cekaman kekeringan
Post on 27-Oct-2015
124 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Karya Kecil Ini Ku Persembahkan Untuk Ibu dan Buya (Aim) Tercinta
INDIKASI KETAHANAN PAD1 GOGO (Oryza sativa L.)
TERHADAP KEKERINGAN BERDASARKAN VIABILITAS BENIH
DAN KANDUNGAN PROLIN BEBAS
Oleh
J U N A I D I
A 30 0347
JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1998
JUNAIDI. Indikasi Ketahanan Padi Gogo (Oryzn sntivn L.) Terhadap Kekeringan
Berdasarkan Viabilitas Benih dan Icandungan Prolin Bebas @i bawah bimbingan
Dr Ir Faiza C. Suwarno. MS)
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari indikasi ketahanan padi gogo
terhadap kekeringan berdasarkan viabilitas benih dan kandungan prolin bebas pada
fase kecambah.
Penelitian terdiri dari 2 percobaan yaitu, percobaan I (menggunakan benih
bervigor tinggi dengan daya berkecambah 85-100 %) dan percobaan II
(menggunakan benih bervigor rendah dengan daya berkecambah 65-75 %) yang
dilakukan secara terpisah. Kedua percobaan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama, 4 taraf
varietas yaitu : VI (Gajah Mungkur), Vz ( Kalimutu);V3 ( Jatilihur) dan Vq ( Way
Rarem). Faktor yang kedua, perlakuan media perkecambahan 2 taraf yaitu, TO :
media dilembabkan dengan aquades = kondisi optimum dan T1 : dilembabkan
dengan PEG 6000 111 &It aquades = kondisi suboptimim, sehingga terdapat 8
kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan.
Tolok ukur yang diamati adalah. persentase kecambah normal umur 7 hari,
kecepatan tumbuh, spontanitas tumbuh, berat kering kecambah normal, panjang akar,
panjang plumula, rasio panjang akar per panjang plumula, dan kandungan prolin
bebas.
Percobaan pada benih padi gogo yang bervigor tinggi, menunjukkan bahwa
tolok ukur panjang pl~irnula dan rasio panjang altar per panjang plumula dapat meng-
indikasiltan ketahanan terhadap celiaman kekeringan. Varietas yang toleran keke-
ringan (Gajah Mungkur dan ICalimutu) mempunyai plumula yang lebih pendek dan
rasio panjang akar per panjang plumula yang lebih besar dari pada varietas yang peka
kekeringan (Jatiluhur dan Way Rarem). Tolok ukur kandungan prolin bebas tidak
memberikan respon yang nyata, walaupun varietas yang toleran mempunyai ke-
cenderungan mengakumulasi prolin bebas yang lebih besar dari pada varietas yang
peka kekeringan.
Percobaan pada benih padi gogo yang bervigor rendah, menunjukan bahwa
tolok ukur panjang plumula dapat mengindikasikan ketahanan padi gogo terhadap
cekaman kekeringan. Varietas yang toleran kekeringan mempunyai plumula yang le-
bih pendek dari pada varietas yang peka kekeringan. Tolok ukur rasio panjang akar
per panjang plumula pada percobaan benih yang bervigor rendah ini, tidak dapat
mengindikasikan ketahanan padi gogo terhadap cekaman kekeringan, demikian juga
halnya dengan kandungan prolin bebas.
INDIKASI KETAHANAN PAD1 GOGO (Oryza sativa L.)
TERHADAP KEKERINGAN BERDASARKAN VIABIZITAS BENIH
DAN KANDUNGAN PROLIN BEBAS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian -
Institut Pertanian Bogor
Oleh
J U N A I D I
A 30 0347
JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1998
: INDIIMI ICETAHANAN PAD1 GOGO (Oryza sativa L.) Judul TERHADAP KEKERINGAN BERDASARKAN VIABI-
LITAS BENIH DAN ICANDUNGAN PROLIN BEBAS
Nama Ulahasiswa : J U N A I D I
Nomor Pokok : A 30 0347
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr Ir Faiza C. Suwarno , MS NIP 130 937 898
Mengetahui, Isan Budi Daya Pertanian
3 ' [ ,gJfj Tanggal Lulus : a, ,,,& 1
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pad a tanggal28 September 1973 di Desa Ulakan Tengah, Ke
camatan Ulakan-Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Penulis
merupakan putera kedua pasangan (aIm) H.IM. Djosan dan Rosni.
Penulis menyelesaikan pendidikanSekolah Dasar di SD Inpres Kampung Koto,
Kecamatan Ulakan-Iapakis tahun 1987 dan melanjutkan ke SMP Negeri Pauh Kambar
Kecamatan Nan Sabaris dan tamat pada tahun 1990. Tahun 1993 penulis menyelesai
kan pendidikan Sekolah Menengah Iingkat Atas di SMA Negeri 1 Pariaman. Pada
Tahun 1993 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas P~rtanian,
Jurusan Budi Daya Pertanian, Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah menjadi asisten luar bi
asil mata kuliah Kewiraswastaan pada program diploma perbenihan (SO) IPB tahun
ajaran 1996-1997.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas
izin-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini berjudul "Indikasi
Ketahanan Padi Gogo (Olyza sativa L.) Terhadap Kekeringan Berdasarkan Viabilitas
Benih dan Kandungan Pro lin Bebas" dan merupakan salah satu syarat untuk menda
patkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Penulis dapat menyelesaikan laporan ini berkat bantuan, arahan dan dorongan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr Ir Faiza C. Suwarno selaku pembimbing penulis yang dengan sabar
membimbing dan mengarahkan penulis sehingga dapat menye!esaikan laporan ini.
2 .. Dr Ir Endang Murniati, MS dan Ir Abdul Qodir, MSt se!aku penguji yang telah
banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan laporan ini.
3. Buya (aim) dan Ibunda Tercinta yang telah memberikan doa restu sebingga
memotivasi penulis menyelesaikan laporan ini.
4. Ma'Uning, Ma'etam, Uniang, Ma'Acik, Etek, Ayang, Elok, Bang Win, Imas,
Ujang serta ke!uarga besar Tuah Saiyo yang telah memberikan dorongan dan
semangat kepada penulis.
5. Rekan-rekan Angkatan 30 Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih khususnya
Imen, Dudin, Wadi, Inov, Doe!, dan Nano. Terima kasih atas bantuan dan
dorongannya.
6 .. Rekan-rekan di Bafak 32 yang banyak membantu penulis dalam mendapatkan
literatur.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis
berharap karya kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
Bogar, Oktober 1998
Penulis
DAFTARISI
Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................................... VI
DAFT AR GAMBAR......... ......... ........ ..... .... ..... ....... ....... ......... ............. ... .... .... Vlll
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........... .... ..... ..... ... ... ................... ............... ... .... ...... ..... 3
Hipotesis ................................................................................................ 3
TINJAUANPUSTAKA
Padi Gogo dan Cekaman Kekeringan -
Pengertian Vigor Benih ......................................................................... .
P .. V' B'h . enguJIan Igor em .......................................................................... .
Akumulasi Prolin Bebas Kecambah Pada Kondisi Kekeringan .............. .
BAHAN DAN MET ODE
4
5
6
8
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 10
Bahan dan Alat....................................................................................... 1 0
Metode Penelitian ................................ ~.................................................. 10
Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... :..... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1 : Menggunakan Benih Bervigor Tinggi ............................... 16
Percobaan 2 : Menggunakan Benih Bervigor Rendah .. .......... ................. 22
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................ 28
Saran...................................................................................................... 28
DAFT AR PUST AKA.... .... ............................ ............... .................................. 29
LAMPlRA.!'l.................................................................................................... 31
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Rekapitulasi Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Varietas (V) dan Perlakuan Media Perkecambahan (T) Terhadap Tolok Ukur Viabilitas dan Kandungan Prolin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) .............................................................. 16
2. Pengaruh Interaksi Antara Varietas (V) dan Perlakuan Media Perkecambahan (T) Terhadap Tolok Ukur Viabilitas dan Kandungan Prolin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) .................................................................................... 17
3. Pengaruh Perlakuan Media Perkecambahan Terhadap Tolok Ukur Viabilitas dan Kandungan Pro lin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) .............................................................. 20_
'4. Rekapitulasi Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Varietas (V) dan Perlakuan Media Perkecambahan (T) Terhadap Tolok Ukur Viabilitas dan Kandungari Prolin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Olyza sativa L.) .............................................................. 22
5. Perigaruh Interaksi Antara Varietas (V) dan Perlakuan Media Perkecambahan (T) Terhadap Tolok Ukur Yiabilitas dan Kandungan Prolin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) .................................................. :.................................. 23
6. Pengaruh Varietas Terhadap Tolok Ukur Viabilitas dan Kandungan . Prolin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) .......... 24
7. Pengaruh Perlakuan Media Perkecambahan Terhadap Tolok Ukur Viabilitas dan Kandungan Prolin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) .............................................................. 26
Lampiran
1. Rekapitulasi Analisis Ragam Pengaruh Varietas (V) dan Perlakuan Media Perkecambahan (T) serta Interaksinya Terhadap Semua Tolok Ukur yang Diamati pada Percobaan 1................................ 32
2. Rekapitulasi Analisis Ragam Pengaruh Varietas (V) dan Perlakuan Media Perkecambahan (T) serta Interaksinya Terhadap Semua Tolok Ukur yang Diamati pada Percobaan 2................................ 34
3. Deskripsi Varietas Gajah Mungkur....................................................... 36
4. Deskripsi Varietas Jatiluhur.................................................................. 36
5. Deskripsi Varietas Kalimutu ................................................................ 37
6. Deskripsi Varietas Way Rarem............................................................. 37
.7. Nilai Absorban Prolin Standar Percobaan 1.......................................... 38
8. Nilai Absorban Prolin Standar Percobaan 2 .......................................... 38
DAFTAR GAMBAR
Namar Halaman Lampiran
1. Tahap-Tahap Analisis Pralin Dengan Metade Bates et al. (1973).......... 39
2. Kurva Pralin Standar Percabaan 1 . ... ........ ....... ........ ..... ................ ........ 40
3. Kurva Pralin Standar Percabaan 2.... .......... ............... ........ ..... ... ........... 40
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi padi nasional sampai saat ini masih ditentukan oleh produksi padi sa
wah, sehingga peningkatan produksinya tetap menjadi perhatian utama. Peningkatan
produksi padi sawah ini terns mendapat tantangan berat. Penyusutan lahan sawah
subur karena beralih fungsi menjadi lahan non pertanian sulit untuk dihindari dan
berj alan terns setiap tahun. U paya pencetakan sawah barn menghadapi kendala yang
tidak ringan, sehingga kurang mampu mengimbangi penyusutan lahan sawah subur
(Basyir, Punarto, Suryamto dan Supriyatin, 1995). Hal ini tentu akan mempengarnhi
produksi padi sebagai makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia.
