 17)
Ada STPT
(N = 0)
Tidak Ada
STPT
(N = 1)
1 Cara perawatan
keterampilan dgn alkes
tradisional empiris sesuai
dengan SOP
18,2 5,9 - 0
2 Alkes tradisional empiris
dilakukan pemeliharaan
secara rutin
38,9 23,5 - 0
3 Alkes tradisional empiris
tidak termasuk alat
kedokteran dan penunjang
diagnostic
81,8 76,5 - 100
4 Alkes tradisional tidak
mngandung obat
95,4 94,1 - 100
5 Alkes tradisional empiris
tidak bersifat invasif
95,4 94,1 - 100
6 Alkes tradisional
memiliki sertifikat
produksi
0 5.9 - 0
7 Alkes tradisional empiris
memiliki izin edar
0 0 - 0
Keterangan: *) N mengacu pada tabel 10.
Pada Hattra Keterampilan yang ada STPT, proporsi kesesuaian tertinggi cara
perawatan keterampilan dengan alat kesehatan tradisional empiris oleh Hattra
terhadap parameter penilaian cara perawatan keterampilan dengan alat kesehatan
tradisional empiris, yaitu pada parameter “Alkes tradisional tidak mngandung obat”
(95,4%) dan “Alkes tradisional empiris tidak bersifat invasive” (95,4%).
Pada Hattra Keterampilan yang tidak ada STPT, proporsi kesesuaian tertinggi cara
perawatan keterampilan dengan alat kesehatan tradisional empiris oleh Hattra
terhadap parameter penilaian cara perawatan keterampilan dengan alat kesehatan
tradisional empiris, yaitu pada parameter “Alkes tradisional tidak mngandung obat”
(94,1 %) dan “Alkes tradisional empiris tidak bersifat invasive” (94,1%).
Pada Hattra Ramuan yang ada STPT, Hattra ramuan tidak melakukan cara perawatan
keterampilan dengan alat kesehatan tradisional empiris.
Pada Hattra Ramuan yang tidak ada STPT, ada 1 orang Hattra ramuan melakukan
cara perawatan keterampilan dengan alat kesehatan tradisional empiris.
Proporsi kesesuaian cara perawatan keterampilan tanpa alat kesehatan tradisional
empiris terhadap parameter penilaian cara perawatan keterampilan tanpa alat
kesehatan tradisional empiris menurut kepemilikan STPT seperti pada tabel 12.
25
Tabel 12. Proporsi (%) kesesuaian cara perawatan keterampilan tanpa alat
kesehatan tradisional empiris oleh Hattra terhadap parameter penilaian cara
perawatan keterampilan tanpa alat kesehatan tradisional empiris menurut
kepemilikan STPT
No Parameter Hattra Keterampilan Hattra Ramuan
Ada STPT
(N = 53)
Tidak Ada
STPT
(N = 79)
Ada STPT
(N = 1)
Tidak Ada
STPT
(N = 0)
1 Cara perawatan
keterampilan tanpa alkes
tradisional sesuai dengan
SOP
22,6 16,4 0 -
2 Bahan pelicin yang
digunakan terhindar
potensi pencemaran
80,8 75 100 -
3 Cara perawatan dengan
energi dan olah pikir
dilakukan tanpa
memberikan sugesti
berlebihan
86,7 72,2 100 -
4 Cara perawatan tidak
dilakukan padabagian
tubuh yang berisiko
75,5 80,8 100 -
Keterangan: *) N mengacu pada tabel 10.
Pada Hattra Keterampilan yang ada STPT, proporsi kesesuaian tertinggi cara
perawatan keterampilan tanpa alat kesehatan tradisional empiris oleh Hattra terhadap
parameter penilaian cara perawatan keterampilan tanpa alat kesehatan tradisional
empiris, yaitu pada parameter “Cara perawatan dengan energi dan olah pikir
dilakukan tanpa memberikan sugesti berlebihan” (86,7%).
Pada Hattra Keterampilan yang tidak ada STPT, proporsi kesesuaian tertinggi cara
perawatan keterampilan tanpa alat kesehatan tradisional empiris oleh Hattra terhadap
parameter penilaian cara perawatan keterampilan tanpa alat kesehatan tradisional
empiris, yaitu pada parameter “Cara perawatan tidak dilakukan padabagian tubuh
yang berisiko” (80,8%).
Pada Hattra Ramuan yang ada STPT, hanya ada 1 orang Hattra ramuan yang
melakukan cara perawatan keterampilan tanpa alat kesehatan tradisional empiris.
Pada Hattra Ramuan yang tidak ada STPT, tidak ada Hattra ramuan yang melakukan
cara perawatan keterampilan dengan alat kesehatan tradisional empiris.
Proporsi kesesuaian cara perawatan Ramuan pabrikan oleh Hattra terhadap parameter
penilaian cara perawatan ramuan pabrikan menurut kepemilikan STPT seperti pada
tabel 13.
26
Tabel 13. Proporsi (%) kesesuaian cara perawatan ramuan pabrikan oleh
Hattra terhadap parameter penilaian cara perawatan ramuan pabrikan
menurut kepemilikan STPT
No Parameter Hattra Keterampilan Hattra Ramuan
Ada STPT
(N = 2)
Tidak Ada
STPT
(N = 3)
Ada STPT
(N = 6)
Tidak Ada
STPT
(N = 7)
1 Cara perawatan dengan
ramuan produksi pabrikan
yang dilakukan sesuai
SOP
100
0
66,7
14,3
2 Ramuan produksi
pabrikan yang digunakan
telah memiliki izin
edardari BPOM RI
50
33,3
66,7
42,8
3 Bentuk sediaan dari
ramuan produksi pabrikan
tidak diubah kebentuk
sediaan lain
100
100
66,7
100
Keterangan: *) n mengacu pada tabel 10.
Pada Hattra Keterampilan yang ada STPT, ada 2 orang Hattra Keterampilan yang
juga melakukan cara perawatan Ramuan pabrikan. Proporsi kesesuaian tertinggi cara
perawatan ramuan pabrikan oleh Hattra keterampilan terhadap parameter penilaian
cara perawatan ramuan pabrikan, yaitu pada parameter “Cara perawatan dengan
ramuan produksi pabrikan yang dilakukan sesuai SOP” (100%) dan “Bentuk sediaan
dari ramuan produksi pabrikan tidak diubah kebentuk sediaan lain” (100%).
Pada Hattra Keterampilan yang tidak ada STPT, ada 3 orang Hattra keterampilan
yang juga melakukan cara perawatan ramuan pabrikan. Proporsi kesesuaian tertinggi
cara perawatan ramuan pabrikan oleh Hattra keterampilan terhadap parameter
penilaian cara perawatan ramuan pabrikan, yaitu pada parameter “Bentuk sediaan dari
ramuan produksi pabrikan tidak diubah kebentuk sediaan lain” (100%).
Pada Hattra Ramuan yang ada STPT, proporsi kesesuaian tertinggi cara perawatan
ramuan pabrikan oleh Hattra ramuan terhadap parameter penilaian cara perawatan
ramuan pabrikan, yaitu pada parameter “Cara perawatan dengan ramuan produksi
pabrikan yang dilakukan sesuai SOP” (66,7%), “Ramuan produksi pabrikan yang
digunakan telah memiliki izin edardari BPOM RI” (66,7%), dan “Bentuk sediaan dari
ramuan produksi pabrikan tidak diubah kebentuk sediaan lain” (66,7%).
Pada Hattra Ramuan yang tidak ada STPT, proporsi kesesuaian tertinggi cara
perawatan ramuan pabrikan oleh Hattra ramuan terhadap parameter penilaian cara
perawatan ramuan pabrikan, yaitu pada parameter “ Bentuk sediaan dari ramuan
produksi pabrikan tidak diubah kebentuk sediaan lain” (100%).
Proporsi kesesuaian cara perawatan Ramuan racikan sendiri oleh Hattra terhadap
parameter penilaian cara perawatan ramuan racikan sendiri menurut kepemilikan
STPT seperti pada tabel 14.
27
Tabel 14. Proporsi (%) kesesuaian cara perawatan ramuan racikan sendiri oleh
Hattra terhadap parameter penilaian cara perawatan ramuan racikan sendiri
menurut kepemilikan STPT
No Parameter Hattra Keterampilan Hattra Ramuan
Ada STPT
(N = 5)
Tidak Ada
STPT
(N = 2)
Ada STPT
(N = 12)
Tidak Ada
STPT
(N = 14)
1 Cara perawatan dengan
ramuan racikan sendiri
sesuai dengan SOP
0
0
25
14,3
2 Ramuan racikan dibuat
sesuai dengan SOP
20 0 33,3 21,4
3 Bahan ramuan sendiri
mempunyai asal usul yang
jelas
60 100 50 28,6
4 Ramuan racikan sendiri tidak
menggunakan etil alkohol
lebih dari 1%
80 100 91,7 85,7
5 Ramuan racikan sendiri tidak
menggunakan bahan kimia
obat
80 100 91,7 92,8
6 Ramuan racikan sendiri tidak
menggunakan tanaman obat
yang dilarang
60 100 83,3 64,3
7 Ramuan racikan sendiri tidak
diberikan dalam bentuk
sediaan tetes mata
80 50 100 92,6
8 Ramuan racikan sendiri tidak
diberikan dalam bentuk
sediaan kapsul
60 50 91,7 85,7
9 Ramuan racikan sendiri tidak
diberikan dalam bentuk
sediaan intra vagina
100 100 100 92,6
10 Ramuan racikan sendiri tidak
diberikan dalam bentuk
sediaan parenteral
100 100 100 92,6
11 Ramuan racikan sendiri tidak
diberikan dalam bentuk
sediaan suppositoria
100 100 100 100
12 Ramuan racikan sendiri tidak
boleh dicampur dengan
ramuan produksi pabrikan
100 100 83,3 92,6
13 Label pada kemasan ramuan
racikan sendiri hanya
memuat identitas klien,
keterangan cara penggunaan,
dan tidak boleh
menambahkan keterangan
khasiat atau keterangan lain
40 0 50 42,8
Keterangan: *) N mengacu pada tabel 10.
Pada Hattra Keterampilan yang ada STPT, ada 5 orang Hattra Keterampilan yang
juga melakukan cara perawatan ramuan racikan sendiri. Proporsi kesesuaian tertinggi
cara perawatan ramuan pabrikan oleh Hattra keterampilan terhadap parameter
penilaian cara perawatan ramuan racikan sendiri, yaitu pada parameter “Ramuan
racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan intra vagina” (100%), Ramuan
28
racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan parenteral (100%), Ramuan
racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan suppositoria (100%), dan
“Ramuan racikan sendiri tidak boleh dicampur dengan ramuan produksi pabrikan”
(100%).
Pada Hattra Keterampilan yang tidak ada STPT, ada 2 orang Hattra keterampilan
yang melakukan cara perawatan ramuan racikan sendiri. Proporsi kesesuaian tertinggi
cara perawatan ramuan racikan sendiri oleh Hattra keterampilan terhadap parameter
penilaian cara perawatan ramuan pabrikan, yaitu pada parameter “Bahan ramuan
sendiri mempunyai asal usul yang jelas” (100%), “Ramuan racikan sendiri tidak
menggunakan etil alkohol lebih dari 1%”(100%), “Ramuan racikan sendiri tidak
menggunakan bahan kimia obat” (100%), “Ramuan racikan sendiri tidak
menggunakan tanaman obat yang dilarang” (100%), “Ramuan racikan sendiri tidak
diberikan dalam bentuk sediaan intra vagina” (100%), “Ramuan racikan sendiri tidak
diberikan dalam bentuk sediaan parenteral” (100%), “Ramuan racikan sendiri tidak
diberikan dalam bentuk sediaan suppositoria” (100%), dan “Ramuan racikan sendiri
tidak boleh dicampur dengan ramuan produksi pabrikan” (100%).
Pada Hattra Ramuan yang ada STPT, proporsi kesesuaian tertinggi cara perawatan
ramuan racikan sendiri oleh Hattra ramuan terhadap parameter penilaian cara
perawatan ramuan racikan sendiri, yaitu pada parameter “Ramuan racikan sendiri
tidak diberikan dalam bentuk sediaan intra vagina” (100%), “Ramuan racikan sendiri
tidak diberikan dalam bentuk sediaan parenteral” (100%), dan “Ramuan racikan
sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan suppositoria” (100%).
Pada Hattra Ramuan yang tidak ada STPT, proporsi kesesuaian tertinggi cara
perawatan ramuan racikan sendiri oleh Hattra ramuan terhadap parameter penilaian
cara perawatan ramuan racikan sendiri, yaitu pada parameter “Ramuan racikan
sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan suppositoria” (100%).
Proporsi kesesuaian sarana panti sehat terhadap parameter penilaian sarana panti
sehat menurut kepemilikan STPT seperti pada tabel 15.
29
Tabel 15. Proporsi (%) kesesuaian sarana panti sehat terhadap parameter
penilaian sarana panti sehat menurut kepemilikan STPT
No Parameter Hattra Keterampilan Hattra Ramuan
Ada STPT
(N = 62)
Tidak Ada STPT
(N = 86)
Ada STPT
(N = 17)
Tidak Ada
STPT
(N = 18)
1 Ruang pelayanan memenuhi
persyaratan lingkungan sehat
87,1 66,3 82,4 55,6
2 Ruang pelayanan memiliki
pencahayaan yang cukup
90,3 72,1 82,4 61,1
3 Ruang pelayanan bersifat
permanen 75,8 66,3 94,1 66,7
4 Pintu ruang pelayanan tidak
terkunci 83,9 75,6 94,1 66,7
5 Ukuran ruang pelayanan minimal 2
x 2,5 M 83,9 73,3 82,4 72,2
6 Ruang pelayanan yang lebih dari
satu tempat tidur harus ada sekat
35,5 53,5 85,7 42,9
7 Tersedia ruang tunggu yang
terpisah dari ruang pelayanan
79 68,6 82,4 72,2
8 Tersedia toilet/WC yang terpisah
dari ruang pelayanan
83,9 77,9 88,2 77,8
9 Tersedia sarana untuk cuci tangan 56,5 38,4 64,7 38,9
10 Tersedia dokumen catatan klien 54,8 24,4 52,9 44,4
11 Ruang peracikan dan
penyimpanan ramuan racikan
sendiri tahan terhadap pengaruh
cuaca
40* 50** 80*** 77,8****
12 Ruang peracikan dan
penyimpanan ramuan racikan
sendiri dapat mencegah masuknya
rembesan dan bersarangnya
serangga, binatang pengerat,
burung atau binatang lainnya
40* 50** 70*** 40****
13 Ruang peracikan dan
penyimpanan ramuan racikan
sendiri memenuhi hygiene dan
sanitasi
40* 50** 80*** 40****
14 Ruang peracikan dan
penyimpanan ramuan racikan
sendiri memiliki alas yang
berjarak dengan tanah atau lantai
40* 50** 80*** 40****
15 Suhu Ruang peracikan dan
penyimpanan ramuan racikan
sendiri dikondisikan sesuai dengan
simplisia
40* 50** 80*** 33,3****
16 Wadah tempat penyimpanan bahan
baku racikan diberikan label dan
tertulis nama bahan baku racikan
20* 100** 60*** 26,7****
Keterangan: * Hattra keterampilan ada STPT yang memberikan ramuan racikan sendiri (N= 5) ** Hattra keterampilan tidak ada STPT yang memberikan racikan sendiri (N = 2) *** Hattra Ramuan ada STPT yang memberikan ramuan racikan sendiri (N = 12) **** Hattra Ramuan ada STPT yang memberikan ramuan racikan sendiri (N = 14)
Pada Hattra Keterampilan yang ada STPT, proporsi kesesuaian tertinggi sarana panti
sehat terhadap parameter penilaian sarana panti sehat, yaitu pada parameter “Ruang
pelayanan memiliki pencahayaan yang cukup” (90,3%).
30
Pada Hattra Keterampilan yang tidak ada STPT, proporsi kesesuaian tertinggi sarana
panti sehat terhadap parameter penilaian sarana panti sehat, yaitu pada parameter
“Wadah tempat penyimpanan bahan baku racikan diberikan label dan tertulis nama
bahan baku racikan” (100%). Ada 2 orang Hattra Keterampilan tidak ada STPT yang
memberikan ramuan racikan sendiri.
Pada Hattra Ramuan yang ada STPT, proporsi kesesuaian tertinggi saran panti sehat
terhadap parameter penilaian sarana panti sehat, yaitu pada parameter “Ruang
pelayanan bersifat permanen” (94,5%), dan “Pintu ruang pelayanan tidak terkunci
(94,5%).
Pada Hattra Ramuan yang tidak ada STPT, proporsi kesesuaian tertinggi sarana panti
sehat terhadap parameter penilaian sarana panti sehat, yaitu pada butir “pernyataan
“Tersedia toilet/WC yang terpisah dari ruang pelayanan” (77,8%), dan “Ruang
peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri tahan terhadap pengaruh cuaca”
(77,8%).
Sebagai dasar perhitungan bobot Hattra, Cara perawatan dan Sarana menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP), masing-masing peneliti yang terlibat
dalam penelitian ini menilai besaran urgensi terhadap keamanan dengan
membandingkan antara Hattra : Cara Perawatan; Hattra : Sarana; dan Cara Perawatan
: Sarana. Besaran perbandingan seperti terlihat pada tabel 16.
Tabel 16. Hasil penilaian 10 peneliti terhadap terhadap perbandingan variabel
dikaitkan dengan keamanan yankestrad empiris sebagai dasar perhitungan
bobot masing-masing variabel menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP)
No Penilai Hattra : Cara
Perawatan
Hattra : Sarana Cara Perawatan :
Sarana
1 Peneliti 1 30 : 70 40 : 60 60 : 40
2 Peneliti 2 30 : 70 60 : 40 70 : 30
3 Peneliti 3 40 : 60 60 : 40 70 : 30
4 Peneliti 4 40 : 60 60 : 40 70 : 30
5 Peneliti 5 40 : 60 60 : 40 70 : 30
6 Peneliti 6 40 : 60 70 : 30 70 : 30
7 Peneliti 7 40 : 60 50 : 50 60 : 40
8 Peneliti 8 40 : 60 60 : 40 60 : 40
9 Peneliti 9 30 : 70 70 : 30 50 : 50
10 Peneliti 10 40 : 60 70 : 30 70 : 30
Total 370 : 630 600 : 400 650 : 350
Dari 10 orang peneliti total besaran urgensi terhadap keamanan diperoleh Hattra :
Cara Perawatan = 370 : 630; Hattra : Sarana = 600: 400; dan Cara Perawatan : Sarana
= 650 : 350.
Mengacu pada total besaran urgensi terhadap keamanan pada tabel 16, dengan
metode AHP dihitung menggunakan matriks rasio, diperoleh seperti pada tabel 17.
31
Tabel 17. Hasil perhitungan bobot dengan metode AHP
Hattra Cara Perawatan Sarana
0,32 0,43 0,25
Bobot Hattra, Cara perawatan dan Sarana terhadap keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris berturut-turut: 0,32, 0,43 dan 0,25.
Nilai keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dihitung secara
bersama Hattra, Cara Perawatan dan Sarana dengan menjumlahkan antara hasil
perkalian total skor dengan bobot Hattra, hasil perkalian total skor dengan bobot Cara
Perawatan dan hasil perkalian total skor dengan bobot Sarana. Nilai keamanan
modalitas pelayanan kesehatan tadisional empiris pada panti sehat menurut
kepemilikan STPT sperti terlhat pada tabel 18.
Tabel 18. Nilai keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat
menurut kepemilikan STPT
No Nilai Hattra Keterampilan Hattra Ramuan
Ada STPT
(N = 62)
Tidak Ada
STPT
(N = 86)
Ada STPT
(N = 17)
Tidak Ada
STPT
(N = 18)
1 Minimimum 64,6 53,20 69,65 63,57
2 Maksimum 100 100 96,80 91,10
3 Rerata 83,04 78,18 85,60 78,59
Nilai keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris keterampilan oleh
Hattra Keterampilan yang ada STPT pada panti sehat berkisar 64, 6 – 100 dengan
rerata 83,04.
Nilai keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris keterampilan oleh
Hattra Keterampilan yang tidak ada STPT pada panti sehat berkisar 53,20 – 100
dengan rerata 78,18.
Nilai keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris ramuan oleh
Hattra Ramuan yang ada STPT pada panti sehat berkisar 69,65 – 96,80 dengan rerata
85,60.
Nilai keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris ramuan oleh
Hattra Ramuan yang tidak ada STPT pada panti sehat berkisar 63,57 – 91,10 dengan
rerata 78,59
Hasil pengamatan langsung potensi keamanan oleh peneliti terhadap pelayanan
kesehatan tradisional empiris terhadap 183 Hattra yang dinilai diperoleh 150 potensi
aman dan 33 potensi tidak aman.
Nilai cut off keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat diperoleh dari
analisis menggunakan kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) dihitung
dengan membandingkan pengamatan langsung potensi keamanan oleh peneliti
32
dengan hasil penilaian keamanan menggunakan instrumen penilaian keamanan
modalitas yankestrad empiris pada panti sehat. Nilai cut off didasarkan pada nilai
AUC dari kurva yang diperoleh. Kurva ROC dan Nilai cut off keamanan modalitas
yankestrad empiris pada panti sehat seperti terlihat pada gambar 1 dan tabel 19.
Gambar 1. Kurva ROC perbandingan pengamatan langsung potensi keamanan
oleh peneliti dengan hasil penilaian keamanan menggunakan instrumen
penilaian keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat, AUC =
0,703
Tabel 19. Nilai cut off aman modalitas yankestrad empiris pada panti sehat
Nilai aman jika ≥ sensitivitas spesifisitas
77,7650 0,700 0,576
Modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat dinyatakan aman
apabila nilainya ≥77,7650. Sensitivitas dan Spesifisitas instrumen penilaian keamanan
33
modalitas yankestrad empiris dengan nilai cut off tersebut diperoleh sebesar 70% dan
57,6%.
Proporsi keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti
sehat menurut kepemilikan STPT berdasarkan nilai cut off ≥77,7650 seperti pada
tabel 20.
Tabel 20. Proporsi (%) keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti
sehat dengan nilai cut off aman ≥77,7650 menurut kepemilikan STPT
No Keamanan Hattra Keterampilan Hattra Ramuan
Ada STPT
(N = 62)
Tidak Ada
STPT
(N = 86)
Ada STPT
(N = 17)
Tidak Ada
STPT
(N = 18) 1 ≥ 77,7650 (aman) 77,4 60,5 76,5 61,1
2 < 77,7650 (tidak aman) 22,6 39,5 23,5 38,9
Proporsi modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris keterampilan pada panti
sehat yang diselenggarakan oleh Hatrra Keterampilan yang ada STPT yang aman
yaitu 77,4%.
