pengaruh teamwork, sabar, dan disiplin...
TRANSCRIPT
PENGARUH TEAMWORK, SABAR, DAN DISIPLIN
MENJALANKAN SHALAT WAJIB TERHADAP
STRES KERJA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
Faris Andzar Nugraha
NIM: 1111070000041
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H/2016M
PENGART]H TEA]}TVORK, SABAR DAN DISIPLINMENJALANKAN SUAI,AT WAJIB TtrRHAI}AP
STRES KER.IA
S*ripsi
Diaiukrn kcpe Frhltes Psikologiuntuk MemenuLi Persyentrn Mempcnoleh
Gctrr Srr$m kikologi (S.Psi.)
Oloh:I.rtfo ArdmrNugrrhrMM: 1l1107fiXXXMl
Pembimbing
FAKWTAS PSIKOLOGIISI,AM IIttrGERI SYARIF HIDAYATTILLAH
JAKARTA1{37 HnOtSNl
tlIP. 19680614 L99TM I 00r
I]MYERSITAS
LEMBAR PENGESAHAN
Slaipsi yang berjudul 5'PENGARIIH TEAMWORK, SABAR DAI\DISIPLIN MENJALAIYKANT SHALAT WAJIB TERHADAP
STRES KERJA'telah diujikan dalam sidang munaqasyatr Fakultas psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakaxta pada tanggal 3 Februmi
2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta,3 Februmi 2016
Sidang Munaqasyah
Wakil Dekan/
Dr. Abdul Rahman Saleh. M.SiNIP. 19720823 199903 I 002
Anggota:
Liany Luzvinda. M.SiNrP.1978W62007102 001
llt
Prof. Dr, Abdul Muiib. M..Ais. M.SihuP. 19680614 199704 I 001
I{IP. 196811071
I{IP. 196806141997A4 I 001
5. LEMBAR PERI\IYATAANI
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Skripsi ini menrpakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan mempercleh gelar sarjana strata satu (Sl) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakart&
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ket€ntuan yang berlaku.
Jika di kemudian hari terblftti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau menrpakan hasil jiptakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di LJIN Syarif Hidayatullatr Jakarta.
Jakart4 16 November 201 5
l.
3.
,e
ril*-t''I
zar NugrahaIYIM: 1111070000041
lv
v
MOTTO
ثم وٱلعدون لع ٱل ول تعاونوا وٱتلقوى لع ٱلبر وتعاونوا
شديد ٱلعقاب إن ٱلل ٢وٱتقوا ٱلل
“....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”(QS. Al-Maidah: 2)
“Undzur mâ qôola, wa lâa tandzur man qãla” - Ali bin Abi Thalib R.A. –
ك للناس ول ر خد ل ول تصعر إن ٱلل رض مرحاتمش ف ٱل
١٨يب ك متال فخور
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) November 2015
C) Faris Andzar Nugraha
D) Pengaruh Teamwork, Sabar dan Disiplin Menjalankan Shalat Wajib
terhadap Stres Kerja
E) x + halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel teamwork,
sabar dan disiplin menjalankan shalat wajib terhadap stres kerja. Sampel
berjumlah 203 karyawan Bank Syariah yang diambil dengan teknik non-
probability sampling. Penulis mengadaptasi alat ukur yang terdiri dari
Teamwork Self-report Rating dan mengkonstruksi sendiri Skala Stres
Kerja, Skala Sabar dan Skala Disiplin Menjalankan Shalat Wajib. Uji
validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis
(CFA). Analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menununjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan
teamwork, sabar dan disiplin menjalankan shalat wajib terhadap stres
kerja. Hasil uji hipotesis minor yang menguji masing-masing koefisien
regresi terhadap stres kerja menunjukkan terdapat dua variabel yang
signifikan pengaruhnya terhadap stres kerja yaitu sabar menjauhi larangan
dan ketepatan waktu, sedangkan kerjasama, mempengaruhi dan
mendukung, menyelesaikan masalah dan negosiasi, sabar dalam mentaati
perintah, sabar menghadapi musibah, tanggung jawab dan kemauan atau
kehendak tidak berpengaruh terhadap stres kerja.
G) Bahan bacaan: 52; buku: 27 + jurnal: 19 + skripsi: 4 + artikel: 1 + bahan
ajar: 1
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) November 2015
C) Faris Andzar Nugraha
D) The Impact of Teamwork, Patient and Discipline to Performing The
Obligatory Pray Toward Job Stress
E) x + 97 pages + attachments
F) This study aimed to examine the effects of teamwork, patient and discipline
to performing the obligatory pray toward job stress. Samples were 203
employees of Syari’ah Bank with non-probability sampling technique. The
authors adapted the instruments, such as, Teamwork Self-report Rating
and constructed Job Stress Scale, Patient Scale and Discipline to
Performing The Obligatory Pray Scale. Instrument validity test used
Confirmatory Factor Analysis. Data Analysis used multiple resgression
analysis.
The result showed that teamwork, patient and discipline to performing the
obligatory pray have significant impact toward job stress. The result of
minor hypothesis test which tested each regression coefficient toward job
stress showed that two variables have significant effect to job stress, such
as, patience in abstaining from wrong action and timeliness, whereas,
cooperation, advocate or influence, resolve conflict and negotiate,
patience in performing the commands, patience in confronting the
adversity, responsibility and wish or desire didn’t have significant effect to
job stress.
G) Resources : 52; books: 27 + journals: 19 + thesis: 4 + article: 1 +
module: 1
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh pengikutnya. Dari penyusunan skripsi
ini membuat penulis memperoleh banyak hal penting yang berkaitan dengan ilmu
psikologi serta pengalaman dalam membuat sebuah karya ilmiah.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib M.Ag, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen pembimbing skripsi penulis
atas ilmu dan bimbingan serta keluangan waktu yang telah diberikan,
beserta jajarannya.
2. Dosen Pembimbing Akademik penulis, Ibu Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi,
Psi atas bimbingan dan motivasi yang telah diberikan selama ini.
3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak berbagi ilmu dan inspirasinya. Serta jajaran staf yang telah
banyak membantu dan mendukung.
4. Bapak Syafid Hidayat, Ibu Afi, Ibu Indri, dan Bapak Sigit dari Bank
Syariah Mandiri yang telah memberikan izin penelitian dan membantu
dalam proses penelitian, beserta seluruh karyawan Bank Syariah Mandiri
yang menjadi responden dalam penelitian ini.
5. Ibu Ai Nurilmi dan Ibu Siti Marfuah dari Bank Muamalat yang telah
memberikan izin penelitian dan membantu dalam proses penelitian,
beserta seluruh karyawan Bank Muamalat Indonesia yang menjadi
responden dalam penelitian ini.
6. Ibu Siti Nurjanah dan Bapak Ruhman Sutarno, kedua orang tua yang telah
banyak memberikan doa, dukungan, dan pengorbanan selama ini. Semoga
ix
Allah SWT selalu memberikan kesehatan, rezeki dan membalas segala
kebaikan yang telah diberikan.
7. Teman-teman Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya angkatan 2011 kelas A, yang senantiasa selalu memberikan doa
dan dukungannya, khususnya saudara Wira, Faisal, dan Aqil.
8. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Angga, Ega, Nia dan seluruh pihak
yang turut membantu dan mendukung kepada penulis.
9. Lufiyana Sapitri, seseorang yang spesial yang tak henti-hentinya
memberikan do’a, dukungan dan semangatnya kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Rasa terima kasih penulis haturkan kepada pihak-pihak tersebut, karena
doa dan dukungan yang telah diberikan sangat berarti bagi penulis dalam
mengerjakan skripsi. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Jakarta, 16 November 2015
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...………………………………………................. i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................... v
ABSTRAK................................................................................................ vi
ABSTRACT............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR............................................................................. viii
DAFTAR ISI ....……………………………………………………….... x
DAFTAR TABEL.................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................
xiv
xv
1-12
1.1 Latar Belakang...............…………………………………….. 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah.……………………….
1.2.1 Pembatasan masalah..…...……………………………
1.2.2 Perumusan masalah.………………………………….
9
9
10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.……………………………...
1.3.1 Tujuan penelitian.…………………………………….
1.3.2 Manfaat penelitian.…………………………………...
1.3.2.1 Manfaat teoritis ............................................
1.3.2.2 Manfaat praktis ............................................
11
11
11
11
12
BAB 2 LANDASAN TEORI................................................................... 13-41
2.1 Stres Kerja...................……………………………………….
2.1.1 Definisi stres kerja...................……………………....
2.1.2 Dimensi stres kerja.................................…………….
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja.............
2.1.4 Pengukuran stres kerja.................…………………....
13
13
15
18
21
2.2 Teamwork..............…………………………………………...
2.2.1 Definisi teamwork.............…………………………....
2.2.2 Dimensi teamwork ..........................………………….
2.2.3 Pengukuran teamwork..............……………………….
22
22
24
25
2.3 Sabar.......……………………………………………………..
2.3.1 Definisi sabar......……………………………………..
2.3.2 Dimensi sabar....................…………………………....
2.3.3 Pengukuran sabar......………………………………....
26
26
28
30
2.4 Disiplin Menjalankan Shalat Wajib.......……………………...
2.4.1 Definisi disiplin menjalankan shalat wajib......……….
2.4.2 Dimensi disiplin menjalankan shalat wajib.......……....
2.4.3 Pengukuran disiplin menjalankan shalat wajib..……...
30
31
33
35
2.5 Kerangka berfikir...................................................................... 35
2.6 Hipotesis.................................................................................... 40
xi
BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................... 42-67
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Sampel........…..
3.1.1 Populasi.........................................................................
3.1.2 Sampel...........................................................................
3.1.3 Teknik pengumpulan sampel.........................................
42
42
42
43
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel...…….
3.2.1 Identifikasi variabel penelitian......................................
3.2.2 Definisi operasional variabel..…....…………………...
44
44
45
3.3 Pengumpulan Data...................……………………………….
3.3.1 Teknik pengumpulan data..…………………………...
3.3.2 Instrumen penelitian dan blue print..….....……………
3.3.2.1 Blue print skala stres kerja.................................
3.3.2.2 Blue print skala teamwork..................................
3.3.2.3 Blue print skala sabar.........................................
3.3.2.4 Blue print skala disiplin menjalankan shalat
wajib...................................................................
49
49
49
50
51
52
53
3.4 Prosedur Penelitian.......……………………………………….. 54
3.5 Uji Validitas Konstruk...............................................................
3.5.1 Uji validitas konstruk stres kerja.......................................
3.5.2 Uji validitas konstruk kerjasama.......................................
3.5.3 Uji validitas konstruk mempengaruhi dan mendukung....
3.5.4 Uji validitas konstruk menyelesaikan masalah dan
negosiasi............................................................................
3.5.5 Uji validitas konstruk sabar mentaati semua perintah.......
3.5.6 Uji validitas konstruk sabar menjauhi larangan................
3.5.7 Uji validitas konstruk sabar menghadapi musibah............
3.5.8 Uji validitas konstruk ketepatan waktu.............................
3.5.9 Uji validitas konstruk tanggung jawab..............................
3.5.10 Uji validitas konstruk kemauan atau kehendak...............
3.6 Teknik Analisis Data .......……………………………………..
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS DATA..................................................
4.1 Gambaran Subyek Penelitian.....................................................
4.2 Deskripsi Statististik Variabel Penelitian..................................
4.3 Kategorisasi Variabel Penelitian................................................
4.4 Hasil Uji Hipotesis.....................................................................
4.4.1 Pengujian hipotesis mayor................................................
4.4.2 Pengujian hipotesis minor.................................................
4.4.3 Pengujian proporsi varians masing-masing independent
variable.............................................................................
55
56
57
58
59
61
62
63
64
65
66
67
70-80
70
71
72
75
75
76
80
xii
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN..................................
5.1 Kesimpulan................................................................................
5.2 Diskusi.......................................................................................
5.3 Saran..........................................................................................
5.3.1 Saran teoritis.....................................................................
5.3.2 Saran praktis.....................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
LAMPIRAN ...............................................................................................
83-89
83
83
88
88
89
90
94
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Bobot Nilai Skala.........................................................................
Tabel 3.2 Blue Print Skala Stres Kerja.........................................................
Tabel 3.3 Blue Print Skala Teamwork..........................................................
Tabel 3.4 Blue Print Skala Sabar..................................................................
Tabel 3.5 Blue Print Skala Disiplin Menjalankan Shalat Wajib..................
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Stres Kerja...................................................
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Kerjasama....................................................
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Mempengaruhi dan Mendukung.................
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Menyelesaikan Masalah dan Negosiasi.......
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Sabar Mentaati Semua Perintah.................
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Sabar Menjauhi Larangan..........................
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Sabar Menghadapi Musibah......................
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Ketepatan Waktu.......................................
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Tanggung Jawab........................................
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Kemauan atau Kehendak...........................
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian...........................................
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian.........................................
Tabel 4.3 Norma Skor Kategorisasi.............................................................
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel...........................................................
Tabel 4.5 Tabel Analisis Crosstabs..............................................................
Tabel 4.6 Tabel R-Square.............................................................................
Tabel 4.7 Tabel Anova..................................................................................
Tabel 4.8 Koefisien Regresi.........................................................................
Tabel 4.9 Tabel Proporsi Varians Untuk Masing-masing Independent
Variable........................................................................................
50
51
52
53
54
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
70
72
72
73
74
75
76
77
80
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir dari pengaruh teamwork, sabar, dan
disiplin menjalankan shalat wajib terhadap stres kerja............
39
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian Bank Syariah Mandiri...........………... 94
Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian Bank Muamalat.......…………………. 95
Lampiran 3 Syntax dan Path Diagram....................…………………………….. 96
Lampiran 4 Output Tabel SPSS ......................................................................... 106
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stres kerja banyak terjadi terhadap karyawan yang mengalami permasalahan
dalam pekerjaannya. Banyak dampak yang ditimbulkan dari stres kerja yang
dialami oleh karyawan, termasuk pada karyawan yang bekerja di bidang
perbankan. Penelitian Sharma, Chand, Ahmad, dan Amla (2014)
membuktikan bahwa stres kerja menimbulkan dampak terhadap kualitas dan
kinerja karyawan Bank dengan persentase 60%.
Robbin dan Judge (2012) menjelaskan beberapa dampak yang
ditimbulkan dari adanya stres kerja, antara lain dampak fisiologis, dampak
psikologis, dan dampak perilaku. Dampak fisiologis yang ditimbulkan akibat
mengalami stres kerja antara lain, mengalami sakit kepala, tekanan darah
menjadi tinggi, hingga mengalami gangguan jantung. Kemudian, dampak
psikologis yang timbul akibat stres kerja adalah mengalami kecemasan,
depresi, dan berkurangnya kepuasan terhadap pekerjaan. Selanjutnya, dampak
perilaku yang muncul akibat stres kerja adalah berkurangnya produktivitas
kerja, meningkatnya absenteeism, dan perilaku turnover.
Data hasil survei American Psychological Association tahun 2011
mengenai tingkatan stres saat bekerja yang dialami oleh karyawan
menyebutkan bahwa dari 1546 responden, sebanyak 52% responden
menyatakan stres pada pekerjaan dengan tingkat sedang, 20% menyatakan
2
stres pada tingkat yang tinggi dan sisanya menyatakan rendah ataupun tidak
mengalami.
Sebuah artikel memaparkan fenomena mengenai stres kerja yang
dialami oleh karyawan Bank di Indonesia. Berdasarkan data riset yang
dilakukan oleh YLKI, tingkat stres karyawan jasa keuangan perbankan cukup
tinggi. Banyak karyawan Bank yang mengeluh saat mengalami stres kerja.
Keluhan stres dikemukakan karyawan Bank, baik di tingkat kantor
pusat maupun kantor cabang pembantu. Para karyawan Bank menyatakan
bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka mengalami stres saat
bekerja, antara lain disebabkan oleh semakin tingginya tingkat tuntutan
pekerjaan yang dialami karyawan Bank untuk memperoleh jumlah nasabah
yang banyak.
Stres kerja yang dialami oleh karyawan Bank tersebut menyebabkan
dampak bagi kualitas pelayanan terhadap nasabah. Para nasabah mengeluh
terhadap kualitas pelayanan yang dilakukan oleh karyawan Bank. Berdasarkan
data dari YLKI, keluhan konsumen jasa keuangan meningkat pada tiga tahun
terakhir. Total keluhan yang diterima YLKI mengenai pelayanan jasa
keuangan mencapai 607 keluhan, dimulai dari tahun 2011 hingga tahun 2013.
Berdasarkan data di atas, dampak stres kerja yang dialami oleh karyawan
Bank sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan terhadap nasabah,
karena kinerja karyawan terganggu besarnya tuntutan Bank yang disebabkan
oleh persaingan untuk memperoleh jumlah nasabah yang banyak.
3
Survei yang dilakukan APA tahun 2011 memaparkan faktor apa saja
yang paling banyak menimbulkan stres kerja. Faktor-faktor tersebut antara
lain, gaji yang rendah, kurangnya kesempatan untuk menumbuhkan kemajuan,
lalu beban kerja yang dirasa terlalu berat, harapan kerja yang tidak realistis,
dan waktu yang panjang dalam pekerjaan menjadi faktor penyebab yang
terendah.
Robbin dan Judge (2012) memaparkan faktor-faktor dari stres kerja,
yaitu faktor lingkungan, organisasi, dan personal atau karyawan yang
bersangkutan. Faktor lingkungan terdiri dari ketidaksesuaian ekonomi,
ketidaksesuaian politik, dan perubahan teknologi. Faktor organisasi terdiri dari
tuntutan kerja, tuntutan peran, dan tuntutan hubungan interpersonal.
Kemudian faktor personal terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi,
dan kepribadian karyawan tersebut.
Banyak penelitian yang menjelaskan bahwa spiritualitas dapat
mengurangi stres kerja. Spiritualitas memiliki nilai-nilai yang dianut
berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing. Spritualitas itu sendiri
dilihat sebagai sumber dari dalam diri yang memiliki kekuatan khususnya saat
menghadapai ketidakpastian dan kekacauan dalam hidup seseorang, juga
membantu dalam memperbaiki stres di tempat kerja dan menjadi hal yang
penting dalam perjalanan hidup seseorang (Csiernik & Adams, 2002). Selain
itu, ditemukan juga skor yang tinggi berdasarkan skala spitualitas Jarel yang
menyatakan kebanyakan responden menjelaskan bahwa tempat kerja mereka
memiliki lebih banyak iklim emosional yang positif dan mengurangi stres.
4
Penelitian Csiernik dan Adams (2002), membuktikan bahwa responden yang
memiliki rasa spitualitas yang tinggi mampu merasakan tingkat stres di tempat
kerja menjadi lebih rendah. Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa
spiritualiatas seseorang membantu dalam mengurangi persepsi mengenai stres
di tempat kerja dan berkontribusi dalam memunculkan rasa kesejahteraan.
