bab ii landasan teori a. teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/chapter...
Post on 07-Aug-2018
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teamwork
A.1. Pengertian Teamwork
Penyelenggaraan teamwork dilakukan karena pada saat ini tekanan persaingan
semakin meningkat, para ahli menyatakan bahwa keberhasilan organisasi akan
semakin bergantung pada teamwork daripada bergantung pada individu-individu
yang menonjol. Konsep tim maknanya terletak pada ekspresi yang menggambarkan
munculnya sinergi pada orang-orang yang mengikatkan diri dalam kelompok yang
disebut dengan tim.
Tracy (2006) menyatakan bahwa teamwork merupakan kegiatan yang dikelola
dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi. Teamwork
dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara bagian-
bagian perusahaan. Biasanya teamwork beranggotakan orang-orang yang memiliki
perbedaan keahlian sehingga dijadikan kekuatan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Pernyataan di atas diperkuat Dewi (2007) kerja tim (teamwork) adalah bentuk
kerja dalam kelompok yang harus diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim
beranggotakan orang-orang yang memiliki keahlian yang berbeda-beda dan
dikoordinasikan untuk bekerja sama dengan pimpinan. Terjadi saling ketergantungan
yang kuat satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan sebuah
tugas. Dengan melakukan teamwork diharapkan hasilnya melebihi jika dikerjakan
secara perorangan.
Universitas Sumatera Utara
i
Stephen dan Timothy (2008) menyatakan teamwork adalah kelompok yang
usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah
masukan individual. Teamwork menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang
terkoordinasi. Hal ini memiliki pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah
tim lebih baik daripada kinerja perindividu di suatu organisasi ataupun suatu
perusahaan.
Teori yang dikemukakan oleh Stephen dan Timothy (2008) senada dengan
teori tim yang efektif yang dikemukakan oleh Smither, Houston, McIntire (1996).
Manurut Smither, Houston, McIntire (1996), tim yang efektif adalah sebuah tim yang
memungkinkan anggotanya untuk bisa menghasilkan penyelesaian tugas yang lebih
besar jumlahnya dibandingkan dengan hasil kerja perorangan karena hasil kerjanya
merupakan hasil dari kontribusi anggota-anggota tim secara bersama-sama.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Burn (2004), yang menyatakan bahwa
efektifitas tim atau tim yang efektif merupakan tim kerja yang anggota-anggotanya
saling berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama dan memiliki sikap yang saling
mendukung dalam kerjasama tim.
A.2. Jenis Teamwork
Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari 6 (enam) jenis, yaitu:
1. Tim Formal
Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari
struktur organisasi formal.
2. Tim Vertikal
Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer dan
beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal
Universitas Sumatera Utara
i
3. Tim Horizontal
Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari
tingkat hirarki yang hampir sama tapi berasal dari area keahlian yang berbeda.
4. Tim dengan Tugas Khusus
Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk diluar organisasi
formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas
khusus.
5. Tim Mandiri
Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang pekerja
dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk
menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya
diawasi oleh seorang annggota terpilih.
6. Tim Pemecahan Masalah
Tim pemecahan masalah adalah biasanya terdiri dari 5 hingga 12 karyawan yang
dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk
mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.
Sedangkan menurut Hariandja (2006) ada 3 (tiga) tipe tim, yaitu:
1. Problem solving team
Sebuah tim yang dibentuik untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul
dalam upaya memperbaiki produktivitas. Pada dasarnya, kegiatan tim ini adalah
mengidentifikasikan berbagai masalah, mendiskusikan bagaimana memecahkan
masalah tersebut dan melakukan tindakan untuk memperbaiki. Anggota tim
biasanya berasal dari satu departemen yang beranggotakan kurang lebih sepuluh
orang yang melakukan pertemuan rutin setiap minggu.
Universitas Sumatera Utara
i
2. Self managed team
Sebuah tim yang dimaksudkan untuk memperbaiki produktivitas dengan
memberikan kewenangan pada kelompok untuk mengatur kerja mereka, misalnya
menjadwal kerja, menentukan metode kerja, mengawasi anggota, memberi reward
dan hukuman bagi anggota dan merekrut anggota. Keanggotaan ini biasanya
berasal dari satu departemen yang melakukan tugas yang sama.
