bab iv hasil penelitian dan pembahasan hasil … · 2018. 8. 6. · bjb syariah, bank victoria...
Post on 27-Mar-2021
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Umum Bank Umum Syariah
a. Sejarah Bank Umum Syariah
Sistem perbankan syariah merupakan motor yang mengawali
digerakkannya penerapan sistem transaksi syariah di Indonesia.
Sistem perbankan syariah sendiri memiliki rekam jejak yang
panjang. Di Indonesia eksistensi perbankan syariah dimulai dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991, yang mulai
beroperasi pada tahun 1992. Melalui UU No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan dan dijabarkan di dalamnya bahwa pemerintah telah
memberikan kesempatan untuk pelaksanaan Bank Umum Syariah.
Pada tahun-tahun berikutnya pemerintah lalu mengeluarkan
beberapa landasan hukum yang lebih kuat untuk perbankan syariah
seperti UU No. 10 Tahun 1998, UU No. 23 Tahun 1999, hingga
disahkannya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Dengan keluarnya UU No. 21 tahun 2008, perkembangan
perbankan syariah meningkat tajam terutama dilihat dari
peningkatan jumlah bank/kantor yang menggunakan prinsip syariah
dan peningkatan jumlah aset yang dikelola. Pada tahun 2009 enam
bank yang bergabung dalam Bank Umum Syariah, yakni Bank
34
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega
Indonesia, Bank Bukopin Syariah, Bank Panin Syariah, dan BRI
Syariah. Di tahun 2010 jumlah Bank Umum Syariah semakin pesat
dengan bertambahnya 5 bank, yakni BNI Syariah, BCA Syariah,
BJB Syariah, Bank Victoria Syariah, dan Maybank Syariah
Indonesia. Walaupun tidak seluruh Bank Umum Syariah ini
merupakan bank baru, melainkan juga ada yang berasal dari spin-off
dan konversi. Hingga tahun 2017 jumlah dari Bank Umum Syariah
bertambah, dengan masuknya Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah dan terakhir Bank Aceh Syariah.
Dalam kinerjanya Bank Umum Syariah tidak luput dari imbas
kondisi perekonomian global yang menurun di tahun 2014, hal ini
dapat dilihat dari menurunnya pembiayaan yang disalurkan serta
laba yang didapat. Namun dalam perspektif global keuangan syariah
terdapat informasi positif dan secara umum perbankan syariah
mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, walaupun masih relatif
kecil memberikan dampak terhadap perekonomian nasional.
2. Bank Muamalat Indonesia
a. Sejarah Singkat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (“Bank Muamalat
Indonesia”) memulai perjalanan bisnisnya sebagai Bank Syariah
pertama di Indonesia pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us Tsani
1412 H. Pendirian Bank Muamalat Indonesia digagas oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
35
(ICMI) dan pengusaha muslim yang kemudian mendapat dukungan
dari pemerintah Republik Indonesia. Sejak resmi beroperasi pada 1
Mei 1992 atau 27 Syawal 1412 H.
Hingga saat ini, Bank telah memiliki 278 kantor layanan
termasuk 1 (satu) kantor cabang di Malaysia. Operasional Bank juga
didukung oleh jaringan layanan yang luas berupa 710 unit ATM
Muamalat, 120.000 jaringan ATM Bersama dan ATM Prima, 103
Mobil Kas Keliling (mobile branch) serta lebih dari 11.000 jaringan
ATM di Malaysia melalui Malaysia Electronic Payment (MEPS).
b. Struktur
Gambar 1
Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia
Sumber : http://www.bankmuamalat.co.id/struktur-organisasi
36
c. Kegiatan Usaha
Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 3 Anggaran Dasar
Bank, maksud dan tujuan Bank Muamalat Indonesia adalah
menyelenggarakan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah.
Dalam kegiatan usaha sesuai dengan prinsip syariah yang dijalankan
Bank Muamalat Indonesia terdapat 2 jenis kegiatan usaha, yaitu
produk dan layanan. Adapun produk-produk dan layanan yang
terdapat di Bank Muamalat Indonesia sebagai berikut:
Tabel 4
Produk dan Layanan di Bank Muamalat Indonesia
Produk Layanan
Pendanaan Pembiayaan
Konsumen Modal kerja Investasi
Giro Muamalat KPR iB
Muamalat
iB Modal
Kerja
iB Investasi
SME
Remittance
Tabungan iB Muamalat
iB Muamalat
Umroh
iB Rekening
Koran
Muamalat
iB Properti
Bisnis
Muamalat
Incoming
Muamalat
Tabungan iB Muamalat
Dollar
iB Muamalat
Koperasi
Karyawan
iB Muamalat
Usaha Mikro
Remittance iB
Tabungan Muamalat iB
Haji dan Umrah
iB Muamalat
Multiguna
Trade Finance
Tabungan iB Muamalat
Rencana
iB Muamalat
Pensiun
Klaim Bank
Garansi
TabunganKu iB Pembiayaan
Autoloan
Standby L/C
Tabungan iB Muamalat
Prima
Transfer aTM
Muamalat
Deposito Mudharabah Muamalat Mobile
Internet Banking
Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (DPLK)
Muamalat
Muamalat Cash
Management
System
SalaMuamalat
Bank Garansi
Deposito Plus
AR Financing
Buyer Financing
Sumber: Annual Report Bank Muamalat Indonesia (Data Sekunder Diolah)
37
d. Laporan Keuangan
Data dalam penelitian ini menggunakan informasi yang tersaji
di dalam laporan keuangan triwulan pertama periode 2015 sampai
dengan laporan keuangan triwulan pertama periode 2018. Data yang
dilampirkan adalah laporan posisi keuangan dan laporan rasio
keuangan, karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jumlah pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah dan
istishna’ yang mana terdapat dalam laporan posisi keuangan dan
nilai ROA yang terdapat dalam laporan rasio keuangan. Berikut
adalah laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia yang digunakan
dalam penelitian ini:
Gambar 2
Laporan Posisi Keuangan Triwulan Bank Muamalat Indonesia
Periode Desember 2015-2016
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2016
38
Gambar 3
Laporan Posisi Keuangan Triwulan Bank Muamalat Indonesia
Periode Desember 2016-2017
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2017
Gambar 4
Laporan Posisi Keuangan Triwulan Bank Muamalat Indonesia
Periode Maret 2018
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2018
39
Gambar 5
Laporan Rasio Keuangan Triwulan Bank Muamalat Indonesia
Periode Desember 2015-2016
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2016
Gambar 6
Laporan Rasio Keuangan Triwulan Bank Muamalat Indonesia
Periode Desember 2016-2017
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2017
40
Gambar 7
Laporan Rasio Keuangan Triwulan Bank Muamalat Indonesia
Periode Maret 2018
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2018
Dari gambar-gambar yang tersaji di atas didapatkan informasi
jumlah pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, dan
istishna’ yang disalurkan oleh Bank Muamalat Indonesia pada
desember 2015 sebesar Rp 17.784.786; Rp 1.105.892; Rp
20.255.738; dan Rp 8.313 (dalam jutaan rupiah). Pada desember
periode 2016 jumlah pembiayaan murabahah, mudharabah,
musyarakah, dan istishna’ yang disalurkan sebesar Rp 16.866.086;
Rp 794.220; Rp 20.125.270; dan Rp 5.236 (dalam jutaan rupiah).
