bab iii kerangka konseptual dan hipotesis penelitian
Post on 16-Jan-2017
238 Views
Preview:
TRANSCRIPT
104
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan
wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha
memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Sasarannya harus
diterjemahkan dalam kerangka pembangunan nasional dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yaitu dengan tujuan mencapai pertumbuhan
pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan kesempatan kerja yang cukup,
pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan,
kemakmuran, pembangunan serta kemampuan antar daerah, membangun struktur
perekonomian agar tidak berat sebelah (Hadjisaroso, 1994).
Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan membangun wilayah,
membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat
kesejahteraan hidup masyarakat termasuk petani. Petani sebagai makhluk sosial
juga ingin mempunyai taraf hidup yang sesuai dalam hidupnya. Peningkatan
taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatannya.
Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi mereka melaksanakan berbagai
aktivitas dan kegiatan sebagai petani.
Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada
pengembangan wilayah, tentu harus dapat meningkatkan nilai tambah bagi
104 Universitas Sumatera Utara
105
usahatani mereka sehingga pendapatan mereka bisa bertambah. Untuk itu perlu
diatur dan dikembangkan dengan sistem agribisnis padi sawah.
Pendapatan usahatani adalah total penerimaan yang berasal dari nilai
hasil penjualan ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi
dengan nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk,
pestisida, dan alat alat), pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga,
pengeluaran pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993).
Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada
pengembangan wilayah dapat dilihat dari kerangka konseptual penelitian.
3.1.1. Menganalisis Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam
Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan
Petani Padi Sawah
Studi yang dilakukan Salmiah (2004), karakteristik sosial ekonomi yang
berpengaruh nyata terhadap pendapatan adalah luas lahan yang dimiliki dan
jumlah tanggungan keluarga, sedangkan tingkat pendidikan dan usia petani tidak
berpengaruh.
Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam karakteristik
sosial ekonomi petani sampel, penelitian ini terdiri dari variabel umur,
pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah
tanggungan keluarga, dan total luas lahan usahatani yang dimiliki terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan metode Ordinary
Least Square (OLS). Digunakan model estimasi regresi linier berganda dengan
Universitas Sumatera Utara
106
spesifikasi model ekonometrika. Alat bantu dalam mengolah data primer yang
digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16.
Gambar 3.1. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah
Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
3.1.2. Menganalisis Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah
Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk
Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah
Kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah salah satu jenis ritual
atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah perdesaan.
Datangnya hujan berarti datangnya rahmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi
seluruh makhluk bumi, termasuk manusia. Masyarakat di desa masih percaya,
melalui kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam maka akan segera turun
hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur dan sumber mata air keluar lagi
airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan berbagai tanaman bersemi
kembali bagi kelangsungan hidup mereka.
Sebelum dilakukan analisis komparasi rata-rata pendapatan petani padi
sawah, sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun
X11
X12
Karakteristik
SSosial Ekonomi
(X1)
X13
Y
X14
X15
X16
Universitas Sumatera Utara
107
tanam pada pengembangan wilayah, maka akan diberikan gambaran terlebih
dahulu mengenai perbandingan variabel biaya sebelum dan setelah kearifan lokal
dalam bentuk doa turun tanam. Dimana sebelum kearifan lokal dalam bentuk doa
turun tanam variabel biaya terdiri dari biaya pompanisasi, biaya pupuk dan biaya
pestisida. Setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam variabel biaya
terdiri dari biaya iuran irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida.
Untuk menganalisis komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah
sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam,
pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data
dengan metode Dependent Sample T-test (Paired Sample T-test). digunakan
model uji beda rata-rata (Compare Means). Alat bantu dalam mengolah data
primer yang digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service
Solution) 16.
Gambar 3.2. Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum Dan Setelah
Menerapkan Kearifan lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam
Pengembangan Wilayah.
Pendapatan
Sebelum
Menerapkan
Kearifan
lokal Doa
Turun
Tanam (X2 )
Pendapatan
Setelah
Menerapkan
Kearifan
lokal Doa
Turun Tanam
(X3)
Komparasi Rata-
Rata Pendapatan
Universitas Sumatera Utara
108
3.1.3. Menganalisis Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam
Bentuk Doa Turun Tanam, Secara Langsung Dan Melalui
Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah
Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Dilakukan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pengembangan
wilayah setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam secara
langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah.
Sebelum dilakukan analisis pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal
dalam bentuk doa turun tanam, maka akan diberikan gambaran terlebih dahulu
mengenai variabel biaya setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam,
yang terdiri dari biaya iuran air irigasi, biaya pupuk, dan biaya pestisida.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model SEM (Structural
Equation Modeling) untuk melihat pengaruh dan analisis faktor. Alat bantu yang
digunakan adalah AMOS (Analyis of Moment Structure) 19.
Gambar 3.3. Menganalisis Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk
Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis
Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani
Padi Sawah.
KegiatanUtama
Agribisnis (X4)
Setelah Menerapkan
Kearifan Lokal Doa
Turun Tanam (X3)
Pendapatan Petani
Padi Sawah (Y)
Y2
X42
X43
X31
X32
X33
Y1
X41
Universitas Sumatera Utara
109
3.1.4. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam
Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan
Petani Padi Sawah
Teori export base, teori ini petama kali dikembangkan oleh Douglas C.
North (1955). Menurut North, kekuatan utama ekonomi suatu wilayah tergantung
kepada permintaan eksternal akan barang dan jasa yang diproduksi dari wilayah
tersebut. Permintaan ekternal akan mempengaruhi penggunaan modal dan
teknologi dan diekspor oleh wilayah itu, karena itu pertumbuhan wilayah jangka
panjang sangat tergantung pada kegiatan industri ekspornya. Atas dasar itu,
keberlanjutan perkembangan wilayah sangat banyak ditekan pada peningkatan
aliran modal dan teknologi, dimana persyarat untuk itu berkaitan dengan jumlah
modal yang ditanamkan oleh pemilik modal, baik dari dalam maupun luar, serta
berkaitan pula dengan sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus.
Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam kegiatan
utama agribisnis, variabel penelitian terdiri dari biaya produksi, luas panen dan
harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dalam
penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural
Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode
statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan
istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment
Structure).
Universitas Sumatera Utara
110
Gambar 3.4. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan
Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah.
3.1.5. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara
Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam
Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani
Padi Sawah.
Teori lokasi, perkembangan teori lokasi dimulai dari Von Thunnen, yang
mengembangkan teorinya berdasarkan pengamatan hasil pertanian di Mcklenberg
yang selanjutnya dikembangkan Weber, Palender dan Hoover, Weber
mengenalkan indeks material dan indeks berat. Faktor-faktor yang menentukan
lokasi adalah faktor endowment, pasar dan harga, bahan baku dan energi,
angkutan sebagai input.
Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam kegiatan
penunjang agribisnis, variabel penelitian ini terdiri dari bantuan input produksi
pertanian, penyaluran kredit dan kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk
terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =
Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan
suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau
Kegiatan Utama
Agribisnis (X4)
Pendapatan
Petani Padi
sawah (Y) Y2
X41
X42
X43
Y1
Universitas Sumatera Utara
111
dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis
of Moment Structure).
Gambar 3.5. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung
Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah
Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
3.1.6. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Secara
Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam
Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan
Petani Padi Sawah
Teori resource endowment, teori ini bertolak dari suatu pandangan
bahwa pengembangan ekonomi wilayah sangat tergantung pada sumber daya
alam yang dimiliki oleh wilayah tersebut dan permintaan terhadap komoditas
yang dihasilkan dari sumber daya itu. Makin banyak sumber daya alam yang
dapat diolah untuk komoditi unggulan maka semakin cepat pertumbuhan
wilayahnya. Teori resource endowment secara implisit mengasumsikan bahwa
Kegiatan Utama
Agribisnis (X4)
Kegiatan
Penunjang
Agribisnis
(X5)
Pendapatan Petani
Padi sawah
(Y)
Y2
X42
X43
X51
X52
X53
Y1
X41
Universitas Sumatera Utara
112
dalam perkembangannya, sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu wilayah
akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang berbeda bila terjadi
perubahan permintaan.
Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam sumber daya
alam (sda) variabel penelitian ini terdiri dari jumlah volume air/ha, luas lahan
usahatani yang beririgasi dan panjang jalan usahatani terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan
persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan
pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program
yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure).
Gambar 3.6. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan
Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah
Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
3.1.7. Menganalisis Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan
Kegiatan Utama
Agribisnis (X4)
Sumber Daya
Alam (X6)
Pendapatan Petani
Padi sawah (Y)
Y2
X42
X43
X 61
X 62
X 63
Y1
X41
Universitas Sumatera Utara
113
Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah
Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Teori pengembangan SDM, teori ini mengasumsikan bahwa sumber daya
manusia (sdm) merupakan faktor penentu bagi kemajuan ekonomi suatu wilayah.
Bukti empirik menunjukkan, ketersediaan sumber daya manusia memiliki
hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,
investasi pada sumber daya manusia menjadi lebih utama untuk meningkatkan
skala pengembalian dalam jangka panjang.
Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah. dalam sumber
daya alam (sda) variabel penelitian ini terdiri dari curahan tenaga kerja,
penyuluhan/pelatihan dan produktivitas tenaga kerja terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah Dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan
persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan
pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program
yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure).
Universitas Sumatera Utara
114
Gambar 3.7. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan
Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap
Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
3.1.8. Menganalisis Pengaruh Teknologi Secara Langsung Dan Melalui
Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah
Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Teori pertumbuhan wilayah neo klasik, yang dipelopori oleh Borts Stein
(1964) kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert
(1969), pertumbuhan ekonomi wilayah sangat tergantung kepada faktor tenaga
kerja, ketersediaan modal dan kemajuan teknologi. Teori ini tidak menekankan
pentingnya faktor permintaan.
Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam teknologi,
dimana variabel penelitian ini terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar
dan penerapan komponen teknologi pilihan terhadap meningkatkan pendapatan
petani padi sawah
Kegiatan Utama
Agribisnis (X4)
Sumber Daya
Manusia (X7)
Pendapatan Petani
Padi sawah (Y)
Y2
X 42
X 43
X71
X72
X 73
Y1
X41
Universitas Sumatera Utara
115
Penerapan komponen teknologi dasar yang terdiri dari varitas unggul,
bibit bermutu dan sehat, pemupukan spesifik lokasi, PHT sesuai OPT. Penerapan
komponen teknologi pilihan yang terdiri dari pengelolaan tanaman legowo, bibit
muda, penggunaan bahan organik, irigasi berselang, pupuk mikro, penanganan
panen dan pasca panen, pengendalian gulma dan pengolahan tanah.
Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =
Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan
suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau
dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis
of Moment Structure).
Gambar 3.8. Menganalisis Pengaruh Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan
Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan
Pendapatan Petani Padi Sawah.
Kegiatan Utama
Agribisnis (X4)
Teknologi
(X8)
Pendapatan Petani
Padi sawah (Y)
Y2
X42
X43
X81
X82
Y1
X41
Universitas Sumatera Utara
116
3.2. Analisis Full Model Structural Equation Modeling (SEM)
Analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM)
secara full model analisis hasil pengolahan data pada tahap ful model SEM
dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Hasil pengolahan
data untuk analisis ful model SEM ditampilkan pada Gambar 3.8
Gambar 3.9. Analisis Full Model Structural
Equation Modeling (SEM)..
X6
X53
X7
X8
X4 e15
X51
X81
X82
X52
X61
X62
X63
X71
X72
X73
X31
X32
X33
X5
X3
e1
e2
e3
e4
e5
e6
e7
e8
e9
e10
e11
e12
e13
e14
Y
Y1
Y2
X41
X42
X43
e16 e17 e18
e19 e20
Universitas Sumatera Utara
117
Keterangan:
e1…15 : error term
X3 : Kearifan Lokal Dalam Doa Turun Tanam
X4 : Kegiatan Utama Agribisnis
X5 : Kegiatan Penunjang Agribisnis
X6 : Sumber Daya Alam
X7 : Sumber Daya Manusia
X8 : Teknologi
X31 : Biaya Iyuran Air Irigasi
X32 : Biaya Pupuk
X33 ::Biaya Pestisida
X41 : Biaya Produksi
X42 : Luas Panen
X43 : Harga Gabah
X51 : Bantuan Input Produksi Pertanian
X52 : Penyaluran Kredit
X53 : Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk
X61 : Tinggi Volume Air/ha
X62 : Luas Lahan Yang Beririgasi
X63 : Panjang Jalan Usahatani
X71 : Curahan Tenaga Kerja
X72 : Penyuluhan/Pelatihan
X73 : Produktivitas Tenaga Kerja
X81 : Penerapan Komponen Teknologi Dasar
X82 : Penerapan Komponen Teknologi Pilihan
Y : Pendapatan
Y1 : Produksi
Y2 : Produktivitas Lahan
: Adalah tanda yang menunjukkan faktor/ konstruk/ latent variable/
unobserved variable yaitu variabel yang tidak diukur secara langsung,
tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi atau indikator-indikator yang
diamati.
: Adalah tanda yang menunjukkan variabel terukur/ observed variable
yaitu variabel yang ditanya harus dicari melalui lapangan, misalnya
melalui instrumen-instrumen.
: Menunjukkan adanya hubungan yang dipotesakan antara dua variabel,
variabel yang dituju oleh anak panah merupakan variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
118
Komparasi Rata-Rata
Pendapatan
e1
5
Komparasi
Rata-Rata
Pendapatan
Karakteristik sosial
Ekonomi (X1)
X16
X15
X14
X13
X12
X11
Sebelum
Menerapkan Ritual
Doa Turun Tanam
(X2)
Setelah
Menerapkan Ritual
Doa Turun Tanam
(X3)
X23 X22 X21 X33 X32 X31
e1
e2
e3
e4
e5
e6
e7
e8
e9
e10
e11
e1
2
e13
e14
X6
X53
X7
X8
X4
X51
X81
X82
X52
X 61
X62
X63
X71
X72
X73
X31
X32
X33
X5
X3
Y
Y1
Y2
X41
X42
X43
e1
6
e1
7
e1
8
e1
9
e2
0
Universitas Sumatera Utara
119
Gambar 3.10 Skema Kerangka Konseptual Agribisnis Padi Sawah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan
Petani Pada Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara
Keterangan X5 : Kegiatan Penunjang Agribisnis
X51 : Bantuan Input Produksi Pertanian
X52 : Penyaluran Kredit
X53 : Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk
Ketrerangan X6 : Sumber Daya Alam
X61 : Tinggi Volume Air/ha
X62 : Luas Lahan Yang Beririgasi
X63 : Panjang Jalan Usahatani
Keterangan X7 : Sumber Daya Manusia
X71 : Curahan Tenaga Kerja
X72 : Penyuluhan/Pelatihan
X73 : Produktivitas Tenaga Kerja
Keterangan X8 : Teknologi
X81 : Penerapan Komponen Teknologi
Dasar
X82 : Penerapan Komponen Teknologi
Pilihan
Y : Pendapatan
Y1 : Produksi
Y2 : Produktivitas Lahan
Universitas Sumatera Utara
120
3.3. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, dan kerangka konseptual maka dapat
disusun beberapa hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh nyata karakteristik sosial ekonomi yaitu umur,
pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah
tanggungan keluarga dan total luas lahan usahatani dalam pengembangan
wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
2. Terdapat komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah sebelum dan
setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, pada
pengembangan wilayah.
3. Terdapat pengaruh positif signifikan setelah menerapkan kearifan lokal
dalam bentuk doa turun tanam secara langsung dan melalui kegiatan
utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah.
4. Terdapat pengaruh positif signifikan kegiatan utama agribisnis yang
terdiri dari biaya produksi, luas panen, dan harga gabah dalam
pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi
sawah.
5. Terdapat pengaruh positif signifikan kegiatan penunjang agribisnis yang
terdiri dari bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit, dan
kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk, secara langsung dan melalui
kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
121
6. Terdapat pengaruh positif signifikan sumber daya alam yang terdiri dari
tinggi volume air/ha, luas lahan usahatani yang beririgasi dan panjang
jalan usahatani, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis
dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan
petani padi sawah.
7. Terdapat pengaruh positif signifikan sumber daya manusia yang terdiri
dari curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan dan produktivitas tenaga
kerja, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam
pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi
sawah.
8. Terdapat pengaruh positif signifikan teknologi yang terdiri dari penerapan
komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan,
secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam
pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi
sawah.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk kategori penelitian explanatori yaitu suatu
penelitian untuk mencari dan menjelaskan hubungan kausal atau sebab akibat,
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel-variable bebas tersebut ada
mempengaruhi terhadap pendapatan petani padi sawah pada pengembangan
wilayah, melalui pengujian hipotesis.
Dilihat dari segi keilmuan, penelitian ini berfokus pada disiplin ilmu
pengembangan wilayah yang didekati dari perspektif ilmu pertanian yaitu
agribisnis. Dalam hubungan ini disiplin pengembangan wilayah diposisikan
sebagai dasar penetapan aspek-aspek pembahasan dalam penelitian, sedangkan
ilmu agribisnis digunakan sebagai dasar untuk membangun kerangka analisis
dalam melihat persoalan-persoalan pengembangan wilayah.
Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian
yang hendak dicapai dan sekaligus pengujian hipotesis. Untuk itu perlu rancangan
penelitian dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Pada penelitian ini
menggunakan pendekatan survei. Penelitian ditinjau dari segi explanasi
(penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti
serta hubungannya antara satu variabel dengan variabel lainnya) dapat
dikelompokkan menjadi deskriptif, komparatif dan assosiatif.
122
Universitas Sumatera Utara
123
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi
Sumatera Utara. Penentuan lokasi penelitian adalah lahan padi sawah yang
beririgasi dan pelatihan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT).
Seperti Kecamatan Kotarih, Kecamatan Silinda, Kecamatan Bintang Bayu,
Kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan Serbajadi, Kecamatan Sipispis,
Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kecamatan Bandar
Khalipah, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Sei Rampah, Kecamatan Sei
Bamban, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Pantai Cermin.
Universitas Sumatera Utara
124
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota Tebing Tinggi
Universitas Sumatera Utara
125
4.3. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan penelitian melihat variabel-variabel
bebas yang mempengaruhi pendapatan petani padi sawah pada pengembangan
wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Menganalisis pengaruh variabel independen karakteristik sosial ekonomi
yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A,
jumlah tanggungan keluarga dan total luas lahan usahatani, dalam pengembangan
wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap
variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Menganalisis komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah sebelum
dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam
pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Menganalisis pengaruh variabel independen setelah menerapkan kearifan
lokal dalam bentuk doa turun tanam yaitu biaya air irigasi, biaya pupuk dan biaya
pestisida, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam
pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara,
terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Menganalisis pengaruh variabel independen kegiatan utama agribisnis
yaitu biaya produksi, luas panen, dan harga gabah, dalam pengembangan wilayah
di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel
dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Menganalisis pengaruh variabel independen kegiatan penunjang agribisnis
yaitu bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit, dan kebijakan
pemerintah pada subsidi pupuk, secara langsung dan melalui kegiatan utama
Universitas Sumatera Utara
126
agribisnis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi
Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani
padi sawah.
Menganalisis pengaruh variabel independen sumber daya alam (sda) yaitu
tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi, panjang jalan usahatani secara
langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah di
Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen
meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Menganalisis variabel independen sumber daya manusia (sdm) yaitu
curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan, produktivitas tenaga kerja secara
langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah di
Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen
meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Menganalisis pengaruh variabel independen teknologi yaitu pengaruh
penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan
secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan
wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap
variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Data ini disusun sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh data yang
representatif dan pengolahan data yang valid. Pendekatan penelitian ini bersifat
penelitian jenis policy research / kebijakan penelitian. Kemudian data skunder
diperlukan untuk memberikan gambaran dan jawaban tentang masalah penelitian
(research question) maupun menggambarkan produksi dan pendapatan petani
padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
127
4.4. Populasi dan Sampel
4.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik berbentuk benda,
barang dan manusia secara langsung turut menentukan tingkat kredibilitas
penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah berdasarkan kriteria petani
padi sawah memiliki lahan padi sawah yang beririgasi dan penerima bantuan
SL-PTT tahun 2011 sebanyak 10 000 KK di Kabupaten Serdang Bedagai
Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Populasi Petani Padi Sawah Yang Beririgasi Penerima Bantuan
SL- PTT. Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011.
No Keterangan Luas Lahan
Padi Sawah
Beririgasi (Ha)
Populasi (N)
Penerima Bantuan
SL-PTT (KK)
Sampel (n)
Yang Diteliti
(KK)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Kotarih
Silinda
Bintang Bayu
Dolok Masihul
Serba Jadi
Sipispis
Dolok Merawan
Tebing Tinggi
Tebing Syahbandar
Bandar Khalipah
Tanjung Beringin
Sei Rampah
Sei Bamban
Teluk Mengkudu
Perbaungan
Pegajahan
Pantai Cermin
165
371
125
2.430
1.194
368
15
2.483
917
700
3.531
2.875
6.803
2.454
5.953
1.472
3.537
50
125
25
775
475
50
929
375
1.675
1.000
1.200
2.275
425
625
-
1
-
8
5
1
9
4
17
10
12
23
4
6
Jumlah 35.393 10.000 100
Sumber : BP4K Serdang Bedagai, Juli 2009.
4.4.2. Sampel
Sampel adalah bahagian dari populasi yang dapat menggantikan
karakteristik bagian populasi sehingga mampu menggambarkan secara umum
Universitas Sumatera Utara
128
dari populasi tersebut. Penentuan sampel diambil berdasarkan kriteria petani padi
sawah memiliki lahan padi sawah yang beririgasi dan penerima bantuan SL-PTT
tahun 2011. Sampel penelitian dihitung dengan menggunakan persamaan simple
random sampling dengan jumlah sampel yang sudah ditentukan yaitu 100 sampel.
Sampel penelitian ini dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu :
n JsN
s
Dimana:
n = Sampel
s = Jumlah petani per kecamatan
N = Total populasi
Js = Jumlah sampel (100 orang)
4.4.3. Besar Sampel Alokasi Proposional
JsN
sn .
11 Js
N
sn .
77
100.10000
1251n 100.
10000
16757 n
11n 177 n
JsN
sn .
22 Js
N
sn .
88
100.10000
7752 n 100.
10000
10008 n
82 n 108 n
JsN
sn .
33 Js
N
sn .
99
100.10000
4753 n
100.
10000
12009 n
53n 89 n
Universitas Sumatera Utara
129
JsN
sn .
44 Js
N
sn .
1010
100.10000
504 n 100.
10000
227510 n
14 n 2310 n
JsN
sn .
55
Js
N
sn .
1111
100.10000
9295 n
100.
10000
42511n
95 n 411n
JsN
sn .
66
Js
N
sn .
1212
100.10000
3756 n
100.
10000
62512 n
46 n 612 n
4.5. Jenis dan Sumber Data
4.5.1. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
4.5.2. Sumber Data
Sumber data primer adalah petani (responden) dikumpulkan melalui
kuesioner dengan teknik wawancara langsung kepada responden. Pengumpulan
data ini dilakukan dari jawaban yang diberikan responden atas daftar pertanyaan
atau kuesioner yang diberikan langsung kepada para responden.
Sumber data sekunder dapat dilacak kepada sumbernya dalam bentuk
publikasi dan apabila tidak dipublikasikan dapat dilakukan dengan cara
mendatangi secara langsung ke instansi yang bersangkutan, secara resmi melalui
surat pengantar dari sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan
Universitas Sumatera Utara
130
dikumpulkan melalui literatur-literatur yang ada, penelitian terdahulu, instansi
pemerintah yang terkait dengan tanaman padi sawah seperti Dinas Pertanian
Sumatera Utara, Badan Penyuluh Pertanian Sumatera Utara, Dinas PU Pengairan
Provinsi Sumatera Urara, Bulog Provinsi Sumatera Utara, Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi
Sumatera Utara, Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara, Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, dinas Pertanian Serdang
Bedagai, Badan Penyuluh Pertanian Serdang Bedagai dinas Pengairan Serdang
Bedagai, serta kepala kecamatan dan kepala desa.
4.6. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diklasifikasi dua
kelompok, pertama variabel terikat (dependent variabel), dan variabel bebas
(independent variabel). Variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang
keberadaannya sangat ditentukan oleh variabel independen. Dalam penelitian ini
yang termasuk variabel terikat (dependent variabel) adalah pendapatan (Y).
Variabel bebas (independent variabel) (X) adalah variabel yang menjelaskan
variabel terikat yang termasuk variabel bebas adalah :
4.6.1. Variabel Karakteristik Sosial Ekonomi
a. Variabel umur (X11)
b. Variabel pendidikan (X12)
c. Variabel lamanya berusahatani (X13)
d. Variabel lamanya berorganissi P3A (X14)
e. Variabel jumlah tanggungan keluarga (X15)
f. Variabel total luas lahan usahatani (X16)
Universitas Sumatera Utara
131
4.6.2. Variabel Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam
a. Variabel biaya pompanisasi (X21)
b. Variabel biaya pupuk (X22)
c. Variabel biaya pestisida (X23)
4.6.3. Variabel Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam
a. Variabel biaya iyuran air irigasi (X31)
b. Variabel biaya pupuk (X32)
c. Variabel biaya pestisida (X33)
4.6.4. Variabel Kegiatan Utama Agribisnis
a. Variabel biaya produksi (X41)
b. Variabel luas panen (X42)
c. Variabel harga gabah (X43)
4.6.5. Variabel Kegiatan Penunjang Agribisnis
a. Variabel bantuan input produksi pertanian (X51)
b. Variabel penyaluran kredit (X52)
c. Variabel kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk (X53)
4.6.6 Variabel Sumber Daya Alam (SDA)
a. Variabel tinggi volume air/ha (X61)
b. Variabel luas lahan yang beririgasi (X62)
c. Variabel panjang jalan usahatani (X63)
4.6.7. Variabel Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Variabel curahan tenaga kerja (X71)
b. Variabel penyuluhan/pelatihan (X72)
c. Variabel produktivitas tenaga kerja (X73)
Universitas Sumatera Utara
132
4.6.8. Variabel Teknologi
a. Variabel penerapan komponen teknologi dasar (X81)
b. Variabel penerapan komponen teknologi pilihan (X82)
4.7. Definisi Operasional
Berdasarkan pada perumusan masalah dan hipotesis, maka penelitian ini
yang menjadi variabel terikat (dependent variabel) yaitu pendapatan. Sejumlah
variabel yang diikut sertakan dalam penelitian ini mempunyai definisi operasional
sebagai berikut :
4.7.1. Variabel Independent (Bebas) Karakteristik Sosial Ekonomi
4.7.1.1. Variabel Umur (X11) adalah diukur berdasarkan usia petani sampel
dihitung sejak ia dilahirkan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam
satuan tahun.
4.7.1.2. Variabel Pendidikan (X12) adalah lamanya petani sampel menjalankan
pendidikan formal dihitung mulai dari pendidikan SD sampai
pendidikan formal terakhir yang dijalankannya hingga saat penelitian
dilaksanakan dalam satuan tahun.
4.7.1.3. Variabel Lamanya Berusahatani (X13) adalah petani sampel
melakukan usahatani padi sawah dihitung berdasarkan sejak petani mulai
usahataninya hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan tahun.
4.7.1.4. Variabel Lamanya Berorganisasi P3A (X14) adalah petani sampel ber-
gabung dalam organisasi P3A dihitung berdasarkan sejak petani mulai
bergabung hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan tahun.
4.7.1.5. Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga (X15) adalah petani sampel
yang mempunyai jumlah jiwa yang tinggal bersama atau yang tidak
Universitas Sumatera Utara
133
tinggal bersama yang masih tanggungan keluarga hingga saat penelitian
dilakasanakan dalam satuan jiwa.
4.7.1.6. Variabel Total Luas Lahan Usahatani (X16) adalah jumlah luas lahan
seluruhnya yang dimiliki petani sampel baik sawah beririgasi maupun
lahan kering seperti pekarangan, tegal, ladang, kebun dan tambak,
hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ha.
4.7.2. Variabel Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam
4.7.2.1. Variabel Biaya Pompanisasi (X21) adalah besar jumlah uang yang
dikeluarkan petani untuk pengairan pada usahataninya dengan
menggunakan mesin pompa dalam satuan rupiah.
4.7.2.2. Variabel Biaya Pupuk (X22) adalah besar jumlah uang dikeluarkan
petani untuk pembelian pupuk pada usahataninya dalam satuan rupiah.
4.7.2.3. Variabel Biaya Pestisida (X23) adalah besar jumlah uang yang
dikeluarkan petani untuk pembelian obat-abatan pada usahataninya
dalam satuan rupiah.
4.7.3. Variabel Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam
4.7.3.1. Variabel Biaya Iyuran Air Irigasi (X31) adalah besar jumlah uang
yang dikeluarkan petani untuk pengairan pada usahataninya dalam
satuan rupiah.
4.7.3.2. Variabel Biaya Pupuk (X32) adalah besar jumlah uang dikeluarkan
petani untuk pembelian pupuk pada usahataninya dalam satuan rupiah.
4.7.3.3. Variabel Biaya Pestisida (X33) adalah besar jumlah uang yang
dikeluarkan petani untuk pembelian obat-abatan pada usahataninya
dalam satuan rupiah.
Universitas Sumatera Utara
134
4.7.4. Variabel Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani
4.7.4.1. Variabel Biaya Produksi (X41) adalah semua biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan produksi, atau nilai dari semua faktor produksi
yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses
produksi berlangsung dihitung dalam jangka satu tahun biaya ini
meliputi sewa lahan, bunga modal dari luar, iuran P3A, bibit, pupuk,
pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, retribusi dan penyusutan
alat-alat pertanian, dengan satuan rupiah. Dalam menghitung nilai
biaya penyusutan digunakan metode garis lurus (The straight line
method) Menurut Kay (1986) rumus metode tersebut sebagai berikut :
X = ( A – B )/C
Dimana : X = Nilai penyusutan
A = Harga awal (rp)
B = Taksiran harga setelah pemakaian produktif (rp)
C = Lama pemakaian produktif (tahun).
4.7.4.2. Variabel Luas Panen (X42) adalah jumlah luas lahan yang ditanam
dalam berusahatani padi sawah, dan menghasilkan produksi gabah
sesuai dengan luas tersebut hal ini merupakan luas panen yang
dihitung, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ha.
4.7.4.3. Variabel Harga Gabah (X43) adalah harga barang itu sendiri dimana
variabel harga gabah yaitu GKP, GKG hal ini berbeda pada harga
gabah di BULOG, harga gabah di kilang padi dan harga gabah di
pedagang pengumpul pada tingkat produsen, hingga saat penelitian
dilaksanakan dalam satuan rupiah.
Universitas Sumatera Utara
135
4.7.5. Variabel Kegiatan Penunjang Agribisnis
4.7.5.1. Variabel Bantuan Input Produksi Pertanian (X51) adalah bantuan
pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten Serdang Bedagai untuk
petani sampel melalui kelompok tani berupa bantuan bibit, pupuk,
pestisida dan alsintan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan
rupiah.
4.7.5.2. Variabel Penyaluran Kredit (X52) adalah besar jumlah uang yang
diterima petani dari pengajuan kredit untuk usahataninya hingga saat
penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah.
4.7.5.3. Variabel Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk (X53) adalah
besar jumlah pupuk yang diterima petani dari penyaluran pupuk
bersubsidi berdasarkan luas lahan yang diusahakan hingga saat
penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah.
4.7.6. Variabel Sumber Daya Alam (SDA)
4.7.6.1. Variabel Tinggi Volume Air/Ha (X61) adalah banyaknya air irigasi yang
diairi sehubung untuk kepentingan tanaman padi sawah dimana petani
melangsungkan usahataninya dan diukur ketinggian air dari permukaan
tanah hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan cm.
4.7.6.2. Variabel Luas Lahan Usahatani Yang Beririgasi (X62) adalah luas
lahan sawah petani sampel yang mengusahakan usahatani padi sawah
beririgasi hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ha.
Universitas Sumatera Utara
136
4.7.6.3. Variabel Panjang Jalan Usahatani (X63) adalah prasarana transportasi
pada kawasan pertanian untuk memperlancar mobilitas alat mesin
pertanian, pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian dan
mengangkut hasil produksi pertanian dari lahan menuju ketempat
pengumpulan sementara, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan
meter (m).
4.7.7. Variabel Sumber Daya Manusia
4.7.7.1. Variabel Curahan Tenaga Kerja (X71) adalah tenaga kerja keluarga
yang dicurahkan untuk usahatani hingga saat penelitian dilaksanakan
dengan satuan yang dihitung dalam satuan kerja pria dewas (HKP/tahun
dengan kelasifikasi sebagai berikut :
Hari Kerja Pria (HKP) pria dewasa > 15 tahun = 1 HKP
Hari Kerja Wanita (HKW) wanita dewasa > 15 tahun = 0,8 HKP
Hari Kerja Anak (HKA) anak anak 10 - 14 tahun = 0,5 HKP
Hari Kerja Ternak (HKT) = 5 HKP
Hari Kerja Mesin Traktor (HKM) = 25 HKP
4.7.7.2. Variabel Penyuluhan/Pelatihan (X72) adalah proses pembelajaran bagi
petani untuk meningkatkan pengetahuan, keterampila dan wawasan yang
dibutuhkan untuk pengelolaan tanaman padi sawah dihitung berdasarkan
frekuensi mengikuti penyuluhan/pelatihan.
4.7.7.3. Variabel Produktivitas Tenaga Kerja (X73) adalah perbandingan antara
jumlah yang dihasilkan atau hasil yang dicapai dengan jumlah curahan
tenaga kerja yang digunakan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam
satuan ton/hkp.
Universitas Sumatera Utara
137
4.7.8. Variabel Teknologi
4.7.8.1. Variabel Penerapan Komponen Teknologi Dasar (X81) adalah
komponen teknologi yang relatif dapat berlaku umum di wilayah yang luas
a. Varietas unggul.
b. Bibit bermutu dan sehat dengan perlakuan benih.
c. Pemupukan efisien menggunakan alat bantu.
d. PHT sesuai OPT sasaran.
