bab ii tinjauan pustaka a. penelitian yang relevanrepository.ump.ac.id/3847/3/ria kusuma dewi bab...
Post on 30-Nov-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah,
karena pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari awal akan tetapi berasal dari
acuan yang mendasarinya. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini dipaparkan
beberapa penelitian yang relevan yang telah dimuat dalam bentuk skripsi, ditunjukkan
pula perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sita Resmi mahasiswa jurusan
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang pada tahun 2009 dengan judul “Tindak
Tutur Ekspresif Pada Wacana Humor Politik Verbal Tulis “Presiden Guyonan” Butet
Kartaredjasa. Hasil penelitian tersebut mengkaji tuturan humor di dalam wacana
humor politik ditemukan berbagai macam variasi tuturan. Berdasarkan jenis tindak
tutur dalam tuturan ekspresif ditemukan tindak tutur ilokusi, tindak tutur perlokusi,
tindak tutur langsung, tindak tutur tak langsung, tindak tutur harfiah, dan tindak tutur
tak harfiah. Berdasarkan fungsi pragmatis ditemukan tindak tutur ekspresif fungsi
mengkritik, fungsi ekspresif menyindir, fungsi ekspresif mengeluh, fungsi ekspresif
menyanjung, dan fungsi ekspresif menyalahkan. Berdasarkan kemungkinan efek yang
meliputi efek positif dan negatif.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sitaresmi dengan penelitian
kali ini adalah terletak pada sumber datanya, yaitu menggunakan tindak tutur ilokusi
ekpresif dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia. Sedangkan
Ayu Sitaresmi menggunakan tindak tutur ekspresif pada wacana humor politik verbal
tulis “Presiden Guyonan” Butet Kartaredjasa.
9
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
10
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ruwanti Tri Utami mahasiswa jurusan
Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2015 dengan
judul ”Tuturan Ekspresif Dalam Komik Onkel Dagobert Karya Carl Barks”. Hasil
penelitian tersebut mendeskripsikan bentuk tuturan ekspresif dalam komik Onkel
Dagobert karya Carl Barks dan fungsi tuturan espresif dalam komik Onkel Dagobert
karya Carl Barks. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ruwanti Tri Utami
dengan penelitian kali ini adalah terletak pada sumber datanya, yaitu menggunakan
tindak tutur ekpresif dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia.
Sedangkan Ruwanti Tri Utami menggunakan tindak tutur ekspresif dalam komik
Onkel Dagobert karya Carl Barks.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Apriana Yuniarti Universitas Negeri
Semarang pada tahun 2015 dengan judul “Tuturan Ekspresif Pada Novel Nona
Sekretaris Karya Suparto Brata.” Hasil penelitian tersebut mendeskripsikan bentuk
tuturan ekspresif yang terdapat dalam novel Nona Sekretaris. Perbedaan penelitian
yang dilakukan oleh Apriana Yuniarti dengan penelitian kali ini adalah terletak pada
sumber datanya, yaitu menggunakan novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma
Nadia. Sedangkan Apriana Yuniarti menggunakan novel Nona Sekretaris karya
Suparto Brata.
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian yang telah dilakukan oleh Ayu
Sitaresmi, Ruwanti Tri Utami, dan Apriana Yuniarti dengan penelitian kali ini
memiliki perbedaan yang terletak pada sumber datanya. Ayu Sitaresmi menggunakan
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
11
sumber data tindak tutur ekspresif pada wacana humor politik verbal tulis “Presiden
Guyonan” Butet Kartaredjasa, Ruwanti Tri Utami menggunakan sumber data tindak
tutur ekspresif dalam komik Onkel Dagobert karya Carl Barks, dan Apriana Yuniarti
menggunakan sumber data tindak tutur ekspresif pada novel Nona Sekretaris karya
Suparto Brata. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sumber data tindak tutur
ilokusi ekspresif pada tuturan tokoh yang terdapat dalam novel Surga yang Tak
Dirindukan 2 karya Asma Nadia. Maka dapat diketahui penelitian dengan judul
“Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif Pada Tuturan Tokoh Dalam Novel Surga
yang Tak Dirindukan 2 Karya Asma Nadia” perlu dilakukan. Karena penelitian ini
benar-benar berbeda dan belum pernah diteliti oleh peneliti lain.
B. Tindak Tutur
1. Pengertian Tindak Tutur
Menurut Rohmadi (2004: 29) teori tindak tutur pertama kali dikemukakan oleh
Austin (1956) seorang guru besar di Universitas Harvard. Teori yang berwujud hasil
kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson (1956) dengan judul How to Things
with words?. Akan tetapi, buku itu baru berkembang secara mantap setelah Searle
(1956) menerbitkan buku yang berjudul Speech Acts An Essay in the Philosophy of
Language. Menurut Searle dalam semua komunikasi linguistik terdapat tindak tutur.
Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekadar lambang, kata, atau kalimat. Tetapi
akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat
yang berwujud perilaku tindak tutur.
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
12
Chaer (2010: 27) mengatakan bahwa tindak tutur adalah tuturan dari seseorang
yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturan itu. Lain
halnya dengan pendapat yang diungkapkan oleh Tarigan (2009: 36) bahwa tindak
tutur atau tuturan yang dihasilkan oleh manusia dapat berupa ucapan. Sementara
Suwito (dalam Rohmadi, 2004: 30) menjelaskan jika peristiwa tutur merupakan gejala
sosial dan terdapat interaksi antara penutur dalam situasi dan tempat tertentu, maka
tindak tutur lebih cenderungsebagai gejala individual bersifat psikologis dan
ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Chaer dan Leonie Agustina
(2004: 50) berpendapat bahwa tindak tutur adalah gejala individu yang bersifat
psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur
dalam menghadapi situasi tertentu. Teori tindak tutur memusatkan perhatian pada cara
penggunaan bahasa dalam mengkomunikasikan maksud dan tujuan tuturan.
Sementara itu menurut Searle (dalam Rohmadi, 2004: 29) menyatakan bahwa tindak
tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu yang dapat
berwujud pernyataan, perintah, atau yang lainnya. Sependapat dengan hal tersebut
Chaer (2007: 49) menyatakan bahwa Tindak tutur (speech atcs) adalah gejala
individual yang bersifat psikologi dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan
bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Berdasarkan pengertian tindak
tutur yang disampaikan oleh beberapa para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa tindak tutur adalah aktivitas mengujarkan tuturan dengan maksud tertentu.
