bab ii tinjauan pustaka - institutional repository | satya...
Post on 26-Apr-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini mengulas dan menjelaskan tentang penelitian terdahulu , landasan
teori, kerangka pikir dan konsep – konsep penelitian.
2.1 Penelitian Terdahulu Yang Sejenis
Dalam suatu penelitian diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan itu. Oleh karena itu,
penulis mencoba menelusuri kepustakaan yang memuat hasil penelitian terdahulu yang
terkait dengan penelitian ini.
Dewi Mega Ningrum (tanpa tahun) pernah melakukan penelitian berjudul
―Apresiasi Pemirsa Terhadap Tayangan Opera Van Java (OVJ) di Trans7‖. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik sampling purposive sampling,
sedangkan teori yang digunakan adalah teori Uses and Gratification. Hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa pemirsa memberikan apresiasi yang tergolong sangat
tinggi terhadap tayangan program Opera Van Java (OVJ) di Trans7, baik dari segi
pengetahuan (kognitif), perasaan (emotif), maupun penilaian (evaluatif). Atas dasar
itu, Ningrum menyarankan agar pihak Trans7 salalu memberikan inovasi pada
tayangan ini, agar program yang tayang hampir setiap hari itu tidak membosankan
pemirsa. Tingginya apresiasi penonton terhadap tayangan OVJ seperti yang dikatakan
pada penelitian di atas, itu membuktikan bahwa OVJ merupakan salah satu tayangan
komedi yang menarik.
2
Ramadhani dkk. (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh ucapan-ucapan
dan adegan-adegan kasar dalam tayangan Opera Van Java terhadap tingkah laku anak
usia 10—12 tahun. Hasil penelitian itu menunjukan bahwa umumnya anak-anak
mendapatkan kata-kata kasar dari tayangan OVJ. Namun, ucapan-ucapan kasar yang
mereka peroleh dari OVJ tidak terlalu besar. Mereka lebih sering memperoleh
ucapan-ucapan kasar dari lingkungannya. Kata-kata kasar yang mereka dapatkan itu
bisa berasal dari berbagai sumber. Penelitian tersebut hanya tentang tayangan Opera
Van Java dan pengaruhnya terhadap anak – anak, belum sampai pada latar belakang
mereka menonton bahkan menyukai Opera Van Java.
Penelitian tentang daya tarik tayangan di media massa pernah juga dilakukan,
meskipun bukan tentang tayangan sinetron televisi. Nurrohman (2009) melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas iklan baliho pada
kawasan simpang lima Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas
pesan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan. Daya tarik iklan dan
kualitas posisi iklan juga berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan. Semua
variabel independen secara bersama berpengaruh positif terhadap efektivitas
iklan namun kualitas pesan iklan berpengaruh paling dominan.
Said (2012) melakukan penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi
efektivitas iklan media elektronik (TV) produk sepeda motor Yamaha. Penelitian ini
dilakukan di Makassar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden menilai
iklan Yamaha mempunyai daya tarik yang tinggi karena endorsernya cocok untuk
menjadi ikon produk, jinglenya melibatkan penyanyi ternama, serta desain
tampilan visualnya baik. Hal ini menunjukkan bahwa unsur endorser dan jingle
dalam iklan tersebut merupakan salah satu faktor yang menentukan efektivitas
iklan sepeda motor Yamaha itu sehingga makin meningkatkan efektivitas iklan
tersebut.
Fera Rizki Khoirunnisa (2011) melakukan penelitian tentang ‗Motif dan
Kepuasan Masyarakat Terhadap Program Acara OVJ Trans7 di Kelurahan Muktiharjo
Lor Kecamatan Genuk Semarang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa meskipun
3
program acara OVJ merupakan acara yang memiliki rating tinggi di Trans7, namun
acara tersebut tidak memberikan kepuasan kepada penontonnya sehingga dapat
dikatakan bahwa acara yang memiliki rating tinggi belum tentu telah memenuhi
kebutuhan penontonnya dan belum tentu memuaskan. Dan dari penelitian tersebut yang
melatarbelakangi penelitian ‗Ketertarikan Khalayak Terhadap Tayangan OVJ‘, karena
pada saran dari penelitian sebelumnya diatas dikatakan bahwa perlu diadakan penelitian
lebih lanjut yang lebih luas dan mendalam (mencakup tentang beberapa variable lain
yang memungkinkan dapat dipergunakan sebagai indicator penelitian terhadap motif
menonton program variety show. Seperti : konten acara, etting panggung, bintang tamu,
dsb).
