bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan tentang pengadaan
Post on 29-Oct-2021
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Pengadaan Prasarana Olahraga
1. Pengertian tentang Pengadaan
Pengadaan merupakan proses kegiatan untuk pemenuhan atau
penyediaan kebutuhan dan pasokan barang atau jasa di bawah kontrak atau
pembelian langsung untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Pengadaan dapat
mempengaruhi keseluruhan proses arus barang karena merupakan bagian
penting dalam proses tersebut.4
Bahwa Pengadaan adalah perolehan barang atau jasa. Hal ini
menguntungkan bahwa barang atau jasa yang tepat dan bahwa mereka
yang dibeli dengan biaya terbaik untuk memenuhi kebutuhan pembeli
dalam hal kualitas dan kuantitas, waktu dan lokasi. Pengadaan atau
procurement adalah kegiatan untuk mendapatkan barang atau jasa secara
transparan, efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
penggunanya.5
Berdasarkan kedua pendapat tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian pengadaan adalah pengadaan barang dan
jasa atau procurement adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan barang
dan jasa yang diperlukan oleh perusahaan dilihat dari kebutuhan dan
4 Wikipedia, “Pengadaan” (https://id.wikipedia.org/wiki/Pengadaan. Diakses 18 Januari
2018) 5 E-Journal Tadulako Physical Education, Health And Recreation, Arman, “Sarana
Prasarana Olahraga dengan Efektivitas Pembelajaran” Volume 2, Nomor 6 Agustus 2014 ISSN
2337 – 4535,
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=294065&val=727&title=SURVEI%20SARA
NA%20PRASARANA%20OLAHRAGA%20DENGAN%20EFEKTIVITAS%20PEMBELAJAR
AN%20PENJASORKES%20SMP%20NEGERI%20KECAMATAN%20DAMPAL%20SELATA
N%20KABUPATEN%20TOLITOLI, diakses 27 Juli 2018)
14
penggunaannnya, serta dilihat dari kualitas, kuantitas, waktu pengiriman
dan harga yang terjangkau.
2. Pengertian tentang Prasarana Olahraga
Secara umum prasarana berarti segala sesuatu yang merupakan
penunjang terselenggaranya suatu (usaha atau pembangunan). Dalam
olahraga prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempemudah dan
memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen, salah satu
sifat tersebut adalah susah untuk dipindahkan.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disebut beberapa contoh
dari prasarana olahraga ialah ; lapangan bola basket gedung olahraga,
lapangan atletik, lapangan sepak bola dan lain-lain.6 Gedung olahraga
merupakan prasarana multi fungsi yang dapat digunakan sebagai prasarana
pertandingan bola voli, prasarana pertandingan bulu tangkis dan lain-lain.
Sedangkan stadion atletik didalamnya termasuk lapangan lompat jauh,
lapangan lempar cakram, lintas lari dan lain-lain. Seringkali stadion atletik
dipakai sebagai prasarana pertandingan sepak bola yang memenuhi syarat
pula. Contohnya stadion utama Gelora Bung Karno Jakarta.
Prasarana atau fasilitas adalah segala sesuatu yang diperlukan
dalam aktifitas jasmani, bersifat permanen atau tidak dapat dipindah,
kebutuhan sarana dan prasarana olahraga dalam pembelajaran sangat
penting, karena dalam pembelajaran harus menggunakan sarana dan
6Puput Harunti, “Pengaruh Latihan Passing Bola Gerak dengan Kontrol Jalan dan
Kontrol Diam Terhadap Akurasi Passing Dalam Futsal Pada Pemain Puteri UKM Futsal UNNES
tahun 2016” (Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, 2016), halaman
32.
15
prasarana yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pembelajaran pendidikan
jasmani prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau
memperlancar proses. Salah satu sifat yang dimiliki oleh prasarana
jasmani adalah sifatnya relatif permanen atau susah untuk dipindah.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat diambil
kesimpulan bahwa prasarana olahraga adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan dalam melakukan olahraga yang sifatnya semi permanen (bisa
dipindahkan tetapi sulit atau berat), bisa juga permanen (tidak bisa
dipindahkan). Keberadaan sarana dan prasarana sangat mempengaruhi
cepat lambatnya siswa dalam menguasai pembelajaran. Tanpa sarana dan
prasarana kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan dengan optimal.
