bai najasy
Post on 10-Aug-2015
91 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Kelompok 16 (Aula Nurul, Dewi Aqliyah, Syamsul Arifin) – IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mekanisme Pasar
Mekanisme pasar adalah kecenderungan dalam pasar bebas untuk terjadinya perubahan harga
sampai pasar menjadi seimbang (jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta).
Teori ekonomi standar mengatakan bahwa meskipun pengaruh kelembagaan selain free market bisa
saja menghasilkan alokasi yang efisien dan optimal. Dengan kata lain, jika pasar tidak eksis,
alokasi sumber daya tidak akan terjadi secara efisien dan optimal. Dalam beberapa hal, mekanisme
pasar tidak bisa bekerja secara optimal pada beberapa sumber daya alam.
Mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan aturan yang dibuat pemerintah.
Peranan pemerintah menjadi lebih penting karena mekanisme pasar saja tidak bisa menyelesaikan
semua persoalan ekonomi. Untuk menjamin efisiensi, pemerataan dan stabilitas ekonomi, peran
dan fungsi negara mutlak diperlukan dalam perekonomian sebagai pengendali mekanisme pasar.
Walaupun dalam sistem ekonomi pasar, masalah ekonomi utama diserahkan kepada mekanisme
pasar, namun pada beberapa kasus tertentu pemerintah tetap harus campur tangan untuk
menghindari kekacauan dalam bidang ekonomi.
Sebelumnya, terlihat pernyataan ibn Taimiyah :
Naik dan turunnya harga tak selalu berkait dengan kezaliman yang dilakukan seseorang.
Sesekali, alasannya adalah adanya kekurangan dalam produksi atau penurunan impor dari
barang-barang yang diminta. Jadi jika membutuhkan peningkatan jumlah barang, sementara
kemampuannya menurun, harga dengan sendirinya akan naik. Di sisi lain, jika kemampuan
penyediaan barang meningkat dan permintaannya menurun, harga akan turun. Kelangkaan dan
Kelompok 16 (Aula Nurul, Dewi Aqliyah, Syamsul Arifin) – IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
2
kelimpahan tak mesti diakibatkan oleh perbuatan seseorang. Bisa saja berkaitan dengan sebab
yang tak melibatkan ketidakadilan. Atau sesekali bisa juga disebabkan ketidakadilan. Maha besar
Allah yang menciptakan kemauan pada hati manusia.
Pernyataan tersebut adalah gambaran apa yang terjadi di masa itu, dimana kenaikan harga
terjadi akibat ketidakadilan dari para penjual. Yaitu terjadinya manipulasi oleh penjual yang
mendorong terjadinya ketidaksempurnaan pasar. Dengan demikian menurut Ibn Taimiyah, alasan
ekonomis dari naik dan turunnya harga serta peran kekuatan pasar, juga harus dipertimbangkan.
Perubahan supply dalam kekuatan pasar, disamping karena permintaan, digambarkan
sebagai peningkatan atau penurunan ketersediaan barang-barang. Ia juga menyebut dua sumber
supply yaitu produksi local dan impor. Apa yang diungkapkan Ibn taimiyah sebenarnya
menunjukkan apa yang saat ini disebut fungsi penawaran dan permintaan, tanpa menyebut secara
khusus.
Ibn Taimiyah juga menyebutkan, harga bisa naik karena penurunan jumlah barang yang
tersedia, atau peningkatan jumlah penduduk. Penurunan barang sama dengan menurunnya supply,
sedangkan meningkatnya jumlah penduduk akan mengakibatkan naiknya permintaan. Sehingga
naiknya harga karena penurunan supply dan peningkatan jumlah penduduk adalah mekanisme
alamiah karena Allah.
