bab ii landasan teori a. tinjauan pustaka 1.abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k5611027_bab2.pdf ·...
Post on 24-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permainan Bulutangkis
a. Karakteristik Permainan Bulutangkis
Bulutangkis sudah dikenal sejak abad 12 di England. Juga ada bukti
bahwa pada abad ke 17 di Polandia permainan ini dikenal dengan nama
“Battledore dan Shuttlecock”. Disebut Battledose karena pemukulan dengan
pemukul kayu yang dikenali dengan nama Bat atau “Batedor”. Bulutangkis sudah
dimainkan di Eropa antara abad ke 11 dan ke 14. “Cara permainannya adalah
pemain diharuskan untuk menjaga bola agar tetap dapat dimainkan selama
mungkin” (Poole James, 2005:2).
Battledore dan Shuttlecock dimainkan di ruangan besar yang disebut
dengan Badminton House di Gloucestershire, England selama tahun 1860-an.
Nama Badminton diambil dari nama kota Badminton tempat kediamkan Duke of
Beaufort. Nama “bulutangkis menggantikan Battledore dan Shuttlecock untuk
Indonesia karena bola yang dipukul dibuat dari rangkaian bulu itik berwarna putih
dan cara memukulnya dengan ditangkis atau dikembalikan” (Poole James,
2005:2).
Dewasa ini, permainan bulutangkis didukung oleh Federasi Bulutangkis
Internasional (IBF). “Sembilan negara anggota mendirikan IBF Pada tahun 1993
telah berkembang dengan negara anggota sebanyak 120 negara yang tersebar
luas” (Poole James, 2005:2). Kejuaraan yang didukung oleh IBF adalah kejuaraan
dunia bulutangkis beregu putra untuk Thomas Cup, kejuaraan dunia beregu putri
untuk Uber Cup, kejuaraan dunia perorangan kejuaraan dunia ganda campuran
untuk Sudirman Cup, dan Grand Prix.
Lapangan yang dibagi dua dengan membentangkan net di tengahnya.
Permainan bulutangkis menggunakan raket sebagai pemukul bola, dan bola dibuat
dari rangkaian bulu beratnya antara 73 sampai 85 gram. Cara bermain bulutangkis
adalah melewatkan shutlecock di atas net agar dapat jatuh menyentuh lantai
6
lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari lawan. Perlengkapan
permainan bulutangkis adalah:
1) Lapangan yang rata dengan ukuran panjang 13,40 meter atau 44 feet dan lebar
6,10 meter atau 20 feet (Tohar, 1992:27). Net atau jaring direntangkan di
tengah - tengah lapangan sebagai batas pembagi dua lapangan. Tinggi net
yang ada di tengah 1,524 meter atau 5 feet. Tinggi net dekat tiang net atau di
pinggir 1,55 meter atau 5 feet, 1 inchi” (Poole James, 2005:10).
2) Raket: “Raket dipergunakan sebagai pemukul bola. Panjang raket sekitar 26
inchi beratnya antara 3¾ sampai 5½ ons” (Poole James, 2005:7).
3) Shuttlecock: “shuttlecock adalah bola yang dipergunakan dalam permainan.
Dibuat dari rangkaian bulu beratnya antara 73 sampai 85 grain. Pada
umumnya berat shuttlecock yang digunakan adalah 76 grain (1 grain = 0,0648
gram)” (Poole James, 2005:8).
Gambar 2.1. Lapangan Bulutangkis (Wikipedia)
Peraturan permainannya pertama kali ditegaskan pada tahun 1877,
Diperbaharui tahun 1887, dan diperbaharui lagi tahun 1890. Tahun 1901 bentuk
dan ukuran lapangan seperti yang berlaku sekarang sudah mulai dipakai.
7
Kejuaraan All England pertama kali diadakan pada tahun 1897.
Keberhasilan penyelenggaraan kejuaraaan ini merupakan perangsang bagi
tersebarnya permainan bulutangkis seluruh dunia. Persatuan Bulutangkis Irlandia
didirikan tahun 1889 dan mengadakan kejuaraan yang pertama tahun 1902, dan
tahun 1903 mengadakan pertandingan internasional yang pertama antara Inggris
dan Irlandia. Di Skotlandia olahraga bulutangkis pertama kali dimainkan di
Aberdeen tahun 1907 dan tahun 1911 dibentuk persatuan olahraga bulutangkis di
Skotlandia. “The Badminton Gazette merupakan jurnal resmi dari perkumpulan
bulutangkis Inggris, diterbitkan pertama kali tahun 1907” (Poole James, 2005:3).
Gambar 2.2. Raket
(Tony Grice, 2002:10)
Turnamen-turnamen pertama ini sangat berperan untuk memperkenalkan
olahraga ini ke negara-negara lain. Tahun 1925 dan 1930 sebuah tim dari Inggris
mengadakan tour perkenalan ke Kanada, dan dengan demikian mereka
8
menyebarkan bibit bulutangkis di Amerika Serikat dan Kanada. Perkumpulan
Bulutangkis Kanada didirikan pertama kali tahun 1931 dan perkumpulan
Bulutangkis Amerika Serikat didirikan pada tahun 1936. IBF atau International
Badminton Federation didirikan tahun 1934 dan diusulkan agar membantu
digalakannya permainan bulutangkis sebagai permainan internasional.
Untuk itu “Sir George Thomas, serorang pemain Inggris dan pemegang
administrasi perkumpulan bulutangkis Inggris yang berpengaruh menyumbangkan
piala yang kemudian di sebut sebagai Thomas Cup untuk diperebutkan anggota
anggota IBF” (Poole James, 2005:4).
Perkembangan permainan ini terhenti pada perang dunia II (1939-1945)
dan pada tahun 1948 pertandingan pertama untuk memperebutkan Thomas Cup
dimulai diikuti oleh 10 negara. Indonesia berhasil merebut piala Thomas ini
pertyama kali tahun 1958, dipertahankan tahun 1961 dan tahun-tahun berikutnya
Indonesia menjadi raja pada perebutan piala Thomas ini sampai “China bisa
mematahkan supremasi Indonesia atas piala Thomas pada tahun 1980an” (Poole
James, 2005:5).
Tahun 1950 Mrs. H.S. Uber yang disebut sebagai pemain ganda terbaik
dunia merasa sudah saatnya pemain puteri ikut ambil bagian dalam pertandingan
internasional. Ia menyumbangkan sebuah piala yanag akan diperebutkan oleh
pemain puteri untuk tingkat dunia. “Dan pada tahun 1957 untuk pertama kalinya
piala tersebut diperebutkan oleh para pemain puteri dan terkenal dengan nama
Piala Uber, diperebutkan untuk 3 tahun sekali” (Poole James, 2005:5).
Pemain-pemain top dunia kebanyakan dari dunia timur. “Negara-negara
Thailand, Malaysia, dan Indonesia merupakan negara-negara raksasa di cabang
bulutangkis pada era 20 sebelum dominasi negara-negara tersebut dipatahkan oleh
negara-negara Asia timur seperti China dan Korea.” (Poole James, 2005:5).
Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk dalam
kategori permainan. Bulutangkis sering pula dikenal dengan nama badminton.
Permainan bulutangkis dilakukan dengan menggunakan alat khusus, yaitu net,
raket dan shuttlecock. Shuttlecock yang digunakan dalam pertandingan resmi
9
harus terbuat dari bulu angsa yang berwarna putih. Lapangan permainan
berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah
permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Tujuan permainan bulutangkis
adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan
berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttelcock dan menjatuhkannya di
daerah permainan sendiri.
Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual
yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang
melawan dua orang. Dalam pelaksanaan permainan bulutangkis dibutuhkan
keterampilan gerak yang baik. Permainan bulutangkis dilakukan dengan gerakan
memukul menggunakan raket, gerakan berdiri, melangkah, berlari, gerakan
menggeser, gerakan meloncat, gerakan badan ke berbagai arah dari posisi diam
dan lainn sebagainya. Dari semua gerakan itu terangkai dalam satu pola gerak
yang menghasilkan suatu kesatuan gerak pemain bulutangkis untuk
menyelesaikan tugas. Menurut Herman Subardjah (1999/2000: 14) bahwa,
”Dilihat dari rumpun gerak dan jenis keterampilan bulutangkis seluruh gerakan
yang ada dalam bulutangkis bersumber pada tiga keterampilan dasar yaitu
lokomotor, non lokomotor dan manipulatif”.
Gerak lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan anggota
badan, dalam proses perpindahan tempat atau titik berat badan dari satu bidang
tumpu ke bidang tumpu lainnya. Gerakan lokomotor dalam permainan
bulutangkis seperti gerakan langkah pengambilan bola atau penempatan posisi
bola tertentu, gerakan melompat saat memukul bola tinggi.
Gerakan non lokomotor adalah gerakan yang dilakukan di tempat, dan
hal ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini
berupa kuda-kuda yaitu kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua kaki
dibuka dengan jarak yang enak. Maksudnya gerakan tetap labil, meskipun pada
saat memukul sangat dianjurkan agar pemain benar-benar bertumpu pada bidang
tumpu. Permainan di depan net tampak nyata memerlukan akurasi yang didukung
oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya dengan posisi permukaan raket
yang diupayakan segera menyambut shuttlecock sebelum jatuh ke lantai.
10
Gerakan manipulatif dapat dilaksanakan apabila seorang pemain mampu
menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik. Gerakan
manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket merupakan
keterampilan yang dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi dan
koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat penting dalam
permainan bulutangkis.
Karakteristik permainan bulutangkis ini sangat penting untuk dipahami
dan dimengerti oleh pembina maupun pelatih. Hal ini karena tugas pembina atau
pelatih adalah merencanakan tugas-tugas ajar (tugas latihan) dengan
memperhatikan struktur gerak dan jenis keterampilan dasar. Tata urut tugas gerak
perlu diperhatikan, karena makin kuat dasar kemampuan gerak (ability) seseorang,
maka ia akan terampil untuk melaksanakan tugas-tugas gerak dalam suatu cabang
olahraga termasuk permainan bulutangkis.
b. Teknik Dasar Permainan Blutangkis
Menurut Sudjarwo (1995: 40) menyatakan bahwa:
Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam
melakukan gerakan suatu cabang olahraga”. Teknik juga merupakan
suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik
mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu cabang
olahraga. Pengusaaan teknik dasar dalam permainan bulutangkis
merupakan salah satu unsur yang turut menentukan menang atau
kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan disamping unsur-unsur
kondisi fisik, taktik dan mental.
Dalam permainan bulutangkis teknik dasar harus dipelajari lebih dahulu
guna mengembangkan mutu permainan bulutangkis dimainkan oleh dua regu
ataupun ada juga perorangan. Mengingat permainan bulutangkis ada yang beregu,
maka kerjasama antar pemain mutlak diperlukan sifat toleransi antar kawan serta
saling percaya dan saling mengisi kekurangan dalam regu.
Atlet, untuk dapat berprestasi semaksimal mungkin, maka suatu tim
harus menguasai teknik dasar pemain bulutangkis supaya strategi yang diterapkan
11
oleh pelatih akan berjalan disekitar pertandingan. Salah satu teknik yang harus
dikuasai adalah teknik pukulan dalam olahraga bulutangkis yang harus dikuasai
oleh para pemain antara lain :
1). Teknik Memegang Raket
Menurut Tohar ( 1992: 34 ) menyatakan, “Di dalam permainan
bulutangkis ada beberapa macam cara memegang raket, ialah :
(a) Pegangan geblok kasur atau pegangan Amerika.
Cara memegang raket : letakkan raket di lantai secara mendatar, kemudian
ambillah dan peganglah sehingga bagian tangan antara ibu jari dan jari
telunjuk menempel pada bagian permukaan yang lebar.
Gambar 2.3 : Pegangan Geblok Kasur (Tohar, 1992: 34)
(b) Pegangan Kampak atau pegangan Inggris.
Cara memegang raket miring di atas lantai, kemudian raket letakan
diangkat pegangannya, sehingga bagian tangan antara ibu jari dan jari
telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan raket yang kecil atau
sempit.
Gambar 2.4 : Pegangan Inggris atau Kampak (Tohar, 1992: 36)
12
(c) Pegangan gabungan atau pegangan berjabat tangan.
Pegangan jenis ini juga disebut Shakehand grip atau pegangan berjabat
tangan. Caranya adalah memegang raket seperti orang yang berjabat
tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan Inggris, tetapi setelah
raket dimiringkan tangkai dipegang dengan cara ibu jari melekat pada
bagian dalam yang kecil sedang jari-jari lain melekat pada bagian dalam
yang lebar.
Gambar 2.5 : Pegangan Jabat Tangan (Tohar, 1992: 37)
(d) Pegangan Backhand.
Cara memegang raket, letakkan raket miring di atas lantai kemudian ambil
dan peganglah pada pegangannya. Letak ibu jari menempel pada bagian
pegangan raket yang lebar, jari telunjuk letaknya berada di bawah
pegangan pada bagian yang kecil. Kemudian raket diputar sedikit ke kanan
sehingga letak raket bagian belakang menghadap ke depan
Gambar 2.6 : Pegangan Backhand (Tohar, 1992: 38)
2) Kerja Kaki (Footwork)
Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan
bulutangkis. James Poole (2005: 51) menyatakan, ”tujuan dari footwork yang baik
adalah supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari
13
lapangan”. Menurut Herman Subardjah (1999/2000: 27) “footwork adalah
gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi
badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan
memukul shuttlecock sesuai dengan posisinya”. Untuk memperoleh footwork
yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Aristanto
(1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik
melangkah (footwork) dalam permainan bulutangkis yaitu “(1) Menentukan saat
yang tepat untuk bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat
kapan harus berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) Tetap memiliki
keseimbangan badan pada saat melakukan pukulan”.
Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan kanan
(right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau setiap
melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika
hendak memukul shuttlecock yang berada di lapangan bagian depan atau samping
badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul
shuttlecock di belakang, posisi kaki kanan berada di belakang.
3) Teknik Memukul Bola
Memukul bola (shuttlecock) merupakan ciri dalam permainan
bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutagnkis adalah
untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Tohar (1992: 67)
menyatakan, ”teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada
permainan bulutangkis dengan tujuan menerbangkan shuttlecock ke bidang
lapangan lawan”.
Dapat dikatakan bahwa seorang pebulutangkis yang terampil apabila
memiliki keterampilan melakukan pukulan yang baik. Hal yang mendasar dan
harus dikuasai agar terampil melakukan pukulan dalam permainan bulutangkis
adalah menguasai teknik memukul yang benar dan didukung kemampuan kondisi
fisik yang baik.
Menurut Tohar (1992: 67) jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai oleh
pemain bulutangkis antara lain “ Pukulan service, Pukulan lob, Pukulan dropshot,
Pukulan smash, Pukulan drive, Pengembalian servis”. Pendapat lain dikemukakan
14
Icuk Sugiarto (1993: 39) bahwa, ”macam-macam pukulan dalam permainan
bulutangkis terutama adalah service, lob, smash, dropshot, drive dan netting”.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik pukulan
yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi service, lob, drive,
dropshot, smash, netting dan pengembalian servis. Jenis-jenis pukulan dapat
dilakukan dengan forehand maupun backhand, kecuali pukulan servis tinggi yang
sulit dilakukan dengan pukulan backhand.
a) Pukulan Lob (Clear)
Pukuan clear biasanya dilakukan dengan tinggi dan panjang. Gunanya
untuk mendapatkan waktu untuk kembali ke posisi bagian tengah lapangan.
Pukulan ini merupakan strategi yang digunakan khususnya untuk pemain tunggal.
Pukulan clear yang bersifat bertahan merupakan pengembalian yang tinggi yang
hampir sama dengan pukulan lob dalam tenis. Clear dapat dilakukan dengan
pukulan overhand atau underhand, baik dari sisi forehand ataupun backhand
untuk memaksa lawan bergerak mundur ke arah sisi belakang lapangannya.
Kegunaan utama dari pukulan clear adalah untuk membuat bola menjauh
dari lawan dan membuatnya bergerak dengan cepat. Dengan mengarahkan bola ke
belakang lawan atau dengan membuat dia bergerak lebih cepat dari yang dia
inginkan, akan membuat dia kekurangan waktu dan membuatnya cepat lelah. Jika
melakukan clear dengan benar maka lawan harus bergegas melakukan pukulan
balasan dengan akurat dan efektif. Pukulan clear yang bersifat menyerang
merupakan clear yang cepat dan mendatar, yang berguna untuk menempatkan
bola ke belakang lawan dan menyebabkan lawan melakukan pengembalian yang
lemah. Tony Grice (2002: 41) menyatakan bahwa, “Pukulan clear yang bersifat
bertahan memiliki lintasan yang tinggi dan panjang” .
b) Pukulan Drive
Drive adalah pukulan datar yang mengarahkan bola dengan lintasan
horisontal melintasi net. Baik drive forehand ataupun backhand mengarahkan
bola dengan ketinggian yang cukup untuk melakukan clear pada bola dengan jalur
yang datar atau sedikit menurun. Gerakan memukul hampir bersama dengan
gerakan memukul dari samping dan biasanya dilakukan dari bagian samping
15
lapangan. Pukulan drive memberi kesempatan untuk melatih foot work karena
pukulan ini biasanya dilakukan pada ketinggian antara bahu dan lutut kesebelah
arah kiri atau kanan lapangan. Dengan demikian Tony Grice (2002: 97)
mengemukakan, “pukulan ini menekankan pada pencapaian bola dengan menyeret
atau menggelincirkan kaki pada posisi memukul”
Drive adalah pukulan pengembalian yang aman akan memaksa lawan
mengembalikan bola tinggi. Tony Grice (2002: 97) berpendapat bahwa, “Jika
pukulan kurang keras, pengembalian bola lebih mirip dengan pukulan push
(mendorong bola) atau drive dari bagian tengah lapangan” Sasaran utama drive
adalah untuk mengarahkan bola melintasi net dengan cepat. Tony Grice (2002:
97) menyatakan, “Arah bola harus dijauhkan dari lawan agar lawan terpaksa
bergerak lebih cepat, dengan hanya mempunyai sedikit waktu dan pengembalian
kerah atas”.
c) Pukulan Drop (Dropshot)
Pukulan drop shot adalah pukulan rendah dan pelan, tepat di atas net
sehingga bola langsung jatuh ke lantai. Bola dipukul di depan tubuh dengan jarak
lebih jauh dari pukulan clear overhead, dan permukaan raket dimiringkan untuk
mengarahkan lebih ke bawah. Larinya bola lebih seperti diblok atau ditahan dari
pada dipukul. Ciri yang paling penting dari pukulan drop overhead yang baik
adalah gerakan tipuan. Jika gerakan dapat menipu lawan pukulan mungkin tidak
dikembalikan sama sekali. Tony Grice (2002: 74) mengemukakan bahwa ciri
yang paling merugikan dari “pukulan drop adalah bolanya lambat sehingga
memberikan banyak waktu pada lawan”. Nilai dari pukulan drop adalah terletak
pada kombinasi pukulan ini dengan clear untuk membuat lawan sibuk dan
memaksanya untuk mempertahankan seluruh lapangan. Tony Grice (2002:71)
menyebutkan bahwa untuk menjadikan pukulan ini efektif “pukulan drop haruslah
akurat agar lawan terpaksa menutupi bagian lapangannya seluas mungkin”.
d) Pukulan Smash
Pukulan Smash adalah pukulan yang cepat, diarahkan ke bawah dengan
kuat dan tajam untuk mengembalikan bola pendek yang dipukul ke atas. Pukulan
smash hanya dapat dilakukan dari posisi overhead. Bola dipukul dengan kuat
16
tetapi harus diatur tempo dan keseimbanganya sebelum mencoba mempercepat
kecepatan smash. Ciri yang paling penting dari pukulan smash overhead yang
baik selain kecepatan adalah sudut raket yang mengarah ke bawah. Bola dipukul
di depan tubuh lebih jauh dari pukulan clear atau drop. Permukaan raket
diarahkan untuk mengarahkan bola lebih ke bawah. Tony Grice (2002 : 85)
mengemukakan, “Jika smash dilakukan cukup tajam, pukulan tersebut mungkin
tidak dapat dikembalikan”. Arti penting dari pukulan smash adalah pukulan ini
hanya memberikan sedikit waktu pada lawan untuk bersiap-siap atau
mengembalikan setiap bola pendek yang telah mereka pukul ke atas. Pukulan
smash digunakan secara ekstensif dalam partai ganda. Tony Grice (2002: 85)
menyatakan bahwa, “Semakin tajam sudut yang dibuat semakin sedikit waktu
yang dimiliki lawan untuk bereaksi. Selain itu semakin akurat pukulan smash,
semakin luas lapangan yang harus ditutupi lawan”.
e) Pukulan Netting
Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang cukup
sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini banyak
memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling. Faktor tenaga dalam
permainan nettting hampir tidak diperlukan sama sekali. Pukulan dilakukan
dengan tenang dan pasti. Dalam permainan net, bola harus diambil sewaktu bola
masih di atas. Apabila bola diambil setelah berada di bawah, tempo permainan
akan menjadi lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk
maju. Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini mempertinggi
target kesulitan lawan memukul kembali bola, terutama untuk menerobosnya.