Salah satu aspek dari spitualitas terdapat sabar. Hal ini didukung
berdasarkan artikel yang ditulis oleh Bussing, Ostermann dan Matthiessen
(dalam Subandi, 2011), di mana salah satu aspek instrumen yang digunakan
untuk mengukur spiritualitas, yaitu Compassion, Generosity, and Patience, di
mana kesabaran termasuk dalam aspek tersebut. Subandi (2011) memaparkan
kajian empiris dari sabar agar memiliki makna yang berhubungan dengan
konsep psikologi, di mana sabar memiliki 5 kategori, yaitu self control,
resilience, persistence, accepting reality, dan staying calm.
Stres kerja dapat dikurangi dengan melakukan coping yang tepat.
Salah satu model coping yang tepat adalah dengan menekankan aspek
spiritualitas seseorang. Coping dalam Islam bisa disebut sebagai sabar.
Kesabaran sendiri berasal dari bahasa arab, shabr yang artinya menahan diri,
menahan, dan berhenti (al-Jawziyyah, 1997). Dalam ranah spiritual, kesabaran
berarti menghentikan diri dari rasa putus asa dan panik, untuk menghentikan
lidah dari mengeluh, dan untuk menghentikan tangan seseorang dari
menyerang wajah dan merobek pakaian di saat-saat kesedihan dan stres
(dalam al-Jawziyyah, 1997). Sabar merupakan cara dalam menghadapi suatu
5
permasalahan dengan cara tenang, tidak mudah marah, dan memikirkan
bermacam cara dalam menyelesaikan masalah-masalahnya.
Menurut al-Jawziyyah (1997), sabar memiliki beberapa jenis, yaitu
sabar dalam beribadah kepada Allah SWT dan menjalankan perintahnya, sabar
dalam menjauhi perbuatan yang dilarang, dan sabar dalam menerima takdir
yang telah diberikan oleh Allah SWT. Dikaitkan dengan stres kerja, maka
sabar dalam menerima takdir yang diberikan oleh Allah SWT memiliki
kedekatan dengan stres kerja yang dialami oleh seorang karyawan.
Berkaitan dengan stres kerja, sabar memiliki makna bahwa ada suatu
Zat yang menjadi sandaran manusia, baik dalam menjalankan agamanya
maupun melakukan kedekatan yang dapat menjadi tempat untuk mengadu dan
tempat bergantung, yaitu Tuhan. Dalam agama Islam, makna sabar tersebut
sesuai dengan firman Allah SWT:
مع إنذ ٱللذ لوة ب وٱلصذ بٱلصذ ٱستعينوا ين ءامنوا ها ٱلذ يأ ي
بين ١٥٣ٱلصذArtinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
(QS. Al-Baqarah: 153).
Berdasarkan ayat di atas, Subandi (2011) menjelaskan bahwa ayat
tersebut menyebutkan kondisi sabar dapat digunakan sebagai suatu usaha
untuk memecahkan masalah (problem solving).
6
Berdasarkan kajian psikologi, sabar memiliki makna yang sama
dengan kontrol diri. Kontrol diri sendiri menurut Hagger, Wood, Stiff, dan
Chatzisarantis (2010), adalah upaya seseorang untuk meregulasi emosi,
pikiran, impuls, pembelajaran atau respon tingkah laku secara otomatis.
Kontrol diri dan sabar sama-sama menekankan kepada individu agar mampu
mengatur dan mengontrol dirinya terhadap hal apapun. Perbedaan sabar
dengan kontrol diri dilihat dari dasar ataupun sumber seseorang pada saat
menghadapi suatu masalah, seperti stres. Perbedaannya yaitu sabar bersumber
dari agama, sedangkan kontrol diri bersumber dari pembelajaran.
Selain spiritualitas, beberapa penelitian juga membuktikan bahwa
religiusitas memiliki peran sebagai metode coping pada saat seseorang
mengalami permasalahan, termasuk stres kerja. Menurut Maddi, Brow,
Khoshaba, dan Vaitkus (2006), religiusitas memiliki hubungan dalam
memelihara serta meningkatkan kinerja dan kesehatan di bawah tekanan stres.
Selain itu, religiusitas juga mengarahkan seseorang untuk berpikir yang
berhubungan dengan fungsi perintah yang lebih tinggi yang menekankan pada
kejujuran, keadilan, keberanian, altruisme, dan juga membantu orang-orang
dalam menahan stres, mengcopi masalah secara efektif, dan berusaha dalam
membangun interaksi dukungan secara sosial (Maddi et.al., 2006). Rusydi
(2012) menjelaskan aspek lain religiusitas yang berkaitan dengan stres kerja,
yaitu praktek peribadatan (private religious practice).
Penyebab lain seseorang mengalami stres kerja adalah karena
seringnya menunda-nunda dalam mengerjakan pekerjaan, sehingga
7
pekerjaannya akan menumpuk. Oleh karena itu, seseorang harus menerapkan
perilaku disiplin sehingga dapat memanfaatkan waktu secara baik. Salah satu
caranya adalah dengan disiplin dalam menjalankan shalat wajib. Menurut
Daradjat (1995), seseorang yang terbiasa menjalankan shalat secara disiplin,
maka akan menular kepada seluruh sikap dan perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk dalam mengerjakan pekerjaan. Secara logika, disiplin
menjalankan shalat wajib merupakan disiplin dalam beribadah yang sifatnya
secara vertikal (ke atas), lalu disiplin mengerjakan pekerjaan kantor bersifat
horizontal (ke samping). Apabila seseorang disiplin menjalankan ibadah yang
sifatnya vertikal saja dapat mengurangi stres kerja, apalagi yang dilakukan
secara horizontal.
Penelitian Ashariyah (2014) tentang hubungan disiplin menjalankan
shalat wajib dan stres kerja menyimpulkan bahwa stres kerja memiliki
hubungan yang signifikan dengan variabel disiplin menjalankan shalat wajib.
Semakin tinggi seseorang menjalankan shalat wajib secara disiplin, maka
tingkat stres kerja yang dialami akan semakin rendah.
Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Idler (2008), terdapat
suatu temuan bahwa dalam melakukan suatu praktek ibadah tak terlepas dari
adanya dukungan sosial, karena dengan adanya dukungan sosial, tetap saja
individu tidak bisa menyelesaikan tekanan hidupnya dengan optimal, sehingga
praktek ibadah pun tidak memberikan pengaruh besar.
Berdasarkan penjelelasan mengenai aspek religiusitas di atas, dapat
disimpulkan bahwa religiusitas digunakan untuk mereduksi stres kerja. Peran
8
aspek tersebut tidak berjalan secara efektif apabila tanpa adanya dukungan
sosial yang ikut berperan. Dalam penelitian ini, penulis mengambil makna
dukungan sosial sebagai teamwork, karena sifatnya yang lebih khusus dan
digunakan dalam lingkungan institusi maupun organisasi. Dengan adanya
teamwork ini, diharapkan stres kerja seorang karyawan dapat berkurang
karena mendapat dukungan dari kerabat karyawan yang lain dalam
mengerjakan suatu pekerjaan.
Menurut Zhuang, MacCann, Wang, Liu, dan Roberts (2008),
teamwork merupakan variabel psikologi yang membahas tentang karakteristik
individu yang membuatnya menjadi sebuah bagian tim yang baik dan
mempengaruhi kinerja tim.
Teamwork merupakan faktor yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
pekerjaan (Robbin dan Judge, 2012), karena ingin melihat bagaimana
keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari manajemen teamwork yang
baik yang mempengaruhi kinerja perusahaannya (West, 2012). Zhuang et.al.
(2008) memaparkan dimensi-dimensi teamwork antara lain, kerjasama,
mempengaruhi dan mendukung, serta menyelesaikan masalah dan negosiasi.
Penelitian Shirazi, Ahmadi, Gangi, dan Alizadeh (2014) tentang
teamwork dan stres kerja menunjukkan bahwa teamwork mempengaruhi
secara negatif terhadap stres kerja. Semakin tinggi teamwork yang ada dalam
suatu organisasi, maka akan mampu mengurangi tingkat stres kerja yang
dialami oleh karyawannya.
9
Dalam penelitian ini, penulis memilih independent variable
berdasarkan penelitian, keterkaitan antar variabel, dan hasil pengamatan.
Seperti yang dipaparkan di atas, bahwa religiusitas dan spiritualitas dapat
digunakan untuk mereduksi stres kerja. Aspek-aspek dari religiusitas ini
bersifat kegiatan melakukan peribadatan yang diwakili disiplin menjalankan
shalat wajib, lalu coping menggunakan pendekatan agama yang diwakili oleh
sabar. Dan kedua aspek tersebut dapat dikembangkan lagi dengan adanya
dukungan sosial dari pihak lain, yang diwakili teamwork dari rekan kerja
dalam suatu organisasi.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Ada banyak faktor yang mempengaruhi stres kerja, namun masalah utama
yang menjadi fokus penelitian ini adalah pengaruh teamwork, sabar, dan
disiplin menjalankan shalat wajib terhadap stres kerja. Adapun batasan
konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Stres kerja yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan
definisi Beehr dan Newman (1987), dengan dimensi-dimensinya,
yaitu gejala psikologis, gejala fisik, dan gejala perilaku.
b. Teamwork yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan
definisi Zhuang et.al. (2008), dengan dimensi-dimensinya, yaitu
10
kerjasama, mempengaruhi dan mendukung, serta menyelesaikan
masalah dan negosiasi.
c. Sabar yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan
definisi al-Jawziyyah (1997), dengan dimensi-dimensinya, yaitu sabar
menjalankan perintah, sabar menjauhi larangan, dan sabar
menghadapi musibah.
d. Disiplin menjalankan shalat wajib yang digunakan dalam penelitian
ini dibatasi berdasarkan definisi Tasmara (1999), dengan dimensi-
dimensinya, yaitu ketepatan waktu, tanggung jawab, dan kemauan
atau kehendak.
1.2.2 Perumusan masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh signifikan kerjasama terhadap stres kerja?
2. Apakah ada pengaruh signifikan mempengaruhi dan mendukung
terhadap stres kerja?
3. Apakah ada pengaruh signifikan menyelesaikan masalah dan
negosiasi terhadap stres kerja?
4. Apakah ada pengaruh signifikan sabar menjalankan perintah terhadap
stres kerja?
5. Apakah ada pengaruh signifikan sabar menjauhi larangan terhadap
stres kerja?
11
6. Apakah ada pengaruh signifikan sabar menghadapi musibah terhadap
stres kerja?
7. Apakah ada pengaruh signifikan ketepatan waktu terhadap stres kerja?
8. Apakah ada pengaruh signifikan tanggung jawab terhadap stres kerja?
9. Apakah ada pengaruh signifikan kemauan atau kehendak terhadap
stres kerja?
10. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap stres kerja?
11. Berapa proporsi varian dari masing-masing variabel?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Penulis menentukan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi stres kerja dan seberapa
besar pengaruhnya. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk memahami masalah terkait stres kerja.
1.3.2 Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, penulis menyimpulkan beberapa manfaat
yang bisa diambil dari penelitian ini, yaitu:
1.3.2.1 Manfaat teoritis
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dan
bahan perbandingan bagi pengembangan teori-teori psikologi yang
berkaitan dengan stres kerja.
12
1.3.2.2 Manfaat praktis
1. Secara praktis bagi perusahaan dan divisi, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai apakah ada pengaruh
teamwork, sabar, dan disiplin menjalankan shalat wajib terhadap stres
kerja yang dialami oleh karyawan tingkat perusahaan dan divisi, serta
tingkat stres kerja yang dialami.
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini, dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti,
kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1 Stres Kerja
2.1.1 Definisi stres kerja
Robbin dan Judge (2012) menyatakan bahwa stres adalah suatu kondisi
dinamis, dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau
sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu
dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
Senada dengan itu, Gibson, Ivancevich, Donnelly, dan Konopaske
(2011) menyatakan bahwa stress merupakan sebuah respon adaptif yang
dimediasi oleh perbedaan individu, yang merupakan konsekuensi dari
setiap tindakan, situasi, atau peristiwa yang menempatkan tuntutan khusus
pada seseorang.
Ivancevich dan Matteson (dalam Luthans, 2011) lebih
mendefinisikan stres sebagai disfungsi psikologis dan memandang
perbedaan individu sebagai moderator. Mereka juga menambahkan bahwa
stres merupakan respon adaptif yang dimediasi oleh perbedaan individu,
dan atau proses psikologis yang merupakan konsekuensi dari setiap
tindakan, situasi atau kejadian eksternal (lingkungan), yang memberikan
tuntutan psikologis dan atau fisiologis berlebih pada individu (Ivancevich
& Matteson dalam Luthans, 2010).
14
Mangkunegara (2005), menambahkan bahwa stres kerja
merupakan perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami
karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari
simptom antara lain emosi yang tidak stabil, perasaan tidak senang, suka
menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas,
tegang, gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan
pencernaan.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Parker dan
DeCotiis (1983), yang menjelaskan bahwa stres kerja merupakan
kesadaran individu atau perasaan mengenai disfungsi personal sebagai
hasil dari kondisi atau kejadian apapun yang terjadi dalam situasi kerja.
Jadi, stres timbul bisa dari faktor personal maupun faktor situasi tempat
kerja.
Pandangan lain dengan makna yang lebih rinci dijelaskan oleh
Beehr dan Newman (1978), dengan mendefinisikan stres kerja sebagai
sebuah kondisi yang timbul dari interaksi individu dengan pekerjaannya,
yang ditandai dengan perubahan di dalam individu tersebut (fisik dan
psikologis) yang memaksa individu menyimpang dari fungsi normalnya.
Selanjutnya, Caplan, Cobb, French, Van Harrison, dan Pinneau
(dalam Beehr & Newman, 1978) mengatakan bahwa stres kerja mengacu
pada karakteristik pekerjaan yang mungkin memberi ancaman kepada
individu tersebut. Dua jenis stres kerja mungkin mengancam individu,
yaitu baik berupa tuntutan di mana individu mungkin tidak berusaha
15
mencapai kebutuhannya maupun persediaan yang tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan individu tersebut (Chaplan et.al., dalam Beehr &
Newman, 1978).
Hal serupa juga dijelaskan oleh Wijono (2010), yang menyatakan
bahwa stres kerja merupakan suatu kondisi dari hasil penghayatan
subjektif individu yang dapat berupa interaksi antara individu dan
lingkungan kerja yang dapat mengancam dan memberi tekanan secara
psikologis, fisiologis, dan sikap individu.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, penulis memilih definisi stres
kerja yang dikemukakan oleh Beehr dan Newman (1978), yaitu kondisi
yang timbul dari interaksi individu dengan pekerjaannya, yang ditandai
dengan perubahan di dalam individu tersebut (fisik dan psikologis) yang
memaksa individu menyimpang dari fungsi normalnya. Hal ini karena
definisi mengenai stres kerja tersebut nantinya akan dikembangkan
menjadi aspek-aspek dari stres kerja.
2.1.2 Dimensi stres kerja
Dalam penelitian ini, dimensi stres kerja yang digunakan berdasarkan teori
yang dikemukakan oleh Beehr dan Newman (dalam Rout & Rout, 2002),
yaitu:
a. Gejala psikologis
Menurut Beehr dan Newman (1978), efek psikologi yang paling
terlihat sederhana dan nyata dari stresor pada pekerjaan adalah
ketidakpuasan pada pekerjaan. Karena, pada beberapa penelitian
16
ditemukan bahwa persepsi mengenai stresor pada pekerjaan memiliki
hubungan yang positif dengan ketidakpuasan pada pekerjaan (Beehr
dan Newman, 1978). Ketidakpuasan kerja ini bukan satu-satunya
gejala psikologis. Beehr dan Newman (dalam Rout & Rout, 2002),
memaparkan gejala ini terdiri dari:
- Mudah marah;
- Perasaan ketidakberdayaan/putus asa;
- Kecemasan/ketegangan;
- Depresi atau perasaan tertekan;
- Ketidakmampuan untuk konsentrasi;
- Kesulitan dalam membuat keputusan;
- Hilangnya rasa humor;
- Kelelahan yang tidak semestinya;
- Perasaan bersalah;
- Ketakutan yang irrasional; dan
- Peningkatan kemurungan.
b. Gejala fisik
Menurut Beehr dan Newman (1978), Salah satu gejala fisik yang
timbul saat merasa stres kerja adalah serangan jantung. Karena, telah
banyak penelitian yang telah menjelaskan adanya hubungan antara
stres kerja dan serangan jantung. Gejala fisik yang timbul akibat stres
kerja tidak hanya serangan jantung. Beehr dan Newman (dalam Rout
& Rout, 2002) menambahkan gejala fisik lain yang timbul, antara lain:
17
- Gangguan pernafasan;
- Ketegangan otot;
- Diare atau sembelit;
- Mual;
- Telapak tangan berkeringat;
- Mengalami gangguan pencernaan;
- Sakit kepala;
- Mulut kering;
- Tangan bergemetar;
- Dada berdebar; dan
- Pusing.
c. Gejala perilaku
Menurut Beehr dan Newman (1978), gejala perilaku ini merupakan
yang paling sedikit untuk diteliti, karena akan membuat psikolog dan
peneliti membutuhkan banyak waktu, usaha, dan kecerdikan dalam
mengukur perilaku dibandingkan dengan psikologis. Gejala perilaku
ini dijelaskan dalam teori yang dikemukakan oleh Beehr dan Newman
(dalam Rout & Rout, 2002) sebagai gejala yang potensial terhadap
stres. Gejala perilaku ini antara lain:
- Meningkatnya mengkonsumsi alkohol;
- Meningkatnya merokok;
- Peningkatan dan penurunan pola makan;
- Menggigit kuku;
18
- Menarik rambut;
- Peningkatan dan penurunan frekuensi tidur; dan
- Penarikan diri secara sosial.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori di Beehr dan
Newman (1978) yang akan menjadi dimensi dari stres kerja dan
nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam pembuatan blueprint
skala pengkuran stres kerja. Selain itu, penulis juga memilih indikator
dari dimensi stres kerja yang dianggap berhubungan dengan pekerjaan,
yaitu mudah marah, kecemasan/ketegangan, depresi atau perasaan
tertekan, ketidakmampuan untuk konsentrasi, kesulitan dalam
membuat keputusan, kelelahan yang tidak semestinya, hilangnya rasa
humor, ketegangan otot, telapak tangan berkeringat, sakit kepala,
mulut kering, tangan bergemetar, mual, menggigit kuku, meningkatnya
merokok, menarik rambut, peningkatan dan penurunan frekuensi tidur,
peningkatan dan penurunan pola makan, penarikan diri secara sosial.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja
Robbin dan Judge (2012), berpendapat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi stres kerja yaitu:
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang tidak menentu ini yang dapat mempengaruhi
tingkat stres pada karyawan dalam organisasi. Hal-hal yang termasuk
ke dalam faktor lingkungan yaitu ketidaksesuaian ekonomi,
ketidaksesuaian dalam hal politik, dan perubaan teknologi.
19
Ketidaksesuaian ekonomi terjadi saat adanya pemborongan
dalam organisasi yang terjadi akibat adanya perubahan sirkulasi bisnis,
sehingga para karyawan akan mengkhawatirkan keamanan pekerjaan
mereka. Ketidaksesuaian politik dilihat dari bagaimana kondisi politik
yang terjadi pada suatu negara. Negara yang mempunyai kondisi
politik yang stabil, maka tingkat stresnya pun tidak akan tinggi.
