bab ii tinjauan pustaka a. 1. a.repository.ump.ac.id/7792/3/bab ii_puji rahayu_pgsd'18.pdfhuruf...
Post on 27-Feb-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keterampilan Membaca
a. Pengertian Keterampilan Membaca
Keterampilan membaca merupakan satu dari empat keterampilan
yaitu menulis, menyimak, dan berbicara yang harus dikuasai oleh siswa.
Menurut Sundari & Damayanti (2017: 984) keterampilan membaca
permulaan adalah keterampilan membaca secara mekanik dan teknis
yang bertujuan untuk membelajarakan siswa mengenai cara mengubah
tulisan kata dan kalimat menjadi bunyi-bunyi bahasa. Keterampilan
membaca permulaan merupakan keterampilan membaca yang
ditekankan pada membaca kata dan kalimat. Aspek-aspek dalam
membaca permulaan, seperti ketepatan lafal, ketepatan intonasi,
kelancaran, kejelasan suara, dan membaca utuh.
Sejalan dengan pengertian keterampilan membaca permulaan di
atas Tarigan (2008: 11) juga menyatakan bahwa keterampilan membaca
merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang
disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, gambar di atas suatu
lembaran, lengkungan-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam
hubungan-hubungan berpola yang teratur rapi. Tidak mungkin belajar
membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh serta memahami
8
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
9
bahasa. Unsur-unsur itu dapat merupakan kelompok bunyi kompleks
yang dapat disebut sebagai kata, frase, atau kalimat.
Dari kedua teori di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan sebuah
tulisan baik kata atau kalimat menjadi bunyi bahasa. Keterampilan
membaca merupakan kemampuan bagi seseorang agar dapat membaca
sebuah bacaan dengan baik dan benar sesuai dengan aspek-aspek
membaca.
b. Penilaian Keterampilan Membaca
Kegiatan membaca hendaknya dapat berjalan dengan baik dan
berkelanjutan. Kegiatan membaca dapat dikatakan baik dan berhasil
apabila memenuhi kriteria penilaian keterampilan membaca. Penilaian
keterampilan membaca merupakan salah satu aspek keterampilan
berbahasa yang memiliki penilaian sendiri. Agar dapat memiliki
keterampilan membaca yang baik, maka seseorang hendaknya
menguasai beberapa criteria penilaian keterampilan membaca. Adapun
kriteria penilaian keterampilan membaca menurut Nurgiyantoro (2013:
391) yaitu, pemahaman detail isi teks, kelancaran pengungkapan,
ketepatan diksi, ketepatan struktus kalimat, dan kebermaknaan
penuturan.
Penilaian keterampilan membaca dalam penelitian ini, peneliti
memodifikasi aspek penilaian yang disebutkan oleh Nurgiyantoro (2013:
391) menjadi tiga aspek yaitu pemahaman, kelancaran, dan
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
10
ketepatan. Dimana pemahaman menjelaskan tentang pemahaman siswa
tentang bentuk-bentuk aksara Jawa, ketepatan menjelaskan tentang
ketepatan membaca huruf aksara Jawa, dan kelancaran menjelaskan
tentang kelancaran dalan pengucapan bahasa.
c. Membaca
1) Pengertian Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan.
Menurut Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan,
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-
kata/bahasa tulis, sedangkan menurut Tampubolon (1987: 5)
membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan
merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan.
Dalam komunikasi tulisan, sebagaimana telah dikatakan, lambang-
lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau
huruf-huruf.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
membaca adalah suatu proses dari empat keterampilan berbahasa
yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi
yang berasal dari tulisan. Seorang pembaca diharapkan dapat
memperoleh pengetahuan yang ada di dalam sebuah bacaan dengan
membaca.
