bab ii tinjauan pustaka a. nyeri haid 1. pengertianrepository.poltekkes-tjk.ac.id/659/4/bab...
Post on 13-Apr-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyeri Haid
1. Pengertian
Menstruasi adalah suatu proses pelepasan dinding rahim yang disertai
dengan perdarahan yang terjadi setiap bulan secara berulang, kecuali pada saat
terjadi kehamilan. Proses pengeluaran darah menstruasi biasanya berlangsung
selama 3-7 hari dengan jumlah darah yang hilang kurang lebih sekitar 50-60 cc
tanpa adanya bekuan darah. Siklus menstruasi pada setiap wanita tidak selalu
sama, dengan variasi normal antara 26-32 atau 28-35 hari siklus menstruasi
(Manuaba, 2009:55-57).
Nyeri haid atau dismenorea berasal dari bahasa Yunani –dys yang berarti
sulit, nyeri, abnormal, sedangkan meno berarti bulan, dan rrhea yang berarti
aliran. Dysmenorrhea atau dismenorea dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada
saat menstruasi. Hampir sebagian wanita mengalami rasa tidak enak pada perut
bagian bawah saat menstruasi. Namun, istilah dismenorea hanya dipakai saat
nyeri yang dirasa begitu hebat sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan
obat-obatan. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan
relaksasi. Pada umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi
yang berlangsung hebat dan sering maka akan menyebabkan aliran darah ke
uterus menjadi terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Sukarni, 2013:32).
8
2. Jenis-Jenis
Menurut Anurogo (2011:43-49), secara klinis dismenorea terbagi menjadi
dua, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder.
a. Dismenorea Primer
Merupakan nyeri haid yang dijumpai dan dirasakan oleh penderita tanpa
adanya kelainan alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer biasanya terjadi
dalam 6-12 bulan pertama setelah terjadinya haid pertama (menarche), segera
setelah siklus ovulasi teratur ditentukan. Selama menstruasi, sel endometrium
melepaskan prostaglandin yang menyebabkan terjadinya iskemia uterus
(penurunan suplai darah ke rahim) melalui kontraksi myometrium (otot dinding
rahim) dan vasoconstriction (penyempitan pembuluh darah). Peningkatan kadar
prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid perempuan yang
mengalami dismenorea berat. Kadar ini memang meningkat selama dua hari
pertama haid. Patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin
F2alpha (PGF2alpha), yang merupakan suatu stimulan miometrium yang kuat dan
vasoconstrictor (penyempit pembuluh darah) yang ada pada endometrium
sekretori. Respons terhadap inhibitor (penghambat) prostaglandin pada pasien
yang menderita dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea
diperantarai oleh prostaglandin.
b. Dismenorea Sekunder
Biasanya dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama (menarche), tetapi
yang paling sering muncul yaitu di usia 20-30 tahunan setelah tahun-tahun normal
siklus menstruasi tanpa adanya nyeri. Peningkatan prostaglandin juga dapat
berperan pada dismenorea sekunder. Namun penyebab seperti penyakit pelvis
9
harusnya ada. Termasuk penyebab yang ada diantaranya endometriosis atau
jaringan endometrium berada di luar rahim dengan tanda-tanda adanya nyeri saat
haid, kemudian adanya adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive),
adanya polip endometrium atau tumor jinak di endometrium, chronic pelvic
inflamatory disease (penyakit radang panggul menahun), serta penggunaan dari
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (Anurogo, 2011:48-49).
Menurut Kusmiran (2011:112-113), dismenorea sekunder biasanya baru
muncul kemudian, yaitu jika terdapat penyakit atau kelainan yang menetap seperti
infeksi pada rahim, kista atau polip, tumor di sekitar kandungan, serta kelainan
kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.
3. Etiologi
Menurut Judha (2012:46), penyebab dismenorea bermacam-macam, bisa
terjadi karena adanya penyakit seperti radang panggul, endometriosis, tumor atau
kelainan uterus, selaput dara atau vagina tidak berlubang, stres atau cemas yang
berlebihan. Selain itu ketidak seimbangan hormonal dan tidak ada hubungan
dengan organ reproduksi juga menjadi penyebab lain dari dismenorea. Beberapa
faktor penyebab terjadinya dismenorea diantaranya:
a. Faktor Kejiwaan
Perempuan remaja secara emosional tidak stabil, terlebih lagi jika mereka
tidak mendapatkan penjelasan dan pengarahan yang baik mengenai proses
terjadinya menstruasi maka akan lebih mudah mengalami dismenorea.
10
b. Faktor Konstitusi
Faktor ini berhubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan
ambang nyeri yang dirasakan. Faktor ini biasanya juga berkaitan dengan penyakit-
penyakit menahun.
c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Teori ini merupakan teori yang paling tua untuk penjelasan mengenai
dismenorea primer, namun saat ini hal tersebut sudah tidak lagi dianggap karena
sesungguhnya banyak wanita yang mengalami dismenorea tidak mengidap
obstruksi kanalis servikalis atau juga sebaliknya.
d. Faktor Endokrin
Umumnya, ada beberapa anggapan bahwa kejang yang terjadi pada saat
dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Hal ini
dipengaruhi oleh hormonal saat endometrium masuk fase sekresi yang kemudian
akan melepaskan prostaglandin F2a yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot
polos jika hormon tersebut dilepas secara berlebihan ke peredaran darah maka
akan timbul efek lain seperti diare, mual dan juga muntah.
