bab v analisis dan pembahasan · 2017. 3. 3. · 44" " bab v analisis dan pembahasan...
Post on 12-Dec-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
44
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk, yang
berpendapat bahwa suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan, dengan masing –
masing bagian saling mendukung. Analisis wacana dibagi menjadi 3 struktur atau tingkatan
menurut Van Dijk, pertama adalah struktur makro. Struktur makro adalah makna umum atau
global yang dapat terlihat dengan mengamati topik atau tema sebuah wacana/ berita. Struktur
yang kedua adalah superstruktur. Superstruktur merupakan salah satu struktur wacana yang
berhubungan dengan kerangka suatu teks dengan melihat bagian pendahuluan, isi, penutup,
dan juga kesimpulan untuk mengetahui bagaimana terbentuknya suatu teks. Struktur wacana
yang terakhir adalah struktur mikro, yaitu makna yang dapat diamati dari bagian kecil teks
seperti kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase dan juga gambar.
Meskipun terdiri dari berbagai struktur dan elemen, semua struktur dan elemen
tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung satu sama
lain. Untuk menunjwukkan wacana apa yang ditonjolkan dan wacana yang terpinggirkan,
serta untuk melihat ideologi yang dipakai oleh penulis, serta posisi penulis dalam suatu
teks/berita maka dilakukan dengan cara membedah satu persatu, mulai dari bahasa dan
bentuk teks yang ada dengan menggunakan elemen wacana menurut Teun A. Van Dijk.
Untuk mendapatkan teks yang akan dianalisa, maka penulis mereduksi teks novel
Sepatu Dahlan, sesuai dengan teori kepemimpinan menurut Ordway Tead & Goerge R.
Terry. Teori tersebut menyebutkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Sifat tersebut diantaranya memiliki kesehatan dan kekuatan secara jasmani dan
rohani. Memiliki kestabilan emosi ditunjukkan dengan sabar, dan tidak mudah terpengaruh.
Memiliki pengetahuan tentang relasi insani ditunjukkan dengan dapat menilai kelebihan
ataupun kekurangan bawahan ,agar dapat memberikan tugas sesuai dengan kemampuan.
Memiliki kejujuran baik pada diri sendiri maupun orang lain. Mampu bersikap obyektif
dengan berani mencari bukti nyata dan alasan rasional atas sebuah penolakan. Memiliki
dorongan pribadi berupa keikhlasan saat memberikan pelayanan dan pengabdian. Memiliki
kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Memiliki kemampuan
mengajar, pemimpin adalah seorang guru yang mampu memberikan saran - saran. Dan yang
45
terakhir adalah memiliki ketrampilan social berupa sikap ramah, terbuka, menghargai
pendapat orang lain, sederhana dan apa adanya.
5.1Analisis
Proses analisis novel dilakukan dengan terlebih dahulu melihat sifat kepemimpinan
menurut Ordway Tead & George Terry pada masing - masing bab di novel Sepatu Dahlan.
Tabel 5.1
Tabel Sifat Kepemimpinan dalam Bab
No Bab Sifat Kepemimpinan Ordway & George
1. Tanah Tebu Mahir berkomunikasi
2. Muslihat Gagal -
3. Masa Orientasi -
4. Batik Tegal Arum -
5. Berhenti Merawat Luka -
6. Riwayat Sumur Tua -
7. Senyum Ibu -
8. Lolos Tanpa Mantra -
9. Gitar Kadir -
10. Miskin Harta Kaya Iman -
11. Sepeda Maryati -
12. Suara –Suara Tak
Terkatakan
-
13. Teguran Juragan Buah -
14. Pemberontakkan Para
Domba
-
15. Ojo Kepingin Sugih • Dorongan Pribadi
• Ketrampilan Sosial
16. Kepala Gading -
17 Luka di Mata Zain -
18. “Logika Berdoa” untuk
Aisha
-
46
19. Kupatan -
20. Jangan Terlalu Merasa
Bahagia
-
21. Smash! -
22. Si Kumbang dan Pesta
Opor
-
23. Tragedi Sepatu Bekas -
24. Patriot Sejati • Kemampuan Mengajar
• Pengetahuan tentang Relasi Insani
25. Misteri Purwodadi -
26. Kesaksian Kadir -
27. Perseteruan Murid Zen Stabilitas Emosional
28. Geletar Asing di jalan
Takeran
-
29. Akhirnya Punya Sepatu -
30. Di Bawah Rindang
Trembesi
-
31. Surat Penting -
32. Stasiun Madiun Kejujuran
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat 5 bab yang memiliki sifat
kepemimpinan menurut Ordway Tead & George Terry. Bab tersebut kemudian akan
dilihat secara mendalam dengan analisis wacana kritis.
47
5.1.1 Analisis Teks Novel Sepatu Dahlan- Bab 1 “Tanah Tebu”
Tabel 5.1.1
Hasil Penelitian
Hal Yang
Diamati
Elemen Keterangan
Temati Topik Mahir berkomunikasi (halaman 16)
Skemantik Alur Desember 1962, Dahlan menerima ijazah
Sekolah Rakyat. Setelah menerima ijazah Dahlan
tidak langsung pulang, tinggalah Dahlan seorang
diri di halaman sekolah yang mulai sepi. Dahlan
duduk dipelataran sekolah sambil memandangi
ijazah yang dihiasi dua nilai merah untuk mata
pelajaran Berhitung dan Bahasa Daerah, tiga
angka sembilan untuk mata pelajaran
kegemarannya, yaitu Menulis, Gerak Badan, dan
Menyanyi. Selebihnya nilai delapan dan tujuh
dan enam. Dahlan pun takut untuk pulang ke
rumah karena dua nilai merah di ijazahnya. Ia
pun menuliskan ketakutan itu, di buku hariannya,
“Maaf, Pak, Dahlan sudah mengecewakan Bapak
dengan dua angka merah. Dahlan sudah
berusaha, tapi hasilnya seperti ini, Pak. Dahlan
masih boleh sekolah, kan?”
Latar Kegemaran Dahlan dalam pelajaran Menulis
membuatnya mendapatkan nilai yang baik dalam
ijazah.
Semantik
Detil 1. Dahlan mendapatkan nilai 9 untuk mata
pelajaran Menulis, Gerak Badan, dan
Menyanyi.
2. Dahlan pandai menulis, ditunjukkan
dengan penulis mencantumkan tulisan
Dahlan pada buku hariannya.
Maksud Menunjukkan kepandaian Dahlan dalam bidang
48
Analisis Tabel 5.1.1
1. Analisis Struktur Makro
Struktur makro merupakan makna secara global atau umum dari suatu teks
yang dapat dilihat dengan mengamati topik/tema yang diangkat pada suatu teks.
Topik sendiri merupakan elemen dari tematik. Topik merupakan pokok pembicaraan
dalam sebuah diskusi, ceramah atau karangan, juga kerap disandingkan dengan kata
tema (Sobur, 2006 : 75).
Dilihat dari sudut pandang sebuah tulisan yang telah selesai, tema dapat
diartikan sebagai suatu amanat yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya
(Keraf, 1980: 107), sehingga bila ditarik kesimpulan topik atau pun tema merupakan
sebuah pokok yang terdapat dalam suatu teks, dimana pokok tersebut secara sengaja
ditulis oleh penulis teks tersebut.
Tema/ topik yang menonjolkan sisi kepemimpinan dalam bab 1 “Tanah Tebu”
dalam novel Sepatu Dahlan adalah pemimpin yang mahir berkomunikasi. Dalam
bukunya, Kartono menegaskan sifat kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin, diantaranya terdapat ketrampilan berkomunikasi yang ditunjukan dengan
mahir berkomunikasi baik secara lisan ataupun tulisan. Dalam bab 1, kemahiran
Maksud Menunjukkan kepandaian Dahlan dalam bidang
menulis, hal ini ditunjukkan dengan
mencantumkan petikkan tulisan Dahlan dalam
buku hariannya, selain itu mata pelajaran menulis
mendapatkan nilai tinggi dalam ijazah Sekolah
Rakyat milik Dahlan.