2. Jenis Tindak Tutur
Searle (dalam Leech, 2011: 316) mengemukakan bahwa secara pragmatis ada
tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
13
(ilocutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi
(perlocutionary act). Dari pendapat tersebut, Austin (1962) juga mengemukakan tiga
jenis tindakan dalam tindak tutur yang dapat diwujudkan oleh penutur secara
pragmatis, yakni tindak lokusi, ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindakan-tindakan
tersebut diatur oleh norma aturan penggunaan bahasa sesuai situasi tuturan atau
percakapan. Ketiga tindakan itu lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
a. Tindak Tutur Lokusi
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu
sebagaimana adanya atau The Act of Saying Something tindak untuk mengatakan
sesuatu Austin (dalam Chaer, 2010: 27). Sementara Leech (2011: 316) menyatakan
bahwa tindak tutur lokusi berarti penutur memberikan tuturan kepada mitra tutur
bahwa kata-kata yang diucapkan itu mempunyai suatu makna dan acuan tertentu.
Sedangkan menurut Rahardi (2005: 35) menyatakan bahwa tindak lokusi adalah
tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat. Contohnya yaitu sebagai berikut.
(1) Jembatan Suramadumenghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura.
Kalimat (1) di atas dituturkan oleh seorang penutur semata-mata hanya untuk
memberikan informasi sesuatu belaka, tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu.
Informasi yang diberikan pada kalimat (1) adalah mengenai jembatan Suramadu yang
menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura. Berdasarkan paparan para ahli dan
contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak tutur lokusi dituturkan oleh
penuturnya semata-mata hanya memberikan suatu informasi saja.
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
14
b. Tindak Tutur Ilokusi
1) Pengertian Tindak Tutur Ilokusi
Austin (dalam Chaer, 2010: 28) menyebutkan bahwa tindak tutur ilokusi
selain menyatakan sesuatu juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu. Oleh karena
itu, tindak tutur ilokusi ini disebut The Act of Doing Something (tindakan melakukan
sesuatu). Hal serupa juga diungkapkan oleh Wijana (1996: 18) sebuah tuturan selain
berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan
untuk melakukan sesuatu The Act of Doing Something. Tindak tutur ilokusi
merupakan sentral untuk memahami tindak tutur. Hal tersebut dikarenakan harus
mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur
tersebut terjadi, dan sebagainya. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Chaer, (2007:
13) mengungkapkan bahwa tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan
pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, menjanjikan,
dan sebagainya. Berikut contoh kalimat dalam bentuk tindak tutur ilokusi.
(2) Sudah hampir pukul tujuh.
Kalimat (2) di atas bila dituturkan oleh seorang suami kepada istrinya di pagi hari,
selain memberi informasi tentang waktu, juga berisi tindakan yaitu mengingatkan si
istri bahwa si suami harus segera berangkat ke kantor; jadi minta disediakan sarapan.
Berdasarkan contoh tersebut, jadi dapat disimpulkan bahwa tindak tutur ilokusi adalah
tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan dan melakukan sesuatu,
menginformasikan, dan menyuruh untuk melakukan sesuatu.
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
15
2) Kategori Searle mengenai Tindak Tutur Ilokusi, yaitu:
Klasifikasi yang dibuat oleh Searle mengenai tindakan ilokusi didasarkan pada
berbagai kriteria. Secara garis besar kategori-kategori Searle ialah a) Representatif, b)
Direktif, c) Ekspresif, d) Komisif, e) Deklaratif. Representatif adalah tindak tutur
yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Direktif adalah
tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agarmitra tutur melakukan tindakan yang
disebutkan di dalam tuturan itu. Ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan
penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di
dalam tuturan. Komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk
melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturan. Deklaratif adalah tindak tutur
yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal yang baru (Searle dalam Leech,
2011: 163-165). Berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai tindakan ilokusi
berdasarkan kategori, yaitu:
a) Representatif
Representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran
atas apa yang diujarkan. Jenis tindak tutur ini kadang-kadang disebut juga tindak tutur
asertif. Tuturan yang memberikan pernyataan atau menyatakan termasuk tuturan
representatif. Termasuk ke dalam jenis tindak tutur adalah tuturan-tuturan
menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan,
memberikan kesaksian, dan sebagainya. Dalam tuturan itu, penutur bertanggung
jawab atas kebenaran isi tuturannya. Contoh dari tindak tutur representatif adalah
sebagai berikut. “Penduduk desa ini 1350 jiwa.” Informasi tersebut diucapkan oleh
seorang kepala desa kepada seorang petugas sensus penduduk. Tuturan termasuk
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
16
dalam tindak tutur representatif karena tuturan mengikat penutur akan kebenaran
tuturannya. Penutur bertanggung jawab memang benar bahwa jumlah penduduk yang
ia pimpin berjumlah 1350 jiwa. Kebenaran tuturan itu diperoleh dari fakta yang ada di
lapangan.
b) Direktif
Direktif adalah tindak tuturyang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur
melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tarigan (2009: 43) direktif
dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak,
misalnya: memesan, memerintahkan, memaksa, memohon, menyarankan, mengajak,
meminta, menyuruh, menagih, mendesak, menyarankan, termasuk ke dalam jenis
tindak tutur direktif ini. Contoh tindak tutur direktif adalah sebagai berikut. “Tolong
belikan ibu garam di warung Pak Amin!.” Informasi tersebut dituturkan oleh seorang
ibu kepada anaknya. Tuturan tersebut termasuk dalam jenis tindak tutur direktif
karena penutur menginginkan mitra tutur untuk melakukan sesuatu seperti yang
terdapat dalam tuturannya.
c) Ekspresif
Menurut Tarigan (2009: 43) tindak tutur ekspresif mempunyai fugsi untuk
mengekspresikan, mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis sang
pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi. Tindak
tutur ekspresif ini disebut juga sebagai tindak tutur evaluatif. Tuturan-tuturan memuji,
mengucapkan terima kasih, menyatakan belasungkawa, mengkritik mengeluh,
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
17
menyalahkan, mengucapkan selamat, menyanjung termasuk dalam tindak tutur
ekspresif. Contoh tindak tutur ekspresif adalah sebagai brikut “Sudah berhemat
setengah mati tapi kita tidak kaya juga.” Informasi tersebut dituturkan oleh seorang
istri kepada suaminya. Tuturan di atas termasuk tindak tutur ekspresif karena tuturan
itu dapat diartikan sebagai bentuk evaluasi terhadap hal yang telah mereka lalukan
yaitu berhemat tapi hasil yang mereka harapkan untuk dapat kaya tidak terwujud juga.
