(c) 2015 rumah inspirasi. ebook juga dilindungi uu hak cipta. filebahkan, model sosialisasi semacam...
Post on 31-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Membangun
Keterampilan sosial
Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia Dibuat & dipublikasikan oleh RumahInspirasi www.RumahInspirasi.com
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Tiga makna sosialisasi
Dalam homeschooling, ada satu isu dan pertanyaan yang terus diajukan
kepada keluarga yang menjalani homeschooling, yaitu mengenai sosialisasi.
Prasangka dan tudingan yang sering dinyatakan adalah bahwa anak-anak
homeschooling tidak punya teman bergaul, anak-anak homeschooling dikurung
di rumah. Prasangka sejenis itu terus diulang-ulang dan diterima oleh keluarga
homeschooling.
Sebenarnya ada 3 makna sosialisasi, yaitu
Penanaman atau transfer nilai kehidupan (value transfers)
Pengembangan keterampilan sosial
Interaksi dengan lingkungan sosial
Berdasarkan makna sosialisasi tersebut, maka kita bisa menilai apakah
teman sebaya atau keluarga yang lebih tepat untuk menjadi ruang sosialisasi
bagi anak.
Apakah penanaman nilai-nilai kebaikan lebih baik dibangun dan
ditransfer bersama teman-teman sebaya atau bersama keluarga?
Apakah pengembangan keterampilan sosial lebih baik dibangun
oleh teman-teman sebaya atau bersama keluarga?
Apakah pergaulan teman-teman sebaya satu-satunya bentuk
interaksi sosial yang nyata di masyarakat? Bukankah semua
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
struktur sosial yang alami selalu lintas usia, seperti: keluarga,
tetangga, organisasi, kantor?
Pergaulan dengan teman sebaya memang dibutuhkan dalam
perkembangan anak-anak. Tetapi, menurut pendapat saya pribadi,
kebutuhannya tidak sebesar sebagaimana yang terjadi dalam model pergaulan
dalam model persekolahan saat ini yang terjadi dalam ruang kelas selama
berjam-jam, bertahun-tahun.
Bahkan, model sosialisasi semacam ini justru mengisolasi anak-anak
dengan dunia nyata yang menjadi tempat hidupnya. Sebagai akibatnya, selalu
dibutuhkan proses penyesuaian baru lagi saat anak harus terjun di masyarakat
usai menjalani dunia sekolah selama bertahun-tahun.
Menurut penelitian Paula Rothermel dari the University of Durham (UK)
in 2002,
"Children who learn at home appear to develop very different
skills from those learning in school. Such children integrate easily
into a variety of social settings and are accustomed to taking
responsibility within their families and to motivating themselves
in their day to day activities."
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Keluarga Homeschooling dan sosialisasi
Kalau tidak semua aspek sosialisasi dalam persekolahan bersifat positif,
apakah memilih homeschooling mengimplikasikan bahwa sosialisasi anak-anak
homeschooling selalu lebih baik?
Jawabannya tidak selalu.
Tidak ada jaminan bahwa sosialisasi anak homeschooling lebih baik
sebagaimana tidak ada jaminan bahwa sosialisasi anak sekolah selalu lebih
buruk. Banyak faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap kualitas sosialisasi
yang dijalani oleh anak, terlepas apakah anak menjalani sekolah atau
homeschooling.
Yang pasti, dalam model homeschooling orangtua lebih terlibat aktif
dalam proses sosialisasi anak. Orangtua bisa merancang proses-proses yang
diperlukan untuk mengembangkan nilai-nilai baik serta keterampilan sosial
anak. Itu yang membedakan dengan proses mengirimkan anak ke sekolah di
mana prosesnya bersifat eksternal dan di luar kendali.
Contoh dampak sosialisasi homeschooling dan praktek sosialisasi dapat
dibaca dari pengalaman dua keluarga homeschooling dengan karakter berbeda
berikut ini.
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Keluarga pertama memiliki latar belakang profesi sebagai pustakawan
(suami-isteri). Keluarga ini tinggal di lingkungan kompleks perumahan yang
hampir semua isinya bekerja di kantor dengan anak-anak sekolah.
Keluarga kedua memiliki latar belakang profesi sebagai pebisnis. Mereka
tinggal di sebuah perkampungan yang ramai dengan kegiatan bisnis informal.