4. Patofisiologi
Rasa nyeri yang dirasakan ketika haid dapat dikaitkan dengan pengaruh
dari hormon prostaglandin selama sedang haid. Nyeri haid berhubungan dengan
adanya kontraksi uterus yang memanjang serta terjadinya penurunan aliran darah
ke myometrium, peningkatan endometrial prostaglandin hingga tiga kali lipat
terjadi dari fase folikuler menuju ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut
yang terjadi selama haid. Peningkatan pada prostaglandin di endometrium yang
mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan
11
peningkatan tonus myometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan sehingga
menyebabkan nyeri haid (Anurogo, 2011:45-46).
Selama siklus mentruasi pada wanita sedang berlangsung, lapisan
endometrium menebal dalam persiapan untuk kehamilan potensial. Setelah
ovulasi terjadi, jika sel telur tidak dibuahi dan tidak terjadi kehamilan, molekul
senyawa yang disebut prostaglandin dilepaskan selama menstruasi, karena
penghancuran sel endometrium dan pelepasan resultan isinya. Prostaglandin dan
mediator inflamasi lainnya dalam rahim akan menyebabkan uterus berkontraksi.
Zat tersebut diduga menjadi faktor utama terjadinya dismenorea primer. Ketika
otot rahim berkontraksi, mereka membatasi jumlah pasokan darah ke jaringan dari
endometrium yang menyebabkan jaringan rusak dan mati. Kontraksi pada rahim
yang terjadi secara terus-menerus akan memeras jaringan dan kemudian jaringan
endometrium yang mati melalui leher rahim akan keluar dari tubuh melalui
vagina. Kontraksi ini akan menyebabkan kurangnya oksigen pada jaringan yang
berakibat akan mnunculnya rasa sakit atau kram selama menstruasi (Sukarni,
2013:45).
5. Gejala Klinis
Gejala utama dismenorea adalah nyeri yang terkonsentrasi di perut bagian
bawah, di daerah umbilikalis atau di sekitar daerah suprapubik perut. Hal ini juga
sering dirasakan di perut bagian kanan atau kiri dan dapat menjalar ke paha dan
punggung bawah. Nyeri yang dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau
sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Gejala lain yang mungkin termasuk
adalah mual dan muntah, diare atau sembelit, sakit kepala, pusing, disorientasi,
12
hipersensitivitas terhadap suara, cahaya, bau dan sentuhan, pingsan dan kelelahan
(Sukarni, 2013:51).
6. Derajat
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada saat awal
terjadinya menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Menurut
Manuaba (2009) dismenorea dibagi menjadi tiga tingkatan keparahan, yaitu :
a. Dismenorea Ringan
Seorang yang sedang mengalami nyeri dan masih bisa ditolerir karena
berada pada ambang rangsang dan berlangsung selama beberapa saat kemudian
masih bisa melanjutkan pekerjaan atau aktivitasnya sehari-hari. Dismenorea
ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan mulai dari 1-4, untuk skala
wajah dismenorea ringan terdapat skala nyeri dengan tingkatan 1-2.
b. Dismenorea Sedang
Apabila penderita dismenorea merespon nyerinya dengan merintih dan
menekan-nekan bagian yang terasa nyeri, diperlukan obat penghilang rasa nyeri
tanpa perlu meinggalkan kerjanya. Dismenorea sedang memiliki skala nyeri
dengan tingkatan 5-6, untuk skala wajah dismenorea sedang terdapat pada skala
nyeri dengan tingkatan 3.
c. Dismenorea Berat
Penderita dismenorea yang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada
kemungkinan seorang penderita tidak mampu lagi melakukan semua pekerjaannya
dan perlu beristirahat beberapa hari dapat disertai dengan sakit kepala, migraine,
pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan muntah. Dismenorea berat terdapat pada
13
skala nyeri dengan tingkatan 7-10, untuk skala wajah dismenorea berat terdapat
skala nyeri dengan tingkatan 4-5.
7. Penatalaksanaan
Menurut Varney (2007:342), terdapat dua macam penanganan atau
penatalaksanaan nyeri dismenorea yaitu non farmakologi dan farmakologi.
a. Non Farmakologi
1) Teknik nafas dalam dan relaksasi
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan teknik melakukan nafas dalam,
nafas lambat dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan (Smeltzer;
Bare, 2002: 234). Secara umum, relaksasi adalah metode yang paling efektif
terutama pada pasien yang mengalami nyeri (Ernawati dkk, 2010).
2) Penggunaan kompres hangat
Metode ini merupakan metode non farmakologi yang dianggap sangat
efektif dalam menurunkan nyeri atau spasme otot. Panas dapat dialirkan melalui
konduksi, konveksi dan konversi. Nyeri karena memar, spasme otot, dan arthritis
berespon baik terhadap peningkatan suhu karena dapat melebarkan pembuluh
darah dan meningkatkan aliran darah lokal (Oktasari, dkk, 2014: 2).