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
11
2) Tujuan membaca
Membeca bukan kegiatan yang tidak memiliki tujuan, tetapi
membaca memiliki tujuan yang bermanfaan untuk kehidupan
seseorang. Tujuan utama membaca menurut Tarigan (2008: 9) adalah
untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami
makna bacaan, sedangkanmenurut Prasetyono (2008: 60) tujuan
membaca dijabarkan sebagai berikut:
1. Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses
pemikiran yang rumit. Aktivitas ini biasanya dilakukan untuk
mengisi waktu senggang.
2. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti
membaca buku pelajaran atau buku ilmiah.
3. Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi.
Misalnya membaca buku keterampilan teknis yang praktis atau
buku pengetahuan umum (ilmiah populer).
Jadi dari beberapa pendapat tentang tujuan membaca di atas
dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca adalah untuk memahami
bacaan yang dibaca. Diharapkan dengan membaca siswa dapat
meningkatkan keterampilan membaca, sehingga siswa juga akan
memperoleh pengetahuan yang lebih luas serta memahami isi dari
sebuah bacaan.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Hamdaniو(138و:2011)وmenyatakanو“Prestasiوdiوbidangوpendidikanو
adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor
kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
12
intrumen relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari
penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf
maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
anakوpadaوperiodeوtertentu”.وMenurutوRatnawatiوdalamوBasriو(153و:2015)و
prestasi belajar diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang
siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor
sekolah.
Pendapat lain datang dari Arifin (2013: 12) yang mengemukakan
bahwa prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan
kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan,
khususnya pembelajaran. Merupakan suatu masalah yang bersifat
perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang
kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
prestasi belajar adalah sesuatu yang telah dicapai oleh seseorang setelah
mengalami proses belajar yang di dalamnya telah terjadi perubahan
tingkah laku dan keterampilan. Selain itu prestasi belajar merupakan
hasil usaha belajar yang dicapai siswa dalam bidang akademis dalam
jangka waktu tertentu dan dicatat pada setiap akhir semester di dalam
buku rapor yang dapat dinyatakan dalan bentuk simbol, angka, huruf,
atau kalimat.
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
13
b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat
perubahan-perubahan tingkah laku, sedangkan prestasi belajar
merupakan sebuah hasil dari belajar itu sendiri. Prestasi belajar
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan. Menurut Basri
(2015: 155-156) faktor yang memengaruhi prestasi belajar terdiri atas
dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
siswa yang dapat memengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Faktor fisiologis, yaitu faktor yang berkaitan dengan kesehatan dan
pancaindra.
b) Faktor psikologis, faktor psikologis yang memengaruhi prestasi
belajar siswa, antara lain sebagai berikut:
(1) Intelegensi, yaitu kemampuan menetapkan dan
mempertahankan tujuan, untuk mengadakan penyesuaian,
untuk mencapai tujuan dengan cara menilai keadaan diri
secara kritis dan objektif.
(2) Sikap, yaitu kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap hal-
hal tertentu.
(3) Motivasi, yaitu penggerak perilaku atau pendorong seseorang
untuk belajar. Selain itu, juga merupakan keseluruhan daya
penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
siswa, faktor eksternal terdiri atas hal-hal berikut:
a) Faktor lingkungan keluarga, yaitu sosial ekonimi keluarga,
pendidikan orang tua, serta perhatian orang tua dan suasana
hubungan antar anggota keluarga.
b) Faktor lingkungan sekolah, yaitu sarana dan prasarana, kompetensi
guru dan siswa, serta kurikulum dan metode mengajar.
c) Faktor lingkungan masyarakat, yaitu sosial budaya, partisipasi
terhadap pendidikan.