3. Cross functional team
Sebuah tim yang ditujukan untuk menyelesaikan tugas-tugas khusus, misalnya
pengembangan produk baru atau perencanaan dan perubahan sistem kompensasi.
Anggota tim ini berasal dari berbagai departemen yang memiliki keahlian dan
orientasi yang berbeda yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan.
A.3. Tahap Perkembangan Teamwork
Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah tim agar dapat
berkinerja dan berdaya guna adalah dengan melakukan perancangan tim yang baik.
Pentingnya perancangan tim yang baik diuraikan Griffin (2004) dengan membagi ke
dalam 4 (empat) tahap perkembangan, yaitu:
1. Forming (pembentukan), adalah tahapan di mana para anggota setuju untuk
bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap orang
membawa nilai-nilai, pendapat dan cara kerja sendiri-sendiri. Konflik sangat
jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu-malu, bahkan seringkali ada
anggota yang merasa gugup. Kelompok cenderung belum dapat memilih
pemimpin (kecuali tim yang sudah dipilih ketua kelompoknya terlebih dahulu).
2. Storming (merebut hati), adalah tahapan di mana kekacauan mulai timbul di
dalam tim. Pemimpin yang telah dipilih seringkali dipertanyakan kemampuannya
dan anggota kelompok tidak ragu-ragu untuk mengganti pemimpin yang dinilai
Universitas Sumatera Utara
i
tidak mampu. Faksi-faksi mulai terbentuk, terjadi pertentangan karena masalah-
masalah pribadi, semua bersikeras dengan pendapat masing-masing. Komunikasi
yang terjadi sangat sedikit karena masing-masing orang tidak mau lagi menjadi
pendengar.
3. Norming (pengaturan norma), adalah tahapan di mana individu-individu dan
subgroup yang ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerja bersama dan
berjuang untuk menghindari team tersebut dari kehancuran (bubar). Karena
semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas untuk
mengungkapkan perasaan dan pendapatnya kepada seluruh anggota tim.
4. Performing (melaksanakan), adalah tahapan merupakan titik kulminasi di mana
team sudah berhasil membangun sistem yang memungkinkannya untuk dapat
bekerja secara produktif dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan tim akan terlihat
dari prestasi yang ditunjukkan.
A.4. Peranan Anggota Tim
Selanjutnya Williams (2008) membagi ada 5 (lima) hal yang menunjukkan
peranan anggota dalam membangun kerja tim yang efektif, yaitu:
1. Para anggota mengerti dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai dengan
baik pula dengan dukungan bersama, dan oleh karena itu mempunyai rasa saling
ketergantungan, rasa saling memiliki tim dalam melaksanakan tugas.
2. Para anggota menyumbang keberhasilan tim dengan menerapkan bakat dan
pengetahuannya untuk sasaran tim, dapat bekerja dengan secara terbuka, dapat
mengekspresikan gagasan, opini dan ketidaksepakatan, peranan dan
pertanyaannya disambut dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
i
3. Para anggota berusaha mengerti sudut pandang satu sama lain, didorong untuk
mengembangkan keterampilannya dan menerapkan pada pekerjaan, untuk itu
mendapat dukungan dari tim.
4. Para anggota mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal, atau hal yang
biasa, dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif
(bersifat memperbaiki).
5. Para anggota berpartisipasi dalam keputusan tim, tetapi mengerti bahwa
pemimpin mereka harus membuat peraturan akhir setiap kali tim tidak berhasil
membuat suatu keputusan, dan peraturan akhir itu bukan merupakan persesuaian.
A.5. Dimensi Tim yang Efektif
Menurut Johnson dan Johnson (dalam Smither, Houston, dan Mclntire, 1996),
ada 9 dimensi dalam model efektifitas tim yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
anggota tim dan mengidentifikasikan kekuatan serta kelemahan yang ada di dalam
tim, yaitu:
1. Pemahaman, relevansi, dan komitmen pada tujuan
Setiap anggota tim harus memahami tujuan tim secara jelas dan memiliki
kemauan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tim karena tujuan tim adalah
merupakan hasil dari tujuan bersama dimana tujuan tim pada akhirnya akan
mendorong terwujudnya kerjasama dalam tim sehingga kerjasama dalam tim
mampu untuk meningkatkan prestasi, produktivitas, dan menciptakan hubungan
kerja yang positif diantara sesama anggotanya.