Proporsi modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris keterampilan pada panti
sehat yang diselenggarakan oleh Hatrra Keterampilan yang tidak ada STPT yang
aman yaitu 60,5%.
Proporsi modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris ramuan pada panti sehat
yang diselenggarakan oleh Hatrra Ramuan yang ada STPT yang aman yaitu 76,5%.
Proporsi modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris ramuan pada panti sehat
yang diselenggarakan oleh Hatrra Ramuan yang tidak ada STPT yang aman yaitu
61,1%.
Berdasarkan kepemilikan STPT Hattra dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional empiris pada panti sehat, terhadap 183 Hattra terdapat 79 Hattra yang ada
STPT atau telah memiliki rokemendasi aman dari Dinkes Kabupaten/Kota dan
terdapat 104 yang tidak ada STPT atau belum ada rekomendasi aman.
Nilai cut off keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat diperoleh dari
analisis menggunakan kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) dihitung
dengan membandingkan kepemilikan STPT Hattra/rekomendasi aman dengan hasil
penilaian keamanan menggunakan instrumen penilaian keamanan modalitas
yankestrad empiris pada panti sehat. Nilai cut off didasarkan pada nilai AUC dari
kurva yang diperoleh. Kurva ROC dan Nilai cut off keamanan modalitas yankestrad
empiris pada panti sehat seperti terlihat pada gambar 2 dan tabel 21.
34
Gambar 2. Kurva ROC perbandingan kepemilikan STPT Hattra/Rekomendasi
aman dengan hasil penilaian keamanan menggunakan instrumen penilaian
keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat, AUC=0,674
Tabel 21. Nilai alternatif cut off aman modalitas yankestrad empiris pada panti
sehat
Nilai aman jika ≥ sensitivitas spesifisitas
80,8850 0,671 0,558
Modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat dinyatakan aman
apabila nilainya ≥80,8850. Sensitivitas dan Spesifisitas instrumen penilaian keamanan
modalitas yankestrad empiris dengan nilai cut off tersebut diperoleh sebesar 67,1%
dan 55,8%.
Proporsi keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti
sehat menurut kepemilikan STPT berdasarkan nilai cut off ≥80,8850 seperti pada
tabel 22.
35
Tabel 22. Proporsi (%) keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti
sehat dengan nilai cut off ≥80,8850 menurut kepemilikan STPT
No Keamanan Hattra Keterampilan Hattra Ramuan
Ada STPT
(N = 62)
Tidak Ada
STPT
(N = 86)
Ada STPT
(N = 17)
Tidak Ada
STPT
(N = 18)
1 ≥ 80,8850 (aman) 64,5 44,2 76,5 44,4
2 < 80,8850 (tidak aman) 35,5 55,8 23,5 55,6
Proporsi modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris keterampilan pada panti
sehat yang diselenggarakan oleh Hatrra Keterampilan yang ada STPT yang aman
yaitu 64,5%.
Proporsi modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris keterampilan pada panti
sehat yang diselenggarakan oleh Hatrra Keterampilan yang tidak ada STPT yang
aman yaitu 44,2%.
Proporsi modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris ramuan pada panti sehat
yang diselenggarakan oleh Hatrra Ramuan yang ada STPT yang aman yaitu 76,5%.
Proporsi modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris ramuan pada panti sehat
yang diselenggarakan oleh Hatrra Ramuan yang tidak ada STPT yang aman yaitu
44,4%.
36
BAB V. PEMBAHASAN
A. Potret penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat yang sudah ada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali belum semua menggunakan PMK
nomor 61 tahun 2016 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris dalam
melakukan penilaian teknis terutama terkait dengan keamanan. Beberapa Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota menggunakan KMK nomor 1076 tahun 2003 tentang
Penyelenggaraa Pengobatan Tradisional atau bahkan ada beberapan dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang menggunakan PP 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional.
PP 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional ditetapkan untuk
melaksanakan ketentuan pasal 59 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9, Pasal 23, Pasal 26 ayat
(3), Pasal 39 ayat (8), dan Pasal 57 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris. Sebagai tindak lanjut
hal ini, ditetapak PMK nomor 61 tahun 2016 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional Empiris. PMK nomor 61 tahun 2016 ini mulai berlaku 17 November
2016. Pada pasal 45 dinyatakan bahwa pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Dengan demikian sejak 17 November 2016 pengaturan terkait pelayanan tradisional
empiris mengacu pada PMK nomor 61 tahun 2016.
Beberapa dinas kesehatan Kabupaten/Kota belum menggunakan form penilain teknis
sebagaimana dalam lampiran PMK nomor 61 tahun 2016 menyatakan alasannya
bahwa belum ada koordinasi bersama sehingga masih menggunakan KMK nomor
1076 tahun 2003; dan Hattra tidak bisa memenuhi kriteria yang ada di dalam form
penilaian teknis sebagaimana dalam lampiran PMK nomor 61 tahun 2016. Adapun
perbedaan antara PMK nomor 1076 tahun 2002 dengan PMK nomor 61 tahun 2016
terkait dengan penilaian teknis diantarnya:
a. Penggunaan istilah Pengobat Tradisional pada KMK nomor 1076 tahun 2003; dan
Penyehat Tradisional (Hattra) pada PMK nomor 61 tahun 2016;
b. Pengobat tradisional diklasifikasikan dalam 4 jenis yaitu keterampilan, ramuan,
pendekatan agama dan supranatural pada KMK nomor 1076 tahun 2003 dan
Pelayanan kesehatan tradisional empiris dikelompokkan berdasarkan
pelayanannya meliputi keterampilan, ramuan dan kombinasi dengan memadukan
antara penggunaan ramuan dan keterampilan.
c. Pendekatan agama dan supranatural pada KMK 1076 tahun 2003, untuk
pendekatan agama, diperlukan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Departemen
Agama Kabupaten/Kota, sedangkan pendekatan supranatural dikeluarkan oleh
Kejaksaan setempat, sebelum Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengeluarkan
37
STPT. Sementara dalam PMK nomor 61 tahun 2016, untuk penedakatan agama
dan supranatural tidak ada ketentuan yang mengatur untuk ini.
B. Pengembangan instrument penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat Dalam pengembangan instrumen penilaian keamanan pelayanan kesehatan tradisional
empiris ada 2 parameter awal yang dihilangkan yaitu dan ada 8 parameter baru yang
ditambahkan.
Dua parameter yang dihilangkan dalam instrumen peniaian seperti pada tabel 1 yaitu
“Hattra memiliki surat magang” dan “Hattra tidak memiliki cacat tubuh”. Terkait
dengan parameter “Hattra memiliki surat magang”, ini diambil dari PMK nomor 61
tahun 2016 pasal 5 butir 1 (g) surat rekomendasi dari asosiasi sejenis atau surat
keterangan dari tempat kegiatan magang. Dalam lampiran VII PMK nomor 61 tahun
2016 pada form penilaian teknis Hattra, pada A.1.a asal ilmu dan pengetahuan
kesehatan tradisional turun temurun diperlukan bukti surat magang. Informasi dari
asosiasi yang ada, sejauh ini yang dikeluarkan hanya surat rekomendasi dari asosiasi,
terkait dengan Hattra yang telah menjadi anggota asosiasi dan belum pernah ada
asosiasi yang mngeluarkan surat magang.
Parameter lainnya yang dihilangkan yaitu “Hattra tidak memiliki cacat tubuh”.
Parameter ini mengacu pada PMK nomor 61 tahun 2016 lampiran VII pada A.2 butir
1 terkait dengan tampilan fisik untuk menilai Sehat Jasmani. Cacat tubuh tidak
berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan tardisional. Banyak Hattra melakukan
modalitas keterampilan pijat tuna netra, ataupun ada cacat tangan daoat
menyelenggarakan pelayanan tradisional empiris keterampilan dengan baik.
8 parameter baru yang ditambahkan dalam saat pengembangan instrumen awal
terlihat seperti pada tabel 1. Dari 8 tambahan terdapat 2 butir yang tidak tercantum
dalam PMK nomor 61 tahun 2016 yaitu “Hattra memberikan konseling terhadap
gangguan kesehatan”, “Cara perawatan dengan energi dan olah pikir dilakukan tanpa
memberikan sugesti berlebihan”, dan “Ramuan racikan dibuat sesuai dengan prosedur
operasional baku yang tertulis/didokumentasikan”. Pada keterampilan energi dan olah
pikir penilaian keamanan tidak dimungkinkan penilaian keamanan secara observasi
secara langsung. Pengamatan yang dilakukan secara langsung terkait keamanan cara
perawatan keterampilan energi dan olehpikir, sesuai masukan dari asosiasi yaitu
dengan pengamatan sugesti yang diberikan. Seperti diuraikan dalam pedoman
penilaian pada lampiran 3,5 dan 7, sugesti yang diberikan pada pelayanan kesehatan
tradisional empiris berisi nasihat atau ajakan keikhlasan, yang bertujuan agar klien
optimis terhadap hasil terapi. Sugesti yang berlebihan, yakni memberi informasi
kepada klien bahwa klien akan diterapi dengan energi yang berasal dari kekuatan
mistis yang di luar kemampuan akal manusia.
38
C. Validitas dan reliabilitas instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat Pada tabel 2. Koefisien Cronbach's Alpha berdasarkan parameter yang dinilai dan
koefisien Cronbach's Alpha diperoleh nilai >0,6. Cronbach's Alpha adalah ukuran
konsistensi internal, yaitu sebeberapa dekat terkait satu set parameter sebagai
kelompok. Ini sebagai ukuran skala reliabilitas. Aturan umum bahwa realibilitas baik
bila >0,6 dan semakin tinggi reliabilitas semakin baik atau semakin tinggi internal
konsistensi.22,23.
Pada tabel 3,4,5 dan 6 diperoleh gambatan bahwa ada 5 parameter dari 49 parameter
penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris yang r hitung
< r tabel atau tidak valid setelah diuji dengan Pearson Product Moment dua arah
dengan p = 0,05, N=36. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kevalidan atau
kesesuaian parameter yang digunakan untuk memperoleh data keamanan dari para
Hattra. Terhadap 5 parameter dari 49 parameter penilaian keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris diuji kembali dengan Pearson Product
Moment satu arah dengan p = 0,05, N=36, diketahui hanya ada 2 parameter yang
tidak valid diantarnya 1 parameter “Hattra memberikan konseling terhadap gangguan
kesehatan klien”. Dengan melakukan konfirmasi kepada sebagaian pakar yang
sebelumnya terlibat dalam menguji validitas terhadap 5 parameter yang tidak valid,
dinyatakan parameter “Hattra memberikan konseling terhadap gangguan kesehatan
klien” dikeluarkan dan 4 parameter lainnya dilakukan koreksi kalimatnya untuk
mempertajam keterkaitan dengan aspek keamanan.
D. Keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat Karakteristik Hattra sebagian besar ada laki-laki, berumur 20-49 tahun dan
berpendidikan SMA (tabel 8). Hal ini terkait dengan perolehan pengetahuan dan
keterampilan sebagai Hattra yang memberikan pelayanan kesehatan tradisional
empiris. Sebagaimana pasal 3 PMK nomor 61 tahun 2016, dinyatkan bahwa Hattra
penyelenggaran pelayanan kesehatan tradisional empiris, dilaksanakan oleh Hattra
berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun atau
melalui pendidikan non formal. Pengetahuan dan keterampilan secara turun temurun
diperoleh melalui magang pada Hattra senior yang telah memiliki pengalaman
memberikan pelayanan kesehatan tradisional empiris secara aman dan bermanfaat
paling sedikit 5 (lima) tahun. Pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari
pendidikan non formal diperoleh melalui pelatihan atau kursus yang dibuktikan
dengan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi
(LSK) yang menjadi mitra dan diakui oleh Instansi Pembinaan Kursus dan Pelatihan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengaturan terkait Hattra yang dapat diperoleh melalui jalur magang, sejauh ini
belum ada. Jalur yang berkembang yaitu melalui Lembaga Kursus dan Pelatihan
39
(LPK) yang dikoordinasikan melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Namun demikian Hattra yang memiliki sertifikat kompetensi berkisar 53,2 – 70,6%
pada Hattra yang memiliki STPT dan 26,7 – 27,8% pada Hattra yang tidak memiliki
STPT (tabel 9). Hal ini dimungkinkan jumlah LPK dengan LSK belum berimbang
ataupun biaya, sehingga banyak peserta LPK yang belum terfasilitasi memperoleh
sertifikat kompetensi.
Jenis modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris oleh Hattra sebagian besar
lebih dari 1 jenis modalitas (tabel 8). Dalam KMK nomor 1076 tahun 2003 tidak ada
ketentuan bahwa 1 pengobat tradisional dibatasi hanya 1 jenis pengobatan tradisional,
sedangkan pada PMK nomor 61 tahun 2016 pada pasal 4 ayat 2 Penyehat Tradisional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat memiliki 1 (satu) STPT. Hal ini
diperjelas pada pasal 17 PMK nomor 61 tahun 2016, Hattra hanya dapat memberikan
pelayanan kesehatan tradisional empiris sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya
dan dalam hal Hattra berhalangan, pemberian pelayanan kesehatan tradisional tidak
dapat digantikan Hattra lainnya.
Dalam penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris, Hattra,
sebelum dilakukan penilaian maka perlu diskusi dengan Hattra, sesuai ketentuan yang
ada sebagaimana PMK nomor 61 tahun 2016, Hattra sudah harus memilih dan
menetapkan 1 jenis modalitas yang akan diarahkan untuk perolehan STPT. Hal ini
ternyata tidak mudah bagi Hattra yang memang sudah lama melakukan dua jenis
modalitas bersamaan. Pada tabel 10 terlihat Hattra Keterampilan yang memiliki STPT
Keterampilan masih ditemukan melakukan cara perawatan keterampilan dicampur
dengan pemberian ramuan baik ramuan pabrikan maupun ramuan racikan sendiri.
Demikian pula pada Hattra Ramuan yang memiliki STPT Ramuan melakukan cara
perawtan ramuan dicampur dengan Keterampilan baik tanpa alat maupun dengan alat
kesehatan tradisional empiris.
Dalam PMK nomor 61 tahun 2016 terdapat 1 kelompok pelayanan kesehatan
tradisional yang dinamakan kombinasi dengan memadukan antara penggunaan
ramuan dan keterampilan. Namun dalam hal ini berbeda antara pengertian kombinasi
Keterampilan-Ramuan dengan campuran Keterampilan-Ramuan. Sesuai PMK nomor
61 tahun 2016 pasal 16 ayat 2, pelayanan kesehatan tradisional empiris kombinasi
merupakan satu kesatuan cara pelayanan kesehatan tradisional empiris berdasarkan
teori dan praktik menyeluruh dan lengkap yang berakar dari 1 (satu) tradisi budaya
asli tertentu. Mengacu pada surat Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan nomor
YT.01.02/IV/3410/2019 tanggal 20 Agustus 2019 perihal pemberitahuan
perkumpulan/asosiasi Penyehat Tradisional sebagai pemberi rekomendasi STPT,
untuk modalitas kombinasi dikaitkan dengan Naturopatis.
Pemberian pelayanan kesehatan tradisional empiris oleh Hattra dalam rangka upaya
promotif dan preventif sebagaimana tertuang dalam pasal 17 ayat 1 PMK nomor 61
tahun 2016. Hattra yang memberikan pelayanan kesehatan tradisional empiris oleh
Hattra dalam rangka upaya promotif dan preventif berkisar 11,8 – 40,3% pada Hattra
40
yang memilki STPT dan berkisar 11,1 – 57% pada Hattra yang tidak memiliki STPT
(tabel 9).
Hattra yang memiliki Prosedur Operasional Baku (POB/SOP) dalam memberikan
pelayanan kesehatan tradisional empiris berkisar 0 – 66,7% pada Hattra yang
memiliki STPT dan 0 – 16,4% pada Hattra yang tidak memiliki STPT (tabel 11,
12,13,14). Menurut Moekijat SOP adalah urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-
pelaksanaan pekerjaan) di mana pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan dengan
apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya, di mana
melakukannya dan siapa yang melakukannya24. Tujuan adanya SOP dalam
pelayanan kesehatan tradisional empiris sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan
menilai pelaksanaan proses pelayanan kesehatan tradsional empiris bila terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan, sehingga sifatnya melindungi Hattra25.
Label pada kemasan ramuan racikan sendiri hanya memuat identitas klien, keterangan
cara penggunaan, dan tidak boleh menambahkan keterangan khasiat atau keterangan
lain, berkisar 40 – 50% pada Hattra yang memilki STPT dan 0 – 42,8% pada Hattra
yang tidak memiliki STPT (tabel 15). Adanya larangan menambahkan keterangan
khasiat dalam label yang ditempelkan pada kemasan ramuan racikan sendiri, diatur
dalam PMK 61 tahun 2016 pasal 33 ayat 5. Larangan pencantuman keterangan
khasiat dikaitkan bukti empiris ataupun bukti ilmiah keamanan dan manfaat ramuan
racikan sendiri. Bukti empiris adalah informasi yang membenarkan suatu
kepercayaan dalam kebenaran atau kebohongan suatu klaim empiris4. Bukti ilmiah
manfaat mengacu pada prinsip Evidence Based Medicine. Bukti ilmiah tertinggi
diperoleh metode penelitian meta analisis26.
Dengan metoda Analytical Hyrarchy Process (AHP) diperoleh bobot parameter
Hattra, Cara Perawatan, dan Sarana berturut-turut: 0,32; 0,43; dan 0,25 (tabel 17).
Dalam kerangka konsep penelitian ini telah ditekankan bahwa Hattra, Cara Perawatan
dan Sarana, secara sendiri-sendiri dan secara bersama mempengaruhi keamanan
modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris. Untuk mengetahui berapa besar
konstribusi masing-masing parameter tersebut maka perlu dilakukan pembobotan.
Tujuan pembobotan parameter adalah untuk mengekspresikan seberapa besar
pengaruh suatu parameter terhadap parameter lainnya. Nilai penting suatu parameter,
dapat dilihat dari seberapa besar bobot yang diberikan untuknya dalam proses
penentuan keputusan. Normalisasi pembobotan biasanya dilakukan dengan cara
menjumlahkan bobot keseluruhan parameter sehingga diperoleh total nilai sebesar 18.
Nilai minimum dan maksimun keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional
empiris oleh Hattra Keterampilan dgn STPT dan tidak ada STPT 64,6 – 100 dan 53,2
– 100; sedangkan oelh Hattra Ramuan dengan dan tidak ada STPT 69,65 – 96,8 dan
63,57 – 91,10 (tabel 18). Nilai keamanan keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empiris dihitung dengan menjumlahkan nilai bariabel Hattra, cara
perawatan dan sarana. Nilai masing-masing variabel dihitung dengan mengkalikan
antara hasil pembagian (jumlah skor setiap parameter dengan skor maksimal) dengan
bobot masing-masing variabel sesuai hasil perhitungan AHP.
41
Prediksi nilai cut off keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris
pada pant sehat dihitung menggunakan analisis ROC (Receiver Operating
Characteristic). Analisis ROC adalah analisis yang digunakan untuk menilai
kemampuan suatu instrumenn, dalam hal ini ins trumen penilaian keamanan
modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris yang hasil pengukurannya berskala
kontinyu untuk mendeteksi aman menggunakan kurva yang disebut ROC. Penilaian
terhadap kemampuan suatu instrument dilakukan dengan menggunakan luas area
under curve (AUC). AUC meliputi keseluruhan area dibawah kurva yang terbentuk
dari semua koordinat sensitifitas dan 1 – spesifisitas. Nilai AUC berkisar 0 – 1,
semakin luas AUC maka semakin baik kemampuan suatu instrumen untuk
mendeteksi, dalam hal ini keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional
empiris. Kemampuan suatu instrument dinyatakan baik jika AUC ≥0,727,28.
Mempertimbangkan bahwa Gold Standart untuk pengukuran keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris belum ada, maka digunakan dua alternatif
pembanding untuk dapat menentapkan cut off menggunakan ROC. Dua alternative
tersebut yaitu pengamatan langsung oleh peneliti terhadap keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris dan berdasarkan kepemilikan STPT Hattra
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional empiris. Hattra yang telah
memiliki STPT telah mendapatkan rekomendasi aman dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Berdasarkan pengamatan langsung, modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empiris pada panti sehat dinyatakan aman apabila nilainya ≥77,7650.
Sensitivitas dan Spesifisitas instrumen penilaian keamanan modalitas yankestrad
empiris dengan nilai cut off tersebut diperoleh sebesar 70% dan 57,6%. Berdasarkan
kepemilikan STPT, modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti
sehat dinyatakan aman apabila nilainya ≥80,8850. Sensitivitas dan Spesifisitas
instrumen penilaian keamanan modalitas yankestrad empiris dengan nilai cut off
tersebut diperoleh sebesar 67,1% dan 55,8%.
Hasil diskusi pakar dan jajaran Dinas Kesehatan di 12 Kabupaten/Kota tempat lokus
penelitian pada saat pembahasan hasil sementara, diperoleh masukan untuk tindak
lanjut implementasi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, digunakan cut off ≥77,7650.
Yang menjadi pertimbangan, nilai cut off ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas
lebih tinggi daripada cut off ≥80,8850; dan dengan nilai cut off ≥77,7650 akan lebih
banyak Hattra yang dapat masuk untuk dapat diproses rekomendasi keamanan untuk
perolehan STPT. Dalam pemberian rekomendasi aman modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris, tetap memperhatikan butir-parameter dalam instrument
yang skor nya rendah.
42
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Proporsi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang menggunakan form penilaian
teknis lampiran PMK nomor 61 tahun 2016 sebesar 75%.
2. Instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris
pada panti sehat berisi 48 parameter yang terdiri dari
a. 5 butir pernyatan penilaian Hattra,
b. 7 parameter penilaian cara perawatan keterampilan dengan alat kesehatan
tradisonal empiris,
c. 4 parameter penilaian cara perawatan keterampilan tanpa alat kesehatan
tradisional empiris,
d. 3 parameter penilaian cara perawatan ramuan pabrikan,
e. 13 parameter penilaian cara perawatan ramuan racikan sendiri, dan
f. 16 parameter penilaian sarana.
3. Reliabilitas parameter dalam instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris pada panti sehat diperoleh koefisien Cronbach
Alpha sebesar 0,957 atau dinyatakan reliabel.
