biokonversi fix
Post on 09-Feb-2016
195 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BIOKONVERSI DARI INULIN UMBI DAHLIA (Dahlia pinnata Cav.)
MENJADI FRUKTOSA SECARA HIDROLISIS ASAM
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Kapita Selekta Kimia yang diasuh oleh
Dra. Anna Roosdiana, MAppSc
Disusun Oleh:
Devis Resita Dewi (0910920028)
Herinda Sensustania (0910920044)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena oleh rahmat dan
karuniaNyalah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anna Roosdiana selaku dosen pembimbing matakuliah
Kapita Selekta Kimia, yang telah membantu dalam membimbing dan memahami materi ini.
Bahan pemanis umumnya dibuat dari tebu, kelapa, atau aren, padahal bisa juga diperoleh
dari tanaman lain seeperti dari umbi dahlia. Dalam umbi dahlia terkandung polimer pemanis
alami inulin. Inulin adalah suatu zat yang dapat diolah lebih lanjut menjadi gula cair yang disebut
sirup fruktosa sebagai pengganti gula pasir. Makalah ini disusun karena penulis ingin membagi
pengetahuan tentang biokonversi inulin dari umbi dahlia menjadi fruktosa.
Makalah ini tentu tidak lepas dari kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran/kritik terhadap makalah ini. Penulis juga mengharapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat menambah pengetahuan pembaca dan masyarakat.
Malang, 23 September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biokonversi..........................................................................................................................6
2.2 Tanaman Dahlia...................................................................................................................6
2.3 Inulin....................................................................................................................................7
2.4 Inulase..................................................................................................................................9
2.5 D-Fruktosa...........................................................................................................................9
2.6 Hidrolisis Asam.................................................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Produksi Inulin dari Umbi Dahlia......................................................................................11
3.2 Proses Biokonversi dari Inulin Umbi Dahlia Menjadi Sirup Fruktosa secara Hidrolisis
Asam..................................................................................................................................11
3.3 Hasil Inulin Umbi Dahlia...................................................................................................13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………14
4.2 Saran……………………………………………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia banyak menggunakan gula sebagai pemanis,
baik dalam makanan maupun dalam minumannya. Umumnya, gula yang digunakan adalah
sukrosa yang berasal dari gula tebu atau gula aren. Sukrosa merupakan disakarisa yang terdiri
atas 2 molekul glukosa. Tingkat kemanisan glukosa lebih rendah jika dibandingkan dengan
fruktosa. Oleh karena itu, manusia berusaha melakukan konversi glukosa yang tingkat
kemanisannya 100 menjadi fruktosa yang tingkat kemanisannya 170.
Fruktosa ini dapat digunakan sebagai pemanis pengganti glukosa pada penderita
diabetes dan obesitas. Di samping itu, bagi kalangan industri yang menggunakan gula
sebagai bahan baku, produk ini sangat efisien dan memberikan banyak manfaat. Fruktosa
dapat diproduksi secara komersial dari inulin, suatu polisakarida yang ditemukan dalam umbi
dahlia (Dahlia pinnata Cav.), Jerusalem artichoke (He/ianthus tuberosus), dan tanaman
lainnya.
Inulin termasuk salah satu jenis karbohidrat dan tergolong dalam polisakarida dengan
komponen utama monomer berupa fruktosa. Inulin dapat diperoleh dari tanaman yang
termasuk kelompok famili Compositae dan Graminae dengan cara ekstraksi dari umbi atau
akar tanamannya.
Di Indonesia, tanaman dahlia dibudidayakan sebagai penghasil bunga potong,
sedangkan umbinya sampai saat ini belum dimanfaatkan sebagai sumber inulin. Indonesia
sangat potensial sebagai penghasil inulin atau sirup fruktosa karena prospeknya sangat bagus.
Tumbuhan dahlia ini sangat mudah dibudidayakan, karena iklim Indonesia sangat cocok
untuk budidaya tanaman dahlia.
