bab iii hasil penelitian dan...
Post on 10-Aug-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
61
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perbandingan Putusan Perkara Tindak Pidana Pencurian Dengan
Pemberatan yang Mengandung Disparitas Di Pengadilan Negeri Kepanjen
1. Identitas Terdakwa
Tabel .3. Pendapat penulis tentang perbandingan identitas terdakwa
Putusan Nomor: 108/Pid.B/2015/PN.Kpn
Menurut penulis terdakwa AGUS HARIANTO dalam kasus ini tidak melakukan tindak pidana seorang diri saja namun dengan beberapa orang temannya YULIAS ADIS RIBOWO dan NUR AHMAD ROMY DZULKARNAIN. Namun pada Identitas terdakwa hanya di cantumkan satu orang di karenakan kedua pelaku yang lain (teman terdakwa) telah di diversi di tingkat penyidikan. Sedangkan menurut Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa batas bawah usia anak yang bisa dimintai pertanggungjawaban pidana adalah 12 tahun. Sebelum Putusan ini, menurut UU No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, anak yang berusia 8 hingga 18 tahun dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara pidana. Jadi seharusnya yang dapat di diversi adalah anak berusia di bawah 18 tahun dan di atas 12 tahun. Namun pada kasus ini YULIAS ADIS RIBOWO berusia sama dengan terdakwa yang seharusnya juga patut di mintai pertanggungjawaban sebagai terdakwa kasus pencurian dengan pemberatan ini.
Putusan Nomor 80/Pid.B/2015/PN.Kpn
Menurut penulis identitas terdakwa telah sesuai dengan data diri terdakwa yang termaktub dalam kartu tanda penduduk (KTP) terdakwa. Sebagai keterangan bahwa terdakwa disini adalah SUJANI telah terbukti melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan. Namun pada kasus sebenarnya ada seorang terdakwa lagi bernama ARIEF yang melarikan diri dan masih dalam daftar pencarian orang (DPO).
Sumber : Data diolah penulis tentang perbandingan identitas terdakwa
62
Menurut penulis perbandingan identitas terdakwa dari kedua Putusan
tersebut adalah kedua terdakwa melakukan tindak pidana sesuai dengan pasal 363
ayat 1 ke 4 yaitu tentang pencurian yang di lakukan bersama dua orang atau lebih
dengan bersekutu. Namun kedua Putusan tersebut hanya dicantumkan satu orang
terdakwa. Dikarenakan pada Putusan nomor : 108/Pid.B/2015/PN.Kpn pelaku
tindak pidana yang lain telah di diversi dan salah satunya menjadi saksi dalam
perkara tersebut. Sedangkan pada Putusan nomor: 80/Pid.B/2015/PN.Kpn
terdakwa bertanggungjawab sendiri dikarenakan pelaku tindak pidana yang
lainnya melarikan diri sedang barang bukti masih ada di tangan terdakwa dan di
temukan saksi untuk di laporkan tindak pidana pencuriannya.
2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Tabel .4. Pendapat penulis tentang perbandingan dakwaan jaksa penuntut umum
Putusan Nomor: 108/Pid.B/2015/PN.Kpn
Pada Putusan ini jaksa penuntut umum mendakwa terdakwa dengan Pasal 363 ayat (1) ke 3 dan 4 KUHP. Berdasarkan analisa penulis dan pertimbangan hakim terdakwa memenuhi unsur pasal 363 ayat (1) ke 3 dan 4 KUHP, dalam dakwaan itu juga saksi Yulias Adis menuturkan bahwa yang mengambil pemanas gas solet adalah terdakwa sedangkan tabung gas lpg 3 kg berjumlah 3 buah di ambil oleh temanya Romi. Saksi Nurhadi mengatakan bahwa yang menjual sebuah pemanas gas solet hanyalah Adis yang mengaku bahwa pemanas gas solet itu milik temanya sedangkan dalam dakwaan terdakwa dan teman-temanya mencuri lalu menjual sendiri barang-barang tersebut lalu membagi rata uang hasil menjual barang curian tersebut. Keterangan saksi tersebut tidak dapat dijadikan alat bukti yang sah sesuai pasal 185 ayat 5
63
KUHAP. Kemudian adanya saksi (Romi) yang tidak
dapat hadir kepersidangan tanpa alasan yang jelas, hal ini diatur dalam pasal 162 KUHAP. Dari beberapa hal yang terungkap dalam persidangan tersebut dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan Putusannya.
Putusan Nomor 80/Pid.B/2015/PN.Kpn
Menurut Penulis Pada Putusan ini jaksa penuntut umum mendakwa terdakwa dengan dakwaan alternatif yaitu Pasal 363 ayat (1) ke 3 dan 4 KUHP atau pasal 480 KUHP. Dikarenakan salah satu telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Maka dakwaan dengan pasal 480 KUHP di anggap gugur dan setelahnya menggunakan dakwaan pasal 363 ayat (1) ke 3 dan 4 KUHP. Berdasarkan analisa penulis dan pertimbangan hakim terdakwa memenuhi unsur pasal 363 ayat (1) ke 3 dan 4 KUHP, dalam dakwaan itu juga saksi Suheri sebagai orang yang menemukan ayam milik saksi Diki Mulyana di kandang ayam yang bertempat di rumah terdakwa, saksi suheri juga menuturkan bahwa pencurian tersebut dilakukan oleh terdakwa dan Arief (DPO) dengan merusak pagar kandang ayam milik saksi Diki Mulyana. Sedangkan menurut terdakwa yang melakukan pencurian dengan merusak pagar lalu masuk ke dalam kandang dan mengambil ayam milik saksi Diki Mulyana adalah temanya Arief sedangkan terdakwa hanya menunnggu di luar untuk mengawasi situasi dan kondisi sekitar. Maka berdasarkan hemat penulis keterangan saksi Suheri tersebut tidak dapat dijadikan alat bukti yang sah sesuai pasal 185 ayat 5 KUHAP.
Akan tetapi dari fakta – fakta yang terungkap jelas menunjukkan adanya keterangan saksi maupun terdakwa yang belum sesuai dengan dakwaan. Penuntut umum hanya mendakwakan dengan pasal 363 ayat 1 ke 3 dan ke 4, padahal fakta yang terungkap dalam persidangan sudah jelas bahwa terdakwa melakukan pencurian dengan merusak pagar kandang ayam milik saksi Diki Mulyana.
Namun dalam dakwaan hanya disebutkan 2
64
unsur dalam pasal 363 ayat 1. Menurut penulis penuntut umum seakan melupakan dua unsur yang harus tercantum dalam dakwaanya yaitu unsur hewan ternak yang ada pada pasal 363 ayat 1 ke 1 dan merusak yang terdapat pada pasal 363 ayat 1 ke 5. Dimana sesuai dengan barang yang di curi adalah hewan ternak ayam milik saksi Diki Mulyana dan menurut saksi Suheri pencurian itu dilakukan dengan cara merusak pagar yang terbuat dari bambu untuk masuk kandang ayam lalu mencuri ayam milik saksi Diki Mulyana. Seharusnya penuntut umum mencantumkan unsur ke 1 dan ke 5 tersebut agar Putusan yang akan dijatuhakan oleh hakim dapat memenuhi suatu aspek kepastian dan keadilan hukum.
