cara mendeteksi gizi buruk pada
Post on 12-Aug-2015
82 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
CARA MENDETEKSI GIZI BURUK PADA BALITA
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini, banyak balita yang mengalami keadaan gizi buruk di beberapa tempat.
Bahkan, dijumpai ada kasus kematian balita gara-gara masalah gizi buruk kurang diperhatikan.
Kondisi balita yang kekurangan gizi sungguh sangat disayangkan. Sebab, pertumbuhan dan
perkembangan serta kecerdasannya dipengaruhi oleh gizi. Kondisi gizi buruk tidak mesti
berkaitan dengan kemiskinan dan ketidaksediaan pangan, meski tidak bisa dipungkiri
kemiskinan dan kemalasan merupakan faktor yang sering menjadi penyebab gizi buruk pada
anak.
Selain itu, faktor pengasuhan anak juga menentukan. Anak yang diasuh oleh ibunya
sendiri dengan penuh kasih sayang, kesadaran yang tinggi akan pentingnya nutrisi dan ASI, dan
selalu memperhatikan kesehatan—apalagi berpendidikan; maka anaknya tidak akan mengalami
gizi yang buruk. Sedangkan fenomena yang ada saat ini, kebanyakan anak dipisahkan jauh dari
ibunya dengan alasan kesibukannya yang padat. Kemudian mereka menyerahkan kepengasuhan
anak kepada orang yang kurang memperhatikan nutrisi dan kesehatan anak. Jika seperti ini
keadaannya, besar kemungkinan anak akan mengalami gizi yang buruk. Oleh karena itu, para
orang tua, khususnya para ibu, hendaknya tetap memperhatikan nutrisi dan kesehatan anaknya di
tengah kesibukan mereka melakukan aktivitas sehari-hari, di samping juga tarbiyah yang baik
buat mereka.
Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau
dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud
bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein)
adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.
Indikasi Gizi Buruk
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa
kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis
besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor.
Kwashiorkor memiliki ciri:
1) edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
membulat dan lembab
2) pandangan mata sayu
3) rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan
mudah rontok
4) terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
5) terjadi pembesaran hati
6) otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
7) terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
8 ) sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
9) anemia dan diare
Sedangkan ciri-ciri marasmus adalah sebagai berikut:
1) badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit
2) wajah seperti orang tua
3) mudah menangis/cengeng dan rewel
4) kulit menjadi keriput
5) jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
6) perut cekung, dan iga gambang
7) seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
8 ) diare kronik atau konstipasi (susah buang air)
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis
kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
Cara Mengukur Status Gizi Anak
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengukur status gizi pada anak. Berikut adalah
salah satu contoh pengukuran status gizi bayi dan balita berdasarkan tinggi badan menurut usia
dan lingkar lengan atas.
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
Tabel Berat dan Tinggi Badan Menurut Umur
(usia 0-5 tahun, jenis kelamin tidak dibedakan)
Tabel Standar Baku Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur
Sumber: Pedoman Ringkas Pengukuran Antropometri, hlm. 18
Pencegahan
Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan
kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang dapat
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa cara untuk
mencegah terjadinya gizi buruk pada anak: 1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai
anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai
pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin
dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati
apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan
hal itu ke dokter.
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola
dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi
dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah
sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula
suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil
yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi
kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang
permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
Untuk mencukupi kebutuhan gizi yang baik pada anak memang dibutuhkan usaha keras dari
orang tua dengan memberikan makanan yang terbaik kepada mereka. Tentu saja hal ini
membutuhkan kesabaran, ketawakkalan dan keuletan dalam mencari rezeki dari Alloh untuk
memenuhi kebutuhan gizi anak. Jika semua ini tercapai, insya-Alloh akan tercetak generasi yang
sehat, sholih dan sholihah, dan cerdas dalam mempelajari dan memahami ayat-ayat Alloh.
