bab ii tinjauan pustaka - eprints.unmerbaya.ac.id ii.pdf2.1.8 arthritis rheumatoid lansia atrhiritis...
Post on 28-Jan-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.1 Konsep Dasar Lansia
.1.1 Pengertian Lansia
Pengertian lansia mengalami interpretasi yang beragam. Gerontologi ilmu yang
mempelajari tentang lansia, mendefinisikan lansia mengggunakan berbagai perspektif seperti
biologis, medis, antropologi, sosial, psikologi, hukum, ekonomi sehingga konsep lansia hingga
kini tidak ada batasan yang pasti. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa usia
lanjut meliputi: usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun, lanjut
usia(elderly) yaitu kelompok usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu kelompok usia 75-90
tahun, usia saat tua (very old) yaitu kelompok usia di atas 90 tahun.
Para Menteri Kesehatan yang termasuk Regional Office for South-East Asia (SEARO)
dalam Health Ministers Meeting ke 30 sepakat untuk mengangkat isu Ageing sebagai prioritas
masalah kesehatan yang disebut Surabaya Declaration on Ageing and Health 2012. 11 negara
yang termasuk SEARO adalah Bangladesh, Bhutan, Democratic Peoples Republic of Korea,
India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste. Terdapat 14
komitmen yang harus ditindaklanjuti oleh setiap negara SEARO dalam upaya peningkatan
kesehatan lanjut usia di setiap negara. Salah satu dari komitmen tersebut yaitu menjadikan
kesehatan lanjut usia sebagai prioritas nasional.
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun
(Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
-
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan
tua (Nugroho, 2008).
.1.2Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik yaitu berusia lebih dari 60 tahun, kebutuhan dan masalah
yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif (Maryam, 2008).
.1.3 Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
1. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2004).
4. Lansia PotensialLansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2004).5. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain (Depkes RI, 2004).
.1.4 Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe
usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
1. Tipe arif bijaksana
-
Lanjut usia ini kayadengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif
dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani dan pengkritik.
4. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
(“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
5. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
.1.5 Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
-
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
4. Mempersiapkan kehidupan baru.
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).
2.1.6 Masalah-Masalah Kesehatan pada Lansia
Masalah utama pada lansia berusia di atas 65 tahun adalah penyakit jantung, kangker,
gangguan sensorik, nyeri, penggunaan obat deng tidak teratur, dan penyakit Strok atau
serebrovaskular (CDC,2005). Penyebab lainnya adalah penyakit paru-paru, kecelakaan atau
jatuh, diabetes, penyakit ginjal, dan penyakit hati. Semua penyebab kematian tersebut bisah
dicegah sehingga dapat menunda kecacatan atau kematian.
2.1.7 Fisiologis Lansia
Lansia memiliki keinginan yang bervariasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan promosi
kesehatan. Oleh karena itu, gunakan pendikatan individual dengan mempertimbangakan
kepercayaan seseorang atas pentingnya kesehatan dan kemandirian. Peniliti belum dapat
mengidentifikasi semua foktor yang memengaruhi kondisi kesehatan yang baik pada usia lanjut.
Namun, empat faktor yang terpenting di antaranya adalah genetik, keuntungan, kebiasaan hidup
sehat, dan tindakan preventif. Pusat lansia gereja, sekolah, pusat perbelanjaan, perpustakaan, dan
lobi rumah sakit merupakan lokasi pemeriksaan dan pengajian informasi kesehatan. Sekitar 80%
lansia di atas 65 tahun memiliki setidaknya satu kondisi kesehatan kronis, dan 50% memiliki
setidaknya dua penyakit kronis ( CDC, 2003). Efek penyakit kronis pada kehudupan lansia
bervariasi, tetapi kondisi ini dapat menurunkan kesejahteraan dan mengancam kemandirian
mereka. Arahkan tindakan keperawatan pada manajemen kondisi ini tetapi anda juga harus
-
memutuskan tindakan pada pencegahan. Tindakan pencegahan yang dapat anda sarankan pada
lansia adalah sebagai berikut.
a. Partisipasi dalam kegiatan skrining kesehatan (pengukuran tekanan darah, mamografi,
depresi, pemeriksaan penglihatan, dan pendengaran, kolonoskopi).
b. Olahraga teratur
c. Penurunan beratbadan pada kasus overweight.
d. Diet seimbang dan rendah lemak.
e. Kunjungan teratur kedokter gigi.
f. Berhenti merokok.
g. Imunisasi influenza, pneumonia pneumococcus, dan tetanus.
