bab iv pembahasan dan hasil pengujian iv.1 analisis ...thesis.binus.ac.id/doc/bab4/2009-2-00043-ak...
Post on 08-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
42
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN
IV.1 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja merupakan hasil yang dicapai oleh perusahaan. Salah satu teknik
untuk menggambarkan kinerja keuangan adalah analisa rasio. Rasio-rasio ini
menggambarkan hubungan atau perimbangan pos tertentu dengan pos lainnya
pada laporan keuangan. Angka-angka rasio keuangan ini setelah dihitung harus
diintepretasikan, supaya bisa digunakan untuk menilai secara umum kinerja
keuangan perusahaan dari segi likuiditas, profitabilitas, leverage, aktivitas dan
nilai pasar.
IV.1.1 Analisis Likuiditas PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
(Telkom)
1. Current Ratio
Berdasarkan tabel lampiran 1 dapat disimpulkan bahwa Telkom selalu
mempertahankan supaya current ratio perusahaannya supaya tidak melebihi
current liabilities untuk menghindari adanya idle current assets. Hal ini
menyebabkan current ratio Telkom rata-rata lebih rendah dibandingkan
current liabilities-nya. Nilai tertinggi current ratio Telkom adalah 1.09 pada
kuartal 1 tahun 2006 dan terendah pada kuartal 2 tahun 2008, yaitu 0.54.
Nilai current ratio Telkom ini lebih rendah dibandingkan rata-rata
industrinya dan perusahaan-perusahaan pesaingnya. Para perusahaan
pesaingnya rata-rata mempunyai rasio ini di atas satu. Contohnya Indosat
yang current ratio-nya melebihi satu secara berturut-turut dari periode kuartal
43
1 tahun 2004 sampai kuartal 3 tahun 2006. Bahkan, Infoasia current ratio-nya
ada yang mencapai 12.45.
Current ratio Telkom yang rendah di bawah satu menandakan
rendahnya kemampuan Telkom dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dibandingkan perusahaan-perusahaan pesaingnya. Untuk lebih
jelasnya perbandingan pergerakan antara current ratio Telkom dengan
perusahaan telekomunikasi lainny dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.
Gambar 4.1.1.1 Perbandingan Current Ratio Telkom dengan Perusahaan Sejenis dan
Rata-rata Industri
Sumber: data diolah oleh penulis 2. Acid-Test Ratio
Berdasarkan tabel lampiran 2 dalam lampiran dapat disimpulkan
bahwa Telkom memiliki acid-test ratio yang cenderung stabil, tapi
mengalami penurunan mulai tahun 2007 di mana hampir semua acid-test
ratio yang dimilikinya di bawah satu, yang berarti kurangnya kemampuan
Telkom untuk segera memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Nilai tertinggi
CR
Periode
44
dari acid-test ratio Telkom adalah 1.03 pada kuartal 3 tahun 2008 dan
terendah adalah 0.44 untuk kuartal 3 tahun 2008.
Nilai acid-test ratio Telkom ini lebih rendah dibandingkan rata-rata
industrinya dan perusahaan-perusahaan pesaingnya kecual XL yang
mengalami penurunan drastis nilai rasionya pada tahun 2006 sampai 2008.
Para perusahaan pesaingnya rata-rata mempunyai rasio ini di atas satu.
Contohnya Indosat yang acid-test ratio-nya melebihi Telkom. Bakrie yang
baru listing akhir 2005 rata-rata acid-test ratio-nya melebihi satu. Bahkan,
Infoasia acid-test ratio -nya ada yang mencapai 11.52.
Acid-test ratio Telkom yang rendah di bawah satu menandakan
rendahnya kemampuan Telkom dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva-aktivanya yang paling likuid
dibandingkan perusahaan-perusahaan pesaingnya. Untuk lebih jelasnya
perbandingan antara acid-test ratio Telkom dengan perusahaan
telekomunikasi lainnya dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.1.1.2 Perbandingan Acid-test Ratio Telkom dengan Perusahaan Sejenis
dan Rata-rata Industri
Sumber: data diolah oleh penulis
Acid-test
Periode
45
IV.1.2 Analisis Profitability PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
1. Net Profit Margin
Dengan melihat tabel lampiran 3 dalam lampiran dapat
disimpulkan bahwa net profit margin Telkom sangat baik, bahkan di atas
perusahaan-perusahaan telekomunikasi lainnya untuk hampir semua
periode. Selain itu, net profit margin Telkom juga stabil. Hal ini berarti
laba yang dihasilkan Telkom dari pendapatannya adalah tertinggi untuk
industri telekomunikasi. Jika menggunakan data kumulatif yang terdapat
pada laporan keuangan maka nilai tertinggi yang dicapai oleh Telkom
adalah 17, 85% pada kuartal dua tahun 2004. Sementara nilai net profit
margin tertinggi yang dicapai adalah 29,28% ada kuartal satu tahun 2006.