REFERENSI:1. Anonim. 2007. Ciri-ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal Kesehatan Online.2. Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008: Republika
Online.3. Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke-
2. Jakarta: Rineka Cipta.4. Nasar, dkk. Ped Tata Kurang Protein. pkm-IDAI.5. Nency, Y dan Arifin, M.T. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. Inovasi Edisi
Vol. 5/XVII/November 2005: Inovasi Online.
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
MENDETEKSI GIZI BURUK PADA BALITA
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan nasio-nal suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang mempunyai fisik tangguh, mental kuat
dan kesehatan prima serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Status gizi masyarakat
merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat yang menentukan kualitas
SDM. Kekurangan gizi yang terjadi pada anak dapat merusak kualitas
SDM (http://astaqauliyah.com).
Salah satu masalah gizi utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP
dibagi menjadi 3 yaitu KEP ringan, sedang dan berat. KEP tingkat berat sering dikenal sebagai
gizi buruk. Gizi buruk merupakan keadaan tubuh yang mengalami kekurangan energi dan
protein dari kebutuhan normalnya. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan
fisik dan perkembangan kecerdasan serta menu-runkan daya tahan tubuh yang berakibat
meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Dampak kekurangan gizi terli-hat juga pada
rendahnya partisipasi sekolah, rendahnya pendidikan, serta lambatnya pertumbuhan
ekonomi (Bappenas, 2007).
Berbagai penelitian membuktikan apabila lebih dari separuh kematian bayi dan balita
disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Anak dengan gizi buruk memiliki resiko meninggal 13
kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan 54% penyebab kematian
bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang buruk (http://majalah sinovia.multiply.
com/).
Prevalensi gizi buruk berdasarkan indeks BB/TB di Kabupaten Pati dari tahun 2008 hingga
2010 selalu menunjukkan peningkatan dengan angka tertinggi terjadi di tahun 2010 yaitu 0,31%.
Gambaran prevalensi gizi buruk di Kabupaten Pati ditampilkan pada tabel 1.
Tabel 1.
Prevalensi Gizi Buruk Kabupaten Pati Tahun 2008-2010
TahunJumlah
Balita
Jumlah
Gizi
Buruk
Prevalensi
Gizi buruk
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
2008 73372 127 0,17
2009 82969 164 0,2
2010 88704 188 0,31
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Pati (2008-2010)
Peningkatan prevalensi gizi buruk diasumsikan karena adanya pola asuh gizi kurang baik yang
tercermin dari rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan yang hanya 60,6%
(Dinkes Pati, 2010).
Hingga saat ini penanganan gizi buruk secara umum masih menggunakan pendekatan
bidang kesehatan yang sifatnya darurat dan mendesak seperti bantuan pengobatan dan
perawatan, pemberian makanan tambahan pemulihan dan suplementasi zat gizi. Pada saat
bantuan dihentikan, masalah kekurangan gizi akan kemabali terjadi karena ketidakmampuan
keluarga yang berhubungan dengan rendahnya daya beli dan keadaan ekonomi keluarga.
Gizi buruk berdampak sangat fatal bagi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga
perlu diketahui batasan, gejala umum, cara mendeteksi, faktor penyebab dan dampak gizi buruk.
Hal tersebut ditujukan agar upaya penanganan bisa dilakukan secara tepat dan kasus gizi buruk
dapat ditangani secara tuntas. Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah menjelaskan cara
mendeteksi gizi buruk pada balita.
GIZI BURUK
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat
kurang mengkon-sumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Gizi
buruk ditandai dengan status gizi sangat kurus menurut indeks berat badan terhadap tinggi badan
dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejalamarasmus, kwashiorkor atau marasmus-
kwashiorkor. Kwashiorkor merupakan jenis gizi buruk karena kekurangan protein
sedangkan marasmus kekurangan karbohidrat. Sedangkan marasmus-kwashiokor terjadi karena
kekurangan protein dan karbohidrat. Gizi buruk biasanya terjadi pada anak usia di bawah lima
tahun (Sudayasa, 2010).