Pada desember periode 2017 jumlah pembiayaan murabahah,
mudharabah, musyarakah, dan istishna’ yang disalurkan sebesar
Rp 19.633.840; Rp 703.554; Rp 19.160.884; dan Rp 3.849 (dalam
jutaan rupiah). Pada maret periode 2018 jumlah pembiayaan
murabahah, mudharabah, musyarakah, dan istishna’ yang
41
disalurkan sebesar Rp 20.401.527; Rp 739.611; Rp 19.134.755; dan
Rp 3.878 (dalam jutaan rupiah).
Diketahui terjadi penurunan penyaluran dari semua pembiayaan
di Bank Muamalat Indonesia dari desember 2015 hingga desember
2017, dan mulai membaik pada maret 2018 kecuali untuk
pembiayaan murabahah. Nilai ROA berturut-turut pada desember
2015, desember 2016, desember 2017 dan maret 2018 sebesar
0,25%; 0,22%; 0,11%; dan 0,79%. Berdasarkan data tersebut terlihat
bahwa nilai ROA terus mengalami penurunan dari tahun 2015
hingga 2017, dan meningkat pada maret 2018.
3. Bank Syariah Mandiri
a. Sejarah Singkat
Bank Syariah Mandiri adalah bank umum syariah kedua yang
berdiri setelah Bank Muamalat Indonesia yang secara resmi
beroperasi sejak tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November
1999. Bank Syariah Mandiri adalah hasil dari bergabungnya
(merger) 4 (empat) Bank milik pemerintah, yaitu Bank Dagang
Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo, menjadi satu,
satu Bank yang kokoh dengan nama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Ketika pemerintah memberlakukan UU No.10 tahun 1998 yang
memberi peluang bagi Bank Umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
menjadi Bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan
nama PT Bank Syariah Mandiri.
42
Hingga saat ini untuk memudahkan nasabah dalam bertranaksi,
Bank Mandiri Syariah menyediakan 737 kantor layanan di seluruh
Indonesia, dengan akses lebih dari 196.000 jaringan ATM.
b. Struktur Organisasi
Gambar 8
Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri
Sumber : https://www.syariahmandiri.co.id/struktur-organisasi
c. Kegiatan Usaha
Di dalam kegiatan usahanya, demi memudahkan nasabah dalam
bertransaksi, Bank Syariah Mandiri menyediakan beberapa produk
yang dibutuhkan oleh nasabah sesuai dengan prinsip syariah.
Terdapat 3 jenis kegiatan usaha yang dijalankan sebagai produk/jasa,
yaitu produk pendanaan, produk pembiayaan dan produk layanan.
Adapun produk-produk dan layanan yang terdapat di Bank Syariah
Mandiri sebagai berikut:
43
Tabel 5
Produk dan Layanan di Bank Syariah Mandiri
Pendanaan Pembiayaan Layanan
Tabungan BSM BSM Pembiayaan Mudharabah BSM Card
BSM Tabungan Berencana BSM Pembiayaan Musyarakah BSM ATM
BSM Tabungan Simpatik BSM Pembiayaan Murabahah BSM CALL 14040
BSM Tabungan Mabrur BSM Pembiayaan Istishna’ Safe Deposit Box
BSM Tabungan Mabrur
Junior
Pembiayaan dengan skema IMBT BSM Mobile Banking
BSM Tabungan Dollar PKPA BSM Mobile Banking
Multi Platform
BSM Tabungan
Perusahaan
BSM Implan BSM Net Banking
BSM Simpanan Pelajar iB BSM Pembiayaan Griya BSM BSM Notifikasi
Sukuk Negara Retail BSM Pmbiayan Pemilikan Rumah
Sejahtera Syariah Tapak
MBP (Multi Bank
Payment)
Reksa Dana BSM Pembiayaan Griya PUMP-KB BPI (BSM Pembayaran
Institusi)
Tabungan Saham Syariah BSM Optima Pembiayaan
Pemilikikan Rumah
BPR Host to Host
BSM Tabungan Pensiun BSM Pensiun BSM E-Money
BSM Tabunganku BSM Alat Kedokteran Transfer D.U.I.T
BSM Deposito BSM Oto Transfer Valas
BSM Deposito Valas BSM Eduka Western Union
BSM Giro Pembiayaan Dana Berputar Fer Nusantara
BSM Giro Valas Pembiayaan Umrah Multibiller
BSM Giro Singapore
Dollar
Pembiayaan dengan Agunan
Investasi Terikat Syariah Mandiri
Pengembangan Fitur-fitur
E-Channel
BSM Giro Euro BSM Pembiayaan Warung Mikro Layanan Zakat
BSM Simpanan Pelajar Gadai Emas BSM
Tabungan Saham Syariah Cicil Emas BSM
Sumber: Annual Report Bank Syariah Mandiri 2017 (Data Sekunder Diolah)
d. Laporan Keuangan
Data dalam penelitian ini menggunakan informasi yang tersaji
di dalam laporan keuangan triwulan pertama periode 2015 sampai
dengan laporan keuangan triwulan pertama periode 2018. Data yang
dilampirkan adalah laporan posisi keuangan dan laporan rasio
keuangan, karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jumlah pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah dan
istishna’ yang mana terdapat dalam laporan posisi keuangan dan
44
nilai ROA yang terdapat dalam laporan rasio keuangan. Berikut
adalah laporan keuangan Bank Syariah Mandiri yang digunakan
dalam penelitian ini:
Gambar 9
Laporan Posisi Keuangan Triwulan Bank Syariah Mandiri
Periode Desember 2015-2016
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Syariah Mandiri, 2016
Gambar 10
Laporan Posisi Keuangan Triwulan Bank Syariah Mandiri
Periode Desember 2016-2017
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Syariah Mandiri, 2017
45
Gambar 11
Laporan Posisi Keuangan Triwulan Bank Syariah Mandiri
Periode Maret 2018
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Syariah Mandiri, 2018
Gambar 12
Laporan Rasio Keuangan Triwulan Bank Syariah Mandiri
Periode Desember 2015-2016
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Syariah Mandiri, 2016
46
Gambar 13
Laporan Rasio Keuangan Triwulan Bank Syariah Mandiri
Periode Desember 2016-2017
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Syariah Mandiri, 2017
Gambar 14
Laporan Rasio Keuangan Triwulan Bank Syariah Mandiri
Periode Maret 2018
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Syariah Mandiri, 2018
47
Dari gambar-gambar yang tersaji di atas didapatkan informasi
jumlah pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, dan
istishna’ yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri pada desember
2015 sebesar Rp 33.222.772; Rp 2.834.183; Rp 10.277.269; dan Rp
6.317 (dalam jutaan rupiah). Pada desember periode 2016 jumlah
pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, dan istishna’
yang disalurkan sebesar Rp 34.588.834; Rp 3.085.615; Rp
13.001.058; dan Rp 1.130 (dalam jutaan rupiah).
Pada desember periode 2017 jumlah pembiayaan murabahah,
mudharabah, musyarakah, dan istishna’ yang disalurkan sebesar
Rp 34.502.479; Rp 3.360.363; Rp 17.268.075; dan Rp 3.144 (dalam
jutaan rupiah). Pada maret periode 2018 jumlah pembiayaan
murabahah, mudharabah, musyarakah, dan istishna’ yang
disalurkan sebesar Rp 35.224.282; Rp 3.414.896; Rp 17.065.431;
dan Rp 824 (dalam jutaan rupiah).