Sintaksis Koherensi
Kondisional
Koherensi yang digunakan adalah koherensi
kondisional dengan kata ‘yang’ untuk
menunjukkan anak kalimat atau sekedar kalimat
penjelas negatif, seperti kutiban berikut ini,
“Aku masih duduk di pelataran sekolah,
memandangi ijazah yang dihiasi dua angka
merah untuk pelajaran Berhitung dan Bahasa
Daerah”
Stilistik Leksikon memandangi ijazah yang dihiasi dua angka
merah
Retoris Metafora ‘yang dihiasi’
49
berkomunikasi Dahlan ditunjukkan dengan nilai yang baik untuk mata pelajaran
menulis, selain itu kemahiran berkomunikasi melalui tulisan ini dipertegas dengan
dicantumkannya petikkan tulisan Dahlan yang ditujukan kepada Bapaknya.
Pengambilan topik menurut Van Dijk merupakan sebuah pandangan penulis
yang sedang meliput sebuah peristiwa dan memandang suatu masalah berdasarkan
suatu mental atas pikiran tertentu. Kognisi atau mental penulis inilah yang kemudian
terlihat sebagai topik yang dimunculkan oleh penulis. Karena topik disini dipahami
sebagai mental atau kognisi wartawan, tidak mengherankan jika semua elemen dalam
berita mengacu dan mendukung topik dalam teks (Eriyanto, 2001:230-231).
Dalam bab ini topik yang dikembangkan oleh penulis adalah kemahiran
berkomunikasi yang dimiliki oleh Dahlan Iskan. Mahir berkomunikasi menjadi salah
satu kecakapan yang diperlukan oleh individu sekarang ini. Ini terjadi seiiring
perkembangan media komunikasi yang semakin beragam. Dahlan Iskan merupakan
salah satu individu yang mengikuti perkembangan dunia komunikasi. Ditunjukkan
dengan memiliki akun di media sosial, seperti twitter.1 Bukan hanya memilki akun,
Dahlan Iskan bahkan aktif menggunakan akun yang memiliki jumlah followers
sebanyak 1.545.789. Dengan followers sebanyak ini, Dahlan Iskan memperlakukan
mereka dengan sangat baik. Terbukti dengan selalu membalas mention dar
followersnya. Selain memiliki akun Twitter, Dahlan Iskan bahkan aktif menulis di
beberapa blog pribadinya, seperti Catatan Harian Dahlan Iskan2, dan blog yang baru –
baru ini dibuatnya berkaitan dengan kasus korupsi yang dituduhkan padanya, Gardu
Dahlan3. Dengan keadaan tersebut, membuat masyarakat berfikir bahwa Dahlan Iskan
memang seseorang yang mahir berkomunikasi adalah sebuah realita.
Dengan tema ini pula, penulis mendapatkan keuntungan. Tema yang
dikembangkan dalam bab ini, merupakan salah satu syarat kepemimpinan menurut
Ordway Tead & George R. Terry. Sehingga secara tidak langsung para pembaca
novel ini diberikan keyakinan bahwa Dahlan Iskan adalah salah satu pemimpin yang
dicari dan dibutuhkan Indonesia.
1 www.twitter.com/iskan_dahlan 2 Catatanhariandahlaniskan.blogspot.com 3 Gardudahlan.com
50
2. Analisis Superstruktur
Analisis pada tingkatan superstruktur dilakukan dengan melihat alur yang
merupakan elemen skemantik. Alur cerita sendiri merupakan suatu rangkaian yang
membentuk cerita dari awal hingga akhir, dengan urutan perkenalan, awal masalah,
menuju klimaks, klimaks, dan penyelesaian (Ahmad, 1996:24). Sedangkan menurut
kamus Bahasa Indonesia alur adalah rangkaian yang direka dan dijalin dengan
seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui kerumitan kea rah klimaks dan
penyelesaian.
Dalam topik kepemimpinan- mahir berkomunikasi pada bab 1 novel Sepatu
Dahlan, alur cerita dimulai dari lulusnya Dahlan dari Sekolah Rakyat tempatnya
menimba ilmu. Dahlan pergi sendiri untuk mengambil ijazahnya tersebut.
Permasalahan mulai muncul saat Dahlan tidak langsung pulang ke rumah namun
memilih duduk di plataran sekolah, dengan memandangi nilai- nilai yang tertera di
ijazahnya. Dahlan takut menyerahkan ijazahnya kepada kedua orang tuanya karena
terdapat 2 nilai merah untuk mata pelajaran berhitung dan bahasa daerah. Merasa
takut dimarahi oleh orang tuanya, Dahlan menuliskan isi hatinya pada buku catatan
harian miliknya.
Petikkan catatan harian Dahlan menunjukkan penulis ingin menonjolkan
bahwa gemeran Dahlan adalah menulis, ditambah lagi cerita bahwa nilai tertinggi
dalam ijazah Sekolah Rakyat Dahlan adalah mata pelajaran menulis.
3. Analisis Struktur Mikro
Latar merupakan elemen yang berguna karena peneliti dapat mengerti apa
yang hendak disampaikan oleh penulis/ wartawan (Eriyanto, 2001:235). Latar yang
digunakan dalam bab 1 novel Sepatu Dahlan adalah kegamaran Dahlan dalam
pelajaran menulis membuatnya mendapatkan nilai baik di ijazahnya. Kegemarannya
juga ditunjukkan dengan sering menulis di dalam buku harian.
Detil cerita yang digunakan adalah Dahlan gemar menulis. Ditunjukkan
dengan nilai 9 untuk mata pelajaran menulis terlebih lagi, penulis memberikan detil
cerita mengenai gemaran Dahlan menulis dalam buku hariannya dengan
menyantumkan kutiban curahan hatinya. Pemberitaan dengan detil besar, akan
mengembangkan bagaimana wacana dikembangan oleh media, tentunya
menguntungkan pihak komunikator (Eriyanto, 2001: 238). Oleh karena itu, informasi
51
berkaitan dengan kegemaran Dahlan menulis dan ditambah dengan petikkan
tulisannya dalam buku hariannya mendukung wacana dalam teks tersebut.
Maksud merupakan penguraian secara eksplisit dan jelas, tujuan utamanya
adalah public disajikan informasi yang mendukung komunikator (Eriyanto,
2001:247). Dalam teks novel tersebut diceritakan kepandaian Dahlan dalam mata
pelajaran menulis. Ditunjukkan dengan nilai 9 dalam ijazahnya dan juga petikkan
tulisan Dahlan dalam buku catatannya, semakin menguatkan bahwa Dahlan memang
pandai dan gemar menulis. Kepandaian dan kegemaran Dahlan menulis dapat
dipandang sebagai salah satu sifat seorang pemimpin, dimana seorang pemimpin
harus memiliki ketrampilan berkomunikasi baik itu lisan maupun tertulis.
Koherensi kondisional dapat menjadi penjelas mengenai bagaimana maksud
tersembunyi diekspresikan dalam kalimat (Eriyanto, 2001: 245). Dalam teks berikut
ini koherensi kondisional ditunjukkan dalam kalimat “Aku masih duduk di pelataran
sekolah, memandangi ijazah yang dihiasi dua angka merah untuk pelajaran Berhitung
dan Bahasa Daerah”. Kata ‘yang’ atau disebut sebagai kata hubung memberikan
penjelasan bahwa terdapat dua kalimat, dimana kalimat kedua berfungsi sebagai
penjelas. Dalam kalimat ini, kata ‘yang’ diikuti dengan kalimat ‘dihiasi dua angka
merah’ menunjukkan penjelasan negatif pada kalimat tersebut.
5.1.2 Analisis Teks Novel Sepatu Dahlan Bab 15- “Ojo Kepingin Sugih”
Tabel 5.1.2
Hasil Penelitian
Hal Yang
Diamati
Elemen Keterangan
Tematik Topik Kepemimpinan versi Tsanawiyah Takeran yang rendah
hati, pasrah diri. (halaman 158)
Skemantik Alur Persahabatan Dahlan dan teman-teman Tsanawiyah
terjalin begitu akrab, tak terasa sudah 1 tahun lamanya.
Masuk ke tahun ajaran baru, diadakan
pemilihan/pergantian pengurus ikatan santri. Pemilihan
52
diawali dengan mendengarkan sambutan dan tata cara
pemilihan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham. Setelah
mendengarkan arahan dari Kiai dan Ustad, maka
diadakan pemilihan dan hasilnya Arif dan Dahlan
terpilih sebagai pengurus ikatan santri yang baru. Bapak
memberikan selamat dan juga wejangan kepada Dahlan.
Setelah terpilih, diadakan pengukuhan dan pelantikan
pengurus yang disaksikan orang tua murid dan santri-
santri yang lain. Kebahagiaan Dahlan dicurahkan dalam
buku hariannya.