Net profit margin dengan data kumulatif Telkom hanya pada kuartal satu
tahun 2006 saja di bawah XL yang net profit margin-nya mencapai
36,53%.
Sementara itu, jika menggunakan data non-kumulatif dapat dilihat
jika dibandingkan dengan perusahaan lain net profit margin Telkom per
kuartal baik, karena sedikit di atas perusahaan lain dan rata-rata
industrinya. Nilai net profit margin Telkom terendah dicapai oleh Telkom
adalah 12,37% pada kuartal empat tahun 2004 dan tertinggi pada kuartal
satu tahun 2006, yaitu 29,28%. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di
bawah ini.
46
Gambar 4.1.2.1 Perbandingan Net Profit Margin Telkom dengan Perusahaan
Telekomunikasi Lainnya dan Rata-rata Industri dengan Data Kumulatif
Sumber: data diolah oleh penulis
Gambar 4.1.2.2 Perbandingan Net Profit Margin Telkom dengan Perusahaan
Telekomunikasi Lainnya dan Rata-rata Industri dengan Data Nonkumulatif
Sumber: data diolah oleh penulis
Periode
Periode
NPM Noncummulative
NPM Cummulative
47
2. Return on Assets
Berdasarkan tabel lampiran 4 yang terdapat pada lampiran dapat
disimpulkan bahwa return on assets dengan menggunakan data kumulatif
Telkom adalah baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel di lampiran di mana
kecuali tahun 2004 yang berada di bawah Infoasia, hampir semua periode
return on assets-nya berada di atas rata-rata industri dan perusahaan
telekomunikasi lainnya. Rasio tertinggi yang dicapai Telkom dengan data
kumulatif adalah 16,50% pada kuartal empat tahun 2007. Sementara rasio
terendah adalah pada kuartal satu tahun 2005, yaitu 2,97%.
Berdasarkan tabel yang terdapat pada lampiran dapat disimpulkan
bahwa return on assets dengan menggunakan data nonkumulatif Telkom
adalah baik. Sama seperti data kumulatif, di mana kecuali tahun 2004
yang berada di Infoasia, hampir semua periode return on assets-nya
berada di atas rata-rata industri dan perusahaan telekomunikasi lainnya.
Rasio tertinggi yang dicapai Telkom dengan data nonkumulatif adalah
5,49% pada kuartal satu tahun 2006. Sementara rasio terendah adalah
pada kuartal empat tahun 2004, yaitu 1,97%.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengembalian atas aktiva-aktiva Telkom adalah baik, yang dapat dilihat
dari tingkat return on assets Telkom yang lebih tinggi dibandingkan
perusahaan telekomunikasi lainnya dan rata-rata industri, baik dengan
menggunakan data kumulatif maupun yang tidak kumulatif. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
48
Gambar 4.1.2.3 Perbandingan Return on Assets Telkom dengan Perusahaan
Telekomunikasi Lainnya dan Rata-rata Industri dengan Data Kumulatif
Sumber: data diolah oleh penulis
Gambar 4.1.2.4 Perbandingan Return on Assets Telkom dengan Perusahaan
Telekomunikasi Lainnya dan Rata-rata Industri dengan Data Nonkumulatif
Sumber: data diolah oleh penulis
Periode
Periode
ROA Noncummulative
ROA Cummulative
49
3. Return on Equity
Berdasarkan tabel lampiran 5 yang terdapat di lampiran dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan data kumulatif return on equity
Telkom adalah baik. Hal ini dapat dilihat dengan hampir pada seluruh
periode return on equity-nya berada di atas rasio rata-rata industri dan
perusahaan telekomunikasi lainnya. Rasio tertinggi yang dicapai Telkom
dengan data kumulatif adalah 42,35% pada kuartal empat tahun 2006.