Icuk Sugiarto (2002: 68) menyatakan “Tujuan penempatan bolayang jatuh dekat
net adalah agar lawan kesulitan untuk mengembalikan bola, karena jatuhnya bola
dekat dengan net, maka pengembalian bola lawan kemungkinan tanggung”.
2. Hakikat Latihan
a. Pengertian Latihan
Pengertian latihan menurut Sudjarwo (1992: 11):
17
Latihan adalah suatu proses yang sistematis secara berulang–ulang secara ajeg
dengan selalu memberikan peningkatan beban latihan”. Suharno HP. (1993: 7)
mengemukakan “Latihan adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet
secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan memberi
beban-beban fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-
ulang waktunya.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, latihan
secara sistematis maksudnya berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem
tertentu , metodis, dari yang mudah ke yang lebih sukar, latihan teratur, dari yang
sederhana ke yang lebih kompleks. Latihan berulang – ulang adalah setiap elemen
teknik haruslah diulang sesering mungkin, maksudnya adalah agar gerakan yang
semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah dan otomatis pelaksanaannya
sehingga semakin menghemat energi. Kian hari kian ditambah bebannya, segera
setelah tiba saatnya beban latihan harus ditambah. Kalau beban tidak pernah
ditambah prestasi atau kemampuan juga tidak akan meningkat. Latihan harus
direncanakan dengan baik, hal ini meliputi program latihan, sasaran yang hendak
dikembangkan yang pada akhirnya akan terjadi peningkatan kemampuan dan
prestasi yang lebih baik.
Salah satu tujuan dari latihan adalah pencapaian prestasi yang setinggi
mungkin. Upaya mencapai prestasi olahraga banyak faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang memberikan sumbangan bagi
pencapaian prestasi dalam olahraga dan masalah pembinaan olahraga yang
kompleks ialah penerapan metode latihan yang ilmiah.
Metode latihan merupakan suatu cara yang digunakan oleh pelatih dalam
menyajikan materi latihan, agar tujuan latihan dapat tercapai. Berkaitan dengan
metode latihan. Metode latihan merupakan cara yang digunakan seorang pembina
atau pelatih berfungsi sebagai alat yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan atau keterampilan bagi atlet yang dilatih. Dalam hal ini seorang
pelatih harus menerapkan metode latihan yang efektif. Efektivitas latihan
merupakan jalan keberhasilan dalam proses pembiasaan atau sosialisasi siswa atau
18
atlet dan pengembangan sikap serta pengetahuan yang mendukung pencapaian
keterampilan yang lebih baik dalam kerangka program pembinaan.
b. Latihan Teknik
Setiap cabang olahraga selalu berisikan teknik-teknik dari cabang
olahraga yang bersangkutan. Untuk menguasai teknik dengan baik, diperlukan
latihan teknik yang sistematis dan kontinyu. Berikut ini disajikan pengertian-
pengertian latihan teknik yang disajikan oleh beberapa ahli, sebagai berikut :
1) Menurut Sudjarwo (1995: 41) “latihan teknik bertujuan untuk pengembangan
dan pembentukan sikap dan gerak melalui pengembangan motorik dan system
persarafan menuju gerakan otomatis”.
2) Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 127) “latihan teknik adalah
latihan yang khusus dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan
kebiasaan-kebiasaan motorik dan neuromuskular”.
Berdasarkan pengertian latihan teknik di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa latihan teknik merupakan latihan yang bertujuan untuk mengembangkan
dan menyempurnakan teknik-teknik gerakan pada cabang olahraga. Suatu teknik
dalam cabang olahraga dapat dikuasai dengan baik apabila dilakukan secara
sistematis dan kontinyu dengan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang
tepat.
c. Prinsip-Prinsip Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan meningkatkan beban latihan secara periodik. Dalam pemberian beban
latihan harus memahami prinsip-prinsip latihan yang sesuai dengan tujuan latihan.
Sedangkan tujuan penerapan prinsip latihan menurut Sudjarwo (1995: 21) yaitu:
“agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak
atlet”.
Adapun prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan dalam latihan
menurut Bompa (1999: 27-52) meliputi:
1) Prinsip aktif dan bersungguh-sungguh dalam berlatih
2) Prinsip perkembangan menyeluruh
3) Prinsip spesialisasi
19
4) Prinsip individual
5) Prinsip latihan bervariasi
6) Prinsip modeling adalah proses pelatihan
7) Prinsip beban meningkat
Prinsip latihan merupakan dasar yang harus digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan latihan. Penerapan prinsip-prinsip latihan yang benar akan
lebih memperbesar kemungkinan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.
Disini peneliti melatih teknik sehingga faktor fisik pada prinsip latihan tidak
dilatih.
a) Prinsip Aktif dan Bersungguh-Sungguh dalam Berlatih
Didalam pelatihan perlu timbal balik informasi yang diberikan kepada
siswa. Dengan partisipasi aktif dan bersungguh-sungguh maka pelatih akan
mudah dalam pemberian materi. Menurut Bompa (1990: 29) bahwa
”Keikutsertaan aktif dan teliti didalam pelatihan akan dimaksimalkan pelatih pada
waktu tertentu secara konsisten”. Dengan keikutsertaan atlet maka materi yang
diajarkan akan cepat ditangkap oleh siswa. Mendiskusikan kemajuan atlet perlu
diketahui, atlet perlu menghubungkan informasi sasaran menerima dari pelatih
dengan penilaian tentang pencapaiannya, apa yang ia harus tingkatkan dan
bagaimana ia boleh meningkatkan hasilnya.
b) Prinsip Perkembangan Menyeluruh
Didalam pelatihan kita dapat mengamati atlet-atlet muda yang sangat
cepat, dari sinilah kita dapat mengembangkan suatu program latihan khusus.
Pengembangan persiapan phisik terutama adalah suatu kebutuhan dasar.
Pendekatan seperti itu ke pelatihan adalah suatu prasyarat untuk mengkhususkan
sesuatu dibidang olahraga. Program latihan menurut Bompa (1999: 30)
menjelaskan bahwa:
Program pelatihan, pertunjukan secara multilateral pengembangan.