2.1.8 Arthritis Rheumatoid Lansia
Atrhiritis biasa terjadi pada sendi yang mengeman beban. Kondisi ini banyak di
temukan pada lansi, terutama wanita tingkat mobilitas lansia tergantung pada keparahan penyakit
dan sendi yang terkena. Dampak arthiritis pada kehidupan lansia adalah gabungan antara
perubahan jangkauan gerak dan stabilitas sendi dengan tingkat nyeri yang di rasakan. Arthritis
tidak dapat di sembuhkan, tapi obat yang tersedia dapat menurunkan rasa nyeri dan
pembengkakan, sehingga meningkatkan jankauan sendi. Tujuan interpensi keperawatan pada
pembentukan rasa nyaman, kemampuan fungsional, dan keamanan. Penting juga melakukan
indukasi tentang teknik perawatan diri, perlindungan diri, serta latihan fleksibilitas dan kekuatan.
-
2.2 Konsep Dasar Arthritis Rheumatoid
.2.1 Definisi Arthritis Rheumatoid
Arthritis Rheumatoid merupakan penyakit inflamasi auto imun sistemik, kronis dan
eksaserbatif yang menyerang persendian dengan target jaringan sinovia
Rheumatoid arthritis merupakan suatu penyakit autoimun kronis dengan gejala nyeri, kekakuan,
gangguan pergerakan, erosi sendi dan berbagai gejala inflamasi lainnya. Arthritis Rheumatoid
(RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem
kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada
sendi.Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai
dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan
tulang
(Arif Mansjour, 2007).
.2.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain Menurut (Suratun, Heryati, Manurung &
Raenah, 2008).1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan
tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun,
frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50
-
tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal
ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan tulang.4. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas
utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki
resiko relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan
oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi
lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan
(karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan
pada timbulnya kaitan tersebut.
6 Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang
berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhanKelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis
paha pada usia muda.8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis.
Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi
-
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi
lebih mudah robek.
.2.3 Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:1. Reumatik Sendi (Artikuler)
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik artikuler).
Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
2. Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar diseluruh
tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar persendian. Peradangan kronis di
persendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya
mengenai beberapa persendian sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang
selaput sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan
tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada
kedua sisi).Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan
karena mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor
termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus
Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-
tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak yang disayangi, hancurnya
perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami
pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan
kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi
-
sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara
perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
3. Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum diketahui,
namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses
penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh
persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan
ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan
yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi.
Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui
berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih
sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan
olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
4. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) . Reumatik gout
merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout
juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat di
persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu
timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum
diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal
yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi
asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena
-
nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu
senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena
penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker,
vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar
trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya
terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-
benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
5. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi (soft
tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism).
Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:
a. FibrosisMerupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak.
Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor
kejiwaan.b. Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di tempat
perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.c. Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini dapat
mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan
lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.d. Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang.
Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.e. Back Pain
-
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif diskus
intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang
salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan
sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.f. Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya. Nyeri
terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke
tungkai dan kaki.g. Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas yang bisa
menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat
keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.
.2.4 Manifestasi klinis
Gejala utama dari artritis rheumatoid adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan
sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendiKeluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa
nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.2. Hambatan gerakan sendi
-
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari
kursi, atau setelah bangun dari tidur.4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling
sering) secara perlahan-lahan membesar.6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang
menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman
yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
.2.5 Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal,
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk
pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan
granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen
jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang
sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
-
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama
dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid
(seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
2.2.6 Penatalaksanaan Arthritis Rheumatoid
Penderita rheumatoid hanya bias melakukan perawatan karena bisa melakukan hingga saat
ini masih belum ada obat yang dapat menyembuhkan arthritis rheumatoid sepenuhnya.
Perawatan bisa membantu menguraing gejala peradangan di persendian, mencegah atau
memperlambat kerusakan persendian, mengurangi tingkat disabilitas, dan membuat penderita
arthritis rheumatoid bias tetap hidup aktif. Berapa hal yang bias dilakukan adalah mengonsumsi
obat, perawatan pendukung dan operasi, serta mengubah gaya hidup.
