bab ii tinjauan pustaka 2.1 usaha mikro, kecil, dan...
Post on 02-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Pengertian usaha mikro, kecil, dan menengah menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
2.1.1 Usaha Mikro
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 1 Ayat 1
Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bahwa usaha
mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008.
Adapun kriteria usaha mikro menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Pasal 6 ayat 1 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).
2.1.2 Usaha Kecil
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 1 Ayat 2
Tahun 2008 tentang UMKM bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif
10
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008.
Adapun kriteria usaha kecil menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Pasal 6 Ayat 2 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
2.1.3 Usaha Menengah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 1 Ayat 3
Tahun 2008 tentang UMKM bahwa usaha menengah adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2008.
11
Adapun kriteria usaha kecil menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Pasal 6 Ayat 3 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
2.2 Sistem Informasi Akuntansi
Berikut adalah pengertian sistem informasi akuntansi menurut beberapa
ahli:
2.2.1 Pengertian Sistem
Sistem memiliki beragam pengertian, berikut pengertian sistem menurut
para ahli:
Menurut Andri Kristanto (2008:1) pengertian sistem adalah sebagai
berikut:
“Sistem merupakan jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau
menyelesaikan suatu sasaran tertentu”.
12
Mulyadi (2008:2) menyatakan definisi sistem adalah sebagai berikut:
“Suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat
berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu”.
2.2.2 Pengertian Informasi
Definisi informasi menurut Samiaji Sarosa (2009:12) adalah sebagai
berikut:
“Informasi adalah data yang sudah mengalami pemrosesan sedemikian
rupa sehingga dapat digunakan oleh penggunanya dalam membuat keputusan”.
Sedangkan menurut Andri Kristanto (2008:12) definisi informasi adalah
sebagai berikut:
“Informasi merupakan kumpulan dari perangkat keras dan perangkat lunak
komputer serta perangkat manusia yang akan mengolah data menggunakan
perangkat keras dan perangkat lunak tersebut”.
2.2.3 Pengertian Akuntansi
Menurut Soemarso (2009:3) pengertian akuntansi adalah sebagai berikut:
“Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan
informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang
jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”.
13
2.2.4 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jones dan Rama (2008:5) yang dialih bahasa oleh Wibowo
pengertian sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut:
"Sistem informasi akuntansi merupakan subsistem sistem informasi
manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan seperti
halnya informasi lain yang diperoleh dari pengolahan rutin transaksi
akuntansi".
Sedangkan Sarosa (2009:13) mengemukakan pengertian sistem
informasi akuntansi adalah sebagai berikut:
“ Sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang
mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data sehingga
menghasilkan informasi yang berguna dalam membuat keputusan”.
2.2.5 Unsur-Unsur Sistem Informasi Akuntansi
Mulyadi (2008:3-5) menjelaskan unsur-unsur sistem informasi
akuntansi adalah sebagai berikut:
a. Formulir.
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam
terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen,
karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi
direkam (didokumentasikan) di atas secarik kertas. Selain itu formulir
sering pula disebut dengan istilah media, karena formulir merupakan
media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam
catatan. Contoh dari formulir yaitu, faktur penjualan, bukti kas keluar,
dan cek.
14
b. Jurnal.
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk
mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data
lainnya. Sumber informasi pencatatan dalam jurnal ini adalah formulir.
Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama kalinya diklasifikasikan
menurut penggolongan yang sesuai dengan informasi yang akan
disajikan dalam laporan keuangan. Contoh dari jurnal yaitu, jurnal
penerimaan kas, jurnal pembelian, jurnal penjualan, dan jurnal umum.
c. Buku Besar.
Buku besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang
digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat
sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini
disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan
dalam laporan keuangan.
d. Buku Pembantu.
Jika data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan
rinciannya lebih lanjut, dapat dibentuk buku pembantu (subsidiary
ledger). Buku rekening ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang
merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam
buku besar. Buku besar dan buku pembantu disebut sebagai catatan
akuntansi akhir karena setelah data akuntansi keuangan dicatat dalam
buku-buku tersebut, proses akuntansi selanjutnya adalah penyajian
laporan keuangan, bukan pencatatan lagi ke dalam catatan akuntansi.
15
e. Laporan.
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa
neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan
harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok
penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar
saldo persediaan yang lambat penjualannya.
2.2.6 Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Mulyadi (2008:20) tujuan umum pengembangan sistem
informasi akuntansi adalah sebagai berikut:
1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.
Kebutuhan pengembangan sistem akuntansi terjadi jika perusahaan baru
didirikan (suatu perusahaan menciptakan usaha baru yang berbeda dengan
usaha yang telah dijalankan selama ini). Perusahaan manufaktur baru biasanya
memerlukan pengembangan sistem akuntansi lengkap. Sedangkan perusahaan
yang membuka usaha baru yang selama ini belum dijalankan biasanya
memerlukan pengembangan sistem akuntansi yang tidak selengkap yang
diperlukan perusahaan baru.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah
ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur
informasinya. Adakalanya sistem akuntansi yang berlaku tidak dapat
memenuhi kebutuhan manajemen, baik dalam hal mutu, ketepatan penyajian
maupun struktur informasi yang terdapat dalam laporan. Hal ini kemungkinan
16
disebabkan oleh perkembangan usaha perusahaan, sehingga menuntut sistem
akuntansi untuk dapat menghasilkan laporan dengan mutu informasi yang
lebih baik dan tepat penyajiannya, dengan struktur informasi yang sesuai
dengan tuntutan kebutuhan.