4. Validitas parameter dalam instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris pada panti sehat diperoleh dari 44 dari 49 parameter
r hitung > r tabel (0,32) atau dinyatakan valid. Konfirmasi pakar, pada parameter
yang tidak valid, 4 butir dilakukan edit kalimat untuk memperjelas dan 1 butir
dihilangkan.
5. Proporsi keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris di
Kabupaten/kota di Jawa dan Bali, mengacu pada nilai cut off aman ≥ 77,7650
diketahui:
a. 77,4% Hattra Keterampilan yang ada STPT
b. 60,5% Hattra Keterampilan yang tidak ada STPT
c. 76,5% Hattra Ramuan yang ada STPT
d. 61% Hattra Ramuan yang tidak ada STPT
6. Proporsi keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris di
Kabupaten/kota di Jawa dan Bali, mengacu pada nilai cut off aman ≥ 80,8850
diketahui:
a. 64,5% Hattra Keterampilan yang ada STPT
b. 44,2% Hattra Keterampilan yang tidak ada STPT
c. 76,5% Hattra Ramuan yang ada STPT
d. 44,4% Hattra Ramuan yang tidak ada STPT
B. SARAN 1. Diperlukan sosialisasi PMK nomor 61 tahun 2016 ke Dinkes Kab/Kota utamanya
yang belum mengimplementasikan PMK nomor 61 tahun 2016 dan ke Hattra
yang ada terkait 1 hattra hanya diperbolehkan 1 modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empiris.
43
2. Diperlukan penetapan Hattra senior yang telah memiliki pengalaman memberikan
pelayanan kesehatan tradisional empiris secara aman dan bermanfaat paling
sedikit 5 (lima) tahun untuk dapat direkomendasikan mengeluarkan surat magang
kepada Hattra yang melalui jalur turun temurun.
3. Penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional empiris digunakan
cut off aman ≥ 77,7650. Hal ini didasarkan pada nilai sensitivitas dan spesifisitas
yang lebih tinggi dibandingkan cut off aman ≥ 80,8850.
4. Hattra yang tidak ada STPT dengan nilai di atas cut off aman direkomendasikan
untuk dapat diarahkan untuk proses STPT dan terhadap Hattra yang tidak ada
STPT yang nilainya di bawah cut off aman direkomendasikan untuk dilakukan
pembinaan mengacu pada parameter yang skornya rendah.
5. Diperlukan intensifikasi pembinaan pada Yankestrad empiris. Hal ini didasarkan
pada Hattra yang ada STPT diketahui ada parameter yang skornya rendah dan ada
yang nilainya di bawah cut off aman.
6. Penyelenggaraan workshop untuk Dinkes Kabupaten/Kota untuk implementasi
instrumen penilaian keamanan modalitas yankestrad empiris pada panti sehat baik
untuk proses pemberian rekomendasi STPT, penapisan dan pembinaan
7. Pengembangan aplikasi e-instrumen penilaian keamanan modalitas yankestrad
empiris pada panti sehat. Hal ini untuk dapat mempercepat proses pemberian
rekomendasi STPT.
44
BAB VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI,
Laporan Riskesdas tahun 2013, Kementerian Kesehatan RI, 2014
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI ,
Laporan Sementara Riskesdas tahun 2018, Kementerian Kesehatan RI
3. Kementerian Kesehatan RI, Peraturan Menteri Kesehatan nomor 61 tahun 2016
tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Bukti_empiris diakses tanggal 18 Januari 2019
5. WHO, General Guidelines for Methodologies on Research and Evaluation of
Traditional Medicine, 2000
6. Kementerian Kesehatan RI, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makan
nomor HK.03.1.23.06.11.5629 tahun 2011 tentang persyaratan teknis cara
pembuatan obat tradisional yang baik, 2011
7. Badan POM RI, Pedoman Rasionalisasi Obat Tradisional, Volume 1, Direktorat
Obat Asi Indonesia, Badan POM RI, 2014
8. Lestari Handayani, Suharmiati, Cara Benar Meracik Obat Tradisional, AgroMedia,
2005
9. Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional, Ditjen Yankes, Kemekes RI Data
Rekapitulasi Hattra Per Provinsi Seluruh Indonesia s.d 2018, (unpublished), 2019
10. Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional, Ditjen Yankes, Kemekes RI, Draft
Petunjuk Teknis Penapisan Sentra Penapisan dan Pengembangan Penyehatan
Tradisioonal (SP3T), (unpublished), 2019
11. Notulen Rapat Pembahasan Revisi Permenkes nomor 90 tahun 2013 tentang SP3T
tanggal 29 Maret 2018
12. Lemeshow Stanley et al, Adequacy of Sample Size in Health Studies, John Wiley &
Sons, England, 1993
13. Azwar Saifudin, Reliabilitas dan validitas, Edisi 4, Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2007
14. Riduwan, Belajar Mudah untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Alfabeta,
Bandung, 2009
15. Nirmala S, Ketentuan Penilaian Akreditasi Puskesmas, Pelatihan Akreditasi
Puskesmas, 2014
16. How to Calculate Weight average,
https://www.google.co.id/amp/s/m.wikihow.com/Calculate-Weighted-
Average%3famp=1 diakses tanggal 16 Januari 2019
17. Maloney, Lisa, How to Do a Weighted Score, Sciencing,
https://sciencing.com/weighted-score-10047404.html. 15 October 2018
18. Thomas L. Saaty, The Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with
the Analytic Hierarchy Process, Vol. VI of the AHP Series, 478 pp., RWS Publ.,
2000 (revised)
19. Peraturan Pemerintah nomor 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional
20. Kementerian Kesehatan RI, Keputusan Menteri Kesehatan nomor
1076/MENKES/SK/VII tentang Pengobatan Tradisional.
45
21. Surat Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan nomor YT.01.02/IV/3410/2019
tanggal 20 Agustus 2019 perihal pemberutahuan perkumpulan/asosiasi Penyehat
Tradisional sebagai pemberi rekomendasi STPT.
22. Cronbach’s alpha SPSS tutorial, www.open.ac.uk > cronbachs-alpha, diakses
tanggal 19 Desember 2019
23. What does Croncbach’s alpha mean? SPSS FAQ –IDRE Stas – UCLA,
https://stats.idre.ucla.edu > spss > what does Croncbach’s alpha mean, diakses
tanggal 19 Desember 2019
24. Moekijat, Administrasi Perkantoran, Mandar Maju, Bandung, 2008
25. Hartatik, Indah Puji, Buku Praktis mengembangkan SDM, Laksana, Jogjakarta,
2014.
26. Masic Izet, Miokovic Milan, Muhamedagic Belma, Evidence Based Medicine –
New Approaches and Challenges, Vol. 16 no 4 December 2008,
DOI:10.5455/aim.2008.16.219-225
27. Dahlan, M.S. Penelitian diagnostic dasar-dasar teoritis dan aplikasi dengan program
SPSS dan Stata, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, 2009
28. Hidayat Rahmat, Primasari Indira, Metodologi Penelitian Pssikodiagnostika,
Buletin Psikologi, Vol. 19, no 2, 2011, 81 - 92
46
Lampiran 1. Form instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empiris ramuan pada panti sehat
INSTRUMEN PENILAIAN KEAMANAN
MODALITAS PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL EMPIRIS RAMUAN PADA PANTI SEHAT
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Dan Pelayanan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jalan Percetakan Negara Nomor 29
Jakarta 10560
47
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Dan Pelayanan Kesehatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jalan Percetakan Negara Nomor 29
Jakarta 10560
Penelitian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris pada
Panti Sehat di 12 Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali
NASKAH PENJELASAN
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan pada
Tahun 2019 akan melakukan Penelitian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan
Tradisional Empiris pada Panti Sehat di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris pada panti sehat.
Observasi terhadap keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional pada
panti sehat Bapak/Ibu/Saudara dengan menggunakan instrumen penilaian membutuhkan
waktu kurang lebih 60 menit. Dimungkinkan juga diperlukan klarifikasi terhadap
parameter yang diobservasi. Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk perbaikan
instrumen penilaian sebagai dasar pemberian rekomendasi perolehan STPT oleh Dinkes
Kabupaten/Kota, dan sebagai dasar materi pembinaan oleh Kementerian Kesehatan c.q
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris dan Dinkes Kabupaten/Kota.
Untuk itu mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara mengizinkan kami untuk dapat
melakukan observasi modalitas pelayanan kesehatan tradisional pada panti sehat
Bapak/Ibu/Saudara.
Semua Informasi hasil penelitian ini akan dirahasiakan dan disimpan di Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Jakarta dan hanya
digunakan untuk pengembangan kebijakan program kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Penelitian ini telah ditelaah dan disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Jakarta. Jika
48
Bapak/Ibu/Sdr memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian ini, dapat
menghubungi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jalan Percetakan Negara Nomor 29, Jakarta 10560; Telepon (021)
4244375 dengan Kepala Sub Bidang Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Penunjang:
dr. Hadi Siswoyo, MEpid (Telp. 0813-9800-0996, email: hadisaintifik@yahoo.com) atau
ketua pelaksana: drs. Ondri Dwi Sampurno, MSi.Apt (Telp. 0812-9942-953, email:
ondri19@gmail.com).
49
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai
Penelitian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris pada
Panti Sehat di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela dan saya dapat menolak
atau mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
........... , .....................................
Saksi Menyetujui
( ................................. ) ( ................................. )
50
INSTRUMEN PENILAIAN KEAMANAN
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL EMPIRIS PADA PANTI SEHAT
A. IDENTITAS PENYEHAT TRADISIONAL (HATTRA)
Nama
Umur
Pendidikan terakhir
Kepemilikan Surat
Terdaftar Pengobat
Tradisional (STPT)
1. Permenkes 1076/2003
1.1. Keterampilan
1.2. Ramuan
2. Permenkes 61/2016
2.1.Keterampilan
2.2.Ramuan
3. Expired Permenkes 1076/2003
3.1.Keterampilan
3.2.Ramuan
4. Expired Permenkes 61/2016
4.1.Keterampilan
4.2.Ramuan
5. Tidak memiliki
Jenis modalitas yang
dilakukan hattra saat
ini
1. Keterampilan
1.1.Teknik Manual
1.2.Teknik Energi
1.3.Teknik Olah Pikir
2. Ramuan
3. Kombinasi
Jenis Modalitas
Utama yang dinilai
1. Keterampilan
1.1.Teknil Manual
1.2.Teknik Energi
1.3.Teknik Olah Pikir
2. Ramuan
3. Kombinasi
Alamat
Kabupaten/Kota
RAMUAN
51
Provinsi
B. PENILAI
Nama 1.
2.
Tanggal
Waktu Mulai: …………………………. Selesai:
………………………………..
Mohon diberikan tanda pada kolom skor sesuai dengan hasil penilaian dari masing-
masing parameter. Skor mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan.
Hitung Total skor pada setiap variabel.
C. PENYEHAT TRADISIONAL (HATTRA)
No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimum
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Hattra memiliki sertifikat kompetensi
2 Hattra terdaftar sebagai anggota asosiasi
3 Hattra dalam kondisi sehat
4 Hattra berperilaku hidup bersih dan sehat
5 Hattra melakukan pelayanan kesehatan
tradisional empiris terbatas promotif dan
preventif
Total nilai Hattra 10
D. CARA PERAWATAN
No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimum
(1) (2) (3) (4) (5)
I Ramuan produksi pabrikan
6 Cara perawatan dengan ramuan produksi
pabrikan yang dilakukan sesuai dengan
prosedur operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
7 Ramuan produksi pabrikan yang
digunakan telah memiliki izin edar dari
Badan POM RI
52
8 Bentuk sediaan dari ramuan produksi
pabrikan tidak diubah ke bentuk sediaan
lain
Total nilai Ramuan produksi pabrikan 6
II Ramuan racikan sendiri
9 Cara perawatan dengan ramuan racikan
sendiri yang dilakukan sesuai dengan
prosedur operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
10 Ramuan racikan dibuat sesuai dengan
prosedur operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
11 Bahan ramuan sendiri mempunyai asal
usul yang jelas
12 Ramuan racikan sendiri tidak
menggunakan etil alcohol lebih dari 1%
13 Ramuan racikan sendiri tidak
menggunakan bahan kimia obat yang
merupakan hasil isolasi atau sintetik
berhasiat obat, narkotika dan psikotropika
14 Ramuan racikan sendiri tidak
menggunakan tanaman obat yang dilarang
sesuai peraturan yang berlaku
15 Ramuan racikan sendiri tidak diberikan
dalam bentuk sediaan tetes mata
16 Ramuan racikan sendiri tidak diberikan
dalam bentuk sediaan kapsul
17 Ramuan racikan sendiri tidak diberikan
dalam bentuk sediaan intra vaginal
18 Ramuan racikan sendiri tidak diberikan
dalam bentuk sediaan parenteral
19 Ramuan racikan sendiri tidak diberikan
dalam bentuk sediaan suppositoria
20 Ramuan racikan sendiri tidak boleh
dicampur dengan ramuan produksi
pabrikan
21 Label pada kemasan ramuan racikan
sendiri hanya memuat identitas klien,
keterangan cara penggunaan/pemakaian,
dan tidak boleh menambahkan keterangan
khasiat atau keterangan lain
Total nilai Ramuan racukan sendiri 26
53
E. SARANA
No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimum
(1) (2) (3) (4) (5)
22 Ruang pelayanan memenuhi persyaratan
lingkungan sehat
23 Ruang pelayanan memiliki pencahayaan
yang cukup
24 Ruang pelayanan bersifat permanen (tidak
berpindah-pindah tempat dan tidak
bergabung fisik dengan tempat tinggal
atau unit kerja lainnya)
25 Pintu ruang pelayanan tidak terkunci
26 Ukuran ruang pelayanan minimal 2 x 2,5
M
27 Ruang pelayanan yang lebih dari satu
tempat tidur harus ada sekt dengan tinggi
25 cm dari lantai dan 50 cm dari plafon
(untuk yang menggunakan matras sekat
sampai ke lantai)
28 Tersedia ruang tunggu yang terpisah dari
ruang pelayanan
29 Tersedia toilet/WC yang terpisah dari
ruang pelayanan
30 Tersedia sarana untuk cuci tangan
31 Tersedia dokumen catatan klien
32 Ruang peracikan dan penyimpanan
ramuan racikan sendiri tahan terhadap
pengaruh cuaca
33 Ruang peracikan dan penyimpanan
ramuan racikan sendiri dapat mencegah
masuknya rembesan dan bersarangnya
serangga, binatang pengerat, burung atau
binatang lainnya
34 Ruang peracikan dan penyimpanan
ramuan racikan sendiri memenuhi
hygiene dan sanitasi agar tidak tercemar
dengan kuman non pathogen atau
pencemaran khamer, jamur dan bakteri
35 Ruang peracikan dan penyimpanan
ramuan racikan sendiri memiliki alas
yang berjarak dengan tanah atau lantai
agar simplisia tidak bersentuhan dengan
tanah atau lantai
54
36 Suhu Ruang peracikan dan penyimpanan
ramuan racikan sendiri dikondisikan
sesuai dengan simplisia
37 Wadah tempat penyimpanan bahan baku
racikan diberikan label dan tertulis nama
bahan baku racikan
Total nilai Sarana 32
55
Lampiran 2. Pedoman pengisian instrumen penilaian modalitas pelayanan
kesehatan tardisional empiris pada panti sehat
A. IDENTITAS PENYEHAT TRADISIONAL
Nama
Tuliskan nama Hattra yang akan dinilai
Umur
Tuliskan umur Hattra (dibulatkan dalam tahun ke atas)
Pendidikan terakhir
Tuliskan pendidikan formal Hattra
Kepemilikan Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT)
Isikan dalam kotak yang tersedia kepemilikan STPT Hattra saat penilaian dengan
nomor yang sesuai
Jenis modalitas yang dilakukan hattra saat ini
Keterampilan Teknis Manual, seperti Pijat refleksi, Pijat Tradisional, Akupresur,
bekam, akupuntur
Keterampilan teknik Energi, seperti Prana, Reiki
Keterampilan teknik Olah Pikir, seperti Hipnotis
Modalitas Kombinasi yaitu modalitas yang teknis sudah merupakan kombinasi
keterampilan dan ramuan, seperti Spa
Isikan dalam kotak yang tersedia Jenis modalitas yang dilakukan hattra saat ini
dengan nomor yang sesuai
Jenis modalitas utama yang dinilai
Modalitas utama adalah modalitas yang paling sering dilakukan oleh Hattra dalam
pelayanan kesehatan tradisional empiris.
Keterampilan Teknis Manual, seperti Pijat refleksi, Pijat Tradisional, Akupresur,
bekam, akupuntur
Keterampilan teknik Energi, seperti Prana, Reiki
Keterampilan teknik Olah Pikir, seperti Hipnotis
Modalitas Kombinasi yaitu modalitas yang teknis sudah merupakan kombinasi
keterampilan dan ramuan, seperti Spa
Isikan dalam kotak yang tersedia jenis modalitas utama yang dinilai dengan nomor
yang sesuai
Alamat
Tuliskan alamat tempat pelayanan kesehatan tradisional empiris Hattra yang dinilai
RAMUAN
56
Kabupaten/Kota
Tuliskan nama Kabupaten/Kota lokasi tempat pelayanan kesehatan tradisional
empiris Hattra yang dinilai, dan tuliskan kode Kabupaten/Kota pada kotak yang
tersedia (sesuai kode BPS)
Provinsi
Tuliskan nama Provinsi lokasi tempat pelayanan kesehatan tradisional empiris Hattra
yang dinilai, dan tuliskan kode Provinsi pada kotak yang tersedia (sesuai kode BPS)
B. PENILAI
Nama
Tuliskan nama petugas yang melakukan penilaian
Tanggal
Tuliskan tanggal saat dilakukan penilaian
Waktu
Tuliskan waktu dimulai penilaian dan waktu selesai penilaian
C. PENYEHAT TRADISIONAL
Pernyataan 1. Hattra memiliki sertifikat kompetensi
Hattra pernah mengikuti pelatihan atau kursus yang dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK)/Lembaga
Kursus Pelatihan (LKP)/Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) yang menjadi
mitra dan diakui oleh Instansi Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen sertifikat dari LSK/LKP/LPK yang diakui (ada nomor
Pokok Sekolah Nasional/NPSN) dan kompetensi yang tercetak dalam sertifikat
sesuai dengan modalitas yang dilayankan hattra.
Skor 1:
Tidak ada dokumen sertifikat dari LSK/LKP/LPK yang diakui (tidak ada nomor
NPSN) dan kompetensi yang tercetak dalam sertifikat sesuai dengan modalitas yang
dilayankan hattra.
57
Pernyataan 2. Hattra terdaftar sebagai anggota asosiasi
Hattra menjadi anggota asosiasi penyehat tradisional empiris yang dibuktikan dengan
adanya kartu anggota atau sertifikat keanggotaan yang dikeluarkan oleh asosiasi
penyehat tradisional empiris terkait.
Nama-nama asosiasi penyehat tradisional empiris yang diakui oleh Direktorat
Pelayanan Kesehatan Tradisional:
1. Aspetri: Asosiasi Pengobatan Tradisonal Ramuan Indonesia
2. AP3I: Asosiasi Praktisi Pijat Pengobat Indonesia
3. IKNI: Ikatan Naturopati Indonesia
4. ARSI: Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia
5. PBI: Perkumpulan Bekam Indonesia
6. APALI: Andalan Penyembuh Alternatif Indonesia
7. PerP4RI: Perkumpulan Persaudaraan Pelaku dan Pemerhati Pijat Refleksi
Indonesia
8. P3AI: Persaudaraan Pelaku dan Pemerhati Indonesia
9. ASTI: Asosiasi Spa Terapis Indonesia
Skor 2:
Hasil observasi, Ada dokumen kartu anggota atau sertifikat keanggotaan yang
dikeluarkan oleh asosiasi penyehat tradisional empiris sesuai dengan modalitas yang
dilayankan.
Skor 1:
Tidak ada dokumen kartu anggota atau sertifikat keanggotaan yang dikeluarkan oleh
asosiasi penyehat tradisional empiris sesuai dengan modalitas yang dilayankan.
Pernyataan 3. Hattra dalam kondisi sehat
Hattra tidak menderita penyakit yang dapat menghambat pelayanan atau
membahayakan klien dan berkomunikasi dengan baik.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen surat keterangan sehat dari dokter dan atau dinilai sehat
fisik dan mampu berkomunikasi dengan baik menurut pengamatan penilai, tidak
menghambat pelayanan dan tidak membahayakan klien.
Skor 1:
Tidak ada dokumen surat keterangan sehat dari dokter dan dinilai tidak sehat fisik dan
tidak mampu berkomunikasi dengan baik menurut pengamatan penilai, dapat
menghambat pelayanan dan membahayakan klien.
Pernyataan 4. Hattra berperilaku hidup sehat dan bersih
Hattra berperilaku hidup sehat dan bersih dengan berpakaian rapi dan bersih,
memakai masker, dan melakukan cuci tangan setelah melakukan pelayanan kepada
klien.
Skor 2:
Hasil observasi, hattra berpakaian rapi dan bersih, memakai masker, dan melakukan
cuci tangan setelah melakukan pelayanan kepada klien.
58
Skor 1:
Hattra tidak berpakaian rapi dan bersih, tidak memakai masker, dan tidak melakukan
cuci tangan setelah melakukan pelayanan kepada klien.
Pernyataan 5. Hattra melakukan pelayanan kesehatan tradisional empiris
terbatas promotif dan preventif
Hattra melakukan cara pemeriksaan pelayanan kesehatan tradisional didasarkan pada
kemampuan wawancara, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan serta
dapat dibantu dengan alat dan teknologi yang bekerja sesuai dengan konsep kesehatan
tradisional empiris yang bersifat promotif, preventif, dan tidak kuratif.
Contoh tindakan promotif preventif: meningkatkan stamina, kebugaran, relaksasi, dan
memelihara kesehatan tubuh.
Skor 2:
Ada dokumen pencatatan cara pemeriksaan yang didasarkan pada kemampuan
wawancara, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan serta dapat dibantu
dengan alat dan teknologi yang bekerja sesuai dengan konsep kesehatan tradisional
empiris yang bersifat promotif, preventif, dan tidak kuratif.
Skor 1:
Ada dokumen pencatatan cara pemeriksaan yang didasarkan pada kemampuan
wawancara, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan serta dapat dibantu
dengan alat dan teknologi yang bekerja sesuai dengan konsep kesehatan tradisional
empiris yang bersifat kuratif atau tidak ada dokumen pencatatan hasil wawancara dan
pemeriksaan.