Dari beberapa penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa unsur – unsur
yang mengusung sebuah pesan yang disampaikan kepada khalayak, memiliki tingkat
daya tarik sendiri – sendiri yang berbeda menurut penilaian khalayak. Hal ini dapat
dimengerti oleh karena masyarakat terdiri dari berbagai lapisan dan latar belakang
berbeda – beda, sehingga penilaian mereka terhadap sesuatu objek tentu berbeda – beda
pula.
2.2 . Teori yang digunakan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teori yang dipadukan
untuk menjelaskan fenomena masalah yang diteliti. Teori yang pertama adalah teori
S-O-R karena terlihat jelas pada refleksi teori tersebut terhadap penelitian yang
dilakukan. Dengan adanya stimulus yang diberikan kepada khalayak, nantinya akan
menghasilkan sebuah efek, yaitu respon para pemirsa terhadap tayangan yang
ditontonnya.
4
Teori kedua yang dipakai dalam penelitian ini adalah Teori Daya Tarik,
dimana teori ini yang paling dominan diantara yang lainnya. Tayangan yang
disuguhkan kepada khalayak seharusnya memiliki daya tarik yang tinggi, karena itu
adalah poin terpenting dalam setiap tayangan. Setiap bidang pekerjaan, menyebut
komunikan dengan sebutan yang berbeda. Jika di radio sebutan untuk konsumennya
yaitu pendengar, televisi yaitu penonton, dan dalam perdagangan disebut dengan
pembeli. Konsumen memiliki peran yang sangat penting bagi berdirinya sebuah
perusahaan. Komunikator harus bisa memanjakan dan melakukan segala sesuatu
untuk dapat menyenangkan hati konsumennya, dan dalam hal ini yaitu televisi
terhadap penontonnya. Terdapat sebuah kalimat yaitu konsumen adalah raja (Engel,
dkk. 1994 : 9). Kalimat ini ingin memberi arti bahwa konsumen bukanlah komunikan
yang tidak bisa terfikir. Ia memiliki kuasa untuk menerima atau menolak apa yang
diberikan komunikator melalui media apapun, misal televisi.
Berikut adalah penjelasan tentang teori-teori tersebut.
2.2.1 Teori S-O-R
Teori ini merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Teori ini
semula berasal dari Psikologi, namun kemudian menjadi teori komunikasi karena
objek model dari Psikologi dan Ilmu Komunikasi adalah sama yaitu manusia yang
jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan
konasi. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi.
Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal,
simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara
tertentu. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 1999:254).
5
Jadi unsur-unsurnya adalah :
a. Stimulus (S) = Pesan
b. Organisme (O) = komunikan / responden
c. Response (R) = Efek
Jika dikaitkan dengan tayangan televisi, maka dapat dikatakan bahwa apapun
yang disuguhkan akan mendapatkan respon dari penonton tayangan televisi itu.
Berbagai macam ucapan, gaya tubuh, penampilan busana, dan lain sebagainya yang
ditampilkan di layar televisi itu akan merangsang penonton untuk merespon apa yang
mereka saksikan. Dengan begitu, nantinya akan menimbulkan perasaan suka atau
tidak suka terhadap tayangan televisi yang mereka tonton.
Bagaimana respon penonton terhadap suatu tayangan televisi, penulis akan
menjelaskannya dengan merujuk kepada pemikiran Dennis Mc Quail. Menurut Mc
Quail (1989), khalayak atau publik adalah sejumlah orang yang memiliki minat sama
terhadap suatu kegemaran/ persoalan tertentu tanpa harus mempunyai pendapat yang
sama, dan menghendaki pemecahan masalah tanpa adanya pengalaman untuk itu.