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
14
Dalam penelitian ini dibatasi pada penelitian yang membahas
tentang keterampilan membaca dan prestasi belajar siswa. Dimana upaya
meningkatkan prestasi belajar tersebut berhubungan dengan faktor
internal dan faktor eksternal. Pada fakto internal yaitu motivasi, artinya
dengan adanya penelitian ini diharapkan motivasi belajar siswa menjadi
lebih besar karena pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran
serta media pembelajaran yang pada pembelajaran sebelumnya belum
pernah digunakan, sehingga diharapkan prestasi belajar siswa akan lebih
maksimal. Selain itu pada faktor eksternal yaitu faktor lingkungan
sekolah, artinya lingkungan sekolah menjadi salah satu faktor dalam
peningkatan prestasi belajar. Karena seperti yang kita tahu, apabila
sekolah mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif hal tersebut
akan membuat prestasi belajar menjadi lebih maksimal juga.
3. Pembelajaran Bahasa Jawa
a. Pengertian Bahasa Jawa
Bahasa Jawa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh
masyarakat Jawauntuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Marsono (2016: 12) bahasa Jawa sebagai bahasa
daerah/Nusantara merupakan bahasa pertama sebagai alat komunikasi
penduduk Jawa yang tinggal di Propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Lampung, sekitar Medan, daerah-
daerah transmigrasi di Indonesia, diantaranya: sebagian Provinsi Riau,
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
15
Jambi, Kalimantan Tengah; dan beberapa tempat di luar negeri, yaitu:
Suriname, Belanda, New Caledonia, dan Pantai Barat Johor.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Anwar (2013: 36) yang
berpendapat bahwa bahasa Jawa merupakan bahasa yang memiliki
jumlah penutur paling banyak di Indonesia. Jumlah penutur bahasa Jawa
relatif dominan di Pulau Jawa. Bahasa Jawa juga digunakan hingga
Suriname, Malaysia, Singapura, dan lain-lain, seiring dengan
menyebarnya orang-orang Jawa.
b. Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar
Mata pelajaran muatan lokal mata pelajaran Bahasa Jawa
merupakan muatan lokal wajib untuk provinsi Jawa Tengah, yang
dimulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Hal ini sesuai dengan Surat
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/5/2010 tanggal 27
Januari 2010 tentang Kurikulum mata pelajaran Bahasa Jawa tahun 2004.
Dalam pembelajaran Bahasa Jawa khususnya aksara atau huruf Jawa
dapat dikategorikan 2 macam. Pertama, keterampilan membaca Aksara
Jawa yang di dalamnya diajarkan cara membaca serta memahami kata
maupun kalimat sederhana berhuruf Jawa. Kedua, adalah keterampilan
menulis Aksara Jawa.
Standar Kompetensi (SK) membaca dalam pembelajaran bahasa
Jawa kelas IV Sekolah Dasar semester dua difokuskan untuk mengetahui
kemampuan siswa membaca dan memahami teks sastra, dan membaca
kalimat sederhana berhuruf Jawa. Kompetensi membaca
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
16
huruf Jawa dalam SK tersebut dijabarkan lebih rinci dalam KD yang
pertama yaitu 7.1 membaca teks sastra (misal percakapan, sandiwara dan
sebagainya) dan 7.2 membaca kata berhuruf Jawa yang menggunakan
sandhangan panyigeg wanda (layar, cecak, wignyan). Namun pada
penelitian ini mengambil materi dari KD kedua yaitu membaca kata
berhuruf Jawa yang menggunakan sandhangan panyigeg wanda (layar,
cecak, wignyan). Peneliti mengambil SK dan KD tersebut berdasarkan
hasil kondisi awal pada siswa yang dianggap kurang dalam membaca
aksara Jawa menggunakan sandhangan, karena siswa masih sering
tertukar-tukar antara aksara satu dengan yang lain, dan sandhangan satu
dengan yang lain.
c. Tujuan Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar
Bahasa Jawa sangat penting untuk dipelajari di Sekolah Dasar.
Menurut Kurniati (2015: 107) mata pelajaran bahasa Jawa SD meliputi
pembelajaran bahasa, sastra, dan budaya Jawa. Tujuan pembelajaran
bahasa Jawa adalah agar siswa dapat berkomunikasi dengan bahasa Jawa
yang santun dan berbudi pekerti luhur sesuai budaya Jawa. Di samping itu,
pembelajaran bahasa Jawa sebagai wujud konservasi budaya. Namun,
kenyataannya siswa SD kurang dilatih berbahasa Jawa di sekolah karena
guru merasa kesulitan membelajarkan bahasa Jawa.