Berbeda dengan negara yang mengalami kondisi politik yang sedang
bermasalah, maka akan ikut menstimulasi terjadinya stres pada orang-
orang.
Perubahan teknologi merupakan dampak dari adanya inovasi
yang membuat kemampuan dan pengalaman karyawan menjadi kuno
dalam waktu yang singkat, sehingga akan muncul peralatan canggih
seperti komputer, robot, otomatisasi dan berbagai bentuk perubahan
teknologi lainnya yang berperan dalam menyebabkan stres.
b. Faktor Organisasi
Tidak ada faktor yang kurang dalam organisasi yang dapat
menimbulkan stres. Adanya tekanan untuk mengindari kesalahan atau
menyelesaikan tugas dalam waktu yang terbatas, beban kerja yang
berlebihan, bos yang pembeban dan tidak mengacuhkan, dan teman
kerja yang kurang menyenangkan. Selain itu, aspek-aspek faktor
organisasi yang dapat menjadi stresor dapat dilihat dari adanya
tuntutan tugas, tuntutan peran, dan tuntutan hubungan interpersonal.
20
Tuntutan tugas merupakan hal yang berhubungan dengan
pekerjaan seseorang. Hal ini dilihat dari desain pekerjaannya, kondisi
kerja, dan latar fisik pekerjaan. Jika hal-hal tersebut mengganggu
kinerja karyawan, maka akan meningkatkan stres.
Tuntutan peran berhubungan dengan penekanan tempat pada
seseorang yang berfungsi untuk memainkan peran khusus dalam
organisasi. Beberapa unsur dari tuntutan peran ini adalah konflik peran,
peran yang berlebihan dalam organisasi dan role ambiguity.
Tuntutan interpersonal berarti tekanan yang muncul dari
karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial yang diberikan oleh rekan
kerja dan kurangnya hubungan interpersonal ini dapat menyebabkan
stres, khususnya terjadi kepada karyawan dengan kebutuhan sosial
yang tinggi.
c. Faktor Personal
Faktor personal dianggap sebagai salah satu stresor saat bekerja.
Tipikalnya seseorang bekerja sekitar empat puluh hingga lima puluh
jam per minggu. Hal lain seperti pengalaman dan masalah seseorang
yang dihadapi dapat menambah waktu menjadi seratus dua puluh
ditambah lagi masalah dari pekerjaannya. Aspek-aspek faktor personal
dapat dilihat dari adanya masalah keluarga, masalah ekonomi, dan
kepribadian karyawan tersebut.
Masalah keluarga dapat dibagi dalam beberapa macam,
seperti kesulitan menikah, retaknya hubungan yang dekat, dan masalah
21
kedisiplinan dengan anak. Masalah ekonomi juga ikut berperan dalam
terjadinya stres kerja. Gaji atau pemasukan yang diterima oleh
karyawan merupakan sala satunya. Selain itu, orang-orang yang kurang
dalam memanajemen keuangannya dan keinginan untuk mendapatkan
suatu barang yang melampaui pendapatannya juga ikut berperan.
Kepribadian karyawan juga menjadi penyebab dari stres kerja, karena
watak dasar dari masing-masing individu pasti berbeda dalam
menghadapai tingkat pekerjaannya.
2.1.4 Pengukuran stres kerja
Pengukuran stres kerja dapat menggunakan alat ukur yang dikembangkan
oleh Kahn, Wolfe, Quinn, Sncek, dan Rosenthal (1964) yang bernama Job-
related Tension Index. Alat ukur ini memiliki 15 item yang terdiri dari
lima poin skala Likert (dalam Chovwen, 2013).
Selain itu, stres kerja juga bisa diukur dengan menggunakan Job
Stressor Appraisal Scale (JSAS) oleh Türetgen, Berk, Basbug, dan Unsal
(2012). Alat ukur ini terdiri atas 77 item dengan rentang lima skala dimulai
dari angka nol yang berarti tidak pernah sampai angka empat yang berarti
selalu.
Pengukuran lain yang dapat digunakan untuk mengukur stres kerja
adalah dengan skala yang dibuat oleh Parker dan DeCotiis (1983). Alat
ukur ini terdiri dari 15 item, yang menggunakan empat rentangan dalam
bentuk skala Likert.
22
Pengukuran stres kerja yang akan dipilih penulis adalah
berdasarkan teori dari Beehr dan Newman (1978), di mana dimensi-
dimensi stres kerja terdiri dari tiga jenis, yaitu gejala psikologis, gejala
fisik, dan gejala perilaku. Pemilihan alat ukur stres kerja ini karena penulis
melihat kesesuian antara teori dengan penulis dan melihat stres kerja
berdasarkan gejalanya, serta penulis membuat sendiri alat ukurnya
berdasarkan dimensi stres kerja yang sudah dipaparkan.
2.2 Teamwork
2.2.1 Definisi teamwork
Menurut Woods dan West (dalam West, 2012), teamwork adalah
kelompok yang relatif kecil dari orang-orang yang bekerja dengan jelas,
dengan menyelesaikan tugas yang menantang secara efisien dilakukan oleh
sekelompok kerja bersama-sama. Jadi bagaimana sekelompok orang-orang
ini saling membantu pekerjaan rekan-rekannya yang lain.
Senada dengan itu, Harris dan Harris (dalam Tarricone & Luca,
2002), menjelaskan bahwa tim memiliki tujuan bersama atau tujuan
dimana anggota tim dapat mengembangkan keefektifan dan hubungan
timbal balik untuk mencapai tujuan tim.
Scarnati (2001) juga berpendapat dengan penjelasan yang hampir
sama dengan sebelumnya, bahwa teamwork merupakan proses yang
memungkinkan sekelompok orang biasa untuk mencapai hasil dan tujuan
yang luar biasa. Orang biasa dalam hal ini bukanlah dalam jumlah satu
orang, tetapi lebih dari satu atau dua orang.
23
Pemikiran lain dijelaskan oleh Gold (2005), yang mendefinisikan
teamwork sebagai istilah untuk mencapai suatu hasil tertentu tanpa
mengacu pada motivasi para pelakunya, dalam hal ini para anggota tim.
Berbeda dengan Gold, Kozlowski dan Bell (2001), mendefinisikan
teamwork sebagai pengetahuan dan kemampuan yang meningkatkan
kualitas interaksi anggota tim, seperti koordinasi, kerja sama, dan
komunikasi.
Zhuang, MacCann, Wang, Liu, dan Roberts (2008), mencoba
memberikan definisi teamwork berdasarkan dua teori, yaitu dua individu
atau lebih yang saling bekerja bersama-sama yang mengarah kepada suatu
tujuan (Guzzo, Dickson, Hackman, Kozlowski & Ilgen, dalam Zhuang
et.al., 2008) dan teori berikutnya menjelaskan teamwork dengan melihat
dari kinerjanya yaitu kinerja tim yang dikonseptualisasikan sebagai
variabel psikologi yang berhubungan dengan kinerja tim (seperti
keragaman tim, iklim kepemimpinan) (Carpenter, Chen, Kirkman, &
Kanfer dalam Zhuang et.al., 2008),
Berdasarkan definisi-definisi di atas, penulis memilih teori
teamwork yang telah dipaparkan oleh Zhuang et.al. (2008), yaitu variabel
psikologi yang membahas tentang karakteristik individu yang
membuatnya menjadi sebuah bagian tim yang baik dan mempengaruhi
kinerja tim.
24
2.2.2 Dimensi teamwork
Dimensi-dimensi dari teamwork mengacu pada teori yang dikemukakan
oleh Zhuang et.al. (2008), antara lain:
a. Kerjasama
Kerja sama didefinisikan sebagai melakukan sesuatu secara bersama-
sama dengan anggota yang lain. Kerja sama juga didefinisikan sebagai
kontribusi yang dilakukan secara sengaja dari usaha pribadi untuk
penyelesaian pekerjaan yang saling kebergantungan (Wagner dalam
Kozlowski & Bell, 2001) dan sering dipandang sebagai lawan dari
konflik. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008), kerja sama
dapat diartikan sebagai kegiatan atau usaha yang dilakukan secara
bersama-sama oleh beberapa pihak. Indikator dari kerja sama ini
antara lain kemampuan beradaptasi dan kemampuan untuk
berhubungan interpersonal.
b. Mempengaruhi dan mendukung
Mempengaruhi dan mendukung berarti memberikan pengaruh dan
mendukung anggota tim lain dengan dukungan dan dorongan. Robbin
dan Judge (2012), berpendapat bahwa mempengaruhi merupakan
salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Selain mepengaruhi, anggota tim juga harus saling mendukung
terhadap apa yang dilakukan oleh salah satu anggotanya. Indikator
dari mempengaruhi dan mendukung antara lain membangun
kepercayaan dan dukungan sosial.
25
c. Menyelesaikan masalah dan negosiasi
Menyelesaikan masalah dan negosiasi merupakan salah satu cara
untuk menghilangkan ketegangan dan ketidaksetujuan yang terjadi
antara satu anggota dengan anggota yang lain. Hal ini dilakukan
dengan cara bernegosiasi mengenai masalah apa yang dibahas,
misalnya seperti bernegosiasi mengenai strategi tim. Menurut kamus
besar bahasa Indonesia (2008), menyelesaikan artinya menguraikan
suatu hal yang kusut, sedangkan negosiasi merupakan proses tawar-
menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna
mencapai suatu kesepakatan bersama (kamus besar bahasa Indonesia,
2008). Indikator dari menyelesaikan masalah dan negosiasi antara lain
menyelesaikan masalah itu sendiri dan komunikasi.
2.2.3 Pengukuran teamwork
Pengukuran teamwork dapat menggunakan alat ukur yang bernama Mayo
High Performance Teamwork Scale (MHPTS). Alat ukur ini
dikembangkan oleh Malec Malec, Torsher, Dun, Wiegmann, Arnold,
Brown, Phatak (2007). Terdiri dari enam belas item dengan rentang skala
dari nol yang berarti tidak pernah sampai tiga yang berarti konsisten atau
secara terus menerus.
Penulis memilih pengukuran teamwork berdasarkan dimensi yang
telah dipaparkan oleh Zhuang et.al. (2008), yaitu kerja sama,
mempengaruhi dan mendukung, dan menyelesaikan masalah serta
negosiasi. Skala teamwork merupakan self-report rating yang telah
26
dikembangkan oleh Zhuang et.al. (2008). Skala ini terdiri dari tiga puluh
item, yang masing-masing itemnya merupakan indikator-indikator dari
dimensi teamwork seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Rentang
skala ini terdiri dari enam, yaitu dimulai dari satu yang berarti tidak pernah
sampai angka enam yang berarti selalu.
2.3 Sabar
2.3.1 Definisi sabar
Menurut al-Jawziyyah (1997), sabar berasal dari bahasa arab, shabr yang
artinya menahan diri, menahan, dan berhenti. Dalam istilah spiritual,
kesabaran berarti untuk menghentikan diri dari rasa putus asa dan panik,
untuk menghentikan lidah dari mengeluh, dan untuk menghentikan tangan
seseorang dari menyerang wajah dan merobek pakaian di saat-saat
kesedihan dan stres (dalam al-Jawziyyah, 1997).
Senada dengan al-Jawziyyah, kamus besar bahasa Indonesia (2008)
mendefinisikan sabar yang berarti tahan menghadapi cobaan (tidak lekas
marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati). Jadi, sabar di sini
terlihat sebagai cara dalam menghadapi suatu permasalahan dengan cara
tenang, tidak mudah marah, dan memikirkan bermacam cara dalam
menyeleaikan masalah-masalahnya.
Turfe (2007) menjelaskan hakikat sabar dari aspek agama, yaitu
ketika seseorang mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat keji dan
dosa, ketika mampu mentaati perintah Allah, ketika mampu memegang
teguh akidah Islam, dan ketika mampu tabah serta tidak mengeluh atas
27
musibah dan keburukan. Dalam hal ini, termasuk juga saat sedang
menghadapi stres dalam pekerjaan.
Senada dengan penjelasan sebelumnya, Al-Ghazali (dalam
Ridjaluddin, 2009) mengatakan bahwa sabar adalah mengendalikan diri
dengan cara mengatakan motivasi religius sewaktu muncul godaan yang
lahir dari motivasi hawa nafsu. Senada dengan Al-Ghazali, Al-Mishri
(dalam Al-Jawziyyah, 2006) mengemukakan bahwa sabar adalah usaha
untuk menjauhi segala larangan Allah. Berdasarkan dua tokoh di atas,
konsep sabar sangat dekat dengan hal yang bersifat religius.
Makna sabar yang lain dipaparkan juga oleh Syam (2009) yang
mendefinisikan sabar merupakan sebagian dari iman, sikap terpuji
(akhlaqul karimah) yang patut dimiliki untuk meningkatkan derajat
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sifat sabar juga berguna
untuk mengendalikan emosi dari perilaku yang tercela (Syam, 2009).
Effendy (2012) memaknai sabar sama seperti al-Jawziyyah, kata
sabar berasal dari bahasa Arab, yaitu shabr yang berarti “menahan” atau
“mengekang”. Bersabar artinya menahan diri dari segala sesuatu yang
disukai dan tidak disukai dengan tujuan mengharapkan ridha dari Allah
SWT.
Penulis memilih definisi sabar dengan menggabungkan seperti apa
yang dikemukakan oleh al-Jawziyyah (1997) dan Al-Ghazali (dalam
Ridjaluddin, 2009), yaitu kesabaran berarti mengendalikan diri dengan
cara mengatakan motivasi religius sewaktu muncul godaan yang lahir dari
28
motivasi hawa nafsu, yang berperan untuk menghentikan diri dari rasa
putus asa dan panik, untuk menghentikan lidah dari mengeluh, dan untuk
menghentikan tangan dari menyerang wajah dan merobek pakaian di saat-
saat kesedihan dan stres. Hal ini dikarenakan makna dari kosep sabar ini
adalah dalam kondisi sedih ataupun stres, sesuai dengan variabel terikat
yang dipili oleh penulis.
2.3.2 Dimensi sabar
Menurut al-Jawziyyah (1997), dimensi sabar terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Sabar dalam mentaati perintah
Hal ini berarti bahwa seseorang harus melakukan apa yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT, seperti beribadah secara teratur,
melakukannya dengan tulus dan harus sesuai dengan pengetahuan
yang benar.
Menurut Syam (2009), sabar dalam menjalankan taat berarti
sabar melakukan sesuatu yang baik itu kewajiban atau menjauhi
larangan hingga sesempurna mungkin. Baik menjalankan satu
kewajiban atau perintah yang dihantui oleh sifat malas seperti
melaksanakan shalat, atau melaksanakan kewajiban yang kurang
disukai, misalnya zakat, infak, atau sedekah, hingga melaksanakan
sesuatu yang dihantui sifat malas dan kikir, yaitu ibadah haji serta
jihad fi sabilillah. Sabar dalam mentaati perintah tidak hanya kepada
Allah saja, tetapi juga harus dimunculkan terhadap orang lain yang
memberikan perintah.
29
b. Sabar menjauhi larangan
Artinya harus bisa menahan diri dan merasa takut terhadap hukuman
yang akan diberikan oleh Allah SWT kepada seseorang karena
melakukan tindakan yang dilarang.
Menurut Syam (2009), sabar dalam mengekang diri dari
perbuatan yang dilarang atau maksiat merupakan tingkatan martabat
yang tertinggi dalam sabar, di mana seseorang mampu agat tidak
terjerumus ke dalam maksiat tersebut. Perbuatan maksiat juga banyak
sumbernya, seperti dari panca indera dan anggota tubuh, maksiat dari
nafsu seksual, maksiat dari makan dan minum yang diharamkan,
maksiat dengan batin, termasuk juga sabar dalam menahan amarah
dari unsur balas dendam dengan kejahatan dibalas dengan kejahatan
yang melebihi apa yang diterima.
c. Sabar menghadapi musibah.
Sabar menghadapi musibah berarti bagaimana sikap seseorang
menanggapi apapun hal buruk yang sedang menimpanya dan kekuatan
dalam menyikapinya tanpa menyalahkan orang lain.
Menurut Syam (2009), sabar dalam menghadapi kemalangan
atau musibah adalah sabar atas hal-hal kehancuran atau
menyengsarakan diri hingga seseorang dapat menghadapinya dengan
baik. Dapat berupa sabar terhadap menghadapi stres saat bekerja,
keluhan dari nasabah, gangguan-gangguan yang dapat mengurangi
produktivitas kerja.
30
2.3.3 Pengukuran sabar
Pengukuran sabar dapat menggunakan alat ukur yang dibuat oleh Syukri
(2006) berdasarkan teori sabar yang dikemukakan oleh al-Bilaly (dalam
Syukri, 2006). Alat ukur yang digunakan berupa skala Likert dengan
rentang kode dari sangat sesuai sampai sangat tidak sesuai. Jumlah item
yang digunakan pada awalnya berjumlah 100 item. Kemudian dilakukan
percobaan item kepada responden dan menghasilkan 85 item yang valid.
Selain itu, pengukuran sabar dapat menggunakan skala yang dibuat
dalam penilitian yang dilakukan oleh Syahputri (2010). Pengukuran sabar
ini menggunakan tiga dimensi, dengan jumlah item sebanyak 30, dan
menggunakan rentang skala Likert mulai dari sangat sesuai sampai sangat
tidak sesuai.
Dalam penelitian ini, penulis membuat sendiri alat ukur kesabaran
berdasarkan teori dari al-Jawziyyah (1997) dengan dimensi-dimensi
kesabaran yang telah dipaparkan sebelumnya, yaitu sabar mentaati semua
perintah, sabar menjauhi larangan, dan sabar menghadapi cobaan atau
musibah.
2.4 Disiplin Menjalankan Shalat Wajib
Menurut Daradjat (1995), seseorang yang terbiasa menjalankan shalat secara
disiplin, maka akan menular kepada seluruh sikap dan perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam mengerjakan pekerjaan. Menjalankan
ibadah shalat wajib telah lama diperintahkan saat Nabi Muhammad SAW
melaksanakan kegiatan Isra dan Mi’raj pada tanggal 27 Rajab. Martin (2004)
31
menjelaskan bahwa saat peristiwa Isra Mi’raj, Allah SWT memerintahkan
Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan ibadah shalat wajib sebanyak
lima kali sehari, dimulai dari shubuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya.
Menjalankan shalat wajib memiliki dampak yang positif bagi
seseorang. As-Sawwaf (2001) memaparkan bahwa shalat akan memberikan
keberkahan dan nilai-nilai yang luhur kepada seseorang dalam hal karakter-
karakter yang positif, seperti kejujuran, ketulusan hati, sikap sederhana,
ketangguhan, sikap saling pengertian, kesopanan, keadilan, dan kemurahan
hati. Shalat juga mampu menahan seseorang dalam melakukan hal yang
tercela, sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini:
ة تنه لو إين ٱلص ة لو قيمي ٱلص إيلك مين ٱلكيتبي وأ وحي
أ ٱتل ما
يعلم ما تصنعون وٱلل كبي أ عني ٱلفحشاءي وٱلمنكري وليكر ٱلل
٤٥ Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-‘Ankabut:
45).