2. Komunikasi mengenai ide dan perasaan
Komunikasi di antara anggota tim harus melibatkan penyampaian dan
penerimaan informasi tentang ide-ide dan perasaan. Dalam tim yang tidak efektif,
Universitas Sumatera Utara
i
komunikasi sering satu arah dan memfokuskan secara eksklusif hanya pada ide
saja. Dengan mengabaikan atau menekan perasaan, maka tim berisiko kehilangan
informasi yang berharga dan dapat melemahkan kohesivitas tim.
3. Kepemimpinan yang berpartisipasi
Kepemimpinan harus berpartisipasi dan mendistribusikan peran
kepemimpinannya kepada semua anggota tim.
4. Fleksibel dalam menggunakan prosedur pembuatan keputusan
Prosedur pengambilan keputusan harus sesuai dengan kebutuhan tim dan
sifat keputusannya. Keterbatasan waktu, keterampilan anggota dan implikasi dari
semua keputusan tim harus dinilai secara hati-hati. Sebagai contoh, ketika
keputusan-keputusan penting dibuat maka akan membutuhkan dukungan dari
anggota tim untuk mengimplementasikan dan melakukan strateginya dengan
efektif.
5. Manajemen konflik yang konstruktif
Tim yang tidak efektif sering mencoba untuk mengabaikan atau menekan
konflik, sedangkan tim yang efektif dapat menggunakan konflik dengan cara yang
konstruktif. Ketika dikelola dengan baik, konflik dapat menyebabkan
pengambilan keputusan yang baik pula yakni memecahkan masalah dengan lebih
kreatif, dan jumlah partisipasi anggota tim yang lebih tinggi.
6. Kekuasaan berdasarkan keahlian, kemampuan, dan informasi
Anggota tim harus mampu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain
untuk mengkoordinasikan kegiatan tim. Kekuasaan dan saling mempengaruhi ini
harus terwujudkan secara merata dalam tim. Apabila kekuasaan dan kegiatan
saling mempengaruhi ini hanya dipusatkan pada beberapa orang anggota tim saja
Universitas Sumatera Utara
i
maka kemungkinan efektifitas tim, komunikasi dan kohesivitas tim akan menjadi
berkurang.
7. Kohesi tim
Dalam tim yang kohesif, setiap anggota merasa saling menyukai antara satu
sama lainnya dan merasa puas dengan keanggotaan tim mereka. Meskipun kohesi
tidak mengarah kepada efektifitas namun ia memiliki peranan yang penting dalam
mewujudkan tim yang efektif yaitu ketika ia dikombinasikan dengan dimensi lain
dari efektifitas tim maka sebuah tim yang memiliki kohesivitas yang tinggi
cenderung meningkatkan produktivitas.
8. Strategi pemecahan masalah
Tim harus mampu mengenali masalah dan menghasilkan solusi secara tepat.
Setelah solusinya diimplementasikan, tim harus mengevaluasi keefektifan dari
solusi tersebut. Ketika sebuah tim mampu untuk mengenali masalah-masalah yang
sering muncul dan menyelesaikannya dengan memberikan solusi yang tepat maka
sebuah tim yang efektif juga akan mampu untuk mengidentifikasikan
kemungkinan-kemungkinan masalah-masalah yang akan muncul dikemudian hari
serta mampu memberikan solusi yang inovatif.
9. Efektivitas interpersonal
Anggota tim harus mampu untuk berinteraksi dengan anggota tim lainnya
secara efektif sehingga membuat efektifitas interpersonal anggota tim menjadi
meningkat. Efektifitas interpersonal dapat diukur dengan menggabungkan
konsekuensi tindakan anggota kelompok dengan tujuan anggota tim. Kecocokan
antara tujuan anggota tim dan konsekuensi dari peningkatan perilaku mereka,
maka membuat interpersonal efektifitas anggota tim juga juga menjadi meningkat.
