bab ii tinjauan pustaka - abstrak.ta.uns.ac.id · salah satu media penyelamat bukti-bukti sejara....
Post on 03-Mar-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perpustakaan
2.1.1 Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya
cetak, dan karya rekam secara profesional dengan sistem baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestasian, informasi, dan
rekreasi para pemustaka. Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah
sebuah koleksi buku dan majalah. Walau pun dapat diartikan sebagai
koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal
sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah
kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. (Undang-undang
Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, Tim Penulis PNRI)
Perpustakaan adalah sebuah fasilitas publik yang berfungsi
memberikan pelayanan bagi siapa saja dari anak-anak sampai orang
dewasa sebagai tempat komunikasi bagi semua kalangan masyarakat.
Pelayanan itu berupa peminjaman koleksi perpustakaan baik dengan
sistem tradisional mau pun menggunakan katalog. (Neufert, 2001:4)
Sebuah perpustakaan berwujud sebagai satu kesatuan dan
merupakan perpaduan dari beberapa asperk, antara lain:
7
a. Organisasi yang memuat keterangan tentang tugas, fungsi,
kedudukan, wewenang, dan tanggungjawab unit kerja
perpustakaan.
b. Gedung ruangan atau tempat semua aktifitas dilakukan.
c. Koleksi bahan pustaka seperti manuskrip, buku, majalah,
koran, brosur, film, microfilm, CD-ROM, kaset, video, dan
sebagainya.
d. Tenaga pengelola perpustakaan atau pustakawan.
e. Sistem dan metode.
f. Perlengkapan dan perabot.
g. Anggaran. (Visi Pustaka Edisi: vol 16. No. 2. Tim Penulis
PNRI, 2014)
2.1.2 Jenis Perpustakaan
Menurut Sulistyo-Basuki (1993:42) terdapat beberapa jenis
perpustakaan, antara lain:
a. Perpustakaan internasional, yaitu perpustakaan yang didirikan
oleh dua negara atau lebih sebagai bagian dari sebuah
organisasi. UN (United Nations) Library di Jenewa adalah
salah satu contoh perpustakaan internasional.
b. Perpustakaan nasional, yaitu perpustakaan yang berfungsi
menyimpan berbagai bahan pustaka yang tercetak dan terekam
8
yang diterbitkan di dalam suatu negara. Contoh: Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia di Jakarta.
c. Perpustakaan umum, yaitu koleksinya meliputi berbagai bidang
ilmu pengetahuan dan diselenggarakan dengan menggunakan
biaya umum dan berfungsi melayani masyarakat umum.
Contoh: Perpustakaan Wilayah, Perpustakaan Kota/
Kabupaten, Perpustakaan Kecamatan, Perpustakaan Desa/
Kelurahan, dan Perpustakaan Keliling.
d. Perpustakaan pribadi/ swasta, yaitu perpustakaan yang dikelola
oleh lembaga swasta atau individu dan hanya melayani
kelompok-kelompok tertentu.
e. Perpustakaan khusus, yaitu merupakan perpustakaan yang
berada di lingkungan lembaga atau instansi, baik berstatus
negeri atau swasta, sebagai sarana penunjang mengembangkan
pengetahuan bagi masyarakat tertentu. Perpustakaan khusus
dikelola oleh departemen, lembaga negara, lembaga penelitian,
organisasi massa, militer, dan industri mau pun perusahaan
swasta. Contoh: Perpustakaan Bank Indonesia.
Menurut Syihabuddin (2007:18), perpustakaan juga dapat
digolongkan berdasakran teknologi yang digunakan antara lain:
9
1. Perpustakaan kertas yaitu perpustakaan dengan sistem
operasional (pembelian, pengolahan, pengkatalogan, dan
sirkulasi) berbasis kertas.
2. Perpustakaan terotomasi yaitu menggunakan sistem
operasional berbasis teknologi komputer dengan bahan pustaka
masih berupa buku (kertas).
3. Perpustakaan elektronik yaitu perpustakaan dengan
keseluruhan sistem berbasis elektronik.
Perpustakaan umum di Indonesia banyak didirikan di kabupaten,
kecamatan, dan desa. Dilihat dari macam koleksinya, perpustakaan umum
menghimpun berbagai jenis bahan pustaka yang telah melewati proses
seleksi agar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
informasi masyarakat pemakai yang dilayani.
2.1.3 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan
Tujuan perpustakaan umum adalah membina dan mendidik
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memanfaatkan bahan
pustaka dengan baik agar mendapatkan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan. Tujuan lain adalah memenuhi kebutuhan dasar manusia akan
hiburan dan rekreasi.