Semantik Latar Tahun ajaran baru di awali dengan pemilihan pengurus
ikatan santri yang baru, dan kelas II A yang juga kelas
Dahlan dijagokan karena berbagai prestasi yang diraih
kelas IIA.
Detil • Wejangan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham mengenai
kriteria pemimpin yang akan dipilih, hendaknya yang
memiliki sifat tawaduk dan tawakal. Serta rasa ikhlas
sebagai kunci seorang pemimpin.
• Proses pemilihan pengurus ikatan santri, Dahlan
sempat dijagokan menjadi salah satu pengurus.
Maksud Memberikan kriteria pemimpin yang baik, yang
memiliki keikhlasan, tawakal, dan tawaduk. Sifat itu ada
dalam diri Dahlan.
Sintaksis Koherensi
Kata Hubung
Konjungsi
“dan”
“Anak-anakku sekalian, setiap tahun selalu ada
pergantian pengurus Ikatan Santri. Hal ini kita lakukan
sebagai cara untuk membiasakan kalian berorganisasi
dan bekerja sama. Sebab, Ikatan Santri ini adalah
penggerak kegiatan santri di pesantren yang kita cintai
ini, kalian harus memilih santri-santri yang benar-benar
layak menerima amanat, bertanggungjawab, dan mampu
menjadi pemimpin. Hindari kebiasaan asal pilih.”
Stilistik Leksikon menjadi pelayan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Retoris Metafora • “Tawaduk dan tawakal”
53
Analisis Tabel 5.1.2
1. Analisis Struktur Makro
Hal yang diamati dalam struktur makro adalah elemen tematik berupa topik
besar yang berkembang dalam sebuah teks. Topik menggambarkan apa yang ingin
diungkapkan oleh penulis dan topik tersebut menunjukkan konsep yang dominan
dalam sebuah teks.
Pada bagian ke 15 dari novel Sepatu Dahlan ini, topik yang dikembangkan
oleh penulis adalah kepemimpinan versi Tsanawiyah Tekeran. Terlihat dari subtopik
yang ditunjukkan oleh penulis. Subtopik yang dimaksud adalah pemilihan pengurus
ikatan santri, dan wejangan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham. Kedua subtopik tersebut
memiliki garis merah yang sama yaitu kepemimpinan. Pemilihan pengurus ikatan
santri berkaitan erat dengan jiwa kepemimpinan seseorang, hal ini terlihat dari
kemauan untuk melayani sesama santri. Wejangan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham
berisi sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin menurut ajaran Tsanawiyah
Takeran.
Pemilihan topik berdasarkan mental penulis, sehingga topik pemimpin versi
Tsanawiyah Takeran yang rendah hati dan pasrah diri merupakan kognisi penulis. Hal
ini diperkuat dengan elemen – elemen wacana yang mendukung topik tersebut.
Sehingga penulisan bab ini, didasari oleh pemahaman penulis novel tentang
pemimpin yang rendah hati dan pasrah diri.
Kerendah hatian dan pasrah diri seorang Dahlan Iskan bukan hanya
ditunjukkan dalam novel tersebut. Namun juga ditunjukkan dengan sikapnya saat
menghadapi masalah dalam hidupnya. Seperti saat sukses membawa BUMN
berkembang dan mampu bersaing di pasar internasional, yang ditunjukkan dengan
suksesnya Pertamina masuk Fortune 500, PT Garuda Indonesia menjadi maskapai
kelas ekonomi terbaik di dunia, dan PT Semen Indonesia menjadi pabrik semen
terbesar di ASEAN. Dengan hasil kinerja tersebut, Dahlan Iskan tidak pernah
menyombongkan diri dengan menunjukkan kesuksesannya di depan masyarakat. Hal
ini membuat pemilihan topik pemimpin yang rendah hati bukan hanya keisengan
semata, namun didasarkan pada suatu realita.
• “Ojo kepingin sugih, lan ojo wedi mlarat”
• “Sumber bening ora bakal golek timbo”
54
Selain rendah hati, Dahlan Iskan juga menunjukkan sikap pasrah diri saat
menghadapi kasus yang sedang dituduhkan padanya. Pada kasus korupsi gardu induk
yang dituduhkan, Dahlan Iskan tidak berusaha untuk datang ke media untuk melawan
dan menunjukkan kebenaran menurut versinya. Dahlan Iskan memilih untuk diam,
dan hanya bereaksi melalui tulisan di situs miliknya, yang dinamai Gardu Dahlan.
Dalam situs tersebut Dahlan Iskan menuliskan bahwa Ia sebenarnya ingin pasrah
kepada jaksa, dan tidak melawan4. Hal ini didasari oleh pemikirannya bahwa
kebenaran yang sesungguhnya akan terkuak dengan sendirinya. Kepasrahan diri yang
dimiliki Dahlan Iskan ini, juga merupakan realita yang terjadi.
Realita yang terjadi, bahwa Dahlan Iskan merupakan orang yang rendah hati
dan pasrah diri. Kedua sifat itu merupakan salah satu dari sifat kepemimpinan
menurut Orway Tead & George R. Teddy. Sehingga penulis menggiring pembaca
untuk berpikiran bahwa Dahlan Iskan memiliki sifat pemimpin. Ini merupakan sebuah
keuntungan bagi penulis dan juga bagi Dahlan Iskan.
2. Superstruktur
Hal yang diamati dari superstruktur adalah skemantik pada teks, atau
bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam sebuah teks. Untuk melihat
skema dan urutan tersebut dapat mengamati alur dari sebuah teks (Eriyanto,
2005:231). Dengan mengamati alur pada sebuah teks, dapat terlihat bagaimana teks
tersebut dibentuk sehingga membentuk sebuah arti.
Seperti pada bab 15 novel Sepatu Dahlan, alur cerita pada novel tersebut
dimulai dari cerita persahabatan Dahlan dan teman-teman sekelasnya di Tsanawiyah
yang telah berjalan selama 1 tahun lamanya. Pengambilan alur dengan menceritakan
lama persahabatan Dahlan dan teman temannya dikarenakan penulis ingin
menunjukkan Dahlan dan teman-temannya telah memasuki tahun ajaran baru.
Dilanjutkan dengan tradisi di setiap ajaran baru, yaitu pemilihan pengurus ikatan
santri, yang dimulai dengan sambutan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham. Alur yang
kedua ini ingin menunjukan kepemimanan versi Tsanawiyah Tekeran, hal ini terlihat
jelas melalui wejangan dari Kiai Irsyad dan Ustad Ilham. Alur yang ketiga adalah
terpilihan Dahlan dan Arif menjadi pengurus ikatan santri. Bila dilihat dari alur
pertama hingga ketiga penulis ingin menyampaikan bahwa Dahlan telah naik kelas
4 Gardudahlan.com/pakai-‐dan-‐tidak/
55
dan memasuki tahun ajaran baru, dan berhasil menjadi pengurus ikatan santri yang
berarti Dahlan memiliki sikap seorang pemimpin versi Tsanawiyah Takeran.
3. Struktur Mikro
Latar dalam teks digunakan sebagai alat untuk membongkar maksud yang
ingin disampaikan seorang komunikator, juga dapat berfungsi sebagai cerminan
ideologis dari pembuat pesan (Eriyanto, 2001: 235). Dalam bab “Ojo Kepingin
Sugih” latar yang digunakan adalah persahabatan Dahlan dan teman-teman
sekelasnya yang sudah berjalan kurang lebih dua tahun. Artinya Dahlan dan teman –
temannya telah melewati kenaikan kelas, dan memulai tahun ajaran baru, dimana
pada umumnya setiap tahun ajaran baru akan diadakan pemilihan pengurus santri
yang baru. Pada bab “Ojo Kepingin Sugih” dituliskan bahwa kelas IIA yang juga
kelas Dahlan dijagokan menjadi pengurus ikatan santri, dan Dahlan menjadi
perwakilan kelas tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pesan yang sesungguhnya yang
ingin disampaikan oleh penulis adalah Dahlan termasuk dalam deretan santri yang
dijagokan menjadi pengurus. Dijagokan menjadi pengurus ikatan santri berarti Dahlan
telah memiliki kriteria sebagai seorang pemimpin.