Sumber : Data diolah penulis tentang perbandingan dakwaan jaksa penuntut umum
Menurut penulis perbandingan dari kedua dakwaan tersebut terletak pada
poin-poin dakwaan pada setiap Putusan yang mana pada Putusan no.
108/Pid.B/2015/PN.Kpn berdasarkan analisa penulis dan pertimbangan hakim
terdakwa memenuhi dakwaan jaksa penuntut umum pada unsur pasal 363 ayat (1)
ke 3 dan 4 KUHP sedangkan pada Putusan no. 80/Pid.B/2015/PN.Kpn dalam
dakwaan hanya disebutkan 2 unsur yaitu pasal 363 ayat (1) ke 3 dan 4 KUHP.
Dalam pasal 363 ayat 1 menurut penulis penuntut umum seakan melupakan dua
unsur yang harus tercantum dalam dakwaanya yaitu unsur hewan ternak yang ada
pada pasal 363 ayat 1 ke 1 dan merusak yang terdapat pada pasal 363 ayat 1 ke 5.
3. Tuntutan Penuntut Umum Tabel .5. tentang pendapat penulis tentang perbandingan tuntutan penuntut umum
Putusan Nomor: 108/Pid.B/2015/PN.Kpn
Menurut Penulis Tuntutan yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum sudah sesuai dengan fakta yang terungkap dalam persidangan, sesuai dengan
65
keterangan terdakwa yaitu bahwa terdakwa mengambil pemanas gas solet dan empat tabung lpg 3 kg di kandang ayam milik saksi Hartoyo pada 16 Desember 2014 di desa Sidorejo, Kec.Pagelaran, Kab.Malang. Untuk itu Penuntut Umum menyatakan Terdakwa : AGUS HARIANTO , terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "Pencurian dalam keadaan memberatkan” ketentuan Pasal 363 (1) ke-4 KUHP, Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa AGUS HARIANTO dengan pidana penjara selama 4 (empat) bulan dan 15 (lima belas) hari.
Putusan Nomor 80/Pid.B/2015/PN.Kpn
Menurut penulis pasal yang diperumtukkan kepada terdakwa sudah sesuai dengan unsur – unsur pasal tersebut yang ada dalam dakwaan, akan tetapi ada dua unsur yang dilupakan oleh penuntut umum yaitu unur ke 1 hewan ternak dan ke 5 perusakan untuk mempermudah pencurian yang seharusnya ada dalam tuntutan karena dalam dakwaan dan fakta di persidangan terungkap bahwa terdakwa melakukan pencurian ternak ayam dengan merusak pagar bambu untuk masuk ke kandang ayam milik saksi Diki Mulyana yang seharusnya dapat memperberat tuntutan. Untuk itu penuntut umum menuntut dengan menjatuhkan pidana penjara selama 1 tahun.
Sumber : Data diolah penulis tentang perbandingan tuntutan jaksa penuntut umum.
Menurut Penulis pada Putusan no: 108/Pid.B/2015/PN.Kpn pasal yang di
tetapkan sudah tepat yaitu Pasal 363 (1) ke-4 KUHP. Namun untuk penjatuhan
pidana penjara 4 (empat) bulan dan 15 (lima belas) hari menurut penulis tidak
memberikan status terpidana bagi terdakwa dan menghilangkan proses
pemidanaan yang sebenarnya di karenakan pidana penjara di kurangi masa
tahanan yang telah di jalani selama 6 (enam) bulan. Sedangkan Putusan no:
80/Pid.B/2015/PN.Kpn ada dua unsur yang dilupakan oleh penuntut umum yaitu
unur ke 1 hewan ternak dan ke 5 perusakan untuk mempermudah pencurian yang
66
seharusnya ada dalam tuntutan karena dalam dakwaan dan fakta di persidangan
terungkap bahwa terdakwa melakukan pencurian ternak ayam dengan merusak
pagar bambu untuk masuk ke kandang ayam dan untuk itu penuntut umum
menuntut penjatuhan pidana penjara selama 1 (satu) tahun.
4. Pertimbangan Hakim
Tabel .6. Tentang pendapat penulis tentang perbandingan pertimbangan hakim.
Putusan Nomor: 108/Pid.B/2015/PN.Kpn
Penulis disini menjelaskan pemenuhan unsur yang menetapkan terdakwa secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sesuai pasal 363 ayat (1) ke 3 dan 4 KUHP. Yakni, Terdakwa dalam proses persidangan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, dengan demikian dapat dimintai pertanggungjawaban. Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut diatas maka unsur ini telah terpenuhi. tersangka telah memindahkan barang yang bukan miliknya ke tempat lain untuk dimiliki sendiri, barang tersebut memiliki nilai ekonomis.
Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut diatas maka unsur ini telah terpenuhi. Pemanas gas solet dan tabung gas 3 kg yang berada di kandang ayam milik saksi Hartoyo di desa sidorejo, kec, pagelaran, kab malang yang pada saat itu kandang ayam tidak terkunci dan penjaga tertidur maka terdakwa dan kedua temannya melakukan pencurian barang yang bukan milik terdakwa melainkan seluruhnya milik saksi Hartoyo. Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut diatas maka unsur ini telah terpenuhi.
Hal yang memberatkan di katakan hakim dalam mempertimbangkan Putusan “bahwa perbuatan terdakwa merugikan orang lain” Menurut penulis pertimbangan hakim sudah tepat bahwa dengan adanya perbuatan terdakwa maka saksi mendapati kerugian sebesar Rp.1.600.000,- (satu juta enam ratus ribu rupiah). Sehingga majelis hakim
67
menjatuhkan pidana kepada terdakwa selama 4 (empat) bulan dan 15 (lima belas) hari.
Namun dalam hal yang meringankan bahwa terdakwa telah bersikap jujur dan mengakui kesalahanya, terdakwa belum pernah di hukum sebelumnya dan terdakwa juga mempunyai tanggungan keluarga dan merupakan tulang punggung keluarga seharusnya hal ini dapat menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidananya dengan memperhatikan keadaan ekonomi terdakwa, keadaan sosial terdakwa, keadaan religi terdakwa, sehingga hakim dalam menjatukan pidananya lebih ringan
Putusan Nomor 80/Pid.B/2015/PN.Kpn
Penulis disini menjelaskan pemenuhan unsur yang menetapkan terdakwa secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sesuai pasal 363 ayat (1) ke 3 dan 4 KUHP. Yakni, Terdakwa dalam proses persidangan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, dengan demikian dapat dimintai pertanggungjawaban. Sujani yang diajukan sebagai terdakwa setelah identitasnya diperiksa ternyata telah sesuai dengan yang tercantum dalam surat dakwaan, mengenai perbuatan Terdakwa sebagaimana dalam dakwaan dibuktikan perbuatannya mengambil dan memindahkan barang milik orang lain untuk dikuasainya sendiri. Hewan ternak ayam yang diambil oleh terdakwa dengan maksud terdakwa untuk dimiliki tanpa seijin dan pemiliknya mengambil sesuatu barang kepunyaan orang dengan melawan hak, sehingga dengan demikian unsur ke- 2 ini telah terpenuhi.