4.7.8.2. Variabel Penerapan Komponen Teknologi Pilihan (X82) adalah
komponen teknologi spesifik lokasi, antara lain :
a. Pengelolaan tanaman yang meliputi populasi dan cara tanam (tegel,
legowo, larikan, sebar langsung).
b. Bibit muda ( umur 15 hari atau 21 hari HSS).
c. Penggunaan bahan organik.
d. Irigasi berselang.
e. pupuk mikro.
f. Penanganan panen dan pascapanen.
g. Pengendalian gulma.
h. Pengolahan tanah.
4.7.9. Variabel Dependent (Terikat) Pendapatan (Y) petani padi sawah adalah
total penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil, dikurangi dengan
nilai total biaya produksi, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam
satuan rupiah.
4.7.9.1. Variabel Produksi (Y1) adalah total penerimaan gabah kering panen
dalam satu tahun hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ton
Universitas Sumatera Utara
138
4.7.9.2. Variabel Produktivitas (Y2) adalah kemampuan lahan dalam
menghasilkan rata–rata produksi dalam kwintal per hektar hingga saat
penelitian dilaksanakan dalam satuan Kw/Ha.
4.8. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data
4.8.1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dan data skunder dilakukan mahasiswa strata S1
dan S2 Universitas Sumatera Utara. Mahasiswa yang menjadi enumerator telah
dahulu mendapatkan bekal ke lapangan yang diarahkan selama dua hari. Setelah
data primer dan data skunder dikumpulkan, maka akan diolah sesuai dengan
tujuan penelitian. Pengolahan data dilakukan secara bertahap sesuai dengan
proses pengumpulan data yang dilakukan dan analisis data dilakukan sesuai
dengan masalah penelitian (Research question).
Data yang sudah dikumpulkan ditabulasi, diolah dalam bentuk tabel,
grafik disajikan dan dianalisis dengan metode kuantitatif dan kualitatif sesuai
dengan rancangan hipotesis atau permasalahan penelitian. Laporan penelitian
disusun secara sistematis, dibuat sesuai dengan format laporan disertasi Program
Studi Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Untuk memperoleh data skunder yang diperoleh secara langsung dikum-
pulkan melalui literatur-literatur yang ada, penelitian terdahulu, instansi peme-
rintah yang terkait dengan tanaman padi sawah. Seperti Dinas Pertanian Sumatera
Utara, Badan Penyuluh Pertanian Sumatera Utara, Dinas PU Pengairan Provinsi
Sumatera Urara, Bulog Provinsi Sumatera Utara, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera
Utara, Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas Sumatera
Universitas Sumatera Utara
139
Utara, Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, Dinas Pertanian Serdang Bedagai,
Badan Penyuluh Pertanian Serdang Bedagai Dinas Pengairan Serdang Bedagai,
serta kepala Kecamatan dan kepala Desa dan jurnal hasil hasil penelitian serta
instansi lainnya yang terkait. kemudian diolah sesuai kebutuhan model. Data yang
dikumpulkan mencakup semua variabel yang relevan untuk keperluan penelitian.
Menurut Stone (1978), teknik pengambilan data secara langsung
dilapangan (field survey) dirasakan lebih baik hasilnya bila dibandingkan dengan
melalui pos atau yang disebut juga sebagai mail surve. Karena dapat mengurangi
dan memperkecil perbedaan interpretasi antara pihak peneliti dan pihak responden
serta memungkinkan tingkat perbedaan tanggapan pihak responden yang tinggi.
4.8.2. Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2005) instrumen penelitian adalah alat pembantu yang
dapat diwujudkan dalam bentuk angket, daftar cocok (cheklist), paduan
pengamatan (observation sheet/observation schedule), tes dan inventory skala.
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari petani sampel,
maka untuk menghimpun dan mendapatkan informasi dari responden digunakan
jenis instrumen pedoman wawancara atau kuesioner. Data skunder yang
diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi sumber-
sumber informasi dan mencatat dari sumber informasi yang telah diorganisir oleh
suatu lembaga.
4.9. Indikator Unit Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data
4.9.1. Indikator Unit Pengukuran
Data yang diperlukan dalam penelitian ini baik berupa data primer maupun
sekunder, agar memenuhi tingkat validitas dan reliabilitas yang baik diperlukan
Universitas Sumatera Utara
140
indikator unit pengukuran dan teknik pengumpulan data. Menurut Riduwan
(2008) skala pengukuran adalah skala yang dipergunakan untuk
mengklasifikasikan variabel yang diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis skala
pengukuran ada empat, yaitu: skala nominal, skala ordinal, skala interval dan
skala rasio.
Skala nominal adalah skala yang dipergunakan bilamana variabel (peubah)
yang diukur semata-mata untuk mengklasifikasikan beberapa objek pada variabel
tersebut, misalnya: Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, TNI/POLRI dan
sebagainya. Hal ini hanyalah bersifat kode atau lambang yang dipergunakan untuk
mempermudah proses pengklasifikasian.
Skala ordinal adalah skala yang memungkinkan segala sesuatu disusun
menurut peringkatnya, misalnya: (1) Sangat Setuju, (2) Setuju, (3) Biasa Saja, (4)
Tidak Setuju, (5) Sangat Tidak Setuju.
Skala interval adalah jika suatu skala memiliki segala sifat dari skala
ordinal dan jika antar dua angka (skor) pada skala tersebut mempunyai unsur
jarak. Pada skala interval titik nol dan unit pengukurannya dapat dipilih secara
sembarang.
Skala ratio adalah jika sesuatu skala memiliki semua ciri suatu skala
interval dan disamping itu memiliki titik nol sejati.
4.9.2. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data primer dan data sekunder dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
141
4.9.2.1. Data Primer
Pengumpulan data primer yang digali dari petani sampel dengan cara
wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan dan dengan
mempertimbangkan keberadaan responden yang menyebar secara geografis. Maka
pengumpulan data primer, diperlukan tenaga lapangan sebagai enumerator.
Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
a. Mengurus izin
b. Membuat kuesioner dan tes
c. Pengujian dan perbaikkan kuesioner
d. Menyeleksi calon enumerator
e. Pembekalan enumerator
f. Pengumpulan data di lapangan
g. Monitoring kegiatan lapangan
h. Mengkoreksi daftar isian kuesioner
i. Pengolahan dan penyajian data.
4.9.2.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh langsung dari publikasi resmi seperti Dinas
Pertanian Sumatera Utara, Badan Penyuluh Pertanian Sumatera Utara, Dinas PU
Pengairan Provinsi Sumatera Urara, Bulog Provinsi Sumatera Utara, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara, Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, dinas Pertanian
Serdang Bedagai, Badan Penyuluh Pertanian Serdang Bedagai Dinas Pengairan
Serdang Bedagai, kepala kecamatan dan kepala desa. Lembaga publikasi dalam
Universitas Sumatera Utara
142
bentuk laporan tahunan, jurnal, tesis, disertasi dan tex book dengan cara daftar
cacah mengkopi dan membeli.
Indikator unit pengukuran dan teknik pengumpulan data yang validitas
dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Indikator Unit Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data.
No
Alamat
Indikator
Pengukuran
Indikator
Lapangan
Teknik
Jenis
Instrumen Varian Unit
1.
Variabel Karakteristik
Sosial
Ekonomi
-Umur -Pendidikan
-Lamanya Berusahatani
-Lamanya Berorganisasi
P3A -Jumlah Tanggungan
Keluarga
-Total Luas Lahan
Usahatani
Tahun Tahun -
Tahun
Tahun
Jiwa
Ha
Ratio Ratio
Ratio
Ratio
Ratio
Ratio
-Penjelasan -Penjelasan
-Penjelasan
-Penjelasan
-Penjelasan
-Penjelasan
1
1.2
2.
Variabel
Sebelum Menerapkan
Kearifan
Lokal Dalam
Bentuk Doa Turun Tanam
-Biaya Pompanisasi
-Biaya Pemupukan
-Biaya Pestisida
Rp
Rp
Rp
Ratio
Ratio
Ratio
-Tampak Fisik
-Tampak Fisik
-Tampak Fisik
1
1.2
3.
Variabel
Setelah
Menerapkan Kearifan
Lokal Dalam
Bentuk Doa
Turun Tanam
-Biaya Air Irigasi
-Biaya Pupuk
-Biaya Pestisida
Rp
Rp
Rp
Ratio
Ratio
Ratio
-Tampak Fisik
-Tampak Fisik
-Tampak Fisik
1
1.2
4.
Komparasi Rata Rata
Pendapatan
Sebelum dan Setelah
Menerapkan
Kearifan
Lokal Dalam Bentuk Doa
Turun Tanam
-Pendapatan Sebelum Menerapkan Ritual
Doa Turun Tanam
-Pendapatan Setelah
Menerapkan Ritual
Doa Turun Tanam
Rp
Rp
Ratio
Ratio
-Tampak Fisik
-Tampak Fisik
1
1.2
5
Variabel
Kegiatan Utama
Agribisnis
-Biaya Produksi
-Luas Panen
-Harga Gabah
Rp
Ha
Rp
Ratio
Ratio
Ratio
-Tampak Fisik
-Tampak Fisik
-Tampak Fisik
1
1.2
Universitas Sumatera Utara
143
Lanjutan Tabel 4.2. Indikator Unit Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data.
6
Variabel
Kegiatan
Penunjang Agribisnis
-Bantuan Input Produksi
Pertanian
-Penyaluran Kredit
-Kebijakan Pemerintah
Dalam Subsidi Pupuk
Rp
Rp
Kg
Ratio
Ratio
Ratio
- Penjelasan
- Penjelasan
- Penjelasan
1
1,2
7.
Variabel
Sumber Daya
Alam (SDA)
-Tinggi Volume Air/Ha
-Luas Lahan Yang Beririgasi
-Panjang Jalan Usahatani
Cm
Ha
Km
Ordinal
Ordinal
Ordinal
-Tampak Fisik
-Tampak Fisik
-Tampak Fisik
1
1.2
8.
Variabel
Sumber Daya
Manusia
(SDM)
-Curahan Tenagak Kerja
-Penyuluhan/Pelatihan
-Produktivitas Tenaga Kerja
Hkp
Frekuensi
Ton/Hkp
Ordinal
Ordinal
Ordinal
- Penjelasan
- Penjelasan
- Penjelasan
1
1,2
9
Variabel
Teknologi
-Penerapan Teknologi
Dasar
-Penerapan Teknologi
Pilihan
%
%
Ordinal
Ordinal
- Penjelasan
- Penjelasan
1
1.2
Keterangan : 1. Wawancara 2. Mencatat dari sumber
4.10. Metode Analisis
4.10.1. Rumus: Pendapatan
Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dilakukan
penyatuan dan koreksi tabulasi dalam bentuk tabel atau gambar sesuai dengan
hipotesis. Untuk mencari pendapatan dianalisis secara sederhana dengan
menghitung pendapatan dari kegiatan usahatani padi sawah dengan metode rumus
4.10.2. Pd = T R – T C
Dimana :
Pd = Pendapatan (Rp)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)
TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)
Universitas Sumatera Utara
144
4.10.3. TR = Py.Y
TR = Total Reveneu (Total Penerimaan) (Rp)
Py = Pay Yield (Harga Produksi) (Rp)
Y = Yield (Jumlah Produksi) (Ton)
4.10.4. TC = FC + VC
TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp)
VC = Variable Cost (Biaya Tidak Tetap) (Rp)
4.11. Untuk Membuktikan Hipotesis 1, Terdapat Pengaruh Nyata
Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah
Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Pengaruh karakteristik sosial ekonomi yaitu umur, pendidikan, lamanya
berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah tanggungan keluarga, dan total
luas lahan usahatani yang dimiliki terhadap meningkatkan pendapatan petani padi
sawah. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan metode Ordinary
Least Square (OLS). Digunakan model estimasi regresi linier berganda dengan
spesifikasi model ekonometrika. Alat bantu dalam mengolah data primer yang
digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16.
Gambar : 4.2. Terdapat Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial Ekonomi
Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan
Petani Padi Sawah.
Karakterist
Sosial
Ekonomi
(X1)
Y
X11
X11
X11
X11
X11
X11
Universitas Sumatera Utara
145
4.11.1. Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini digunakan model estimasi regresi linier berganda
sebagai berikut :
Y= f (X 11, X 12, X 13, X 14, X 15, X 16) ..................................................................(1)
Persamaan tersebut dengan spesifikasi model ekonometrika :
Y= 0+ 1X 11+ 2X 12+ 3X 13+ 4X 14+ 5X 15+ 6X 16+ 1.............................(2)
Dimana: Y = Pendapatan (rp)
X 11 = Umur (tahun)
X 12 = Pendidikan (tahun)
X 13 = Lamanya berusahatani (tahun)
X 14 = Lamanya berorganisasi P3A (tahun)
X 15 = Jumlah tanggungan keluarga (jiwa)
X 16 = Total luas lahan usahatani yang dimiliki (ha)
0 = Konstanta/koefisen intersep
1………... 5 = Koefisen regresi
1 = kesalahan pengganggu. Gujarati (2003).
Kriteria uji hipotesis adalah : H0 terima apabila signifikan ≥ 0,05
Ha terima apabila signifikan ≤ 0,05
4.11.2. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)
4.11.2.1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) yang bertujuan untuk melihat apakah variabel
bebas cukup memberikan arti dalam menjelaskan variabel terikat. Dengan kata
Universitas Sumatera Utara
146
lain variasi yang terjadi pada variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat
sebesar (R2).
4.11.2.2. Uji Serempak ( Uji F -statistik)
Uji F yang dilihat dari signifikan keseluruhan variabel bebas dalam
mempengaruhi variabel terikat, Pengujian arti keseluruhan regresi sampel (over
all test) yaitu suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah
koefisien regresi signifikan atau tidak secara serempak.
4.11.2.3. Uji Parsial ( Uji t -statistik)
Dimana uji ini adalah uji t untuk melihat signifikan dari masing-
masing variabel bebas, Uji t atau t-test (partial test); yaitu suatu pengujian yang
bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak secara
parsial (Gujarati, 2003).
4.11.3. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
4.11.3.1. Uji Normalitas
Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas
dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan ini. Normalitas
dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat di uji dengan uji
statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data
tunggal maupun normalitas multivariant dimana beberapa variabel digunakan
sekaligus dalam analisis akhir.
Pengujian yang paling mudah adalah dengan mengamati Skewness value
dan kurtosis. Nilai statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah
Z-value yang dihasilkan melalui rumus berikut :
Universitas Sumatera Utara
147
Nilai − z =Skewness
√6N
Keterangan :
N = Ukuran sample
Bila nilai Z lebih besar, maka diduga distribusi data adalah tidak normal.
Nilai kritis dapat digunakan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki,
misalnya digunakan nilai kritisnya ± 2,58 (tingkat signifikansi 0,01 (1%) berarti
kita dapat menolak asumsi normalitas pada probability level (Hair et al, 1998).
4.11.3.2. Uji Multikolinearitas
Untuk melihat apakah data penelitian terdapat multikolinearitas Menurut
Supranto (2005) istilah kolinieritas sendiri berarti hubungan linier tunggal,
sedangkan kolinieritas ganda (multicollinearity) menunjukkan adanya lebih dari
satu hubungan linier yang sempurna. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas
dapat ditinjau dari beberapa hal :
a. Nilai toleransi lebih kecil dari 0,1
b. Nilai VIF lebih besar dari 10
c. R2 = 1
4.11.3.3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik yang mengamati
scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal ini menunjukkan adanya
masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan
scatterplot jika menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2010).
Universitas Sumatera Utara
148
4.12. Untuk Membuktikan Hipotesis 2, Terdapat Komparasi Rata-Rata
Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum Dan Setelah Menerapkan
Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam
Pengembangan Wilayah
Untuk melihat perbedaan rata-rata pendapatan digunakan model uji beda
rata-rata (Compare Means). Dengan Metode Dependent Sample T-test (Paired
Sample T-test). Alat bantu dalam mengolah data primer yang digunakan adalah
Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16.
Gambar 4.3. Terdapat Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum Dan
Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam
Dalam Pengembangan Wilayah.
Dengan rumus:
𝑡 =�̅�1− �̅�2
√((𝜂1−1)𝑆1
2+(𝜂2−1)𝑆22
𝜂1+ 𝜂2−2)(
1
𝜂1+
1
𝜂2)
(Siregar, 2014)
Keterangan:
𝑋1 = Rata-rata pendapatan sebelum menerapkan doa turun tanam
𝑋2 = Rata-rata pendapatan setelah menerapkan doa turun tanam
S12 = Varians pendapatan sebelum menerapkan doa turun tanam
S22 = Varians pendapatan setelah menerapkan doa turun tanam
𝜂1 = Jumlah observasi (sampel) data pertama
𝜂2 = Jumlah observasi (sampel) data kedua.
Pendapatan Sebelum
Menerapkan
Kearifan Lokal
Dalam Bentuk Doa
Turun Tanam (X2)
Komparasi Rata-
Rata Pendapatan
Pendapatan Setelah
Menerapkan
Kearifan Lokal
Dalam Bentuk Doa
Turun Tanam (X3)
(X3 )
Universitas Sumatera Utara
149
Dengan kriteria uji:
Jika t-hitung < t-tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Dengan α 0,05
Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho : tidak ada komparasi rata-rata pendapatan sebelum dan setelah menerapkan
ritual doa turun tanam.
H1 : ada komparasi rata-rata pendapatan sebelum dan setelah menerapkan ritual
doa turun tanam.
4.13. Metode SEM (Structural Equation Modeling)
SEM adalah merupakan teknik statistik yang digunakan untuk membangun
dan menguji model statistik yang biasanya dalam bentuk model-model sebab
akibat. Model SEM ada yang menyebutnya merupakan pendekatan yang
terintegrasi antara analisis faktor, model struktural dan analisis path secara
serempak, yaitu pemeriksaan validititas dan relialibitas instrumen (setara dengan
analisis konfirmatori). Pengujian model hubungan antar variabel laten (setara
dengan analisis konfirmatori), analisis path dan mendapatkan model yang
bermanfaat untuk perkiraan (setara dengan model struktural dan analisis regresi).
4.13.1. Penggunaan SEM
1. Menguji pengaruh variable bebas terhadap variable terikat
2. Menguji pengaruh langsung dan tidak langsung variable eksogen terhadap
endogen
3. Menguji validitas dan reliabilitas instrument
Universitas Sumatera Utara
150
4.13.2. Besar Sampel Untuk SEM
1. 100-200 sampel
2. 5-10 X parameter
3. 5-10 X jumlah indikator (Sarmanu, 2011).
4.13.3. Langkah-Langkah Menganalisis Struktural Equation Model (SEM)
Menurut Hair et.al, (1998) beberapa langkah yang harus dilakukan dalam
menganalisis struktural equation model (SEM), yaitu :
1. Pengembangan model teoritis, dalam hal ini akan dilakukan pengujian
kausalitas secara empiris yang didasarkan teori untuk mengkonfirmasi model
teoritis melalui data empirik.
2. Pengembangan diagram jalur, model teoritis yang telah dibangun pada tahap
pertama akan digambarkan dalam sebuah diagram jalur hubungan eksogen
dengan konstruk endogen yang dinyatakan dalam anak panah.
3. Membangun persamaan struktural, yang dirumuskan untuk menyatakan
hubungan kausalitas antara berbagai konstruk. Hubungan antar konstruk pada
penelitian ini adalah hubungan antara aspek pengaruh pengembangan wilayah
kegiatan utama agribisnis dalam usahatani, pengaruh pengembangan wilayah
kegiatan penunjang agribisnis, pengaruh pengembangan wilayah sumber daya
alam (sda), pengaruh pengembangan wilayah sumber daya manusia (sdm)
dan pengaruh pengembangan wilayah teknologi terhadap pendapatan petani
padi sawah di Serdang Berdagai Sumatera Utara
4.14. Uji Validitas
Validitas mempunyai arti dimana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Tes instrument pengukur dapat dikatakan
Universitas Sumatera Utara
151
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut sesuai dengan alat ukurnya
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut.
Salah satu manfaat utama dari CFA adalah kemampuan menilai validitas
konstruk dari measurement theory yang diusulkan. Validitas konstruk mengukur
seberapa jauh ukuran indikator mampu merefleksikan konstruk laten teoritisnya.
Jadi validitas konstruk memberikan kepercayaan bahwa ukuran indikator yang
diambil dari sampel menggambarkan skor sesungguhnya di dalam populasi. Item-
item atau indikator suatu konstruk laten harus converge atau share (berbagi)
proporsi varian yang tinggi dan ini disebut convergent validity. Untuk mengukur
validitas konstruk dapat dinilai dari nilai faktor loadingnya. Pada kasus dimana
terjadi validitas tinggi maka nilai loading tinggi pada suatu faktor menunjukan
bahwa mereka converge pada satu titik. Syarat yang harus dipenuhi pertama
loading faktor harus signifikan. Oleh karena loading faktor yang signifikan bisa
jadi masih rendah nilainya. Maka standardized loading estimate harus sama
dengan 0.50 atau lebih idealnya harus 0,70 dan jika hal tersebut sudah terpenuhi
maka indikator dapat dikatakan valid.
4.15. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsisten data yang diperoleh.
Setelah kesesuaian model diuji (model fit), evaluasi lain yang harus dilakukan
adalah penilaian unidimensionalitas dan raliabilitas. Unidimensionalitas adalah
sebuah asumsi yang digunakan dalam menghitung reliabiltas dari model
menunjukkan bahwa dalam sebuah model satu dimensi, indikator yang digunakan
memiliki derajat kesesuian yang baik. Penggunaan ukuran reliabilitas seperti
Universitas Sumatera Utara
152
a-Cronbach, tidak mengukur unidimensionalitas itu sudah ada pada waktu
a-cronbach dihitung. Karena itu peneliti dianjurkan untuk melakukan uji
unidimensionalitas terhadap semua konstruk multi indikator sebelum menilai
reliabilitasnya.
Instrumen-instrumen dalam ilmu sosial sudah baku (standar), karena telah
teruji validitas dan realibilitasnya, tetapi banyak juga yang belum baku bahkan
belum ada. Untuk itu maka peneliti harus mempunyai sendiri instrumen pada
setiap penelitian dan penguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang tidak
teruji validitas dan reliabilitasnya bila digunakam untuk penelitian akan
menghasilkan data yang sulit dipecaya kebenarannya.
Reliabilitas merupakan salah satu indikator validitas convergent. Banyak
juga yang menggunakan cronbach alpha sebagai ukuran reliabilitas. Walaupun
kenyataannya cronbach alpha memberikan ukuran yang lebih rendah (under
estimate) dibandingkan dengan Construct Reliability. Besarnya nilai Construct
Reliability (CR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
CR = [∑ µ𝑖𝑛
𝑖=1 ]
[∑ 𝜇𝑖𝑛𝑖=1 ][∑ 𝜑𝑖𝑛
𝑖=1 ]
Constuct Reliability 0,70 atau lebih menunjukan reliabilitas yang baik
sedang reliabilitas 0,60 – 0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas
indikator dalam model yang baik. Jumlah kesalahan pengukuran (measurement
error). Kesalahan pengukuran = 1-ʎi2 (kuadrat standart loading).
Universitas Sumatera Utara
153
4.16. Untuk Membuktikan Hipotesis 3, Terdapat Pengaruh Positif
Signifikan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa
Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama
Agribisni Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan
Pendapatan Petani Padi Sawah
Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan setelah menerapkan ritual
doa turun tanam secara langsung yaitu biaya iuran air irigasi, biaya pupuk dan
biaya pestisida dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya
produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani
padi sawah pada pengembangan wilayah.
Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =
Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan
suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau
dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis
of Moment Structure).
Gambar 4.4. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Setelah Menerapkan Kearifan
Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan
Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan
Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
KegiatanUtama Agribisnis (X4)
Setelah Menerapkan
Kearifan lokal Doa Turun Tanam (X3)
Pendapatan Petani Padi
Sawah
(Y) Y2
X42
X43
X31
X32
X33
Y1
X41
Universitas Sumatera Utara
154
4.17. Untuk Membuktikan Hipotesis 4, Terdapat Pengaruh Positif
Signifikan Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah
Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan kegiatan utama agribisnis
dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah.
Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =
Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan
suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau
dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis
of Moment Structure).
Gambar 4.5. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Kegiatan Utama Agribisnis Dalam
Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah.
Kegiatan Utama
Agribisnis Dalam
Usahatani (X4)
Pendapatan Petani
Padi sawah (Y) Y2
X41
X42
X43
Y1
Universitas Sumatera Utara
155
4.18. Untuk Membuktikan Hipotesis 5, Terdapat Pengaruh Positif
Signifikan Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan
Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan
Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan kegiatan penunjang agribisnis
secara langsung yaitu bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit dan
kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk, dan melalui kegiatan utama agribisnis
dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah.
Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =
Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan
suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau
dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis
of Moment Structure).
Gambar 4.6. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Kegiatan Penunjang
Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama
Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan
Petani Padi Sawah.
Kegiatan Utama Agribisnis (X4)
Kegiatan Penunjang Agribisnis (X5)
Pendapatan Petani
Padi sawah (Y)
Y2
X42
X43
X51
X52
X53
Y1
X41
Universitas Sumatera Utara
156
4.19. Untuk Membuktikan Hipotesis 6, Terdapat Pengaruh Positif
Signifikan Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui
Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap
Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan sumber daya alam (sda)
secara langsung yaitu tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi dan panjang
jalan usahatani dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya
produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani
padi sawah pada pengembangan wilayah.
Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =
Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan
suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau
dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis
of Moment Structure).
Gambar 4.7. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Sumber Daya Alam (SDA) Secara
Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan
Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
Kegiatan Utama
Agribisnis (X4)
Sumber Daya
Alam (X6)
Pendapatan Petani
Padi sawah (Y)
Y2
X42
X43
X 61
X 62
X 63
Y1
X41
Universitas Sumatera Utara
157
4.20. Untuk Membuktikan Hipotesis 7, Pengaruh Positif Signifikan Sumber
Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama
Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan
Pendapatan Petani Padi Sawah
Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan sumber daya manusia
(sdm) secara langsung yaitu curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan dan
produktivitas tenaga kerja dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani
yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah.
Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =
Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan
suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau
dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis
of Moment Structure).
Gambar 4.8. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Sumber Daya Manusia (SDM) Secara
Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan
Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
Kegiatan Utama
Agribisnis Dalam
Usahatani (X4)
Sumber Daya
Manusia (X7)
Pendapatan Petani
Padi sawah (Y)
Y2
X 42
X 43
X71
X72
X 73
Y1
X41
Universitas Sumatera Utara
158
4.21. Untuk Membuktikan Hipotesis 8, Terdapat Pengaruh Positif
Signifikan Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama
Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan
Pendapatan Petani Padi Sawah
Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan teknologi secara langsung
yaitu penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi
pilihan dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya
produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani
padi sawah pada pengembangan wilayah. Data tersebut sudah dalam bentuk
ordinal.
Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =
Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan
suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau
dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis
of Moment Structure).
Gambar 4.9. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Teknologi Secara Langsung Dan
Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah
Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
Kegiatan Utama
Agribisnis Dalam Usahatani (X4)
Teknologi (X8)
Pendapatan Petani
Padi sawah (Y)
Y2
X42
X43
X81
X82
Y1
X41
Universitas Sumatera Utara
159
Sebelumnya diuji tingkat adopsi terhadap teknologi dan dianalisis dengan
menggunakan skor, yaitu peneliti mengamati tingkat adopsi petani terhadap
teknologi yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Penerapan Komponen Teknologi Dasar
No. Parameter Pernyataan Skor
1.
Varietas Unggul
1. Selalu Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Tidak Pernah Dilakukan
3
2
1
2.
Bibit bermutu dan sehat
1. Selalu Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Tidak Pernah Dilakukan
3
2
1
3.
Pemupukan spesifik lokasi
1. Selalu Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Tidak Pernah Dilakukan
3
2
1
4.
PHT sesuai OPT
1. Selalu Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Tidak Pernah Dilakukan
3
2
1
Menurut Irianto (2004) mengukur range dari dua variable digunakan rumus :
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 =Data terbesar−Data terkecil
Jumlah kriteria
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 =12 − 4
3
= 2,66 = 3
Jumlah skor penerapan komponen teknologi dasar adalah antara 4-12
dengan range 3, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut :
4-7 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi dasar tidak berhasil
8-11 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi dasar berhasil
12-12 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi dasar sangat berhasil
Universitas Sumatera Utara
160
Tabel 4.4. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan
No. Parameter Pernyataan Skor
1.
Pengelolaan Tanaman
(populasi dan cara tanam)
1. Selalu Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Tidak Pernah Dilakukan
3
2
1
2.
Bibit muda (umur 15 HSS
atau 21 HSS)
1. Selalu Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Tidak Pernah Dilakukan
3
2
1
3.
Penggunaan bahan organic
1. Selalu Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Tidak Pernah Dilakukan
3
2
1
4.
Irigasi berselang
1. Selalu Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Tidak Pernah Dilakukan
3
2
1
5.
Pupuk mikro
1. Selalu Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Tidak Pernah Dilakukan
3
2
1
6.
Penanganan panen dan
pascapanen
1. Selalu Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Tidak Pernah Dilakukan
3
2
1
7.
Pengendalian gulma
1. Selalu Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Tidak Pernah Dilakukan
3
2
1
8.
Pengolahan tanah
1. Selalu Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Tidak Pernah Dilakukan
3
2
1
(*) Diberi tanda ceklis pada salah satu opsi sebagai jawaban dari petani.
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 =Data terbesar − Data terkecil
Jumlah kriteria
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 =24 − 8
3
= 5,333 = 5
Jumlah skor penerapan komponen teknologi pilihan adalah antara 8-24
dengan range 5, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut :
8- 13 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi pilihan tidak berhasil
14- 19 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi pilihan berhasil
20 -24 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi pilihan sangat berhasil
Universitas Sumatera Utara
161
4.22. Prosedur Dalam Analisis SEM Adalah Sebagai Berikut
4.22.1. Menyusun Diagram Jalur
Diagram jalur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 4.10.. Analisis Full Model Structur Equation Modeling (SEM).
X6
X53
X7
X8
X4 e15
X51
X81
X82
X52
X61
X62
X63
X71
X72
X73
X31
X32
X33
X5
X3
e1
e2
e3
e4
e5
e6
e7
e8
e9
e10
e11
e12
e13
e14
Y
Y1
Y2
X41
X42
X43
e16 e17 e18
e19 e20
Universitas Sumatera Utara
162
Keterangan:
e1…15 : error term
X3 : Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam
X4 : Kegiatan Utama Agribisnis
X5 : Kegiatan Penunjang Agribisnis
X6 : Sumber Daya Alam
X7 : Sumber Daya Manusia
X8 : Teknologi
X31 : Biaya Iyuran Air Irigasi
X32 : Biaya Pupuk
X33 ::Biaya Pestisida
X41 : Biaya Produksi
X42 : Luas Panen
X43 : Harga Gabah
X51 : Bantuan Input Produksi Pertanian
X52 : Penyaluran Kredit
X53 : Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk
X61 : Tinggi Volume Air/H9a
X62 : Luas Lahan Yang Beririgasi
X63 : Panjang Jalan Usahatani
X71 : Curahan Tenaga Kerja
X72 : Penyuluhan/Pelatihan
X73 : Produktivitas Tenaga Kerja
X81 : Penerapan Komponen Teknologi Dasar
X82 : Penerapan Komponen Teknologi Pilihan
Y : Pendapatan
Y1 : Produksi
Y2 : Produktivitas Lahan
: Adalah tanda yang menunjukkan faktor/ konstruk/ latent variable/
unobserved variable yaitu variabel yang tidak diukur secara langsung,
tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi atau indikator-indikator yang
diamati.
: Adalah tanda yang menunjukkan variabel terukur/ observed variable
yaitu variabel yang ditanya harus dicari melalui lapangan, misalnya
melalui instrumen-instrumen.
: Menunjukkan adanya hubungan yang dipotesakan antara dua variabel,
variabel yang dituju oleh anak panah merupakan variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
163
4.22.2. Persamaan Struktural Dan Spesifikasi
Pengaruh pengembangan wilayah pada faktor kegiatan utama agribisnis
usahatani, faktor kegiatan penunjang agribisnis, faktor sumber daya alam (sda),
faktor sumber daya manusia (sdm) dan faktor teknologi terhadap pendapatan
petani padi sawah di Serdang Berdagai Sumatera Utara dapat digambarkan
melalui persamaan sebagai berikut :
4.22.2.1 Persaman struktural
𝜂 = 𝛾𝑥1𝜉𝑥1 + 𝛾𝑥2𝜉𝑥2 + 𝜁 𝛾𝑥3𝜉𝑥3 + 𝛾𝑥4𝜉𝑥4 + 𝛾𝑥5𝜉𝑥5 + 𝛾𝑥6𝜉𝑥6 + 𝛾𝑥7𝜉𝑥7
+ 𝛾𝑥8𝜉𝑥8 + 𝜁
4.22.2.2. Persamaan pengukuran variabel eksogen :
𝑋31 = 𝜆=31𝜂31 + 𝑒1
𝑋32 = 𝜆32𝜂32 + 𝑒2
𝑋33 = 𝜆33𝜂33 + 𝑒3
𝑋41 = 𝜆=41𝜂41 + 𝑒16
𝑋42 = 𝜆42𝜂42 + 𝑒17
𝑋43 = 𝜆43𝜂43 + 𝑒18
𝑋51 = 𝜆=51𝜂51 + 𝑒4
𝑋52 = 𝜆52𝜂52 + 𝑒5
𝑋53 = 𝜆53𝜂53 + 𝑒6
𝑋61 = 𝜆=61𝜂61 + 𝑒7
𝑋62 = 𝜆62𝜂62 + 𝑒8
𝑋63 = 𝜆63𝜂63 + 𝑒9
𝑋71 = 𝜆=71𝜂71 + 𝑒10
𝑋72 = 𝜆72𝜂72 + 𝑒11
𝑋73 = 𝜆73𝜂73 + 𝑒12
𝑋81 = 𝜆=81𝜂81 + 𝑒13
𝑋82 = 𝜆82𝜂82 + 𝑒14
4.22.2.3. Persamaan pengukuran variabel endogen
𝑌1 = 𝜆1𝜂1 + 𝑒15
Universitas Sumatera Utara
164
4.23. Spesifikasi Model Pengukuran Untuk Masing-Masing Konstruk/
Varibel Laten
Analisis faktor konfirmatory untuk model pengukuran akan dihasilkan
koefisien yang disebut standar loading atau lambda value (𝜆). Nilai lambda
tersebut digunakan untuk menilai kecocokan, kesesuaian, atau unidimensionalitas
dari instrumen-instrumen dalam membentuk sebuah faktor.
