corporate social responsibility di dalam laporan...
Post on 12-Mar-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN
DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI DALAM LAPORAN SUSTAINABILITY
(Studi Empiris Pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
oleh:
DITA ROHMAH
NIM: 1111082000020
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Dita Rohmah
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Juni 1993
3. Alamat : Jl. Pisangan Barat No.15 Rt/Rw 03/005 Cirendeu-
Ciputat Timur, Tangerang Selatan, kode pos 15419
4. Telepon : 083897813644 (HP)
5. Email : dita011@yahoo.com
6. Ayah : Haulian Pasaribu
7. Ibu : Hestiawati
8. Anak ke-, dari : 1 dari 5 bersaudara
II. PENDIDIKAN
1. Tahun 2003 – 2005 : SD Islam Ruhama
2. Tahun 2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Ciputat
3. Tahun 2008 – 2011 : SMA Negeri 74 Jakarta
4. Tahun 2011 – Sekarang : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Bendahara LF UIN Jakarta periode 2014-2015
2. Pengurus bidang Seni & olahraga Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Periode 2013 - 2014
vii
ABSTRACT
Influences of Corporate Governance Mechanicm, Size and Profitability to Corporate
Social Responsibility In Sustainability Report (Study on Companies Listed In
Indonesia Stock Exchange During The Years 2010-2013)
The study aims to examine the effect of corporate governance, firm size, and
profitability to corporate social responsibility disclosure in sustainability report. The
mechanism of corporate governance used are independent commissioner, institutional
ownership, and foreign ownership.
This research is a quantitative study using scientific research in the form of
positive economics. The nature and type of this research is descriptive with the method
used by literature survey. Data used is secondary data obtained from www.idx.co.id and
corporate websites. The analytical method used is multiple linear regression analysis
with SPSS version 22. The populations in this study are all companies listed on the
Indonesia Stock Exchange during the period 2010 until 2013. Samples are taken by
purposive sampling method amount 21companies with 4 years observation.
Based on the results of multiple regression analysis with a significant level of 5%,
the results of this study concluded that: (1) Independent Commissary does not
signicantly influence the effect on the disclosure of CSR in the sustainability report
with the significant value 0.390 > 0.05. (2) Institutional Ownership has a significant
effect on the disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value
0.003 < 0.05. (3) Foreign Ownership does not signicantly influence the effect on the
disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value 0.221 > 0.05.
(4) Firm Size has a significant effect on the disclosure of CSR in the sustainability
report with the significant value 0.000 < 0.05. (5) Profitability has a significant effect
on the disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value 0.001<
0.05.
Keywords: Independent Commissioner, Institutional Ownership, Foreign
Ownership, Firm Size, Profitability, Corporate Social Responsibility
Disclosure, Sustainability Report
viii
ABSTRAK
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan
Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
di dalam Laporan Sustainability (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listing
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance,
ukuran perusahaan, dan profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan corporate
social responsibility di dalam laporan sustainability. Mekanisme corporate governance
yang digunakan adalah dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan
kepemilikan asing.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan
penelitian keilmuan berupa ekonomi positif. Sifat dan jenis dari penelitian ini adalah
deskriptif dengan metode yang digunakan berdasarkan survei literatur. Jenis data yang
digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id dan website
perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda
dengan bantuan software SPSS versi 22. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai 2013.
Sedangkan sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode purposive
sampling sehingga diperoleh 21 perusahaan sampel dengan pengamatan selama 4 tahun.
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5% maka
hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) Dewan komisaris independen tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan CSR di dalam laporan Sustainability dengan nilai
signifikansi 0.390 > 0.05. (2) Kepemillikan institusional berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR di dalam laporan sustainability dengan nilai signifikansi
0.003 < 0.05. (3) Kepemilikan asing tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR dalam laporan sustainability dengan nilai signifikansi 0.221 > 0.05.
(4) Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di dalam
laporan sustainability dengan nilai signifikansi 0.000 > 0.05, dan (5) Profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di dalam laporan sustainability
dengan nilai signifikansi 0.001 > 0.05.
Kata kunci: Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Asing, Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Corporate Social
Responsibility Disclosure, Sustainability Report.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang
telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan,
dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian
skripsi ini, kepada:
1. Kedua orang tua yang paling saya cintai yaitu Ayahanda Haulian Pasaribu dan
Ibunda Hestiawati yang dengan ikhlas memberikan dukungan dengan penuh
kasih sayang selalu mencurahkan perhatian, cinta, bimbingan, nasihat, serta
dukungan moril maupun materil serta doa tiada henti kepada penulis.
2. Keempat adik saya Ridwan Efendi, M.Ilham Adairobi, Salwa Ramadhani
Pasaribu dan Haura Khansa Pasaribu yang senantiasa selalu memberikan
semangat dan dukungan kepada penulis.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang
telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan
pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang telah Bapak
berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
5. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan
pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang telah Ibu
berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
6. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
7. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yangtelah
banyak memberikan ilmu-ilmu kepada penulis.
8. Seluruh staf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
9. Dini Rachmawati sahabat dari semester 3 sampai saat ini. Terimakasih atas doa,
motivasi, semangat yang diberikan sehingga teciptanya skripsi ini. Semoga
persahabatan kita dapat terjalin selamanya.
10. Sahabat seperjuangan dari awal semester hingga sekarang DPRU (Putri, Rika,
Uum) yang saling membantu dalam menyelesaikan tugas tugas kuliah. Terimakasih
sudah menjadi sahabat yang baik dimasa kuliah.
11. Teman-teman jurusan Akuntansi Angkatan 2011 khususnya Akuntansi A
12. Rekan-rekan kementrian agama (Vicky, Liliek, Opi, Amna, Mpit) yang
senantiasa memberikan motivasi, doa serta masukan-masukan sehingga
teciptanya skripsi ini.
13. Ladies Futsal UIN dan Untung-untungan yang selalu memberikan doa serta
semangat seingga terciptanya skripsi ini
14. Pihak–pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 29 Juli 2015
Dita Rohmah
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ......................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 13
A. Landasan Teori ................................................................................................. 13
1. Agency Theory ............................................................................................... 13
2. Stakeholder Theory ........................................................................................ 14
3. Legitimacy Theory ......................................................................................... 15
B. Tinjauan Literatur............................................................................................. 17
1. Corporate Social Rensponsibility .................................................................. 17
a. Pengertian Corporate Social Rensponsibility. ........................................ 17
xii
b. Konsep Corporate Social Rensponsibility. ............................................. 18
c. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan. ..................................... 22
d. Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility. ................................. 24
e. General Reporting Initiative (GRI). ....................................................... 26
2. Good Corporate Governance ........................................................................ 31
3. Mekanisme Good Corporate Governance..................................................... 34
a. Dewan Komisaris Independen. ............................................................... 34
b. Kepemilikan Institusional. ...................................................................... 38
c. Kepemilikan Asing. ................................................................................ 39
d. Ukuran Perusahaan. ................................................................................ 40
e. Profitabilitas. ........................................................................................... 41
C. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 44
D. Kerangka Penelitian ......................................................................................... 49
E. Hipotesis ........................................................................................................... 50
1. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ............. 50
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Corporate
Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ............................... 51
3. Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability .......................................... 53
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability .......................................... 54
5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability .......................................... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 56
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 56
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................... 57
xiii
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 58
D. Metode Analisis Data ....................................................................................... 58
1. Statistik Deskriptif ......................................................................................... 59
2. Uji Asumsi Klasik ......................................................................................... 59
3. Analisis Regresi Berganda ............................................................................. 64
4. Pengujian Hipotesis ....................................................................................... 65
E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................................... 67
1. Variabel Independen ...................................................................................... 67
2. Variabel Dependen ........................................................................................ 70
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................... 73
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 73
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ......................................................................... 75
1. Analisis Statistik Deskriptif ........................................................................... 75
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 79
3. Pengujian Hipotesis ....................................................................................... 86
C. Pembahasan ...................................................................................................... 92
1. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ........... 92
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Corporate
Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability .............................. 95
3. Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ......................................... 97
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ......................................... 99
5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ....................................... 101
xiv
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 104
A. Kesimpulan .................................................................................................... 104
B. Saran ............................................................................................................... 106
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 107
Lampiran ................................................................................................................. 112
xv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 44
Tabel 3.1 Autokorelasi ............................................................................................. 62
Tabel 3.2 Operasional Variabel ............................................................................... 72
Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian .................................................... 74
Tabel 4.2 Sampel Data Penelitian ........................................................................... 74
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif .................................................................................. 76
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Dengan Uji Kolmogorov-Smirnov ..................... 81
Tabel 4.5 Coefficientsa .............................................................................................. 82
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................. 83
Tabel 4.7 Uji Heterokedastisitas dengan Spearman ............................................. 85
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................. 86
Tabel 4.9 Uji signifikasi Simultan ........................................................................... 88
Tabel 4.10 Hasil Uji t ............................................................................................... 89
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ............................................................................ 49
Gambar 4.1 Hasil uji normalitas dengan histogram normal ............................... 79
Gambar 4.2 Hasil uji normalitas dengan grafik normal plot ............................... 80
Gambar 4.3 Uji heterokedastisitas menggunakan grafik scatter plot ................. 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan yang tumbuh dan berkembang mempunyai tujuan utama yaitu
profitabilitas dengan mendapatkan pencitraan dan persepsi yang baik dari para
stakeholder. Namun dewasa ini pandangan tersebut bergeser kearah yang lebih
kompleks yaitu bagaimana masyarakat sebagai pengguna hasil produksi
perusahaan mengakui kredibilitas perusahaan tersebut. Sebab, perusahaan
merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan yang keberadaannya tidak
lepas darinya.
Mengingat hal tersebut maka penting bagi perusahaan untuk turut serta
menjaga dan peduli terhadap aspek sosial baik masyarakat maupun lingkungan
dimana perusahaan tersebut beroperasi. Konsep ini kemudian berkembang dengan
istilah Corporate Sosial Responsibility (CSR). CSR dimaksudkan untuk
mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak
berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada
akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan (Kusuma et al.
2014:2). CSR adalah salah satu faktor penting untuk meningkatkan nilai
perusahaan, maka perusahaan perlu mempertimbangkan CSR sebagai salah satu
aspek daya tarik bagi investor selain kinerja keuangan perusahaan.
2
Investor cenderung tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam
laporan keuangan, dimana pelaporan keuangan merupakan media bagi
manajemen perusahaan dalam memberikan informasi kinerja keuangan entitas
yang bermanfaat untuk stakeholders. Selain pelaporan keuangan sebagai media
pengungkapan tanggung jawab perusahaan, perkembangan pelaksanaan CSR
mendorong perusahaan untuk juga mengungkapkan sebuah laporan yang tidak
hanya berpijak pada kondisi keuangan saja tetapi juga menyediakan informasi
lingkungan dan sosial yang kemudian disebut laporan berkelanjutan atau
sustainability report (Ratnasari, 2011:2)
Secara definisi sustainability report adalah praktek pengukuran,
pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik
internal maupun eksternal (http://www.globalreporting.org, di akses pada 12
Januari 2015). Sustainability report ini disusun berdasarkan pedoman dari Global
Reporting Initiative (GRI) yang telah dikembangkan sejak tahun 1990 dan
disusun tersendiri terpisah dari laporan keuangan atau laporan tahunan. Dalam
penelitian ini item pengungkapan tanggung jawab sosial diukur berdasarkan 9
indikator kinerja ekonomi, 30 indikator kinerja lingkungan, dan 40 indikator
kinerja sosial yang dikeluarkan oleh GRI.
Pengungkapan sustainability report di Indonesia didukung oleh sejumlah
peraturan pemerintah, diantaranya UU No. 23 tahun 1997 mengenai lingkungan,
UU No. 40 Pasal 66 ayat (2) dan Pasal 74 tahun 2007. Pasal 66 ayat (2) bagian c
3
berisi bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga
diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial. Sedangkan Pasal 74
berisi tentang kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan bagi perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber
daya alam. Selain itu, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1
tentang tanggung jawab atas laporan keuangan paragraf 9 (sembilan) secara
implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah
lingkungan dan sosial dalam laporan tambahan mengenai lingkungan hidup dan
laporan nilai tambah (Putri, 2013:2).
Dari deskripsi diatas menjadi sebuah pengantar mengenai perubahan
paradigma CSR, bahwa perusahaan semakin menyadari CSR bukan lagi sebuah
beban, melainkan daya tarik investor dan bagian dari modal sosial serta menjadi
parameter perusahaan untuk mampu me-maintenance masyarakat dan lingkungan
melalui program-program CSR.
Saat ini isu mengenai corporate social responsibility (CSR) dan keberlanjutan
(sustainability) terus berkembang, dimana perusahaan menjadi sorotan utama
perannya terhadap lingkungan. Dikarenakan banyaknya kasus-kasus yang terjadi
terkait dengan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan yang berdampak pada
masyarakat dan lingkungan.
Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia khususnya di daerah-daerah yang
memiliki kekayaan alam yang berlimpah banyak diakibatkan karena
ketidakpedulian perusahaan terhadap kerusakan yang timbul dari pendirian
4
perusahaan itu sendiri. Seperti kasus yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia
yang melakukan perusakan lingkungan di daerah Papua yang dinilai tidak
memenuhi batas air limbah dan telah mencemari biota laut, lumpur Lapindo di
Sidoarjo yang dinobatkan sebagai perusahaan yang tidak bertanggung jawab, dan
pencemaran Teluk Buyat Oleh PT. Newmont Minahasa Raya. Ada lagi kasus
yang disebabkan oleh Perusahaan Besar Swasta (PBS) sawit yang sangat
bermasalah bagi masyarakat lokal yang berdiam di kawasan konsesi perusahaan
perkebunan tersebut karena perusahaan perkebunan yang bergerak dibidang
komoditas kelapa sawit ini tidak mengantongi izin tetapi berani melakukan
operasi besar-besaran dengan membabat hutan alam serta mencemari lingkungan
sekitarnya (http://readersblog.mongabay.co.id, dikutip oleh Ucuy, 2015)
Kasus-kasus tersebut memberikan gambaran bahwa perusahaan
sesungguhnya juga perlu memperhatikan sisi non keuangan terutama dari sisi
lingkungan dan sosial. Untuk itu, perusahaan harus mulai menyadari untuk
mendorong praktik pengungkapan tanggung jawab sosial serta memenuhi
tuntutan akan penerapan good corporate governance dalam rangka pengelolaan
perusahaan yang baik.
Praktik dan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan
konsekuensi logis dari implementasi Good Corporate Governance (GCG), yang
prinsipnya antara lain menyatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan
kepentingan stakeholder-nya, sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin
kerjasama yang aktif dengan stakeholder demi kelangsungan hidup jangka
5
panjang perusahaan. Pengaturan dan pengimplementasian GCG memerlukan
komitmen dari seluruh jajaran organisasi, dimulai dengan penetapan kebijakan
dasar dan tata tertib yang dianut oleh top manajemen serta penerapan kode etik
yang dipatuhi oleh semua pihak yang ada di dalamnya. Apabila sistem Corporate
Governance yang terdiri atas struktur Corporate Governance (pemegang saham,
dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, sekertaris perusahaan, manajer dan
karyawan, auditor) dilaksanakan dengan mekanisme yang baik dan dilandasi
dengan prinsip Corporate Governance, maka akan bermanfaat dalam mengatur
dan mengendalikan perusahaan. Selain itu mekanisme dan struktur Governance
perusahaan dapat dijadikan sebagai pendukung terhadap praktik dan
pengungkapan CSR di Indonesia (Utama dalam Cahyaningsih dan Martina,
2011:173).
Dari penjelasan di atas menunjukan bahwa aktivitas CSR tidak bisa terlepas
dari penerapan GCG. Pada penelitian kali ini, penerapan Corporate Governance
akan dilihat melalui mekanismenya yang diproksikan dengan komposisi dewan
komisaris independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan asing serta
profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan CSR di
dalam laporan Sustainability.
Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota
manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau berhubungan langsung
maupun tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan
tersebut (Surya dan Yustiavandana, 2006: 135). Dengan adanya dewan komisaris
6
independen diharapkan dapat memberikan tekanan pada perusahaan untuk
mengungkapkan sustainability report dalam rangka memastikan keselarasan
antara keputusan dan tindakan perusahaan dengan nilai-nilai sosial dan legitimasi
perusahaan (Ratnasari, 2011:9).
Kepemilikan institusional umumnya merupakan pemegang saham yang cukup
besar karena memiliki pendanaan yang besar. Tingkat kepemilikan institusional
yang tinggi menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar untuk menghalangi
perilaku opportunistic manajer (Rustiarini, 2010:7).
Kepemilikan asing (foreign ownership) adalah jumlah saham yang dimiliki
oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham
perusahaan di Indonesia. Selama ini kepemilikan oleh pihak asing merupakan
pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan CSR (Sari, 2014:6).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau
profit. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi sosial. Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu
skala pengklasifikasian besar kecilnya suatu perusahaan atau organisasi yang
didirikan oleh seseorang atau lebih untuk mencapai tujuannya.
Penelitian yang terkait dengan Corporate Governance, ukuran perusahaan,
profitabilitas dan pengungkapan Corporate Social Responsibility oleh perusahaan
telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan Corporate Governance, ukuran perusahaan, profitabilitas dan
pengungkapan Corporate Social Responsibility merupakan hal yang penting dan
7
membutuhkan perhatian besar. Secara umum, objek penelitian dalam penelitian
tersebut merupakan perusahaan manufaktur dan perbankan. Penelitian tersebut
antara lain telah dilakukan oleh Sari et al. 2013; Sriayu dan Mimba, 2013;
Komalasari, 2014; Trisnawati, 2014.