Universitas Sumatera Utara
i
A.6. Manfaat dan Fungsi Tim Kerja
Richard Y. Chang & Mark J. Curtin (1998) menyatakan manfaat tim bagi
individu dan tim bagi organisasi, yaitu:
a. Manfaat tim bagi individu
1) Pekerjaan lebih bervariasi
2) Lebih banyak kebebasan untuk membuat dan menindaklanjuti keputusan yang
benar
3) Meningkatkan kesempatan untuk mempelajari keahlian baru
b. Manfaat tim bagi organisasi
1) Meningkatkan komitmen terhadap keputusan yang diambil
2) Meningkatkan produktivitas tim kerja
3) Lebih fleksibel dalam operasional kerja
4) Meningkatkan rasa tanggungjawab
B. Deskripsi Rumah Sakit Umum Daerah X
B.1. Sejarah
Rumah Sakit Umum Daerah X adalah merupakan salah satu Rumah Sakit
Milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1937.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Jakarta Tanggal 22 Februari
1979 No : 51/MENKES/SK/11/1979. Rumah Sakit Umum Daerah X ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Berstatus Kelas “C”, dan dengan Struktur Hirarki Rumah Sakit
Milik Pemerintah Daerah telah ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Sumatera Utara Tanggal 10 Maret 1983 No : 061-1-58/K/Tahun
1983 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum X, selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
i
dikembangkan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara
tanggal 21 Juni 1996 No. 11 Tahun 1996.
Untuk memenuhi perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang terus
menerus meningkat disertai dengan keberhasilan pengelolaan dan pembangunan
yang dilaksanakan, Rumah Sakit Umum X dinaikkan kelasnya menjadi Rumah Sakit
Umum Kelas “B” Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No : 316/MENKES/SK/IV/ 1999 Tanggal 23 April 1999.
Dengan Persetujuan Menteri Dalam Negeri No : 061/ 1732/ SJ/1999 Tanggal
23 Juli 1999, kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum X dengan
nomor Surat Keputusan No : 8 Tahun 1999.
Seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Kota X, maka Rumah Sakit Umum X menjadi Lembaga Teknis
Daerah berbentuk Badan milik Pemerintah Kota X, sesuai dengan Peraturan Daerah
Kota X No. 05 Tahun 2003.
Visi : Rumah Sakit Umum yang diminati oleh masyarakat
Misi :
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan secara profesional
b. Mewujudkan pengelolaan Rumah Sakit Umum yang transparan dan akuntabel
B.2. Struktur Organisasi RSUD X
Struktur organisasi RSUD X dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Struktur Organisasi RSUD X
DIREKTUR
WADIR BIDANG ADM DAN
KEUANGAN
KA BAG UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
KA SUB BAG UMUM
KA SUB BAG KEPEG
KA BAG KEUANGAN
PERENCANAAN DAN EVAUASI
KA SUB BAG KEUANGAN
KA SUB BAG PERENCANAAN DAN EVALUASI
WADIR BIDANG PELAYANAN
MEDIS
KA BID PELAYANAN
MEDIS
KA SI PELAYANAN MEDIS I
KA SI PELAYANAN MEDIS II
KA BID PELAYANAN
KEPERAWATAN
KA SI KEPERAWATAN I
KA SI KEPERAWATAN II
WADIR KOMITE KLINIK DAN DIKLAT
KA BID DIKLAT
KA SI PENGEMBANGAN
PROFESI
KA SI PELATIHAN/ PENGEMBANGAN
SDM
KA BID KOMITE
KA SI KOMITE MEDIK
KA SI KOMITE KEPERAWATAN
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1 di atas menunjukkan struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah
X yang terdiri dari empat lapis yaitu lapis pertama diduduki oleh Direktur yang
merupakan pucuk pimpinan rumah sakit, lapis kedua diduduki oleh Wakil Direktur,
lapis ketiga diduduki oleh Kepala Bagian dan Kepala Bidang dan pada lapis ke
empat diduduki oleh Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi.