Produksi sirup fruktosa dari inulin umbi dahlia (Dahlia pinnata Cav.) merupakan satu
alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan gula nasional. Jika dibandingkan dengan
gula cair dari pati, maka gula cair dari inulin mempunyai beberapa kelebihan yaitu rendemen
mencapai 90-97 persen (dari pati maksimum 45 persen)dan singkat dalam proses
produksinya karena hanya memerlukan satu tahapan proses (dari pati memerlukan tiga
tahapan proses), dengan demikian dapat menekan biaya proses.
Berdasarkan wacana diatas, maka akan lebih baik jika masyarakat juga dapat
mengetahui lebih dalam mengenai biokonversi inulin umbi dahlia menjadi fruktosa. Oleh
karena itu, pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai biokonversi inulin dari umbi
dahlia menjadi fruktosa.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Bagaimana cara memperoleh inulin dari umbi dahlia ?
2. Bagaimana proses biokonversi dari inulin umbi dahlia menjadi sirup fruktosa secara
hidrolisis asam ?
3. Bagaimana hasil inulin yang didapatkan dari umbi dahlia ?
1.3 Tujuan
Adapaun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Mengetahui proses ekstraksi inulin dari umbi dahlia.
2. Mengetahui proses biokonversi dari inulin umbi dahlia menjadi sirup fruktosa secara
hidrolisis asam.
3. Mengetahui analisis hasil inulin yang didapat dari umbi dahlia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biokonversi
Biotransformasi, atau disebut juga sebagai biokonversi, adalah perubahan senyawa
organik untuk menjadi suatu produk melalui proses biologi atau menggunakan agen biologis,
seperti mikroorganisme atau enzim. Prinsip proses biotransformasi terdiri atas dua macam,
yaitu enzimatik atau menggunakan sel mikrob. Suatu mikrob dapat melakukan reaksi
biokonversi karena mikrob tersebut memiliki enzim yang dapat mengkonversi substratnya
menjadi produk. Umumnya proses ini tidak menghasilkan produk samping yang dapat
membahayakan (Supriasih, 2008).
Menurut Crueger & Crueger (1984), reaksi biokonversi memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan reaksi kimia biasa, yaitu spesifik terhadap substrat, spesifik terhadap
situs tertentu (regioselektif), memiliki kespesifikan stereo dan enansio (stereoselektif dan
enansioselektif), dan reaksi biokonversi tidak membutuhkan kondisi reaksi yang ekstrim.
2.2 Tanaman Dahlia (Dahlia pinnata Cav.)
Gambar 1. Bunga dahlia (Dahlia pinnata Cav.)
Dahlia merupakan tanaman bunga hias berupa tumbuhan tahunan yang tegak.
Tanaman ini berasal dari pegunungan Meksiko. Dahlia termasuk tanaman hias yang
terlambat dibudidayakan. Di Eropa budidaya dimulai tahun 1789, dari Royal Botanical
Garden di Madrid, Spanyol dan menyebar ke seluruh Eropa Barat.Walaupun
perkembangannya sangat lambat, pada tahun 1841 sudah terdapat 1.200 varietas. Dahlia
didatangkan ke Jawa Barat dari negeri Belanda pada masa penjajahan di abad ke 19.
Klasifikasi botani tanaman dahlia adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Compositae
Genus : Dahlia
Spesies : Dahlia spp. L.
Tanaman Dahlia yang dibudidayakan terdiri atas Dahlia pohon yang tingginya bisa
mencapai beberapa meter dan berupa tanaman perdu (tanaman berkayu namun tetap rendah).
Bunga dahlia memiliki warna : putih, kuning, jingga, violet, merah, ungu atau campurannya.
Diameter bunga terkecil sekitar 5 cm sedangkan yang terbesar sekitar 30 cm. Spesies dahlia
yang ada saat ini adalah D. pinnata, D. variabilis, D. coccinea, D. juarezii.
Dahlia adalah tanaman berubi. Ubi dahlia mengandung hampir 70 prosen pati dalam
bentuk inulin. Inulin murni hasil ekstraksi dari ubi dahlia dimanfaatkan di bidang kedokteran.
Jika inulin difermentasi oleh enzim tertentu atau oleh jamur tanah, inulin akan berubah
menjadi fruktosa, suatu gula yang banyak digunakan dalam pengawetan makanan atau
pembuatan sirup. Karena itu, pemanfaatan inulin dari dahlia melalui biokonversi menjadi
gula fruktosa.