3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu
untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi
dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban
dan perlindungan kekayaan perusahaan. Akuntansi merupakan alat
pertanggungjawaban kekayaan suatu organisasi. Pengembangan sistem
akuntansi seringkali ditujukan untuk memperbaiki perlindungan terhadap
kekayaan organisasi sehingga pertanggungjawaban terhadap penggunaan
kekayaan organisasi dapat dilaksanakan dengan baik. Pengembangan sistem
akuntansi dapat pula ditujukan untuk memperbaiki pengecekan intern agar
informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut dapat dipercaya.
4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan
akuntansi. Pengembangan sistem akuntansi seringkali ditujukan untuk
menghemat biaya. Informasi merupakan barang ekonomi. Untuk
memperolehnya diperlukan sumber ekonomi yang lainnya. Oleh karena itu
dalam menghasilkan informasi dipertimbangkan besarnya manfaat yang
diperoleh dengan pengorbanan yang dilakukan. Jika pengorbanan untuk
memperoleh informasi keuangan diperhitungkan lebih besar dibanding dengan
manfaat yang diperoleh, maka sistem yang sudah ada perlu dirancang kembali
17
untuk mengurangi pengorbanan sumber daya bagi penyediaan informasi
tersebut.
2.2.7 Fungsi Sistem Informasi Akuntansi
Azhar Susanto (2008:8), menjelaskan tiga fungsi suatu sistem informasi
akuntansi, yaitu:
a. Mendukung aktivitas sehari-hari.
Suatu perusahaan agar tetap eksis, perusahaan tersebut harus terus beroperasi
dengan melakukan sejumlah aktivitas bisnis yang peristiwanya disebut dengan
melakukan transaksi seperti melakukan pembelian, penyimpanan, proses
produksi, dan penjualan.
Ada dua macam transaksi, yaitu:
1. Transaksi akuntansi adalah yang dilakukan oleh perusahaan yang berakibat
antara sesuatu yang memiliki nilai ekonomi bagi perusahaan tersebut.
2. Transaksi nonakuntansi adalah transaksi yang dilakukan oleh perusahaan
tapi transaksi tersebut tidak menimbulkan dampak pertukaran nilai
ekonomi bagi perusahaan tersebut.
b. Mendukung proses pengambilan keputusan.
Tujuan yang penting dari sistem informasi akuntansi adalah memberikan
informasi yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan. Dimana
keputusan harus dibuat dalam kaitannya dengan perencanaan dan
pengendalian efektifitas perusahaan.
18
c. Membantu pengelolaan perusahaan dalam memenuhi tanggung jawabnya
kepada pihak internal.
Salah satu tanggung jawab yang penting adalah keharusannya memberikan
informasi kepada pemakai yang berada diluar perusahaan atau stakeholder.
2.2.8 Manfaat Pembuatan Bagan Alir Dokumen (Document Flowchart)
Menurut Mulyadi (2008:64), penggunaan bagan alir lebih bermanfaat
dibandingkan dengan uraian tertulis dalam menggambarkan suatu sistem. Manfaat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gambaran sistem secara menyeluruh lebih mudah diperoleh dengan
menggunakan bagan alir.
2. Perubahan sistem lebih mudah digambarkan dengan menggunakan bagan alir.
3. Kelemahan-kelemahan dalam sistem dan identifikasi bidang-bidang yang
memerlukan perbaikan lebih mudah ditemukan dengan bagan alir.
4. Dokumentasi sistem akuntansi dilakukan dengan menggunakan bagan alir.
2.3 Sistem Akuntansi Pembelian
Sistem akuntansi pembelian digunakan dalam perusahaan untuk pengadaan
barang yang diperlukan oleh perusahaan. Transaksi pembelian dapat digolongkan
menjadi dua: pembelian lokal dan impor. Pembelian lokal adalah pembelian dari
pemasok dalam negeri, sedangkan impor adalah pembelian dari pemasok luar
negeri.
19
Mulyadi (2008:299-300) menyatakan terdapat fungsi yang terkait dalam
sistem akuntansi pembelian, diantaranya:
1. Fungsi gudang.
Fungsi gudang bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan pembelian
sesuai dengan posisi persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan
barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan. Untuk barang-barang yang
langsung pakai, permintaan pembelian diajukan oleh pemakai barang.
2. Fungsi Pembelian.
Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai
harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan barang dan
mengeluarkan order pembelian kepada pemasok yang dipilih.
3. Fungsi Penerimaan.
Fungsi penerimaan bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jenis, mutu, dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok guna
menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan.
Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk menerima barang dari pembeli yang
berasal dari transaksi retur penjualan.