J enis padi yang dapat turobuh dan berproduksi baik pada lahan marjinal (sub
optimun) seperti padi gogo sangat diperlukan. Luas pertanaman padi gogo pada ta
hun 1993 sekitar 1.2 juta Ha. Hasil rata-rata padi gogo saat ini masih rendah (2.1 ton
per Ha). Keadaan tersebut menyebabkan padi gogo belum berperan besar dalam
menopang produksi padi nasional (BPS, 1995). Masalah utama yang dihadapi oleh
tanaman padi gogo di lahan marjinal adalah cekaman kekeringan. Solusi untuk me
ngatasi hal ini adalah dengan dihasilkannya beberapa varietas padi gogo yang toleran
terhadap kekeringan seperti varietas Gajah Mungkur dan Kalimutu (Syam dan Her
manto, 1995). Varietas padi gogo yang tahan kekeringan mempunyai sistem pera
karan yang dalam, jumlah perakaran banyak, diameter akar lebih besar, perakaran
yang mampu menembus dan masuk ke lapisan yang lebih dalam dan mempunyai nis
bah akar per bagian tanaman di atas tanah lebih besar (Lal et at dalam Basyir et aI,
1995).
Menurnt Sadjad (1993) ketahanan suatu tanaman terhadap kekeringan dinyata
kan dengan vigor kekuatan tumbuh terhadap kekeringan (VKlekeringau). Sadjad
2
(1980)b mengemukakan pada umumnya pengujian vigor hanya sampai pada tahap bi
bit karena terlalu mahal untuk memperhatikan seluruh siklus hidup pertumbuhan
tanaman. Hal ini juga terjadi dalam penyeleksian galur-galur padi gogo yang tahan
terhadap kekeringan. Pengamatan pada fase kecambah masih jarang dilakukan dan
perlu dikembangkan lebih lanjut. Penyeleksian pada fase kecambah ini diharapkan
dapat mempersingkat waktu yang diperlukan oleh pemulia tanaman pada tahap awal
penyeleksian galur -galur padi gogo yang tahan kekeringan.
Pengujian vigor kekuatan tumbuh benih pada kondisi kekeringan dapat diamati
melalui gejala fisiologi maupun gejala biokimia. Gejala fisiologi yang dapat diguna
kan sebagai tolok ukur untuk mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh antara lain
Kecepatan Tllmbuh (KCT ), karena benih yang cepat tumbuh mengindikasikan lebih
mampll manghadapi kondisi lapang yang suboptimlln. Gejala fisiologi lain yang bisa
digunakan adalah Spontanitas Tumbuh (Ksp). Chang dalam Basyir et al. (1995)
menggunakan gejala fisiologi panjang dan tebal akar sebagai tolok ukur untuk meng
indikasikan ketahanan tanaman (padi) terhadap kekeringan. Beberapa varietas padi
gogo yang toleran terhadap cekaman kekeringan, menghasilkan akar yang tebal dan
panj ang pada keadaan kering.
Gejala biokimia yang dapat dikembangkan sebagai tolok ukur adalah akumulasi
prolin bebas. Hubungan antara akumulasi prolin ini dan kekeringan, telah banyak
diteliti oleh para peneliti dan pakar fisiologi tanaman. Barrnet dan Naylor (1966)
telah melaporkan bahwa cekaman kekeringan menyebabkan terjadinya akumulasi
prolin bebas dan asparagin bebas pad a sulur rumput Bermuda (Cynodon dactylon L.).
Bates, Waldren, dan Teare (1973) mengembangkan metode penentuan jumlah prolin
bebas secara cepat dengan menggunakan metode colorimetric. Analisis jumlah prolin
pada tanaman yang mengalami cekaman kekeringan dapat digunakan sebagai tolok
ukur dalam merencanakan pengairan maupun untuk menyeleksi varietas-varietas
3
yang tahan terhadap cekaman kekeringan. Handayani (1992) melaporkan bahwa
interaksi antara tingkat vigor benih (pada galur genetik yang sarna) dan tingkat
tekanan osmotik berpengaruh nyata terhadap kandungan prolin bebas kecambah
Jagung.
Sari (1994) melaporkan bahwa menurunnya tingkat vigor dan kondisi cekaman
kekeringan menyebabkan peningkatan akumulasi prolin bebas pada jagung varietas
Arjuna. Hasil-hasil penelitian tersebut memberi peluang untuk mempelajari kemung
kinan kandungan prolin bebas pada ke-cambah padi gogo sebagai tolok ukur vigor
kekuatan tumbuh spesifik terhadap kekeringan padi gogo pada fase kecambah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari indikasi ketahanan padi gogo ter
hadap cekaman kekeringan berdasarkan viabilitas benih dan kandungan prolin bebas
pada fase kecambah.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Sifat ketahanan terhadap kekeringan benih padi gogo dapat diindikasikan berda
sarkan gejala fisiologi dan kandungan prolin bebas pada fase kecambah.
2. Tingkat vigor benih mempengaruhi indikasi ketahanan benih padi gogo terhadap
kekeringan.
TINJAUAN PUSTAKA
Padi Gogo dan Cekaman Kekeringan
Padi gogo adalah jenis padi yang ditanam di tanah tegalan kering dan menetap.
Padi gogo merupakan salah satu altematif peningkatan sumber pangan (beras) yang
potensial di Indonesia disamping padi sawah. Peningkatan produksi padi sawah saai
ini terus menghadapi tantangan yang sangat berat. Pada tahun-tahun terakhir ini telah
diidentifikasi adailya gejala penurunan laju peningkatan produksi padi, sedangkan
tingkat pertumbuhan penduduk masih terjadi sekitar 1,9 % (Basyir et al., 1995). Ber
kurangnya areal sawah produktif kareha beralih fungsi menjadi lahan pemukiman
dan industri, sulit untuk dihindari dan berj alan terus tiap tahunnya. Melihat hal ter
sebut, maka posisi padi gogo akan menjadi semakin penting untuk masa yang akan
datang.
Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya padi gogo adalah rendahnya ting
kat produktivitas bila dibandingkan dengan produktivitas padi sawah. Salah satu
faktor yang menghambat laju peningkatan produksi dan pengembangan padi gogo
adalah lingkungan tumbuh yang umumnya marjinal dan kurang menguntungkan di
ba'ndingkan lingkungan tumbuh padi sawah. Pertumbuhan padi gogo sangat tergan
tung faktor iklim, terutama curah hujan. Kekeringan merupakan faktor pembatas
utama pertumbuhan dan hasil padi gogo. Umumnya padi gogo ditanam pada lahan
kering dengan iklim kering dan curah hujan yang bersifat eratik, baik intensitas mau
pun distribusinya (Basyir et al., 1995). Salah satu solusi untuk mengurangi cekaman
kekeringan adalah dengan menanam padi gogo varietas unggul yang toleran terhadap
kekeringan.
Respon tanaman dalam menghadapi cekaman kekeringan adalah mempunyai
5
perakaran yang dalam. Cekaman kekeringan yang teIj adi pada lapisan atas tanah
akan menyebabkan akar berkembang lebih dalam dan mampu menembus lapisan
tanah dimana air masih eukup tersedia (Suprianto, 1998). Sistem perakaran padi ber
beda menurut jenis dan variertasnya. Padi sawah memiliki lebih banyak akar yang
didistribusikan dilapisan permukaan tanah, sedangkan padi lahan kering memiliki se
rapan akar yang lebih besar pada lapisan tanah yang dalam (Yoshida dan Hasegawa,
1982). Akar padi sawah 90 % tersebar berada pada kedalaman 20 em, sedangkan
padi gogo pada kedalaman 40 em. Keadaan ini berkaitan dengan ketersediaan air
(kelembaban) pada areal pertanian. Yoshida dan Hasegawa (1982) menambahkan,
eiri umum yang dapat ditemukan pada varietas padi lahan kering yang relatif tahan
terhadap kekeringan adalah jumlah anakan yang sedikit.
Sifat ketahanan tanaman terhadap kekeringan adalah melalui mekanisme (i)
drought tolerance (toleran kekeringan), yaitu kemampuan tanaman untuk memperta
hankan diri dari defisit air yang diukur ·dengan derajat dan rentang waktu terjadinya
peri ode kekeringan (ii) drought escape, yaitu kemampuan tanaman untuk masak lebih
dini (early mature) sebelum eekaman air menjadi faktor pembatas serius bagi tana
man (iii) drought avoidance (penghindaran dari kekeringan), yaitu kemampuan tana
man untuk menjaga status air dalam jaringan tananam selama terjadi kekeringan (iv)
drought recovery (daya pulih dari kekeringan), yaitu kemapuan tanaman untuk tum
buh dan berproduksi setelah masa eekaman kekeringan (Goppa dan O'toole dalam
Suprianto, 1998).
Pengertian Vigor Benih
Sadjad (1993) mendefenisikan vigor sebagai suatu kemampuan benih untuk
tumbuh menjadi tanaman yang berproduksi normal dalam keadaan yang suboptimun,
dan diatas normal dalam keadaan yang optimun, atau mampu disimpan pada kondisi
6
yang suboptimum dan tahan disimpan lama dalam kondisi yang optimum. Ciri-ciri
vigor tersebut menurut Sadjad (l980)b, diperlihatkan oleh kekuatan tumbuh benih
yang tumbuh cepat, serempak dan merata pada kondisi lapang yang beragam luas.
