bab iv hasil dan pembahasan - uksw...karotenoid dari ekstrak kasar buah sawit segar maupun 75.73 %...
Post on 14-Apr-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
20
Bab IV Hasil dan Pembahasan
A. Pola Spektra Karotenoid dari Ekstrak Buah
Sawit Segar dan Pasca-Perebusan
Pola spektra karotenoid dari ekstrak buah sawit
segar maupun buah sawit pascaperebusan
menunjukkan adanya pigmen karotenoid yang dideteksi
pada panjang gelombang 300 – 800 nm. Terjadi
pergeseran hipsokromik absorbansi maksimum spektra
karotenoid buah sawit setelah mengalami perebusan
pada suhu dan tekanan tinggi. Pergeseran terjadi dari
451 nm ke 448 nm dan terbentuk isomer cis-karotenoid
yang terdeteksi dengan spektrofotometer pada 329 – 331
nm (Gambar 3). Menurut Khoo et al. (2011), isomer cis-
karotenoid dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik
absorbansi spektrum yang diamati pada absorbansi
maksimum 330 – 350 nm. Kehilangan puncak
maksimum yaitu 476 nm pada sampel ekstrak buah
sawit pascaperebusan menandakan telah terputusnya
ikatan rangkap suatu kromofor yang mengakibatkan
kehilangan warna pada sampel (Rodriguez-Amaya, 2001).
21
Ekstrak Sawit Segar Ekstrak Sawit Rebus
: 476
451 : 448
A : 0.37
A : 0.506
Panjang Gelombang (nm)
Ab
sorb
an
si
400 500 6000
0.25
0.5
0.75
1
1.25
Gambar 3. Pola spektra sampel ekstrak buah sawit segar
() dan buah sawit pascaperebusan (----) dalam pelarut 100% aseton.
Kandungan karotenoid total dari ekstrak buah
sawit segar dan buah sawit pascaperebusan serta
konversi vitamin A disajikan pada Tabel 1. Ekstrak
karotenoid buah sawit segar lebih banyak mengandung
karotenoid, yaitu 59,502 g/g dibanding dengan ekstrak
buah sawit pascaperebusan yang hanya mengandung
42,312 g/g. Kenyataan ini memberi bukti bahwa buah
sawit pascaperebusan telah mengalami degradasi
karotenoid. Perebusan buah pada suhu tinggi
mengakibatkan degradasi yang terjadi pada All-trans--
karoten sehingga meningkatnya kandungan 13-cis--
karoten (Khoo et al., 2011). Pada aktivitas produksi CPO,
perebusan buah sawit bertujuan untuk menurunkan
kadar air, memecahkan emulsi, melepaskan brondolan
22
dari tandan, untuk menghentikan aktivitas enzim lipase
dan oksidase, dan untuk melepaskan serat dari biji.
Proses perebusan ini mampu merusak kandungan
karotenoid yang bermanfaat di dalam buah sawit
(Naibaho, 1996).
Sumber karoten (provitamin A) tertinggi terdapat
pada minyak sawit sehingga bermanfaat untuk
mengurangi defisiensi vitamin A bagi masyarakat
(Mortensen, 2006; Hariyadi, 2010). Karotenoid,
khususnya -karoten, telah lama dikenal sebagai
provitamin A, karena -karoten dapat diubah menjadi
vitamin A di dalam tubuh (Chuang & Brunner, 2006).
Buah sawit segar dan buah sawit pascaperebusan
menghasilkan retinol ekuivalen secara berturut-turut
yaitu 9,917 g dan 7,885 g atau 33,024 IU dan 26,258
IU dalam 1 g masing-masing ekstrak.
Tabel 1. Kandungan karotenoid total dan konversi vitamin A
ekstrak buah sawit segar dan buah sawit pascaperebusan
Sampel
Kandungan Karotenoid
Konversi Vitamin A
RE SE IU SE
g/g Buah Segar
59,502 ± 6,613
9,917±1,102 33,024±3,670
g/g Buah
Rebus
42,312± 19,372
7,885±3,228 26,258±10,751
23
B. Komposisi Karotenoid Buah Kelapa Sawit
Pada kromatogram KCKT ditemukan 9 jenis
pigmen karotenoid yang sebagian besar dapat
diidentifikasi (Tabel 2 dan Tabel 3). -karoten dan
-karoten teramati sebagai puncak dominan yang
terdapat dalam ekstrak karotenoid buah sawit baik buah
sawit segar maupun buah sawit pascaperebusan.