Detil yang digunakan dalam bab ini adalah wejangan dari Kiai Irsjad dan
Ustad Ilham. Wejangan tersebut berisi syarat yang harus dipenuhi oleh santri yang
akan terpilih menjadi pengurus ikatan santri tersebut. Syarat yang ada adalah santri
tersebut harus rendah hati, dan tawakal. Detil yang diberikan oleh penulis juga
ditemukan pada pemilihan pengurus ikatan santri. Proses pemilihan hingga terpilihnya
pengurus diceritakan secara mendalam oleh penulis. Dan hasilnya adalah Dahlan
terpilih sebagai pengurus ikatan santri.
Detil yang besar, akan mengembangkan bagaimana wacana dikembangkan
oleh media, tentunya yang menguntungkan pihak komunikator (Eriyanto, 2001: 238).
Berdasarkan kutipan diatas, detil yang besar dalam bab ini adalah wejangan dan
pemilihan pengurus ikatan santri yang berujung pada terpilihan Dahlan sebagai
pengurus, mengembangkan wacana bahwa Dahlan adalah pemimpin yang baik,
karena memiliki syarat sebagai pengurus ikatan santri seperti yang disampaikan oleh
Kiai Irsjad dan Ustad Ilham.
Maksud merupakan penguraian secara ekplisit dan jelas. Tujuan utamanya
adalah publik disajikan informasi yang menguntungkan komunikator (Eriyanto, 2001:
240). Maksud yang digunakan dalam bab ini lebih cenderung kepada pesan eksplisit.
56
Seperti wejangan dari Kiai Irsjad tentang syarat menjadi pengurus dan juga
terpilihnya Dahlan sebagai pengurus ikatan santri yang diuraikan secara gamblang
dan jelas. Hal ini menerangkan bahwa menguntungkan komunikator, karena pesan
yang ingin disampaikan dapat diterangkan secara gamblang dan jelas. Sehingga para
pembaca dapat menangkap pesan bahwa Dahlan yang terpilih sebagai pengurus ikatan
santri telah sesuai dengan syarat.
Leksikon dapat menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap suatu
realitas. Pilihan kata yang dipakai sebenarnya menunjukkan sikap dan ideologi
tertentu (Eriyanto, 2001: 255). Leksikon yang digunakan dalam bab ini adalah
“menjadi pelayan”. Dalam teks ini, penulis tidak menggunakan kata “pembantu” atau
“pesuruh”. Hal ini dikarenakan makna yang ingin disampaikan bukanlah menjadi
seorang pembantu atau pesuruh, melainkan menjadi seorang pelayan yang siap
melayani, bukan hanya seorang yang membantu atau orang yang disuruh.
Metafora yang dipakai oleh penulis cukup banyak. Terdapat kata “tawaduk
dan tawakal” yang berarti rendah hati dan pasrah diri. Pemakaian metafora bisa
menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks (Eriyanto, 2001: 259).
Metafora dalam kamus bahasa Indonesia adalah pemakaian kata atau kelompok kata
bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan
persamaan atau perbandingan Dalam wejangan dari Kiai Irsjad diungkapkan bahwa
syarat menjadi pemimpin adalah tawaduk dan tawakal, sehingga yang dimaksudkan
adalah pemimpin haruslah rendah diri dan pasrah diri. Metafora lain yang digunakan
adalah “Sumber bening ora bakal golek timbo”. Berasal dari pepatah Jawa yang
artinya sumur yang bening tidak akan mencari timba. Makna sesungguhnya dari
pepatah tersebut adalah hidup harus digunakan dengan baik, bukan untuk disiasiakan
dengan mencari – cari, karena apabila kita ditakdirkan mendapatkan maka kita
mendapatkan.
5.1.3 Analisis Teks Novel Sepatu Dahlan Bab 24 “Patriot Sejati”
57
Tabel 5.1.3
Hasil Penelitian
Analisis Tabel 5.1.3
1. Struktur Makro
Topik merupakan konsep dominan dalam suatu teks (Eriyanto, 2001: 229)
maka pemilihan topik dapat menentukan konsep dominan apa yang ingin disampaikan
oleh penulis. Pada bab Patriot Sejati, topik yang dipakai adalah perjuangan tim voli
Tsanawiyah Takeran dalam pertandingan voli antar kecamatan. Perjuangan tersebut
ditunjukan Dahlan sebagai kapten tim voli yang secara kebetulan tidak bisa mengikuti
pertandingan karena terhambat peraturan tentang sepatu. Kemudian Dahlan harus
Hal Yang
Diamati
Elemen Keterangan
Tematik Topik Perjuangan dalam pertandingan. (halaman 266)
Skemantik Alur Pertandingan final bola voli antara Tsanawiyah Takeran
melawan SMP Magetan diselimuti dengan peraturan
yang janggal, dengan adanya syarat pemain harus
memakai sepatu saat perlombaan. Peraturan baru ini
membuat Dahlan tidak bisa mengikuti pertandingan, dan
hanya bisa memberikan arahan sebagai ketua tim voli.
Dahlan memberi arahan kepada anggota tim untuk
bermain sesuai dengan kelebihan dan kekurangan
masing – masing.
Semantik Latar Dahlan hanya bisa memberikan masukan sesuai
kelebihan dan kekurangan anggota tim lainnya.
Detil Masukan bagi masing – masing anggota tim, yaitu Arif,
Imran, Dirham, Suprapto.
Maksud Bentuk pengenalan anak buah dengan baik.
Sintaksis Kata Ganti Kita, dan kalian.
Terdapat pada kalimat “Ingat, ini tim kita, bukan kalian.”
Stilistik Leksikon Daya dan lalai
Retoris Metafora Penipu ulung
58
tetap memimpin timnya, walaupun hanya dengan memberikan strategi melalui pesan.
Dalam pesannya, Dahlan memberikan semangat dan juga memberi arahan kepada
anggota tim yang lain untuk bermain sesuai dengan kelebihan dan saling menutupi
kekurangan mereka masing – masing.
Topik yang dipilih menunjukkan mental penulis novel tersebut. Mental penulis
tersebut, berupa kepercayaannya bahwa Dahlan Iskan merupakan orang yang
mengenal anak buahnya dengan baik. Hal ini didasari oleh penelitian yang
sebelumnya dilakukan oleh penulis dalam penulisan novel ini. Sehingga pengenalan
yang baik terhadap rekan satu tim merupakan realita yang terjadi di masyarakat. Hal
ini ditunjukkan pula dengan rasa penyesalan Dahlan sebagai mantan pimpinan BUMN
melihat anak buah yang sebelumnya digadang – gadang sebagai putra petir, yang akan
membawa Indonesia sejajar dengan negara lain kini terjerat kasus korupsi seperti
yang dikatakannya dalam Gardu Dahlan yang bertajuk Gardu KPA & P2K5. Hal ini
semakin menambah realitas yang terjadi, bahwa Dahlan Iskan memang mengenal
anak buah dengan baik. Karena hal ini berdasarkan realitas, maka masyarakat akan
lebih mudah percaya akan masalah tersebut.
Topik ini juga mendatangkan keuntungan yang sama bagi penulis dan Dahlan
Iskan. Keuntungan ini didapatkan dari topic yang diambil merupakan syarat bagi
pemimpin yang baik. Dengan kata lain, penulis novel ingin menyampaikan bahwa
Dahlan Iskan memenuhi syarat menjadi seorang pemimpin.
2. Superstruktur
Untuk menganalisa struktur wacana, terlebih superstruktur, dapat dilihat
melalui alur yang dipakai oleh penulis. Aluvr merupakan bagian bagian dari teks yang
disusun secara rapi agar menjadi kesatuan arti (Eriyanto, 2001: 232). Pada bab ini,
alur dimulai dari bagian final pertandingan bola voli antara Tsanawiyah Takeran dan
SMP Magetan. Lalu alur menuju ke bagian kedua, yakni diterbitkannya aturan baru
oleg panitia lomba yang mengharuskan pemain menggunakan sepatu. Peraturan ini
membuat Tsanawiyah Takeran merasa dirugikan, dan akibatnya beberapa pemain
tidak bisa melanjutkan pertandingan. Dahlan pun tidak bisa mengikuti perlombaan,
dan hanya bisa memberikan saran dan petunjuk sebagai ketua tim bola voli kepada
anggota tim bola voli yang lain.