Ada beberapa cara perawatan dan pengobatan yang bias dilakukan untuk menekan
perkembang penyakit. Pada awalnya, dokter akan meresepkan obat dengan efek samping paling
sedikit setelah itu, jika tidak efek, obat dengan efek samping lebih berat akan ditambahkan.
a. Steroid
b. Obat pereda sakit
c. Perawatan terapi biologis
d. Terapi
e. Operasi
2.2.7 Tinjauan tentang Nyeri
1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang
mengalaminya yang dapatmenjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum,nyeri
-
dapat didefenisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baikringan maupun berat.Nyeri adalah
alasan utama orang untukmencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri sangatmengganggu dan
menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatupenyakit manapun.
2. Fisiologi nyeri
Terdapat empat proses fisiologi dari nyeri nosiseptif (nosiseptif : saraf-saraf yang
menghantarkan stimulus nyeri ke otak): transduksi, transmisi, persepsi, dan modulasi (McCaffery
dan Pasero, 1999). Klien yang sedang menglami nyeri tidak dapat membedakan keempat proses
tersebut. Bagaimanapun, pemahaman terhadap masing-masing proses akan membantu kita dalam
mengenali faktor-faktor yang menyebabkan nyeri, gejala yang menyertai nyeri, dan rasional dari
setiap tindakan yang diberikan.
Simulasi suhu, kimia, atau mekanik, biasanya dapat menyebabkan nyeri. Elergi dari
stimulasi-stimulasi ini dapat di ubah menjadi energi listrik. Perubahan energi ini dinamakan
transduksi. Transduksi dimulai di perifer, ketika stimulus terjadinya nyeri mengirimkan impuls
yang melewati serabut saraf nyeri perifer yang terdapat di pancaindra (nosiseptor: saraf
pancaindra yang menghantarkan stimulasi nyeri ke otak), maka akan menimbulkan potensial
aksi. Setelah proses transduksi selesai, transmisi implus nyeri di mulai.
Kerusakan sel dapat disebabkan oleh stimulus suhu, mekenik, atau kimiawi yang
mengakibatkan pelepasan neurotransmitter eksitatori; seperti prostaglandin, bradikinin, kalium,
histamin, dan subtansi yang peka terhadap nyeri yang terdapat di sekitar serabut nyeri di cairan
ekstraselular, menyebarkan “pesan” adanya nyeri dan menyebabkan inflamasi (peradangan)
(Renn dan Dorsey, 2005).
3. Klasifikasi nyeri
Adapun macam-macam tipe nyeri yaitu sebagai berikut :
-
a. Nyeri akutNyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut,penyakit, atau intervensi bedah dan
memiliki awitan yang cepatdengan intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat)
danberlangsung untuk waktu singkat.b. Nyeri kronik
Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeriakut, intensitasnya (ringan sampai
berat) dan biasanyaberlangsung labih dari 6 bulan.c. Nyeri somatis dalam
Nyeri somatis merupakan fenomena nyeri yang komplek Struktur somatic merupakan bagian
pada tubuh seperti otot-otot atau tulang, struktur somatis yang ada dalam tubuh berbeda-
beda intensitasnya terhadap nyeri. Tulang dankartilago biasanya sensitif terhadap tekanan
yang ekstrim ataustimulasi kimia (misalnya Artritis reumatoid, osteomyelitis).d. Nyeri psikogenik
Nyeri psikogenik disebut juga nyeri sematoform, adalahnyeri yang tidak diketahui secara
fisik, nyeri ini biasanya timbulkarena pengaruh psikologis, mental, emosional, atau
faktorperilaku. Sakit kepala, nyeri perut adalah contoh sebagian darinyeri psikogenik yang
paling umum.
4. Faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi terhadap nyeri.
Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhipersepsi dan reaksi masing-masing
individu terhadap nyeri antara lain faktor internal, eksternal.
Faktor internal terdiri dari :a. Usia
Diperhatikan lebih dari 85% dewasa tua mempunyi sedikitnya satu masalah kesehatan
kronis yang dapat menyebabkan nyeri. Lansia cenderung mengabaikan lama sebelum
melaporkannya atau mencari perawatan kesehatan karena sebagian dari mereka menggap nyeri
menjadi bagian dari penuaan normal. Sebagian lansia lainnya tidak mencari perawatan karena
mereka takut nyeri tersebut mendatangkan penyakit yang serius.