D. CARA PERAWATAN
I. RAMUAN PRODUKSI PABRIKAN
Pernyataan 6. Cara perawatan dengan ramuan produksi pabrikan yang
dilakukan sesuai dengan prosedur operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
Prosedur operasional baku cara perawatan dengan ramuan produksi pabrikan adalah
dokumen yang berkaitan dengan tata laksanan pelayanan kesehatan tradisional
empiris ramuan dengan produksi pabrikan yang dilakukan secara kronologis untuk
melakukan perawatan yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang paling efektif dari
Penyehat Tradisional (Hattra) ramuan menggunakan produksi pabrikan.
Skor 2:
Hasil Observasi, ada dokumen prosedur operasional baku cara perawatan kesehatan
dengan ramuan produksi pabrikan dan lengkap mulai penetapan kondisi klien dan
tindakan yang diberikan
Skor 1:
Tidak ada dokumen prosedur operasional baku
59
Pernyataan 7. Ramuan produksi pabrikan yang digunakan telah memiliki izin
edar dari Badan POM RI
Kemasan ramuan produksi pabrikan yang digunakan oleh Hattra tercantum nomor
izin edar dari Badan POM RI berupa TR atau TI (tidak berlaku untuk PIRT atau
lainnya)
Skor 2:
Hasil Observasi, seluruh Ramuan produksi pabrikan yang digunakan oleh Hattra,
pada kemasannya tercantum nomor izin edar dari Badan POM
Skor 1:
Ada ≥1 Ramuan produksi pabrikan yang digunakan oleh Hattra, pada kemasannya
tidak tercantum nomor izin edar dari Badan POM
Pernyataan 8. Bentuk sediaan dari ramuan produksi pabrikan tidak diubah ke
bentuk sedian lain
Ramuan produksi pabrikan yang digunakan oleh Hattra dalam bentuk sediaan yang
sesuai dengan bentuk sediaan seperti yang tercantum pada kemasan ramuan produksi
pabrikan; ramuan produksi pabrikan tidak dilakukan peracikan kembali oleh Hattra.
Skor 2:
Hasil observasi, seluruh Ramuan produksi pabrikan yang digunakan oleh Hattra
sesuai dengan bentuk sediaan seperti yang tercantum pada kemasannya dan tidak
dilakukan peracikan kembali
Skor 1:
Ada ≥1 Ramuan produksi pabrikan yang digunakan oleh hattra yang tidak sesuai
dengan bentuk sediaan seperti yang tercantum pada kemasannya atau diracik kembali
B. RAMUAN RACIKAN SENDIRI
Pernyataan 9. Cara perawatan dengan ramuan racikan sendiri yang dilakukan
sesuai dengan prosedur operasional baku yang tertulis/didokumentasikan
Ramuan racikan sendiri adalah satu atau gabungan bahan alam dapat berupa bagian
tanaman segar/kering/simplisia/ekstrak, mineral dan hewan yang diolah sendiri oleh
Hattra dengan peralatan sederhana. Prosedur operasional baku cara perawatan dengan
ramuan racikan sendiri adalah dokumen yang berkaitan dengan tata laksana
pelayanan kesehatan tradisional empiris ramuan dengan racikan sendiri yang
dilakukan secara kronologis untuk melakukan perawatan yang bertujuan untuk
memperoleh hasil yang paling efektif dari Hattra ramuan menggunakan ramuan
racikan sendiri.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen prosedur operasional baku cara perawatan kesehatan
dengan ramuan racikan sendiri dan lengkap mulai penetapan kondisi klien dan
tindakan yang diberikan
Skor 1:
Tidak ada dokumen prosedur operasional baku
60
Pernyataan 10. Ramuan racikan sendiri dibuat sesuai dengan prosedur
operasional baku yang tertulis/didokumentasikan
Prosedur operasional baku pembuatan ramuan racikan sendiri adalah dokumen yang
berkaitan dengan rincian yang dilakukan secara kronologis untuk melakukan
pembuatan ramuan racikan sendiri yang bertujuan untuk memperoleh ramuan sendiri
yang bermutu.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen prosedur operasional baku pembuatan ramuan racikan
sendiri dan lengkap mulai perolehan bahan bahan baku dan penyajian ramuan racikan
sendiri
Skor 1:
Tidak ada dokumen prosedur operasional baku
Pernyataan 11. Bahan baku ramuan racikan sendiri mempunyai asal usul yang
jelas
Kejelasan asal usul bahan baku berkaitan dengan mutu bahan baku yang digunakan
untuk pembuatan ramuan racikan sendiri. Bahan baku yang diperoleh dari pasar,
tanaman liar atau hasil budidaya mempunyai perbedaan dalam konsistensi mutu.
Bahan baku ramuan racikan sendiri wajib memenuhi persyaratan mutu. Bahan baku
yang memenuhi persyaratan mutu memiliki dokumen mutu (certificate of Analysis)
yang dikeluarkan laboratorium yang diakui.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen mutu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan
ramuan racikan sendiri.
Skor 1:
Tidak ada dokumen mutu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan ramuan
racikan sendiri.
Pernyataan 12. Ramuan racikan sendiri tidak menggunakan etil alkohol lebih
dari 1%
Catatan atau dokumen formula menguraikan penggunaan etil alkohol dalam ramuan
racikan sendiri bentuk cairan yang dibuat oleh Hattra tidak melebihi 1% dari total
volume ramuan
Skor 2:
Hasil observasi, catatan atau dokumen formula menguraikan penggunaan etil alkohol
dalam ramuan racikan sendiri bentuk cairan yang dibuat oleh Hattra tidak melebihi
1% dari total volume ramuan
Skor 1:
Catatan atau dokumen formula menguraikan penggunaan etil alkohol dalam ramuan
racikan sendiri yang dibuat oleh Hattra melebihi 1% dari total volume ramuan
61
Pernyataan 13. Ramuan racikan sendiri tidak menggunakan bahan kimia obat
yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat, narkotika dan
psikotropika
Bahan kimia obat atau sintetik berkhasiat obat, narkotika dan psikotropika adalah
bahan baku hasil sintesis kimiawi atau produk jadinya yang digolongkan sebagai
obat. Ramuan obat tradisional dilarang ditambahkan bahan kimia obat, narkotika dan
psikotropika. Penambahan bahan kimia obat dalam ramuan obat tradisional dapat
menimbulkan interaksi antara obat dengan ramuan obat tradisional.
Skor 2:
Hasil observasi. tidak dbutirukan kemasan bahan kimia obat atau sintetik berkhasiat
obat, narkotika dan psikotropika di ruang peracikan/pembuatan ramuan racikan
sendiri.
Skor 1:
Dbutirukan kemasan bahan kimia obat atau sintetik berkhasiat obat, narkotika dan
psikotropika di ruang peracikan/pembuatan ramuan racikan sendiri.
Pernyataan 14. Ramuan racikan sendiri tidak menggunakan tanaman obat yang
dilarang sesuai peraturan yang berlaku
Dokumen daftar tanaman obat untuk ramuan racikan sendiri yang digunakan oleh
Hattra tidak terdapat nama tanaman obat yang dilarang yaitu
1. Abri semen (biji saga) 2. Aconiti herba (herba akonitum)
3. Adonidis vernalis herba (herba
adonidis)
4. Arcangelica flava
5. Aristolochia 6. Artemisiae folium (daun artemisia)
7. Belladonae herba (herba belado) 8. Berberis sp
9. Cataranthus roseus (tapak dara), 10. Chelidonium majus
11. Cinchonae cortex (kulit batang kina) 12. Colchici semen (biji kolkhisi)
13. Colocinthidis semen 14. Colocinthindis fructus
15. Coptis sp 16. Crotonis semen
17. Crotonis oleum 18. Datura semen (biji kecubung)
19. Digitalis folium (daun digitalis) 20. Ephedra herba (herba efedra)
21. Filicis rhizome (akar filisis) 22. Gandarusa
23. Gummi gutti (gum resin) 24. Hydrastidis rhizome (akar
hidrastis)
25. Hypericum perforatum herba (St.
John’s wort/Klamath weed)
26. Hyoscyami folium (daun hiosiami)
27. Lantanae folium (daun tembelekan) 28. Lobelia herba (herba lobelia)
29. Mahonia sp, 30. Methystici folium (daun wati/kava-
kava)
31. Mitragynae folium (daun kratom) 32. Nerii folium (daun oleander)
33. Nerii fructus (buah oleander) 34. Pinneliae tuber
35. Phellodendron sp 36. Podophylli rhizome (akar
podofilum)
37. Podophylli resin (damar podofilum) 38. Sabadillae semen (biji sabadila)
39. Scammoniae radix (akar skamonia) 40. Scammoniae semen (biji skamonia)
62
41. Scillae bulbus (umbi skila) 42. Strophanthi semen (biji strofanti)
43. Strychni semen (biji strihni) 44. Strychni radix (akar strihni)
45. Symphytum folium (daun confrey) 46. Tinosporae radix (akar brotowali),
Skor 2:
Hasil Observasi, catatan atau dokumen formula tidak dbutirukan tanaman obat yang
dilarang.
Skor 1:
Catatan atau dokumen formula dbutirukan tanaman obat yang dilarang.
Pernyataan 15. Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan
tetes mata
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan sediaan pada selaput lender mata dari bola mata. Sediaan
tetes mata hanya dapat dibuat di fasilitas yang tersertifikasi cara pembuatan yang baik
untuk sediaan steril. Fasilitas untuk pembuatan ramuan racikan sendiri oleh Hattra
tidak memenuhi syarat untuk membuat sediaan tetes mata.
Skor 2:
Hasil observasi, di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan
racikan sendiri tidak melakukan pembuatan sediaan tetes mata dan/atau tidak
dbutirukan sediaan ramuan tetes mata racikan sendiri
Skor 1:
Di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan racikan sendiri
melakukan pembuatan sediaan tetes mata dan/atau dbutirukan sediaan ramuan tetes
mata racikan sendiri
Pernyataan 16. Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan
kapsul
Ramuan dalam bentuk sediaan kapsul hanya dapat berisi ekstrak. Sediaan kapsul
hanya dapat dibuat oleh tenaga kefarmasian di fasilitas yang tersertifikasi cara
pembuatan yang baik untuk sediaan kapsul. Hattra dan fasilitasnya tidak memenuhi
syarat untuk membuat sediaan kapsul.
Skor 2:
Hasil observasi, di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan
racikan sendiri tidak melakukan pembuatan sediaan kapsul dan/atau tidak dbutirukan
sediaan ramuan kapsul racikan sendiri
Skor 1:
Di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan racikan sendiri
melakukan pembuatan sediaan kapsul dan/atau dbutirukan sediaan ramuan kapsul
racikan sendiri
63
Pernyataan 17. Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan
intra vaginal
Sediaan intra vaginal adalah sediaan setengah padat yang pemberiannya melalui
vagina. Ramuan dalam bentuk sediaan intra vaginal hanya dapat dibuat oleh tenaga
kefarmasian di fasilitas yang tersertifikasi cara pembuatan yang baik untuk sediaan
intra vaginal. Hattra dan fasilitasnya tidak memenuhi syarat untuk membuat sediaan
intra vaginal.
Skor 2:
Hasil observasi, di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan
racikan sendiri tidak melakukan pembuatan sediaan intra vaginal dan/atau tidak
dbutirukan sediaan intra vaginal
Skor 1:
Di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan racikan sendiri
melakukan pembuatan sediaan intra vaginal dan/atau dbutirukan sediaan intra vaginal
Pernyataan 18. Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan
parenteral
Sediaan parenteral atau dikenal sebagai injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,
emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan secara perenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan
dalam atau melalui kulit atau selaput. Ramuan racikan sendiri dalam bentuk sediaan
parenteral hanya dapat dibuat oleh tenaga kefarmasian di fasilitas yang tersertifikasi
cara pembuatan yang baik untuk sediaan steril. Hattra dan fasilitasnya tidak
memenuhi syarat untuk membuat bentuk sediaan parenteral.
Skor 2:
Hasil observasi, di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan
racikan sendiri tidak melakukan pembuatan sediaan parenteral dan/atau tidak
dbutirukan sediaan parenteral
Skor 1:
Di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan racikan sendiri
melakukan pembuatan sediaan suppositoria dan/atau dbutirukan sediaan parenteral
Pernyataan 19. Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan
suppositoria
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan
melalui rectal, vagina atau saluran kencing. Ramuan dalam bentuk sediaan
suppositoria hanya dapat dibuat oleh tenaga kefarmasian di fasilitas yang tersertifikasi
cara pembuatan yang baik untuk sediaan suppositoria. Hattra dan fasilitasnya tidak
memenuhi syarat untuk membuat sediaan suppositoria.
Skor 2:
Hasil observasi, di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan
racikan sendiri tidak melakukan pembuatan sediaan suppositoria dan/atau tidak
dbutirukan sediaan ramuan suppositoria racikan sendiri
64
Skor 1:
Di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan racikan sendiri
melakukan pembuatan sediaan suppositoria dan/atau dbutirukan sediaan suppositoria
Pernyataan 20. Ramuan racikan sendiri tidak boleh dicampur dengan ramuan
produksi pabrikan
Ramuan racikan sendiri yang dibuat oleh Hattra tidak menggunakan bahan yang
berasal dari mengoplos ramuan produksi pabrikan.
Skor 2:
Hasil observasi, Hattra tidak melakukan pembuatan ramuan racikan sendiri dengan
menggunakan bahan yang berasal dari mencampur/mengoplos ramuan produksi
pabrikan
Skor 1:
Hattra melakukan pembuatan ramuan racikan sendiri dengan menggunakan bahan
yang berasal dari mencampur/mengoplos ramuan produksi pabrikan
Pernyataan 21. Label pada kemasan ramuan racikan sendiri hanya memuat
identitas klien, keterangan cara penggunaan/pemakaian, dan tidak boleh
menambahkan keterangan khasiat atau keterangan lain
Label kemasan ramuan racikan sendiri yang diberikan kepada klien hanya memuat
identitas klien, keterangan cara penggunaan/pemakaian, dan tidak boleh
menambahkan keterangan khasiat atau keterangan lain
Skor 2:
Hasil observasi, Label kemasan ramuan racikan sendiri yang diberikan kepada klien
hanya memuat identitas klien, keterangan cara penggunaan/ pemakaian
Skor 1:
Label kemasan ramuan racikan sendiri yang diberikan kepada klien menambahkan
keterangan khasiat
E. SARANA
Pernyataan 22. Ruang pelayanan yang memenuhi persyaratan lingkungan sehat.
Ruang pelayanan (ruang kerja bagi hattra) dapat disamakan dengan ruang kerja
perkantoran. Sesuai dengan Permenkes No. 48 tahun 2016 tentang K3 Perkantoran,
lingkungan kerja di perkantoran harus memenuhi persyaratan yaitu aman dan sehat.
Ruang pelayanan tersebut disamping harus aman ( bangunan kokoh / permanen ) juga
harus bebas dari bahaya fisik, kimia dan biologi. Minimal ruang pelayanan sebaiknya
bersifat permanen , cukup pencahayaan , tidak berisik / bising, cukup ventilasi udara
artinya ada pertukaran udara, suhunya nyaman serta tidak lembab.
Skor 2:
Hasil observasi, Ruang pelayanan tidak berisik, tenang dan dilengkapi dengan
pengaturan udara yang baik (adanya: AC atau “exhaust fan “ atau jendela yang
memadai).
65
Skor 1:
Ruang pelayanan berisik, tidak tenang dan tidak dilengkapi dengan pengaturan udara
yang baik (adanya: AC atau “exhaust fan “ atau jendela yang memadai).
Pernyataan 23. Ruang pelayanan yang memiliki pencahayaan yang cukup
Nilai Batas Ambang (NAB) sesuai Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002
menentukan intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux. Sedangkan sesuai
dengan Permenkes No. 48 thn 2016 tentang K3 Perkantoran, kebutuhan “visual
performance dan harapan pemakai ruangan kantor intensitas pencahayaan harus
terpenuhi untuk menunjang kinerja, rasa nyaman, kesehatan, dan tidak
mengakibatkan gangguan kesehatan. Untuk kenyamanan mata disyaratkan
pencahayaan 300-500 lux, pekerjaan menggambar 500 lux, meeting room 300 lux,
resepsionis 300 lux, koridor 100 lux, arsip 200 lux.
Skor 2:
Hasil observasi, pencahayaan di ruang pelayanan memadai untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan tradisional dengan baik
Skor 1:
Bila pencahayaan di ruang pelayanan tidak memadai
Pernyataan 24. Ruang pelayanan bersifat permanen (tidak berpindah-pindah
tempat dan tidak bergabung fisik dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya)
Ruang pelayanan untuk hattra sebaiknya bersifat permanen, artinya tempat pelayanan
tersebut tersendiri, tidak bergabung secara fisik dengan tempat tinggal atau ruang
kerja lainnya. Disamping itu tempat pelayanan tersebut dapat memberikan rasa aman
dan nyaman, artinya dapat memberikan sifat “privacy” dan perlindungan terhadap
orang yang berada didalamnya ( bangunan kokoh ).
Skor 2:
Hasil observasi. Ruang Pelayanan bersifat permanen, tersendiri tak bergabung
dengan tempat tinggal atau ruang kerja lainnya
Skor 1:
Bila Ruang Pelayanan bersifat tidak permanen/berpindah-pindah dan bergabung
dengan tempat tinggal atau ruang kerja lainnya .
Pernyataan 25. Pintu ruang pelayanan tidak terkunci
Pintu ruang pelayanan tidak terkunci bertujuan untuk meningkatkan keamanan klien
dan tidak menimbulkan kesan negatif penyalahgunanaan panti sehat. Pintu ruangan
bisa berupa pintu pada umumnya atau tirai.
Skor 2:
Hasil observasi, ada pintu ruangan pelayanan dan pada saat pelayanan dalam keadaan
tertutup namun tidak terkunci atau ada tirai
Skor 1:
Apabila ada pintu ruangan pelayanan, namun saat pelayanan dalam keadaan terkunci.
66
Pernyataan 26. Ukuran ruang pelayanan minimal 2 x 2,5 M Ruang pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan jenis pelayanan kesehatan tradisional
yang diberikan. Ukuran ruang pelayanan sekurang-kurangnya 2 x 2,5 m.
Skor 2:
Hasil observasi, ruang pelayanan berukuran minimal lebar 2 m dan panjang 2,5 m.
Skor 1:
Apabila ruang pelayanan berukuran lebar kurang dari 2 m dan panjang kurang dari
2,5 m.
Pernyataan 27. Ruang pelayanan yang lebih dari satu tempat tidur harus ada
sekat/tirai dengan tinggi 25 cm dari lantai dan 50 cm dari plafon (untuk yang
menggunakan matras sekat sampai ke lantai)
Apabila ruang pelayanan memiliki lebih dari satu tempat tidur, maka diperlukan ada
sekat/tirai untuk memisahkan diantara tempat tidur tersebut.
Skor 2:
Hasil observasi, ruang pelayanan yang lebih dari satu tempat tidur harus ada
sekat/tirai dengan tinggi 25 cm dari lantai dan 50 cm dari plafon (untuk yang
menggunakan matras sekat sampai ke lantai).
Skor 1:
Apabila ruang pelayanan yang memiliki lebih dari satu tempat tidur terdapat
sekat/tirai dengan tinggi lebih dari 25 cm dari lantai dan lebih dari 50 cm dari plafon
(untuk yang menggunakan matras sekat tidak sampai ke lantai).
Pernyataan 28. Tersedia ruang tunggu yang terpisah dari ruang pelayanan
Panti sehat berkewajiban menyediakan ruang tunggu dan ruang pelayanan yang
memenuhi persyaratan sanitasi dan hygiene, ventilasi, dan pencahayaan yang cukup,
serta terpisah oleh sekat baik permanen/ dinding tembok maupun non-permanen
sehingga terjaga kerahasiaan dan kenyamanan klien pada saat dilakukan pemeriksaan
oleh hattra di ruang pelayanan dari pengunjung lainnya di ruang tunggu. Sekat
permanen adalah partisi yang dibuat khusus dan tidak dapat dipindahtempatkan
kecuali dengan dibongkar. Sedangkan sekat non-permanen adalah partisi yang
bentuk, ukuran dan modelnya fleksibel dan mudah dipindah-pindahkan.
Skor 2:
Hasil observasi, ada sekat permanen yang memisahkan ruang tunggu dengan ruang
pelayanan.
Skor 1:
Ada sekat tidak permanen yang memisahkan ruang tunggu dengan ruang pelayanan.
Pernyataan 29. Tersedia toilet/WC yang terpisah dari ruang pelayanan
Panti sehat berkewajiban menyediakan toilet/ WC yang terpisah dari ruang pelayanan
agar kenyamanan klien terjamin.
67
Skor 2:
Hasil observasi, ada sekat permanen yang memisahkan toilet/ WC dari ruang
pelayanan.
Skor 1:
Ada sekat tidak permanen yang memisahkan toilet/ WC dari ruang pelayanan.
Pernyataan 30. Tersedia sarana untuk cuci tangan
Panti sehat berkewajiban menyediakan sarana untuk cuci tangan yang memenuhi
persyaratan yaitu menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.
Skor 2:
Hasil observasi. ada sarana untuk cuci tangan yang memenuhi persyaratan yaitu
menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.
Skor 1:
Ada sarana untuk cuci tangan yang tidak memenuhi persyaratan yaitu tidak
menggunakan air bersih yang mengalir tanpa sabun.
Pernyataan 31. Tersedia dokumen catatan klien
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan tradisional empiris penyehat tradisional
wajib melakukan pencatatan dan pelaporan. Pencatatan yang dimaksud terdiri atas
catatan identitas dan riwayat pelayanan kesehatan klien selama di Panti Sehat.
Pedoman isi catatan klien dapat meliputi:
a. Identitas klien yang berisi nama, umur, jenis kelamin dan alamat
b. Kunjungan baru dan kunjungan lama
c. Keluhan klien
d. Tindakan yang dilakukan, termasuk obat tradisional yang diberikan
e. Keterangan meliputi nasihat, anjuran atau keterangan lain yang diperlukan
Skor 2:
Hasil observasi, tersedia dokumen catatan klien.
Skor 1:
Tidak tersedia dokumen catatan klien.
Pernyataan 32. Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri
tahan terhadap pengaruh cuaca
Panti sehat berkewajiban menyediakan ruang peracikan dan ruang penyimpanan
ramuan racikan tersendiri. Maka sesuai Peraturan Kepala BPOM Nomor
HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011, tentang Persyaratan Teknis Cara Pembuatan
Obat Tradisional Yang Baik, diharapkan ruang penyimpanan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Area penyimpanan hendaklah rapi dan bersih.
b. Konstruksi area penyimpanan tergantung dari bahan yang akan disimpan. Area
hendaklah diberi penandaan yang baik dan bahan hendaklah disimpan sedemikian
rupa untuk menghindarkan resiko kontaminasi silang. Hendaklah ditetapkan dan
diberi tanda suatu area karantina untuk semua bahan yang baru datang.