3) Senam (Pilates) atau yoga
Salah satunya adalah senam pilates. Senam pilates adalah metode
rehabilitasi yang bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dan stabilitas otot-otot
dalam tubuh. Senam pilates difokuskan untuk membangun atau meningkatkan
kekuatan tanpa upaya atau usaha yang berlebihan, meningkatkan fleksibilitas dan
kelincahan, serta membantu untuk mencegah terjadinya cedera. Pilates dilakukan
dengan cara mengkombinasikan latihan kelenturan dan kekuatan tubuh,
14
pernapasan dan relaksasi. Pilates mempunyai pola gerakan dasar yang
memusatkan kekuatan tubuh pada otot perut. Gerakan dasar dalam metode pilates
sering dikenal dengan “stable core”, karena otot panggul dan perut dianggap
sebagai otot-otot yang memiliki kestabilan yang paling tinggi (Husin, 2014: 299-
300).
4) Istirahat yang cukup
Istirahat merupakan keadaan yang membutuhkan ketenangan tanpa adanya
tekanan emosional. Kata istirahat yang berarti menyegarkan diri atau diam setelah
melakukan kerja keras; suatu keadaan untuk melepaskan lelah; bersantai untuk
menyegarkan diri; atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang
membosankan, menyulitkan dan bahkan menjengkelkan (Hidayat; Musrifatul,
2008:110).
5) Masase
Masase merupakan stimulase kutaneus tubuh secara umum yang sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase pada umumnya tidak secara spesifik
menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama seperti reseptor
nyeri tetapi dapat memiliki dampak melalui sistem kontrol desenden. Efek dari
masase yaitu dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat otot
terelaksasi (Smeltzer; Bare, 2002: 232).
6) Latihan Fisik
Latihan fisik memicu tubuh untuk menghasilkan endorphin, opiate alami
yang bisa meningkatkan perasaan sejahtera selain untuk mengurangi nyeri.
Dengan melakukan latihan fisik sedang dapat membantu mengurangu dismenorea
dengan cara mendistraksi perhatian dari nyeri, menghasilkan perasaan relaksasi,
15
dan mengurangi perasaan stress. Latihan fisik juga dapat mengurangi gejala
sindrom pramenstruasi (PMS) (Salbiah, 2012:73).
7) Aromaterapi Lavender
Aromaterapi merupakan suatu metode relaksasi yang menggunakan
minyak esensial dalam pelaksanaannya yang berguna untuk meningkatkan
kesehatan fisik, emosi, dan spirit seseorang. Berbagai macam jenis minyak
esensial salah satunya adalah untuk menurunkan intensitas nyeri dan tingkat
kecemasan (Solehati, 2015:195). Kandungan dari aromaterapi lavender sendiri
adalah linalyl asetat dan linalool. Linalyl asetat berfungsi untuk mengendorkan
dan melemaskan sistem kerja saraf otot yang mengalami ketegangan sedangkan
linalool berperan sebagai relaksasi dan sedatif sehingga dapat menurunkan nyeri
pada saat haid (dismenorea) (Pustikawaty, 2016). Aromaterapi lavender diyakini
mempunyai sifat antikonvulsan, antidepresi, anxyolitic dan bersifat menenangkan.
Ketika aromaterapi dihisap, zat aktif yang ada di dalamnya akan merangsang
hipotalamus untuk mengeluarkan hormon endorphin. Seperti yang diketahui,
endorphin Pmerupakan zat yang menimbulkan perasaan tenang, relaks dana
bahagia (Widayani, 2016: 2).
b. Farmakologi
1) Obat anti nyeri jenis non-steroid
Obat jenis NSAID (obat anti inflamasi non steroid) diduga dapat
menurunkan tingkat nyeri dengan cara menghambat produksi prostaglandin dari
jaringan-jaringan yang mengalami taruma atau inflamasi yang menghambat
reseptor nyeri untuk menjadi sensitif terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya
(Smeltzer; Bare, 2002: 231).
16
2) Obat-obat diuretik
Obat ini dinilai mampu meningkatkan kemampuan kerja ginjal untuk
mengeluarkan sodium dan air yang ada di dalam urine. Sehingga jumlah cairan
dalam sel-sel jaringan tubuh berkurang. Obat diuretika semacam spironolactone
digunakan untuk mengurangi penahanan cairan dan perut kembung, dan
sebaiknya penderita mengurangi asupan garam. Spironolactone (Aldactone), satu
antagonis aldosteron yang serupa dengan hormon-hormon steroid merupakan
satu-satunya obat diuretik yang sangat efektif membebaskan gejala-gejala PMS
(Saryono; Sejati, 2009:57).