Berdasarkan keterangan saksi Suheri dan fakta dalam persidangan Terdakwa dan temannya Arief (DPO) masuk kedalam kandang ayam milik saksi Diki Mulyana dengan cara merusak pagar yang terbuat dari bambu pada pukul 03.00 WIB. Sehingga dengan demikian unsur diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dan merusak untuk mempermudah melakukan tindak
68
pidana telah terpenuhi. Hal yang memberatkan di katakan hakim
dalam mempertimbangkan Putusan “bahwa perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat” Menurut penulis pertimbangan hakim sudah tepat bahwa dengan adanya perbuatan terdakwa sangat meresahkan masyarakat. Sesuai dengan keterangan dari saksi Sucipto terdakwa sudah sering melakukan pencurian baik ayam, menthok milik tetangganya dan juga sering di hukum dalam perkara pencurian ayam. Sehingga majelis hakim menjatuhkan pidana kepada terdakwa selama 7 (tujuh) bulan.
Namun dalam hal yang meringankan bahwa terdakwa telah bersikap jujur dan mengakui kesalahanya, seharusnya hal ini dapat menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidananya dengan memperhatikan keadaan ekonomi terdakwa, keadaan sosial terdakwa, keadaan religi terdakwa, sehingga hakim dalam menjatukan pidananya lebih ringan.
Sumber : Data diolah penulis tentang perbandingan pertimbangan hakim
Menurut penulis dari pertimbangan hakim dalam pemidanaan yang
bersifat Yuridis dan non yuridis. Pertimbangan dari kedua Putusan tersebut secara
yuridis semua aspek telah terpenuhi unsur-unsur pemidanaan sesuai dengan
dakwaan penuntut umum yang di ajukan sesuai bukti-bukti dan fakta-fakta
persidangn. Berdasarkan pertimbangan non yuridis tersebut dapat di
perbandingkan bahwa antara kedua Putusan tersebut walaupun keadaan-keadaan
meringankan lebih banyak namun Putusan pidana yang di jatuhkan dapat pula
lebih berat dimana Putusan pidana penjara no 108/Pid. B/2015/PN Kpn selama 7
(tujuh) bulan sedangkan pidana penjara Putusan no 80/Pid. B/2015/PN Kpn
selama 4 (empat) bulan dan 15 (lima belas) hari. Dari pertimbangan non yuridis
tersebut dapat dilihat adanya disparitas antara pertimbangan hakim dan hasil
69
Putusan yang berbeda. Faktor meringankan yang banyak belum tentu
mempengaruhi hasil pidana penjara yang di putuskan oleh hakim dikarenakan
kebebasan hakim menentukan Putusan.
5. Amar Putusan Tabel .7. tentang Pendapat penulis tentang perbandingan amar Putusan
Putusan Nomor: 108/Pid.B/2015/PN.Kpn
Menurut penulis amar Putusan terkesan hanya sebagai Putusan akhir yang tidak mengedepankan faktor kemanfaatan dan tujuan pemidanaan, dari Putusan itu sendiri akan hilang hasil pidana penjara yang di jatuhkan karena di kurangi masa penahanan yang memang melebihi jumlah Putusan pidana penjara itu sendiri. Yaitu Putusan pidana penjara selama 4 bulan 15 hari di kurangi 6 bulan penahanan.
Pada hakikatnya, pidana adalah perlindungan terhadap masyarakat (segi prevensi) dan pembalasan terhadap seseorang yang melanggar hukum (segi pembalasan). Di samping itu pidana di harapkan sebagai pembawa kerukunan dan suatu proses pendidikan untuk menjadikan orang di terima kembali di masyarakat.
Dengan demikian menurut penulis terdakwa tidak pernah menjalani pidana penjaranya dan sesuai dengan perbuatanya terdakwa tidak menjalani proses pendidikan (rehabilitasi) untuk menjadikan orang di terima kembali di masyarakat.
Putusan Nomor 80/Pid.B/2015/PN.Kpn
Menurut penulis dalam hal ini hakim memutus sesuai fakta dari dakwaan pertama. Sedangakan menurut analisa penulis tindakan pelaku sesuai dengan fakta-fakta dan keterangan terdakwa dalam persidangan, dakwaan kedua lebih sesuai untuk menghukum terdakwa dikarenakan sesuai keterangan terdakwa yang masuk ke dalam kandang ayam dengan merusak pagar yang terbuat dari bambu untuk mencuri ayam milik saksi Diki Mulyana adalah temanya Arief (DPO) sedangkan terdakwa hanya di luar mengawasi situasi dan kondisi sekitar.
70
Dengan demikian menurut hemat penulis seharusnya hakim dalam memutus perkara ini dengan amar Putusan pasal 480 KUHP j.o pasal 56 KUHP. Dengan demikian menurut penulis hakim kurang melihat rasionalitas fakta-fakta dan keterangan saksi dan terdakwa dalam persidangan. Sehingga Amar yang dibuat dalam Putusan ini tidak mencerminkan kepastian, keadilan dan kemanfaatan hukum.
Sumber : Data diolah penulis tentang perbandingan amar Putusan
Menurut penulis perbandingan dari kedua Putusan tersebut terletak pada masa
pemidanaannya pada Putusan nomor: 108/Pid.B/2015/PN.Kpn amar Putusan
terkesan hanya sebagai Putusan akhir yang tidak mengedepankan faktor kemanfaatan
dan tujuan pemidanaan yaitu Putusan pidana penjara selama 4 bulan 15 hari di
kurangi 6 bulan penahanan, dari Putusan itu sendiri nampak akan hilang hasil pidana
penjara yang di jatuhkan karena di kurangi masa penahanan yang memang melebihi
jumlah Putusan pidana penjara itu sendiri. terdakwa tidak pernah menjalani pidana
penjaranya dan sesuai dengan perbuatanya terdakwa tidak menjalani proses
pendidikan (rehabilitasi) untuk menjadikan orang di terima kembali di masyarakat.