Ibn Taimiyah mencatat beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan juga harga:
- Keinginan penduduk yang berbeda dan berubah-ubah atas jenis barang
- Jumlah para pemintaan
- Tingkat kebutuhan akan barang
- Pihak yang melakukan pertukaran
- Bentuk alat pembayaran yang digunakan dalam jual beli
Kelompok 16 (Aula Nurul, Dewi Aqliyah, Syamsul Arifin) – IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
3
Dalam Pengaturan Harga, terdapat perbedaan akan kenaikan harga karena kekuatan pasar
dan ketidakadilan atau kezaliman seperti penimbunan. Sehingga Ibnu Taimiyah meletakkan dasar
regulasi pada wewenang pemerintah.
2.2 Transaksi Yang dilarang dalam Islam
Sejumlah ulama menyimpulkan satu konsep yang menegaskan pelarangan bagi para pelaku
pasar untuk mempraktikkan sejumlah transaksi seperti transaksi riba, ghahar, maysir, rekayasa
suply demand (Ba‟i Najasy dan ikhtikar). Dalam Makalah ini kami akan membahas tentang Ba‟i
Najasy.
Najsy sendiri secara bahasa berarti mempengaruhi. Sedangkan menurut pengertian
terminologi, najsy berarti jika seseorang meninggikan harga sebuah barang, namun tidak
bermaksud untuk membelinya, melainkan hanya untuk membuat orang lain tertarik dengan barang
tersebut sehingga dia terjebak di dalamnya, atau dia memuji komoditas tersebut dengan kelebihan-
kelebihan yang sebenarnya tidak dimiliki komoditas tersebut dengan tujuan untuk promosi belaka.
Contoh dari jual beli najsy sebagai berikut: seseorang menaikan harga penawaran suatu
barang, padahal ia tidak ingin membeli barang tersebut. Ia melakukan itu hanya karena ingin
menipu dan memperdaya orang lain agar tertarik dengan barang tersebut. Bahkan ia berani
menaikkan lagi harga jualnya, kendati nilai harga tersebut tidak pernah didengar oleh orang yang
melakukan jual beli dengan cara seperti ini.
Jual beli demikian disebut dengan provokasi karena orang yang mempengaruhi
membangkitkan rasa suka kepada barang dan akhirnya terjerembab dalam transaksi dengan
persetujuan penjual. Keduanya sama-sama berdosa. Dan jika hal tersebut terjadi di luar
pengetahuan penjual, maka hanya orang yang mempengaruhinya saja yang berdosa. Dan bisa saja
yang berdosa hanya penjualnya saja seperti ketika dia memberitahu bahwa sebelumnya ada
Kelompok 16 (Aula Nurul, Dewi Aqliyah, Syamsul Arifin) – IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
4
seseorang yang membeli dengan harga yang lebih tinggi dengan tujuan agar orang lain terbujuk
dengan benda tersebut. Ibnu Qutaibah mengatakan bahwa najsy adalah menipu dan memperdaya.
Dan sebenarnya jual beli najsy merupakan jual beli yang bersifat pura-pura, dimana si pembeli
menaikan harga barang, bukan untuk membelinya tetapi hanya untuk menipu pembeli lainnya,
membeli dengan harga tinggi. Banyak hadist yang melarang jual beli dengan system najsy,
diantaranya:
Dari abu hurairah, ia berkata: aku mendengar rasulullah SAW bersabda, “seseorang tidak
boleh menjual barang dagangan yang sedang dijual kepada saudaranya, orang kota tidak boleh
menjualkan barang dagangan orang desa, janganlah kamu melakukan an-najsy, seseorang tidak
boleh menaikkan harga atas barang dagangan yang sedang dijual kepada saudaranya serta
seseorang wanita tidak boleh menuntut perceraian saudarinya agar ia bias menumpahkan
seseuatu yang ada dalam wadah saudarinya (mendapatkan nafaqah dan kebaikan)”.
2.3 Larangan Ba‟i Najasy
Larangan terhadap jual bei ini terdapat juga dalam hadis Nabi dari Ibnu Umar menurut
riwayat muttafaq „alaih:
Rasulullah SAW melarang jual beli secara najsy (jual beli dengan provokasi).