GEJALA UMUM GIZI BURUK
Secara umum gejala gizi buruk sebagai berikut:
Kelelahan dan kekurangan energi
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
Berkurangnya asupan nutrisi secara tidak langsung mempengaruhi jumlah energi yang
tersedia untuk anak sehingga anak akan mudah lelah, tidak bersemangat, tidak mau bermain,
mudah mengantuk, dan lain-lain.
Sistem kekebalan tubuh yang rendah
Sistem kekebalan tubuh manusia sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi. Hal tersebut
berpengaruh semakin besar pada anak-anak karena saat masa pertumbuhan, selain sel-sel tubuh,
sel-sel darah putih juga berkembang dan berguna sebagai sistem pertahanan tubuh. Bila pada
tahap perkembangan asupan nutrisi terganggu, anak akan mudah sakit karena daya tahan tubuh
yang rendah.
Kulit yang kering dan bersisik
Asupan nutrisi tidak hanya berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, tetapi
juga sebagai sumber energi untuk memperbaiki sel-sel yang rusak atau mati. Sel-sel pada tubuh
manusia yang ber-regenerasi paling cepat adalah kulit, sehingga bila asupan nutrisi terhambat
kulit akan menunjukkan efek yang sangat cepat. Kulit yang rusak atau mati tidak dapat
membelah sehingga kulit tampak kering dan bersisik.
Gusi bengkak dan berdarah
Proses infeksi dari kuman mempunyai peranan penting dalam kesehatan dan kebersihan
rongga mulut. Sebagaimana disebutkan diatas, sistem kekebalan tubuh yang berkurang akan
membuat tubuh rentan terhadap penyakit. Hal ini berlaku di seluruh tubuh termasuk kesehatan
gigi dan rongga mulut. Gusi yang meradang akan memperlihatkan gejala bengkak dan mudah
berdarah.
Gigi yang membusuk
Gigi yang terinfeksi akan cepat rusak dan jika tidak diobati akan membuat gigi membusuk.
Sulit berkonsentrasi dan reaksi yang lambat
Anak-anak dengan asupan gizinya kurang atau tidak mencukupi umumnya mudah lelah,
mengantuk dan malas bermain. Gairah anak untuk belajar juga menurun dan anak sulit untuk
konsentrasi.
Berat badan kurang
Salah satu indikator pertumbuhan anak yang paling mudah dinilai adalah berat badan.
Apabila asupan gizi tidak mencukupi akan segera terlihat efeknya yaitu berat badan anak tidak
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
bertambah, malah menurun. Bila kekurangan asupan gizi ini berlangsung singkat maka akan
terlihat anak bertambah kurus atau kecil (wasting ).
Pertumbuhan lambat
Pertumbuhan anak terhambat karena asupan nutrisi yang kurang. Bila kekurangan asupan
gizi ini berlangsung dalam jangka waktu lama, maka akan menyebabkan postur tubuh anak yang
pendek (stunting).
Kelemahan pada otot
Otot membutuhkan energi dari protein dan mikro nutrien lainnya. Bila asupan gizi
terhambat maka kerja otot terganggu. Sebagai akibatnya, anak akan terlihat lemah dan tidak
bersemangat karena tubuhnya terasa lemas.
Tulang yang mudah patah
Dalam pertumbuhan anak, semua sel ikut tumbuh termasuk tulang. Apabila asupan nutrisi
terhambat maka zat-zat yang dibutuhkan tulang seperti mikro nutrient kalsium juga berkurang,
maka pertumbuhan tulang juga akan terhambat dan tulang akan mudah patah.
Masalah pada fungsi organ tubuh
Asupan nutrisi yang terhambat menyebabkan fungsi organ tubuh terhambat karena setiap
organ tubuh memerlukan energi untuk dapat berfungsi dengan baik. Apabila organ-organ tubuh
sudah terganggu fungsinya maka anak akan terancam nyawanya. Pada kondisi ini anak sangat
rentan terhadap penyakit dan bila anak sampai terkena infeksi, maka fungsi sistem kekebalan
tubuh akan menurun dan semakin memperparah kondisi anak (http://medicastore.com).