68
c. Tata letak area penyimpanan hendaklah sedemikian rupa untuk memungkinkan
pemisahan bahan dari berbagai kategori secara efektif dan teratur serta
memungkinkan rotasi stok.
d. Untuk melindungi bahan yang disimpan dan untuk mengurangi resiko serangan
hama hendaklah diberi batas durasi penyimpanan semua bahan yang tidak
terbungkus.
e. Bahan segar yang baru tiba hendaklah diproses sedini mungkin kecuali ditetapkan
lain. Bila diperlukan, bahan tersebut hendaklah disimpan pada suhu antara 2C
dan 8C.
f. Jika bahan disimpan dalam bentuk ruahan, untuk mengurangi risiko pembentukan
kapang atau fermentasi dianjurkan agar menyimpannya di ruangan atau di dalam
wadah yang diventilasi dengan baik.
g. Bahan hendaklah tidak diletakkan di lantai meskipun dimasukkan ke dalam tong
fiber, kantong atau kotak dan hendaklah penyimpanannya diberi cukup ruang
untuk memungkinkan pembersihan dan pemeriksaan.
h. Penyimpanan bahan awal, ekstrak, tingtur dan sediaan lain mungkin memerlukan
kondisi khusus untuk kelembaban dan suhu atau perlindungan terhadap cahaya.
i. Bahan awal, termasuk bahan mentah, hendaklah disimpan di area kering yang
dijaga terhadap kelembaban dan diproses menurut prinsip “pertama masuk,
pertama keluar” (FIFO).
j. Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan
produk yang ditolak atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.
k. Bahan pengemas cetakan merupakan bahan yang kritis karena menyatakan
kebenaran produk menurut penandaannya.
Skor 2:
Hasil observasi, Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri memadai
untuk tahan terhadap pengaruh cuaca (dalam ruangan yang tidak lembab dan tidak
terkena sinar matahari langsung).
Skor 1:
Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri tidak tahan terhadap
pengaruh cuaca (dalam ruangan yang lembab dan terkena sinar matahari langsung).
Pernyataan 33. Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri
dapat mencegah masuknya rembesan dan bersarangnya serangga, binatang
pengerat, burung atau binatang lainnya
Panti sehat berkewajiban menyediakan ruang peracikan dan ruang penyimpanan
ramuan racikan sendiri dapat mencegah masuknya rembesan dan bersarangnya
serangga, binatang pengerat, burung atau binatang lainnya. Maka sesuai Peraturan
Kepala BPOM Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 tentang Persyaratan
Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, untuk melindungi bahan yang
disimpan dan untuk mengurangi resiko serangan hama hendaklah diberi batas durasi
penyimpanan semua bahan yang tidak terbungkus.
69
Skor 2:
Hasil observasi, ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri memadai
untuk dapat mencegah masuknya rembesan dan bersarangnya serangga, binatang
pengerat, burung atau binatang lainnya.
Skor 1:
Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri dbutirukan bekas
rembesan air atau sarang serangga, binatang pengerat, burung atau binatang lainnya.
Pernyataan 34. Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri
memenuhi hygiene dan sanitasi agar tidak tercemar dengan kuman non
pathogen atau pencemaran khamir, jamur dan bakteri
Prosedur rutin yang dilakukan untuk menjamin ruangan bersih dari barang-barang
infeksius, berbahaya, debu dan kotoran berupa rutinitas dalam menyapu dan
mengepel ruangan, membersihkan lubang angin, membersihkan jendela setiap hari,
rutinitas membersihkan pendingin ruangan (AC) bila ada minimal 3 bulan sekali (ada
jadwal tertulis). Seluruh bangunan dan fasilitas area penyimpanan dan lingkungan
sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi
bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan
dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan
tersebut tidak memengaruhi mutu ramuan
Skor 2:
Hasil observasi, lantai bersih, berwarna terang dan ruangan tercium wangi
desinfektan. Pada swab lemari/ meja tempat penyimpanan ramuan, lubang angin,
jendela, kipas angin dan AC (bila ada) menggunakan tissue tidak ada debu yang
menempel. Terdapat jadwal membersihkan AC tertulis. Ruangan dalam keadaan rapi
dan tidak ada kerusakan.
Skor 1:
Lantai kotor dan ruangan tercium wangi tidak enak. Pada swab lemari/ meja tempat
penyimpanan ramuan, lubang angina, jendela, kipas angin dan AC (bila ada)
menggunakan tissue kotor dan banyak debu yang menempel. Ruangan berantakan
dan dbutirukan banyak kerusakan.
Pernyataan 35. Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri
memiliki alas yang berjarak dengan tanah atau lantai agar simplisia tidak
bersentuhan dengan tanah atau lantai
Suatu prosedur penyimpanan untuk mencegah pencemaran bahan ramuan dari zat-zat
yang berpotensi menimbulkan kontaminasi yang berasal dari lantai.
Skor 2:
Hasil observasi, ramuan disimpan dalam lemari/meja khusus untuk menyimpan
ramuan agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai. Bagian bawah lemari/ meja
terbuka agar mudah disapu/ dipel.
Skor 1:
ramuan disimpan bersentuhan dengan lantai. Walaupun disimpan dalam tong/ wadah
yang tertutup.
70
Pernyataan 36. Suhu Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan
sendiri dikondisikan sesuai dengan simplisia Usaha dalam mengendalikan suhu ruangan agar bahan ramuan tidak terkena panas
yang mempercepat kerusakan.
Skor 2:
Hasil observasi, ruangan penyimpanan ramuan racikan sendiri dikondisikan sesuai
dengan simplisia, seperti simplisia tertentu perlu suhu dingin maka dipasang
pendingin ruangan (AC).
Skor 1:
Ruangan penyimpanan ramuan racikan sendiri tidak dikondisikan sesuai dengan
simplisia, misalnya simplisia perlu suhu dingin namun tidak terpasang AC, tidak
mempunyai ventilasi yang cukup, yaitu luas lubang ventilasi (pintu, jendela, lubang
angin) 1/9 luas lantai atau lebih.
Ruangan penyimpanan ramuan racikan sendiri tidak dikondisikan sesuai dengan
simplisia.
Pernyataan 37. Wadah tempat penyimpanan bahan baku racikan diberikan
label dan tertulis nama bahan baku racikan
Penilaian terhadap wadah tempat penyimpanan bahan baku racikan. Label yang
dimaksud adalah uraian yang menjelaskan isi bahan baku racikan dalam wadah.
Skor 2:
Hasil observasi, wadah tempat penyimpanan bahan baku racikan diberikan label dan
tertulis nama bahan baku racikan.
Skor 1:
Wadah tempat penyimpanan bahan baku racikan tidak diberikan label dan tidak
tertulis
71
Lampiran 3. Form instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empiris keterampilan pada panti sehat
INSTRUMEN PENILAIAN KEAMANAN
MODALITAS PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL EMPIRIS KETERAMPILAN PADA PANTI SEHAT
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Dan Pelayanan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jalan Percetakan Negara Nomor 29
Jakarta 10560
72
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Dan Pelayanan Kesehatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jalan Percetakan Negara Nomor 29
Jakarta 10560
Penelitian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris pada
Panti Sehat di 12 Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali
NASKAH PENJELASAN
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan pada
Tahun 2019 akan melakukan Penelitian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan
Tradisional Empiris pada Panti Sehat di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris pada panti sehat.
Observasi terhadap keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional pada
panti sehat Bapak/Ibu/Saudara dengan menggunakan instrument penilaian membutuhkan
waktu kurang lebih 60 menit. Dimungkinkan juga diperlukan klarifikasi terhadap
parameter yang diobservasi. Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk perbaikan
instrument penilaian sebagai dasar pemberian rekomendasi perolehan STPT oleh Dinkes
Kabupaten/Kota, dan sebagai dasar materi pembinaan oleh Kementerian Kesehatan c.q
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris dan Dinkes Kabupaten/Kota.
Untuk itu mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara mengizinkan kami untuk dapat
melakukan observasi modalitas pelayanan kesehatan 72 radicional pada panti sehat
Bapak/Ibu/Saudara.
Semua Informasi hasil penelitian ini akan dirahasiakan dan disimpan di Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Jakarta dan hanya
digunakan untuk pengembangan kebijakan program kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Penelitian ini telah ditelaah dan disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Jakarta. Jika
73
Bapak/Ibu/Sdr memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian ini, dapat
menghubungi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jalan Percetakan Negara Nomor 29, Jakarta 10560; Telepon (021)
4244375 dengan Kepala Sub Bidang Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Penunjang:
dr. Hadi Siswoyo, Mepid (Telp. 0813-9800-0996, email: hadisaintifik@gmail.com) atau
ketua pelaksana: drs. Ondri Dwi Sampurno, Msi.Apt (Telp. 0812-9942-953, email:
ondri19@gmail.com).
74
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai
Penelitian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris pada
Panti Sehat di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela dan saya dapat menolak
atau mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
…........ , …..................................
Saksi Menyetujui
( ….............................. ) ( ….............................. )
75
INSTRUMEN PENILAIAN KEAMANAN
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL EMPIRIS PADA PANTI SEHAT
A. IDENTITAS PENYEHAT TRADISIONAL (HATTRA)
Nama
Umur
Pendidikan terakhir
Kepemilikan Surat
Terdaftar Pengobat
Tradisional (STPT)
6. Permenkes 1076/2003
1.3. Keterampilan
1.4. Ramuan
7. Permenkes 61/2016
2.3.Keterampilan
2.4.Ramuan
8. Expired Permenkes 1076/2003
3.3.Keterampilan
3.4.Ramuan
9. Expired Permenkes 61/2016
4.3.Keterampilan
4.4.Ramuan
10. Tidak memiliki
Jenis modalitas yang
dilakukan hattra saat
ini
4. Keterampilan
1.4.Teknik Manual
1.5.Teknik Energi
1.6.Teknik Olah Pikir
5. Ramuan
6. Kombinasi
Jenis Modalitas
Utama yang dinilai
4. Keterampilan
1.4.Teknil Manual
1.5.Teknik Energi
1.6.Teknik Olah Pikir
5. Ramuan
6. Kombinasi
Alamat
Kabupaten/Kota
KETERAMPILAN
76
Provinsi
B. PENILAI
Nama 1.
2.
Tanggal
Waktu Mulai: …………………………. Selesai:
………………………………..
Mohon diberikan tanda pada kolom skor sesuai dengan hasil penilaian dari masing-
masing parameter. Skor mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan.
Hitung Total skor pada setiap variabel.
C. PENYEHAT TRADISIONAL (HATTRA)
No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimum
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Hattra memiliki sertifikat kompetensi
2 Hattra terdaftar sebagai anggota asosiasi
3 Hattra dalam kondisi sehat
4 Hattra berperilaku hidup dan bersih
5 Hattra melakukan pelayanan kesehatan
tradisional empiris terbatas promotif dan
preventif
Total nilai Hattra 10
D. CARA PERAWATAN
No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimum
(1) (2) (3) (4) (5)
I Keterampilan dengan alat kesehatan
tradisional empiris
6 Cara perawatan keterampilan dengan alat
kesehatan tradisional empiris yang
dilakukan sesuai dengan prosedur
77
operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
7 Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan tidak termasuk alat kedokteran
dan penunjang dagnostik kedokteran
8 Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan tidak mengandung obat
9 Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan tidak bersifat invasif
10 Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan memiliki sertifikat produksi
11 Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan dilakukan pemeliharaan secara
rutin
12 Alat kesehatan tradisional import memiliki
izin edar
Total Nilai Keterampilan dengan alat 14
No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimum
(1) (2) (3) (4) (5)
II Keterampilan tanpa alat kesehatan
tradisional empiris
13 Cara perawatan keterampilan tanpa alat
yang dilakukan sesuai dengan prosedur
operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
14 Bahan pelicin yang digunakan tersimpan
dalam wadah yang terhindar potensi
pencemaran
15 Cara perawatan dengan energi dan olah
pikir dilakukan tanpa memberikan sugesti
berlebihan
16 Cara perawatan tidak dilakukan pada
bagian tubuh yang berisiko (bagian tubuh
yang mengalami peradangan, infeksi kulit,
patah tulang, luka terbuka, luka bakar,
varises atau di atas lokasi tumor/kanker)
Total nilai Keterampilan tanpa alat 8
78
E. SARANA
No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimum
(1) (2) (3) (4) (5)
17 Ruang pelayanan memenuhi persyaratan
lingkungan sehat
18 Ruang pelayanan memiliki pencahayaan
yang cukup
19 Ruang pelayanan bersifat permanen (tidak
berpindah-pindah tempat dan tidak
bergabung fisik dengan tempat tinggal
atau unit kerja lainnya)
20 Pintu ruang pelayanan tidak terkunci
21 Ukuran ruang pelayanan minimal 2 x 2,5
M
22 Ruang pelayanan yang lebih dari satu
tempat tidur harus ada sekt dengan tinggi
25 cm dari lantai dan 50 cm dari plafon
(untuk yang menggunakan matras sekat
sampai ke lantai)
23 Tersedia ruang tunggu yang terpisah dari
ruang pelayanan
24 Tersedia toilet/WC yang terpisah dari
ruang pelayanan
25 Tersedia sarana untuk cuci tangan
26 Tersedia dokumen catatan klien
Total nilai Sarana 20
79
Lampiran 4. Pedoman pengisian instrumen penilaian keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat
A. IDENTITAS PENYEHAT TRADISIONAL
Nama
Tuliskan nama Hattra yang akan dinilai
Umur
Tuliskan umur Hattra (dibulatkan dalam tahun ke atas)
Pendidikan terakhir
Tuliskan pendidikan formal Hattra
Kepemilikan Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT)
Isikan dalam kotak yang tersedia kepemilikan STPT Hattra saat penilaian dengan
nomor yang sesuai
Jenis modalitas yang dilakukan hattra saat ini
Keterampilan Teknis Manual, seperti Pijat refleksi, Pijat Tradisional, Akupresur,
bekam, akupuntur
Keterampilan teknik Energi, seperti Prana, Reiki
Keterampilan teknik Olah Pikir, seperti Hipnotis
Modalitas Kombinasi yaitu modalitas yang teknis sudah merupakan kombinasi
keterampilan dan ramuan, seperti Spa
Isikan dalam kotak yang tersedia Jenis modalitas yang dilakukan hattra saat ini
dengan nomor yang sesuai
Jenis modalitas utama yang dinilai
Modalitas utama adalah modalitas yang paling sering dilakukan oleh Hattra dalam
pelayanan kesehatan tradisional empiris.
Keterampilan Teknis Manual, seperti Pijat refleksi, Pijat Tradisional, Akupresur,
bekam, akupuntur
Keterampilan teknik Energi, seperti Prana, Reiki
Keterampilan teknik Olah Pikir, seperti Hipnotis
Modalitas Kombinasi yaitu modalitas yang teknis sudah merupakan kombinasi
keterampilan dan ramuan, seperti Spa
Isikan dalam kotak yang tersedia jenis modalitas utama yang dinilai dengan nomor
yang sesuai
Alamat
Tuliskan alamat tempat pelayanan kesehatan tradisional empiris Hattra yang dinilai
KETERAMPILAN
80
Kabupaten/Kota
Tuliskan nama Kabupaten/Kota lokasi tempat pelayanan kesehatan tradisional
empiris Hattra yang dinilai, dan tuliskan kode Kabupaten/Kota pada kotak yang
tersedia (sesuai kode BPS)
Provinsi
Tuliskan nama Provinsi lokasi tempat pelayanan kesehatan tradisional empiris Hattra
yang dinilai, dan tuliskan kode Provinsi pada kotak yang tersedia (sesuai kode BPS)
B. PENILAI
Nama
Tuliskan nama petugas yang melakukan penilaian
Tanggal
Tuliskan tanggal saat dilakukan penilaian
Waktu
Tuliskan waktu dimulai penilaian dan waktu selesai penilaian
C. PENYEHAT TRADISIONAL
Pernyataan 1. Hattra memiliki sertifikat kompetensi
Hattra pernah mengikuti pelatihan atau kursus yang dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK)/Lembaga
Kursus Pelatihan (LKP)/Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) yang menjadi
mitra dan diakui oleh Instansi Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen sertifikat dari LSK/LKP/LPK yang diakui (ada nomor
Pokok Sekolah Nasional/NPSN) dan kompetensi yang tercetak dalam sertifikat
sesuai dengan modalitas yang dilayankan hattra.
Skor 1:
Tidak ada dokumen sertifikat dari LSK/LKP/LPK yang diakui (tidak ada nomor
NPSN) dan kompetensi yang tercetak dalam sertifikat sesuai dengan modalitas yang
dilayankan hattra.
81
Pernyataan 2. Hattra terdaftar sebagai anggota asosiasi
Hattra menjadi anggota asosiasi penyehat tradisional empiris yang dibuktikan dengan
adanya kartu anggota atau sertifikat keanggotaan yang dikeluarkan oleh asosiasi
penyehat tradisional empiris terkait.
Nama-nama asosiasi penyehat tradisional empiris yang diakui oleh Direktorat
Pelayanan Kesehatan Tradisional:
1. Aspetri: Asosiasi Pengobatan Tradisonal Ramuan Indonesia
2. AP3I: Asosiasi Praktisi Pijat Pengobat Indonesia
3. IKNI: Ikatan Naturopati Indonesia
4. ARSI: Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia
5. PBI: Perkumpulan Bekam Indonesia
6. APALI: Andalan Penyembuh Alternatif Indonesia
7. PerP4RI: Perkumpulan Persaudaraan Pelaku dan Pemerhati Pijat Refleksi
Indonesia
8. P3AI: Persaudaraan Pelaku dan Pemerhati Indonesia
9. ASTI: Asosiasi Spa Terapis Indonesia
Skor 2:
Hasil observasi, Ada dokumen kartu anggota atau sertifikat keanggotaan yang
dikeluarkan oleh asosiasi penyehat tradisional empiris sesuai dengan modalitas yang
dilayankan.
Skor 1:
Tidak ada dokumen kartu anggota atau sertifikat keanggotaan yang dikeluarkan oleh
asosiasi penyehat tradisional empiris sesuai dengan modalitas yang dilayankan.
Pernyataan 3. Hattra dalam kondisi sehat
Hattra tidak menderita penyakit yang dapat menghambat pelayanan atau
membahayakan klien dan berkomunikasi dengan baik.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen surat keterangan sehat dari dokter dan atau dinilai sehat
fisik dan mampu berkomunikasi dengan baik menurut pengamatan penilai, tidak
menghambat pelayanan dan tidak membahayakan klien.
Skor 1:
Tidak ada dokumen surat keterangan sehat dari dokter dan dinilai tidak sehat fisik dan
tidak mampu berkomunikasi dengan baik menurut pengamatan penilai, dapat
menghambat pelayanan dan membahayakan klien.
Pernyataan 4. Hattra berperilaku hidup sehat dan bersih
Hattra berperilaku hidup sehat dan bersih dengan berpakaian rapi dan bersih,
memakai masker, dan melakukan cuci tangan setelah melakukan pelayanan kepada
klien.
Skor 2:
Hasil observasi, hattra berpakaian rapi dan bersih, memakai masker, dan melakukan
cuci tangan setelah melakukan pelayanan kepada klien.
82
Skor 1:
Hattra tidak berpakaian rapi dan bersih, tidak memakai masker, dan tidak melakukan
cuci tangan setelah melakukan pelayanan kepada klien.
Pernyataan 5. Hattra melakukan pelayanan kesehatan tradisional empiris
terbatas promotif dan preventif
Hattra melakukan cara pemeriksaan pelayanan kesehatan tradisional didasarkan pada
kemampuan wawancara, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan serta
dapat dibantu dengan alat dan teknologi yang bekerja sesuai dengan konsep kesehatan
tradisional empiris yang bersifat promotif, preventif, dan tidak kuratif.
Contoh tindakan promotif preventif: meningkatkan stamina, kebugaran, relaksasi, dan
memelihara kesehatan tubuh.
Skor 2:
Ada dokumen pencatatan cara pemeriksaan yang didasarkan pada kemampuan
wawancara, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan serta dapat dibantu
dengan alat dan teknologi yang bekerja sesuai dengan konsep kesehatan tradisional
empiris yang bersifat promotif, preventif, dan tidak kuratif.
Skor 1:
Ada dokumen pencatatan cara pemeriksaan yang didasarkan pada kemampuan
wawancara, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan serta dapat dibantu
dengan alat dan teknologi yang bekerja sesuai dengan konsep kesehatan tradisional
empiris yang bersifat kuratif atau tidak ada dokumen pencatatan hasil wawancara dan
pemeriksaan.
D. CARA PERAWATAN
I. KETERAMPILAN DENGAN ALAT.
Pernyataan 6. Cara perawatan keterampilan dengan alat kesehatan tradisional
empiris yang dilakukan sesuai dengan prosedur operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan.
Prosedur operasional baku cara perawatan keterampilan dengan alat kesehatan
tradisional empiris adalah dokumen (lembaran, buku dari LKP, atau buku lainnya)
yang berkaitan dengan tata laksana pelayanan kesehatan tradisional empiris
keterampilan dengan alat kesehatan tradisional empiris yang dilakukan secara
kronologis untuk melakukan perawatan yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang
paling efektif dari hattra keterampilan dengan alat kesehatan tradisional empiris.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen prosedur operasional baku cara perawatan kesehatan
dengan alat kesehatan tradisional empiris dan lengkap mulai dari penetapan kondisi
klien dan tindakan yang diberikan.
Skor 1:
Tidak ada dokumen prosedur operasional baku.
83
Pernyataan 7. Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak
termasuk alat kedokteran dan penunjang diagnostik kedokteran.
Alat kesehatan tradisional empiris adalah alat dan teknologi yang bekerja sesuai
dengan konsep kesehatan tradisional empiris dan tidak termasuk alat kedokteran dan
penunjang diagnostik kedokteran.
Contoh: alat kerokan, kayu pijat, moksa, kop bekam kering, batu panas dll.
Skor 2:
Hasil observasi, Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak merupakan
alat kedokteran dan penunjang diagnostik kedokteran.
Skor 1:
Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan merupakan alat kedokteran dan
penunjang diagnostik kedokteran.
Pernyataan 8. Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak
mengandung obat.
Alat kesehatan tradisional adalah instrumen, mesin, piranti lunak, dan/atau bahan lain
yang tidak mengandung obat, yang digunakan oleh Hattra untuk pelayanan kesehatan
tradisional empiris..
Skor 2:
Hasil observasi, Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak
mengandung obat.
Skor 1:
Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan mengandung obat.
Pernyataan 9. Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak bersifat
invasif.
Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan oleh hattra tidak mempengaruhi
keutuhan jaringan atau melukai tubuh klien.