Ketika pengembangan ini menjangkau suatu tingkatan dapat diterima
oleh atlet, terutama pengembangan phisik, dari sinilah atlet masuk tahap
pengembangan hal ini dapat didorong atlet yakni dalam pelatihan untuk
capaian tinggi.
20
Berdasarkan pengertian program latihan diatas dapat disimpulkan latihan
yang menunjukan pengembangan atau peningkatan terutama fisik dapat dilakukan
atlit dengan pelatihan pelatihan sesuai progam untuk capaian yang tinggi
c) Prinsip Spesialisasi
Pada dasarnya pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat
khusus, sesuai dengan karakteristik gerakan keterampilan, unsur kondisi fisik dan
sistem energi yang digunakan selama latihan. Menurut Soekarman (1986 :60) “
latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang
digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan”. Pendapat lain
dikemukakan Bompa dalam Andi Suhendro (1993: 3.13) menyatakan:
Spesialisasi latihan olaharaga dianjurkan sebagai aktivitas-aktivitas
motorik khusus. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam spesialisasi
yaitu: (1) melakukan latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang
olahraga. Misalnya pemain bola melakukan latihan secara khusus
terhadap kemampuan dribble, shooting, dan (2) melakukan latihan
mengembangkan kemampuan motorik yang dibutuhkan oleh cabang
olahraga yang menjadi spesialisasinya. Misalnya latihan-latihan fisik
khusus sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuni.
Berdasarkan prinsip spesialisasi latihan dapat disimpulkan bahwa,
program latihan yang dilaksanakan harus bersifat khusus, disesuiakan dengan
tujuan yang akan dicapai. Bentuk latihan yang dilakukan harus memiliki cirri-ciri
tertentu sesuai dengan cabang olahraga yang akan dikembangkan, baik pola gerak,
jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan
jenis olahraga yang dikembangkan.
d) Prinsip individual
Manfaat latihan akan lebih berarti, jika didalam pelaksanaan latihan
didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara
atlet satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta
prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan
dalam pelaksanaan latihan. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.15) menyatakan:
“Prinsip individual merupakan salah astu syarat dalam melakukan
olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan kepada setiap atlet,
sekalipun atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep latihan ini
21
harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar
tujuan latihan dapat tercapai”.
Berdasarkan pendapat tentang prinsip individual dapat disimpulkan
bahwa latihan yang ditetapkan harus bersifat individual. Manfaat latihan akan
lebih berarti jika program latihan yang diterapkan direncanakan dan dilaksanakan
berdasarkan karakteristik dan kondisi atlet.
e) Prinsip Latihan Bervariasi
Prestasi yang tinggi dalam olahraga dapat dicapai melalui proses waktu
latihan yang cukup lama. Latihan yang memakan waktu cukup lama tentu akan
menimbulkan rasa jenuh atau bosan bagi atlet. Untuk menghindari hal tersebut,
maka pelatih harus dapat merancang program latihan secara bervariasi, dengan
tujuan atlet tetap senang dalam mengikuti latihan. Konsep ini harus dipegang
teguh oleh seorang pelatih, agar atlet selama mengikuti latihan merasa senang dan
dapat berkonsentrasi mengikuti latihan.
f) Prinsip Modeling (Proses Pelatihan)
Model pelatihan, walaupun tidak selalu diorganisir dengan baik dan
sering juga memanfaatkan suatu pendekatan acak telah ada sejak tahun 1960.
Didalam istilah umum suatu model adalah suatu tiruan, suatu simulasi suatu
kenyataan dibuat dari unsur-unsur spesifik yang mana peristiwa itu orang
mengamati atau menyelidiki. Menurut Bompa (1999:40) menyatakan bahwa
”Model pelatihan adalah usaha pelatih untuk mengarahkan dan mengorganisir
pelajaran pelatihannya sedemikian sehingga sasaran hasil, isi dan metode adalah
serupa bagi mereka pada suatu kompetisi”.
Pelatih mengenal pokok-pokok kompetisi suatu hal yang diperlukan
prasyarat dengan sukses memperagakan proses pelatihan. Pokok-pokoknya
menyangkut struktur seperti volume, intensitas, kompleksitas, jumlah periode atau
game, dan semacamnya harus secara penuh dipahami. Persamaan dengan
perbandingan kontribusi menyangkut sistem anaerobic dan aerobic untuk suatu
olahraga menjadi arti penting modal untuk pemahaman aspek atau kebutuhan
harus ditekankan didalam pelatihan.
22
Berikut ini adalah langkah kesimpulan ketika pelatih berdasarkan pada
pengamatan memutuskan unsur-unsur tentang pelatihan harus ditahan, apakah
sedang berkurang. Didalam langkah-langkah berikutnya pelatih memperkenalkan
(1) unsur-unsur kwalitatif yang mengacu pada intensitas pelatihan, teknis,
rencana, dan aspects, (2) psikologis komponen kwalitatif, mengenai volume
pelatihan, jangka waktu dan jumlah pengulangan yang diperlukan otomatis unsur
kwalitatif yang baru berdasarkan pada penambahan. Selanjutnya pelatih merinci
dan mencoba untuk menyempurnakan kedua-duanya dengan model kwantitatif
kwalitatif.
g) Prinsip Beban Berlebih
Prinsip beban berlebih yaitu peningkatan didalam proses latihan, dalam
pelatihan memerlukan waktu lama dan adaptasi. Atlet bereaksi menurut anatomi,
secara fisiologis, dan secara psikologis jenis program yang ditingkatkan didalam
pelatihan, untuk meningkatkan reaksi dan fungsi sistem nerves, neuromuscular,
koordinasi dan kapasitas tubuh dan psikologis untuk mengatasi tekanan dari beban
latihan yang diberikan, atlet memerlukan waktu dan kepemimpinan pelatih yang
berkompeten (Bompa, 1999: 44) menyatakan bahwa:
Prinsip dari berangsur-angsur beban meningkat adalah untuk pelatihan
atlet dalam perencanaan, dari suatu siklus program latihan, dan semua
atlet perlu mengikuti dengan mengabaikan tingkatan capaian mereka.
Peningkatan menilai capaian tergantung secara langsung pada tingkat dan
cara dimana atlit meningkatkan beban pelatihan tersebut.
Berdasarkan pengertian prinsip dari berangsur – angsur beban meningkat
dapat disimpulkan latihan atlet dalam mengikuti perencanaan progam latihan akan
mengalami peningkatan menilai capaian masing – masing tolok ukur individu
akan tetapi tergantung pada tingkat dan cara atlit meningkatkan beban latihan.
d. Komponen-Komponen Latihan
Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan seorang atlet, akan mengarah
kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia dan
kejiwaan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai,
jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya
intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Apabila seorang pelatih
23
merencanakan suatu latihan yang dinamis, maka harus mempertimbangkan semua
aspek yang menjadi komponen latihan tersebut di atas.