-
b. Jenis kelaminGill (1990) mengungkapkan laki-laki atau perempuan tidak berbeda secara signifikan
dalam dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya.c. Kebudayaan
Orang belajar dari budaya, bagaimana seharusnya meraka berespon terhadap nyeri.
( misalnya suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat harus diterima
karena mereka melakukan sesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri ).d. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman atau presepsi seseorang terhadap nyeri dan
bagaimana mengatasinya.
e. Perhatian Tingkat seorang klien memfokuskan perhatinya pada nyeridapat mempengaruhi
repsesi nyeri. Menurut (Gill, 1990) perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri
yang meningkat sedangkan upaya diktrasi di hubungkan dengan respon nyeri yang menurun.f. Perhatian Ansietas (kecemasan)
Cemas meningkatkan presepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang
cemas.g. Pengalaman sebelumnya
Seorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa lampau, dan saat ini nyeri yang
sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinnya. Mudah tidaknya seseorang
mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masalalu dalam mengatasi nyeri.h. Pola kuping
Pola kuping dapati akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya
pola kuping yang maladaptive akan akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.i. Dukungan keluarga dan sosial.
Induvidu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau
teman dekat atau memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.
5. Skala pengukuran derajat nyeri
-
Untuk mengukur derajat nyeri dapat melakukan pemeriksaan dengan menggunakan skala
nyeri. Adapun skala nyerimeliputi :
a. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS)
Merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitasnyeri yang terus menerus dan
memikili alat pendeskripsi verbalpada setiap ujungnya. Skala ini memberikan kebebasan
penuhpada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan nyeriyang ia rasakan. Skala analog
visual merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien
dapatmengidentifikasi setiap titik pada rangkaiain daripada dipaksamemilih satu kata atau satu
angka.
Tidak ada nyeri Nyeri sedang Nyeri berat
b. Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)
Merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahanyang lebih bersifat objektif. Skala ini
merupakan sebuah garisyang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusundalam jarak
yang paling sama sepanjang garis. Kalimatpendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri sampai
nyeripaling berat.
c. Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS)
Digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.Dalam hal ini, pasien menilai nyeri
dengan skala 0 sampai 10.Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka10
mengindikasikan nyeri paling hebat. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri
sebelum dan sesudah intervensi terapeutik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-
d. Skala lima tingkat merupakan parameter pengukuran derajat nyeri dengan memakai 5 skala,
yaitu 0=tidak nyeri, tidak adarasa nyeri pada waktu istirahat dan aktivitas, 1=minimal,
istirahattidak ada nyeri, perasaan nyeri timbul sewaktu bekerja lama,berat dan penekanan kuat
terasa sakit. 2=ringan, rasa sakitterus-menerus atau kadang timbul tetapi masih
dapatdiabaikan/tidak mengganggu, LGS normal pada penekanan kuatterasa sakit, fleksi dan
ekstensi sakit. 3=sedang, keluhan sepertiderajat 3 ditambah keluhan tersebut mengganggu
aktivitas, LGSterganggu. 4=berat, nyeri menyulitkan lansia hampir taktertahankan dan gerakan
fleksi/ekstensi hampir tidak ada/tidakmampu.
TABEL SKALA TINGKAT NYERI
No Responden 4 3 2 1 0
1 Perhatian Hampir
semuanya tertuju
pada nyeri,
sangat sulit di
alihkan.
Lebih
memperhatikan
nyeri,sangat
sulit di alihkan.
Sebagian
perhatian pada
nyeri, mudah
dialihkan.
Sedikit
perhatian
pada nyeri,
mudah di
alihkan.
Tidak ada
perhatian
pada nyeri,
sangat mudah
dialihkan.2 Anxietas Sangat tegang,
mudah marah,
khawatir
Tegang, mudah
marah, kawatir
Agak
tegang,mudah
marah,kawatir
Sedikit
tegang,
mudah
marah,kawatir
Tidak tegang,
tidak kawatir
3 Verbal Ada nyeri yang
sangat hebat
Ada nyeri hebat Agak nyeri Sedikit nyeri Tidak adanyeri
-
4 Perspirasi Perspirasisangat
jelas
Ada
perspirasi, jelas
lembab,dingin
Ada
perspirasi,
sedikit lembab
Sedikit
perspirasi,Sedikit lembab
Perspirasi
normal.