2.4.1 Definisi disiplin menjalankan shalat wajib
Tasmara (1999) mendefinisikan kedisiplinan sebagai sikap dan perilaku
yang tampak dari seseorang yang merupakan hasil dari kebiasaan, didasari
dengan tanggung jawab dan bertujuan untuk mentaati tata tertib.
32
Senada dengan Tasmara, Prasetyo dan Muliadi (2008) menyatakan
bahwa disiplin dapat dikatakan sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, atau ketertiban.
Sementara itu, kamus besar bahasa Indonesia (2008) mengartikan
disiplin yang artinya patuh terhadap tata aturan. Jadi, apapun yang
seseorang lakukan harus sesuai dengan tata aturan yang berlaku.
Hendro (1996) menyatakan disiplin dari aspek yang berbeda, yaitu
ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar
dan ikhlas dari lahir dan batin, sehingga timbul rasa malu terkena sanksi
dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dessler (2014) menyatakan bahwa disiplin merupakan suatu
prosedur yang digunakan untuk mengoreksi atau menghukum seorang
pegawai karena dianggap telah melanggar aturan atau prosedur yang
berlaku. Jadi disiplin di sini sebagai pedoman dalam lingkungan
organisasi.
Berbeda dengan Dessler, Drever (1986) mendefinisikan
kedisiplinan semula bersinonim dengan education (pendidikan), dalam
pemakaian modern pengertiannya adalah kontrol terhadap pengakuan baik
oleh suatu kekuasaan luar maupun individu sendiri.
Blanford (1998), mendefinisikan disiplin dengan konsep yang
hampir sama dengan Drever, yaitu yang lebih diperhatikan kepada
33
perkembangan dari mekanisme internal yang memungkinkan individu
untuk mengontrol diri mereka, sehingga akan membutuhkan batasan-
batasan yang disetujui terhadap sikap dan perilaku.
Namun, yang menjadi poin penting dalam definisi disiplin ini
adalah disiplin dalam hal menjalankan shalat wajib. Siswanto (2013)
mendefinisikan kedisipilinan melaksanakan shalat wajib yang merupakan
suatu kepatuhan dan kesanggupan menjalankan ibadah shalat dalam sehari
semalam sebanyak lima kali dan harus dikerjakan pada waktunya masing-
masing dan tidak satupun yang ditinggalkan yaitu shalat subuh, shalat
dzuhur, shalat ashar, shalat maghrib dan shalat isya' yang timbul karena
penuh kesadaran, penguasaan diri dan rasa tanggung jawab.
Berdasarkan definisi mengenai disiplin yang telah dipaparkan,
penulis menyimpulkan definisi dari disiplin berdasarkan teori dari
Tasmara (1999), yaitu sikap dan perilaku yang tampak dari seseorang yang
merupakan hasil dari kebiasaan, didasari dengan tanggung jawab dan
bertujuan untuk mentaati tata tertib dalam menjalankan ibadah shalat
dalam sehari semalam sebanyak lima waktu (shalat wajib).
2.4.2 Dimensi disiplin menjalankan shalat wajib
Menurut Tasmara (dalam Siswanto, 2013), ada tiga aspek kedisiplinan
dalam mengerjakan shalat, yaitu:
a. Ketepatan Waktu
Shalat tanpa adanya usaha untuk mendisiplinkan diri untuk menepati
waktu-waktu shalat yang telah ditentukan, akan menyebabkan sering
34
terlambat dan kemudian muncul rasa malas untuk mengerjakannya dan
hal tersebut menandakan kegagalan dalam mencapai keteraturan shalat.
Menurut Bernardin dan Russel (1993), ketepatan waktu merupakan di
mana kegiatan tersebut dapat diselesaikan, atau suatu hasil produksi
dapat dicapai, pada permulaan waktu yang ditetapkan bersamaan
koordinasi dengan hasil produk yang lain dan memaksimalkan waktu
yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan lain.
b. Tanggung Jawab
Tanggung jawab dalam melaksanakan shalat akan melahirkan suatu
niat yang kuat dan ikhlas. Apabila hal tersebut telah tercapai maka
melaksanakan shalat merupakan sesuatu yang ringan bahkan
menyenangkan. Sebaliknya akan terasa sulit dan berat untuk
melaksanakan shalat apabila dikerjakan dengan hati yang tidak ikhlas
atau terpaksa. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008),
tanggung jawab merupakan keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya.
c. Kemauan atau Kehendak
Tanpa adanya kehendak yang kuat dari dorongan internal, maka tidak
ada motivasi untuk melaksanakan sesuatu dan mudah terpengaruh oleh
faktor eksternal. Dalam psikologi, kemauan atau kehendak disebut
dengan motif. Menurut Sarwono (1996), motif memiliki hubungan
yang erat dengan gerak, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia
atau disebut juga sebagai perbuatan atau perilaku. Selain itu, motif juga
35
berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya
suatu perbuatan (action) atau perilaku (behavior).
2.4.3 Pengukuran disiplin menjalankan shalat wajib
Pengukuran disiplin menjalankan shalat wajib dapat menggunakan alat
ukur yang digunakan oleh Ashariyah (2014). Alat ukur ini berbentuk
angket tertutup menggunakan skala Likert dengan jumlah empat puluh tiga
butir pernyataan. Penulis tidak menggunakan alat ukur ini karena tidak
menemukan alat ukur yang digunakan oleh Ashariyah.
Dalam penelitian ini, penulis membuat alat ukur disiplin
menjalankan shalat wajib berdasarkan dimensi-dimensi yang telah
dipaparkan oleh Tasmara (dalam Siswanto, 2013), yaitu ketepatan waktu,
tanggung jawab, dan kemauan atau kehendak.
2.5 Kerangka Berpikir
Stress kerja dianggap sebagai salah satu masalah yang mempengaruhi kinerja
karyawan dalam sebuah organisasi. Banyak penelitian yang dilakukan untuk
melihat bagaimana stres kerja dapat terjadi, termasuk dengan studi literatur
dari beberapa teori yang dikemukakan para tokoh. Salah satunya yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Beehr dan Newman (1978), di mana stres
kerja yang timbul dari diri seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek gejala,
yaitu gejala psikologis, gejala fisik, dan gejala perilaku. Selain itu, terdapat
juga faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja. Menurut Robin dan Judge
(2012), faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah faktor
lingkungan, faktor organisasi, dan faktor personal.
36
Faktor lain yang mempengaruhi stres kerja adalah teamwork.
Berdasarkan penelitian oleh Shirazi, Ahmadi, Gangi, dan Alizadeh (2014),
teamwork mempengaruhi stres kerja. Sementara itu, Zhuang et.al. (2008),
memaparkan bahwa terdapat tiga dimensi dari teamwork, yaitu kerja sama,
mempengaruhi serta mendukung, dan menyelesaikan masalah serta negosiasi.
Kerja sama yang baik antara satu karyawan dengan yang lain akan
menghasilkan juga hasil yang baik. Kerja sama didefinisikan sebagai
kontribusi yang dilakukan secara sengaja dari usaha pribadi untuk
penyelesaian pekerjaan yang saling kebergantungan (Wagner dalam
Kozlowski & Bell, 2001) dan sering dipandang sebagai lawan dari konflik.
Konflik di sini bisa disamakan dengan stres kerja yang dialami oleh
seseorang.
Dimensi berikutnya adalah mempengaruhi serta mendukung.
Kemampuan mempengaruhi dan mendukung yang dimiliki oleh salah satu
anggota tim, akan mampu membantu dalam memberikan perubahan kepada
anggota tim yang lain. Mempengaruhi dan mendukung dalam hal ini adalah
karyawan memberikan dukungan sosial dan pengaruh yang positif terhadap
rekannya yang mengalami stres kerja.
Dimensi teamwork lainnya adalah menyelesaikan masalah dan
negosiasi. Dalam sebuah tim, pasti akan ada yang namanya konflik atau
masalah. Masalah ini muncul karena adanya perbedaan pendapat atau
ketidaksetujuan anggota tim mengenai pendapat dari anggota tim yang
lainnya. Oleh karena itu, kemampuan menyelesaikan masalah dan konflik
37
sangat penting untuk ada dalam sebuah tim. Selain itu, karyawan membantu
rekannya dalam menyelesaikan masalahnya, termasuk masalah stres kerja.
Selain teamwork, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi stres kerja melalui religiusitas dan spiritualitas. Dalam beberapa
aspek dari religiusitas, ada yang memiliki keterkaitan dengan stres kerja,
yaitu coping dengan agama (religious and spiritual coping). Sabar itu sendiri
dapat termasuk ke dalam tipe coping dengan agama, oleh karena itu saat
karyawan mengalami stres kerja, diharapkan tidak hanya meminta bantuan
kepada rekannya, tetapi menyadari adanya suatu Zat yang memiliki kekuatan
yang sangat besar, yaitu Tuhan melalui pengalaman spiritualnya.
Al-Jawziyyah (1997) menjelaskan dimensi dari sabar, yaitu sabar
mentaati semua perintah, sabar menjauhi larangan, dan sabar menghadapi
cobaan atau musibah. Sabar mentaati semua perintah artinya bagaimana
seseorang mampu untuk bertahan utuk terus menjalankan apa yang telah
diperintahkan kepadanya.
Dimensi berikutnya adalah sabar menjauhi larangan. Perbuatan yang
dilarang ini sudah pasti dibenci atau tidak disukai oleh Allah SWT, seperti
bermaksiat, berzina, melakukan kejahatan, dan lain-lain. Begitu juga dalam
organisasi, seseorang tidak boleh melakukan kecurangan dalam mengerjakan
pekerjaannya. Karena, sewaktu-waktu pekerjaan tersebut akan diperiksa oleh
pimpinan.
Dimensi terakhir adalah sabar menghadapi cobaan atau musibah.
Dimesi ini yang mungkin sangat cocok dengan karyawan yang sedang
38
mengalami stres kerja. Dalam perusahaan, jika seseorang berhasil
menghadapi stres kerja dan melawannya secara maksimal, maka bisa saja
orang tersebut akan diangkat posisi dan jabatannya.
Selain itu, sisi religiusitas dan spiritualitas yang dapat dilihat dari
penlitian ini adalah dengan melakukan kegiatan ibadah. Ibadah yang
dimaksud adalah disiplin menjalankan shalat wajib. Penelitian yang
dilakukan oleh Ashariyah (2014) membuktikan adanya hubungan yang
signifikan antara stres kerja dengan disiplin menjalankan shalat wajib.
Tasmara (dalam Siswanto, 2013), memaparkan ada tiga dimensi dari
disiplin menjalankan shalat, yaitu ketepatan waktu, tanggung jawab, dan
kemauan atau kehendak. Apabila seseorang menjalankan shalat tepat waktu,
maka semua pekerjaan juga akan dikerjakan secara tepat waktu.
Tanggung jawab dalam mengerjakan shalat juga perlu diperhatikan.
Tanggung jawab dalam melaksanakan shalat akan melahirkan suatu niat yang
kuat dan ikhlas. Demikian juga dengan pekerjaan, apabila dilakukan dengan
ikhlas dan senang hati, maka tidak akan menimbulkan stres.
Kemauan atau kehendak dapat disamakan dengan motif. Tanpa
adanya kehendak yang kuat dari dorongan internal, maka tidak ada motivasi
untuk melaksanakan sesuatu dan mudah terpengaruh oleh faktor eksternal.
Menurut Sarwono (1996), motif memiliki hubungan yang erat dengan gerak,
yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga sebagai
perbuatan atau perilaku. Dikaitkan dengan stres kerja, bagaimana kemauan
39
dari karyawan dalam menyelesaikan semua pekerjaannya, sehingga stres
kerja tidak akan menganggu dirinya.
Sebagaimana dijelaskan di atas, penelitian ini menjadikan stres kerja
sebagai DV, teamwork sebagai IV pertama, sabar sebagai IV kedua, dan
disiplin menjalankan shalat wajib sebagai IV ketiga. Berdasarkan variabel-
variabel yang telah dipaparkan, tidak ada yang memiliki hubungan langsung
dengan stres kerja. Penulis mencoba untuk memasukkan variabel tersebut ke
dalam faktor-faktor umum dari stres kerja. Teamwork masuk ke dalam faktor
kelompok dalam organisasi, sabar dan disiplin menjalankan shalat wajib
dimasukkan ke dalam faktor personal, sehingga kerangka berpikir dari
penelitian ini adalah:
Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir dari pengaruh teamwork, sabar, dan
disiplin menjalankan shalat wajib terhadap stres kerja dengan penjabaran dimensi
dari masing-masing variabel bebas.
Teamwork
Kerjasama
Mempengaruhi dan mendukung
Menyelesaikan masalah dan negosiasi
Sabar
Sabar menjalankan perintah
Sabar menjauhi larangan
Sabar menghadapi musibah
Disiplin menjalankan shalat wajib
Ketepatan waktu
Tanggung jawab
Kemauan atau kehendak
Stres kerja
40
2.6 Hipotesis
Berdasarkan paparan teori dan kerangka berpikir yang telah disusun, penulis
mengajukan hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya menggunakan
data penelitian yang akan dikumpulkan.
1. Hipotesis Mayor
Ada pengaruh negatif yang signifikan kerjasama, mempengaruhi dan
mendukung, menyelesaikan masalah dan negosiasi, sabar mentaati semua
perintah, sabar menjauhi perbutan yang dilarang, sabar dalam menghadapi
musibah, ketepatan waktu, tanggung jawab, dan kemauan atau kehendak
terhadap stres kerja.
2. Hipotesis Minor
- Ada pengaruh negatif yang signifikan kerja sama pada teamwork
terhadap stres kerja.
- Ada pengaruh negatif yang signifikan mempengaruhi dan mendukung
pada teamwork terhadap stres kerja.
- Ada pengaruh negatif yang signifikan menyelesaikan masalah serta
negosiasi pada teamwork terhadap stres kerja.
- Ada pengaruh negatif yang signifikan sabar mentaati semua perintah
pada sabar terhadap stres kerja.
- Ada pengaruh negatif yang signifikan sabar menjauhi larangan pada
sabar terhadap stres kerja.
- Ada pengaruh negatif yang signifikan sabar menghadapi cobaan atau
musibah pada sabar terhadap stres kerja.
41
- Ada pengaruh negatif yang signifikan ketepatan waktu pada disiplin
menjalankan shalat wajib terhadap stres kerja.
- Ada pengaruh yang signifikan tanggung jawab pada disiplin
menjalankan shalat wajib terhadap stres kerja.
- Ada pengaruh yang signifikan kemauan atau kehendak pada disiplin
menjalankan shalat wajib terhadap stres kerja.
42
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel penelitian, variabel
penelitian dan definisi operasional variabel, teknik dan instrumen pengumpulan
data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di Bank
Syariah di wilayah Jakarta. Karyawan Bank Syariah adalah karyawan atau
seseorang yang memiliki keahlian dan kemampuan untuk bekerja di Bank
Syariah yang melayani nasabahnya dengan konsep perbankan sesuai
syariah. Sementara itu, untuk populasi dari Bank Syariah Mandiri
sebanyak kurang lebih 2000 orang dan Bank Muamalat sendiri dengan
jumlah karyawan kurang lebih 5000 orang.
3.1.2 Sampel
Pada penelitian ini, penulis memperoleh sampel sebanyak 203 responden.
Responden tersebut adalah para karyawan Bank Syariah serta bertugas di
dua Bank Syariah yang berbeda, yaitu Bank Syariah Mandiri sebanyak
162 responden dan Bank Muamalat Indonesia sebanyak 41 responden.
Para karyawan tersebut dipilih karena memiliki karakteristik sebagai
berikut:
43
1. Karyawan yang beragama Islam, karena penelitian ini terdapat variabel
yang menggambarkan ibadah yang hanya dilakukan oleh orang Islam,
yaitu shalat.
2. Usia kerjanya antara satu bulan sampai dua puluh tahun dan bekerja
pada Bank Syariah tersebut saja. Usia kerja dari satu bulan karena
penulis ingin melihat proses penyesuaian diri karyawan yang baru
bekerja di Bank Syariah dengan tingkat stres kerja yang dialami.
3.1.3 Teknik pengumpulan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non-probability sampling. Teknik non-probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana peluang terpilihnya anggota populasi tidak
dapat dihitung atau tidak menggunakan sampling acak. Karena hal
tersebut, kelemahan yang mungkin terjadi adalah jumlah sampel yang
mungkin tidak representatif karena hanya tergantung pada anggota sampel
yang ada pada saat itu. Akan tetapi kelemahan tersebut dapat dihindari jika
pengambilan sampel dipadukan dengan pengetahuan dan kehati-hatian
dalam analisis dan penafsiran data (Kerlinger, 2006).
Dalam proses pengambilan sampel, penulis tidak bisa membagikan
kuesioner secara langsung. Oleh karena itu, penulis membagikan kuesioner
kepada perwakilan dari masing-masing divisi untuk dibagikan kepada
karyawan yang bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.
44
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Identifikasi variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah stres kerja sebagai dependent
variable, lalu terdapat tiga independent variable besar dengan yang terdiri
dari teamwork (kerjasama, mempengaruhi serta mendukung,
menyelesaikan masalah serta negosiasi), sabar (sabar mentaati semua
perintah, sabar menjauhi larangan, sabar menghadapi cobaan atau
musibah), dan disiplin menjalankan shalat wajib (ketepatan waktu,
tanggung jawab, kemauan atau kehendak, dan stres kerja). Dengan
pejelasan tersebut, dapat dirincikan sebagai berikut:
Y = stres kerja
Teamwork
X1 = kerjasama
X2 = mempengaruhi serta mendukung
X3 = menyelesaikan masalah serta negosiasi
Sabar
X4 = sabar mentaati semua perintah
X5 = sabar menjauhi larangan
X6 = sabar menghadapi musibah
Disiplin menjalankan shalat wajib
X7 = ketepatan waktu
X8 = tanggung jawab
X9 = kemauan atau kehendak
45
3.2.2 Definisi operasional variabel
Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian
ini adalah:
1. Stres kerja merupakan kondisi yang timbul dari interaksi individu
yang bekerja di Bank Syariah dengan pekerjaannya, yang ditandai
dengan perubahan di dalam diri yang memaksa individu menyimpang
dari fungsi normalnya. Variabel ini akan diukur dengan skala stres
kerja dengan dimensi-dimensinya, yaitu gejala psikologis dengan
indikator mudah marah, kecemasan/ketegangan, depresi atau perasaan
tertekan, ketidakmampuan untuk konsentrasi, kesulitan dalam
membuat keputusan, kelelahan yang tidak semestinya, hilangnya rasa
humor.
Lalu gejala fisik dengan indikator ketegangan otot, telapak
tangan berkeringat, sakit kepala, mulut kering, tangan bergemetar,
mual, serta gejala perilaku dengan indikator menggigit kuku,
meningkatnya merokok, menarik rambut, peningkatan dan penurunan
frekuensi tidur, peningkatan dan penurunan pola makan, serta
penarikan diri secara sosial. Penulis akan membuat sendiri alat ukur
yang akan digunakan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Beehr
dan Newman (dalam Rout & Rout, 2002) dengan menggunakan skala
Likert, berdasarkan dimensi-dimensi yang telah dipaparkan.