Walaupun terjadi kehilangan jenis karotenoid namun
ditemukan juga puncak baru. Puncak baru pada ekstrak
karotenoid buah sawit segar adalah bentuk cis--karoten
(Gambar 4) sedangkan ekstrak karotenoid buah sawit
pascaperebusan ditemukan bentuk cis--karoten dan cis-
-karoten (Gambar 5). Kenyataan bahwa ekstrak
karotenoid buah sawit segar membentuk isomer cis
membuktikan bahwa sampel segar buah kelapa sawit
secara alamiah telah mengandung isomer cis dari
karotenoid dominan yang ada (-karoten). Sedangkan
sampel buah sawit pascaperebusan terbentuk isomer cis
lebih disebabkan karena pengaruh perebusan buah.
24
Gambar 4. Kromatogram KCKT karotenoid ekstrak kasar buah sawit segar.
Tabel 2. Identifikasi karotenoid ekstrak buah sawit segar
berdasarkan waktu tambat dan serapan maksimum
No Waktu Tambat (menit)
Identifikasi Spektra
λ max (nm) Sumber
1 7,505 Belum diketahui 221 297 421
2 7,733 Zeaxanthin 221 318 446 473 [1]
3 12,87 Belum diketahui 231 274 485
4 16,804 Belum diketahui 227 297 342 421
5 25,11 -Zeakaroten - 421 450 [1]
6 26,97 -Zeakaroten 330 408 429 449 [2]
7 35,448 Cis--karoten 331 421 472 [3]
8 38,532 -karoten 335 424 447 475 [1], [4]
9 41,348 -karoten 429 454 479 [1], [4]
Ket: [1] Rodriguez-Amaya (2001); [2] Gross (1991); [3] Choo et al. (1994 dalam Syahputra, 2008); [4] Jeffrey et al. (1997)
Inte
nsi
tas
(mA
U)
tR (menit)
12
3 45 6
7
89
444 nm
0 10 20 30 40 50
0
5
10
25
Gambar 5. Kromatogram KCKT karotenoid sampel ekstrak
buah sawit pascaperebusan.
Tabel 3. Identifikasi karotenoid ekstrak buah sawit pascaperebusan berdasarkan waktu tambat dan serapan maksimum
No Waktu Tambat (menit)
Identifikasi Spektra
λ max (nm) Sumber
1 7,524 Belum diketahui 221 295 420
2 7,793 Zeaxanthin 420 434 480 [1]
3 25,219 -Zeakaroten 398 421 450 [1]
4 27,119 -Zeakaroten - 426 452 [2]
5 31,11 Belum diketahui 285 408 485
6 35,635 Cis--karoten 329 420 440 468 [3]
7 38,719 -karoten 334 421 445 478 [1], [4]
8 41,574 -karoten 346 424 451 478 [1], [4]
9 45,202 Cis--karoten 330 420 441 [3]
Ket: [1] Rodriguez-Amaya (2001); [2] Gross (1991); [3] Choo et al. (1994 dalam Syahputra, 2008); [4] Jeffrey et al. (1997)
Inte
nsi
tas
(mA
U)
tR (menit)
8
7
64
1
2
59
3
444 nm
0 10 20 30 40 50
0
5
10
26
Ab
sorb
an
si
S.1
0
0.5
1
1.5
R.1
400 500 600
0
0.5
1
1.5
S.2
R.2
400 500 600
S.3
R.3
400 500 600
S.4
327
451
476
330
450
475
330
450
475
333
451
476
327
448
329
448
328
447
328
448
Panjang Gelombang (nm)
R.4
400 500 600
C. Termostabilitas Ekstrak Karotenoid Buah Sawit Segar dan Pasca-Perebusan
Stabilitas karotenoid dapat diketahui dengan
memberi perlakuan dan hasilnya dapat diamati melalui
perubahan pola spektra yang diukur dengan
spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan adanya
perubahan warna yang berarti, penurunan pola spektra
sebagian besar sampel, pergeseran absorbansi
maksimum, dan terbentuk isomer cis.
Ekstrak karotenoid buah sawit segar maupun
buah sawit pascaperebusan diberi perlakuan pada suhu
kamar sebagai kontrol (25oC), 50oC, 65oC, dan 90oC
dengan seri waktu pemanasan 0, 1, 2, 3, 6, 9, dan 24
jam, menghasilkan pola spektra yang ditunjukkan pada
Gambar 6.