B.3. Daftar Ketenagakerjaan RSUD X sampai dengan Tahun 2011
Daftar ketenagakerjaan RSUD X sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada
Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1. Daftar Ketenagakerjaan RSUD X sampai dengan Tahun 2011
NO JENIS TENAGA PNS
1 2 3 I MEDIK
1 Dokter Umum 7
2 Dokter Gigi 3
3 Dokter Spesialis Bedah Umum 1
4 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1
5 Dokter Spesialis Anak 1
6 Dokter Spesialis Kebidanan 2
7 Dokter Spesialis Patologi Klinik 1
8 Dokter Spesialis T. H. T 1
9 Dokter Spesialis Paru 1
10 Dokter Spesialis Mata 1
Jumlah
19
II PARAMEDIS PERAWATAN
1 D3 83
2 S1 3
3 SPRA 12
4 SPK 51
5 LCPK 1
6 SPRG 2
7 PPMU 11
BIDAN
1 D4 1
2 D3 38
3 D1 6
4 Sekolah Bidan 6
FARMASI
1 Apoteker 3
2 Analis Farmasi 5
3 Asisten Apoteker 8
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Profil RSUD X Tahun 2011
Tabel 2.1 di atas menunjukkan jumlah pegawai yang bekerja di Rumah Sakit
Umum Padangsidempuan sampai dengan tahun 2011 sebanyak 322 orang pegawai
yang terdiri dari pegawai bagian Medik dan Paramedis Perawatan. Bagian Medik
terdiri dari 19 orang dokter yaitu dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis.
Pegawai bagian Paramedis Perawatan sebanyak 303 orang pegawai yang terdiri dari
latar belakang pendidikan kesehatan yaitu Bidan, Farmasi, Ahli Gizi, Kese hatan
4 Aknes 1
AHLI GIZI
1 SPAG 4
2 D3 Gizi 4
KESEHATAN LINGKUNGAN
1 SPPH 1
2 D3 1
RONTGEN
1 APRO 3
MATA
1 ARO 1
KETERAPIAN FISIK
1 D3 Akfis 3
PEREKAM MEDIS
1 D3 2
KES. MASYARAKAT
1 S2 1
2 S1 1
SARJANA
1 Sospol 4
2 Sarjana Ekonomi 1
SLTA SEDERAJAT
1 SMU/SLTA 23
2 STM 6
3 MAN 2
4 SMEA/SMK 3
5 SPP 1
1 SMP/SLTP 7
2 SD 5
JUMLAH 322
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan, Rontgen, Mata, Keterapian Fisik, Perekam Medis, Kesehatan
Masyarakat dan non kesehatan yaitu Sarjana Sosial Politik dan Ekonomi. Pegawai
bagian Paramedis Perawatan juga memiliki jenjang pendidikan yang berbeda yaitu
Perguruan Tinggi (S2, S1, D4, D3, D1), SLTA Sederajat, SMP dan SD.
C. Teamwork Perawat Rumah Sakit Umum Daerah X
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
yang sangat strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
sebagai upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan secara menyeluruh,
merata, terjangkau dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Peran strategis ini
didapat karena rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang padat
modal, padat karya, dan padat teknologi. Fungsi utama rumah sakit adalah sebagai
wadah pelayanan kesehatan berupa pemenuhan kesehatan rawat inap, pelayanan
rawat jalan, gawat darurat, pelayanan medik dan non medik, maka pengelolaan
sumber daya manusia sangat diperlukan dan merupakan bagian terpenting dalam
manajemen rumah sakit terhadap peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan
(Depkes, 2005).
Kompleksnya sumber daya rumah sakit sebagai akibat meluasnya peran dan
cakupan kegiatan suatu rumah sakit, memerlukan perhatian besar, perbaikan dan
perubahan besar dalam sistem serta manajemennya. Jika dibandingkan dengan
sumber daya lainnya, sumber daya manusia merupakan aset yang bernilai tinggi
karena mempunyai potensi untuk terus tumbuh (Ilyas, 2002). Diantara sumber daya
manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien
rumah sakit, sekitar 40% adalah tenaga perawat dan bidan (DepKes R.I, 2002).
Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan, sehingga
Universitas Sumatera Utara
kepentingan pelayanan keperawatan mempunyai arti penting bagi klien (pasien)
khususnya dalam proses penyembuhan maupun rehabilitasi di rumah sakit (Depkes
RI, 2008).
RSUD X merupakan salah satu rumah sakit umum yang berada di daerah X.