5 Suara Berteriak atau
menangis
tersedu
Merintih
dengan keras
Merintih dengan
lembut
Mengeluh
dengan
dengkuran
lembut
Berbicara
dengan
tekanan
normal6 Nausea Muntah Mengatakan
ingin muntah
Merasa sakit
perut
Merasa mual Tidak merasa
mual7 Ketegangan
otot
Kaku dengan
tekanan ringan
terasa sakit
sangat tegang
Kaku,tekanan
kuat serasa
sakit, tegang.
Agak kaku,
tekanan kuat,
terasa sakit,
agak tegang
Sedikit kaku,
tekanan yang
sangat kuat
tersa sakit,
sedikit
tegang
Rileks, tidak
kaku, tidak
tegang
8 Interaksi
social
Menghindari
percakapan dan
kontak sosial
Sedikit
komonikasi,
lebih fokus
pada nyeri.
Percakapan
baik, sedikit
fokus pada
nyeri
Percakapan
baik,
perhatian
menurun
Komonikasi
normal
9 Ekspresi
waja
Bermuka asam,
mulut dan gigi
terkatup rapat,
mengeretak
Keinginan
menurut, mulut
dan gigi
terkatup, tidak
menggeretak
Kengingnan
menurut,
mulut dan gigi
tidak terkatup
Sedikit
mengerut
Kumonikasi
normal
10 Aktifitas
persendian
Tidak mampu
mengerakan jari
tangan atau kaki,
persendian, tidak
dapat
Hanya mampu
menggerakan
sedikit
persendihan,
menggagu
aktifitas
Fleksi dan
ekstensi
sedikit
menggagu
aktifitas
Fleksi dan
ekstensi tidak
maksimal
Fleksi dan
ekstensi
normal
Keterangan : 0 = Tidak nyeri 1-10 = Nyeri Minimal
-
21-30 = Nyeri sedang11-20 = Nyeri ringan31-40 = Nyeri bera
2.2.8 Nyeri Berdasar PQRST
I P : provokatif atau paliatif : Apa kira-kira penyebab timbulnya rasa nyeri
II Q : Qualitas atau Quantitas : Berapa berat keluhan nyeri
II R : Region atau radias : Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan.
IV S : Skala seviritas : Skala kegawatan
V T : Timing : Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan
2.2.9 Intervensi Nyeri Non Farmakologi Dan Farmakologi
1. Non farmakologis untuk mengurangi nyeri
Beberapa intervensi non-farmakologi tersedia untuk mengurangi nyeri; Bagaimanapun,
intervensi tersebut dilakukan dengan dan tidak ditetapkan sebagai tindakan farmakologi
(Gruener dan Lande, 2006; McCaffery dan Pasero, 1999).
a. Relaksasi dan imajinasi terpimpin. Klien dapat mengubah perasaan dan presepsi nyeri secara
kognitif melalui relaksasi imajinasiterpimpin. Relaksasi merupakan perasaan bebas secara
mental dan fisik dari ketegangan atau stres yang membuat indifidu merasa kontrol terhadap
dirinya.
b. Distrasi. System aktif yang kompleks menghambat stimulus nyeri apa bila seseorang
menerima input sensorik yang cukup atau berlebihan.
c. Stimulasi kutaneus. Stimulasi pada kulit membantu untuk mengurangi nyeri misalnya,
Masase atau pijat, mandi dengan air hangat, kompres air hangat, kantong es, dan stimulasi
-
elektrik pada saraf trasnkutaneus menstimulasi kulit untuk mengurangi presepsi nyeri (When
your pain, 2002).
2. Intervensi pengurangan nyeri secara farmakologi
Banyak subtasi-subtasi atau agen farmakologi tersedia untuk mengurangi nyeri. Perawat
harus memberikan semua analgesik dengan menggunakan pedoman atau petunjuk dari The Joint
Commision’s National Patient Safety Goals (2007). Ada tiga tipe analgesic, yaitu:
a. Non-opioid mencakup asetaminofen dan obat antinflamasi non-sreoi ( nonsteroid
antiflamatory drugs/ NSAIDs );
b. Opioid ( secara tradisional dikenal dengan narkotik );
c. Tambahan atau pelengkap koanalgesik ( adjuvants ), variasi dari pengobatan yang
meningkatkan analgesik atau memiliki kandungan analgesik yang semula tidak di ketahui.