Gambar 6. Pola spektra karotenoid ekstrak kasar buah sawit segar (S) dan pascaperebusan (R) pada suhu kamar 25oC (1), dan dipanaskan pada suhu 50oC
(2), 65oC (3) dan 90oC (4) dengan seri waktu 0 jam
(), 1 jam (), 2 jam (), 3 jam (– – – –),
6 jam (), 9 jam (...), dan 24 jam
(......).
27
Gambar 6 menunjukkan kestabilan karotenoid
pada suhu 50oC dibandingkan dengan pemanasan pada
suhu 65oC dan 90oC. Serapan maksimum panjang
gelombangnya tidak mengalami penurunan yang berarti
hingga 24 jam pemanasan. Hanya pada ekstrak kasar
karotenoid buah sawit pascaperebusan (Gambar 6 R2)
menunjukkan penurunan absorbansi 0,097 pada 448
nm setelah pemanasan 24 jam. Selain itu, terjadi
kenaikan absorbansi pada 329 nm yaitu dari 0,20,55.
Keadaan ini membuktikan bahwa bentuk trans--karoten
telah menjadi 13-cis--karoten (Rodriguez-Amaya &
Kimura, 2004).
Ketidakstabilan karotenoid dalam ekstrak buah
sawit segar dan buah sawit pascaperebusan ditunjukkan
dengan terjadinya penurunan absorbansi maksimum 24
jam selama pemanasan pada suhu 65oC. Penurunan
absorbansi maksimum 24 jam pemanasan agak lambat,
secara berturut-turut yaitu 1,0340,804 dan
1,0420,798. Terjadi pergeseran hipsokromik serapan
maksimum ekstrak karotenoid buah sawit segar yang
bergeser 2 nm dan 3 nm setelah 3 jam pemanasan
(450448 nm dan 475472 nm).
Pola spektra semua sampel mengalami pergeseran
dan penurunan absorbansi yang cepat dan jelas selama
24 jam proses pemanasan 90oC. Sampel ekstrak
karotenoid buah sawit segar mengalami pergeseran
28
hipsokromik dari 333328 nm dan 451444 nm.
Penurunan absorbansi sehingga kehilangan puncak
maksimum berangsur-angsur hingga pemanasan pada
jam ke-24. Pola spektra ekstrak karotenoid buah
pascaperebusan bergeser dari 328326 nm dan
448441 nm. Kehilangan puncak 476 nm telah dialami
ekstrak karotenoid buah sawit pascaperebusan sejak
perebusan buah yang ditunjukkan dengan sampel
kontrol.
Tabel 4 menunjukkan ekstrak karotenoid buah
sawit mengalami degradasi yang menonjol dan secara
ekstrim setelah 9 jam pemanasan (Gambar 7). Jelas
terlihat bahwa terjadi degradasi karotenoid dengan
pemanasan suhu 50oC namun tidak menunjukkan
penurunan yang berarti, sedangkan pada suhu 65oC
karotenoid mengalami degradasi yang agak lambat pada
awalnya dan setelah 9 – 24 jam persentase degradasi
semakin meningkat untuk kedua ekstrak. Untuk suhu
90oC ekstrak karotenoid buah sawit mengalami
degradasi yang cepat hingga 24 jam.