Contoh pelayanan yang menggunakan alat invasif adalah akupunktur dan bekam
basah.
Skor 2:
Hasil observasi, Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak bersifat
invasif.
Skor 1:
Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan bersifat invasif.
Pernyataan 10. Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan memiliki
sertifikat produksi.
Sertifikat produksi adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh produsen terkait spesifikasi
alat tersebut.
84
Skor 2:
Hasil observasi, Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan memiliki
sertifikat produksi atau spesifikasi.
Skor 1:
Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak memiliki sertifikat produksi
atau spesifikasi.
Pernyataan 11. Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan dilakukan
pemeliharaan secara rutin.
Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan dilakukan pengecekan fungsi alat
secara rutin oleh hattra atau pihak ketiga.
Skor 2:
Hasil observasi, Ada dokumen pemeliharaan alat kesehatan tradisional secara rutin.
Skor 1:
Tidak ada dokumen pemeliharaan alat kesehatan tradisional secara rutin.
Pernyataan 12. Alat kesehatan tradisional impor memiliki izin edar.
Izin edar alat kesehatan adalah izin untuk alat kesehatan yang diproduksi oleh
produsen atau diimpor, yang akan diedarkan di wilayah negara Republik Indonesia,
berdasarkan penilaian terhadap keamanan, mutu dan kemanfaatan.
Skor 2:
Hasil observasi, Alat kesehatan tradisional impor yang digunakan memiliki nomer
izin edar.
Skor 1:
Alat kesehatan tradisional impor yang digunakan tidak memiliki izin edar.
II. KETERAMPILAN TANPA ALAT.
Pernyataan 13. Cara perawatan keterampilan tanpa alat yang dilakukan sesuai
dengan prosedur operasional baku yang tertulis/ didokumentasikan (telaah
dokumen).
Prosedur operasional baku cara perawatan keterampilan tanpa alat adalah dokumen
(SOP, buku dari LKP, atau buku lainnya) yang berkaitan dengan tata laksana
pelayanan kesehatan tradisional empiris keterampilan yang dilakukan secara
kronologis untuk melakukan perawatan yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang
paling efektif dari hattra keterampilan tanpa alat.
Keterampilan tanpa alat dapat berupa: (1) teknik manual, yakni dilakukan dengan
menggunakan manipulasi dan gerakan dari satu atau beberapa bagian tubuh; (2)
teknik energi, yaitu dilakukan dengan menggunakan energi, baik dari luar maupun
dari dalam tubuh itu sendiri; (3) teknik oleh pikir, yakni dilakukan dengan
menggunakan teknik perawatan yang memanfaatkan kemampuan pikiran.
85
Skor 2:
Hasil observasi, Ada dokumen prosedur operasional baku cara perawatan kesehatan
dengan alat kesehatan tradisional empiris dan lengkap mulai penetapan kondisi klien
dan tindakan yang diberikan.
Skor 1:
Tidak ada dokumen prosedur operasional baku.
Pernyataan 14. Bahan pelicin yang digunakan tersimpan dalam wadah yang
terhindar potensi pencemaran.
Bahan pelicin yang digunakan untuk pemijatan dapat berupa minyak atau cream.
Minyak dapat berupa bahan dasar minyak kelapa asli atau biasanya mengandung
herbal yang dapat memberi efek relaksasi, aromaterapi.
Minyak atau cream yang digunakan untuk memijat harus bersih, tidak bau, tidak
menyebabkan alergi dan tidak tercemar. Disarankan untuk menggunakan wadah kecil
dengan porsi minyak/cream secukupnya saat akan melakukan pemijatan.
Skor 2:
Hasil observasi, Minyak atau cream tersimpan dalam wadah utama yang tertutup,
penggunaanya tidak langsung mengambil dari wadah utama dan sisa cream yang
tidak terpakai tidak dituang kembali ke wadah utama.
Skor 1:
Minyak atau cream tersimpan dalam wadah utama yang terbuka atau langsung
mengambil dari wadah utama dan atau menuang kembali sisa cream ke wadah utama.
Pernyataan 15. Cara perawatan dengan energi dan olah pikir dilakukan tanpa
memberikan sugesti berlebihan.
Sugesti yang diberikan pada pelayanan kesehatan tradisional empiris berisi nasihat
atau ajakan keikhlasan, yang bertujuan agar klien optimis terhadap hasil terapi.
Sugesti yang berlebihan, yakni memberi informasi kepada klien bahwa klien akan
diterapi dengan energi yang berasal dari kekuatan mistis yang di luar kemampuan
akal manusia. Energi yang digunakan untuk terapi dapat dijelaskan dengan kaidah
ilmiah.
Skor 2:
Hasil wawancara pada hattra mengenai sugesti yang diberikan bersifat mengarahkan
klien untuk berpikir positif, optimis, menerima kondisinya dengan ikhlas.
Skor 1:
Memberi informasi kepada klien bahwa klien akan diterapi dengan energi yang
berasal dari kekuatan mistis yang di luar kemampuan akal manusia.
86
Pernyataan 16. Cara perawatan tidak dilakukan pada bagian tubuh yang
berisiko.
Cara perawatan tidak dilakukan pada bagian tubuh yang berisiko seperti pada pabgin
tubuh mengalami peradangan, infeksi kulit, patah tulang, luka terbuka, luka bakar,
varises atau di atas lokasi tumor/kanker).
Skor 2:
Hasil wawancara pada hattra dalam cara perawatan tidak dilakukan pada bagian
tubuh yang yang berisiko
Skor 1:
Hasil wawancara pada hattra dalam cara perawatan dilakukan pada tubuh yang
berisiko.
E. SARANA
Pernyataan 17. Ruang pelayanan yang memenuhi persyaratan lingkungan sehat.
Ruang pelayanan (ruang kerja bagi hattra) dapat disamakan dengan ruang kerja
perkantoran. Sesuai dengan Permenkes No. 48 tahun 2016 tentang K3 Perkantoran,
lingkungan kerja di perkantoran harus memenuhi persyaratan yaitu aman dan sehat.
Ruang pelayanan tersebut disamping harus aman ( bangunan kokoh / permanen ) juga
harus bebas dari bahaya fisik, kimia dan biologi. Minimal ruang pelayanan sebaiknya
bersifat permanen , cukup pencahayaan , tidak berisik / bising, cukup ventilasi udara
artinya ada pertukaran udara, suhunya nyaman serta tidak lembab.
Skor 2:
Hasil observasi, Ruang pelayanan tidak berisik, tenang dan dilengkapi dengan
pengaturan udara yang baik (adanya: AC atau “exhaust fan “ atau jendela yang
memadai).
Skor 1:
Ruang pelayanan berisik, tidak tenang dan tidak dilengkapi dengan pengaturan udara
yang baik (adanya: AC atau “exhaust fan “ atau jendela yang memadai).
Pernyataan 18. Ruang pelayanan yang memiliki pencahayaan yang cukup
Nilai Batas Ambang (NAB) sesuai Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002
menentukan intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux. Sedangkan sesuai
dengan Permenkes No. 48 thn 2016 tentang K3 Perkantoran, kebutuhan “visual
performance dan harapan pemakai ruangan kantor intensitas pencahayaan harus
terpenuhi untuk menunjang kinerja, rasa nyaman, kesehatan, dan tidak
mengakibatkan gangguan kesehatan. Untuk kenyamanan mata disyaratkan
pencahayaan 300-500 lux, pekerjaan menggambar 500 lux, meeting room 300 lux,
resepsionis 300 lux, koridor 100 lux, arsip 200 lux.
Skor 2:
Hasil observasi, pencahayaan di ruang pelayanan memadai untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan tradisional dengan baik
87
Skor 1:
Bila pencahayaan di ruang pelayanan tidak memadai
Pernyataan 19. Ruang pelayanan bersifat permanen (tidak berpindah-pindah
tempat dan tidak bergabung fisik dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya)
Ruang pelayanan untuk hattra sebaiknya bersifat permanen, artinya tempat pelayanan
tersebut tersendiri, tidak bergabung secara fisik dengan tempat tinggal atau ruang
kerja lainnya. Disamping itu tempat pelayanan tersebut dapat memberikan rasa aman
dan nyaman, artinya dapat memberikan sifat “privacy” dan perlindungan terhadap
orang yang berada didalamnya ( bangunan kokoh ).
Skor 2:
Hasil observasi. Ruang Pelayanan bersifat permanen, tersendiri tak bergabung
dengan tempat tinggal atau ruang kerja lainnya
Skor 1:
Bila Ruang Pelayanan bersifat tidak permanen/berpindah-pindah dan bergabung
dengan tempat tinggal atau ruang kerja lainnya .
Pernyataan 20. Pintu ruang pelayanan tidak terkunci
Pintu ruang pelayanan tidak terkunci bertujuan untuk meningkatkan keamanan klien
dan tidak menimbulkan kesan negatif penyalahgunanaan panti sehat. Pintu ruangan
bisa berupa pintu pada umumnya atau tirai.
Skor 2:
Hasil observasi, ada pintu ruangan pelayanan dan pada saat pelayanan dalam keadaan
tertutup namun tidak terkunci atau ada tirai
Skor 1:
Apabila ada pintu ruangan pelayanan, namun saat pelayanan dalam keadaan terkunci.
Pernyataan 21. Ukuran ruang pelayanan minimal 2 x 2,5 M
Ruang pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan jenis pelayanan kesehatan tradisional
yang diberikan. Ukuran ruang pelayanan sekurang-kurangnya 2 x 2,5 m.
Skor 2:
Hasil observasi, ruang pelayanan berukuran minimal lebar 2 m dan panjang 2,5 m.
Skor 1:
Apabila ruang pelayanan berukuran lebar kurang dari 2 m dan panjang kurang dari
2,5 m.
Pernyataan 22. Ruang pelayanan yang lebih dari satu tempat tidur harus ada
sekat/tirai dengan tinggi 25 cm dari lantai dan 50 cm dari plafon (untuk yang
menggunakan matras sekat sampai ke lantai)
Apabila ruang pelayanan memiliki lebih dari satu tempat tidur, maka diperlukan ada
sekat/tirai untuk memisahkan diantara tempat tidur tersebut.
88
Skor 2:
Hasil observasi, ruang pelayanan yang lebih dari satu tempat tidur harus ada
sekat/tirai dengan tinggi 25 cm dari lantai dan 50 cm dari plafon (untuk yang
menggunakan matras sekat sampai ke lantai).
Skor 1:
Apabila ruang pelayanan yang memiliki lebih dari satu tempat tidur terdapat
sekat/tirai dengan tinggi lebih dari 25 cm dari lantai dan lebih dari 50 cm dari plafon
(untuk yang menggunakan matras sekat tidak sampai ke lantai).
Pernyataan 23. Tersedia ruang tunggu yang terpisah dari ruang pelayanan
Panti sehat berkewajiban menyediakan ruang tunggu dan ruang pelayanan yang
memenuhi persyaratan sanitasi dan hygiene, ventilasi, dan pencahayaan yang cukup,
serta terpisah oleh sekat baik permanen/ dinding tembok maupun non-permanen
sehingga terjaga kerahasiaan dan kenyamanan klien pada saat dilakukan pemeriksaan
oleh hattra di ruang pelayanan dari pengunjung lainnya di ruang tunggu. Sekat
permanen adalah partisi yang dibuat khusus dan tidak dapat dipindahtempatkan
kecuali dengan dibongkar. Sedangkan sekat non-permanen adalah partisi yang
bentuk, ukuran dan modelnya fleksibel dan mudah dipindah-pindahkan.
Skor 2:
Hasil observasi, ada sekat permanen yang memisahkan ruang tunggu dengan ruang
pelayanan.
Skor 1:
Ada sekat tidak permanen yang memisahkan ruang tunggu dengan ruang pelayanan.
Pernyataan 24. Tersedia toilet/WC yang terpisah dari ruang pelayanan
Panti sehat berkewajiban menyediakan toilet/ WC yang terpisah dari ruang pelayanan
agar kenyamanan klien terjamin.
Skor 2:
Hasil observasi, ada sekat permanen yang memisahkan toilet/ WC dari ruang
pelayanan.
Skor 1:
Ada sekat tidak permanen yang memisahkan toilet/ WC dari ruang pelayanan.
Pernyataan 25. Tersedia sarana untuk cuci tangan
Panti sehat berkewajiban menyediakan sarana untuk cuci tangan yang memenuhi
persyaratan yaitu menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.
Skor 2:
Hasil observasi. ada sarana untuk cuci tangan yang memenuhi persyaratan yaitu
menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.
89
Skor 1:
Ada sarana untuk cuci tangan yang tidak memenuhi persyaratan yaitu tidak
menggunakan air bersih yang mengalir tanpa sabun.
Pernyataan 26. Tersedia dokumen catatan klien
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan tradisional empiris penyehat tradisional
wajib melakukan pencatatan dan pelaporan. Pencatatan yang dimaksud terdiri atas
catatan identitas dan riwayat pelayanan kesehatan klien selama di Panti Sehat.
Pedoman isi catatan klien dapat meliputi:
a. Identitas klien yang berisi nama, umur, jenis kelamin dan alamat
b. Kunjungan baru dan kunjungan lama
c. Keluhan klien
d. Tindakan yang dilakukan, termasuk obat tradisional yang diberikan
e. Keterangan meliputi nasihat, anjuran atau keterangan lain yang diperlukan
Skor 2:
Hasil observasi, tersedia dokumen catatan klien.
Skor 1:
Tidak tersedia dokumen catatan klien.
90
Lampiran 5. Form instrumen penilaian keamanan modalitas pelayanan kesehatan
tradisional empiris kombinasi pada panti sehat
INSTRUMEN PENILAIAN KEAMANAN
MODALITAS PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL EMPIRIS KOMBINASIPADA PANTI SEHAT
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Dan Pelayanan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jalan Percetakan Negara Nomor 29
Jakarta 10560
91
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Dan Pelayanan Kesehatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jalan Percetakan Negara Nomor 29
Jakarta 10560
Penelitian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris pada
Panti Sehat di 12 Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali
NASKAH PENJELASAN
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan pada
Tahun 2019 akan melakukan Penelitian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan
Tradisional Empiris pada Panti Sehat di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris keamanan modalitas pelayanan
kesehatan tradisional empiris pada panti sehat.
Observasi terhadap keamanan modalitas pelayanan kesehatan tradisional pada
panti sehat Bapak/Ibu/Saudara dengan menggunakan instrumen penilaian membutuhkan
waktu kurang lebih 60 menit. Dimungkinkan juga diperlukan klarifikasi terhadap
parameter yang diobservasi. Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk perbaikan
instrumen penilaian sebagai dasar pemberian rekomendasi perolehan STPT oleh Dinkes
Kabupaten/Kota, dan sebagai dasar materi pembinaan oleh Kementerian Kesehatan c.q
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris dan Dinkes Kabupaten/Kota.
Untuk itu mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara mengizinkan kami untuk dapat
melakukan observasi modalitas pelayanan kesehatan tradisional pada panti sehat
Bapak/Ibu/Saudara.
Semua Informasi hasil penelitian ini akan dirahasiakan dan disimpan di Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Jakarta dan hanya
digunakan untuk pengembangan kebijakan program kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Penelitian ini telah ditelaah dan disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Jakarta. Jika
Bapak/Ibu/Sdr memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian ini, dapat
92
menghubungi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jalan Percetakan Negara Nomor 29, Jakarta 10560; Telepon (021)
4244375 dengan Kepala Sub Bidang Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Penunjang:
dr. Hadi Siswoyo, MEpid (Telp. 0813-9800-0996, email: hadisaintifik@gmail.com) atau
ketua pelaksana: drs. Ondri Dwi Sampurno, MSi.Apt (Telp. 0812-9942-953, email:
ondri19@gmail.com).
93
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai
Penelitian Keamanan Modalitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris pada
Panti Sehat di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela dan saya dapat menolak
atau mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
........... , .....................................
Saksi Menyetujui
( ................................. ) ( ................................. )
94
INSTRUMEN PENILAIAN KEAMANAN
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL EMPIRIS PADA PANTI SEHAT
A. IDENTITAS PENYEHAT TRADISIONAL (HATTRA)
Nama
Umur
Pendidikan terakhir
Kepemilikan Surat
Terdaftar Pengobat
Tradisional (STPT)
11. Permenkes 1076/2003
1.5. Keterampilan
1.6. Ramuan
12. Permenkes 61/2016
2.5.Keterampilan
2.6.Ramuan
13. Expired Permenkes 1076/2003
3.5.Keterampilan
3.6.Ramuan
14. Expired Permenkes 61/2016
4.5.Keterampilan
4.6.Ramuan
15. Tidak memiliki
Jenis modalitas yang
dilakukan hattra saat
ini
7. Keterampilan
1.7.Teknik Manual
1.8.Teknik Energi
1.9.Teknik Olah Pikir
8. Ramuan
9. Kombinasi
Jenis Modalitas
Utama yang dinilai
7. Keterampilan
1.7.Teknil Manual
1.8.Teknik Energi
1.9.Teknik Olah Pikir
8. Ramuan
9. Kombinasi
Alamat
Kabupaten/Kota
KOMBINASI
95
Provinsi
B. PENILAI Nama 1.
2.
Tanggal
Waktu Mulai: …………………………. Selesai:
………………………………..
Mohon diberikan tanda pada kolom skor sesuai dengan hasil penilaian dari masing-
masing parameter. Skor mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan.
Hitung Total skor pada setiap variabel.
C. PENYEHAT TRADISIONAL (HATTRA) No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimum (1) (2) (3) (4) (5)
1 Hattra memiliki sertifikat kompetensi
2 Hattra terdaftar sebagai anggota asosiasi
3 Hattra dalam kondisi sehat
4 Hattra berperilaku hidup bersih dan sehat
5 Hattra melakukan pelayanan kesehatan
tradisional empiris terbatas promotif dan
preventif
Total nilai Hattra 10
D. CARA PERAWATAN No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimum
(1) (2) (3) (4) (5)
I Keterampilan dengan alat kesehatan
tradisional empiris
6 Cara perawatan keterampilan dengan alat
kesehatan tradisional empiris yang
dilakukan sesuai dengan prosedur
operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
96
7 Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan tidak termasuk alat kedokteran
dan penunjang dagnostik kedokteran
8 Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan tidak mengandung obat
9 Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan tidak bersifat invasif
10 Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan memiliki sertifikat produksi
11 Alat kesehatan tradisional empiris yang
digunakan dilakukan pemeliharaan secara
rutin
12 Alat kesehatan tradisional import memiliki
izin edar
Total Nilai Keterampilan dengan alat 14
No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimum
(1) (2) (3) (4) (5)
II Keterampilan tanpa alat kesehatan
tradisional empiris
13 Cara perawatan keterampilan tanpa alat
yang dilakukan sesuai dengan prosedur
operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
14 Bahan pelicin yang digunakan tersimpan
dalam wadah yang terhindar potensi
pencemaran
15 Cara perawatan dengan energi dan olah
pikir dilakukan tanpa memberikan sugesti
berlebihan
16 Cara perawatan tidak dilakukan pada
bagian tubuh yang berisiko (bagian tubuh
yang mengalami peradangan, infeksi kulit,
patah tulang, luka terbuka, luka bakar,
varises atau di atas lokasi tumor/kanker)
Total nilai Keterampilan tanpa alat 8
97
No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimum (1) (2) (3) (4) (5)
III Ramuan produksi pabrikan
17 Cara perawatan dengan ramuan produksi
pabrikan yang dilakukan sesuai dengan
prosedur operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
18 Ramuan produksi pabrikan yang
digunakan telah memiliki izin edar dari
Badan POM RI
19 Bentuk sediaan dari ramuan produksi
pabrikan tidak diubah ke bentuk sediaan
lain
Total nilai Ramuan produksi pabrikan 6
IV Ramuan racikan sendiri
20 Cara perawatan dengan ramuan racikan
sendiri yang dilakukan sesuai dengan
prosedur operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
21 Ramuan racikan dibuat sesuai dengan
prosedur operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
22 Bahan ramuan sendiri mempunyai asal
usul yang jelas
23 Ramuan racikan sendiri tidak
menggunakan etil alcohol lebih dari 1%
24 Ramuan racikan sendiri tidak
menggunakan bahan kimia obat yang
merupakan hasil isolasi atau sintetik
berhasiat obat, narkotika dan psikotropika
25 Ramuan racikan sendiri tidak
menggunakan tanaman obat yang dilarang
sesuai peraturan yang berlaku
26 Ramuan racikan sendiri tidak diberikan
dalam bentuk sediaan tetes mata
27 Ramuan racikan sendiri tidak diberikan
dalam bentuk sediaan kapsul
28 Ramuan racikan sendiri tidak diberikan
dalam bentuk sediaan intra vaginal
29 Ramuan racikan sendiri tidak diberikan
dalam bentuk sediaan parenteral
30 Ramuan racikan sendiri tidak diberikan
dalam bentuk sediaan suppositoria
98
31 Ramuan racikan sendiri tidak boleh
dicampur dengan ramuan produksi
pabrikan
32 Label pada kemasan ramuan racikan
sendiri hanya memuat identitas klien,
keterangan cara penggunaan/pemakaian,
dan tidak boleh menambahkan keterangan
khasiat atau keterangan lain
Total nilai Ramuan racukan sendiri 26
E. SARANA No Parameter Penilaian
Skor 2 Skor 1 Nilai
Maksimum (1) (2) (3) (4) (5)
33 Ruang pelayanan memenuhi persyaratan
lingkungan sehat
34 Ruang pelayanan memiliki pencahayaan
yang cukup
35 Ruang pelayanan bersifat permanen (tidak
berpindah-pindah tempat dan tidak
bergabung fisik dengan tempat tinggal
atau unit kerja lainnya)
36 Pintu ruang pelayanan tidak terkunci
37 Ukuran ruang pelayanan minimal 2 x 2,5
M
38 Ruang pelayanan yang lebih dari satu
tempat tidur harus ada sekt dengan tinggi
25 cm dari lantai dan 50 cm dari plafon
(untuk yang menggunakan matras sekat
sampai ke lantai)
39 Tersedia ruang tunggu yang terpisah dari
ruang pelayanan
40 Tersedia toilet/WC yang terpisah dari
ruang pelayanan
41 Tersedia sarana untuk cuci tangan
42 Tersedia dokumen catatan klien
43 Ruang peracikan dan penyimpanan
ramuan racikan sendiri tahan terhadap
pengaruh cuaca
44 Ruang peracikan dan penyimpanan
ramuan racikan sendiri dapat mencegah
masuknya rembesan dan bersarangnya
serangga, binatang pengerat, burung atau
binatang lainnya
99
45 Ruang peracikan dan penyimpanan
ramuan racikan sendiri memenuhi
hygiene dan sanitasi agar tidak tercemar
dengan kuman non pathogen atau
pencemaran khamer, jamur dan bakteri
46 Ruang peracikan dan penyimpanan
ramuan racikan sendiri memiliki alas
yang berjarak dengan tanah atau lantai
agar simplisia tidak bersentuhan dengan
tanah atau lantai
47 Suhu Ruang peracikan dan penyimpanan
ramuan racikan sendiri dikondisikan
sesuai dengan simplisia
48 Wadah tempat penyimpanan bahan baku
racikan diberikan label dan tertulis nama
bahan baku racikan
Total nilai Sarana 32
100
Lampiran 6. Pedoman pengisian instrumen penilaian keamanan modalitas
pelayanan kesehatan tradisional empiris pada panti sehat
A. IDENTITAS PENYEHAT TRADISIONAL
Nama
Tuliskan nama Hattra yang akan dinilai
Umur
Tuliskan umur Hattra (dibulatkan dalam tahun ke atas)
Pendidikan terakhir
Tuliskan pendidikan formal Hattra
Kepemilikan Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT)
Isikan dalam kotak yang tersedia kepemilikan STPT Hattra saat penilaian dengan
nomor yang sesuai
Jenis modalitas yang dilakukan hattra saat ini
Keterampilan Teknis Manual, seperti Pijat refleksi, Pijat Tradisional, Akupresur,
bekam, akupuntur
Keterampilan teknik Energi, seperti Prana, Reiki
Keterampilan teknik Olah Pikir, seperti Hipnotis
Modalitas Kombinasi yaitu modalitas yang teknis sudah merupakan kombinasi
keterampilan dan ramuan, seperti Spa
Isikan dalam kotak yang tersedia Jenis modalitas yang dilakukan hattra saat ini
dengan nomor yang sesuai
Jenis modalitas utama yang dinilai
Modalitas utama adalah modalitas yang paling sering dilakukan oleh Hattra dalam
pelayanan kesehatan tradisional empiris.