Khalayak juga dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca,
pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya. Dalam kaitannya sebagai
penerima pesan yang disiarkan oleh media massa maupun individual, proses
penerimaan, distribusi informasi dan perubahan perilaku pada penerima pesan
memiliki urutan sebagai berikut:
1) Seleksi
2) Interpretasi (penerjemahan pesan/ pemaknaan)
3) Masuk memori (teringat)
4) Proses berpikir
5) Perilaku/ tindakan (evaluasi: senang/ tidak senang) atau kecenderungan
bertindak terhadap informasi yang mereka terima.
6
Ketertarikan khalayak atas objek yang dipilihnya merupakan sebuah bukti
bahwa objek tersebut menarik dan disukai. Dengan begitu, loyalitas penonton
terhadap objek yang dalam hal ini adalah tayangan televisi akan terbentuk. Tidak
perlu memaksa atau memilihkan objek mana yang lebih bagus, penonton sudah
pandai dalam memilih sendiri tayangan yang menarik.
2.2.2. Teori Daya Tarik
Menurut Skomis dalam bukunya Television and Society: Anincuest and
Agenda (1985), dibandingkan media massa lain seperti radio, surat kabar, majalah,
televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Ia merupakan gabungan dari media
dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan, bahkan
gabungan dari ketiga unsur di atas. Televisi menciptakan suasana tertentu dimana
para pemirsanya dapat duduk santai tanpa kesenjangan untuk mengikutinya.
Penyampaian isi atau pesan juga seolah-olah langsung antar komunikator (pembawa
acara, pembawa berita , artis) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang
disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar, secara audio dan terlihat jelas
secara visual.
Salah satu faktor yang menyebabkan televisi dengan mudah dapat masuk ke
sistem sosial masyarakat adalah kemudahan-kemudahan dan daya tarik yang
disampaikan oleh televisi. Disamping itu televisi seolah menjadi pelayan setia bagi
pemirsanya, televisi juga memiliki kekuatan besar untuk mengubah pendapat perilaku
seseorang dan dapat mempengaruhi khalayak pemirsa tidak mampu selektif dalam
memilih tayangan televisi. Televisi adalah alat dari tatanan industri yang telah ada,
sehingga semua hal tersebut kembali kepada pemirsanya dalam berperilaku terhadap
televisi itu sendiri. Maka dalam hal ini, daya tarik tayangan televisi dapat
mempengaruhi minat penonton sehingga tayangan tersebut dapat efektif.
7
Menurut Belch (Morissan 2007 : 265) daya tarik merupakan pendekatan yang
digunakan untuk menarik perhatian konsumen dan atau mempengaruhi perasaan
mereka terhadap suatu produk (barang atau jasa).
Menurut Badudu dan Zain, sebagaimana dikutip oleh Abidin (1999 : 86) daya
tarik adalah :
Kekuatan atau tenaga untuk menarik sesuatu
Tenaga untuk menarik perhatian orang
Sedangkan Liliweri (1992 : 76) mengemukakan bahwa daya tarik merupakan
appeals pesan yang mengacu pada motif psikologi yang mengandung pesan rasional
emosional dengan himbauan akan ganjaran tertentu. Menurut Liliweri, berbagai jenis
daya tarik dalam suatu tayangan adalah sebagai berikut :
a) Daya Tarik Selebritis
Suatu tayangan akan menarik perhatian penonton apabila seorang
selebritis yang menjadi bintang dalam tayangan tersebut. Begitu pula
dalam tayangan anak apabila pembawa acara tayangan tersebut orang
yang terfavorit dalam bidangnya maka tayangan tersebut akan diminati
oleh anak – anak.
b) Daya Tarik Humor
Humor adalah salah satu daya tarik agar suatu program tayangan tersebut
selalu dinanti dan diminati penonton.
c) Daya Tarik Rasa Takut
Daya Tarik rasa takut lebih efektif digunakan untuk memperbaiki
motivasi. Suatu tayangan memotivasi audiens untuk terus menerus
menonton tayangan mereka, sehingga mereka selalu menyajikan suatu
tayangan yang menarik.
d) Daya Tarik Musik
8
Dalam suatu tayangan, musik merupakan minat semua kalangan, tinggal
program tayangan tersebut membuat taangan musik mereka diminati
penonton.
e) Daya Tarik Kesalahan
Seperti halnya orang takut kesalahan merupakan daya tarik negatif. Orang
merasa salah ketika melanggar peraturan, menyimpang dengan nilai
standar atau kepercayaan, atau tidak bertanggung jawab.