5 Gardudahlan.com/KPA-‐&-‐P2K/
59
3. Struktur Mikro
Latar yang digunakan dalam bab ini adalah tidak ikut sertanya Dahlan dalam
pertandingan bola voli. Latar belakang atas sebuah peristiwa yang menentukan ke
arah mana pandangan khalayak hendak dibawa (Eriyanto, 2001 : 235). Untuk itu tidak
ikut sertanya Dahlan dalam pertandingan bola voli membuat Dahlan hanya bisa
memberikan saran dan strategi bagi anggota tim lain. Saran yang diberikan Dahlan
diambil dari kelebihan dan kekurangan anggota tim tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa Dahlan mengenal anggota tim bola voli dengan baik, sehingga Ia tau apa yang
harus disarankan kepada mereka masing – masing. Pengenalan akan anggota tim
merupakan salah satu karakteristik kepemimpinan. Ordway Tead dan George R. Terry
dalam Kartono (1995 : 37) mengatakan bahwa pemimpin yang baik memiliki sifat,
watak dan perilaku bawahan agar bisa menilai kelebihan / kelemahan bawahan sesuai
dengan tugas yang diberikan.
Detil pada teks adalah bagian yang akan diungkapkan panjang lebar dan
cenderung menguntungkan bagi penulis. Dalam bab ini, detil diberikan kepada saran
dan arahan Dahlan kepada anggota tim yang lain. Seperti saran yang diberikan kepada
Arif agar berjuang sekuat tenaga dan membuktikan bahwa Tsanawiyah takeran tidak
bisa dikalahkan oleh peraturan. Saran lain yang juga diberikan Dahlan untuk Dirham,
agar Ia tidak lalai karena godaan perempuan. Dalam saran – saran yang diberikan,
Dahlan menjadi pribadi yang tegas dan berani untuk mengungkapkan kekurangan
anggota tim yang lain. Menunjukan bahwa Dahlan adalah pribadi yang tegas dan
tidak pandang bulu dalam bersikap. Detil ini dapat memberikan citra yang baik
kepada diri Dahlan, selain karena Ia mengenal anggota tim dengan baik, tetapi juga
berani dan tegas dalam bersikap.
Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan
diuraikan secara eksplisit dan jelas (Eriyanto, 2001: 240). Dalam bab ini, maksud juga
ditunjukkan secara eksplisit dan jelas. Terlihat dalam saran yang diberikan oleh
Dahlan kepada anggota tim, ditulis secara jelas dan gamblang. Hal ini seakan
memberikan penekanan pada informasi bahwa Dahlan benar – benar memahami
anggota tim sehingga bisa memberikan saran dan strategi kepada anggota tim yang
lain.
Dalam bab ini, terdapat kata ganti yang digunakan. Pada kalimat “Ingat, ini
tim kita, bukan tim kalian.”. Kata ganti kita merujuk pada semua anggota tim bola
60
voli Tsanawiyah takeran. Sedangkan kata ganti kalian, seakan tidak mengikut
sertakan diri dalam tim bola voli. Hal ini ditegaskan Dahlan kepada anggota tim, agar
bersatu dan tidak seenaknya sendiri dalam bertindak.
Dari stilistik dapat dilihat pada leksikon atau pilihan kata yang dipakai oleh
penulis. Dalam bab ini, terdapat 2 kata yang dipilih penulis yaitu kata daya dan lalai.
Kata daya dipilih penulis dalam kalimat “….agar mereka bisa tampil sepenuh daya di
pertandingan puncak.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata daya berarti
kemampuan untuk bertindak. Sehingga yang dimaksudkan olej penulis adalah agar
anggota tim voli Tsanawiyah Takeran memampukan diri untuk bertindak di
pertandingan puncak. Kata kedua adalah lalai, yang digunakan pada kalimat, “Kamu
sering lalai karena godaan…”. Kata lalai memiliki arti tidak ingat karena asik akan
sesuatu, sehingga penulis menggunakan kata lalai seakan ingin menegaskan bahwa
Imran tidak ingat diri karena asik dengan godaan dari luar tim.
Metafora yang dipakai oleh penulis berupa kata penipu ulung. Kata tersebut
merupakan sebuah ungkapan yang berarti seseorang yang pandai penipu. Kalimat ini
digunakan sebagai penegas kemampuan anggota tim voli Tsanawiyah Takeran yang
dapat digunakan sebagai senjata untuk menghadapi lawannya, yaitu SMP Magetan.
5.1.4 Analisis Teks Novel Sepatu Dahlan Bab 27 “Perseteruan Murid Zen”
Tabel 5.1.4
Hasil Penelitian
Hal Yang
Diamati
Elemen Keterangan
Tematik Topik Memperbaiki persahabatan (halaman 302)
Skemantik Alur Kejujuran Kadir tentang jati diri orang tuanya, membuat
persahabatan Kadir, Dahlan dan teman – teman yang lain
tidak baik. Terlebih dengan Imran yang merasa masih
menyimpan dendam terhadap perbuatan ayah Kadir. Hali
ini membuat Dahlan mencari cara agar persabatan
mereka kembali akur. Dahlan meminta bantuan kepada
ayahya untuk menyatukan kembali persahabatan mereka.
61
Analisis Tabel 5.1.4
1. Struktur Makro
Topik dalam teks dapat menggambarkan gagasan apa yang sedang
dikemukakan oleh penulis. Dalam bab ini, penulis menggambarkan mengenai
persahabatan Dahlan dan teman – temannya sedang dalam masalah. Sehingga
membuat Dahlan tidak tenang dan mencari cara untuk mendamaikan mereka. Dalam
pengambilan topik menurut gagasan Van Dijk, penulis memandang suatu masalah
didasarkan pada suatu mental atau pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara
jelas dapat dilihat dari topik yang dimunculkan dalam suatu teks. Penulis
memunculkan Dahlan yang ingin merukunkan teman – temannya dengan meminta
bantuan sang ayah. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa penulis ingin menonjolkan
gagasan mengenai sikap Dahlan yang dapat menahan emosi agar tidak masuk dalam
pertengkaran, dan justru mencoba menciptakan kerukunan dan kedamaian dalam
persahabatannya.
Kognisi penulis dalam bab ini ditunjukkan dengan pemilihan topik. Dalam
pengambilan topik menurut gagasan Van Dijk, pandangan seorang penulis yang
sedang meliput suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada suatu
mental atau pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapat dilihat dari
topik yang dimunculkan dalam teks. Sehingga tidak heran apa bila elemen – elemen
mengacu dan mendukung topik.
Semantik Latar Keinginan pribadi Dahlan untuk mendamaikan teman –
temannya yang sedang berselisih paham.
Detil • Keadaan persahabatan mereka yang sudah
renggang.
• Keprihatinan Dahlan akan keadaan persahabatan
mereka
Maksud Dahlan menjunjung tinggi perdamaian dan kerukunan
dalam persahabatan.
Sintaksis Kata Ganti Kita
Stilistik Leksikon Tergelincir
Retoris Metafora Telur diujung tanduk
62
Gambaran bangunan wacana yang berkembang di masyarakat sedikit berbeda
dengan apa yang tertera di dalam novel. Di dalam novel diceritakan bahwa Dahlan
Iskan merupakan seseorang yang membawa kerukunan dan kedamaian. Namun, di
beberapa kehadirnya di media, Dahlan Iskan sering sekali membuat kehebohan.
Ditunjukkan dengan tragedi kecelakaan bersama mobil pintarnya. Atau gebrakannya
yang menjual tiket tol (GTO) di pintu masuk tol. Kedua hal tersebut sedikit membuat
masyarakat merasa tidak nyaman dan cenderung berpikir bahwa tindakan Dahlan
Iskan terkesan dilebih - lebihkan. Respon yang terjadi membuktikan bahwa bangunan
wacana yang terjadi di masyarakat tidak sama dengan wacana apa yang dibangun
melalui buku novel Sepatu Dahlan. Sehingga pada akhirnya, masyarakat pun tidak
menganggap Dahlan Iskan sebagai pembawa kerukunan dan kedamaian. Dan wacana
bahwa Dahlan Iskan adalah orang yang rukun dan damai yang coba dibangun,
menjadi wacana yang tidak tersampaikan.