Sementara rasio terendah adalah pada kuartal satu tahun 2005, yaitu
8,07%.
Berdasarkan tabel 4.5 yang terdapat di lampiran dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan data nonkumulatif return on equity Telkom
adalah baik. Hal ini dapat dilihat dengan hampir pada seluruh periode
return on equity-nya berada di atas rasio rata-rata industri dan perusahaan
telekomunikasi lainnya. Rasio tertinggi yang dicapai Telkom dengan data
nonkumulatif adalah 13,83% pada kuartal empat tahun 2004. Sementara
rasio terendah adalah pada kuartal satu tahun 2004, yaitu 5,59%.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengembalian atas ekuitas Telkom adalah baik, yang dapat dilihat dari
tingkat return on equity Telkom yang lebih tinggi dibandingkan
perusahaan telekomunikasi lainnya dan rata-rata industri, baik dengan
menggunakan data kumulatif maupun yang tidak kumulatif. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Selain itu, hal ini
disebabkan kemampuan dasar untuk menghasilkan laba Telkom sudah
tinggi dan adanya penggunaan kewajiban sebagai sumber dana, yang
50
menyebabkan nilai ekuitas menurun sehingga laba untuk setiap rupiah
ekuitas meningkat. Untuk lebih jelasnya silakan lihat gambar
perbandingan ROE Telkom dengan perusaan telekomunikasi lainnya di
bawah ini.
Gambar 4.1.2.5 Perbandingan Return on Equity Telkom dengan Perusahaan
Telekomunikasi Lainnya dan Rata-rata Industri dengan Data Kumulatif
Sumber: data diolah oleh penulis
Gambar 4.1.2.6 Perbandingan Return on Equity Telkom dengan Perusahaan
Telekomunikasi Lainnya dan Rata-rata Industri dengan Data Nonkumulatif
Sumber: data diolah oleh penulis
Periode
Periode
ROE Noncummulative
ROE Cummulative
51
IV.1.3 Analisis Leverage PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Debt to Total Assets Ratio
Debt to total assets ratio menggambarkan seberapa bagian dari aktiva
yang ada bersumber dari kewajiban. Berdasarkan tabel lampiran 6 pada
lampiran disimpulkan bahwa Telkom memiliki debt to total assets ratio yang
stabil dan rendah dengan nilai tertinggi 0.58 pada kuartal 3 tahun 2004 dan
terendah 0.43 pada kuartal 1 tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa hanya
sebagian dari aktiva Telkom yang dibiayai dengan kewajiban, sisanya dengan
menggunakan ekuitas yang tentu saja membuat resiko Telkom atas kewajiban
tidak terlalu besar.
Jika dibandingkan dengan perusahaan lain Telkom mempunyai debt
to total assets ratio yang baik. Akan tetapi masih di bawah Infoasia yang
mempunyai range antara 0.11 sampai 0.43. Sementara yang paling tinggi
debt to total assets ratio-nya adalah XL dengan range antara 0.61 sampai
0.85. Hal ini berarti resiko perusahaan akibat dari kewajiban milik Telkom
lebih rendah dibandingkan XL, tetapi lebih tinggi dibanding Infoasia. Untuk
lebih jelasnya lihat grafik di bawah ini.
Gambar 4.1.3 Perbandingan Debt to Total Assets Ratio Telkom dengan Perusahaan
Telekomunikasi Lainnya dan Rata-rata Industri
Sumber: data diolah oleh penulis
Periode
Debt to total assets
52
IV.1.4 Analisis Aktivitas PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Assets Turnover
Berdasarkan tabel lampiran 7 pada lampiran dapat diambil
kesimpulan bahwa kemampuan Telkom dalam mengelola aktiva untuk
menghasilkan penjualan adalah baik hal ini dapat dilihat dari rasio assets
turnover Telkom yang hampir selalu berada di atas XL, Indosat, Bakrie dan
Mobile-8 dan rata-rata industrinya, baik dengan menggunakan data
penjualan yang kumulatif maupun yang tidak. Rasio assets turnover
terendah untuk Telkom ada pada kuartal satu tahun 2004 dengan nilai rasio
0,15 kali. Sementara itu, nilai rasio tertinggi dicapai pada kuartal empat
tahun 2006 dan 2007 dengan nilai rasio 0,76 kali. Telkom hanya berada di
bawah Infoasia untuk assets turnover.