Dengan begitu, dapat disimpulan bahwa daya tarik adalah sesuatu yang dapat
mengubah perasaan atau menarik minat dan motif seseorang terhadap objek.
Seseorang tertarik terhadap sesuatu berarti menyukai beberapa unsur atau mungkin
semua unsur yang ada didalamnya.
9
2.3. Kerangka Pikir
- PENAMPILAN -CERITA -INDIVIDUAL
- BUSANA -KONFLIK -PATRIARKI
- MAKE-UP -KARAKTER -RAS
-LINGKUNGAN -DIALOG -KELAS
-KELAKUAN -SETTING
-CARA BERBICARA
-BAHASA TUBUH
-EKSPRESI
Bagan 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
1.DAYA TARIK SELEBRITIS
2.DAYA TARIK HUMOR
3.DAYA TARIK RASA TAKUT
4.DAYA TARIK MUSIK
5.DAYA TARIK KESALAHAN
TAYANGAN TELEVISI PROGRAM ACARA KOMEDI OVJ
TELEVISI
DAYA TARIK TAYANGAN TELEVISI UNSUR-UNSUR TAYANGAN TELEVISI
MENURUT JOHN FISKE
REALITAS REPRESENTASI IDEOLOGI
KETERTARIKAN KHALAYAK
10
Keterangan kerangka pikir:
Didalam tayangan televisi terdapat beberapa jenis program acara, dan yang
menjadi focus dalam penelitian ini adalah program acara komedi yaitu pada
tayangan Opera Van Java. Pada tayangan televise terdapat daya tarik yang
membuat penontonnya loyal untuk selalu menonton tayangan tersebut. Teori daya
tarik yang digunakan pada penelitian ini yaitu teorinya Liliweri (1992 : 76) yang
jenisnya yaitu daya tarik selebritis, humor, rasa takut, music, dan kesalahan.
Pada program acara komedi, didalamnya terdapat unsur – unsur tayangan
televisi. Penelitian ini mengunakan unsure yang merujuk pada level atau aras dari
John Fiske, diantaranya level realitas, representasi, dan ideology. Dari setiap level
terdapat unsure –unsurnya seperti pada level realitas terdapat unsure penampilan
sampai pada ekspresi (dapat dilihat pada bagan 2.1), pada level representasi juga
terdapat beberapa unsure seperti cerita, dst (dapat dilihat pada bagan 2.1), dan
pada level ideology juga seperti itu (dapat dilihat pada bagan 2.1). Selanjutnya,
antara teori daya tarik dengan unsure – unsure tayangan televise menurut John
Fiske disilangkan sehingga nantinya akan diperoleh sebuah hubungan antara
keduanya. Misalnya pada unsur penampilan, sebenarnya penampilan bagaimana
yang ingin diketahui? (bisa dilihat pada teori daya tarik, misalnya selebriti).
Kemudian disilangkan dengan unsur-unsur tayangan televisi dari John Fiske,
sehingga diperoleh kombinasi seperti apakah penampilan selebriti atau busana
selebriti menimbulkan ketertarikan khalayak? Demikian seterusnya pada jenis
daya tarik selanjutnya.