Penelitian yang dilakukan oleh Komalasari (2014) yang membahas mengenai
pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas
perusahaan terhadap luas pengungkpan corporate social responsibility
menunjukkan hasil bahwa yang mempengaruhi mekanisme corporate governance
terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility hanyalah ukuran
perusahan saja, selebihnya tidak berpengaruh signifikan. Sementara itu studi yang
dilaksanakan Trisnawati (2014) tentang pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial
terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR) industri perbankan
di Indonesia menunjukkan hasil bahwa hanya ukuran perusahaan yang
mempengaruhi pengungkapan corporate social rensponsibility.
Berbeda dengan penelitian Sari et al. (2013) yang menunjukkan hasil bahwa
yang mempengaruhi terhadap luas pengungkapan Corporate Social
Responsibility adalah kepemilikan institusional, ROE dan ROA. Sedangkan
komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh
terhadap luas pengungkapan corporate social renspobility . Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan Sriayu dan Mimba (2013) yang menyatakan bahwa
8
company size, foreign ownership dan public ownership berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure .
Penelitian yang menggunakan kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, dan
kepemilikan institusional sebagai variabel dependen yang dilakukan oleh
Rustiarini (2010) menunjukkan bahwa hanya kepemilikan asing yang
mempengaruhi luas pengungkapan corporate social rensponsibility. Sedangkan
penelitian yang menggunakan karakteristik perusahaan (umur perusahaan, ukuran
perusahaan, kepemilikan asing, dan proporsi dewan komisaris independen)
sebagai variabel dependen, seperti penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013)
menunjukkan bahwa umur perusahaan dan kepemilikan asing yang
mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan
sustainability.
Karena beragamnya hasil penelitian terdahulu mengenai meknisme corporate
governance terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan
sustainability inilah peneliti beralasan untuk menguji kembali variabel-variabel
yang diduga berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial
dalam laporan sustainability. Penelitian ini bertujuan menguji dan membuktikan
“Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran perusahaan, dan
Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility di dalam Laporan Sustainability (Studi Empiris pada
Perusahaan yang Listing di BEI pada Tahun 2010-2013)”.
9
Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
sebagai berikut :
1. Periode penelitian ini meliputi periode pelaporan keuangan pada periode 2010
sampai 2013 sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan data
periode 2008 sampai 2011.
2. Untuk penelitian ini menggunakan objek penelitian yaitu pada perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) berbeda dengan penelitian
sebelumnya yaitu pada perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
3. Penelitian ini selain menggunakan laporan tahunan perusahaan juga
menggunakan Sustainability Report.
4. Penelitian ini menggunakan variabel independen kepemilikan asing
sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel kepemilikan
manajerial.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap luas
pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan
sustainability?
2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap luas pengungkapan
Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability?
3. Apakah kepemilikan asing berpengaruh terhadap luas pengungkapan
Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability?
10
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan
Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability?
5. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate
Social Responsibility di dalam laporan sustainability?
6. Apakah dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan
asing, ukuran perusahaan, dan profitabilitas perusahaan terhadap luas
pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan
sustainability?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji secara empiris:
a. Untuk mengetahui pengaruh komposisi dewan komisaris independen
terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam
laporan sustainability.
b. Untuk mengetahui kepemilikan institusional terhadap luas pengungkapan
Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability.
c. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan asing terhadap luas
pengungkapan Corporate Social Responsibilit di dalam laporan
sustainability.
d. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap luas
pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan
sustainability.
11
e. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap luas pengungkapan
Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability.
f. Untuk mengetahui dewan komisaris independen, kepemilikan
institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan profitabilitas
terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam
laporan sustainability.
D. Manfaat Penelitian
1) Kontribusi Teoritis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya
pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan di
dalam laporan yang disebut sustainability reporting dan
sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan
untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan
sosial. Bagi perusahaan, dapat juga memberikan gambaran
mengenai pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan,
sehingga pemerintah dapat menindaklanjuti pengesahan UU
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dengan
mewajibkan semua perusahaan di Indonesia untuk
melaksanakan tanggung jawab sosialnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat peneliti
dan mahasiswa akuntansi untuk mempelajari dan menambah
wawasan, informasi dan dijadikan sebagai referensi bagi
12
penelitian selanjutnya terutama berbagai hal yang berkaitan
dengan praktik Corporate Social Resposibility.
2) Kontribusi Praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan
investasi di sebuah perusahaan dan memberikan pandangan
kepada investor, bahwa dalam mempertimbangkan aspek-
aspek yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak
terpaku pada ukuran- ukuran moneter saja, tetapi perlu
diperhatikan juga bagaimana perusahaan tersebut memberikan
pertanggungjawaban sosialnya pada lingkungan sekitar
perusahaan. Sehingga investor dapat mengetahui bagaimana
citra perusahaan dimata investor
b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kesempatan para
pembaca untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
akan hak-hak mereka yang seharusnya diperoleh, baik dari segi
ekonomi, lingkungan dimana mereka tinggal, ketenagakerjaan,
hak asasi manusia, sosial, dan juga informasi tentang produk
yang dikeluarkan perusahaan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Agency Theory
Teori keagenan (agency theory) dibangun sebagai upaya untuk memahami
dan memecahkan masalah yang muncul manakala ada ketidaklengkapan
informasi pada saat melakukan kontrak (perikatan). Kontrak yang dimaksud di
sini adalah hubungan antara prinsipal (pemilik dan pemegang saham) yaitu
stakeholder dan agen (manajemen). Teori keagenan meramal jika agen
memiliki keunggulan informasi dibandingkan prinsipal dan kepentingan agen
dan prinsipal berbeda, maka akan terjadi principal-agent problem di mana agen
akan melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya namun merugikan
prinsipal. Beban yang muncul karena tindakan manejemen tersebut menjadi
agency cost. Teori keagenan berusaha menjelaskan tentang penentuan kontrak
yang paling efisien yang bisa membatasi konflik atau masalah keagenan
(Jensen and Meckling,1976).
Corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang
didasarkan pada teori agensi. Penerapan konsep corporate governance
diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agen (manajemen) dalam
mengelola kekayaan pemilik (pemegang saham), dan pemilik menjadi lebih
yakin bahwa agen tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk kesejahteraan
14
agen sehingga dapat meminimumkan konflik kepentingan dan meminimumkan
biaya keagenan (Ratnasari, 2011:6).
Hal ini menjadi dasar perlunya manajemen melakukan pelaporan dan
pengungkapan mengenai perusahaan kepada pemilik sebagai wujud
akuntabilitas manajemen terhadap pemilik. Melalui teori keagenan yang
menyediakan informasi, akuntansi dapat memberikan umpan balik (feedback)
selain nilai prediktifnya. Teori keagenan menyatakan bahwa, perusahaan yang
menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah cenderung akan
melaporkan laba lebih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-
biaya untuk kepentingan manajemen (salah satunya biaya yang dapat
meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat yaitu biaya-biaya yang
terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan) (Anggraini, 2006:7).
2. Stakeholders Theory
Stakeholder theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat
bagi stakeholdernya. Stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan pada
perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas
perusahaan, para stakeholder antara lain masyarakat, karyawan, pemerintah,
supplier, pasar modal dan lain-lain. Menurut (Ghozali dan Chariri, 2007)
stakeholder ini yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan
bertanggung jawab. Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab
terhadap para pemilik (shareholder) sebagaimana terjadi selama ini, namun
15
bergeser menjadi lebih luas yaitu, pada ranah sosial kemasyarakatan
(stakeholder) yang disebut tanggung jawab sosial (social responsibility).
Salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan
dengan para stakeholder-nya adalah dengan pengungkapakan informasi sosial
dan lingkungan. Dengan pengungkapan ini, diharapkan perusahaan mampu
memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan serta dapat mengelola
stakeholder agar mendapatkan dukungan oleh para stakeholder yang
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
3. Legitimacy Theory
Legitimacy theory menyatakan suatu perusahaan akan bisa bertahan, jika
masyarakat dimana perusahaan tersebut berada merasa bahwa perusahaan telah
beroperasi berdasarkan sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai yang
dimiliki oleh masyarakat sekitarnya. Legitimasi masyarakat merupakan faktor
strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan. Hal itu,
dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan,
terutama terkait dengan upaya memosisikan diri di tengah lingkungan
masyarakat yang semakin maju (Hadi, 2011:87).
Menurut Haniffa et al. (2005:395), dalam legitimacy theory perusahaan
memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya
berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai
kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Oleh karena
itu perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga
16
tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan
dimana perusahaan tersebut menjalankan setiap aktivitasnya. Jika terjadi
ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat,
maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya dan selanjutnya akan
mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Keselarasan antara tindakan
organisasi dan nilai-nilai masyarakat ini tidak selamanya berjalan seperti yang
diharapkan. Tidak jarang akan terjadi perbedaan potensial antara organisasi dan
nilai-nilai sosial yang dapat mengancam legitimasi perusahaan bahkan dapat
membuat perusahaan tersebut ditutup (Sayekti, 2007:4).
Barkemeyer (2007:7) mengungkapkan bahwa penjelasan tentang kekuatan
teori legitimasi organisasi dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan di
negara berkembang terdapat dua hal; pertama, kapabilitas untuk menempatkan
motif maksimalisasi keuntungan membuat gambaran lebih jelas tentang
motivasi perusahaan memperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi
organisasi dapat untuk memasukkan faktor budaya yang membentuk tekanan
institusi yang berbeda dalam konteks yang berbeda.
Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan perusahaan harus
memiliki nilai-nilai sosial yang selaras dengan nilai-nilai masyarakat, yaitu
dengan membuat pelaporan kegiatan sosial dan lingkungan perusahaan. Dengan
mengungkapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi
sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang.
17
B. Tinjauan Literatur
1. Corporate Social Responsibility
a. Pengertian Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility dikenal dengan banyak istilah yang
memiliki pengertian yang sama, diantaranya business responsibility dan
corporate citizenship. Sampai sekarang belum terdapat definisi yang
seragam mengenai apa yang dimaksud dengan CSR.
Dengan demikian, para pemangku kepentingan (stakeholders)
mendefinisikan CSR dengan caranya sendiri. Menurut Business for Social
Responsibility (BSR) (2002) CSR sebagai :
“Business practices that strengthen accountability, respecting ethical
values in the interest of all stakeholders.”
Artinya, praktek bisnis yang memperkuat akuntabilitas, menghormati
nilai-nilai etika dalam kepentingan semua pemangku kepentingan.
Sementara itu, ada beberapa definisi lain dari Corporate Social
Responsibility menurut World Business Council for Sustainable
Development (WBCSD) yang dikutip dari Effendi (2009:107), yaitu:
“The continuing commitment by business to behave ethnically and
contribute to economic development while improving the quality of live of
the work force and their families as well as of the local community and
society at large.”
Artinya, CSR adalah keterpanggilan dunia bisnis untuk bersikap etis dan
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan, bersamaan
18
dengan kualitas hidup karyawan beserta keluarganya sekaligus juga
peningkatan kualitas hidup komunitas setempat dan masyarakat luas.
Secara sederhana, tanggung jawab sosial dapat dikatakan sebagai timbal
balik perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya karena
perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakat dan lingkungannya
tersebut. Dimana dalam proses pengambilan keuntungan tersebut seringkali
perusahaan menimbulkan kerusakan lingkungan ataupun dampak sosial
lainnya.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab
sosial perusahaan merupakan suatu kondisi dimana perusahaan harus
bertanggung jawab atas setiap tindakannya yang berpengaruh terhadap
masyarakat dan lingkungannya. Bukan malah berbuat eksploitasi terhadap
lingkungan sekitar.
b. Konsep Corporate Social Responsibility
Konsep CSR sebagai salah satu tonggak penting dalam manajemen
korporat. Meskipun konsep CSR baru dikenal pada awal tahun 1970-an,
namun konsep tanggung jawab sosial sudah dikemukakan oleh Howard R.
Bowen pada tahun 1953 (Kartini, 2009:5).
Menurut Carroll dalam Kartini (2009:14), konsep CSR memuat
komponen-komponen sebagai berikut:
19
1) Economic responsibilities
Tanggung jawab sosial perusahaan yang utama adalah tanggung jawab
ekonomi karena lembaga bisnis terdiri dari aktivitas ekonomi yang
menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara menguntungkan.
2) Legal responsibilities
Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan mentaati hukum dan
peraturan yang berlaku yang pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat
melalui lembaga legislatif.
3) Ethical responsibilities
Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis yaitu
menunjukan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara
perorangan maupun kelembagaan untuk menilai suatu isu dimana
penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam
suatu masyarakat.
4) Discretionary responsibilities
Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan
manfaat bagi mereka.
Perkembangan CSR secara konseptual menurut (Nurlela dan Islahuddin,
2008:2) mulai dibahas sejak tahun 1980-an yang disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut:
1) Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham
komunis dan bergantinya ke imperium kapitalisme secara global.
20
2) Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negara berkembang
sehingga dituntut memperhatikan keadaan sosial, lingkungan dan
hakasasi manusia.
3) Globalisasi dan berkurangnya peran pemerintah telah menyebabkan
munculnya lembaga sosial masyarakat (LSM) yang lebih
memperhatikan isu kemiskinan sampai kekhawatiran punahnya spesies
tumbuhan dan hewan akibat ekosistem yang semakin labil.
4) Kesadaran perusahaan akan pentingnya citra perusahaan dalam
membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.
Selain itu menurut Deegan dalam Ghozali dan Chariri (2007) alasan yang
mendorong praktik pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan
antara lain:
1) Mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-undang
2) Pertimbangan rasionalitas ekonomi
3) Mematuhi pelaporan dan proses akuntabilitas
4) Mematuhi persyaratan peminjaman
5) Mematuhi harapan masyarakat
6) Konsekuensi ancaman atas legitimasi perusahaan
7) Mengelola kelompok stakeholder tertentu
8) Menarik dana investasi
9) Mematuhi persyaratan industry
10) Memenangkan penghargaan pelaporan
21
Menurut The World Business Council for Sustainable Development,
Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan
didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui kerja
sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka,
komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun
untuk pembangunan.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility
(CSR) merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan. Pertanggungjawaban sosial perusahaan
diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Report.
Sustainability Report atau laporan berkelanjutan adalah suatu laporan
yang bersifat non financial yang dapat dipakai sebagai acuan oleh
perusahaan untuk melihat pelaporan dari dimensi sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Sustainability report menjadi dokumen strategi yang berlevel
tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability
Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor
industrinya serta mendorong para investor terutama pihak asing untuk
22
menanamkan investasinya pada perusahaan yang telah menerapkan CSR
dengan baik (Effendi, 2009:109).
c. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan
Laporan tahunan berisi pengungkapan informasi yang dapat membantu
stakeholders dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diungkapkan
tidak hanya berupa informasi keuangan saja, tetapi juga berupa informasi
non keuangan. Selain digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan,
pengungkapan dalam laporan tahunan juga digunakan sebagai bentuk
akuntabilitas manajemen atas kinerjanya sebagai pengelola perusahaan
kepada investor sebagai pemilik.
Di Indonesia, BAPEPAM telah mengatur bentuk dan isi laporan tahunan
yang wajib diungkapkan melalui Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga
Keuangan No.KEP-134/BL/2006 peraturan X.K.6 tanggal 07 Desember
2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau
perusahaan-perusahaan publik. Dalam ketentuan umum bentuk dan isi
laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan,
dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan
pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas
laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit.
Hal itu menunjukkan bahwa setiap perusahaan di Indonesia wajib
membuat laporan tahunan perusahaan yang terdiri dari:
23
1. Ikhtisar data keuangan penting
2. Laporan dewan komisaris
3. Laporan dewan direksi
4. Profil perusahaan
5. Analisis dan pembahasan manajemen
6. Tata kelola perusahaan
7. Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan
8. Laporan keuangan yang telah diaudit
Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan
pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure). Pengungkapan wajib
merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi
yang berlaku (peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan yang
dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan ketua BAPEPAM No.SE-
02/PM/2002. Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas
manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan
informasi lainnya yang dipandang relevan untuk keputusan oleh para
pemakai laporan keuangan tersebut.
Selain itu di Indonesia pengungkapan dalam laporan keuangan baik yang
bersifat wajib maupun sukarela telah diatur dalam PSAK No.1. Setiap
pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham dan
berfokus pada pencapaian laba disamping itu juga mempunyai tanggung
24
jawab sosial terhadap masyarakat sekitar, dan hal itu perlu diungkapkan
dalam laporan tahunan, sebagaimana dinyatakan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 2009) Paragraf kedua belas:
Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added
statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan
sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi
Keuangan.
PSAK No. 1 (revisi 2009) tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang
ada di Indonesia diberi suatu kebebasan dalam mengungkapkan informasi
tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan keuangan tahunan
perusahaan.
d. Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) atau sering kali disebut
sebagai tanggung jawab sosial perusahaan telah banyak disampaikan oleh
para pakar maupun lembaga internasional. Magnan dan Ferrel
mengartikannya sebagai perilaku bisnis, di mana pengambilan keputusannya
mempertimbangkan tanggung jawab sosial dan memberikan perhatian secara
lebih seimbang terhadap kepentingan stakeholders yang beragam
(Mursitama dan Tirta, 2011:23). Dalam implementasi praktik CSR di sebuah
entitas, perusahaan harus membuat laporan untuk mempertanggungjawabkan
kegiatan sosial yang telah dilakukan entitas tersebut. Laporan tanggung
jawab sosial merupakan laporan aktivitas tanggung jawab sosial yang telah
25
dilakukan perusahaan baik berkaitan dengan perhatian masalah dampak
sosial maupun lingkungan. Laporan tersebut dilampirkan dalam laporan
tahunan (annual report) yang dipertanggungjawabkan direksi sebagai agen
di depan sidang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Association of
Chartered Certified Accountants (ACCA) menyatakan bahwa
pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan
Sustainability Reporting, yang merupakan pelaporan mengenai kebijakan
ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan
produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable
development).
Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi,
lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi. Badan yang
aktif menerbitkan pedoman bagi perusahaan terkait pengungkapan
lingkungan hidup adalah Global Reporting Initiative (GRI). Dalam Standar
GRI indikator kinerja dibagi menjadi 3 komponen utama yaitu:
1) Ekonomi
2) Lingkungan hidup
3) Sosial yang mencakup hak asasi manusia, praktek ketenagakerjaan dan
lingkungan kerja, tanggung jawab produk, dan masyarakat.
Ada berbagai motivasi yang mendorong manajer secara sukarela
mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan. Di Indonesia pada
khususnya, peraturan terkait mengenai pengungkapan informasi tanggung
26
jawab sosial dan lingkungan telah diatur dalam peraturan pemerintah pada
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Pasal 74. Sejalan dengan UU No.40
Tahun 2007, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-
134/BL/2006 juga mewajibkan perusahaan untuk mengungkapan informasi
terkait tata kelola perusahaan dimana di dalamnya juga menjelaskan uraian
mengenai aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan pada laporan
tahunan perusahaan.
e. General Reporting Initiative (GRI)
Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis
organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak
menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus
menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia. Terdapat 6
indikator di dalam GRI dan jumlah pengungkapannya ada 78 item
(Sembiring, 2005:393). Berikut item-item yang digunakan dalam :
1) Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator)
(a) Perolehan distribusi nilai ekonomi
(b) Implikasi finansial akibat perubahan iklim
(c) Dana pensiun karyawan
(d) Bantuan financial dari pemerintah
(e) Standar upah minimum
(f) Rasio pemasok lokal
27
(g) Rasio karyawan lokal
(h) Pengaruh pembangunan infrastruktur
(i) Dampak pengaruh ekonomi tidak langsung
2) Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator)
(a) Pemakaian material
(b) Pemakaian material daur ulang
(c) Pemakaian energi langsung
(d) Pemakaian energi tidak langsung
(e) Penghematan energi
(f) Inisiatif penyediaan energi terbaru
(g) Inisiatif mengurangi energi tidak langsung
(h) Pemakaian air
(i) Sumber air yang terkena dampak
(j) Jumlah air daur ulang
(k) Kuasa tanah di hutan lindung
(l) Perlindungan keanekaragaman hayati
(m) Pemulihan habitat
(n) Strategi menjaga keanekaragaman hayati
(o) Spesies yang dilindungi
(p) Total gas rumah kaca
(q) Total gas tidak langsung yang berhubungan dengan gas rumah
kaca
28
(r) Inisiatif pengurangan efek gas rumah kaca
(s) Pengurangan emisi ozon
(t) Jenis-jenis emisi udara
(u) Kualitas pembuangan air dan lokasinya
(v) Klasifikasi limbah dan metode pembuangan
(w) Total biaya dan jumlah yang tumpah
(x) Limbah berbahaya yang ditransportasikan
(y) Keanekaragaman hayati
(z) Inisiatif mengurangi dampak buruk pada lingkungan
(aa) Persentase produk yang terjual dan materi kemasan dikembalikan
berdasarkan kategori
(bb) Nilai moneter akibat pelanggaran peraturan dan hukum
lingkungan hidup
(cc) Dampak signifikan terhadap lingkungan akibat transportasi
produk
(dd) Biaya dan investasi perlindungan lingkungan
3) Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance
indicator)
(a) Jumlah karyawan
(b) Tingkat perputaran karyawan
(c) Kompensasi bagi karyawan tetap
(d) Perjanjian kerja sama
29
(e) Pemberitahuan minimum tentang perubahan operasional
(f) Majelis kesehatan dan keselamatan kerja
(g) Tingkat kecelakaan kerja
(h) Program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
(i) Kesepakatan kesehatan dan keselamatan kerja
(j) Rata-rata jam pelatihan
(k) Program persiapan pensiun
(l) Penilaian kinerja dan pengembangan karir
(m) Keanekaragaman karyawan
(n) Rasio gaji dasar pria terhadap wanita
4) Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights performance
indicator)
(a) Perjanjian dan investasi menyangkut HAM
(b) Persentase pemasok dan kontraktor menyangkut HAM
(c) Pelatihan karyawan tentang HAM
(d) Kasus diskriminasi
(e) Hak berserikat
(f) Pekerja di bawah umur
(g) Pekerja paksa
(h) Tenaga keamanan terlatih HAM
(i) Pelanggaran hak penduduk asli
30
5) Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator)
(a) Dampak program pada komunitas
(b) Hubungan bisnis dan resiko korupsi
(c) Pelatihan anti korupsi
(d) Pencegahan tindakan korupsi
(e) Partisipasi dalam pembuatan kebijakan publik
(f) Sumbangan untuk partai politik
(g) Hukuman akibat pelanggaran persaingan usaha
(h) Hukuman atau denda pelanggaran peraturan perundangan
6) Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance
indicator)
(a) Perputaran dan keamanan produk
(b) Pelanggaran peraturan dampak produk
(c) Informasi kandungan produk
(d) Pelanggaran penyediaan info produk
(e) Tingkat kepuasan pelanggan
(f) Kelayakan komunikasi pemasaran
(g) Pelanggaran komunikasi pemasaran
(h) Pengaduan tentang pelanggaran privatisasi pelanggan
(i) Denda pelanggaran pengadaan dan penggunaan produk
31
2. Good corporate governance
Good corporate governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem
ekonomi pasar. Dimana ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap
perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu
negara. Penerapan GCG dapat mendorong terciptanya persaingan yang sehat
dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Penerapan GCG
juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan good
governance pada umumnya di Indonesia. Saat ini Pemerintah sedang berupaya
untuk menerapkan good governance dalam birokrasinya dalam rangka
menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa.
Pengertian Corporate Govercance yang dikutip dalam (Effendi, 2009:1)
“Corporate governance is a company’s system of internal control, wich
has as its principal aim the management of risk that are significant to the
fulfillment of its business objectives, with a view to safeguarding the
companiy’s assets and enhancing over time the value of the shareholders
investment”.
Corporate governance adalah suatu sistem pengendalian internal
perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan
guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan asset perusahaan dan
meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang.
32
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
mendefinisikan corporate governance sebagai berikut:
“Corporate governance is the system by which business corporations are
directed and controlled. The corporate governance structure specifies the
distribution of right and responsibilities among different participants in the
corporation, such as the board, managers, shareholders and other
stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on
corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which
the company objectives are set, and the means of attaining those objectives
and monitoring performance” (OECD, 1999:9).
OECD melihat corporate governance sebagai suatu sistem dimana
sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan
itu, maka struktur dari corporate governance menjelaskan distribusi hak-hak
dan tanggung jawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah
bisnis, yaitu antara lain dewan komisaris dan direksi, manajer, pemegang
saham, serta pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya,
struktur dari corporate governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan
prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan
melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya
dapat dipertanggungjawabkan dan dilakukan dengan baik.
Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan Good Corporate Governance
(GCG) sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah yang wajib dipenuhi,
yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi
secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
33
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar
secara keseluruhan.
Menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) dalam
Kuncoro (2006:186) Corporate Governance didefinisikan sebagai
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengendalikan perusahaan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, secara umum dapat
disimpulkan bahwa CGC pada dasarnya merupakan suatu hal yang berkaitan
dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya
perusahaan, etika, sistem nilai, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi
yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan dan
menghindari benturan kepentingan antara kepentingan ekonomi, serta untuk
mengatur dan mengendalikan perusahaan (Alijoyo, 2004:31). Dengan
demikian, GCG dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan sehingga proses
pelaksanaan kinerja yang ada dalam perusahaan dapat berjalan efektif dan
terjadi keseimbangan kepentingan diantara pihak-pihak yang saling terkait di
dalamnya, tidak terkecuali hubungan dengan publik atau masyarakat.
Dari uraian diatas menyatakan bahwa Corporate Governance dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ
34
perusahaan (pemegang saham/pemilik modal, komisaris/dewan pengawas,
dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang
dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan
peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika (Komalasari, 2014:4).
Dengan penerapan Good Corporate Governance diyakini dapat menciptakan
kondisi yang kondusif dan landasan yang kokoh untuk menjalankan
operasional perusahaan dengan baik, efisien, dan menguntungkan.
3. Mekanisme Corporate Governance
a. Dewan Komisaris Independen
Istilah dan keberadaan Komisaris Independen baru muncul setelah
terbitnya surat edaran Bapepam Nomor: SE03/PM/2000 dan Peraturan
Pencatatan Efek Nomor 339/BEJ/07-2001 tgl 21 Juli 2001. Menurut
ketentuan tersebut perusahaan publik yang tercatat di bursa wajib memiliki
beberapa anggota dewan komisaris yang memenuhi kualifikasi sebagai
komisaris independen. Keberadaan komisaris independen ini rupanya
berhubungan dengan ketentuan penyelenggaraan pengelolaan perusahaan
yang baik (GCG), yaitu jumlah komisaris independen adalah sekurang-
kurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota komisaris.
35
Beberapa kriteria lainnya tentang komisaris independen berdasarkan
Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep29/PM/2004 tentang pembentukan
dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit Nomor IX.I5 adalah sebagai
berikut:
a) Komisaris Independen tidak memiliki saham baik langsung
maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik;
b) Komisaris Independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan
emiten atau perusahaan publik, komisaris, dan direksi;
c) Komisaris Independen harus berasal dari luar emiten atau
perusahaan publik;
d) Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkitan dengan kegiatan usaha emiten atau
perusahaan publik.
Fungsi dewan komisaris termasuk anggota komisaris independen adalah
mencakup dua peran sebagai berikut:
1) Mengawasi Direksi perusahaan dalam mencapai kinerja dalam business
plan dan memberikan nasehat kepada direksi mengenai penyimpangan
pengelolaan usaha yang tidak sesuai dengan arah yang ingin dituju oleh
perusahaan.
2) Memantau penerapan dan efektivitas dari praktek GCG.
36
Terkait dengan bentuk dewan dalam sebuah perusahaan, terdapat dua
sistem yang berbeda yang berasal dari dua sistem hukum berbeda, yaitu
Anglo saxon dan continental eropa. Sistem hukum anglo saxon mempunyai
sistem satu tingkat atau one tier system. Di sini perusahaan hanya
mempunyai satu dewan direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi
antara manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif) dan direktur
independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu (non direktur
eksekutif). Pada dasarnya yang disebut belakangan ini diangkat karena
kebijakannya, pengalamannya dan relasinya. Negara-negara dengan one tier
system misalnya Amerika serikat dan Inggris.
Sistem hukum Continental Eropa mempunyai sistem dua tingkat atau
two tier system. Disini perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu
dewan pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan direksi),
dimana dewan direksi mengelola dan mewakili perusahaan di bawah
pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Dalam sistem two tiers
system, anggota dewan direksi dianggak dan setiap waktu dapat diganti oleh
badan pengawas (dewan direksi). Dewan direksi juga harus memberikan
informasi kepada dewan komisaris dan menjawab hal-hal yang diajukan
oleh dewan komisaris, sehingga dewan komisaris terutama bertanggung
jawab untuk mengawasi tugas-tugas manajemen. Dalam hal ini dewan
komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan
tidak boleh melakiti perusahaan dengan pihak ketiga (Sari et al, 2013).
37
Forum Corporate Governance Indonesia (2002) mengemukakan bahwa
ada dua sistem manajemen yang berbeda yang mengakibatkan berbedanya
sistem pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris. Perbedaan dari
kedua system tersebut adalah pada tingkat pengawasan, yaitu satu tingkat
pengawasan (one tier sistem) dan dua tingkat (two tier sistem).
1) Sistem Satu Tingkat (One Tier Sistem)
Sistem ini menggunakan satu sistem pengawasan. Biasanya
perusahaan hanya memiliki satu dewan direksi yang umumnya
merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior (Direktur
Eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh
waktu (Non-Direktur Eksekutif). Sistem satu tingkat ini berasal dari
sistem hukum Anglo Saxon dan negara yang menerapkan sistem ini
antara lain adalah Amerika Serikat dan Inggris.
2) Sistem Dua Tingkat (Two Tier Sistem)
Sistem ini menggunakan dua sistem pengawasan yang terpisah.
Dalam sistem ini perusahaan memiliki dua badan terpisah yaitu
Dewan Pengawas (Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan
Direksi). Dewan Komisaris bertugas mengawasi dan mengarahkan
dewan direksi, yang mana dewan direksi ini bertugas untuk mengelola
dan mewakili perusahaan (FCGI, 2002).
Di Indonesia two tier sistem diterapkan dengan beberapa
penyesuaian. Dewan komisaris tidak secara langsung membawahi
38
dewan direksi, namun memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk
mengawasi dan memberi nasehat kepada dewan direksi (KNKG,
2006). Dewan komisaris di Indonesia tidak berhak mengangkat dan
memberhentikan direksi, karena posisi yang sejajar di antara
keduanya, tidak seperti Continental Europe. Berdasarkan Undang-
undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan
komisaris hanya berhak memberhentikan anggota direksi secara
sementara, bukan bersifat tetap.
Dewan komisaris dapat terdiri dari komisaris yang tidak berasal
dari pihak terafiliasi dikenal sebagai komisaris independen dan
komisaris yang terafiliasi. Komisaris yang terafiliasi adalah pihak
yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan
pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris
lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota direksi dan
dewan komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk
jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi (KNKG,
2006).
b. Kepemilikan Institusional
Pemegang saham institusional biasanya berbentuk entitas seperti
perbankan, asuransi, dana pensiun, reksa dana, dan institusi lain. Investor
institusional umumnya merupakan pemegang saham yang cukup besar
karena memiliki pendanaan yang besar. Tingkat kepemilikan institusional
39
yang tinggi menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar untuk
menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Mursalim (2007),
kepemilikan institusional dapat dijadikan sebagai upaya untuk mengurangi
masalah keagenan dengan meningkatkan proses monitoring. Pemegang
saham institusional juga memiliki opportunity, resources, dan expertise
untuk menganalisis kinerja dan tindakan manajemen. Investor institusional
sebagai pemilik sangat berkepentingan untuk membangun reputasi
perusahaan.
Kepemilikan institusional umumnya dapat bertindak sebagai pihak
yang memonitor perusahaan (Novita dan Djakman, 2008). Contoh kontrol
yang dapat diberikan adalah memberikan arahan dan masukan kepada
manajemen ketika manajemen tidak melakukan aktivitas positif seperti
pengungkapan CSR untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Hal ini
penting untuk dilakukan karena akan berdampak positif bagi keberlanjutan
perusahaan di masa mendatang.
c. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing (foreign shareholding) adalah jumlah saham yang
dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga
terhadap saham perusahaan di Indonesia. Selama ini kepemilikan oleh pihak
asing merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan
CSR (Sari, 2014:6).
40
Menurut Puspitasari dalam Sari (2014:6), perusahaan yang memiliki
kepemilikan saham asing cenderung memberikan pengungkapan yang lebih
luas dibandingkan yang tidak. Hal ini disebabkan beberapa alasan. Pertama,
perusahaan asing terutama dari Eropa dan Amerika lebih mengenal konsep
praktik dan pengungkapan CSR. Kedua, perusahaan asing mendapatkan
pelatihan yang lebih baik dalam bidang akuntansi dari perusahaan induk di
luar negeri. Ketiga, perusahaan tersebut mungkin mempunyai sistem
informasi yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan internal dan
kebutuhan perusahaan induk. Keempat, kemungkinan permintaan informasi
yang lebih besar pada perusahaan berbasis asing dari pelanggan.
Jika dilihat dari sudut pandang stakeholder, pengungkapan CSR
merupakan alat yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, apabila perusahaan
memiliki kontrak dengan foreign stakeholders baik dalam ownership dan
trade, maka perusahaan akan lebih didukung dalam melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial (Ririn, 2011).
d. Ukuran Perusahaan
Secara umum ukuran perusaahan (organization size) dapat diartikan
sebagai bentuk perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Ukuran
perusahaan (size) merupakan suatu skala yang berfungsi untuk
mengklasifikasikan besar kecilnya entitas bisnis yang dinyatakan dalam
41
ukuran nominal. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset, volume
penjualan, dan kapitalisasi pasar (Komalasari, 2014:7).
Menurut Sobirin dalam Febryana (2013: 5) ukuran perusahaan dapat
dilihat berdasarkan jumlah karyawan, jumlah penjualan dan jumlah asset
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Size merupakan salah atribut yang
telah sering dihubungkan dangan pelaporan keuangan. Semakin banyak
jumlah karyawan, jumlah penjualan, dan jumlah aset semakin besar pula
ukuran perusahaan itu. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan
ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan
tersebut. Semakin banyak jumlah karyawan maka semakin besar perusahaan
tersebut, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang,
dan semakin besar jumlah asset maka semakin banyak modal yang ditanam.
Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aset, penjualan, dan
kapitalisasi pasar. Ketiga variabel ini digunakan karena dapat mewakili
seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aset, maka semakin
banyak modal yang ditanamkan. Semakin besar penjualan, maka semakin
banyak perputaran uang dan kapitalisasi pasar (Hikmah, 2011:10).
e. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba
bersih. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam
mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di
42
masa mendatang (Astuti, 2004:29). Profitabilitas adalah faktor yang
memberikan kebebasan dan fleksibelitas kepada manajemen untuk
melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program
tanggung jawab sosial secara lebih luas (Heinze, 1976). Hubungan antara
profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk mencerminkan
pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial. Bowman &
Haire (1976) menyimpulkan, sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas
perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Anggraini,
2006:10).