2.3 Inulin
Inulin merupakan suatu polisakarida yang terdapat pada berbagai tanaman yang
termasuk famili Compositae dan Graminae. Inulin tersebut ditemukan dalam umbi akar
dahlia, Jerusalem artichoke, chicory, dandelion, burdock, scorzonera dan cardon. Inulin ini
tersedia dalam tanaman tersebut sebagai cadangan karbohidrat.Nama inulin tampaknya
diambil dari nama tanaman genus inula (Alant) dari famili Compositae.
Inulin merupakan polimer dari unit-unit fruktosa (lihat gambar inulin). Inulin bersifat
larut di dalam air, tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan, tetapi difermentasi
mikroflora kolon (usus besar). Oleh karena itu, inulin berfungsi sebagai prebiotik (Widowati,
2006).
Prebiotik adalah komponen pangan yang berfungsi sebagai substrat mikroflora yang
menguntungkan di dalam usus. Komponen pangan yang mempunyai sifat prebiotik antara
lain inulin dan fruktooligosakarida, galaktooligosakarida, dan laktulosa (Widowati, 2006).
Inulin terdapat pada umbi dahlia (Dahlia sp. L), umbi Jerusalem artichoke
(Helianthus tuberosus), chicory (Chicoryum intybus L), dandelion (Taraxacum offcinale
Weber), umbi yacon (Smallanthus sanchifolius), dan dalam jumlah kecil terdapat di dalam
bawang merah, bawang putih, asparagus, pisang, dan gandum (Widowati, 2006).
Beberapa tanaman menyimpan karbohidrat dalam bentuk inulin sebagai alternatif,
atau di samping, dengan pati. Inulin hadir dalam banyak sayuran dan buah-buahan, termasuk
bawang, daun bawang, bawang putih, pisang, asparagus, sawi putih, dan artichoke
Yerusalem. Inulin, disebut juga fruktan, adalah polimer yang terdiri dari unit-unit fruktosa
yang biasanya memiliki glukosa terminal. Oligofruktosa memiliki struktur yang sama seperti
inulin, tetapi rantai terdiri dari 10 atau lebih sedikit unit fruktosa. Oligofruktosa memiliki
sekitar 30 sampai 50 persen dari manisnya gula meja. Inulin kurang larut dari oligofruktosa
dan memiliki tekstur lembut dan mulus. Inulin dan oligofruktose yang nondigestible oleh
enzim usus manusia, tetapi mereka benar-benar difermentasi oleh mikroflora usus. Rantai
pendek asam lemak dan laktat yang dihasilkan oleh fermentasi berkontribusi 1,5 kkal per
gram inulin atau oligofruktosa. Inulin dan oligofruktose digunakan untuk menggantikan
lemak atau gula dan mengurangi kalori makanan seperti es krim, produk susu, dan permen
(Zamora, 2012).
Gambar 2. Stuktur kimia inulin
2.4 Inulase
Inulinase sebenarnya adalah R-fruktosidase dan bekerja memotong satuan fruktosa
dari inulin pada posisi terminal 0-2,1. Enzim inulinase ini dapat digolongkan sebagai 2,l-8-D-
frukto-fruktanohidrolase (EC 3.2.1.7) (Vandamme dan Derycke, 1983).
Inulinase dengan aktivitas D-fruktosidase ditemukan dalam tanaman dan dalam
mikroba (kapang, khamir dan bakteri). Inulinase dapat diisolasi dari umbi tanaman Jerusalem
artichoke dan akar chicory dan dandelion. Inulinase yang berasal dari tanaman tidak
menunjukkan aktivitas degradasi sama sekali. Sebaliknya, beberapa inulinase dari mikroba
mempunyai aktivitas degradasi yang luar biasa. Inulinase dari kapang Steriqmatocytis niyra,
Aspergillus awamori, Penicillium sp., inulinase dari bakteri Lactobacillus plantarum dan dari
khamir Candida kefyr, C. salmanticensis, Kluyveromyces fraqillis, Debaromyces cantarelli
dan D. phaffii, semuanya menunjukkan aktivitas degradasi dan termasuk tipe 8-fruktosidase
(Vandamme dan Derycke, 1983).