Keterampilan Teknis Manual, seperti Pijat refleksi, Pijat Tradisional, Akupresur,
bekam, akupuntur
Keterampilan teknik Energi, seperti Prana, Reiki
Keterampilan teknik Olah Pikir, seperti Hipnotis
Modalitas Kombinasi yaitu modalitas yang teknis sudah merupakan kombinasi
keterampilan dan ramuan, seperti Spa
Isikan dalam kotak yang tersedia jenis modalitas utama yang dinilai dengan nomor
yang sesuai
Alamat
Tuliskan alamat tempat pelayanan kesehatan tradisional empiris Hattra yang dinilai
Kabupaten/Kota
KOMBINASI
101
Tuliskan nama Kabupaten/Kota lokasi tempat pelayanan kesehatan tradisional
empiris Hattra yang dinilai, dan tuliskan kode Kabupaten/Kota pada kotak yang
tersedia (sesuai kode BPS)
Provinsi
Tuliskan nama Provinsi lokasi tempat pelayanan kesehatan tradisional empiris Hattra
yang dinilai, dan tuliskan kode Provinsi pada kotak yang tersedia (sesuai kode BPS)
B. PENILAI
Nama
Tuliskan nama petugas yang melakukan penilaian
Tanggal
Tuliskan tanggal saat dilakukan penilaian
Waktu
Tuliskan waktu dimulai penilaian dan waktu selesai penilaian
C. PENYEHAT TRADISIONAL
Pernyataan 1. Hattra memiliki sertifikat kompetensi
Hattra pernah mengikuti pelatihan atau kursus yang dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK)/Lembaga
Kursus Pelatihan (LKP)/Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) yang menjadi
mitra dan diakui oleh Instansi Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen sertifikat dari LSK/LKP/LPK yang diakui (ada nomor
Pokok Sekolah Nasional/NPSN) dan kompetensi yang tercetak dalam sertifikat
sesuai dengan modalitas yang dilayankan hattra.
Skor 1:
Tidak ada dokumen sertifikat dari LSK/LKP/LPK yang diakui (tidak ada nomor
NPSN) dan kompetensi yang tercetak dalam sertifikat sesuai dengan modalitas yang
dilayankan hattra.
102
Pernyataan 2. Hattra terdaftar sebagai anggota asosiasi
Hattra menjadi anggota asosiasi penyehat tradisional empiris yang dibuktikan dengan
adanya kartu anggota atau sertifikat keanggotaan yang dikeluarkan oleh asosiasi
penyehat tradisional empiris terkait.
Nama-nama asosiasi penyehat tradisional empiris yang diakui oleh Direktorat
Pelayanan Kesehatan Tradisional:
1. Aspetri: Asosiasi Pengobatan Tradisonal Ramuan Indonesia
2. AP3I: Asosiasi Praktisi Pijat Pengobat Indonesia
3. IKNI: Ikatan Naturopati Indonesia
4. ARSI: Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia
5. PBI: Perkumpulan Bekam Indonesia
6. APALI: Andalan Penyembuh Alternatif Indonesia
7. PerP4RI: Perkumpulan Persaudaraan Pelaku dan Pemerhati Pijat Refleksi
Indonesia
8. P3AI: Persaudaraan Pelaku dan Pemerhati Indonesia
9. ASTI: Asosiasi Spa Terapis Indonesia
Skor 2:
Hasil observasi, Ada dokumen kartu anggota atau sertifikat keanggotaan yang
dikeluarkan oleh asosiasi penyehat tradisional empiris sesuai dengan modalitas yang
dilayankan.
Skor 1:
Tidak ada dokumen kartu anggota atau sertifikat keanggotaan yang dikeluarkan oleh
asosiasi penyehat tradisional empiris sesuai dengan modalitas yang dilayankan.
Pernyataan 3. Hattra dalam kondisi sehat
Hattra tidak menderita penyakit yang dapat menghambat pelayanan atau
membahayakan klien dan berkomunikasi dengan baik.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen surat keterangan sehat dari dokter dan atau dinilai sehat
fisik dan mampu berkomunikasi dengan baik menurut pengamatan penilai, tidak
menghambat pelayanan dan tidak membahayakan klien.
Skor 1:
Tidak ada dokumen surat keterangan sehat dari dokter dan dinilai tidak sehat fisik dan
tidak mampu berkomunikasi dengan baik menurut pengamatan penilai, dapat
menghambat pelayanan dan membahayakan klien.
Pernyataan 4. Hattra berperilaku hidup sehat dan bersih
Hattra berperilaku hidup sehat dan bersih dengan berpakaian rapi dan bersih,
memakai masker, dan melakukan cuci tangan setelah melakukan pelayanan kepada
klien.
Skor 2:
Hasil observasi, hattra berpakaian rapi dan bersih, memakai masker, dan melakukan
cuci tangan setelah melakukan pelayanan kepada klien.
103
Skor 1:
Hattra tidak berpakaian rapi dan bersih, tidak memakai masker, dan tidak melakukan
cuci tangan setelah melakukan pelayanan kepada klien.
Pernyataan 5. Hattra melakukan pelayanan kesehatan tradisional empiris
terbatas promotif dan preventif
Hattra melakukan cara pemeriksaan pelayanan kesehatan tradisional didasarkan pada
kemampuan wawancara, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan serta
dapat dibantu dengan alat dan teknologi yang bekerja sesuai dengan konsep kesehatan
tradisional empiris yang bersifat promotif, preventif, dan tidak kuratif.
Contoh tindakan promotif preventif: meningkatkan stamina, kebugaran, relaksasi, dan
memelihara kesehatan tubuh.
Skor 2:
Ada dokumen pencatatan cara pemeriksaan yang didasarkan pada kemampuan
wawancara, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan serta dapat dibantu
dengan alat dan teknologi yang bekerja sesuai dengan konsep kesehatan tradisional
empiris yang bersifat promotif, preventif, dan tidak kuratif.
Skor 1:
Ada dokumen pencatatan cara pemeriksaan yang didasarkan pada kemampuan
wawancara, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan serta dapat dibantu
dengan alat dan teknologi yang bekerja sesuai dengan konsep kesehatan tradisional
empiris yang bersifat kuratif atau tidak ada dokumen pencatatan hasil wawancara dan
pemeriksaan.
D. CARA PERAWATAN
I. KETERAMPILAN DENGAN ALAT.
Pernyataan 6. Cara perawatan keterampilan dengan alat kesehatan tradisional
empiris yang dilakukan sesuai dengan prosedur operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan.
Prosedur operasional baku cara perawatan keterampilan dengan alat kesehatan
tradisional empiris adalah dokumen (lembaran, buku dari LKP, atau buku lainnya)
yang berkaitan dengan tata laksana pelayanan kesehatan tradisional empiris
keterampilan dengan alat kesehatan tradisional empiris yang dilakukan secara
kronologis untuk melakukan perawatan yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang
paling efektif dari hattra keterampilan dengan alat kesehatan tradisional empiris.
104
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen prosedur operasional baku cara perawatan kesehatan
dengan alat kesehatan tradisional empiris dan lengkap mulai dari penetapan kondisi
klien dan tindakan yang diberikan.
Skor 1:
Tidak ada dokumen prosedur operasional baku.
Pernyataan 7. Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak
termasuk alat kedokteran dan penunjang diagnostik kedokteran.
Alat kesehatan tradisional empiris adalah alat dan teknologi yang bekerja sesuai
dengan konsep kesehatan tradisional empiris dan tidak termasuk alat kedokteran dan
penunjang diagnostik kedokteran.
Contoh: alat kerokan, kayu pijat, moksa, kop bekam kering, batu panas dll.
Skor 2:
Hasil observasi, Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak merupakan
alat kedokteran dan penunjang diagnostik kedokteran.
Skor 1:
Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan merupakan alat kedokteran dan
penunjang diagnostik kedokteran.
Pernyataan 8. Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak
mengandung obat.
Alat kesehatan tradisional adalah instrumen, mesin, piranti lunak, dan/atau bahan lain
yang tidak mengandung obat, yang digunakan oleh Hattra untuk pelayanan kesehatan
tradisional empiris..
Skor 2:
Hasil observasi, Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak
mengandung obat.
Skor 1:
Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan mengandung obat.
Pernyataan 9. Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak bersifat
invasif.
Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan oleh hattra tidak mempengaruhi
keutuhan jaringan atau melukai tubuh klien.
Contoh pelayanan yang menggunakan alat invasif adalah akupunktur dan bekam
basah.
Skor 2:
Hasil observasi, Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak bersifat
invasif.
Skor 1:
Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan bersifat invasif.
105
Pernyataan 10. Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan memiliki
sertifikat produksi.
Sertifikat produksi adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh produsen terkait spesifikasi
alat tersebut.
Skor 2:
Hasil observasi, Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan memiliki
sertifikat produksi atau spesifikasi.
Skor 1:
Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan tidak memiliki sertifikat produksi
atau spesifikasi.
Pernyataan 11. Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan dilakukan
pemeliharaan secara rutin.
Alat kesehatan tradisional empiris yang digunakan dilakukan pengecekan fungsi alat
secara rutin oleh hattra atau pihak ketiga.
Skor 2:
Hasil observasi, Ada dokumen pemeliharaan alat kesehatan tradisional secara rutin.
Skor 1:
Tidak ada dokumen pemeliharaan alat kesehatan tradisional secara rutin.
Pernyataan 12. Alat kesehatan tradisional impor memiliki izin edar.
Izin edar alat kesehatan adalah izin untuk alat kesehatan yang diproduksi oleh
produsen atau diimpor, yang akan diedarkan di wilayah negara Republik Indonesia,
berdasarkan penilaian terhadap keamanan, mutu dan kemanfaatan.
Skor 2:
Hasil observasi, Alat kesehatan tradisional impor yang digunakan memiliki nomer
izin edar.
Skor 1:
Alat kesehatan tradisional impor yang digunakan tidak memiliki izin edar.
106
II. KETERAMPILAN TANPA ALAT.
Pernyataan 13. Cara perawatan keterampilan tanpa alat yang dilakukan sesuai
dengan prosedur operasional baku yang tertulis/ didokumentasikan (telaah
dokumen).
Prosedur operasional baku cara perawatan keterampilan tanpa alat adalah dokumen
(SOP, buku dari LKP, atau buku lainnya) yang berkaitan dengan tata laksana
pelayanan kesehatan tradisional empiris keterampilan yang dilakukan secara
kronologis untuk melakukan perawatan yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang
paling efektif dari hattra keterampilan tanpa alat.
Keterampilan tanpa alat dapat berupa: (1) teknik manual, yakni dilakukan dengan
menggunakan manipulasi dan gerakan dari satu atau beberapa bagian tubuh; (2)
teknik energi, yaitu dilakukan dengan menggunakan energi, baik dari luar maupun
dari dalam tubuh itu sendiri; (3) teknik oleh pikir, yakni dilakukan dengan
menggunakan teknik perawatan yang memanfaatkan kemampuan pikiran.
Skor 2:
Hasil observasi, Ada dokumen prosedur operasional baku cara perawatan kesehatan
dengan alat kesehatan tradisional empiris dan lengkap mulai penetapan kondisi klien
dan tindakan yang diberikan.
Skor 1:
Tidak ada dokumen prosedur operasional baku.
Pernyataan 14. Bahan pelicin yang digunakan tersimpan dalam wadah yang
terhindar potensi pencemaran.
Bahan pelicin yang digunakan untuk pemijatan dapat berupa minyak atau cream.
Minyak dapat berupa bahan dasar minyak kelapa asli atau biasanya mengandung
herbal yang dapat memberi efek relaksasi, aromaterapi.
Minyak atau cream yang digunakan untuk memijat harus bersih, tidak bau, tidak
menyebabkan alergi dan tidak tercemar. Disarankan untuk menggunakan wadah kecil
dengan porsi minyak/cream secukupnya saat akan melakukan pemijatan.
Skor 2:
Hasil observasi, Minyak atau cream tersimpan dalam wadah utama yang tertutup,
penggunaanya tidak langsung mengambil dari wadah utama dan sisa cream yang
tidak terpakai tidak dituang kembali ke wadah utama.
Skor 1:
Minyak atau cream tersimpan dalam wadah utama yang terbuka atau langsung
mengambil dari wadah utama dan atau menuang kembali sisa cream ke wadah utama.
107
Pernyataan 15. Cara perawatan dengan energi dan olah pikir dilakukan tanpa
memberikan sugesti berlebihan.
Sugesti yang diberikan pada pelayanan kesehatan tradisional empiris berisi nasihat
atau ajakan keikhlasan, yang bertujuan agar klien optimis terhadap hasil terapi.
Sugesti yang berlebihan, yakni memberi informasi kepada klien bahwa klien akan
diterapi dengan energi yang berasal dari kekuatan mistis yang di luar kemampuan
akal manusia. Energi yang digunakan untuk terapi dapat dijelaskan dengan kaidah
ilmiah.
Skor 2:
Hasil wawancara pada hattra mengenai sugesti yang diberikan bersifat mengarahkan
klien untuk berpikir positif, optimis, menerima kondisinya dengan ikhlas.
Skor 1:
Memberi informasi kepada klien bahwa klien akan diterapi dengan energi yang
berasal dari kekuatan mistis yang di luar kemampuan akal manusia.
Pernyataan 16. Cara perawatan tidak dilakukan pada bagian tubuh yang
berisiko.
Cara perawatan tidak dilakukan pada bagian tubuh yang berisiko seperti pada pabgin
tubuh mengalami peradangan, infeksi kulit, patah tulang, luka terbuka, luka bakar, varises
atau di atas lokasi tumor/kanker).
Skor 2:
Hasil wawancara pada hattra dalam cara perawatan tidak dilakukan pada bagian tubuh
yang yang berisiko Skor 1:
Hasil wawancara pada hattra dalam cara perawatan dilakukan pada tubuh yang
berisiko.
III. RAMUAN PRODUKSI PABRIKAN
Pernyataan 17. Cara perawatan dengan ramuan produksi pabrikan yang
dilakukan sesuai dengan prosedur operasional baku yang
tertulis/didokumentasikan
Prosedur operasional baku cara perawatan dengan ramuan produksi pabrikan adalah
dokumen yang berkaitan dengan tata laksanan pelayanan kesehatan tradisional
empiris ramuan dengan produksi pabrikan yang dilakukan secara kronologis untuk
melakukan perawatan yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang paling efektif dari
Penyehat Tradisional (Hattra) ramuan menggunakan produksi pabrikan.
Skor 2:
Hasil Observasi, ada dokumen prosedur operasional baku cara perawatan kesehatan
dengan ramuan produksi pabrikan dan lengkap mulai penetapan kondisi klien dan
tindakan yang diberikan
Skor 1:
Tidak ada dokumen prosedur operasional baku
108
Pernyataan 18. Ramuan produksi pabrikan yang digunakan telah memiliki izin
edar dari Badan POM RI
Kemasan ramuan produksi pabrikan yang digunakan oleh Hattra tercantum nomor
izin edar dari Badan POM RI berupa TR atau TI (tidak berlaku untuk PIRT atau
lainnya)
Skor 2:
Hasil Observasi, seluruh Ramuan produksi pabrikan yang digunakan oleh Hattra,
pada kemasannya tercantum nomor izin edar dari Badan POM
Skor 1:
Ada ≥1 Ramuan produksi pabrikan yang digunakan oleh Hattra, pada kemasannya
tidak tercantum nomor izin edar dari Badan POM
Pernyataan 19. Bentuk sediaan dari ramuan produksi pabrikan tidak diubah ke
bentuk sedian lain
Ramuan produksi pabrikan yang digunakan oleh Hattra dalam bentuk sediaan yang
sesuai dengan bentuk sediaan seperti yang tercantum pada kemasan ramuan produksi
pabrikan; ramuan produksi pabrikan tidak dilakukan peracikan kembali oleh Hattra.
Skor 2:
Hasil observasi, seluruh Ramuan produksi pabrikan yang digunakan oleh Hattra
sesuai dengan bentuk sediaan seperti yang tercantum pada kemasannya dan tidak
dilakukan peracikan kembali
Skor 1:
Ada ≥1 Ramuan produksi pabrikan yang digunakan oleh hattra yang tidak sesuai
dengan bentuk sediaan seperti yang tercantum pada kemasannya atau diracik kembali
IV. RAMUAN RACIKAN SENDIRI
Pernyataan 20. Cara perawatan dengan ramuan racikan sendiri yang dilakukan
sesuai dengan prosedur operasional baku yang tertulis/didokumentasikan
Ramuan racikan sendiri adalah satu atau gabungan bahan alam dapat berupa bagian
tanaman segar/kering/simplisia/ekstrak, mineral dan hewan yang diolah sendiri oleh
Hattra dengan peralatan sederhana. Prosedur operasional baku cara perawatan dengan
ramuan racikan sendiri adalah dokumen yang berkaitan dengan tata laksana
pelayanan kesehatan tradisional empiris ramuan dengan racikan sendiri yang
dilakukan secara kronologis untuk melakukan perawatan yang bertujuan untuk
memperoleh hasil yang paling efektif dari Hattra ramuan menggunakan ramuan
racikan sendiri.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen prosedur operasional baku cara perawatan kesehatan
dengan ramuan racikan sendiri dan lengkap mulai penetapan kondisi klien dan
tindakan yang diberikan
Skor 1:
Tidak ada dokumen prosedur operasional baku
109
Pernyataan 21. Ramuan racikan sendiri dibuat sesuai dengan prosedur
operasional baku yang tertulis/didokumentasikan
Prosedur operasional baku pembuatan ramuan racikan sendiri adalah dokumen yang
berkaitan dengan rincian yang dilakukan secara kronologis untuk melakukan
pembuatan ramuan racikan sendiri yang bertujuan untuk memperoleh ramuan sendiri
yang bermutu.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen prosedur operasional baku pembuatan ramuan racikan
sendiri dan lengkap mulai perolehan bahan bahan baku dan penyajian ramuan racikan
sendiri
Skor 1:
Tidak ada dokumen prosedur operasional baku
Pernyataan 22. Bahan baku ramuan racikan sendiri mempunyai asal usul yang
jelas
Kejelasan asal usul bahan baku berkaitan dengan mutu bahan baku yang digunakan
untuk pembuatan ramuan racikan sendiri. Bahan baku yang diperoleh dari pasar,
tanaman liar atau hasil budidaya mempunyai perbedaan dalam konsistensi mutu.
Bahan baku ramuan racikan sendiri wajib memenuhi persyaratan mutu. Bahan baku
yang memenuhi persyaratan mutu memiliki dokumen mutu (certificate of Analysis)
yang dikeluarkan laboratorium yang diakui.
Skor 2:
Hasil observasi, ada dokumen mutu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan
ramuan racikan sendiri.
Skor 1:
Tidak ada dokumen mutu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan ramuan
racikan sendiri.
Pernyataan 23. Ramuan racikan sendiri tidak menggunakan etil alkohol lebih
dari 1%
Catatan atau dokumen formula menguraikan penggunaan etil alkohol dalam ramuan
racikan sendiri bentuk cairan yang dibuat oleh Hattra tidak melebihi 1% dari total
volume ramuan
Skor 2:
Hasil observasi, catatan atau dokumen formula menguraikan penggunaan etil alkohol
dalam ramuan racikan sendiri bentuk cairan yang dibuat oleh Hattra tidak melebihi
1% dari total volume ramuan
Skor 1:
Catatan atau dokumen formula menguraikan penggunaan etil alkohol dalam ramuan
racikan sendiri yang dibuat oleh Hattra melebihi 1% dari total volume ramuan
110
Pernyataan 24. Ramuan racikan sendiri tidak menggunakan bahan kimia obat
yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat, narkotika dan
psikotropika
Bahan kimia obat atau sintetik berkhasiat obat, narkotika dan psikotropika adalah
bahan baku hasil sintesis kimiawi atau produk jadinya yang digolongkan sebagai
obat. Ramuan obat tradisional dilarang ditambahkan bahan kimia obat, narkotika dan
psikotropika. Penambahan bahan kimia obat dalam ramuan obat tradisional dapat
menimbulkan interaksi antara obat dengan ramuan obat tradisional.
Skor 2:
Hasil observasi. tidak dbutirukan kemasan bahan kimia obat atau sintetik berkhasiat
obat, narkotika dan psikotropika di ruang peracikan/pembuatan ramuan racikan
sendiri.
Skor 1:
Dbutirukan kemasan bahan kimia obat atau sintetik berkhasiat obat, narkotika dan
psikotropika di ruang peracikan/pembuatan ramuan racikan sendiri.