8. Penilaian Nyeri
a. Skala Nyeri Wajah (Wong Baker Facial Grammace Scale)
Pengukuran skala nyeri menggunakan wajah yaitu terdiri dari 6 wajah
yang tersenyum untuk “tidak nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri
hebat”. Berikut adalah skala nyeri wajah yang terdiri dari 6 ilustrasi gambar wajah
yang dapat dilihat pada gambar 1 :
Gambar 1. Skala Nyeri Wajah
Sumber : Judha, 2012: 38
17
Keterangan :
1) Tidak nyeri : 0
2) Nyeri ringan : 1-3
3) Nyeri sedang : 4-6
4) Nyeri berat : 7-9
5) Nyeri hebat : 10
b. Numeric Rating Scale (NRS)
NRS menggunakan skala mulai dari nomor 0-10 untuk menggambarkan
peningkatan nyeri. Klien menilai sendiri rasa nyeri yang dialami dengan
menggunakan skala 0-10. 0 menggambarkan tidak ada nyeri sedangkan 10
menggambarkan nyeri yang hebat. Klasifikasi skala nyeri tersebut terbagi dalam 4
kategori pada gambar 2 :
Gambar 2. Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10
Sumber: Judha, 2012:36-37
Keterangan :
1) Tidak nyeri : 0
2) Nyeri ringan : 1-3
3) Nyeri sedang : 4-6
4) Nyeri berat : 7-9
5) Nyeri sangat hebat : 10
18
Karakteristik skala nyeri numerik 0-10 terbagi dalam tabel 1 :
Tabel 1
Karakteristik Nyeri
Skala Karakteristik Nyeri
0 Tidak terjadi nyeri.
1 Sangat sedikit gangguan, kadang terasa seperti tusukan kecil.
2 Sedikit gangguan, terasa seperti tusukan yang lebih dalam.
3 Gangguan cukup dihilangkan dengan pengalihan perhatian.
4 Nyeri seperti kram atau kaku, dapat diabaikan dengan beraktivitas atau
melakukan pekerjaan.
5 Rasa nyeri seperti tertekan, sulit bergerak dan tidak bisa diabaikan
lebih dari 30 menit.
6 Rasa nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk yang tidak bisa
diabaikan untuk waktu yang lama dan sulit untuk bergerak.
7 Sulit untuk berkonsentrasi, dengan diselingi istirahat atau tidur kamu
masih bisa bekerja dengan sedikit usaha.
8 Beberapa aktivitas fisik terbatas. Kamu masih bisa membaca dan
berbicara dengan usaha. Merasakan mual dan pusing kepala.
9 Tidak dapat berbicara, menangis, mengerang dan merintih tak dapat
dikendalikan, penurunan kesadaran dan mengigau
10 Tidak sadarkan diri atau pingsan.
Skala Intensitas Nyeri Numerik 1-10 menurut Potter (2005) dalam Swarihadiyanti
(2014:14)
B. Aromaterapi Lavender
1. Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi merupakan salah satu tehnik pengobatan atau perawatan yang
menggunakan bau-bauan yang berasal dari minyak esensial aromaterapi (Dewi,
2011:1). Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau wangi, dan
therapy yang dapat diartikan sebagai suatu cara pengobatan atau penyembuhan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa aromaterapi adalah suatu cara perawatan
tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial
(essential oil) (Jaelani, 2009:11).
19
2. Sejarah Aromaterapi
Penggunaan metoda aromaterapi ini sebenarnya sudah ada sejak lama.
Sejak 5000 tahun lalu, bangsa Mesir telah menggunakan getah serta minyak yang
berasal dari tumbuhan yang ada di sekitar negeri itu untuk perawatan tubuh, dupa
pengharum ruangan maupun obat berbagai macam penyakit. Bahan-bahan yang
berasal dari getah tanaman telah digunakan pula untuk membalsam mumi orang
yang telah meninggal sehingga mumi itu pun dapat bertahan lama. Penggunaan
bahan aromatis dari getah dan minyak tumbuhan tersebut merupakan cikal-bakal
dalam sejarah aromaterapi.
Aroma terapi sendiri dipopulerkan di Indonesia oleh beberapa ahli penata
kecantikan Indonesia setelah mereka menyelesaikan pengalaman di Eropa,
sebagai oleh-oleh dari acara Post XXXV Cidesco World Congress Aroma
Therapy Course pada tahun 1981 di Wina, Austria. Dalam perkembangan
selanjutnya, eksistensi aromaterapi menjadi lebih populer dengan adanya klinik
„spa‟ yang mulai menjamur di berbagai pelosok negeri (Jaelani, 2009:12-18).
3. Zat yang Terkandung dalam Minyak Lavender
Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas beberapa
kandungan. Dalam 100 gram bunga lavender tersusun atas beberapa kandungan
seperti: minyak esensial (1-3%), alpha-pinene (0, 22%), camphene (0,06%), beta-
myrcene (5,33%), p-cymene (0,3%), limonene (1,06%), cineol (0,51%), linalool
(26,12%), borneol (1,21%), terpinen-4-ol (4,64%), linalyl acetate (26,32%),
geranyl acetate (2,14%), dan caryophyllene (7,55%). Berdasarkan data diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa kandungan utama dari bunga lavender adalah
20
linalyl asetat dan linalool yang berperan sebagai efek anti cemas (anti
anxiety/relaksasi) (Dewi, 2011:4).
4. Aromaterapi Lavender dengan Inhalasi
Indera penciuman memiliki peran yang sangat penting dalam kemampuan
kita untuk bertahan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam sehari hidung
kita bisa mencium kurang lebih 23.040 kali. Bau-bauan dapat memberikan
peringatan kepada kita saat akan adanya bahaya dan juga dapat memberikan efek
menenangkan (relaksasi). Apabila tubuh dalam keadaan relaksasi maka otot-otot
dalam tubuh kita dalam keadaan tidak tegang. Untuk mencapai keadaan relaksasi
bisa dilakukan dengan cara menurunkan tingkat stres, baik itu stres fisik ataupun
stres psikis, serta siklus tidur yang cukup dan teratur. Kandungan linalool dalam
minyak lavender banyak digunakan saat ini, baik secara inhalasi (hirup) ataupun
dengan teknik pemijatan pada kulit.