Perubahan rasio yang dihitung dengan menggunakan data penjualan
yang tidak kumulatif, dengan mengurangkan total penjualan sekarang
dengan periode sebelumnya adalah baik. Hal ini dikarenakan assets turnover
tidak kumulatif Telkom lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan lain yang sejenis, kecuali Infoasia dan rata-rata industri lebih
tinggi untuk hampir semua kuartal. Assets turnover Telkom berada di antara
0,15 kali sampai 0,20 kali. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan Indosat yang
berada di antara 0,08 kali sampai 0,17 kali, kemudian XL yang nilainya
antara 0,06 kali sampai 0,12 kali dan Bakrie Telecom dan Mobile-8 yang
masing-masing berada di antara -0,01 kali sampai 0,12 kali, dan di antara
0,03 kali sampai 0,06 kali. Untuk lebih jelasnya lihat grafik di bawah ini.
53
Gambar 4.1.4.1 Perbandingan Assets Turnover Telkom dengan Perusahaan
Telekomunikasi Lainnya dan Rata-rata Industri dengan Data Kumulatif
Sumber: data diolah oleh penulis
Gambar 4.1.4.2 Perbandingan Assets Turnover Telkom dengan Perusahaan
Telekomunikasi Lainnya dan Rata-rata Industri dengan Data Nonkumulatif
Sumber: data diolah oleh penulis
Periode
Periode
Assets TO Noncummulative
Assets TO Cummulative
54
IV.1.5 Analisis Nilai Pasar PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
1. Price/Earning Ratio(P/E Ratio)
Rasio P/E ini menggambarkan berapa rupiah yang dibayar investor
untuk setiap rupiah laba periode berjalan. Rasio ini dihitung dengan
membagi harga saham penutupan untuk akhir kuartal dengan jumlah
saham beredar tertimbang untuk masing-masing kuartal. Rasio ini lebih
tinggi untuk perusahaan yang kemungkinan pertumbuhannya tinggi dan
rendah untuk perusahaan yang resikonya tinggi. Berdasarkan tabel
lampiran 8 yang terdapat dalam lampiran dapat dilihat bahwa rasio P/E
Telkom cukup stabil tapi pada hampir pada seluruh periode berada di
bawah perusahaan telekomunikasi lainnya. Nilai tertinggi yang rasio P/E
Telkom adalah pada kuartal empat pada tahun 2006, sebesar 18,50 kali
pada kuartal dan terendah adalah 5,05 kali pada kuartal satu tahun 2004.
Nilai rasio P/E Telkom memang tidak terlalu tinggi tapi stabil.
Berbeda dengan beberapa perusahaan seperti XL, Infoasia dan Mobile-8
yang tinggi tapi mengalami beberapa kali kerugian sehingga rasio P/E –
nya beberapa kali negatif akibat mengalami kerugian. Untuk XL terjadi
pada kuartal tiga dan empat tahun 2005 dengan rasio P/E-nya adalah -
46,63 kali dan -71,09 kali dan pada kuartal empat tahun 2008 dengan
rasio -431,72 kali. Sementara Infoasia karena krisis global pada kuartal
tiga tahun 2008 mengalami rugi, sehingga rasio P/E-nya negatif sebesar -
29,87 kali. Mobile-8 pada tahun 2008 merugi berturut-turut dari kuartal
satu sampai empat dengan rasio P/E-nya -34,26 kali, 11,66 kali, 4,08 kali,
dan 0,95 kali. Sementara Telkom dan Indosat terus-menerus
menghasilkan laba, walaupun mengalami penurunan.
55
Mengenai pertumbuhan Telkom yang digambarkan rasio P/E adalah
rendah merupakan hal yang wajar, karena Telkom sudah merupakan
perusahaan terbesar di bidang telekomunikasi, sehingga wajar
pertumbuhannya perusahaan lambat. Lalu, rasio yang tidak terlalu tinggi
juga menggambarkan bahwa investasi di dalam Telkom mempunyai
earning per share (EPS) yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan
telekomunikasi lainnya, sehingga tingkat pengembaliannya lebih tinggi.