4.24. Pengujian Evaluasi Asumsi Model Struktural
4.24.1. Evaluasi Normalitas Data
Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio
skewness value sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01. Data dapat
disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness value
dibawah harga mutlak 2,58.
Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas
dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan ini.
Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat di uji
dengan uji statistik.
Pengujian yang paling mudah adalah dengan mengamati Skewness value
dan kurtosis. Nilai statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah Z-
value yang dihasilkan melalui rumus berikut :
Nilai − z =Skewness
√6N
Keterangan :
N = Ukuran sample
Universitas Sumatera Utara
165
Bila nilai Z lebih besar, maka diduga distribusi data adalah tidak normal.
Nilai kritis dapat digunakan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki,
misalnya nilai kritisnya ± 2,58 (tingkat signifikansi 0,01 (1%) berarti kita dapat
menolak asumsi normalitas pada probability level (Hair et al, 1998).
4.24.2. Evaluasi Outliers
Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai ekstrim baik secara
univariant maupun multivariant, karena kombinasi karakteristik unik yang
dimilikinya dan terkait sangat jauh berbeda dari observasi lainnya. Pada outliers
dapat dilakukan penanganan khusus asal diketahui bagaimana munculnya outliers
itu. Outliers muncul dalam empat kategori, yaitu :
a. Outliers muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam
memasukan data atau karena kesalahan dalam mengkoding data.
b. Outliers muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang
memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain tetapi peneliti
mempunyai alasan mengenai apa penyebab munculnya nilai ekstrim.
c. Outliers muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak dapat
mengetahui bahwa apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai
sebab-sebab munculnya nilai ekstrim ini.
d. Outliers muncul dalam rentang nilai yang ada, tetapi bila dikombinasikan
dengan variabel yang lainnya, kombinasi menjadi tidak lazim atau sangat
ekstrim. Inilah yang disebut dengan multivariant singularitas.
Uji outliers dilakukan untuk menghilangkan nilai-nilai ekstrim pada hasil
observasi. Menurut Hair et al, (1998), outliers terjadi karena kombinasi untuk
unik yang terjadi dan nilai-nilai yang dihasilkan dari observasi tersebut sangat
Universitas Sumatera Utara
166
berbeda dari observasi-observasi lainnya. Apabila ditemukan outliers maka data
yang bersangkutan harus dikeluarkan dari perhitungan lebih lanjut. Dalam analisis
multivariate, outliers dapat di uji dengan membandingkan nilai mahalanobis
distance squared dengan nilai 𝑋2-tabel pada jumlah tertentu dan tingkat p < 0,001
( Hair at al, 1998). Pengujian mahalanobis distance squared dapat dilakukan
dengan menggunakan program aplikasi statistik SPSS atau AMOS Version 4.01.
sedangkan untuk univariate akan dikategorikan sebagai outliers dengan cara
mengkonfersi nilai data penelitian ke dalam Z-score, yang mempunyai rata-rata
nol dengan standart deviasi satu. Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai
Chi-Square pada derajat kebebasan ( degree of freedom ) 34 yaitu jumlah variabel
indikator pada tingkat signifikan p < 0,001. Nilai Mahalanobis distance X2
( 34,0001) = 66,25. Hal ini berarti semua kasus yang mempunyai mahalanobis
distance yang lebih besar dari 66,25 adalah multivariate outliers.
4.24.3. Evaluasi Multikolinearitas
Untuk melihat apakah data penelitian terdapat multikolinearitas atau
singularitas dalam kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah
determinan dari matriks kovarians sampelnya. Determinan yang kecil atau
mendekati 0 akan mengindikasikan adanya multikolinearitas atau singularitas,
sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian. Multikolinieritas dapat
dilihat melalui determinan matriks kovarian.
4.24.4. Evaluasi Nilai Residual
Esensi dari SEM adalah kesesuaian antara restricted covariance matrix
[∑ (0)] dan sampel covariance matrix (S). perbedaan kedua nilai ini tercermin
pada nilai residual covariance matrix. Amos 19. Memberikan output nilai
Universitas Sumatera Utara
167
unstandardized dan standardized residual. Nilai standardized residual adalah nilai
fitted residual dibagi dengan standard error, dengan demikian analog dengan nilai
Z. besar nilainya standardized residual > 2,58 (Ghozali, 2008).
4.25. Uji Kesesuaian Dan Uji Statistik Model
Dalam analisis ini tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau
menguji hipotesis mengenai model, dengan menggunakan SEM memerlukan
beberapa fit index untuk mengukur kebenaran model yang diajukan. Ada
beberapa indeks kesesuaian dan cut-off valuenya untuk menguji diterima atau
ditolaknya sebuah model (uji kelayakan model) seperti yang disajikan dalam
Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Indeks Kelayakan Model
No. GOODNESS OF
FIT INDEX
KETERANGAN CUT-
OF
POINT
1 X2- Chi Square Nilai chi-square yang tinggi relative
terhadap degree of freedom menunjukkan
bahwa matrik kovarian atau korelasi yang
diobservasi dengan yang diprediksi
berbeda secara nyata dan ini menghasilkan
probabilitas (p) lebih kecil dari tingkat
signifikansi (α) dan ini menunjukkan
bahwa input matrik kovarian antara
prediksi dengan observasi sesungguhnya
tidak berbeda secara signifikan
Diharap
kan
kecil
2 Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matrik
kovarians data dengan matriks kovarians
yang diestimasi
< 0,05
3 RMSEA (the Root
Mean Square Error
of Approximation)
Merupakan ukuran yang mencoba
memperbaiki kecenderungan statistic chi-
square menolak model dengan jumlah
sampel yang besar. Hasil uji empiris
RMSEA cocok untuk menguji model
konfirmatori atau competing model
strategy dengan jumlah sampel besar
0,05 –
0,08
Universitas Sumatera Utara
168
Lanjutan Tabel 4.5. Indeks Kelayakan Model
4 GFI (good of fit
index)
Yaitu ukuran non-statistik yang nilainya
berkisar dari nilai 0 (poor fit) sampai 1,0
(perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan
fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI
yang dapat diterima sebagai nilai yang
layak belum ada standarnya, tetapi banyak
peneliti menganjurkan nilai di atas 90%
sebagai ukuran good fit
0 – 1,0
atau
> 0,90
5 AGFI (Adjusted
Goodness of fit
indices)
Merupakan pengembangan dari GFI yang
disesuaikan dengan ratio degree of
freedom untuk proposed model dengan
degree of freedom untuk null model
≥ 0,90
6 CMIN/DF (the
minimum sample
discrepancy
function)
Adalah nilai chi-square dibagi dengan
degree of freedom. Beberapa pengarang
menganjurkan menggunakan ratio ukuran
ini untuk mengukur fit. nilai ratio 5 atau
kurang dari 5 merupakan ukuran yang
reasonable. Peneliti lainnya mengusulkan
nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit.
≤ 5
Atau
< 2
7 TLI (tuckler lewis
index)
Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk
mengevaluasi analisis faktor, tetapi seka-
rang dikembangkan untuk SEM. Ukuran
ini menggabungkan ukuran parsimony
kedalam indek komparasi antara proposed
model dan null model dan nilai TLI ber-
kisar dari 0 sampai 1,0.nilai TLI yang dire-
komendasikan adalah sama atau > 0,90.
0 – 1,0
atau
> 0,90
8 CFI
(comperative fit
index)
Uji kelayakan model yang tidak sensitive
terhadap besarnya sampel dan kerumitan
model
≤ 0,94
Sumber : Ghozali (2008).
Setelah model diestimasi, residualnya haruslah kecil atau mendekati nol
dan distribusi frekuensi dari kovarians residual harus bersifat simetrik. Dalam
kontens ini, residual yang dimaksud bukanlah residual dari skor seperti pada
permodelan multivariant lainnya, melainkan merupakan residual dari kovarians.
Distribusi frekuensi dari residual yang tidak simetris merupakan signal atas
sebuah model yang kurang baik a poorly fitting model dan menunjukkan bahwa
dalam proses estimasi. Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti
dapat mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki
Universitas Sumatera Utara
169
penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus
dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka
model tersebut harus di cross-vilidated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum
model modifikasi diterima.
Pengukuran model dapat dilakukan dengan modification indices. Nilai
modification indices sama dengan terjadinya penurunan Chi-squares jika koefisien
diestimasi. Nilai sama dengan atau >3.84 menunjukkan telah terjadi penurunan
chi-squares secara signifikan. Indikasi adanya model mis – fit dapat dilihat dari
nilai modification index (MI) yang dapat dikonseptual sebagai chi square ( X2)
statistik dengan degree of freedom = 1. Secara spesifik untuk setiap parameter
yang di fix (ditetapkan). Amos memberikan MI yaitu nilai X2 statistik yang akan
turun jika parameter dikovariankan. Perlu diperhatikan bahwa dalam mengko-
variankan error harus dapat dibenarkan secara teoritis atau logika, tanpa adanya
dasar teoritis model menjadi tidak ada artinya. Jika peneliti memutuskan
melakukan estimasi ulang terhadap model, maka analisis ini tidak lagi disebut
analisis konfirmatori, tetapi analisis eksplorotari. Analisis konfirmatori hanya
berhenti setelah hipotesis yang diajukan secara empiris ditolak atau tidak dapat
ditolak (Ghozali, 2008).
4.26. Pengujian Hipotesis Dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian
signifikansi pembanding nilai CR (Critical Rasio) yang sama dengan nilai t-
hitung dengan t-tabel, apabila t-hitung lebih besar t-tabel berarti signifikan. Dari
keluaran program Amos 4.01, akan diamati hubungan kausal antar variabel
dengan melihat efek langsung maupun efek tak langsung dan efek total.
Universitas Sumatera Utara
170
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian Kabupaten Serdang Bedagai
5.1.1. Kondisi Geografis
5.1.1.1. Letak Wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang berada
di kawasan pantai timur Sumatera Utara, secara geografis terletak pada
posisi 030 01’57” Lintang Utara, 30 40 ‘48” Lintang Selatan, 980 45’ 00” Bujur
Timur, 99018’36” Bujur Barat. Dengan ketinggian wilayah 0-500 meter diatas
permukaan laut. dengan luas wilayah 1.900,22 km2, dengan jumlah 17 kecamatan
dan 243 desa/kelurahan.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batubara dan Kabupaten
Simalungun
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.
5.1.1.2. Iklim
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondisi
iklimnya hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk.
Pengamatan Stasiun Sampali pada tahun 2010 menurut BPS (2011) ada
menunjukkan rata-rata iklim setiap bulan di kabupaten Serdang Bedagai rata-rata
Universitas Sumatera Utara
171
suhu udara 28,40 C, suhu udara minimum 23,70 C dan suhu udara maksimum
32,20 C, rata-rata tekanan udara perbulan 1010,80 C tekanan udara minimum
1006,40 C tekanan udara maksimum 1015,20 C, rata-rata kelembapan udara
perbulan 84 %, rata-rata kecepatan angin 1,8 m/dt, curah hujan berkisar antara 27
sampai dengan 248 mm perbulan, hari hujan perbulan berkisar 8-26 hari/bulan.
rata-rata jumlah hari hujan 14 hari perbulan, dan rata-rata curah hujan 134 mm
perbulan, penyinaran matahari 52 %, dengan tingkat penguapan 3,8 mm/hari.
Tipe iklim: A, D1 dan E2.
5.1.1.3. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam (SDA) adalah semua kekayaan berupa benda mati
maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kualitas sumber daya manusia (SDM)
adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu
negara dalam memanfaatkan sumber daya alam. Sumber daya manusia yang
berkualitas dalam memanfaatkan sumber daya alam akan memungkinkan
terciptanya tenaga kerja yang berkualitas, bekembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta kemajuan di bidang ekonomi.
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 24 sungai dimana sungai yang
terpanjang adalah Sungai Padang dan Bah Hilang yang masing-masing
panjangnya 25.000 m sementara Sungai Mendaris dan Sungai Rampah adalah
Sungai terpendek masing-masing 5.000 m. Rawa/gambut terdapat 4 di Kabupaten
Serdang Bedagai dan di setiap kecamatan terdapat beberapa irigasi yang sumber
airnya berasal dari sungai.
170
Universitas Sumatera Utara
172
Tabel 5.1. Luas Lahan Sawah Irigasi Bedasarkan Jenis Irigasi Tahun 2010
No. Keterangan Luas (Ha)
1. Irigasi Teknis 2.998
2. Irigasi Setengah Teknis 19.371
3. Irigasi Sederhana 4.435
4. Irigasi Desa/ Non PU 8.884
Jumlah 35.688 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.1. dapat diketahui luas lahan sawah irigasi yang paling luas
adalah jenis irigasi setengah teknis yaitu seluas 19.371 Ha, sedangkan yang paling
kecil adalah luas lahan sawah irigasi teknis yaitu seluas 2.998 Ha,
Tabel 5.2. Luas Lahan Sawah Tidak Beririgasi Bedasarkan Jenis Irigasi
Tahun 2010.
No. Keterangan Luas (Ha)
1. Tadah Hujan 5.993
2. Pasang Surut -
3. Lebak 280
4. Polder dan lain-lain 20
Jumlah 6.293 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.2. dapat diketahui luas lahan sawah tidak beririgasi yang
paling luas adalah tadah hujan yaitu seluas 5.993 Ha, sedangkan yang paling kecil
adalah luas lahan sawah polder dan lain-lain yaitu seluas 20 Ha,
Tabel 5.3. Luas Lahan Kering Bedasarkan Jenisnya Tahun 2010.
No. Keterangan Luas (Ha)
1. Pekarangan 9.918
2. Tegal/kebun 26.100
3. Ladang/Huma 6.199
Jumlah 42.217 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.3. dapat diketahui luas lahan kering yang paling luas adalah
luas lahan tegal/kebun yaitu seluas 26.100 Ha, sedangkan yang paling kecil adalah
luas lahan ladang/huma yaitu seluas 6.199 Ha.
Universitas Sumatera Utara
173
Tabel 5.4. Perkembangan Luas Panen Padi Sawah Selama 5 Tahun Di Kabupaten
Serdang Bedagai Pada Tahun 2008-2012.
Sumber : Badan Pusat Statistik.
Dari Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa luas panen yang paling luas pada tahun
2008 adalah Kecamatan Perbaungan seluas 11.101 Ha, sedangkan luas panen
yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih seluas 347 Ha. Luas panen yang paling
luas pada tahun 2009 adalah Kecamatan Sei Bamban seluas 12.475 Ha, sedangkan
luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih seluas 166 Ha. Luas panen
yang paling luas pada tahun 2010 adalah Kecamatan Sei Bamban seluas 13.089
Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Bintang Bayu seluas
211 Ha. Luas panen yang paling luas pada tahun 2011 adalah Kecamatan Sei
Bamban seluas 12.429 Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan
Bintang Bayu seluas 67 Ha. Luas panen yang paling luas pada tahun 2012 adalah
Kecamatan Perbaungan seluas 12.616 Ha, sedangkan luas panen yang terkecil
adalah Kecamatan Kotarih seluas 17 Ha.
No Kecamatan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1 Kotarih 347 166 358 328 17
2 Silinda 481 432 627 591 397
3 Bintang Bayu 688 221 211 67 86
4 Dolok Masihul 4.008 4.331 2.380 2.975 2.631
5 Serbajadi 1.981 2.121 2.295 2.103 1.148
6 Sipispis 803 852 531 531 550
7 Dolok Merawan - - - - -
8 Tebing Tinggi 5.270 2.979 4.661 3.556 4.773
9 Tebing
Syahbandar
2.255 2.280 1.363 1.526 408
10 Bandar Khalipah 6.814 7.107 6.564 5.334 6.853
11 Tanjung Beringin 9.058 8.480 8.446 6.553 6.219
12 Sei Rampah 5.881 5.936 5.878 8.149 4.700
13 Sei Bamban 9.703 12.475 13.089 12.429 11.142
14 Teluk Mengkudu 5.152 5.638 5.924 5.179 5.796
15 Perbaungan 11.101 9.670 12.152 6.571 12.616
16 Pegajahan 2.485 2.835 1.960 1.184 3.310
17 Pantai Cermin 6.770 6.521 7.094 6.509 7.709
Total 72.797 72.044 73.534 63.584 68.355
Universitas Sumatera Utara
174
Tabel 5.5. Perkembangan Produksi Padi Sawah Selama 5 Tahun Di Kabupaten
Serdang Bedagai Pada Tahun 2008-2012.
No Kecamatan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1 Kotarih 1.601 781 1.726 1.601 86
2 Silinda 2.218 2.037 3.047 2.899 1.951
3 Bintang Bayu 3.176 1.039 1.025 330 432
4 Dolok Masihul 18.997 20.982 11.742 15.479 14.027
5 Serbajadi 9.458 10.070 11.358 10.580 5.968
6 Sipispis 3.704 4.046 2.595 2.631 2.736
7 Dolok Merawan - - - - -
8 Tebing Tinggi 24.978 14.300 23.066 18.151 25.023
9 Tebing Syahbandar 10.406 10.797 6.701 7.586 2.161
10 Bandar Khalipah 32.299 33.992 31.988 26.619 35.749
11 Tanjung Beringin 41.850 40.405 41.574 33.390 32.938
12 Sei Rampah 27.935 28.520 29.281 43.619 25.888
13 Sei Bamban 46.091 59.971 65.246 62.099 61.036
14 Teluk Mengkudu 24.448 27.089 29.337 26.944 30.472
15 Perbaungan 53.283 48.060 61.016 35.513 69.897
16 Pegajahan 11.868 13.928 9.752 6.394 18.368
17 Pantai Cermin 32.090 31.455 35.425 34.510 42.458
Total 344.401 347.473 364.876 328.344 369.190 Sumber : Badan Pusat Statistik.
Dari Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa produksi yang paling tinggi pada tahun
2008 adalah Kecamatan Perbaungan sebanyak 53.283 ton, sedangkan produksi
yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebanyak 1.601 ton. Produksi yang
paling tinggi pada tahun 2009 adalah Kecamatan Sei Bamban sebanyak 59.971
ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebanyak 781
ton. Produksi yang paling tinggi pada tahun 2010 adalah Kecamatan Sei Bamban
sebanyak 65.246 ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan
Bintang Bayu sebanyak 1.025 ton. Produksi yang paling tinggi pada tahun 2011
adalah Kecamatan Sei Bamban sebanyak 62.099 ton, sedangkan produksi yang
terendah adalah Kecamatan Bintang Bayu sebanyak 330 ton. Produksi yang pa-
ling tinggi pada tahun 2012 adalah Kecamatan Perbaungan sebanyak 69.897 ton,
sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebanyak 86 ton.
Universitas Sumatera Utara
175
Tabel 5.6. Perkembangan Produktivitas Padi Sawah Selama 5 Tahun Di Kabupaten
Serdang Bedagai Pada Tahun 2008-2012.
No Kecamatan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1 Kotarih 46,15 47,00 48,16 48,84 49,74
2 Silinda 46,15 47,11 48,62 49,05 49,15
3 Bintang Bayu 46,15 47,02 48,45 48,99 49,97
4 Dolok Masihul 47,40 48,45 49,34 52,04 53,32
5 Serbajadi 47,75 47,47 49,49 50,31 52,00
6 Sipispis 46,15 47,52 48,91 49,60 49,76
7 Dolok Merawan - - - - -
8 Tebing Tinggi 47,40 48,00 49,48 51,04 52,43
9 Tebing Syahbandar 46,15 47,36 49,17 49,70 52,91
10 Bandar Khalipah 47,40 47,83 48,73 49,90 52,17
11 Tanjung Beringin 46,20 47,65 92,22 50,96 52,96
12 Sei Rampah 47,50 48,05 49,81 53,53 55,08
13 Sei Bamban 47,50 48,07 49,85 49,96 54,78
14 Teluk Mengkudu 47,45 48,05 49,52 52,02 52,57
15 Perbaungan 48,00 49,70 50,21 54,04 55,40
16 Pegajahan 47,75 49,13 49,76 54,00 55,49
17 Pantai Cermin 47,40 48,24 49,94 53,02 55,08
Total 47,31 48,23 49,62 51,64 54,01 Sumber : Badan Pusat Statistik.
Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa produktivitas yang paling tinggi pada
tahun 2008 adalah Kecamatan Perbaungan sebesar 48,00 Kw/Ha, sedangkan
produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih, Silinda, Bintang Bayu,
Sipispis dan Tebing Syahbandar masing-masing sebesar 46,15 Kw/Ha. Produk-
tivitas yang paling tinggi pada tahun 2009 adalah Kecamatan Perbaungan sebesar
49,70 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih
sebesar 47,00 Kw/Ha. Produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2010 adalah
Kecamatan Tanjung Beringin sebesar 92,22 Kw/Ha, sedangkan produktivitas
yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebesar 48,16 Kw/Ha. Produktivitas
yang paling tinggi pada tahun 2011 adalah Kecamatan Perbaungan sebesar 54,04
Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih
sebesar 48,84 Kw/Ha. Produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2012 adalah
Universitas Sumatera Utara
176
Kecamatan Pegajahan sebesar 55,49 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang
terendah adalah Kecamatan Silinda sebesar 49,15 Kw/Ha.
5.1.2. Kondisi Demografis
5.1.2.1. Penduduk
Penduduk merupakan faktor yang sangat dominan di dalam pelaksanaan
pembangunan, karena penduduk tidak saja sebagai pelaksana tetapi juga menjadi
sasaran dari pembangunan. Oleh sebab itu untuk menunjang keberhasilan
pembangunan, perkembangan penduduk perlu diarahkan sehingga mempunyai
ciri- ciri atau karakteristik yang menguntungkan pembangunan.
Pasal 3 ayat (1) Undang Undang No. 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
menyebutkan bahwa perkem-bangan kependudukan diarahkan pada pengendalian
kuantitas, perkembangan kualitas, serta pengarahan mobilitas penduduk, sebagai
potensi sumber daya ma-nusia agar menjadi kekuatan, pembangunan. Lebih
lanjut, Pasal 4 ayat (1) menye-butkan bahwa tujuan dari perkembangan
kependudukan, yaitu untuk mewujudkan keserasian, dan keseimbangan antara
kuantitas, kualitas, persebaran penduduk dengan lingkungan hidup.
Struktur dan persebaran penduduk akan membahas terbatas pada
komposisi penduduk dan persebaran penduduk sebagaimana kita ketahui pendu-
duk dapat dibagi dalam berbagai ciri atau karakteristik tertentu baik sosial ekono-
mi maupun geografis. Persebaran penduduk yang belum merata tentu saja me-
nimbulkan masalah sosial ekonomi yang serius bagi pemerintah (Nurdin, 1981).
Universitas Sumatera Utara
177
Tabel 5.7. Banyaknya Desa/ Kelurahan, Luas Wilayah Dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Kecamatan Tahun 2010.
Kecamatan Banyak
Desa/
Kelurahan
Luas
Wilayah
Area (km2)
Jumlah
Penduduk(
Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/ km2)
Persentase
Penduduk
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kotarih 11 78,024 7.975 102 1,34
Silinda 9 56,740 8.332 147 1,40
Bintang Bayu 19 95,586 10.581 111 1,78
Dolok Masihul 28 237,417 48.241 203 8,12
Serbajadi 10 50,690 19.560 386 3,29
Sipispis 20 145,259 31.617 218 5,32
Dolok
Merawan
17 120,600 17.029 141 2,86
Tebing Tinggi 14 182,291 40.253 221 6,77
Syahbandar 10 120,297 32.191 268 5,42
Bandar
Khalifah
5 116,000 24.774 214 4,11
Tanjung
Beringin
8 74,170 36.864 497 6,20
Sei Rampah 17 198,900 63.379 319 10,66
Sei Bamban 10 72,260 42.791 592 7,20
Teluk
Mangkudu
12 66,950 41.118 614 6,92
Perbaungan 28 111,620 99.936 895 16,89
Pegajahan 13 93,120 26.859 288 4,50
Pantai Cermin 12 80,296 42.883 534 7,25
Total 243 1.900,20 594.383 313 100,00
Rata-rata 14 111,78 34.964 18
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa Kabupaten Serdang Bedagai
merupakan Kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran dari wilayah
Kabupaten Deli Serdang. Jumlah desa/kelurahan yang paling banyak ada dua
kecamatan yaitu Kecamatan Dolok Masihul sebanyak 28 desa/kelurahan dan
kecamatan Perbaungan sebanyak 28 desa/kelurahan. Sedangkan jumlah
desa/kelurahan yang paling sedikit adalah Kecamatan Bandar Khalifah sebanyak 5
desa/kelurahan dari jumlah seluruhnya 243 desa/kelurahan. Dengan rata-rata
banyaknya desa/kelurahan di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 14
desa/kelurahan.
Universitas Sumatera Utara
178
Luas wilayah yang paling luas ada pada kecamatan Dolok Masihul seluas
237,417 km2 dan yang paling kecil luas wilayah ada pada Kecamatan Serbajadi
seluas 50, 690 km2 dari luas seluruhnya seluas 1 900,220 km2. Dengan rata-rata
luas wilayah kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai seluas 111,78 km2
Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010
berjumlah 594.383 jiwa. Jumlah penduduk yang paling banyak adalah di
kecamatan Perbaungan berjumlah 99.936 jiwa. Jumlah penduduk yang paling
sedikit adalah di Kecamatan Kotarih berjumlah 7.975 jiwa. Dengan rata-rata
banyaknya penduduk di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 34.964 jiwa per
kecamatan.
Kepadatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010 adalah
sebesar 313 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar adalah di Kecamatan
Perbaungan yaitu sebesar 895 jiwa/km2. Sedangkan Kecamatan dengan kepadatan
penduduk yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih 102 jiwa/km2. Dengan rata-
rata kepadatan penduduk di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 18 jiwa / km2.
Ditinjau dari segi persebaran penduduk, jumlah penduduk terbesar adalah
di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 99.936 jiwa atau sebesar 16,89 % dari
seluruh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah penduduk terendah ada di
Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 7.975 jiwa atau 1,34 %.
Persentase penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Perbaungan
yaitu sebesar 16,89 %, persentase penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih
yaitu sebesar 1,34 % dari seluruh penduduk di 17 kecamatan Kabupaten Serdang
Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
179
5.1.2.2. Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin
Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk yang pokok,
struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis
maupun sosial ekonomi. Dalam demografis distribusi umur penduduk dapat
digolongkan menurut lima tahunan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Banyaknya Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010.
Umur
(Tahun)
Laki-Laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
0-4 33.647 31.431 65.078
5-9 33.319 31.639 64.958
10-14 31.988 30.018 62.006
15-19 27.895 26.032 53.927
20-24 23.792 22.956 46.748
25-29 25.031 25.038 50.069
30-34 22.330 22.273 44.603
35-39 20.552 21.018 41.570
40-44 19.786 19.699 39.485
45-49 17.159 18.225 35.384
50-54 15.086 14.910 29.996
55-59 10.488 10.458 20.946
≥60 17.541 22.072 39.613
Jumlah 298.614 295.769 594.383
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.8 diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
dari jumlah penduduk perempuan, yaitu berjumlah 298.614 jiwa, dari total jumlah
penduduk sebesar 594.383 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki terbanyak adalah
yang berumur 0-4 tahun, yaitu berjumlah 33.647 jiwa, dan jumlah penduduk laki-
laki yang terkecil adalah yang berumur 55-59, yaitu berjumlah 10.488 jiwa. Dari
total jumlah penduduk seluruhnya laki-laki sebesar 594.383 jiwa. Sedangkan
penduduk perempuan yang terbanyak adalah yang berumur 5-9 tahun, yaitu
berjumlah 31.639 jiwa, dan penduduk perempuan yang terkecil adalah yang
berumur 55-59 tahun, yaitu berjumlah 10.458 jiwa. Dari total jumlah penduduk
Universitas Sumatera Utara
180
perempuan seluruhnya sebesar 295.769 jiwa. Jika dilihat jumlah penduduk
seluruhnya dari kelompok umur yang paling besar jumlahnya adalah pada umur
0-4 tahun sebesar 65.078 jiwa, sedangkan yang paling kecil dari kelompok umur
yang paling kecil jumlahnya adalah pada umur 55-59 tahun sebesar 20.946 jiwa.
Untuk melihat perbandingan persentase dari jumlah penduduk antara laki-
laki dengan perempuan dimana penduduk laki-laki sebesar 50,24 % lebih besar
dibandingkan dengan persentase penduduk perempuan sebesar 49,76 %, hal ini
dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.
Dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar
32,31 persen, 15,59 tahun sebesar 61,03 %, dan ≥ 60 tahun ke atas sebesar 6,66 %
yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan usia non
produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 63,86 artinya setiap 100
orang penduduk usia produktif menanggung 64 orang penduduk usia non
produktif.
Perempuan
49.76 %
Laki-Laki
50.24 %
Universitas Sumatera Utara
181
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan variabel
penting dalam demografi. Hampir semua pembahasan mengenai masalah
kependudukan melibatkan variabel umur dan jenis kelamin penduduk. Struktur
umur penduduk antar daerah satu dengan daerah lain tidak sama. Struktur umur
penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yakni kelahiran, kematian,
dan migrasi. Faktor-faktor sosial ekonomi di satu daerah akan mempengaruhi
struktur umur penduduk lewat ketiga variabel tersebut.
Gambar 5.2. Komposisi Penduduk Kabupaten serdang Bedagai Menurut
Kelompok Umur Tahun 2009.
Struktur umur penduduk akan terlihat lebih sederhana untuk dianalisis jika
dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu 0-14 tahun, 15-59 tahun, dan
≥ 60 tahun.
Suatu wilayah dikatakan mempunyai struktur umur muda jika proporsi
penduduk usia 0-14 tahun lebih dari 30 persen, sementara proporsi kelompok
umur usia ≥ 60 tahun keatas kurang atau sama dengan 5 persen. Sebaliknya suatu
struktur umur penduduk dikatakan tua jika proporsi penduduk usia 0-14 tahun
32,31%
61,03%
6,66%
0-14
15-59
≥60
Universitas Sumatera Utara
182
kurang dari atau sama dengan 30 persen, sementara proporsi kelompok usia ≥ 60
tahun lebih atau sama dengan 5 persen.
Dari hasil SUSENAS 2009 dapat disimpulkan bahwa struktur umur
kabupaten serdang Bedagai dapat dikatakan muda, dimana persentase penduduk
kelompok umur 0-14 tahun sebesar 32,31 persen sedangkan persentase penduduk
kelompok umur ≥ 60 tahun ke atas mencapai 6,66 persen.
5.1.2.3. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia suatu potensi yang ada dalam diri seseorang yang
dapat berguna untuk menyokong suatu organisasi atau perusahaan sesuai dengan
keterampilan atau kemampuan yang dimiliki. Adapun pengertian sumber daya
manusia adalah :
1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu
organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak
organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.
3. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi
sebagai modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang
dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik
dalam mewujudkan eksistensi organisasi (Nawawi, 1997).
a. Pendidikan
Salah satu amanat yang diemban pemerintah menurut UUD 1945 adalah
upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejauh mana amanat ini
dilaksanakan tercermin antara lain dari profil pendidikan penduduk yang akan
dibahas secara singkat dalam uraian berikut yang menyajikan gambaran umum
Universitas Sumatera Utara
183
mengenai kemampuan baca tulis penduduk, tingkat pendidikan (formal) yang
dicapai, status pendidikan, dan kemampuan berbahasa Indonesia.
Tabel 5.9. Banyaknya Penduduk Yang Menamatkan Pendidikan Di Kabupaten
Serdang Bedagai Menurut Jenis Kelamin Dan Persentase Tahun 2010.
No Pendidikan
Yang
Ditamatkan
Laki-Laki
(%)
Perempuan
(%)
Laki-Laki+Perempuan
(%)
1. Tidak Punya
Ijazah 20,29 24,49 22,39
2. Sekolah Dasar 29,89 29,24 29,56
3. SMP 22,20 23,14 22,67
4. SMA 24,70 19,42 22,06
5. Diploma I.II 0,56 0,58 0,57
6. Diploma III /
Akademi 0,36 0,56 0,46
7. Diploma IV /
SI 2,00 2,57 2,29
Jumlah 100 100 100
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011
Dari Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa penduduk di kabupaten Serdang
Bedagai paling banyak menamatkan tingkat pendidikan Sekolah Dasar dengan
persentase sebesar 29,56 % sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit
ditamatkan oleh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai adalah jenjang pendidikan
Diploma III/ Akademi dengan persentase 0,46 %.
Tabel 5.10. Banyaknya Jenis Sekolah Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun
2010.
No Jenis Sekolah Jumlah Sekolah (Unit)
1. Sekolah Dasar 458
2. SMP 84
3. SMA 40
4. Kejuruan 29
Jumlah 611 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010, Kabupaten Serdang
Bedagai memiliki 458 sekolah dasar, 84 sekolah menengah pertama, 40 sekolah
Universitas Sumatera Utara
184
menengah atas dan 29 Sekolah Menegah Kejuruan. Penyediaan fasilitas
pendidikan ini bukan hanya disediakan oleh pemerintah, tetapi telah melibatkan
peran serta pihak swasta, yang menunjukkan kepedulian yang sudah terjalin
melalui penyediaan fasilitas pendidikan.
Tabel 5.11. Banyaknya Murid Sekolah Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.