Menurut Sutopo (1993) menambahkan ciri-ciri benih yang mempunyai vigor benih
tinggi adalah tahan disimpan lama, tahan terhadap hama dan penyakit, cepat dan me
rata tumbuhnya, serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan ber
produksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh suboptimum.
Pollock dan Ross (1972) membagi pengertian vigor menjadi vigor genetik dan
vigor fisiologi. Vigor genetik dapat dilihat dari perbedaan vigor diantara galur ge-
- netik yang berbeda dan hal ini menj adi perhatian utama bagi pemulia tanaman. Vigor
fisiologi dilihat dari perbedaan tingkat vigor diantara lot benih dari suatu galur g_e
netik yang sarna dan hal ini menjadi perhatian utama bagi para tenolog benih.
Pengujian Vigor Benih
Pengujian vigor harus dapat dilakukan secara cepat dan mudah tanpa harus
menggunakan peralatan yang kompleks dan dapat digunakan dalam hasil yang sarna,
baik secara individu maupun populasi serta untuk mendeteksi perbedaan vigor yang
kecil dengan baik (Copeland, 1976). Uji vigor dapat dilakukan dengan metode (1) uji
langsung, yaitu metode yang mengamati masing-masing individu benih yang diuji,
(2) uji tidak langsung, yaitu metode yang mengamati benih secara kelompok. Indi
kasi yang dapat digunakan pada kedua metode tersebut adalah (1) indikasi langsung,
yaitu indikasi yang ditunjukan oleh kinerja pertumbuhan benih, (2) indikasi tidak
!angsung, yaitu indikasi yang ditunjukan oleh gejala metabolisme benih (Sadjad,
1994). Menurut Isely dalam Sari (1994) ada dua prinsip yang harus dipertimbangkan
dalam pengujian vigor, yaitu (1) merancang suatu uji yang realistik dengan kondisi
yang tidak menguntungkan yang mungkin dijumpai pada pertumbuhan tanaman di-
7
lapang dan (2) membuat standarisasi uj i tersebut sehingga dapat diulangi dengan hasil
yang sama.
Pengujian untuk menentukan vigor benih dengan melihat ketahahannya ter
hadap cekaman kekeringan, dapat dilakukan di laboratorium dengan menciptakan
. kondisi cekaman kekeringan seperti yang dihadapi tanaman di lapang. Kondisi
cekaman kekeringan dapat diciptakan diantaranya dengan menggunakan media yang
dilembabkan dengan larutan yang bertekanan tinggi sehingga air sukar masuk ke da
lam benih. Bahan-bahan kimia yang dapat digunakan seperti polyethylene glycol
(PEG) dan garam NaCl (Sadjad,1993). PEG (HO-Cf-h-(CH2-0-CH2)x-CH2-OH)
-merupakan senyawa polymer berantai panjang, tidak berubah (innert), bukan ionik
dan tidak beracun. PEG tersedia dalam formulasi yang berbeda-beda sifat fisik d~n
berat molekulnya. Larutan yang sering digunakan dalam penelitian fisiologi tanaman
adalah PEG 6000. Molekul-molekul PEG 6000 yang terkandung dalam media akan
menghambat proses imbibisi benih.
Sadjad (1993) mengemukakan bahwa vigor benih dalam hitungan viabilitas ab
solut merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukan bahwa benih kuat tumbuh
di lapangan dalam kondisi yang suboptimum, dan tahan untuk disimpan dalam kon
disi yang tidak ideal. Vigor benih dapat dipilah atas dua kualifikasi, yaitu Vigor
Kekuatan Tumbuh (VKT) dan Vigor Daya Simpan (VDS). Kedua macam vigor itu di
kaitkan pada analisis suatu lot benih, merupakan parameter viabilitas absolut yang
tolok ukumya dapat bermacam-macam. Vigor benih diindikasikan oleh berbagai
tolok ukur, baik tolok ukur secara langsung dengan menilai pertumbuhan benih, mau
pun secara tidak langsung melalui gejal·a metabolismenya, atau mengamati beberapa
kondisi komponen-komponen makro molekul sitoplasma dan aberasi dalam inti sel
nya (Sadjad, 1994)
8
Gejala fisiologi yang dapat digunakan sebagai to 10k ukur untuk mengindikasi
kan vigor kekuatan tumbuh adalah Kecepatan Tumbuh (KCT ) dan Spontanitas Tum
buh (Ksp), karena benih yang cepat tumbuh dan spontan mengindikasikan lebih
mampu manghadapi kondisi lapang yang suboptimun (Sadjad,1994). Gejala fisiologi
lain yang dapat dijadikan tolok ukur untuk mengindikasikan ketahanan tanaman
(padi) terhadap kekeringan menurut Chang dalal17 Basyir et al (1995) adalah panjang
dan tebal akar. Beberapa varietas padi gogo yang toleran terhadap cekaman air,
menghasilkan akar yang tebal dan panjang pada keadaan kering. Tolok ukur rasio
panjang akar per tinggi tanaman, menurut Suardi dan Silitonga (1998) biasa diguna
kan sebagai salah satu kriteria dalam menentukan ketahanan tanaman terhadap
kekeringan disamping daya tembus akar, jumlah anakan, dan kepadatan akW.
Hamim, Soepandie, dan Yusuf (1996) melaporkan bahwa perlakuan cekaman
kekeringan menekan pertumbuhan kedelai baik tajuk maupun akar, dimana
penghambatan pertumbuhan tajuk lebih besar daripada penghambatan pertumbuhan
akar. Rasio panjang akar per panjang plumula yang besar menunjukan bahwa
perkembangan akar tanaman pada fase perkecambahan lebih aktif dibandingkan de
ngan perkembangan plumulanya
Akumulasi Prolin Bebas Pada Kondisi Kekeringan
Menurut Bates et al. (1973) kandungan prolin pada tanaman meningkat secara
proporsionallebih cepat dibandingkan dengan asam amino lain pada kondisi cekaman
kekeringan. Kriteria ini dapat dimanfaatkan sebagai suatu tolok ukur untuk menge
valuasi varietas-varietas yang tahan terhadap-kondisi kekeringan. Hubungan antara
akumulasi prolin bebas dan cekaman kekeringan ini, telah benyak diteliti oleh para
peneliti dan pakar fisiologi tanaman. Barnett and Naylor (1966) yang melakukan
penelitian pada sulur rumput Bermuda (Cynodon dactylol7.L), melaporkan bahwa
9
cekaman kekeringan menyebabkan akumulasi prolin bebas sebesar 10-100 kali dan
asparagin bebas sebanyak 2-6 kali; keduanya merupakan karakter respon tanaman
terhadap cekaman kekeringan. Prolin disintesis dan diakumulasi dari asam glutamat
serta diduga selama cekaman kekeringan air pro lin berfungsi sebagai cadangan ma
kanan. Hasil serupa juga dilaporkan oleh Handa, Handa, Hasegawa, dan Bressan
(1986) yang melakukan penelitian mengenai kultur sel tomat (LycopersicOl(.e~culen
tum cv VENT-Cherry) bahwa peningkatan tekanan osmotik (dengan memberikan
perlakuan beberapa taraf konsentrasi PEG) telah meningkatkan akumulasi prolin be
bas.
Handayani (1992) yang melakukan pene1itian pada benih jagung dan kedelai
melaporkan bahwa peningkatan tekanan osmotik sampai -2,5 bar pada komoditas
jagung, memberikan respon akumulasi prolin bebas yang nyata antara kecambah dari
lot benih vigor tinggi dan lot benih yang rendah. Sari (1994) yang melakukan peneli
tian pada jagung varietas Arjuna, melaporkan bahwa menurunnya tingkat vigor benih
dan terjadinya kondisi cekaman kekeringan menyebabkan peningkatan kandungan
prolin bebas dalam kecambah. Peningkatan kandungan prolin bebas dalam kecambah
ini juga disertai dengan menurunnya nilai bobot kering kecambah normal. Kan
dungan prolin bebas yang tinggi diduga berkaitan dengan peran prolin sebagai osmo
protektan, sehingga produksi yang berlebihan dari senyawa-senyawa tersebut dapat
menghasilkan peningkatan toleransi terhadap cekaman kekeringan pada tanaman
(Kavi Kishor et al. dala711 Fusiana, 1997). Hasil penelitian Fusiana (1997) menunju
kan bahwa cekaman kekeringan menyebabkan peningkatan kandungan prolin bebas
pada daun varietas/galur-galur pad: yang toleran dan lebih besar dibandingkan de
ngan varietasl galur-galur yang peka.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium I1mu dan Teknologi Benih dan Labo
ratorium Kimia Anorganik IPE Earanang Siang. Percobaan I dilaksanakan pada bu
lan Mei - Juni 1997 dan percobaan II pada bulan Mei - Juni 1998.
Bahan dan Alat
Eahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : dua varietas toleran ter
hadap kekeringan (Gajah Mungkur dan Kalimutu) dan dua varietas peka terhadap
kekeringan (Jatiluhur dan Way Rarem), kertas merang, plastik, larutan PEG 6000,
aquades, asam sulfosalisilat 3%, asam asetat glasial 100%, asam fosfat 6 M, toluen,
ninhidrin, es, dan kertas saring (Whatman no. 40).
Alat-alat yang digunakan terdiri dari : wadah plastik, alat pengecambah benih
(APE) IPE 72-1, oven 40 DC, gelas ukur, gelas p·iala, tabung reaksi, corong, test tube
stirrer, timbangan ohaus, mortar, penangas air dan spektrofotometer.