4. Fungsi Akuntansi.
Fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah fungsi
pencatat utang dan fungsi pencatat persediaan. Dalam sistem akuntansi
pembelian, fungsi pencatat utang bertanggung jawab untuk mencatat transaksi
pembelian ke dalam register bukti kas keluar dan untuk menyelenggarakan
arsip dokumen sumber (bukti kas keluar) yang berfungsi sebagai catatan utang
20
atau menyelenggarakan kartu utang sebagai buku pembantu utang. Dalam
sistem akuntansi pembelian, fungsi pencatat persediaan bertanggung jawab
untuk mencatat harga pokok persediaan barang yang dibeli ke dalam kartu
persediaan.
Secara garis besar transaksi pembelian mencakup prosedur berikut ini:
a. Fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian ke fungsi pembelian.
b. Fungsi pembelian meminta penawaran harga dari berbagai pemasok.
c. Fungsi pembelian menerima penawaran harga dari berbagai pemasok dan
melakukan pemilihan pemasok.
d. Fungsi pembelian membuat order pembelian kepada pemasok yang dipilih.
e. Fungsi penerimaan memeriksa dan menerima barang yang dikirim oleh
pemasok.
f. Fungsi penerimaan menyerahkan barang yang diterima kepada fungsi
gudang untuk disimpan.
g. Fungsi penerimaan melaporkan penerimaan barang kepada fungsi
akuntansi.
h. Fungsi akuntansi menerima faktur tagihan dari pemasok dan atas dasar
faktur dari pemasok tersebut, fungsi akuntansi mencatat kewajiban yang
timbul dari transaksi pembelian.
2.3.1 Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Akuntansi Pembelian
Secara garis besar jaringan prosedur yang membentuk sistem akuntansi
pembelian menurut Mulyadi (2008:301-303) adalah:
21
a) Prosedur Permintaan Pembelian.
Dalam prosedur ini fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian dalam
formulir surat permintaan pembelian kepada fungsi pembelian. Jika barang
tidak disimpan di gudang, misalnya untuk barang-barang yang langsung pakai,
fungsi yang memakai barang mengajukan permintaan pembelian langsung ke
fungsi pembelian dengan menggunakan surat permintaan pembelian.
b) Prosedur Permintaan Penawaran Harga dan Pemilihan Pemasok.
Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan
penawaran harga kepada para pemasok untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang dan berbagai syarat pembelian yang lain, untuk
memungkinkan pemilihan pemasok yang akan ditunjuk sebagai pemasok
barang yang diperlukan oleh perusahaan. Perusahaan seringkali menentukan
jenjang wewenang dalam pemilihan pemasok sehingga sistem akuntansi
pembelian dibagi menjadi sebagai berikut:
Sistem Akuntansi Pembelian dengan Pengadaan Langsung.
Dalam sistem akuntansi pembelian ini, pemasok dipilih langsung oleh
fungsi pembelian, tanpa melalui penawaran harga. Biasanya pembelian
dengan pengadaan langsung ini meliputi jumlah rupiah yang kecil dalam
sekali pembelian.
Sistem Akuntansi Pembelian dengan Penunjukan Langsung.
Dalam sistem akuntansi pembelian ini, pemilihan pemasok dilakukan oleh
fungsi pembelian, dengan terlebih dahulu dilakukan pengiriman
permintaan penawaran harga kepada paling sedikit tiga pemasok dan
22
didasarakan pada pertimbangan harga penawaran dari para pemasok
tersebut.
Sistem akuntansi pembelian dengan lelang.
Dalam sistem akuntansi pembelian ini, pemilihan pemasok dilakukan oleh
panitia lelang yang dibentuk, melalui lelang yang diikuti oleh pemasok
yang jumlahnya terbatas. Prosedur pemilihan pemasok dengan lelang ini
dilakukan melalui beberapa tahap berikut ini:
1. Pembuatan rerangka acuan (terms of reference), yang berisi uraian
rinci jenis, spesifikasi, dan jumlah barang yang akan dibeli melalui
lelang.
2. Pengiriman rerangka acuan kepada para pemasok untuk kepentingan
pengajuan penawaran harga.
3. Penjelasan kepada para pemasok mengenai rerangka acuan tersebut.
4. Penerimaan penawaran harga dengan dilampiri dengan berbagai
persyaratan lelang oleh para pemasok dalam amplop tertutup.
5. Pembukaan amplop penawaran harga oleh panitia lelang didepan para
pemasok.
6. Penetapan pemasok yang dipilih (pemenang lelang) oleh panitia lelang.
c) Prosedur Order Pembelian.
Dalam prosedur ini fungsi pembelian mengirim surat order pembelian kepada
pemasok yang dipilih dan memberitahukan kepada unit-unit organisasi lain
dalam perusahaan (misalnya fungsi penerimaan, fungsi yang meminta barang,
23
dan fungsi pencatat utang) mengenai order pembelian yang sudah dikeluarkan
oleh perusahaan.
d) Prosedur Penerimaan Barang.