Sejalan dengan pendapat di atas, pelaksanaan pembelajaran bahasa
Jawa di SD ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Jawa Tengah tentang
kurikulum mata pelajaran muatan lokal (Bahasa Jawa) untuk
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
17
jenjang pendidikan SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs Negeri dan
Swasta Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan keputusan tersebut,
pembelajaran bahasa Jawa memiliki tujuan yaitu menanamkan nilai-nilai
budi pekerti dan penguasaan bahasa Jawa bagi siswa.
4. Aksara Jawa
Aksara Jawa merupakan salah satu dari sekian warisan budaya leluhur
bangsa Indonesia. Aksara Jawa memiliki masing-masing makna pada tiap
barisnya, yaitu berhubungan dengan kehidupan manusia sebagai makhluk
Tuhan dan manusia didalam kehidupan sosial. Menurut Budhi & Adipranata
(2015: 195)banyak orang di pulau Jawa menggunakan bahasa Jawa di dalam
percakapannya. Bahasa Jawa memiliki bentuk huruf tersendiri yang berbeda
dari aksara Romawi. Pengenalan aksara Jawa memiliki kesulitan tersendiri
karena bentuk karakter dasarnya, vokal, karakternya yang komplementer,
dan sebagainya. Karena karakternya sulit dikenali, tidak banyak orang bisa
membaca atau menulis naskah bahasa Jawa lagi. Untuk banyak orang,
aksara Jawa pada akhirnya akan dianggap sebagai hiasan saja dan tidak
berarti. Hal ini secara bertahap akan mengikis keberadaan aksara Jawa dan
pada akhirnya juga akan mempengaruhi budaya Jawa pada umumnya.
Sejalan dengan pendapat di atas, pendapat lain datang dari Puspitasari
(2016: 1.754) yang menyatakan bahwa pada era sekarang ini, banyak
masyarakat Jawa yang sudah melupakan aksara Jawa sebagai bagian dari
kebudayaan Jawa. Hal ini terlihat dari sudah tidak
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
18
dipergunakannya lagi aksara Jawa sebagai media baca tulis sehari-hari.
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah mencoba
melestarikan kebudayaan Jawa tersebut dengan memasukkan materi aksara
Jawa dalam mata pelajaran bahasa Jawa pada setiap jenjang pendidikan
formal baik itu SD, SMP, dan SMA. Melalui jalur pendidikan tersebut,
dirasa cukup efektif untuk melestarikan aksara Jawa, sebab generasi penerus
bangsa mulai dikenalkan kembali dengan aksara Jawa pada saat berada di
sekolah.
Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
aksara Jawa merupakan salah satu peninggalah budaya yang tidak ternilai
harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatnya pun menjadi peninggalan
yang patut untuk dilestarikan salah satunya yaitu dengan diadakannya
pembelajaran tentang aksara Jawa di sekolah. Penelitian ini akan belajar
tentang keterampilan membaca kata berhuruf Jawa yang menggunakan
sandhangan panyigeg wanda (layar, cecek, wignyan).
a. Aksara Carakan
Aksara carakan merupakan huruf Jawa yang digunakan dalam
ejaan bahasa Jawa yang terdiri atas dua puluh aksara pokok. Berikut
adalah contoh aksara carakan :
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
19
b. Sandhangan
Sandhangan merupakan vokal sebagai pengubah bunyi di dalam
tulisan Jawa. Aksara yang tidak menggunakan sandhangan diucap
dengan vokal a. Sandhangan dibagi menjadi dua yaitu:
1) Sandhangan swara
Sandhangan swara yaitu sandhangan bunyi vokal yang terdiri
dari 5 macam yaitu sebagai berikut:
a) Wulu (……).