Metode Penelitian
Penelitian terdiri dari percobaan I dan percobaan II yang dilakukan secara
terpisah. Percobaan I menggunakan benih dengan vigor tinggi (daya berkecambah 85
-100 %), sedangkan percobaan II menggunakan benih padi gogo dengan vigor rendah
(daya berkecambah 65-75 %). Kedua percobaan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah
varietas yang terdiri dari 4 taraf yaitu : V j (Gajah Mungkur), V2 (Kalimutu), V3
(Jatilihur) dan V4 (Way Rarem). Faktor yang kedua adalah perlakuan media perke
cambahan yang terdiri dari 2 tara£, yaitu TO : media perkecambahan optimum dan Tl
: media perkecambahan suboptimum. Setiap percobaan mempunyai 8 kombinasi
perlakuan dan diulang 3 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan untuk setiap
11
percobaan. Setiap satuan percobaan menggunakan 50 butir benih dengan mengguna
kan met ode UKDdp. Kombinasi perlakuan tersebut adalah :
VITO: varietas Gajah Mungkur, optimum
V2TO: varietas Kalimutu, optimum
V3TO: varietas Jatiluhur, optimum
V4TO: varietas Way Rarem, optimum
VI Tl: varietas Gajah Mungkur, suboptimum
V2Tl : varietas Kalimutu, sUboptimum
V3TI : varietas Jatiluhur, suboptimum
V4TI : varietas Way Rarem, suboptimum
Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk= iJ. + Ki + Vj +Tk + VTjk + Eijk
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan pada varietas ke-j dan perlakuan media kecambah
ke-k pada kelompok ke-i
iJ. = nilai rataan umum hasil pengamatan
Ki = nilai tambah pengaruh kelompok-i
Vj = nilai tambah pengaruh varietas ke-j
T k = nilai tambah pengaruh perlakuan media perkecambahan ke-k
VTjk = nilai tambah pengaruh inieraksi antara varietas ke-j dan perlakuan me
dia tanam ke-k
Eijk = nilai galat percobaan yang mendapat perlakuan varietas ke-j, perlakuan
media perkecambahan ke-k pada ulangan ke-i
Data yang diperoleh, dianalisis untuk mendapatkan nilai F hitung. Pengujian
dilanjutkan dengan membandingkan nilai tengah perlakuan tersebut dengan menggu
nakan Duncan's Multiple Range Test (Di'vlRT) 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Tahap-tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan benih
a. Percobaan I (lot benih bervigor tinggi)
12
.Pada penelitian I ini tidak dilakukan penderaan secara fisik sehingga vigomya
tetap tinggi dengan daya berkecambah 85 - 100 %.
b. Percobaan II (lot benih bervigor rendah)
Lot benih bervigor rendah ini didapatkan dengan melakukan penderaan secara
fisik yaitu dengan menempatkan benih dalam inkubator pada suhu 40 DC dan
kelembaban nisbi mendekati 100 % untuk mendapatkan benih bervigor rendah
dengan daya berkecambah 65-75 %. Lama penderaan yang dilakukan untuk
varietas Gajah Mungkur, Kalimutu, Iatiluhur dan Way Rarem, masing-masing
adalah 7 hari, 6 hari, 7 hari, dan 5 hari.
2. Perkecambahan Benih
Benih dikecambahkan pada kertas merang yang telah dilembabkan. Perlakuan TO
: media perkecambahan optimum, kertas merang dilembabkan dengan aquades,
sedangkan perlakuan Tl: media perkecambahan suboptimum, kertas dilembabkan
dengan larutan PEG 6000 144 gr/lt H20 (setara dengan tekanan -2,139 bar).
Tekanan sebesar ini didapatkan dengan menggunakan persamaan Michel dan
Kaufmann (1973) untuk mengukur potensi osmotik larutan PEG 6000, yaitu :
Keterangan :
Y = Potensi osmotik larutan PEG 6000 (bar)
C = Konsentrasi PEG 6000 (gr/kg H20)
T = Temperatur (DC)
13
Metode yang digunakan dalam perkecambahan benih ini adalah Uji Kertas
Digulung didirikan dalam plastik (UKDdp). Setiap ulangan dibutuhkan 3 gulung
benih (2 gulungan untuk uji fisiologi dan 1 gulungan untuk uji prolin). Pengecam- .
bahan dilakukan dalam alat pengecambah be nih APB 72-1.
3. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada penelitian I dan II meliputi tolok ukur :
1. Persentase Kecambah Normal Umllr 7 hari.
Total Persentase Kecambah Normal Umur 7 hari ini dihitung dengan menjum
.lahkan kecambah normal hari ke-7 dibagi dengan jumlah benih yang dikecam
bahkan dan dikali 100%.
2. Kecepatan Tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan jumlah persentase kecambah normal per
etmal (1 etmal = 24 jam) dan dimulai pada hari pertama sampai hari ke 7 dengan
rumus sebagai berikut :
~%KNi KCT(%/etmal) = L.. i=l etmal
3. Spontanitas Tumbuh (Ksp)
i = hari pengamatan
. S pontanitas tumbuh benih dihitung berdasarkan persentase kecambah normal pada
waktu antara yaitu hari ke-6 dibagi etmal.
4. Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Bobot kering kecambah dihitung dengan menimbang struktur tumbuh kecambah
umur 7 hari yang telah dikeringkan dengan oven pada suhu 60°C selama 3x24 jam.
5. Panjang aka,. (PA)
Kecambah yang diukur panjang akarnya adalah kecambah yang berumur 7 hari
dan diukur dari ujung akar sampai pangkal akar .
14
6. Palljallg Pllln7l1ia (PP)
Kecambah yang diukur panjang plumulanya adalah kecambah yang berumur 7 hari
dan diukur dari ujung plumula sampai dengan pangkal akar.
7. Rasia Panjang Akar Per Panjang P/ulnu!a
Panjang akar kecambah umur 7 hari dibagi dengan panjang plumulanya
8. Kandungan pro/in bebas .
Sampel untuk pengukuran kandungan prolin bebas adalah kecambah umur 7 hari.
Metode pengukuran yang digunakan adalah met ode yang dikembangkan oleh
Bates et al. (1973), yaitu berdasarkan reaksi ninhidrin menggunakan colorimeter.
Persiapan pengukuran pada padi gogo adalah sebagai berikut: seluruh bagian ke
cambah dihaluskan dengan mortar kemudian ditimbang sebanyak 0,5 gram dliri
bahan tersebut dan direaksikan dengan 10 ml asam sulfosalisilat 3 % dan diaduk.
Hasil reaksi disaring dengan kertas saring Whatman no.40. Filtrat hasil penyaring
. an diambil sebanyak 2 ml dan direaksikan dengan 2 ml asam ninhidrin (asam nin
hidrin diperoleh dengan melarutkan 1,25 gram ninhidrin dalam 30 ml asam asetat
glasial dan 20 ml asam fosfat 6 .tvI) dan 2 ml asam asetat glasial. Reaksi dilakukan
pada suhu 100°C dan setelah 1 jam reaksi segera dihentikan dengan jalan meren
dam tabung reaksi kedalam cairan es. Campuran itu diekstrak prolinnya dengan
cara menambahkan 4 ml toluen, kemudian diaduk dengan test tube stirrer selama
15-20 detik. Selanjutnya didiamkan pada suhu kamar agar fase toluen' berpisah
dengan fase airnya. Absorban fase toluen dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 520 nm dengan menggunakan toluen sebagai blanko. Jumlah
. Kandungan Prolin Bebas (KPB) dalam larutan dihitung berdasarkan kurva standar,
selanjutnya kandungan prolin bahan dihitung berdasarkan rumus Bates et al.
(1973).
KPB (~lmollbobot segar) = (~lg prolin/ml x ml toluen)/(115.5 llg/llmol}
(g sample/5)
15
Pembuatan larutan standar mengikuti prosedur tersebut dengan mengganti ba
han kecambah dengan as am prolin standar. Larutan stok disiapkan sebanyak 40
llmollml prolin standar dan diencerkan sesuai dengan hasil analisis kecambah, se
hingga nilai absorban sam pel dapat tercakup dalam rentang nilai absorban prolin
standar. Setiap 2 mllarutan yang direaksikan akan dibaca dengan menggunakan 4
ml toluen sebagai blanko. Data yang diperoleh dari larutan prolin standar tersebut
. diolah untuk membentuk kurva standar dengan cara menarik regresi linier. Kurva
ini digunakan untuk menetapkan kandungan pro lin hasil analisis pada kecambah
(Gambar Lampiran 2 dan 3).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1: Menggunakan Benih Bervigor Tinggi dengan Daya Berkecambah 85-100 %
Hasil analisis ragam Tabel 1, menunjukan bahwa interaksi antara varietas dan
perlakuan media perkeeambahan berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur panjang
plumula (PP), rasio panjang akar per panjang plumula (P NPP) dan spontanitas tum
buh (Ksp), sedangkan tolok ukur yang lain tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.
Varietas (V) pada penelitian ini memberikan pengaruh yang sangat nyata pada tolok
ukur panjang plumula (PP) dan rasio panjang akar per panjang pluffiula (P NPP) dan
berpengaruh nyata pada tolok ukur spontanitas tumbuh (Ksp); tetapi tidak berpe
ngaruh nyata pada tolok ukur yang lainriya. Perlakuan media perkeeambahan (T)
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap semua tolok ukur yang diujikan
kecuali persentase keeambah normal umur 7 hari dan kandungan prolin bebas (KPB).
Tabell. Rekapitulasi Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Varietas (V) dan Perlakuan Media Perkeeambahan (T) Terhadap Tolok Ukur Viabilitas dan Kandungan Pro lin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.)
Tolok Ukur
% Keeambah Normal Umur 7 Hari Keeepatan Tumbuh (KcT)(%/etmal) BKfu"l (gr 100 keeambah) Panjang Akar (pA)(em) Panjang Plumula (PP)( em) Rasio PNPP Spontanitas Tumbuh (Ksp)(%) Kandungan Prolin Bebas (KPB)(,Lmol/ gr bobot segar)
Keterangan :
Perlakuan
V T
tn tn tn ** tn ** tn ** ** ** ** ** * ** tn tn
tn = tidak perngaruh nyata pada taraf pengujian 5 % * = berpengaruh nyata pacta tarafpengujian 5 %
VxT
tn tn tn tn
** ** ** tn
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf pengujian 1 % KK = kofesien keragaman
KK(%)
9.65 13.82 8.77 7.18 5.68 11.57 13.75 18.86
17
Tabel 2 menunjukan bahwa pada kondisi optimum (media perkeeambahan di
lembabkan dengan aquades) dan suboptimun (media perkeeambahan dilembabkan
dengan PEG 6000), panjang plumula verietas Gajah Mungkur dan Kalimutu lebih
pendek dari varietas latiluhur dan Way Rarem. Hal ini diduga terjadi karena pada
awal perkeeambahan, akar varietas yang toleran terhadap kekeringan berkembang le-
bih aktif dari plumulanya sebagai respon terhadap kondisi media perkeeambahan.