Aromaterapi yang digunakan secara inhalasi atau dihirup kemudian akan
masuk ke sistem limbic yang akan diproses sehingga kita dapat mencium baunya.
Pada saat kita menghirup suatu aroma, komponen kimianya akan masuk ke bulbus
olfactory, kemudian ke limbic sistem pada otak. Limbic adalah struktur bagian
dalam dari otak yang berbentuk seperti cincin yang terletak pada bagian bawah
cortex cerebral. Tersusun ke dalam 53 daerah dan 35 saluran atau tractus yang
berhubungan dengannya, termasuk amygdala dan hipocampus. Sistem limbic
sendiri merupakan pusat dari rasa nyeri, senang, marah, takut, depresi, dan
berbagai emosi lainnya. Sistem limbic menerima semua informasi dari sistem
pendengaran, sistem penglihatan, dan juga sistem penciuman. Selain itu, sistem
ini dapat mengontrol dan mengatur suhu tubuh, rasa lapar, dan rasa haus.
21
Amygdala yang berperan sebagai bagian dari sistem limbic bertanggung jawab
atas respon emosi kita terhadap suatu aroma. Sedangkan hipocampus bertanggung
jawab atas memori dan pengenalan terhadap bau juga tempat dimana bahan kimia
pada aromaterapi merangsang gudang-gudang penyimpanan memori otak kita
terhadap pengenalan bau-bauan (J. Buckle, 2001 dalam Dewi, 2011:8).
5. Manfaat Aromaterapi Lavender
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pustikawaty pada tahun
2016, menyatakan bahwa setelah dilakukan pemberian aromaterapi pada siswi
kelas X yang mengalami nyeri haid terjadi penurunan nyeri yaitu 81% siswi yang
mengalami nyeri ringan dan 19% siswi yang tidak mengalami nyeri. Hal ini
dikarenakan bahwa pada saat seseorang menghirup aromaterapi lavender, molekul
yang mudah menguap (volatile) dari minyak esensial tersebut dibawa ke sel-sel
reseptor dihidung. Ketika molekul-molekul tersebut menempel pada rambut-
rambut halus yang ada di dalam hidung, maka terjadilah suatu pesan elektrokimia
yang kemudian akan ditransmisikan melalui saluran olfactory ke otak kemudian
ke sistem limbik (Pustikawaty, 2016:11).
Kemudian akan merangsang hipotalamus untuk melepaskan hormon
serotonin yang dapat memperbaiki suasana hati dan hormon endorphin yang
berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami serta menghasilkan perasaan rileks,
tenang dan senang (Pustikawaty, 2016:11). Selain itu, jika seseorang menghirup
aromaterapi lavender selama 10 menit maka dapat mengendorkan otot-otot yang
mengalami ketegangan dan kemudian dapat membuka aliran darah yang sempit
sehingga dapat menurunkan nyeri pada saat haid (Fithriana, 2016:3).
22
6. Prosedur Tindakan Aromaterapi Lavender
Persiapan yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Persiapan alat dan lingkungan
1) Minyak esensial lavender
2) Tungku aromaterapi
3) Air secukupnya
4) Daya listrik
5) Lilin dan korek api
6) Lingkungan yang tenang, nyaman dan ruangan tertutup
7) Hindari penggunaan cahaya yang terlalu terang
b. Tindakan
1) Teteskan 5 tetes minyak esensial aromaterapi lavender ke tungku
aromaterapi, lalu tambahkan air sebanyak 20 ml pada tungku dan
letakkan lilin dibawah tungku aromaterapi, lalu hidupkan api
dengan menggunakan korek api.
2) Kemudian hirup dalam-dalam selama 10 menit.
3) Lakukan sebanyak 2 kali sehari selama 2 hari nyeri haid
berlangsung.
7. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Nyeri Haid
Aromaterapi lavender terdapat kandungan utamanya yaitu linalyl asetat
dan linalool, dimana linalyl asetat berfungsi untuk mengendorkan dan
melemaskan sistem kerja dari saraf dan otot yang mengalami ketegangan
sedangkan linalool berperan sebagai relaksasi dan sedatif sehingga dapat
menurunkan nyeri haid (Pustikawaty, 2016:4).
23
Pada saat menghirup aromaterapi lavender suatu pesan elektrokimia akan
ditransmisikan melalui bola dan saluran olfactory kedalam sistem limbik, hal ini
akan merangsang memori dan juga respon emosional. Kemudian hipotalamus
yang berperan sebagai relay dan regulator yang akan memunculkan pesan-pesan
yang harus disampaikan ke bagian otak serta bagian tubuh lain. Saat pesan
diterima, kemudian akan diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan
senyawa elektrokimia yang akan menyebabkan euphoria, relaks dan sedatif.