2. Kerjasama didefinisikan sebagai melakukan sesuatu secara bersama-
sama. Variabel ini akan diukur dengan skala teamwork dengan
46
indikatornya, yaitu kemampuan beradaptasi dan kemampuan untuk
berhubungan interpersonal, dengan menggunakan skala Likert. Penulis
memilih skala teamwork yang merupakan self-report rating yang telah
dikembangkan oleh Zhuang, MacCann, Wang, Liu, dan Roberts
(2008). Skala ini terdiri dari tiga puluh item dengan indikator-
indikator dari dimensi yang telah dipaparkan.
3. Mempengaruhi serta mendukung didefinisikan sebagai memberikan
pengaruh dan mendukung anggota tim lain dengan dukungan dan
dorongan. Variabel ini akan diukur dengan skala teamwork
berdasarkan indikatornya, yaitu membangun kepercayaan dan
dukungan sosial, dengan menggunakan skala Likert. Penulis memilih
skala teamwork yang merupakan self-report rating yang telah
dikembangkan oleh Zhuang et.al. (2008). Skala ini terdiri dari tiga
puluh item dengan indikator-indikator dari dimensi yang telah
dipaparkan.
4. Menyelesaikan masalah dan negosiasi merupakan salah satu cara
untuk menghilangkan ketegangan dan ketidaksetujuan yang terjadi.
Variabel ini akan diukur dengan skala teamwork dengan indikatornya,
yaitu menyelesaikan masalah itu sendiri dan komunikasi, dengan
menggunakan skala Likert. Penulis memilih skala teamwork yang
merupakan self-report rating yang telah dikembangkan oleh Zhuang
et.al. (2008). Skala ini terdiri dari tiga puluh item dengan indikator-
indikator dari dimensi yang telah dipaparkan.
47
5. Sabar mentaati perintah berarti bahwa seseorang harus melakukan apa
yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan pimpinannya seperti
beribadah secara teratur, melakukannya dengan tulus, mentaati
perintah dalam mengerjakan tugasnya dan harus dengan pengetahuan
dimiliki. Variabel ini akan diukur dengan skala sabar dengan
indikatornya, yaitu menjalankan perintah secara teratur, ketulusan
dalam menjalankan perintah, serta menjalankan perintah sesuai
dengan aturan, dengan menggunakan skala Likert. Penulis akan
membuat sendiri alat ukur yang akan digunakan berdasarkan teori
yang dikemukakan oleh al-Jawziyyah (1997) berdasarkan dimensi-
dimensi yang telah dipaparkan.
6. Sabar menjauhi larangan artinya seseorang harus bisa menahan diri
dan merasa takut terhadap hukuman yang akan diberikan oleh Allah
SWT dan pimpinan kepada mereka karena melakukan tindakan yang
dilarang. Variabel ini akan diukur dengan skala sabar dengan
indikatornya, yaitu takut terhadap hukuman yang diberikan Allah dan
berkeyakinan bahwa Allah maha melihat, dengan menggunakan skala
Likert. Penulis akan membuat sendiri alat ukur yang akan digunakan
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh al-Jawziyyah (1997)
berdasarkan dimensi-dimensi yang telah dipaparkan.
7. Sabar menghadapi musibah berarti bagaimana sikap seseorang
menanggapi apapun hal buruk yang menimpa mereka dan kekuatan
mereka dalam menyikapinya tanpa menyalahkan orang lain. Variabel
48
ini akan diukur dengan skala sabar dengan indikatornya, yaitu ikhlas
terhadap musibah yang datang dan meyakini bahwa musibah yang
datang merupakan ujian keimanan, dengan menggunakan skala Likert.
Penulis akan membuat sendiri alat ukur yang akan digunakan
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh al-Jawziyyah (1997)
berdasarkan dimensi-dimensi yang telah dipaparkan.
8. Ketepatan waktu merupakan usaha untuk mendisiplinkan diri
seseorang untuk menepati waktu-waktu shalat yang telah ditentukan,
jika tidak dilakukan akan menyebabkan sering terlambat dan
kemudian muncul rasa malas untuk mengerjakannya dan hal tersebut
menandakan kegagalan dalam mencapai keteraturan shalat. Variabel
ini akan diukur dengan skala disiplin menjalankan shalat wajib dengan
indikatornya, yaitu shalat di awal waktu. dan sesegera mungkin tanpa
menunda-nunda, dengan menggunakan skala Likert. Penulis akan
membuat sendiri alat ukur yang akan digunakan berdasarkan teori
yang dikemukakan oleh Tasmara (dalam Siswanto, 2013) berdasarkan
dimensi-dimensi yang telah dipaparkan.
9. Tanggung jawab dalam melaksanakan shalat akan melahirkan suatu
niat yang kuat dan ikhlas. Apabila hal tersebut telah tercapai maka
melaksanakan shalat merupakan sesuatu yang ringan bahkan
menyenangkan. Variabel ini akan diukur dengan skala disiplin
menjalankan shalat wajib dengan indikatornya, yaitu mampu
membedakan yang benar dan salah serta mengakui kesalahan, dengan
49
menggunakan skala Likert. Penulis akan membuat sendiri alat ukur
yang akan digunakan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Tasmara (dalam Siswanto, 2013) berdasarkan dimensi-dimensi yang
telah dipaparkan.
10. Kemauan atau Kehendak merupakan dorongan internal dari diri
seseorang. Tanpa adanya kehendak yang kuat dari dorongan internal,
maka tidak ada motivasi untuk melaksanakan sesuatu dan mudah
terpengaruh oleh faktor eksternal. Variabel ini akan diukur dengan
skala disiplin menjalankan shalat wajib dengan indikatornya, yaitu
muncul dari dalam diri sendiri serta merasa perlu untuk
melakukannya, dengan menggunakan skala Likert. Penulis akan
membuat sendiri alat ukur yang akan digunakan berdasarkan teori
yang dikemukakan oleh Tasmara (dalam Siswanto, 2013) berdasarkan
dimensi-dimensi yang telah dipaparkan.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik pengumpulan data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan
melakukan penyebaran skala berupa angket atau kuesioner kepada tempat
atau institusi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
3.3.2 Instrumen penelitian dan blue print
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa alat ukur. Alat
ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah alat ukur yang
langsung diberikan ke subjek yang akan memberikan jawabannya dengan
50
memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia. Alat ukur yang
digunakan terdiri dari empat macam, yaitu skala stres kerja, skala
teamwork, skala sabar, dan skala disiplin dalam menjalankan shalat wajib.
Pada keempat skala tersebut disusun berdasarkan model likert.
Dengan menggunakan model skala Likert, penulis menetapkan penskoran
dari 1-4 untuk kategori favorable dan unfavorable. Kode dari skala Likert
yang digunakan penulis dalam penelitian ini dimulai dari sangat tidak
sesuai (STS) dengan nilai 1, tidak sesuai (TS) dengan nilai 2, sesuai (S)
dengan nilai 3, dan sangat sesuai (SS) dengan nilai 4.
Tabel 3.1
Bobot Nilai Skala
Kode Favorable Unfavorable
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
3.3.2.1 Blue print skala stres kerja
Skala stres kerja pada penelitian ini menggunakan skala model likert
dengan aspek yang diukur berdasarkan teori Beehr dan Newman (dalam
Rout & Rout, 2002). Alat ukur yang digunakan penulis kembangkan
sendiri dari dimensi teori tersebut, yaitu gejala psikologis, gejala fisik,
dan gejala perilaku. Skala stres kerja terdiri dari 20 item dengan
menggunakan skala Likert. Blue print skala stres kerja terdapat dalam
Tabel 3.2 di bawah ini.
51
Tabel 3.2
Blue Print Skala Stres Kerja
Dimensi Indikator Fav Un
fav
∑
1. Gejala
psikolo
gis
- Mudah marah 1 1
- Kecemasan/ketegangan 2 1
- Depresi atau perasaan
tertekan
3 1
- Ketidakmampuan untuk
konsentrasi
4 1
- Kesulitan dalam membuat
keputusan
5 1
- Hilangnya rasa humor 6 1
- Kelelahan yang tidak
semestinya
7 1
2. Gejala
fisik
- Ketegangan otot 8 1
- Telapak tangan berkeringat 9 1
- Sakit kepala 10 1
- Mulut kering 11 1
- Tangan bergetar 12 1
- Mengalami gangguan
pencernaan
13 1
- Mual 14 1
3. Gejala
perilak
u
- Menggigit kuku 15 1
- Meningkatnya merokok 16 1
- Peningkatan dan penurunan
pola makan
17 1
- Menarik rambut 18 1
- Peningkatan dan penurunan
frekuensi tidur
19 1
- Penarikan diri secara sosial 20 1
Total 20
3.3.2.2 Blue print skala teamwork
Skala teamwork pada penelitian ini menggunakan skala model likert
dengan aspek yang diukur berdasarkan teori Zhuang et.al. (2008). Alat
ukur yang digunakan penulis skala teamwork yang merupakan self-
report rating yang telah dikembangkan oleh Zhuang et.al. (2008). Skala
52
ini terdiri dari 30 item dengan indikator-indikator dari dimensi yang
telah dipaparkan, yaitu kerjasama, mempengaruhi atau mendukung,
serta menyelesaikan masalah dan negosiasi. Blue print skala teamwork
terdapat dalam Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3
Blue Print Skala Teamwork
Dimensi Indikator Fav Unfav ∑
1. Kerjasama - Kemampuan
beradaptasi.
- Kemampuan
berhubungan
interpersonal.
1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9,
10, 11, 12
5
7
2. Mempengaruhi
dan
mendukung
- Membangun
kepercayaan.
- Dukungan
sosial.
13, 14, 15,
16, 17, 21
18, 19, 20,
6
3
3. Menyelesaikan
masalah dan
negosiasi
- Menyelesaika
n masalah.
- Komunikasi.
22, 23
24, 25, 26,
27, 28, 30
29
2
7
Total 30
3.3.2.3 Blue print skala sabar
Skala sabar pada penelitian ini menggunakan skala model likert dengan
aspek yang diukur berdasarkan teori al-Jawziyyah (1997). Alat ukur
yang digunakan penulis berjumlah 15 item dan kembangkan sendiri dari
dimensi teori tersebut, yaitu sabar mentaati semua perintah, sabar
menjauhi larangan, dan sabar menghadapi musibah. Blue print skala
stres kerja terdapat dalam Tabel 3.4 di bawah ini.
53
Tabel 3.4
Blue Print Skala Sabar
Dimensi Indikator Fav Unfav ∑
1. Sabar
mentaati
semua
perintah
- Menjalankan
perintah secara
teratur.
- Ketulusan dalam
menjalankan
perintah.
- Menjalankan
perintah sesuai
dengan aturan.
1, 5
2
4
3
2
1
2
2. Sabar
menjauhi
larangan
- Takut terhadap
hukuman yang
diberikan Allah.
- Berkeyakinan
bahwa Allah maha
melihat.
6
8, 9
7, 10 3
2
3. Sabar
menghada
pi musibah
- Ikhlas terhadap
musibah yang
datang.
- Meyakini bahwa
musibah yang
datang merupakan
ujian keimanan.
11,
12, 14
13, 15 3
2
Total 15
3.3.2.4 Blue print skala disiplin menjalankan shalat wajib
Skala disiplin menjalankan shalat wajib pada penelitian ini berjumlah
17 item menggunakan skala model likert dengan dimensi yang diukur
berdasarkan teori Tasmara (dalam Siswanto, 2013), yaitu ketepatan
waktu, tanggung jawab, dan kemauan atau kehendak. Alat ukur yang
digunakan penulis kembangkan sendiri dari dimensi teori tersebut. Blue
print skala stres kerja terdapat dalam Tabel 3.5 di bawah ini.
54
Tabel 3.5
Blue Print Skala Disiplin Menjalankan Shalat Wajib
Dimensi Indikator Fav Unfav ∑
1. Ketepatan
waktu
- Shalat di awal
waktu.
- Sesegera
mungkin tanpa
menunda-
nunda.
1, 6 2
3, 4, 5
3
3
2. Tanggung
jawab
- Mampu
membedakan
yang benar
dan salah
- Mengakui
kesalahan
8, 9,
10, 11
7 1
4
3. Kemauan
atau
kehendak
- Muncul dari
dalam diri
sendiri.
- Merasa perlu
untuk
melakukannya.
12, 13
15, 17
14
16
3
3
Total 17
3.4 Prosedur Penelitian
Langkah yang dilakukan penulis untuk melaksanakan penelitian, yaitu:
1. Tahap persiapan
a) Perumusan masalah.
b) Menentukan variabel yang akan diteliti.
c) Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang
sesuai dengan variabel dalam penelitian.
d) Menentukan lokasi dan subjek penelitian.
e) Persiapan alat pengumpulan data dengan menggunakan alat ukur yang
akan digunakan berupa skala model likert yang terdiri dari skala stres
55
kerja, skala teamwork, skala sabar, dan skala disiplin menjalankan
shalat wajib.
2. Tahap pelaksanaan
a) Menentukan jumlah sampel penelitian.
b) Memberikan penjelasan tujuan penelitian kepada Kepala Bagian HRD
PT.X untuk kemudian disampaikan kepada karyawan.
c) Melaksanakan pengambilan data penelitian dengan cara mengirim
kuesioner berbentuk hardcopy ke Kepala Bagian HRD PT. X.
3. Tahap pengolahan data
a) Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden.
b) Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat
tabel data.
c) Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik untuk
menguji hipotesis.
d) Membuat kesimpulan dan laporan akhir.
3.5 Uji Validitas Konstruk
Setelah mendapatkan data penelitian lapangan, penulis kemudian melakukan
uji instrumen dengan tujuan mengetahui tingkat validitas instrumen. Uji
validitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keterhandalan
skala. Sejauh mana alat ukur dapat mengukur apa yang hendak diukur. Uji
validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Confirmatory
Factor Analysis (CFA) dengan software Lisrel 8.70. CFA lebih tepat
56
digunakan pada pengujian teori karena langsung menguji teori dan tingkat fit
pada model dapat diukur dalam berbagai cara (Umar, 2012).
3.5.1 Uji validitas konstruk stres kerja
Penulis menguji apakah 20 item ada yang bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur stres kerja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan menggunakan software Lisrel, diperoleh Chi-Square = 959,50 df =
170, P-Value = 0,00000, RMSEA = 0,152. Karena P-value < 0,05 dan
RMSEA > 0,05, maka model dinyatakan tidak fit. Oleh karena itu, penulis
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkolerasi satu sama lainnya. Setelah
melakukan modifikasi model sebanyak 67 kali, maka diperoleh model fit
dengan nilai Chi-Square = 126,36, df = 103, P-Value = 0,05887, RMSEA
= 0,034. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value > 0,05 dan nilai RMSEA
< 0,05, yang artinya model dinyatakan fit. Artinya, model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu stres kerja.
Tahap selanjutnya, penulis ingin melihat item mana yang memang
mengukur apa yang hendak diukur. Kriteria item valid dapat melihat nilai
T-Value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.
Berdasarkan tabel 3.6, nilai t bagi koefisien muatan faktor item
nomor 1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, dan 20 signifikan
karena t > 1.96 dan lamda positif. Sementara item nomor 2, 4, 6 dan 15
57
tidak signifikan maka harus didrop. Hal ini berarti item tersebut tidak akan
dianalisis dalam perhitungan factor score dan true score.
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Stres Kerja
No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.63 0.06 9.73 V
2 -0.01 0.07 -0.11 X
3 0.79 0.06 13.35 V
4 0.13 0.07 1.88 X
5 0.28 0.07 3.78 V
6 0.05 0.08 0.62 X
7 0.33 0.07 4.96 V
8 0.25 0.07 3.61 V
9 0.58 0.06 9.34 V
10 0.16 0.07 2.31 V
11 0.36 0.07 5.27 V
12 0.79 0.06 12.51 V
13 0.69 0.06 11.20 V
14 0.80 0.06 13.70 V
15 -0.87 0.06 -15.29 X
16 0.58 0.07 8.71 V
17 0.48 0.06 7.39 V
18 0.79 0.06 13.54 V
19 0.23 0.07 3.30 V
20 0.50 0.06 7.76 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96) X = tidak signifikan
3.5.2 Uji validitas konstruk kerjasama
Dari hasil analisi CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap
12 item yang mengukur kerjasama, diperoleh hasil Chi-Squre = 409,08
df=54, P-Value=0,00000, RMSEA=0,180. Karena P-Value < 0,05 dan
RMSEA > 0,05, maka model dinyatakan tidak fit. Oleh karena itu, penulis
melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 19 kali sehingga
diperoleh nilai Chi-Square = 46,92, df = 35, P-Value = 0,08579, RMSEA
= 0,041. P-Value telah bernilai > 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa
58
model fit. Artinya, seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu dimensi
kerjasama.
Tahap selanjutnya, penulis ingin melihat item mana yang memang
mengukur apa yang hendak diukur. Kriteria item valid dapat melihat nilai
T-Value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Kerjasama
No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.54 0.07 8.05 V
2 0.50 0.07 7.21 V
3 0.68 0.06 10.74 V
4 0.69 0.06 11.14 V
5 0.70 0.06 10.83 V
6 0.78 0.06 13.17 V
7 0.77 0.06 12.92 V
8 0.80 0.06 13.59 V
9 0.85 0.06 14.86 V
10 0.79 0.06 13.37 V
11 0.44 0.07 5.96 V
12 0.63 0.07 9.50 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel 3.7, keseluruhan item signifikan karena t > 1,96
dan lamda positif. Dengan demikian, tidak ada item yang didrop dan
seluruh item akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score dan true
score.
3.5.3 Uji validitas konstruk mempengaruhi dan mendukung
Dari hasil analisi CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap
sembilan item yang mengukur mempengaruhi dan mendukung, diperoleh
hasil Chi-Squre = 193,48 df = 27, P-Value = 0,00000, RMSEA = 0,175.
Karena P-Value < 0,05 dan RMSEA > 0,05, maka model dinyatakan tidak
59
fit. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model
sebanyak enam kali sehingga diperoleh nilai Chi-Square = 25,86, df = 21,
P-Value = 0,21199, RMSEA = 0,034. P-Value telah bernilai > 0,05
sehingga dapat dinyatakan bahwa model fit. Artinya, seluruh item hanya
mengukur satu faktor yaitu dimensi mempengaruhi dan mendukung.
Tahap selanjutnya, penulis ingin melihat item mana yang memang
mengukur apa yang hendak diukur. Kriteria item valid dapat melihat nilai
T-Value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Mempengaruhi dan Mendukung
No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.59 0.07 8.94 V
2 0.71 0.06 11.33 V
3 0.70 0.06 11.17 V
4 0.67 0.06 10.58 V
5 0.61 0.07 9.22 V
6 0.78 0.06 12.96 V
7 0.88 0.06 15.59 V
8 0.91 0.05 16.62 V
9 0.56 0.07 8.47 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel 3.8, keseluruhan item signifikan karena t > 1,96
dan lamda positif. Dengan demikian, tidak ada item yang didrop dan
seluruh item akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score dan true
score.