Isi dari tuturan tersebut berupa keluhan karenanya tuturan tersebut termasuk dalam
tindak ekspresif mengeluh.
d) Komisif
Menurut Tarigan (2009: 43) tindak tutur komisif melibatkan pembicara pada
beberapa tindakan yang akan datang. Misalnya:. Berjanji, bersumpah, mengancam,
menyatakan kesanggupan merupakan tuturan yang termasuk dalam jenis tindak tutur
komisif. Contoh tindak tutur komisif sebagai berikut “Saya akan rajin belajar.”
Informasi tuturan seorang anak kepada ibunya setelah ia mendapatkan nilai rendah
pada saat ulangan harian. Tuturan tersebut termasuktindak tutur komisif karena
tuturan itu mengikat penuturnya untuk rajin belajar. Ikatan untuk rajin belajar
dinyatakan penuturnya yang membawa konsekuensi bagi dirinya untuk
memenuhinya. Karena itu, tuturan tersebet berisi janji yang secara eksplisit
dinyatakan, dan termasuk dalam tindak tutur komisif berjanji.
e) Deklarasi
Menurut Tarigan (2009: 43-44) tindak tutur deklarasi adalah ilokusi yang ‘bila
performansinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
18
proposional dengan realitas. Misalnya: menyerahkan diri, membebaskan, menunjuk,
menentukan, menjatuhkan hukuman, memutuskan, membatalkan, mengizinkan,
mengabulkan, mengangkat menolong, mengampuni, memaafkan termasuk dalam
tindak tutur deklaratif. Contoh tindak tutur deklaratif adalah sebagai berikut “Jangan
main didekat sumur!”. Informasi tersebut dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya
yang sedang bermain di belakang rumah. Tuturan tersebut termasuk jenis tindak tutur
deklarasi karena dengan tuturan ini penutur menciptakan suatu keadaan yang baru
yaitu berupa larangan bagi anaknya untuk bermain di dekat sumur. Sementara
sebelum tuturan ini dituturkan oleh ibu, si anak boleh bermain dimana saa yang ia
inginkan. Adanya perubahan status atau keadaan merupakan ciri dari tindak tutur
deklarasi. Karena tuturan tersebut berisi larangan, maka tuturan ini termasuk tindak
tutur deklarasi melarang.
c. Tindak Tutur Perlokusi
Austin (dalam Chaer, 2010: 28) menyebutkan bahwa tindak perlokusi adalah
tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur atau orang
yang mendengar tuturan itu. Hal serupa juga diungkapkan oleh Searle (dalam Wijana,
1996: 19) menyebutkan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang
mempunyai daya pengaruh atau efek terhadap lawan tutur atau orang yang mendengar
tuturan itu. Tindak tutur perlokusi disebut sebagai The Act of Affective Someone
(tindak yang memberi efek pada orang lain). Efek atau daya pengaruh ini dapat
secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Adapun contoh
kalimat yaitu sebagai berikut.
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
19
(18) Rumah saya jauh sih.
Tuturan (18) bukan hanya memebri informasi bahwa rumah si penutur itu jauh; tetapi
juga bila dituturkan oleh seorang guru kepada kepala sekolah dalam rapat penyusunan
jadwal pelajaran pada awal tahun menyatakan maksud bahwa si penutur tidak dapat
datang tepat waktu pada jam pertama. Efek atau pengaruhnya yang diharapkan si
kepala sekolah akan memberi tugas mengajar tidak pada jam-jam pertama, melainkan
pada jam-jam yang lebih siang.
C. Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif
1. Pengertian Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif
Searle (dalam Tarigan, 43) menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif mempunyai
fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap
psikologis sang pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh
ilokusi. Misalnya: mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan,
mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa, dan sebagainya. Hal
serupa diungkapkan oleh Yule (2006: 93) bahwa tuturan ekspresif ialah jenis tindak
tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu
mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis penutur dan dapat berupa
pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, kesengsaraan,
dan sebagainya. Kemudian Searle (dalam Leech, 1993: 164-165) mengungkapkan
bahwa tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk
mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang
tersirat dalam ilokusi. Misalnya; mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat,
memberi maaf, memuji, mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya. Sementara
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
20
Ibrahim (1993: 15) mengungkapkan bahwa tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur
mengekspresikan perasaan yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan
sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tindak tutur
ekspresif merupakan salah satu bentuk dari tindak ilokusi.
Dari pengertian tindak tutur ekspresif tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar
ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan.
Selain itu, tindak tutur ekspresif dapat pula mewakili perasaan yang sedang dirasakan
oleh penutur itu sendiri.
2. Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif
Setiap tindak tutur mempunyai fungsi. Fungsi tuturan itu tampak pada maksud
atau tujuan untuk apa tuturan itu disampaikan. Sedangkan tuturan ekspresif itu sendiri
merupakan tuturan yang menggambarkan reaksi sang penutur. Tuturan terdiri atas dua
macam, yaitu tuturan yang santun dan tuturan yang tidak santun. Sebuah tuturan
disebut santun jika tuturan itu tidak terdengar memaksa atau tidak bernada angkuh,
melainkan memberi pilihan pada lawan tutur, serta dapat membuat lawan tutur
menjadi senang. Sedangkan tuturan yang tidak santun dapat menjatuhkan muka
pelaku tutur. Menurut Abdul Chaer ( 2010: 79-100) menyebutkan fungsi utama
tuturan menjadi lima, yaitu fungsi tindak tutur menyatakan (deklaratif), fungsi tindak
tutur menanyakan (interogatif), fungsi tindak tutur menyuruh (imperatif), fungsi
tindak tutur meminta maaf, dan fungsi tindak tutur mengeritik. Berikut akan
dijelaskan secara singkat mengenai fungsi tindak tutur ekspresif.
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
21
a. Fungsi Menyatakan (deklaratif)
Fungsi menyatakan di dalam kajian gramatika dilakukan dalam bentuk kalimat
deklaratif, yakni kalimat yang hanya menyampaikan berita atau kabar tentang
keadaan di sekeliling penutur. Dengan tuturan deklaratif ini penutur tidak
mengharapkan adanya komentar dari lawan tutur, juga memang tidak ada kewajiban
lawan tutur untuk mengomentarinya. Namun, bukan berarti lawan tutur tidak boleh
mengomentarinya. Komentar bisa saja disampaikan sehubungan dengan informasi
tuturan yang disampaikan oleh penutur. Kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia
dapat merupakan tuturan langsung dan dapat pula merupakan tuturan tidak langsung.