Pernyataan 25. Ramuan racikan sendiri tidak menggunakan tanaman obat yang
dilarang sesuai peraturan yang berlaku
Dokumen daftar tanaman obat untuk ramuan racikan sendiri yang digunakan oleh
Hattra tidak terdapat nama tanaman obat yang dilarang yaitu
1. Abri semen (biji saga) 2. Aconiti herba (herba akonitum)
3. Adonidis vernalis herba (herba
adonidis)
4. Arcangelica flava
5. Aristolochia 6. Artemisiae folium (daun artemisia)
7. Belladonae herba (herba belado) 8. Berberis sp
9. Cataranthus roseus (tapak dara), 10. Chelidonium majus
11. Cinchonae cortex (kulit batang kina) 12. Colchici semen (biji kolkhisi)
13. Colocinthidis semen 14. Colocinthindis fructus
15. Coptis sp 16. Crotonis semen
17. Crotonis oleum 18. Datura semen (biji kecubung)
19. Digitalis folium (daun digitalis) 20. Ephedra herba (herba efedra)
21. Filicis rhizome (akar filisis) 22. Gandarusa
23. Gummi gutti (gum resin) 24. Hydrastidis rhizome (akar
hidrastis)
25. Hypericum perforatum herba (St.
John’s wort/Klamath weed)
26. Hyoscyami folium (daun hiosiami)
27. Lantanae folium (daun tembelekan) 28. Lobelia herba (herba lobelia)
29. Mahonia sp, 30. Methystici folium (daun wati/kava-
kava)
31. Mitragynae folium (daun kratom) 32. Nerii folium (daun oleander)
33. Nerii fructus (buah oleander) 34. Pinneliae tuber
35. Phellodendron sp 36. Podophylli rhizome (akar
podofilum)
37. Podophylli resin (damar podofilum) 38. Sabadillae semen (biji sabadila)
111
39. Scammoniae radix (akar skamonia) 40. Scammoniae semen (biji skamonia)
41. Scillae bulbus (umbi skila) 42. Strophanthi semen (biji strofanti)
43. Strychni semen (biji strihni) 44. Strychni radix (akar strihni)
45. Symphytum folium (daun confrey) 46. Tinosporae radix (akar brotowali),
Skor 2:
Hasil Observasi, catatan atau dokumen formula tidak dbutirukan tanaman obat yang
dilarang.
Skor 1:
Catatan atau dokumen formula dbutirukan tanaman obat yang dilarang.
Pernyataan 26. Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan
tetes mata
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan sediaan pada selaput lender mata dari bola mata. Sediaan
tetes mata hanya dapat dibuat di fasilitas yang tersertifikasi cara pembuatan yang baik
untuk sediaan steril. Fasilitas untuk pembuatan ramuan racikan sendiri oleh Hattra
tidak memenuhi syarat untuk membuat sediaan tetes mata.
Skor 2:
Hasil observasi, di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan
racikan sendiri tidak melakukan pembuatan sediaan tetes mata dan/atau tidak
dbutirukan sediaan ramuan tetes mata racikan sendiri
Skor 1:
Di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan racikan sendiri
melakukan pembuatan sediaan tetes mata dan/atau dbutirukan sediaan ramuan tetes
mata racikan sendiri
Pernyataan 27. Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan
kapsul
Ramuan dalam bentuk sediaan kapsul hanya dapat berisi ekstrak. Sediaan kapsul
hanya dapat dibuat oleh tenaga kefarmasian di fasilitas yang tersertifikasi cara
pembuatan yang baik untuk sediaan kapsul. Hattra dan fasilitasnya tidak memenuhi
syarat untuk membuat sediaan kapsul.
Skor 2:
Hasil observasi, di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan
racikan sendiri tidak melakukan pembuatan sediaan kapsul dan/atau tidak dbutirukan
sediaan ramuan kapsul racikan sendiri
Skor 1:
Di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan racikan sendiri
melakukan pembuatan sediaan kapsul dan/atau dbutirukan sediaan ramuan kapsul
racikan sendiri
112
Pernyataan 28. Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan
intra vaginal
Sediaan intra vaginal adalah sediaan setengah padat yang pemberiannya melalui
vagina. Ramuan dalam bentuk sediaan intra vaginal hanya dapat dibuat oleh tenaga
kefarmasian di fasilitas yang tersertifikasi cara pembuatan yang baik untuk sediaan
intra vaginal. Hattra dan fasilitasnya tidak memenuhi syarat untuk membuat sediaan
intra vaginal.
Skor 2:
Hasil observasi, di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan
racikan sendiri tidak melakukan pembuatan sediaan intra vaginal dan/atau tidak
dbutirukan sediaan intra vaginal
Skor 1:
Di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan racikan sendiri
melakukan pembuatan sediaan intra vaginal dan/atau dbutirukan sediaan intra vaginal
Pernyataan 29. Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan
parenteral
Sediaan parenteral atau dikenal sebagai injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,
emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan secara perenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan
dalam atau melalui kulit atau selaput. Ramuan racikan sendiri dalam bentuk sediaan
parenteral hanya dapat dibuat oleh tenaga kefarmasian di fasilitas yang tersertifikasi
cara pembuatan yang baik untuk sediaan steril. Hattra dan fasilitasnya tidak
memenuhi syarat untuk membuat bentuk sediaan parenteral.
Skor 2:
Hasil observasi, di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan
racikan sendiri tidak melakukan pembuatan sediaan parenteral dan/atau tidak
dbutirukan sediaan parenteral
Skor 1:
Di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan racikan sendiri
melakukan pembuatan sediaan suppositoria dan/atau dbutirukan sediaan parenteral
Pernyataan 30. Ramuan racikan sendiri tidak diberikan dalam bentuk sediaan
suppositoria
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan
melalui rectal, vagina atau saluran kencing. Ramuan dalam bentuk sediaan
suppositoria hanya dapat dibuat oleh tenaga kefarmasian di fasilitas yang tersertifikasi
cara pembuatan yang baik untuk sediaan suppositoria. Hattra dan fasilitasnya tidak
memenuhi syarat untuk membuat sediaan suppositoria.
Skor 2:
Hasil observasi, di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan
racikan sendiri tidak melakukan pembuatan sediaan suppositoria dan/atau tidak
dbutirukan sediaan ramuan suppositoria racikan sendiri
113
Skor 1:
Di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan ramuan racikan sendiri
melakukan pembuatan sediaan suppositoria dan/atau dbutirukan sediaan suppositoria
Pernyataan 31. Ramuan racikan sendiri tidak boleh dicampur dengan ramuan
produksi pabrikan
Ramuan racikan sendiri yang dibuat oleh Hattra tidak menggunakan bahan yang
berasal dari mengoplos ramuan produksi pabrikan.
Skor 2:
Hasil observasi, Hattra tidak melakukan pembuatan ramuan racikan sendiri dengan
menggunakan bahan yang berasal dari mencampur/mengoplos ramuan produksi
pabrikan
Skor 1:
Hattra melakukan pembuatan ramuan racikan sendiri dengan menggunakan bahan
yang berasal dari mencampur/mengoplos ramuan produksi pabrikan
Pernyataan 32. Label pada kemasan ramuan racikan sendiri hanya memuat
identitas klien, keterangan cara penggunaan/pemakaian, dan tidak boleh
menambahkan keterangan khasiat atau keterangan lain
Label kemasan ramuan racikan sendiri yang diberikan kepada klien hanya memuat
identitas klien, keterangan cara penggunaan/pemakaian, dan tidak boleh
menambahkan keterangan khasiat atau keterangan lain
Skor 2:
Hasil observasi, Label kemasan ramuan racikan sendiri yang diberikan kepada klien
hanya memuat identitas klien, keterangan cara penggunaan/ pemakaian
Skor 1:
Label kemasan ramuan racikan sendiri yang diberikan kepada klien menambahkan
keterangan khasiat
E. SARANA
Pernyataan 33. Ruang pelayanan yang memenuhi persyaratan lingkungan sehat.
Ruang pelayanan (ruang kerja bagi hattra) dapat disamakan dengan ruang kerja
perkantoran. Sesuai dengan Permenkes No. 48 tahun 2016 tentang K3 Perkantoran,
lingkungan kerja di perkantoran harus memenuhi persyaratan yaitu aman dan sehat.
Ruang pelayanan tersebut disamping harus aman ( bangunan kokoh / permanen ) juga
harus bebas dari bahaya fisik, kimia dan biologi. Minimal ruang pelayanan sebaiknya
bersifat permanen , cukup pencahayaan , tidak berisik / bising, cukup ventilasi udara
artinya ada pertukaran udara, suhunya nyaman serta tidak lembab.
Skor 2:
Hasil observasi, Ruang pelayanan tidak berisik, tenang dan dilengkapi dengan
pengaturan udara yang baik (adanya: AC atau “exhaust fan “ atau jendela yang
memadai).
114
Skor 1:
Ruang pelayanan berisik, tidak tenang dan tidak dilengkapi dengan pengaturan udara
yang baik (adanya: AC atau “exhaust fan “ atau jendela yang memadai).
Pernyataan 34. Ruang pelayanan yang memiliki pencahayaan yang cukup
Nilai Batas Ambang (NAB) sesuai Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002
menentukan intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux. Sedangkan sesuai
dengan Permenkes No. 48 thn 2016 tentang K3 Perkantoran, kebutuhan “visual
performance dan harapan pemakai ruangan kantor intensitas pencahayaan harus
terpenuhi untuk menunjang kinerja, rasa nyaman, kesehatan, dan tidak
mengakibatkan gangguan kesehatan. Untuk kenyamanan mata disyaratkan
pencahayaan 300-500 lux, pekerjaan menggambar 500 lux, meeting room 300 lux,
resepsionis 300 lux, koridor 100 lux, arsip 200 lux.
Skor 2:
Hasil observasi, pencahayaan di ruang pelayanan memadai untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan tradisional dengan baik
Skor 1:
Bila pencahayaan di ruang pelayanan tidak memadai
Pernyataan 35. Ruang pelayanan bersifat permanen (tidak berpindah-pindah
tempat dan tidak bergabung fisik dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya)
Ruang pelayanan untuk hattra sebaiknya bersifat permanen, artinya tempat pelayanan
tersebut tersendiri, tidak bergabung secara fisik dengan tempat tinggal atau ruang
kerja lainnya. Disamping itu tempat pelayanan tersebut dapat memberikan rasa aman
dan nyaman, artinya dapat memberikan sifat “privacy” dan perlindungan terhadap
orang yang berada didalamnya ( bangunan kokoh ).
Skor 2:
Hasil observasi. Ruang Pelayanan bersifat permanen, tersendiri tak bergabung
dengan tempat tinggal atau ruang kerja lainnya
Skor 1:
Bila Ruang Pelayanan bersifat tidak permanen/berpindah-pindah dan bergabung
dengan tempat tinggal atau ruang kerja lainnya .
Pernyataan 36. Pintu ruang pelayanan tidak terkunci
Pintu ruang pelayanan tidak terkunci bertujuan untuk meningkatkan keamanan klien
dan tidak menimbulkan kesan negatif penyalahgunanaan panti sehat. Pintu ruangan
bisa berupa pintu pada umumnya atau tirai.
Skor 2:
Hasil observasi, ada pintu ruangan pelayanan dan pada saat pelayanan dalam keadaan
tertutup namun tidak terkunci atau ada tirai
Skor 1:
Apabila ada pintu ruangan pelayanan, namun saat pelayanan dalam keadaan terkunci.
115
Pernyataan 37. Ukuran ruang pelayanan minimal 2 x 2,5 M
Ruang pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan jenis pelayanan kesehatan tradisional
yang diberikan. Ukuran ruang pelayanan sekurang-kurangnya 2 x 2,5 m.
Skor 2:
Hasil observasi, ruang pelayanan berukuran minimal lebar 2 m dan panjang 2,5 m.
Skor 1:
Apabila ruang pelayanan berukuran lebar kurang dari 2 m dan panjang kurang dari
2,5 m.
Pernyataan 38. Ruang pelayanan yang lebih dari satu tempat tidur harus ada
sekat/tirai dengan tinggi 25 cm dari lantai dan 50 cm dari plafon (untuk yang
menggunakan matras sekat sampai ke lantai)
Apabila ruang pelayanan memiliki lebih dari satu tempat tidur, maka diperlukan ada
sekat/tirai untuk memisahkan diantara tempat tidur tersebut.
Skor 2:
Hasil observasi, ruang pelayanan yang lebih dari satu tempat tidur harus ada
sekat/tirai dengan tinggi 25 cm dari lantai dan 50 cm dari plafon (untuk yang
menggunakan matras sekat sampai ke lantai).
Skor 1:
Apabila ruang pelayanan yang memiliki lebih dari satu tempat tidur terdapat
sekat/tirai dengan tinggi lebih dari 25 cm dari lantai dan lebih dari 50 cm dari plafon
(untuk yang menggunakan matras sekat tidak sampai ke lantai).
Pernyataan 39. Tersedia ruang tunggu yang terpisah dari ruang pelayanan
Panti sehat berkewajiban menyediakan ruang tunggu dan ruang pelayanan yang
memenuhi persyaratan sanitasi dan hygiene, ventilasi, dan pencahayaan yang cukup,
serta terpisah oleh sekat baik permanen/ dinding tembok maupun non-permanen
sehingga terjaga kerahasiaan dan kenyamanan klien pada saat dilakukan pemeriksaan
oleh hattra di ruang pelayanan dari pengunjung lainnya di ruang tunggu. Sekat
permanen adalah partisi yang dibuat khusus dan tidak dapat dipindahtempatkan
kecuali dengan dibongkar. Sedangkan sekat non-permanen adalah partisi yang
bentuk, ukuran dan modelnya fleksibel dan mudah dipindah-pindahkan.
Skor 2:
Hasil observasi, ada sekat permanen yang memisahkan ruang tunggu dengan ruang
pelayanan.
Skor 1:
Ada sekat tidak permanen yang memisahkan ruang tunggu dengan ruang pelayanan.
116
Pernyataan 40. Tersedia toilet/WC yang terpisah dari ruang pelayanan
Panti sehat berkewajiban menyediakan toilet/ WC yang terpisah dari ruang pelayanan
agar kenyamanan klien terjamin.
Skor 2:
Hasil observasi, ada sekat permanen yang memisahkan toilet/ WC dari ruang
pelayanan.
Skor 1:
Ada sekat tidak permanen yang memisahkan toilet/ WC dari ruang pelayanan.
Pernyataan 41. Tersedia sarana untuk cuci tangan
Panti sehat berkewajiban menyediakan sarana untuk cuci tangan yang memenuhi
persyaratan yaitu menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.
Skor 2:
Hasil observasi. ada sarana untuk cuci tangan yang memenuhi persyaratan yaitu
menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.
Skor 1:
Ada sarana untuk cuci tangan yang tidak memenuhi persyaratan yaitu tidak
menggunakan air bersih yang mengalir tanpa sabun.
Pernyataan 42. Tersedia dokumen catatan klien
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan tradisional empiris penyehat tradisional
wajib melakukan pencatatan dan pelaporan. Pencatatan yang dimaksud terdiri atas
catatan identitas dan riwayat pelayanan kesehatan klien selama di Panti Sehat.
Pedoman isi catatan klien dapat meliputi:
f. Identitas klien yang berisi nama, umur, jenis kelamin dan alamat
g. Kunjungan baru dan kunjungan lama
h. Keluhan klien
i. Tindakan yang dilakukan, termasuk obat tradisional yang diberikan
j. Keterangan meliputi nasihat, anjuran atau keterangan lain yang diperlukan
Skor 2:
Hasil observasi, tersedia dokumen catatan klien.
Skor 1:
Tidak tersedia dokumen catatan klien.
Pernyataan 43. Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri
tahan terhadap pengaruh cuaca
Panti sehat berkewajiban menyediakan ruang peracikan dan ruang penyimpanan
ramuan racikan tersendiri. Maka sesuai Peraturan Kepala BPOM Nomor
HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011, tentang Persyaratan Teknis Cara Pembuatan
Obat Tradisional Yang Baik, diharapkan ruang penyimpanan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Area penyimpanan hendaklah rapi dan bersih.
117
b. Konstruksi area penyimpanan tergantung dari bahan yang akan disimpan. Area
hendaklah diberi penandaan yang baik dan bahan hendaklah disimpan sedemikian
rupa untuk menghindarkan resiko kontaminasi silang. Hendaklah ditetapkan dan
diberi tanda suatu area karantina untuk semua bahan yang baru datang.
c. Tata letak area penyimpanan hendaklah sedemikian rupa untuk memungkinkan
pemisahan bahan dari berbagai kategori secara efektif dan teratur serta
memungkinkan rotasi stok.
d. Untuk melindungi bahan yang disimpan dan untuk mengurangi resiko serangan
hama hendaklah diberi batas durasi penyimpanan semua bahan yang tidak
terbungkus.
e. Bahan segar yang baru tiba hendaklah diproses sedini mungkin kecuali ditetapkan
lain. Bila diperlukan, bahan tersebut hendaklah disimpan pada suhu antara 2C
dan 8C.
f. Jika bahan disimpan dalam bentuk ruahan, untuk mengurangi risiko pembentukan
kapang atau fermentasi dianjurkan agar menyimpannya di ruangan atau di dalam
wadah yang diventilasi dengan baik.
g. Bahan hendaklah tidak diletakkan di lantai meskipun dimasukkan ke dalam tong
fiber, kantong atau kotak dan hendaklah penyimpanannya diberi cukup ruang
untuk memungkinkan pembersihan dan pemeriksaan.
h. Penyimpanan bahan awal, ekstrak, tingtur dan sediaan lain mungkin memerlukan
kondisi khusus untuk kelembaban dan suhu atau perlindungan terhadap cahaya.
i. Bahan awal, termasuk bahan mentah, hendaklah disimpan di area kering yang
dijaga terhadap kelembaban dan diproses menurut prinsip “pertama masuk,
pertama keluar” (FIFO).
j. Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan
produk yang ditolak atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.
k. Bahan pengemas cetakan merupakan bahan yang kritis karena menyatakan
kebenaran produk menurut penandaannya.
Skor 2:
Hasil observasi, Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri memadai
untuk tahan terhadap pengaruh cuaca (dalam ruangan yang tidak lembab dan tidak
terkena sinar matahari langsung).
Skor 1:
Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri tidak tahan terhadap
pengaruh cuaca (dalam ruangan yang lembab dan terkena sinar matahari langsung).
118
Pernyataan 44. Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri
dapat mencegah masuknya rembesan dan bersarangnya serangga, binatang
pengerat, burung atau binatang lainnya
Panti sehat berkewajiban menyediakan ruang peracikan dan ruang penyimpanan
ramuan racikan sendiri dapat mencegah masuknya rembesan dan bersarangnya
serangga, binatang pengerat, burung atau binatang lainnya. Maka sesuai Peraturan
Kepala BPOM Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 tentang Persyaratan
Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, untuk melindungi bahan yang
disimpan dan untuk mengurangi resiko serangan hama hendaklah diberi batas durasi
penyimpanan semua bahan yang tidak terbungkus.
Skor 2:
Hasil observasi, ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri memadai
untuk dapat mencegah masuknya rembesan dan bersarangnya serangga, binatang
pengerat, burung atau binatang lainnya.
Skor 1:
Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri dbutirukan bekas
rembesan air atau sarang serangga, binatang pengerat, burung atau binatang lainnya.
Pernyataan 45. Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri
memenuhi hygiene dan sanitasi agar tidak tercemar dengan kuman non
pathogen atau pencemaran khamir, jamur dan bakteri
Prosedur rutin yang dilakukan untuk menjamin ruangan bersih dari barang-barang
infeksius, berbahaya, debu dan kotoran berupa rutinitas dalam menyapu dan
mengepel ruangan, membersihkan lubang angin, membersihkan jendela setiap hari,
rutinitas membersihkan pendingin ruangan (AC) bila ada minimal 3 bulan sekali (ada
jadwal tertulis). Seluruh bangunan dan fasilitas area penyimpanan dan lingkungan
sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi
bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan
dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan
tersebut tidak memengaruhi mutu ramuan
Skor 2:
Hasil observasi, lantai bersih, berwarna terang dan ruangan tercium wangi
desinfektan. Pada swab lemari/ meja tempat penyimpanan ramuan, lubang angin,
jendela, kipas angin dan AC (bila ada) menggunakan tissue tidak ada debu yang
menempel. Terdapat jadwal membersihkan AC tertulis. Ruangan dalam keadaan rapi
dan tidak ada kerusakan.
Skor 1:
Lantai kotor dan ruangan tercium wangi tidak enak. Pada swab lemari/ meja tempat
penyimpanan ramuan, lubang angina, jendela, kipas angin dan AC (bila ada)
menggunakan tissue kotor dan banyak debu yang menempel. Ruangan berantakan
dan dbutirukan banyak kerusakan.
Pernyataan 46. Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan sendiri
memiliki alas yang berjarak dengan tanah atau lantai agar simplisia tidak
bersentuhan dengan tanah atau lantai
119
Suatu prosedur penyimpanan untuk mencegah pencemaran bahan ramuan dari zat-zat
yang berpotensi menimbulkan kontaminasi yang berasal dari lantai.
Skor 2:
Hasil observasi, ramuan disimpan dalam lemari/meja khusus untuk menyimpan
ramuan agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai. Bagian bawah lemari/ meja
terbuka agar mudah disapu/ dipel.
Skor 1:
ramuan disimpan bersentuhan dengan lantai. Walaupun disimpan dalam tong/ wadah
yang tertutup.
Pernyataan 47. Suhu Ruang peracikan dan penyimpanan ramuan racikan
sendiri dikondisikan sesuai dengan simplisia
Usaha dalam mengendalikan suhu ruangan agar bahan ramuan tidak terkena panas
yang mempercepat kerusakan.
Skor 2:
Hasil observasi, ruangan penyimpanan ramuan racikan sendiri dikondisikan sesuai
dengan simplisia, seperti simplisia tertentu perlu suhu dingin maka dipasang
pendingin ruangan (AC).
Skor 1:
Ruangan penyimpanan ramuan racikan sendiri tidak dikondisikan sesuai dengan
simplisia, misalnya simplisia perlu suhu dingin namun tidak terpasang AC, tidak
mempunyai ventilasi yang cukup, yaitu luas lubang ventilasi (pintu, jendela, lubang
angin) 1/9 luas lantai atau lebih.
Ruangan penyimpanan ramuan racikan sendiri tidak dikondisikan sesuai dengan
simplisia.
Pernyataan 48. Wadah tempat penyimpanan bahan baku racikan diberikan
label dan tertulis nama bahan baku racikan
Penilaian terhadap wadah tempat penyimpanan bahan baku racikan. Label yang
dimaksud adalah uraian yang menjelaskan isi bahan baku racikan dalam wadah.
Skor 2:
Hasil observasi, wadah tempat penyimpanan bahan baku racikan diberikan label dan
tertulis nama bahan baku racikan.
Skor 1:
Wadah tempat penyimpanan bahan baku racikan tidak diberikan label dan tidak
tertulis
top related