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(profit) yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan kepada
masing-masing pemegang saham. Profitabilitas menggambarkan
kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan
seluruh modal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shapiro
dalam Hermuningsih (2013:116)
“Profitability ratios measure managements objectiveness as indicated
by return on sales, assets and owners equity.”
Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para
investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan peurusahaan untuk
menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan
dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang
43
rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi
perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas
efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut. Menurut Brigham (1993:79)
“Profitability is the net result of a large number of policies and
decision. The ratio examined thus far reveal some interesting thing about
the wry the firm operates, but the profitability ratio show the combined
objects of liquidity, asset management, and debt management on
operating mult.”
Rasio profitabilitas menurut Kasmir dalam Komalasari (2014:5)
merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas
penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri (shareholders
equity). Rasio ini dapat dilakukan dengan membandingkan berbagai
komponen yang ada di laporan keuangan, terutama neraca dan laporan laba
rugi. Tujuannya untuk melihat perkembangan perusahaan dalam rentang
waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan. Berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum, profitabilitas diukur menggunakan rasio return on
assets (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM), dan
tingkat efisiensi Bank.
44
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Laporan
Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability sudah dilakukan
meski dengan judul yang tidak sama dan hasilnya masih beragam. Hal inilah yang
memotivasi lahirnya skripsi ini. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian
terdahulu mengenai Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan
Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam
Laporan Sustainability.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(tahun) Judul penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Trisnawati
(2014) Pengaruh Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Leverage, Ukuran
Dewan Komisaris
dan Kepemilikan
Manajerial
Terhadap
Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
(CSR) Industri
Perbankan di
Indonesia
1. Variabel
dependen luas
pengungkapan
CSR.
2. Variabel
independen
yaitu Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas.
1. Variabel
independen
yaitu
leverage,
kepemilikan
manajerial,
dan dewan
komisaris
1. Ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
CSR.
2. Profitabilitas,
leverage, ukuran
dewan
komisaris, dan
kepemilikan
manejerial tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
CSR.
Bersambung pada halaman berikutnya
45
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman berikutnya
No Peneliti
(tahun) Judul penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2. Indraswari
dan Astika
(2015)
Pengaruh
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan dan
Kepemilikan
Saham Publik
Terhadap
Pengungkapan
CSR.
1. Menggunakan
variabel
dependen
Pengungkapan
CSR
2. Variabel
independen
Ukuran
Perusahaan
dan
Profitabilitas
1. Menggunakan
variabel
independen
kepemilikan
saham publik.
Profitabilitas, ukuran
perusahaan dan
kepemilikan saham publik
berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR
3. Hastuti
(2014)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan,
Pertumbuhan
Perusahaan, dan
Tipe Industri
Terhadap
Pengungkapan
Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
dalam Laporan
Tahunan
1. variabel
dependen
yaitu
pengungkapan
Tanggung
Jawab Sosial
dan variabel
independen
Ukuran
Perusahaaan.
1. Menggunakan
variabel
independen
adalah
Pertumbuhan
Perusahaan,
dan Tipe
Industri.
Ukuran perusahaan dan
Tipe industri berpengaruh
signifikan positif terhadap
pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan
tidak
berpengaruh signifikan
terhadap
pengungkapan tanggung
jawab
sosial perusahaan.
4. Sriayu &
Mimba
(2013)
Pengaruh
Karakteristik
Perusahaan
Terhadap
Corporate Sosial
Responsibility
Diclosure.
1. Variabel
dependent luas
pengungkapan
CSR Variabel
independen
yaitu size
board of
commissioners
, foreign
ownership dan
profitability.
1. Variabel
independen
leverage,
public
ownership.
Leverage, size of board of
commissioners dan
profitability tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure
dan Company Size, foreign
ownership dan public
ownership berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap CSRD.
46
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman berikutnya
No Peneliti
(tahun) Judul penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Komalasari
& Anna
(2014)
Pengaruh
Mekanisme
Corporate
Governance,
Ukuran Perusahaan
dan Profitabilitas
Perusahaan
Terhadap Luas
Pengungkpan
Corporate Social
Responsibility (Studi Pada
Perusahaan
Perbankan yang
Listing di Bursa Efek
Indonesia Tahun
2008-2011).
1. Variabel
dependen yaitu
luas
pengungkapan
CSR dan
Variabel
independen
yaitu
Corporate
Governance,
Ukuran
Perusahaan
dan
Profitabilitas.
1. Sampel tahun
2008-2011
pada
perusahaan
perbankan
2. Metode
penelitian ini
adalah model
regresi data
panel.
3. Variabel
independen
yaitu
kepemilikan
mnajerial.
Komposisi dewan
komisaris
independen,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial, dan
profitabilitas tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan CSR
sedangkan ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan
CSR.
6. Ekowati et
al.
(2014)
Pengaruh
Profitabilitas,
Likuiditas, Growth,
dan Media
Exposure Terhadap
Pengungkapan
Tanggungjawab
Sosial Perusahaan
(Studi Pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
Tahun 2010-2012)
1. Menggunakan
variabel
independen
yaitu
profitabilitas
dan variabel
dependen
pengungkapan
tanggung
jawab sosial
perusahaan
1. Menggunakan
variabel
independen
likuiditas,
growth dan
media
exposure
2. Objek
penelitian
pada
perusaahan
manufaktur di
BEI tahun
2010-2012
Profitabilitas dan
media exposure
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
tanggung jawab
sosial perusahaan
sedangkan likuiditas
dan growth tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
tanggungjawab
sosial perusahaan
47
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(tahun)
Judul
penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7. Sari et al .
(2013)
Pengaruh
Kepemilikan
Institusional,
Komposisi
Dewan
Komisaris,
Kinerja
Perusahaan
terhadap Luas
Pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility di
dalam
Sustainability
Report pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di BEI
1. Variabel
dependent luas
pengungkapan
CSR dan
variabel
independen
yaitu
kepemilikan
institusional
2. Menggunakan
laporan
sustainability.
1. Sampel tahun
2000-2011.
2. Variabel
independen
yaitu kinerja
perusahaan
dan komposisi
dewan
komisaris.
kepemilikan
institusional, ROE
dan ROI
berpengaruh
terhadap luas
pengungkapan
CSR. Sedangkan
Komposisi dewan
komisaris dan
ukuran perusahaan
tidak memiliki
pengaruh terhadap
luas pengungkapan
Corporate Social
Responsibility.
8. Putri (2013)
Pengaruh
Corporate
Governance dan
Karakteristik
Perusahaan
Terhadap
Pengungkapan
Tanggung
Jawab Sosial di
dalam
sustainability
Report
1. Variabel
dependent luas
pengungkapan
CSR dan
variabel
independen
yaitu
corporate
governance
dan ukuran
perusahaan
2. Menggunakan
laporan
sustainability.
1. Menggunakan
tahun
penelitian dari
2008-2011
2. variabel
independen
yaitu umur
perusahaan
dan
kepemilikan
manajerial.
Komisaris
Independen dan
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap
pengungkapan
CSR perusahaan di
dalam SR
sedangkan
kepemilikan asing
dan umur
perusahaan
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap CSR
perusahaan di
dalam (SR)
Bersambung pada halaman beriku
48
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(tahun) Judul penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
9. Servaes and
Tamayo
(2013)
The Impact of
Corporate Social
Responsibility on
Firm Value: The
Role of Customer
Awareness
1. Menggunakan
variabel
tanggung
jawab sosial
perusahaan
1. Menggunakan
variabel
dependen nilai
perusahaan.
tanggung jawab
sosial perusahaan
( CSR ) dan nilai
perusahaan
berhubungan
positif untuk
perusahaan
dengan kesadaran
pelanggan yang
tinggi. Bukti ini
konsisten dengan
pandangan bahwa
kegiatan CSR
dapat menambah
nilai perusahaan
10. Emilsson,
Classo dan
Bredmar
(2012)
CSR and the quest
for profitability–
using Economic
Value Added to
trace profitability
1. Menggunakan
variabel
dependent
yaitu
Corporate
Social
Resposibility
1. Menggunakan
perhitungan
Economic
Value Added.
CSR memiliki
dampak positif
pada penciptaan
nilai perusahaan
dan reputasi
perusahaan adalah
positif dimana
dipengaruhi oleh
Corporate Social
Responsibility
49
D. Kerangka Penelitian
V
Gambar 2.1
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tangung Jawab Sosial dalam Laporan
Sustinability (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listing di BEI tahun 2010-2013)
Metode Analisis: Uji Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Saran
Basic Teori: Agency Theory, Legitimacy Theory, Stakeholders Theory
Komposisi Dewan Komisaris(X1)
Ratnasari (2011), Sudana dan Arlindania
(2011), Kusuma et al.(2014)
Kepemilikan institusional (X2)
Sari et al. (2013)
Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial ( Y ) di dalam
sustainability report
Sembiring (2005)
Kepemilikan Asing (X3)
Putri (2013) dan Kusuma et al. (2014)
Ukuran perusahaan (X4)
Ratnasari (2011) dan Putri (2013)
Profitabilitas perusahaan (X5)
Ratnasari (2011)
50
E. Hipotesis
1. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability
Seperti yang telah dijelaskan oleh Surya dan Yustiavandana
(2006:135) bahwa komisaris independen adalah komisaris yang berasal
dari luar perusahaan bukan anggota manajemen, pemegang saham
mayoritas, ataupun pejabat perusahaan dan tidak mempunyai hubungan
langsung maupun tidak langsung terhadap internal perusahaan. Proporsi
komisaris independen merupakan rasio komisaris independen terhadap
seluruh anggota dewan komisaris. Keberadaan dewan komisaris independen
sebagai salah satu fungsi dalam tata kelola perusahaan yang dalam
mengevaluasi strategi perusahaan dan mengawasi manajemen diharapkan
dapat memberikan tekanan pada perusahaan untuk mengungkapkan CSR
yang lebih luas dalam rangka mewujudkan prinsip GCG yaitu responsibility.
Penelitian yang dilakukan oleh Sudana dan Arlindania (2011)
menyimpulkan bahwa dewan komisaris independen di perusahaan telah
melakukan pengawasan yang sangat baik terhadap pengurusan perseroan
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Selain itu kedudukan dewan
komisaris independen di perusahaan merupakan perwakilan dari
masyarakat sehingga komisaris independen akan mendukung kegiatan-
kegiatan perusahaan dalam melaksanakan dan pengungkapan aktivitas
corporate social responsibility yang dapat meningkatkan kesejahteraan
51
masyarakat sekitar perusahaan dan mengungkapkannya di laporan
tahunan perusahaan.
Dari uraian di atas di harapkan semakin besar presentase komisaris
independen, maka akan meningkatkan aktivitas pengawasan dan
pengungkapan corporate sosial responsibility yang lebih luas. maka
hipotesis yang diajukan adalah :
H1 : Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap
pengungkapan Corporate Social Rersponsibility di dalam
laporan sustainability.
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability.
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh
institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan
asset management. Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi oleh institusi
akan memudahkan pengendalian terhadap perusahaan, sehingga akan
berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Menurut Sari et al.
(2013:485) Kepemilikan institusional merupakan mekanisme corporate
governance yang dapat meningkatkan kualitas keputusan investasi dalam
tanggung jawab sosial, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan
dalam jangka panjang.
52
Investor institusional umumnya merupakan pemegang saham yang
cukup besar karena memiliki pendanaan yang besar. Investor institusional
memiliki power dan experience serta bertanggungjawab dalam
menerapkan prinsip corporate governance untuk melindungi hak dan
kepentingan seluruh pemegang saham sehingga mereka menuntut
perusahaan untuk melakukan komunikasi secara transparan. Salah satu
prinsip corporate governance adalah responsibillitas dan transparansi
atau keterbukaan informasi. Sehingga pengungkapan CSR akan didukung
oleh investor institusional karena pengungkapan CSR sendiri merupakan
bentuk komunikasi perusahaan terhadap stakeholder bahwa perusahaan
bertanggung jawab kepada seluruh stakeholder atas dampak operasional
perusahaan terhadap lingkungan dan sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnama et al. (2014) menyatakan
bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar mampu
menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor
institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer
dan lebih mampu memonitor kinerja manajer. Berdasarkan uraian di atas,
maka hipotesis yang diajukan yaitu:
H2 : Kepemilikan saham institusional berpengaruh terhadap
pengungkapan Corporate Social Resposibility di dalam
laporan sustainability
53
3. Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility di dalam Laporan Sustainability
Kepemilikan saham asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak
asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham
perusahaan di Indonesia. Selama ini kepemilikan asing merupakan pihak yang
dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Menurut Putri (2013:7) Kepemilikan asing dapat menjadi salah satu
pendukung mekanisme corporate governance, dimana perusahaan dengan
kepemilikan asing ini akan meningkatkan persaingan pasar di Indonesia.
Peningkatan persaingan ini memaksa perusahaan untuk selalu melakukan
peningkatan teknologi dan perbaikan di dalam corporate governance sehingga
terdapat keselarasan antara kepentingan seperti manajer, investor, dan
stakeholders lainnya.
Hasil penelitian yang dilakukan Rustiarini (2010) mendukung teori
keagenan menyatakan bahwa kepemilikan asing dalam perusahaan mampu
menjadikan proses monitoring menjadi lebih baik sehingga informasi yang
dimiliki oleh pihak manajemen dapat diberikan secara menyeluruh kepada
stakeholder dan perusahaan akan lebih mendukung dalam pengungkapan CSR
yang lebih luas dengan adanya foreign ownership. Berdasarkan uraian di atas,
maka hipotesis yang diajukan yaitu:
H3 : Kepemilikan saham asing berpengaruh terhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability.
54
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility di dalam Laporan Sustainability
Ukuran perusahaan (size) merupakan skala pengukuran atas suatu
perusahaan yang baik dari segi aset maipun unsur lainya. Size sebagai suatu
proksi digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan
tahunan perusahaan mengenai informasi lingkungan. Purnama et al. (2014)
menemukan adanya pengaruh antara ukuran perusahaan dengan
pengungkapan tanggung jawab sosial. Perusahaan yang berukuran lebih besar
cenderung memiliki informasi yang lebih dari pada perusahaan kecil. Dengan
kata lain semakin besar perusahaan besar akan memberikan informasi laba
sekarang lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil, sehingga biaya yang
dikeluarkan perusahaan besar untuk pengungkapan informasi sosial lebih
besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan kecil.
Berdasarkan teori agensi, perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang
lebih besar sehingga untuk mengurangi biaya keagenan, maka perusahaan
akan mengungkapkan informasi lebih luas. Di samping itu, perusahaan besar
juga dianggap memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan
pengungkapan CSR dalam sustainability report. Dari uraian di atas maka
hopotesis yang diajukan yaitu:
H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
Corporate Social Reponsibility di dalam laporan sustainability.
55
5. Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate
Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Astuti (2004:34) Profitabilitas
adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya
ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan
kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan
menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang. Untuk itu perusahaan
harus memperlihatkan kepada investor mengenai laba yang di dapat oleh
perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sudana dan Arlindania (2011)
menyatakan bahwa kemampuan manajemen dengan tanggung jawabnya
dalam menghasilkan laba harus diiringi dengan kemampuan dalam
melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Melalui social disclosure,
perusahaan mengkomunikasikan kepada publik bahwa tidak hanya mencari
laba semata, namun juga peduli kepada lingkungan dan sosialnya. Dalam hal
ini, semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi social
disclosure perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
H5 : Profitabilitas Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
Corporate Social Reponsibility di dalam sustainability report.
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu membutuhkan
pengujian untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Menurut
Indrianto & Supomo (1999:12), penelitian kuantitatif menitikberatkan pada
pengujian teori-teori yang diukur melalui hubungan antar variabel dan dianalisis
dengan prosedur stasistik. Pendekatan kuantitatif ini berasal dari data yang
diperoleh dari laporan keuangan sehingga data yang diukur dalam suatu skala
numeric (angka). Sifat dan jenis dari penelitian ini adalah deskriptif dengan
metode yang digunakan berdasarkan survei literatur. Penelitian keilmuan yang
digunakan adalah ekonomi positif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Dilihat dari dimensi waktu yang digunakan, penelitian ini termasuk ke
dalam kelompok data time series dengan periode penelitian selama empat tahun
yaitu tahun 2010 sampai 2013 dengan alasan bahwa pada tahun 2009 telah
berlaku Undang-undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas yang
mewajibkan perseroan dengan bidang usaha di bidang atau terkait dengan bidang
sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
57
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi
juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang
ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu (Djatmiko,
2010:50). Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 486 perusahaan
yang secara konsisten dan terdaftar di BEI pada periode 2010 sampai 2013.
2. Sampel
Sampel yang diambil adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu
salah satu teknik pengambilan sampel Non Probabilistic yang dilakukan
berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo,
2002:120). Adapun kriteria dalam penentuan sampel yang akan digunakan
diantaranya adalah:
a. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Selama periode 2010 s.d
2013 dan tidak mengalami delisting selama periode pengamatan.
b. Perusahaan mencantumkan laporan pertanggungjawaban sosial dalam
annual report maupun sustainability report (SR) selama periode
penelitian.
58
c. Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel
yang digunakan selama periode penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Antara lain:
1. Riset Kepustakaan (library research)
Penelitian ini dilakukan dengan membaca literatur yang ada berupa buku,
jurnal,artikel, surat kabar, diktat kuliah dan berbagai sumber yang
berhubungan dengan topik skripsi yang dibahas.
2. Teknik dokumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dengan download
melalui situs www.idx.co.id dan website perusahaaan.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linear berganda yang terdiri dari statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan
uji hipotesis yang perhitungannya dilakukan menggunakan software SPSS 22.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel
dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan asing,
ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social
responsibility.