Tabel 2. Pengaruh lnteraksi Antara Varietas (V) dan Perlakuan Media Perke-eambahan (T) Terhadap Tolok Ukur Viabilitas dan Kandungan Pro-lin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.)
Tolok Ukur Perlakuan Varietas
Media VI V2 V3 V4
Panjang Plumula (PP) TO 6.55cd 7.06c 9.76b 10.79."
(em) Tl 3.19f 3.18f 3.87· 6.32d
Rasio Panjang Akar per TO 2.63' 2.49' 1.60d 1.45d
Panjang Plumula T1 4.80" 4.74" 4.09b 2.26'
Spontanitas Tumbuh (Ksp) TO 84.00" 79.33a 84.67" 80.67"
(%) Tl 44.00'd 54.67b, 30.67d 68.67'
Keterangan : - Angka pada baris dan kolom yang sarna pada masing-masing tolok ukur yang diikuti
dengan hurufyang berbeda, berbeda nyata pada uji DMRT 5 % - Varietas: VI (Gajah Mungkur), V2 (Kalimutu), V3 (Jatiluhur) dan V4 rNay Rarem) - Perlakuan Media Perkecambaban : TO (optimum) dan Tl (suboptimum)
Sebaliknya pada tolok ukur rasio panjang akar per panjang plumula, varietas
Gajah Mungkur dan Kalimutu mempunyai rasio panjang akar per panjang plumula
yang lebih besar dari varietas latiluhur dan Way Rarem. Menurut Chang dalam Ba
syir et al. (1995) varietas padi gogo yang tahan hkeringan mempunyai karakter akar
yang panjang dan tebal, sistem perakaran padat dan perbandingan antara akar dan
tajuk yang tinggi. lni menunjukan bahwa tolok ukur rasio panjang akar per panjang
plumula dapat mengindikasikan bahwa varietas Gajah Mungkur dan Kalimutu adalah
varietas yang toleran terhadap kekeringan. Cekaman kekeringan umumnya menekan
18
pertumbuhan tajuk lebih besar dari perkembangan akar (Fusiana, 1997). Hamim et
al. (1996) melaporkan bahwa perlakuan eekaman kekeringan menekan pertumbuhan
kedelai baik tajuk maupun akar, dimana penghambatan pertumbuhan tajuk lebih
be.sar dari pada penghambatan pertumbuhan akar. Hal ini berhubungan dengan
kemampuan tanaman dalam menjaga keseimbangan air melalui reduksi luas permu
kaan daun dan memepertahankan perkembangan akarnya ·sehingga mampu mensup
lai air dengan eukup. Menurut Suardi dan Silitonga (1998) rasio panjang akar per
tinggi tanaman biasa digunakan sebagai satu kriteria dalam menentukan ketahanan
terhadap kekeringan disamping daya tembus akar, jumlah anakan, dan kepadatan
akar. Rasia panjang akar per panjang plumula yang besar menunjukan bahwa
perkembangan akar tanaman pada fase perkeeambahan lebih aktif dibandingkan de
ngan perkembangan plumulanya.
Interaksi antara varietas dan perlakuan media perkeeambahan pada tolok ukur
spontanitas tumbuh memberikan pengaruh yang nyata, tetapi nilai pengamatannya
beragam dan tidak konsisten. Nilai Ksp Jatiluhur lebih keeil dari varietas Gajah
Mungkur dan Kalimutu, tetapi tidak demikian halnya dengan varietas Way Rarem
yang mempunyai nilai pengamatan yang lebih besar. Nilai pengamatan yang ber
variasi, membuat tolok ukur tersebut tidak efektif untuk mengindikasikan ketahanan
padi terhadap kekeringan padi gogo pada fase keeambah umur 7 hari.
Uji lanjut pengaruh tunggal varietas menunjukan bahwa varietas memberikan
pengaruh yang nyata terhadap tolok ukur panjang plumula, rasio panjang akar per
panjang plumula dan sponitas tumbuh (Tabel 1). Tolok ukur panjang akar dan kan
dungan prolin bebas tidak memberikan respon yang nyata, walaupun nilai pengamat
annya mempunyai keeenderungan perbedaan antara varietas yang toleran dan peka.
Varietas Gajah Mungkur(16.21 em) dan Kalimutu (16.29 em) eenderung mempunyai
19
akar yang lebih panjang dari varietas latiluhur (15.67 em) dan Way Rarem (1-1.93
em). Chang da/am Basyir el a/.( 1995) melaporkan bahwa varietas padi gogo yang
toleran terhadap cekaman kekeringan. mempunyai akar yang lebal dan panjang
Yoshida dan Hasegawa (1982) mengemukakan bahwa fungsi akar dalam menyerap
air dari dalam tanah sang at penting bagi kesei mbangan air dalam tanah untuk pertum
buhannya. Penyerapan air yang jauh kedalam tanah merupakan salah satu kern am- /
puan tanaman yang paling aktif dalam mempertahankan diri dari kekeringan. Varie
tas yang mempunyai akar lebih dalam akan menyerap air tanah lebih banyak dari
pada varietas yang mempunyai akar lebih dangkal.
Tolok ukur kandungan prolin bebas tidak memberikan respon yang nyata,
walaupun varietas Gajah Mungkur (49.00 ~lmollbobot segar) dan Kalimutu (54.50
fLmollbobot segar) eenderung mempunyai kandungan prolin bebas yang lebih besar
dari varietas Jatiluhur (48.37 fLmollbobot segar) dan Way Rarem (48.75fLmol/bobot
segar). Menurut Kavi Kishor et a/ dalam Fusiana (1997), kandungan prolin bebas
yang tinggi diduga berkaitan dengan peran prolin sebagai osmoprotektan, sehingga
produksi yang berlebihan dari senyawa-senyawa tersebut dapat menghasilkan pening
katan toleransi terhadap cekaman kekeringan pada tanaman. Fusiana (1997), mela
porkan terdapat perbedaan kandungan prolin bebas antara tanaman padi yang peka
dan yang toleran terhadap kekeringan. Tanaman yang peka terhadap kekeringan ti
dak mengalami peningkatan kandungan prolin bebas yang nyata, sedangkan pada
varietas toleran terhadap kekeringan mengalami peningkatan yang nyata. Menurut
Stewar dan Hanson da/am Sari, yang menyebabkan terjadinya akumulasi prolin bebas
pada kondisi kekeringan adalah (1) adanya stimulasi sintesis prolin yang berkaitan
dengan hilangnya penghambatan biosintesis prolin oleh prolin itu sendiri (2) adanva
20
penghambatan oksidasi pro lin (3) berkurangnya laju sintesis protein. Penggunaan
kandungan prolin bebas sebagai tolok ukur untuk mengindikasikan varietas-varietas
toleran terhadap kekeringan, perlu penelitian lebih lanjut. Perlu diteliti lebih lanjut
bagian-bagian dari tanaman yang akan dijadikan sampel, seperti bagian daun atau
akar untuk mendapatkan hasil yang lebih signifikan.
Pengaruh perlakuan media perkecambahan, seperti yang disajikan oleh Tabel 3,
menunjukan pengaruh yang nyata terhadap semua tolok ukur yang diujikan kecuali
tolok ukur kecambah normal umur 7 hari dan kandungan prolin bebas.
Tabel 3. Pengaruh Perlakuan Media Perkecambahan Terhadap Tolok Ukur Viabilitas dan Kandungan Prolin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Olyza sativa L.)
Perlakuan
Optimum
Suboptimum
Keterangan :
KCT
19.34"
1, ?6b J._
BKKN
0.94"
PA
16.48"
15.07b
- Angka pada kolom yang sarna pada l11asing-masing tolok ukur yang diikuti dengan hurufyang berbeda, berbeda nyata pada uji DMRT 5 %. KCT = Keeepatan TUl11buh (%/etl11al), BKKN = Bobot Kering Keearnbah Normal (gr 100 kecal11bah), dan PA = Panjang Akar (em).
Penggunaan PEG 6000 yang diasumsikan sebagai kondisi cekaman kekeringan,
telah menekan laju pertumbuhan kecal11bah. Perlakuan media perkecambahan de
ngan PEG 6000 menghasilkan nilai pengamatan yang lebih kecil kecuali pada tolok
ukur rasio panjang akar per panjang plumula (Tabel 2) dan kandungan prolin bebas
yang memberikan pengaruh sebaliknya. Tolok ukur kandungan prolin bebas tidak
mem-berikan respon yang nyata, walaupun nilai pengamatannya pada kondisi opti-
mum cenderung lebih kecil (49.08 ~Lmoll bobot segar) dari pada kondisi suboptimum
(51.28 ~Lmol/bobot segar). Tertekannya pertumbuhan ini disebabkan oleh ketidak-
cukupan air selama proses perkecambahan berlangsung.
21
PEG 6000 mempunyai tekanan osmotik tinggi dan dapat digunakan untuk
membatasi ketersediaan air media perkecambahan untuk menciptakan kondisi keke
ringan. Molekul-molekul PEG 6000 tersebut memperlambat proses imbibisi air pada
benih. Menurut Sadjad (1980)", proses imbibisi dipengaruhi oleh komposisi kimia
benih, permeabilitas kulit benih, dan jumlah air yang tersedia baik dalam bentuk cair
maupun uap disekitar benih. IRRI telah menggunakan larutan polyethylene glycol
(pEG) 6000 untuk menguji perkecambahan padi (untuk menyeleksi ketahanannya
terhadap kekeringan) dengan tekanan -2 dan -12 bar (Mackill et al dalam Suardi dan
Silitonga, 1998).