Fungsi perpustakaan secara umum meliputi banyak bidang seperti
pendidikan, informasi, kebudayaan, pelestarian, dan rekreasi.
10
a. Fungsi informasi adalah fungsi yang bekerja ketika masyarakat
sebagai pemakai jasa perpustakaan membutuhkan informasi.
Informasi yang dimaksud mencakup berbagai hal dan dapat
diakses melalui perpustakaan.
b. Fungsi pendidikan yaitu fungsi yang bekerja ketika
perpustakaan tidak hanya sekedar tempat membaca namun juga
menjadi salah satu media pencerdasan bangsa. Melalui kolesi
perpustakaan, masyarakat mendapat banyak pengetahuan.
c. Fungsi pelestasian yaitu ketika perpustakaan berperan sebagai
salah satu media penyelamat bukti-bukti sejara. Banyak
dokumen sejarah yang terselamatkan dengan adanya
perpustakaan, baik secara langsung mau pun tidak langsung.
d. Fungsi kebudayaan (kultural) yaitu ketika perpustakaan
berfungsi sebagai media publikasi kebudayaan tempat dimana
perpustakaan berada. Wisatawan dan masyarakat luas dapat
mengetahui kebudayaan setempat melalui berbagai koleksi
perpustakaan.
e. Fungsi rekreasi yaitu fungsi yang berjalan optimal jika sistem
pengelolaan perpustakaan diarahkan pada aktifitas yang
inovatif sehingga perpustakaan tidak dipandang sebagai sebuah
bangunan yang membosankan.
11
(Perpustakaan dan Aturannya, Ridwan (1998) dalam
Hermawan 2009:16)
Kaitannya dengan ruangan perpustakaan yang didesain sesuai
fungsinya, tabel 2.1 berikut akan memperlihatkan rincian sebagian
ruangan perpustakaan serta peralatan dan perlengkapan yang diperlukan.
Tabel 2.1 Sarana dan prasarana perpustakaan
Ruangan Peralatan dan Perlengkapan yang Dibutuhkan
Lobby Fasilitas/ tempat penitipan barang, papan
pengumuman, papan display, dan kursi.
Pintu control Pintu putar (tunrstile) dan security gate.
Ruang sirkulasi Meja dan kursi layanan, komputer, scanner,
telepon, dan rak koleksi.
Area katalog Komputer, meja, dan kursi.
Ruang baca Meja dan kursi baca
Ruang kerja staf Meja dan kursi komputer
Tuang tata usaha Meja, kursi, filling cabinet, alat jilid, mesih press,
pisau potong, dan lemari.
Gudang Lemari dan rak buku
Sumber: Depdiknas (2004), dalam Mutia (2012)
Menurut Birren (1982), warna terang memantulkan lebih banyak
cahaya daripada warna gelap, oleh karena itu banyak dinding dan langit-
12
langit yang dibuat terang, baik netral (putih) mau pun berwarna seperti
pada gambar 2.1 berikut. Menerapkan warna terang pada dinding atau
ceiling dirasa lebih efisien untuk mendistribusikan cahaya secara merata.
Gambar 2.1 Penerapan Warna Putih dalam Ruang
Sumber: http://panel.mustangcorps.com/admin/fl/upload/files/2.6(3).jpg
diunduh pada November 2016
Warna dapat didefinisikan secara objektif/ fisik sebagai sifat cahaya
yang dipancarkan, atau secara subjektif/ psikologis sebagai bagian dari
pengalaman indra penglihatan. Warna, secara objektif dapat diperikan
oleh panjang gelombang. Cahaya yang tampak oleh mata merupakan
salah satu bentuk pancaran energi yang merupakan bagian dari yang
13
sempit dari gelombang elektromagnetik jika dilihat dari panjang
gelombang. (Sanyoto, 2009:11)
Warna yang bisa dilihat oleh mata manusia adalah warna yang
berada pada rentang 400-700 nm. Pada tinta akan menghasilkan warna
hitam, sedangkan pada cahaya paduan semua warna primer akan
menghasilkan warna putih seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.2
berikut.