59
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi
yang berguna (Walpole, 1995:2) atau dapat diartikan sebagai proses
transformasi data penelitian untuk menjelaskan gambaran suatu objek yang
diteliti melalui data sampel atau populasi dengan tujuan memudahkan dalam
memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Statistik
deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan nilai rata–rata
(mean), nilai median, nilai maksimum, nilai minimum, serta standar deviasi
(Ghozali, 2013:19). Sedangkan metode analisis data dilakukan dengan
bantuan softwere SPSS 22.
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda terhadap data yang
diperoleh dalam penelitian, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi
klasik untuk mendeteksi apakah data dalam penelitian ini terjadi
penyimpangan. Berikut ini ada beberapa uji asumsi klasik yang digunakan:
a. Uji Normalitas
Menurut (Ghozali, 2013:160), uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik.
60
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang
lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data
residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya
akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2013:161)
2) Analisis Statistik
Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai
kurtosis dan nilai skewness dari residual. Uji statistik lain yang dapat
digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non
parametik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan
keputusan tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi
normal berdasarkan uji Kolmogrov-Smirnov dapat dilihat dari:
a) Nilai signifikansi atau probabilitas < 0.05, maka distribusi data
adalah tidak normal.
61
b) Nilai signifikansi atau probabilitas > 0.05, maka distribusi data
adalah normal (Ghozali, 2013:163).
Menurut (Ghozali, 2013:163), pengujian normalitas dengan
menggunakan analisis grafik, baik menggunakan histogram maupun
Normal Probability Plot dapat menyesatkan jika tidak hati-hati. Sebab
terdapat kemungkinan analisis grafik yang secara visual terlihat normal
belum tentu normal secara uji statistik atau sebaliknya. Artinya, antara
orang yang satu dengan yang lain dapat berbeda dalam
menginterpretasikannya. Maka sangat dianjurkan melakukan uji statistik
untuk melengkapi analisis grafik.
Uji statistik untuk memperkuat uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov.
Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. >
Alpha.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut (Ghozali, 2013:105), uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi
adalah dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor
(VIF) dengan ketentuan sebagai berikut:
62
1) Jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10, terjadi multikolinearitas.
2) Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, tidak terjadi multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi (Imam Ghazali, 2013:110). Untuk menguji ada tidaknya
autokorelasi dalam penelitian ini. Digunakan uji Durbin-Watson (DW
Test) sebagai keputusan ada atau tidaknya autokorelasi.
Tabel 3.1
Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No Desicison dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No Desicision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du
Sumber: Imam Ghozali, 2013
63
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah pada model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda
disebut heterokedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak
terjadi heterokedstisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan
menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat atau
dependen (ZPRED) dengan residual (SRESID). Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual
yang telah di-studentized. Dengan dasar analisis sebagai berikut: (Ghozali,
2013:139)
1) Jika grafik plot menunjukan suatu pola titik-titik, seperti titik yang
bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
64
Selain menggunakan analis grafik scatterplot untuk membuktikan
lebih lanjut apakah terdapat gejala heterokedastisitas pada model regresi
maka dapat di uji dengan menggunakan diagnosis spearman. Jika nilai
signifikansi > 0,05 berarti tidak terjadi gejala heterokedastisitas.
3. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen
dengan satu atau lebih variabel independen dengan tujuan untuk mengestimasi
atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen
berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati dalam
Ghozali, 2013:95).
Persamaan regresi berganda dirumuskan :
Model yang digunakan untuk mengujji Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Coporate Social Resposibility di dalam Laporan
Sustainability dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+e
Keterangan :
Y : Pengungkapan Corporate Social Resposibility
A : Konstanta
b1 : Koefisien regresi
Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+e
65
b2 : Koefisien regresi
X1 : Komposisi Dewan Komisaris
X2 : Kepemilikan Institusional
X3 : Kepemilikan Asing
X4 : Ukuran Perusahaan
X5 : Profitabilitas Perusahaan
E : Error term, yaitu tingkat kesalan penduga dalam penelitian
4. Pengujian Hipotesis
Secara statistik, ketepatan fungsi regresi dapat diukur dari nilai koefisiensi
determinasi (R2), nilai statistik F dan nilai statistik t. Uji hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui :
a. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2
yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,
2013:97).
66
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian pengaruh simultan atau uji F ini bertujuan untuk
menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013:98). Pengujian dilakukan dengan menggunakan
significance level 0.05 (α=5%).
Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F
tabel, jika F hitung > dari F tabel maka H0 di tolak atau Ha diterima. Hal
ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari alpha. Artinya
semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Dan sebaliknya jika F hitung < F tabel maka
H0 di terima atau Ha ditolak. Hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi
akan lebih besar dari alpha. Artinya semua variabel independen tidak
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Pengujian Parsial atau uji t ini bertujuan untuk menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan significance level 0,05 (a=5%) (Ghozali, 2013:98).
Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel,
jika t hitung > dari t tabel maka H0 di tolak atau Ha diterima. Hal ini
ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari alpha. Artinya
67
variabel independen mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel
dependen. Dan sebaliknya jika t hitung < t tabel maka H0 di terima atau Ha
ditolak. Hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih besar dari
alpha. Artinya variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur
variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan
jelas, serta tidak menimbulkan beberapa tafsiran (Sekaran, 2006:4). Variabel
dalam penelitian ini terbagi atas dua jenis variabel, yaitu variabel independen dan
variabel dependen.
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan variabel
Komposisi Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing,
Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Perusahaan sebagai variabel
independen.
a. Komposisi Dewan Komisaris Independen
Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris
perusahaan (Sembiring, 2005:382). Pengukuran dewan komisaris dalam
penelitian ini yaitu jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan,
yang terdiri dari komisaris utama, komisaris independen, dan komisaris.
68
Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih
baik karena pihak luar akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan
perusahaan secara lebih obyektif dibanding perusahaan yang memilki
susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan.
Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory dalam
Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota
dewan komisaris, maka akan semakin mudah mengendalikan CEO dan
monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Proporsi komisaris
independen ini dinyatakan dengan asumsi semakin besar proporsi
komisaris independen maka semakin netral keputusan yang diambil.
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh
institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pension, dan
asset management. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan
menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor
institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer.
Kepemilikan institusional diukur dengan proksi jumlah kepemilikan
saham oleh investor institusi terhadap total jumlah saham yang beredar.
69
c. Kepemilikan Asing
Struktur kepemilikan asing dapat diukur sesuai dengan proporsi
saham biasa yang dimiliki oleh pihak asing, yaitu dengan membagi jumlah
saham yang dimiliki pihak asing dengan seluruh saham beredar
perusahaan, jadi dengan itu bisa terlihat seberapa besar proporsi saham
asing didalam seluruh saham yang beredar (Sari, 2014:6).
d. Ukuran Perusahaan (Total Asset)
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya kekayaan yang
dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan total aset
perusahaan (Sudarmadji dan Sularto, 2007; Ariny, 2010; Rini,2010). Total
aset kemudian diubah ke dalam bentuk logaritma natural.
e. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
tingkat pengungkapan. Ada banyak alasan untuk pentingnya mempelajari
hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan secara online, salah
satunya faktor ini dapat dijadikan acuan investor maupun pemilik menilai
kinerja manajemen perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang profitabel
akan terdorong untuk mengungkapkan informasi perusahaan, terutama
informasi keuangan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan
Ukuran Perusahaan = Ln Total Asset
70
para investor. Profitabilitas diukur menggunakan ROE karena ROE
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang
bisa diperoleh pemegang saham dengan menggunakan modal sendiri.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti.
Dalam penelitian ini, variabel dependen yang akan digunakan dalam
penelitiaan ini adalah Luas Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility
yang terdapat dalam laporan Sustainability. Daftar pengungkapan sosial yang
digunakan adalah daftar item yang mengacu pada peneliti sebelumnya yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) yang terlampir dalam
penelitian Rustiarini (2010:22) dengan empat tema yaitu kemasyarakatan,
produk dan konsumen, ketenagakerjaan serta menggunakan tema lingkungan.
Pengukuran kemudian dilakukan berdasarkan indeks pengungkapan
masing-masing perusahaan yang dihitung melalui jumlah item yang
sesungguhnya diungkapkan perusahaan dengan jumlah semua item yang
mungkin diungkapkan (Rustiarini, 2010:8). Berdasarkan peraturan
BAPEPAM No.VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item untuk
diaplikasikan di Indonesia, terdapat 78 item pengungkapan yang sesuai untuk
diterapkan di Indonesia. Tujuh puluh delapan item tersebut kemudian
disesuaikan kembali dengan masing-masing sektor industri sehingga item
71
pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda-beda. Secara
lengkap item pengungkapan masing-masing sektor (Sembiring, 2005:383).
Setiap item CSRI yang diungkapkan akan diberi nilai 1, dan apabila tidak
diungkapkan akan diberi nilai 0. Setiap item-tem tersebut akan dijumlahkan
untuk memperoleh keseluruhan skor perusahaan. Pengungkapan sosial
menunjukkan seberapa luas butir-butir pengungkapan yang disyaratkan telah
diungkapkan.
Indeks luas pengungkapan CSR (CSRi) pada perusahaan t dirumuskan
sebagai berikut :
Keterangan :
CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j
Nj : jumlah item untuk perusahaan j
Xij : 1 = jika item I diungkapkan;
0 = jika item tidak diungkapkan. Dengan demikian, 0 < CSRDI j < 1
72
Tabel 3.2
Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
Dewan komisaris
Independen(X1)
Ratnasari (2011), Sudana dan
Arlindania (2011), Kusuma et al.
(2014)
Dewan komisaris independen
Rasio
Kepemilikan Institusional(X2)
Sari et al.(2013)
Kepemilikan Institusional =
Rasio
Kepemilikan Asing(X3)
Putri (2013) dan Kusuma et
al.(2014)
Kepemilikan Asing = Rasio
Ukuran Perusahaan(X4)
Ratnasari (2011) dan Putri (2013) Ukuran Perusahaan= Ln Total Asset Rasio
Profitabilitas(X5) Ratnasari (2011)
ROE = Rasio
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility
Sembiring (2005)
CSRDIJ= Rasio
Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya.
73
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari laporan tahunan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 yang diperoleh melalui situs resmi
Bursa Efek Indonesia pada alamat website www.idx.co.id. Selain itu data yang
digunakan dalam penelitian ini juga bersumber dari laporan keberlanjutan
(Sustaiability Report) untuk mengetahui pengungkapan corporate social
responsibility setiap perusahaan.
Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling untuk
menentukan sampel. Penelitian secara purposive sampling mengindikasikan
bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian merupakan representasi dari
populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan dari penelitian. Pengelolaan data
pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik dengan menggunakan SPSS
Versi 22 untuk memudahkan pengolahan data sehingga dapat menjelaskan
variabel yang diteliti. Berikut Tabel 4.1 menyajikan perolehan sampel
berdasarkan kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
74
Tabel 4.1
Rincian Perolehan Sampel Penelitian
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa sampel yang digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 84 perusahaan. Sampel tersebut dipilih karena telah
memenuhi kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis penelitian.
Daftar nama perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yang dijelaskan dalam
tabel 4.2 dengan nama perusahaan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Sampel Data Penelitian
NO KODE PERUSAHAAN
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
2 ASII PT Astra Internasional Tbk
3 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk
4 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk
5 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
6 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk
Bersambung ke halaman berikutnya
Kriteria Jumlah
Perusahaan yang terdaftar selama periode penelitian
2010-2013 dan tidak delisting dalam periode tersebut. 406
Perusahaan yang tidak mengungkapkan
pertanggungjawaban sosial pada sustainability report
selama 2010-2013 (351)
Perusahaan yang mengungkapkan pertanggungjawaban
sosial pada sustainability report selama 2010-2013. 51
Perusahaan tidak memiliki data lengkap terkait dengan
variabel yang digunakan selama periode penelitian. (30)
Perusahaan yang memenuhi kriteria 21
Total sampel penelitian selama 4 periode 84
75
Tabel 4.2
(Lanjutan)
7 BNLI Bank Permata
8 ELSA PT Elnusa Tbk
9 EXCEL XL Tbk
10 INCO PT Vale
11 INDY Indika Energy Tbk
12 ISAT Indosat Tbk
13 JSMR Jasa Marga Tbk
14 PGAS PT. Perusahaan Gas Negara Tbk
15 PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
16 SGRO Sampoerna Agro Tbk
17 SMCB PT. Holcim Indonesia Tbk
18 SMGR PT. Semen Indonesia Tbk
19 TINS PT. Timah (Persero) Tbk
20 UNSP PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk
21 WIKA Wijaya Karya Tbk
Sumber : diolah dari berbagai sumber
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode dimana semua data yang
berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk
kemudian dianalisis dan diinterprestasikan secara objektif dengan
membandingkan nilai minimum, nilai maksimum dan rata-rata dari sampel.
76
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dewan
komisaris independen, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan
institusional, kepemilikan asing sebagai variabel independen. Berikut Tabel
4.3 merupakan analisis deskriptif untuk variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
CIS 84 0,22 0,60 0,4340 0,09601
IOWN 84 0,02 0,97 0,5538 0,27893
FOR 84 0,00 0,97 0,4151 0,30782
SIZE 84 28,42 33,59 30,7175 1,47615
ROE 84 -0,57 0,45 0,1547 0,12163
CSR 84 0,25 1,00 0,7101 0,22519
Valid N
(listwise) 84
Sumber: Output SPSS yang diolah.
a. Variabel Independen
(1) Dewan Komisaris Independen
Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel
komisaris independen (CIS) dengan jumlah sampel (N) 84 memiliki
nilai minimum sebesar 0,22 yang diperoleh dari PT. Internasional
Nickel Indonesia Tbk pada tahun 2011 sedangkan nilai maksimum
0,60 yang diperoleh dari PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk pada
tahun 2010 dan 2011 serta Bank Tabungan Negara Tbk pada tahun
77
2010. Nilai rata-rata (mean) komisaris independen sebesar 0,4340 dan
standar deviasi sebesar 0,09601.
(2) Kepemilikan Institusional
Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel
kepemilikan institusional (IOWN) dengan jumlah sampel (N) 84
memiliki nilai minimum sebesar 0,02 yang diperoleh dari Jasa Marga
Tbk pada tahun 2011 sedangkan nilai maksimum sebesar 0,97 yang
diperoleh dari Bank International Indonesia Tbk pada tahun 2010,
2011, 2012, dan 2013. Nilai rata-rata (mean) kepemilikan institusional
sebesar 0,5538 dan standar deviasinya sebesar 0,27893.
(3) Kepemilikan Asing
Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel
kepemilikan asing (FOR) dengan jumlah sampel (N) 84 memiliki nilai
minimum sebesar 0,00 yang diperoleh dari PT Elnusa Tbk dan Indika
Energy Tbk pada tahun 2010 dan 2011 sedangkan nilai maksimum
sebesar 0,97 yang diperoleh dari Bank International Indonesia Tbk
pada tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013. Nilai rata-rata (mean)
kepemilikan asing sebesar 0.4151 dan standar deviasi sebesar 0.30782.
(4) Ukuran perusahaan
Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel
ukuran perusahaan (SIZE) dengan jumlah sampel (N) 84 memiliki
nilai minimum sebesar 28,42 yang diperoleh dari PT. Internasional
78
Nickel Indonesia Tbk pada tahun 2010 sedangkan nilai maksimum
sebesar 33,59 yang diperoleh dari Bank Negara Indonesia Tbk pada
tahun 2013. Nilai rata-rata (mean) sebesar 30,7175 dan standar deviasi
1,47615 .
(5) Profitabilitas
Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel
profitabilitas (ROE) dengan jumlah sampel (N) 84 yang dinilai dengan
ROE memiliki nilai minimum sebesar –0,57 yang diperoleh dari PT
Bakrie Sumatera Plantation Tbk pada tahun 2013 sedangkan nilai
maksimum sebesar 0,45 yang berasal dari PT. Perusahaan Gas Negara,
Tbk pada tahun 2010. Nilai rata-rata (mean) profitabilitas sebesar
0,1547 dan standar deviasi sebesar 0,12163.
b. Variabel Dependen
Variabel Dependen pada penelitian ini adalah Corporate Social
Rensposibility (CSR). Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukan bahwa
variabel corporate sosial responsibility memiliki nilai minimum sebesar
0,25 yang diperoleh dari Bank Danamon Indonesia Tbk pada tahun 2010
sedangkan nilai maksimum sebesar 1,00 yang diperoleh dari Indika
Energy Tbk, PT. Timah (Persero) Tbk, Wijaya Karya Tbk, PT. Tambang
Batubara Bukit Asam Tbk dan PT. Semen Indonesia Tbk. Nilai rata-rata
(mean) Corporate Social Responsbility sebesar 0,7101 dan standar
deviasinya sebesar 0,22519.
79
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Sebab model regresi yang baik memiliki data yang
berditribusi normal. Ada 2 cara untuk mendeteksi normalitas data yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik. Untuk menguji normalitas data
dalam penelitian ini menggunakan analisis grafik histogram dan grafik
normal plot serta menggunakan uji statistik dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Berikut ini grafik histogram dan grafik normal plot dari hasil
pengujian menggunakan SPSS.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Normal
Sumber: Output SPSS yang diolah
80
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa grafik histogram
maupun grafik normal P-Plot memberikan pola distribusi data yang normal.
Pada gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa residual terdistribusi secara
normal dan berbentuk simetris tidak melenceng ke kanan atau ke kiri.
Selanjutnya pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar dan
berhimpit di sekitar garis diagonal.
Uji normalitas data juga dilakukan melalui uji statistik yaitu uji
Kolmogorov-Smirnov untuk melengkapi uji grafik histogram dan grafik
normal P-Plot dalam mendeteksi normalitas data. Berikut Tabel 4.4
menunjukan hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov.