Dilihat dari maksud tuturannya, fungsi menyatakan digunakan untuk beberapa
keperluan, misalnya menyatakan atau menyampaikan informasi faktual saja, untuk
menyatakan keputusan atau penilaian, menyatakan selamat, menyatakan ucapan duka,
menyatakan keputusan, menyatakan perjanjian, menyatakan pujian, menyatakan
terima kasih, peringatan atau nasihat dan sebagainya. Fungsi menyatakan untuk
beberapa keperluan lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
1) Menyatakan Selamat
Fungsi tuturan untuk mengucapkan selamat adalah pernyataan selamat dari
penutur atas apa yang telah diraih oleh mitra tutur. Fungsi untuk mengucapkan
selamat digunakan untuk mengekspresikan ucapan selamat penutur kepada mitra
tutur. Tuturan dengan fungsi menyatakan ucapan selamat atas keberhasilan lawan
tutur dilakukan dengan kalimat deklaratif yang santun. Disamping itu untuk lebih
menyantunkan tuturan, maka ucapan selamat harus disertai dengan gerak mimik
wajah yang gembira. Misalnya ucapan selamat jalan, selamat mengerjakan sesuatu,
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
22
selamat karena meraih sesuatu, selamat ulang tahun, selamat datang, dan lain-lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi mengucapkan selamat merupakan tuturan yang
mengikat penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan
agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan tuturan mengucapkan selamat.
2) Menyatakan Ucapan Duka/belasungkawa
Tuturan dengan fungsi menyatakan ucapan duka atas musibah menimpa lawan
tutur dilakukan dengan kalimat deklaratif yang santun. Disamping itu untuk lebih
menyantunkan tuturan, maka ucapan duka harus disertai dengan gerak mimik wajah
yang sedih. Misalnya ucapan duka atas meninggal dunia, dan sebagainya. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa fungsi menyatakan ucapan duka merupakan tuturan yang
mengikat penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan
agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan tuturan menyatakan ucapan duka.
3) Menyatakan Pujian
Tuturan dengan fungsi menyatakan pujian dilakukan dengan menggunakan
kalimat deklaratif yang santun. Fungsi tuturan untuk menyatakan pujian adalah untuk
mengekspresikan kekaguman penutur atas mitra tutur atau sesuatu. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa fungsi menyatakan pujian merupakan tuturan yang mengikat
penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan agar
ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan menyatakan pujian.
4) Menyatakan Terima Kasih
Fungsi tuturan untuk berterima kasih adalah ucapan balas budi setelah
menerima kebaikan. Selain itu, tuturan untuk berterima kasih dapat pula digunakan
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
23
sebagai bentuk kesopanan ketika menuturkan penolakan terhadap sesuatu. Contoh
kalimat: “Terima kasih telah membantuku”. Tuturan tersebut merupakan tuturan
ekspresif yang mempunyai fungsi untuk berterima kasih,hal ini diungkapkan sebagai
ucapan balas budi setelah menerima kebaikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi
mengucapkan terima kasih merupakan tuturan yang mengikat penuturnya untuk
mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan agar ujarannya diartikan
sebagai evaluasi dengan mengucapkan terima kasih.
b. Fungsi Menanyakan (Interogatif)
Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan
sesuatu kepada mitra tutur. Dengan kata lain, apabila seorang penutur bermaksud
mengetahui jawaban terhadap suatu hal atau suatu keadaan, maka penutur akan
bertutur dengan menggunakan kalimat interogatif kepada mitra tutur. Tuturan dengan
fungsi menanyakan dilakukan dalam bentuk kalimat interogatif. Ciri utama kalimat
interogatif dalam bahasa Indonesia adalah adanya intonasi naik pada akhir kalimat.
Kalau ada intonasi: meskipun kalimatnya tidak lengkap, maka kalimat tersebut sudah
sah sebagai kalimat interogatif atau tuturan yang mengemban fungsi menanyakan.
Semua tuturan yang berfungsi menanyakan (interogatif) menghendaki adanya
jawaban, terutama jawaban lisan; meskipun ada kemungkinan jawaban dilakukan
dalam bentuk tindakan. Dilihat dari jawaban yang dikehendaki atau yang diberikan
lawan tutur, dibedakan tuturan dengan fungsi menanyakan (interogatif) yaitu:
1) Menanyakan Meminta Pengakuan
Kalimat interogatif merupakan kalimat yang mengandung maksud
menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Tuturan dengan fungsi menanyakan yang
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
24
meminta pengakuan atau jawaban “ya” atau “tidak”, atau “ya” atau “bukan” dari
seorang penutur kepada lawan tutur dilakukan dalam bentuk kalimat interogatif.
Dengan kata lain, kalimat interogatif mempergunakan kata tanya yang jenis dan
macamnya ditentukan berdasarkan sifat objek yang dimaksudkan dalam kalimat
interogatif tersebut. Apabila kalimat interogatif itu dimaksudkan untuk menanyakan
orang atau hal yang “diorangkan”, kata tanya yang digunakan adalah siapa, dari
siapa, untuk siapa, atau kepada siapa. Kalimat interogatif yang menanyakan benda,
hewan, dan tumbuhan dapat menggunakan kata tanya apa, untuk apa, atau dengan
apa. Sedangkan interogatif yang menanyakan tempat dapat menggunakan kata tanya
di mana, ke mana, atau dari mana. Untuk menanyakan waktu digunakan kata tanya
bila, bilamana, atau kapan, sedangkan untuk menanyakan suatu perbuatan digunakan
kata tanya mengapa atau kenapa, dan berapa digunakan untuk menanyakan
bilangan.
2) Menanyakan Meminta Alasan
Kalimat interogatif meminta alasan merupakan kalimat yang mengandung
maksud menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Tuturan dengan fungsi menanyakan
yang meminta alasan atau sebab dilakukan dalam kalimat interogatif. Kalimat
interogatif yang digunakan untuk menanyakan suatu perbuatan menggunakan kata
tanya mengapa atau kenapa. Contoh kalimat: a) Mengapa mantan anggota DPR itu
dilaporkan ke Polisi?, b) Bisa Anda jelaskan, mengapa mantan anggota DPR itu
dilaporkan ke Polisi?. Dituturkan oleh seorang pimpinan kepada bawahannya.