Dalam prosedur ini fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan mengenai
jenis, kuantitas, dan mutu barang yang diterima dari pemasok, dan kemudian
membuat laporan penerimaan barang untuk menyatakan penerimaan barang
dari pemasok tersebut.
e) Prosedur Pencatat Utang.
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi memeriksa dokumen-dokumen yang
beruhubungan dengan pembelian (surat order pembelian, laporan penerimaan
barang, dan faktur dari pemasok) dan menyelenggarakan pencatatan utang
atau mengarsipkan dokumen sumber sebagai catatan utang.
f) Prosedur Distribusi Pembelian.
Prosedur ini meliputi distribusi rekening yang didebit dari transaksi pembelian
untuk kepentingan pembuatan laporan manajemen.
2.3.2 Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen
Menurut Mulyadi (2008:303) informasi yang diperlukan oleh manajemen
dari sistem akuntansi pembelian adalah sebagai berikut:
1. Jenis persediaan yang telah mencapai titik pemesanan kembali (recorder
point).
2. Order pembelian yang telah dikirim kepada pemasok.
3. Order pembelian yang telah dipenuhi oleh pemasok.
24
4. Total saldo utang dagang pada tanggal tertentu.
5. Saldo utang dagang kepada pemasok tertentu.
6. Tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan dan pembelian.
2.3.3 Dokumen dalam Sistem Akuntansi Pembelian
Mulyadi (2008:303-308) menyatakan dokumen yang digunakan dalam
sistem akuntansi pembelian adalah:
a. Surat Permintaan Pembelian.
Dokumen ini merupakan formulir yang diisi oleh fungsi gudang atau fungsi
pemakai barang untuk meminta fungsi pembelian melakukan pembelian
barang dengan jenis, jumlah, dan mutu seperti yang tersebut dalam surat
tersebut.
b. Surat Permintaan Penawaran Harga.
Dokumen ini digunakan untuk meminta penawaran harga bagi barang yang
pengadaannya tidak bersifat berulangkali terjadi, yang menyangkut jumlah
rupiah pembelian yang besar.
c. Surat Order Pembelian.
Dokumen ini digunakan untuk memesan barang kepada pemasok yang telah
dipilih. Dokumen ini terdiri dari berbagai tembusan dengan fungsi sebagai
berikut:
1) Surat Order Pembelian. Dokumen ini merupakan lembar pertama surat
order pembelian yang dikirimkan kepada pemasok sebagai order resmi
yang dikeluarkan oleh perusahaan.
25
2) Tembusan Pengakuan oleh Pemasok. Dokumen ini dikirimkan kepada
pemasok, dimintakan tandatangan dari pemasok tersebut dan dikirim
kembali ke perusahaan sebagai bukti telah diterima dan disetujuinya order
pembelian, serta kesanggupan pemasok memenuhi janji pengiriman barang
seperti tersebut dalam dokumen tersebut.
3) Tembusan bagi Unit Peminta Barang. Tembusan ini dikirimkan kepada
fungsi yang meminta pembelian bahwa barang yang dimintanya telah
dipesan.
4) Arsip Tanggal Penerimaan. Tembusan surat order pembelian ini disimpan
oleh fungsi pembelian menurut tanggal penerimaan barang yang
diharapkan, sebagai dasar untuk mengadakan tindakan penyelidikan jika
barang tidak datang pada waktu yang telah ditetapkan.
5) Arsip Pemasok. Tembusan surat order pembelian ini disimpan oleh fungsi
pembelian menurut nama pemasok, sebagai dasar untuk mencari informasi
mengenai pemasok.
6) Tembusan Fungsi Penerimaan. Tembusan surat order pembelian ini
dikirim ke fungsi penerimaan sebagai otorisasi untuk menerima barang
yang jenis, spesifikasi, mutu, kuantitas, dan pemasoknya seperti yang
tercantum dalam dokumen tersebut.
7) Tembusan Fungsi Akuntansi. Tembusan surat order pembelian ini dikirim
ke fungsi akuntansi sebagai salah satu dasar untuk mencatat kewajiban
yang timbul dari transaksi pembelian.
26
d. Laporan Penerimaan Barang.
Dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk menunjukkan bahwa
barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi jenis, spesifikasi, mutu,
dan kuantitas seperti yang tercantum dalam surat order pembelian.
e. Surat Perubahan Order.
Kadangkala diperlukan perubahan terhadap isi surat order pembelian yang
sebelumnya telah diterbitkan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan
kuantitas, jadwal penyerahan barang, spesifikasi, penggantian (substitusi) atau
hal lain yang bersangkutan dengan perubahan desain atau bisnis.
f. Bukti Kas Keluar.
Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar pencatatan transaksi
pembelian. Dokumen ini juga berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas
untuk pembayaran utang kepada pemasok dan yang sekaligus berfungsi
sebagai surat pemberitahuan kepada kreditur mengenai maksud pembayaran.
2.3.4 Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:308-310) catatan akuntansi yang digunakan untuk
mencatat transaksi pembelian adalah sebagai berikut:
1) Register Bukti Kas Keluar (Voucher Register).