81
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual
N 84
Normal Parametersa,b
Mean 0,0000000
Std. Deviation 0,15333383
Most Extreme
Differences
Absolute 0,067
Positive 0,057
Negatif -0,067
Test Statistic 0,067
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Output SPSS yang diolah
Asymp. Sig (2-tailed) pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov sebesar
0,200. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikannya yaitu 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal atau konsisten
dengan uji grafik histogram dan grafik normal P-Plot, maka model regresi
dapat digunakan untuk pengujian berikutnya.
b. Hasil Uji Multikolineritas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah terjadi korelasi
antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Jika nilai Tolerance > 0,1
dan VIF < 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas antar
variabel bebas. Berikut Tabel 4.5 menunjukan hasil dari uji
multikolinieritas.
82
Tabel 4.5
Coefficientsa
Model
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CIS 0,626 1,598
IOWN
FOR
SIZE
0,472
0,477
0,610
2,121
2,096
1,640
ROE 0,890 1,123
a. Dependent Variabel: CSR
Sumber : Output SPSS yang diolah
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas di atas dapat dilihat bahwa
variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi, karena
memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Maka dapat dikatakan
tidak terjadi gejala multikolineritas antar variabel.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2013:110), uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
83
sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi
adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Nilai Durbin
Watson yang berada diantara nilai du dan 4 - du menunjukkan model yang
tidak terkena masalah autokorelasi. Adapun hasil pengujian autokorelasi
dengan menggunakan uji Durbin–Watson (DW test) yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 0,732a 0,536 0,507 0,15817 1,829
a. Predictors: (Constant), FOR, CIS, ROE, SIZE, IOWN
b. Dependent Variable: CSR
Autokorelasi
positif
Ragu-ragu Tidak Ada
Korelasi
Ragu-ragu Autokorelasi
negatif
0 dL dU 4-dU 4-dL
1,4962 1,8008 2,1992 2,5038
Nilai DW : 1,829
Sumber : Output SPSS yang diolah
Uji autokorelasi dengan Durbin Watson menyatakan bahwa
autokorelasi tidak terjadi jika nilai du < d hitung < 4-du, dimana nilai d
hitung berada diantara nilai du dan 4-du. Berdasarkan tabel 4.6 diatas
84
dapat diketahui bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai Durbin-Watson
adalah 1,829. Nilai tersebut berada di antara nilai du dan 4-du dimana
nilai d hitung lebih besar dari (du) 1,8008 dan kurang dari (4-du) 2,1992
sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung gejala
autokorelasi.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi
ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik
scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Berikut ini adalah hasil uji heteroskedastisitas
dengan menggunakan grafik scatterplot.
Gambar 4.3
Uji Heterokedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot
D
a
85
Dari gambar 4.3 uji heteroskedastisitas menggunakan grafik
scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar
baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi
heteroskedastisitas, sehingga model regresi ini layak dipakai untuk
memprediksi Corporate Social Resposibility berdasarkan variabel-
variabel yang mempengaruhinya, yaitu komisaris independen,
kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas.
Tabel 4.7
Uji Heterokedastisitas dengan Spearman
MODEL Sig.
CIS 0,282
IOWN 0,084
FOR 0,890
SIZE 0,887
ROE 0,865
Sumber: Output SPSS yang diolah
Untuk memperkuat hasil heterokedastisitas penelitian ini
menggunakan uji spearman untuk membuktikan ada dan tidak adanya
gejala heterokedastisitas. Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan hasil uji
spearman bahwa dewan komisaris independen (CIS), kepemilikan
institusional (IOWN) , kepemilikan asing (FOR), ukuran perusahaan
86
(SIZE) dan profitabilitas perusahaan (ROE) memiliki nilai signifikansi di
atas 0.05 yang berarti bahwa tidak ada gejala heterokedastisitas.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
model analisis regresi berganda. Menurut Ghozali (2013:7) regresi berganda
digunakan untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel bebas terhadap satu
variabel terikat. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan
melakukan uji koefisien determinasi (R2), uji signifikasi simultan (uji statistik
F) dan uji signifikasi parameter individual (uji statistik t).
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pada penelitian ini, pengujian koefisien determinasi (R2) dilakukan
untuk mengukur variabel independen yaitu variabel dewan komisaris
independen, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran
perusahaan, dan profitabilitas dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Adapun hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,732a 0,536 0,507 0,15817
Sumber : Output SPSS yang diolah
87
Dari tabel 4.8 diatas diketahui bahwa nilai R Square adalah sebesar
0,507. Hal ini berarti bahwa sebesar 50,7% variabel dependen atau
corporate social responsibility dipengaruhi oleh variabel independen yaitu
dewan komisaris inpenden, kepemilikan institusional, kepemilikan asing,
ukuran perusahaan, dan profitabilitas sedangkan sisanya yaitu sebesar 49,3%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian
ini seperti komite audit, kinerja keuangan, intesitas persediaan, leverage,
serta perbandingan nilai buku dan nilai pasar perusahaan.
b. Hasil Uji Signifikan simultan (Uji Statistik F)
Uji signifikasi simultan (uji statistik F) dilakukan untuk menguji apakah
semua variabel independen dalam model persamaan regresi mempunyai
pengaruh secara bersama-sama atas variabel dependen. Uji signifikasi
simultan (uji statistik F) dilakukan pada tingkat signifikasi 0,05. Apabila
nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak,
sebaliknya jika nilai probability F lebih kecil daripada 0,05 maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Berikut ini merupakan hasil uji signifikasi simultan (uji
statistik F):
88
Tabel 4.9
Uji signifikasi Simultan
ANOVAb
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Regression 2,258 5 0,452 18,048 0,000b
Residual 1,951 78 0,025
Total 4,209 83
a. Dependent Variable: CSR
b. Predictors: (Constant), CIS, IOWN, FOR, SIZE, ROE
Sumber : Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9 mengenai tabel uji signifikasi simultan (uji
statistik F) atau uji ANOVA dapat diketahui bahwa didapat nilai F hitung
sebesar 18,048 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas 0,000 lebih
kecil dari 0,05 maka model persamaan regresi ini dapat disimpulkan bahwa
semua variabel independen yaitu dewan komisaris independen,
kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan
corporate social responsibility.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk menunjukan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil
uji t ditunjukan dalam Tabel 4.10.
89
Tabel 4.10
Hasil Uji t
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3,585 0,416 8,611 0,000
CIS -0,198 0,229 -0,084 -0,864 0,390
IOWN -0,283 0,091 -0,350 -3,118 0,003
FOR 0,101 0,082 0,138 1,233 0,221
SIZE -0,090 0,015 -0,588 -5,961 0,000
ROE 0,539 0,151 0,291 3,562 0,001
a. Dependent Variabel : CSR
Sumber : Output SPSS yang diolah
Dari tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa koefisien model regresi
memiliki nilai konstanta sebesar 3,585 dengan nilai thitung positif sebesar
8,611 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Konstanta sebesar 3,585
menandakan bahwa jika variabel independen konstan maka rata-rata
corporate social responsibility adalah sebesar 3,585.
Variabel dewan komisaris independen (CIS) memiliki thitung negatif
sebesar -0,084 dengan tingkat signifikansi 0,390. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat siginfikansinya di atas 0,05. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Hasil uji t untuk variabel kepemilikan institusional (IOWN) memiliki
thitung negatif sebesar -3,118 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,003. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat siginfikansinya di bawah 0,05.
90
Dengan demikian kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini juga
menunjukan arah negatif, artinya semakin besar kepemilikan institusional
maka semakin rendahnya pengungkapan corporate social responsibility.
Kepemilikan asing (FOR) mempunyai thitung positif sebesar 1,233
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,221. Hal tersebut menunjukan
banhwa tingkat signifikansinya di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa kepemilikan asing tidak berpengaruh pengungkapan Corporate
Social Responsibility. .
Ukuran perusahaan (SIZE) mempunyai thitung negatif sebesar -5.961
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tingkat siginfikansinya di bawah 0,05. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate
Social Responsibility. Penelitian ini juga menunjukan arah negatif, artinya
semakin besar ukuran perusahaan maka semakin rendahnya pengungkapan
corporate social responsibility.
Profitabilitas (ROE) mempunyai thitung positif sebesar 3.562 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat siginfikansinya di bawah 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility. Penelitian ini juga menunjukan arah positif, artinya
semakin besar profitabilitas suatu perusahaan maka semakin besar
91
perusahaan untuk melakukan pengungkapan corporate social
responsibility.
Berdasarkan tabel 4.8 maka model persamaan regresi berganda yaitu
sebagai berikut:
CSR=3.585-0,198CIS-0,283IOWN+0,101FOR-0,090SIZE+0,539ROE+e
Hasil di atas dapat dijelaskan bahwa nilai konstanta sebesar 3,585
dengan nilai positif, yang berarti bahwa pengungkapan Corporate Social
Responsibility akan bernilai 3,585 jika masing-masing variabel ukuran
dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran
perusahaan,dan profitabilitas bernilai 0.
Nilai koefisien regresi variabel dewan komisaris independen sebesar
-0,198. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel
komisaris independen, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan
menurunkan pengungkapan Corporate Social Responsibility sebesar
19,8%.
Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan institusional sebesar
-0,2831. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel
kepemilikan institusional, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan
menurunkan pengungkapan Corporate Social Responsibility sebesar
28,31%.
92
Variabel kepemilikan asing memiliki koefisien regresi sebesar 0,101.
Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel
kepemilikan asing, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan
pengungkapan Corporate Social Responsibility sebesar 10,1%.
Variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi sebesar -0,090.
Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel ukuran
perusahaan, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan
pengungkapan Corporate Social Responsibility sebesar 9%. Sedangkan
variabel profitabilitas memiliki koefisien regresi sebesar 0,539. Hal ini
menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel profitabilitas,
dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan pengungkapan
Corporate Social Responsibility sebesar 53,9%.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukan bahwa corporate governance dengan proksi dewan komisaris
independen (CIS) memiliki nilai thitung -0,084 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,390 dan juga dapat dilihat nilai unstandardized coefficient beta
sebesar -0,198. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) ditolak, artinya
dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility. Penelitian ini membuktikan bahwa
93
besarnya proporsi dewan komisaris independen tidak meningkatkan atau
mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan CSR perusahaan di
dalam sustainability report.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Komalasari (2014), Sari (2014), Putri (2013), Ratnasari (2011),
Cahyaningsih dan Martina (2011). Hal ini mencerminkan terdapat beberapa
hal yang diduga menjadi alasan mengapa besarnya proporsi Dewan
Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
CSR seperti yang dinyatakan oleh (Ratnasari, 2011:21) bahwa proporsi
komisaris independen dalam dewan komisaris pada perusahaan sampel
masih rendah, sehingga kemampuan komisaris independen dalam memantau
perilaku dewan direksi (manajemen) belum maksimal. Hal ini terbukti dari
rata-rata jumlah komisaris independen pada perusahaan sebanyak 43,4% dari
total anggota dewan komisaris.
Selain itu terdapat indikasi kemungkinan pemilihan dan pengangkatan
komisaris independen yang kurang efektif dimana komisaris independen
tidak dapat menunjukan independensinya sehingga pengawasan tidak dapat
berjalan dengan baik. Oleh karena itu, keberadaan dewan komisaris dalam
suatu perusahaan belum berpengaruh dalam pemantauan kualitas
pengungkapan finansial dan tanggung jawab sosial perusahaan
94
Menurut Terzhagi (2012:44) tidak berpengaruhnya dewan komisaris
independen terhadap pengungkapan corporate social responsibility karena
adanya kemungkinan bahwa dewan komisaris independen memiliki
kompetensi yang lemah. Menurut Restuningdiah (2010:258) kompetensi
Dewan Komisaris memegang peranan penting dalam pengambilan
keputusan, sehingga bukan hanya komposisi Dewan Komisaris Independen
yang dipertimbangkan, namun juga pengetahuan dan latar belakang
pendidikan sehingga dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
pada tingkat komisaris terkait dengan CSR.
Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki
proporsi dewan komisaris independen yang tinggi ternyata memiliki tingkat
pengungkapan CSR yang rendah, seperti Bank Negara Indonesia Tbk, Bank
Tabungan Negara Tbk, dan Bank Danamon Tbk. Ketiga perusahaan ini telah
memiliki dewan komisaris independen diatas 30%, namun terbukti belum
secara konsisten mengungkapkan tanggungjawab sosialnya di dalam laporan
sustainability dengan tingkat pengungkapan dibawah 50% dari seluruh
indikator yang ditetapkan GRI.
Menurut Siregar dalam Terzaghi (2012:44) ketentuan minimum dewan
komisaris independen sebesar 30% mungkin belum cukup tinggi untuk
menyebabkan para komisaris independen tersebut dapat mendominasi
kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris. Jika pihak komisaris
independen merupakan pihak yang mayoritas maka mungkin dapat lebih
95
efektif dalam menjalankan perannya. Oleh karena itu fungsinya sebagai
pihak yang bertindak independen dan semata-mata untuk kepentingan
perusahan tidak berjalan dengan baik, yang dapat berdampak pada
kurangnya dorongan terhadap manajemen untuk melakukan pengungkapan
sosial.
Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Santioso dan Chandra (2012), Yesika (2013) yang
menyatakan bahwa ukuran komisaris independen dianggap sebagai sebuah
mekanisme yang dapat diandalkan untuk menghilangkan konflik keagenan
antara manajer dan pemegang saham. Perusahaan yang memiliki Dewan
Komisaris Independen cenderung lebih peka terhadap kinerja sosial dan
mencegah tindakan yang menimbulkan pelanggaran lingkungan. Menurut
Prasojo dalam (Putri, 2013:18) juga menyatakan bahwa semakin besar
persentase anggota independen yang ada pada dewan komisaris akan
meningkatkan aktivitas monitoring terhadap kualitas pengungkapan dan
mengurangi kepentingan dari kegiatan yang berusaha menutupi informasi.
2. Pengaruh kepemilikan institusional Terhadap Pengungkapan Corporate
Social Responsibility di dalam laporan sustainability
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukan bahwa variabel kepemilikan institusional (IOWN) memiliki
thitung yaitu -3,118 dengan tingkat signifikansinya sebesar 0,003 dan juga
dapat dilihat nilai unstandardized coefficient beta sebesar -0,283. Dengan
96
demikian hipotesis kedua (H2) diterima, artinya kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rustiarini (2010), Komalasari (2014), Kusuma et al. (2014) dan Maulidra
(2015) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR. Namun penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningsih dan Martina (2011), Setyarini
dan Paramitha (2011), Sari et al. (2013), Azhar (2014), dan Purnama et al.
(2014) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan saham institusional
yang terdapat pada perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian
ini yaitu bank, perusahaan manufaktur, perusahaaan konstruksi, perusahaan
komunikasi, perusahaan agriculture dan mining yang listing di BEI,
memiliki komposisi kepemilikan institusional yang besar. Hal tersebut
membuat kemampuan investor institusional dalam memonitor manajemen
akan jauh lebih efektif.
Hasil penelitian ini juga menunjukan terdapat arah negatif pada
hubungan antara kepemilikan institusional dengan pengungkapan corporate
social responsibility. Artinya semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh
97
institusi maka akan mengurangi tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan
perusahaan.
Alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal tersebut mungkin
dapat terjadi karena semakin banyak saham perusahaan yang dimiliki oleh
pihak institusi, maka institusi mempunyai peluang untuk melakukan
intervensi terhadap jalannya perusahaan serta mengatur proses penyusunan
laporan keuangan. Akibatnya manajer terpaksa melakukan tindakan tertentu
demi memenuhi keingingan pihak–pihak institusi (Budiono dalam Azhar,
2014:67). Dengan demikian apabila kepemilikan institusi semakin besar,
maka pihak institusi hanya memiliki tujuan untuk memaksimalkan
keuntungan pribadi saja tanpa mempedulikan tanggung jawab perusahaan
pada stakeholders lain.
Menurut Cahyaningsih dan Martina (2011), pihak institusi saat ini
kurang peduli dengan pelaksanaan pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan karena investor institusional belum mempertimbangkan
tanggung jawab sosial sebagai salah satu kriteria dalam melakukan investasi.
Hal tersebut mengakibatkan menurunnya tingkat pengungkapan CSR yang
dilakukan perusahaan.
3. Pengaruh kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility di dalam laporan sustainability
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukan bahwa variabel kepemilikan asing (FOR) memiliki thitung yaitu
98
1,233 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,221 dan juga dapat dilihat nilai
unstandardized coefficient beta sebesar 0,101. Dengan demikian hipotesis
ketiga (H3) ditolak, artinya kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Maulidra (2015), Kusuma et al. (2014) serta Sari (2014), yang menyatakan
bahwa tidak adanya hubungan antara kepemilikan saham asing dengan
pengungkapan CSR yang mengandung arti bahwa, semakin besar/kecil
persentase kepemilikan saham oleh pemegang saham asing pada perusahaan,
tidak mempengaruhi luas atau tidaknya tingkat pengungkapan CSR di dalam
sustainability report. Tidak signifikannya hasil penelitian ini disebabkan
karena rata-rata perusahaan sampel lebih didominasi oleh perusahaan yang
tidak memiliki kepemilikan saham asing yang besar tetapi pengungkapan CSR
sudah cukup efektif terlaksana sehingga tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara jumlah presentase kepemilikan saham asing terhadap luas
atau tidaknya pengungkapan corporate social responsibility (Maulidra,
2015:21).