3. Tujuan Pengadaan Sarana dan Prasarana
Tujuan sarana dan prasarana diadakan adalah untuk memberikan
kemudahan tecapainya tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan dan
memungkinkan melaksanakan program kegiatan pendidikan jasmani dan
kesehatan. Kegiatan teresebut diperlukan untuk menunjang kegiatan –
kegiatan olahraga, dari pihak swasta maupun masyarakat. Manfaat dari
pengaadaan prasarana olahraga adalah meningkatkan kualitas kesehatan
dengan menggunakan alat olahraga yang baik dan benar.7 Tidak hanya
meningkatkan kualitas kesehatan, namun dengan adanya pengaadan
7Lindasari Setyaningrum, “Efektivitas Passing Menggunakan Kaki Bagian Dalam dan
Punggung Kaki pada Pemain Futsal (Eksperimen Pada Peserta Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri
14 Semarang Tahun 2016)”. (Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
2016), halaman 02.
16
prasana olahraga yang baik dan berstandar maka bertambah pula atlet –
atlet yang akan bermunculan dan memiliki kualitas yang baik.
Dalam hal ketersediaan atau pengadaan prasarana olahraga juga
harus adanya tanggung jawab, pemeliharaan, serta pengawasan.
Tanggung jawab, pemeliharaan, serta pengawasan tersebut tidak hanya
diserahkan seutuhnya kepada pemerintah, negara, maupun lembaga –
lembaga tertentu. Namun juga tokoh dari masyarakat juga dibutuhkan
dalam hal tanggung jawab, pemeliharaan, serta pengawasan pengadaan
prasarana olahraga. Seperti yang sudah tercantum pada Peraturan
Presiden RI Nomor 12 Tahun 2014 pasal 3 ayat (1) yang berbunyi
“Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat bertanggung jawab
atas Perencanaan, Pengadaan, Pemanfaatan, Pemeliharaan, dan
Pengawasan Prasarana Olahraga sesuai dengan kewenangannya”, dan
ayat (2) yang berbunyi “Tanggung jawab Masyarakat dalam
Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
memberikan masukan atau saran kepada Pemerintah dan Pemerintah
Daerah”.
4. Tata Penetapan Prasarana Olahraga
Dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Tata
Cara Penetapan Prasarana Olahraga yang di maksud dengan prasana
olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan
untuk kegiatan olahraga dan/atau penyelenggaraan keolahragaan :
17
a. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses menentukan ketersediaan prasarana
olahraga sesuai dengan standard an kebutuhan untuk kegiatan olahraga
dan/atau penyelenggaraan keolahragaan melalui urutann pelihan dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
b. Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh prasarana olahraga oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat yang prosesnya dimulai
dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan
untuk memperoleh prasarana olahraga.
c. Penetapan
Penetapan prasarana olahraga adalah kebijakan untuk menetapkan
tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan
olahraga dan/atau penyelenggaraan keolahragaan.
d. Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah penggunaan prasarana olahraga untuk kegiatan
olahraga dan/atau penyelenggaraan keolahragaan.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah proses untuk menjaga dan merawat prasarana
olahraga menurut jenis dan fungsinya.
f. Pengawasan
Pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
agar kegiatan perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan
18
prasarana olahraga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
tata penetapan prasarana olahraga meliputi 6 tahapan yaitu perencanaan,
pengadaan, penetapan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan yang
harus dilaksanakan untuk mewujudkan prasarana olahraga bagi
penyandang disabilitas yang diinginkan, yang memumpuni, dan layak
untuk digunakan. Serta dilaksanakan dengan sebaik – baiknya agar
meminimalisasi kekurangan – kekurangan pada prasarana olahraga
tersebut. Pengawasan terhadap sarana prasarana olahraga dilakukan secara
terus menerus selama periode penggunaan alat dalam pelaksanaan
kegiatan, selain pengawasan juga perlu dilakukan klasifikasi sebelum dan
sesudah penggunaan sarana dan parasarana. Perbaikan kadang perlu
dilakukan di tempat (on the spot) oleh petugas atau orang yang
berpartisipasi dalam program penggunaan. Baru kemudian setelah dipakai,
perbaikan kembali oleh petugas yang berwenang, tempat perlengkapan
atau workshop.8
5. Pengadaan Prasarana Olahraga oleh Pemerintah Daerah
a. Jenis Pengadaan Prasarana Olahraga
Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas Pengadaan Prasarana
Olahraga walalaupun tidak hanya Pemerintah Daerah saja melainkan
8 Teguh Wirawan, “Ketersediaan Sarana dan Prasarana Olahraga Dalam Pelaksanaan Pelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Di Sekolah Dasar Negeri Se-Dabin IV Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang Tahun Pelajaran2009/2010” (Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang, 2010), halaman 19.