Rasulullah SAW, pada prinsipnya melarang bai‟ an-najsy. An-najsy yang dimaksud dalam
hadis ini adalah bentuk praktek sebagai berikut: seseorang yang telah ditugaskan menawar barang
dengan mendatangi penjual lalu menawar barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi dari
yang biasa. Hal itu dilakukan di hadapan pembeli dengan tujuan memperdaya si pembeli.
Sementara ia sendiri tidak berniat membelinya, namuan tujuannya semata-mata ingin memperdaya
si pembeli dengan penawarannya.
Kelompok 16 (Aula Nurul, Dewi Aqliyah, Syamsul Arifin) – IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
5
Pensyarah Rahimahullah Ta‟ala mengatakan: Ucapan perawi (an-najsy), disebutkan di
dalam Al –Fath: An-Najsy secara etimologi brarati melepaskan binatang buruan dari kandangnya
dengan maksud untuk diburu, sedangkan menurut terminologi syari‟at ialah menambah harga
barang dagangan, dan itu bisa terjadi dengan sepengetahuan si penjual, sehingga keduanya
(sipenawar yang menaikan harga) dan penjual sama-sama menanggung dosa, dan bisa juga
dilakukan tanpa sepengetahuan si penjual, sehingga pelakunya (si penawar) di sebut najisy (pelaku
praktek ini).
Hal-hal penting yang dapat diambil dari hadist diatas diantaranya adalah:
1. Hadist diatas di dalamnya merupakan larangan melakukan penawaran, yaitu dengan
meninggikan penawaran harga barang perniagaan yang diajukan untuk dijual, bukan untuk dibeli,
tetapi untuk menipu para pembeli dengan penawaran harga tersebut atau untuk tujuan keduanya
atau tidak ada keinginan lain kecuali sekedar main-main saja.
2. Larangan di dalam hadist menunjukan hukum haram. Ibnu bathal berkata, “para
ulama sepakat bahwa orang yang melakuan penawaran tersebut telah bermaksiat dengan
pekerjaanya”.
3. Pendapat yang masyhur dari madzhab imam ahmad adalah sahnya akad tersebut.
Akan tetepi apabila si pembeli menipu penjualan melebihi kebiasaan dengan penambahan yang
dilakukan oleh si penawar, maka boleh bagi si pembeli melakukan khiyar (memilih) antara
menerima harga yang telah ditetapkan ketika akad jual beli atau menolak lalu mengembalikan
nilainya.
4. Adapun bila penambahan harganya tidak terlalu parah, maka al-wazir berkata,
“para ulama sepakat bahwap penipuan di dalam barang perniagaan dengan seseuatu yang tidak
terlalu parah, maka tidak mempengaruhi keabsahan jual beli.
Kelompok 16 (Aula Nurul, Dewi Aqliyah, Syamsul Arifin) – IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
6
Asy-Syafi‟I mengatakan, “An-Najsy adalah mendatangi barang dagangan yang sedang
diperdagangkan lalu menawar dengan suatu harga padahal ia tidak bermaksud membelinya, akan
tetepi bermaksud agar para penawar lainnya tertarik lalu menawar dengan harga yang lebih tinggi
ketika mendengar tawarannya.”
Ibnu Bathal mengatakan, “Para ulama telah sepakat bahwa pelaku praktek najsy adalah
orang yang bermaksiat karena perbutannya itu, namun mereka berbeda pendapat mengenai
transaksi jual beli yang dilakukan dengan cara ini. Ibnu Al Mundzir mengutip pendapat dari
segolongan ahli hadist, bahwa jual beli tersebut rusak (tidak sah) jika dilakukan dengan cara
najsy, demikianjuga pendapat golongan Azh-Zhahiri, salah satu riwayat dari Malik dan pendapat
yang masyhur dari mazhab Hanbali bila hal itu dilakukan dengan kesepakatan si penjual.
Sedangkan pendapat yang masyhur dari mazhab Maliki adalah tetapnya hak memilih (antara
melanjutkan jual beli atau membatalkan).
Imam Al-Bukhari menjelaskan, Ibnu Abi Aufa mengatakan, “pelaku najsy (jual beli
dengan provokasi) adalah orang yang memakan riba dan penghianat.” Ia adalah sebuah tindakan
batil yang tidak diperbolehkan.