Semua komponen dibuat sedemikian dalam berbagai model yang sesuai
dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga yang
dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan secara
pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai tujuan
penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak
menentukan keterampilan yang tinggi termasuk tenis lapangan, maka
kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Untuk lebih
jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai
berikut :
1) Volume Latihan
Sebagai komponen utama, menurut Bompa (1999: 80) bahwa “Volume
adalah hal penting prasyarat yang kuantitatif untuk taktis tinggi dan terutama
prestasi”. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) bahwa, “Volume latihan adalah
ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang
yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang
ditempuh”. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP. (1993: 32) adalah “Ulangan
gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran". Pengertian seri atau
set, menurut M. Sajoto (1995: 34) adalah, “Suatu rangkaian kegiatan dari satu
repetisi”.
Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua
cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga pada cabang olahraga
yang menuntut kesempurnaan teknik atau keterampilan taktik. Hanya jumlah
pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah
keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif.
Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan
jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan.
2) Intensitas Latihan
Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat penting
untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun
24
waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu
akan lebih tinggi pula intensitasnya.
Menurut Bompa (1999: 81) bahwa “Intensitas adalah fungsi dari
kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, dan kekuatan
rangsangan tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi interval atau
istirahat diantara tiap ulangannya”. Suharno HP. (1993: 31) menyatakan,
“Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran
energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”.
Frekuensi latihan adalah jumlah ulangan latihan yang dilakukan dalam
jangka waktu satu minggu. Menurut Fox dalam Sajoto (1988: 209) bahwa
“Frekuensi latihan untuk meningkatkan an aerobik 3 x per minggu cukup efektif.”
Lamanya latihan adalah sampai seberapa lama latihan yang akan
dilakukan, apakah satu minggu, satu bulan atau lebih. Dalam menentukan
lamanya latihan ini, Fox dalam Sajoto (1988: 210) menyebutkan bahwa : “Lama
latihan hendaknya dilakukan selama 8 – 10 minggu.” Bila dalam 12 kali
pertemuan sudah ada peningkatan maka pelatihan dihentikan.
Hasil latihan dapat dicapai secara optimal, maka intensitas latihan yang
diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu latihan
yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan
sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan
terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.
3) Densitas Latihan
Menurut Bompa (1999: 91) bahwa “Densitas adalah frekuensi dimana
atlet di tunjukkan ke suatu rangkaian stimuli per bagian waktu.” Menurut Andi
Suhendro (1999: 3.24) “Density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat
kepadatan suatu latihan yang dilakukan”. Dengan demikian densitas berkaitan
dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam waktu antara akan mengarah
kepada pencapaian rasio optimal antara rangsangan latihan dan pemulihan.
Istirahat interval yang direncanakan diantara dua rangsangan, bergantung
langsung pada intensitasnya dan lamanya setiap rangsangan yang diberikan.
Rangsangan di atas tingkat intensitas submaksimal menuntut interval istirahat
25
yang relatif lama, dengan maksud untuk memudahkan pemulihan seseorang dalam
menghadapi rangsangan berikutnya. Sebaliknya rangsangan pada intensitas
rendah membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan terhadap
organismenya pun juga rendah.
4) Kompleksitas Latihan
Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan
dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi,
dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan.
Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan
permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot,
khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan
lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang
kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang
baik dan yang jelek. Seperti dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa
(1983: 36) “Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual
serta efisiensi mekanismenya”.
Komponen-komponen latihan yang telah disebutkan di atas harus
dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Untuk memperoleh hasil
latihan yang optimal, komponen-komponen latihan tersebut harus diterapkan
dengan baik dan benar.
3. Latihan Drill
a. Pengertian Latihan Drill
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan
ini kurang mengembangkan bakat atau inisiatif siswa untuk berpikir, maka
hendaknya guru atau pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode
drill.
Menurut delsajoesafira.blogspot.com/2010/05 “Drill merupakan suatu
cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah
dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu”. Kata latihan
mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimana
26
pun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar yang realistis,
ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubah-ubah
kondisinya sehingga menuntut respons yang berubah, maka keterampilan akan
lebih disempurnakan.
Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang
pendek dan ada yang membutuhkan waktu cukup lama. Perlu diperhatikan latihan
itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu
didahului dengan pengertian dasar. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam
latihan drill:
1) Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka
diharapkan dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.
2) Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui
apa yang harus dikerjakan.
3) Lama latihan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
4) Selingilah latihan agar tidak membosankan.
5) Perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan
secara klasikal sedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan
pula.
Kelebihan latihan drill:
1) Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang.
2) Siswa siap menggunakan keterampilannya karena sudah dibiasakan.
Kelemahan latihan drill:
1) Siswa cenderung belajar secara mekanis.
2) Dapat rnenyebabkan kebosanan.
3) Mematikan kreasi siswa.
4) Menimbulkan verbalisme (tahu kata-kata tetapi tak tahu arti).
Metode latihan drill biasa digunakan dalam situasi pembelajaran dan dapat
berperan sebagai:
1) Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti
menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain.
27
2) Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-
rumus, dan lain-lain.
3) Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik,
simbul peta, dan lain-lain.
Prinsip dan petunjuk menggunakan metode drill:
1) Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan
tertentu.
2) Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula
kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih
sempurna.
3) Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
4) Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
5) Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang essensial dan berguna.
b. Latihan Drill Dalam Olahraga
Menurut blog.persimpangan.com/blog/2007/08 “Seorang atlet perlu
memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam sesuatu, misalnya dalam lari cepat,
atletik, atau berenang”. Sebab itu di dalam proses belajar, perlu diadakan latihan
untuk menguasai keterampilan tersebut. Maka salah satu teknik penyajian
pelajaran untuk memenuhi tuntutan tersebut ialah teknik latihan atau drill, ialah
suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana atlet
melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar atlet memiliki ketangkasan atau
keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Latihan yang praktis,
mudah dilakukan, serta teratur melaksanakannya membina anak dalam
meningkatkan penguasaan keterampilan itu, bahkan mungkin anak dapat memiliki
ketangkasan itu dengan sempurna. Hal ini menunjang atlet berprestasi dalam
bidang tertentu, misalnya juara lari, juara sepakbola, juara bersepeda dan
sebagainya. Teknik ini memang banyak digunakan untuk pelajaran olahraga.
Dalam hal ini banyak cabang olahraga yang memerlukan latihan khusus dan
teratur, serta pengawasan dari trainer yang baik.
Kemampuan untuk mencapai keberhasilan belajar secara akurat dan
tuntas adalah dengan berlatih dan melakukan praktik, yang diterapkan pada
28
berbagai subjek mata pelajaran. Berlatih juga bisa dikatakan bagian dari praktik
sebagai prosedur pembelajaran, contohnya: (1) drill (berlatih): mengeja kata,
menghapal, dan sebagainya. (2) Practice (praktik): menulis, melaksanakan gerak
dalam olahraga, dan lain-lain.