No Jenis Sekolah Jumlah Murid Sekolah (JIwa)
1. Sekolah Dasar 79.294
2. SMP 23.166
3. SMA 11.122
4. Kejuruan 7.354
Jumlah 120.936 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Berdasarkan Tabel 5.11 bahwa murid terbanyak berdasarkan tingkat
pendidikan adalah tingkat SD dengan jumlah 79.294 murid. Sedangkan jumlah
murid paling sedikit adalah tingkat kejuruan dengan jumlah 7.354 murid.
Tabel 5.12. Banyaknya Guru Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.
No Jenis Sekolah Guru Negeri
(Jiwa)
Guru Swasta
(JIwa)
Jumlah Guru
(Jiwa)
1. Sekolah Dasar 4658 261 4919
2. SMP 1092 676 1768
3. SMA 608 399 1007
4. Kejuruan 94 420 514
Jumlah 6452 1756 8208 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Berdasarkan Tabel 5.12 bahwa untuk pendidikan dasar keberadaan guru
negeri mendominasi guru pegawai negri sipil. Dari 4.919 guru di Sekolah Dasar,
sebanyak 4,658 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah dasar
Universitas Sumatera Utara
185
negeri dan sebanyak 261 orang merupakan guru swasta pada sekolah dasar yang
dikelola oleh pihak swasta.
Untuk pendidikan menengah pertama, dari 1.768 guru di Sekolah
Menengah Pertama, sebanyak 1.092 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil
pada sekolah menengah pertama negeri dan sebanyak 676 orang merupakan guru
swasta pada sekolah menengah pertama yang dikelola oleh pihak swasta..
Untuk pendidikan menengah atas, dari 1007 guru di Sekolah Menengah
Atas, sebanyak 608 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah
menengah atas negeri dan sebanyak 399 orang merupakan guru pada sekolah
menengah atas swasta.
Untuk pendidikan menengah kejuruan, dari 514 guru di sekolah Menengah
Kejuruan, sebanyak 94 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah
menengah kejuruan negeri dan sebanyak 420 orang merupakan guru pada sekolah
menengah kejuruan swasta. Jumlah guru pegawai negeri sipil yang mengajar
pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan
Kejuruan Negeri adalah sebanyak 6.452 orang, sedangkan jumlah guru yang
mengajar pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah
Atas dan Kejuruan Swasta adalah sebanyak 1.756 orang. Dari jumlah guru yang
mengajar di Kabupaten Serdang Bedagai seluruhnya adalah 8.208 orang.
b. Tenaga Kerja
Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan angkatan
kerja sebanyak 302.400 orang, terdiri dari 283.291 orang berstatus bekerja dan
19.109 orang yang menganggur. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Universitas Sumatera Utara
186
Tabel 5.13. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan
Utama dan Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2010.
Status Pendidikan yang Ditamatkan
Pekerjaan utama
SD SLTP SLTA
Kebawah Keatas Jumlah
Angkatan Kerja
a. Bekerja 123.669 72.390 87.232 283.291
b. Penganggur 2.682 6.390 10.067 19.109
Jumlah 126.351 78.750 97.299 302.400
Sumber : Sakernas Agustus 2011.
Dari Tabel 5.13 terdapat penduduk berumur 15 tahun keatas angkatan
kerja yang terbanyak berpendidikan tamatan SD sebesar 126.351 jiwa yang
terkecil berpendidikan tamatan SLTP sebesar 78.750 jiwa, dari jumlah seluruh
angkatan kerja sebanyak 302.400 jiwa.
Penduduk yang bekerja yang terbanyak berpendidikan tamatan SD sebesar
123.669 jiwa yang terkecil berpendidikan tamatan SLTP sebesar 72.390 jiwa. dari
jumlah seluruh bekerja sebanyak 283.291 jiwa. Sedangkan penduduk yang
menganggur yang terbanyak berpendidikan tamatan SMA sebesar 10.067 jiwa dan
yang terkecil berpendidikan tamatan SD sebesar 2.682 jiwa dari jumlah
pengangguran sebanyak 19.109 jiwa. Penduduk angkatan kerja yang terbanyak
berpendidikan tamatan SD sebesar 126.351 jiwa yang terkecil berpendidikan
tamatan SLTP sebesar 78.750 jiwa.
c. Pencurahan Tenaga Kerja
Tenaga kerja (ketenagakerjaan) adalah sumber daya manusia yang
memiliki potensi, kemampuan, yang tepat guna, berdaya guna, berpribadi dalam
kategori tertentu untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan, sehingga
berhasil guna bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan (Hamalik, 2000).
Universitas Sumatera Utara
187
Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja. Curahan
tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran tenaga
kerja dapat dinyatakan dalam Hari Orang Kerja (HOK). Satuan ukuran yang
dipergunakan untuk menghitung besarnya tenaga kerja adalah satuan HOK atau
sama dengan satu Hari Kerja Pria (HKP), yaitu jumlah kerja yang dicurahkan
untuk seluruh proses produksi yang diukur dengan ukuran kerja pria. Untuk
menyetarakan, dilakukan konversi berdasarkan upah di daerah penelitian
(Rahim dan Diah. 2008).
Tohir (1983) menyatakan bahwa tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu
tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam
keluarga banyak dipakai dalam usahatani skala kecil, pembagian kerja dalam
keluarga didasarkan atas tradisi dan perbedaan-perbedaan fisik.
Pemakaian tenaga kerja luar keluarga berkaitan erat dengan besarnya
usaha. Setiap usaha pertama-tama mengerahkan tenaga kerja keluarga, setelah
dirasa tidak mencukupi maka diambil tenaga kerja luar keluarga. Hernanto (1993)
menyatakan bahwa tenaga kerja luar hanya sebagai bantuan, khususnya untuk
kegiatan atau pekerjaan yang membutuhkan tenaga lebih dari potensi tenaga kerja
yang dimiliki petani.
Disamping penggunaan lahan dan rotasi tanaman, perlu direncanakan
peng-gunaan tenaga kerja, apakah tenaga kerja keluarga yang tersedia bisa
memenuhi kebutuhan. Jika tenaga kerja yang dibutuhkan lebih besar dari potensi
tenaga kerja keluarga yang tersedia maka petani harus menganggarkan seberapa
besar kebutuhan tenaga kerja luar keluarga yang diperlukan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
188
mempengaruhi perhitungan biaya usahatani karena tenaga kerja luar keluarga
harus di beri upah (Suratiyah, 2009).
Tabel 5.14. Banyaknya Penduduk Yang Bekerja Berumur Diatas 15 Tahun
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Dan Jenis Kelamin
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.
Lapangan Pekerjaan
Utama
Laki-Laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah
(jiwa)
Pertanian 74.490 41.624 116.114
Industri 47.091 16.189 63.280
Jasa 43.610 63.421 107.031
Jumlah 165.191 121.234 286.425
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan
penyerap tenaga kerja yang terbanyak dengan jumlah 116.114 jiwa, dari jumlah
keselurahan tenaga kerja. Dan penyerap tenaga kerja yang sedikit, adalah di sektor
industri dengan jumlah 63.280 jiwa, dari jumlah keselurahan tenaga kerja. Dan
jumlah pekerja terbanyak, berjumlah 74.490, jiwa adalah laki-laki disektor perta-
nian, dari jumlah keselurahan tenaga kerja laki-laki yaitu 165.191 jiwa sedangkan
jumlah pekerja paling sedikit berjumlah 16.189 jiwa adalah perempuan disektor
industri dari jumlah keselurahan tenaga kerja perempuan yaitu 121.234 jiwa.
5.1.3. Kondisi Sarana Dan Prasarana Pertanian
Tabel 5.15. Jumlah Traktor Menurut Jenisnya di Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2010.
No. Jenis Traktor Tenaga (PK) Jumlah (unit)
1 Traktor Besar
Trakror Sedang
Traktor Mini
Traktor Tangan
>50 PK 11
2 20-50 PK 10
3 <20 PK 14
4 <15 PK 1.753
Jumlah 1.788
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai 2011.
Universitas Sumatera Utara
189
Dari Tabel 5.15 jumlah traktor terbanyak di Kabupaten Serdang Bedagai
adalah jenis Traktor Tangan (<15 PK) sebanyak 1.753 unit sedangkan jenis traktor
sedang (20-50 PK) merupakan jumlah yang paling sedikit sebesar 10 unit dari
jumlah seluruhnya 1.788 unit.
Tabel 5.16. Jumlah Pompa Air Menurut Jenisnya di Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2010.
No. Jenis Pompa Air Jumlah (unit)
1 Pompa Air 2”
Pompa Air 3”
Pompa Air 4”
Pompa Air 6”
186
2 236
3 207
4 26
Jumlah 655 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai 2011.
Dari Tabel 5.16 jumlah pompa air yang terbanyak di Kabupaten Serdang
Bedagai adalah jenis Pompa Air 3” dengan jumlah 236 unit sedangkan yang
paling sedikit adalah jenis Pompa Air 6” dengan jumlah 26 unit.
Tabel 5.17. Jumlah Prasarana di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.
No. Jenis Pompa Air Jumlah (unit)
1 Power Thresser
Penggilingan Padi
Rice Milling Unit (RMU)
Corn Seller
616
2 183
3 54
4 27
5 Kios Saprodi 179
6 Kontainer 13
Jumlah 1072
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai. 2011
Dari Tabel 5.17 dapat dilihat prasarana pertanian di Kabupaten Serdang
Bedagai adalah Power Thresser sebanyak 616 unit, Penggilingan Padi sebanyak
183 unit, Kios Saprodi sebanyak 179 unit, Rice Milling Unit (RMU) sebanyak 54
unit, Corn Seller sebanyak 27 unit dan Kontainer sebanyak 13 unit dari jumlah
seluruhnya 1072 unit.
Universitas Sumatera Utara
190
5.1.4. Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan
Penyuluhan pertanian adalah suatu pendidikan luar sekolah yang ditujukan
kepada para petani beserta keluarganya. Proses pendidikan terjadi karena adanya
proses komunikasi berjalan dua arah yaitu antara penyuluh sebagai narasumber,
keluarga tani sebagai sasaran dan begitu sebaliknya, apabila dalam proses
komunikasi ini kita kenal saluran atau chanel sebagai salah satu unsurnya, maka
dalam penyuluhan saluran ini merupakan metoda penyuluhan.
Metoda penyuluhan adalah cara penyampaian materi penyuluhan pertanian
melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluarganya agar
bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru termasuk media komu-
nikasi antara lain : radio, telepon, HP, internet, facebook, telegrap, surat kabar.
Kegiatan penyuluh dalam pembangunan pertanian berperan sebagai
jembatan yang menghubungkan sumber dengan petani. Sistem kerja pada kegiatan
penyuluhan dikenal dengan Sistem Keja Latihan dan Kunjungan (LAKU). Sistem
kerja ini adalah adanya kunjungan yang rutin dan regular seorang Penyuluh
Pertanian Lapangan kepada kelompok tani dalam rangka ahli pengetahuan dan
keterampilan kepada para petani dan beserta seluruh anggota keluarganya
(Suhardiyono,1992).
Universitas Sumatera Utara
191
Dari Tabel 5.18 dapat dilihat bahwa di BP3K Pematang Sponam yang
meliputi Kecamatan Perbaungan, Pegajahan, dan Pantai Cermin memiliki PPL
yang terbanyak dengan jumlah 39 orang PPL sedangkan yang terkecil terdapat di
Tabel 5.18. Data Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan
Tahun 2010.
Tempat Tugas Kecamatan
Jabatan ( Orang )
Status
Kepegawaian
( Orang )
Ka.
BP3K KJF PPL PNS THL-TB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. BP3K Sei Rejo
1 2 30 2 28
Sei Rampah - - 9 - 9
Sei Bamban - - 10 1 9
Teluk Mengkudu - - 11 1 10
2. BP3K Pematang
sponam
1 5 39 8 31
Perbaungan - - 18 3 16
Pengajahan - - 8 1 7
Pantai Cermin - - 12 4 8
3. BP3K Berohol
1 3 20 7 13
Tebing Tinggi - - 7 4 3
Tebing
Syahbandar
- - 4 - 4
Dolok Merawan - - 2 1 1
Sipispis - - 7 2 5
4. BP3K Dolok
Masihul
1 4 35 2 33
Dolok Masihul - - 17 2 15
Serbajadi - - 6 - 6
Kotarih - - 4 - 4
Bintang Bayu - - 4 - 4
Silinda - - 4 - 4
5. BP3K Tanjung
Beringin
1 3 14 6 4
Tanjung Beringin - - 8 4 4
Bandar Khalipah - - 6 2 4
6. KJF Kabupaten
- 12 - - -
Jumlah/Total 5 29 138 25 113 Sumber : Badan Pelaksanaan Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kab. Serdang Bedagai
2011.
Universitas Sumatera Utara
192
BP3K Tanjung Beringin yang meliputi Kecamatan Tanjung Beringin dan
Kecamatan Bandar Khalipah sebanyak 14 orang PPL.
Tabel 5.19. Data Jumlah Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Per
Kecamatan Tahun 2010.
No Kecamatan PNS THL-TB Total Penyuluh
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
1 Kotarih 2 5 7
2 Dolok Masihul 2 15 17
3 Sipispis 2 5 7
4 Dolok Merawan 1 1 2
5 Tebing Tinggi 3 3 6
6 Bandar Khalifah 2 4 6
7 Tanjung Beringin 3 6 9
8 Teluk Mengkudu 1 10 11
9 Sei Rampah 1 9 10
10 Perbaungan 2 17 19
11 Pantai Cermin 4 8 12
12 Silinda 1 4 5
13 Bintang Bayu 4 4 8
14 Serba Jadi - 6 6
15 Tebing Syahbandar 2 1 3
16 Sei Bamban 1 8 9
17 Pegajahan 1 6 7
Jumlah 32 112 144 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011.
Dari Tabel 5.19. dapat dilihat bahwa jumlah penyuluh Pegawai Negeri
Sipil (PNS) terbanyak berada di Kecamatan Pantai Cermin dan Bintang Bayu,
yaitu sebanyak 4 jiwa. Jumlah penyuluh Tenaga Harian Lepas (THL) terbanyak
berada di Kecamatan Perbaungan, yaitu sebanyak 17 jiwa. Jumlah keseluruhan
penyuluh terbanyak berada di Kecamatan Perbaungan yaitu sebanyak 19 jiwa dan
jumlah penyuluh yang paling sedikit berada di Kecamatan Dolok Merawan yang
berjumlah 2 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
193
5.2. Perencanaan Tata Ruang
5.2.1. Jangka Waktu Perencanaan
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
maka RTRW Kabupaten Serdang Bedagai memiliki jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun yaitu dari tahun 2006 – 2016 yang dibagi dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan
pembangunan yakni program pembangunan untuk 5 (lima) tahun pertama dan
program pembangunan 5 (lima) tahun kedua.
Maksud dan Tujuan Penetapan Rencana Pembangunan Kabupaten Serdang
Bedagai adalah untuk memberikan arah dan pedoman penyelenggaraan
pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan penyampaian pelayanan kepada
masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai dengan tujuan untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih demokratis, berkeadilan sosial, serta melindungi hak azasi
manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat yang
beragama, beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera untuk
kurun waktu lima tahun ke depan dalam prinsip-prinsip penyelenggaraan tata
pemerintahan yang baik (good governance).
5.2.2. Rencana Tahapan Pembangunan
a. Pengawasan
Kegiatan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam
bentuk pelaporan, pemanfaatan dan evaluasi. Kegiatan ini dilakukan sebagai
upaya menjaga tercapainya kesesuaian pemanfaatan ruang dengan RTRW
Kabupaten Serdang Bedagai 2006-2016.
b. Penertiban
Universitas Sumatera Utara
194
Penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bentuk sanksi yang dikenakan
adalah sanksi administrasi, perdata, dan pidana. Pengenaan sanksi dilakukan
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang sanksi baik pelanggaran maupun
kejahatan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
RTRW Kabupaten Serdang Bedagai berbentuk rencana struktur dan pola
pemanfaatan ruang sehingga belum memuat secara langsung pemberian perijinan
pembangunan. Oleh karena itu, tindakan penertiban dengan pengenaan sanksi
harus mengacu pada rencana tata ruang yang lebih rinci dan atau pedoman
penataan ruang dan bangunan sesuai dengan penggunaannya sebagai acuan
operasional pelayanan perijinan pemanfaatan ruang, namun dengan tetap
memperhatikan rencana struktur dan arahan yang ditetapkan di dalam RTRW
Kabupaten Serdang Bedagai.
c. Perijinan Pemanfaatan Ruang
Perijinan dimaksudkan sebagai konfirmasi atas pemanfaatan ruang dalam
proses pengendalian. Perijinan harus disesuaikan dengan tingkat rencana tata
ruang yang diacu, seperti ijin prinsip, ijin perencanaan, IMB, ijin UUG/HO,
AMDAL, ijin tetap, ijin usaha, dan ijin tempat usaha.
Perijinan yang terkait langsung dengan pemanfaatan ruang adalah ijin
lokasi, ijin perencanaan, dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Jenis ijin dan atau
pertimbangan kelayakan lingkungan adalah Ijin Undang-Undang Gangguan
(IUUG/HO), dan atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
sedang perijinan sektoral yang terkait dengan legalitas usaha atau investasi, yaitu
Universitas Sumatera Utara
195
ijin prinsip, tetap, dan usaha. Seringkali berbagai perijinan secara bersama-sama
diterapkan dan diintegrasikan ke dalam proses perijinan pertanahan, mulai dari
ijin lokasi hingga prosedur pengajuan/pemberian hak atas tanah (Hak Guna
Bangunan, Hak Guna Usaha, dan atau Hak Milik).
Sesuai dengan jenjang dan skala RTRW yang ada, pada dasarnya dapat
ditegaskan bahwa RTRW yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menerbitkan
suatu jenis ijin dalam pemanfaatan ruang adalah RRTRW di tingkat Kecamatan
dan atau RRTRW Kawasan Fungsional beserta jenjang berikutnya yang lebih
rinci dengan skala yang lebih besar. Sesuai dengan hirarki rencana tata ruang,
penerbitan ijin dalam pemanfaatan ruang harus mengacu pada RTRW
Kabupaten/Kota dan rencana yang lebih rinci, yaitu :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) dengan skala
1:50.000–1:20.000, digunakan sebagai acuan penerbitan perijinan lokasi
peruntukan ruang untuk suatu kegiatan
Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah (RRTRW) Kecamatan dengan skala
1:10.000–1:5.000, digunakan sebagai acuan penerbitan perijinan perencanaan
pembangunan (planning permit) bangunan dan bukan bangunan
Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah (RRTRW) Sub Kawasan dengan skala
1:1.000–1:500, digunakan sebagai acuan penerbitan perijinan tata letak dan
rancang bangunan/bukan bangunan, termasuk Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB).
5.2.3. Pemanfaatan Lahan Pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai
Kabupaten Serdang Bedagai belum mengesahkan RTRW dan pada bulan
Juni 2011 masih dibahas di Kementerian PU. Total luas sawah adalah 40.588 ha
Universitas Sumatera Utara
196
dan luas sawah irigasi teknis 35.000 ha yang potensial untuk LP2B. Produksi
gabah tahun 2010 sebanyak 225.000 ton atau surplus sebanyak 81.000 ton
(Kabupaten Serdang Bedagai 2011). Saat ini Kabupaten Serdang Bedagai tidak
bisa lagi memperluas lahan sawah.
Konversi lahan sawah relatif kecil karena sebagian besar wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai masih merupakan kawasan perdesaan dibanding
Kabupaten Deli Serdang. Sawah yang kekurangan air irigasi sebagian dikonversi
ke sawit dengan laju rata-rata sekitar 2,5% per tahun. Tahun 2009 ada konflik
pemilikan lahan antara PTPN III dengan masyarakat, tetapi sekarang sudah selesai
dan dimenangkan PTPN III. Tantangan konversi lahan adalah pembangunan jalan
tol dari Kualanamu–Tebing Tinggi (80 km). Di samping itu juga, perlu
diantisipasi dampak pembangunan Bandara Kualanamu yang akan mengubah
sebagian wilayah kabupaten ini menjadi kawasan industri atau kawasan
penyangga bagi Kabupaten Deli Serdang. Saran untuk mengatasi konversi lahan
antara lain: lahan sawah mendapat irigasi yang mencukupi dan saluran irigasi
dipelihara dengan baik. Di samping itu, harga input (pupuk dan pestisida) harus
terjangkau oleh petani, ketersediaan pupuk terjamin, harga gabah terjamin, dan
penegakan hukum untuk mempertahankan LP2B.
Tabel 5.20. Luas Lahan Sawah Irigasi Di Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun Luas (Ha)
2008 35.673,00
2009 35.673,00
2010 35.378,00
2011 34.148,00
2012 30.208,53
Sumber : Badan Pusat Statistik
Universitas Sumatera Utara
197
Gambar 5.3. Luas Lahan Sawah Irigasi Di Kabupaten Serdang Bedagai
Pada Gambar 2. Terlihat bahwa luas lahan sawah irigasi di kabupaten
Serdang Bedagai mengalami penurunan secara berturut-turut selama 4 tahun yaitu
mulai tahun 2009-2012, sedangkan di tahun 2008-2009 tidak mengalami
penurunan maupun kenaikan melainkan tetap.
5.3. Perencanaan Pembangunan Pertanian Padi Sawah
5.3.1. Kebijakan Penerapan Mekanisme Pemberian Insentif Dan Disinsentif
Untuk Mempertahankan Lahan Pertanian Berkelanjutan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi keman-
dirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Alih Fungsi Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan adalah perubahan fungsi Lahan Pertanian Pangan Berke-
anjutan menjadi bukan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan baik secara tetap
maupun sementara.
35,673.00 35,673.0035,378.00
34,148.00
30,208.53
29,000.00
30,000.00
31,000.00
32,000.00
33,000.00
34,000.00
35,000.00
36,000.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas (Ha)
Luas (Ha)
Universitas Sumatera Utara
198
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan, diantaranya mengatur mengenai pemberian
insentif dan disinsentif kepada petani pangan. Pemerintah menerbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang insentif perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang
lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara
konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan
kedaulatan pangan nasional. Petani Pangan adalah setiap warga negara Indonesia
beserta keluarganya yang mengusahakan lahan untuk komoditas pangan pokok di
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai
dengan peran dan fungsinya masing-masing memberikan Insentif Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan kepada Petani dengan jenis berupa:
bantuan dana penerbitan sertifikat hak atas tanah pada lahan pertanian pangan
berkelanjutan, bantuan keringanan PBB, jaminan penerbitan sertipikat hak atas
tanah pada lahan pertanian pangan berkelanjutan, kemudahan dalam mengakses
informasi dan teknologi, pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan
varietas unggul. Pengembangan infrastruktur pertanian. Penghargaan bagi petani
berprestasi. Penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian. Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota memberikan Insentif kepada Petani
berdasarkan pertimbangan. Tipologi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Kesuburan tanah. Luas tanam minimal 25 (dua puluh lima) hektar dalam satu
hamparan. Irigasi. Tingkat fragmentasi lahan. Produktivitas usahatani. Lokasi.
Kolektivitas usaha pertanian; dan/atau. Praktik usahatani ramah lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
199
Bagi Petani Penerima Insentif Diwajibkan Untuk: Memanfaatkan lahan sesuai
peruntukannya, menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Mencegah
kerusakan lahan. Memelihara kelestarian lingkungan.
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
Pencabutan Insentif. Kepada petani berdasarkan pertimbangan dimana petani
tidak memenuhi kewajiban perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Petani tidak mentaati norma, standar, prosedur, dan kriteria pemberian Insentif
dan/atau lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan telah dialihfungsikan.
5.3.1.1. Program Pemerintah untuk Sektor Pertanian Padi
Untuk mendukung perkembangan di sektor pertanian, Pemerintahan
Kabupaten Serdang Bedagai telah melakukan beberapa upaya untuk membantu
petani dalam meningkatkan kesejahteraan melalui beberapa program yaitu:
Peningkatan pemasaran hasil pertanian. Meningkatkan produksi hasil pertanian.
Penyebaran informasi pengendalian OPT mendukung swasembada beras.
Pengadaan bahan kimia. Pameran pasar pertanian promosi. Peningkatan
kesejahteraan petani. Meningkatkan kemampuan penggunaan teknologi
pertanian. Peningkatan ketahanan pangan pertanian dan perkebunan.
5.3.1.2. Kondisi Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki
potensi tanaman pangan khususnya padi dan palawija di Sumatera Utara,
Hasil pertanian tanaman pangan merupakan komoditi yang sangat strategis
karena menyangkut kebutuhan pokok masyarakat. Mengingat sebagian besar
penduduk mencari nafkah dari sektor pertanian dan sasaran pembangunan perta-
nian untuk meningkatkan pendapatan petani, maka pemerintah Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
200
Serdang Bedagai merasa penting untuk meningkatkan Program Pembangunan
Pertanian. Agar pembangunan pertanian benar-benar tepat sasaran dan efisien
diperlukan data dan informasi yang lengkap dan akurat. Karena digunakan sejak
dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
5.3.1.3. Daerah Irigasi
Di kabupaten Serdang Bedagai ada tiga kewenangan pengelolaan daerah
irigasi yaitu Pemerintahan Pusat, Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, dan
Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah Irigasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat memiliki luas sebesar 19.022 Ha, sedangkan
Pemerintahan Provinsi Sumut sebesar 7.323 Ha, dan Pemerintahan Kabupaten
Serdang Bedagai sebesar 11.746 Ha. Total jumlah keseluruhan luas daerah irigasi
di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar 38.091 Ha..
5.3.1.4. Lahan Sawah
Lahan merupakan salah satu faktor produksi. Lahan sawah pada Tahun
2010 di Kabupaten Serdang Bedagai mengalami penurunan sebesar 3,29 %
dibandingkan dengan total lahan sawah tahun 2009. Hal ini terjadi karena adanya
alih fungsi lahan sawah menjadi lahan kebun, ladang/huma dan lahan perkebunan.
Bila dilihat dari kedua jenis lahan sawah Tahun 2010 yaitu lahan sawah
irigasi dan lahan sawah non irigasi, maka lahan sawah irigasi memiliki kontribusi
terbesar yaitu sebesar 99,88 %, sedangkan lahan sawah non irigasi hanya sebesar
0,12 %. Terjadinya penurunan pada lahan sawah non irigasi yaitu sebesar
99,85 %, sedangkan pada lahan sawah irigasi pada umumnya mengalami
penurunan yaitu sebesar 0,97 % bila dibandingkan tahun 2009, kecuali pada lahan
Universitas Sumatera Utara
201
irigasi teknis sedikit mengalami peningkatan sebesar 10,67 % atau sebesar
320 Ha.
5.3.1.5. Lahan Sawah Irigasi
Lahan sawah irigasi yang diusahakan tanaman padi di Kabupaten Serdang
Bedagai selama dua tahun terakhir ini secara umum mengalami penurunan. Tahun
2010 lahan sawah irigasi yang efektif digunakan sebesar 35.378 Ha atau
mengalami penurunan sebesar 14,52 % bila dibandingkan dengan lahan sawah
irigasi yang diusahakan tanaman padi pada tahun 2009.
Lahan Sawah Irigasi terdiri dari :
1) Lahan Sawah Berpengairan Teknis
Lahan Sawah Berpengairan Teknis adalah lahan sawah yang memperoleh
pengairan dari irigasi teknis, yaitu jaringan dimana saluran pemberi terpisah dari
saluran pembuangan agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya
diatur dan diukur dengan mudah. Bila dibandingkan dengan tahun 2009, total
lahan sawah irigasi teknis pada tahun 2010 mengalami peningkatan 320 Ha atau
sebesar 10,67 %. Adapun luas baku lahan sawah irigasi teknis di Kabupaten
Serdang Bedagai pada tahun 2010 adalah sebesar 3.318 Ha, dan seluruhnya
diusahakan tanaman padi, pola tanamnya pada frekuensi penanaman dua kali.
2) Lahan Sawah Berpengairan Setengah Teknis
Lahan Sawah Berpengairan Setengah Teknis adalah Dinas Pengairan/
Pemerintah hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan
mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan
tidak dikuasai oleh Dinas Pengairan/Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
202
Lahan irigasi setengah teknis yang diusahakan tanaman padi di Kabupaten
Serdang Bedagai pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 0,93 % atau
sebesar 181 Ha bila dibandingkan dengan tahun 2009. Dari 19.190 Ha lahan
sawah irigasi setengah teknis yang ada, sebesar 99,6 % diusahakan tanaman padi
dengan pola tanam dua kali, sedangkan sisanya 0,40 % diusahakan tanaman padi
dengan pola tanam satu kali.
3) Lahan Sawah Berpengairan Sederhana (PU)
Lahan sawah berpengairan sederhana (PU) adalah lahan sawah yang
memperoleh pengairan dan irigasi, sedangkan untuk pembagian airnya belum
teratur meskipun pihak pemerintah (PU) sudah ikut membangun sebagian jaringan
tersebut. Total lahan baku irigasi sederhana sebesar 4.345 Ha yang ditanami padi
hanya sebesar 4.330 Ha atau sebesar 99,65%. Sedangkan sisa lahan irigasi
sederhana sebesar 15 Ha atau 0,35 % tidak diusahakan tanaman padi.
4) Lahan Sawah Pengairan Non PU/Irigasi Desa
Lahan Sawah Pengairan Non PU/Irigasi Desa adalah lahan sawah yang
memperoleh pengairan dari system pengairan yang dikelola sendiri oleh masya-
rakat tanpa campur tangan pemerintah. pada tahun 2010 mengalami penurunan
sebesar 3,87 % bila dibandingkan dengan tahun 2009. Total lahan irigasi desa/non
PU yang ada sebesar 8.540 Ha. Dari total lahan yang ada tersebut seluruhnya
diusahakan tanaman padi dengan pola tanam dua kali sebesar 8.302 Ha atau 97,21
% dan sisanya 238 Ha atau 2,79 % dengan pola tanam satu kali.
5.3.2. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan
Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
Universitas Sumatera Utara
203
5.3.2. 1. Umur
Tabel 5.21. Umur Petani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Kelompok
Umur Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Umur
(tahun)
Jumlah Umur
(tahun)
Jumlah Sampel
(jiwa)
Rata-Rata
(tahun)
Persentase
(%)
1
2
3
24-39
40-55
≥ 56
989
2.318
1.376
28
51
21
35,32
45,45
65,52
28
51
21
Total 4.683 100 146,29 100
Rata-Rata 46,83 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.21. (Lampiran II/Lampiran 1) dapat diketahui bahwa
berdasarkan kisaran umur yaitu kisaran umur 40-55 tahun jumlah sampel yang
terbanyak sebesar 51 sampel (51 %) dengan rata-rata umur 45,45 tahun dan
pada kisaran umur ≥ 56 tahun jumlah sampel yang terkecil sebesar 21 sampel
(21 %) dengan rata-rata umur 65,52 tahun. Rentang umur antara 30-70 tahun.
Dengan rata-rata umur per petani sebesar 47 tahun.
5.3.2.2 Pendidikan
Tabel 5.22. Pendidikan Petani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan
Kelompok Pendidikan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Tingkat
Pendidikan
Jumlah Pendidikan
(tahun)
Jumlah Sampel
(jiwa)
Rata-Rata
(tahun)
Persentase
(%)
1
2
3
4
SD
SMP
SMA
PT
195
132
551
95
33
15
46
6
5,91
8,80
11,98
15,83
33
15
46
6
Total 973 100 42,52 100
Rata-Rata 9,73
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.22. (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa
berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pada tingkat pendidikan SMA jumlah
sampel yang terbanyak sebesar 46 sampel (46 %) dengan rata-rata pendidikan
11,98 tahun dan pada tingkat pendidikan PT jumlah sampel yang terkecil sebesar
6 sampel (6 %) dengan rata-rata pendidikan 15,83 tahun. Rentang pendidikan
Universitas Sumatera Utara
204
antara 4-16 tahun. Dengan rata-rata pendidikan per petani 9,73 tahun yaitu
pendidikan SMP.
5.3.2.3. Lamanya Berusahatani
Tabel 5.23. Lamanya Berusahatani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan
Kelompok Lamanya Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Lama
Berusahatani
(tahun)
Jumlah Lama
Berusahatani
(tahun)
Jumlah Sampel
(jiwa)
Rata-Rata
(tahun)
Persentase
(%)
1
2
3
≤ 10
11-29
≥ 30
128
1.088
984
17
56
27
7,53
19,43
36,40
17
56
27
Total 2.200 100 63,34 100
Rata-Rata 22
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.23. (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa
berdasarkan pada kisaran lamanya berusahatani yaitu kisaran lamanya berusaha-
tani 11-29 tahun jumlah sampel yang terbanyak sebesar 56 sampel (56%) dengan
rata-rata lamanya berusahatani 19,43 tahun dan pada kisaran lamanya berusa-
hatani ≤ 10 tahun jumlah sampel yang terkecil sebesar 17 sampel (17 %) dengan
rata-rata lamanya berusahatani 7,53 tahun. Rentang lamanya berusahatani antara
4-66 tahun. Dengan rata-rata lamanya berusahatani per petani selama 22 tahun.
5.3.2.4. Lamanya Berorganisasi P3A
Tabel 5.24. Lamanya Berorganisasi P3A Padi Sawah Berdasarkan kelompok
Lama Berorganisasi Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Lama
Berorganisasi
(tahun)
Jumlah Lama
Berorganisasi
(tahun)
Jumlah Sampel
(jiwa)
Rata-Rata
(tahun)
Persentase
(%)
1
2
3
≤ 10
11-29
≥ 30
245,5
869
120
51
46
3
4,80
18,89
40
51
46
3
Total 1.234,5 100 63,69 100
Rata-Rata 12,345
Sumber: Data Primer.
Universitas Sumatera Utara
205
Dari Tabel 5.24. (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa
berdasarkan pada kisaran lamanya berorganisasi P3A yaitu kisaran ≤ 10 tahun
jumlah sampel yang terbanyak sebesar 51 sampel (51%) dengan rata-rata lama
berorganisasi 4,80 tahun dan pada kisaran lamanya berorganisasi P3A ≥ 30 tahun
jumlah sampel yang terkecil sebesar 3 sampel (3%) dengan rata-rata lama
berorganisasi 40 tahun. Rentang lamanya berorganisasi P3A antara 1-44 tahun.