Jika dalam pencatatan utang perusahaan menggunakan voucher payable
procedure, jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian adalah
register bukti kas keluar. Contoh jurnal pengeluaran kas:
27
a. Jurnal Pengeluaran Kas.
No Tanggal Keterangan Ref
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
1 Pembelian XXX
Kas XXX
2) Jurnal Pembelian.
Jika dalam pencatatan utang perusahaan menggunakan account payable
procedure, jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian adalah
jurnal pembelian. Contoh jurnal pembelian:
a. Jurnal Pembelian Tunai.
No Tanggal Keterangan Ref
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
1 Pembelian XXX
Kas XXX
b. Jurnal Pembelian Kredit.
No Tanggal Keterangan Ref
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
1 Pembelian XXX
Utang Usaha XXX
28
3) Kartu Utang.
Jika dalam pencatatan utang, perusahaan menggunakan account payable
procedure, buku pembantu yang digunakan untuk mencatat utang kepada
pemasok adalah kartu utang. Jika dalam pencatatan utang, perusahaan
menggunakan voucher payable procedure, yang berfungsi sebagai catatan
utang adalah arsip bukti kas keluar yang belum dibayar.
4) Kartu Persediaan.
Dalam sistem akuntansi pembelian, kartu persediaan ini digunakan untuk
mencatat harga pokok persediaan yang dibeli.
2.3.5 Unsur Pengendalian Intern
Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam sistem akuntansi
pembelian dirancang untuk mencapai tujuan pokok pengendalian intern akuntansi
berikut ini: menjaga kekayaan (persediaan) dan kewajiban perusahaan (utang
dagang atau bukti kas keluar yang akan dibayar), menjamin ketelitian dan
keandalan data akuntansi (utang dan persediaan).
Untuk merancang unsur-unsur pengendalian intern akuntansi yang
diterapkan dalam sistem akuntansi pembelian, Mulyadi (2008:311-318)
menyatakan unsur pokok sistem pengendalian intern terdiri dari:
1) Organisasi.
Perancangan organisasi harus didasarkan pada unsur pokok sistem
pengendalian intern berikut ini:
29
Dalam oraganisasi harus dipisahkan tiga fungsi pokok berikut ini: fungsi
operasi, fungsi penyimpanan, dan fungsi akuntansi.
Tidak ada satu pun transaksi yang dilaksanakan dari awal sampai akhir
hanya oleh satu orang atau fungsi saja. Hal ini dimaksudkan agar selalu
terjadi pengecekan intern dalam pelaksanaan suatu transaksi, sehingga
kekayaan perusahaan terjamin keamanannya dan data akuntansi terjamin
ketelitian dan keandalannya.
Dalam merancang organisasi yang berkaitan dengan sistem akuntansi
pembelian, dua unsur pokok sistem pengendalian intern tersebut dijabarkan
sebagai berikut:
a. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi penerimaan.
b. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi akuntansi.
c. Fungsi penerimaan harus terpisah dari fungsi penyimpanan barang.
d. Transaksi pembelian harus dilaksanakan oleh fungsi gudang, fungsi
pembelian, fungsi penerimaan, fungsi akuntansi. Tidak ada transaksi
pembelian yang dilaksanakan secara lengkap oleh hanya satu fungsi
tersebut.
2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan.
Tidak ada satu pun transaksi yang terjadi yang tidak diotorisasi oleh yang
memiliki wewenang untuk itu. Otorisasi terjadinya transaksi dilakukan dengan
pembubuhan tandatangan oleh manajer yang memiliki wewenang untuk itu,
pada dokumen sumber atau dokumen pendukung. Setiap transaksi yang terjadi
dicatat dalam catatan akuntansi melalui prosedur pencatatan tertentu. Dengan
30
demikian karena setiap transaksi terjadi dengan otorisasi dari yang berwenang
dan dicatat melalui prosedur pencatatan tertentu, maka kekayaan perusahaan
akan terjamin keamanannya dan data akuntansi yang dicatat terjamin ketelitian
dan keandalannya. Unsur pokok dari sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
adalah sebagai berikut:
a. Surat permintaan pembelian diotorisasi oleh fungsi gudang, untuk barang
yang disimpan dalam gudang, atau oleh fungsi pemakai barang, untuk
barang lansung pakai.
b. Surat order pembelian diotorisasi oleh fungsi pembelian atau pejabat yang
lebih tinggi.
c. Laporan penerimaan barang diotorisasi oleh fungsi penerimaan barang.
d. Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi atau pejabat yang lebih
tinggi.
e. Pencatatan terjadinya utang didasarkan pada bukti kas keluar yang
didukung dengan surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan
faktur dari pemasok.
f. Pencatatan ke dalam kartu utang dan register bukti kas keluar diotorisasi
oleh fungsi akuntansi.
3) Praktik yang Sehat.
a. Surat permintaan pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi gudang.
b. Surat order pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi pembelian.