Sedangkan Putusan nomor: 80/Pid.B/2015/PN.Kpn dakwaan jaksa penuntut umum
yang kedua lebih sesuai untuk menghukum terdakwa dikarenakan sesuai keterangan
terdakwa yang masuk ke dalam kandang ayam dengan merusak pagar adalah temanya
sedangkan terdakwa hanya di luar mengawasi situasi dan kondisi sekitar. seharusnya
hakim dalam memutus perkara ini dengan amar Putusan pasal 480 KUHP j.o pasal 56
KUHP. Dengan demikian menurut penulis hakim kurang melihat rasionalitas fakta-
fakta dan keterangan saksi dan terdakwa dalam persidangan.
71
B. Analisis Disparitas Putusan Hakim No : 108/Pid.B/2015/PN.Kpn dan No :
80/Pid.B/2015/PN.Kpn Pengadilan Negeri Kepanjen tentang Tindak Pidana
Pencurian Dengan Pemberatan
Terdapat beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh hakim sebelum
Putusannya. Pertimbangan hakim terbagi menjadi dua, yaitu pertama,
pertimbangan yang bersifat yuridis berupa dakwaan jaksa penuntut umum,
keterangan terdakwa dan saksi, barang-barang bukti dan pasal-pasal yang
mengaturnya. Kedua, pertimbangan yang bersifat non yuridis, berupa alasan
pemberat di luar KUHP, alasan peringan (di luar KUHP), motif dan status sosial
terdakwa. Berikut ini merupakan pertimbangan hakim yang bersifat Yuridis dan
non yuridis kepada terdakwa dalam Putusannya No. 80 dan 108/Pid. B/2015/PN
Kpn dan Putusan no 108/Pid. B/2015/PN Kpn.
1. Pertimbangan Hakim dalam Pemidanaan yang bersifat Non Yuridis
a. Putusann no 80/Pid. B/2015/PN Kpn.
Nama Terdakwa : Sujani
Keadaan yang memberatkan:
Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat ;
Keadaan yang meringankan:
Terdakwa mengakui dan menyesal atas perbuatannya
b. Putusan no 108/Pid. B/2015/PN Kpn.
Nama Terdakwa : Agus Harianto
72
Keadaan-keadaan yang memberatkan:
Bahwa perbuatan terdakwa merugikan orang lain ;
Keadaan-keadaan yang meringankan:
Bahwa terdakwa mengakui terus terang akan
perbuatannya dan menunjukkan rasa penyesalan;
Bahwa terdakwa mempunyai tanggungan keluarga ;
Bahwa terdakwa belum pernah dihukum;
Menurut penulis dari pertimbangan hakim dalam pemidanaan yang
bersifat non yuridis tersebut dapat di perbandingkan bahwa antara kedua Putusan
tersebut walaupun keadaan-keadaan meringankan lebih banyak namun Putusan
pidana yang di jatuhkan dapat pula lebih berat dimana Putusan pidana penjara no
108/Pid. B/2015/PN Kpnselama 7 (tujuh) bulan sedangkan pidana penjara
Putusan no 80/Pid. B/2015/PN Kpnselama 4 (empat) bulan dan 15 (lima belas)
hari. Dari pertimbangan non yuridis tersebut dapat dilihat adanya disparitas antara
pertimbangan hakim dan hasil Putusan yang berbeda. Faktor meringankan yang
banyak belum tentu mempengaruhi hasil pidana penjara yang di putuskan oleh
hakim dikarenakan kebebasan hakim menentukan Putusan.
2. Pertimbangan Hakim dalam Pemidanaan yang bersifat Yuridis
Dari Putusan yang penulis teliti akan dibandingkan fakta – fakta
hukum dengan dakwaan yang ada dalam persidangan, dibawah ini akan
dipaparkan perbandingannya sebagai berikut:
73
a. Putusann no 80/Pid. B/2015/PN Kpn.
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut, Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya;
Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk Alternatif, Pertama sebagaimana diatur dalam Pasal 363 ayat 1 ke-3 dan 4 KUHP ATAU Kedua sebagaimana diatur dalam pasal 480 KUHP ;
Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas memilih langsung dakwaan alternatif ke Kedua sebagaimana diatur dalam pasal 363 ayat 1 ke-3 dan 4 KUHP yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
1. Barang siapa ; 2. Mengambil Sesuatu Barang Sebagian atau Seluruhnya
Milik Orang Lain ; 3. Dengan Maksud Untuk Dimiliki Secara Melawan Hukum ; 4. Diwaktu Malam Dalam Sebuah Rumah atau Pekarangan
Tertutup Yang Ada Rumahnya, Yang Dilakukan Oleh Orang Yang Ada Disitu Tidak Diketahui atau Tidak Dikehendaki Oleh Yang Berhak ;
5. Yang Dilakukan Oleh Dua Orang Atau Lebih Dengan Bersekutu ;
Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:
Ad. 1.Unsur Barang Siapa ; Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “barang siapa” adalah setiap subyek hukum pelaku tindak pidana yang mampu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Menimbang, bahwa berdasarkan pengertian tersebut di atas dihubungkan dengan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan, identitas Terdakwa yang termuat dalam surat dakwaan Penuntut Umum sama dengan identitas Terdakwa yang dihadapkan di persidangan sehingga tidak ada satupun petunjuk akan terjadi kekeliruan orang (Error in Persona) sebagai subyek hukum atau pelaku tindak pidana, sehingga dengan demikian unsur “Barang Siapa” telah terpenuhi;
Ad.2. Unsur Mengambil Sesuatu Barang Sebagian atau Seluruhnya milik orang lain ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan bahwa Terdakwa pada hari Minggu tanggal 30 Nopember
74
2014 sekitar pukul 03.00 WIB, telah mengambil ayam bertempat di dalam kandang belakang rumah milik saksi Diki Mulyana di Jl. Kramatan Rt. 15/03 Dusun Karangnongko Desa Pakisaji Kab. Malang ;
Menimbang, bahwa sebelumnya pada hari Jumat tanggal 28 Nopember 2014 sekitar pukul 21.00 WIB Terdakwa dan Sdr. ARIEF telah merencanakan akan mengambil ayam kemudian pada hari Minggu Terdakwa yang dibonceng oleh Sdr. ARIEF dengan mengendarai sepeda motor menuju ke rumah saksi Diki Mulyana lalu Sdr. ARIEF merusak pagar rumah saksi Diki Mulyana yang terbuat dari bambu kemudian Sdr. ARIEF masuk ke dalam kandang ayam yang letaknya berada dibelakang rumah dekat kamar mandi, sedangkan Terdakwa menunggu diluar kandang ayam, sehingga dengan demikian unsur “ Mengambil Sesuatu Barang Sebagian atau Seluruhnya Milik Orang Lain ” telah terpenuhi ;
Ad.3. Unsur Dengan Maksud Untuk Dimiliki Secara Melawan Hukum;