Wulu dipakai untuk melambangkan vokal i dalam suatu kata.
Contoh:
- Siji :
b) Pepet ( ...)
Pepet dipakai untuk melambangkan vokal e/وƏ/.
Contoh:
- Sega :
c) Suku (.... )
Suku digunakan untuk melambangkan bunyi vokal u.
Contoh:
- Tuku buku :
d) Taling ( …)
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
20
Taling dipakai untuk melambangkan bunyi vokal é.
Contoh:
- Sate :
e) Taling tarung ( … )
Taling tarung dipakaiوuntukوmelambangkanوbunyiوvokalو“o”
Contoh:
Loro :
2) Sandhangan panyigeg wanda (layar, cecek, wignyan)
Sandhangan panyigeg wanda (layar, cecek, wignyan)
merupakan konsonan penutup kata yang terdiri dari 4 macam yaitu:
a) Wignyan (… )
Wignyan yaitu sandhangan yang dipakai untuk
melambangkan konsonan h penutup suku kata.
Contoh:
- Gabah :
b) Layar ( ....)
Layar yaitu sandhangan yang dipakai untuk melambangkan
konsonan r penutup suku kata.
Contoh:
- Pasar :
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
21
c) Cecak ( ....)
Cecak yaitu sandhangan yang dipakai untuk melambangkan
konsonan ng penutup suku kata.
Contoh:
- Bawang :
d) Pangkon (… )
Pangkon merupakan aksara mati atau aksara konsonan
penutup suku kata.
Contoh:
- Wedus :
5. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan keseluruhan dari proses
pembelajaran. Seperti yang dijelaskan Suprijono (2013: 46) model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan
teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan
analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat
operasional di kelas yang digunakan untuk penyusunan kurikulum,
mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru kelas. Model
pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
22
Sejalan dengan pendapat di atas, Komalasari (2011: 57) model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran adalah kerangka
konseptual untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para guru dalam merancang perencanaan pembelajaran
dan melaksanakan pembelajaran. Selain itu model pembelajaran juga
merupakan pendekatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat tujuan-
tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas, sehingga dalam prosesnya siswa akan lebih mudah
menerima apa yang disampaikan oleh guru.
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan model dimana siswa
belajar secara berkelompok. Menurut Isjoni (2009: 6) secara sederhana
“cooperative”وberartiوmengajarkanوsesuatuوsecaraوbersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim. Jadi cooperative
learning dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara
satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang
dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan
sebelumnya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa cooperative
learning menyangkut teknik pengelompokan yang di
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
23
dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam
kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-6 orang.
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Majid (2013: 174)
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learrning) merupakan model
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolabiratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai
6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cooperative
learning atau pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
anggota kelompok kecil yang umumnya berjumlah 4-6 orang siswa
dengan tingkat kemampuan yang berbeda, yang dalam setiap anggotanya
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi
pelajaran, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara
maksimal.
Terdapat langkah-langkah utama atau tahapan di dalam
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif menurut
Suprijono (2013: 65) yaitu:
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran
dan mempersiapkan peserta didik
siap belajar
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
24
Fase 2
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi
kepada peserta didik secara verbal
Fase 3
Mengorganisir peserta didik ke
dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada
peserta didik tentang cara
pembentukan tim belajar dan
membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien
Fase 4
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama
peserta didik mengerjakan
tugasnya
Fase 5
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta
didik mengenai berbagai materi
pembelajaran atau kelompok-
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan prestasi
individu maupun kelompok
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Trianto (2013: 82) mengatakan“Numbered Head Together (NHT)
atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan
sebagaiو alternatifو terhadapو strukturو kelasو tradisional”.و Sejalanو denganو
pendapat Trianto, menurut Maman & Rajab (2016: 175) NHT dapat
diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh guru untuk melibatkan
siswa dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar dengan
penerapan metode NHT memengaruhi hasil belajar siswa dalam proses
belajar mengajar. Partisipasi tersebut diwujudkan dalam tiga tahap
kegiatan pembelajaran, yaitu perencanaan program, program
implementasi, dan program evaluasi. Tujuan lain Pembelajaran
kooperatif adalah menciptakan situasi bagi individu demi kesuksesan
yang dipicu oleh fungsi dan Peran kelompok mereka untuk mencapai
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
25
tiga tujuan pembelajaran, kemampuan akademik, penerimaan perbedaan
individu, dan pengembangan keterampilan sosial.