31
c. Laporan penerimaan barang bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi penerimaan.
d. Pemasok dipilih berdasarkan jawaban penawaran harga bersaing dari
berbagai pemasok.
e. Barang hanya diperiksa dan diterima oleh fungsi penerimaan jika fungsi
ini telah menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi pembelian.
f. Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari
pemasok dengan cara menghitung dan menginspeksi barang tersebut dan
membandingkannya dengan tembusar surat order pembelian.
g. Terdapat pengecekan terhadap harga, syarat pembelian, dan ketelitian
perkalian dalam faktur dari pemasok sebelum faktur tersebut diproses
untuk dibayar.
h. Catatan yang berfungsi sebagai buku pembantu utang secara periodik
direkonsiliasi dengan rekening kontrol utang dalam buku besar.
i. Pembayaran faktur dari pemasok dilakukan sesuai dengan syarat
pembayaran guna mencegah hilangnya kesempatan untuk memperoleh
potongan tunai.
j. Bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya dicap “lunas” oleh
fungsi pengeluaran kas setelah cek dikirimkan kepada pemasok.
32
2.3.6 Bagan Alir Sistem Akuntansi Pembelian
Bagian Gudang
Pada saat
- - - - - - - -Reorder point
Gambar 2.1
Bagan Alir Sistem Pembelian
2
1
Membuat
surat
permintaan
pembelian.
1
Surat
Permintaan
Pembelian.
2
3
Surat
Order
Pembelian
N
4
kartu
gudang
T
Mulai
2
Laporan
Penerimaan
Barang
33
Bagian Pembelian
Dikirim ke
Pemasok
- - - - Diterima dari
Pemasok
Dikirim ke
Pemasok
Keterangan:
SPP : Surat Permintaan Pembelian SPPH : Surat Permintaan Penawaran Harga SPH : Surat Penawaran Harga
PH : Penawaran Harga
Gambar 2.1
Bagan Alir Sistem Pembelian (lanjutan)
PH
SPH
SPP
5
4
3
2
1
1
Surat
Permintaan
Pembelian.
Membuat surat
permintaan
penawaran
harga
Surat
Penawaran
Harga
Membuat
perbandingan
harga
Perbandingan
Harga
2
2
Membuat
surat order
pembelian
1
Surat Order pembelian
2
3 T
A
34
Bagian Penerimaan
Dari Pemasok
Menerima barang dari pemasok yang disertai - - - - - - - - - -
dengan faktur pembelian
Dikirim ke bagian
- - - - - - - gudang bersamaan
dengan barang
Keterangan: LPB: Laporan Penerimaan Barang
SOP: Surat Order Pembelian
FP : Faktur Pembelian
Gambar 2.1
Bagan Alir Sistem Pembelian (lanjutan)
FP
SOP
3
2
3
4
Surat Order pembelian
Faktur
Pembelian
Memeriksa
barang yang
dikirim
Membuat
laporan
penerimaan
barang
1
LPB
4
5
N
35
Bagian Akuntansi
Dari Bagian Penerimaan Barang
Keterangan:
JPK : Jurnal Pengeluaran Kas KP : Kartu Persediaan
Gambar 2.1
Bagan Alir Sistem Pembelian (lanjutan)
Menerima
informasi
tentang faktur
pembelian.
Mengeluarkan
sejumlah uang
kepada bagian
penerimaan barang.
FB
SOP 4
LPB 3
1
SPP
5
JPK
T
KP
Selesai
36
2.4 Sistem Akuntansi Persediaan
Menurut Mulyadi (2008:553) tujuan dari sistem akuntansi persediaan yaitu
untuk mencatat mutasi tiap jenis persediaan yang disimpan di gudang.
Dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari: persediaan produk
jadi, persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan
penolong, persediaan bahan habis pakai pabrik, persediaan suku cadang. Dalam
perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu golongan, yaitu persediaan
barang dagangan, yamg merupakan barang yang dibeli untuk tujuan dijual
kembali.
2.4.1 Pengertian Persediaan
Menurut SAK per 1 Juni 2012 (PSAK No. 14), persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa,
b. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
2.4.2 Sistem Penghitungan Fisik Persediaan
Dalam sistem akuntansi persediaan dengan metode mutasi persediaan
(perpetual inventory method), di Bagian Kartu Persediaan diselenggarakan catatan
akuntansi berupa kartu persediaan (inventory ledger) yang digunakan untuk
mencatat mutasi tiap jenis persediaan yang disimpan di Bagian Gudang. Bagian
Kartu Persediaan bertanggung jawab atas terselenggaranya catatan akuntansi yang
37
dapat diandalkan (reliable) mengenai persediaan yang disimpan di Bagian
Gudang, sedangkan Bagian Gudang Bertanggung jawab atas penyimpanan fisik
persediaan di gudang. Karena kondisi barang yang kemungkinan mengalami
kerusakan dalam penyimpanan atau karena kemungkinan terjadinya pencurian
terhadap barang yang disimpan di gudang, maka secara periodik catatan
persediaan yang diselenggarkan di Bagian Kartu Persediaan harus dicocokan
dengan persediaan yang secara fisik ada di gudang.