Diketahui dalam penyaluran dari semua pembiayaan di Bank
Syariah Mandiri cenderung mengalami kenaikan dari desember
2015 hingga maret 2018 kecuali untuk pembiayaan musyarakah dan
istishna’ di periode maret 2018. Nilai ROA berturut-turut pada
desember 2015, desember 2016, desember 2017 dan maret 2018
sebesar 0,56%; 0,59%; 0,59%; dan 0,79%. Berdasarkan data tersebut
terlihat bahwa nilai ROA terus mengalami peningkatan dari tahun
2015 hingga 2017 menandakan baiknya kinerja Bank Syariah
Mandiri dalam mengelola asetnya.
48
4. Bank Bukopin Syariah
a. Sejarah Singkat
Beroperasi secara konvensional dengan nama PT Bank
Persyarikatan Indonesia, lalu melakukan program penyehatan
melalui tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk.
Kemudian bank ini berubah menjadi Bank Syariah saat keluarnya
surat keputusan Gubernur Bank Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/
DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian Izin
Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank
Umum Syariah, dengan nama menjadi PT Bank Syariah Bukopin.
Bank ini resmi mulai efektif beroperasi pada tanggal 9 Desember
2008.
Hingga pada akhir desember 2017, Bank Bukopin Syariah
memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan
Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 8 (delapan) Kantor
Cabang Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 5 (lima) unit mobil kas
keliling, dan 97 (sembilan puluh tujuh) Kantor Layanan Syariah,
serta 32 (tiga puluh dua) mesin Automated Teller Machine (ATM)
BSB dengan jaringan Prima BCA.
49
b. Struktur
Gambar 15
Struktur Organisasi Bank Bukopin Syariah
Sumber : Annual Report Bank Bukopin Syariah 2017
50
c. Kegiatan Usaha
Sesuai dengan Perubahan Anggaran Dasar pada Akta Nomor.
28 tanggal 31 Maret 2008, bidang usaha perseroan yaitu Usaha
perbankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip syariah yang dijalankan Bank Bukopin Syariah
terdapat 2 jenis kegiatan usaha, yaitu produk dan layanan. Adapun
produk-produk dan layanan yang terdapat di Bank Bukopin Syariah
sebagai berikut:
Tabel 6
Produk dan Layanan di Bank Bukopin Syariah
Pendanaan Pembiayaan Layanan
Tabungan iB
SiAga
Pembiayaan iB Jual-Beli
(Murabahah)
Safe Deposit Box iB (SDB
iB)
Tabungan iB
Haji Pembiayaan iB Bagi Hasil
(Musyarakah)
Transfer
Tabungan iB
Rencana Pembiayaan iB Bagi Hasil
(Mudharabah) Kliring
Tabungan iB
SiAga Bisnis
Mudharabah iB Investasi Terikat
(Mudharabah Muqayyadah)
Real Time Gross System
(RTGS) TabunganKu
iB Pembiayaan iB Pinjaman (Qardh) Kontra Bank Garansi
Tabungan
SimPel iB Pembiayaan iB Istishna’ Kartu ATM Bank Syariah
Bukopin Tabungan iB
SiAga Pensiun
Pembiayaan iB Istishna’ Pararel Hallo BSB 1500 666
Deposito iB Pembiayaan iB Kepemilikan Mobil
(iB KPM)
Cash Management
Giro iB Pembiayaan iB Kepemilikan Rumah
(iB KPR)
Wakaf Uang
Giro iB Matic Pembiayaan iB Kepada Koperasi
Karyawan/Pegawai untuk Anggota
(iB K3A)
Short Message Services
Banking (SMS Banking)
Pembiayaan iB Jaminan Tunai BSB M-BSB
Pembiayaan iB Pola Channeling Bank Persepsi
Pembiayaan iB SiaGa Emas (Gadai) Transfer Valas
Pembiayaan iB Kepemilikan Emas
(Murabahah Emas)
Wstern Union
Pembiayaan iB SiAga Pendidikan fer Nusantara
Pembiayaan iB SiAga Pensiun Multibiller Sumber: Annual Report Bank Bukopin Syariah 2017 (Data Sekunder Diolah)
51
d. Laporan Keuangan
Data dalam penelitian ini menggunakan informasi yang tersaji
di dalam laporan keuangan triwulan pertama periode 2015 sampai
dengan laporan keuangan triwulan pertama periode 2018. Data yang
dilampirkan adalah laporan posisi keuangan dan laporan rasio
keuangan, karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jumlah pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah dan
istishna’ yang mana terdapat dalam laporan posisi keuangan dan
nilai ROA yang terdapat dalam laporan rasio keuangan. Berikut
adalah laporan keuangan Bank Bukopin Syariah yang digunakan
dalam penelitian ini:
Gambar 16
Laporan Posisi Keuangan Triwulan Bank Bukopin Syariah
Periode Desember 2015-2016
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Bukopin Syariah, 2016
52
Gambar 17
Laporan Posisi Keuangan Triwulan Bank Bukopin Syariah
Periode Desember 2016-2017
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Bukopin Syariah, 2017
Gambar 18
Laporan Posisi Keuangan Triwulan Bank Bukopin Syariah
Periode Maret 2018
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Bukopin Syariah, 2018
53
Gambar 19
Laporan Rasio Keuangan Triwulan Bank Bukopin Syariah
Periode Desember 2015-2016
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Bukopin Syariah, 2016
Gambar 20
Laporan Rasio Keuangan Triwulan Bank Bukopin Syariah
Periode Desember 2016-2017
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Bukopin Syariah, 2017
54
Gambar 21
Laporan Rasio Keuangan Triwulan Bank Bukopin Syariah
Periode Maret 2018
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank Bukopin Syariah, 2018
Dari gambar-gambar yang tersaji di atas didapatkan informasi
jumlah pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, dan
istishna’ yang disalurkan oleh Bank Bukopin Syariah pada
desember 2015 sebesar Rp 2.188.488; Rp 401.916; Rp 1.665.458;
dan Rp 9.984 (dalam jutaan rupiah). Pada desember periode 2016
jumlah pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, dan
istishna’ yang disalurkan sebesar Rp 2.198.444; Rp 340.450; Rp
2.141.366; dan Rp 7.011 (dalam jutaan rupiah).
Pada desember periode 2017 jumlah pembiayaan murabahah,
mudharabah, musyarakah, dan istishna’ yang disalurkan sebesar
Rp 1.629.023; Rp 172.791; Rp 2.498.974; dan Rp 4.283 (dalam
jutaan rupiah). Pada maret periode 2018 jumlah pembiayaan
murabahah, mudharabah, musyarakah, dan istishna’ yang
55
disalurkan sebesar Rp 1.497.106; Rp 156.324; Rp 2.413.246; dan Rp
3.612 (dalam jutaan rupiah).
Diketahui dalam penyaluran dari semua pembiayaan di Bank
Bukopin Syariah cenderung mengalami penurunan dari desember
2015 hingga maret 2018. Nilai ROA berturut-turut pada desember
2015, desember 2016, desember 2017 dan maret 2018 sebesar
0,79%; 0,76%; 0,02%; dan 0,09%. Berdasarkan data tersebut terlihat
bahwa nilai ROA terus mengalami penurunan dari tahun 2015
hingga 2018 menandakan kinerja Bank Bukopin Syariah dalam
mengelola asetnya terus menurun.
5. Bank BRI Syariah
a. Sejarah Singkat
Berawal dari akuisisi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008
melalui suratnya No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal
17 November 2008 PT Bank BRISyariah secara resmi beroperasi.
PT. Bank BRISyariah mengubah kegiatan usaha yang semula
beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi
kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.