11
2.4. Definisi Konsep
Tayangan Televisi
Tayangan secara terminologi adalah sesuatu yang ditayangkan
(dipertunjukkan), pertunjukan (film, dan sebagainya) persembahan1. Televisi
adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup
bersama suara melalui kabel dan ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang
mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkorvesinya
kembali ke dalam cahaya dan suara yang dapat di dengar. Dengan keadaan
demikian ini penduduk di pelosok desa pun sudah bisa menikmati tayangan
ataupun kejadian baik yang ada di Arab Saudi, Pakistan, Irak, Belanda dalam
waktu yang bersamaan.2
Sedangkan televisi secara terminologi adalah sistem penyiaran gambar
yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi
gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat
dilihat dan bunyi yang dapat didengar.3
Stasiun televisi adalah tempat kerja yang kompleks yang melibatkan
banyak orang dengan berbagai jenis keahlian. Jadi tayangan televisi adalah media
komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi
dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup
berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
Program Acara Komedi Opera Van Java
1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Edisi 3, 2003, hlm.
1151 2 2Al-Mihrab, Rubrik : Telaah Utama, Edisi 16 Tahun ke-2, Semarang, 2005, hlm. 13
3 Depdiknas, op.cit., hlm. 1162
12
Komedi merupakan salah satu jenis humor yang kini banyak ditampilkan
dalam sebuah tayangan televisi. Bahkan tayangan hiburan yang bertujuan
mengundang gelak tawa pemirsanya ini kian menjamur dan menjadi program
unggulan stasiun televisi.Opera Van Java (OVJ) adalah salah satu acara komedi
yang ditayangkan di Trans7 setiap hari pukul 20.00—22.00 wib. Acara ini adalah
acara komedi yang dipentaskan secara langsung didepan penonton di studio.
Tayangan OVJ mengadopsi cara pertunjukan wayang orang (kethoprak) —
sebuah pertunjukan tradisional dari masyarakat Jawa. OVJ merupakan salah satu
tayangan komedi yang banyak diminati penontonnya sampai sekarang ini.
Daya tarik tayangan televise
Daya tarik tayangan televisi adalah appeals pesan dalam wujud tanda-
tanda yang terdapat dalam sebuah tayangan televisi, yang mengacu pada motif
psikologi yang mengandung pesan rasional emosional dengan himbauan akan
ganjaran tertentu, sehingga memiliki kekuatan untuk menarik perhatian
penontonnya (Liliweri,. 1992 : 76; Abidin, 1999 : 86). Berbagai macam daya tarik
yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada klasifikasi yang
dikemukakan oleh Liliweri (1992 : 76)
Unsur-unsur dari tayangan komedi
Tayangan OVJ merupakan tayangan yang mampu banyak menyedot
perhatian penontonnya. OVJ masih mampu bertahan sampai saat ini menunjukkan
13
bahwa para penonton masih setia menyaksikan acara tersebut. Hal itu
mengandung makna bahwa ada beberapa unsur dari tayangan tersebut yang
diminati oleh penonton dengan alasannya masing – masing.
Pada sebuah tayangan televisi, termasuk tayangan komedi, selalu terdapat
kode-kode yang sengaja diciptakan oleh pembuat tayangan tersebut dengan
maksud agar makna yang dikandung oleh kode-kode itu dapat ditangkap oleh
penonton. Namun harus disadari bahwa penonton belum tentu menangkap dan
memaknai kode-kode itu sama seperti yang dimaksudkan oleh si pembuat
tayangan. Dalam hal ini, penelitian merujuk pada penelitian sebelumnya Hana
Tripuspita Sari dengan judul penelitiannya yaitu ―Kekerasan Dalam Komedi OVJ
(Analisis Semiotika).4 Dan berikut adalah argument peneliti sebelumnya yang
mendukung penelitian ini.
Untuk membaca kode-kode tersebut, yang dalam penelitian ini diartikan
sebagai unsur-unsur dari tayangan televisi, penulis akan menggunakan teknik
analisis cultural studies dari John Fiske seperti tertuang di dalam bukunya
―Television Culture‖. Menurut Fiske, setiap tayangan televisi dalam prakteknya
memproduksi kode atau tanda-tanda. Tanda-tanda itu dapat dikelompokkan dalam
beberapa level atau aras sebagai berikut :
(1) Level pertama : “Realitas”
Semua realitas dibentuk secara elektronik oleh kode-kode seperti :
penampilan busana, make-up, environment (lingkungan), behavior
(kelakuan), speech (cara berbicara), gesture (bahasa tubuh), ekspresi.