Perlakuan media perkecambahan secara statistika tidak memberikan pengaruh
yang nyata pada tolok ukur kandungan prolin bebas, walaupun nilai pengamatannya
pada kondisi suboptimum cenderung lebih besar daripada kondisi optimum. Fusiana
(1997), me1aporkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan meningkatkan kandungan
prolin bebas pada padi gogo. Menurut Handayani (1992) kondisi cekaman keke
ringan akan menghambat proses imbibisi dan akhimya akan menghambat proses
reaktifasi enzim-enzim yang bertugas menguraikan cadangan makanan pada benih,
sehingga mengakibatkan pertvmbuhan terhambat. Pada kondisi tersebut diduga ter
jadi penghambatan cadangan sintesis protein dan karbohidrat untuk pertumbuhan se
hingga mengakibatkan terjadinya akumulasi berbagai asam amino diantaranya asam
amino pro lin bebas.
22
Percobaan 2: Menggunakan Benih Bervigor Rendah dengan Daya Berkecambah 65 -75 %
Basil analisis ragarn pada Tabel 4 menunjukan bahwa interaksi antara varietas
dan perlakuan media perkecarnbahan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur
spontanitas turnbuh dan berpengaruh nyata terhadap panjang akar, tetapi tidak berpe
ngaruh nyata terhadap tolok ukur yang lainnya.
Varietas pada penelitian ini berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur panjang
plurnula, rasio panjang akar per panjang plurnula, dan spontanitas turnbuh, serta ber
pengaruh nyata terhadap tolok ukur kecepatan turnbuh, tetapi tidak rnernberikan pe
ngaruh nyata terhadap tolok ukur yang lainnya.
Tabel 4. Rekapitulasi Basil Uji Sidik Ragarn Pengaruh Varietas (V) dan Per
lakuan Media Perkecarnbahan (T) Terhadap Tolok Ukur Viabilitas
dan Kandungan Prolin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Oryza sa-
tiva L.)
Tolok Ukur Perlakuan
V T
% Kecarnbah Normal Urnur 7 Bari tn ** Kecepatan Turnbuh (KcT)(%/etrnal) * ** BKKN (gr 100 kecarnbah/ tn ** Panjang Akar (pA)(cm) tn * Panjang Plurnula (PP)(crn) ** ** RasioPAIPP ** ** Spontanitas Turnbuh (Ksp)(%) ** ** Kandungan Prolin (KPB) (J.trnoV gr tn tn
bobot segar)
Keterangan : tn = tidak perngaruh nyata pada taraf pengujian 5 % * = berpengaruh nyata pada tarafpengujian 5 %
VxT
tn
tn
tn
* tn
tn
** tn
** = berpengaruh sangat nyata pada tarafpengujian 1 % )' = ditransformasi Y = Xl"
KK = kofisien keragarnan
KK(%)
16.13
16.33
17.95
8.75
12.82
7.14
15.51
29.61
23
Perlakuan media perkeeambahan benih memberikan pengaruh yang sangat
nyata pada tolok ukur persentase keeambah normal umur 7 hari, keeepatan tumbuh,
berat kering keeambah normal, panjang plumula, rasio panjang akar per panjang plu-
mula dan spontanitas tumbuh. Perlakuan media perkeeambahan ini berpengaruh
nyata pada tolok ukur panjang akar tetapi tidak berpengaruh pada tolok ukur
kandungan pro lin bebas.
Uji lanjut pengaruh interaksi varietas dan perlakuan media keeambah disajikan
pada Tabel 5. Tabel ini menunjukan bahwa tolok ukur spontanitas tumbuh mem-
berikan respon yang nyata, tetapi nilai pengamatannya beragam dan tidak konsisten.
T610k ukur ini tidak dapat mengindikasikan adanya perbedaan antara 'varietas yang
toleran dan varietas yang peka terhadap kekeringan, sehingga dengan tolok ukur ini
tidak efektif digunakan untuk menyeleksi varietas toleran kekeringan dengan varietas
yang peka kekeringan pada fase keeambah umur 7 hari. Hal yang sarna juga terlihat
pada tolok ukur panj ang akar.
Tabel5. Pengaruh Interaksi Antara Varitas (V) dan Perlakuan Media Perkeeambahan (T) Terhadap Tolok Ukur Viabilitas dan Kandungan Prolin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.)
Tolok Ukur Perlakuan Varitas
Media VI V2 V3 V4
Spontanitas Tumbuh (Ksp) TO 67.33 a 52.67b 54.67b 6 ..... ""3 ab J.J
(%) Tl 2.67d 28.67c 7.33 d 2S.67c
Panjang Akar (PA) (em) TO 12.00' 1O.32·bc 11.SSab 10.99ab
Tl 9.0Sc 10.06bc 10.70abc 11.32bc
Keterangan : Angka pada baris dan kolom yang sarna pada masing-masing tolok ukur yang diikuti dengan humf yang berbeda, berbeda nyata pada uji DMRT 5 % Varietas terdiri dari VI (Gajah Mungkur), V2 (Kalimutu), V3 (Jatiluhur) dan V4 \Way Rarem) Perlakuan Media Perkecambahan terdiri dari TO (optimum) dan Tl (suboptimum)
Tabel 6 menyajikan pengaruh tunggal varietas terhadap tolok ukur keeepatan
24
tumbuh, panjang plumula dan rasio panjang akar per panjang plumula. Nilai penga-
matan tolok ukur panjang plumula berpengaruh nyata. Verietas Gajah Mungkur dan
Kalimutu mempunyai plumula yang lebih pendek dari pada varietas Jatiluhur dan
Way Rarem. Tolok ukur rasio panjang akar per panjang plumula menunjukan bahwa
varietas Gajah Mungkur dan Kalimutu berbeda nyata dengan varietas Way Rarem
tetapi varietas Kalimutu tidak berbeda nyata varietas Jatiluhur, walaupun varietas
Gajah Mungkur dan Kalimutu cenderung mempunyai nilai rasio panjang akar per
panjang plumula yang lebih besar dari pada varietas Jatiluhur dan Way Rarem. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa tolok ukur panjang plumula dapat mengindikasikan
ketahanan padi gogo terhadap kekeringan walau vigor benih sudah mundur, tetapi
tolok ukur rasio panjang akar per panjang plumula tidak dapat membedakan antasa
varietas yang toleran dan yang peka terhadap kekeringan pada kondisi vigor benih
rendah.
Tabe16. Pengaruh Varietas Terhadap Tolok Dkur Viabilitas dan Kandungan Prolin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.)
Varietas KCT PP PA/PP
Gajah Mungkur 8.S0b 2.70° 4.29'
Kalimutu 11.13' ........ 6b -'.-' 3.33b
Jatiluhur 9.80'b 3.96" 3.09bc
Way Rarem IUS' 4.16" 2.86c
Keterangan : - Angka pada kolom yang sama pada masing-masing tolok ukur yang diikuti dengan
hurufyang berbeda, berbeda nyata pada uji DlvIRT 5 %. KCT = Keeepatan Tumbuh (%Ietmal), PP = Panjang Plumula (em), dan PNPP=Rasio Panjang Akar per Panjang Plumula (em)
Menurut Abdul-Baki dan Anderson (1972) daya berkecambah benih adalah in-
dikasi paling umum digunakan dalam menelaah kemunduran benih dan kemunduran
benih ini dapat dilihat melalui gejala fisiologi, biokimia, atau keduanya. Gejala fisio~
25
logi diantaranya adalah perubahan warna benih, perkembangan yang lambat, menu
runnya toleransi terhadap kondisi simpan suboptimun, peka terhadap radiasi, menu
runnya daya berkecambah benih dan meningkatnya jumlah kecambah abnormal.
Gejala biokimia adalah perubahan aktivitas enzim, perubahan respirasi dan membran,
serta perubahan cadangan makanan dan kromoson. Ini menunjukan bahwa laju ke
munduran keempat varietas yang dicobakan ini relatif sarna.
Tolok ukur kecepatan tumbuh walaupun memberikan respon yang nyata, tetapi
menunjukan nilai pengamatan yang beragam dan tidak konsisten. Nilai pengamatan
varietas yang toleran dan yang peka terhadap kekeringan tidak menunjukan perbe
daan yang konsisten. Menurut Sadjad (1994), tolok ukur KCT dianggap secara umum
mengi ndikasikan vigor benih dalam keadaan lapang yang suboptimun karena diasul)l
sikan bahwa benih yang cepat tumbuh mampu mengatasi kondisi suboptimum. Fe
nomena yang sarna ditunjukan oleh ukur spontanitas tumbuh. Percobaan ini mem
perlihatkan bahwa tolok ukur kecepatan tumbuh dan spontanitas tumbuh tidak efektif
untuk membedakan varietas yang toleran dan yang peka terhadap kekeringan pada
fase kecambah umur 7 hari.
Tolok ukur kandungan prolin bebas secara statistika tidak memberikan respon
yang nyata, walaupun nilai pengamatannya menunjukkan kandungan prolin bebas
varietas Gajah Mungkur (41.81 J-lmol!bobot segar) dan Kalimutu (38.85 J-lmol/bobot
segar) cenderung lebih besar dari pada'varietas Jatiluhur (38.22 J-lmol/bobot segar)
dan Way Rarem (37.51 J-lmol!bobot segar). Menurut Kavi Kishor et al. dalam
Fusiana (1997), akumulasi prolin bebas yang tinggi diduga berkaitan dengan peran
prolin sebagai osmoprotektan, sehingga produksi yang berlebihan dari senyawa
senyawa tersebut dapat menghasilkan peningkatan toleransi terhadap cekaman
kekeringan pada tanaman. Fusiana (1997) melaporkan bahwa terdapat perbedaan
26
akumulasi pro lin bebas antara tanaman padi yang peka dan toleran terhadap keke-
ringan. Tanaman padi sawah dan padi gogo yang peka kekeringan (antara lain IR 64,
Basiu, dan Jongko) tidak mengalami peningkatan kandungan prolin bebas yang nyata,
sedangkan pada padi gogo varietas toleran terhadap kekeringan (antara lain Kalimutu,
Gajah Mungkur dan Dodokan) mengalami peningkatan yang nyata.