CARA MENDETEKSI GIZI BURUK
Untuk mengetahui seorang anak menderita gizi buruk perlu dihitung status
gizinya. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Penilaian status gizi secara langsung antara lain dengan antropometri, biokimia, klinik,
biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dilakukan dengan survei konsumsi makanan,
statistik vital dan faktor ekologi. Pengukuran yang sering digunakan adalah pengukuran
dengan antropometri. Secara umum antropo-metri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, makaantropometri gizi berhubungan dengan berbagai pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, dkk, 2001).
Berat badan merupakan antropo-metri yang paling banyak digunakan karena parameter ini
mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf (Arisman, 2004).
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
Standar baku yang dianjurkan untuk menilai status gizi anak di bawah lima tahun di Indonesia
adalah baku World Health Organization-National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS).
Indeks antropometri yang sering digunakan untuk mendeteksi gizi buruk adalah berat badan
menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dengan ambang batas
memakai standar deviasi unit (SD) yang disebut Z-Skor dan dibandingkan dengan Klasifikasi
Status Gizi Anak (tabel 2). Untuk menghitung status gizi diperlukan tabel baku rujukan WHO-
NCHS.
Cara perhitungan status gizi berdasarkan Z-Skor sebagai berikut :
Z-Skor = Nilai individu subyek - Nilai median Baku Rujukan
Nilai Simpang Baku Rujukan
Tabel 2.
Klasifikasi Status Gizi Anak (Balita)
Indeks Status Gizi Ambang Batas
Berat badan menurut umur
(BB/U)
Gizi lebih >+ 2 SD
Gizi baik - 2 SD Sampai + 2
SD
Gizi kurang < -2 SD Sampai -3
SD
Gizi buruk < -3 SD
Tinggi badan menurut
umur (TB/U)
Normal -2 SD
Pendek
(Stunted)
< -2 SD
Berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB)
Gemuk > + 2 SD
Normal + 2 SD Sampai - 2
SD
Kurus (Wasted) < -2 SD Sampai -3
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
SD
Kurus sekali < -3 SD
Sumber : Keputusan Menkes RI No. 920/Menkes/SK/VII/2002
Contoh: Anak berjenis kelamin laki-laki, umur 35 bulan dengan Berat Badan 15,2 kg. Untuk
menghitung status gizi anak perlu tabel berat badan (kg) anak laki-laki usia 35 bulan
berdasarkan baku rujukan WHO-NCHS
Tabel 3.
Berat Badan(kg) anak laki-laki usia 35 bulan Berdasarkan Baku rujukan WHO-NCHS
Usia Standar Deviasi
bln -
3SD
-2SD -
1SD
Median 1SD +2SD +3SD
35 9,9 11,4 13,0 14,5 16,0 17,4 18,9
Sumber: Supariasa, dkk (2002)
Menurut klasifikasi status gizi anak berdasar indeks BB/U (Tabel 2), status gizi anak
masuk dalam kategori baik karena masih dalam rentang –2 SD s/d + 2SD.
Cara mendeteksi gizi buruk secara praktis adalah dengan membandingkan antara berat
badan anak dengan berat badan idealnya. Berat Badan Ideal (BBI) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini:
Tabel 4.