Menimbang, bahwa Terdakwa berdasarkan keterangan saksi-saksi bahwa setelah Sdr Arif berhasil masuk ke kandang ayam milik saksi Sdr ARIEF (DPO) mengambil 7 (tujuh) ekor ayam bangkok milik saksi korban kemudian dimasukkan ke dalam karung lalu Sdr ARIEF memberi Terdakwa 3 (tiga) ekor ayam betina dan 1(satu) ekor ayam jantan kemudian Terdakwa memelihara 4(empat) ekor ayam tersebut dirumah Terdakwa dan pada hari Sabtu tanggal 6 Desember 2014 Saksi SUHERI mengetahui bahwa ayam milik saksi Diki Mulyana yang hilang berada di rumah Terdakwa ;
Menimbang, bahwa akibat dari perbuatan Terdakwa tersebut Saksi Diki Mulyana mengalami kerugian sebesar Rp.1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah). sehingga dengan demikian unsur “Dengan Maksud Untuk Dimiliki Secara Melawan Hukum” telah terpenuhi ;
Ad.4. Unsur Diwaktu Malam Dalam Sebuah Rumah atau Pekarangan Tertutup Yang Ada Rumahnya, Yang Dilakukan Oleh Orang Yang Ada Disitu Tidak Diketahui atau Tidak Dikehendaki Oleh Yang Berhak ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 98 KUHAP yang disebut waktu malam yaitu waktu antara matahari terbenam dan matahari terbit ;
Menimbang, bahwa Terdakwa berdasarkan keterangan saksi-saksi bahwa Terdakwa pada hari Minggu tanggal 30 Nopember 2014 sekitar pukul 03.00 WIB telah mengambil ayam bertempat di dalam kandang belakang rumah milik saksi Diki Mulyana di Jl. Kramatan Rt. 15/03 Dusun Karangnongko Desa Pakisaji Kab. Malang, sehingga dengan demikian unsur Diwaktu Malam Dalam Sebuah Rumah atau Pekarangan Tertutup Yang Ada Rumahnya, Yang Dilakukan Oleh Orang Yang Ada
75
Disitu Tidak Diketahui atau Tidak Dikehendaki Oleh Yang Berhak” telah terpenuhi ;
Ad.5. Unsur Yang Dilakukan Oleh Dua Orang Atau Lebih Dengan Bersekutu ;
Menimbang, bahwa Terdakwa berdasarkan keterangan saksi-saksi bahwa Terdakwa bersama dengan Sdr. ARIEF pada hari Minggu tanggal 30 Nopember 2014 sekitar pukul 03.00 WIB, bertempat di dalam kandang belakang rumah milik saksi Diki Mulyana di Jl. Kramatan Rt. 15/03 Dusun Karangnongko Desa Pakisaji Kab. Malang, sehingga dengan demikian unsur “Yang Dilakukan Oleh Dua Orang Atau Lebih Dengan Bersekutu” telah terpenuhi ;
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 363 ayat 1 ke-3 dan 4 KUHP telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Pertama.
Penulis pada Putusan ini jaksa penuntut umum mendakwa
terdakwa dengan Pasal 363 ayat (1) ke 3 dan 4 KUHP. Berdasarkan
analisa penulis dan pertimbangan hakim terdakwa memenuhi unsur pasal
363 ayat (1) ke 3 dan 4 KUHP, dalam dakwaan itu juga saksi Yulias Adis
menuturkan bahwa yang mengambil pemanas gas solet adalah terdakwa
sedangkan tabung gas lpg 3 kg berjumlah 3 buah di ambil oleh temanya
Romi. Saksi Nurhadi mengatakan bahwa yang menjual sebuah pemanas
gas solet hanyalah Adis yang mengaku bahwa pemanas gas solet itu milik
temanya sedangkan dalam dakwaan terdakwa dan teman-temanya mencuri
lalu menjual sendiri barang-barang tersebut lalu membagi rata uang hasil
menjual barang curian tersebut. Keterangan saksi tersebut tidak dapat
dijadikan alat bukti yang sah sesuai pasal 185 ayat 5 KUHAP.
Kemudian adanya saksi (Romi) yang tidak dapat hadir
kepersidangan tanpa alasan yang jelas, hal ini diatur dalam pasal 162
76
KUHAP. Dari beberapa hal yang terungkap dalam persidangan tersebut
dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan Putusannya.
b. Putusan no 108/Pid. B/2015/PN Kpn.
Menimbang, bahwa untuk menyatakan terdakwa telah melakukan suatu tindak pidana, maka perbuatan terdakwa tersebut haruslah memenuhi seluruh unsur-unsur dari tindak pidana yang didakwakan kepadanya;
Menimbang, bahwa terdakwa telah didakwa oleh Jaksa/Penuntut Umum dengan dakwaan tunggal melanggar Pasal 363 (1) ke-4 KUHP yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Barangsiapa ; 2. Talah mengambil barang sesuatu ; 3. Dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum ;
Ad.1 “ Barang siapa“ Yang dimaksud barang siapa adalah orang dalam arti manusia
yang dapat dibebani tanggung jawab dari segala perbuatan yang dilakukannya, bahwa dalam perkara ini yang diajukan sebagai terdakwa adalah seorang manusia yang bernama AGUS HARIANTO lengkap dengan segala identitasnya sebagaimana telah diuraikan dalam surat dakwaan dan dalam surat tuntutan. Bahwa selama dalam pemeriksaan perkara terdakwa sejak tingkat penyidikan sampai dengan pemeriksaan dipersidangan tidak diketemukan adanya alasan pembenar dan alasan pemaaf dari perbuatan terdakwa. Maka dari uraian tersebut dalam unsur barang siapa telah terbukti ;
Ad.2 “Telah mengabil barang sesuatu “. Fakta – fakta yang terungkap dipersidangan yang diperoleh
keterangan dari saksi – saksi bahwa benar pada pertengahan bulan Desember 2014 jam.02.00. WIB terdakwa bersama dengan temannya bernama Nur Ahmad Romy Dzulkarnain dan Yulias Adis Ribowo telah mengambil 4(empat) buah tabung LPG 3 Kg dan sebuah pemanas gas Solet milik saksi Hartoyo di peternakan kandang ayam yang terletak di Desa Sidorejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang ;
Dengan demikian unsur mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan meyakinkan ;
Ad.3 “ Dengan maksud dimiliki secara melawan hukum “. Berdasarkan keterangan para saksi yang bersesuaian dengan
keterangan terdakwa yang menerangkan bahwa telah mengambil 1(satu) buah pemanas gas Solet kemudian dijual kepada saksi Nurhadi seharga
77