Hal ini lebih baik dibandingkan Bakrie Telecom yang EPS-nya ada yang
rendah sehingga menghasilkan rasio P/E yang terlalu tinggi yang berarti
tingkat laba untuk tiap saham terlalu rendah, di mana rasio P/E-nya
adalah 9.736,64 dengan harga saham Rp 160 dan EPS-nya 0,04. Dengan
pertimbangan ini maka disimpulkan bahwa rasio P/E Telkom cukup baik,
karena walaupun tidak tinggi tapi stabil. Untuk lebih jelasnya lihatlah
gambar di bawah ini
Gambar 4.1.5.1 Perbandingan Price/Earning Ratio(P/E Ratio) Telkom dengan
Perusahaan Telekomunikasi Lainnya dan Rata-rata Industri
Sumber: data diolah oleh penulis
Periode
Price/earning ratio
56
2. Market/Book Value Ratio
Berdasarkan tabel lampiran 9 yang terdapat pada lampiran dapat
dilihat bahwa market/book value ratio Telkom adalah yang tertinggi
dengan kisaran berada di antara 1,81 kali sampai 7,26 kali. Nilai ini
berada di atas perusahaan lain dan juga rata-rata industri. Nilai
market/book value ratio perusahaan antara lain 1,54 kali sampai 2,84 kali
untuk Indosat; 0,41 kali sampai 3,98 kali untuk Infoasia; 1,51 kali sampai
4,77 kali untuk XL; 0,29 kali sampai 5,02; antara 0,98 kali sampai 3,94
kali untuk mobile-8; dan untuk rata-rata industri antara 0,47 kali sampai
0,69 kali.
Tingginya market/book value ratio Telkom menggambarkan
tingginya pandangan investor terhadap Telkom dibandingkan perusahaan-
perusahaan telekomunikasi lainnya. Hal ini juga menggambarkan
tingginya tingkat pengembalian atas ekuitas Telkom. Hal tersebut
dikarenakan perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi
biasanya menjual sahamnya dengan penggandaan nilai buku yang lebih
tinggi dibandingkan perusahaan lain yang tingkat pengembaliannya
rendah. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini
57
Gambar 4.1.5.2 Perbandingan Market/Book Ratio Telkom dengan Perusahaan
Telekomunikasi Lainnya dan Rata-rata Industri
Sumber: data diolah oleh penulis
IV.2 Analisis Kinerja Harga Saham
Berdasarkan tabel lampiran 10 dapat dilihat bahwa harga saham Telkom pada
saat akhir periode laporan keuangan mempunyai kinerja yang cukup baik dengan
mengalami penurunan hanya pada kuartal 1 tahun 2005, kuartal 1 tahun 2007 dan
pada kuartal 4 tahun 2007 sampai tahun 2008. Harga saham pada tahun 2008 mulai
mengalami penurunan karena adanya krisis global. Selain pada periode-periode di
atas, harga saham pada periode-periode lainnya cenderung mengalami peningkatan.
Mengenai masalah pertumbuhan harga saham per kuartal, Telkom
pertumbuhannya sangat fluktuatif, bahkan pernah terjadi penurunan beberapa kali.
Penurunan yang paling tinggi adalah pada akhir kuartal dua tahun 2008 sebesar -
24,35% dan pertumbuhan tertinggi adalah pada akhir kuartal empat tahun 2006, yaitu
sebesar 19,53%. Tingkat pertumbuhan harga saham jika dibandingkan dengan IHSG
cukup baik karena harga saham Telkom pada akhir periode kuartalan selama tahun
2004-2007 mempunyai kecenderungan tumbuh, walaupun ada beberapa periode yang
Periode
Market/book ratio
58
pertumbuhannya belum setinggi IHSG Contohnya kuartal empat tahun 2004, kuartal
tiga tahun 2006, kuatal dua 2007. Hal ini berarti saham Telkom masih lumayan
menguntungkan sampai tahun 2008. Lalu, penurunan harga saham yang terjadi pada
Telkom tidak sebesar IHSG, kecuali pada kuartal dua tahun 2008. Untuk lebih
jelasnya lihat gambar di bawah ini.