29
Tabel 4. Persentase degradasi ekstrak karotenoid buah sawit
selama pemanasan
Waktu (Jam)
% Degradasi
Buah Sawit Segar Buah Sawit Rebus
25oC 50oC 65oC 90oC 25oC 50oC 65oC 90oC
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 N/A* +0.49 1.99 17.18 N/A* +0.4 +0.48 2.36
2 N/A* +0.49 2.65 35.29 N/A* +1.31 +0.57 4.43
3 0.36 +0.98 3.31 28.58 +0.62 +1.71 0 7.11
6 +0.91 +0.39 6.82 49.81 +0.89 +1.41 3.85 16.63
9 0.73 0.78 9.38 69.48 +0.53 +0.9 5.3 28.74
24 1.28 4.52 24.26 99.9 0.44 8.98 23.91 71.16
*Tidak diukur
Gambar 7 menunjukkan ekstrak karotenoid buah
sawit yang dipanaskan pada suhu 90oC mengalami
penurunan absorbansi yang tinggi dibanding dengan
ekstrak karotenoid buah sawit pada suhu 50oC dan
65oC. Penurunan absorbansi sangat drastis setelah
9 jam pemanasan yang terjadi pada kedua ekstrak dan
semua suhu. Sampel ekstrak buah segar dan buah
pascaperebusan memiliki kestabilan yang berbeda
berdasarkan perlakuan pemanasan. Sampel ekstrak
buah segar cenderung kurang stabil akibat pemanasan
sedangkan sampel ekstrak buah pascaperebusan
cenderung lebih stabil. Kestabilan ekstrak buah sawit
pascaperebusan akibat pemanasan dapat disebabkan
adanya kandungan isomer cis-karoten yang sudah ada
dengan kandungan lebih tinggi dibandingkan ekstrak
buah sawit segar. Proses isomerisasi trans-karoten
30
24.26 %
99.90 %
1.28 %
4.52 %
Deg
rad
asi
(%
)
A B
0 10 20
-100
-80
-60
-40
-20
0
23.9 %
71.16 %
0.44 %
8.98 %
Waktu (menit)
0 10 20
menjadi cis-karoten terjadi sebagai bentuk pertahanan
kestabilan alami terhadap faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kerusakan karotenoid (Gross, 1991),
dengan demikian kandungan isomer cis yang tinggi pada
ekstrak buah sawit pascaperebusan membantu
mempertahankan kestabilan keseluruhan pigmen yang
terkandung.
Gambar 7. Grafik kinetika degradasi karotenoid ekstrak kasar
buah kelapa sawit segar (A) dan pascaperebusan
(B) yang dipanaskan pada suhu kontrol (25°C)
( ), 50°C ( ), 65°C ( ), dan 90°C ( ) pada panjang gelombang deteksi 450 nm.
D. Fotostabilitas Ekstrak Karotenoid Buah Sawit Segar dan Pasca-Perebusan
Indikasi pola spektra yang diukur dengan
spektrofotometer merupakan salah satu cara mengetahui
stabilitas suatu pigmen sebelum dan sesudah perlakuan.
Karotenoid dari ekstrak kasar buah sawit segar maupun
75.73 %
0.09 %
98.71 %
95.47 %
Deg
rad
asi
(%
)
25 50
65 90
0 5 10 15 20 25
0
20
40
60
80
100
76.08 %
28.83 %
99.55 %
91.01 %
Waktu (menit)
0 5 10 15 20 25
75.73 %
0.09 %
98.71 %
95.47 %
Deg
rad
asi
(%
)
25 50
65 90
0 5 10 15 20 25
0
20
40
60
80
100
76.08 %
28.83 %
99.55 %
91.01 %
Waktu (menit)
0 5 10 15 20 25
75.73 %
0.09 %
98.71 %
95.47 %
Deg
rad
asi
(%
)
25 50
65 90
0 5 10 15 20 25
0
20
40
60
80
100
76.08 %
28.83 %
99.55 %
91.01 %
Waktu (menit)
0 5 10 15 20 25
75.73 %
0.09 %
98.71 %
95.47 %
Deg
rad
asi
(%
)
25 50
65 90
0 5 10 15 20 25
0
20
40
60
80
100
76.08 %
28.83 %
99.55 %
91.01 %
Waktu (menit)
0 5 10 15 20 25
31
buah sawit pascaperebusan diiradiasi selama 30 menit
pada intensitas cahaya masing-masing 31.960 lux,
47.040 lux, dan 76.640 lux daylight sehingga
menghasilkan pola spektra yang ditunjukkan pada
Gambar 8.
Gambar 8. Pola spektra karotenoid ekstrak kasar buah sawit segar (S) dan buah sawit pascaperebusan (R), diiradiasi pada intensitas cahaya 31.960 lux (1), 47.040 lux (2), dan 76.640 lux (3) daylight dengan
seri waktu 0 menit (), 5 menit (), 10
menit (), 15 menit (– – – –), 20 menit (),
25 menit (...), dan 30 menit (......).
Berbeda dengan pola spektra sampel ekstrak
karotenoid buah sawit segar (S.1), pada pola spektra
sampel ekstrak karotenoid buah sawit pascaperebusan
(R.1) tidak ditemukan puncak pada 656 nm yang
kemudian bergeser ke 655 nm pada intensitas cahaya
76.640 lux. Pada sampel R.1 selama iradiasi tidak terjadi
penurunan pola spektra yang berarti, namun terbentuk
isomer cis dengan naiknya absorbansi yaitu secara
berurutan dari 0,250,575, 0,250,6 dan 0,250,625.