Snyder dan Phaff (1962) menyatakan bahwa inulinase adalah enzim ekstraseluler
yang bekerja dengan aksi penyerangan rantai tunggal. Selanjutnya dikatakan juga bahwa
inulinase disebut sebagai grup enzim pemecah akhir, sehingga produk hasil hidrolisis
semuanya berbentuk monosakarida.
Sifat fungsional inulin sebagai serat makanan dapat larut (soluble dietary fiber)
sangat bermanfaat bagi pencernaan dan kesehatan tubuh (Sardesai, dalam Widowati,
2005). Secara fisik, inulin larut dalam air namun tidak dapat dicerna oleh enzim-emzim
dalam sistem pencernaan mamalia sehingga mencapai usus besar tanpa mengalami
perubahan struktur. Meskipun demikian, inulin dapat mengalami fermentasi akibat
aktivitas mikroflora yang terdapat di usus besar, sehingga berimplikasi positif terhadap
kesehatan tubuh (Widowati, 2006).
2.5 D-Fruktosa
Ditinjau dari sudut kimia, fruktosa adalah monosakarida yanq mempunyai sebuah
struktur keto. Kristal fruktosa mempunyai konfiqurasi R-D-fruktopiranosa. Kristal fruktosa
ini bersifat anhidrida, dan ini merupakan satu-satunya bentuk kristal yanq diketahui. Lima
bentuk isomerik fruktosa telah diketahui yang dapat saling beralih bentuk dengan cara mutar
rotasi.
Kerja inulinase terhadap inulin menghasilkan D-fruktosa. Barker (1976) menyatakan
bahwa fruktosa merupakan gula yang mempunyai nilai kemanisan tertinggi dibandingkan
gula-gula komersial lainnya. Bila kristal fruktosa dan sukrosa dibandingkan, maka fruktosa
1,7-2,0 kali lebih manis dibanding sukrosa. Dalam larutan, beberapa faktor mempengaruhi
intensitas kemanisan fruktosa, termasuk didalamnya konsentrasi gula, suhu dan pH.
Kemanisan akan turun bila konsentrasi, suhu dan keasaman meningkat.
Fruktosa merupakan gula yanq sangat higroskopis, karena sangat mudah menyerap
air dari udara. Larutan fruktosa paling stabil pada pH 3,3 dan kestabilan ini tidak tergantung
pada suhu dan konsentrasi. Fruktosa merupakan gula komersial yanq paling reaktif dalam
makanan.
Menurut Doty dan Vanninen (1979), gula fruktosa mempunyai tingkat kemanisan
1.5-2.0 kali tingkat kemanisan sukrosa. Dengan kelebihan ini, maka diharapkan fruktosa
dapat dijadikan sebagai bahan pemasok utama untuk industri di Indonesia.
Selain itu, fruktosa juga tidak menimbulkan rasa pahit seperti halnya pemanis buatan.
Dengan kemanisan yang tinggi ini, maka gula fruktosa akan sangat berguna bagi industri
yang membutuhkan pemanis sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk dengan mutu
baik dan bahan baku yang lebih hemat (Doty dan Vanninen, 1979).
2.6 Hidrolisis Asam
Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah molekul menjadi dua bagian dengan
penambahab molekul air (H2O) dengan tujuan untuk mengkonversi polisakarida menjadi
monomer-monomer sederhana. Umumnya hidrolisis terjadi ketika garam yang berasal dari asam
lemah atau basa lemah terlarut dalam air. Reaksi umumnya : AB + H2O → AH + BOH
Asam, basa maupun enzim dalam reaksi hidrolisis berperan sebagain katalis. Hidrolisis
secara kimiawi biasanya menggunakan asam dengan kelebihan bahan yang murah dan mudah
digunakan. Asam yang sering digunakan antara lain asam sulfat, asam klorida dan asam fosfat.