Tabel 7. Pengaruh Perlakuan Media Perkeeambahan Terhadap Tolok Ukur Viabilitas dan Kandungan Prolin Bebas pada 4 Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.)
Varietas Kl'l7 KCT BKKN PP PAIPP
Optimum 70.50" 12.57" 0.79" 4.58" 2.54b
Suboptimuin 52 ~~b .JJ 7. 82b 0.61b 2.55b 4.25"
Keterangan : ._ - Angka pada kolom yang sama pada masing-masing tolok ukur yang diikuti dengan
hurufyang berbeda, berbeda nyata pada uji DMRT 5 %. - KN7 = Keeambah Normal Umur 7 hari (%), Kcr = Keeepatan Tumbuh (%/etmaJ),
BKKN = Berat Kering Keeambah Normal (gr 100 keeambah), PP = Panjang Plumula (em) dan PAIPP = Rasio Panjang Akar per Panjang P1umula.
Pengaruh perlakuan media perkeeambahan seperti yang disajikan Tabel 7,
memberikan respon yang nyata untuk semua tolok ukur yang diujikan keeuali tolok
ukur kandungan prolin bebas. Perlakuan media perkeeambahan dengan PEG 6000
mengakibatkan pertumbuhan keeambah tertekan. Nilai pengamatan pada kondisi sub
optimum Iebih keeil dari nilai pengamatan pada kondisi optimum keeuali untuk tolok
ukur rasio panjang akar per panjang plumula.
Tolok ukur kandungan prolin bebas seeara statistika tidak memberikan respon
yang nyata, walaupun nilai pengamatan pada kondisi suboptimum (43.78 Ilmollbobot
segar) terlihat eenderung lebih besar dari kondisi optimum (37.42 Ilmollbobot segar).
Menurut Handayani (1992), pada setiap peningkatan tekanan osmotik selalu diikuti
dengan peningkatan kandungan prolin bebas keeambah, baik pada keeambah yang
berasal dari benih bervigor tinggi maupun yang bervigor rendah. Tertekannya per-
27
tumbuhan kecambah pada media yang dilembabkan dengan PEG 6000 akibat ter
hambatnya proses imbibisi benih, sehingga air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
benih tidak cukup tersedia. Peranan air ini dalam perkecambahan biji (benih), menu
rut Kamil (1986) adalah melunakkan kulit benih, memberikan fasilitator untuk ma
suknya oksigen kedalam benih, mengencerkan protoplasma sehingga mengaktifkan
timgsinya, dan sebagai alat transpor larutan makanan dari endosperm ke titik tumbuh
dalam proses perkembangan embrio.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Percobaan dengan menggunakan benih padi gogo yang bervigor tinggi,
menunjukkan bahwa tolok ukur panjang plumula dan rasio panjang akar per panjang
plumula dapat mengindikasikan ketahanan padi gogo terhadap cekaman kekeringan.
Varietas yang toleran kekeringan (Gajah Mungkur dan Kalimutu) mempunyai plu
mula yang lebih pendek dan rasio panjang akar per panjang plumula yang lebih besar
dari pada varietas yang peka kekeringan (Jatiluhur dan Way Rarem). Tolok ukur
kandungan prolin bebas, secara statistika tidak memberikan respon yang nyata,
walaupun varietas yang toleran kekeringan menunjukkan kecenderungan mengaku
mulasi pro lin bebas lebih besar dari varietas yang peka kekeringan.
Percobaan dengan menggunakan benih padi gogo dengan vigor rendah,
menunjukkan bahwa tolok ukur panjang plumula dapat mengindikasikan ketahanan
padi gogo terhadap cekaman kekeringan, dimana varietas yang toleran kekeringan
mempunyai plumula yang lebih pendek dari pada varietas yang peka kekeringan.
Tolok ukur rasio panjang akar per panjang plumula pada percobaan benih bervigor
rendah ini, tidak dapat mengindikasikan ketahanan padi gogo terhadap cekaman
kekeringan. Demikian juga dengan tolok ukur kandungan prolin bebas, mempunyai
hasil yang tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada benih bervigor
tinggi.
Saran
Penelitian selanjutnya, daun dan akar padi gogo perlu dianalisis kandungan
prolinnya untuk mendapatkan hasil yang signifikan. Tingkat vigor benih sebaiknya
dijadikan sebagai salah satu faktor perlakuan untuk membandingkan pengaruhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul-Baki, A A, and J. D. Anderson. 1972. Physiological and Biochemical Deterioration of Seeds. p: 283-345. In T. T Kozlowski (ed). Seed Biology Vol. II. Academic Press. New York
Barrnet, N.M and A W. Naylor 1966. Amino acid and protein metabolism in bermuda grass during water stress. Plant Physio!. 41: 1222-1229.
Basyir, A, Punarto. S, Suyamto dan Supriyatin. 1995. Padi Gogo. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang. 47 hal
Bates, L. S, Waldren R. P. and I. D. Teare. 1973. Rapid deterioration of free proline for water stress studies. Plant and Soil. 39:205-207.
BPS. 1995. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta.
Copeland, L.O. 1976. Principles of Seed Science And Technology. Burgess Pu'plishing Company. Minneapolis, Minnessota. 369.
Fusiana, A 1997. Studi perakaran dan analisis prolin beberapa galur lokal padi gogo asal kalimantan pad a kondisi kekeringan. Skripsi. Jurusan Biologi. FMlP A lPB. 14 hal.
Handa, S., AK. Handa, P. M. Hasegawa, and R. A Bressan. 1986. Proline acumulation and the adaptation of cultured plant cell to water stress. Plant Physiol. 80:938-945
Hamim, D. Soepandie dan M. Yusuf. 1996. Beberapa karakteristik morfologi dan fisiologi kedelai toleran dan peka terhadap terhadap cekaman kekeringan. Hayati 3(1):30-34
Handayani, B. L. 1992. Pengaruh stress air dan tingkat vigor yang berbeda terhadap kadar prolin bebas kecambah kedelai dan jagung. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian lPB. Bogor. 46 hal.
Kamil, J. 1986. Teknolgi Benih I. Angkasa Raya. Padang. 227 hal.
Michel, B.E and M.R Kaufmann. 1973. Osmotic potensial of polyetylen glycol 6000. PlantPhysioI51(5): 914-916
Pollock, B. M. and E. E Roos. 1972. Seed and Seedling Vigor. p : 347-378. In T. T Kozlowski (ed). Seed Biology Vol. I. Academic Press. New York.
30
Sadjad, S. 1980". Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di IndonesIa. Direktorat Jenderal Kehutanan dan Lembaga Afiliasi. 301 hal.
1980b Teknologi Benih Dengan Masalah Vigor hal 146-158, dalam Dasar-Dasar Teknologi Benih Capita Selecta. Departemen Agronomi IPB. Bogor.
1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo. Jakarta. 144 hal.
1994. Kuantitikasi Metabolisme Benih. Grasindo. Jakarta. 145 hal.
Sari, M. 1994. Kemungkinan kandungan prolin bebas sebagai unit tolok ukur vigor kekuatan tumbuh terhadap kekeringan pada kecambah jagung (Zea mays L.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 50 hal.
Suardi, D dan T.S. Silitonga. 1998. Penelitian toleransi kekeringan plasma nutfah padi dengan menggunakan larutan poly ethylen glycol (pEG) 8000. Makalah Temu I1miah Tanaman Bioteknologi Pertanian. Balai Penelitian Bioteknologi. Bogor. 10 Hal
Syam, M. dan Hermanto. 1995. Teknologi Produksi Padi Mendukung Swasembada Beras. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. 62 hal.
Suprianto, E. 1998. Evaluasi beberapa varietas dan galur padi pada kondisi kekeringan. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 35 hal.
Sutopo, L. 1993. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 248 hal.
Yoshida, S. and S. Hasegawa. 1982. The Rice Root System: Its Development And Function. p: 97-114. InIRRl. Drought Resistence In Crops With Emphasis On Rice. IRRl. Los Banos. Philippines.
LAMPIRAN
32
Tabe! Lampiran 1. Rekapitulasi Analisis Ragam Pengaruh Varietas (V) dan
Perlakuan Media Perkecambahan (T) serta Interaksinya
Terhadap Semua Tolok Ukur Yang Diamati pada Per-
cobaan l.
Tolok Ukur Sumber Keragaman DB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Fhit
Kecambah Kelompok 2 13.0000000 6.5000000 0.09
Normal Varietas (V) 3 21.8333333 7.2777778 0.10
Umur7 Perlakuan Media (T) 1 160.1666667 160.1666667 2.16
Hari V*T " 69.8333333 23.2777778 0.31 , Galat 14 1037.6666667 74.1190476
Total 23 1302.5000000
Kecepatan Kelompok 2. 27.2405250 13.6202625 2.70
Tumbuh Varietas (V) " 2.2635458 0.858545153 0.17 , Perlakuan Media (T) 1 228.7220042 228.7220042 45.35*
V'T 3 1.3058458 0.4352819 0.09
Galat 14 70.6021417 5.0430101
Total 23 330.4340625
Spontanitas Kelompok 2 341.333333 170.666667 2.08
Turnbull Varietas (V) 3 896.666667 298.888889 3.65*
Perlakuan Media (T) 1 6402.666667 6402.666667 78.17**
V'T 3 1500.000000 500.000000 6.10
Galat 14 1146.666667 81.904762,
Total 23 10287.333333
Bobot Kelompok 2 0.03830833 0.01915417 4.23*
Kering Varietas (V) 3 0.04421250 0.01473750 3.26
Kecambah Perlakuan Media (T) 1 0.71070417 0.71070417 157.04**
Normal V'T 3 0.03571250 0.01190417 2.63
Galat 14 0.06335833 0.00452560
Total 23 0.89229583
Panjang Kelompok 2 3.06580833 1.53290417 1.19
Akar Varietas (V) 3 7.05255000 2.35085000 1.83 Perlakuan Media (T) 1 11.84415000 11.84415000 9.22*'
V'T 3 6.40568333 2.13522778 1.66
Galat 14 17.97679167 1.28405655
Total 23 46.34498333
33
Lanjutan Tabel Lampiran 1
Tolok Ukur SUl11ber Keragal11an DB JUl111ah Kuadrat Kuadrat Tengah Fhit
Panjang Kelol11pok 2 0.13255583 0.0662792 0.51
Plul11ula Varietas (V) " 52.8484500 17.6161500 135.97** 0
Perlakuan Media (T) I 116.2480167 116.2480167 897.28**
V*T 3 5.3721833 1.7907278 13.82**
Galat 14 1.8137750 0.1295554
Total 23 176.4149833
Rasio Kelompok 2 0.15790833 0.07895417 0.65
Panjang Varielas (V) 3 13.38614583 4.46204861 36.88*'
Akar per Perlakuan Media (T) 1 22.40733750 22.40733750 185.20**
Panjang V*T 3 2.58881250 0.86293750 7.13**
Plumula Galat 14 1.69389167 0.12099226
Tolal 23 40.23409583
Akumulasi Kelompok 2 3044.477658 1522.238829 17.00
Prolin Varietas (V) 3 150.556146 50.185382 0.56
Bebas Perlakuan Media (T) 1 29.018004 29.018004 0.32
V*T " 868.593146 289.531049 3.23 0
Galat 14 1253.753142 89.553796
Total 23 5346.398096
Keterangan : * = berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1 %
34
Tabel Lampiran 2. Rekapitulasi Analisis Ragam Pengaruh Varietas (V)
dan Perlakuan Media Perkecambahan (T) Serta Inter-
aksinya Terhadap Semua Tolok Ukur Yang Diamati
pada Percobaan 2.