Aktivitas PT Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk melebur ke dalam
PT Bank BRISyariah (proses spin off) yang berlaku efektif pada
56
tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Sofyan
Basir selaku Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk dan Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT Bank
BRISyariah.
b. Struktur
Gambar 22
Struktur Organisasi Bank BRI Syariah
Sumber : Annual Report Bank BRI Syariah 2017
57
c. Kegiatan Usaha
Berdasarkan anggaran dasar perusahaan terakhir, yang tertuang
dalam AKTA No.52 tanggal 31 Agustus 2016 pasal 3 ayat 1, maksud
dan tujuan perseroan ialah menyelenggarakan usaha perbankan
berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatan usaha sesuai dengan
prinsip syariah yang dijalankan Bank BRI Syariah terdapat 2 jenis
kegiatan usaha, yaitu produk dan layanan. Adapun produk-produk
dan layanan yang terdapat di Bank BRI Syariah sebagai berikut:
Tabel 7
Produk dan Layanan di Bank BRI Syariah
Produk Layanan
Pendanaan Pembiayaan
Konsumen Modal kerja
Tabungan Faedah
BRISyariah iB
KPR BRISyariah iB
(Kepemilikan
Rumah)
Multifinance Employee benefit
Program (EmBP)
Tabungan Haji
BRISyariah iB
KPR Sejahtera
BRISyariah iB
Koperasi karyawan Kegiatan Valuta
Asing
Tabungan Impian
BRISyariah iB
KKB (Kepemilikan
Kendaraan
Bermotor)
BMT (Baitul Mal
waTamwil)
Payment Point
PPOB
BRISyariah
TabunganKu
BRISyariah iB
Gadai Mikro 25 iB Layanan Laku
Pandai
BRISSMART
Tabungan Mikro
BRISyariah iB
Pembiayaan Umroh
BRISyariah iB
Mikro 75 iB Debit BRIS
TabunganKu iB Pembiayaan
Kepemilikan Emas
(PKE) BRISyariah
iB
Mikro 200 iB BRIS Cash
Management
System (CMS
BRIS)
Tabungan
Simpanan Pelajar
iB (SimPel)
KMF BRISyariah iB KUR Mobile Banking
BRIS
Giro Faedah
Wadiah
BRISyariah iB
KMF Pra Purna
BRISyariah iB
Pembiayaan
Linkage -
Channeling BRIS
iB
Internet Banking
BRIS
Giro Faedah
Mudharabah
BRIsyariah iB
KMF Purna
BRISyariah iB
Pembiayaan SME
200-500 BRIS IB
Virtual Account
Online
58
Deposito
BRISyariah iB
IMBT Konsumer
BRIS iB
Pembiayaan SME >
500BRIS iB
Layanan
Pembayaran SPP
Simpanan Faedah
BRIsyariah iB
Pembiayaan Modal
Kerja Revolving
(PMKR) BRIS iB
Multi Billing
Payment
Bank Garansi
Agen Penjual
Sukuk Ritel dan
Sukuk Tabungan. Sumber: Annual Report Bank BRI Syariah 2017 (Data Sekunder Diolah)
d. Laporan Keuangan
Data dalam penelitian ini menggunakan informasi yang tersaji
di dalam laporan keuangan triwulan pertama periode 2015 sampai
dengan laporan keuangan triwulan pertama periode 2018. Data yang
dilampirkan adalah laporan posisi keuangan dan laporan rasio
keuangan, karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jumlah pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah dan
istishna’ yang mana terdapat dalam laporan posisi keuangan dan
nilai ROA yang terdapat dalam laporan rasio keuangan. Berikut
adalah laporan keuangan Bank BRI Syariah yang digunakan dalam
penelitian ini:
59
Gambar 23
Laporan Posisi Keuangan Triwulan Bank BRI Syariah
Periode Desember 2015-2016
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank BRI Syariah, 2016
Gambar 24
Laporan Posisi Keuangan Triwulan Bank BRI Syariah
Periode Desember 2016-2017
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank BRI Syariah, 2017
60
Gambar 25
Laporan Posisi Keuangan Triwulan Bank BRI Syariah Periode Maret 2018
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank BRI Syariah, 2018
Gambar 26
Laporan Rasio Keuangan Triwulan Bank BRI Syariah
Periode Desember 2015-2016
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank BRI Syariah, 2016
61
Gambar 27
Laporan Rasio Keuangan Triwulan Bank BRI Syariah
Periode Desember 2016-2017
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank BRI Syariah, 2017
Gambar 28
Laporan Rasio Keuangan Triwulan Bank BRI Syariah
Periode Maret 2018
Sumber: Laporan publikasi triwulan Bank BRI Syariah, 2018
Dari gambar-gambar yang tersaji di atas didapatkan informasi
jumlah pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, dan
istishna’ yang disalurkan oleh Bank BRI Syariah pada desember
2015 sebesar Rp 978.035; Rp 1.106.566; Rp 4.962.346; dan Rp
62
7.241 (dalam jutaan rupiah). Pada desember periode 2016 jumlah
pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, dan istishna’
yang disalurkan sebesar Rp 10.801.053; Rp 1.271.485; Rp
5.185.890; dan Rp 5.760 (dalam jutaan rupiah).
Pada desember periode 2017 jumlah pembiayaan murabahah,
mudharabah, musyarakah, dan istishna’ yang disalurkan sebesar
Rp 10.457.017; Rp 840.975; Rp 5.447.998; dan Rp 4.309 (dalam
jutaan rupiah). Pada maret periode 2018 jumlah pembiayaan
murabahah, mudharabah, musyarakah, dan istishna’ yang
disalurkan sebesar Rp 10.652.721; Rp 731.713; Rp 5.775.413; dan
Rp 4.040 (dalam jutaan rupiah).
Diketahui dalam penyaluran dari semua pembiayaan di Bank
BRI Syariah berbeda dari satu dan lainnya, untuk pembiayaan
murabahah dan musyarakah cenderung mengalami kenaikan
tingkat penyaluran dari desember 2015 hingga maret 2018, dan
untuk pembiayaan mudharabah dan istishna’ cenderung mengalami
penurunan tingkat penyaluran dari desember 2015 hingga maret
2018. Nilai ROA berturut-turut pada desember 2015, desember
2016, desember 2017 dan maret 2018 sebesar 0,76%; 0,95%;
0,51%; dan 0,86%. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa nilai
ROA mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak tetap dari
tahun 2015 hingga 2018, namun angka ROA yang didapat masih
dapat digolongkan baik menandakan kinerja Bank BRI Syariah
dalam mengelola asetnya tidak terlalu buruk.
63
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pemilihan variabel penelitian dalam penelitian ini, ditentukan
bahwa untuk variabel dependen pada penelitian ini berupa data Return On
Asset (ROA). Data ROA yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
yang telah disajikan di laporan keuangan triwulan Bank Umum Syariah yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
Variabel independen pada penelitian ini berupa data pembiayaan
murabahah, mudharabah, musyarakah dan istishna’. Data pembiayaan
murabahah, mudharabah, musyarakah dan istishna’ yang digunakan
merupakan jumlah piutang/pembiayaan yang timbul dari transaksi masing-
masing pembiayaan dari pihak ketiga dan pihak berelasi yang dikurangi dengan
cadangan penyisihan kerugian, yang disajikan di dalam laporan keuangan
triwulan Bank Umum Syariah yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Bank Umum Syariah yang menjadi sampel dalam penelitian ini
berdasarkan kriteria berupa Bank Umum Syariah yang secara rutin
mempublikasikan laporan keuangan triwulan I 2015 hingga triwulan I 2018
serta memiliki kelengkapan data ROA, pembiayaan murabahah, mudharabah,
musyarakah dan istishana.