Rp450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu rupiah) dan 4(empat) buah tabung gas LPG ukuran 3 Kg, dan dijual kepada saksi Ruslan Abdul Ghoni seharga Rp360.000,00 (tiga ratus enam puluh ribu rupiah) dengan demikian unsur ini telah terbukti ;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa dipersidangan, serta barang bukti yang satu sama lain bersesuaian, maka majelis berpendapat seluruh unsur yang terkandung dalam Pasal 363(1) ke-4 KUHP tersebut telah terpenuhi oleh perbuatan terdakwa, dimana telah terbukti fakta bahwa pada pertengahan bulan Desember 2014 sekira pukul 02.00 WIB terdakwa memasuki kandang ayam milik saksi Hartoyo Desa Sidorejo, Kec.Pagelaran, Kab.Malang telah mengambil 1( satu) buah alat pemanas gas Solet dan 4 (empat) buah tabung gas LPG ukuran 3 Kg, tanpa seijin pemiliknya yaitu saksi Hartoyo dengan tujuan untuk dijual ;
Menimbang, bahwa oleh karena seluruh unsur dalam rumusan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 (1) ke-4 KUHP terpenuhi oleh perbuatan terdakwa, maka majelis berpendapat bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya;
Menurut PenulisPada Putusan ini jaksa penuntut umum mendakwa
terdakwa dengan dakwaan alternatif yaitu Pasal 363 ayat (1) ke 3 dan 4
KUHP atau pasal 480 KUHP. Dikarenakan salah satu telah terbukti maka
dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi.Maka dakwaan
dengan pasal 480 KUHP di anggap gugur dan setelahnya menggunakan
dakwaan pasal 363 ayat (1) ke 3 dan 4 KUHP. Berdasarkan analisa
penulis dan pertimbangan hakim terdakwa memenuhi unsur pasal 363 ayat
(1) ke 3 dan 4 KUHP, dalam dakwaan itu juga saksi Suheri sebagai orang
yang menemukan ayam milik saksi Diki Mulyana di kandang ayam yang
bertempat di rumah terdakwa, saksi suheri juga menuturkan bahwa
pencurian tersebut dilakukan oleh terdakwa dan Arief (DPO) dengan
merusak pagar kandang ayam milik saksi Diki Mulyana. Sedangkan
78
menurut terdakwa yang melakukan pencurian dengan merusak pagar lalu
masuk ke dalam kandang dan mengambil ayam milik saksi Diki Mulyana
adalah temanya Arief sedangkan terdakwa hanya menunnggu di luar
untuk mengawasi situasi dan kondisi sekitar. Maka berdasarkan hemat
penulis keterangan saksi Suheri tersebut tidak dapat dijadikan alat bukti
yang sah sesuai pasal 185 ayat 5 KUHAP.
Akan tetapi Dari fakta – fakta yang terungkap jelas menunjukkan
adanya keterangan saksi maupun terdakwa yang belum sesuaidengan
dakwaan. Penuntut umum hanya mendakwakan dengan pasal 363 ayat 1
ke 3 dan ke 4, padahal fakta yang terungkap dalam persidangan sudah
jelas bahwa terdakwa melakukan pencurian dengan merusak pagar
kandang ayam milik saksi Diki Mulyana.
Namun dalam dakwaan hanya disebutkan 2 unsur dalam pasal 363
ayat 1. Menurut penulis penuntut umum seakan melupakan salah dua
unsur yang harus tercantum dalam dakwaanya yaitu unsur hewan ternak
yang ada pada pasal 363 ayat 1 ke 1 dan merusak yang terdapat pada pasal
363 ayat 1 ke 5. Dimana sesuai dengan barang yang di curi adalah hewan
ternak ayam milik saksi Diki Mulyana dan menurut saksi Suheri pencurian
itu dilakukan dengan cara merusak pagar yang terbuat dari bambu untuk
masuk kandang ayam lalu mencuri ayam milik saksi Diki Mulyana.
Seharusnya penuntut umum mencantumkan unsur ke 1 dan ke 5 tersebut
79
agar Putusan yang akan dijatuhakan oleh hakim dapat memenuhi suatu
aspek kepastian dan keadilan hukum.
Tabel. 8. Perbandingan masa penahanan terdakwa dengan hasil Putusan
pidana penjara di kurangi dengan masa penahanan.
Nomor Putusan Masa Penahanan
Hasil Putusan (Pidana Penjara)
Hukuman di kurangi
masa penahanan
NO :80/PID.B/2015/PN.KPN
Penahanan oleh Penyidik sejak tanggal 7 Desember 2014 - Perpanjangan Ketua Pengadilan sampai dengan 12 Mei 2015
Menjatuhkan pidana penjara selama 7(tujuh) bulan
Putusan 7 bulan di kurangi penahanan 5 bulan, 6 hari maka masa hukuman kurang dari 2 bulan
NO : 108/PID.B/2015/PN.KPN
Penahanan oleh Penyidik, tanggal 28 Desember 2014 - Perpanjangan oleh Ketua PN tanggal 1 Juni 2015
Menjatuhkan pidana penjara selama : 4 (empat) bulan dan 15 (lima belas) hari
Putusan 4 bulan dan 15 hari di kurangi penahanan 8 bulan 27 hari maka masa hukuman (minus) -4 bulan dan 12 hari
Sumber tabel : amar Putusan pidana penjara dan masa penahanan pada Putusan NO
:80/PID.B/2015/PN.KPN dan NO : 108/PID.B/2015/PN.KPN
Dari pertimbangan Hakim secara yuridis dan non yuridis di atas penulis
melihat ada beberapa hal yang dapat menimbulkan disparitas Putusan. Terutama
pada Putusan nomor 108/Pid.B/2015/PN.KPN di karenakan
80
adaunsurpertimbangan yuridis yang tidak seimbang pada perbandingan masa
penahanan dan Putusan pidana penjara, terlihat pada masa penahanan selama 8
bulan dan 27 hari sedangkan Putusan (vonis) pidana penjara selama 4 bulan dan
15 hari, maka sesuai dengan pasal 22 ayat (5) KUHAP yaitu ”masa penahanan
yang diperhitungkan sebagai pengurangan dari pidana yang dijatuhkan”1 hasilnya
adalah (minus) -4 bulan dan 12 hari dari pengurangan masa tahanan.
Dari sudut pandang berat ringan pidana yang akan dijatuhkan, tindakan
dan lamanya masa penahanan sama sekali tidak berpengaruh terhadap Putusan
pemidanaan yang merupakan salah satu ujung dari proses peradilan pidana, selain
Putusan bebas dan lepas dari segala tuntutan hukum. Namun demikian, lamanya
masa penahanan berpengaruh terhadap masa menjalani pidana yang harus dijalani
Terdakwa, karena masa penahanan akan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan.
Menurut penulis dari Putusan tersebut di atas terdapat perngurangan masa
hukuman yang dijatuhkan menghabiskan seluruh Putusan pidana penjara selama 4
bulan dan 15 belas hari. Hal ini mengakibatkan terdakwa setelah di jatuhi Putusan
tidak berstatus menjadi terpidana (seseorang yang dipidana berdasarkan Putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap).
Sedangkan pada saat menjadi tahanan berdasarkan Penjelasan Umum
KUHAP angka 3 huruf c Praduga tak bersalah (presumtion of innocence)Adalah
asas yang menyatakan, “bahwa seorang (terdakwa) berhak untuk dianggap tidak
1Pasal 22 ayat 5 KUHP.