2. Superstruktur
Alur dalam bab ini, berfungsi sebagai cara menggambarkan sebuah teks secara
umum, namun terbagi dalam bagian bagian tersendiri. Alur dimulai dari pertengkaran
yang terjadi antara teman – teman Dahlan akibat pengakuan tentang masa lalu orang
tua Kadir. Pengakuan Kadir membuat Imran merasa terpukul, sejak saat itu Kadir dan
Imran tidak saling tegur sapa. Keadaan ini membuat teman – teman disekitar mereka
merasa tidak nyaman dan kasian, terutama Dahlan. Hingga akhirnya, Dahlan meminta
bantuan Bapak untuk mendamaikan teman – temannya. Bapak bersedia membantu,
dan dengan sebuah cerita mengenai perseteruan murid Zen yang berisi tentang makna
untuk saling mengerti, mereka kembali rukun.
3. Struktur Mikro
Latar dalam teks biasanya digunakan penulis untuk menentukan akan dibawa
kemana pandangan pembaca (Eriyanto, 2001: 235). Latar pada bab ini adalah
ketidakinginan Dahlan melihat perseteruan yang terjadi antara Kadir dan Imran.
Dahlan berniat untuk mendamaikan kedua temannya, dengan meminta bantuan
kepada Bapaknya. Dilihat dari latar yang ada, penulis ingin menyampaikan bahwa
Dahlan adalah sosok yang mempunyai emosi yang stabil. Hal ini dapat terlihat dari
63
sikap Dahlan yang memilih untuk tidak ikut campur dalam persoalan, dan justru
mencari cara untuk mendamaikan kedua sahabatnya.
Terdapat 2 detil yang terdapat dalam bab ini, detil yang pertama adalah
keprihatinan Dahlan dengan keadaan persahabatan mereka serta niat Dahlan untuk
mendamaikan kedua temannya yang sedang berseteru. Ditunjukkan dengan
menceritakan secara detil dan mendalam mengenai keadaan persahabatan mereka,
mulai dari alasan hingga dampak dari perseteruan tersebut. Detil sebenarnya dapat
digunakan penulis untuk mengkontrol informasi (Eriyanto, 2001: 238), dan dalam
detil ini informasi mengenai keprihatinan dan inisiatif Dahlan untuk mendamaikan
teman – temannya ditulis dengan porsi besar. Menunjukkan bahwa penulis melakukan
kontrol informasi dalam bab Perseteruan Murid Zen.
Maksud merupakan penguraian secara eksplisit dan jelas untuk menyajikan
informasi yang menguntungkan komunikator (Eriyanto, 2001 : 240). Maksud di bab
ini ditemukan pada keinginan Dahlan untuk mendamaikan teman – temannya.
Keinginan Dahlan ini ditulis secara gamblang, dengan berusaha untuk mendamaikan
teman – teman melalui bantuan Bapaknya. Keuntungan yang diambil oleh penulis
yang dalam hal ini adalah komunikator adalah kesan bahwa Dahlan seseorang yang
peduli dan dapat menciptakan suasana damai dan rukun di lingkungannya.
Kata ganti orang yang digunakan adalah kata kita. Terdapat pada wejangan
yang diberikan Bapak kepada Dahlan dan teman - teman. Kata kita yang merupakan
kata ganti orang pertama jamak. Hal ini berartikata kita digunakan untuk
menggantikan Bapak, Dahlan dan teman - teman. Sehingga kita disini bersifat jamak,
mencakup semua orang, yang artinya wejangan Bapak berlaku untuk semua. Bukan
wejangan yang hanya diperuntukkan untuk Dahlan, atau Imran. Hal ini digunakan
untuk membangun kerukunan dan kedamaian bersama.
Leksikon yang digunakan pada bab ini adalah kata tergelincir yang
menerangkan keadaan jatuh karena terpeleset, terjerumus. Kata tergelincir dipih
karena lebih menerangkan suatu keadaan.
Metafora yang digunakan dalam bab ini adalah sebuah peribahasa.
Penggunaan peribahasa dalam bab ini bertujuan untuk menggambarkan situasi yang
sedang terjadi. “bagai telur diujung tanduk” memiliki arti suatu situasi dan kondisi
yang berbahaya, kritis atau genting. Dengan menggunakan peribahasa tersebut,
penulis ingin memperkuat keadaan persahabatan Dahlan dan teman – temannya
64
sedang dalam masa sulit. Hal ini dilakukan guna memperkuat pesan utama, bahwa
Dahlan prihatin dengan keadaan persahabatannya dan ingin mendamaikan.
5.1.5 Analisis Teks Novel Sepatu Dahlan Bab 32 “Stasiun Madiun”
Tabel 5.1.5
Hasil Penelitian
Analisis Tabel 5.1.5
Hal Yang
Diamati
Elemen Keterangan
Tematik Topik Jujur pada diri sendiri
Skemantik Alur Setelah mendapatkan surat dari Aisha untuk bertemu 3
tahun lagi dengan gelar sarjana muda membuat Dahlan
berusaha merayu Bapak dan Zain agar mengijinkan
kuliah di luar kota. Dan setalah mengutarakan niatnya
untuk pergi kuliah dan diijinkan oleh Bapak, barulah
Dahlan berani membalas surat Aisha.
Semantik Latar Setelah 6 tahun memendam perasaan terhadap Aisha
akhirnya Dahlan berani mengungkapkan isi hatinya
kepada Aisha.
Detil • Merayu Bapak dan juga Zain agar diijinkan untuk
kuliah di luar kota.
• Membalas surat dari Aisha.
Maksud Ingin menunjukkan Dahlan jujur terhadap dirinya sendiri
dengan membalas surat Aisha dan mengajaknya
bertemu.
Sintaksis Koherensi
Kondisional
“Akhirnya, keluar juga kalimat sakti yang paling
kutunggu.”
Stilistik Leksikon Geming
Retoris Metafora Melambung tinggi
65
1. Struktur Makro
Topik merupakan konsep dominan, sentral dan paling penting dari suatu teks,
dan dalam teks topik dapat digunakan sebagai penggambaran suatu hal yang ingin
diungkapkan oleh wartawan (Eriyanto, 2001 : 229). Topik yang terdapat dalam bab
ini adalah usaha Dahlan untuk jujur terhadap dirinya sendiri mengenai perasaannya
terhadap Aisha. Walaupun dengan berbagai rintangan, Dahlan mencoba memenuhi
persyaratan yang diajukan Aisha.
Dengan topik berani jujur pada diri sendiri, penulis novel seolah ingin mengatakan
bahwa penulis mempercayai bahwa Dahlan Iskan merupakan seorang yang jujur.
Ditunjukkan dengan elemen yang mengarah dan mendukung topik tersebut.
Kejujuran sekarang ini menjadi hal yang dibicarakan oleh masyarakat, terlebih lagi
kejujuran yang dimiliki oleh para elit politik, termasuk Dahlan Iskan. Dengan kasus
yang baru menimpanya, mengenai tuduhan korupsi dana pembangunan gardu induk,
membuat masyarakat mempertanyakan kejujuran Dahlan Iskan. Dahlan mengatakan
dalam situs online Gardu Dahlan, bahwa Ia tidak melakukan korupsi, dan kejadian
ini hanya kesalahan administratif semata. Kejujuran Dahlan ini diperkuat dengan
hasil praperadilan atas kasusnya tersebut, yang mengabulkan seluruh gugatan
praperadilan dan menghapus status tersangka karena tidak terbukti bersalah6. Dengan
hasil praperadilan tersebut, menunjukkan sikap jujur yang dimiliki Dahlan Iskan
adalah sebuah realita. Kejujuran terutama pada diri sendiri, merupakan syarat
kepemimpinan meurut Orway Tead & George R. Teddy. Sehingga Dahlan Iskan
memenuhi syarat kepemimpinan tersebut.
2. Superstruktur
Alur cerita merupakan jaringan atau rangkaian yang membangun atau
membentuk suatu cerita sejak awal hingga akhir. Urutan alur terdiri atas fase
perkenalan, awal masalah, menuju klimaks, klimaks dan penyelesaian (Ahmad,
1996: 24). Dalam bab ini, alur cerita dimulai dari usaha Dahlan untuk membujuk
Bapak dan Zain agar mengijinkan kuliah di luar kota, sebagai salah satu syarat dari
Aisha untuk pertemuan 3 tahun yang akan datang. Selama Dahlan membujuk Bapak
dan Zain, surat dari Aisha tidak pernah Ia balas, karena Dahlan tidka ingin
menjanjikan hal yang tidak pasti. Setelah Bapak mengijinkan untuk pergi kuliah,
6 www.bbc.com/indonesia/berita-‐indo diunduh Kamis, 20 Agustus 2015 pukul 15.30 WIB.