Berdasarkan hal prosedur yang telah dilakukan, ditentukan Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri , Bank Syariah Bukopin dan Bank
BRISyariah sebagai sampel penelitian ini (dapat dilihat pada lampiran 1),
dengan ROA sebagai variabel dependen dan pembiayaan murabahah,
mudharabah, musyarakah dan istishana sebagai variabel independen, sehingga
didapatkan data penelitian (lampiran 2).
64
1. Analisis Data
a. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif ini digunakan untuk memudahkan
dalam membaca data serta memahami maksudnya. Dari tabel
analisis statistik deskriptif (lampiran 3), diperoleh hasil sebagai
berikut:
1) Profitabilitas (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan variabel dependen pada
penelitian ini. Berikut hasil perhitungan analisis satistik deskriptif
variabel ROA:
Tabel 8
Hasil Perhitungan Analisis Statistik Deskriptif Variabel ROA
Sumber Data: Data sekunder yang diolah
Tabel 8 di atas menunjukan variabel ROA memiliki nilai
standar deviasi sebesar 0,0028774, artinya simpangan baku
variabel ROA sebesar 0,28% dan range sebesar 0,0111, artinya
selisih nilai maksimum dan minimum variabel ROA sebesar
1,11%. Hasil analisis deskriptif ROA menunjukkan nilai
maksimum sebesar 0,0113, artinya tingkat pengembalian atas
total aktiva yang tertinggi sebesar 1,13%. Nilai minimum
sebesar 0,0002 menunjukan tingkat pengembalian atas total
Statistics N N 52
Mean ,005663
Median ,005900
Std. Deviation ,0028774
Range ,0111
Minimum ,0002
Maximum ,0113
65
aktiva yang terendah sebesar 0,02%. Nilai mean sebesar
0,005663, artinya dari 52 data pengamatan pada Bank Umum
Syariah selama periode penelitian, rata-rata nilai ROA adalah
sebesar 0,56%. Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam kurun waktu 3 tahun laba bersih ke-empat bank
yang diteliti masih tergolong rendah berdasarkan tingkat total
asetnya.
2) Murabahah
Murabahah yang merupakan variabel independen pertama
(X1) pada penelitian ini. Berikut hasil perhitungan analisis
satistik deskriptif variabel murabahah:
Tabel 9
Hasil Perhitungan Analisis Statistik Deskriptif Variabel
Murabahah
Sumber Data: Data sekunder yang diolah
Tabel 9 di atas menunjukan variabel murabahah memiliki
nilai standar deviasi sebesar 17098722296850,791, artinya
simpangan baku variabel murabahah sebesar Rp
17.098.722.296.850,79 dan range sebesar 103644012000000,
artinya selisih nilai maksimum dan minimum variabel
murabahah sebesar Rp 103.644.012.000.000,00. Hasil analisis
Statistics N N 52
Mean 17957019250000,00
Median 16284610500000,00
Std. Deviation 17098722296850,791
Range 103644012000000
Minimum 1497106000000
Maximum 105141118000000
66
deskriptif murabahah menunjukkan nilai maksimum sebesar
105141118000000, artinya tingkat pembiayaan murabahah yang
tertinggi sebesar Rp 105.141.118.000.000,00. Nilai minimum
sebesar 1497106000000, menunjukan tingkat pembiayaan
murabahah yang terendah sebesar Rp 1.497.106.000.000,00.
Nilai mean sebesar 17957019250000,00, artinya dari 52 data
pengamatan pada Bank Umum Syariah selama periode penelitian,
rata-rata nilai pembiayaan murabahah adalah sebesar Rp
17.957.019.250.000,00.
3) Mudharabah
Mudharabah merupakan variabel independen kedua (X2)
pada penelitian ini. Berikut hasil perhitungan analisis satistik
deskriptif variabel mudharabah:
Tabel 10
Hasil Perhitungan Analisis Statistik Deskriptif Variabel
Mudharabah
Sumber Data: Data sekunder yang diolah
Tabel 10 di atas menunjukan variabel mudharabah memiliki
nilai standar deviasi sebesar 1122844245271,370, artinya
simpangan baku variabel mudharabah sebesar Rp
1.122.844.245.271,37 dan range sebesar 3393066000000, artinya
Statistics
N N 52
Mean 1408108788461,54
Median 981574000000,00
Std. Deviation 1122844245271,370
Range 3393066000000
Minimum 156324000000
Maximum 3549390000000
67
selisih nilai maksimum dan minimum variabel mudharabah
sebesar Rp 3.393.066.000.000,00. Hasil analisis deskriptif
mudharabah menunjukkan nilai maksimum sebesar
3549390000000, artinya tingkat pembiayaan mudharabah yang
tertinggi sebesar Rp 3.549.390.000.000,00. Nilai minimum
sebesar 156324000000 menunjukan tingkat pembiayaan
mudharabah yang terendah sebesar Rp 156.324.000.000,00. Nilai
rata-rata sebesar 1408108788461,54, artinya dari 52 data
pengamatan pada Bank Umum Syariah selama periode penelitian,
rata-rata nilai pembiayaan mudharabah adalah sebesar Rp
1.408.108.788.461,54.
4) Musyarakah
Musyarakah merupakan variabel independen ketiga (X3)
pada penelitian ini. Berikut hasil perhitungan analisis satistik
deskriptif variabel musyarkah:
Tabel 11
Hasil Perhitungan Analisis Statistik Deskriptif Variabel
Musyarakah
Sumber Data: Data sekunder yang diolah
Tabel 11 di atas menunjukan variabel musyarakah memiliki
nilai standar deviasi sebesar 7128395062088,918, artinya
Statistics N N 52
Mean 9825042692307,69
Median 7161231500000,00
Std. Deviation 7128395062088,918
Range 19011607000000
Minimum 1252891000000
Maximum 20264498000000
68
simpangan baku variabel musyarakah sebesar Rp
7.128.395.062.088,92 dan range sebesar 19011607000000,
artinya selisih nilai maksimum dan minimum variabel
musyarakah sebesar Rp 19.011.607.000.000,00. Hasil analisis
deskriptif musyarakah menunjukkan nilai maksimum sebesar
20264498000000, artinya tingkat pembiayaan musyarakah yang
tertinggi sebesar Rp 20.264.498.000.000,00. Nilai minimum
sebesar 1252891000000 menunjukan tingkat pembiayaan
musyarakah yang terendah sebesar Rp 1.252.891.000.000,00.
Nilai mean sebesar 9825042692307,69, artinya dari 52 data
pengamatan pada Bank Umum Syariah selama periode penelitian,
rata-rata nilai pembiayaan musyarakah adalah sebesar Rp
9.825.042.692.307,69.