Dengan rata-rata lamanya berorganisasi P3A per petani 12,34 tahun.
5.3.2.5. Jumlah Tanggungan
Tabel 5.25. Jumlah Tanggungan Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan
Kelompok Tanggungan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Jumlah
Tanggungan
(Jiwa)
Jumlah
Tanggungan
(Jiwa)
Jumlah Sampel
(Jiwa)
Rata-Rata
(jiwa)
Persentase
(%)
1
2
3
4
0-1
2
3
≥ 4
8
48
72
199
10
24
24
42
1
2
3
5
10
24
24
42
Total 327 100 11 100
Rata-Rata 3,27
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.25 (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa
berdasarkan pada kisaran jumlah tanggungan yaitu kisaran ≥ 4 jiwa jumlah
sampel yang terbanyak sebesar 42 sampel (42%) dengan rata-rata jumlah
tanggungan 5 jiwa dan pada kisaran jumlah tanggungan 0-1 jiwa jumlah sampel
yang terkecil sebesar 10 sampel (10%) dengan rata-rata jumlah tanggungan 1
jiwa. Rentang jumlah tanggungan antara 1-8. Dengan rata-rata jumlah
tanggungan per petani sebesar 3,27 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
206
5.3.2.6. Total Luas Lahan Usahatani
Tabel 5.26. Total Luas Lahan Petani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan
Keterangan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Keterangan Luas Lahan Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase
Lahan (ha) Dimiliki (ha) (jiwa) (ha) (%)
1
2
Luas Lahan 110,18 100 1,1018 100
Sawah
Luas Lahan 30,54 56 0,3054 56
Non Sawah
Total 140,72 156 1,4072 156
Rata-Rata 1,4072
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.26 (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa
berdasarkan keterangan luas lahan yang dimiliki yang terbesar adalah luas lahan
sawah sebesar 110,18 Ha jumlah sampel yang terbanyak sebesar 100 sampel (100
%) rentang luas lahan sawah 0,06-4,7 Ha dengan rata-rata sebesar 1,1018 Ha.
Yang terkecil luas lahan non sawah sebesar 30,54 Ha jumlah sampel yang
terkecil sebesar 56 sampel (56 %) rentang luas lahan non sawah 0,1-1,2 Ha
dengan rata-rata sebesar 0,3054 Ha. Total luas lahan yang dimiliki adalah
sebesar 140,72 Ha (100%) rentang luas lahan sawah 0,06-4,7 Ha. Dengan rata-
rata luas lahan sawah per petani sebesar 1,4072 Ha.
5.3.3. Pengaruh Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa
Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan
Petani Padi Sawah
Ritual doa turun tanam adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta
hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah perdesaan yang mayoritas
pekerjaan utamanya sebagai petani. Menurut kepercayaan masyarakat tersebut,
permintaan datangnya hujan dilakukan dengan bantuan bidadari, Dewi Sri yang
merupakan dewi padi, lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Melalui doa-doa
Universitas Sumatera Utara
207
yang dilakukan penuh keyakinan, Dewi Sri akan datang melalui lengkung
bianglala (pelangi) menuju ke bumi untuk menurunkan hujan. Datangnya hujan
berarti datangnya rakhmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi seluruh
makhluk bumi, termasuk manusia. Lahan-lahan yang digarap meliputi lahan
basah atau sawah, lahan kering berupa tegalan, serta tanah tadah hujan sehingga
saat musim kemarau datang lahan ini sangat kering dan petani tidak dapat
menggarap sawah mereka. Masyarakat di desa masih percaya, melalui ritual doa
turun tanam maka akan segera turun hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur
dan sumber mata air keluar lagi airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan
berbagai tanaman bersemi kembali bagi kelangsungan hidup mereka.
Di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) pada umumnya melakukan
upacara tradisional ritual doa turun tanam untuk meminta hujan agar sawah
mereka dapat digenangi air dan saluran air irigasi menjadi lancar dan tidak ada
hambatan sehingga tanaman mereka lebih baik. Meminta kepada yang maha kuasa
agar lahan mereka menjadi subur, meningkatkan hasil tanam dan dapat menekan
populasi hama penyakit pada tanaman padi sawah, jika musim kemarau panjang
dan kering kerontang, ritual doa turun tanam dilaksanakan warga desa, setiap
setahun sekali dengan cara memanjatkan doa dan upacara serta tepung tawar.
Tabel 5.27. Jumlah Biaya Petani Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Dalam
Bentuk Doa Turun Tanam, Dalam Usahatani Padi Sawah
Berdasarkan Keterangan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Keterangan
Biaya
Jumlah Biaya Rata-Rata Biaya
(Rp) (Rp)
Persentase
(%)
1
2
3
Pompanisasi
Pupuk
Pestisida
330.540.000 3.305.400
127.629.250 1.276.292,5
8.467.000 84.670
70,84
27,35
1,81
Total 466.636.250 4.666.362,5 100
Rata-Rata 4.666.362,5 Sumber: Data Primer.
Universitas Sumatera Utara
208
Dari Tabel 5.27 (Lampiran II/lampiran 2) dapat dilihat jumlah biaya
petani sebelum menerapkan ritual doa turun tanam dalam usahatani padi sawah
selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pompanisasi sebesar
Rp. 330.540.000 (70,84%) rata-rata biaya Rp 3.305.400. Sedangkan biaya yang
terkecil adalah biaya pestisida sebesar Rp 8.467.000 (1,81%) rata-rata biaya Rp
84.670. Total biaya Rp 466.636.250, Dengan rata-rata total biaya per petani
adalah sebesar Rp 4.666.362,5.
5.3.4. Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa
Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan
Petani Padi Sawah
Upacara tradisional ritual doa turun tanam ini sudah dilakukan dari turun
temurun sejak nenek moyang mereka dan dipandu oleh guru spiritual. Setiap
warga yang mengikuti ritual doa turun tanam boleh membawa perbekalan berupa
nasi dengan lauk pauknya seperti ikan, ayam panggang, telur, sambel, mihun
goreng, pisang dan kue-kue yang nantinya akan dimakan bersama-sama warga
yang mengikuti upacara dengan kepala desa, penyuluh pertanian, guru spiritual,
tokoh masyarakat dan undangan lainnya.
Ritual doa turun tanam dilaksanakan pada waktu setelah shalat magrib dan
warga yang mengikuti upacara ritual doa turun tanam membawa tikar dan duduk
bersama-sama sambil berdoa dan tepung tawar, guru yang memandu
menggunakan bahasa jawa, tempatnya diadakan dipersimpangan empat karena
dipersimpangan empat tempat lewat angin barat, angin timur, angin utara dan
angin selatan agar doa mereka dibawa oleh angin tersebut, sebab angin tersebut
datang dari penjuru angin. mereka berdoa dan bermohon agar hasil panen semakin
meningkat.
Universitas Sumatera Utara
209
Tabel 5.28. Jumlah Biaya Petani Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam
Bentuk Doa Turun Tanam, Dalam Usahatani Padi Sawah
Berdasarkan Keterangan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Keterangan
Biaya
Jumlah Biaya Rata-Rata Biaya
(Rp) (Rp)
Persentase
(%)
1
2
3
Air Irigasi
Pupuk
Pestisida
66.108.000 661.080
87.122.600 871.226
7.362.000 73.620
41,17
54,25
4,58
Total 160.592.600 1.605.926 100
Rata-Rata 1.605.926 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.28 (Lampiran II/lampiran 2) dapat dilihat jumlah biaya
petani setelah menerapkan ritual doa turun tanam dalam usahatani padi sawah
selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pupuk sebesar
Rp 87.122.600 (54,25 %) rata-rata biaya Rp 871.226. Sedangkan biaya yang
terkecil adalah biaya pestisida sebesar Rp 7.362.000 (4,58%) rata-rata biaya
Rp 73.620. Total biaya Rp 160.592.600. Dengan rata-rata total biaya per petani
adalah sebesar Rp 1.605.926.
5.3.5. Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan
Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun
Tanam Dalam Pengembangan Wilayah
Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang
berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk
perbandingan. Hal ini berarti menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil
penelitian) yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel atau
lebih. Bila Ho dalam pengujian diterima, berarti nilai perbandingan dua sampel
atau lebih tersebut dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi dimana sampel-
sampel diambil dengan taraf kesalahan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
210
Tabel 5.29. Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan
Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam Berdasarkan
Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Keterangan
Pendapatan
Total Pendapatan
(Rp)
Rata-rata Persentase
(Rp) (%)
1
2
Pendapatan
Sebelum Ritual
Doa Turun Tanam
Pendapatan
Setelah Ritual Doa
Turun Tanam
1.496.537.300
2.095.387.900
14.965.373 45,21
20.953.879 54,79
Total 3.591.925.200 35.919.252 100
Rata-Rata 35.919.252
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.29 (Lampiran II/lampiran 2) dapat dilihat pendapatan petani
sebelum dan setelah menerapkan ritual doa turun tanam dalam usahatani padi
sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah setelah menerapkan
ritual doa turun tanam sebesar Rp 2.095.387.900 (54,79 %) dengan rata-rata
pendapatan sebesar Rp 20.953.879. Sedangkan pendapatan yang terkecil adalah
sebelum menerapkan ritual doa turun tanam sebesar Rp 1.496.537.300 (45,21%)
dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 14.965.373. Total pendapatan sebesar
Rp 3.591.925.200. Dengan rata-rata total pendapatan per petani adalah sebesar
Rp 35.919.252.
5.3.6. Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah
Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
Bila dilihat dari aspek ekonomi, pengembangan wilayah dapat diartikan
sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam
jangka waktu yang panjang. Menurut Sukirno (2001) dari pengertian tersebut
dapat terlihat pembangunan ekonomi mempunyai sifat antara lain :
a. Sebagai proses, berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus.
Universitas Sumatera Utara
211
b. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, dan
c. Kenaikan pendapatan tersebut terus berlangsung dalam jangka panjang
Sistem agribisnis adalah upaya mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
semua kegiatan agribisnis dalam satu komoditi atau gabungan komoditi. Kegiatan
utama merupakan kegiatan yang dilakukan dalam proses agribisnis dari hulu ke
hilir. Kegiatan utama agribisnis meliputi :
1. Subsistem Pengadaan Input Produksi
2. Subsistem Produksi Usahatani
3. Subsistem Pengolahan Hasil (Processing)
4. Subsistem Pemasaran (Simanjuntak, 2005).
5.3.6.1. Biaya Produksi
Tabel. 5.30. Biaya Produksi Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani Padi
Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Keterangan Biaya
Produksi
Jumlah Biaya Rata-rata
(Rp) (Rp)
Persentase
(%)
1
2
3
4
5
5
7
Biaya Sewa Lahan
Biaya PBB
Biaya Pengairan
Biaya Penyusutan
Biaya Sarana
Produksi
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Angkutan
688.625.000 6.886.250
38.563.000 385.630
66.108.000 661.080
2.806.800 28.068
268.712.500 2.687.125
775.507.800 7.755.078
90.000 900
37,42
2,09
3,59
0,15
14,60
42,14
0,01
Total 1.840.413.100 18.404.131 100
Rata-Rata 18.404.131
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.30 (Lampiran II/Lampiran 14) dapat dilihat bahwa kegiatan
utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam, biaya
produksi yang terbesar adalah pada biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp
775.507.800 (42,14%) dengan rata-rata biaya tenaga kerja per petani sebesar Rp
7.755.078. Sedangkan biaya produksi terkecil adalah pada biaya angkutan yaitu
Universitas Sumatera Utara
212
sebesar Rp 90.000 (0,01%) dengan rata-rata biaya angkutan per petani adalah
sebesar Rp 900 perpetani. Dengan rata-rata seluruh biaya produksi per petani
adalah sebesar Rp 18.404.131.
Tabel. 5.31. Kisaran Biaya Produksi Kegiatan Utama Agribisnis Dalam
Usahatani Padi Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Jumlah Biaya
Biaya Produksi
Produksi (Rp) (Rp)
Jumlah Rata-Rata
Sampel (Rp)
(jiwa)
Persentase
(%)
1
2
3
≤17.129.333 656.414.700
17.129.333-23.013.333 498.207.200
≥23.013.333 685.791.200
54 12.155.827,78
25 19.928288
21 32.656.332,81
54
25
21
Total 1.840.413.100 100 64.740.448,59 100
Rata-Rata 18.404.131
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.31 ((Lampiran II/Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kegiatan
utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam, biaya
produksi yang terbesar adalah pada usahatani dengan kisaran biaya produksi ≥ Rp
23.013.333 yaitu sebesar Rp 685.791.200, jumlah sampel sebesar 21 sampel
(21%). Sedangkan biaya produksi yang terkecil adalah pada usahatani dengan
kisaran biaya produksi Rp 17.129.333-23.013.333 yaitu sebesar 498.207.200
jumlah sampel sebesar 25 sampel (25 %). Dengan rata-rata biaya produksi per
petani adalah sebesar Rp 18.404.13
5.3.6.2. Luas Panen
Tabel. 5.32. Luas Panen Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani Padi
Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim
Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Jumlah Luas
Luas Lahan Panen (ha)
Sawah (ha)
Jumlah Sampel Rata-Rata
(jiwa) (ha)
Persentase
(%)
1
2
3
≤ 0,49 2,60
0,5 - 0,9 16,02
≥ 1 201,74
7 0,37
20 0,80
73 2,76
7
20
73
Total 220,36 100 3,93 100
Rata-Rata 2,2036 Sumber: Data Primer.
Universitas Sumatera Utara
213
Dari Tabel 5.32 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kegiatan
utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam, luas
panen yang terbesar adalah pada usahatani dengan kisaran luas lahan ≥ 1 Ha yaitu
sebesar 201,74 Ha, jumlah sampel yang terbanyak sebesar 73 sampel (73 %).
Sedangkan luas panen yang terkecil adalah pada usahatani dengan kisaran
luas lahan ≤ 0,49 Ha yaitu sebesar 2,60 Ha jumlah sampel yang terkecil sebesar 7
sampel (7 %). Dengan rata-rata luas panen per petani adalah sebesar 2,2036 Ha.
5.3.6.3. Harga Gabah
Tabel. 5.33. Harga Gabah Kegiatan Utama Agribisnis Padi Sawah Berdasarkan
Tingkatan Harga Gabah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Harga
Gabah (Rp)
Jumlah Harga Jumlah Sampel Rata-Rata
Gabah (Rp) (Jiwa) (Rp)/Kg
Persentase
(%)
1
2
3
≤ Rp 3450
Rp 3500
≥ Rp 3550
79.150 17 4.655
220.500 63 3.500
55.750 20 2.787
17
63
20
Total 355.400 100 10.942 100
Rata-Rata 3.554
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.33 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kegiatan
utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam
berdasarkan tingkatan harga gabah yang terbesar sampelnya adalah kisaran harga
gabah Rp 3500 yaitu sebesar 63 sampel (63%). Sedangkan terkecil sampelnya
kisaran harga gabah ≤ Rp 3450 sebesar 17 sampel (17%). Dengan rata-rata
harga gabah per petani adalah sebesar Rp 3.554.
5.3.7. Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam Pengembangan
Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
Kegiatan penunjang merupakan kegiatan yang sangat diperlukan untuk
menunjang keberhasilan kegiatan utama agribisnis, meliputi :
Universitas Sumatera Utara
214
1. Subsistem Penelitian dan Pengembangan
2. Subsistem Pendidikan dan Pelatihan Penyuluhan
3. Subsistem Pengadaan Informasi
4. Subsistem Perkreditan dan Pengadaan Modal
5. Subsistem Pengangkutan dan Jasa Penunjang Perdagangan
6. Subsistem Pengadaan Prasarana (Pemerintah)
7. Subsistem Pengadaan Kebijakan Pemerintah (Simanjuntak, 2005).
5.3.7.1. Bantuan Input Produksi
Tabel. 5.34. Bantuan Input Produksi Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam
Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2
Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Jumlah Bantuan
Bantuan Input Input (Rp)
Jumlah Sampel Rata-Rata
(jiwa) (Rp)
Persentase
(%)
1
2
3
≤ 185.000 3.923.000
186.000-359.000 5.520.000
≥ 360.000 23.697.000
55 71.327,27
23 240.000
22 1.077.136
55
23
22
Total 33.140.000 100 1.388.463.27 100
Rata-Rata 331.400
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.34 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat diketahui bahwa kegiatan
penunjang agribisnis dalam bantuan input produksi pertanian terbesar pada
kisaran bantuan input ≥ Rp 360 000 yaitu berjumlah Rp 23.697.000, jumlah
sampel sebesar 22 sampel (22 %). Bantuan input produksi pertanian yang
terkecil pada kisaran bantuan input ≤ Rp 185.000 yaitu berjumlah Rp 3.923.000
jumlah sampel sebesar 55 sampel (55%). Dengan rata-rata bantuan input produksi
pertanian per petani adalah sebesar Rp 331.400.
Universitas Sumatera Utara
215
5.3.7.2. Penyaluran Kredit
Tabel. 5.35. Penyaluran Kredit Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam
Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2
Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Jumlah Penyaluran
Penyaluran Kredit (Rp)
Kredit (Rp)
Jumlah Sampel Rata-Rata
(jiwa) (Rp)
Persentase
(%)
1
2
3
≤ 299.000 806.000
300.000-990.000 10.099.100
≥ 1000.000 86.569.000
57 14.140,35
20 504.955
23 3.755.173,91
57
20
23
Total 97.474.100 100 4.274.235,26 100
Rata-Rata 974.741
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.35 (Lampiran II/lampiran 3) dapat diketahui bahwa
penyaluran kredit usahatani terbanyak pada kisaran penyaluran kredit ≥
Rp 1.000.000 yaitu berjumlah Rp 86.369.000 jumlah sampel sebesar 23 sampel
(23 %). Penyaluran kredit usahatani yang paling sedikit pada kisaran penyaluran
kredit ≤ Rp 299.00 yaitu berjumlah Rp. 806.000 jumlah sampel sebesar 57
sampel (57 %). Dengan rata-rata penyaluran kredit usahatani per petani adalah
sebesar Rp. 974.741.
5.3.7.3. Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk
Tabel. 5.36. Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk Kegiatan Penunjang
Agribisnis Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2
Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Jumlah Subsidi Subsidi Pupuk (Rp) Pupuk (Rp)
Jumlah Sampel Rata-Rata (jiwa) (Rp)
Persentase (%)
1
2
3
≤ 350.000 4.817.200
360.000 – 990.000 16.391.300
≥ 1000.000 43.976.500
52 114695,23
17 607085,18
31 1.418.596,77
52
17
31
Total 65.185.000 100 2.140.377,18 100
Rata-Rata 651.850
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.36 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat diketahui bahwa
kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk yang paling tinggi pada kisaran subsidi
Universitas Sumatera Utara
216
pupuk ≥ Rp 1 000.000 yaitu berjumlah Rp 43.976.500 jumlah sampel sebesar
31 sampel (31%). kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk paling sedikit
pada kisaran subsidi pupuk ≤ Rp 350.000 yaitu berjumlah Rp 4.817.200
jumlah sampel sebesar 52 sampel (52 %). Dengan rata-rata kebijakan pemerintah
dalam subsidi pupuk per petani adalah Rp 651.850.
5.3.8. Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Dalam Pengembangan Wilayah
Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat
digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat
diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat
terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan,
hewan, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan.
Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap
dibatasi dan dijaga.
5.3.8.1. Tinggi Volume Air Irigasi
Tabel 5.37. Tinggi Volume Air /ha (cm) Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan
Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah Rata- Rata Persentase
Volume Air (cm) Volume Air (cm) Sampel (jiwa) (cm) (%)
1
2
3
≤ 11,99 215 21 10,23 21
12 – 13 398 32 12,43 32
≥ 14 694 47 12,51 47
Total 1.307 100 41,27 100
Rata-Rata 13,07
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.37 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa kisaran
tinggi volume air paling tinggi, yaitu kisaran ≥ 14 cm jumlah tinggi volume air
694 cm jumlah sampel sebesar 47 sampel (47%) dan kisaran tinggi volume air
Universitas Sumatera Utara
217
paling rendah, yaitu kisaran ≤ 11,99 cm jumlah tinggi volume air 215 cm jumlah
sampel sebesar 21 sampel (21%). Dengan rata-rata tinggi volume air per petani,
yaitu sebesar 13,07 cm.
5.3.8.2. Luas Lahan Yang Beririgasi
Tabel 5.38. Luas Lahan yang Beririgasi Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan
Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Luas Jumlah
Lahan Sawah Lahan Sawah
Beririgasi (ha) Beririgasi (ha)
Jumlah Rata-
Sampel (jiwa) Rata (ha)
Persentase
(%)
1
2
3
≤ 0,49 9,31
0,5 – 1 32,09
≥ 1,2 68,78
27 0,34
39 0,82
34 2,02
27
39
34
Total 110,18 100 3,18 100
Rata-Rata 1,1018
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.38 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa luas
lahan ≥ 1,2 Ha adalah yang paling banyak jumlah lahan irigasinya, yaitu sebesar
68,78 Ha jumlah sampel sebesar 34 sampel (34 %) dan luas lahan irigasi yang
paling sedikit yaitu ≤ 0.49 Ha, sebesar 9.31 Ha jumlah sampel sebesar 27 sampel
(27 %). Dengan rata-rata luas lahan beririgasi per petani, yaitu sebesar 1,1018 Ha.
5.3.8.3. Panjang Jalan Usahatani
Tabel 5.39. Panjang Jalan Usahatani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas
Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran Jumlah Panjang
Panjang Jalan Jalan Usahatani
Usahatani (m) (m)
Jumlah Rata-
Sampel Rata
(jiwa) (m)
Persentase
(%)
1
2
3
≤ 0,49 1,950
0,5 – 1 34,075
≥ 1,2 81,500
38 0,05
41 0,83
21 3,88
38
41
21
Total 117, 525 100 4,76 100
Rata-Rata 1,17525
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.39 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa kisaran
panjang jalan usahatani yang paling panjang ≥ 1,2 m, yaitu sepanjang 81,500 m
Universitas Sumatera Utara
218
jumlah sampel sebesar 21 sampel (21 %) dan kisaran panjang jalan ≤ 0.49 m,
memiliki jumlah panjang jalan yang paling sedikit yaitu sepanjang 1,950 m
jumlah sampel sebesar 38 sampel (38% ). Dengan rata-rata panjang jalan
usahatani per petani, yaitu sebesar 1,17525 m.
5.3.9. Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam Pengembangan
Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
Sumber daya manusia adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia
untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transfor-
matif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang
terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan. Pemberdayaan petani
dapat ditumbuhkan diantaranya melalui kegiatan pembelajaran untuk meningkat-
kan kemampuan petani agar dapat memberikan keputusan dan memberikan respon
yang tepat khususnya dalam menerapkan teknologi. Pemberdayaan petani sangat
penting, karena petani merupakan pelaku utama dalam pembangunan pertanian.
5.3.9.1. Curahan Tenaga Kerja
Tabel 5.40. Total Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan
Jenis Pekerjaan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Jenis Pekerjaan Curahan Tenaga Kerja (HKP)
Dalam Rata- Luar Rata- Total
Keluarga Rata Keluarga Rata
1
2
3
4
5
6
7
8
Persemaian
Pengolahan Tanah
Penanaman
Pemupukan
Penyiangan
Pengendalian
Hama Penyakit
Panen
Pasca Panen
100,925 1,00925 105,25 1,0525 206,175
780,37 7,8037 2895,145 28,95145 3675,515
86,4 0,8640 759,17 7,5917 845,57
105,025 1,05025 83,55 0,8355 188,575
233,5 2,335 17,5 0,175 251
90,1 0,901 89 0,89 179,1
223,4 2,234 1209,88 12,0988 1433,28
37,62 0,3762 37,62
Total 1.255,41 16,1972 5.207,115 22598,4735 6462,525
Rata-Rata 12,5541 52,07115 64,62525 Sumber: Data Primer.
Universitas Sumatera Utara
219
Dari Tabel 5.40 (Lampiran II/Lampiran 11a dan 11b) dapat dilihat bahwa
curahan tenaga kerja terbesar adalah pada kegiatan pengolahan tanah, dimana
curahan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 780,37 HKP curahan tenaga kerja
luar keluarga sebesar 2895,145 HKP, jadi total curahan tenaga kerja yaitu sebesar
6462,525 HKP sedangkan jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga terkecil
adalah pada kegiatan penanaman, dimana curahan tenaga kerja dalam keluarga
sebesar 86,4 HKP dan curahan tenaga kerja luar keluarga terkecil pada kegiatan
penyiangan sebesar 17,5 HKP. Total curahan tenaga kerja yang dibutuhkan adalah
sebesar 6462,525. Dengan rata-rata total curahan tenaga kerja yaitu sebesar
64,62525 HKP per petani.
Tabel 5.41. Total Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan
Kisaran Curahan Tenaga Kerja Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun
2012.
No Kisaran Jumlah
Curahan Curahan Tenaga
Tenaga Kerja (hkp)
Kerja (hkp)
Jumlah Sampel Rata- Rata
(jiwa) (hkp)
Persentase
(%)
1
2
3
≤ 49 1330,750
50-70 2062,470
≥ 70 3069,345
33 40,32
35 58,92
32 95,91
33
35
32
Total 6 462,565 100 195,15 100
Rata-Rata 64,62565
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.41 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa kisaran
curahan tenaga kerja yang paling besar ≥ 70 HKP yaitu 3069,345 HKP jumlah
sampel sebesar 32 sampel (32 %) dan yang paling kecil ≤ 4,9 HKP yaitu sebesar
1330,750 HKP jumlah sampel sebesar 33 sampel (33 %). Dengan rata-rata
curahan tenaga kerja per petani, adalah sebesar 64,62565 HKP.
Universitas Sumatera Utara
220
5.3.9.2. Penyuluhan/Pelatihan
Tabel 5.42. Penyuluhan/Pelatihan Pertanian Pada Usahatani Padi Sawah
Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun
2012.
No Kisaran Jumlah
Frekuensi Frekuensi
Penyuluhan Penyuluhan
Jumlah Sampel Rata-rata
(jiwa) (kali)
Persentase
(%)
1
2
3
≤ 5 59
6-12 260
≥ 13 783
43 1,37
26 10
35 22,37
43
26
35
Total 1102 100 33,74 100
Rata-Rata 11,02
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.42 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa
berdasarkan kisaran frekuensi penyuluhan/pelatihan yang terbesar adalah dengan
frekuensi penyuluhan ≥ 13 kali yaitu sebesar 783 frekuensi dengan besar sampel
sebesar 35 sampel (35 %) sedangkan frekuensi penyuluhan/pelatihan yang terkecil
adalah dengan frekuensi penyuluhan/pelatihan ≤ 5 yaitu sebesar 59 frekuensi
dengan besar sampel sebesar 43 sampel (43 %). Dengan rata-rata frekuensi
penyuluhan/pelatihan per petani adalah sebesar 11,02 frekuensi.
5.3.9.3. Produktivitas Tenaga Kerja
Tabel 5.43. Produktivitas Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan
Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
No Kisaran
Produktivitas
(KW/HKP)
Jumlah Jumlah Rata-rata
Produktivitas Sampel (KW)
(KW/HKP) (Jiwa)
Persentase
(%)
1
2
3
≤ 0,99
1-1,99
≥ 2
20,3 29 0,7
55,65 39 1,42
90,4 32 2,82
29
39
32
Total 166,35 100 4,94 100
Rata-Rata 1,6635
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.43 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa
produktivitas tenaga kerja terbesar adalah pada kisaran produktivitas tenaga kerja
Universitas Sumatera Utara
221
≥ 2 Kw/HKP yaitu sebesar 90,4 Kw/HKP dengan besar sampel sebesar 32 sampel
(32 %). Sedangkan produktivitas tenaga kerja terkecil adalah pada kisaran
produktivitas tenaga kerja ≤ 0,99 Kw/HKP yaitu sebesar 20,3 Kw/HKP
dengan besar sampel sebesar 29 sampel (29 %). Dengan rata-rata produktivitas
curahan tenaga kerja per petani adalah sebesar 1,6635 Kw/HKP.
5.3.10. Pengaruh Teknologi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap
Pendapatan Petani Padi Sawah
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang
yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan
teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi
alat-alat sederhana. Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dan sekelilingnya
dalam banyak cara. Di banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu
memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini). Banyak proses
teknologi menghasilkan produk sampingan yang tidak dikehendaki, yang disebut
pencemar, dan menguras sumber daya alam, merugikan dan merusak bumi dan
lingkungannya. Berbagai macam penerapan teknologi telah mempengaruhi nilai
suatu masyarakat dan teknologi baru seringkali mencuatkan pertanyaan-
pertanyaan etika baru. Sebagai contoh, meluasnya gagasan tentang efisiensi dalam
konteks produktivitas manusia, suatu istilah yang pada awalnya hanya
menyangkut permesinan.
Kata "teknologi" juga digunakan untuk merujuk sekumpulan teknik-
teknik. Dalam konteks ini, ia adalah keadaan pengetahuan manusia saat ini
tentang bagaimana cara untuk memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan
produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan,
Universitas Sumatera Utara
222
atau memuaskan keinginan, ia meliputi metode teknis, keterampilan, proses,
teknik, perangkat, dan bahan mentah. Ketika dipadukan dengan istilah lain, seperti
"teknologi medis" atau "teknologi luar angkasa", ia merujuk pada keadaan
pengetahuan dan perangkat disiplin pengetahuan masing-masing. "Teknologi
state-of-the-art" (teknologi termutakhir, sekaligus tercanggih) merujuk pada
teknologi tinggi yang tersedia bagi kemanusiaan di ranah manapun.
Teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau
mengubah kebudayaan. Sebuah contoh modern adalah bangkitnya teknologi
komunikasi, yang memperkecil hambatan bagi interaksi sesama manusia, dan
sebagai hasilnya, telah membantu melahirkan sub-sub kebudayaan baru;
bangkitnya budaya dunia maya yang berbasis pada perkembangan Internet dan
komputer. Tidak semua teknologi memperbaiki budaya dalam cara yang kreatif;
teknologi dapat juga membantu mempermudah penindasan politik dan peperangan
melalui alat seperti pistol atau bedil.
5.3.10.1. Penerapan Komponen Teknologi Dasar
Tabel 5.44. Penerapan Komponen Teknologi Dasar Pada Usahatani Padi Sawah
Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun
2012.
No Penerapan Komponen
Teknologi Dasar
Pernyataan Dalam Skor Total
Selalu
Dilakukan
% Jarang
Dilakukan
(%) Tidak
Pernah
Dilakukan
(%) %
1 Varietas Unggul 279 93 14 7 - - 293 100
2 Bibit Bermutu dan Sehat 282 94 10 5 1 1 293 100
3 Pemupukan Spesifik
Lokasi
201 67 44 22 11 11 256 100
4 PHT sesuai OPT 252 84 28 14 2 2 282 100
Total 1.014 338 96 48 14 14 1.124 400
Rata-Rata 253,5 84,5 24 12 3,5 3,5 281 100
Sumber: Data Primer.
Universitas Sumatera Utara
223
Dari Tabel 5.44 (Lampiran II/Lampiran 5) dapat diketahui bahwa
penerapan komponen teknologi dasar pada bibit bermutu dan sehat berdasarkan
pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 282 (94
%), jarang dilakukan sebesar 10 (5%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 1 (1%).
Sedangkan penerapan komponen teknologi dasar pada pemupukan spesifik lokasi
berdasarkan pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah
sebesar 201 (67 %), jarang dilakukan sebesar 44 (22%), dan tidak pernah
dilakukan sebesar 11 (11%).
5.3.10.2. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan
Tabel 5.45. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Pada Usahatani Padi Sawah
Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun
2012.
No
Penerapan
Komponen
Teknologi Pilihan
Pernyataan Dalam Skor Total
% Selalu
Dilakukan (%) Jarang
Dilakukan (%) Tidak
Pernah
Dilakukan
(%)
1 Pengelolaan
Tanaman(populasi
& cara tanam)
261 87 18 9 4 4 283 100
2 Bibit Muda 255 85 24 12 3 3 282 100
3 Penggunaan Bahan
Organik
195 65 54 27 8 8 257 100
4 Irigasi Berselang 117 39 62 31 30 30 209 100
5 Pupuk Mikro 126 42 72 36 22 22 220 100
6 Penanganan Panen
dan Pasca Panen
225 75 22 11 14 14 261 100
7 Pengendalian
Gulma
282 94 4 2 4 4 290 100
8 Pengolahan Tanah 288 96 2 1 3 3 293 100
Total
Rata-Rata
1.749
218,6
583
72,9
258
32,3
129
16,1
88
11
88
11
2.096
262
800
100
Sumber: Data Primer.
Universitas Sumatera Utara
224
Dari Tabel 5.45 (Lampiran II/Lampiran 5) dapat diketahui penerapan
komponen teknologi pilihan pada pengolahan tanah berdasarkan pernyataan
dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 288 (96 %), jarang
dilakukan sebesar 2 (1%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 3 (3%). Sedangkan
penerapan komponen teknologi pilihan pada irigasi berselang berdasarkan
pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah sebesar 117 (39
%), jarang dilakukan sebesar 62 (31%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 30
(30%).
5.4. Analisis Statistik Regresi Linier Berganda
5.4.1. Hasil Uji Hipotesis 1. Terdapat Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial
Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan
Pendapatan Petani Padi Sawah
Dalam penelitian ini digunakan model estimasi regresi linier berganda :
Y= f (X 11, X 12, X 13, X 14, X 15, X 16) ..................................................................(1)
Persamaan tersebut dengan s pesifikasi model ekonometrika :
Y= 0+ 1X 11+ 2X 12+ 3X 13+ 4X 14+ 5X 15+ 6X 16+ 1.............................(2)
Dimana: Y = Pendapatan (rp)
X 11 = Umur (tahun)
X 12 = Pendidikan (tahun)
X 13 = Lamanya berusahatani (tahun)
X 14 = Lamanya berorganisasi P3A (tahun)
X 15 = Jumlah tanggungan keluarga (jiwa)
X 16 = Total luas lahan usahatani yang dimiliki (ha)
0 = Konstanta/koefisen intersep
1………... 5 = Koefisen regresi
1 = kesalahan pengganggu. Gujarati (2003).