Gambar 2.2 Spektrum Cahaya
Sumber: Nirmana, Elemen-elemen Desain dan Seni, Sanyoto (2009:18)
2.2 Pencahayaan Alami pada Ruang Baca Perpustakaan
Sistem pencahayaan adalah usaha membuat benda dalam ruang menjadi
tampak atau terlihat, sedangkan mengenai suasana (mood) tergantung dari
14
fungsi ruang. Pencahayaan dibagi atas dua bagian yaitu pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan (Olih, 2010:1)
Menurut Indriati (2012:1), pencahayaan alami adalah pencahayaan yang
sumber cahayanya berasal dari sinar matahari. Keuntungan memanfaatkan
sumber pencahayaan alami adalah menghemat energi dan dapat membunuh
kuman.
Terdapat lima pengaruh yang terkait dengan pencahayaan yaitu:
a. Visual clarity yaitu mengacu pada kemampuan pengguna
membedakan detail-detail arsitektur dan interior, perlengkapan serta
objek lainnya. Untuk mengujinya dapat digunakan kata clear (jelas)
melawan hazzy (kabur).
b. Spaciousness yaitu mengacu pada persepsi pengguna terhadap
volume ruang. Kurangnya pencahayaan pada sebuah ruang akan
menciptakan pembatasan ruang. Kata yang bisa digunakan untuk
menguji kondisi visual tersebut adalah spacious (luas) melawan
cramped (sempit).
c. Preference yaitu mengacu pada evaluasi pengguna secara
keseluruhan terhadap pencahayaan ruang. Skala diferensial yang bisa
digunakan adalah like (suka) melawan dislike (tidak suka).
d. Relaxation yaitu mengacu pada derajat intensitas pekerjaan yang
dirasakan pengguna. Pencahayaan yang tidak seragam (bervariasi)
15
akan menciptakan perasaan santai. Sedangkan pencahayaan yang
seragam dan memusat menumbuhkan perasaan tenang.
e. Intimacy yaitu mengacu pada persepsi pengguna terhadap privasi
atau keakraban sebuah ruang. Skala diferensial yang bisa digunakan
adalah private melawan public. (Manurung, 2012:18)
Menurut Lechner (1968:329), terdapat beberapa langkah desain yang
paling sering digunakan untuk memasukkan cahaya ke dalam ruangan, yaitu
dengan membuat bukaan atas dan bukaan samping.
1. Top Lighting (bukaan atas)
Top lighting merupakan langkah yang paling efisien untuk
memasukkan cahaya ke dalam ruangan karena pendistribusian
cahaya lebih merata ke seluruh ruangan dan penggunaan kaca dapat
diminimalisir seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3 berikut.
16
Gambar 2.3 Top Lighting (Bukaan Atas)
Sumber: http://cdn2.hubspot.net/hub/205050/file-20468400-
jpg/images/skylight.jpg diunduh pada November 2016
2. Side Lighting (Bukaan Samping)
Cahaya yang masuk melalui bukaan samping dapat
digunakan sebagai cahaya alami yang efektif dalam menghemat
energi sepanjang hari. Bukaan samping biasanya berupa jendela dan
merupakan salah satu aspek penting dalam bangunan. Jendela
berperan sebagai pemenuh kebutuhan dasar bagi suatu bangunan,
yaitu estetika bangunan, pandangan sekeliling, jalan masuk cahaya,
ventilasi alam, peredam suara, dan pintu darurat.
17
Side lighting dapat diaplikasikan dengan bukaan pada
dinding, yaitu
a. Clerestory window yaitu jendela yang terletak di
atanra atap mirip yang bertingkat atau bertumpuk.
Jendela tipe ini sangat berguna untuk memasukkan
cahaya ekstrim ke dalam ruang yang memiliki plafon
tinggi. Contoh dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.5 Clerestory window
Sumber:
http://decosoup.com/images/stories/design_issues/wi
ndows/clerestory_windows.jpg diundug pada
November 2016
b. Ribbon window yaitu jendela yang susunannya
memanjang seperti pita. Jenela ini bisa dibuat
bersegmen atau menerus tanpa segmen. Ribbon
18
window merupakan salah satu ciri bangunan bergaya
modern. Contoh dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Ribbon Window
Sumber:
https://gtaljaard.files.wordpress.com/2015/08/corner-
window-banner.png diunduh pada November 2016
Jendela merupakan alat yang sangat penting untuk menerangi ruangan
dengan memanfaatkan cahaya siang hari yang cukup. Luas keseluruhan semua
jendela harus minimal 1/10 luas keseluruhan semua dinding, seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 2.6 berikut. (Neufert, 1996:160)
Gambar 2.6 Rumus Luas Jendela Minimal
Sumber: Data Arsitek Jilid , Neufert (1996:160)
19
Menurut Rahmi (2009:7), cukup tidaknya mencahayaan dalam suatu
ruangan kerja dapat diukur menggunakan alat Luxmeter. Dalam rangka untuk
meningkatkan usaha konservasi energi dan kenyamanan pada bangunan
gedung, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah mewakili pemerintah,
asosiasi profesi, konsultan, kontraktos, supplier, pengelola bangunan gedung
dan perguruan tinggi, menyusun standar “Tata Cara Perancangan Sistem
Pencahayaan pada Bangunan Gedung” yang dilanjutkan oleh Badan
Standardsasi Nasional menjadi SNI 03-2396-2001 dan SNI 03-6575-2001.