Tolok Ukur Sumber Keragaman DB J wlliah Kuadrat Kuadrat Tengah Fhit
Kecambah Kelompok 2 409.333333 204.666667 2.08
Normal Varietas (V) 3 841.833333 280.611111 2.86
Umur7 Perlakuan Media (T) 1980.166667 1980.166667 20.17'
Hari V'T - 621.833333 207.277778 2.11 0
Galat 14 1374.666667 98.190476
Total r _0 5227.833333
Kecepatall Kelompok 2 9.5439083 4.7719542 1.72
Turnbuh Varietas (V) 3 31.4656167 10.4885389 3.79*
Perlakuan Media (T) 134.9952667 134.9952667 48.74"
V*T 3 9.3423667 3.1141222 1.12
Galat 14 38.7786250 2.7699018
Total 23 224.1257833
Spolltanitas Kelompok 2 362.33333 181.16667 5.17**
Tumbuh Varietas (V) 3 774.00000 258.00000 7.36**
Perlakuan Media (T) 10922.66667 10922.66667 311.44*'
V'T - 1377.33333 459.11111 13.09** 0
Galat 14 491.00000 35.07143
Total 23 13927.33333
Ilobot Kelornpok 2 0.03261622 0.01630811 1.04
Kering Varietas (V) 3 0.02038743 0.00679581 0.43
Kecambah Perlakuan Media (T) r 0.19673902 0.19673902 12.50**
Normal V*T 3 0.00962695 0.00320898 0.20
Galat 14 0.22043387 0.01574528
Total 23 0.47980349
Palljang Kelompok 2 1.27042500 0.63521250 0.71
Akar Varietas (V) 3 4.82451250 1.60817083 1.80
Perlakuall Media (T) 6.07020417 6.07020417 6.81
V*T 3 9.03177917 3.01059306 3.38
Galat 14 12.48024167 0.89144583
Total 7-_0 33.67716250
35
Lanjutan Tabe! Lampiran 2
Tolok Ukur Smnber Keragaman DB Jllmlull Kundrat Kllaclrat Tengah Fllit
Panjang Kelompok 2 1.I9702500 0.59851250 2.90
Pillmuia Varietns (V) 3 7.72596667 2.57532222 12.47*'
Perlakllan Media (T) 1 25.66801667 25.66801667 124.30**
V*T " 0.11548333 0.03849444 0.19 0
Galat 14 2.89090833 0.20649345
Total 23 37.59740000
Rasia Kelompok 2 0.29875833 0.14937917 2.54
Panjang Vari etas (V) 3 7.15213333 2.38404444 40.56*'
Akar per Perlakuan Media (T) I 17.68166667 17.68166667 300.79*'
Panjang V*T 3 0.57980000 0.19326667 3.29
Plunmla Galat 14 0.82297500 0.05878393
Total ?~ _0 26.53533333
Akumulasi Kelompok 2 55.7804083 27.8902042 0.19 -Prolin V ari etas (V) 3 208.4996125 69.4998708 0.48
Bebas Perlakuan Media (T) I 242.76120402 24.27612042 1.68
V*T 3 408.4854458 136.1618153 0.94
Galat 14 203.0403250 144.5028804
Total 23 2938.5669958
Keterangan : * = berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1 %
36
Tabel Lampiran 3. Deskripsi Varietas Gajah Mungkur
Nama varietas
Nomor
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Tekstur nasi
Bobot 1000 butir
Kadar amilosa
Rata-rata hasil
Ketahanan
Keterangan
Pemulia
Gajah Mungkur
lRAT 112
Cere, kadang-kadang berbulu
90 - 95 hari
Tegak
95 - 100 em
Sedang (6-8 batang)
Sedang
39 gram
23.2 %
2.5 ton gabah kering per ha
- Tahan bias (Pyricularia O/yzae).
- Cukup tahan kekeringan
Baik untuk ditanam sebagai padi gogo di daerah beriklim
kering
Z. Harahap, Erwina Lubis, Susanto Tw, Murdani Direja
Tabel Lampiran 4. Deskripsi Varietas Jatiluhur
Nama vari etas
Nomor
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
T ekstur nasi
Bobot 1000 butir
Kadar amilosa
Rata-rata hasil
Ketahanan
Keterangan
Pemulia
Jatiluhur
Tox1011xRanau
Cere
90 - 95 hari
Tegak
95 - 100 em
Sedang
Pera
27 gram
27,6 %
2,5 - 3,5 ton gabah kering per ha
- Tahan bias (Pyricularia oryzae)
- Toleran naungan
Baik untuk padi gogo sampai ketinggian 5000 dpl
Erwina Lubis, Murdani Direja, Sumamo, Susanto Tw, dan
Hadis Siregar
37
Tabel Lampiran 5. Deskripsi Varietas Kalimutu
Nama varietas
Nomor
Golongan
Umur tanaman Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
T ekstur nasi
Bobot 1000 butir
Kadar amilosa Rata-rata hasil
Ketahanan
Keterangan
Pemulia
Kalimutu
lAC 220179
Cere, kadang-kadang berbulu
90 - 95 hari
Tegak 105-110em
Sedang (6-8 batang)
Sedang
37 gram
25,5 %
2,5 ton gabah kering per ha - Tahan bIas (Pyricularia OIyzae)
- Cukup toleran kekeringan
Baik ditanam sebagai padi gogo didaerah beriklim kering
Zainuddin H., Erwina Lubis, Murdani Diredja, Sumarno, dan Hadis Siregar
Tabel Lampiran 6. Deskripsi Varietas Way Rarem
Nama varietas
Nomor
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman Tinggi tanaman Anakan produktif
Tekstur nasi Bobot 1000 butir
Kadar amilosa
Rata-rata hasil
Ketahanan
Keterangan
Pemulia
Way Rarem
IRC83/earreon/b981 k
100 - 110 hari
Tegak 95 - 100 em
Sedang (6-8 batang)
28 gram
27,0%
2,5 ton gabah kering per ha
- Tahan bias (Pyricliiaria oryzae)
- Tahan bereak eoklat
-.Toleran Al dan Fe
Baik untuk pado gogo sampai ketinggian 500 m dpl
38
Tabel Lampiran 7. Nilai Absorban Pro lin Standar Percobaan 1
Kandungan Pralin Nilai Absorban
Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
0.000 0.000 0.000 0.000
0.020 0.130 0.135 0.133
0.040 0.170 0.270 0.220
0.060 0.510 0.380 0.445
0.080 0.420 0.600 0.510
0.100 0.640 0.640 0.640
0.200 0.800 0.800 0.800
0.400 2.000 2.000 2.000
Tabel Lampiran 8. Nilai Absorban Pralin Standar Percobaan 2
Kandungan Pralin Nilai Absorban
Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
0.000 0.000 0.000 0.000
0.010 0.070 0.070 0.070
0.020 0.115 0.115 0.115
0.040 0.300 0.240 0.270
0.060 0.375 0.290 0.333
0.080 0.340 0.390 0.365
0.100 0.600 . 0.640 0.620
0.200 1.350 1.800 1.575
0.400 2.000 2.000 2.000
Sampel dihaluskan dengan mortar
0.5 gr sam pel -" 10 ml --'sam Sulfosalisilat .1 0.0
(diaduk)
Saring dengan kertas saring \Vhatman no.--10
2 ml filtrat + 2 ml Asam Ninhidrin + 2ml Asam Asetat Glasial 100 %
Direaksikan pada suhu 100 ()e selama 1 jam
I ...... Reaksi dihentikan dengan merendam pada cairan
es selama 15-20 menit
Tambahkan 4 ml toluen dan aduk dengan test luhe stirrer selama 15-20 detik
"" Diarnkan sampai fase toluen berpisah dengan fase
larutan sampel
J, Fase toluen diukur absorbannya pada A = 520 nm
dengan toluen sebagai blanko
Gambar Lampiran l. Tahap-Tahap Analisis Prolin Dengan Metode Bates et al. (1973)
2-.5~~--~--========--=-=--========~--
c: '" .a
2
o 1.5 '" .a « ~ Z 0.5
O~----------------------~
,y~ 5.3752x + 0.0507'
IR' ~ 0.9344
a 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Kandungan Protin (mmol/ml)
Gambar Lampiran 2. Kurva Pralin Standar Percobaan 1
2.5 -c: 2 2l a 1.5
'" .a « ]! Z 0.5
0.1 02 0.3
Kandungan Prolin (mmollml)
•
0.4
i y ~ 5.3752x + 0.0507 i , R' ~ 0.9344 i
0.5
Gambar Lampiran 3. Kurva Prolin Standar Percobaan 2
40
top related