5) Istishna’
Istishna’ merupakan variabel independen keempat (X4) pada
penelitian ini. Berikut hasil perhitungan analisis satistik deskriptif
variabel istishna’:
Tabel 12
Hasil Perhitungan Analisis Statistik Deskriptif Variabel
Istishna’
Sumber Data: Data sekunder yang diolah
Statistics N N 52
Mean 6270980769,23
Median 5979500000,00
Std. Deviation 3350429474,902
Range 13065000000
Minimum 824000000
Maximum 13889000000
69
Tabel 12 di atas menunjukan variabel istishna’ memiliki nilai
standar deviasi sebesar 3350429474,902, artinya simpangan baku
variabel istishna’ sebesar Rp 3350.429.474,90 dan range sebesar
13065000000, artinya selisih nilai maksimum dan minimum
variabel istishna’ sebesar Rp 13.065.000.000,00. Hasil analisis
deskriptif istishna’ menunjukkan nilai maksimum sebesar
13889000000, artinya tingkat pembiayaan istishna’ yang
tertinggi sebesar Rp 13.889.000.000,00. Nilai minimum sebesar
824000000 menunjukan tingkat pembiayaan istishna’ yang
terendah sebesar Rp 824.000.000,00. Nilai mean sebesar
6270980769,23, artinya dari 52 data pengamatan pada Bank
Umum Syariah selama periode penelitian, rata-rata nilai
pembiayaan istishna’ adalah sebesar Rp 6.270.980.769,23.
b. Uji Asumsi Klasik
Pada model regresi berganda yang bertujuan untuk menguji
hipotesis nilai parameter, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik. Uji asumsi klasik ini digunakan untuk mengetahui nilai-nilai
koefisien agar tidak bias (Dyah N.A. Janie, 2012:13). Berikut
macam-macam uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian
ini:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model
regresi variabel dependen dan variabel independen berdistribusi
70
normal sehingga model regresi yang digunakan tidak bias dalam
analisis datanya (Toni Wijaya, 2012:132). Berikut hasil uji
normalitas:
Tabel 13
Hasil Uji Normalitas
Sumber Data: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji, dari tabel One-Kolmogorov-Smirnov
Test (lampiran 4), diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar
0,758 dengan signifikansi 0,614 lebih besar dari α 0,05,
menunjukkan bahwa data variabel penelitian yang akan di uji
berdistribusi normal. Jika dilihat dari diagram scatter, data
variabel ini juga berdstribusi normal yang dapat dilihat dari
penyebaran titik-titik data berada di sekitar garis lurus diagonal
mendekati 45°, seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 29 : Scatter Diagram Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 52
Kolmogorov-Smirnov Z ,758
Asymp. Sig. (2-tailed) ,614
71
2) Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas dilakukan untuk menunjukkan adanya
hubungan linear diantara variabel-variabel independen dalam
model regresi. Jika antar variabel terjadi multikolineritas
sempurna, maka koefisien regresi variabel independen tidak
dapat ditentukan dan nilai standard error menjadi tak terhingga,
sehingga nilai koefisien regresi tidak dapat diestimasikan dengan
tepat (Dyah N.A. Janie, 2012:19). Berikut tabel nilai Tolernce dan
VIF:
Tabel 14
Hasil Uji Multikolineritas
Sumber Data: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji multikolineritas (lampiran 5), diperoleh
nilai Tolerance semua variabel independen berturut-turut sebesar
0,581; 0,572; 0,839 dan 0,859, semua nilai tersebut > 0,10. Di lain
pihak nilai VIF semua variabel independen memiliki nilai
berturut-turut sebesar 1,722; 1,748; 1,192 dan 1,164, < 10, dapat
diambil kesimpulan bahwa model penelitian ini terbebas dari
multikolineritas.
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Murabahah ,581 1,722
Mudharabah ,572 1,748
Musyarakah ,839 1,192
Istihna’ ,859 1,164
72
3) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedasitisitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa
variasi variabel tidak sama untuk semua pengamatan (Syahri
Alhusin, 2003:223). Berikut hasil uji heterokedastisitas:
Tabel 15
Hasil Uji Heterokedastisitas Model Sig.
1
(Constant) ,000
Murabahah ,214
Mudharabah ,244
Musyarakah ,056
Istishna’ ,581
Sumber Data: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji glejser (lampiran 6) di atas menunjukkan
bahwa signifikansi kesemua variabel bernilai 0,214; 0,244; 0,056
dan 0,581 lebih dari α 0,05, sehingga semua variabel independen
penelitian ini terbebas dari heterokedastisitas.
4) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
suatu model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1. Terdapat
dua metode yang dapat digunakan untuk melakukan uji
autokorelasi yaitu uji Durbin-Watson dan uji Run test. Hasil uji dua
metode ini mungkin memberikan kesimpulan yang berbeda, tetapi
setiap metode yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan
73
(Dyah N.A. Janie, 2012:32). Pengambilan keputusan dalam uji
Durbin-Watson adalah sebagai berikut (Toni Wijaya, 2012:127):
a) Tidak terjadi autokorelasi jika du < dw < 4-du;
b) Terjadi autokorelasi positif jika dw < dl, koefisien korelasinya
lebih besar dari nol;
c) Terjadi autokorelasi negatif jika dw > 4-dl, koefisien
korelasinya lebih kecil dari nol; dan
d) Jika dw terletak antara dl < dw < du atau 4-du dan 4-dl,
hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Berdasarkan hasil uji (Lampiran 7), nilai Durbin-Watson adalah
sebesar 1,686. Selanjutnya nilai ini akan dibandingkan dengan nilai
tabel Durbin-Watson signifikan 5%. Jumlah sampel n=52, dan
jumlah variabel independen (k=4), sehingga dari tabel Durbin-
Watson diperoleh nilai dl = 1,393, dan du = 1,722. Dapat diketahui
bahwa nilai dw berada di antara batas bawah (dl) dan batas atas (du),
yakni dl 1,393 < dw 1,686 < du 1,722. Dapat disimpulkan hasil uji
model regresi ini adalah “tidak dapat disimpulkan”.
Karena hasil uji tidak dapat memberikan kesimpulan yang pasti,
maka peneliti menggunakan metode lain dalam melakukan uji
autokoreasi yaitu menggunakan metode Run test. Menurut Dyah
N.A. Janie (2012), “Run test sebagai bagian dari statistik non
parametik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual
terdapat korelasi tinggi. Run test digunakan untuk melihat apakah
data residual terjadi secara random atau tidak”.
74
Berdasarkan hasil dari Run test (Lampiran 8) didapatkan hasil
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,263 > α 0,05, menandakan data
residual terjadi secara random. Dapat disimpulkan hasil uji model
regresi ini adalah “terbebas dari masalah autokorelasi”.
c. Uji Hipotesis
1) Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh ROA terhadap pembiayaan murabahah, mudharabah,
musyarakah dan istishna’. Berikut hasil uji analisis regresi linear
berganda:
Tabel 16
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error
Beta
1
(Constant) ,006 ,001 5,370 ,000
Murabahah -0,0000000000001 ,000 -,028 -,182 ,857
Mudharabah 0,000000000000101 ,000 ,397 2,549 ,014
Musyarakah -0,0000000000001002 ,000 -,577 -4,485 ,000
Istishna’ 0,0000000000002155 ,000 ,135 1,058 ,295
Sumber Data: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dari tabel
Coefficientsa (lampiran 9), didapat persamaan regresi sebagai
berikut:
75
Y= 0,006 - 0,0000000000001X1 + 0,0000000000001012 -
0,0000000000001002X3 + 0,0000000000002155X4 +
e.......................................(4)
Variabel Y merupakan tingkat ROA, sedangkan variabel X1
adalah pembiayaan murabahah, variabel X2 adalah pembiayaan
mudharabah, variabel X3 adalah pembiayaan musyarakah, dan
variabel X4 pembiayaan istishna’.