2.3 Konsep Kompres Hangat Basah
2.3.1 Pengertian Kompres Hangat Basah
Kompres hangat basah adalah suatu prosedur menggunakan kain / handuk yang telah di
kompres hangat basah celupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh
tertentu.Kompres hangat basah adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat
yang dapat meninbulkan efek fisiologis. Kompres hangat basah dapat digunakan pada
pengobatan nyeri dan merelaksasikan otot – otot yang tegang (Gabriel F. J, 1998).Menurut
Sylvia A price (2006) kompres hangat basah adalah memberikan rasa hangat kepada pasien
untuk mengurangi nyeri dengan menggunakan cairan yang berfungsi untuk melebarkan
pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal dengan tujuan memberikan kenyaamanan
kapada pasien.
-
Kompres hangat basah adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.Tindakan ini selain untuk melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan
rasa sakit, merangsang peristaltic usus, pengeluaran getah radang menjadi lancer, serta
memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien.Pemberian kompres dilakukan pada radang
persendian, kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan.(Stevens, PJM, F, Bordui, WE, Van
Der Meer, GI, Almekinders, J, Caris, & I, AG Van Der Weyde. 1999)
Presepsi nyeri dipengaruhi oleh variabel fisiologis dan psikologis. Status gate atau ointu
gerbang berada pada dorsal horn subtansial gelantinose yang akanmenghasilkan impuls nyeri
dalam arti lain bahwa gerbang terbukan maka impuls dapat bergerak bebas menuju jalur
asending (ke atas) yang akan menghasilkan persepsi nyeri. Dengan pemberian panas gerbang
akan tertutup karena adanya stimulasi dari serabut saraf A delta. Ketika gerbang tertutup impuls
nyeri terhambat, hal ini akan mengurangi persepsi nyeri (Mander R, 2006).
Selain itu pemberian panas dapat menyebabkan pembuluh darah melebar, sehingga akan
memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan tersebut. Dengan cara ini penyaluran zat asam
dan bahan makanan ke sel-sel akan diperbesar dan pembuangan za-zat akan diperbaiki. Jadi akan
timbul proses pertukaran zat yang lebih baik. Aktivitas sel akan meningkat sehingga mengurangi
rasa sakit (Stevens, PJM, F, Bordui, WE, Van Der Meer, GI, Almekinders, J, Caris, & I, AG Van
Der Weyde. 1999).
Kompres hangat basah merangsang sirkulasi dan meningkatkan lokalisasi bahan purulen
pada jaringan (Johnson JY, Temple JS, & Carr P, 2005). Kompres panas juga dapat membuka
aliran darah yang mengakibatkan relaksasi dari otot (Turana Y, 2006).
.3.2 Tujuan Kompres Hangat Basah
-
Meningkatkan control kehilangan pada tubuh melalui penguapan untuk, (Gabriel F.J,2006).
a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Menurunkan suhu tubuh
c. Mengurangi rasa sakit
d. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
e. Memperlancar pengeluaran eksudat
f. Merangsang peristaltik usus
g. Mengurangi peradangan dan spasmus otot
h. Meningkatan aktivitas sel.
.3.3 Kompres Air Hangat Basah
Saat otot terasa kaku, nyeri atau cedera yang berkepanjangan, kompres hangat basah
adalah pertolongan pertama yang ideal.Panas cukup efektif meredakan rasa sakit akibat
pergerakan otot yang berlebihan. Kompres dengan menggunakan kantung atau handuk panas
meningkatkan elastisitas jaringan sendi dan menstimulasi peredaran darah.
Kompres selama 20 menit juga membantu merenggangkan dan menenangkan bagian
tubuh yang cedera. Maka kompres hangat basah baik dilakukan sebelum olahraga yang mungkin
akan menyebabkan rasa sakit itu muncul ketika beraktivitas. Satu hal yang penting diperhatikan,
jangan mengompres hangat basah pada cedera atau luka yang baru. Saat Anda baru cedera, panas
hanya akan membuatnya lebih buruk. Menyebabkan pembuluh darah membesar. Gunakan
kompres hangat basah jika Anda telah relaks sehabis berolahraga, minimal 48 jam setelah
mengalami cedera.
-
Selain untuk menurunkan nyeri, kompres hangat basah juga dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri pada saat cedera. Namun, tidak boleh digunakan pada cedera akut atau cedera
yang baru saja terjadi karena justru akan memperparah kondisi cedera atau luka. Kompres hangat
basah ini dapat digunakan untuk cedera yang sudah lebih dari 48 jam. Namun kompres hangat
tidak boleh digunakan di perut pada orang yang mengalami radang atau infeksi usus buntu.