Trianto (2013: 82-83) berpendapat bahwa dalam mengajukan
pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase
sebagai sintaks NHT:
a. Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5
b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
c. Fase 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d. Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Selain itu menurut Suprijono (2013: 111) terdapat langkah-langkah
model pembelajaran NHT yaitu:
1) Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil
2) Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan
yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok
3) Tiap-tiapو kelompokو menyatukanو kepalanyaو “Heads Together”و
berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru
4) Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari
tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas
pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus
hingga semua peserta didik dengan nomer yang sama dari
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
26
masing-masing kelompok mendapat gilliran memaparkan jawaban
atas pertanyaan guru.
5) Berdasarkan jawaban itu guru mengembangkan lebih dalam, sehingga
peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai
pengetahuan yang utuh.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki banyak
keuntungan. Sanjaya dalam Nismarni (2017: 34) berpendapat bahwa
keuntungan dari pembelajaran kooperatif NHT adalah: (a) siswa tidak
terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri; (b) dapat mengembangkan
kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan; (c) dapat membantu anak
untuk merespon orang lain; (d) dapat memberdayakan siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar; (e) dapat meningkatkan prestasi
akademik sekaligus kemampuan sosial; (f) dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri,
menerima umpan balik; (g) dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata;
dan (h) dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk
berpikir.
Selain memiliki kelebihan seperti yang dijelaskan oleh Sanjaya
dalam Nismarni, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) juga memiliki kekurangan menurut Haniyah, dkk (2014:
4), yaitu kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
27
diulang oleh guru, artinya guru dapat memanggil nomor yang sama,
selain itu tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
6. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan sarana yang penting dalam proses
pembelajaran. Sadiman, dkk (2008: 7) berpendapat bahwa media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,
didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di
antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi
Sejalan dengan pendapat di atas, Heinich, dan kawan-kawan dalam
Arsyad (2007: 4) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang
mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film,
foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan
cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu
membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media
pembelajaran. Menurut Trianto (2007: 75) media pembelajaran adalah
sebagai penyampai pesan (the carries of
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
28
massages) dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan (the receiver
of the massages).
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
oleh guru sebagai penyampai materi kepada siswa. Merupakan perantara
sebagai alat peraga yang diguanakan oleh guru dalam melaksanakan
pembelajaran untuk menyampaikan informasi kepada siswa, sehingga
siswa dapat lebih mudah menerima materi yang disampaikan.
b. Media Kartu Aksara
Media pembelajaran kartu terdiri atas berbagai jenis, yaitu kartu
aksara, kartu gambar, kartu kata, atau kartu gambar dengan kombinasi
kata-kata. Terdapat beberapa sebutan untuk media kartu dalam
pembelajaran Bahasa Jawa, salah satunya yaitu media Karwa, atau media
kartu aksara Jawa. sejalan dengan pengertian di atas, menurut Fravika
dan Subrata (2017: 1664) media karwa atau disebut kartu aksara Jawa
termasuk ke dalam media pembelajaran visual grafis kartu, karena media
karwa (kartu aksara jawa) terdiri atas aksara-aksara Jawa. Penggunaan
media karwa ini bertujuan untuk melatih keterampilan membaca kalimat
sederhana atau biasa disebut ukara lamba dalam bahasa Jawa
menggunakan aksara Jawa. Media karwa dalam pembelajaran dapat
memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bentuk aksara-aksara
Jawa beserta cara penggunaan sandhangan dan
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
29
pasangan yang benar dan lebih menarik dengan warna yang berbeda pada
setiap kartunya.