Gambar 4.2.1 Perbandingan Harga Saham Telkom dengan IHSG
Sumber: data diolah oleh penulis
Gambar 4.2.2 Perbandingan Pertumbuhan Harga Saham Telkom dengan
Pertumbuhan IHSG
Sumber: data diolah oleh penulis
Periode
Periode
Growth
Prices
59
IV.3 Pengujian Sensitivitas Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham
IV.3.1 Sensitivitas Rasio Keuangan Secara Individual Terhadap Harga Saham
Telkom
IV.3.1.1 Statistik Deskriptif
Tabel 4.3.1.1 Statisitik Deskriptif Seluruh Rasio dan Harga Saham Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N StockPrice 7090,0000 2409,66257 20 CurrentRatio ,7890 ,16613 20 AcidTestRatio ,7020 ,18127 20 NPM_Noncummulative ,1955 ,04617 20 ROA_Noncummulative .0355 .00999 20 ROE_Noncummulative ,0920 ,02353 20 NPM_Cummulative ,2095 ,02837 20 ROA_Cummulative ,0910 ,04266 20 ROE_Cummulative ,2395 ,11095 20 DebtToAssetsRatio ,5200 ,03798 20 AssetsTO_NonCumData ,1790 ,01518 20 AssetsTO_Cummulative ,4445 ,20987 20 MarketBookRatio 5,2415 1,12793 20 PriceEarningRatio 13,8975 2,22959 20
Berdasarkan statistic desktriptif di atas, maka diketahui nilai rata-rata
dan penyimpangan dari nilai rata-rata (standar deviasi) dari harga saham
dan rasio-rasio keuangan yang menjadi variabel independen.
60
IV.3.1.2 Uji Asumsi Klasik
IV.3.1.2.1 Uji Heteroskedatisitas
• CR Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.1 Diagram Pencar CR terhadap Harga Saham
Telkom
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu
yang teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami
gangguan heteroskedastisitas.
• Acid-test Ratio Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.2. Diagram Pencar Acid-test Ratio terhadap Harga
Saham Telkom
61
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu
yang teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami
gangguan heteroskedastisitas.
• NPM Noncummulative Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.3. Diagram Pencar NPM Noncummulative terhadap
Harga Saham Telkom
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
• ROA Noncummulative Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.4. Diagram Pencar ROA Noncummulative terhadap
Harga Saham Telkom
62
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
• ROE Noncummulative Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.5. Diagram Pencar ROE Noncummulative terhadap
Harga Saham Telkom
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
• NPM Cummulative Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.6. Diagram Pencar NPM Cummulative terhadap
Harga Saham Telkom
63
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
• ROA Cummulative Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.7. Diagram Pencar ROA Cummulative terhadap
Harga Saham Telkom
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
• ROE Cummulative Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.8. Diagram Pencar ROE Cummulative terhadap
Harga Saham Telkom
64
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
• Debt to Total Assets Ratio Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.9. Diagram Pencar Debt to Total Assets Ratio
terhadap Harga Saham Telkom
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
• Assets Turnover Noncummulative Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.10. Diagram Pencar Assets Turnover
Noncummulative terhadap Harga Saham Telkom
65
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
• Assets Turnover Cummulative Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.11. Diagram Pencar Assets Turnover Cummulative
terhadap Harga Saham Telkom
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
66
• Price/Earning Ratio Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.12. Diagram Pencar Price/Earning Ratio terhadap
Harga Saham Telkom
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
• Market/Book Ratio Terhadap Harga Saham
Gambar 4.3.1.2.1.13. Diagram Pencar Market/Book Ratio terhadap
Harga Saham Telkom
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
67
IV.3.1.2.2 Uji Otokorelasi
Tabel 4.3.1.2.2 Tabel Hasil Uji Otokorelasi Rasio Keuangan Secara Individu
DW Tabel, 5%, n=20, k=1 Rasio
DW Hitung DL DU Otokorelasi
Current ratio 0,562 1,2 1,41 Terjadi Acid-test ratio 0,414 1,2 1,41 Terjadi NPM noncummulative 0,226 1,2 1,41 Terjadi ROA noncummulative 0,551 1,2 1,41 Terjadi ROE noncummulative 0,294 1,2 1,41 Terjadi NPM cummulative 0,313 1,2 1,41 Terjadi ROA cummulative 0,479 1,2 1,41 Terjadi ROE cummulative 0,368 1,2 1,41 Terjadi Debt to total assets ratio 0,989 1,2 1,41 Terjadi Assets turnover noncummulative 0,663 1,2 1,41 Terjadi Assets turnover cummulative 0,252 1,2 1,41 Terjadi Price/earning ratio 0,449 1,2 1,41 Terjadi Market/book ratio 0,417 1,2 1,41 Terjadi
Sumber: data yang diolah oleh penulis
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat tidak ada rasio keuangan
yang lolos uji otokorelasi, karena nilai Durbin-Watson yang
dihitung tidak melebihi DU untuk sampel berjumlah dua puluh
dengan satu variabel independen. Hal ini menyebabkan
ketidaktepatan dari interval keyakinan dan hasil pengujian
signifikansi t-test.