81
bersalah sampai ada Putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum tetap”2, dan Sedangkan dalam UU Kehakiman, asas
praduga tak bersalah diatur dalam Pasal 8 ayat (1), yang berbunyi: “Setiap orang
yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan di depan pengadilan
wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada Putusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.”3
Penulis juga menangkap kekhawatiran dari sebagian hakim bahwa masa
penahanan yang melebihi dari pidana yang dijatuhkan akan dipersoalkan secara
hukum oleh terdakwa. Mengenai hal ini, penulis menduga, salah satu alasan
munculnya kekhawatiran itu adalah kesalahan menafsirkan pasal 95 ayat (1)
KUHAP beserta penjelasannya.
Pasal 95 KUHAP selengkapnya berbunyi sebagai berikut :4
1. Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak menuntut ganti kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan Undang-Undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan.
2. Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan Undang-Undang atau karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri, diputus di sidang praperadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77.
3. Tuntutan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan oleh tersangka, terdakwa, terpidana atau ahli warisnya kepada pengadilan yang berwenang mengadili perkara yang bersangkutan.
2Penjelasan Umum KUHAP angka 3 huruf c. 3UU KehakimanPasal 8 ayat (1). 4Penjelasan Pasal 95 KUHAP
82
4. Untuk memeriksa dan memutus perkara tuntutan ganti kerugian tersebut pada ayat (1) ketua pengadilan sejauh mungkin menunjuk hakim yang sama yang telah mengadili perkara pidana yang bersangkutan.
5. Pemeriksaan terhadap ganti kerugian sebagaimana tersebut pada ayat (4) mengikuti acara praperadilan.
Penjelasan pasal 95 ayat (1) : Yang dimaksud dengan "kerugian karena
dikenakan tindakan lain" ialah kerugian yang ditimbulkan oleh pemasukan
rumah, penggeledahan dan penyitaan yang tidak sah menurut hukum. Termasuk
penahanan tanpa alasan ialah penahanan yang lebih lama daripada pidana yang
dijatuhkan.
Jika seorang terpidana ditahan (menjalani pidana) lebih lama dari pidana
yang dijatuhkan kepadanya, maka sesuai dengan ketentuan pasal 93 ayat (3) dan
(4) KUHAP, dia berhak mengajukan tuntutan ganti kerugian ke pengadilan negeri
yang berwenang mengadili perkara tersebut dan nantinya hakim yang ditunjuk
sebisa mungkin adalah yang mengadili perkara perkara pidana yang
bersangkutan.
Maka sesuai dengan pertanggungjawaban pidana (criminal responsibility)
yang mengandung makna bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana atau
melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang, maka orang
tersebut patut mempertanggungjawabkan perbuatan sesuai dengan kesalahannya.
Dengan kata lain orang yang melakukan perbuatan pidana akan
mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut dengan pidana apabila ia
mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan apabila pada waktu
83
melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan pandangan
normatif mengenai kesalahan yang telah dilakukan orang tersebut.
Menurut penulis dalam hal ini Putusan yang di jatuhkan bertentangan
dengan asas pertanggungjawaban pidana (criminal responsibility),dimana
terdakwa setelah mendapatkan Putusan (vonis)tidak dapat
mempertanggungjawabkan perbuatanya sebagai terpidana dan Putusan pidana
penjara yang di berikan oleh majelis hakim maka tidak dapat di terapkan.
Dapat juga dikatakan bahwa penjatuhan pidana haruslah memperhatikan
tujuan pemidanaan. Pentingnya perhatian atas tujuan pemidanaan juga terdapat
pada Rancangan KUHP Baru dengan dirumuskanya secara tegas tentang tujuan
pemidanaan dalam
Buku Kesatu RUU KUHP. Pasal 51 Buku Kesatu RUU KUHP tahun 2005
menyatakan bahwa:5
1. Pemidaan Bertujuan: a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma
hukum demi pengayoman masyarakat; b. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan
sehingga menjadi orang yang baik dan berguna; c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,
memulihkan keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat; dan
d. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana. 2. Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan merendahkan
martabat manusia.
5Pasal 51 Buku Kesatu RUU KUHP tahun 2005
84
C. Analisa Perbandingan Penjatuhan Pemidanaan antara Putusan No :
108/Pid.B/2015/PN.Kpn dan No : 80/Pid.B/2015/PN.Kpn terkait dengan
PERMA no : 02 tahun 2012 Tindak pidana ringan
Selanjutnya akibat pencurian tersebut menurut masing-masing saksi
korban dari kedua Putusan tersebut memiliki nilai kerugian di bawah Rp.
2.500.000,- sebagai berikut :
No : 80/Pid. B/2015/PN.Kpn = Rp. 1.500.000,-
No : 108/Pid. B/2015/PN.Kpn = Rp. 1.600.000,-
Bahwa sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor: 02 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan Dan
Jumlah Denda Dalam Kuhp.
Pasal 2 ayat 2 Apabila nilai barang atau uang tersebut bernilai tidak lebih dari Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) Ketua Pengadilan segera menetapkan Hakim Tunggal untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tersebut dengan Acara Pemeriksaan Cepat yang diatur dalam Pasal 205-210 KUHAP.6
ayat 3 Apabila terhadap terdakwa sebelumnya dikenakan penahanan, Ketua
Pengadilan tidak menetapkan penahanan ataupun perpanjangan penahanan.7
Nominal kerugian yang ada pada kedua Putusan tersebut berada di bawah
standar Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) yang di tetapkan oleh
PERMA no. 2 tahun 2012.
6Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 02 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian
Batasan Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda Dalam Kuhp, 7Ibid.hal 3.
85
berdasarkan Pasal 1 Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 2 Tahun
2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda
Dalam KUHP, kedua kasus ini masuk dalam pasal 364 KUHP.