19
Pemerintah Pusat dan Masyarakat. Pengadaan prasarana olahraga
sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2014 dilakukan dengan dengan memperhatikan potensi, jumlah dan
jenis, serta standar Prasarana Olahraga pada masing – masing kegiatan
olahraga dan/atau penyelenggaraan keolahragaan yang meliputi olahraga:
1) Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik
agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
2) Rekreasi
Rekreasi adalah merupakan suatu kegiatan yag dapat di laksanakan
oleh seluruh lapisan masyarakat secara sukarela untuk mendapatkan dan
memperoleh kesegaran serta kepuasan yang bertujuan untuk penyegaran
tenaga dan pembaharuan semangat.
3) Prestasi
Pengertian prestasi belajar umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan sedangkan dalam hasil belajar terdiri dari aspek
pembentukan watak peserta didik. Sedangkan pengertian prestasi secara
terminologi adalah hasil yang telah dicapai setelah melakukan berbagai
usaha yang sebaik-baiknya.
4) Penyandang cacat.
20
Jumlah dan jenis prasarana olahraga yang dibangun oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan Masyarakat harus memperhatikan potensi
keolahragaan yang berkembang di daerah setempat. Pemerintah melakukan
pemetaan potensi olahraga di daerah dalam rangka menetapkan jumlah
Prasarana Olahraga yang sesuai dengan kebutuhan. Pemerintah
Kabupaten/Kota wajib menyediakan Prasarana Olahraga untuk mengelola
sekurang – kurangnya satu cabang olahraga unggulan yang bertaraf nasional
dan/atau internasional. Contohnya seperti yang ada di Semarang adalah
lapangan sepak bola di Gor Jatidiri yang sedang dilakukan pembangunan
ulang agar semakin layak untuk penyelenggaraan keolahragaan yang bersifat
nasional dan lapangan Basket yang berada di Gor Sahabat Semarang yang
sudah sering dijadikan tempat penyelenggaran keolahragaan nasional
dan/atau internasional (SEABA 2014).
b. Tata Cara Pengadaan Prasarana Olahraga
Pengadaan Prasarana Olahraga oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dapat dilakukan dengan cara:
1) Pembangunan
Pembangunan ialah suatu upaya meningkatkan segenap sumber
daya yang dilakukan secara berencana dan berkelanjutan dengan prinsip
daya guna yang merata dan berkeadilan. Dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa pembangunan berorientasi pada pembangunan masyarakat, dimana
pendidikan menempati posisi yang utama dengan tujuan untuk membuka
wawasan dan kesadaran warga akan arah dan cita-cita yang lebih baik.
21
2) Pembelian
Pembelian merupakan kegiatan utama untuk menjamin kelancaran
transaksi penjualan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Dengan adanya
pembelian, perusahaan dapat secara mudah menyediakan sumber daya
yang diperlukan organisasi secara efisien dan efektif.9
3) Tukar menukar atau tukar bangun
Tukar menukar atau tukar bangun adalah suatu perjanjian yang
dibuat antara pihak yang satu dengan pihak lainnya, dalam perjanjian itu
pihak yang satu berkewajiban menyerahkan barang yang ditukar, begitu
juga pihak lainnya berhak menerima barang yang ditukar. Barang yang
ditukar oleh para pihak, dapat berupa barang bergerak maupun barang
tidak bergerak. Penyerahan barang bergerak cukup penyerahan nyata,
sedangkan barang tidak bergerak menggunakan penyerahan secara yuridis
formal.10
4) Bangun guna serah atau bangun serah guna
Bangun guna serah atau bangun serah guna adalah
bentuk pendanaan proyek saat suatu entitas swasta menerima konsesi dari
entitas lain (umumnya entitas sektor publik) untuk mendanai, merancang,
membangun, dan mengoperasikan suatu fasilitas yang dinyatakan dalam
kontrak konsesi. Model ini memungkinkan penerima konsesi
mendapatkan kembali investasi serta biaya operasi dan pemeliharaan
yang dikeluarkan untuk suatu proyek. Secara tradisional, proyek yang
9 http://sir.stikom.edu/1339/4/BAB_III.pdf, diakses 24 Juli 2018.
10 Rudi Brebes, “Tukar Menukar” (http://rudibrebes.blogspot.com/2012/11/pengertian-
tukar-menukar.html, diakses 24 Juli 2018).