Selain itu menurut Sundari & Damayanti (2017: 982-983) terdapat
media kartu suka baca yang memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
1) mudah dibawa (praktis), 2) mudah disajikan, 3) mudah dibuat, 4)
penyimpanannya mudah, karena tidak memerlukan tempat yang besar, 5)
sesuai jika digunakan untuk kelompok kecil maupun besar, dan 6) dapat
melibatkan semua siswa dalam penyajiannya, 7) dapat dijadikan sebagai
permainan yang menyenangkan, 8) meningkatkan interaksi antar siswa
sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa, 9)
merangsang kemampuan berpikir siswa, dan 10) meningkatkan motivasi
belajar siswa.Di samping sejumlah kelebihan yang dimiliki, media kartu
juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain: 1) mudah rusak, 2)
bentuknya relatif tidak menarik, 3) hanya berbentuk visual saja, tidak ada
audionya, dan 4) cepat membosankan jika metode pengajaran kurang
menarik, 5) proses belajar mengajar membutuhkan waktu yang lama,
terutama dalam evaluasi membaca, 6) kondisi kelas kurang kondusif
(suasana kelas ramai).
Terdapat langkah-langkah penggunaan media kartu aksara dengan
menggunakan model pembelajaran NHT antara lain yaitu:
1) Guru menunjukkan semua kartu aksara yang sudah ditata setinggi
dada.
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
30
2) Guru mengambil satu persatu dari kartu aksara tersebut, kemudian
menunjukkannya kepada siswa.
3) Guru menempelkan kartu aksara yang telah ditunjukkan kepada siswa
di papan.
4) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan membagikan
nomor kepada setiap anggota pada masing-masing kelompok.
5) Guru membagikan soal kepada tiap-tiap kelompok untuk dikerjakan.
6) Guru memanggil salah satu anak dari tiap-tiap kelompok yang
memiliki nomor yang sama untuk menjawab pertanyaan dari guru
7) Guru bersama siswa yang lain mengoreksi jawaban siswa yang
ditunjuk.
Gambar 2.1 Media kartu aksara
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa telaah pustaka yang telah dilakukan berikut ini dikemukakan
beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel-variabel penelitian
yang dilakukan:
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riskana Deby Fravikadan Heru
Subrata yangو berjudulو “Efektivitas Penggunaan Media Kartu Aksara
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
31
Jawa (Karwa) dalam Keterampilan Menulis Aksara Jawa Ukara Lambapada
Siswa Kelas IV SDN Kebraon I/436 Surabaya”,menunjukkan bahwa
penggunaan media karwa dalam keterampilan menulis aksara Jawa dapat
membuat rata-rata hasil belajar menjadi lebih tinggi. Penggunaan media
karwa efektif digunakan dalam keterampilan menulis aksara Jawa ukara
lamba pada siswa kelas IV SDN Kebraon I/436 Surabaya. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan 4 hal yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan nilai
reliabel 0,809 dengan pencapaian pelaksanaan pembelajaran yaitu 100%.
Hasil rata-rata nilai pretest siswa kelas IV SDN Kebraon I/436 Surabaya
adalah 63,67 dengan rata-rata waktu siswa dapat menyelesaikan soal sekitar
33 menit, sedangkan rata-rata nilai posttest adalah 82,10 dengan waktu 24
menit sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal tersebut
membuktikan bahwa terdapat perubahan nilai siswa sebelum diberi
perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan yang berupa media kartu aksara
jawa (karwa).