(2) Level kedua : “Representasi”
Kamera, lighting (tata cahaya), editing, musik, sound merupakan
pengirim conventional representational codes (tanda representasi yang
umum), yang mana merupakan bentuk dari representasi. Contohnya :
jalan cerita, konflik, karakter, dialog, setting, dan lain-lain.
4 http://eprints.undip.ac.id/26042/1/SUMMARY_SKRIPSI_Hana_Tri_Puspita_Rini.pdf diunduh
pada tanggal 24 Agustus 2013. Pukul 3.37 WIB.
14
(3) Level ketiga : “Ideologi”
Disusun kedalam hubungan dan diterima secara sosial oleh ideological
codes (tanda-tanda ideologi), seperti : individualisme, patriarki, ras, kelas
sosial, materialisme, kapitalisme, dan lain-lain.
Dalam tayangan OVJ, level pertama yakni realitas begitu jelas terlihat
bagaimana para pemain menjalankan cerita yang sering mereka belokkan. Begitu
pula kostum yang mereka kenakan serta dekorasi atau setting dari panggung di
mana mereka tampil. Penampilan para pemain OVJ selalu disesuaikan dengan
cerita yang sedang mereka mainkan kala itu. Sedangkan setting yang terlihat
dalam komedi ini tak lepas dari cerita yang ditampilkan pada setiap episodenya.
Properti yang terbuat dari styrofoam menjadi ciri khas tayangan ini. Bahkan sering
dimanfaatkan oleh para pemainnya untuk membuat lelucon.
Level representasi dalam OVJ terlihat dalam tanda-tanda format panggung
seperti wayang orang yang lengkap dengan dalang, sinden dan pemain
gamelannya. Representasi kekerasan terlihat dalam adegan-adegan mereka
terutama dalam membuat lelucon. Secara keseluruhan merepresentasikan
incongruity, yakni adanya unsur keanehan dalam komedi yang mereka tayangkan.
Yang dimaksud dengan incongruity adalah selalu menekankan sesuatu yang
kontras, tidak sesuai dengan situasi, sehingga terjadi kekacauan relevansi antara
konsep awal dengan hasil akhirnya. Karena melihat suatu keanehan dan tidak
disangka-sangka itulah orang menjadi tertawa. Dalam penokohan juga terlihat
bahwa para pemain tertentu sering dijadikan bahan lelucon karena terdapat
kekurangan dalam dirinya.
Dari segi teknis yakni teknik pengambilan gambar, lighting dan editing,
dalam tayangan OVJ secara keseluruhan tidak merepresentasikan hal-hal yang
berarti. Tidak seperti dalam produksi sebuah film, di mana aspek teknis sangat
mempengaruhi representasi yang hendak mereka timbulkan pada penontonnya.
Yang terlihat hanyalah representasi keceriaan dengan penggunaan cahaya terang.
15
Level ideologi dalam tayangan komedi OVJ muncul berupa tanda
inferioritas yang dianggap pantas menjadi sebuah lelucuon. Adanya sebuah
stratifikasi sosial yang diawetkan dalam tayangan ini. Ideologi-ideologi seperti
adanya superioritas dan inferioritas, kekuasaan dan pemarjinalan posisi tertentu
dapat membuat adanya false consciousness, yakni kesadaran palsu akibat adanya
penyembunyian realitas dari dominasi pihak yang memiliki power terhadap pihak
yang powerless. Usaha naturalisasi terlihat dalam prolog dan epilog yang selalu
dikatakan oleh dalang.
Ketertarikan Khalayak
Ketertarikan khalayak atas objek yang dipilihnya merupakan sebuah bukti
bahwa objek tersebut menarik dan disukai. Dengan begitu, loyalitas penonton
terhadap objek yang dalam hal ini adalah tayangan televisi akan terbentuk.
Tidak perlu memaksa atau memilihkan objek mana yang lebih bagus,
penonton sudah pandai dalam mimilih sendiri tayangan yang menarik.
top related