Tabel 2.2 Tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna yang
direkomendasikan.
No. Fungsi Ruangan Tingkat Pencahayaan
(lux)
Keterangan
1. Ruang kelas 250
2. Perpustakaan 300
3. Laboratorium 500
4. Ruang gambar 750 Gunakan pencahayaan
setempat pada meja
gambar.
5. Kantin 200
Sumber: SNI 03-6576-2001
20
2.3 Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai pencahayaan di perpustakaan sudah pernah diteliti
dan dibahas dalam jurnal ilmiah (Susanto, 2012) dan laporan skripsi (Fitrianti,
2010). Penelitian-penelitian tersebut pada dasarnya bertujuan untuk
mengevaluasi sistem pencahayaan di bangunan perpustakaan. Objek utama
penelitian berupa perpustakaan umum di Indonesia.
Penelitian berjudul “Pencahayaan Alami pada Ruang Baca Perpustakaan
Umum Kota Surabaya” ini diharapkan ikut berkontribusi dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai pencahayaan alami di ruang baca
perpustakaan. Keaslian penelitian dapat dinilai dari tujuan penelitian yang
belum pernah dilakukan sebelumnya. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian kualitatif.
Berikut merupakan penelitian terdahulu yang membahas tentang sistem
pencahayaan di perpustakaan.
a. Judul : Optimalisasi Pencahayaan Alami pada
Ruang Baca Perpustakaan.
Penulis : Bambang Susanto dan Abraham Seno.
Tujuan : Mengetahui kondisi pencahayaan alami
dan mengoptimalisasi pencahayaan
alami.
Metode Penelitian : Observasi lapangan, pengambilan sam-
pel dan eksperimental.
21
b. Judul : Sistem Pecahayaan sebagai Salah Satu
Penunjang Kegiatan Membaca pada
Perpustakaan
Penulis : Diorita Fitrianti
Tujuan : Mengetahui bagaimana sistem
pencahayaan di area rak penyimpanan
buku, area membaca, dan area bacaan
digital.
Metode Penelitian : Studi kasus.
22
2.4 Kerangka Berpikir
Penelitian ini berjudul “Pencahayaan Alami pada Ruang Baca
Perpustakaan Umum Kota Surabaya.
Latar belakang yang menjadi dasar penelitian ini adalah perpustakaan
umum yang ramai dikunjungi namun sangat tergantung dengan energi listrik
untuk mendukung pencahayaan. Isu krisis energi yang pernah terjadi di
pertengah 1970-an juga menjadi salah satu hal yang membuat pencahayaan
alami penting untuk diteliti.
Judul
Latar
Belakang
Batasan
Masalah
Rumusan
Masalah
Tujuan
Penelitian
Manfaat
Penelitian
Metode Penelitian
Studi Pustaka Wawancara Observasi Data
Kuantitatif
Analisis Data
Kesimpulan dan Saran
Hasil Penelitian
23
Batasan masalah yang diteliti adalah pencahayaan alami di ruang baca
Perpustakaan Umum Kota Surabaya.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah (a) Bagaimana kondisi
pencahayaan alami pada ruang baca Perpustakaan Umum Kota Surabaya? (b)
Bagaimana karakter elemen pembentuk ruang di ruang baca Perpustakaan
Umum Kota Surabaya?
Tujuan dari penelitian ini adalah (a) Mengevaluasi kondisi pencahayaan
alami di ruang baca Perpustakaan Umum Kota Surabaya (b) Mengidentifikasi
karakter elemen pembentuk ruang di ruang baca Perpustakaan Umum Kota
Surabaya.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai referensi bagi mahasiswa yang
sendang menempuh tugas akhir dengan tema perpustakaan dan sebagai sumber
informasi tentang karakter perpustakaan serta mengoptimalkan pencahayaan
alami pada perpustakaan.
top related