Sistem penghitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh perusahaan
untuk menghitung secara fisik persediaan yang disimpan di gudang, yang hasilnya
digunakan untuk meminta pertanggungjawaban Bagian Gudang mengenai
pelaksanaan fungsi penyimpanan, dan pertanggungjawaban Bagian Kartu
Persediaan mengenai keandalan catatan persediaan yang diselenggarakannya,
serta untuk melakukan penyesuaian (adjustment) terhadap catatan persediaan di
Bagian Kartu Persediaan. (Mulyadi, 2008:575).
2.4.2.1 Fungsi yang Terkait
Menurut Mulyadi (2008:579-580) fungsi yang dibentuk untuk
melaksanakan penghitungan fisik persediaan umumnya bersifat sementara, yang
biasanya berbentuk panitia atau komite, yang anggotanya dipilihkan dari
karyawan yang tidak menyelenggarakan catatan akuntansi persediaan dan tidak
melaksanakan fungsi gudang. Fungsi yang terkait dalam sistem penghitungan fisik
persediaan adalah:
38
1. Panitia Penghitungan Fisik Persediaan.
Panitia ini berfungsi untuk melaksanakan penghitungan fisik persediaan dan
menyerahkan hasil penghitungan tersebut kepada Bagian Kartu Persediaan
untuk digunakan sebagai dasar adjustment terhadap catatan persediaan dalam
kartu persediaan.
2. Fungsi Akuntansi
Dalam sistem penghitungan fisik persediaan, fungsi ini bertanggung jawab
untuk: (a) mencantumkan harga pokok satuan persediaan yang dihitung ke
dalam daftar hasil penghitungan fisik, (b) mengalikan kuantitas dan harga
pokok per satuan yang tercantum dalam daftar hasil penghitungan fisik, (c)
mencantumkan harga pokok total dalam daftar hasil penghitungan fisik, (d)
melakukan adjustment terhadap kartu persediaan berdasar data hasil
penghitungan fisik persediaan, (e) membuat bukti memorial untuk mencatat
adjustment data persediaan dalam jurnal umum berdasarkan hasil
penghitungan fisik persediaan.
3. Fungsi Gudang.
Dalam sistem penghitungan fisik persediaan, fungsi gudang bertanggung
jawab untuk melakukan adjustment data kuantitas persediaan yang dicatat
dalam kartu gudang berdasarkan hasil penghitungan fisik persediaan.
39
2.4.2.2 Dokumen yang Digunakan
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem penghitungan fisik
persediaan menurut Mulyadi (2008:576), yaitu:
1. Kartu penghitungan fisik (inventory tag).
Dokumen ini digunakan untuk merekam hasil penghitungan fisik persdiaan.
2. Daftar hasil penghitungan fisik (inventory summary sheet).
Dokumen ini digunakan untuk meringkas data yang telah direkam dalam
bagian ke-2 kartu penghitungan fisik.
3. Bukti memorial.
Dokumen ini merupakan dokumen sumber yang digunakan untuk
membukukan adjustment rekening persediaan sebagai akibat dari hasil
penghitungan fisik ke dalam jurnal umum.
2.4.2.3 Catatan Akuntansi yang Digunakan
Catatan-catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penghitungan
fisik persediaan menurut Mulyadi (2008:577-579), yaitu:
1. Kartu Persediaan
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat adjustment terhadap data
persediaan (kuantitas dan harga pokok total) yang tercantum dalam kartu
persediaan oleh Bagian Kartu Persediaan, berdasarkan hasil penghitungan fisik
persediaan.
40
2. Kartu Gudang
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat adjustment terhadap data
persediaan (kuantitas) yang tercantum dalam kartu gudang yang
diselenggarakan oleh Bagian Gudang, berdasarkan hasil penghitungan fisik
persediaan.
3. Jurnal Umum
Jurnal umum digunakan untuk mencatat jurnal adjustment rekening persediaan
karena adanya perbedaan saldo yang dicatat dalm rekening persediaan dengan
saldo menurut perhitungan fisik.
2.4.2.4 Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Jaringan prosedur yang membentuk sistem penghitungan fisik persediaan
menurut Mulyadi (2008:580), diantaranya sebagai berikut:
1. Prosedur Penghitungan Fisik
Dalam prosedur ini tiap jenis persediaan di gudang dihitung oleh penghitung
dan pengecek secara independen yang hasilnya dicatat dalam kartu
penghitungan fisik.
2. Prosedur Kompilasi
Dalam prosedur ini pemegang kartu penghitungan fisik melakukan
perbandingan data yang dicatat dalam bagian ke-3 dan bagian ke-2 kartu
penghitungan fisik serta melakukan pencatatan data yang tercantum dalm
bagian ke-2 kartu penghitungan fisik ke dalam daftar pnghitungan fisik.
41
3. Prosedur Penentuan Harga Pokok Persediaan
Dalam prosedur ini Bagian Kartu Persediaan mengisi harga pokok per satuan
tiap jenis persediaan yang tercantum dalam daftar penghitungan fisik
berdasarkan informasi dalam kartu persediaan yang bersangkutan serta
mengalikan harga pokok per satuan tersebut dengan kuantitas hasil
penghitungan fisik untuk mendapatkan total harga pokok persediaan yang
dihitung.