Universitas Sumatera Utara
225
Kriteria uji hipotesis adalah : H0 terima apabila signifikan > 0,05
Ha terima apabila signifikan < 0,05
Persamaan regresi untuk pengaruh umur, pendidikan, lamanya
berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah tanggungan keluarga, dan total
luas lahan yang dimiliki terhadap pendapatan petani padi sawah (Y) maka
hasilnya adalah sebagai berikut :
Y = 1,009E7+145129,985X11+ 368270,203X12+43169,793X13+
202069,906X14+162118,727 X 15+ 1.186E7 X 16+ 1..
Std Error = 268076,418 598614,323 231355,131
187443,301 1.040E6 1.592E6
t hitung = 0,541 0,615 0,187
1,078 0,156 7,449
tsig = 0,590 0,540 0,852
0,284 0,876 0,000
Fhitung = 10,925
FSig = 0,000
R2 = 0,413
Nyata pada α 0,05.
5.4.1.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)
5.4.1.1.1 Koefisien Determinasi (R2)
Dari hasil estimasi dapat diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,413 yang berarti bahwa variasi yang terjadi pada umur (X11), pendidikan (X12),
lama berusahatani (X13), lama berorganisasi (X14), jumlah tanggungan (X15), dan
total luas lahan (X16), dapat menjelaskan pendapatan (Y) sebesar 41,3%.
Universitas Sumatera Utara
226
5.4.1.1.2. Uji Secara Serempak (Uji F- Statistik)
Dari keseluruhan variabel bebas yaitu umur (X11), pendidikan (X12), lama
berusahatani (X13), lama berorganisasi (X14), jumlah tanggungan (X15), dan total
luas lahan (X16), secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan
Fhitung sebesar 10,925 > nilai FSig sebesar 0,000. Hal ini menyatakan bahwa secara
serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap pendapatan.
5.4.1.1.3. Uji Secara Parsial (Uji t)
Dengan melakukan pengujian secara parsial, maka pengaruh masing-
masing variabel bebas yakni umur (X1.1), pendidikan (X1.2), lama berusahatani
(X1.3), lama berorganisasi (X1.4), jumlah tanggungan (X1.5), dan total luas lahan
(X1.6), terhadap variabel pendapatan (Y) dapat dilihat sebagai berikut.
Variabel umur (X1.1) tanda positif dari koefisien regresi bernilai
145129,985. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara umur
(X1.1), dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,590 adalah
lebih besar dari nilai α 0,05 Artinya tidak signifikan dengan kata lain umur (X1.1),
yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap pendapatan (Y).
Sedangkan tingkat elastisitas umur (X1.1) terhadap pendapatan (Y) lebih
besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis umur (X1.1)
meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y)
sebesar Rp 145.129,985 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara umur (X1.1), dengan
pendapatan (Y).
Variabel pendidikan (X1.2) tanda positif dari koefisien regresi bernilai
368270,203. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara
Universitas Sumatera Utara
227
pendidikan (X1.2) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar
0,540 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata
lain pendidikan (X1.2) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata
terhadap pendapatan (Y).
Sedangkan tingkat elastisitas pendidikan (X1.2) terhadap pendapatan (Y),
lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis
pendidikan (X1.2) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya
pendapatan (Y) sebesar Rp 368.270,203 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan
hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara
pendidikan (X1.2) dengan pendapatan (Y).
Variabel lamanya berusahatani (X1.3) tanda positif dari koefisien regresi
bernilai 43169,793. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara
lamanya berusahatani (X1.3) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi
tsig sebesar 0,852 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan
dengan kata lain lamanya berusahatani (X1.3) yang dimiliki tidak mempunyai
pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y).
Sedangkan tingkat elastisitas lamanya berusahatani (X1.3) terhadap
pendapatan (Y) lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat
elastis lamanya berusahatani (X1.3) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi
dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 43 169,793 ceteris paribus. Berarti
sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif
antara lamanya berusahatani (X1.3) dengan pendapatan (Y).
Variabel lamanya berorganisasi (X1.4) tanda positif dari koefisien regresi
bernilai 202069,906. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara
Universitas Sumatera Utara
228
lamanya berorganisasi (X1.4) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi
tsig sebesar 0,284 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan
dengan kata lain lamanya berorganisasi (X1.4) yang dimiliki tidak mempunyai
pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y).
Sedangkan tingkat elastisitas lamanya berorganisasi (X1.4) terhadap
pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat
elastis lamanya berorganisasi (X1.4) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi
dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 202 069,906 ceteris paribus. Berarti
sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif
antara lamanya berorganisasi (X1.4) dengan pendapatan (Y).
Variabel jumlah tanggungan (X1.5) tanda positif dari koefisien regresi
bernilai 162118,727. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara
jumlah tanggungan (X1.5) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig
sebesar 0,876 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan
dengan kata lain jumlah tanggungan (X1.5) yang dimiliki tidak mempunyai
pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y).
Sedangkan tingkat elastisitas jumlah tanggungan (X1.5) terhadap
pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat
elastis jumlah tanggungan (X1.5) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi
dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 162.118,727, ceteris paribus. Berarti
sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif
antara jumlah tanggungan (X1.5) dengan pendapatan (Y).
Variabel total luas lahan (X1.6) tanda positif dari koefisien regresi bernilai
1.186E7. Hal ini menunjukkan ada pengaruh nyata antara total luas lahan (X1.6)
Universitas Sumatera Utara
229
dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,000 adalah lebih
kecil dari nilai α 0,05. Artinya ada signifikan dengan kata lain total luas lahan
(X1.6) yang dimiliki mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap pendapatan (Y).
Sedangkan tingkat elastisitas total luas lahan (X1.6) terhadap pendapatan
(Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis total
luas lahan (X1.6) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya
pendapatan (Y) sebesar Rp 1.186E7 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan
hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara total luas
lahan (X1.6) dengan pendapatan (Y). Hal ini ada pengaruh nyata dimana semakin
luas lahan yang dimiliki, dikelola akan semakin besar pendapatan yang diterima.
5.4.1.2. Uji Asumsi Klasik
Pendugaan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square)
memiliki beberapa persyaratan untuk memperoleh the Best Linear Unbiased
estimated (BLUE) yaitu terpenuhi beberapa uji asumsi klasik. Dalam penelitian
ini asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut :
5.4.1.2.1. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati
distribusi normal, dilakukan uji normalitas. Pada penelitian ini normalitas dilaku-
kan dengan pendekatan grafik. Dilihat pada Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 berikut.
Universitas Sumatera Utara
230
Gambar 5.4. Grafik Histogram Uji Normalitas
Gambar 5.5. Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual
Universitas Sumatera Utara
231
Berdasarkan tampilan Gambar 5.3. Histogram Uji Normalitas dapat
dilihat bahwa distribusi data berbentuk lonceng (bell shaped), sehingga data
tersebut dikatakan berdistribusi normal. Kemudian tampilan pada Gambar 5.4.
Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual. Terlihat bahwa titik-titik
menyebar di sekitar dan mengikuti garis diagonal. Dengan demikian data tersebut
dikatakan berdistribusi normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi.
5.4.1.2.2. Uji Multikolinieritas
Untuk uji multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat
nilai VIF pada tiap independent variable yang dapat dilihat pada Tabel 5.54.
Tabel 5.46. Hasil Uji Multikolinearitas.
Independent Variable Collinierity Statistics
Tollerance VIF
Umur 0,329 3,038
Pendidikan 0,757 1,321
Lama Berusaha Tani 0,347 2,884
Lama Berorganisasi 0,849 1,178
Jumlah Tanggungan 0,988 1,012
Total Luas Lahan 0,937 1,067
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.46 dapat dilihat bahwa nilai VIF masing-masing
variabel berada dibawah 10 dan tolerance semua variabel di atas 0,1. Hal ini
menunjukkan bahwa model tidak mengandung multikolinearitas.
Universitas Sumatera Utara
232
5.4.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati
scatterplot. dapat dilihat pada Gambar 5.5 berikut.
Gambar 5.6. Scatterplot Uji Heteroskedastitas
Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati
scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya
masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan
scatterplot jika menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadinya
masalah heteroskedastisitas.
Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan melihat Gambar 5.5.
Scatterplot Uji Heteroskedastitas menunjukkan bahwa scatterplot menyebar
secara acak dan titik-titik data menyebar di bawah dan di atas angka 0. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
233
5.5. Hasil Uji Hipotesis 2. Terdapat Komparasi Rata-Rata Pendapatan
Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal
Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Pada Pengembangan Wilayah
Untuk mengetahui pengaruh penerapan kearifan lokal dalam bentuk doa
turun tanam terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah di daerah
penelitian, digunakan Uji beda rata-rata. Karena berasal dari dua sampel yang
sama, maka uji beda rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Dependent sample T-test (Paired sampel T-test.).
Tabel 5.47 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Sebelum Dan Setelah
Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam.
Ritual Doa Turun Tanam Jumlah
Sampel
Mean Pendapatan Petani Padi Sawah
(Rp)
Sebelum Menerapkan 100 1.496.537.300
Setelah Menerapkan 100 2.095.387.900
t-hitung : 6.903
t-tabel : 1,645
Sig : 0,000
(2 tailed)
Sumber : Analisis Data Primer
Dari Tabel 5.47 dapat dilihat bahwa pengaruh penerapan kearifan lokal
dalam bentuk doa turun tanam terhadap pendapatan petani padi sawah terdapat
perbedaan yaitu sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun
tanam adalah Rp 1.496.537.300 sedangkan pendapatan petani setelah menerapkan
kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah Rp 2.095.387.900. Dalam
hal ini dapat dilihat bahwa pendapatan petani mengalami kenaikan sebesar Rp
598.850.600 dengan persentase sebesar 40,02%. Hasil pengujian hipotesis yaitu
pada α = 0,05, diperoleh t-hitung = lebih besar dari pada nilai t-tabel yaitu maka
Ho ditolak dan H1 diterima, dengan signifikan 0,000. Karena tingkat signifikansi
0,000 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan petani
Universitas Sumatera Utara
234
sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dengan rata-
rata pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun
tanam berbeda (tidak sama). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa setelah
penerapan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam berpengaruh terhadap
pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian, dengan kata lain lebih besar
pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun
tanam dibanding dengan sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa
turun tanam.
5.6. Analisis Struktural Equation Model
5.6.1. Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
Model pengukuran untuk analisis SEM meliputi setelah menerapkan
kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, kegiatan utama agribisnis dalam
usahatani, kegiatan penunjang agribisnis, sumber daya alam, sumber daya
manusia, teknologi dan pendapatan petani padi sawah adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
235
Gambar 5.7 Analisis Structural Equation Models
Universitas Sumatera Utara
236
Spesifikasi model pengukuran meliputi aktivitas mendefinisikan variabel
latent, variabel teramati dan hubungan antara variabel latent dengan variabel
teramati. Pada penelitian ini, Setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa
turun tanam (X3) digunakan sebagai variabel yang dapat mempengaruhi
meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y) secara langsung dan melalui
kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah (X4).
Selanjutnya adalah kegiatan utama agribisnis (X4) digunakan sebagai variabel
yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y)
secara langsung.
Selanjutnya kegiatan penunjang agribisnis (X5) digunakan sebagai
variabel yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah
(Y) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada
pengembangan wilayah (X4). Sumber daya alam (X6) digunakan sebagai variabel
yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y)
secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada
pengembangan wilayah (X4). Sumber daya manusia (X7) digunakan sebagai
variabel yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah
(Y) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada
pengembangan wilayah (X4). Teknologi (X8) digunakan sebagai variabel yang
dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y) secara
langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada
pengembangan wilayah (X4). Spesifikasi model pengukuran untuk masing-
masing variabel adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
237
5.6.1.1. Persamaan Ukur Variabel Eksogen (Bebas),
1. Setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam
(X3) terdiri dari biaya iuran air irigasi (X31), biaya pupuk (X32),
dan biaya pestisida (X33) dalam persamaan sebagai berikut
X31 = λ1.1ζ 1 +δ1
X32 = λ2.1ζ 1+δ2
X33 = λ3.1ζ 1+δ3
2. Kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4), terdiri dari biaya
produksi (X41), luas panen, (X42) dan harga gabah (X43).
X41= λ4.2ζ 2 +δ4
X42= λ5.2ζ 2+δ5
X43=λ6.2ζ 2+δ6
3. Kegiatan penunjang agribisnis (X5), terdiri dari bantuan input
pertanian (X51), penyaluran kredit, (X52) dan kebijakan
pemerintah dalam subsidi pupuk (X53).
X51 = λ7.3ζ 3+δ7
X52 = λ8.3ζ 3+δ8
X53 = λ9.3ζ 3+δ9
4. Sumber daya alam (X6), terdiri dari tinggi volume air (X61), luas
lahan beririgasi (X62) dan panjang jalan usahatani (X63)
X61 = λ10.4ζ 4+δ10
X62 = λ11.4ζ 4+δ11
X63 = λ12.4ζ 4+δ12
Universitas Sumatera Utara
238
5. Sumber daya manusia (X7) terdiri dari curahan tenaga kerja (X71)
penyuluhan/pelatihan (X72), dan produktivitas tenaga kerja (X73)
X71 = λ13.5ζ 5+δ13
X72 = λ14.5ζ 5+δ14
X73 = λ15.5ζ 5+δ15
6. Teknologi (X8) terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar
(X81) dan penerapan komponen teknologi pilihan (X82)
X81 = λ16.6ζ 6+δ16
X82 = λ17.6ζ 6+δ17
5.6.1.2. Persamaan Ukur Variabel Endogen ( Terikat )
1. Kegiatan utama agribisnis usahatani (X4) terdiri dari biaya
produksi (X41), luas panen (X42) dan harga gabah (X43) .
X41= λ1.1 ή1 + ε1
X42= λ2.1 ή1 + ε2
X43= λ3.1 ή1 + ε3
2. Pendapatan petani padi sawah (Y) terdiri dari produksi (Y1) dan
produktivitas lahan (Y2)
y1= λ4.2 ή2 + ε4
y2= λ5.2 ή2 + ε5
Model analisis jalur tersebut dapat ditulis dalam persamaan matematis/
struktural sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
239
Keterangan
λ = Standart loading = koefisien yang memperlihatkan pengaruh
δ = Measurement error variabel eksogen (variabel bebas )
ε = Measurement error variabel endogen ( variabel terikat )
dapat dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikut :
ή1 :γ1.1 ζ1 + γ1.2 ζ2+ γ1.3 ζ3+ γ1.5 ζ5+ ς1 ............................................ (2.1)
ή1 :0,767+ 0,213+-0,025+0,002 +0,000 +ς1 ............................................ (2.1)
ή2 :γ2.1 ζ1 + γ2.2 ζ2+ γ3.3 ζ3+ γ4.5 ζ5+ β2.1ή1+ ς2 .............................. (2.2)
ή2 :0,280+ 0,686+ -0,274+ 0,023+ 0,103 +- 0,146 + ς2 .......................... (2.2)
Keterangan :
X31-- X33 = Variabel setelah menerapkan ritual doa turun tanam
X41-- X43 = Variabel kegiatan utama agribisnis
X51 – X53 = Variabel kegiatan penunjang agribisnis
X61-- X63 = Variabel sumber daya alam
X71 – X73 = Variabel sumber daya manusia
X81 – X83 = Variabel teknologi
Y1 – Y2 = Variabel pendapatan petani padi sawah
λ (lambda) = Besarnya pengaruh variabel eksogen terhadap variabel
endogen
ζ (Zeta) = Nilai residual regresion
ς (sigma) = Besarnya vektor kekeliruan (error) dalam hubungan
struktural antara variabel.
Universitas Sumatera Utara
240
5.7. Uji Validitas
Dalam Analisis faktor konfimatori persentase rata–rata nilai variance
Extraced (AVE) antar item atau indikator suatu set konstruk laten merupakan
ringkasan convergen indikator. Berikut adalah nilai akar kuadrat dari konstruk
laten. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh variabale laten berada AVE >50
dan dinyatakan valid
5.8. Uji Reliabilitas
Reliabilitas juga merupakan salah satu indikator validitas convergent .
Banyak juga yang menggunakan cronbach alpha sebagai ukuran reliabilitas.
Namun kenyataannya cronbach alpha memberikan reliabilitas yang lebih rendah
(under estimate) dibandingkan dengan construct reliability.
Jika Construct Reliability berada pada nilai 0,70 atau lebih menunjukkan
reliabilitas yang baik. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya seluruh (CR) variabel
laten berada pada nilai 0,60–0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas
indikator dalam model baik sehingga seluruh variabel dapat dikatakan reliabel .
5.9. Spesifikasi Model Pengukuran Untuk Masing-Masing Konstruk/
Varibel Laten
Analisis faktor konfirmatory untuk model pengukuran akan dihasilkan
koefisien yang disebut standar loading atau lambda value (𝜆). Nilai lambda
tersebut digunakan untuk menilai kecocokan, kesesuaian, atau unidimensionalitas
dari instrumen-instrumen dalam membentuk sebuah faktor.
Hasil Regression Weight
Tampilan output Regression Weight pada bagian Estimate, menunjukkan
kovarians antara variabel laten dengan indikatornya. Jika nilai probability (P)<0,1
maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari Tabel 5.77, pada kolom P, terlihat nilai P
Universitas Sumatera Utara
241
adalah ***. Hal ini menunjukkan angka P adalah jauh dibawah 0,1. karena itu H1
diterima dan H0 ditolak. Faktor loading (kolom estimate) menunjukkan angka
diatas 0,5. Hal ini berarti semua indikator dapat menjelaskan konstruk yang ada.
Dari Tabel 5.77, dapat diketahui bahwa ritual setelah doa turun tanam
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kegiatan utama agribisnis dalam
usahatani, ini ditunjukkan dengan nilai estimate 3,374. Kegiatan penunjang
agribisnis memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kegiatan utama
agribsinis dalam usahatani, ini ditunjukkan dengan nilai estimate 0,186. Sumber
daya alam berpengaruh postif terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani,
ini ditunjukkan dengan nilai estimate 0,242. Sumber daya manusia berpengaruh
negatif terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani, ini ditunjukkan
dengan nilai estimate -0,360. Teknologi berpengaruh postif terhadap kegiatan
utama agribisnis dalam usahatani, ini ditunjukkan dengan nilai estimate 0,539.
Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5
dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan
bahwa masing-masing indikator yaitu X31 sampai dengan X33, berpengaruh positif
dan signifikan terhadap menerapkan ritual setelah doa turun tanam.
Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5
dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan
bahwa masing-masing indikator yaitu X41 sampai dengan X43, berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani.
Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5
dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
242
bahwa masing-masing indikator yaitu X51 sampai dengan X53, berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kegiataan penunjang agribisnis.
Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5
dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan
bahwa masing-masing indikator yaitu X61 sampai dengan X63, berpengaruh positif
dan signifikan terhadap sumber daya alam.
Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5
dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan
bahwa masing-masing indikator yaitu X71 sampai dengan X73, berpengaruh positif
dan signifikan terhadap sumber daya manusia.
Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5
dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan
bahwa masing-masing indikator yaitu X81 sampai dengan X82, berpengaruh positif
dan signifikan terhadap teknologi.
Pengaruh menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam (X3)
adalah berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan melalui kegiatan
utama agribisnis dalam usahatani dengan indikator X31 sampai dengan X33 adalah
positif signifikan. Begitu juga dengan kegiatan penunjang agribisnis usahatani
(X5) berpengaruh positif signifikan terhadap meningkatkan pendapatan melalui
kegiatan utama agribisnis dalam usahatani dengan nilai estimate 1,000 dengan
indikator adalah X51 sampai dengan X53 positif tidak signifikan. Selanjutnya
sumber daya alam (X6) berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan
melalui kegiatan utama agribisnis dalam usaahatani memiliki nilai estimate adalah
0,313 dengan indikator X61 sampai dengan X63 berpengaruh positif tidak
Universitas Sumatera Utara
243
signifikan. selanjutnya sumber daya manusia (X7) berpengaruh positif signifikan
terhadap pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usaahatani dengan
nilai estimate adalah negatif tidak signifikan bernilai -0,276 dengan indikator X71
sampai dengan X73 berpengaruh positif dan tidak signifikan. Selanjutnya adalah
teknologi (X8) berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan melalui
kegiatan utama agribisnis dalam usaahatani dengan nilai estimate 1,618 dan
berpengaruh positif tidak signifikan dengan indikator yaitu X81 sampai dengan X82
dengan nilai estimate positif tidak signifikan.
5.10. Pengujian Evaluasi Asumsi Model Struktural
5.10.1. Hasil Evaluasi Normalitas Data
Ada dua bagian utama dari output diatas yang terkait dengan uji normalitas
data. Pertama melihat nilai c.r skewness dan kedua melihat nilai c.r kurtosis.
Distribusi dikatakan normal jika data tidak melenceng kekanan atau kekiri
(disebut simetris dengan nilai skewness adalah 0), serta mempunyai keruncingan
yang ideal (angka kurtosis adalah 0). Namun angka ideal tersebut sulit didapat
dalam praktek, maka sebuah data dikatakan normal jika angka c.r. skewness dan
angka c.r. kurtosis ada diantara -2,58 sampai +2,58. Jika dilihat pada Tabel diatas,
terlihat secara keseluruhan nilai c.r skewness dan c.r kurtosis dari X1 sampai X30
berada diantara -2,58 sampai +2,58. Angka multivariate juga berada diantara -2,58
sampai +2,58 yaitu rata rata bernilai 2,223. ini berarti data tersebut dikatakan
normal.
5.10.2. Hasil Evaluasi Outliers.
Angka-angka pada Tabel evaluasi outlier menunjukkan seberapa jauh
jarak sebuah data dari titik pusat tertentu. Sebuah data dikatakan memiliki outlier
Universitas Sumatera Utara
244
jika mempunyai angka p1 dan p2 yang kurang dari 0,1. Nilai mahalanobis
distance adalah (34,0.0001) = 66,25 Pada Tabel evaluasi outlier nilai p1 dan p2
berada diatas 0,1 hal ini berarti tidak terdapat outlier pada data.
5.10.3. Hasil Evaluasi Multikolinearitas
Multikolinieritas dapat dilihat melalui determinan matrixs kovarians. Nilai
determinan yang sangat menunjukan indikasi terdapatnya masalah
multikolinieritas atau singularitas, sehingga data tersebut tidak dapat digunakan
untuk penelitian. Hasil output AMOS memberikan nilai determinant of sample
covariance matrix= 171,685 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
masalah multikolinieritas dan singularitas pada data yang dianalisis
5.10.4. Hasil Evaluasi Nilai Residual
Pengujian terhadap nilai residual mengindikasikan bahwa secara signifikan
model tersebut dapat diterima dan nilai residual yang ditetapkan adalah -2,58
sampai +2,58. Adapun standard residual yang diolah dengan menggunakan
program AMOS dapat dilihat dalam lampiran, jadi kesimpulannya bahwa data
yang digunakan dalam penelitian ini dapat diterima secara signifikan karena nilai
residualnya -2,58 sampai +2,58 (Terlampir pada lampiran 3.9).
Hasil output AMOS menunjukan bahwasanya output nilai unstandarized
dan standarized residual. Namun demikian fitted residual tergantung dari unit
pengukuran. Nilai standarized residual adalah nilai fitted residual dibagi dengan
standart error. Dengan demikian analog dengan nilai Z Score >2,58. Dari hasil
nilai standartized error dapat dikatakan bahwa nilai (dalam lampiran) residual
berada dalam nilai yang baik yaitu >2,58.
Universitas Sumatera Utara
245
5.11. Hasil Uji Kesesuaian Dan Uji Statistik Model
Tabel 5.48. Hasil Uji Goodnest of fit
Goodness of
Fit Index
Cut off Value Hasil Analisis Evaluasi model
X2-Chi
Square
Diharapkan Kecil 323,701 Baik
Significance
Probability
≥ 0,05 0,000 Baik
RMSEA ≤ 0,08 0,0137 Baik
GFI ≥ 0,90 0,000 Baik
AGFI ≥ 0,90 0,000 Baik
CMIN/DF ≤ 5,00 2,829 Baik
TLI ≥ 0,95 0,717 Kurang baik
CFI ≥ 0,90 0,813 Kurang Baik
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.48 bahwasanya hasil uji kecocokan mutlak
diperoleh rasio atau nilai X2-Chi square = 323,701 maka dikatakan bahwasanya
model tersebut baik, dengan nilai significance = 0,000 sehingga model tersebut
baik, nilai RMSEA = 0,0137, ini berarti model tersebut adalah baik, nilai GFI =
0,000 yang menunjukan bahwa model tersebut baik, nilai AGFI = 0,000 maka
dikatakan bahwasanya model tersebut baik, nilai CMIN/DF = 2,829 maka
dikatakan model tersebut baik, nilai TLI = 0,717, ini berarti model adalah
Marginal fit, nilai CFI = 0,813, ini berarti model adalah Marginal fit. HOELTER
memiliki nilai 43, kurang dari 200, ini menunjukkan model fit dengan data yang
ada.
Universitas Sumatera Utara
246
5.12. Hasil Pengujian Hipotesis Dan Hubungan Kausal
5.12.1. Hasil Uji Hipotesis 3. Menganalisis Pengaruh Setelah Menerapkan
Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung
Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah
Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Tabel 5.49. Hipotesis 3
Pengaruh /hubungan Nilai Positif Signifikan
Pengaruh setelah menerapkan
kearifan lokal dalam bentuk doa
turun tanam secara langsung
terhadap meningkatkan
pendapatan
4,781 Positif ***
Pengaruh setelah menerapkan
kearifan lokal dalam bentuk doa
turun tanam melalui kegiatan
utama agribisnis dalam usahatani
terhadap meningkatkan
pendapatan
4,781+1,214
= 5,995
Positif ***
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.49 bahwasanya pengaruh setelah
menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam yang terdiri dari iuran
irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida secara langsung pada pengembangan
wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif
siginifikan sebesar 4,781 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan
sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah
sebesar Rp 4 781,- dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada
pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah
bernilai positif signifikan sebesar 5,995 dengan asumsi jika dapat meningkatkan
pendapatan sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi
sawah sebesar Rp 5.995,-
Universitas Sumatera Utara
247
5.12. 2. Hasil Uji Hipotesis 4. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Utama
Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap
Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Tabel 5.50. Hipotesis 4
Pengaruh /hubungan Nilai Positif Signifikan
Pengaruh kegiatan Utama
Agribisnis dalam usahatani
terhadap meningkatkan pendapatan
1,214 Positif ***
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.50 bahwasanya pengaruh kegiatan utama
agribisnis dalam usahatani yang terdiri dari biaya produksi, luas panen dan harga
gabah pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani
padi sawah bernilai positif signifikan sebesar 1,214. dengan asumsi jika dapat
meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan
meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 1.214,
5.12.3. Hasil Uji Hipotesis 5. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Penunjang
Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis
Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan
Pendapatan Petani Padi Sawah
Tabel 5.51. Hipotesis 5
Pengaruh /hubungan Nilai Positif Signifikan
Pengaruh kegiatan penunjang
agribisnis secara langsung
terhadap meningkatkan
pendapatan
0,480 Positif Tidak
Pengaruh kegiatan penunjng
melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah ter-
hadap meningkatkan pendapatan
0,480+1,214
=1, 694
Positif ***
Universitas Sumatera Utara
248
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.51 bahwasanya pengaruh kegiatan penun-
jang agribisnis secara langsung yang terdiri dari bantuan input pertanian,
penyaluran kredit, kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk pada pengem-
bangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai
positif tidak signifikan sebesar 0,480. dengan asumsi jika dapat meningkatkan
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 480,- dan melalui kegiatan utama
agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1, 694, dengan
asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10 000
maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 1 694,-
5.12.4. Hasil Uji Hipotesis 6. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Alam
(SDA) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis
Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan
Pendapatan Petani Padi Sawah
Tabel 5.52. Hipotesis 6
Pengaruh /hubungan Nilai Positif Signifikan
Pengaruh sumber daya alam secara
langsung terhadap meningkatkan
pendapatan
0,330 Positif Tidak
Pengaruh sumber daya alam
melalui kegiatan utama agribisnis
dalam pengembangan wilayah
terhadap meningkatkan pendapatan
0,330 + 1,214
= 1,544
Positif ***
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.52 bahwasanya pengaruh sumber daya alam
secara langsung yang terdiri dari tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi,
panjang jalan usahatani pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
249
pendapatan petani padi sawah bernilai positif tidak signifikan sebesar 0,330
dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar
Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar
Rp 330,- dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada
pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah
bernillai positif signifikan sebesar 1,544. dengan asumsi jika dapat meningkatkan
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 1.544,-
5.12.5. Hasil Uji Hipotesis 7. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Manusia
(SDM) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis
Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan
Pendapatan Petani Padi Sawah
Tabel 5.53. Hipotesis 7
Pengaruh /hubungan Nilai Positif Signifikan
Pengaruh sumber daya Manusia
secara langsung terhadap
meningkatkan pendapatan
-0,194 Negatif Tidak
Pengaruh sumber daya manusia
melalui kegiatan utama agribisnis
dalam pengembangan wilayah
terhadap meningkatkan pendapatan
-0,194+
1,214
= 1,020.
Positif ***
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.53 bahwasanya pengaruh sumber daya
manusia secara langsung yang terdiri dari curahan tenaga kerja, penyuluhan /
pelatihan, produktivitas tenaga kerja pada pengembangan wilayah terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai negatif tidak signifikan
sebesar -0,194, dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi
sawah sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah
Universitas Sumatera Utara
250
sebesar Rp 194,- dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada
pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah
bernillai positif signifikan sebesar 1,020, dengan asumsi jika dapat meningkatkan
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan
pendapatan petani padi sawah pada sebesar Rp 1.020,-
5.12.6. Hasil Uji Hipotesis 8. Menganalisis Pengaruh Teknologi Secara
Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam
Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani
Padi Sawah
Tabel 5.54. Hipotesis 8
Pengaruh /hubungan Nilai Positif Signifikan
Pengaruh Teknologi secara
langsung terhadap
meningkatkan pendapatan
3,753 Positif ***
Pengaruh teknologi melalui
kegiatan utama agribisnis
dalam pengembangan wilayah
terhadap meningkatkan
pendapatan
3,753+ 1,214 =
4,967
Positif ***
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.54 bahwasanya pengaruh teknologi secara
langsung yang terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan
komponen teknologi pilihan dalam pengembangan wilayah terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif signifikan sebesar
3,753 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah
sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah
sebesar Rp, 3.753 - dan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah
bernillai positif signifikan sebesar 4,967. dengan asumsi jika dapat meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
251
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 4.967.,-
5.13. Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis ketiga yaitu setelah menerapkan ritual doa turun tanam (X3)
terhadap meningkatkan pendapatan (Y) secara langsung berpengaruh positif
dengan nilai 4,781, dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4)
adalah berpengaruh positif signifikan dengan nilai 5,995 dan hasil variances
setelah menerapkan ritual doa turun tanam memiliki nilai diatas 0,5 maka dengan
ini hipotesis ketiga diterima yaitu setelah menerapkan ritual doa turun tanam
berpengaruh positif signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi
sawah melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4).
Hipotesis keempat yaitu kegiatan utama agribisnis usahatani (X4)
berpengaruh terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y) adalah
berpengaruh positif signifikan dengan nilai 1,214 dengan nilai hasil variances
diatas 0,5 maka dengan ini hipotesis keempat diterima yaitu kegiatan utama
agribisnis dalam usahatani berpengaruh positif signifikan terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah (Y).
Hipotesis kelima yaitu kegiatan penunjang agribisnis (X5) memiliki
pengaruh yang positif tidak signifikan terhadap meningkatkan pendapatan (Y)
secara langsung dengan nilai 0,480 dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam
usahatani memiliki pengaruh positif signifikan (X4) dengan nilai 1,694 dan hasil
variances harga memiliki nilai diatas 0,5 maka dengan ini hipotesis kelima
diterima yaitu kegiatan penunjang agribisnis berpengaruh positif signifikan
Universitas Sumatera Utara
252
terhadap meningkatkan pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam
usahatani (X4).
Hipotesis keenam yaitu sumber daya alam (X6) memiliki pengaruh positif
tidak signifikan terhadap meningkatkan pendapatan (Y) secara langsung dengan
nilai 0,330 melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4) berpengaruh
positif signifikan dengan nilai 1,544 dan hasil variance di atas 0,5. Selanjutnya
adalah sumber daya alam (X6) maka dengan ini hipotesis keenam diterima yaitu
sumber daya alam berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan melalui
kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4).
Hipotesis ketujuh yaitu sumber daya manusia (X7) memiliki pengaruh
negatif tidak signifikan terhadap meningkatkan pendapatan (Y) secara langsung
dengan nilai -0,194 melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani
berpengaruh positif signifikan (X4) dengan nilai 1,020 dan hasil variance di atas
0,5 Selanjutnya adalah sumber daya manusia (X7) maka dengan ini hipotesis
ketujuh diterima yaitu sumber daya alam (sda) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap meningkatkan pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam
usahatani (X4).
Hipotesis kedelapan yaitu, teknologi (X8) memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap meningkatkan pendapatan (Y) dengan nilai 3,753, melalui
kegiatan utama agribisnis dalam usahatani berpengaruh positif signifikan (X4)
dengan nilai 4,967 dan hasil variance di atas 0,5 Selanjutnya adalah Teknologi
(X8) maka dengan ini hipotesis kedelapan diterima yaitu teknologi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap meningkatkan pendapatan melalui kegiatan utama
agribisnis dalam usahatani (X4).