Rumus untuk Menghitung Berat Badan Ideal (BBI)
Usia
Anak
Rumus Berat Badan Ideal (BBI)
1-6 bulan BBI (gr) = Berat Bayi Lahir (gr)+usia (bulan) x
600 gr
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
7-12 bulan BBI (gr) = Berat Bayi Lahir (gr)+usia (bulan) x
500 gr
BBI (kg) = (usia {bulan}/2) +3
1-10 tahun BBI (kg) = (2n + 8), dimana 2n adalah 2 dikali
usia dalam tahun dan bulan
Sumber : http://arali2008.wordpress.com
Contoh pertama: anak balita usia 14 bulan, sebelum usia balita ini dimasukkan rumus terlebih
dahulu usia 14 bulan diuraikan menjadi tahun dan bulan yaitu 1 tahun 2 bulan dimana 1 tahun
adalah 12 bulan. Karena usia dalam tahun dan bulan maka 1 tahun 2 bulan ditulis dengan 1,2
(dibaca 1 tahun 2 bulan). Selanjutnya baru dimasukkan ke dalam rumus yaitu = (1,2 x 2) + 8 =
2,4 + 8 = 10,4. Jadi hasilnya berat badan ideal untuk anak balita usia 14 bulan adalah 10,4 kg.
Contoh kedua: Anak balita usia 2 tahun 10 bulan, seperti di atas ini ditulis dengan usia
= 2,10 dan selanjutnya dikali dengan 2. Jadi hasilnya adalah 4,20. Hasil ini jangan langsung
ditambah dengan 8, karena 4,20 diartikan 4 tahun 20 bulan, 20 bulan artinya 1 tahun 8 bulan, jadi
4,20 berubah menjadi 5,8, baru kemudian ditambah dengan 8 maka berat badan idealnya adalah
13,8 kg.
Langkah selanjutnya untuk mengetahui seorang anak menderita gizi buruk setelah
mengetahui berat badan ideal adalah membandingkan dengan berat badan anak yang
sesungguhnya. Jika hasilnya berat badan anak sampai di bawah 30% berat idealnya berarti anak
menderita gizi kurang dan jika dibiarkan bisa berlanjut menjadi gizi buruk
(http://arali2008.wordpress.com).
PENYEBAB GIZI BURUK
UNICEF dalam Soekirman (2000) telah mengembangkan kerangka konsep makro
penyebab gizi kurang sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi.
Secara lebih rinci, penyebab gizi buruk dapat dibedakan menjadi penyebab langsung, penyebab
tidak langsung, pokok masalah di masyarakat dan akar masalah.
Penyebab langsung
1. Kurangnya asupan gizi dari makanan.
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
Asupan gizi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kualitas hidangan
menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan
perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan jumlah masing-masing
zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Apabila susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik
dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan yang
sebaik-baiknya. Konsumsi yang kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas akan
memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi defisiensi. Terbatasnya kuantitas dan
kualitas yang dikonsumsi terjadi karena alasan sosial dan ekonomi yaitu
kemiskinan (Sediaoetama, 2006).
2. Keberadaan penyakit infeksi.
Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara, yaitu (1)
berhubungan dengan nafsu makan; (2) dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan; (3)
sehingga kebutuhan zat gizinya tidak terpenuhi; Secara umum defisiensi gizi sering merupakan
awal dari gangguan defisiensi sistem kekebalan. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi
kurang merupakan hubungan timbal balik dan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk
keadaan zat gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah seseorang terkena penyakit
infeksi (Supariasa, dkk, 2002). Anak yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat
rentan terhadap penyakit. Penyakit yang sering terjadi pada anak gizi buruk adalah ISPA, diare
persisten, cacingan, tuberculosis, malaria, HIV/AIDS (http://www.maluku prov.go.id).
Penyebab tidak langsung
1. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.
Kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai memicu munculnya
kasus-kasus gizi buruk. Ketahanan pangan merupakan kondisi pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutu gizinya.