Apabila dibandingkan antara tuturan (a) dengan tuturan (b) pada contoh kalimat
tersebut, tampak bahwa tuturan (b) bermakna lebih halus dibandingkan dengan
tuturan (a).
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
25
(3) Menanyakan Meminta Pendapat
Kalimat interogatif meminta pendapat merupakan kalimat yang mengandung
maksud menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Tuturan dengan fungsi untuk
menanyakan pendapat atau buah pikiran yang diujarkan penutur kepada lawan tutur
dilakukan dalam kalimat interogatif. Dalam hal ini, biasanya digunakan kata tanya
bagaimana. Contoh kalimat: a) bagaimana kiat Anda untuk membuat rakyat
sejahtera?, b) dapatkah Anda jelaskan, bagaimana kiat Anda untuk membuat rakyat
sejahtera?. Tuturan-tuturan tersebut dituturkan oleh seorang pewawancara kepada
calon pimpinan daerah. Apabila dibandingkan antara tuturan (a) dengan tuturan (b)
pada contoh kalimat tersebut, tampak bahwa tuturan (b) bermakna lebih halus
dibandingkan dengan tuturan (a).
c. Fungsi Menyuruh (Imperatif)
Kalimat imperatif mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra
tutur melakukan suatu sebagaimana diinginkan oleh penutur. Kalimat imperatif dalam
bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar, sampai
dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Kalimat imperatif dapat pula
berkisar antara suruhan untuk melakukan sesuatu, sampai dengan larangan untuk
melakukan sesuatu. Tuturan dengan fungsi memerintah dilakukan dalam kalimat
imperatif. Tuturan dengan fungsi memerintah yang disampaikan oleh penutur kepada
lawan tutur dengan harapan agar lawan tutur melaksanakan sesuai isi tuturan tersebut.
Contoh: Monik baca!. Tuturan tersebut dituturkan oleh teman Monik pada saat ia
menyuruh Monik untuk membaca buku yang baru saja dibelinya dari toko buku.
Keduanya adalah teman satu kelas. Dari kalimat yang dituturkan oleh tokoh teman
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
26
dalam tuturan tersebut merupakan fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif imperatif.
Tepatnya masuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memerintah.
Rahardi (2008: 93-116) menuliskan kontruksi ujaran imperatif sebagai berikut:
(1) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah.
Misalnya: (a) “Rangkai puisi ini!”
(2) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan.
Misalnya: (b) “Coba hidupkan mesin mobil itu!”
(3) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan.
Misalnya: (c) “Tolong pamitkan, Mbak!”
(4) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permohonan.
Misalnya: (d) “Mohon tanggapi secepatnya surat ini!”
(5) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan.
Misalnya: (e) “Ayo, makan dulu!”
(6) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan.
Misalnya: “Tolong, malam ini kamu rangkai puisi ini.”
(7) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif himbauan.
Misalnya: (f) “Jagalah kebersihan lingkungan!”
(8) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan.
Misalnya: (g) “Silakan saudara Monik!”
(9) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan.
Misalnya: (h) “Mbak, mari makan!”.
(10) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan izin.
Misalnya: (i) “Bolehkah saya merangkai puisi ini.”
(11) Tuturan yang mengandung makna pragmatik mengizinkan.
Misalnya: (j)“Silakan merokok di tempat ini.”
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
27
(12) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan.
Misalnya: (k) “Jangan merangkai puisi ini.”
(13) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan.
Misalnya: (l) “Harap tenang, ada ujian sekolah.”
(14) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan.
Misalnya: (m) “Mampus kamu sekarang!”
(15) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif anjuran.
Misalnya: (n) “Sebaiknya uang ini kamu simpan saja di almari.”
d. Fungsi Meminta Maaf
Tuturan dengan fungsi meminta maaf biasanya dilakukan oleh penutur
ataupun lawan tutur karena penutur atau lawan tutur merasa punya kesalahan atau
telah dan akan melakukan ketidaknyamanan terhadap mitra tuturnya. Di dalam bahasa
Indonesia cuma ada sebuah kata untuk meminta maaf, yaitu kata maaf. Penggunaan
kata maaf di dalam tindak tutur meminta maaf biasanya disertai dengan kata
(kategori) fatis, seperti ya, dan kata interjeksi, seperti wah dan aduh, serta penggunaan
kata sapaan, seperti Bapak dan Ibu. Penggunaan kata fatis ya, digunakan untuk
meminta persetujuan atau pendapat lawan tutur, sedangkan penggunaan kata interjeksi
aduh dan wah menyiratkan rasa sakit, sedih, sesal, kecewa, dan sebagainya atas
perbuatan itu. Contoh berikut menunjukkan penggunaan kata fatis, kata interjeksi, dan
sapaan.
(1) Maaf ya, saya terlambat.
(2) Aduh, maaf Bu, tidak sengaja.
(3) Wah, maaf ya, tidak sengaja.
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
28
e. Fungsi Mengeritik
Dalam tuturan sehari-hari, mengeritik berarti menyebutkan keburukan,
kekurangan, kekeliruan, atau kesalahan seseorang. Tuturan mengeritik bisa
mengancam muka negatif lawan tutur kalau dilakukan secara lugas. Oleh karena itu
untuk menghindari muka negatif lawan tutur, maka penutur harus menggunakan
kalimat yang memberi dampak lebih santun. Contoh kalimat: masakan ini sangat
pedas, tidak enak. Tuturan di atas merupakan tuturan yang berfungsi untuk
mengeritik. Penutur mengeritik bahwa masakan mitra tutur tidak enak karena pedas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi mengeritik merupakan tuturan yang mengikat
penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan agar
ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan mengeritik.
D. Tuturan
1. Pengertian Tuturan
Efektif tidaknya penggunaan bahasa bergantung pada pemahaman terhadap
makna-makna yang tersirat dalam tuturan. Dari sebuah tuturan, maksud dan tujuannya
tidak selalu sama dengan apa yang diharapkan tetapi justru sering berbeda dengan apa
yang sebenarnya dituturkan. Dengan kata lain, bahwa dalam bertutur atau
berkomunikasi dalam menyampaikan maksud tidak selalu disampaikan secara
langsung. Pada dasarnya, tindak tutur yang dihasilkan bergantung pada tujuan atau
arah tuturan untuk mencapai tujuan, tindak tutur harus disesuaikan dengan situasi
tuturan. Situasi tuturan tersebut merupakan situasi sosial yang aktual karena terjadi
dalam lingkungan masyarakat yang luas dan berbeda.