Sistem limbik ini terutama digunakan dalam ekspresi emosi (Koensoemardiyah,
2009:15-16). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pustikawati, dkk
(2016:7) menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami nyeri haid dengan
skala nyeri yaitu 4.56 dengan standar deviasi 1,458 dan rata-rata skala nyeri
setelah diberikan aromaterapi lavender yaitu 1,50 dengan standar deviasi 1,155.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai p = 0,000. Karena nilai p<0,05 yang
berarti ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri
haid dan merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan pada penanganan
dismenorea secara non-farmakologi.
C. Senam Pilates
1. Pengertian
Senam Pilates merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk penguatan,
penguluran dan fleksibilitas dalam pemeliharaan bentuk tubuh dengan abdomen
(perut) sebagai pusat kekuatan yang bekerja selama senam pilates dilakukan
(Araujo, 2012:120). Menurut Namuri (2011: 20), pilates adalah suatu metode
pembentukan tubuh yang mengutamakan kekuatan otot tubuh bagian tengah,
24
tepatnya otot perut bagian depan dan bagian belakang. Otot perut diyakini sebagai
otot yang berperan besar dalam menjaga koordinasi, stabilisasi, dan keseimbangan
dari gerakan anggota tubuh yang lain. Pilates pertama kali dikembangkan oleh
Joseph Hubert Pilates seorang pelatih fisik (binaraga, tinju, gulat, yoga, senam,
dan seni bela diri) dari The New York Pilates Studio pada Tahun 1920.
Pilates memiliki pola gerakan dasar yang menitikberatkan pada gerakan-
gerakan otot panggul dan otot perut. Dalam metode Pilates, gerakan dasar ini
seringkali dikenal sebagai stable core, karena otot panggul dan perut dianggap
sebagai otot-otot yang memiliki kestabilan paling tinggi (Husin, 2014: 299-300).
Menurut Shah (2013:1), Pilates termasuk ke dalam kelompok yang disebut
sebagai latihan pikiran tubuh yang berfokus pada gerakan, postur tubuh, dan
pernapasan yang terkontrol. Pilates dapat memperbaiki kesehatan mental dan juga
fisik, meningkatkan fleksibilitas dan memperkuat otot melalui gerakan yang
terkontrol yang dilakukan di atas matras (alas) atau dengan peralatan lain untuk
memberi nada dan memperkuat tubuh. Metode ini menggabungkan prinsip-prinsip
latihan dari budaya Timur (kontrol dari gerak oleh pikiran, presisim body centre
sebagai titik energi utama, pernapasan yang tepat dan relaksasi –Hatha Yoga) dan
budaya Barat (Pelatihan ketahanan, stabilisasi-balet klasik).
2. Klasifikasi Pilates
Latihan Pilates dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok matras
(alas/tikar) dan kelompok peralatan. Latihan yang lebih dulu dikembangkan oleh
Josep Hubert Pilates adalah latihan dengan menggunakan matras yang sesuai
dengan namanya dilakukan di alas/tikar di atas lantai. Di kelas matras, peserta
biasanya duduk atau berbaring telentang dan menggunakan gravitasi untuk
25
membantu menstabilkan kekuatan tubuh. Selain itu, Mr. Pilates merancang
peralatan khusus untuk melatih berbagai pola dan postur gerakan. Salah satu dari
peralatan tersebut adalah sliding platform horisontal yang memungkinkan
seseorang dapat duduk, berdiri, berlutut ataupun berbaring (Shah, 2013: 2).
3. Prinsip Dasar Pilates
Menurut Namuri (2011: 23-27), terdapat 5 prinsip dasar yang menjadi
pedoman saat akan melakukan gerakan pilates diantaranya adalah :
a. Pernapasan Lateral
Pernapasan saat berlatih Pilates dimulai dengan menarik napas dari hidung
dan mengeluarkan napas dari mulut. Saat menarik napas, kembangkan tulang
rusuk (ribcage), seolah-olah Anda akan meniup lilin. Proses pembuangan napas
secara perlahan ini akan memudahkan otot perut yang paling dalam (transversus
abdominis) menjadi aktif atau menguat. Otot-otot inilah yang berfungsi sebagai
korset alami tubuh. Setiap gerakan pada Pilates harus didahului dengan
mengaktifkan transversus abdominisis.
b. Posisi Tulang Panggul
Tulang panggul atau pelvis merupakan rangka yang menampung organ
reproduksi.
c. Posisi Tulang Rusuk
Tulang rusuk (ribcage) merupakan tulang yang melingkupi organ
pernapasan. Pada bagian belakang, tulang rusuk tersambung pada tulang
punggung (spine). Sementara pada bagian depan, sebagian terhubung pada tulang
dada dan sebagian lagi tergantung begitu saja. Posisi tulang rusuk juga sangat
mempengaruhi posisi tulang punggung Anda.
26
d. Pergerakan dan Stabilitasi pada Bahu
Bahu dan lengan berhubungan dengan tulang belikat. Manusia memiliki
dua buah tulang belikat (scapula) yang terletak di sebelah kiri dan kanan
punggung bagian atas. Beberapa orang banyak yang tidak menyadari peranan dari
tulang belikat ini. Padahal, setiap gerakan yang melibatkan lengan maka tulang
belikat akan ikut bergerak, guna menjaga stabilisasi sendi bahu.
e. Posisi Leher
Tulang leher memiliki fungsi sebagai penopang kepala beserta segala
isinya. Meski kecil, namun bebannya cukup berat. Sebaiknya leher harus selalu
berada tepat di tengah kedua bahu, dengan posisi tegak dan tidak miring ke salah
satu sisi, menghadap ke depan, dan tidak menoleh ke salah satu sisi. Saat
melakukan gerakan apapun, kepala dan tulang leher harus bergerak seirama
dengan tulang belakang hingga panggul.