450
334
476
S.3
655
Ab
sorb
ansi
R.3
328
449
474
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600 700
R.2
332
449474
400 500 600 700
R.1
332
449474
400 500 600 700
0
0.5
1
1.5
S.2
334
450
476
656
S.1
334
450
4760'
30'
6560
0.5
1
1.5
32
Hal ini berarti telah terjadi degradasi karotenoid dari
isomer trans menjadi isomer cis yang merupakan upaya
alamiah untuk menghindari kerusakan karotenoid akibat
faktor peningkatan suhu dan intensitas cahaya (Gross,
1991).
Tabel 5. Persentase degradasi ekstrak karotenoid buah sawit selama iradiasi
Waktu (menit)
% Degradasi
Buah Sawit Segar Buah Sawit Rebus
31.960* 47.040* 76.640* 31.960* 47.040* 76.640*
0 0 0 0 0 0 0
5 2.13 1.39 +0.25 +0.29 0.13 0.24
10 4.61 2.18 0.99 0.22 0.39 0.64
15 6.62 3.17 3.55 0.87 0.78 0.87
20 8.87 4.34 4.94 - - -
25 11.40 5.55 4.94 - - -
30 13.92 6.99 6.78 - - - *Lux
Berdasarkan Tabel 5, karotenoid ekstrak kasar
buah sawit segar mengalami degradasi yang cepat
terutama pada intensitas cahaya 31.960 lux (Gambar 9).
Hal ini diduga disebabkan karena keberadaan suhu
rendah yang dipancarkan oleh lampu volpi sehingga
pelarut menguap secara perlahan dan karotenoid
terdegradasi oleh cahaya yang dipancarkan. Ekstrak
kasar karotenoid buah sawit pascaperebusan mengalami
penurunan yang tidak berarti dan cenderung stabil.
Namun pada menit ke-20 dan ke-30 degradasi tidak
33
dapat terdeteksi karena penguapan yang dialami pelarut
yang disebabkan oleh suhu yang tinggi.
Gambar 9. Grafik kinetika degradasi ekstrak kasar karotenoid buah kelapa sawit segar (A) dan buah sawit pascaperebusan (B) yang diiradiasi pada intensitas
cahaya 31.960 lux ( ), 47.040 lux ( ), dan 76.640 lux ( ) pada panjang gelombang deteksi 450 nm.
E. Analisa Produk Degradasi Ekstrak
Karotenoid Buah Sawit Segar dan Pasca-Perebusan
Analisa produk degradasi dilakukan dengan
mengamati substraksi spektra ekstrak karotenoid buah
sawit segar dan buah sawit pascaperebusan dengan
perlakuan pemanasan pada suhu 90°C selama 24 Jam
dan iradiasi pada intensitas 31.960 lux selama 30 menit.
Spektra referensi yang digunakan adalah pola spektra
ekstrak karotenoid sebelum perlakuan pemanasan
(0 jam/kontrol). Determinasi produk degradasi
ditampilkan pada Gambar 10 dan 11.
75.73 %
0.09 %
98.71 %
95.47 %
Deg
rad
asi
(%
)
25 50
65 90
0 5 10 15 20 25
0
20
40
60
80
100
76.08 %
28.83 %
99.55 %
91.01 %
Waktu (menit)
0 5 10 15 20 25
75.73 %
0.09 %
98.71 %
95.47 %
Deg
rad
asi
(%
)
25 50
65 90
0 5 10 15 20 25
0
20
40
60
80
100
76.08 %
28.83 %
99.55 %
91.01 %
Waktu (menit)
0 5 10 15 20 25
75.73 %
0.09 %
98.71 %
95.47 %
Deg
rad
asi
(%
)
25 50
65 90
0 5 10 15 20 25
0
20
40
60
80
100
76.08 %
28.83 %
99.55 %
91.01 %
Waktu (menit)
0 5 10 15 20 25
A B
% D
egra
das
i
Waktu (menit)
0.87 %
0.78 %
0 5 10 15 20-1
-0.75
-0.5
-0.25
0
0.25
0.5
6.78 %
6.99 %
13.92 %
31.960 Lux
47.040 Lux
76.640 Lux
0 10 20 30
-15
-10
-5
0
34
363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
400 500 600
Ab
sorb
an
si
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
Gambar 10. Absorbsi spektra (Different Absorbtion Spectra) karotenoid ekstrak kasar buah sawit segar (A) dan pascaperebusan (B) dengan seri waktu pemanasan: 1 Jam ( ), 2 Jam ( ), 3 Jam ( ), 6 Jam ( ), 9 Jam ( ), dan 24 Jam ( ).