Lovink (2013) juga menjelaskan alasan mengapa kepemilikan asing
dalam perusahaan di Indonesia tidak ada hubungannya dengan pengungkapan
CSR yang dilakukan perusahaan, hal ini terjadi karena kemungkinan
kepemilikan asing pada perusahaan di Indonesia secara umum belum
mempedulikan masalah lingkungan dan sosial sebagai isu kritis yang harus
99
secara ekstensif untuk diungkapkan dalam laporan tahunan dan laporan
sustainability. Dengan demikian dapat disimpulkan besar atau kecilnya
presentase kepemilikan asing di suatu perusahaan tidak dapat mempengaruhi
pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan.
Tetapi penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Putri (2013), Sriayu dan Mimba (2013), Rustiarini (2010), yang
menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki
kepemilikan asing yang tinggi dianggap mampu menjadikan proses
monitoring menjadi jauh lebih baik, yang berdampak pada informasi yang
diberikan pihak manajemen kepada stakeholders lebih menyeluruh dan
transparan (Sriayu dan Mimba, 2013:339). Hal ini juga menunjukkan bahwa
secara umum kepemilikan asing di Indonesia sangat peduli terhadap isu-isu
sosial yang ada di Indonesia, seperti pendidikan, kesehatan dan lingkungan.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility di dalam laporan sustainability
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukan bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki thitung yaitu
-5,961 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan dapat dilihat juga nilai
unstandardized coefficient beta sebesar -0.090. Dengan demikian hipotesis
keempat (H4) diterima, artinya ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan corporate social responsibility, Hasil penelitian ini tidak
100
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Sari et al. (2013),
Putri (2013) dan Oktariani (2014) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan
(size) tidak berpengaruh terhadap pengungkaan CSR. Namun hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahmawati
(2010), Santioso dan Chandra (2012), Marina (2012), Sriayu dan Mimba
(2013), Trisnawati (2014), Komalasari (2014), dan Kusuma et al. (2014) yang
menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
corporate social responsibility (CSR).
Hasil penelitian ini juga menunjukan terdapat arah negatif pada
hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan corporate social
responsibility. Artinya semakin besar tingkat ukuran perusahaan (size) maka
semakin kecil tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Hal
tersebut dapat terjadi karena perusahaan besar sudah memiliki kredibilitas
yang tinggi di mata publik, sehingga secara tidak langsung juga sudah
memiliki legitimasi dari publik. Kondisi ini mengindikasikan bahwa untuk
mendapatkan legitimasi dari publik, perusahaan besar tidak akan selalu
mengungkapkan tangung jawab sosial yang lebih banyak untuk mempunyai
pengaruh dengan pihak-pihak internal maupun eksternal yang berkepentingan
di perusahaan. Menurut Marfu’ah dan Cahyo (2011) dalam Arthana (2013:11)
hal ini dikarenakan tanggung jawab sosial perusahaan bukan lagi menjadi
sekedar kegiatan, tetapi merupakan sebuah kewajiban bagi perusahaan yang
berguna untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
101
Hal ini dapat dibuktikan dari sampel penelitian ini, yaitu Bank Negara
Indonesia Tbk (BBNI) merupakan perusahaan yang memiliki total aset yang
selalu meningkat tiap tahunnya. Dimana total asset pada tahun 2013 hingga
mencapai Rp.386.654.815.000.000, paling tinggi dari seluruh sampel
penelitian. Namun Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada tahun 2012
mengungkapkan tanggung jawab sosialnya baru mencapai 49,9% , kemudian
pada tahun 2013 Bank BNI mengalami penurunan dalam mengungkapkan
tanggung jawab sosialnya menjadi 39,6%. Kondisi ini mengindikasikan
bahwa perusahaan besar belum terbukti memiliki tingkat pengungkapan CSR
yang tinggi.
5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility di dalam laporan sustainability
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukan bahwa variabel profitabilitas (ROE) memiliki thitung yaitu
3.562 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 dan dapat dilihat juga nilai
unstandardized coefficient beta sebesar 0.539. Dengan demikian hipotesis
kelima (H5) diterima, artinya profitabilitas berpengaruh terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility,. Alasan yang dapat
digunakan adalah sampel perusahaan yang memiliki nilai profitabilitas yang
diproksikan dengan ROE memiliki indeks pengungkapan
pertanggungjawaban sosial di atas rata-rata dan mengungkapkan dengan
cukup baik.
102
Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sari et al. (2013), Santioso dan Chandra (2012), Sari (2014) serta Purnama et
al. (2014), yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas
perusahaan maka semakin besar pula pengungkapan informasi sosialnya. Hal
tersebut mengandung arti bahwa profitabilitas yang tinggi akan memberikan
keyakinan perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab
sosialnya dan perusahaan tetap akan mendapatkan keuntungan positif, yaitu
mendapatkan legitimasi dari masyarakat yang pada akhirnya akan
berdampak dengan meningkatnya keuntungan perusahaan dimasa yang akan
datang (Sari, 2014:16).
Menurut Santioso dan Chandra (2012), profitabilitas yang tinggi akan
mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang terperinci, salah
satunya yaitu pengungkapan CSR. Sebab, mereka ingin meyakinkan investor
terhadap perusahaan agar para investor berinvestasi di perusahaan tersebut.
Profitabilitas menunjukan efektifitas manajemen dalam menghasilkan laba.
Laba perusahaan yang besar akan menuai banyak anggapan dari publik
bahwa perusahaan hanya memperkaya para pemegang saham saja tanpa
memperhatikan kesenjangan sosial yang ada di masyarakat. Dengan
pengungkapan lebih banyak tentang aktivitas sosial maka akan menepis
anggapan tersebut dan akan meningkatkan image perusahaan dimata
masyarakat dan para investor .
103
Dengan demikian peneliti menyimpulkan perusahaan yang memiliki
profitabilitas yang tinggi akan mengungkapkan informasi CSR yang luas.
Hal ini mungkin dikarenakan anggapan aktivitas CSR merupakan langkah
strategis jangka panjang yang akan memberikan efek positif bagi
perusahaan.
Adapun hasil penelitian yang tidak mendukung penelitian ini yang di
ungkapkan oleh Trisnawati (2014), Komalasari (2014), Sriayu dan Mimba
(2013) yang menyatakan bahwa profitability tidak memiliki pengaruh
terhadap corporate social responsibility disclosure. Hal ini didukung dengan
argumentasi bahwa pada saat profitabilitas suatu perusahaan tinggi, maka
pihak manajemen akan berasumsi bahwa menginformasikan hal-hal yang
dapat mengganggu kesuksesan keuangan perusahaan tersebut tidak perlu
dilakukan. Namun, saat perusahaan memiliki tingkat profitability yang
rendah, maka perusahaan berharap para pengguna laporan akan membaca
“good news” dari kinerja sosial dan lingkungan yang telah dilakukan oleh
perusahaan (Sembiring, 2005:386).
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris
independen, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan,
dan profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial di dalam laporan
sustainability. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang menyajikan laporan tahunan dan sustainability report
periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Total sampel yang digunakan
sebanyak 21 perusahaan dengan 84 data perusahaan selama 4 tahun. Berdasarkan
hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan
menggunakan analisis regresi berganda, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis pertama ditemukan bahwa variabel dewan komisaris
independen (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
corporate social responsibility di dalam laporan sustainability. Penelitian ini
konsisten dengan penelitian Komalasari (2014), Sari (2014), Putri (2013).
Namun penelitian ini tidak komsisten dengan penelitian Yesika (2013),
Santioso dan Chandra (2012).
105
2. Hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan bahwa variabel kepemilikan
institusional (X2) berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate
social responsibility di dalam laporan sustainability. Penelitian ini konsisten
dengan penelitian Purnama et al. (2014), Azhar (2014), Sari et al. (2013).
Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Maulidra (2015),
Kusuma et al. (2014), Rustiarini (2010).
3. Hasil pengujian hipotesis ketiga ditemukan bahwa variabel kepemilikan asing
(X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social
responsibility di dalam laporan sustainability. Penelitian ini konsisten dengan
penelitian Maulidra (2015), Kusuma et al. (2014), Sari (2014) dan Lovink
(2013). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Putri
(2013), Sriayu dan Mimba (2013), Rustiarini (2010).
4. Hasil pengujian hipotesis keempat ditemukan bahwa variabel ukuran
perusahaan (X4) berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate
social responsibility di dalam laporan sustainability. Penelitian ini konsisen
dengan penelitian Trisnawati (2014), Komalasari (2014), Marina (2012).
Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Oktariani (2014),
Putri (2013), Sari et al. (2013)
5. Hasil pengujian hipotesis kelima ditemukan bahwa variabel profitabilitas (X5)
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social
responsibility di dalam laporan sustainability. Penelitian ini konsisten dengan
penelitian Purnama et al. (2014), Sari (2014), Sari et al. (2013) dan Santioso
106
dan Chandra (2012). Namun asil penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian Trisnawati (2014), Komalasari (2014), Sembiring (2005).
6. Secara simultan komposisi dewan komisaris independen, kepemilikan
institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan dan profitabilitas
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social
responsibility di dalam laporan sustainability.
B. Saran
Saran-saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya, adalah :
1. Untuk penelitian selanjutnya, interval periode penelitian agar ditambah
melebihi interval tahun dalam penelitian ini sehingga akan memberikan
gambaran hasil yang lebih mendekati kondisi yang sebenarnya.
2. Untuk penelitian selanjutnya, mempertimbangkan menggunakan variabel lain
yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di luar
variabel yang digunakan dalam penelitian ini seperti komite audit, indeks
corporate governance serta komponen-komponen corporate governance
lainnya.
107
DAFTAR PUSTAKA
Alijoyo, Antonius dan Suharto Zaini. 2004.”Komisaris Independen Penggerak
Praktik GCG di Perusahaan”. Jakarta: PT. INDEKS Kelompok Gramedia
Anggraini,Fr. Retno. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan” SNA 9 Padang
Astuti, Dewi. 2004.”Manajemen Keuangan Perusahaan”. Jakarta : Ghalia Indonesia
Azhar, Al. 2014.”Pengaruh Elemen Corporate Governance terhadap Luas
Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Jurnal Akuntansi, Vol. 3,
No. 1, Oktober 2014 : 54 – 71
Barkemeyer, Ralf. 2007. “Legitimacy as a Key Driver and Determinant of CSR in
Developing Countries”, Paper for the 2007 Marie Curie Summer School on
Earth System Governance, Amsterdam University of St Andrews &
Sustainable Development Research Centre (SDRC) School of Management,
Amsterdam, 28 May – 06 June.
Cahyaningsih dan Martina Venti Yustianti. 2011. “Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Tanggungjawab Sosial. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 15 No. 2, 171-186.
Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Fakultas
Ekonomi:Universitas Diponegoro Semarang.
Effendi, Muh. Arief. 2009. “The Power of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi”. Salemba Empat, Jakarta. Emilsson, Classo dan Bredmar. 2012. “CSR and the quest for profitability–using
Economic Value Added to trace profitability”. International Journal of
Economics and Management Sciences
Febriyana, Hana. 2013. “Pengaruh Ukuran Perusahan dan Mekanisme Corporate
Goevernance Terhadap Nilai Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur
yang Go Public di Bursa Efek Indonesia). Jurnal UNP
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2004. “Corporate Governance Suatu
Pengantar: Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit Dalam
Pelaksanaan Corporate Governance”, Jakarta.
108
Ghozali, Imam, 2013.“Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS” Edisi Keempat,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Global Reporting Initiative. “Sustainability Reporting”
https://www.globalreporting.org/information/sustainabilityreporting/Pages/d
efault.aspx diakses pada 12 Januari 2015.
Hadi, Nor. 2011. “Corporate Social Responsibility”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Haniffa, R.M., dan T.E. Cooke. 2005. “The Impact of Culture and Governance on
Corporate Social Reporting”, Journal of Accounting and Public Policy 24,
pp. 391-430.
Hermuningsih, Sri. 2013. “Profitability, Growth Opportunity, Capital Structure and
The Firm Value”. Journal University of Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta
Hikmah, N dan D. Rahmayanti, 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar Di BEI”. Simposium Nasional Akuntansi XIV
Hoje Jo, Maretno A. Harjoto. 2011. “The Causal effect CG on CSR” Jurnal Of
Business Ethic
Jensen, Michael C dan Meckling, William H. 1976 .“Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure,” Journal of Financial
Economics, October, V. 3, No. 4, pp. 305-360.
Kartini, Dwi. 2009 “Corporate Social Responsibility, Transformasi Konsep
Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia”, PT Refika
Aditama, Bandung.
Khan, Md. H.U.Z., 2010. “The effect of corporate governance elements on corporate
social responsibility (CSR) reporting”, International Journal of Law and
Management, Vol.52 No.2, pp.82-109.
Komalasari, Dessy dan Anna, Yane Devi. 2014, “Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap
Corporate Social Responsibility (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang
Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011)”. Jurnal Akuntansi Institut
Manejemen Telkom
109
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia”. http://www.governance-indonesia.or.id. Diakses
Tanggal 11 November 2014.
Kuncoro, Mudrajad. 2006.”STRATEGI : bagaimana meraih keunggulan kompetitif”.
Jakarta: Erlangga.
Kusuma, Tanjung dan Darlis. 2014 ”Pengaruh corporate governance dan
karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate social
responsibility (CSR) di dalam Sustainability Report”. JOM FEKON Vol. 1
No.2 Oktober.
Lovink, Karina Angel Dwi,Etna NurAfri Yuyetta. 2013.”Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Journal of
Accounting UNDIP Volume 2, Nomor 2.
Santioso, Linda, dan Candra, Erline. 2012. “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, Leverage, Umur Perusahaan dan Dewan Komisaris Indpenden
dalam Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Jurnal Fakultas
Ekonomi Universitas Tarumanagara.
Maulidra, Hazra. 2015 “ Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan Leverage
Terhadap Corporate Social Responsibility: Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur Yang Listing Di BEI 2010-2012”. Jurnal Akuntansi.
Mursalim. 2007. “Simultanitas Aktivisme institusional, Struktur Kepemilikan,
Kebijakan Dividen dan Utang dalam Mengurangi Konflik Keagenan”.
Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.
Mursitama, Tirta N et.al. 2011. Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia:
Teori dan Implementasi Studi Kasus Community Development Riau Pulp.
Jakarta: Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap
LuasPengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan
Tahunan Perusahaan;Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat
di Bursa Efek Indonesia tahun 2006.Proceeding Simposium Nasional
Akuntansi XI. Pontianak, 22–25 Juli.
Nurlela dan Islahudin. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai
Variabel Moderating” Simposium Nasional Akuntansi XI
110
Oktariani, Ni Wayan dan Sri Harta Mimba Ni Putu. 2014.” Pengaruh Karakteristik
Perusahaan dab Tanggung Jawab Lingkungan Pada Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.3:402-
418
Purnama, Atmadja dan Darmawan. 2014. Pengaruh Size, Profitabilitas, Laverage
dan Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan (CSR Disclosure) dalam Laporan Tahunan Perusahaan
Manufaktur Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013. Volume: 2 No. 1
Tahun 2014
Putri, Chyinthia Dwi. 2013. “Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di
dalam Suatainability Report (Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di
BEI) “. Jurnal UNP
Ratnasari, Yunita. 2011.“Pengaruh Corporate Governance Terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam Sustainability
Report”. Jurnal Akuntansi UNDIP.
Rustiarini, Ni Wayan. 2010. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham terhadap
Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility”, Simposium Nasional
Akuntansi XIII.Purwokerto,
Sari, Sutrisno, dan Sukuharsono., 2013.“Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Komposisi Dewan Komisaris, Kinerja Perusahaan terhadap Luas
Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam Sustainability
Report pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Aplikasi
Manajemen, Vol. 11 No. 3.
Sari, Lian Permata. 2014.“Pengaruh Profitabilitas, Proporsi Dewan Komisaris
Independen dan Kepemilikan Saham Asing Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility: Study Empiris pada Perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta.”. Jurnal Akuntansi.
Sayekti, Yosefa. Wondabi, Ludovicus Sensi., 2007. “Pengaruh CSR Disclosure
Terhadap Earning Response Coefficient”, Simposium Nasional Akuntansi
(SNA), Vol. X.
Sekaran, Uma. 2006.“Research Method for Business-Metodologi Penelitian untuk
Bisnis”. Edisi Ke-empat. Jakarta: Salemba Empat
111
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005.” Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta.” Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo, 15-16
September 2005.
Setyarini, Yulia & Paramitha, Melvie. 2011. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal Kewirausahaan
Vol. 5 No. 2 , Desember 2011. ISSN. 1978-4724.
Sriayu dan Mimba. 2013. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate
Social Resposibility Disclosure”. E-Jurnal Akuntansi Udayana 5.
Sudana, I Made dan Putu Ayu Arlindania. 2011.”Corporate Governance dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Go-Public
di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 4,
No. 1.
Supomo, Bambang & Nur Indriantoro. 2002.“Metodologi Penelitian Bisnis, untuk
Akuntansi dan Manajemen”. Edisi 1, BPFE Yogyakarta
Surya, Indra & Yustiavandana, Ivan. 2006. “Penerapan Good Corporate
Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan
Usaha”. Jakarta : Prenada Media Group.
Terzaghi, Muhammad Titan. 2012. “Pengaruh Earning Management dan Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS) Vol.2 No. 1 Januari 2012.
Trisnawati, 2014 “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Ukuran
Dewan Komisaris dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) Industri Perbankan di Indonesia”.
Seminar Nasional Dan Call For Paper FEB UMS.
Ucuy, 2015.” Lagi, Perusahaan Besar Sawit Hilang Dari Peta Dinas Perkebunan”.
(http://readersblog.mongabay.co.id/rb/2015/01/30/lagi-perusahaan-besar-
sawit-hilang-dari-peta-dinas-perkebunan.