4. Prosedur Senam Pilates
Latihan Pilates ditujukan untuk otot paha, bokong, pinggul, bahu,
punggung serta badan bagian tengah. Lakukan latihan secara teratur 3 kali dalam
1 hari dan dilakukan selama 1 kali siklus menstruasi dan dilakukan 1 hari sebelum
menstruasi agar mendapatkan manfaat sepenuhnya. Tariklah otot-otot perut ke
dalam, dan lakukan gerakan dengan benar. Lalu mulailah selalu dengan
melakukan pemanasan dan jangan lupa pendinginan setelah selesai latihan. Ketika
melakukan gerakan, usahakan jangan memantul-mantul. Pada saat latihan,
tariklah otot-otot perut ke dalam. Berikut adalah prosedur senam pilates yang
dapat dilakukan pada saat nyeri haid :
27
a. Gerakan 1 : Peregangan Kedua Kaki
Tujuan : Untuk menguatkan otot-otot perut dan punggung. Tidurlah
telentang di atas matras, lalu bungkukkan kedua lutut ke arah dada, sehingga
berada di atas pinggul. Kedua pergelangan kaki bersama betis sejajar dengan
lantai, jari-jari kaki menunjuk ke depan. Kedua tangan ditempatkan sedikit
dibawah lutut. Tariklah napas dan tariklah tulang belikat dan usahakan leher rileks
(1A) Keluarkan napas dan kontraksikan otot-otot perut pada waktu merentangkan
kaki dan membentuk sudut 45 derajat. Kedua lengan disepanjang telinga,
usahakan agar badan terangkat dan punggung selalu berada diatas matras; (1B)
Tariklah napas dan kedua tangan turun ke samping badan. Kembali ke posisi awal
dan kedua lutut dibengkokkan ke arah dada. Lakukan gerakan ini sebanyak 5-10
kali ulangan.
b. Gerakan 2 : Gerakan Dada
Tujuan : Untuk menguatkan otot-otot punggung atas dan tengah, bahu,
dada, perut dan ekstensor punggung. Tidurlah tengkurap di atas matras, kedua
kaki berdekatan dan direntangkan. Angkat sedikit badan bagian atas, tempatkan
kedua tangan di bawah bahu. Lengan bawah berada di atas matras. Kontraksikan
otot-otot perut (2A). Tariklah napas dan gerakkan kedua lengan ke depan,
panjangkan tulang punggung. Keluarkan napas dan putarkan kedua lengan keluar
ke samping dan ke bawah, ke arah jari-jari kaki. Posisi kedua telapak tangan
menghadap ke arah paha (2B). Tariklah napas, kemudian keluarkan perlahan.
Gerakkan kedua tangan kembali ke posisi awal, turunkan badan dan ulangi
kembali gerakan ini sebanyak 5-10 kali.
28
c. Gerakan 3 : Pilates Wild Child’s Pose
Tujuan : Untuk mengurangi nyeri pada pinggul, serta membantu
meningkatkan atau mempertahankan kesehatan pinggul. Posisi ini akan memicu
perasaan relaksasi dan ketenangan. (3A) Tempatkan lutut di matras atau alas lalu
lebarkan keduanya hingga jarak yang nyaman. (3B) Kemudian lipat tubuh ke
depan, rentangkan lengan anda di depan anda. Ulangi gerakan 5-10 kali.
d. Gerakan 4 : Tiduran Miring dan Menggunting
Tujuan : Untuk menguatkan otot-otot kuadrisep (paha depan), hamstring
(paha belakang), bokong, pinggul, dan paha bagian dalam, serta untuk
memperbaiki perimbangan. Tidur di sisi kanan tubuh dengan kedua kaki lurus,
siku kanan di lantai dan letakkan kepala di tangan kanan. Kontraksikan otot-otot
perut agar tulang iga tertarik ke atas, dan letakkan tangan kiri di depan badan di
lantai. Tanpa memutar pinggul ke depan atau ke belakang, angkatlah sedikit kaki
dari lantai. Keluarkan napas dan gerakkan satu kaki di depan badan, sedangkan
kaki yang lain ke arah belakang, seperti sepasang gunting (4A). Tariklah napas,
kemudian keluarkan napas dan gerakkan kaki seperti gerakan gunting ke arah
depan dan ke arah belakang (4B). Lakukanlah ulangan untuk gerakan ini sebanyak
5-10 kali di setiap kaki. Yang disebut satu kali ulangan adalah satu kaki bergerak
ke depan dan ke belakang.
e. Gerakan 5 : Pilates Posisi Kucing
Tujuan : Untuk meregangkan tubuh atas dan leher serta melancarkan
peredaran darah dan mengurangi kecemasan. Bertumpu pada kedua lutut dan
29
telapak tangan. Pastikan tangan lurus sejajar bahu dan lutut dibawah pinggul.