Serapan spektra pada daerah positif merupakan
indikasi keberadaan produk degradasi ekstrak
karotenoid buah sawit (segar dan pascaperebusan).
Pembentukan produk degradasi diketahui sudah
terbentuk pada 1 jam pelakuan pemanasan.
Gambar 11 menunjukkan ekstrak kasar
karotenoid buah sawit segar mengalami degradasi yang
cepat yang ditandai dengan serapan spektra membentuk
produk degradasi sejak 5 menit iradiasi terutama pada
intensitas cahaya 31.960 lux.
363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
rebus abs 1 T.90C t=0h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=1h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=2h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=3h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=6h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=9h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=24h (020212)_ssa[d].csv
400 500 600
Ab
sorb
an
si
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
rebus abs 1 T.90C t=0h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=1h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=2h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=3h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=6h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=9h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=24h (020212)_ssa[d].csv
400 500 600
Ab
sorb
an
si
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
rebus abs 1 T.90C t=0h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=1h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=2h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=3h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=6h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=9h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=24h (020212)_ssa[d].csv
400 500 600
Ab
sorb
an
si
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
rebus abs 1 T.90C t=0h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=1h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=2h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=3h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=6h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=9h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=24h (020212)_ssa[d].csv
400 500 600
Ab
sorb
an
siPanjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
rebus abs 1 T.90C t=0h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=1h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=2h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=3h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=6h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=9h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=24h (020212)_ssa[d].csv
400 500 600
Ab
sorb
an
si
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
rebus abs 1 T.90C t=0h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=1h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=2h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=3h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=6h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=9h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=24h (020212)_ssa[d].csv
400 500 600
Ab
sorb
an
si
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
35
Panjang Gelombang (nm)
Abs
orba
nsi
0 menit
30 menit
0 menit
30 menit363
5 menit 10 menit
15 menit 20 menit 25 menit
30 menit
400 500 600 700 800
-0.1
-0.05
0
0.05
Gambar 11. Absorbsi spektra (Different Absorbtion Spectra) karotenoid ekstrak kasar buah sawit segar yang diiradiasi dengan seri waktu iradiasi: 5 menit ( ), 10 menit ( ), 15 menit ( ), 20 menit ( ), 25 menit ( ), dan 30 menit ( ).
Peningkatan serapan maksimum pada panjang
gelombang 363 nm mengindikasikan peningkatan
produk degradasi selama pemanasan dan iradiasi.
Isomer cis sebagai produk degradasi all-trans-karoten
dapat terbentuk melalui stereoisomerisasi yang salah
satunya dapat diakibatkan oleh perlakuan suhu yang
tinggi (Britton et al., 1995). Tingginya penyerapan cahaya
mempengaruhi sistem ikatan rangkap terkonjugasi
sehingga karotenoid termodifikasi strukturnya atau
ditandai dengan terjadinya degradasi sehingga
mengalami kehilangan atau perubahan warna karotenoid
(Rodriguez-Amaya, 2001).
363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
rebus abs 1 T.90C t=0h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=1h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=2h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=3h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=6h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=9h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=24h (020212)_ssa[d].csv
400 500 600
Ab
sorb
an
si
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
rebus abs 1 T.90C t=0h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=1h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=2h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=3h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=6h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=9h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=24h (020212)_ssa[d].csv
400 500 600
Ab
sorb
an
si
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
rebus abs 1 T.90C t=0h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=1h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=2h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=3h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=6h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=9h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=24h (020212)_ssa[d].csv
400 500 600
Ab
sorb
an
si
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
rebus abs 1 T.90C t=0h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=1h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=2h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=3h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=6h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=9h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=24h (020212)_ssa[d].csv
400 500 600
Ab
sorb
an
si
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
rebus abs 1 T.90C t=0h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=1h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=2h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=3h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=6h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=9h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=24h (020212)_ssa[d].csv
400 500 600
Ab
sorb
an
si
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2363 363
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam
0 Jam
24 Jam A B
rebus abs 1 T.90C t=0h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=1h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=2h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=3h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=6h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=9h (020212)_ssa[d].csv
rebus abs 1 T.90C t=24h (020212)_ssa[d].csv
400 500 600
Ab
sorb
an
si
Panjang Gelombang (nm)
400 500 600-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
top related