3.5.4 Uji validitas konstruk menyelesaikan masalah dan negosiasi
Dari hasil analisi CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap
sembilan item yang mengukur menyelesaikan masalah dan negosiasi,
60
diperoleh hasil Chi-Squre = 244,67 df = 27, P-Value = 0,00000, RMSEA =
0,200. Karena P-Value < 0,05 dan RMSEA > 0,05, maka model
dinyatakan tidak fit. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
terhadap model sebanyak sebelas kali sehingga diperoleh nilai Chi-Square
= 19,38, df = 16, P-Value = 0,24948, RMSEA = 0,032. P-Value telah
bernilai > 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa model fit. Artinya,
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu dimensi menyelesaikan
masalah dan negosiasi.
Tahap selanjutnya, penulis ingin melihat item mana yang memang
mengukur apa yang hendak diukur. Kriteria item valid dapat melihat nilai
T-Value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Menyelesaikan Masalah dan Negosiasi
No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.79 0.00 12.65 V
2 0.40 0.07 5.40 V
3 0.72 0.06 11.24 V
4 0.68 0.07 9.37 V
5 0.64 0.07 9.71 V
6 0.64 0.07 9.77 V
7 0.66 0.07 10.07 V
8 -0.13 0.08 -1.74 X
9 0.73 0.07 11.17 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96) X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.9, keseluruhan item signifikan karena t > 1,96
dan lamda positif, kecuali nomor 8 karena nilai t < 1.96. Dengan demikian,
item nomor 8 didrop dan tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan
factor score dan true score.
61
3.5.5 Uji validitas konstruk sabar mentaati semua perintah
Dari hasil analisi CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap
lima item yang mengukur sabar mentaati semua perintah, diperoleh hasil
Chi-Squre = 13,76 df = 5, P-Value = 0,01718, RMSEA = 0,093. Karena P-
Value < 0,05 dan RMSEA > 0,05, maka model dinyatakan tidak fit. Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model sebanyak satu
kali sehingga diperoleh nilai Chi-Square = 2,64, df = 4, P-Value =
0,61981, RMSEA = 0,000. P-Value telah bernilai > 0,05 sehingga dapat
dinyatakan bahwa model fit. Artinya, seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu dimensi sabar mentaati semua perintah.
Tahap selanjutnya, penulis ingin melihat item mana yang memang
mengukur apa yang hendak diukur. Kriteria item valid dapat melihat nilai
T-Value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.
Berdasarkan tabel 3.10, keseluruhan item signifikan karena t > 1,96
dan lamda positif. Dengan demikian, tidak ada item yang didrop dan
seluruh item akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score dan true
score.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Sabar Mentaati Semua Perintah
No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.91 0.06 15.18 V
2 0.67 0.07 10.20 V
3 0.45 0.07 6.37 V
4 0.42 0.07 5.85 V
5 0.81 0.06 12.99 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
62
3.5.6 Uji validitas konstruk sabar menjauhi larangan
Dari hasil analisi CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap
lima item yang mengukur sabar menjauhi larangan, diperoleh hasil Chi-
Squre = 28,29 df = 5, P-Value = 0,00003, RMSEA = 0,152. Karena P-
Value < 0,05 dan RMSEA > 0,05, maka model dinyatakan tidak fit. Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model sebanyak dua
kali sehingga diperoleh nilai Chi-Square = 6,06, df = 3, P-Value =
0,10873, RMSEA = 0,071. P-Value telah bernilai > 0,05 sehingga dapat
dinyatakan bahwa model fit. Artinya, seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu dimensi sabar menjauhi larangan.
Tahap selanjutnya, penulis ingin melihat item mana yang memang
mengukur apa yang hendak diukur. Kriteria item valid dapat melihat nilai
T-Value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.
Berdasarkan tabel 3.11, keseluruhan item signifikan karena t > 1,96
dan lamda positif. Dengan demikian, tidak ada item yang didrop dan
seluruh item akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score dan true
score.
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Sabar Menjauhi Larangan
No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.78 0.11 7.43 V
2 0.54 0.09 5.88 V
3 0.17 0.08 2.04 V
4 0.43 0.08 5.19 V
5 0.56 0.09 6.09 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
63
3.5.7 Uji validitas konstruk sabar menghadapi musibah
Dari hasil analisi CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap
lima item yang mengukur sabar menghadapi musibah, diperoleh hasil Chi-
Squre = 45,53 df = 5, P-Value = 0,00000, RMSEA = 0,200. Karena P-
Value < 0,05 dan RMSEA > 0,05, maka model dinyatakan tidak fit. Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model sebanyak dua
kali sehingga diperoleh nilai Chi-Square = 2,66, df = 3, P-Value =
0,44740, RMSEA = 0,000. P-Value telah bernilai > 0,05 sehingga dapat
dinyatakan bahwa model fit. Artinya, seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu dimensi sabar menghadapi musibah.
Tahap selanjutnya, penulis ingin melihat item mana yang memang
mengukur apa yang hendak diukur. Kriteria item valid dapat melihat nilai
T-Value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Sabar Menghadapi Musibah
No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.86 0.09 9.46 V
2 0.92 0.09 9.84 V
3 0.27 0.07 3.73 V
4 0.02 0.07 0.21 X
5 0.01 0.07 0.18 X
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96) X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.12, keseluruhan item signifikan karena t > 1,96
dan lamda positif, kecuali item nomor 4 dan 5 karena nilai t < 1.96.
Dengan demikian, item nomor 4 dan 5 didrop dan tidak akan ikut
dianalisis dalam perhitungan factor score dan true score.
64
3.5.8 Uji validitas konstruk ketepatan waktu
Dari hasil analisi CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap
enam item yang mengukur ketepatan waktu, diperoleh hasil Chi-Squre =
67,31 df = 9, P-Value = 0,00000, RMSEA = 0,179. Karena P-Value < 0,05
dan RMSEA > 0,05, maka model dinyatakan tidak fit. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model sebanyak dua kali sehingga
diperoleh nilai Chi-Square = 7,99, df = 7, P-Value = 0,33313, RMSEA =
0,027. P-Value telah bernilai > 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa
model fit. Artinya, seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu dimensi
ketepatan waktu.
Tahap selanjutnya, penulis ingin melihat item mana yang memang
mengukur apa yang hendak diukur. Kriteria item valid dapat melihat nilai
T-Value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Ketepatan Waktu
No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.66 0.07 10.01 V
2 0.70 0.06 10.83 V
3 0.32 0.07 4.44 V
4 0.88 0.06 14.96 V
5 0.83 0.06 13.74 V
6 0.37 0.07 4.90 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel 3.13, keseluruhan item signifikan karena t > 1,96
dan lamda positif. Dengan demikian, tidak ada item yang didrop dan
seluruh item akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score dan true
score.
65
3.5.9 Uji validitas konstruk tanggung jawab
Dari hasil analisi CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap
lima item yang mengukur tanggung jawab, diperoleh hasil Chi-Squre =
39,65 df = 5, P-Value = 0,00000, RMSEA = 0,185. Karena P-Value < 0,05
dan RMSEA > 0,05, maka model dinyatakan tidak fit. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model sebanyak dua kali sehingga
diperoleh nilai Chi-Square = 2,56, df = 3, P-Value = 0,46399, RMSEA =
0,000. P-Value telah bernilai > 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa
model fit. Artinya, seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu dimensi
tanggung jawab.
Tahap selanjutnya, penulis ingin melihat item mana yang memang
mengukur apa yang hendak diukur. Kriteria item valid dapat melihat nilai
T-Value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.
Tabel 3.14
Muatan Faktor Item Tanggung Jawab
No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.44 0.08 5.43 V
2 0.49 0.07 6.68 V
3 0.53 0.08 6.90 V
4 0.52 0.08 6.78 V
5 0.82 0.07 11.13 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel 3.14, keseluruhan item signifikan karena t > 1,96
dan lamda positif. Dengan demikian, tidak ada item yang didrop dan
seluruh item akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score dan true
score.
66
3.5.10 Uji validitas konstruk kemauan atau kehendak
Dari hasil analisi CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap
enam item yang mengukur kemauan atau kehendak, diperoleh hasil Chi-
Squre = 36,94 df = 9, P-Value = 0,00003, RMSEA = 0,124. Karena P-
Value < 0,05 dan RMSEA > 0,05, maka model dinyatakan tidak fit. Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model sebanyak satu
kali sehingga diperoleh nilai Chi-Square = 7,96, df = 8, P-Value =
0,43755, RMSEA = 0,000. P-Value telah bernilai > 0,05 sehingga dapat
dinyatakan bahwa model fit. Artinya, seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu dimensi kemauan atau kehendak.
Tabel 3.15
Muatan Faktor Item Kemauan atau Kehendak
No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.89 0.06 15.59 V
2 0.82 0.06 13.77 V
3 0.59 0.07 8.78 V
4 0.77 0.06 12.43 V
5 0.32 0.07 4.40 V
6 0.66 0.07 10.13 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Tahap selanjutnya, penulis ingin melihat item mana yang memang
mengukur apa yang hendak diukur. Kriteria item valid dapat melihat nilai
T-Value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.
Berdasarkan tabel 3.15, keseluruhan item signifikan karena t > 1,96
dan lamda positif. Dengan demikian, tidak ada item yang didrop dan
seluruh item akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score dan true
score.
67
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam rangka untuk menguji hipotesis penelitian, penulis akan menggunakan
teknik Multiple Regression Analysis atau analisis regresi berganda. Analisis
regresi berganda adalah suatu metode untuk mengkaji akibat-akibat dan
besarnya akibat lebih dari satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat
dengan menggunakan prinsip-prinsip korelasi dan regresi (Kerlinger, 2006).
Dalam pengujian hipotesis yang akan diukur, penulis menggunakan teknis
analisis regresi berganda dengan rumus :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + e
Dengan dependent variable yaitu stres kerja, sedangkan independent
variable adalah teamwork (kerjasama, mempengaruhi serta mendukung,
menyelesaikan masalah serta negosiasi), sabar (sabar dalam mentaati semua
perintah, sabar dalam menjauhi perbuatan yang dilarang, sabar dalam
menghadapi musibah), dan disiplin menjalankan shalat wajib (ketepatan
waktu, kemauan atau kehendak, dan tanggung jawab), maka dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Y = stres kerja
a = konstanta
b = koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X
X1 = kerjasama
X2 = mempengaruhi serta mendukung
X3 = menyelesaikan masalah serta negosiasi
X4 = sabar dalam mentaati semua perintah
68
X5 = sabar dalam menjauhi perbuatan yang dilarang
X6 = sabar dalam menghadapi musibah
X7 = ketepatan waktu
X8 = tanggung jawab
X9 = kemauan atau kehendak
e = error
Dari regresi berganda ini, maka dapat diperoleh nilai R2 atau
koefisien determinasi berganda, yaitu proporsi varian (presentase varian)
antara stres kerja yang bisa diterangkan oleh teamwork, sabar, dan disiplin
menjalankan shalat wajib. Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus
sebagai berikut:
R2
=
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien
determinasi berganda antara stres kerja terhadap teamwork, sabar, dan
disiplin menjalankan shalat wajib. Besarnya stres kerja yang disebabkan
faktor-faktor yang telah disebutkan, ditunjukkan oleh koefisien
determinasi berganda atau R2. R
2 menunjukkan variasi atau perubahan
variabel terikat (Y) disebabkan variabel bebas (X) atau digunakan untuk
mengetahui besarnya pengarug variabel bebas terhadap variabel terikat
atau merupakan perkiraan proporsi varians yang dijelaskan oleh teamwork,
sabar, dan disiplin menjalankan shalat wajib.
Berikutnya, penulis melakukan uji signifikansi. Paling tidak ada
tiga uji signifikansi yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Pertama
69
ialah uji signifikansi R2 dengan uji F. Kedua adalah uji signifikansi
koefisien regresi untuk melihat dampak variabel independen terhadap
varianel terikat dengan uji t. Terakhir adalah uji proporsi varians yang
dapat dijelaskan dengan R2change.
70
BAB 4
HASIL DAN ANALISIS DATA
4.1 Gambaran Subyek Penelitian
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel yang
digunakan dalam penelitian. Populasi pada penelitian ini yaitu karyawan
Bank Syariah. Dalam penelitian ini tidak keseluruhan populasi digunakan
sebagai responden penelitian, sesusai dengan jumlah kuesioner yang
terkumpul, maka sampel yang digunakan yaitu sebanyak 203 responden.
Gambaran subjek penelitian berdasarkan demografi, meliputi jumlah dan
presentase berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, posisi atau
jabatan, divisi, dan lama kerja.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subyek Penelitian
No Kategori Kelompok Jumlah
Sampel
Persentase
(%)
1 Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
144
59
70.93%
29.07%
2 Usia 20 – 29
30 – 39
40 – 49
50 – 59
90
90
19
4
44.34%
44.34%
9.35%
1.97%
3 Status Pernikahan Belum Menilah
Menikah
Janda/Duda
67
135
1
33.00%
66.50%
0.50%
4
Divisi Back Office
CDG
COG
Corporate Banking
Customer Care
DST-ISD
Frontliner
FSD
HUG
5
29
4
1
2
1
2
7
10
2.46%
14.31%
1.97%
0.50%
0.98%
0.50%
0.98%
3.44%
4.92%
71
No Kategori Kelompok Jumlah
Sampel
Persentase
(%)
Divisi IOD
IOG
ISG
IT
Jakarta Main Branch
MBG
MSBU
Operasional
RCD
Trade IBSD
TRE
USP
1
37
18
2
18
5
1
3
1
1
51
4
0.50%
18.22%
8.86%
0.98%
8.86%
2.46%
0.50%
1.47%
0.50%
0.50%
25.12%
1.97%
5 Lama Kerja 0 – 5 tahun
6 – 11 tahun
12 – 17 tahun
18 – 23 tahun
150
37
13
3
73.90%
18.23%
6.40%
1.47%
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah responden laki-laki lebih
banyak dibandingkan responden perempuan dimana jumlah responden laki-
laki sebanyak 144 orang dengan persentase 70.93% dan 59 orang responden
perempuan sebanyak 29.07%. Rentang usia responden mulai dari 20 hingga
59 tahun, dengan jumlah terbanyak responden yang berada pada rentang usia
20 – 29 tahun dan 30 – 39 tahun. Mayoritas responden sudah menikah.
Sementara lama bekerja para responden mulai dari 0 sampai 23 tahun.
4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Data skor variabel penelitian diperoleh melalui kuesioner yang disebar
kepada para karyawan Bank Syariah di wilayah DKI Jakarta.
Berdasarkan data pada tabel 4.2, diketahui jumlah subjek penelitian
sebanyak 203 karyawan Bank Syariah dengan skor stres kerja terendah adalah
25.08 dan skor tertinggi 87.90. Begitupun nilai minimum dan maksimum
72
setiap variabel tercantum pada tabel 4.2. Nilai rata-rata (mean) dari masing-
masing variabel adalah 50, sementara nilai standar deviasi dan varians
bervariasi untuk masing-masing variabel.
Tabel 4.2
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
N Min Max Mean Std.
Deviation
Var
Stres_Kerja 203 25.08 87.90 50 9.34653 87.358
Kerjasama 203 21.52 67.66 50 9.54993 91.201
Mempengaruhi 203 26.17 69.77 50 9.54015 91.015
Negosiasi 203 29.85 67.74 50 9.43696 89.056
Perintah 203 28.80 67.50 50 8.62321 74.360
Larangan 203 22.06 60.47 50 8.78624 77.198
Musibah 203 24.99 63.01 50 8.60472 74.041
Ketepatan_Waktu 203 20.13 63.97 50 9.16161 83.935
Tanggung_Jawab 203 25.87 63.82 50 8.48812 72.048
Kemauan 203 28.11 61.37 50 8.97645 80.577
Valid N (listwise) 203
4.3 Kategorisasi Variabel Penelitian
Berikutnya, penulis membagi klasifikasi masing-masing variabel dengan
membaginya menjadi tiga klasifikasi skor, yaitu skor rendah, sedang dan
tinggi. Sebelum mengkategorisasikan skor masing-masing variabel, terlebih
dahulu ditetapkan norma dari skor dengan menggunakan nilai mean yang
berlaku untuk semua variabel seperti pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Norma Skor Kategorisasi
Kategori Rumus
Rendah X < Mean – 1Standar Deviasi
Sedang M – 1Standar Deviasi ≤ X ≥ Mean + 1Standar
Deviasi
Tinggi X > Mean + 1Standar Deviasi
73
Dengan menggunakan norma yang ditetapkan, kategorisasi skor
masing-masing variabel diperoleh hasil seperti pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Dimensi Rendah Sedang Tinggi
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Stres_Kerja 30 14.78% 153 75.37% 20 9.85%
Kerjasama 25 12.31% 142 69.96% 36 17.73%
Mempengar
uhi
35 17.24% 136 67.00% 32 15.76%
Negosiasi 29 14.28% 135 66.50% 39 19.22%
Perintah 12 5.91% 150 73.90% 41 20.19%
Larangan 17 8.37% 138 67.98% 48 23.65%
Musibah 6 2.95% 142 69.96% 55 27.09%
Ketepatan_
Waktu
28 13.79% 127 62.56% 48 23.65%
Tanggung_
Jawab
16 7.88% 129 63.54% 58 28.58%
Kemauan 55 27.09% 91 44.83% 57 28.08%
Kategorisasi skor tiap variabel dapat diperoleh dan digolongkan ke
dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi. Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa
kategorisasi skor responden pada seluruh variabel berada dalam kategori
sedang. Karyawan yang termasuk kategori stres kerja yang rendah hanya
14.78% atau 30 orang, sedangkan untuk kategori stres kerja tinggi hanya
9.85% atau 20 orang. Sisanya termasuk dalam kategori stres kerja sedang.
Sehingga karyawan Bank Syariah dalam penelitian ini banyak yang tergolong
dalam kategori stres kerja sedang, yaitu 75.37% atau 153 orang. Selain itu
kategorisasi skor variabel lainnya bervariasi jumlah dan persentasenya.
74
Tabel 4.5
Tabel Analisis Crosstabs
Divisi Stres Kerja Lama
Kerja
Stres Kerja
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
BACK
OFFICE
0 4 1 0 – 5 22 111 17
CDG 5 22 2 6 – 11 6 30 1
COG 1 3 0 12 – 17 2 10 1
CORP. BANK 0 1 0 18 – 23 0 2 1
CUSTOMER
CARE
0 2 0
DST-ISD 1 0 0
FRONTLINER 0 2 0
FSD 0 6 1
HUG 1 7 2
IOD 0 1 0
IOG 6 28 3
ISG 3 14 1
IT 2 0 0
JMB 2 14 2
MBG 1 4 0
MSBU 0 0 1
OPERASION 0 2 1
RCD 1 0 0
TRADE IBSD 1 0 0
TRE 6 39 6
USP 0 4 0
Kemudian penulis melakukan analisis crosstabs atau tabulasi silang
antara variabel demografi dengan dependent variable untuk mendeskripsikan
jumlah data dan membuat data demografi yang diperoleh lebih memiliki
fungsi. Untuk hal ini, penulis memilih data demografi seperti divisi dan lama
kerja. Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa dari 203 responden
terdapat 6 karyawan divisi TRE yang berada pada kategori stres kerja tinggi,
7 karyawan divisi IOG berada pada kategori stres kerja rendah, dan sisanya
ada di kategori sedang. Stres kerja yang tinggi juga berada pada responden
75
dengan rentang lama bekerja antara 0-5 tahun. Untuk penjelasan lebih lanjut
dapat dilihat pada tabel 4.5.