.3.4 Pengaruh Kompres Hangat Basah
Efek dari kompres hangat basah adalah untuk meningkatkan aliran darah ke bagian yang
terinjuri, melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran daerah di dalam jaringan
tersebut. Pada otot, panas memiliki efek menurunkan ketegangan, meningkatkan sel darah putih
secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi pembuluh darah yang
mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan
CO2 didalam darah akan meningkat sedangkan PH darah akan mengalami penurunan (Gabriel
F.J, 1998).
Pemberian kompres hangat yang berkelanjutan berbahaya terhadap sel epitel,
menyebabkan kemerahan, kelemahan local, dan bisa terjadi kelepuhan. Kompres hangat
diberikan satu jam atau lebih.
.3.5 Indikasi Kompres Hangat Basah
1. Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah).
2. Klien dengan perut kembung.
3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian.
4. Sepasme otot.Adanya abses, hematoma.
.3.6 Kontra Indikasi Kompres Hangat Basah
1. Gangguan sensibilitas.
-
2. Buerger diseases.
3. Gangguan peredaran darah arterial perifir.
.3.7 Mekanisme Tubuh terhadap Kompres Hangat Basah
Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipothalamus
melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus
dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi
perifer.Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata
dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.
Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi panas melalui
kulit meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai
keadaan normal kembali.
.3.8 Penggunaan Kompres Hangat Basah
a. Penanganan demam bukanlah dengan dikompres air dingin seperti yang biasa dilakukan
dahulu kala karena orang demam jika dikompres dingin akan lebih demam lagi saat kompres
dihentikan. Karena pada saat dikompres dingin, pusat pengatur suhu menerima sinyal bahwa
suhu tubuh sedang dingin maka tubuh harus segera dihangatkan. Jadi justru akan
bertentangan dengan hasil yang diharapkan. Lain halnya bila dilakukan kompres hangat.
Pusat suhu akan menerima informasi bahwa suhu tubuh sedang hangat, maka suhu tubuh
harus segera diturunkan. Inilah pengaruh yang diharapkan.Ketika demam kita memang
merasa kedinginan meskipun tubuh kita sebenarnya panas.Kompres hangat membantu
mengurangi rasa dingin & menjadikan tubuh terasa lebih nyaman.
b. Untuk cedera lama/kondisi kronis, yang mana bisa membantu membuat rileks, mengurangi
tekanan pada jaringan serta merangsang aliran darah ke daerah.
-
c. Untuk pengobatan nyeri dan merelaksasi otot-otot yang tegang tetapi tidak boleh digunakan
untuk yang cedera akut atau ketika masih ada bengkak, karena panas dapat memperparah
bengkak yang sudah ada.
.3.9 Cara Menggunakan Kompres Hangat Basah
a. Tempelkan ke bagian tubuh yang nyeri kantong karet/ botol yang berisi air hangat atau handuk
yang telah dicelupkan ke dalam air hangat dengan temperatur 40-50 derajat Celcius atau bila
sulit mengukurnya, coba pada dahi terlebih dahulu, jangan sampai terlalu panas atau sesuaikan
panasnya dengan kenyamanan yang akan dikompres.
b. Peras kain yang digunakan untuk mengkompres, jangan terlalu basah.
c. Lama kompres sekitar 15-20 menit dan dapat diperpanjang.
d. Sebaiknya diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan.
e. Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh
lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar aliran darah.
.3.10Memberikan Kompres Hangat Basah
a. Bayi/anak Suhu air dalam botol air panas harus 40,5-46oC untuk anak-anak kurang dari 2 tahun.
b. Lansia memberikan perhatian khusus saat mengkaji area yang akan diterapi dan ketika
mengevaluasi efek terapi karena lansia memiliki banyak kondisi yang merupakan predisposisi
terjadinya cidera pada pemberian kompres.
.3.11 Metode Kompres Hangat Basah
Kompres hangat menggunakan air hangat didasarkan bahwa kompres dengan
menggunakan air dingin itu sebenarnya tidak begitu efektif menurunkan panas. Karena kontak
dengan air dingin maka pembuluh darah yang kontak dengan kain kompres dingin akan
menyempit (vasokonstriksi) sehingga menyulitkan pengeluaran panas.Pusat pengatur suhu
-
menerima informasi bahwa suhu tubuh sedang berada dalam kondisi hangat, maka suhu tubuh
butuh untuk segera diturunkan. Apalagi, saat demam kita memang merasa kedinginan meskipun
tubuh kita justru mengalami peningkatan suhu. Kompres air hangat memiliki beberapa
keuntungan, disamping membantu mengurangi rasa dingin, air hangat juga menjadikan tubuh
terasa lebih nyaman.