Ambil napas dalam, kemudian turunkan dagu perlahan menuju dada. Lalu
lengkungkan punggung seperti posisi kucing yang sedang meregangkan tubuhnya
dan buanglah napas saat anda bangkit dari posisi. Ulangi gerakan hingga 5-10 kali
(Nabillah, 2012). (Gambar 1-5 terlampir)
5. Pengaruh Senam Pilates Terhadap Penurunan Nyeri Haid
Pilates telah memberikan perbaikan gejala yang berhubungan dengan
primary dysmenorrhea yang menekankan pada peningkatan keseimbangan tubuh
melalui kekuatan inti dan fleksibilitas tubuh. Gerakan kaki pada senam pilates
sangat membantu dalam meningkatkan sirkulasi darah serta melatih otot-otot
besar dan otot-otot pergelangan kaki sehingga aliran darah pada kaki akan
kembali lancar dan dapat mencegah terjadinya kram, pembengkakan dan
munculnya varises. Selain itu, pilates juga bermanfaat dalam menjaga mood
(Elfira, 2017: 294). Menurut Husin (2014:301-302), pilates akan membuat
seluruh anggota tubuh tetap terjaga sehingga tubuh tetap terasa fit.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Araujo, dkk (2012:121)
menunjukkan bahwa nyeri menstruasi sebelum melakukan pilates adalah 7.89 ±
1,96 dan setelah melakukan pilates 2.56 ± 0,56 dengan p < 0,001. Dengan
demikian Pilates sebagai latihan fisik telah dipercaya untuk mengurangi nyeri saat
menstruasi dan menunjukkan bahwa Pilates adalah salah satu alternatif yang
menjanjikan pada penanganan dismenorea secara non-farmakologi.
30
D. Kerangka Teori
Kerangka teori berisi prinsip-prinsip dari teori yang mempengaruhi dalam
pembahasan yang berguna sebagai gambaran langkah serta arah kerja dan
membahas masalah yang akan di teliti (Notoatmodjo, 2014:82). Adapun kerangka
teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3 :
Gambar 3
Kerangka Teori
Sumber : Varney (2007:342)
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara suatu konsep dengan konsep yang lainnya, atau antar
satu variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2014:83).
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4 :
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambar 4
Kerangka Konsep
Upaya penanganan dismenorea:
Farmakologi
a. Obat non-steroid
b. Obat diuretik
Non Farmakologi
a. Teknik nafas dalam
b. Penggunaan kompres hangat
c. Senam Pilates
d. Istirahat yang cukup
e. Masase
f. Latihan fisik
g. Aromaterapi lavender
Penurunan Nyeri
Haid
Aromaterapi
Lavender
Senam Pilates
Penurunan Nyeri
Haid (Dismenorea)
31
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian adalah jawaban sementara dari penelitian,
patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
suatu penelitian (Notoatmodjo, 2014:84). Hipotesis memiliki fungsi sebagai
penentu kearah pembuktian, yang artinya hipotesis merupakan pernyataan yang
kebenarannya harus dibuktikan. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu : “Ada
perbedaan efektivitas antara pemberian aromaterapi lavender dengan senam
pilates terhadap penurunan nyeri haid pada remaja putri.”
G. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang digunakan sebagai
ciri, sifat ataupun ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian
tentang konsep penelitian tertentu. Berdasarkan hubungan fungsional atau
peranannya variabel dibedakan menjadi variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi, bebas
dan sebab sedangkan variabel dependent merupakan variabel terpengaruh atau
variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. (Notoatmodjo, 2014:103). Variabel
independent dari penelitian ini adalah aromaterapi lavender dengan senam pilates.
Variabel dependent dari penelitian ini adalah nyeri haid.
32
H. Definisi Operasional
Tabel 1
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Cara
Ukur
Alat Ukur Hasil
Ukur
Skala
1 Nyeri Haid Nyeri yang
dirasakan pada saat
menstruasi seperti
rasa tidak enak pada
perut bagian bawah
berupa kram ringan
yang berakibat
terganggunya
aktivitas sehari-hari
pada wanita.
Observasi Checklist
dengan
Numeric
Rating
Scale
(NRS)
Intensitas
nyeri
antara 0-10
Rasio
2 Aromaterapi
lavender
Suatu teknik yang
menggunakan
ekstrak minyak
esensial bunga
lavender yang
diteteskan sebanyak
5 tetes kedalam 20
ml air dan diuapkan
dengan tungku
aromaterapi selama
10 menit yang
diberikan pada
responden sebanyak
2 kali sehari pada
hari pertama dan
kedua nyeri haid.
Observasi Checklist Diberikan
Aroma-
terapi
Lavender
Nominal
3 Senam
Pilates
Gerakan yang
dilakukan untuk
meningkatkan
kekuatan otot paha,
bokong, pinggul,
bahu, punggung,
serta badan bagian
tengah dengan 5
macam gerakan
yang dilakukan
selama ±30 menit
dengan frekuensi
gerakan 5-10 kali
hitungan pada tiap
gerakan dalam 3
kali sehari selama 1
siklus menstruasi
dan dilakukan 1 hari
sebelum menstruasi.
Observasi Checklist Melakukan
Senam
Pilates
Nominal
top related