Hidrolisis asam merupakan proses dilakukan secara acak atau tidak spesifik. Pada
hidrolisis selulosa secara asam untuk menghasilkan gula akibat penguraian glukosa pada suasana
asam. Pada umumnya komponen yang terlarut yang terdapat pada hasil hidrolisis ini adalah asam
polisakarida dan asam-asam organik (Tsao et al., 1978).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Produksi Inulin dari Umbi Dahlia
Metode proses produksi tepung inulin yang dilakukan dengan beberapa modifikasi
terutama pada tahap pemisahan inulin basah dan tahap pemucatan terhadap inulinnya. Umbi
dahlia dibersihkan lalu diiris dan dihancurkan dalam waring blender hingga dihasilkan bubur
yang kemudian dipanaskan pada suhu 80-90ºC selama 30 menit dengan penambahan air , dan
disaring hingg diperoleh slurry (luluhan) I. Kemudian slurry tersebut dilakukan proses
presipitasi sehingga diperoleh inulin basah I.
Pemisahan inulin dari pelarut, menggunakan alat sentrifugasi agar lebih cepat proses
pengendapannya. Pemucatan dilakukan terhadap inulin basah 1 dengan arang aktif sebanyak
1% dan 2% (w/w), kemudian disaring, dipresipitasi kembali sehingga diperoleh inulin basah
II. Inulin ini selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 50-60ºC hingga diperoleh inulin
kering yang mudah ditepungkan. Produk tepung inulin ini kemudian dijadikan sebagai bahan
baku untuk pembuatan sirup fruktosa. Dalam umbi dahlia kering ini mengandung 51.5 – 82%
inulin.
Inulin khususnya FOS meningkatkan kualitas pangan, seperti susu instan, yoghurt, es
krim, dan biskuit bayi. Inulin dan FOS di dalam kolon (usus besar) akan difermentasi
menjadi asam lemak rantai pendek dan mikroflora yang menghasilkan asam laktat.
Asam laktat menghambat pertumbuhan bakteri merugikan, mencegah konstipasi
(sembelit), dan meningkatkan penyerapan kalsium untuk mencegah osteoporosis. Inulin dan
FOS seringkali dijadikan pangan fungsional (prebiotik) dan dapat meningkatkan kekebalan
tubuh. Selama ini, industri pangan, kimia dan farmasi Indonesia masih 100% melakukan
impor inulin dan FOS dari Eropa dan Amerika Serikat.
3.2 Proses Biokonversi dari Inulin Umbi Dahlia Menjadi Sirup Fruktosa Secara Hidrolisis Asam
Untuk memperoleh sirup fruktosa, inulin yang telah diperoleh umbi dahlia dilarutkan
masing-masing dalam asam (HCl, asam oksalat, asam trikloro asetat (TCA), dan asam
trifluoro asetat (TFA)) dengan konsentrasi yang ditetapkan (0,05 N; 0,01 N; dan 0,2 N).
Selanjutnya larutan tersebut dimasak dalam autoklaf pada suhu 121°C dengan waktu yang
telah ditentukan (1,2,3, dan 4 jam). Hasil larutan selanjutnya dinetralkan dengan kalsium
oksida (CaO) 1,5 N, kemudian dipucatkan dengan arang aktif 1,5% (w/w), lalu disaring
sehingga diperoleh filtrat berupa sirup fruktosa. Diagram alir proses hidrolisis inulin menjadi
sirup fruktosa yaitu sebagai berikut :
Gambar : Diagram alir proses pembuatan sirup fruktosa
Sirup fruktosa merupakan alternatif bahan pemanis lain yang kebutuhannya semakin
lama semakin meningkat. Selain dari pati, sirup ini dapat juga diproduksi dari inulin yang
berasal dari umbi dahlia (Dahlia pinnata Cav.) yang relatif mudah dibudidayakan di
Indonesia. Umbi dahlia yang kering mengandung 51,5 sampai 82 persen inulin. Sementara
itu, limbah bunga potong dahlia juga menghasilkan manfaat. Batang, daun, dan bagian
lainnya bisa diolah menjadi bahan bakar alternatif (bioetanol). Gula cair dari inulin ini
Inulin Dahlia
Asam + Air Pelarutan inulin
Pemasakan(T= 121°C selama t= 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam)
Netralisasi
Pemucatan
Filtrasi
Arang aktif
Kotoran
Sirup fruktosa
mempunyai banyak kelebihan dibandingkan gula cair dari pati, diantaranya rendemennya
tinggi (sampai 97 persen) dan prosesnya singkat (hanya 1 tahap).