.4 Cara Pemberian Kompres Hangat Basah
.4.1 Kompres Hangat Basah
a. Persiapan alat
1. Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46ºc)
2. bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai
3. kasa perban atau kain segitig
4. pengalas
5. sarung tangan bersih di tempatnya
6. bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)
7. waslap 4 buah/tergantung kebutuhan
b. Prosedur
1. Mendekatkan alat-alat kedekat klien
2. Memperhatikan privacy klien
3. Mencuci tangan
4. Mengatur posisi klien yang nyaman
5. Memasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres
6. Memakai sarung tangan lalu membuka balutan perban bila diperban
7. Kemudian, membuang bekas balutan ke dalam bengkok kosong
-
8. Mengambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu memasukkan ke
dalam kom yang berisi cairan hangat.
9. Kemudian mengambil kasa tersebut, lalu membentangkan dan meletakkan pada area yang
akan dikompres
10 Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi dengan kasa
kering. Selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kain segitiga
11 Melakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan anti balutan
kompres tiap 5 menit
12 Melepaskan sarung tangan
13 Mengatur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman
14 Membereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali
15 Mencuci tangan
16 Mendokumentasikan tindakan ini beserta responnya
c. Hal yang perlu diperhatikan
1. Kain kasa harus diganti pada waktunya dan suhu kompres di pertahankan tetap hangat,
cairan jangan terlalu panas,
2. Hindarkan agar kulit jangan sampai kulit terbakar
3. Kain kompres harus lebih besar dari pada area yang akan dikompres
4. Untuk kompres hangat pada luka terbuka, peralatan harus steril. Pada luka tertutup seperti
memar atau bengkak, peralatan tidak perlu steril karena yang penting bersih.
.4.2 Kompres Hangat Kering Menggunakan Buli-Buli Panas
a. Persipan alat
1. Buli-buli panas dan sarungnya
-
2. Termos berisi air panas
3. Termomerter air panas
4. Lap kerja
b. Prosedur
1. Mempersiapan alat
2. Mencuci tangan
3. Melakukan pemasangan telebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara mengisi buli-
buli dengan air panas, mengencangkan penutupnya kemudian membalik posisi buli-buli
berulang-ulang, lalu mengosongkan isinya. Menyiapkan dan mengukur air yang di
inginkan (50-60ºc)
4. Mengisi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari buli-buli
tesebut. Lalu mengeluarkan udaranya dengan cara :meletakkan atau menidurkan buli-buli
di atas meja atau tempat datar.bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan permukaan
air di leher buli-buli. Kemudian penutup buli-buli di tutup dengan rapat/benar.
5. Memeriksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu mengeringkn dengan lap kerja dan
memasukkan ke dalam sarung buli-buli.
6. Membawa buli-buli tersebut ke dekat klien.
7. Meletakkan atau memasang buli-buli pada area yang memerlukan.
8. Mengkaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang stimbul akibat
pemberian kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidak nyamanan,
kebocoran, dsb.
9. Mengganti buli-buli panas setelah 30 menit di pasang dengan air panas lagi, sesuai yang
di kehendaki
-
10. Membereskan alat alat bila sudah selesai
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan tindakan ini beserta responnya
2.4.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Memberikan Kopres Hangat
1. Jangan letakan kantong air hangat di bagian tubuh yang telanjang, lapisi kantong dengan
kain flanel atau handuk.
2. Kantong air hangat yang diletakkan diatas bagian badan tertentu hanya boleh terisi
sepertiganya untuk menghindari berat yang tidak diperlukan.
3. Pada penggunaan kompres hangat yang berlangsung lama, jangan lupa memeriksa kulit
penderita.
4. Kompres hangat tidak diberikan di kepala karena dapat menyebabkan pembuluh 0darah
di area tersebut mengalami dilatasi dan menyebabkan sakit kepala.
5. Kompres hangat tidak boleh diberikan di perut jika mengalami radang/ infeksi usus
buntu.
2.2.8 Nyeri Berdasar PQRST
top related