22
didanai dengan skema ini akan diserahkan kepada pemerintah pada akhir
masa konsesi.11
5) Hibah
Hibah adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada
pihak lain yang dilakukan ketika masih hidup dan pelaksanaan
pembagiannya biasanya dilakukan pada waktu penghibah masih hidup.
Biasanya pemberian-pemberian tersebut tidak akan pernah dicela oleh
sanak keluarga yang tidak menerima pemberian itu, oleh karena pada
dasarnya seseorang pemilik harta kekayaan berhak dan leluasa untuk
memberikan harta bendanya kepada siapapun.12
6) Perolehan lainnya yang sah.
Barang milik Negara yang berasal dari perolehan lainnya yang sah
diperjelas lingkupnya yang meliputi barang yang diperoleh dari hibah /
sumbangan / sejenisnya, diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian,
diperoleh berdasarkan ketentuan undang - undang dan diperoleh
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.13
Dalam hal Pengadaan Prasarana Olahraga oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah yang dilakukan dengan pembangunan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 8 ayat (1) huruf a Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2014
memerlukan tanah, pengadaan prasarana olahraga dilaksanakan melalui
11
Wikipedia, “Bangun Guna Serah” (https://id.wikipedia.org/wiki/Bangun-guna-serah.
Diakses 24 juli 2018) 12
Pengertian Pakar, “Hibah” (http://www.pengertianpakar.com/2014/11/pengertian-
hibah-menurut-hukum-islam.html. Diakses 24 Juli 2018) 13
Indo info’s Weblog, “Pengertian Barang Milik Negara”
(https://indoinfo.wordpress.com/2013/08/29/pengertian-barang-milik-negara/. Diakses 24 Juli
2018)
23
pengadaan tanah atau pembebasan tanah. Pengadaan rasarana olahraga
sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1) dan (2) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan.
B. Tinjauan tentang Penyandang Disabilitas
1. Pengertian Penyandang Disabilitas
Disabilitas merupakan sebuah istilah baru untuk menjelaskan
mengenai keadaan seseorang yang memiliki ketidakmampuan berupa
keadaan fisik, mental, kognitif, sensorik, emosional, perkembangan atau
kombinasi dari beberapa keadaan tersebut.1 Istilah disabilitas saat ini lebih
sering digunakan untuk menggantikan istilah penyandang cacat. Hal ini
dikarenakan disabilitas terkesan lebih halus istilahnya dibandingkan dengan
penyandang cacat. Pengertian penyandang cacat menurut Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (UU PC)
yaitu setiap orang yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat
menganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan secara selayaknya. Bagi sebagian orang masih asing dengan
istilah disabilitas, namun pemerintah sudah sering menggunakan istilah
ini.14
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai
kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang
14
Imma Indra Dewi W., SH., M.Hum. “Pemenuhan Hak Aksesibilitas Penyandang Cacat
di Kota Yogyakarta” (Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta, 2011) halaman 1.
24
terdiri dari: penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, serta
penyandang cacat fisik dan mental.15
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia16
penyandang diartikan
dengan orang yang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disabilitas
merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa
Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau
ketidakmampuan. Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas yaitu
orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk
berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.17
Peraturan
tentang kuota kesamaan kesempatan bagi penyandang cacat juga telah
diatur secara jelas dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 1998 Tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Penyandang Cacat yang terdapat dalam Pasal 28 dan 29 ayat (1). Dalam
Pasal 28 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1998
Tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.18
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
dalam pokok-pokok konvensi point 1 (pertama) pembukaan memberikan
15
Wikipedia, “Difabel” (https://id.wikipedia.org/wiki/Difabel. Diakses 18 November
2017) 16
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa ,Edisi Ke empat, (Departemen Pendidikan
Nasional: Gramedia, Jakarta,2008). 17
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang
Disabilitas, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 107, Tamabahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5251) 18
Rizano, “Implementasi Pemenuhan Hak Penyandang Cacat Dalam Memperoleh
Pekerjaan Pada Perusahaan Negara dan Swasta Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang – Undang
Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat (Pekanbaru, Oktober 2014)
25
pemahaman, yakni, setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau
mental, yang dapat menganggu atau merupakan rintangan dan hamabatan
baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari, penyandang
cacat fisik; penyandang cacat mental; penyandang cacat fisik dan mental.19
Dengan diberikan kesempatan yang sama untuk berkembang
sebagaimana anak-anak lainnya, anak-anak penyandang disabilitas
berpotensi untuk menjalani kehidupan secara penuh dan berkontribusi pada
vitalitas sosial, budaya, dan ekonomi dari masyarakat mereka. Namun
untuk tumbuh dan berkembang bisa jadi sulit bagi anakanak penyandang
disabilitas. Mereka menghadapi risiko yang lebih besar untuk menjadi
miskin dengan dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang tanpa
disabilitas. Bahkan bila anak-anak memiliki ketidakberuntungan yang
sama, anak-anak penyandang disabilitas menghadapi tantangan-tantangan
lain akibat ketidakmampuan mereka dan berbagai rintangan yang
dihadirkan oleh masyarakat mereka sendiri. Anak-anak yang hidup dalam
kemiskinan adalah mereka yang paling kecil kemungkinannya untuk
memperoleh manfaat dari pendidikan dan pelayanan kesehatan, misalnya,
tapi anak-anak yang hidup dalam kemiskinan dan memiliki disabilitas lebih
kecil lagi kemungkinannya untuk bisa bersekolah atau pergi ke klinik.