2. Pola pengasuhan anak kurang memadai.
Tingginya angka gizi buruk disebabkan oleh pola asuh orang tua atau keluarga yang
kurang benar terhadap anak (http://megapolitan.kompas.com). Diantara penyebab kasus balita
gizi buruk antara lain (1) balita tidak mendapat ASI eksklusif atau mendapat makanan selain
ASI sebelum umur 6 bulan; (2) balita disapih sebelum umur 2 tahun; (3) balita tidak
mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih; (4) MP-ASI
kurang dan tidak bergizi; (5) setelah umur 6 bulan balita jarang disusui. Pola asuh adalah praktek
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
di rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta
sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak. Aspek kunci
dalam pola asuh gizi antara lain; (1) perawatan dan perlindungan bagi ibu; (2) praktek menyusui
dan pemberian MP-ASI; (3) pengasuhan psikososial; (4) penyiapan makanan; (5) kebersihan
diri; (6) sanitasi lingkungan dan praktek kesehatan di rumah; (7) serta pola pencarian pelayanan
kesehatan (WNPG VII, 2000).
3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.
Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih
dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan. Lingkungan yang buruk seperti air minum tidak bersih, tidak adanya saluran
penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik, juga kepadatan penduduk yang
tinggi dapat menyebabkan penyebaran kuman penyakit (Dep. Giz Kes Masy. FKM UI, 2008).
Ketiga faktor tidak langsung berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan keluarga. Faktor pendidikan ibu yang rendah berperan besar terhadap terjadinya
kasus gizi buruk. Pendidikan ibu yang kurang memadai berdampak pada pola makan anak yang
tidak sehat. Ibu yang berpendidikan rendah cukup sulit untuk di-edukasi atau diberi pengetahuan
tentang gizi (http://seputar balita2plus. blogspot.com). Kurangnya pengetahuan gizi berkaitan
dengan konsepsi yang salah tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan serta kemampuan
menerapkan informasi gizi dalam kehidupan sehari-hari. Minimnya pengetahuan
gizi dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga dan selanjutnya mempengaruhi
kuantitas dan kualitas konsumsi pangan. Rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan,
menjadi penyebab langsung kekurangan gizi pada balita (Suhardjo, 2003).
Pokok masalah di masyarakat
Tidak maksimalnya pemberdayaan keluarga dan pemanfaatan sumber daya masyarakat
berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung.
Akar masalah
Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta pemanfaatan sumber daya masyarakat
terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh krisis
ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan
tersebut memicu munculnya kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga
yang tidak memadai. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
faktor penting dalam masalah kurang gizi. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga
turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun
jumlah makanan (Moehji, 2002).
DAMPAK GIZI
BURUK
Gizi buruk memberikan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara, selain
konsekuensi yang diterima anak gizi buruk itu sendiri. Dampak tersebut antara lain:
Menyebabkan kematian
Dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berbagai disfungsi yang
dialami. Ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan
lemaknya
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang di bawah kadar normal) dan kekurangan
elektrolit penting serta cairan tubuh.
Kecerdasan anak akan berkurang
Anak yang menderita gizi buruk akan tumbuh menjadi manusia bodoh karena tingkat IQ
turun 10 hingga 15 point dengan konsekuensi resiko tidak mampu menangkap ilmu pengetahuan.
Daya pikir juga sangat lemah akibatdefisiensi atau kekurangan berbagai mikro nutrient lain
seperti yodium, Fe dan kurang enegi protein pada masa balita. Efek malnutrisi terhadap
perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu
pertumbuhan otak itu sendiri. Jika kondisi gizi buruk terjadi pada masa usia 0-3 tahun maka otak
tidak dapat berkembang sebagaimana anak yang sehat dan kondisi ini akan irreversible (sulit
untuk dapat pulih kembali).Dampak gizi buruk terhadap pertumbuhan otak menjadi vital karena
otak adalah salah satu aset yang vital bagi anak.
Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal
Gizi buruk mempengaruhi pertum-buhan anak dalam jangka panjang. Anak akan
mempunyai postur tubuh yang lebih kecil dan pendek dibandingkan teman sebayanya.