Dengan Visi menjadi Rumah Sakit Umum yang diminati oleh masyarakat, RSUD X
selalu berusaha untuk berbenah diri agar dapat bertahan di tengah persaingan
pertumbuhan rumah sakit di daerah tersebut. Berbagai cara telah dilakukan oleh
RSUD X untuk dapat mencapai visi yang telah ditetapkan, mulai dari melengkapi
sarana-sarana yang diperlukan dalam proses pelayanan kepada pasien, mengganti
alat-alat lama dengan alat-alat baru dan juga memberi kemudahan kepada pasien
dalam memenuhi persyaratan administrasi.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa usaha yang telah dilakukan oleh
pihak RSUD X belum menunjukkan hasil yang maksimal. Munculnya keluhan
masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan pihak RSUD X dan jumlah pasien
yang belum menunjukkan peningkatan adalah bukti yang mengindikasikan bahwa
pihak RSUD X belum mampu untuk mewujudkan visi tersebut.
Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi
mengenai ketidakpuasan pasien terhadap kualitas pelayan yang diberikan oleh RSUD
X khususnya pada bagian keperawatan. DepKes RI (2000) mengemukakan bahwa
pada organisasi rumah sakit, perawat adalah salah satu pemegang peran utama dalam
penentuan keberhasilan organisasi. Keberhasilan pelayanan rumah sakit akan
ditentukan oleh kualitas pelayanan perawat yang merupakan faktor penentu
keberhasilan akhir dari pelayanan yang diterima oleh pasien.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Nursalam (2002), perawat merupakan profesi yang berperan penting
di rumah sakit dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan. Salah satu faktor yang mendukung keyakinan ini adalah kenyataan yang
dilihat di unit pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, bahwa tenaga keperawatan
bertugas selama 24 jam harus berada di sisi pasien. Oleh sebab itu pelayanan
keperawatan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan faktor
penentu citra dan kualitas rumah sakit. Perawat adalah tumpuan semua kegiatan yang
ada dan salah satu sumber keberhasilan atau kegagalan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Dalam menyelenggarakan tugas keperawatan secara bersama para
perawat dituntut untuk saling bekerjasama dan saling mendukung antara yang satu
dengan yang lain. Kinerja tim perawat yang efektif akan berbuah pada pencapaian
kualitas pelayanan yang maksimal.
Kinerja tim perawat yang efektif ini belum dapat diwujudkan oleh perawat di
RSUD X. Melalui survei kepada beberapa perawat di RSUD X diperoleh data yang
menunjukkan bahwa perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunikasi
yang baik, kurang memiliki rasa saling percaya dan saling mendukung, kurang
mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan teamwork yang kurang efektif di
RSUD X. Hasil wawancara dengan beberapa perawat, staf, pegawai dan pasien di
RSUD X memberikan informasi yang mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana
bukanlah masalah yang menyebabkan kurang maksimalnya pelayanan yang
diberikan oleh pihak RSUD X. Sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar
perawat, kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik,
kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi
sehingga sering menimbulkan konflik serta hubungan antar perawat yang dirasakan
Universitas Sumatera Utara
kurang harmonis yang menghambat terjalinnya kerjasama merupakan indikator
masalah yang sebenarnya dihadapi oleh pihak RSUD X.
Berbagai indikasi masalah yang telah ditemukan dan dipaparkan di atas,
mengindikasikan adanya permasalahan yang berkaitan dengan teamwork dalam
organisasi. Teamwork dalam organisasi merupakan sarana untuk dapat mencapai
target-target dan tujuan organisasi (West, 1994). Siagian (2004) menambahkan
bahwa dalam menjalankan roda organisasi penekanan diletakkan pada pendekatan
teamwork yang ternyata merupakan senjata yang ampuh dalam upaya meningkatkan
produktivitas dan efektivitas organisasi.
Teamwork sangat penting dalam organisasi karena akan menghasilkan kinerja
yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan secara individual.