Pada persamaan regresi menunjukkan hasil sebagai berikut:
a) Koefisien regresi murabahah sebesar (0,0000000000001)
menggambarkan bahwa setiap terjadi kenaikan satu satuan
pembiayaan murabahah maka tingkat ROA akan menurun
sebesar 0,0000000000001 satuan dengan menganggap
variabel independen lain bernilai konstan. Nilai tersebut
membuktikan bahwa pembiayaan murabahah memiliki
pengaruh negatif terhadap tingkat ROA.
b) Koefisien regresi mudharabah sebesar
0,000000000000101 menggambarkan bahwa setiap terjadi
kenaikan satu satuan pembiayaan mudharabah maka
tingkat ROA akan meningkat sebesar 0,000000000000101
satuan dengan menganggap variabel independen lain
bernilai konstan. Nilai tersebut membuktikan bahwa
pembiayaan mudharabah memiliki pengaruh positif
terhadap tingkat ROA.
76
c) Koefisien regresi musyarakah sebesar
(0,0000000000001002) menggambarkan bahwa setiap
terjadi kenaikan satu satuan pembiayaan musyarakah maka
tingkat ROA akan menurun sebesar 0,0000000000001002
satuan dengan menganggap variabel independen lain
bernilai konstan. Nilai tersebut membuktikan bahwa
pembiayaan musyarakah memiliki pengaruh negatif
terhadap tingkat ROA.
d) Koefisien regresi istishna’ sebesar 0,0000000000002155
menggambarkan bahwa setiap terjadi kenaikan satu satuan
pembiayaan istishna’ maka tingkat ROA akan meningkat
sebesar 0,0000000000002155 satuan dengan menganggap
variabel independen lain bernilai konstan. Nilai tersebut
membuktikan bahwa pembiayaan istishna’ memiliki
pengaruh positif terhadap tingkat ROA.
2) Koefisien Determinasi (𝑅2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui berapa
persen variabel dependen ROA dapat diterangkan oleh variasi
dari variabel independen pembiyaaan murabahah, mudharabah,
musyarakah dan istishna’ (Moh. Nazir, 2014:406). Dilihat dari
tabel Model Summary (lampiran 10) yang didapat dari hasil uji
penelitian ini nilai 𝑅2 sebesar 0,347 yang berarti variasi dari
semua variabel independen dapat menerangkan variabel
dependen tingkat ROA sebesar 34,7%, hal tersebut menunjukkan
77
bahwa 65,3% tingkat ROA dipengaruhi oleh variabel lainnya di
luar penelitian ini. Hasil ini sejalan dengan tiga penelitian
terdahulu yang telah dijelaskan pada bab II , bahwa variabel
murabahah, mudharabah, musyarakah dan istishna’ tidak
representatif dalam menjelaskan variabel profitabilitas.
3) Uji Signifikansi
a) Uji Simultan (uji-F)
Uji simultan ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen (Syahri Alhusin, 2003:203).
Berdasarkan hasil uji simultan (lampiran 11),
menunjukkan nilai F-hitung sebesar 6,254 > F-tabel sebesar
4,4493 dan nilai signifikan sebesar 0,0000, lebih kecil dari α
0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima yang berarti pembiayaan murabahah, mudharabah,
musyarakah dan istishna’ berpengaruh secara simultan
terhadap tingkat ROA selama periode 2015 – 2018.
b) Uji Parsial (uji-t)
Uji parsial ini digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen
secara parsial atau tidak (Syahri Alhusin, 2003:205).
Berdasarkan tabel 16 (lampiran 9) dari hasil uji parsial yang
dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
78
(1) Pembiayaan murabahah memiliki nilai t-hitung
sebesar (0,182) < t-tabel sebesar 2,0117 dan nilai
signifikan sebesar 0,857 lebih besar dari α 0,05,
sehingga menyatakan bahwa H0 ditolak dan H2
diterima yang berarti pembiayaan murabahah tidak
berpengaruh terhadap tingkat ROA secara parsial
selama periode 2015 – 2018.
(2) Pembiayaan mudharabah memiliki nilai t-hitung
sebesar 2,549 > t-tabel sebesar 2,0117 dan nilai
signifikan sebesar 0,014 lebih kecil dari α 0,05,
sehingga menyatakan bahwa H0 ditolak dan H3
diterima yang berarti pembiayaan mudharabah
berpengaruh terhadap tingkat ROA secara parsial
selama periode 2015 – 2018.
(3) Pembiayaan musyarakah memiliki nilai t-hitung
sebesar (4,485) > t-tabel sebesar -2,0117 dan nilai
signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05,
sehingga menyatakan bahwa H0 diterima dan H4
ditolak yang berarti pembiayaan musyarakah
berpengaruh terhadap tingkat ROA secara parsial
selama periode 2015 – 2018.
(4) Pembiayaan istishna’ memiliki nilai t-hitung sebesar
1,058 < t-tabel sebesar 2,0117 dan nilai signifikan
sebesar 0,295 lebih besar dari α 0,05, sehingga
79
menyatakan bahwa H0 ditolak dan H5 diterima yang
berarti pembiayaan istishna’ tidak berpengaruh
terhadap tingkat ROA secara parsial selama periode
2012 – 2017.
2. Diskusi Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dengan uji asumsi klasik, dapat diketahui bahwa
semua data dalam penelitian ini telah lolos dari uji, sehingga dapat
dilanjutkan dengan melakukan uji analisis regresi linear. Dari hasil uji F
didapatkan kesimpulan bahwa semua variabel independen yaitu variabel
pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah dan istishna’
berpengaruh secara bersama-sama terhadap ROA Bank Umum Syariah.
Artinya, variabel murabahah, mudharabah, musyarakah, dan istishna’
memang memiliki porsi dalam menentukan nilai ROA secara bersama-
sama.
Untuk hasil uji t didapatkan hasil bahwa untuk variabel pembiayaan
murabahah, dan istishna’ tidak berpengaruh terhadap variabel ROA,
sedangkan untuk variabel pembiayaan mudharabah dan musyarakah
berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Berikut adalah uraiannya:
a. Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap ROA
Pembiayaan murabahah tidak berpengaruh terhadap tingkat ROA
secara parsial selama periode 2015 – 2018. Dari hasil persamaan regresi
yang didapatkan, koefisien regresi pembiayaan murabahah memiliki
pengaruh negatif terhadap tingkat ROA. Dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan murabahah tidak berpengaruh signifikan dan negatif
80
terhadap ROA secara parsial. Hasil yang didapat sejalan dengan
penelitian Amri Dziki Fadholi (2015).
Menurut Mustika Rimadhani (2011), semakin rendah tingkat
margin yang diambil oleh Bank Umum Syariah akan semakin besar
pembiayaan yang diminta oleh masyarakat dan akan semakin besar pula
pembiayaan yang dapat disalurkan oleh bank. Dari hasil penelitian ini,
diketahui bahwa semakin banyak pembiayaan yang disalurkan oleh
Bank Umum Syariah, tingkat margin yang akan didapat oleh Bank
Umum Syariah akan semakin sedikit sehingga mempengaruhi laba
yang didapat dari pembiayaan yang disalurkan.
Menurut Muhammad (2015), keterlambatan dan gagal pembayaran
angsuran merupakan masalah potensial dalam pembiayaan murabahah,
sehingga faktor potensial yang mungkin menyebabkan tidak
berpengaruhnya pembiayaan murabahah terhadap ROA diakibatkan
adanya indikasi risiko kredit dari keterlambatan dan gagalnya
pembayaran angsuran oleh nasabah. Dapat di ketahui bahwa
pembentukan anggaran cadangan penyisihan kerugian dari pembiayaan
murabahah sangatlah besar dibandingkan dengan kegiatan usaha bank
yang lainnya. Meskipun pembiayaan murabahah merupakan
pembiayaan yang penyaluran dananya paling besar, adanya indikasi
keterlambatan dan gagal pembayaran angsuran mempengaruhi dan
mengurangi laba yang seharusnya didapatkan bank.