Universitas Sumatera Utara
253
5.14. Efek Langsung, Efek Tidak Langsung, dan Total Efek
5.14.1. Efek Langsung
X3 X4 = 0,781
X5 X4 = 0,074
X6 X4 = 0,210
X7 X4 =-0,209
X8 X4 =1,031
Hasil output menunjukan bahwa terjadi hubungan langsung antara
kegiatan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam
terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani meningkatkan pendapatan
sebesar 0,781. Hubungan langsung kegiatan penunjang agribisnis terhadap
kegiatan utama agribisnis dalam usahatani meningkatkan pendapatan sebesar
0,074. Hubungan langsung sumber daya alam terhadap kegiatan utama agribisnis
dalam usahatani meningkatkan pendapatan sebesar 0,210. Hubungan langsung
sumber daya manusia terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani
meningkatkan pendapatan sebesar - 0,209 dan hubungan langsung teknologi
terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani meningkatkan pendapatan
sebesar 1,031.
5.14.2. Efek Tidak Langsung
X3 X4 0,948
X5 X4 0,089
X6 X4 - 0,255
X7 X4 - 0,253
X8 X4 1,251
Hubungan tidak langsung dari kegiatan setelah menerapkan kearifan lokal
dalam bentuk doa turun tanam melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani
terhadap meningkatkan pendapatan sebesar 0,948. Hubungan tidak langsung
Universitas Sumatera Utara
254
kegiatan penunjang agribisnis melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani
terhadap meningkatkan pendapatan sebesar 0,089. Hubungan tidak langsung
sumber daya alam melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani terhadap
meningkatkan pendapatan sebesar - 0,255. Hubungan tidak langsung sumber
daya manusia melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar - 0,253. Dan hubungan tidak
langsung teknologi melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar 1,251.
5.14.3. Total Efek = Efek langsung + Efek Tidak Langsung
0,781 + 0,948 = 1,729
0,074 + 0,089 = 0,163
0,210 + - 0,255= 0,465
-0,209 + - 0,253 = -0,044
1,031 + 1,251 = 2,282
Efek langsung hubungan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam
ditambah efek tidak langsung hubungan kearifan lokal dalam bentuk doa turun
tanam dengan total efek 1,729. Efek langsung hubungan kegiatan penunjang
ditambah efek tidak langsung hubungan kegiatan penunjang dengan total efek
0,163. Efek langsung hubungan sumber daya alam ditambah efek tidak langsung
hubungan sumber daya alam dengan total efek 0,465. Efek langsung hubungan
sumber daya manusia ditambah efek tidak langsung hubungan sember daya
manusia dengan total efek -0,044. Dan efek langsung hubungan teknologi
ditambah efek tidak langsung hubungan teknologi dengan total efek 2,282.
Universitas Sumatera Utara
255
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan pada BAB V,
maka selanjutnya akan dilakukan pembahasan terhadap hasil analisis.
Pembahasan dibuat dengan melihat pengaruh yang terjadi sebagai pembuktian
hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini.
Teori-teori ataupun hasil penelitian empirik yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya akan digunakan dalam melakukan pembahasan hasil
penelitian, apakah teori atau hasil penelitian empirik tersebut mendukung atau
bertentangan dengan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian
serta akan dikemukakan pada keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti.
6.2. Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan
Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Hasil kajian menunjukkan bahwa variabel umur (X1.1) tanda positif,
variabel pendidikan (X1.2) tanda positif, variabel lamanya berusahatani (X1.3)
tanda positif, variabel lamanya berorganisasi P3A (X1.4) tanda positif, dan
variabel jumlah tanggungan (X1.5) tanda positif, hal ini menunjukkan tidak ada
berpengaruh nyata dengan variabel pendapatan (Y). Sedangkan variabel total
luas lahan (X1.6) tanda positif, berpengaruh sangat nyata dengan variabel
pendapatan (Y).
Universitas Sumatera Utara
256
Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel umur (X1.1) tanda
positif dari koefisien regresi bernilai 145129,985. Hal ini menunjukkan tidak ada
berpengaruh nyata antara umur (X1.1), dengan variabel pendapatan (Y). Nilai
signifikansi tsig sebesar 0,590 adalah lebih besar dari nilai α 0,05 Artinya tidak
signifikan dengan kata lain umur (X1.1), yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh
yang nyata terhadap pendapatan (Y).
Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel pendidikan (X1.2)
tanda positif dari koefisien regresi bernilai 368270,203. Hal ini menunjukkan
tidak ada berpengaruh nyata antara pendidikan (X1.2), dengan variabel pendapatan
(Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,540 adalah lebih besar dari nilai α 0,05.
Artinya tidak signifikan dengan kata lain pendidikan (X1.2), yang dimiliki tidak
mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y).
Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel lamanya berusahatani
(X1.3) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 43169,793. Hal ini
menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara lamanya berusahatani (X1.3),
dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,852 adalah lebih
besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain lamanya
berusahatani (X1.3) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata
terhadap pendapatan (Y).
Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel lamanya berorganisasi
(X1.4) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 202069,906. Hal ini
menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara lamanya berorganisasi (X1.4)
dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,284 adalah lebih
besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain lamanya
Universitas Sumatera Utara
257
berorganisasi (X1.4) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata
terhadap pendapatan (Y).
Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh Variabel jumlah tanggungan
(X1.5) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 162118,727. Hal ini
menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara jumlah tanggungan (X1.5)
dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,876 adalah lebih
besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain jumlah
tanggungan (X1.5) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata
terhadap pendapatan (Y).
Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel total luas lahan (X1.6)
tanda positif. Hal ini menunjukkan ada pengaruh positif signifikan antara total
luas lahan (X1.6) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar
0,000 adalah lebih kecil dari nilai α 0,05. Artinya ada pengaruh positif
signifikan dengan kata lain total luas lahan (X1.6) yang dimiliki mempunyai
pengaruh positif signifikan terhadap pendapatan (Y).
Sedangkan tingkat elastisitas total luas lahan (X16) terhadap pendapatan
(Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis total
luas lahan (X16) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya
pendapatan (Y) sebesar Rp 1.186E7 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan
hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara total luas
lahan (X16) dengan pendapatan (Y). Hal ini ada pengaruh positif signifikan
dimana makin luas lahan yang dimiliki dan dikelola akan semakin besar
pendapatan yang diterima.
Universitas Sumatera Utara
258
Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan teori dimana semakin luas
areal pertanian yang dikelola maka semakin tinggi pendapatan yang diterima.
Hal ini mendukung Hasyim (2008) luas lahan usahatani berpengaruh nyata
terhadap pendapatan dengan sifat pengaruh positif, sehingga jika luas lahan
usahatani bertambah maka pendapatan cenderung meningkat. Temuan ini
sejalan dengan Salmiah (2004) hubungan antara luas lahan usahatani yang
dikelola mempunyai hubungan yang sedang dengan pendapatan dengan kata lain
semakin besar luas lahan yang dimiliki dan dikelola akan semakin besar pula
pendapatan yang diterima. Hal ini yang dilakukan petani yang ada didalam
kawasan hutan HPH maupun petani yang ada diluar kawasan hutan. Temuan Tim
Universitas Udayana (2008) tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat petani, semakin luas areal menggambarkan semakin
tinggi produksi dan pendapatan yang diterima.
Sedangkan menurut Sutrisno (2009) luas lahan garapan sangat kuat
hubungannya dengan pendapatan petani dan juga berpengaruh signifikan dan
positif terhadap pendapatan petani, maka perlu pengelolaan lahan yang baik
dengan sentuhan teknologi budidaya pertanian yang memperhatikan ramah
lingkungan (penggunaan pupuk organik) agar potensi kesuburan tanah tetap
terjaga, sehingga efisiensi pengelolaan lahan garapan untuk tanaman padi dalam
meningkatkan pendapatan petani dapat tercapai dan berkelanjutan. Sejalan
dengan itu Wahyuningsih, dkk (2013) status penguasaan lahan, variabel dummy
pendapatan petani pemilik penggarap lebih tinggi dibandingkan dengan penyewa
sedangkan pendapatan penyewa dan penyakap tidak berbeda nyata.
Universitas Sumatera Utara
259
Selain itu Supriyati, dkk (2007) korelasi antara total pendapatan dengan
lahan milik di Sumatera Barat berhubungan nyata dengan koefisien 0,29. Sejalan
dengan itu Mudakir (2011) status penguasaan lahan mempunyai pengaruh
terhadap distribusi pendapatan, petani yang mempunyai penguasaan lahan lebih
luas cenderung mempunyai pendapatan yang lebih besar dibanding penguasaan
lahan yang lebih sempit.
Menurut Cahyono, dkk (2002) luas penguasaan lahan mempengaruhi
pendapatan petani terutama petani berlahan sempit, sedangkan petani berlahan
luas sudah mulai tidak tergantung pada lahan. Petani lahan sempit berusaha
menghindari resiko dengan mendiversivikasi usahataninya dan ini berbeda dengan
yang dilakukan oleh petani berlahan luas yang cenderung menggunakan lahannya
pada tegal.
6.3. Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan
Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun
Tanam Pada Pengembangan Wilayah
Hasil kajian ini seperti terlihat pada Tabel 5.55 dapat diketahui bahwa
pengaruh menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam terhadap
pendapatan petani terdapat perbedaan yaitu sebelum menerapkan kearifan lokal
dalam bentuk doa turun tanam adalah Rp 1.496.537.300, sedangkan pendapatan
petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah Rp
2.095.387.900. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pendapatan petani mengalami
kenaikan sebesar Rp 598.850.600 dengan persentase sebesar 40,02%. Hasil
pengujian hipotesis yaitu pada α = 0,05, diperoleh t-hitung 6,903 lebih besar dari
pada nilai t-tabel 1,645, maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan signifikan
Universitas Sumatera Utara
260
0,000. Karena tingkat signifikansi 0,000 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa rata-rata pendapatan petani sebelum menerapkan kearifan lokal dalam
bentuk doa turun tanam dengan rata-rata pendapatan petani setelah menerapkan
kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam berbeda (tidak sama).
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penerapan setelah kearifan
lokal dalam bentuk doa turun tanam berpengaruh terhadap pendapatan petani di
daerah penelitian, dengan kata lain pendapatan petani setelah menerapkan
kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam lebih besar dibanding dengan pen-
dapatan petani sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam.
Dari Tabel 5.35 dan Lampiran 2 dapat dilihat jumlah biaya petani sebelum
menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam usahatani padi
sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pompanisasi
sebesar Rp. 330.540.000 (70,84%) dengan rata-rata biaya sebesar Rp 3.305.400.
Hal ini jelas jika dilihat biaya yang dikeluarkan sebelum menerapkan kearifan
lokal dalam bentuk doa turun tanam sangat besar karena biaya pompanisasi adalah
sebesar 15 kg gabah kering panen/rante, biaya pupuk sebesar Rp 127.629.250,
(27,35%) dengan rata-rata biaya sebesar Rp 1.276.292,5, biaya pestisida sebesar
Rp 8.467.000 (1,81%) dengan rata-rata biaya sebesar Rp 84.670. Total biaya
yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 466.636.250, Dengan rata-rata total biaya
per petani adalah sebesar Rp 4.666.362,5.
Temuan ini mendukung Saleh (1992) penggunaan pompanisasi dalam
usahatani padi sawah di dua Kabupaten yaitu Karawang dan Bekasi tidak
menguntungkan ditinjau dari biaya investasi dan biaya operasional. Makin besar
kapasitas pompa air, tingkat kerugiannya makin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
261
Sejalan dengan hasil penelitian Kalo (1987) dimana usaha penggunaan
pompa air tidak memperoleh keuntungan, tidak saja dialami oleh petani pengguna
pompa air di Kabupaten Bekasi dan Karawang, tetapi juga oleh petani-petani
pengguna pompa air di desa kasus Kabupaten Indramayu dan Cirebon, Provinsi
Jawa Barat.
Dari Tabel 5.36 dan Lampiran 2 dapat dilihat jumlah biaya petani setelah
menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam usahatani padi
sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pupuk
sebesar Rp. 87.122.600 (54,25 %) dengan rata-rata biaya Rp. 871.226, biaya
iyuran air irigasi sebesar Rp 66.108.000 (41,17 %) dengan rata-rata biaya Rp
661.080. Hal ini jelas jika dilihat biaya yang dikeluarkan setelah menerapkan
kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, sangat kecil karena biaya iuran air
irigasi adalah sebesar 3 kg gabah kering panen/rante. Biaya pestisida sebesar
Rp 7.362.000 (4,58%) dengan rata-rata biaya Rp 73.620. Total biaya yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp 160.592.600. Dengan rata-rata total biaya per
petani adalah sebesar Rp 1.605.926.
Dari Tabel 5.37 dan Lampiran 2 dapat dilihat pendapatan petani sebelum
dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam
usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah setelah
menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam sebesar
Rp. 2.095.387.900 (54,79 %) dengan rata-rata pendapatan Rp 20.953.879.
Sedangkan pendapatan yang terkecil adalah sebelum menerapkan kearifan lokal
dalam bentuk doa turun tanam sebesar Rp 1.496.537.300 (45,21%) dengan rata-
rata pendapatan Rp 14.965.373.
Universitas Sumatera Utara
262
Jika dibandingkan dengan Tabel 5.36 dan Lampiran 2 dapat dilihat
jumlah biaya petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun
tanam dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam total biaya lebih
kecil, dimana pada biaya iyuran air irigasi adalah sebesar Rp 66.108.000,
(41,17%) dengan rata-rata biaya Rp 661.080. jika dilihat biaya yang dikeluarkan
setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, sangat kecil
karena biaya iyuran air irigasi sebesar 3 kg gabah kering panen/rante, Biaya
pupuk sebesar Rp. 87.122.600 (54,25 %) dengan rata-rata biaya Rp. 871.226.
dan biaya pestisida sebesar Rp 7.362.000 (4,58%) rata-rata biaya Rp 73.620.
Total biaya Rp 160.592.600. Dengan rata-rata total biaya per petani adalah
sebesar Rp 1.605.926.
Hal ini jelas berbeda jika dibanding dengan biaya yang dikeluarkan
sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dengan biaya
setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, hal yang
membuat sangat berbeda karena biaya pompanisasi sebesar 15 kg gabah kering
panen/rante, sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam,
sedangkan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam,
hujan turun air irigasi menjadi lancar maka dikenakan biaya iyuran irigasi sebesar
3 kg gabah kering panen/rante.
Hal ini mendukung Padang (2010) terdapat perbedaan yang signifikan
antara pendapatan petani padi sawah pola irigasi dengan pendapatan petani non
irigasi. Sejalan dengan itu Sutarno (2012) dengan peningkatan irigasi maka akan
menjamin tersedianya air dipetak sawah dan mendorong petani menanam padi
dalam satu tahun.
Universitas Sumatera Utara
263
6.4. Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan lokal Dalam Bentuk Doa
Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama
Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap
Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Hasil kajian menunjukkan bahwa pada Tabel 5.56 bahwasanya pengaruh
setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam secara langsung
yang terdiri dari biaya iyuran air irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida terhadap
meningkatkan pendapatan petani bernilai positif siginifikan sebesar 4,781 dengan
asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10.000 maka akan
meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 4 781,-
dan melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan
pendapatan petani bernilai positif signifikan sebesar 5,995 dengan asumsi jika
dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan
meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 5 995.
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Sutarno
(2012) peningkatan irigasi berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan
pendapatan usahatani sebesar 127,8 %.
Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi
pertanian melalui panca usaha adalah pengairan. Air adalah syarat mutlak bagi
kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat datang dari hujan atau harus
melalui pengairan yang diatur manusia. Keduanya harus disesuaikan agar benar-
benar tanaman mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu
banyak. Yang dimaksud pengairan sebenarnya. Meliputi “pengaturan kebutuhan
air” bagi tanaman. Sehingga di dalamnya termasuk juga drainase. Di samping itu
Universitas Sumatera Utara
264
banyak dipakai kata irigasi air untuk membawa air dari sungai ke sawah-sawah.
Irigasi dan pengairan dapat bersifat teknis, setengah teknis atau pengairan rakyat
(Mubyarto dan Kartodirdjo. 1988). Jika air tersedia memenuhi kebutuhan air
irigasi maka petani membayar iyuran air irigasi 3 kg gabah kering panen /rante,
sangat membantu para petani karena biaya produksi sangat murah jika
dibandingkan kalau tidak ada air maka diambil air dari tanah dengan
menggunakan pompanisasi membayar 15 kg gabah kering panen/rante.
Upacara kebo-keboan minta hujan dan tolak bala di Dusun Krajan, Desa
Alasmalang, Kabupaten Banyuwangi, jika dicermati secara mendalam,
mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan, ketelitian,
gotong royong, dan religius.
Nilai kebersamaan tercermin dari berkumpulnya sebagian besar anggota
masyarakat dalam suatu tempat, makan bersama dan doa bersama demi
keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam hidup bersama di
dalam lingkungannya (dalam arti luas). Oleh karena itu, upacara ini mengandung
pula nilai kebersamaan. Dalam hal ini, kebersamaan sebagai komunitas yang
mempunyai wilayah, adat-istiadat dan budaya yang sama.
Nilai ketelitian tercermin dari proses upacara itu sendiri. Sebagai suatu
proses, upacara memerlukan persiapan, baik sebelum upacara, pada saat prosesi,
maupun sesudahnya. Persiapan-persiapan itu, tidak hanya menyangkut peralatan
upacara, tetapi juga tempat, waktu, pemimpin, dan peserta. Semuanya itu harus
dipersiapkan dengan baik dan seksama, sehingga upacara dapat berjalan dengan
lancar. Untuk itu, dibutuhkan ketelitian.
Universitas Sumatera Utara
265
Nilai kegotong-royongan tercermin dari keterlibatan berbagai pihak dalam
penyelenggaraan upacara. Mereka saling bantu demi terlaksananya upacara.
Dalam hal ini ada yang membantu menyiapkan makanan dan minuman, menjadi
pemimpin upacara, dan lain sebagainya.
Nilai religius tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan
agar mendapat perlindungan, keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani
kehidupan (Ernawati, 2007).
Penyembelihan hewan seperti kerbau dan kambing pada babah lhueng
atau mulut parit pengairan menuju lahan, sehingga darah yang mengalir keparit
mengalir bersama air ke lahan-lahan persawahan milik petani. Pada awal sebelum
masa tanam tidak ada pupuk tertentu yang diberikan untuk pengolahan media
tanah, saat itulah darah hewan tadi bekerja memperkaya unsur-unsur hara di
dalam tanah. Namun bila dipandang dari sisi lain darah kerbau atau darah
kambing juga memiliki fungsi lain pada tahap sebelum penanaman.
Darah hewan sebenarnya dapat juga menyuburkan sawah, dapat
diperhatikan saat kaum ibu yang suka menanam bunga di halaman rumah sering
menyiram bunganya dengan air basuhan ikan yang mengandung darah, air
tersebut dipercaya dapat menyuburkan tanaman sehingga tanaman mereka lebih
hijau dan cepat berbunga. Demikian pula dengan darah kerbau yang mengalir
kelahan persawahan mereka tentu dapat membantu menyuburkan tanah yang
sebentar lagi akan ditanami padi (Hermaliza, 2011).
Secara harfiah, mappalili berarti menjauhkan diri dari hal-hal negatif,
mappalili mengajarkan pada kita tentang kehidupan yang positif, kebersamaan
dan juga musyawarah. Keyakinan terhadap mappalili sebagai sebuah proses yang
Universitas Sumatera Utara
266
wajib dilalui sebelum menanam padi menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi
masyarakat suku bugis. Secara umum hal itu sangat dimungkinkan, karena
dengan adanya mappalili, petani membajak dan menanami sawah mereka secara
bersamaan. Tanaman yang ditanam serentak dapat meminimalisir hama yang akan
menyerang tanaman (Mujib, 2012).
Langkah petani yang mulai melakukan penanaman secara serempak dapat
menghindari dari ancaman serangan hama maupun penyakit lainnya. Apalagi
hampir sebagian besar lahan garapan pertanian di lebak mengandalkan sistem
tadah hujan. Dengan masih tingginya curah hujan yang turun di wilayah Lebak,
sangat tepat apabila para petani mulai menebar benih padinya dilahan garapannya
dan melakukan penanaman secara serempak (Dika, 2012).
6.5. Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan
Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Perkembangan teori lokasi dimulai dari Von Thunnen, yang mengem-
bangkan teorinya berdasarkan pengamatan hasil pertanian di Mcklenberg yang
selanjutnya dikembangkan Weber, Palender dan Hoover, Weber mengenalkan
indeks material dan indeks berat. Faktor yang menentukan lokasi adalah faktor
endowment, pasar dan harga, bahan baku dan energi, angkutan sebagai input
Pengembangan wilayah adalah suatu perencanaan berjangka panjang,
bertahap dan tersistimatik dengan suatu wilayah yang jelas. Tujuan yang jelas itu
adalah menyangkut pada keseluruhan kepentingan stakeholders pertanian baik
masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun pemerintah.
Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatan potensi
wilayah, potensi alam maupun potensi buatan harus dilaksanakan secara fully dan
Universitas Sumatera Utara
267
efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada
kesejahteraan masyarakat secara maksimal. Perencanaan wilayah yang
menggambarkan berbagai kegiatan dapat terealisasi dengan baik, apabila
didukung oleh sumberdaya yang melimpah.
Sedangkan menurut Glasson (1974) perencanaan adalah suatu cara
berfikir mengenai persoalan sosial dan ekonomi terutama berorientasi kepada
masa akan datang, sangat berkenaan dengan hubungan antara tujuan dan
keputusan kolektif dan mengusahakan kebijaksanaan dan program yang
menyeluruh. Bilamana cara berfikir ini diterapkan, maka dikatakan bahwa
perencanaan sedang dilaksanakan.
Bersamaan dengan itu Conyers & Hills (1994) menyatakan bahwa
perencanaan sebagai suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup
keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Perencanaan menurut
Widodo (2006), adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan
pembangunan yang harus dilakukan disebuah wilayah baik di negara maupun di
daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah.
Perencanaan wilayah, menurut Miraza (2004) adalah suatu perencanaan
yang berjangka panjang, bertahap, dan tersistematik dengan suatu tujuan yang
jelas. Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan
kepentingan stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok
pengusaha, maupun pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada
bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumberdaya buatan yang
harus dilaksanakan secara fully dan Eficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud
Universitas Sumatera Utara
268
benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal.
Disamping itu juga kita perlu memikirkan bagaimana dunia usaha dapat berkiprah
secara ekonomis serta pemerintah mendapatkan manfaat dari semua keadaan ini
bagi melangsungkan pemerintahan yang baik.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya perencanaan wilayah
merupakan suatu upaya merumuskan dan mengimplikasikan kerangka teori
kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya
mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan
lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.
North dalam Jhingan (1993) mengemukakan bahwa pertumbuhan wilayah
sangat tergantung pada keberhasilan dari suatu kegiatan yang dilakukan terhadap
suatu wilayah. Teori eksport base menyebutkan bahwa masuknya pertambahan
penduduk dan modal yang sangat besar dalam suatu wilayah dapat memberikan
sumbangan besar dalam pengembangan wilayah.
Suatu perencanaan wilayah dalam kegiatan utama agribisnis padi sawah,
dimana variabel yang diteliti adalah biaya produksi, luas panen dan harga gabah
terhadap meningkatkan pendapatan petani dengan meningkatnya pendapatan
petani saving juga meningkat dan dapat dilihat juga investasi juga meningkat,
akhirnya pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah ikut meningkat.
Hasil kajian menunjukkan bahwa pada Tabel 5.79 besarnya pengaruh
kegiatan utama agribisnis padi sawah yang terdiri dari biaya produksi, luas panen
dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani bernillai positif
signifikan sebesar 1,214. dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
269
petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada
pengembangan wilayah sebesar Rp 1 214.
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Liarman, dkk
(2014) secara simultan, variabel harga jual (X1), luas lahan panen (X2), biaya
usahatani (X3) berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap pendapatan petani
padi sawah di Jorong Padang Sawah Kec Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.
Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan Saadah, dkk (2011) biaya-
biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam mengelola usahataninya meliputi biaya
pembelian pupuk, pestisida, upah tenaga kerja, biaya penyusutan alat-alat dan
pajak. Perbedaan hasil produksi dengan total biaya produksi menyebabkan
keuntungan yang diperoleh setiap petani berbeda. Untuk mengetahui rata-rata
pendapatan yang diterima petani sebelum dan setelah menerapkan sistem tanam
jajar legowo 2:1. Menunjukkan bahwa terjadi kenaikkan jumlah produksi antara
sebelum dan setelah petani menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1 sebesar 3
ton/ha atau sebesar 50%. Pendapatan petani yang merupakan hasil pengurangan
dari penerimaan dan total biaya usahatani, sebelum dan setelah menerapkan
sistem tanam jajar legowo 2:1 meningkat sebesar Rp 8.093.865,50 atau 65%.
Hal ini didukung Liarman, dkk (2014) variabel biaya usaha (X3) memiliki
koefisien sebesar 0,309 dan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap pendapatan petani padi sawah di Jorong Padang Sawah Kecamatan Tigo
Nagari Kabupaten Pasaman. Sejalan dengan itu Arianti, dkk. (2010) besarnya
rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi sawah pada daerah sentra,
sebanding dengan besarnya rata-rata penerimaan usahatani padi sawah, sehingga
rata-rata pendapatan juga lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
270
Hasil ini didukung Liarman, dkk (2014) variabel Luas panen (X2)
memiliki koefisien sebesar 0,332 dan mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah di Jorong Padang Sawah Kec.
Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.
Selain itu Maulana ( 2004). menyatakan penurunan produksi cukup tajam
disebabkan oleh stagnansi atau menurunnya luas panen dan produktivitas. Dari
tiga pertumbuhan produksi padi sawah, yaitu pertumbuhan luas lahan, intensitas
pertanaman, dan produktivitas, hanya intensitas pertanaman yang menjadi sumber
pertumbuhan.
Hasil ini didukung Liarman, dkk (2014) harga jual berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan petani padi sawah di jorong padang sawah kecamatan Tigo
Nagari Kabupaten Pasaman pada tingkat kepercayaan 95%. Variabel harga jual
(X1) memiliki koefisisen sebesar 0,351 dan mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah di Jorong Padang Sawah
Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.
Sejalan dengan itu Rusli (2010) hasil penelitian di wilayah Bosowasipilu
menunjukkan bahwa adanya perlakuan kebijakan subsidi harga gabah pada
tanaman padi baik pada musim tanaman gadu maupun rendengan mempunyai
dampak positif yang lebih baik karena dapat meningkatkan produksi dan
pendapatan usahatani padi.
Sedangkan menurut Mardianto, dkk (2005) adanya keterpisahan petani
dari pasar, segala insentif pasar dan usaha-usaha mensejahterakan petani yang
dilakukan melalui kebijakan harga tidak akan secara efektif dirasakan petani
karena akan lebih banyak dinikmati oleh para pelaku tata niaga. Untuk
Universitas Sumatera Utara
271
menigkatkan kesejahteraan petani, sebaiknya dilakukan melalui mekanisme
kebijakan yang dapat langsung dinikmati kepada petani dan keluarganya tanpa
mengitervensi mekanisme pasar.
Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan Sopian (2008) harga gabah
petani yang menjual ke LUEP lebih tinggi lima persen dari pada harga gabah
petani yang tidak menjual ke LUEP. Pendapatan petani yang menjual gabahnya
ke LUEP lebih tinggi empat persen dari pada pendapatan petani yang tidak
menjual gabahnya ke LUEP.
Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh kegiatan
utama agribisnis padi sawah pada pengembangan wilayah, terhadap meningkatkan
pendapatan petani, perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan
petani padi sawah pada pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai
Provinsi Sumatera Utara.
6.6. Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui
Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap
Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Kebijakan pengembangan willayah pada dasarnya merupakan intervensi
pemerintah baik secara nasional maupun daerah untuk mendorong proses
pembangunan daerah secara keseluruhan. Analisis ini sangat penting artinya
untuk dapat menerapkan teori dan konsep yang telah dijelaskan terdahulu guna
mempercepat pengembangan wilayah, meningkatkan penyediaan lapangan kerja,
dan penanggulangan kemiskinan pada wilayah-wilayah yang masih terbelakang.
Kebijakan pengembangan wilayah pada dasarnya adalah merupakan
keputusan atau tindakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah berwenang atau
Universitas Sumatera Utara
272
pengambil keputusan publik guna mewujudkan suatu kondisi pembangunan atau
masyarakat yang diinginkan, baik pada saat sekarang maupun periode tertentu
dimasa mendatang.
Secara prinsipil perencanaan wilayah merupakan aplikasi perencanaan di
suatu lokasi yang di dalam hal ini wilayah atau daerah. Upaya pembangunan dan
pemgembangan wilayah akan sangat berhasil apabila didukung oleh suatu
perencanaan wilayah yang baik. Adapun tujuan dari rangkaian kegiatan tersebut
adalah bagaimana mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat dan
sekaligus mengurangi kemiskinan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh, dapat dilihat
pada Tabel 5.80 bahwasanya pengaruh kegiatan penunjang agribisnis padi sawah
secara langsung yang terdiri dari bantuan input pertanian, penyaluran kredit,
kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk terhadap meningkatkan pendapatan
petani bernilai positif tidak signifikan sebesar 0,480. Dengan asumsi jika dapat
meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan
pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 480,- dan melalui
kegiatan utama agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan petani
bernillai positif signifikan sebesar 1, 694, dengan asumsi jika dapat mening-
katkan pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan
pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 1 694.
Hasil ini didukung Sinulingga (2013) pendapatan petani di daerah
penelitian sebelum mendapatkan bantuan lebih rendah daripada pendapatan petani
setelah mendapatkan bantuan, hal ini disebabkan karena pada saat sebelum
mendapatkan bantuan biaya produksi yang dikeluarkan petani lebih besar karena
Universitas Sumatera Utara
273
biaya untuk benih, pupuk, dan pestisida masih masuk dalam biaya produksi
usahataninya. Sedangkan setelah mendapatkan bantuan, biaya yang dikeluarkan
petani lebih kecil karena biaya untuk benih, pupuk, dan pestisida berkurang,
Selain dari biaya produksi semakin kecil setelah adanya bantuan, produksi padi
pun lebih meningkat sehingga pendapatan petani juga meningkat.
Hasil ini didukung Sutrisno (2009) untuk variabel kredit ketahanan
pangan berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara
variabel kredit ketahanan pangan dengan pendapatan petani adalah sangat kuat,
hal ini dapat dideteksi dengan melihat koefisen korelasi yang menunjukkan angka
0,992 dengan probalitas 0.000 artinya bahwa hubungan antara kredit ketahanan
pangan dengan pendapatan petani adalah sangat kuat.
Sejalan dengan itu Lidya (2009) kredit yang diperoleh oleh petani
responden, berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usahatani padi sawah
responden. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan pendapatan rata-rata per
ha responden dari sebelum menerima kredit sebesar Rp 6.196.656 menjadi sebesar
Rp Rp 7.112.257 setelah menggunakan kredit atau meningkat sebesar Rp 7,62%.
Hal ini juga terlihat dari adanya peningkatan keuntungan rata-rata per ha
responden dari sebelum menerima kredit sebesar Rp 1.399.082 meningkat sebesar
Rp 3.888.777 setelah menerima kredit atau meningkat sebesar 177%.
Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan Mariyah (2009) Program
Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) berpengaruh positif dan nyata
terhadap peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan petani padi sawah di
Kabupaten PPU, serta memberikan pengaruh imbas kepada petani bukan
penerima BPLM dalam hal penggunaan input riil yang belum optimal.
Universitas Sumatera Utara
274
Hal ini didukung oleh Kurniawan (2012) secara parsial variabel bebas
pupuk bersubsidi berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi sawah.
Hal ini disebabkan karena pupuk bersubsidi membantu petani dalam pengurangan
harga pupuk, sehingga petani mampu memenuhi kebutuhan pupuk yang
dibutuhkan tanaman padi sawah dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
produksi dan pendapatan. Menurut Sukirno (2005) subsidi adalah pemberian
pemerintah kepada produsen untuk mengurangi biaya produksi yang ditanggung
produsen Subsidi dapat menurunkan harga.
Sejalan dengan itu Suparmoko (2003) mendefinisikan subsidi adalah salah
satu bentuk pengeluaran pemerintah yang dapat juga diartikan sebagai pajak
negatif yang akan menambah pendapatan pihak penerima subsidi. Dari uraian
diatas, yang dimaksud dengan subsidi harga pupuk dalam penelitian ini adalah
subsidi produksi yang diberikan oleh pemerintah untuk menanggung sebagian
biaya produksi pupuk agar bisa dicapai harga jual yang diinginkan.
Sedangkan menurut PSE-KP (2009) subsidi pupuk masih menjadi
instrumen penting dalam kebijakan pertanian. Kebijakan pemerintah yang
cenderung terus meningkatkan subsidi pupuk bertujuan untuk meningkatkan
kinerja sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan. Kebijakan ini
dilandasi pemikiran bahwa pupuk merupakan faktor kunci dalam meningkatkan
produktivitas, dan subsidi dengan harga pupuk yang lebih murah akan mendorong
peningkatan penggunaan input tersebut.
Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh kegiatan
penunjang agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan petani
secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah pada
Universitas Sumatera Utara
275
pengembangann wilayah, perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan penda-
patan petani pada pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi
Sumatera Utara.
Pengembangan wilayah merupakan proses yang mana pemerintah daerah
atau kelompok berbasis komunitas mengelola sumberdaya yang ada dan masuk
kepada penataan kemitraan baru dengan sektor swasta, atau diantara mereka
sendiri, untuk menciptakan pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi
wilayah. Ciri utama pengembangan wilayah adalah titik beratnya pada kebijakan
”endogenous development” menggunakan potensi sumber daya manusia,
institutional dan fisik setempat. Orientasi ini mengarahkan kepada fokus dalam
proses pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang
pertumbuhan kegiatan ekonomi.