Kedua keluarga tersebut sama-sama menjalani homeschooling untuk
anak-anaknya.
Dari orangtua yang berbeda dan lingkungan yang berbeda, dampak
homeschooling pada anak-anaknya ternyata berbeda dan tidak bisa
digeneralisir. Pada keluarga pertama, anaknya pecinta rumah dan menjadi “kutu
buku”. Pada keluarga kedua, anaknya senang bermain dan bergaul bersama
teman-temannya.
Jadi, homeschooling memberi dampak yang berbeda pada sosialisasi
kedua keluarga tersebut. Pada keluarga pertama, homeschooling membuat
anak mereka merasa nyaman tidak harus dipaksa-paksa untuk main bersama
teman-teman yang tidak mereka sukai. Anak menikmati bermain dengan teman-
teman dekat yang jumlahnya tidak banyak dan menjalin persahabatan yang
intens.
Sementara itu, dampak homeschooling pada keluarga kedua membuat
anak memiliki kesempatan bermain yang sangat banyak. Anak tidak hanya
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
bermain dengan teman seusianya, tetapi dia mengikuti aneka kegiatan dan klub,
bahkan terpapar secara luas dengan kegiatan bisnis yang dilakukan
orangtuanya.
Sosialisasi dan keterampilan sosial
Sebagai makhluk sosial, banyak aspek dalam kehidupan sosial yang perlu
dipelajari anak-anak agar mereka bisa menyatu dengan masyarakat pada saat
dewasa. Keterampilan sosial atau interpersonal skills merupakan bagian dari
keterampilan hidup (life skills) yang penting untuk kehidupan anak.
Beberapa jenis keterampilan sosial yang perlu dipelajari anak antara lain:
a. Keterampilan komunikasi interpersonal
Komunikasi verbal dan nonverbal
Keterampilan mendengarkan aktif
Keterampilan mengekspresikan perasaaan; memberikan umpan
balik (tanpa menyalahkan) dan menerima umpan balik
b. Keterampilan negosiasi dan menolak
Negosiasi dan manajemen konflik
Keterampilan bersikap asertif
Keterampilan menolak
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
c. Keterampilan berempati
Kemampuan mendengarkan dan memahami kebutuhan dan
kondisi orang lain dan mengekspresikan pengertiannya.
d. Kerjasama dan kerja kelompok
Keterampilan mengekspresikan penghargaan atas kontribusi orang
lain dan gaya yang berbeda-beda.
Keterampilan menilai kemampuan diri dan berkontribusi pada
kelompok
Empati sebagai pondasi keterampilan sosial
Walaupun daftar keterampilan sosial yang perlu dipelajari anak banyak,
prosesnya sebenarnya tidak terlalu menakutkan saat dijalani. Untuk proses
menuju ahli memang membutuhkan keahlian dan bantuan pihak luar. Tetapi
untuk memberikan dasar-dasar dalam keterampilan sosial, sebagian besar
keluarga bisa melakukannya melalui kegiatan sehari-hari di rumah.
Langkah paling sederhana dalam proses membangun keterampilan sosial
pada anak adalah memastikan bahwa kita (orangtua) menjalankan fungsi-fungsi
sosial kita secara baik dalam keseharian keluarga.
Beberapa contoh diantaranya adalah: mampu berkomunikasi dengan
dengan pasangan dan anak-anak, mampu menceritakan tentang hal yang
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
dirasakan dan dipikirkan, mampu mendengarkan secara aktif hal-hal yang
diceritakan pasangan dan anak-anak, mampu memberikan masukan dan diberi
masukan oleh keluarga.
Jika Anda memiliki kemampuan seperti di atas, berarti Anda bisa menjadi
guru yang baik pada anak-anak Anda dalam proses homeschooling yang Anda
jalani. Sebab, salah satu proses belajar penting yang dijalani dalam
homeschooling adalah melalui keteladanan. Anak melihat hal-hal yang
dilakukan orangtua dan belajar darinya.
Tapi bagaimana jika orangtua masih merasa belum memiliki keterampilan
sosial yang bagus? Jika hal itu terjadi dan itu adalah hal yang cukup normal, hal
terpenting adalah Anda menyadarinya dan terus memperbaikinya. Jika Anda
melakukan kesalahan-kesalahan dalam proses interaksi sosial dengan pasangan
atau anak, jangan segan untuk meminta maaf. Permintaan maaf Anda tidak akan
menurunkan penghormatan dari keluarga Anda. Justru, mereka akan semakin
hormat pada kerendahan hati Anda dan kesediaan Anda untuk memperbaiki
diri.