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
29
Tuturan adalah suatu ujaran dari seorang penutur terhadap mitra tutur ketika
sedang berkomunikasi. Tuturan dalam pragmatik diartikan sebagai produk suatu
tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri) (Leech, 2011:20). Sependapat dengan
hal tersebut Rustono (1999: 32) menyimpulkan bahwa tindak ujar merupakan
kegiatan melakukan tindakan mengujarkan tuturan. Sementara itu, Austin (dalam
Leech, 2011:280) menyatakan bahwa semua tuturan adalah “performantif” dalam arti
bahwa semua tuturan merupakan sebuah bentuk tindakan dan tidak sekedar
mengatakan sesuatu tentang dunia. Tuturan dapat dikatakan sebagai realisasi dari
bahasa yang birsifat abstrak. Dalam realisasinya, karena penutur suatu bahasa terdiri
dari berbagai kelompok yang heterogen, maka tuturan dari suatu bahasa menjadi tidak
seragam. Bahasa (langue) tidak sama dengan tuturan yang oleh Ferdinand de Saussure
diberi istilah parole. Bahasa bersifat abstrak, karena tidak dapat diamati secara
empiris. Sedangkan tuturan dapat diamati secara empiris, yaitu dengan didengar
karena tuturan bersifat konkret. Dari beberapa pengertian tuturan yang disampaikan
oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa situasi tutur dapat mempengaruhi tercapai
tidaknya tujuan tuturan.
2. Aspek-Aspek Situasi Tutur
Tuturan adalah suatu ujaran dari seorang penutur terhadap mitra tutur ketika
sedang berkomunikasi. Tuturan dalam pragmatik diartikan sebagai produk suatu
tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri) (Leech, 2011:20). Kemudian Sperber
dan Wilson (dalam Wijana, 1996:10) menjelaskan bahwa sebuah tuturan tidak
senantiasa merupakan representasi langsung elemen makna unsur-unsurnya. Dengan
demikian, tuturan tidak harus mempunyai makna langsung (eksplisit), namun juga
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
30
mempunyai makna tidak langsung (implisit). Pemaknaan makna langsung dan tidak
langsung berkaitan dengan aspek-aspek situasi tutur yang melatarbelakanginya. Oleh
karena itu, Leech (dalam Wijana, 1996:10) membagi aspek-aspek situasi tutur atas
lima bagian, a) penutur dan lawan tutur, b) konteks tuturan, c) tujuan tuturan, d)
tindak tutur sebagai bentuk tindakan, dan e) tuturan sebagai produk tindak verbal,
yaitu sebagai berikut.
a. Penutur dan Lawan Tutur
Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi
pragmatis tertentu di dalam proses komunikasi. Sementara itu, lawan tutur adalah
orang yang menjadi sasaran atau sekaligus kawan penutur di dalam penuturan. Dalam
peristiwa tutur, peran penutur dan lawan tutur dilakukan secara silih berganti. Semula
berperan sebagai penutur dalam tahap bertutur selanjutnya dapat menjadi lawan tutur,
demikian sebaliknya. Aspek-aspek terkait dengan komponen penutur dan lawan tutur
antara lain: usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
dan tingkat keakraban.
b. Konteks Tuturan
Konteks tuturan dalam tata bahasa mencakup semua aspek fisik atau latar
sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresikan. Konteks yang bersifat fisik,
yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain, biasa disebut koteks.Sementara itu, konteks
latar sosial lazim dinamakan konteks. Di dalam pragmatik, konteks itu berarti semua
latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tuturnya.
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
31
Konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin
dinyatakan oleh penutur. Pragmatik memandang konteks sebagai pengetahuan
bersama antara pembicara dengan pendengar dan pengetahuan tersebut mengarah
pada interpretasi suatu tuturan. Pengetahuan atau konteks tertentu dapat
mengakibatkan manusia mengidentifikasi jenis-jenis tindak tutur yang berbeda-beda.
c. Tujuan Tuturan
Tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan
tindakan bertutur. Komponen ini menjadikan hal yang melatarbelakangi tuturan
karena semua tuturan memiliki suatu tujuan. Dalam hal ini bentuk tuturan yang
bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau
sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama.
Bentuk tuturan pagi, selamat pagi, met pagi dapat digunakan untuk menyatakan
maksud yang sama, yakni menyapa lawan tutur yang ditemui pada pagi hari. Selain
itu, selamat pagi dengan berbagai variasinya bila diucapkan dengan nada tertentu dan
situasi yang berbeda-beda dapat juga digunakan untuk mengejek teman yang datang
terlambat, atau siswa yang terlambat masuk kelas dan sebagainya.
d. Tindak Tutur Sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas
Gramatika tutur sebagai bentuk tindakan atau kegiatan. Gramatika menangani
unsur-unsur kebahasaan sebagai editor yang abstrak, seperti kalimat yang ada dalam
studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik dan sebagainya. Pragmatik
berhubungan dengan tindak verbal yang terjadinya dalam situasi tertentu. Dalam
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
32
hubungan ini, pragmatik menangani bahasadalam tingkatannya dibanding dengan tata
bahasa. Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas adalah bahwa tindak tutur
itu merupakan suatu tindakan juga. Tindak tutur sebagai suatu tindakan tidak ubahnya
sebagai tindakan mencubit dan menendang. Hanya saja, pada tindakan mencubit dan
menendang, bagian tubuh yang berperan berbeda dengan tindak bertutur. Pada
tindakan mencubit tanganlah yang berperan, pada tindakan menendang kakilah yang
berperan, sedangkan tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan.
e. Tuturan Sebagai Bentuk Tindak Verbal
Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik seperti yang dikemukakan
dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan
yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal. Sebagai contoh kalimat
“apakah rambutmu tidak terlalu panjang?” dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau
perintah. Dalam hubungan ini dapat ditegaskan ada perbedaan mendasar antara
kalimat (sentence) dengan tuturan (utturance). Tuturan itu merupakan hasil suatu
tindakan. Tindakan manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu verbal dan tindakan
non-verbal. Berbicara atau bertutur adalah tindakan verbal, karena tercipta melalui
tindakan verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau
bahasa.