2. Berdasararkan penelitian yang dilakukan oleh Hendri Marhadi yang
berjudulو “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together(NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Vd
SDNو184وPekanbaru”,وmenunjukkanو bahwaو hasil belajar siswa kelas Vd
SDN 184 Pekanbaru dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT mengalami peningkatan dari sebelum tindakan. Hasil belajar sebelum
tindakan dengan nilai rata-rata 68,63. Proses pembelajaran yang dilakukan
adalah dengan pembelajaran berpusat pada guru, siswa dalam
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
32
memahami materi masih agak mengalami kesulitan yang berdampak
terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Setelah dilakukan tindakan dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe Numbered Head
Together (NHT) pada data UH I dan UH II hasil belajar siswa mengalami
peningkatan. Pembelajaran dengan model kooperatif learning tipe NHT
siswa belajar lebih aktif, saling berbagi satu sama lain, dengan guru sebagai
fasilitator, mediator dan sebagainya sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami materi pelajaran karena mengalami sendiri pembelajaran yang
berlangsung. Hal ini berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar dari sebelum tindakan kesesudah tindakan yakni
dari skor dasar dengan rata-rata 68,63 meningkat pada UH I sebesar 5,63%
dengan rata-rata 72,50 dan meningkat lagi pada UH II dari skor dasar
sebesar 25,54% dengan rata-rata 86,16.
C. Kerangka Pikir
Kondisi awal keterampilan membaca dan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Bahasa Jawa khususnya materi aksara Jawa hanya beberapa
siswa yang sudah lancar dan paham bentuk bentuk aksara Jawa dan dapat
membaca lancar, tepat dan jelas. Keterampilan membaca siswa yang rendah
dibuktikan dengan tidak lancarnya siswa dalam membaca aksara Jawa karena
siswa kesulitan dalam menghafal aksara Jawa, dimana hal tersebut akan
berpengaruh juga pada prestasi belajar siswa. Hal tersebut terjadi dikarenakan
selama proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan
juga belum menggunakan media yang menarik perhatian siswa,
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
33
sehingga siswa mudah bosan dan akhirnya menjadi malas mengikuti proses
pembelajaran Bahasa Jawa khususnya pada materi membaca aksara Jawa,
dimana siswa malas menghafal banyaknya bentuk-bentuk aksara Jawa.
Artinya perlu adanya tindakan dalam proses pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterampilan membaca serta prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Bahasa Jawa khususnya materi membaca aksara Jawa.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan media kartu aksara
menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Model
pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk menelaah materi dalam
pembelajaran Bahasa Jawa, selain itu melatih belajar bekerjasama. Setiap
kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa, membuat siswa lebih mandiri dan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.Selain model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) penggunaan media kartu aksara dapat berpengaruh
dalam meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa.
Penggunaan media kartu aksara ini diharapkan siswa dapat aktif dan
berpartisipasi dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru, karena
media yang menarik dapat menumbuhan motivasi siswa dalam membaca
aksara Jawa. Maka dengan menggunakan media kartu aksara tersebut
diharapkan siswa menjadi lebih trampil dan lebih meningkatkan keinginan
siswa untuk memahami serta menghafal bentuk-bentuk aksara Jawa beserta
sandhangan. Untuk itu penulis berharap dengan menggunakan model
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
34
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan media
kartu aksara dapat meningkatkan keterampilan membaca dan prestasi belajar
pada siswa kelas IV SDN 04 Tritih Wetan.
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut :
1) Keterampilan membaca siswa pada pembelajaran Bahasa Jawa kelas IV
SDN 04 Tritih Wetan dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan media kartu aksara.
Dengan model
pembelajaran
kooperatif tipe
NHT dengan
media kartu
aksara
dapatmeningkatk
anketerampilana
n membaca
dan prestasi
belajar siswa
meningkat
Siklus I
Pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran
NHT dan media
kartu aksara
- Guru
menggunakan
metode ceramah,
sehingga
menyababkan
keterampilan
membaca dan
prestasi belajar
siswa rendah
- Belum adanya
penggunaan
media dalam
pembelajaran
aksara Jawa yang
dapat membantu
mempermudah
penyerapan
materi
Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir
Siklus I
Pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran
NHT dan media
kartu aksara
Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018
top related