Sering kali dalam pembelajaran olahraga yang selalu membutuhkan
praktik dikatakan bahwa berlatih dan praktik itu dikategorikan menjadi satu
strategi karena dipakai bersamaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa drill dalam
olahraga adalah latihan dengan praktik yang dilakukan berulang kali atau
kontinyu untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang
pengetahuan yang dipelajari. Metode ini mempunyai keuntungan dan kerugian,
Penggunaan metode drill yang kurang tepat akan menimbulkan hal-hal yang
negatif misalnya anak menjadi kurang kreatif dan kurang dinamis. Tetapi latihan
yang praktis, mudah dilakukan, serta teratur melaksanakannya membina anak
dalam meningkatkan penguasaan keterampilan itu, bahkan mungkin siswa dapat
memiliki ketangkasan itu dengan sempurna. Metode ini lebih banyak digunakan
dalam bidang pelajaran olahraga karena dalam bidang ini banyak memerlukan
latihan khusus dan teratur, serta pengawaasan dari trainer yang baik.
Metode drill umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan
atau keterampilan dari materi yang dipelajari. Karena itu, metode ceramah dapat
digunakan sebelum maupun sesudah latihan dilakukan. Tujuan dari ceramah
untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai bentuk keterampilan
tertentu yang akan dilakukannya.
Sedangkan demonstrasi di sini dimaksudkan untuk memperagakan atau
mempertunjukkan suatu keterampilan yang akan dipelajari oleh atlet. Misalnya
belajar teknik berlari. Atlet sebelum berlatih diberikan penjelasan dulu seluruh
geraklan tangan, gerakan badan, dan sebagainya melalui ceramah. Lalu guru
mendemonstrasikan teknik berlari dan atlet memperhatikan demonstrasi tersebut.
Setelah itu baru mulai latihan jaipongan seperti yang dilakukan pelatih. Akhirnya
selain kombinasi sebagaimana disebutkan di depan, masih terbuka kemungkinan
adanya kombinasi yang lain. Bahkan tidak mustahil kombinasi metode mengajar
dapat dibuat untuk dua atau empat metode mengajar.
29
Menurut Sapta Kunta (2010:28) “Kiat dalam melatih teknik keterampilan
bulutangkis adalah dengan metode drill. Pelaksanaan drill sebaiknya dilakukan
saat tidak dalam keadaan lelah, karena dalam kondisi lelah penguasaan latihan
teknik yang baik akan sulit dicapai”.
Berdasarkan pengertian diatas dijelaskan untuk melatih teknik
keterampilan bulutangkis menggunakan metode drill dan pelaksanaanya
sebaiknya saat keadaan atlit lelah dengan kondisi tersebut kurang fokus dengan
latihan teknik yang diberikan akibatnya teknik yang baik akan sulit dicapai.
4. Drill Pola
Yang dimaksud dengan pola pukulan adalah: “pukulan rangkaian yang dilakukan
secara berurutan dan berkesinambungan antara teknik pukulan yang satu dengan
teknik pukulan yang lain yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga
menjadikan suatu bentuk rangkaian teknik yang dapat dimainkan secara harmonis
dan terpadu.” (Tohar, 1992:70). Hal ini dapat melakukan teknik pukulan tersebut
sebagai keterampilan yang bisa karena terbiasa.
Penguasaan pola-pola pukulan penting untuk mengembangkan
permainan dan memperoleh kemenangan dalam permainan bulutangkis. Pemain
perlu mendapat pola latihan teknik pukulan secara sistematis, berulang-ulang dan
teratur. Icuk Sugiarto (2002: 39) mengemukakan, “Pola latihan teknik pukulan
adalah pukulan yang dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan yang
dilakukan dengan cara berulang-ulang sehingga menjadi bentuk/pola teknik
pukulan yang dapat dimainkan secara harmonis dan terpadu”.
Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa pukulan
yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat mengalahkan
lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan memukul bola dengan
baik dan ditunjang dengan penguasaan pola pukulan yang baik pula.
Kemenangan dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat sulit diperoleh
jika hanya mengandalkan kemampuan memukul bola dengan baik, tanpa disertai
dengan penguasaan pola-pola pukulan yang baik. Menurut Saiful Aristanto
(1992:30) pola pukulan yang dapat dikembangkan dalam permainan diantaranya
yaitu:
30
1) Pola pukulan panjang-tajam-lurus (lob-chop-lurus)
2) Pola pukulan panjang-pendek (lob-dropshot)
3) Pola pukulan panjang-smash (lob-smash)
4) Pola pukulan panjang-tajam-jaring (lob-chop-net)
5) Pola pukulan panjang-smash-jaring (lob-smash-net)
6) Pola pukulan panjang-pendek-jaring (lob-dropshot-net)
7) Pola pukulan panjang-tajam-smash (lob-chop-smash)
Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh pemain banyak sekali jenisnya
dan bervariasi. Selain dengan pola-pola tersebut pemain dapat pula
mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan yang
dikembangkan harus memperhitungkan efisiensi dan efektifitas gerakan.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar permainan
bulutangkis merupakan faktor yang mendasar yang harus dipahami dan dikuasai
oleh setiap pemain agar mampu bermain bulutangkis dengan baik dan terampil.
5. Drill Umpan
Yang dimaksud dengan drill adalah: “latihan yang dilakukan dengan cara
diumpan terus menerus dengan shutllecock yang jumlahnya kurang lebih 20
buah”. (Tohar, 1992:60) latihan ini mempunyai banyak variasi supaya atlet
tidak cepat mengalami kebosanan. Drill mempunyai motivasi yang kuat
karena ada teman yang memberikan umpan, dan arah bola selalu tepat
sehingga mudah untuk dipukul dengan benar.
Cara pengajaran teknik pukulan dengan drill umpan dapat dilakukan
dengan menggunakan satu lapangan penuh, karena umpan yang diberikan tidak
hanya satu arah tetapi dua arah baik disebalah kanan maupun sebelah kiri dari
pemain yang melakukan teknik pukulan. Dengan menggunakan satu lapangan
penuh satu arah atau dua arah dapat membiasakan seperti benar – benar dalam
posisi turnamen. Tetapi untuk mematangkan teknik pukulan menggunakan satu
arah contohnya seperti melakukan teknik pukulan lob , pengumpan memberi
umpan dengan membawa beberapa shuttlecock dan siswa hanya melakukan
pukulan lob begitu juga teknik pukulan smash, netting, dropshoot dan drive.
Dengan cara ini jumlah bola masuk dapat terhitung dengan jumlah total
shuttlecock yang diumpan dikurangi bola out dan nyangkut net.
31
6. Hakikat Kegiatan Ekstrakurikuler
1) Hakikat Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang hampir di setiap sekolah dan
perguruan tinggi ada tetapi tidak jarang kita perhatikan kegiatan
ekstrakurikuler itu tidak seperti yang diharapkan. Maka lewat tulisan ini saya
ingin menggambarkan kepada kita tentang hal-hal yang kurang tepat dalam
memahami dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler disekolah.