E. Tokoh
1. Pengertian Tokoh
Dalam karya sastra, terutama cerita fiksi seperti novel terdapat tokoh yang
berfungsi sebagai penggerak jalannya cerita. Menurut Nurgiyantoro (2010: 165) tokoh
mengacu pada pelaku cerita, atau orang di dalam cerita. Tanpa adanya tokoh di dalam
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
33
cerita, maka besar kemungkinan alur tidak akan pernah sampai pada bagian klimaks
ataupun akhir cerita. Sementera itu Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 165) tokoh
adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang
oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Sependapat dengan hal tersebut Sayuti (2006: 68) mengatakan bahwa seorang tokoh
cerita memiliki kehidupan atau berciri hidup dan mempunyai kemiripan dengan
kehidupan manusia sesungguhnya (lifelike).
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh merupakan
pelaku atau orang dalam sebuah karya fiksi. Tokoh diciptakan oleh pengarang dan
dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan nilai-nilai sosial bagi pembaca.
Selain itu tokoh merupakan unsur yang sangat penting di dalam karya fiksi, sehingga
tokoh yang diciptakan oleh pengarang tidak semata-mata bersifat khayal, tetapi
haruslah memiliki relevansi dengan pengalamaan hidup manusia di kehidupan
masyarakat atau dapat mencerminkan aktifitas manusia di kehidupan nyata.
2. Macam-Macam Tokoh
Dalam membaca sebuah novel, biasanya kita dihadapkan pada sejumlah tokoh
yang dihadirkan oleh pengarang didalamnya. Namun, dalam kaitannya dengan
keseluruhan cerita, peranan masing-masing tokoh tersebut tidak sama. Tokoh-tokoh
dalam cerita fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan
dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan
tinjauan, seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis
penamaan sekaligus. Menurut Nurgiyantoro (2010: 176-190) tokoh dapat dibedakan
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
34
menjadi beberapa bagian yaitu (1) berdasarkan peran, (2) berdasarkan perwatakan,
(3) berdasarkan fungsinya, dan (4) berdasarkan berkembang atau tidaknya
perwatakan.
a. Berdasarkan Peran atau Tingkat Pentingnya Tokoh
Pertama, tokoh utama (central) merupakan tokoh yang diutamakan
penceritaannya dalam suatu cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang
paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai
kejadian (Nurgiyantoro, 2012: 176). Sama halnya dengan Nurgiyantoro, Thobrin
(2013: 84) mengatakan bahwa tokoh utama adalah tokoh yang ditampilkan terus
menerus, memiliki peran penting dalam cerita, dan mendominasi cerita. Karena tokoh
utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh yang
lainnya. Artinya, tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara
keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik.
Kedua, tokoh tambahan (periferal) adalah tokoh yang kehadirannya lebih
sedikit dibanding tokoh utama. Kehadirannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh
utama secara langsung (Nurgiyantoro, 2012: 176). Thobrin pun berpendapat sama
dengan Nurgiyantoro bahwa tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya ditampilkan
sesekali atau beberapa kali dalam cerita dengan penceritaan yang sangat pendek.
Tetapi tokoh ini dapat saja mempengaruhi tokoh utama meskipun kemunculannya
tidak intens. Artinya, hanya beberapa kali saja secara langsung ataupun tidak
langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang cerita.
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
35
b. Berdasarkan Perwatakannya
Pertama, tokoh sederhana merupakan tokoh yang hanya memiliki satu kualitas
pribadi tertentu, satu sifat-watak tertentu saja (Nurgiyantoro, 2012: 181). Aminuddin
(2010: 82) juga berpendapat bahwa simple character ialah pelaku tidak banyak
menunjukkan adanya kompleksitas masalah. Pemunculannya hanya dihadapkan pada
masalah tertentu, ia memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek
kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah laku tokoh sederhana bersifat datar, monoton,
dan biasanya hanya mencerminkan satu watak tertentu. Watak yang telah pasti itulah
yang mendapat penekanan dan terus menerus terlihat dalam fiksi yang bersangkutan.
Selain itu, tokoh sederhana lebih muda dikenali dan dipahami, lebih familiar dan
stereotip.
Kedua, tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai
kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja
memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula
menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam atau karakteristik yang
beragam (Nurgiyantoro, 2012: 183). Oleh karena itu, perwatakannya pun pada
umumnya sulit dideskripsikan secara tepat. Dibandingkan dengan tokoh sederhana,
tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya. Dengan kata
lain, tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya,
kelebihan dan kelemahannya. Jadi, ada perkembangan sikap atau karakter yang terjadi
pada tokoh ini.
c. Berdasarkan Fungsinya Tokoh
Pertama, tokoh protagonis yaitu tokoh yang dikagumi. Tokoh protagonis ini
dikenal juga dengan sebutan hero, di mana tokoh ini merupakan pengejawentahan
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
36
norma-norma dan nilai-nilai yang ideal bagi kita (pembaca) (Nurgiyantoro,
2012:178). Sama halnya dengan pendapat Thobrin (2013: 88) bahwa tokoh protagonis
adalah tokoh yang dikagumi. Ia merupakan perwujudan norma, nilai, atau watak ideal
yang diinginkan pembaca. Dengan kata lai, tokoh protagonis dapat menampilkan
sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca, harapan-harapan kita sebagai
pembaca. Maka, pembaca sering mengenalinya memiliki kesamaan dengan diri
pembaca.
Kedua, tokoh antagonis. Menurut Thobrin (2013: 89) tokoh antagonis
merupakan tokoh yang berperilaku kurang mengenakan yang digambarkan sebagai
sosok yang jahat. Biasanya tokoh antagonis merepresentasikan perbuatan yang tidak
mesti dicontoh bagi pembaca,serta menjadi sosok yang yang bertentangan dengan
tokoh utama. Tokoh antagonis ini dapat pula sebagai tokoh yang dapat memicu
terjadinya konflik di dalam cerita. Dengan kata lain, tokoh antagonis merupakan
tokoh yang melawan kebenaran dan kejujuran, serta memiliki watak yang jelek.
Tetapi yang perlu diingat ialah bahwa tokoh antagonis belum tentu memiliki watak
yang jahat. Terkadang protagonis dan tokoh antagonis sulit dibedakan. Karena tidak
jarang tokoh-tokoh yang tak membawakan nilai moral kita atau berdiri di lain pihak
justru diberi simpati oleh pembaca.
d. Berdasarkan Berkembang atau Tidaknya Perwatakan.
Pertama, tokoh statis yaitu tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami
perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa
yang terjadi. Tokoh ini biasanya memiliki watak dan sikap yang relatif tetap, tidak
berkembang sejak awal sampai akhir cerita (Nurgiyantoro, 2012: 188). Tokoh jenis
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
37
ini tampak seperti kurang terlibat dan tidak terpengaruh oleh adanya hubungan
antarmanusia. Artinya, ia tetap pada pendiriannya sendiri dalam melakukan aktivitas
dalam kehidupan di lingkungannya.