66
barulah Dahlan berani membalas surat Aisha, bahkan mengajaknya bertemu lebih
cepat dari syarat yang diajukan Aisha. Dalam alur ini, bagian yang ditonjolkan
terletak pada keberanian Dahlan menulis surat balasan untuk Aisha. Hal ini
ditunjukkan dengan diceritakan di ujung bab, karena keberanian untuk jujur terhadap
dirinya dipandang sebagai tujuan dari bab ini. Sedangkan saat Dahlan membujuk
Bapak dan Zain merupakan rangkaian dari cerita pada bab ini, yang akhirnya
membuat Dahlan mantap untuk membalas surat dari Aisha.
3. Struktur Makro
Latar merupakan bagian teks yang dapat mempengaruhi arti yang sebenarnya
ingin disampaikan oleh penulis (Eriyanto, 2001 : 235). Latar belakang yang
digunakan dalam bab ini adalah rasa suka Dahlan terhadap Aisha yang telah
dipendam selama 6 tahun, yang selama ini coba disembunyikan oleh keduanya.
Detil yang dijelaskan dalam bab ini adalah usaha Dahlan untuk merayu Bapak
dan Zain agar mengijinkannya pergi kuliah. Usaha tersebut dilakukan agar dapat
memenuhi syarat pertemuan 3 tahun lagi yang diajukan oleh Aisha Detil ini
digunakan untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak (Eriyanto, 2001 : 238).
Dengan menuliskan secara detil mengenai usaha Dahlan tersebut penulis ingin
mengarahkan pembaca kepada citra baik Dahlan yang tidak patah menyerah dalam
mencapai keinginannya. Detil kedua dalam bab ini adalah kejujuran Dahlan terhadap
perasaannya selama ini, ditunjukan dengan membalas surat Aisha. Bahkan, Dahlan
memberanikan diri untuk mempercepat pertemuannya, bukan3 tahun lagi namun
esok pagi. Detil ini memberikan kesan bahwa Dahlan berani jujur akan perasaannya
setelah Ia memastikan bias berkuliah, sehingga tidak memberikan harapan palsu
terhadap Aisha.
Maksud adalah informasi yang menguntungkan komunikator akan di uraikan
secara eksplisit dan jelas (Eriyanto, 2001 : 240). Pada bab ini, maksud yang ingin
disampaikan adalah menunjukkan kejujuran Dahlan terhadap dirinya sendiri.
Maksud ini disampaikan untuk menjawab pertanyaan yang dibawa penulis di dalam
novel, mengenai hubungan Dahlan dan Aisha.
Dalam bab ini, koherensi yang digunakan adalah koherensi kondisional atau
menunjukkan sebuah penjelasan. “Akhirnya, keluar juga kalimat sakti yang paling
kutunggu”. Dari kalimat tersebut, terdapat induk da anak kalimat. Induk kalimat
berupa kata keluar juga kalimat sakti, dan anak kalimat berupa yang paling
67
kutunggu. Dari anak kalimat, dapat dilihat bahwa penulis mencoba penjelaskan
perasaan Dahlan bahwa Ia benar - benar menunggu kalimat sakti tersebut.
Leksikon yang dipilih penulis adalah kata geming. Geming dalam kamus
Bahasa Indonesia berarti diam saja. Kata geming digunakan dalam kalimat “Namun,
apapun alasannya, mereka tetap bergeming.”. menunjukkan bahwa pesan yang ingin
disampaikan adalah mereka yang dimaksud dalam teks tersebut hanya diam saja
tanpa mengeluarkan alasan ataupun penolakkan.
Metafora yang digunakan dalam bab ini adalah ungkapan melambung tinggi.
Ungkapan tersebut sebagai tanda bahwa memiliki harapan besar akan sesuatu. Dalam
hal ini, melambung tinggi digunakan pada kalimat “Harapanku melambung tinggi.”
Menyatakan bahwa Ia sangat berharap akan sesuatu.
5.1.6 Analisis Kognisi Sosial
Analisis wacana tidak hanya melihat pada struktur teks saja, namun juga melihat
bagaimana teks tersebut diproduksi (Eriyanto,2001:259). Van Dijk meng`gunakan
analisis kognisi sosial guna mengungkap mengenai kesadaran mental penulis yang
membentuk teks tersebut. Selain representasi mental penulis, kognisi sosial juga
digunakan untuk mengetahui strategi penulis untuk memproduksi suatu teks
(Eriyanto,2001:260)
Setiap teks pada dasarnya dihasilkan melalui kesadaran, pengetahuan, prasangka
atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa (Eriyanto,2001:160). Novel Sepatu
Dahlan, ditulis oleh seorang novelis bernama Khrisna Pabichara yang telah menulis
13 novel. Dalam penulisan novel ini, mental penulis dalam membentuk teks terlihat
jelas.
Representasi kognisi penulis dapat terlihat pada kisah Dahlan Iskan saat menjadi
seorang ketua tim voli. Isi teks tersebut menceritakan kehebatan Dahlan sebagai
seorang ketua tim. Kehebatan Dahlan ditunjukkan dengan tidak mudah putus asa,
memberikan strategi dan semangat kepada teman - teman satu timnya seperti yang
diceritakan pada bab Patriot Sejati. Hal ini dipandang sebagai representasi mental
dari penulis novel dalam memandang sosok Dahlan Iskan. Pandangan, kepercayaan
penulis bahwa Dahlan Iskan adalah sosok pemimpin yang mumpuni.
68
Sebelum menuliskan biografi Dahlan Iskan dalam sebuah novel, Krisna
Pabichara terlebih dahulu melakukan penelitian mengenai keabsahan data diri
Dahlan Iskan. Hal ini menunjukkan, bahwa sebagai penulis, Khrisna Pabichara
menghasilkan teks lewat kesadaran dan pengetahuan akan peristiwa kehidupan
Dahlan Iskan. Melakukan riset sebelum menuliskan novel, juga merupakan strategi
penulis dalam pembentukan suatu teks. Strategi dalam pembentukan teks juga
dilakukan penulis dengan menuliskan biografi elit politik dalam bentuk novel.
5.1.7 Analisis Konteks
Konteks digunakan untuk melihat bagaimana makna yang dihayati bersama,
kekuasaan diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi (Eriyanto,2001:271).
Dengan kata lain, analisis konteks digunakan untuk melihat bagaimana sebuah
wacana diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.
Konteks yang digunakan dalam wacana ini adalah penulisan novel dan terbitnya
novel Sepatu Dahlan ini menjelang Pemilihan Presiden 2014. Sebagaimana kita
tahu, bahwa sebelumnya, masyarakat sedang mencari sosok pemimpin yang mampu
membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Dan munculnya novel biografi ini,
seakan memberikan alternatif pilihan kepada masyarakat, akan adanya calon
pemimpin yang baik, yang ditunjukkan dengan carita hidupnya dalam novel
tersebut.
Dahlan Iskan dipandang masyarakat sebagai elit politik yang dekat dengan
masyarakat, hal ini terlihat melalui akun media sosial Twitter. Dalam akunnya,
Dahlan bisa mengobrol bebas dengan masyarakat, membicarakan segala macam
topik permasalahan, akun tersebut juga digunakan hanya untuk bertegur sapa
dengan masyarakat sosial media. Hal ini seakan memberikan sebuah pandangan
baru, bahwa Dahlan Iskan adalah sosok elit politik yang low profile, terlihat pada
kemauan Dahlan meluangkan waktu untuk mengobrol dengan masyarakat dunia
maya. Hal ini merupakan proses produksi wacana yang dipakai untuk membentuk
kesadaran bahwa Dahlan adalah pribadi yang merakyat. Kesadaran tersebut secara
tidak langsung mengontrol masyarakat dengan mempengaruhi kondisi mental
masyarakat, seperti kepercayaan, sikap dan pengetahuan.