4.4 Hasil Uji Hipotesis
4.4.1 Pengujian hipotesis mayor
Pada tahapan ini, penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS 17.0. Dalam regresi
berganda, terdapat tiga hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square
untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang
dijelaskan oleh independen variable, kedua apakah secara keseluruhan
independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent
variable, kemudian yang terakhir adalah melihat signifikan atau tidaknya
koefisien regresi dari masing-masing independent variable.
Tabel 4.6
Tabel R-Square
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
1 .635a .404 .376 7.38322
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa perolehan R-square
sebesar 0,404 atau 40,4%. Hal tersebut berarti bervariasinya stres kerja
para karyawan Bank Syariah yang dijelaskan oleh kerjasama,
mempengaruhi dan mendukung, menyelesaikan masalah dan negosiasi,
sabar mentaati semua perintah, sabar menjauhi larangan, sabar dalam
menghadapi musibah, ketepatan waktu, tanggung jawab, dan kemauan
76
atau kehendak adalah sebesar 40,4%, sedangkan 59,6% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain diluar independen variabel dalam penelitian
ini.
Tabel 4.7
Tabel Anova
Kemudian penulis menganalisis dampak dari seluruh independen
variabel terhadap stres kerja. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.7
dengan nilai F hitung sebesar 14,524 dan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hal
tersebut berarti hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan dari seluruh independen variabel terhadap stres kerja ditolak.
Artinya, ada pengaruh yang signifikan kerjasama, mempengaruhi dan
mendukung, menyelesaikan masalah dan negosiasi, sabar mentaati semua
perintah, sabar menjauhi larangan, sabar dalam menghadapi musibah,
ketepatan waktu, tanggung jawab, dan kemauan atau kehendak terhadap
stres kerja para karyawan Bank Syariah.
4.4.2 Pengujian hipotesis minor
Uji hipotesis minor untuk melihat koefisien regresi tiap independen
variabel. Jika nilai koefisien regresi memiliki nilai signifikansi < 0.05
(p<0.05), maka koefisen regresi tersebut signifikan. Artinya, independent
variable tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dependent
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 7125.424 9 791.714 14.524 .000a
Residual 10520.810 193 54.512
Total 17646.234 202
77
variable. Hasil analisis koefisien regresi ditampilkan pada tabel 4.8
berikut:
Tabel 4.8
Koefisien Regresi
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std.
Error
Beta
1 (Constant) 90.666 4.511 20.100 .000
KERJASAMA -.016 .087 -.016 -.181 .856
MEMPENGA
RUHI
.041 .086 .041 -.471 .638
NEGOSIASI -.059 .081 -.060 -.733 .465
PERINTAH -.086 .080 -.079 -1.068 .287
LARANGAN -.401 .080 -.377 -5.010 .000*
MUSIBAH .074 .078 .068 .942 .348
KETEPATAN_
WAKTU
-.300 .076 -.294 -3.972 .000*
TANGGUNG_J
AWAB
.025 .087 .023 .288 .774
KEMAUAN -.010 .088 -.009 -.108 .914
Berdasarkan koefisen regresi pada tabel 4.8 dapat dijelaskan
persamaan regresi sebagai berikut:
Stres Kerja = 90,666 + (-0,016) kerjasama + (0,041) mempengaruhi dan
mendukung + (-0,059) menyelesaikan masalah dan
negosiasi + (-0,086) sabar mentaati semua perintah + (-
0,401) sabar menjauhi larangan* + (0,074) sabar dalam
menghadapi musibah + (-0,300) ketepatan waktu* + (0,025)
tanggung jawab + (-0,010) kemauan atau kehendak + e
Dari hasil tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sabar menjauhi larangan
dan ketepatan waktu berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja.
Hal tersebut dapat dilihat dari kolom Sig. pada tabel 4.8, jika p < 0.05
maka koefisen regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap
stres kerja dan begitu sebaliknya. Penjelasan dari nilai koefisien regresi
78
yang diperoleh pada masing-masing independent variable adalah sebagai
berikut:
1. Kerjasama
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,016 dengan signifikansi
0,856 (sig > 0.05) yang berarti bahwa variabel kerjasama secara
negatif tidak berpengaruh signifikan terhadap stres kerja.
2. Mempengaruhi dan Mendukung
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,041 dengan signifikansi
0,638 (sig > 0.05) yang berarti bahwa variabel mempengaruhi dan
mendukung secara negatif tidak pengaruh signifikan terhadap stres
kerja.
3. Menyelesaikan Masalah dan Negosiasi
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,059 dengan signifikansi
0,465 (sig > 0.05) yang berarti bahwa variabel menyelesaikan masalah
dan negosiasi secara negatif tidak berpengaruh signifikan terhadap
stres kerja.
4. Sabar Mentaati Semua Perintah
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,086 dengan signifikansi
0,287 (sig > 0.05) yang berarti bahwa variabel sabar mentaati semua
perintah secara negatif tidak berpengaruh signifikan terhadap stres
kerja.
79
5. Sabar Menjauhi Larangan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,401 dengan signifikansi
0,000 (sig < 0.05) yang berarti bahwa variabel sabar menjauhi
larangan secara negatif berpengaruh signifikan terhadap stres kerja.
Artinya, semakin tinggi variabel sabar menjauhi perbuatan yang
dilarang, semakin rendah stres kerja.
6. Sabar dalam Menghadapi Musibah
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,074 dengan signifikansi
0,348 (sig > 0.05) yang berarti bahwa variabel sabar dalam
menghadapi musibah secara negatif tidak berpengaruh signifikan
terhadap stres kerja.
7. Ketepatan Waktu
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,300 dengan signifikansi
0,000 (sig < 0.05) yang berarti bahwa variabel ketepatan waktu secara
negatif berpengaruh signifikan terhadap stres kerja. Artinya, semakin
tinggi variabel ketepatan waktu, semakin rendah stres kerja.
8. Tanggung Jawab
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,025 dengan signifikansi
0,774 (sig > 0.05) yang berarti bahwa variabel tanggung jawab secara
negatif tidak berpengaruh signifikan terhadap stres kerja.
9. Kemauan atau Kehendak
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,010 dengan signifikansi
0,914 (sig > 0.05) yang berarti bahwa variabel kemauan atau
80
kehendak secara negatif tidak berpengaruh yang signifikan terhadap
stres kerja.
4.4.3 Pengujian proporsi varians masing-masing independent variable
Penulis ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dan
masing-masing independent variable terhadap stres kerja. Dengan melihat
nilai R Square Change sebagai jumlah sumbangan independent variable
terhadap variasi dependent variable. Kemudian nilai sig F Change untuk
melihat signifikansi R Square Change (p<0.05).
Tabel 4.9
Tabel Proporsi Varians Untuk Masing-masing Independent Variable
Dari tabel 4.9 dapat dijelaskan informasi sebagai berikut:
1. Variabel kerjasama memberikan R Square change sebesar 0,051 atau
memeberikan kontribusi sebesar 5,1% terhadap stres kerja. Kontribusi
tersebut signifikan secara statistik dengan sig F Change = 0,001 (p <
0.01).
2. Variabel mempengaruhi dan mendukung memberikan R Square
change sebesar 0,000 atau memberikan kontribusi sebesar 0% terhadap
Model R R2 Adjusted
R Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R2
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Chang
e
1 .227 .051 .047 9.12608 .051 10.877 1 201 .001
2 .227 .051 .042 9.14834 .000 .023 1 200 .880
3 .269 .072 .058 9.06928 .021 4.502 1 199 .035
4 .428 .183 .167 8.53077 .111 26.917 1 198 .000
5 .592 .351 .334 7.62650 .167 50.737 1 197 .000
6 .593 .351 .332 7.64185 .001 .210 1 196 .648
7 .635 .404 .382 7.34692 .052 17.052 1 195 .000
8 .635 .404 .379 7.36439 .000 .076 1 194 .783
9 .635 .404 .376 7.38322 .000 .012 1 193 .914
81
stres kerja. Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik dengan
sig F Change = 0,880 (p > 0.05).
3. Variabel menyelesaikan masalah dan negosiasi memberikan R Square
Change sebesar 0,021 atau memberikan kontribusi sebesar 2.1%
terhadap stres kerja. Kontribusi tersebut signifikan secara statistik
dengan sig F Change = 0,035 (p < 0.05).
4. Variabel sabar mentaati semua perintah memberikan R Square Change
sebesar 0,111 atau memberikan kontribusi sebesar 11,1% terhadap
stres kerja. Kontribusi tersebut signifikan secara statistik dengan sig F
Change = 0,000 (p < 0.05).
5. Variabel sabar menjauhi larangan memberikan R Square Change
sebesar 0,167 atau memberikan kontribusi sebesar 16,7% terhadap
stres kerja. Kontribusi tersebut signifikan secara statistik dengan sig F
Change = 0,000 (p < 0.05).
6. Variabel sabar dalam menghadapi musibah memberikan R Square
Change sebesar 0,001 atau memberikan kontribusi sebesar 0.1%
terhadap stres kerja. Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan sig F Change = 0,648 (p > 0.05).
7. Variabel ketepatan waktu memberikan R Square Change sebesar 0,052
atau memberikan kontribusi sebesar 5,2% terhadap stres kerja.
Kontribusi tersebut signifikan secara statistik dengan sig F Change =
0,000 (p < 0.05).
82
8. Variabel tanggung jawab memberikan R Square Change sebesar 0,000
atau memberikan kontribusi sebesar 0% terhadap stres kerja.
Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik dengan sig F
Change = 0,783 (p > 0.05).
9. Variabel kemauan atau kehendak memberikan R Square Change
sebesar 0,000 atau memberikan kontribusi sebesar 0% terhadap stres
kerja. Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik dengan sig F
Change = 0,914 (p > 0.05).
83
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan teamwork (kerjasama,
mempengaruhi dan mendukung, menyelesaikan masalah dan negosiasi), sabar
(sabar mentaati semua perintah, sabar menjauhi larangan, sabar dalam
menghadapi musibah), dan disiplin menjalankan shalat wajib (ketepatan
waktu, tanggung jawab, dan kemauan atau kehendak) terhadap stres kerja
para karyawan Bank Syariah.
Kemudian hasil uji hipotesis minor yang menguji masing-masing
koefisien regresi terhadap dependent variable menunjukkan terdapat dua
variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap stres kerja yaitu sabar
menjauhi larangan dan ketepatan waktu.
Hasil uji hipotesis minor lainnya menyatakan bahwa terdapat tujuh
variabel yang memiliki pengaruh terhadap dependent variable secara tidak
signifikan. Variabel tersebut adalah kerjasama, mempengaruhi dan
mendukung, menyelesaikan masalah dan negosiasi, sabar menjalankan
perintah, sabar menghadapi musibah, tanggung jawab, dan kemauan atau
kehendak.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
kerjasama, mempengaruhi dan mendukung, menyelesaikan masalah dan
84
negosiasi, sabar mentaati semua perintah, sabar menjauhi larangan, sabar
dalam menghadapi musibah, ketepatan waktu, tanggung jawab, dan kemauan
atau kehendak terhadap stres kerja para karyawan Bank Syariah. Hasil ini
mendukung hipotesis penelitian yang telah dibuat.
Sementara itu, hasil hipotesis minor yang telah dijelaskan pada bab 4,
menunjukkan bahwa sabar menjauhi larangan dan ketepatan waktu
mempengaruhi stres kerja secara signifikan para karyawan Bank Syariah.
Hasil penelitian yang diperoleh Siregar (2008), menyatakan bahwa
sabar tidak memiliki hubungan dengan stres kerja. Sementara pada penelitian
ini, salah satu dimensi sabar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
stres kerja yaitu dimensi sabar menjauhi larangan. Penulis menggunakan teori
sabar yang dikemukakan oleh Al-Jawziyyah (1997), yang terdiri dari tiga
dimensi, yaitu sabar mentaati semua perintah, sabar menjauhi larangan, dan
sabar dalam menghadapi musibah.
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2008) menggunakan teori
yang berbeda dengan penelitian ini. Selain itu, karakteristik sampel dan lokasi
penelitian yang dilakukan juga berbeda, sehingga memungkinkan akan
mendapatkan hasil yang berbeda juga. Karyawan yang memiliki sifat takut
terhadap hukuman yang akan diberikan oleh Allah SWT dan meyakini bahwa
Allah SWT melihat apa yang manusia lakukan membuat karyawan untuk
menahan diri untuk melakukan hal yang tidak baik yang dapat
menghilangkan stres kerja. Selain itu, Allah SWT juga mewajibkan orang-
85
orang untuk bersabar dalam menjauhi larangan, seperti dalam firman Allah
SWT berikut ini:
بني قميةأ لو ٱلصي مرب
ٱصبوٱلمنكرعنٱنهوٱلمعروفوأ لع
لكمنعزم ذ صابكإنيمورماأ
١٧ٱل
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman:
17).
Pengaruh dari sabar menjauhi larangan terhadap stres kerja memiliki
sifat negatif. Artinya, semakin tinggi tingkat sabar menjauhi larangan maka
semakin rendah tingkat stres kerja yang dialami. Selain itu, menurut Syam
(2009), sabar dalam mengekang diri dari perbuatan yang dilarang atau
maksiat merupakan tingkatan martabat yang tertinggi dalam sabar, di mana
seseorang mampu agat tidak terjerumus ke dalam maksiat tersebut. Pada
dasarnya, sabar menjauhi perbuatan yang dilarang termasuk dalam sifat
taqwa, karena taqwa itu sendiri adalah mengerjakan perintah Allah SWT dan
meninggalkan larangan-Nya. Sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini:
ااقل انعباد ٱلي ءامنوا هذهٱتيقوا ف حسنواأ ان للي ربيكم
نيا ٱدل حسنة رضوأ ٱللي وسعة اوفي ونإنيما ب جرهمٱلصي
أ
١٠بغيحسابArtinya: “Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah
kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh
kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang
86
yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. Az-
Zumar: 10).
Selanjutnya, ketepatan waktu menjadi dimensi yang berpengaruh
secara negatif dan signifikan terhadap stres kerja. Ketepatan waktu dalam
menjalankan shalat banyak diasumsikan seperti jika shalat yang dijalankan
saja tepat waktu, maka semua kegiatan lain pun akan dilakukan seperti itu.
Selain itu, ketepatan waktu dalam melaksanakan shalat akan memberikan
nilai tersendiri bagi yang menjalankannya. Semakin tepat waktu seseorang
menjalankan shalat, maka pahala yang didapat akan lebih besar. Menjalankan
shalat secara tepat waktu juga merupakan hal yang diperintah oleh Allah
SWT, sesuai dengan firman-Nya:
ةقضيتمفإذا لو فٱلصي ٱذكروا جنوبكمٱللي قيماوقعوداولع ننتمفإذا
ٱطمأ قيموا
فأ ة لو ٱلصي ةإني لو ٱلصي ٱلمؤمنيكنتلع
وقوتا ١٠٣كتباميArtinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana
biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman.”(QS. An-Nisa: 103).
Ketepatan waktu merupakan salah satu dimensi dari variabel disiplin
menjalankan shalat wajib. Berdasarkan hasil analisis dari bab 4, semakin
tinggi seseorang mengerjakan shalat wajib secara tepat waktu, maka akan
semakin rendah tingkat stres kerja yang dialami. Hal ini sesuai dengan
penlitian yang dilakukan oleh Ashariyah (2014), walaupun hasil dari
87
penelitian tersebut tidak menjelaskan secara langsung dimensi apa yang
memiliki hubungan negatif yang lebih besar terhadap stres kerja.
Menjalakankan shalat tepat pada waktunya juga merupakan amalan yang
paling disukai oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
ياللعليهوسلمأ صل لتالب
سأ إلالل حب
العملأ
وقتهاقال:الق لةلع ي :الصأ ان:لقاثم الوادل بر ثم
ي :قالأ :قالثم هادفسبيلالل ال
Artinya: “Dari ‘Abdullah bin Mas’uud radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Aku
pernah bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang amal
apakah yang paling dicintai oleh Allah. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam
menjawab : “Shalat pada waktunya”. Ibnu Mas’uud berkata : “Lalu apa ?”.
Beliau menjawab : “Berbuat baik kepada kedua orang tua”. Ibnu Mas’uud
berkata : “Lalu apa ?”. Beliau menjawab : “Jihad di jalan Allah”. (HR.
Bukhari).
Dengan dua dalil yang telah dipaparkan mengenai menjalakan shalat
secara tepat waktu, maka seharusnya seseorang memiliki semangat dalam
mengerjakannya dan memiliki anggapan bahwa hal tersebut memiliki dampak
yang cukup signifikan atas berkurangnya tingkat stres kerja yang dialami,
khususnya pada karyawan Bank Syariah.
Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan yang ada.
Antara lain dalam pemilihan variabel yang mempengaruhi stres kerja, proses
penerjemahan alat ukur (adaptasi skala asing), serta dalam proses
pengkonstruksian alat ukur. Selain itu, kekurangan yang memang terdapat
dalam penggunaan self-report sebagai metode pengumpulan data. Kemudian,
data mengenai karyawan Bank Syariah mengenai tingkat stres kerja yang
88
dialami belum banyak. Kebanyakan responden dari penelitian mengenai stres
kerja bukan karyawan Bank Syariah.
5.3 Saran
5.3.1 Saran teoritis
1. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan perluasan perhatian
terhadap hal-hal lain yang dapat mempengaruhi stres kerja untuk
dijadikan independent variable yang diteliti agar penelitian tentang
stres kerja lebih berkembang.
2. Pemilihan variabel teamwork perlu diperhatikan dengan melihat
karakteristik karyawan pada suatu perusahaan, karena ada karyawan
yang tidak menyukai teamwork dan memilih untuk bekerja sendiri.
3. Penelitian selanjutnya dapat meneliti menggunakan teknik probability
sampling, dan memilih sampel dalam bidang pekerjaan yang lain agar
dapat melihat perbedaan tingkat stres kerja berdasarkan bidang
pekerjaannya.
4. Penelitian selanjutnya dapat memilih jenis bank lain untuk menjadi
sampel data, misalnya bank konvensional. Karena, saat ini beberapa
Bank Konvensional juga mulai menerapkan sistem kerja seperti Bank
Syariah. Selain itu, dapat menjadi pembanding tingkat stres kerja antara
Bank Syariah dengan Bank Konvensional.
5. Penelitian berikutnya lebih teliti dalam proses pemilihan teori beserta
dimensinya. Karena dalam penelitian ini, ada beberapa dimensi yang
dianggap tidak ada hubungannya dengan variabel yang dipilih, yaitu
89
dimensi tanggung jawab dan kemauan atau kehendak yang merupakan
dimensi dari variabel disiplin menjalankan shalat wajib.
6. Penelitian berikutnya lebih teliti dalam memilih sampel. Lebih baik
menggunakan satu tempat atau populasi saja yang akan dijadikan
sampel. Jika ingin memilih dua tempat, maka penelitian yang dilakukan
harus bersifat membandingkan satu populasi dengan populasi yang lain.