Diantara banyaknya aspek keterampilan sosial yang perlu dipelajari anak,
salah satu pondasinya adalah empati. Empati adalah mengembangkan rasa hati
anak agar memahami kondisi dan sudut pandang yang ada di luar dirinya.
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Menumbuhkan empati adalah sebuah upaya untuk mendidik anak agar
tidak egois dan tidak hanya fokus pada dirinya sendiri. Empati menjadi pondasi
yang kuat terhadap cara interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya, baik
dengan saudara, anggota keluarga lain, maupun lingkungan sosial yang lebih
luas.
Proses membangun empati dapat dimulai sejak anak kecil melalui proses
dan bentuk-bentuk ungkapan sederhana. Beberapa hal yang bisa dilakukan
orangtua untuk membangun empati pada anak antara lain:
Tidak selalu memperturutkan keinginan anak anak. Jika kondisi Anda tidak
memungkinkan, jelaskan kepada anak melalui proses mengobrol.
Mungkin pada langkah-langkah awal anak tidak terlalu mengerti. Tapi
lama-lama anak akan mulai memahami bahwa dia tidak bisa selalu
memaksa agar keinginannya dituruti.
Sebagai contoh, jika Anda merasa lelah, sampaikan kepada anak bahwa
Anda sedang lelah. “Maaf ya nak, Bunda sedang lelah. Mainnya nanti lagi
ya…”
Saat menyampaikan penjelasan Anda, sampaikan dengan sungguh-
sungguh kepada anak. Usahakan untuk tidak menyerah pada pemaksaaan
anak karena biasanya anak akan mencoba memaksa dengan berbagai
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
cara agar keinginannya terpenuhi, baik dengan cara menangis, berguling-
guling, dan sebagainya.
Jika Anda bisa konsisten melakukannya, lama-lama anak akan tahu dan
beradaptasi. Semakin besar, dia akan semakin tahu dan tumbuh
empatinya. “Bunda capek ya…” Ungkapan itu mungkin akan sering Anda
dengarkan sebagai wujud empatinya yang semakin bertumbuh.
Cerita tentang kondisi dan keterbatasan sumber daya kala anak
memaksakan sebuah keinginan bisa Anda lakukan untuk berbagai kondisi.
Yang perlu dijaga dalam proses menjelaskan kepada anak adalah Anda
bersikap jujur, tidak berbohong atau membuat-buat alasan untuk sekedar
menghindar dari pemaksaan Anda. Kejujuran akan membangun
kepercayaan (trust) yang menentukan efektivitas komunikasi Anda
dengan anak-anak, sementara ketidakjujuran adalah pintu untuk
pemaksaan kehendak dan ketidakpercayaannya kepada Anda.
Ide Stimulasi Keterampilan Sosial
Banyak ide-ide kegiatan dalam homeschooling yang bisa menjadi sarana
stimulasi pengembangan keterampilan sosial anak. Berikut ini beberapa
diantaranya:
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
a. Bertanya dan meminta anak memilih
Proses ini dilakukan sejak anak kecil. Biasakan untuk memberikan
pilihan pada anak dan biarkan anak mengambil keputusan untuk
dirinya sendiri.
b. Meminta anak bercerita
Saat anak sudah bisa berbicara, seringlah bertanya kepadanya dengan
pertanyaan terbuka yang membuat anak bercerita. Anda bisa
menanyakan kegiatan yang mereka jalani, hal-hal di sekitar yang
mereka lihat. Mintalah bercerita tentang temannya atau tentang
anggota keluarga lainnya.
c. Mendengarkan dengan seksama dan memberikan feedback
Saat anak bercerita, tunjukkan perhatian Anda dengan sepenuhnya.
Tataplah mata mereka dan dengarkanlah cerita mereka dengan
seksama dan sungguh-sungguh. Berikan komentar dan feedback
bermakna yang menunjukkan perhatian Anda.
d. Menanyakan pendapat anak tentang sebuah hal
Tanyakan pendapat anak tentang hal-hal yang dilihat atau dialaminya,
terutama yang berhubungan dengan orang lain, baik teman maupun
keluarga.