Al-Hafizh Ibnu Hajar menuturkan: Ibnu Abi Aufa secara umum menyatakan bahwa orang
yang diceritakan telah membeli dengan harga yang lebih tinggi dari yang dia beli berarti dia adalah
orang yang mempengeruhi karena keterlibatannya dengan orang yang meninggikan harga suatu
barang, padahal si pembeli tidak ingin membelinnya dalam tipuan orang lain sehingga keduanya
sama-sama berdosa. Dan dengan penjelasan berarti dia memakan harta riba.
Termasuk dalam kategori ini adalah seseorang yang ketika ditanya harga barang yang ia
beli, ia menjawab dengan harga yang kebih tinggi. Imam al- bukhari mengatakan, “ini adalah
bentuk penipuan dan kebathilan dan hukumnya haram. Imam nawawi juga berkomentar mengenai
jual beli dengan system najsy, “ ini diharamkan menurut ijma’ ulama “. Karena pada dasernya jual
Kelompok 16 (Aula Nurul, Dewi Aqliyah, Syamsul Arifin) – IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
7
beli denan system najsy ini berangakat dari keinginan untuk menaikkan harga. Sebab dalam
prakteknya, pelaku jual beli dengan cara seperti ini menginginkan harga barang daganganya bias
naik.
Lebih lanjut, jumhur ulama menyatakan bahwa menjual dengan mempengaruhi hukumnya
haram karena hal ini jelas dilarang dan juga karena menipu seseorang muslim padahal ini juga
haram .Namun mengenai pelarangan oleh Nabi SAW tentang jual beli dengan sistem najsy ini: para
ulama sepakat tentang larangan hal itu,najsy (seseorang memberikan harga yang lebih tinggi pada
barang dagangan dan dalam dirinya tidak ada maksud untuk membelinya, hanya ingin memberikan
manfaat kepada si penjual agar ada penawaranyang melebihi harga darinya dan merugikan
pembeli.
Mereka berbeda pendapat jika jual beli ini terjadi:
1. Ahlu zhahir mengatakan bahwa jual beli tersebut rusak
2. Malik mengatakan bahwa jual beli itu cacat dan pembeli diberikan hak untuk
memilih, antara mengembalikanya atau mempertahankanya.
3. Abu Hanifah dan Syafi‟I mengatakn jika terjadi maka berdosa dan jual beli tersebut
dibolehkan.
Sebab perbedaan pendapat para ulama adalah: apakah larangan itu mengandung arti rusaknya
seseuatu yang dilarang, jika larangan itu tidak berada pada barang itu sendiri, tetapi diluarnya?
Ulama yang mengaatakan bahwa larangan itu mengandung arti batalnya jual beli, mereka tidak
membolehkan hal itu. Dan ulama yang mengatakan bahwa larangan itu tidak mengandung arti
batal, mereka membolehkannya.
Kelompok 16 (Aula Nurul, Dewi Aqliyah, Syamsul Arifin) – IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
8
Jumhur berpendapat bahwa suatu larangan jika menjelaskan makna pada sesuatu yang
dilarang, maka hal itu mengandung arti rusak. Seperti larangan terhadap riba dan penipuan. Jika
ada perintah dari luar maka hal itu tidak mengandung arti rusak.
Jual beli dengan sistem najsy pada asalnya itu bermaksud menyembunyikan karena
perbuatan orang ini adalah menyembunyikan niatnya. Dari penjelaan tentang jual beli dengan
system najsy, dari segi pelakunya timbul beberapa hukum, diantaranya:
1. Apabila perbuatan ini dilakukan dengan persetujuan penjual dan pelaku najsy ini,
maka hukumnya adalah haram. Perbuatan ini akan menjadikan kedua-duanya berdosa, penjual
dianggap telah menipu pembeli dan dengan itu pembeli berhak menuntut khiyar, namun jika tidak
ada bukti antera penjual dan pelaku najsy untuk merancang perbuatan tersebut maka pembeli tidak
berhak menuntut khiyar.