Di banyak negara, respons terhadap situasi anak penyandang
disabilitas umumnya terbatas pada institusionalisasi, ditinggalkan atau
ditelantarkan. Respons –respons semacam ini merupakan masalah, dan itu
sudah mengakar dalam asumsi-asumsi negatif atau paternalistik tentang
19
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3670).
26
ketidakmampuan, ketergantungan dan perbedaan yang muncul karena
ketidaktahuan. Yang dibutuhkan sekarang adalah komitmen terhadap hak-
hak anak ini dan masa depan mereka, dengan memprioritaskan anak yang
paling tidak beruntung – sebagai masalah kesetaraan dan manfaat bagi
semua.
Orang berkebutuhan khusus (disabilitas) adalah orang yang hidup
dengan karakteristik khusus dan memiliki perbedaan dengan orang pada
umumnya. Karena karakteristik yang berbeda inilah memerlukan pelayanan
khusus agar dia mendapatkan hak-haknya sebagai manusia yang hidup di
muka bumi ini.Orang berkebutuhan khusus memiliki defenisi yang sangat
luas, mencakup orang-orang yang memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ
(Intelligence Quotient) rendah, serta orang dengan permasalahan sangat
kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan.
Berdasarkan uraian diatas maka dibutuhkan suatu perlindungan yang jelas
terhadap perlindungan hukum terhadap pekerja penyandang disabilitas, guna
mewujudkan kepastian hukum dan agar semua hak pekerja penyandang disabilitas
dapat terpenuhi. Selain itu dibutuhkan pula suatu kejelasan regulasi yang menjadi
dasar perlindungan bagi pekerja penyandang disabilitas, agar semua kalangan
terutama pengusaha, dan masyarakat umum, memiliki kesadaran tinggi bahwa
perlindungan terhadap pekerja penyandang disabilitas tidak dapat
dikesampingkan.
27
2. Jenis – Jenis Penyandang Disabilitas
Terdapat beberapa jenis orang dengan kebutuhan khusus/disabilitas. Ini
berarti bahwa setiap penyandang disabilitas memiliki defenisi masing-masing
yang mana kesemuanya memerlukan bantuan untuk tumbuh dan berkembang
secara baik. Jenis-jenis penyandang disabilitas20
:
a. Disabilitas Mental.
Kelainan mental ini terdiri dari21
:
1). Mental Tinggi.
Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di mana selain
memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki
kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas.
2). Mental Rendah.
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/IQ (Intelligence
Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
anak lamban belajar (slow learnes) yaitu anak yang memiliki IQ
(Intelligence Quotient) antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ
(Intelligence Quotient) di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan
khusus.
3). Berkesulitan Belajar Spesifik.
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achievment)
yang diperoleh
20
Pengelompokan penyandang cacat pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang
Penyandang Cacat dibagi menjadi penyandang cacat mental, penyandang cacat fisik dan
penyandang cacat mental dan fisik, Pasal 1 ayat (1). 21
Nur Kholis Reefani, Panduan Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Imperium,
2013), hlm.17.
28
b. Disabilitas Fisik.
Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu22
:
1). Kelainan Tubuh (Tuna Daksa).
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat
bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ tubuh), polio dan
lumpuh.
2). Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra).
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam
penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu:
buta total (blind) dan low vision.
3). Kelainan Pendengaran (Tunarungu).