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
e. Menjadi penerima telepon
Berikan kesempatan kepada anak untuk mengangkat telepon rumah.
Jadikan menerima telepon sebagai sarana belajar bagi anak untuk
memberikan salam, bertanya, dan menerima pesan dari penelepon.
f. Menjadi penerima tamu
Jika ada tamu, minta anak untuk membantu dengan membuka pintu.
Jika anak sudah besar, Anda dapat meminta bantuan mereka
membawakan minuman untuk tamu.
g. Membantu pekerjaan rumah tangga
Jelaskan kepada anak bahwa seluruh anggota keluarga adalah satu tim
yang perlu saling menolong. Melakukan pekerjaan rumah tangga
adalah bagian dari pertolongan dan kontribusi yang bisa dilakukan
anak untuk keluarganya.
h. Presentasi
Minta anak untuk melakukan presentasi proyeknya. Saat melakukan
presentasi, berikan feedback kepada anak. Berikan petunjuk kepada
anak bagaimana cara menerima kritik dan masukan. Jika anak
melakukan dengan benar, jangan lupa memberikan apresiasi dan
pujian kepadanya.
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
i. Pergi ke pasar
Ajak anak pergi ke pasar untuk membantu orangtua berbelanja sambil
melihat realitas sosial yang ada di sekitarnya. Jelaskan tentang profesi
pedagang pasar dan perjuangannya dalam bekerja. Proses ini dapat
Anda lakukan pada realitas sosial lain yang ada di sekitar Anda.
j. Pergi ke panti asuhan
Ajak anak-anak untuk berkunjung dan berbagi pada kelompok-
kelompok yang membutuhkan. Selain mengajari anak perhatian dam
kepekaan pada orang yang kurang beruntung, proses ini dapat
membantu anak untuk lebih mensyukuri karunia yang dimilikinya.
k. Mengikuti kegiatan pramuka
Ikutkan anak pada kegiatan pramuka dengan lingkungan sosial atau
kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan bermacam anak dengan latar
belajang yang beragam.
l. Ikut klub olahraga
Ikutkan anak pada klub-klub olahraga dan kompetisi-kompetisi yang
ada di dalamnya untuk membantu anak mengelola gejolak hati dalam
proses berlatih, berinteraksi dalam tim, serta pada saat memenangkan
atau kalah dalam suatu pertandingan.
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
m. Organisasi kepanitiaan
Libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan kepanitian yang Anda ikuti,
misalnya kepanitian yang ada dalam kegiatan keagamaan Anda.
Masih banyak ide-ide kegiatan lain yang bisa Anda lakukan untuk
mengembangkan keterampilan sosial anak. Intinya adalah keaktifan Anda
sebagai orangtua untuk mencari cara memberikan stimulasi pada anak, serta
memaparkan anak pada realitas-realitas dan pengalaman berinteraksi secara
sosial di masyarakat.
Melalui proses yang terpandu, anak akan mengembangkan keterampilan
sosialnya setahap demi setahap. Jangan lupa, proses pengembangan ini
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sampai pada buahnya.
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Penulis
Sumardiono, biasa dipanggil Aar, adalah seorang ayah dari 3 (tiga) anak,
yaitu Yudhistira (2001), Tata (2004), dan Duta (2008). Bersama isterinya, Mira
Julia (Lala), mereka memilih homeschooling untuk pendidikan anak-anaknya.
Aar dan Lala menjalani homeschooling sejak anak-anak mereka lahir hingga saat
ini.
Aar memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknologi dan
manajemen keuangan. Aar menyelesaikan pendidikan di Teknik Informatika ITB
dan Magister Manajemen bidang Keuangan di Lembaga PPM, Jakarta.
Dalam dunia homeschooling, Aar aktif menulis dan mengelola blog
Rumah Inspirasi (www.rumahinspirasi.com). Aar juga telah menulis buku
tentang homeschooling berjudul "Apa itu Homeschooling", “Homeschooling
Lompatan Cara Belajar” dan “Warna-warni Homeschooling”.
Blog: www.RumahInspirasi.com
Facebook: https://www.facebook.com/aar.sumardiono
Twitter: @AarSumardiono
Email: aar@RumahInspirasi.com
top related