2. Kalau terjadi tanpa pengetahuan penjual, dosa akan ditanggung oleh orang yang
melakukannya.
3. Kadang-kadang ia dosa akan ditanggung sendiri oleh penjual apabila seseorang
telah mengatakan bahwa ia telah membeli barang tersebut dengan harga yang lebih mahal dan
harga jual hanya untuk memperdaya orang lain.
Secara tuntasnya najasy adalah orang yang bermaksud sengaja menawarkan harga belian
yang tinggi sedangkan dia tidak berniat membelinya, tujuanya supaya orang lain merasakan bahwa
barang tersebut bernilai tinggi dan mereka akan mrmbelinya dengan harga yang lebih tinggi dan
sesungguhnya para ulama juga telah sepakat bahwa jual beli ini tidak sah.
Bai‟ najsy itu terjadi juga dalam contoh rekayasa pasar dalam demand yang terjadi bila
seorang produsen/pembeli menciptakan permintaan palsu, seolah-olah ada banyak parmintaan
terhadap suatu produk sehingga harga jual produk itu akan naik. Hal ini terjadi, misalnya dalam
Kelompok 16 (Aula Nurul, Dewi Aqliyah, Syamsul Arifin) – IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
9
bursa saham, bursa valas, dan lain-lain. Cara yang ditempuh bermacam-macam, mulai dari
menyebarkan isu, melakukan order pembelian, sampai benar-benar melakukan pembelian
pancingan agar tercipta sentiment pasar untuk ramai-ramai membeli saham/mata uang tertentu.
Bila harga sudah naik sampai level yang diinginkan, maka yang bersangkutan akan melakukan aksi
ambil untung dengan melepas kembali saham/mata uang yang sudah dibeli, sehingga ia akan
mendapatkan untung besar. Rekayasa demand ini dalam istilah fiqihnya disebut dengan bai‟
najsy.
Jual beli dengan system najsy itu diharamkan, karena penjual menyuruh orang lain memuji
barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik pula membeli, sang penipu
didalam hatinya memang betul-betul tidak berkeinginan membeli. Sebelumnya orang ini
mengadakan kesepakatan dengan penjual, untuk membeli dengan harga tinggi agar ada pembeli riil
yang sesungguhnya dengan harga yang lebih tinggi dengan untuk menipu.
Contoh bai‟ najsy pada misalnya pada waktu Indonesia di landa krisis moneter pada tahun
1997. Terjadinya isu kelangkaan pangan, karena takut kehabisan persediaan beras, terutama di
kota-kota besar masyarakat ramai-ramai memborong beras. Sehingga permintaan terhadap beras
meningkat. Sehingga harga beras naik, tak lama kemudian beras di gudang bulog meningkat.
Dalam kurva juga dapat dijelaskan dengan :
Kelompok 16 (Aula Nurul, Dewi Aqliyah, Syamsul Arifin) – IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
10
Pada awalnya permintaan terhadap barang X digambarkan dengan kurva D1. Titik
keseimbangan terjadi saat Q sebesar Q1 dan P sebesar P1. Kemudian pelaku Bai‟ Najasy (penjual
barang X) sengaja menciptakan permintaan palsu misalnya :
1. Menyuruh temannya untuk pura-pura ingin membeli barang X dengan harga di atas harga
P1 sehingga orang-orang tertarik untuk membeli barang X tersebut.
2. Menciptakan isu seakan-akan ada kelangkaan barang X sehingga harga akan naik
diatas harga P1.
Akibat permintaan terhadap barang X seakan-akan meningkat, kurva Demand palsu bergeser
peningkatan harga yang tidak alamiah, dari P1 menjadi P2. Akibatnya, pelaku bai‟ najasy dapat
menikmati tambahan profit diatas normal profit dengan cara rekayasa tersebut. Revenue sebelum
najasy dilakukan adalah sebesar P1*Q1. Tambahan revenue ini adalah haram.
top related