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki
hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan
dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
4). Kelainan Bicara (Tunawicara),
Tunawicara adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak
dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh
orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana
kemungkinan disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang
22
Ibid., halaman 20.
29
memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun
adanya gangguan pada organ motorik yang berkaitan dengan bicara.
c. Tunaganda (disabilitas ganda).
Penderita cacat lebih dari satu kecacatan (yaitu cacat fisik dan mental)
3. Hak Penyandang Disabilitas atas Olahraga
Manusia yang terlahir di dunia tidak semuanya mempunyai kondisi tubuh
yang lengkap, artinya banyak terjadi ketidak sempurnaan fisik pada orang-
orang tertentu sehingga menjadi bentuk kekurangan atau disabilitas. Undang –
Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan
Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi mengenai
Hak – Hak Penyandang Disabilitas) tidak lagi menggunakan istilah
penyandang cacat, diganti dengan penyandang disabilitas.23
Mengapa sarana prasarana olah raga bagi penyandang disabilitas perlu
diadakan karena ? karena yang pertama adalah sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 H ayat (2) yang menyatakan
Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan. Kemudian dalam Pasal 28 I ayat (2) yang mengatakan bahwa
Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap prilaku yang bersifat
diskriminatif itu.
23 Dwi Gansar Santi Wijayanti, dkk., Pembinaan Olahraga Untuk Penyandang
Disabilitas Di National Paralympic Committee Salatiga (Salatiga: JPES 5(1), 2016), halaman 18.
30
Kemudian yang kedua adalah berdasarkan ketentuan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Pasal 5 yang menerangkan
bahwa Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama
dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Dan pada Pasal 10 ayat (1)
yang mengatakan bahwa Penyediaan aksesibilitas dimaksudkan untuk
menciptakan keadaan dan lingkungan yang lebih menunjang penyandang cacat
dapat sepenuhnya hidup bermasyarakat. Sedangkan pada ayat (2) menerangkan
bahwa Penyediaan aksesibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat dan dilakukan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Pemenuhan kebutuhan dasar tersebut di atas dilakukan secara terpadu
atau terintegrasi dengan dinas teknis yang terkait. Karena hak-hak dasar
penyandang disabilitas pada dasarnya sama dengan anak normal, maka dinas
sosial berusaha memenuhi kabutuhan dan hak-hak dasar penyandang
disabilitas. Kendala dalam pemenuhan hak-hak dasar penyandang disabilitas di
Kota Semarang secara keseluruhan dari jumlah difabel belum sepenuhnya
dapat terfasilitasi dengan baik.24
Hal ini dikarenakan beberapa kendala, yaitu:
a. Terbatasnya anggaran yang tersedia
b. Terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki, maksudnya adalah
bahwajumlah SDM sudah tidak memadai dengan ketenagakerjaan dan
kurangnya tenaga ahli yang profesional.
c. Perilaku keluarga terhadap penyandang disabilitas, dalam hal ini contohnya
adalah perilaku orang tua yang cenderung malu terhadap anaknya yang
24
Eta Yuni Lestari, dkk., “Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas Di Kota
Semarang Melalui Implementasi Convention On The Rights Of Person With Disabillities (CPRD)
Dalam Bidang Pendidika” (Semarang: No.1/Th. XXVIII/2017, Januari-Juni 2017), halaman 5
31
menyandang disabilitas, sehingga mereka lebih memilih untuk
menyembunyikan anaknya.
4. Jaminan Pemenuhan Hak Olahraga Penyandang Disabilitas
Dan yang ketiga yaitu Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang mana pada Pasal 41 yang
mengatakan setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan
untuk hidup layak serta untuk perkembangan pribadinya secara utuh.
Kemudian dalam Pasal 1 ayat (2) yang mengatakan setiap penyandang cacat,
orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak memperoleh
kemudahan dan perlakuan khusus. Dalam Pasal 42 juga dijelaskan bahwa
Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental
berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas
biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat
kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dan
yang terakhir dalam Pasal 54 mengatakan bahwa setiap anak yang cacat fisik
dan atau mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan. Dan
bantuan khusus atas biaya negara. untuk menjamin kehidupannya sesuai
dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan diri, dan kemampuan
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Berdasarkan peraturan perundang-undang diatas bahwa penyandang
cacat atau yang biasa disebut dengan penyandang disabilitas juga berhak untuk
mendapatkan fasilitas yang layak dari pemerintah baik berupa failitas umum
top related