Perma tersebut berbunyi:
“Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 362 dan pasal 363 butir 4, begitu pun perbuatan yang diterangkan dalam pasal 363 butir 5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari Rp 2.500.000 diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan” Menurut penulis disini hakim terlihat tidak memperdulikan peraturan
tindak pidana ringan yang ada dan hanya mementingkan asas kepastian hukum
tanpa melihat asas Lex posterior derogat legi priori. Seharusnya hakim dalam
memutus perkara mempertimbangankan fakta-fakta dalam persidangan dan aturan
hukum lain terkait pada kasus tersebut. Lalu hakim menjatuhkan hukuman yang
seharusnya sesuai Pasal 364 KUHP j.o Perma Nomor 2/2012. "Menjatuhkan
pidana kepada para Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara masing-
masing selama 3 bulan,"
Memerhatikan ratio decidendi, yaitu alasan yang digunakan oleh hakim untuk sampai kepada Putusannya, diantaranya berupa pertimbangan yang memberatkan dan meringankan para terdakwa secara implisit mempunyai tujuan pemidanaan, yang merupakan filosofi dari penjatuhan pidana (philosophy of sentencing). Filosofi hakim tersebut adalah untuk memperbaiki, merawat atau mengobati terpidana saat menjalani pemidanaan di Lembaga Pemasyarakatan dan masyarakat perlu adanya keseimbangan nilai yang terjamin untuk memulihkan konflik dari perbuatan kejahatan, terutama tindakpidana pencurian tersebut.8
8www.legalitas.org., Lihat: Konsep KUHP Tahun 2008, pasal 54 tentang ”Tujuan Pemidanaan”
pada poin b dan c, hlm. 14. Tanggal akses 20 agustus 2016
86
Berdasar pasal 363 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), orang
yang melakukan pencurian dengan pemberatan (Curat) diancam dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun.Hal ini tak lain karena selain memenuhi unsur-unsur
pencurian biasa dalam pasal 362 KUHP, juga disertai dengan hal yang
memberatkan, yakni dilakukan dalam kondisi tertentu atau dengan cara tertentu.
Namun hukuman itu bisa menjadi lebih berat, yakni maksimal 9 tahun
penjara, bila pencurian dilakukan pada malam hari terhadap sebuah rumah atau
pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, serta:
Dilakukan oleh 2 orang/lebih secara bersama-sama, atau
Dilakukan dengan jalan membongkar, memecah atau memanjat
atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau
pakaian jabatan palsu.
Karena hakim kurang memerhatikan dasar-dasar pertimbangan yuridis dan
non yuridis pada diri para pelaku tindak pidana dan bervariasinya Putusan dalam
tindak pidana pencurian dengan pemberatan menyebabkan rasa ketidakadilan atas
terpidana setelah membandingkan dengan terpidana yang lainnya dalam jenis
perkara yang sama dan nantinya akan menjadikan terpidana itu sikap anti
rehabilitasi dan demoralisasi di Lembaga Pemasyarakatan dan Balai
Pemasyarakatan.
Pada tiap-tiap Putusan pelakunya berbeda-beda, ada yang berperan
sebagai pleger (pelaku utama), doenpleger (orang yang menyuruhlakukan),
87
medepleger (orang yang turut serta) dan uitlokker (penganjur); ketiga, barang
yang diambil bervariasi mulai dari barang dengan tingkat harga terendah sampai
yang tertinggi. Cara pelaku melakukan tindak pidana pencurian, motif para pelaku
yang berbeda-beda dan alasan pertimbangan memperberat atau memperingan
(non yuridis) yang berbeda tiap Putusan.
Melihat aspek yuridis dari KUHP secara umum bersifat indefinitite yaitu
tidak ditentukan secara pasti, Undang-Undang (KUHP) Menurut Pasal 12 ayat
(2) KUHP, lamanya hukuman penjara adalah sekurang-kurangnya (minimum)
satu hari dan selama-lamanya lima belas tahun, sedangkan untuk keempat
Putusan tersebut batasan adalah sekurang-kurangnya (minimum) satu hari selama-
lamanya (maksimalnya) 7 tahun. Maka rentan waktu Putusan yang di tentukan
hakim dapat berbeda-beda sesuaidengan kebebasan hakim menentukan Putusan.
Disparitas pidana akan menimbukan efek yang tidak baik bagi masyarakat dalam rangka penegakan hukum pidana. Menurut Edward M. Kennedy, akibat yang ditimbulkan dari disparitas pidana adalah:9
a) dapat menumbuhkan perasaan sinis masyarakat terhadap sistem pidana yang ada;
b) gagal dalam mencegah terjadinya kejahatan; c) mendorong terjadinya kejahatan; d) merintangi tindakan-tindakan perbaikan terhadap pelanggar.
Menurut penulis bila disparitas tidak menglami pembenahan yang
menyeluruh dan mendasar pada aturan sebagai falsafah, pedoman, dan patokan
hakim untuk memutus suatu perkara pidana, maka pendapat seperti kutipan
9Sebagaimana dikutip oleh Bardha Nawawi Arief, Lihat dalam : Bardha Nawawi Arief, Kebijakan
Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Op. Cit, Hal. 49.
88
tersebut di atas akan semakin menjadi nilai negatif bagi peradilan di Indonesia
dalam pandangan pandangan masyarakat.
“Menurut Loebby Loqman,” 10 perihal pemidanaan adalah suatu masalah yang harus diperhatikan sejak tahap paling dini dalam suatu peradilan pidana. Tujuan memberi perhatian pada masalah pemidanaan ini supaya pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa benar-benar sesuai dengan keadaan terdakwa maupun dengan keadaan masyarakatnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa penjatuhan pidana janganlah dianggap seperti “ukuran pabrik” melainkan harus dianggap sebagai suatu tailor made dengan melihat variabel pribadinya, variabel delik, variabel sanksinya maupun variabel kebudayannya. Dengan demikian, Locbby Ioqman ingin menempatkan nilai keadilan secara berimbang dalam pemidanaan, yaitu keseimbangan antara keadilan bagi korban (masyarakat) dan keadilan bagi pelaku (terdakwa).
Intisarinya, boleh saja ada disparitas pidana asalkan adanya pembenaran
yang masuk akal., disparitas pidana diperbolehkan jika telah melalui
pertimbangan yang tepat, yaitu pertimbangan yang serasi dengan kePutusan yang
telah ada, serasi dengan kePutusan hakim lain dalam perkara yang sejenis, serasi
dengan keadilan masyarakat, serasi dengan situasi kondisi terdakwa, dan sesuai
dengan perkembangan zaman.
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, ketentuan-ketentuan
tentang penghapus, peringan, dan pemberat pidana mempakan salah satu sumber
dari adanya disparitas pidana. Akan tetapi, disparitas yang berdasarkan atas
ketentuan tentang penghapus, peringan dan pemberat pidana termasuk dalam
konteks disparitas pidana yang dibenarkan, oleh karena perumusan tentang
10Loebby Loqman, Pidana dan Pemidanaan. Data Com, Jakarta, 2002.
89
penghapus, peringan dan pemberat pidana pada umumnya memiliki dasar
pembenaran yang masuk akal.
Problematika mengenai Disparitas pidana dalam penegakkan hukum di
Indonesia memang tidak dapat dihapuskan begitu saja. Yang dapat ditempuh
hanyalah upaya upaya dalam rangka meminimalisasi dispatitas pidana yang
terjadi dalam masyarakat.Upaya untuk menghadapi problematika disparitas hakim
perlu mengamati serta mempelajari dakwaan, fakta-fakta, keterangan saksi dan
keterangan korban secara berimbang sesuai asas keadilan, kepastian dan
kemanfaatan hukum untuk menentukan Putusan yang tepat tanpa menimbulkan
disparitas terhadap Putusan yang lain.
top related