68
IV.3.1.2.3 Uji Multikolinearitas
Tabel 4.3.1.2.3 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas
Rasio Keuangan Secara Individual
Rasio VIF Tolerance Multikolinearitas Current ratio 1 1 tidak terjadi Acid-test ratio 1 1 tidak terjadi NPM noncummulative 1 1 tidak terjadi ROA noncummulative 1 1 tidak terjadi ROE noncummulative 1 1 tidak terjadi NPM cummulative 1 1 tidak terjadi ROA cummulative 1 1 tidak terjadi ROE cummulative 1 1 tidak terjadi Debt to total assets ratio 1 1 tidak terjadi Assets turnover noncummulative 1 1 tidak terjadi Assets turnover cummulative 1 1 tidak terjadi Price/earning ratio 1 1 tidak terjadi Market/book ratio 1 1 tidak terjadi
Sumber: data yang diolah oleh penulis
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua
rasio keuangan yang akan diuji secara individual tidak mengalami
gangguan multikolinearitas karena VIF dan Tolerance yang bernilai
sama-sama satu dalam ujian multikolinearitas
69
IV.3.1.3 Pengujian Hipotesis
Tabel 4.3.1.3 Tabel Hasil Pengujian Hipotesis
Rasio Konstanta Koefisien
regresi t-
hitung t-tabel Sig
Derajat Ketidak-
percayaan Hasil
Current ratio
12.812,048 -7.252,279 -2,449 -1,734 0,025 0,050 Ho diterima Acid-test ratio 11.311,760 -6.013,903 -2,152 -1,734 0,045 0,050 Ho diterima NPM noncummulative 5.460,149 8.336,832 0,686 1,734 0,501 0,050 Ho diterima ROA noncummulative 3.800,396 92.664,908 1,765 1,734 0,095 0,050 Ho diterima ROE noncummulative 4.858,650 24.253,802 1,034 1,734 0,315 0,050 Ho diterima NPM cummulative 896,772 29.561,948 1,575 1,734 0,133 0,050 Ho diterima ROA cummulative 4.886,842 24.210,526 2,013 1,734 0,059 0,050 Ho diterima ROE cummulative 5.203,449 7.877,039 1,651 1,734 0,116 0,050 Ho diterima Debt to total assets ratio 28.416,642 -41.012,800 -3,594 -1,734 0,002 0,050 Ho diterima Assets turnover noncummulative -16.349,600 130.947,500 6,196 1,734 0,000 0,050 Ho ditolak Assets turnover cummulative 5.678,177 3.176,205 1,221 1,734 0,238 0,050 Ho diterima Price/earning ratio 579,316 488,552 3,782 1,734 0,001 0,050 Ho ditolak Market/book ratio 182,348 1.365,014 6,528 1,734 0,000 0,050 Ho ditolak Sumber: data yang diolah oleh penulis
Berdasarkan hasil t-test dan perbandingan signifikansi dengan
derajat ketidakpercayaan diperoleh hasil bahwa rasio keuangan yang
diketahui koefisien regresinya mempunyai sensitivitas signifikan
terhadap harga saham adalah assets turnover noncummulative,
price/earning ratio, dan market/book ratio. Sementara itu, rasio-rasio
lainnya tidak mempunyai sensitivitas yang signifikan terhadap harga
saham.
IV.3.1.4 Diskusi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh koefisien
regresi untuk assets turnover noncummulative sebesar 130.947,500. Hal
ini berarti perubahan assets turnover noncummulative sebesar satu
menyebabkan perubahan harga saham sebesar Rp 130.947,500. Lalu,
70
price/earning ratio mempunyai koefisien regresi sebesar 488,552,
sehingga perubahan price/earning sebesar satu menyebabkan perubahan
harga saham sebesar Rp 488,552. Lalu, market/book ratio mempunyai
koefisien regresi sebesar 1.365,014, sehingga perubahan market/book
ratio sebesar satu menyebabkan perubahan harga saham sebesar Rp
1.365,014.