Secara skematis, reaksi hidrolisis inulin menjadi fruktosa dapat dituliskan :
(C6H10O5)m + m.H20 m.C6H12O6
inulin fruktosa
3.3 Hasil Inulin Umbi Dahlia dan Manfaatnya
Kadar air umbi dahlia segar berkisar antara 79,7-88,45%, berarti bobot bahan kering (dry
matter) 11,55-20,3%. Umbi dahlia segar mengandung inulin 5,94-16,26%, sedangkan inulin
yang terekstrak sekitar 4,37%.
Selain kegunaannya untuk memproduksi fruktosa, beberapa publikasi menyebutkan
keunggulan inulin lainnya terutama untuk kesehatan. Sejumlah riset terkini menyebutkan
bahwa penambahan inulin dahlia pada sejumlah makanan mampu mengendalikan berat
badan serta dapat mengobati hipoglisemik.
Inulin dahlia juga sangat efektif untuk menekan nafsu makan dan mampu mengendalikan
kadar glukosa dalam darah. Bagi olahragawan yang mengandalkan body building, inulin
dahlia dapat mengurangi pemecahan jaringan otot dan dapat meningkatkan massa otot. Inulin
dahlia disebutkan juga dapat memfasilitasi metabolisme gula dalam proses glikolisis. Di
samping itu, inulin dahlia mampu menyediakan energi dalam jangka panjang (hingga
mencapai 10 jam), sehingga hal ini cocok dikonsumsi bagi orang yang berpuasa.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada prinsipnya, semua jenis umbi dahlia mengandung inulin, tetapi kadar dan
sifatnya bervariasi. Inulin dari umbi dahlia diekstraksi menjadi tepung inulin yang
selanjutnya dapat dikonversi sebagai sirup fruktosa. Sirup fruktosa ini merupakan alternatif
bahan pemanis. Selain kegunaannya untuk memproduksi fruktosa, beberapa publikasi
menyebutkan keunggulan inulin lainnya terutama untuk kesehatan. Sejumlah riset terkini
menyebutkan bahwa penambahan inulin dahlia pada sejumlah makanan mampu
mengendalikan berat badan serta dapat mengobati hipoglisemik.
4.2 Saran
Perlunya penelitian lebih lanjut tentang bahan-bahan lain yang dapat digunakan sebagai
bahan alternatif pemanis yang merupakan bahan pokok yang sering digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Crueger, W., A. Crueger, 1984, Biotechnology: A Text Boox of Industrial Microbiology.
Madison: Science Tech
Doty, T. dan Vanninen, 1979, The properties, manufacture and uses as an industrial raw
material.. a dalam G. Birch dan K.J. Parker (eds.), Sugar, Science and Technology.
Appl. Sci. Publ., London
Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS, 2000, Dahlia (Dahlia
spp. L.), http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/dahlia.pdf, diakses tanggal 22
September 2012
Supriasih, D., 2008, Penapisan Mikrob Pendegradasi 2-(3-Benzoilfenil)- Propionitril Dan
Karakterisasi Nitrilase Dari Isolat Terpilih,
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17562/G08dsu.pdf?sequence=2,
diakses tanggal 22 September 2012
Tsao, G.T., M. Ladisch, T.A. Hsu, B. Dale, C. Ladisch dan T. Chou, 1978, Fermentation
Substrates from Cellulosic Materials : Production of Fermentable Sugars from Cellulosic
Materials, Academic Press, New York
Widowati, S., 2006, Dahlia Bunganya Indah, Umbinya Mengandung Inulin, Sinar Tani, Edisi
19-25)
Zamora, A., 2012, Carbohydrates - Chemical Structure,
http://www.scientificpsychic.com/fitness/carbohydrates1.html, diakses tanggal 23
September 2012
top related