4. Prosedur Adjustment
Dalam prosedur ini Bagian Kartu Persediaan melakukan adjustment terhadap
data persediaan yang tercantum dalam kartu persediaan berdasarkan data hasil
perhitngan fisik persediaan yang tercantum dalm daftar hasil penghitungan
fisik persediaan.
2.4.2.5 Unsur Pengendalian Intern
Unsur pengendalian intern dalam sistem penghitungan fisik persediaan
menurut Mulyadi (2008:581-583) digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu:
1. Organisasi.
Penghitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh suatu panitia yang terdiri
dari fungsi pemegang kartu penghitungan fisik, fungsi penghitung, dan fungsi
pengecek. Untuk menjamin ketelitian dan keandalan data yang dihasilkan dari
kegiatan penghitungan fisik persediaan, panitia yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan tersebut harus terdiri dari 3 kelompok: pemegang kartu
penghitungan fisik, penghitung, dan pengecek.
42
Panitia yang dibentuk harus terdiri dari karyawan selain karyawan fungsi
gudang dan fungi akuntansi persediaan, dan biaya, karena karyawan di kedua
bagian inilah yang justru dievaluasi tanggung jawabnya atas persediaan.
Tujuan penghitungan fisik persediaan adalah untuk memintai
pertanggungjawaban mengenai barang yang disimpan oleh fungsi gudang dan
pertanggungjawaban mengenai ketelitian dan keandalan data persediaan yang
dicatat pada fungsi akuntansi.
2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pecatatan.
Daftar hasil penghitungan fisik pesediaan ditandatangani oleh ketua panitia
penghitungan fisik persediaan. Daftar hasil penghitungan fisik berisi informasi
hasil penghitungan fisik persediaan. Daftar ini merupakan dokumen sumber
sebagai dasar untuk meng-adjust kartu persediaan, dan kartu gudang, serta
merupakan dokumen pendukung bukti memorial yang dicatat dalam jurnal
umum. Dengan demikian daftar hasil penghitungan fisik merupakan dokumen
penting untuk meng-up date catatan akuntansi.
Pencatatan hasil penghitungan fisik persediaan berdasarkan atas kartu
penghitungan fisik yang telah diteliti kebenarannya oleh pemegang kartu
penghitungan fisik. Pencatatan ke dalam daftar hasil penghitungan fisik harus
didasarkan atas dokumen sumber (kartu penghitungan fisik) yang telah diteliti
kebenarannya oleh pemegang kartu penghitungan fisik. Hal ini dimaksudkan
agar setiap dokumen sumber dibuat atas dasar data yang dijamin ketelitiannya.
Harga satuan yang dicantumkan dalam daftar hasil penghitungan fisik berasal
dari kartu persediaan. Sedangkan adjustment terhadap kartu persediaan
43
didasarkan pada informasi (kuantitas maupun harga pokok total) tiap jenis
persediaan yang tercantum dalam penghitungan fisik.
3. Praktik yang Sehat.
a) Kartu penghitungan fisik bernomor urut cetak dan penggunaannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi pemegang kartu penghitungan fisik.
b) Penghitungan fisik setiap jenis persediaan dilakukan dua kali secara
independen, pertama kali oleh penghitung dan dua kali oleh pengecek.
c) Kuantitas dan data persediaan yang lain tercantum dalam bagian ke-3 dan
ke-2 kartu penghitungan fisik dicocokan oleh pemegang kartu
penghitungan fisik sebelum data yang tercantum dalam bagian ke-2 kartu
penghitungan fisik dicatat dalam daftar hasil penghitungan fisik.
44
2.4.3 Bagan Alir Sistem Persediaan Bahan Baku
Bagian Gudang
Memeriksa barang
yang diterima
MULAI
Dari bagian
pembelian
Menerima barang dari
pemasok yang disertai
dengan faktur pembelian
Dari pemasok
SOP 3 Faktur Pembelian
Membuat laporan
penerimaan barang
FB
SOP 3
3
2
Laporan 1
Penerimaan
Barang
1 2
Dikirim ke bagian
gudang bersamaan
dengan barang
N
Gambar 2.2
Bagan Alir Sistem Akuntansi Persediaan Bahan Baku
45
Bagian Kartu Persediaan
Gambar 2.2
Bagan Alir Sistem Akuntansi Persediaan Bahan Baku (lanjutan)
SOP 4
Dari bagian
penerimaan2
LPB 1 Faktur
Pembelian
Dari pemasok via
bagian pembelian
Membandingkan
faktur dari
pemasok dengan
SOP &LPB
Membuat
Bukti Kas
Keluar
FB
SOP 4
LPB 1
3
2
1
Bukti
Kas
Keluar
Register Bukti
Kas Masuk
T3
Arsip bukti kas yg
dikeluarkan
46
Bagian Kartu Persediaan
3 2
Bukti 2
Kas
Keluar
LPB 2
Kartu
persediaan
Kartu
gudang
N N
SELESAI
Gambar 2.2
Bagan Alir Sistem Akuntansi Persediaan Bahan Baku (lanjutan)
top related