69
Baru – baru ini, Dahlan Iskan juga dikabarkan terlibat dalam kasus korupsi PLN
dalam pengadaan gardu induk. Pemberitaan ini, mempengaruhi pandangan
masyarakat kepada sosok Dahlan Iskan. Dahlan yang semula dipandang sebagai elit
politik yang merakyat, kini dipandang sebagai seorang koruptor. Namun, Dahlan
Iskan membatasi pikiran masyarakat dengan membuat situs pribadi berjudul Gardu
Dahlan. Dalam situs tersebut, Dahlan menceritakan kejadian sebenarnya dari kasus
tersebut. Pembuatan situs tersebut merupakan sebuah praktek kekuasaan Dahlan,
dalam mengkontrol berita tentang dirinya dalam kasus korupsi. Dahlan Iskan tidak
pernah memberikan pernyataan resmi kepada media bahwa dirinya tidak terlibat
dalam kasus korupsi PLN. Pernyataan ketidakterlibatkan dalam kasus korupsi
tersebut, disampaikan di situs Gardu Dahlan. Pengkontrolan informasi tentang
kebenaran kasus tersebut berimbas positif pada citra Dahlan Iskan. Ditemui di
media sosial, banyak masyarakat dunia maya tidak mempercayai Dahlan terlibat
kasus korupsi tersebut. Ditambah dengan keputusan Pra Peradilan yang menyatakan
bahwa Dahlan tidak terbukti sebagai tersangka, membuat citra Dahlan Iskan tetap
baik di mata masyarakat.
5.2 Pembahasan
Dalam analisis diatas, penulis menggunakan teori kepemimpinan menurut Ordway
Tead & George R Terry untuk menemukan topik mengenai kepemimpinan di dalam novel
Sepatu Dahlan. Penyaringan dengan teori kepemimpinan tersebut mendapatkan hasil 5 bab
novel Sepatu Dahlan, yang mengulas mengenai teori tersebut. 5 bab tersebut adalah bab 1
“Tanah Tebu” yang di dalamnya terdapat teori kepemimpinan yaitu ketrampilan
berkomunikasi yang merupakan salah satu sifat pemimpin menurut Ordway Tead & George
R Terry. Dalam bab tersebut, diceritakan bahwa Dahlan Iskan memiliki sifat mahir
berkomunkasi, yang ditunjukkan dengan kegemarannya menulis.
Pada bab 15 “Ojo Kepingin Sugih” juga terdapat teori kepemimpinan menurut
Ordway Tead & George R Terry, yaitu memiliki ketrampilan sosial dan dorongan pribadi
yang baik. Ketrampilan sosial yang dimaksudkan adalah memiliki sifat pemimpin yang
sederhana dan apa adanya, sedangkan dorongan pribadi ditunjukkan dengan sifat
memberikan pelayanan dan pengabdian secara tulus sebagai seorang pemimpin. Di dalam
novel Sepatu Dahlan, kedua sifat tersebut terlihat dalam wejangan Kiai Irsjad dan Ustad
Ilham, yang mengatakan bahwa sebagai seorang pemimpin haruslah tawaduk dan tawakal.
70
Teori kepemimpinan juga terlihat dari bab 24 “Patriot Sejati”. Di dalam bab tersebut,
terdapat sifat kepemimpinan menurut Ordway Tead & George R Terry berupa pengetahuan
tentang relasi insani dan juga kemampuan mengajar. Pengetahuan tentang relasi insani
ditunjukkan dengan menilai kelebihan dan kekurangan bawahan sesuai dengan tugas yang
diberikan, dan kemampuan mengajar ditunjukkan dengan membuat orang belajar melalui
saran saran yang diberikan untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan bawahan. Kedua
sifat ini terlihat pada usaha Dahlan untuk membawa kemenangan bagi tim voli. Dengan
memberikan startegi berupa saran kepada anggota tim dengan berdasarkan kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki oleh masing – masing anggota tim.
Pada bab ke 27 “Perseteruan Murid Zen”, ditemukan teori mengenai sifat
kepemimpinan menurut Ordway Tead & George R Terry, berupa stabilitas emosional yang
ditunjukkan dengan pencapaian lingkungan sosial yang rukun, damai dan harmonis. Hal ini
ditunjukkan dengan usaha Dahlan untuk mendamaikan teman – temannya yang sedang
berselisih paham, dengan meminta bantuan Bapak.
Dan bab terakhir yaitu bab 32 “Stasiun Madiun”, ditemukan teori mengenai sifat
kepemimpinan menurut Ordway Tead & George R Terry berupa kejujuran. Sifat kejujuran
yang dimaksudkan adalah kemampuan untuk bersikap jujur baik pada diri sendiri maupun
pada orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan keberanian Dahlan menemui Aisha sebagai
jawaban atas perasaan Dahlan.
Pada kelima bab tersebut, terdapat satu kesamaan, yaitu sama – sama mengandung
sifat - sifat kepemimpinan menurut Ordway Tead & George R Terry. Hal ini menunjukkan
bahwa sebenarnya di dalam novel Sepatu Dahlan terdapat sebuah pesan yang ingin
disampaikan oleh penulis. Pesan tersebut berupa di dalam diri Dahlan Iskan terdapat sifat
kepemimpinan, berupa memiliki stabilitas emosional dengan maksud menjaga lingkungan
sosial yang rukun, damai dan harmonis. Pengetahuan tentang relasi insani dengan dapat
menilai kelebihan dan kelemahan bawahan sesuai tugas yang diberikan, kejujuran baik pada
diri sendiri dan orang lain, memiliki dorongan pribadi berupa keikhlasan dalam memberikan
pelayanan dan pengabdian kepada kepentingan umum, ketrampilan berkomunikasi baik lisan
maupun tertulis, kemampuan mengajar dengan memberikan saran – saran untuk menambah
pengetahuan dan ketrampilan bawahan, serta memiliki sifat trampil dalam kehidupan sosial
dengan ramah, sederhana dan apa adanya.
Wacana mengenai kepemimpinan dalam diri Dahlan Iskan ini, diterangkan secara
baik oleh penulis. Hal ini dilakukan untuk menarik simpati masyarakat agar melihat
kepemimpinan di dalam diri Dahlan Iskan. Semua ini ditujukan untuk membangun kesadaran
71
palsu masyarakat akan kemampuan pemimpin yang dimiliki oleh Dahlan Iskan. Dengan
demikian masyarakat akan melihat sosok pemimpin yang sedang mereka cari untuk maju
dalam Pemilihan Presiden tahun 2014.
Dengan melihat wacana kepemimpinan yang ada di dalam novel Sepatu Dahlan, maka
dapat diklasifiksikan pada gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Dahlan Iskan adalah
gaya kepemimpinan yang auntentik. Gaya kepemimpinan yang spontan ini memiliki ciri
kepemimpinan menurut Dahlan Iskan sendiri. Hal ini dikarenakan gaya kepemimpinan
Dahlan Iskan tidak termasuk dalam gaya kepemimpinan transformasional ataupun
transaksional, dan lebih kepada gaya kepemimpinan yang autentik. Gaya kepemimpinan yang
autentik terlihat pada gaya kepemimpinan yang dapat dipercaya, yang ditunjukkan Dahlan
Iskan dengan tidak mengecewakan atasan ataupun bawahannya. Seperti pada kasus gardu
PLN, Dahlan menunjukkan bahwa dibawah kepemimpinannya, semua hal bisa
dipertanggungjawabkan. Terbukti dengan keputusan pra peradilan pada kasus gardu PLN
yang memutuskan bahwa Dahlan Iskan tidak bisa dijadikan seorang tersangka kasus korupsi.
Gaya kepemimpinan autentik juga berarti gaya kepemimpinan yang asli, maksudnya adalah
gaya kepemimpinan Dahlan Iskan memang merupakan gaya kepemimpinan yang berasal dari
dirinya, gaya asli diantaranya dekat dengan anak buah, memberikan pandangan kedepan
terhadap setiap target – target yang dicapai serta memberikan dukungan penuh kepada
bawahan saat melaksanakan tugas. Gaya kepemimpinan Dahlan Iskan yang memberikan
pandangan mengenai target ke depan dimulai dengan berbagi mimpi bersama dengan
bawahannya. Setelah berbagi mimpi tersebut, Dahlan mengajak bawahnya untuk bersama -
sama mewujudkan impian tersebut. Dan dalam proses perwujudan impian tersebut, Dahlan
Iskan memberikan keleluasaan kepada bawahan untuk berdiskusi dan membahas cara – cara
mewujudkan impian bersama mereka. Hal ini terlihat, ketika Dahlan Iskan bermimpi
Indonesia memiliki tol laut. Dan dari mimpi ini, Dahlan Iskan mengusahakan pembangunan
jalan tol diatas laut di Indonssia. Dan gaya kepemimpinan berawal dari impian juga terlihat
dalam novel Sepatu Dahlan, dimana Dahlan bermimpi membawa tim voli menang di
perlombaan bola voli tingkat kecamatan dan berhasil mewujudkannya.
top related