Pemahaman tentang pengertian dan hakikat ekstrakurikuler merupakan hal
yang sangat penting, karena dari pemahaman inilah kegiatan ekstrakurikuler
itu dapat dijabarkan dalam bentuk sub kegiatan. Kesalahan dalam memahami
ekstrakurikuler akan mengakibatkan kesalahan dalam merumuskan sub
akhirnya tujuannya pun tidak akan tercapai. Kata ekstrakurikuler berasal
dari dua kata atau dikenal dengan istilah majemuk, yaitu kata "ekstra" yang
berarti di luar dan "kurikuler" yang berarti kurikulum. Maka secara
sederhana dapat kita pahami bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan di
luar kurikulum yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilan siswa.
Ekstrakurikuler pada dasarnya adalah aktivitas
penunjang dan sarana untuk mengembangkan minat dan bakat siswa.
Ekstrakurikuler harus ditata dengan cara-cara yang modern dan gaya
yang menarik serta lebih santai, dan tidak terkesan memberi beban tambahan
kepada siswa serta mampu menampung keinginan dan partisipasi siswa.
Siswa harus merasa senang dan bahagia yang dilakukan di ekstrakurikuler,
contoh di bidang seni, siswa harus mampu memberikan waktu
dan perhatiannya demi untuk peran seni yang sedang ia geluti tanpa ada rasa
beban, begitu juga bidang olah raga siswa dituntut senantiasa bahagia apa
pun yang diinstruksikan oleh pelatihnya demi perkembangannya di dunia
olah raga tersebut. Jadi apabila ada siswa yang merasa terbebani dengan
adanya ekstrakurikuler yang ia ikuti maka ini sudah lari dari harapan yang
idealnya.
7. Karakteristik Siswa SMP
Melihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak
32
usia sekolah menengah pertama (SMP) berada pada tahap perkembangangan
pubertas (Desmita, 2010: 36). Karakteristik masa usia SMP menurut Desmita
(2010: 36) ada 8 diantaranya:
a. Terjadi ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan
b. Kecenderungan ambivalens, antara keinginan menyendiri dan keinginan
bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orang tua.
c. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma
dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
d. Mulai mempertanyakan secara skeptic mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan tuhan.
e. Reaksi dan emosi masih labil.
f. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri
sesuai dengan dunia sosial.
g. Kecenderungan minat dan pilihan relatif sudah lebih jelas.
h. Anak usia SMP memiliki karakter fisik dan psikis yang khas, sehingga
memerlukan aktivitas fisik yang proporsional agar dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangannya menjadi optimal. Perubahan
yang terjadi di masa remaja memerlukan hal-hal yang menyenamgkan,
penuh tantangan dan diisi dengan kegiatan- kegiatan yang merangsang
organ tubuhnya agar berkembang secara
33
baik, sehingga terbentuk tingkat kesegaran tubuh seseorang yang akan berguna
untuk melaksanakan kehidupannya di masa mendatang.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa SMP
terbagi menjadi tiga tahap pertumbuhan dan perkembangan yaitu mengenai
keadaan jasmani, psikis, dan sosisal siswa. Siswa SMP mengalami masa transisi
dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dari karateristiknya,
antara lain mudah gelisah, emosi kurang tekontrol dan takut bertanggung jawab
sendiri sebab takut gagal. Dengan keadaan ini siswa SMP memerlukan
bimbingan dan dorongan oleh orang yang lebih berpengalaman. Dalam hal ini
peran seorang guru sangat diperlukan untuk membimbing siswanya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian lain yang relevan atau sehubungan dengan masalah dalam
penelitian ini adalah “Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Melalui Rekonstruksi
Tes Keterampilan bulutangkis Tahun 2002”, oleh Sapta Kunta Purnama dan
Waluyo.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian landasan teori di atas dapat dirumuskan kerangka
pemikitran sebagai berikut:
1 Pengaruh latihan drill umpan drill pola terhadap keterampilan bermain
bulutangkis
Latihan drill umpan dan drill pola biasanya diberikan untuk melatih
tekhnik dasar , bisa melakukan karena di drill. Perbedaan drill umpan dan drill
pola ini terletak pada cara pemberian materi latihan ketrampilan bermain
bulutangkis . Dalam latihan drill umpan, siswi melakukan tekhnik dasar
bulutangkis dengan diberi umpan dari peneliti ke siswi dilakukan satu persatu
,peneliti(pengumpan) membawa shuttlecock dengan jumlah 10 dan diumpankan
ke siswi sesuai tekhnik, setiap 1(satu) tekhnik dilakukan 1(satu) menit per siswi
bola yang masuk sesuai tekhnik dan ketentuan dihitung yang belum melakukan
giliran. Dalam latihan drill pola peniliti(pengumpan) memberi umpan pada siswi
dengan 1 (satu) shuttlecock langsung tanpa terhenti selama 1(satu) menit untuk
34
tiap tekhnik per siswi dapat melakukan berapa banyak dengan waktu 1(satu) menit
dihitung teman yang akan belum melakukan giliran.
2. Latihan drill yang lebih baik pengaruhnya antara latihan drill umpan dan
drill pola terhadap keterampilan bermain bulutangkis ekstrakurikuler di
SMP Negeri 7 Surakarta
Latihan drill umpan dan drill pola pada bulutangkis masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekuranganya. Latihan drill umpan dalam pembebanan
porsi latihan siswi dengan umpanan dari peneliti (pengumpan) kelebihannya bisa
cepat melakukan. Adapun kelemahan drill pola adalah shuttlecock yang diumpan
terkadang ada yang lajunya cepat atau lambat dan sehingga arahnya nanti tidak
sesuai ketentuan dan memerlukan waktu lebih lama untuk mengumpan
shuttlecock. Latihan drill pola menggunakan interaksi langsung antara pengumpan
dengan siswi karena dilakukan tanpa henti dalam 1 (satu) menit, pukulan demi
pukulan langsung bisa merasakan gerakan yang benar dengan umpan yang lebih
tepat. Adapun kelemahan drill pola adalah saat melakukan tiap 1 (satu) menit
mungkin bisa lebih menguras energi karena sama-sama melakukan dan hanya
menggantungkan pada satu shuttlecock bila bola mati terhenti untuk
mengambilnya akan terpotong waktunya untuk mengambil bola. Drill pola lebih
baik karena dengan berinteraksi dengan fokus satu shuttlecock lebih terarah
dengan posisi siswa dan lebih bisa langsung mengawasi teknik lob (clear) dan
smash yang kurang benar jadi bisa diarahkan kembali.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah tersusun sebelumnya maka
dapat diajukan hipotesis terhadap penelitian sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh latihan drill pola dan drill umpan terhadap
keterampilan bermain Bulutangkis ekstrakulikuler SMP Negeri 7 Surakarta
Tahun 2015.
2. Latihan drill pola memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada latihan drill
umpan terhadap keterampilan bermain Bulutangkis ekstrakulikuler di SMP
Negeri 7 Surakarta Tahun 2015.
35
top related