Target pengembangan wilayah untuk jangka panjang adalah pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan target itu,
dirancanglah skenario tertentu agar kekurangan-kekurangan yang dihadapi dapat
diupayakan melalui pemanfaatan resources, masalah ketika berbicara dalam
konteks pengembangan wilayah di Indonesia munculah, persoalan berupa
kekurangan- kekurangan teknologi untuk pengolahan resources yang berlimpah.
Sementara itu penduduk sebagai sumber daya manusia lebih mengarah social
dimention. Dimensi sosial ini penting sekali. Setiap masyarakat mempunyai pola
tertentu untuk menanggapi hasil teknologi (Sasmojo, 2001).
Menurut Zen (1980) perkembangan Indonesia dalam dua tiga dasawarsa
mendatang akan sangat bergantung pada kemampuannya mengarahkan tiga unsur
pokok, yaitu (1) ketersediaan SDA, (2) kemampuan SDM, dan (3) pemanfaatan
Universitas Sumatera Utara
276
Teknologi. Yang kesemuanya harus ditujukan terutama untuk kesejahteraan
masyarakat. Hubungan ketiga unsur tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1. Tiga Pilar Penopang Ilmu Pengembangan Wilayah.
Pengembangan wilayah sangat tergantung pada kemampuan tiga unsur
pokok seperti pada Gambar 6.1, yaitu 1. ketersediaan sumber daya alam,
2. Kemampuan sumber daya manusia dan 3. pemanfaatan teknologi.
Tujuan umum pengembangan wilayah adalah untuk mencapai
keseimbangan dan keserasian perkembangan pembangunan antar wilayah, antar
sektor, dan antar kelompok masyarakat. Dalam mencapai tujuan itu, diperlukan
minimal tiga pilar utama sebagai penyangga, yaitu sumberdaya alam (SDA),
sumberdaya manusia (SDM), dan teknologi.
Titik fokus penelitian ini adalah pada pilar sumberdaya manusia,
mengingat perannya yang sangat strategis dalam pembangunan nasional, terutama
peran ganda SDM sebagai subyek sekaligus obyek atau sasaran pembangunan.
Sebagai subyek pembangunan diperlukan SDM yang berkualitas, sehat jasmani
Teknologi
Sumber Daya Alam Sumber Daya Manusia
Pengembangan
Wilayah
Universitas Sumatera Utara
277
dan rohani, mempunyai pendidikan dan keterampilan yang memadai dan
didukung oleh suasana aman dalam kehidupan sehari-hari (Suhandojo, 2001).
6.7. Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui
Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap
Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Teori resource endowment, teori ini bertolak dari suatu pandangan bahwa
pengembangan ekonomi wilayah sangat tergantung pada sumber daya alam yang
dimiliki oleh wilayah tersebut dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan
dari sumber daya itu. Makin banyak sumber daya alam yang dapat diolah untuk
komoditi unggulan maka makin cepat pertumbuhan wilayahnya. Teori resource
endowment secara implisit mengasumsikan bahwa dalam perkembangannya,
sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu wilayah akan digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa yang berbeda bila terjadi perubahan permintaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh, dapat dilihat
pada Tabel 5.81 bahwasanya pengaruh sumber daya alam secara langsung yang
terdiri dari tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi, panjang jalan
usahatani terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif
tidak signifikan sebesar 0,330 dengan asumsi jika dapat meningkatkan
pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan pendapatan petani
pada pengembangan wilayah sebesar Rp 330,- dan melalui kegiatan utama
agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan petani bernillai positif
signifikan sebesar 1,544. dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan
petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada
pengembangan wilayah sebesar Rp 1 544,
Universitas Sumatera Utara
278
Hal ini didukung oleh Hayati ( 2013) penggenangan 0,25 dan -2,5 cm
tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan, hasil gabah
serta komponen hasil. Rata-rata produktivitas padi varietas Ciherang pada setiap
perlakuan penggenangan berkisar 6,6 ton/ha hingga 6,9 ton/ha. Ketersediaan air
tanah untuk pertumbuhan tanaman terpenuhi yang ditunjukkan oleh kadar air
tanah sebelum irigasi yang tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan
penggenangan. Penggenangan -2.5 dapat diterapkan dalam budi daya padi sawah.
Sejalan dengan Chapagain and Eiji Yamaji (2010) Dengan menggunakan
metode irigasi AWDI (Alternate Wet and Dry Irrigation) meminimalisir
penggunaan air irigasi sebesar 28% tanpa berpengaruh terhadap hasil produksi
gabah.
Hal ini didukung oleh Rajagukguk (2011) ada perbedaan nyata antara
produkitivitas dan pendapatan petani padi sawah sebelum dan sesudah pem-
bangunan jaringan irigasi. Produktivitas dan pendapatan sesudah pembangunan
irigasi lebih tinggi dibandingkan sebelum pembangunan jaringan irigasi.
Selanjutnya Damayanti (2013) pendapatan usahatani dipengaruhi oleh
luas lahan, harga benih, harga pupuk urea, harga pupuk phonska, harga pestisida,
pendidikan petani, upah tenaga kerja dan irigasi. Dimana irigasi dapat
meningkatkan pendapatan usahatani sebesar 1,44 % .
Menurut Datta, et al (2004) dampak irigasi terhadap peningkatan produksi
tanaman dan pendapatan menyebabkan semakin berkurangnya kesenjangan
ekonomi yang terjadi di daerah penelitian. Dan pembuatan irigasi bisa berdampak
terhadap ekonomi, sosial dan kelestarian lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
279
Agribisnis padi sawah kaitannya dengan sumber daya alam (sda) yaitu
jalan usahatani. Dimana petani sebagai pengelola usahataninya tentu memerlukan
jalan usahatani yang baik dan tanah jalan usahatani tersebut padat dengan satuan
m. Untuk memperlancar mobilitas alat mesin pertanian dan hasil produksi
pertanian dari dan kelahan usahatani, memudahkan pergerakan dari rumah ke
tempat usahataninya dan dari tempat usahataninya ke pasar, hasil produksinya
mudah diangkut dan lancar, tentu jalan usahataninya harus baik
Dalam hal ini jika tidak baik jalan usahatani seperti lebar jalan setapak,
jalan banyak yang rusak dan tidak dipadatkan maka terganggunya kelancaran
transportasi petani dalam bekerja maupun mengangkut sarana produksi dari rumah
petani ke lahan usahatani dan mengangkat produksi dari lahan usahatani ke pasar.
Jika jalan usahatani tersebut rusak maka banyak produksi yang diangkut
berjatuhan dijalan akibat goncangan kenderaan dan terlambatnya produksi sampai
ketujuan, sehingga ada pengaruhnya terhadap peningkatan produksi dan
pendapatan petani padi sawah.
Hal ini didukung oleh KMK, Rejang Lebong ( 2011) dengan adanya
pembangunan jalan usahatani ongkos angkut hasil pertanian (padi sawah) semakin
berkurang. Sebelum adanya jalan usahatani masyarakat mengangkut hasil panen
padi melalui jalan setapak yang hanya dapat dilalui oleh tenaga manusia. Ongkos
angkut sekarung padi bisa mencapai Rp 5.000/karung , hanya sampai ditepi jalan
besar sehingga diperlukan ongkos angkut lanjutan yang menggunakan angkutan
umum (ojek/angkutan perdesaan) sampai kerumah. Setelah adanya jalan
usahatani ongkos angkut hasil panen bisa ditekan atau berkurang sampai dengan
Rp. 4.000/karung. Artinya ongkos angkut menjadi Rp 1.000/karung.
Universitas Sumatera Utara
280
Pembangunan jalan usahatani tersebut melayani areal ± 300 Ha sawah
dengan jumlah kepemilikan mencapai 275 kk. Oleh karena itu rata-rata penduduk
memiliki ± 1,09 Ha. Rata-rata 1 ha sawah menghasilkan 60 karung gabah, maka
ongkos angkut yang dapat dihemat oleh setiap keluarga petani adalah :
Ongkos angkut sebelum pembangunan jalan usahatani Rp 5.000 X 60
karung = Rp 300.000. Ongkos angkut setelah pembangunan jalan usahatani Rp
1.000 X 60 karung = Rp 60.000. Jadi ongkos angkut bisa dihemat sebesar Rp 240
000/kk. Jika dalam satu tahun rata-rata dapat ditanam padi sawah 2 kali tanam
maka keuntungan tambahan per kk bisa mencapai Rp 480.000. Dengan kata lain
per rumah tangga petani padi sawah dapat menikmati keuntungan tambahan
sebesar Rp 480.000/tahun.
Sejalan dengan Ruauw, dkk (2010) manfaat jalan usahatani terhadap
petani sekitar dapat dilihat dari pendapatan petani sebelum dan sesudah ada jalan
usahatani yang mengalami peningkatan, Dimana sebelum ada jalan usahatani
pendapatan petani/ha dari cabang usahatani kubis dan wortel sebesar Rp.
11.155.566 dan pendapatan petani/ha sesudah ada jalan usahatani dari kedua
cabang usahatani tersebut sebesar Rp. 12.062.334 atau terjadi kenaikan sebesar
8,13%. Peningkatan pendapatan ini dikarenakan adanya pengurangan biaya
angkutan sesudah ada jalan usahatani.
Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh sumber
daya alam (sda) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah
pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani, perlu
dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada
pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
281
6.8. Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan Melalui
Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap
Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Teori pengembangan SDM, teori ini mengasumsikan bahwa sumber daya
manusia (sdm) merupakan faktor penentu bagi kemajuan ekonomi suatu wilayah.
Bukti empirik menunjukkan, ketersediaan sumber daya manusia memiliki
hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,
investasi pada sumber daya manusia menjadi lebih utama untuk meningkatkan
skala pengembalian dalam jangka panjang.
Teori pertumbuhan wilayah neo klasik, yang dipelopori oleh Borts Stein
(1964) kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert
(1969) pertumbuhan ekonomi wilayah sangat tergantung kepada faktor tenaga
kerja, ketersediaan modal dan kemajuan teknologi. Teori ini tidak menekankan
pentingnya faktor permintaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh dapat dilihat
pada Tabel 5.81 bahwasannya pengaruh sumber daya manusia secara langsung
yang terdiri dari curahan tenaga kerja, penyuluhan / pelatihan, produktivitas
tenaga kerja terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai
negatif tidak signifikan sebesar -0,194. Dengan asumsi jika dapat meningkatkan
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10 000 maka akan mengurangkan
pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah sebesar Rp 194.
Hal ini didukung oleh Daniel, dkk (2014) curahan tenaga kerja petani
pada usahatani padi sawah tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan keluarga.
Sejalan dengan itu Harianto dan Dwi Astuti Bertha Susila (2008) penggunaan
Universitas Sumatera Utara
282
tenaga kerja sudah tidak efisien, hal ini terlihat dari angka elastisitas produksi
yang bertanda negatif. Penambahan penggunaan tenaga kerja justru akan
menurunkan produksi padi sawah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh dapat dilihat
melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan
petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,020, dengan asumsi jika
dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan
meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 1 020.
Hasil kajian juga mendukung temuan Sutrisno (2009) untuk variabel biaya
tenaga kerja, hasil analisis korelasi pearson menunjukkan bahwa terjadi hubungan
atau korelasi yang sangat kuat antara biaya tenaga kerja dengan pendapatan
petani, hal ini dapat dilihat pada koefisien korelasi yang menunjukkan angka
sebesar 0,994 dengan probalitas 0.000, artinya bahwa terjadi hubungan yang
sangat kuat antara variabel biaya tenaga kerja dengan pendapatan petani.
Hal yang sama juga diungkapkan Arianti, dkk (2010) faktor-faktor
produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi sawah pada
daerah sentra yaitu jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga, sedangkan
pada daerah non sentra adalah jumlah penggunaan tenaga kerja dalam keluarga
dan jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga dan rata-rata pendapatan
usahatani padi pada daerah sentra di Kabupaten Lebong adalah sebesar Rp.
6.951.169.83/ut/mt dan rata-rata pendapatan usahatani padi sawah pada daerah
non sentra di Kabupaten Lebong adalah sebesar Rp. 1.657.611,41/ut/mt.
Universitas Sumatera Utara
283
Hal ini didukung oleh Hasyim (2009) metode penyuluhan memberikan
dampak yang signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah anggota
kelompok tani. Signifikan t-hitung sebesar 3,354 adalah lebih besar dari nilai t-tabel
1.701 (α = 0,05) artinya metode penyuluhan menunjukkan signifikan dengan kata
lain metode penyuluhan mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan petani.
Sejalan dengan itu Saadah, dkk (2011) menyatakan adanya penyuluhan
pertanian tentang sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan pendapatan
petani, pendapatan petani meningkat sebesar Rp 8.093.865,50 atau sebesar 65%
setelah petani menerapkan sistem jajar legowo. Berdasarkan hasil analisis Chi-
kuadrat (X2) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel bebas
peranan penyuluhan pertanian dan variabel terikat pendapatan petani. Dengan
hasil perhitungan koefisien kontingensi (C) = 0,75 berarti tingkat keeratan
hubungan antara kedua variabel tersebut dalam kategori tinggi.
Hal yang sama diungkap Stanton (2000) perusahaan agribisnis di tingkat
lokal menawarkan kemungkinan menangkap nilai tambah sehingga meningkatkan
pendapatan lokal. Karena banyak petani mengandalkan pembeli pemerintah untuk
pilihan mereka, pencabutan pelayanan tersebut tidak mungkin segera diganti oleh
perusahaan swasta.
Sebagaimana telah disampaikan Fan (2000) Cina masih memiliki potensi
besar untuk meningkatkan pertumbuhan produksi dengan mengurangi perbedaan
regional dalam efisiensi alokatif. Stagnasi dalam efisiensi teknis setelah 1984
mungkin akibat dari kerusakan layanan penyuluhan setelah reformasi. Oleh
karena itu, sistem penyuluhan juga perlu diperkuat untuk mendapatkan efisiensi
lebih lanjut dalam produksi.
Universitas Sumatera Utara
284
Menurut penelitian Wibawa dan I Nyoman Mahendra Yasa (2013)
program Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) berdampak positif dan
signifikan terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Kelating Kecamatan
Kerambitan Kabupaten Tabanan. Selanjutnya Prayoga (2010) dalam penelitian-
nya menemukan bahwa jumlah anggota keluarga usia produktif dan frekuensi
mengikuti kegiatan penyuluhan berpengaruh menurunkan inefisiensi teknis.
Dari Tabel 5.51(Lampiran 4) dapat diketahui bahwa produktivitas tenaga
kerja terbesar adalah pada kisaran produktivitas tenaga kerja ≥ 2 kw/hkp yaitu
sebesar 90,4 kw/hkp dengan besar sampel sebesar 32 sampel (32 %). Sedangkan
produktivitas tenaga kerja terkecil adalah pada kisaran produktivitas tenaga
kerja ≤ 0,99 kw/hkp yaitu sebesar 20,3 kw/hkp dengan besar sampel sebesar
29 sampel (29 %).
Hal ini didukung oleh Rusastra dan M. Suryadi (2004) kontribusi tenaga
kerja dinilai menentukan kinerja usahatani padi yang bersifat padat tenaga kerja.
Kelangkaan tenaga kerja dan peningkatan upah secara tidak terkendali perlu
dicegah. Sumber pendapatan dominan buruh tani adalah berburuh (pertanian) dan
kegiatan non pertanian. Proporsi pendapatan berburuh tani adalah 78,60 % dari
total pendapatan berburuh, sedangkan total pendapatan berburuh adalah 44,80%
dari pendapatan keluarga. Sumbangan pendapatan dari kegiatan nonpertanian
mencapai 23,30%. Keberhasilan dalam mempertahankan tingkat upah yang wajar
dan membangun kesempatan dan eksesibilitas kegiatan di luar pertanian
memegang peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan buruh tani.
Sejalan dengan itu Daniel, dkk (2014) produktivitas tenaga kerja yaitu
perbandingan antara penerimaan dengan total tenaga kerja yang dicurahkan per
Universitas Sumatera Utara
285
usahatani dengan satuan Rp/HOK. Efisiensi tenaga kerja atau sering disebut
produktivitas tenga kerja dapat diukur dengan memperhatikan jumlah produksi,
penerimaan perhari, dan luas lahan atau luas usaha. Produktivitas tenaga kerja
petani pada usahatani padi dengan memperhatikan perbandingan penerimaan yaitu
sebesar Rp. 3.563.148 dan tenaga kerja petani yang dicurahkan 50 HOK yang
artinya bahwa pendapatan petani dari usahatani padi telah mencapai produktivitas
yaitu sebesar Rp. 92.293/HOK. Dengan rata-rata produktivitas curahan tenaga
kerja per petani adalah sebesar 1,6635 kw/hkp. Produktivitas tenaga kerja petani
di Desa Tekalong, usahatani padi Rp. 92.293/HOK.
Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh sumber
daya manusia (sdm) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis padi
sawah pada pengembangan wilayah, terhadap meningkatkan pendapatan petani
perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada
pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
6.9. Pengaruh Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama
Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan
Pendapatan Petani Padi Sawah
Teori export base, teori ini petama kali dikembangkan oleh Douglas C.
North (1955) Menurut North, kekuatan utama ekonomi suatu wilayah tergantung
kepada permintaan eksternal akan barang dan jasa yang diproduksi dari wilayah
tersebut. Permintaan ekternal akan mempengaruhi penggunaan modal, teknologi
dan diekspor oleh wilayah itu, karena itu pertumbuhan wilayah jangka panjang
sangat tergantung pada kegiatan industri ekspornya. Atas dasar itu, keberlanjutan
perkembangan wilayah sangat banyak ditekan pada peningkatan aliran modal dan
Universitas Sumatera Utara
286
teknologi, dimana persyaratan untuk itu berkaitan dengan jumlah modal yang
ditanamkan oleh pemilik modal, baik dari dalam maupun luar, serta berkaitan pula
dengan sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh dapat dilihat
pada Tabel 5.81. bahwasannya pengaruh teknologi secara langsung yang terdiri
dari penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi
pilihan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif
signifikan sebesar 3,753 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan
petani sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada
pengembangan wilayah sebesar Rp, 3.753 - dan melalui kegiatan utama agribisnis
padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan petani bernillai positif signifikan
sebesar 4,967. dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar
Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan
wilayah sebesar Rp 4 967.
Dari Tabel 5.52. (Lampiran 5) dapat diketahui bahwa penerapan
komponen teknologi dasar pada bibit bermutu dan sehat berdasarkan pernyataan
dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 282 (94 %), jarang
dilakukan sebesar10 (5%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 1 (1%). Sedangkan
penerapan komponen teknologi dasar pada pemupukan spesifik lokasi
berdasarkan pernya-taan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah
sebesar 201 (67 %), jarang dilakukan sebesar 44 (22%), dan tidak pernah
dilakukan sebesar 11 (11%).
Dari Tabel 5.53 (Lampiran 5) dapat diketahui penerapan komponen
teknologi pilihan pada pengolahan tanah berdasarkan pernyataan dalam skor
Universitas Sumatera Utara
287
selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 288 (96 %), jarang dilakukan
sebesar 2 (1%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 3 (3%). Sedangkan penerapan
komponen teknologi pilihan pada irigasi berselang berdasarkan pernyataan dalam
skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah sebesar 117 (39 %), jarang
dilakukan sebesar 62 (31%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 30 (30%).
Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan
para petani perlu mengadopsi teknologi baru. Petani harus berubah dari pengguna
teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Petani tidak
hanya perlu mengetahui saja, tetapi petani juga perlu mengerti dan menghayati
apa saja yang dilakukannya (Slamet, 2003).
Menurut Prayoga (2010) petani padi organik tahun ke-8 dan tahun ke-5
lebih efisien dibandingkan petani padi konvensional. Tingkat efisiensi teknis
yang dicapai petani sampel bervariasi antara 0,47-0,96 dengan rata-rata 0,70,
sehingga ada peluang bagi petani untuk meningkatkan produksinya sekitar 30 %
dengan penerapan pengelolaan yang terbaik menggunakan teknologi yang ada.
Menurut Pramono, dkk (2005) pendekatan model PTT disamping
meningkatkan hasil gabah, juga mampu meningkatkan tingkat keuntungan
usahatani berkisar antara 25-58 %. Menurut Azwir dan Ridwan (2009) Varietas
padi batang Piaman dengan metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
memberikan hasil 6,86 ton GKP/ha, sementara teknologi petani hanya
memberikan hasil 4,20 ton GKP/ha atau terjadi peningkatan hasil 63,33 %
Menurut Wibawa (2013) Program Sistem Pertanian Terintegrasi
(SIMANTRI) merupakan upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi
Universitas Sumatera Utara
288
pertanian, dimana berdampak positif dan signifikan terhadap pendapatan rumah
tangga petani di Desa Kelating Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan.
Menurut Azwir dan Ridwan (2009) varietas padi Batang Piaman dengan
metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) memberikan hasil 6,86 GKP/ha
sementara teknologi petani hanya memberikan hasil 4,20 ton/ha, artinya terjadi
peningkatan hasil 63,33%. Sejalan dengan itu Ishak, dkk (2013) melalui
komponen teknologi PTT, usahatani padi sawah ditingkat petani menghasilkan
produksi dan pendapatan yang lebih tinggi dibanding dengan usahatani eksisting.
Pendapatan petani meningkat 137,29% dari sebelum penerapan komponen
teknologi PTT.
Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh teknologi
terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah secara langsung dan
melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangann wilayah,
perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada
pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
6.10. Temuan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini telah menemukan suatu temuan yaitu pengaruh setelah
menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dengan variabel biaya
air irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida, secara langsung dan melalui kegiatan
utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan
pendapatan petani.
Setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam (X3)
terhadap meningkatkan pendapatan (Y) secara langsung berpengaruh positif
Universitas Sumatera Utara
289
dengan nilai 4,781, dan melalui kegiatan utama agribisnis (X4) adalah
berpengaruh positif signifikan dengan nilai 5,995 dan hasil variances memiliki
nilai diatas 0,5 maka dengan ini hipotesis ketiga diterima
Berdasarkan temuan ini maka dapat digambarkan model empiris penelitian
yang menggambarkan pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal
Dalam pengamatan dilihat secara visual, kelompok tani mempunyai :
1. Total biaya variabel setelah menerapkan kearifan lokal yaitu biaya air
irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida, lebih rendah dibanding dengan
total biaya variabel sebelum menerapkan kearifan lokal yaitu biaya
pompanisasi, biaya pupuk dan biaya pestisida
2. Mereka turun bersama-sama dengan bergotong royong memperbaiki
saluran irigasi baik saluran primer, skunder dan tertier yang rusak
diperbaiki dan yang tersumbat akibat dari menumpuknya sampah
dibersihkan sehingga dengan datangnya hujan nanti jalan air bisa lancar
kesawah mereka, padahal dengan mereka membersihkan dan perbaiki
mana yang rusak air irigasinya sudah jalan tanpa doa turun tanam. Pemkab
Serdang Bedagai bisa menghemat dalam mengeluarkan anggaran belanja.
3. Mereka bersama-sama turun kesawah untuk mengolah tanah dan jerami-
jerami yang ada disawah mereka, dibenamkan dan ditraktor agar lahan
sawah mereka subur. Petani bisa menekan biaya pengeluaran pupuk.
4. Dengan rasa kebersamaan, petani turun kesawah bersama-sama secara
serentak untuk menanam padi, sambil mengutip keong emas, member-
sihkan gulma yang ada di sawah serta memburu tikus sawah. Petani bisa
menekan biaya pestisida.
Universitas Sumatera Utara
290
5. Rasa solidaritas tinggi, saling tolong menolong, jika ada petani kurang
bibit (benih), pupuk atau pestisida petani yang lain bisa mengatasinya
dengan meminjamkan terlebih dahulu dan akan diganti oleh yang
meminjam, sehingga petani tidak merasa kecewa dan menunggu untuk
membelinya.
6. Kompak dan bersatu, karena sudah merasa senasib dan sepenanggungan,
waktu berdoa bersama-sama, saling membawa makanan dari rumah
masing-masing dan saling tukar makanan serta makan bersama-sama, jadi
ketahanan group mereka bersatu jadi kuat, bila ada tantangan datang baik
dari dalam maupun dari luar, mereka tetap menghadapinya bersama-sama
dengan kompak.
7. Mempunyai jaringan kerja (net work), petani sudah membuat jaringan
kerja, dimana mereka yang mempunyai informasi untuk tanaman padi
sawah yang didapat dari dinas pertanian, penyuluh, peneliti ataupun dari
petani yang maju baik secara langsung maupun dari internet, mereka sebar
luaskan informasi tersebut jika menguntungkan untuk usahatani mereka.
6.11. Kontribusi Keilmuan
Perkembangan lima tahun penggunaan tata ruang untuk total luas lahan
padi sawah yang beririgasi dimulai tahun 2008 sampai dengan 2012.
Penggunaan total luas lahan padi sawah yang beririgasi pada tahun 2008 dan
2009 masih tetap tidak berkurang, pada tahun 2010, 2011 dan 2012 terjadi
konversi lahan dan pengurangan luas lahan padi sawah yang beririgasi sehingga
total luas lahan padi sawah yang beririgasi makin lama makin berkurang, jika
Universitas Sumatera Utara
291
berkurangnya luas lahan padi sawah yang beririgasi maka produksi padi sawah
juga berkurang sehingga pendapatan petani padi sawah juga berkurang, untuk
mengatasi jangan berkurangnya pendapatan petani padi sawah.
Dalam hal ini peneliti membuat penelitian dengan judul Agribisnis Padi
Sawah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani Pada Pengembangan
Wilayah Di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Hasilnya dari keseluruhan variabel bebas yaitu umur, pendidikan, lama
berusahatani, lama berorganisasi P3A, jumlah tanggungan dan total luas lahan
secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan. Secara parsial
menunjukkan bahwa variabel total luas lahan memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap pendapatan.
Terdapat komparasi pendapatan yang signifikan, dimana pendapatan
setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam lebih tinggi dari pada
sebelum kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam.
Pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun
tanam secara langsung terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah
bernilai positif siginifikan sebesar 4,781. Dan melalui kegiatan utama agribisnis
terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif signifikan
sebesar 5,995.
Pengaruh kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan
petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,214.
Pengaruh kegiatan penunjang agribisnis secara langsung terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif tidak signifikan
Universitas Sumatera Utara
292
sebesar 0,480. Dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,694.
Pengaruh sumber daya alam secara langsung terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah bernilai positif tidak signifikan sebesar 0,330. Dan
melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi
sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,544.
Pengaruh sumber daya manusia secara langsung terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah bernilai negatif tidak signifikan sebesar -0,194.
Dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani
padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,020.
Pengaruh teknologi secara langsung terhadap meningkatkan pendapatan
petani padi sawah bernilai positif signifikan sebesar 3,753. Dan melalui kegiatan
utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernillai
positif signifikan sebesar 4,967.
Sesuai hasil penelitian, kelihatan produksi padi sawah meningkat dan
pendapatannya juga meningkat hal ini merupakan kontribusi pada pengembangan
wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai, karena pendapatan mereka signifikan hal
ini mempengaruhi menaikkan pendapatan asli daerah (PAD) sehingga pertum-
buhan ekonomi naik pada pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
293
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan tentang agribisnis
padi sawah dalam upaya meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan
wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, melihat
pengaruhnya baik secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari keseluruhan variabel bebas karakteristik sosial ekonomi yaitu umur,
pendidikan, lama berusahatani, lama berorganisasi P3A, jumlah
tanggungan dan total luas lahan secara serempak memberikan pengaruh
yang sangat signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani. Secara
parsial variabel luas lahan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pendapatan, sedangkan variabel umur, pendidikan, lama berusahatani,
lama berorganisasi P3A, dan jumlah tanggungan menunjukkan
berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan.
2. Secara signifikan pendapatan petani yang melakukan kearifan lokal ritual
doa turun tanam lebih tinggi dari pada petani yang tidak melakukan
kearifan lokal ritual doa turun tanam.
3. Kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam yaitu iuran irigasi, biaya
pupuk dan biaya pestisida secara langsung maupun melalui kegiatan utama
Universitas Sumatera Utara
294
agribisnis berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan
petani padi sawah.
4. Kegiatan utama agribisnis yaitu biaya produksi, luas panen dan harga
gabah berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani
padi sawah.
5. Kegiatan penunjang agribisnis yaitu bantuan input pertanian, penyaluran
kredit, kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk secara langsung tidak
berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi
sawah. Dan melalui kegiatan utama agribisnis berpengaruh signifikan
terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
6. Sumber daya alam yaitu tinggi volume air/Ha, luas lahan yang beririgasi,
panjang jalan usahatani secara langsung tidak berpengaruh signifikan
terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dan melalui
kegiatan utama agribisnis berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah.
7. Sumber daya manusia yaitu curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan,
produktivitas tenaga kerja secara langsung tidak berpengaruh signifikan
terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dan melalui
kegiatan utama agribisnis berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah.
8. Teknologi yaitu penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan
komponen teknologi pilihan secara langsung maupun melalui kegiatan
utama agribisnis berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
295
7.2. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, selanjutnya baik untuk
kepentingan praktis maupun kepentingan akademis, maka disampaikan saran-
saran sebagai berikut :
1. Kepada petani agar dapat meningkatkan luas lahan, dikarenakan semakin
luas suatu lahan maka semakin tinggi produksi, dan semakin tinggi
produksi semakin tinggi pendapatan. Kepada Pemerintah Kabupaten
Serdang Bedagai pada daerah persawahan yang belum ada saluran air
irigasinya agar dibuat dan yang rusak agar cepat diperbaiki jangan
ditunggu sampai semua rusak supaya petani padi sawah dapat
meningkatkan produksi dan produktivitas yang tinggi dan pendapatan
mereka juga tinggi.
2. Kepada petani jangan mengandalkan pada kegiatan doa turun tanam minta
hujan, bagi umat Islam ada shalat minta hujan yaitu shalat istighosah jika
didaerah tersebut tidak hujan dan kering kerontang maka panggil ustad dan
shalat berjamaah di lapangan dan berdoa, Insya Allah hujan pasti turun,
dan jika nanti panen harus dikeluarkan zakat pertanian. Zakat pertanian
dikeluarkan untuk menghindari dari serangan hama penyakit dan
meningkatkan kesuburan tanah, hal ini menunjukkan bahwa tanda kita
bersyukur diberi Allah SWT rezeki yang berlimpah. Pelaksanaan kearifan
lokal dalam bentuk doa turun tanam memerlukan banyak biaya yang
dikeluarkan dan biaya tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengelola
usahatani mereka.
Universitas Sumatera Utara
296
3. Kepada petani padi sawah maupun pengurus P3A harus merawat saluran
air irigasi bersama-sama secara bergotong royong dan kepada Pemerintah
Kabupaten Serdang Bedagai selalu merawat saluran irigasi baik saluran
primer, skunder dan tertier agar jangan cepat rusak terutama bendungan air
irigasi, hal ini bisa terhambat jalannya air irigasi.
4. Disarankan agar kegiatan utama agribisnis dalam usahatani padi sawah
dilakukan 2 kali musim tanam dengan memperkecil biaya produksi yang
terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya sewa lahan dan biaya sarana produksi.
Kepada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai hendaknya mengatur
harga gabah agar produsen dan konsumen tidak dirugikan dengan
menetapkan harga yang terjangkau sesuai dengan tingkat pendapatan
masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan petani sebaiknya
dilakukan melalui mekanisme kebijakan yang dapat langsung dinikmati
petani dan keluarganya tanpa mengintervensi mekanisme pasar.
5. Kepada petani diharapkan memperhatikan kualitas bantuan yang diberikan
Pemerintah dan mempergunakannya sesuai dengan di butuhkan. Kepada
Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai jika memberi bantuan input
pertanian diperhatikan masa kedaluwarsanya sebab dilapangan terdapat
petani padi sawah dapat bantuan bibit sudah kedaluwarsa, contohnya bibit
bantuan tersebut ditanam sampai umur panen ternyata gabahnya kosong
begitu juga pupuk yang diterimanya dari bantuan tidak sesuai pupuk dari
anjuran penyuluh. Kemudian penyaluran kredit dan bantuan pupuk
bersubsidi, diberikan sesuai dengan luas lahan yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
297
6. Kepada petani agar tidak terlalu boros dalam penggunaan air. Kepada
Pemerintah Kabupaten dan pengurus organisasi P3A agar memahami
pentingnya air, sehingga tinggi volume air/Ha di lahan sawah mereka
dapat terjaga dan jangan coba-coba saluran air irigasi ditutup oleh petani
sehingga petani yang lain tidak kebahagian air. Lahan yang beririgasi
dipertahankan untuk sawah jangan terjadi konversi lahan, atau dijual
sehingga lahan tersebut dibuat perumahan atau swalayan dan pertokoan,
lahan yang beririgasi Pemerintah Kabupaten harus membuat perdanya agar
terlindungi dari konversi lahan sebab biaya irigasi cukup mahal untuk
dibuat jika air irigasinya tidak dimanfaatkan untuk mengairi persawahan.
Jalan usahatani harus dibuat untuk melancarkan transportasi membawa
hasil panen, bagi petani yang luas sawahnya jalan usahatani harus dibuat,
diminta kesadaran petani yang bersangkutan merelakan lahannya untuk
dibuat jalan usahatani, dan nilai jual lahan mereka pasti naik.
7. Kepada Petani perlu mencari informasi pertanian yang lebih maju agar
dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dan kepada
pemerintah memberikan setiap informasi pertanian yang dibutuhkan petani
agar petani memperoleh pendapatan yang tinggi.
8. Kepada petani agar dapat meningkatkan pengetahuan akan teknologi
dalam pengembangan wilayah baik secara langsung dan melalui kegiatan
utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Pemerintah dan para peneliti pertanian selalu mencari terobosan baru
dalam teknologi untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan
pendapatan.
Universitas Sumatera Utara
top related