7. Penelitian berikutnya terlebih dahulu melakukan observasi di tempat
yang akan dijadikan sampel penelitian, agar dapat terlihat bagaimana
karakteristik sampel yang akan diteliti serta permasalahan yang terjadi
di tempat tersebut.
5.3.2 Saran praktis
1. Kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan tiap minggu sudah cukup
baik dan perlu dipertahankan. Lebih lanjut lagi, dapat mengadakan
kegiatan kegamaan yang memfokuskan pada kajian tentang sabar dan
sikap disiplin untuk menjalankan shalat dalam bentuk ceramah, kajian
atau diskusi.
90
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jawziyyah, I.Q. Uddat as-sâbireen wa dhâkirat ash-shâkireen. The equipment
of the patient and the investment of the grateful. Nasiruddin al-Khattab
(terj). 1997.
_____. Uddah al-Shabirin wa Dzakhirah al-Syakirin. Kemuliaan sabar dan
keagungan syukur. M. Alaika Salamulloh (terj). 2006. Yogyakarta: Mitra
Pustaka.
American Psychological Association. (2011). Stress in the workplace: Survey
Summary. Harris Interaction.
As-Sawwaf, M. M. (2001). The muslim prayer book: Rules, concepts & merits.
Kairo: Al-Falah Foundation.
Ashariyah, L. (2014). Hubungan antara stres kerja terhadap kedisiplinan
menjalankan ibadah shalat wajib pada tenaga kerja di CV. Sari Agung
Graha Accecories Ngantru Tulungagung. Skripsi. Fakultas Ushuluddin
Adab dan Dakwah, Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi, IAIN Tulungagung.
Beehr, T.A., & Newman, J.E. (1978). Job stress, employee health, and
organizational effectiveness: A facet analysis, model, and literature
review. Journal of Personnel Psychology, 31, 665-699.doi:
10.1111/j.1744-6570.1978.tb02118.x.
Bernardin, H.J., & Russel, J.E.A. (1993). Human resource management (An
experiental approach international edition). Singapore : Mc.Graw Hill
Inc.
Blanford, S. (1998). Managing discipline in schools. London: Routledge.
Chovwen, C. (2013). Occupational stress among bank employees in South East,
Nigeria. Global Advance Research Journal of Management and Business
Studies, 2(2), 114-119.
Csiernik, R., & Adams, D.W. (2002). Spirituality, Stress and Work. Employee
Assistance Quarterly, 18(2), 29-37.doi: 10.1300/J022v18n02_02.
Daradjat, Z. (1995). Shalat: Menjadikan hidup bermakna. Jakarta: Ruhama.
Depdiknas. (2008). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Dessler, G. (2014). Fundamentals of human resource management, Third Edition.
Edinburgh: Pearson Education Limited.
Drever, J. A dictionary of psychology. Kamus Psikologi. Nancy Simanjuntak
(terj). 1986. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Effendy, Y. (2012). Sabar dan syukur: Rahasia meraih hidup super sukes.
Jakarta: Qultum Media.
91
Galih. (2014). Tingkat stres kerja karyawan Bank tinggi. Diunduh tanggal 25
Februari 2016 dari https://bisnis.tempo.co/read/news/2014/
06/03/087582224/tingkat-stres-karyawan-bank-tinggi.
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donelly, J.H., & Konopaske R. (2011).
Organizations: Behavior, structure, processes, Fourteenth Edition. New
York: McGraw-Hill.
Gold, N. (2005). Teamwork:Multi-disciplinary perspectives. New York: Palgrave
Macmillan.
Idler, E. (2008). The Psychological and Physical Benefits of Spiritual/Religious
Practices. Spirituality in Higher Education Newsletter, 4(2), 1-5.
Hagger, M.S., Wood, C., Stiff, C., & Chatzisarantis, N.L.D. (2010). Ego depletion
and the strength model of self-control: A meta-analysis. Psychological
Bulletin, 136 (4), 495-525.doi: 10.1037/a0019486.
Hendro, S. (1996). Gerakan disiplin nasional (GDN) menyongsong era
keterbukaan tahun 2020. Jakarta: CV Novindo Pustaka Mandiri.
Kerlinger, F. N. (2006). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Kozlowski, S. W. J., & Bell, B. S. (2001). Work groups and teams in
organizations. Articles and Chapters, 1-84. Retrieved from Cornell
University, ILR School http://digitalcommons.ilr.cornell.edu/articles/389/.
Luthans, F. (2011). Organizational behavior: An evidence-based approach,
Twelve Edition. New Rork: McGraw-Hill.
Maddi, S.R., Brow, M., Khoshaba, D.M., & Vaitkus, M. (2006). Relationship of
hardiness and religiousness to depression and anger. Consulting
Psychology Journal: Practice and Research, 58(3), 148-161.
Malec, J.F., Torsher, L.C., Dunn, W.F., Wiegmann, D.A., Arnold, J.J., Brown,
D.A., & Phatak, V. (2007). The mayo high performance teamwork scale:
reliability and validity for evaluating key crew resource
management skills. Simulation in Healthcare, 2(1), 4-10.
Mangkunegara, A.P. (2005). Perilaku dan budaya organisasi. Bandung: Refika
Aditama.
Martin, R. C. (2004). Encyclopedia of islam and the muslim world. New York:
Macmillan.
Parker, D.F., & DeCotiis, T.A. (1983). Organizational determinants of job stress.
Journal of Organizational Behavior and Human Performance, 32, 160-
177.doi:10.1016/0030-5073(83)90145-9.
Prasetyo, P.E., & Muliadi, H. (2008). Pengaruh disiplin siswa dan fasilitas
perpustakaan sekolah terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran
ekonomi. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 3(2), 219-240.
92
Ridjaluddin. (2009). Sabar dalam pandangan Imam Al-Ghazali. Ciputat:
Lembaga Kajian Islam Nugraha.
Robbins, S.P., & Judge, T. A. (2012). Organizational behavior, Fifteenth Edition.
Edinburgh: Pearson Education Limited.
Rout, U.R., & Rout, J.K. (2002). Stress management for primary health care
professionals. New York: Kluwer Academic Publisher.
Rusydi, S. (2012) Religiusitas dan kesehatan mental (studi pada aktivis jamaah
tabligh Jakarta Selatan). Tangerang Selatan: Young Progressive Muslim.
Sarwono, S.W. (1996). Pengantar umum psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Scarnati, J.T. (2001). On becoming a team player. Team Performance
Management: An International Journal, 7(1), 5-10.doi:
10.1108/13527590110389501.
Sharma, D.D., Chand, M., Ahmad, S.M., & Amla, V. (2014). Job stress among
bank employees: A study of Baghat urban cooperative bank limited, Solan,
Himachal Pradesh. International Journal of Farm Sciences, 4(1), 126-137.
Shirazi, M.M., Ahmadi, E., Gangi, L., & Alizadeh, A. (2014). The role of
teamwork and leadership style in predicting job stress in district 6
employees on municipalitye esfahan. Journal of Advances in
Environmental Biology, 8(6), 2136-2139.
Siregar, S.L.S. (2008). Hubungan antara kesabaran dengan stres kerja karyawan.
Skripsi. Naskah Publikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia.
Siswanto, F.Z. (2013). Hubungan antara kedisiplinan melaksanakan sholat wajib
dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Fakultas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan. Jurnal Psikologi. Fakultas Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 2(1), 1-17.
Subandi. (2011). Sabar: Sebuah konsep psikologi. Jurnal Psikologi. Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada. 38(2), 215-227.
Syam, Y. H. (2009). Sabar dan syukur bikin hidup lebih bahagia. Yogyakarta:
Mutiara Media.
Syahputri, W. H. (2010). Hubungan syukur dan sabar dengan kebahagiaan pada
remaja panti asuhan. Skripsi. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Syukri, N.H. (2006). Hubungan konsistensi shalat tahajjud dengan sikap sabar.
Skripsi. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tarricone, P., & Luca, J. (2002). Successful teamwork: A case study. Higher
Education Research and Development Society of Australasia. Paper
presented to the HERDSA conference, 640-646.
Tasmara, T. (1999). Dimensi doa dan dzikir menyelami samudra qolbu mengisi
makna hidup. Yogyakarta: PT. Dana Bakti Primarsa.
93
Türetgen, I.Ö., Berk, Ö. S., Basbug, G., & Unsal, P. (2012). The development of
the job stressor appraisal scale as part of the job stress battery. European
Journal of Psychological Assessment, 28 (2), 147-153.doi: 10.1027/1015-
5759/a000103.
Turfe, T. A. Al-Shabr fi Al-Islâm. Mukjizat sabar: Terapi meredam gelisah hati.
Asep Saifullah (terj). 2007. Bandung: Penerbit Mizania.
Umar, J. (2012). Statistika mentor akademik. Bahan ajar fakultas Psikologi UIN
Jakarta. Tidak dipublikasikan.
West, M.A. (2012). Effective teamwork: Practical lessons from organizational
research, Third Edition. UK: British Psychological Society.
Wijono, S. (2010). Psikologi industri dan organisasi: Dalam suatu bidang gerak
psikologi sumber daya manusia. Jakarta: Kencana.
Zhuang, X., MacCann, C., Wang, L., Liu, L., & Roberts, R.D. (2008).
Development and validity evidence supporting a
teamwork and collaboration assessment for high school students. Research
Report, ETS RR-08-50, 1-51.
94
Lampiran 1
Surat Keterangan Penelitian Bank Syariah Mandiri
95
Lampiran 2
Surat Keterangan Penelitian Bank Muamalat Indonesia
96
Lampiran 3
Syntax dan Path Diagram
Syntax Stres Kerja
UJI VALIDITAS KONSTRUK STRES KERJA
DA NI=20 NO=203 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X8 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19
X20
PM SY FI=STRESKERJA.COR
MO NX=20 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
STRESKERJA
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1
X 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 LX
20 1
FR TD 14 13 TD 6 5 TD 14 5 TD 18 13 TD 8 7 TD 4 2 TD 13 8 TD 17 14 TD 5 3
TD 5 4 TD 16 2 TD 19 14 TD 18 2 TD 2 1 TD 10 2 TD 18 12 TD 18 6 TD 20 14
TD 12 3 TD 19 15 TD 8 6 TD 17 7 TD 7 1 TD 13 1 TD 10 1 TD 12 6 TD 12 11
TD 17 10 TD 18 17 TD 10 5 TD 17 11 TD 10 4 TD 5 2 TD 15 1 TD 15 12 TD 10
8 TD 7 3 TD 20 8 TD 20 7 TD 20 19 TD 15 6 TD 18 14 TD 12 1 TD 12 5 TD 11
7 TD 6 4 TD 18 10 TD 12 4 TD 20 3 TD 19 1 TD 10 7 TD 13 2 TD 4 3 TD 15 13
TD 16 13 TD 18 16 TD 11 3 TD 19 17 TD 16 12 TD 16 5 TD 7 2 TD 15 5 TD 6 2
TD 16 6 TD 10 6 TD 13 5 TD 4 1
PD
OU TV SS MI AD=OFF
Path Diagram Stres Kerja
97
Syntax Kerjasama
UJI VALIDITAS KONSTRUK KERJASAMA
DA NI=12 NO=203 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X8 X10 X11 X12
PM SY FI=KERJASAMA.COR
MO NX=12 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
KERJASAMA
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1
LX 11 1 LX 12 1
FR TD 3 2 TD 12 9 TD 11 9 TD 11 4 TD 7 6 TD 5 3 TD 5 2 TD 2 1 TD 12 11 TD
11 5 TD 7 5 TD 5 1 TD 9 2 TD 11 1 TD 9 3 TD 9 5 TD 10 8 TD 12 6 TD 4 3
PD
OU TV SS MI
Path Diagram Kerjasama
98
Syntax Menpengaruhi dan Mendukung
UJI VALIDITAS KONSTRUK MEMPENGARUHI
DA NI=9 NO=203 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
PM SY FI=MEMPENGARUHI.COR
MO NX=9 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
MEMPENGARUHI
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1
FR TD 3 2 TD 5 1 TD 7 2 TD 7 5 TD 6 4 TD 9 3
PD
OU TV SS MI Path Diagram Mempengaruhi dan Mendukung
99
Syntax Menyelesaikan Masalah dan Negosiasi
UJI VALIDITAS KONSTRUK NEGOSIASI
DA NI=9 NO=203 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
PM SY FI=NEGOSIASI.COR
MO NX=9 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
NEGOSIASI
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1
FR TD 6 5 TD 8 2 TD 7 3 TD 9 2 TD 8 4 TD 7 2 TD 7 6 TD 9 4 TD 4 2 TD 4 1
TD 7 5
PD
OU TV SS MI Path Diagram Menyelesaikan Masalah dan Negosiasi
100
Syntax Sabar Menjalankan Semua Perintah
UJI VALIDITAS KONSTRUK PERINTAH
DA NI=5 NO=203 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=PERINTAH.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
PERINTAH
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
FR TD 4 3
PD
OU TV SS MI
Path Diagram Sabar Menjalankan Semua Perintah
101
Syntax Sabar Menjauhi Larangan
UJI VALIDITAS KONSTRUK LARANGAN
DA NI=5 NO=203 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=LARANGAN.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
LARANGAN
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
FR TD 5 2 TD 5 3
PD
OU TV SS MI
Path Diagram Sabar Menjauhi Larangan
102
Syntax Sabar Menghadapi Musibah
UJI VALIDITAS KONSTRUK MUSIBAH
DA NI=5 NO=203 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=MUSIBAH.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
MUSIBAH
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
FR TD 5 4 TD 4 3
PD
OU TV SS MI
Path Diagram Sabar Menghadapi Musibah
103
Syntax Ketepatan Waktu
UJI VALIDITAS KONSTRUK TEPATWAKTU
DA NI=6 NO=203 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
PM SY FI=TEPATWAKTU.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
TEPATWAKTU
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1
FR TD 6 1 TD 6 4
PD
OU TV SS MI
Path Diagram Ketepatan Waktu
104
Syntax Tanggung Jawab
UJI VALIDITAS KONSTRUK TANGGUNGJAWAB
DA NI=5 NO=203 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=TANGGUNGJAWAB.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
TANGGUNGJAWAB
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
FR TD 3 1 TD 4 1
PD
OU TV SS MI
Path Diagram Tanggung Jawab
105
Syntax Kemauan atau Kehendak
UJI VALIDITAS KONSTRUK KEMAUAN
DA NI=6 NO=203 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
PM SY FI=KEMAUAN.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
KEMAUAN
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1
FR TD 5 3
PD
OU TV SS MI
Path Diagram Kemauan atau Kehendak
106
Lampiran 4
Output Tabel SPSS
Descriptives
[DataSet1] D:\HDD FARIS\D\Faris\My College\Semester 7\Seminar
Proposal\data kuesioner skripsi\DATA SPSS SKRIPSI FIXXXXX.sav
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
TSTRES_KERJA 203 25.08 87.90 50.0000 9.34653 87.358
KERJASAMA 203 21.52 67.66 50.0000 9.54993 91.201
MEMPENGARUHI 203 26.17 69.77 50.0000 9.54015 91.015
NEGOSIASI 203 29.85 67.74 50.0000 9.43696 89.056
PERINTAH 203 28.80 67.50 50.0000 8.62321 74.360
LARANGAN 203 22.06 60.47 50.0000 8.78624 77.198
MUSIBAH 203 24.99 63.01 50.0000 8.60472 74.041
KETEPATAN_WAKTU 203 20.13 63.97 50.0000 9.16161 83.935
TANGGUNG_JAWAB 203 25.87 63.82 50.0000 8.48812 72.048
KEMAUAN 203 28.11 61.37 50.0000 8.97645 80.577
Valid N (listwise) 203
Regression
[DataSet1] D:\HDD FARIS\D\Faris\My College\Semester 7\Seminar
Proposal\data kuesioner skripsi\DATA SPSS SKRIPSI FIXXXXX.sav
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .635a .404 .376 7.38322
a. Predictors: (Constant), KEMAUAN, MEMPENGARUHI, LARANGAN,
PERINTAH, MUSIBAH, KETEPATAN_WAKTU, TANGGUNG_JAWAB,
NEGOSIASI, KERJASAMA
107
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7125.424 9 791.714 14.524 .000a
Residual 10520.810 193 54.512
Total 17646.234 202
a. Predictors: (Constant), KEMAUAN, MEMPENGARUHI, LARANGAN, PERINTAH, MUSIBAH,
KETEPATAN_WAKTU, TANGGUNG_JAWAB, NEGOSIASI, KERJASAMA
b. Dependent Variable: TSTRES_KERJA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 90.666 4.511 20.100 .000
KERJASAMA -.016 .087 -.016 -.181 .856
MEMPENGARUHI -.041 .086 -.041 -.471 .638
NEGOSIASI -.059 .081 -.060 -.733 .465
PERINTAH -.086 .080 -.079 -1.068 .287
LARANGAN -.401 .080 -.377 -5.010 .000
MUSIBAH .074 .078 .068 .942 .348
KETEPATAN_WAKTU -.300 .076 -.294 -3.972 .000
TANGGUNG_JAWAB .025 .087 .023 .288 .774
KEMAUAN -.010 .088 -.009 -.108 .914
a. Dependent Variable: TSTRES_KERJA
108
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .227a .051 .047 9.12608 .051 10.877 1 201 .001
2 .227b .051 .042 9.14834 .000 .023 1 200 .880
3 .269c .072 .058 9.06928 .021 4.502 1 199 .035
4 .428d .183 .167 8.53077 .111 26.917 1 198 .000
5 .592e .351 .334 7.62650 .167 50.737 1 197 .000
6 .593f .351 .332 7.64185 .001 .210 1 196 .648
7 .635g .404 .382 7.34692 .052 17.052 1 195 .000
8 .635h .404 .379 7.36439 .000 .076 1 194 .783
9 .635i .404 .376 7.38322 .000 .012 1 193 .914
a. Predictors: (Constant), KERJASAMA
b. Predictors: (Constant), KERJASAMA, MEMPENGARUHI
c. Predictors: (Constant), KERJASAMA, MEMPENGARUHI, NEGOSIASI
d. Predictors: (Constant), KERJASAMA, MEMPENGARUHI, NEGOSIASI, PERINTAH
e. Predictors: (Constant), KERJASAMA, MEMPENGARUHI, NEGOSIASI, PERINTAH, LARANGAN
f. Predictors: (Constant), KERJASAMA, MEMPENGARUHI, NEGOSIASI, PERINTAH, LARANGAN,
MUSIBAH
g. Predictors: (Constant), KERJASAMA, MEMPENGARUHI, NEGOSIASI, PERINTAH,
LARANGAN, MUSIBAH, KETEPATAN_WAKTU
h. Predictors: (Constant), KERJASAMA, MEMPENGARUHI, NEGOSIASI, PERINTAH,
LARANGAN, MUSIBAH, KETEPATAN_WAKTU, TANGGUNG_JAWAB
i. Predictors: (Constant), KERJASAMA, MEMPENGARUHI, NEGOSIASI, PERINTAH, LARANGAN,
MUSIBAH, KETEPATAN_WAKTU, TANGGUNG_JAWAB, KEMAUAN