Kedua, tokoh berkembang yaitu tokoh cerita yang mengalami perubahan
perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan
(Nurgiyantoro, 2012: 188). Biasanya tokoh ini secara aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lainnya yang kesemuanya
itu akan mempengaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh
berkembang, dengan demikian akan mengalami perkembangan dan atau perubahan
dari awal, tengah, dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara
keseluruhan.
F. Novel
1. Pengertian Novel
Kata novel berasal dari bahasa latin yaitu novellus. Kata novellus dibentuk
dari kata novus yang berarti ‘baru’. Dikatakan baru karena dikaitkan dengan
kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang baru muncul setelah adanya
cerita-cerita pendek dan roman (Suyitno, 2009: 35). Sementara Redyanto Noor (2010:
27) mengungkapkan bahwa novel adalah cerkan yang panjang, yang mengetengahkan
tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa dan latar (setting) secara
terstruktur. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Sayuti (2006: 11) mengatakan
bahwa novel disebut karya fiksi karena peristiwa didalamnya merupakan potret dari
realitas di sekitar kehidupan pengarang yang kemudian dikembangkan dan dituangkan
melalui medium bahasa dengan imajinasinya. Novel lebih panjang dibandingkan
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
38
dengan cerpen. Maka dari itu di dalam novel dapat mengemukakan sesuatu secara
lebih bebas dan kompleks. Sebagai genre fiksi, novel juga memiliki struktur
pembangun seperti halnya karya sastra yang lain, struktur tersebut ialah unsur
intrinsik dan ekstrinsik yang menempati posisi sangat penting di dalam novel.
Di sisi lain, novel menurut Nurgiyantoro (2010: 14) umumnya terdiri dari
sejumlah bab yang berisi cerita yang berbeda. Hubungan antarbab, kadang-kadang
merupakan hubungan seba akibat,atau hubungan kronologis biasa saja. Bab yang satu
merupakan kelanjutan dari bab yang lain. Artinya, jika kita membaca hanya satu
bagian saja di dalam sebuah novel secara acak, maka kita tidak akan mendapat cerita
yang utuh. Novel sebagai salah satu genre fiksi memiliki jumlah kata yang lebih
banyak dibandingkan dengan cerpen. Selain itu, permasalahan yang ada di dalam
novel juga lebih kompleks (lebih dari satu persoalan) serta menonjolkan perwatakan
dari tokoh-tokohnya secara lebih utuh dibanding dengan cerpen yang biasanya hanya
memiliki satu permasalahan saja di dalamnya.
Dari beberapa pengertian novel yang disampaikan para ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis dalam
narasi, yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di
sekelilingnya.
2. Ciri-ciri Novel
Novel sebagai bacaan yang banyak digemari semua kalangan, sebab di dalam
novel terdapat cerita yang inspiratif, dan dapat menambah wawasan. Berbeda dengan
cerpen yang hanya dapat dibaca dalam sekali duduk, novel memilki ciri-ciri cerita
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
39
yang panjang dan dikhususkan menjadi satu buku yang didesain dengan cover yang
disesuaikan dengan isinya. Berikut penjelasan singkat mengenai ciri-ciri novel
menurut Sayuti (2006: 10-11).
a. Novel cenderung bersifat expands “meluas”. Novel yang baik cenderung
menitikberatkan munculnya complexity “kompleksitas”.
b. Novel tidak dapat selesai dibaca dalam sekali duduk, karena panjangnya sebuah
novel secara khusus memiliki peluang yang cukup untuk mempermasalahkan
karakter tokoh dalam sebuah perjalanan waktu, kronologi.
c. Novel juga memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai
tempat (ruang) tertentu.
d. Novel umumnya berisi empat puluh lima ribu kata atau lebih.
G. Kerangka Berfikir
Pada penelitian ini peneliti mengangkat judul fungsi tindak tutur ilokusi
ekspresif pada tuturan tokoh dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma
Nadia. Pada penelitian ini, berfokus pada ilmu bahasa yaitu teori pragmatik dan objek
analisis adalah tindak tutur dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma
Nadia sebagai data. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi tindak
tutur ilokusi ekspresif yang terkandung pada tuturan tokoh dalam novel karya Asma
Nadia. Data penelitian ini adalah tuturan yang terdapat pada novel karya Asma Nadia
yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif berdasarkan klasifikasinya.
Sumber data penelitian ini adalah novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma
Nadia. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, tahap yang pertama adalah
penyediaan data menggunakan metode simak yaitu dengan membaca tuturan dalam
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
40
novel. Teknik yang digunakan selanjutnya adalah teknik catat, yaitu mencatat tuturan
yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif agar mempermudah ketika
proses menganalisa sesuai permasalahan. Tahap kedua adalah analisis data dengan
menggunakan metode padan ortografis dan metode padan pragmatis. Tahap ketiga
adalah penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian informal.
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antara variabel yang akan diteliti. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan
antara variabel independen dan dependen. Oleh karena itu pada setiap penyusunan
paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir (Sugiyono, 2010: 60).
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
41
Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif pada Tuturan
Tokoh dalam Novel Surga yang Tak Dirindukan 2
Karya Asma Nadia
Gambar 3.1 Kerangka Berfikir
(Sugiyono, 2010: 60).
Tindak Tutur
Pengertian Jenis
Lokusi Ilokusi Perlokusi
Representatif Direktir Ekspresif Komisif Deklaratif
a. Menyatakan (Deklaratif)
b. Menanyakan (Interogatif)
c. Menyuruh (Impretatif)
d. Meminta Maaf
e. Mengeritik
Tuturan Tokoh Novel
Pengertian Aspek Situasi Tutur Pengertian Macam-Maca Tokoh Pengertian Ciri-Ciri Novel
a. Penutur dan Lawan Tutur
b. Konteks Tuturan
c. Tujuan Tuturan
d. Tindak Tutur sebagai Tindakan atau Aktivitas
e. Tuturan sebagai Bentuk Tindak Verbal
a. Berdasarkan Peran atau Tingkat Pentingnya
Tokoh
b. Berdasarkan Perwatakannya
c. Berdasarkan Fungsinya Tokoh
d. Berdasarkan Berkembang atau Tidaknya
Perwatakan
Fungsi Tindak Tutur..., Ria Kusuma Dewi, FKIP UMP, 2017
top related