Hal ini sesuai dengan pendapat Stephen P. Robbins (2003) yang menyatakan bahwa
tim adalah suatu kelompok dimana individu menghasilkan suatu tingkat kinerja yang
lebih besar daripada jumlah masukan individu tersebut. Suatu tim kerja
membangkitkan sinergi positif lewat upaya yang terkoordinasi. Upaya-upaya
individual mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih besar daripada
jumlah masukan individual tersebut. Pelaksanaan teamwork secara efektif akan
berdampak pada kesuksesan tim dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut
Smither, Houston, McIntire (1996), tim yang efektif memungkinkan anggotanya
untuk bisa menghasilkan penyelesaian tugas yang lebih besar jumlahnya
dibandingkan dengan hasil kerja perorangan karena hasil kerjanya merupakan hasil
dari kontribusi anggota-anggota tim secara bersama-sama.
Dalam upaya membangun teamwork yang efektif pada perawat di RSUD X,
idealnya semua perawat memiliki pemahaman yang sama mengenai karakteristik
Universitas Sumatera Utara
utama yang menyebabkan teamwork menjadi efektif sehingga mampu mencapai
tujuan organisasi. Johnson dan Johnson (dalam Smither, Houston, dan Mclntire,
1996), menyatakan bahwa ada 9 dimensi dalam model efektifitas tim yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi anggota tim dan mengidentifikasikan kekuatan serta
kelemahan yang ada di dalam tim, yaitu (1) pemahaman, relevansi, dan komitmen
pada tujuan, (2) komunikasi mengenai ide dan perasaan, (3) kepemimpinan yang
berpartisipasi, (4) fleksibel dalam menggunakan prosedur pembuatan keputusan, (5)
manajemen konflik yang konstruktif, (6) kekuasaan berdasarkan keahlian,
kemampuan, dan informasi, (7) kohesi tim, (8) strategi pemecahan masalah, dan (9)
efektivitas interpersonal.
Universitas Sumatera Utara
D. Kerangka Konsep Permasalahan
“Bagaimana gambaran efektifitas teamwork perawat di Rumah Sakit Umum Daerah X” “”berdasarkan
kesembilan dimensi tersebut?
Penelitian awal (wawancara kepada pegawai, perawat dan pasien,
survei kepada perawat) menunjukkan permasalahan pada perawat. Hal
ini diindikasikan dengan:
sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan
komunikasi sehingga sering menimbulkan konflik hubungan antar perawat yang dirasakan kurang harmonis perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik,
kurang memiliki rasa saling percaya dan saling mendukung, kurang mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan teamwork yang
kurang efektif
Secara umum mengindikasikan teamwork perawat yang kurang efektif
Tujuan RSUD X belum tercapai, hal ini
diketahui dari munculnya berbagai keluhan
pasien terhadap pelayanan
Johnson dan Johnson (dalam Smither, Houston, dan Mclntire, 1996), efektifitas tim ditentukan oleh 9
dimensi yaitu (1) dimensi pemahaman, relevansi, dan komitmen pada tujuan, (2) dimensi komunikasi
mengenai ide dan perasaan, (3) dimensi kepemimpinan yang berpartisipasi, (4) dimensi fleksibel dalam
menggunakan prosedur pembuatan keputusan, (5) dimensi manajemen konflik yang konstruktif, (6) dimensi
kekuasaan berdasarkan keahlian, kemampuan, dan informasi, (7) dimensi kohesi tim, (8) dimensi strategi
pemecahan masalah, dan (9)dimensi efektivitas interpersonal.
Keterangan :
: menyebabkan
: temuan
: klarifikasi
Rumah Sakit Umum Daerah X:
Visi: Rumah Sakit Umum Daerah yang diminati oleh masyarakat
Misi: 1. Mewujudkan pelayanan kesehatan secara profesional
2. Mewujudkan Pengelolaan Rumah Sakit Umum yang transparan dan akuntabel
Tujuan RSUD X :
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas
aparatur
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas
sarana dan prasarana
- Meningkatkan akreditasi dan
tercapainya pengelolaan administrasi
dan keuangan yang akuntabel
DepKes RI, 2000 : Keberhasilan
pelayanan rumah sakit
ditentukan oleh kualitas
pelayanan perawat. Hal ini
dikarenakan perawat adalah:
1. jumlahnya yang dominan dari
seluruh jumlah tenaga kerja di
rumah sakit
2. adanya hubungan kontak
langsung yang intens dengan
pasien
Universitas Sumatera Utara
top related