Akan tetapi, karena data mengalami otokorelasi, maka tidak
diketahui seberapa tepat pengujian sensitivitas koefisien regresi dengan
t-test dan uji signifikansi tersebut. Penyebab terjadinya otokorelasi
adalah data observasi yang digunakan saling terkorelasi dan kesalahan
spesifikasi, yaitu misalnya terabaikannya suatu variabel penting atau
bentuk fungsi yang tidak tepat.
IV.3.2 Sensitivitas Rasio Keuangan Secara Bersamaan Terhadap Harga
Saham Telkom
Berdasarkan hasil pengujian dengan regresi sederhana diperoleh
hasil bahwa assets turnover noncummulative, price/earning ratio, dan
market/book ratio atau aktivitas dan nilai pasar bersensitivitas terhadap
harga saham Telkom. Pengujian atas ketiga rasio tersebut akan
dilanjutkan dengan menggunakan regresi berganda untuk melihat
bagaimana sensitivitas ketiga rasio tersebut terhadap harga saham
Telkom bila digunakan secara bersamaan.
71
IV.3.2.1 Uji Asumsi Klasik
IV.3.2.1.1 Uji Heteroskedatisitas
Gambar 4.3.2.1.1 Diagram Pencar Assets Turnover Noncummulative,
Price/Earning Ratio dan Market/Book Ratio terhadap Harga Saham
Telkom
Diagram pencar ternyata tidak membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, melainkan acak, sehingga regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
IV.3.2.1.2 Uji Otokorelasi
Tabel 4.3.2.1.2. Tabel Hasil Uji Otokorelasi Rasio Assets Turnover
Noncummulative, Price/Earning Ratio dan Market/Book Ratio
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .863(a) .745 .698 1325.09149 .520a Predictors: (Constant), MarketBookRatio, PriceEarningRatio, AssetsTO_NonCumData b Dependent Variable: StockPrice Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar
0,520. Sementara itu, nilai Durbin-Watson untuk sampel
berjumlah dua puluh dengan tiga variabel independen adalah
72
dL=1,00 dan dU=1,68. Jika dibandingkan, maka hasilnya adalah
DW tabel < dL, terjadi otokorelasi. Hal ini menyebabkan
ketidaktepatan dari interval keyakinan dan hasil pengujian
signifikansi t-test dan F-test.
IV.3.2.1.3 Uji Multikolinearitas
Tabel 4.3.2.1.3 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas Assets Turnover
Noncummulative, Price/Earning Ratio dan Market/Book Ratio
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua
rasio keuangan yang akan diuji mengalami gangguan
multikolinearitas, VIF dan tolerance-nya tidak mendekati satu.
IV.3.2.2 Pengujian Hipotesis
Tabel 4.3.2.2 Tabel Hasil Pengujian Hipotesis
Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) -8183.206 6360.133 -1.287 .217 AssetsTO_NonCum
Data 62512.160 43812.029 .394 1.427 .173
PriceEarningRatio -10.588 200.796 -.014 -.053 .959 MarketBookRatio 834.825 685.416 .513 1.218 .241
a Dependent Variable: StockPrice Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung. Kemudian,
nilai t tabel untuk derajat kebebasan sebesar 18 dengan tingkat
ketidakpercayaan sebesar 5% adalah 1,734. Untuk assets turnover
73
noncummulative dan market/book ratio kondisinya adalah t hitung < t
tabel dan sig > 5% sehingga Ho diterima. Kemudian, untuk
price/earning ratio, –t hitungnya < -t tabelnya, tetapi sig > 5%,
sehingga Ho diterima. Hal ini berarti ketiga rasio tersebut yang tidak
mempunyai sensitivitas yang signifikan dalam regresi berganda.
IV.3.2.3 Diskusi Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian di atas didapat hasil yang berbeda
dengan hasil regresi sederhana. Hal ini disebabkan adanya
multikolinearitas dalam regresi, di mana salah satu cirinya adalah
biasanya regresi mempunyai persamaan dengan nilai R2 yang tinggi
atau sangat tinggi, F hitung tinggi, tetapi banyak variabel bebas yang
tidak signifikan (t hitungnya rendah). Multikolinearitas terjadi karena
adanya variabel-variabel independen yang terkorelasi satu sama
lainnya. Multikolinearitas menyebabkan berubahnya nilai postif
dalam regresi sederhana menjadi negatif dalam regresi berganda atau
sebaliknya
top related