Walpole, Ronald.E. 1982, “ Pengantar Statistika: Edisi 3”. Jakarta : PT.Gramedia
Puataka Utama
112
LAMPIRAN
113
LAMPIRAN 1
DAFTAR SAMPEL
DAN
PERHITUNGAN
DATA
114
LAMPIRAN 1: Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitan
NO KODE PERUSAHAAN
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
2 ASII PT Astra Internasional Tbk
3 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk
4 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk
5 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
6 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk
7 BNLI Bank Permata
8 ELSA PT Elnusa Tbk
9 EXCEL Xl Tbk
10 INCO PT Vale
11 INDY Indika Energy Tbk
12 ISAT indosat Tbk
13 JSMR Jasa Marga Tbk
14 PGAS PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk
15 PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
16 SGRO Sampoerna Agro Tbk
17 SMCB PT. Holcim Indonesia Tbk
18 SMGR PT. Semen Indonesia Tbk
19 TINS PT. Timah (Persero) Tbk
20 UNSP PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk
21 WIKA Wijaya Karya Tbk
Sumber : diolah dari berbagai sumber
115
DAFTAR PENGUNGKAPAN GRI
No Kode GRI Indikator
1 EC1 Perolehan distribusi nilai ekonomi
2 EC2 Implikasi finansial akibat perubahan iklim
3 EC3 Dana pensiun karyawan
4 EC4 Bantuan finansial dari pemerintah
5 EC5 Standar upah minimum
6 EC6 Rasio pemasok lokal
7 EC7 Rasio karyawan lokal
8 EC8 Pengaruh pembangunan infrastruktur
9 EC9 Dampak pengaruh ekonomi tidak langsung
10 EN1 Pemakaian material
11 EN2 Pemakaian material daur ulang
12 EN3 Pemakaian energi langsung
13 EN4 Pemakaian energi tidak langsung
14 EN5 Penghematan energi
15 EN6 Inisiatif penyediaan energi terbaru
16 EN7 Inisiatif mengurangi energi tidak langsung
17 EN8 Pemakaian air
18 EN9 Sumber air yang terkena dampak
19 EN10 Jumlah air daur ulang
20 EN11 Kuasa tanah di hutan lindung
21 EN12 Perlindungan keanekaragaman hayati
22 EN13 Pemulihan habitat
23 EN14 Strategi menjaga keanekaragaman hayati
24 EN15 Spesies yang dilindungi
25 EN16 Total gas rumah kaca
26 EN17 Total gas tidak langsung yang berhubungan dengan gas rumah kaca
27 EN18 Inisiatif pengurangan efek gas rumah kaca
28 EN19 Pengurangan emisi ozon
29 EN20 Jenis-jenis emisi udara
30 EN21 Kualitas pembuangan air dan lokasinya
31 EN22 Klasifikasi limbah dan metode pembuangan
32 EN23 Total biaya dan jumlah yang tumpah
33 EN24 Limbah berbahaya yang ditransportasikan
34 EN25 Keanekaragaman hayati
35 EN26 Inisiatif mengurangi dampak buruk pada lingkungan
36 EN27 Persentase produk yang terjual dan materi kemasan dikembalikan
berdasarkan kategori
Bersambung ke halaman berikutnya
116
(Lanjutan)
No Kode GRI Indikator
37 EN28 Nilai moneter akibat pelanggaran peraturan dan hukum lingkungan
hidup
38 EN29 Dampak signifikan terhadap lingkungan akibat transportasi produk
39 EN30 Biaya dan investasi perlindungan lingkungan
40 LA1 Jumlah karyawan
41 LA2 Tingkat perputaran karyawan
42 LA3 Kompensasi bagi karyawan tetap
43 LA4 Perjanjian kerja sama
44 LA5 Pemberitahuan minimum tentang perubahan operasional
45 LA6 Majelis kesehatan dan keselamatan kerja
46 LA7 Tingkat kecelakaan kerja
47 LA8 Program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
48 LA9 Kesepakatan kesehatan dan keselamatan kerja
49 LA10 Rata-rata jam pelatihan
50 LA11 Program persiapan pensiun
51 LA12 Penilaian kinerja dan pengembangan karir
52 LA13 Keanekaragaman karyawan
53 LA14 Rasio gaji dasar pria terhadap wanita
54 HR1 Perjanjian dan investasi menyangkut HAM
55 HR2 Persentase pemasok dan kontraktor menyangkut HAM
56 HR3 Pelatihan karyawan tentang HAM
57 HR4 Kasus diskriminasi
58 HR5 Hak berserikat
59 HR6 Pekerja di bawah umur
60 HR7 Pekerja paksa
61 HR8 Tenaga keamanan terlatih HAM
62 HR9 Pelanggaran hak penduduk asli
63 SO1 Dampak program pada komunitas
64 SO2 Hubungan bisnis dan resiko korupsi
65 SO3 Pelatihan anti korupsi
66 SO4 Pencegahan tindakan korupsi
67 SO5 Partisipasi dalam pembuatan kebijakan publik
68 SO6 Sumbangan untuk partai politik
69 SO7 Hukuman akibat pelanggaran persaingan usaha
70 SO8 Hukuman atau denda pelanggaran peraturan perundangan
71 PR1 Perputaran dan keamanan produk
72 PR2 Pelanggaran peraturan dampak produk
Bersambung ke halaman berikutnya
117
(Lanjutan)
No Kode GRI Indikator
73 PR3 Informasi kandungan produk
74 PR4 Pelanggaran penyediaan info produk
75 PR5 Tingkat kepuasan pelanggan
76 PR6 Kelayakan komunikasi pemasaran
77 PR7 Pelanggaran komunikasi pemasaran
78 PR8 Pengaduan tentang pelanggaran privatisasi pelanggan
Sumber : diolah peneliti
118
LAMPIRAN 2: Data Diolah
Keterangan:
CIS : Dewan Komisaris Independen
SIZE : Ukuran Perusahaan
ROE : Profitabilitas
IOWN : Kepemilikan Institusional
FOR : Kepemiliksn Asing
CSR : Pengungkapan Corporate Social Responsibility
NO KODE TAHUN CIS SIZE ROE IOWN FOR CSR
1 AMFG
2010 0.333 28.49503 0.17959 0.84660 0.43860 0.47600
2011 0.333 28.62078 0.15709 0.84670 0.43860 0.53400
2012 0.333 28.76739 0.14106 0.84700 0.43860 0.61200
2013 0.333 28.89498 0.12256 0.84800 0.40840 0.54100
2 ASII
2010 0.455 32.35714 0.29134 0.50110 0.50150 0.73077
2011 0.455 32.66486 0.27792 0.50110 0.50150 0.76923
2012 0.300 32.83653 0.25321 0.50110 0.50130 0.79487
2013 0.300 32.99697 0.20998 0.50110 0.50130 0.30769
3 BBNI
2010 0.571 33.14679 0.12373 0.37550 0.22960 0.34921
2011 0.571 33.33166 0.15348 0.37550 0.22960 0.42857
2012 0.571 33.44007 0.16194 0.37550 0.22980 0.49900
2013 0.571 33.58855 0.18996 0.37490 0.22960 0.39600
4 BBTN
2010 0.600 31.85618 0.14207 0.21240 0.18090 0.50831
2011 0.500 32.12102 0.15279 0.19890 0.17210 0.41123
2012 0.500 32.34727 0.13270 0.06500 0.06500 0.39683
2013 0.500 32.50751 0.13517 0.31260 0.25490 0.41270
5 BDMN
2010 0.571 32.40345 0.15562 0.67420 0.67420 0.25397
2011 0.500 32.58639 0.13233 0.73570 0.73570 0.31746
2012 0.500 32.67954 0.14329 0.73750 0.73897 0.45400
2013 0.500 32.84725 0.13182 0.73770 0.74130 0.33333
Bersambung ke halaman berikutnya
119
6 BNII 2010 0.571 31.95025 0.07120 0.97380 0.97380 0.58730
2011 0.571 32.18405 0.08437 0.97290 0.97290 0.35600
2012 0.571 32.38265 0.12528 0.97290 0.97290 0.48700
2013 0.500 32.57656 0.12655 0.97290 0.97290 0.52400
7 BNLI 2010 0.556 31.93256 0.12588 0.89030 0.44515 0.68700
2011 0.556 32.24934 0.12663 0.89030 0.44515 0.41270
2012 0.556 32.51230 0.10949 0.89120 0.44515 0.30000
2013 0.500 32.74201 0.12217 0.89120 0.44560 0.29500
8 ELSA 2010 0.400 28.93354 0.03299 0.79340 0.00008 0.49900
2011 0.400 29.11034 0.01581 0.73710 0.00008 0.69231
2012 0.400 29.08837 0.06640 0.71580 0.05300 0.65340
2013 0.400 29.10600 0.10617 0.70950 0.05250 0.59870
9
EXCEL
2010 0.500 30.93612 0.24680 0.80000 0.80006 0.73438
2011 0.444 31.07050 0.20669 0.79900 0.80200 0.57813
2012 0.375 31.19931 0.17987 0.66550 0.66572 0.77345
2013 0.286 31.32682 0.06750 0.66480 0.66480 0.92188
10 INCO
2010 0.300 28.41503 0.26036 0.79860 0.79830 0.96154
2011 0.222 28.51535 0.18866 0.79510 0.79506 0.76923
2012 0.300 28.47821 0.03921 0.79510 0.79510 0.94872
2013 0.300 28.45569 0.02249 0.79510 0.79510 0.87179
11 INDY
2010 0.500 30.06978 0.14209 0.63117 0.00020 1.00000
2011 0.500 30.53540 0.16176 0.63474 0.00020 1.00000
2012 0.400 28.48427 0.08510 0.63470 0.11960 0.91026
2013 0.333 28.47100 (0.05193) 0.75540 0.28590 0.89700
12 ISAT
2010 0.400 31.59788 0.03625 0.70110 0.70110 0.75000
2011 0.444 31.58557 0.05669 0.70110 0.70110 0.76563
2012 0.455 31.64244 0.02513 0.70510 0.70510 0.70430
2013 0.400 31.62961 0.16143 0.70500 0.05500 0.73240
13 JSMR
2010 0.333 30.57294 0.15664 0.13458 0.13831 0.69841
2011 0.429 30.69591 0.14105 0.01980 0.01980 0.71429
2012 0.500 30.83999 0.15691 0.12490 0.15930 0.73400
2013 0.333 30.97622 0.11391 0.14710 0.13290 0.86100
Bersambung ke halaman berikutnya
120
14 PGAS
2010 0.400 31.09949 0.44989 0.43040 0.84080 0.80769
2011 0.400 31.06425 0.35603 0.37690 0.35140 0.80769
2012 0.333 31.29667 0.38868 0.45620 0.36230 0.98718
2013 0.333 29.10422 0.32776 0.93500 0.84140 0.79800
15 PTBA
2010 0.400 29.79695 0.31553 0.25136 0.21770 1.00000
2011 0.333 30.07399 0.37821 0.21788 0.18742 1.00000
2012 0.333 30.17490 0.34208 0.18754 0.18754 0.98718
2013 0.333 30.08866 0.24555 0.25617 0.13760 0.79000
16 SGRO
2010 0.400 28.68737 0.21185 0.78900 0.71500 0.93151
2011 0.400 28.85803 0.21985 0.68840 0.67050 0.68493
2012 0.500 29.05116 0.12610 0.79700 0.69800 0.79452
2013 0.500 29.13791 0.04461 0.67050 0.67050 0.87630
17 SMCB
2010 0.571 29.97640 0.12142 0.80650 0.92580 0.87000
2011 0.571 30.02441 0.14129 0.80650 0.10810 0.78205
2012 0.500 30.12987 0.16046 0.80650 0.95840 0.65400
2013 0.429 30.33205 0.10855 0.80650 0.95960 0.85897
18 SMGR
2010 0.333 30.37592 0.30261 0.48380 0.39470 0.98718
2011 0.333 30.60969 0.27063 0.48730 0.40670 0.98718
2012 0.500 30.91115 0.27122 0.48720 0.41680 1.00000
2013 0.429 31.05830 0.24557 0.48140 0.38220 0.89000
19 TINS
2010 0.333 29.40277 0.22555 0.04720 0.04840 1.00000
2011 0.333 29.51351 0.19512 0.23970 0.09860 1.00000
2012 0.333 29.43947 0.09468 0.24340 0.11860 1.00000
2013 0.500 29.69577 0.10529 0.06130 0.03660 1.00000
20 UNSP
2010 0.600 30.54891 0.09685 0.30160 0.14700 0.69231
2011 0.600 30.55967 0.08231 0.24130 0.17640 0.69231
2012 0.500 30.57458 0.13489 0.16540 0.14430 0.70130
2013 0.429 30.52224 (0.56844) 0.18920 0.11150 0.35897
21 WIKA
2010 0.400 29.46939 0.15815 0.15706 0.01780 0.97183
2011 0.400 29.75004 0.17615 0.17930 0.11970 1.00000
2012 0.333 30.02392 0.17950 0.25260 0.14380 1.00000
2013 0.333 30.16432 0.19349 0.23240 0.14450 0.79500
Sumber : diolah oleh peneliti
121
122
123
124
125
Bersambung pada halaman berikutnya
126
(lanjutan)
127
Bersambung pada halaman berikutnya
128
(lanjutan)
129
bersambung pada halaman berikutnya
130
(lanjutan)
131
Bersambung pada halaman berikutnya
132
(lanjutan)
133
LAMPIRAN 2
HASIL OUTPUT
SPSS 22 For Windows
134
LAMPIRAN 3 : Hasil Output SPSS 22 for windows
Regresion
Correlations
CSR CIS SIZE ROE IOWN FOR
Pearson Correlation CSR 1.000 -.484 -.571 .317 -.254 -.158
CIS -.484 1.000 .553 -.185 .081 .059
SIZE -.571 .553 1.000 .070 -.074 .127
ROE .317 -.185 .070 1.000 -.117 .077
IOWN -.254 .081 -.074 -.117 1.000 .681
FOR -.158 .059 .127 .077 .681 1.000
Sig. (1-tailed) CSR . .000 .000 .002 .010 .076
CIS .000 . .000 .046 .233 .298
SIZE .000 .000 . .263 .253 .124
ROE .002 .046 .263 . .145 .244
IOWN .010 .233 .253 .145 . .000
FOR .076 .298 .124 .244 .000 .
N CSR 84 84 84 84 84 84
CIS 84 84 84 84 84 84
SIZE 84 84 84 84 84 84
ROE 84 84 84 84 84 84
IOWN 84 84 84 84 84 84
FOR 84 84 84 84 84 84
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CSR 84 ,25 1,00 ,7101 ,22519
CIS 84 ,22 ,60 ,4340 ,09601
SIZE 84 28,42 33,59 30,7175 1,47615
ROE 84 -,57 ,45 ,1547 ,12163
IOWN 84 ,02 ,97 ,5538 ,27893
FOR 84 ,00 ,97 ,4151 ,30782
Valid N (listwise) 84
135
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 FOR, CIS,
ROE, SIZE,
IOWNb
. Enter
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .732a .536 .507 .15817 1.829
a. Dependent Variable: CSR
b. Predictors: (Constant), FOR, CIS, ROE, SIZE, IOWN
a. Dependent Variable: CSR
b. All requested variables entered.
a. Predictors: (Constant), FOR, CIS, ROE, SIZE, IOWN
b. Dependent Variable: CSR
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.258 5 .452 18.048 .000b
Residual 1.951 78 .025
Total 4.209 83
136
coeficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.585 .416 8.611 .000
CIS -.198 .229 -.084 -.864 .390
SIZE -.090 .015 -.588 -5.961 .000
ROE .539 .151 .291 3.562 .001
IOWN -.283 .091 -.350 -3.118 .003
FOR .101 .082 .138 1.233 .221
a. Dependent Variable: CSR
Collinearity statistics
Tolerance VIF
.626 1.598
.610
.890
.472
1.640 1.123 2.121
.477 2.096
137
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value .4056 .9925 .7101 .16493 84
Std. Predicted Value -1.847 1.712 .000 1.000 84
Standard Error of Predicted Value
.022 .115 .041 .011 84
Adjusted Predicted Value .4154 .9920 .7106 .16474 84
Residual -.38652 .34751 .00000 .15333 84
Std. Residual -2.444 2.197 .000 .969 84
Stud. Res idual -2.519 2.288 -.001 1.005 84
Deleted Residual -.41065 .37690 -.00052 .16498 84
Stud. Deleted Residual -2.611 2.354 -.002 1.015 84
Mahal. Distance .627 42.544 4.940 4.600 84
Cook's Distance .000 .090 .013 .018 84
Centered Leverage Value .008 .513 .060 .055 84
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) CIS SIZE ROE IOWN FOR
1 1 5.214 1.000 .00 .00 .00 .01 .00 .00
2 .409 3.572 .00 .00 .00 .50 .04 .09
3 .279 4.321 .00 .02 .00 .29 .00 .22
4 .073 8.453 .00 .02 .00 .07 .84 .61
5 .025 14.497 .02 .68 .01 .12 .02 .01
6 .001 82.204 .98 .28 .99 .01 .09 .07
a. Dependent Variable: CSR
a. Dependent Variable: CSR
138
UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 84
Normal
Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation .15333383
Most Extreme
Differences
Absolute .067
Positive .057
Negative -.067
Test Statistic .067
Asymp. Sig. (2-
tailed)
.200
c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
139
140
Uji Heterokedastisitas dengan Spearman
ABS_RES
CIS Pearson Correlation -.119
Sig. (2-tailed) .282
N 84
IOWN Pearson Correlation .190
Sig. (2-tailed) .084
N 84
FOR Pearson Correlation -.015
Sig. (2-tailed) .890
N 84
SIZE Pearson Correlation .016
Sig. (2-tailed) .887
N 84
ROE Pearson Correlation -.019
Sig. (2-tailed) .865
N 84
ABS_RES Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) N 84
top related