Menderita sakit infeksi kronis
Gizi buruk akan merusak sistem pertahanan tubuh sehingga mudah sekali terkena
infeksi seperti: batuk, pilek, diare, TBC (http://io.ppi-jepang.org/).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun yang
merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi atau nutrisinya di bawah standar
rata-rata, dengan gejala umum: (a) Kelelahan dan kekurangan energi; (b) Sistem kekebalan
tubuh yang rendah; (c) Kulit yang kering dan bersisik ; (d) Gusi bengkak dan berdarah; (e) Gigi
yang membusuk; (f) Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat; (g) Berat
badan kurang; (h) Pertumbuhan yang lambat; (i) Kelemahan pada otot. Adapun
cara mendeteksinya dengan menghitung Z-skor berdasarkan indeks BB/TB, jika nilai Z-
Skor lebih kecil dari -3,0 SD, maka status gizi anak termasuk dalam kategori gizi buruk.
Sementara itu, penyebab gizi buruk menurut UNICEF (1998) terdiri atas; (a) penyebab langsung
yaitu kurangnya asupan gizi dari makanandan adanya penyakit infeksi; (b) penyebab tidak
langsung yaitu ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai, pola pengasuhan anak kurang
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
memadai, pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai; (c) pokok masalah di
masyarakat yaitu kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya
masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung; (d) akar masalah
yaitu adanya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik
dan keresahan sosial. Selanjutnya, dampak gizi buruk antara lain; (a) menyebabkan kematian bila
tidak segera ditanggulangi oleh tanaga kesehatan ; (b) Kecerdasan anak akan berkurang; (c)
Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal (d) Sering sakit infeksi
kronis, seperti: batuk, pilek, diare, TBC, dll.
Saran
Gizi buruk pada balita, perlu disosialisasikan kepada keluarga, masyarakat, pelayanan
kesehatan, sektor lain yang terkait seperti sektor pendidikan, koperasi, ketahanan pangan,
pertanian, dan peternakan. Perlu digalang kerja sama dengan semua pihak dalam penanganan
kasus gizi buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Astuti, R.S dan Mulyadi A, 2011, Pola Asuh Sebabkan Ratusan Balita Gizi
Buruk, http://megapolitan. kompas.com. Diakses 14 Januari 2012.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi
2006-2010. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Bekti. 2009. Kenali Tanda dan Gejala Gizi Buruk. http://medicastore. com. Diakses 12 Januari
2012.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2008. Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dinkes Kab. Pati. 2008. Profil Kesehatan Kab . Pati. Pati.
_______. 2009. Profil Kesehatan Kab. Pati. Pati.
_______. 2010. Profil Kesehatan Kab . Pati. Pati.
Gizi Buruk. 2011. http://www.maluku prov.go.id. Diakses 14 Januari 2012.
Gizi Buruk Kisah Pilu Negeri Pangan. 2008. http://majalahsinovia.multiply.com. Diakses 10
Pebruari 2012
Makalah Gizi Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
2010. http://astaqauliyah.com.Diakses tanggal 25 Januari 2012.
Miftah Fariz, 11 Maret 2013
Mendeteksi Gizi Buruk dengan Berat Badan
Ideal Anak Balita. 2008. http://arali2008.wordpress.com. Diakses 25 Januari 2012.
Moehji, S. 2002. Ilmu Gizi: Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Papas Sinar Sinanti Brahtara
Nency, Y. 2005. Gizi Buruk Ancaman Generasi Yang
Hilang. http://io.ppi-jepang.org/article.php ?id=113. Diakses 5 November 2005.
Pendidikan Ibu Rendah Picu Balita Gizi Buruk. 2011. http://seputarbalita-
2plus.blogspot.com. Diakses tanggal 15 Januari 2012.
Sediaoetama, D. A. 2006. Ilmu Gizi jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sudayasa, P. 2010. 5 Penjelasan Singkat Kasus Balita Gizi
Buruk. http://www.puskel.com. Diakses tanggal 10 Januari 2012
Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Supariasa, I.D.N dkk. 2002. Penilaian status Gizi. Jakarta: EGC.
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VIII. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan.
Jakarta: LIPI.
top related