Dari analisis yang telah dilakukan, agar pembiayaan murabahah
dapat seimbang antara tingkat penyaluran dan keuntungannya sehingga
81
melalui penyalurannya pembiayaan murabahah mampu meningkatkan
profitabilitasnya Bank Umum Syariah perlu memperhitungkan tingkat
margin yang ditetapkan pada transaksi pembiayaan murabahah serta
memperhatikan aspek-aspek risiko dalam pembiayaan murabahah.
b. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap ROA
Pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap tingkat ROA
secara parsial selama periode 2015 – 2018. Dari hasil persamaan regresi
yang didapatkan, koefisien regresi pembiayaan mudharabah memiliki
pengaruh positif terhadap ROA. Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
mudharabah berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat ROA
secara parsial.
Pada penelitian dari Aulia F. Rahman (2011), dengan bentuk salah
satu variabel independen yang menggabungkan pembiayaan
mudharabah dan musyarakah menjadi pembiayaan bagi hasil,
memberikan hasil bahwa pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif
terhadap tingkat ROA. Aulia F. Rahman mengindikasi pembiayaan
bagi hasil yang disalurkan masih belum produktif serta kurang diminati
dibandingkan dengan pembiayaan jenis jual beli. Namun ketika
variabel pembiayaan bagi hasil dipisah seperti yang dilakukan pada
penelitian ini, maka menghasilkan jawaban yang berbeda.
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan beberapa hasil dari
penelitian terdahulu, di mana pembiayaan mudharabah berpengaruh
positif terhadap profitabilitas ROE/ROA. Selain Dewi W. Sari (2017),
Russely I.D Permata (2014) juga menuturkan hal yang sama bahwa
82
hasil dari penelitian didasari dari besarnya penyertaan modal pihak
bank pada pembiayaan mudharabah secara penuh 100%, sehingga
menentukan besar keuntungan usaha dari pembiayaan yang diberikan.
Karena dalam pembiayaan mudharabah, bank memberikan
penyertaan modal secara penuh, hal ini akan memberikan persentase
bagi hasil yang lebih besar bagi bank dibanding dengan jika bank
memberikan pembiayaan musyarakah, serta dalam memberikan
penyaluran pembiayaan mudharabah, bank akan lebih selektif dalam
memilih nasbah. Hal ini menjadi faktor penentu sehingga pembiayaan
mudharabah mampu mempengaruhi profitabilitas bank meskipun
dengan tingkat penyaluran yang lebih sedikit dari pembiayaan
murabahah.
Dengan hasil tersebut dapat memberikan gambaran kepada pihak
bank bahwa prospek dari pembiayaan mudharabah sangatlah baik,
walaupun dengan tingkat penyaluran yang lebih sedikit dari
pembiayaan murabahah dan musyarakah. Bank Umum Syariah dapat
berusaha meningkatkan jumlah nasabah maupun menambah jumlah
penyaluran pada pembiayaan mudharabah sehingga mampu menambah
keuntungan atas penglolaan dananya melalui pembiayaan mudharabah.
Hal ini bisa dilakukan Bank Umum Syariah dengan cara meningkatkan
promosi serta menambah aktivitas sales marketing dalam menarik
nasabah melakukan transaksi pembiayan mudharabah.
83
c. Pengaruh Pembiayaan Musyarakah terhadap ROA
Pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap tingkat ROA
secara parsial selama periode 2015 – 2018. Dari hasil persamaan regresi
yang didapatkan, koefisien regresi pembiayaan musyarakah memiliki
pengaruh negatif terhadap ROA. Dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan musyarakah berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
tingkat ROA secara parsial.
Hasil dari uji ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Russely
I.D. Permata (2014), menurutnya pengaruh yang ditimbulkan pada
pembiayaan musyarakah sama dengan pembiayaan mudharabah,
dimana besarnya keuntungan usaha dari pembiayaan yang disalurkan
didasari oleh penyertaan modal pihak bank.
Diketahui pembiayaan musyarakah dalam penelitian ini memiliki
pengaruh negatif terhadap tingkat ROA. Menurut Dewi W. Sari (2017),
faktor yang dapat menurunkan tingkat profitabilitas adalah adanya
risiko gagal bayar. Dilihat dari porsi penyaluran dana, pembiayaan
musyarakah cukup besar dan berada di bawah pembiayaan murabahah,
sehingga indikasi adanya gagal bayar yang ada pada pembiayaan
murabahah juga melekat pada pembiayaan musyarakah, di mana dana
cadangan penyisihan kerugian dibentuk dengan cukup besar sehingga
mengurangi tingkat profitabilitas setiap kenaikan tingkat pembiayaan
musyarakah.
Berdasarkan analisis dari hasil uji-t pembiayaan musyarakah
mampu mempengaruhi profitabilitas bank, namun dengan adanya
84
pengaruh negatif dari pembiayaan musyarakah terhadap tingkat ROA,
jika ingin meningkatkan keuntungan melalui pembiayaan musyarakah
Bank Umum Syariah perlu lebih berhati-hati serta lebih selektif untuk
menyetujui permohonan pembiayaan musyarakah, agar terhindar dari
risiko yang menurunkan keuntungan dari penyaluran pembiayaan
musyarakah.
d. Pengaruh Pembiayaan Istishna’ terhadap ROA
Pembiayaan istishna’ tidak berpengaruh terhadap tingkat ROA
secara parsial selama periode 2012 – 2017. Dari hasil persamaan
regresi yang didapatkan, koefisien regresi pembiayaan istishna’
memiliki pengaruh positif terhadap tingkat ROA. Dapat disimpulkan
bahwa pembiayaan istishna’ tidak berpengaruh signifikan dan positif
terhadap tingkat ROA secara parsial.
Berdasarkan hasil penelitian dari Aulia F. Rahman (2011),
menyatakan bahwa pembiayaan jual beli berpengaruh terhadap
profitabilitas bank. Hal ini karena variabel pembiayaan jual beli yang
digunakan Aulia F. Rahman merupakan gabungan dari pembiayaan
murabahah dan istishna’. Ketika dilakukan pemisahan pada variabel
tersebut maka dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pembiayaan
istishna’ tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank.
Dari semua variabel independen dari penelitian ini dapat diketahui
bahwa pembiayaan istishna’ merupakan pembiayaan yang
penyalurannya paling sedikit dibandingkan pembiayaan yang lain. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh terbatasnya objek dari pembiayaan ini, di
85
mana hanya berupa pemesanan produk manufaktur. Prospek
pembiayaan ini lebih kecil dari pembiayaan murabahah, mudharabah
dan musyarakah, sehingga pembiayaan istishna’ tidak dapat banyak
mempengaruhi tingkat profitabilitas ROA.
Dari jumlah penyalurannya yang tidak terlalu besar, maka
pembiayaan istishna’ dapat lebih mudah dalam melakukan
maintenance-nya, sehingga menaikkan tingkat profitabilitas ROA
setiap kenaikan tingkat pembiayaan istishna’. Dari terbatasnya objek
transaksi pembiayaan istishna’ yang hanya berupa pemesanan
manufaktur, Bank Umum Syariah dapat menawarkan pembiayaan ini
kepada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang tersebut,
serta menambah promosi terhadap pembiayaan istishna’ sehingga
nasabah dapat tertatrik menggunakan pembiayaan ini, sehingga
pembiayaan istishna’ mampu bersaing dengan pembiayaan yang lain.
86
top related